Anda di halaman 1dari 9

PERAHU KERTAS

Namaku Pelangi tapi kisah hidupku tak seindah namaku umurku 16 tahun, sekarang sedang
duduk di bangku SMA kelas 10. Keluarga ku adalah salah satu orang terkaya di kota ini,mereka
bahkan selalu masuk majalah edisi keluarga bahagia dan harmonis,. Dan nama keluarga ku
adalah Malik. Nama ayahku Adam Malik ,nama bunda Hana Wijaya ,nama kakak pertama ku
Reyhan Malik ,nama kakak keduaku Abimana Malik ,dan yang ketiga Malik. Tapi sayangnya
dimajalah itu tidak ada fotoku sama sekali dan identitas ku pun disembunyikan oleh mereka.
Bahkan mereka pun tak menganggap aku ada,mereka memang menyekolahkan ku,memberi ku
makan dan tempat tinggal tapi mereka tidak memberikan kasih sayang padaku. Dari aku kecil
aku dirawat oleh seorang pembantu,aku sedih bahkan saat SD aku selalu juara kelas tapi tak
satupun dari mereka yang merespon suka padaku. Saat menerima raport pun hanya pembantu
yang merawatku yang mengambilnya padahal aku satu sekolah dengan kakak tapi mereka hanya
mengambil raport kakak saja dan bahkan ayahku bilang bahwa aku tak boleh memanggilnya
ayah jika di luar rumah. Aku sedih,kenapa?kenapa mereka seperti itu apa salahku bukankah aku
juga anaknya apa salahku bahkan bunda pun tak mau aku mencium tangan nya,ketiga kakakku
pun begitu membenciku. Karena merasa tak diperhatikan saat SMP kelas 9 aku mulai berubah
menjadi nakal dan mencari perhatian mereka dengan memberontak aku memakai riasan tebal
memakai baju ketat dan rok yang pendek hanya demi perhatian mereka. Setiap pagi aku akan
selalu membuat keributan dengan bernyanyi keras-keras saat di meja makan,bukannya marah
mereka malah pergi meninggalkan aku sendiri di meja makan. Karena tak kunjung mendapat
perhatian mereka, saat disekolah aku memukul temanku sampai masuk rumah sakit. Tapi yang
datang kesekolah malah pembantu yang merawatku datang dan dia minta maaf atas sikapku yang
arogan dan bilang akan mengganti semua biaya rumah sakit temanku itu. Dan aku diskors selama
2 Minggu dari sekolah. Saat aku pulang dan masuk keruang tamu aku langsung mendapat
tamparan dari Ayah, ketiga kakakku hanya diam saja melihatku, begitupun juga dengan bunda.
Plakkkk........
"MAU JADI APA KAMU HAH,MAU MEMBUAT KAMI MALU LIHAT PAKAIAN YANG
KAMU KENAKAN DAN RIASAN MU ITU SEPERTI SEOARANG P*L*C*R DAN APA
MAKSUDMU DENGAN MEMUKUL TEMANMU HAH?"kata AYAH yang murka padaku.
Saat kena tamparan itu pipiku terasa panas dan kepalaku langsung tertoleh kesamping. Aku dapat
merasakan betapa kuat tamparan ayah padaku. Sampai-sampai aku merasakan ada bagian bibirku
yang robek,tapi bukannya menangis aku malah tertawa mendapat tamparan dari ayahku.
"Hahaha,tumben ayah mau berbicara padaku panjang lebar bahkan sampai memukul ku,ada
angin apa bukankah kalian mengacuhkan ku dan juga membenciku terus kenapa sekarang kalian
semua berkumpul disini apa untuk menyambut kepulangan ku" bicaraku sambil tertawa.
“Menunggu kepulangan, mu jangan mimpi kamu itu cuma pengganggu di kehidupan kami",
kata kak Reyhan padaku.
Aku yang mendengar kak Rey bicara tersenyum sinis lalu berkata.
"Terus apa yang kalian sekeluarga lakukan disini kalau bukan menungguku ?",tanyaku pada
mereka.
"Cih jangan sok penting?",jawab kakak keduaku Abi.
"Sebaiknya kamu itu sadar diri siapa kamu sebenarnya jangan suka berbuat onar masih untung
Bunda mau menerima kamu disini tapi ayah dan kami bertiga tak sudi jadi sebaiknya kamu pergi
saja dari rumah ini bikin malu saja"jawab kakak ketiga ku Alkan. Aku yang mendengar
perkataan dari kakak ke tiga ku pun bertanya.
"Kak Al apa maksudnya?",tanyaku padanya.
"Jangan panggil aku kakak aku bukan kakakmu?",jawabnya.
"Apa maksudnya, Bunda apa maksudnya apa Pelangi hanya anak angkat?"tanyaku pada bunda
sambil mulai menangis. Tapi bunda hanya memalingkan wajahnya. Lalu aku bertanya pada ayah.
"Ayah apa maksudnya? apa aku bukan anak ayah"tanyaku dengan air mata yang mengalir. Tapi
ayah hanya diam saja.
"Kak Rey tolong jelaskan apa maksud ucapan kak Al?"tanyaku pada kak Rey. Tapi sama seperti
ayah dan ibu kak Rey pun hanya diam saja. Dan dengan marahnya aku berteriak di hadapan
mereka.
"KATAKAN SIAPA PELANGI SEBENARNYA KENAPA KALIAN MEMBENCIKU?
KENAPA KALIAN TAK PERDULI PADAKU?DAN APA SALAHKU, huhuhuu?", akupun
akhirnya menangis dan langsung terduduk. Di saat aku tengah menangis tiba-tiba saja ayah
marah dan berkata.
"Apa kamu mau tau siapa kamu?apa kamu mau tau apa yang membuat kami membencimu dan
tidak perduli padamu,hah?",tanya ayah padaku.
"IYA PELANGI INGIN TAU",Teriakku.
"Baiklah saya akan katakan siapa kamu sebenarnya", kata ayahku. Tapi sebelum ayah bicara lagi
bunda tiba-tiba saja menghentikan.
"Sayang sudah cukup hentikan?",jawab bunda.
"Kenapa dihentikan bunda biarkan saja ayah bicara biar perempuan ini tau siapa dirinya yang
sebenarnya agar tidak membuat kita malu kedepannya?",jawab kak Rey.
"Tapi bukankah kita sudah berjanji agar tak memberi tahu apapun mengenai dirinya?"jawab
bunda.
"Sudah lah Bun kak Rey benar dia harus tau siapa dirinya yang sebenarnya agar tak membuat
onar di masa depan",sambung kak Abi.
"Tapi Abi?" jawab bunda.
"Udahlah Bun biarin aja,bunda jangan terlalu baik jadi orang?",sambung kak Al. Aku heran
mendengar apa yang barusan mereka katakan dan akupun bertanya.
"Tolong bicara siapa Pelangi sebenarnya "tanyaku penasaran "Baiklah dengarkan baik-baik
karena saya hanya akan sekali menjawab pertanyaan mu?", jawab ayah.
"Kamu itu anak yang terlahir dari rahim seorang pembantu di rumah ini, kamu itu sebuah aib
bagi saya,kamu terlahir dari hubungan tak inginkan,apa kamu tau ibumu dulu hanya seorang
pembantu disini,dan istriku ini sangat baik padanya bahkan sudah menganggapnya seperti
keluarga sendiri,tapi apa yang dilakukan ibumu sungguh tak terpuji dia menjebak ku untuk tidur
dengannya, dan dia hamil lalu minta pertanggung jawaban padaku, dan lebih gila lagi istriku ini
dengan baik nya mengizinkanku menikah dengan ibumu itu agar anaknya terlahir punya
ayah,tapi lagi-lagi ibumu itu tak tau terima kasih dia meracuni istriku yang waktu itu sedang
hamil juga dan akhirnya istriku keguguran dan rahimnya di angkat dan tak bisa punya anak
lagi,lalu aku memasukkan ibumu yang tengah hamil besar itu kepenjara, dan disanalah kamu
lahir tapi ibumu tidak selamat dia mati karena pendarahan, dan kamu tahu istriku lagi- lagi
kasian melihat bayi mungil yang tak berdosa dan akhirnya memutuskan untuk
merawatmu",cerita ayahku panjang lebar. Aku tertegun mendengar cerita ayah lalu aku minta
pembenaran dari bunda.
"Bunda apakah itu benar?",tanyaku. Tapi bunda hanya diam saja.
"Tentu saja itu benar dan mulai dari sekarang kamu jangan banyak tingkah dan lebih baik kamu
diam saja jangan terlalu banyak mencari masalah"jawab ayah lagi. Aku masih menatap bunda
dan bertanya sekali lagi padanya.
"Bunda apa itu benar? apakah yang ayah ceritakan itu benar?",tanyaku pada bunda dengan
bersujud di hadapannya. Tapi lagi-lagi bunda hanya diam dan memalingkan wajahnya kearah
lain dan dia mengangguk kan kepalanya. Aku yang melihat bunda menganggukkan kepalanya
langsung terduduk lemas. Kini aku tau alasan keluarga ku membenciku. Kini aku tau alasan
mereka mengabaikan ku. Karena ibuku yang merusak ketenangan rumah tangga mereka. Tapi
apa salah ku?apakah mereka tak bisa menerima ku ? kenapa mereka tak membunuhku saja waktu
aku lahir atau tak memasukan ku ke panti asuhan saja,kenapa mereka merawatku kaluar mereka
membenci ku,apakah mereka hanya mau balas dendam atas perbuatan ibuku,sehingga mereka
mengabaikan ku. Aku akhirnya berdiri dan langsung masuk kekamar,tanpa menoleh kepada
mereka. Hatiku hancur mereka benci kepadaku karena perbuatan ibuku. Lalu bisa memilih aku
takkan mau lahir dari perempuan seperti itu. Di dalam kamar aku menangis sejadi- jadinya aku
memecahkan melempar apa yang ada di mejaku dan langsung terduduk di kasurku. Aku
memecahkan cermin riasku dan saat itu juga aku memikirkan akan bunuh diri saja toh mereka
juga tak suka padaku maka mereka takkan merasa kehilangan bukan. Aku mengambil pecahan
cermin itu dan mengiris nadiku aku meringis dan darah begitu banyak keluar saat pandanganku
kabur aku berdoa jika aku masih diberi kesempatan hidup maka aku hanya akan hidup untuk
diriku sendiri tidak akan mencari perhatian mereka lagi. Sambil merasakan sakit di tanganku
akupun menutup mataku. Sebenarnya aku tidak membenci anak itu , hanya saja suamiku selalu
melarang ku untuk dekat dengannya. Padahal dia begitu manis waktu kecil tapi mungkin karena
kami selalu mengabaikannya maka dia menjadi seperti ini. Sebenarnya dia tidak bersalah dalam
hal ini dia hanya seorang anak yang tidak tau ара-ара. Tapi karena kebencian suamiku pada
ibunya dia jdi juga dibenci. Kasian memang karena kesalahan ibunya dia yang menjadi korban.
Apalagi tadi melihatnya ditampar suamiku dan dihina oleh ketiga kakaknya aku ingin membela
tapi lagi-lagi aku hanya bisa diam. Ah.........mungkin ini salahku juga hanya membiarkan nya saja
tanpa merangkulnya dan membimbingnya . Dia memanggilku bunda tapi aku tak selalu ada
untuknya. Aku juga salah dalam hal ini aku yang mau merawatnya karena kasian waktu
melihatnya yang lahir dipenjara. Karena bagaimanapun dia juga keturunan Malik tapi baik
keluargaku dan keluarga suamiku tak mau mengakuinya. Mereka menyarankan ku untuk
menaruhnya di panti asuhan saja. Tapi aku menolak dan suamiku marah padaku,dia bilang bahwa
anak ini bukan anaknya karena bukan terlahir dari rahimku,dan dia tidak akan mau mengakuinya
sampai kapanpun. Aku memohon pada suamiku untuk merawatnya. Akhirnya suamiku setuju
tapi dengan syarat dia tidak akan diakui di depan publik dan tidak diperbolehkan untuk memakai
nama Malik dibelakang namanya. Astaga apa dia tidak sayang pada anaknya sendiri dia tidak
bersalah tapi ibunya, tapi mengapa dia yang harus menanggung dosa ibunya. Sebenarnya aku
ingin mendekatinya dan memberikan kasih sayang padanya tapi suamiku dan ketiga anakku
mengancam akan membuangnya jika aku perduli padanya. Maka dari itu aku juga
mengabaikannya padahal aku sudah jatuh hati padanya waktu masih bayi karena dia sangat
cantik dan imut.
Hahhhhhhh......
Kasian sekali Pelangi. Karena terus memikirkannya akupun berinisiatif untuk melihatnya
sebentar mumpung suamiku sudah pergi kekantor lagi. Saat akan naik kelantai dua di mana
kamar Pelangi berada tiba-tiba saja ada yang memanggil ku.
"Bunda mau kemana?",tanya Alkan. Oh rupanya anakku Alkan.
"Bunda mau keatas mau liat keadaan Pelangi"jawabku.
"Ish apaan sih Bunda biarin aja nanti kalau lapar dia turun juga!",jawab Alkan.
"Tapi tadi ayahmu sangat kuat menampar nya pasti pipinya sekarang bengkak"jawabku lagi.
"Biarin aja itu kan salahnya sendiri selalu buat masalah",jawab Alkan lagi.
"Tapi bukankah kalian sudah berjanji hanya akan mengabaikannya tanpa melakukan kekerasan
padanya?"tanyaku pda Alkan.
"Tapi memang pantas dia mendapatkan nya siapa suruh suka buat onar dan dia membuat
temannya masuk rumah sakit?", jawab Alkan.
"Tapi ini juga salah kita karena kita tidak mendidiknya dengan baik,coba kalau dari dulu kita
memberinya kasih sayang, dia tidak akan menjadi seperti sekarang",jawabku lagi. "Hah terserah
bunda saja,bunda itu terlalu baik"jawab Alkan lalu berlalu pergi. Aku lalu melanjutkan
langkahku menuju kamar Pelangi.
Tok....tok.....tok..... Aku menggedor pintunya tapi tak ada jawaban dari dalam. Lalu aku mencoba
lagi. Tok....tok.....tok.......
"Pelangi ini bunda apa boleh masuk"tanyaku. Tapi tetap tak ada jawaban. Lalu aku mencoba
untuk membuka pintu kamar Pelangi. Ceklekkk.... Ternyata pintunya tidak terkunci. Lalu aku
membuka pintu kamarnya tapi apa yang kulihat selanjutnya membuat ku terkejut. Aku melihat
Pelangi yang duduk ditepi ranjangnya dengan keadaan yang sungguh tak terbayangkan. Dia
menyayat pergelangan tangannya. Darah sudah banyak mengalir aku tidak tau harus apa, dia
sudah dalam keadaan pucat apa dia sudah mati
Apa kami membunuhnya?. Aku yang tersadar melihat keadaan Pelangi langsung berteriak.
ahhhhhhhh….. Aku langsung terduduk dan menangis dikamar itu. Dan tak lama kudengar ada
suara langkah kaki yang mendekatiku.
"Bunda kenapa teriak",tanya Alkan
"Emangnya ada apa?",tanyanya lagi padaku. Aku tak mampu berbicara aku hanya menunjuk ke
arah Pelangi berada. Saat Alkan menoleh kearah yang aku tunjuk diapun kaget dan berteriak
juga.
Ahhhhhhh…..
"Bu.....bu....bunda itu Pelangi kenapa?",tanyanya padaku dengan wajah yang pucat. Aku sama
sekali tak bisa menjawab karena jujur saja lidahku pun rasanya kelu. Lalu tak lama aku
mendengar suara bi Asih teriak.
"Ada apa nyonya teriak!, astagfirullah non pelangi...non.....kenapa seperti ini non.....bangun
huhuhu......"jawab bi Asih teriak setelah melihat apa yang terjadi di kamar dan menangis sambil
berusaha membangun kan Pelangi.
"Tuan muda tolongin non Pelangi cepat huhu...huhuhu..?",bicaranya masih sambil menangis.
"A....a....iya bik ta...ta...tapi Alkan ha...ha...harus a..a..apa..bik?"tanya Alkan panik dan ketakutan.
"Cepat tolongin non Pelangi bawa kerumah sakit nanti non Pelangi bisa mati
ini,huhuhuhu......",jawab bik Asih. Alkan hanya terdiam dan bingung begitupun dengan diriku
yang masih syok dan terduduk dekat pintu dengan tangis tertahan sambil menutup mulutku.
"Tuan muda ayok nanti kalau terlambat di bawa non Pelangi bisa mati huhuhu..",kata bik Asih
lagi.
"O...o...oh i...i...iya?"jawab Alkan dan langsung mengendong Pelangi dan segera membawanya
kerumah sakit.
"Nyonya apa nyonya mau ikut?"jawab bik Asih membangunkan ku dari rasa kaget ku.
"I..i..iya bik tolong bantu bangunin saya?"jawabku karena jujur saja badanku rasanya sudah
seperti jeli saat ini karena sudah tak memiliki kekuatan. Aku dan bik Asih segera menyusul
Alkan ke mobil untuk membawa Pelangi kerumah sakit. Tak lupa aku memberi tau suamiku dan
kedua anakku yang lain. Serta ibu dan ayahku juga kedua mertuaku. Kamipun akhirnya sampai
kerumah sakit. Begitu turun dai mobil dan begitu sampai di depan rumah sakit. Aku langsung
berteriak memanggil dokter dan suster untuk segera menolong Pelangi.
"Dokter, suster tolong ada yang terluka?" jawabku memanggil dokter. Aku berteriak memanggil-
manggil dokter agr cepat segera menolong Pelangi Lalu tak lama seorang dokter menghampiri
kami dan bertanya. "Ada apa ini Bu"tanya dokter padaku.
“Dok tolong dia mencoba bunuh diri Dok?"jawabku.
"Baiklah tolong letakkan dia disini dan kami akan membawa nya ke ruang operasi segera?"jawab
sang dokter Alkan yang dari tadi membawa Pelangi segera meletakkannya di brankar rumah
sakit. Dokter pun segera membawanya Pelangi keruang operasi.
"Bu tolong urus administrasi nya soalnya pasien akan segera ditangani?",bicara salah satu suster
padaku.
"Baiklah suster"jawabku. Aku yang masih karena takut langsung menuju kasir untuk membayar
biayanya. Setelah itu aku kembali di depan ruang operasi,aku melihat Alkan yang terduduk dan
kurasa masih syok atas apa yang baru saja terjadi. Aku menghampiri Alkan dan berkata padanya.
"Alkan kamu pulang saja dulu ganti bajumu sana itu banyak darahnya!",jawabku mengusir
Alkan. Alkan hanya mengangguk dan berkata.
"Bunda apakah dia akan mati?"tanyanya padaku.
"Mungkin iya",bicaraku pada Alkan.
"Maksud jawaban bunda tadi apa?"tanya Alkan padaku.
"Mungkin saja dia mati dan lebih bagus lagi kalau dia memang nggak selamat karena kita hanya
menyiksa nya saja?"jawabku pada Alkan.
"Apa maksudmu itu Hana?", Aku lalu melihat kearah suara yang bertanya padaku.
"Oh ternyata tuan Adam yang terhormat?",jawabku kesal pada suamiku ya yang memanggil ku
ternyata suamiku dan dibelakangnya ada kedua anakku.
"Apa maksudmu bicara seperti itu dan apa yang terjadi kenapa dia melukai dirinya
sendiri?",tanya suamiku padaku. "Kenapa bertanya padaku?bukankah ini yang anda mau tuan
Adam?bukankah anda membencinya? bukankah anda tidak mengakuinya sebagai anak!jadi
bukankah ini bagus dia mengakhiri hidupnya sendiri agar kalian yang semua disini senang, apa
ada yang salah?",tanyaku pada suami dan ketiga anakku.
"Apa yang kamu katakan Hana?"tanya suamiku agak meninggi kan suaranya.
Jujur aku takut melihat suamiku agak marah dan menatap tajam padaku. Tapi aku sudah lelah
melihat penderitaan Pelangi. Lalu aku beranikan diriku untuk berbicara lagi.
"Saya mau bertanya pada anda dan ketiga anak anda ini?"jawabku menunjuk suami dan ketiga
anakku. "Apa salah Pelangi pada kita?"tanyaku pada mereka berempat.
"Dia selalu membuat ulah dan berisik?" jawab anakku Reyhan.
"Apa hanya itu?",tanyaku lagi.
"Dia lahir dari perempuan yang sudah menyakitimu?",kata suamiku.
"Terus?",tanyaku lagi pada mereka.
"Apa sih Bun nggak jelas dari tadi terus- terus melulu?",jawab anakku Abimana
"Sekarang bunda mau tanya pada kalian berempat?",jawabku dan mereka langsung menoleh
kearahku.
"Apa salah Pelangi kalau dia lahir dari rahim perempuan itu?apa salah Pelangi sampai kalian
membencinya karena perbuatan ibunya?",tanyaku pada mereka berempat. "Ya salahlah Bun dia
itu anak yang tak diinginkan seharusnya udah dari dulu dibuang aja bunda aja terlalu baik masih
mau menerimanya padahal ibunya udah bikin bunda keguguran?",jawab anakku Reyhan.
"Oh ya terus kalau kamu ada di posisi Pelangi apa yang akan kamu lakukan?",tanyaku pada
anakku Reyhan. Reyhan anakku hanya diam lalu aku melanjutkan bicaraku.
"Trus kalau kalian bertiga ada di posisi Pelangi apa yang kalian akan lakukan jika keluarga
kalian membenci dan menelantarkan kalian selama ini?ayo jawab bunda?", tanyaku pada ketiga
anakku. Tapi ketiga anakku hanya diam saja.
"Sudah Hana jangan melantur omonganmu itu?", jawab suamiku.
"Saya tidak melantur tuan Adam,saya hanya bicara fakta bukankah lebih bagus kalau dia mati
dari pada menderita seperti sekarang,bukankah begitu!,lalu apa bedanya kita dengan ibunya?
bukankah kita sama seperti ibunya, dulu dia ingin kita menderita?apa bedanya sekarang kita
dengan ibu nya kita juga membuat Pelangi menderita dengan tidak menghiraukannya?dan
bukankah ibunya dulu ingin membunuhku?lalu apa bedanya kita sama ibunya, karena sekarang
giliran kita yang membunuh Pelangi karena tak pernah sayang padanya, dia tidak bisa memilih
dilahirkan oleh siapa?dia tidak bisa? Anda tau julukan keluarga kita selalu harmonis dan
bahagia,tapi saya rasa benar karena kita bahagia dan harmonis melihat penderitaan Pelangi
karena dendam yang sangat konyol bukankah anak dilahirkan dalam keadaan suci,anak itu tidak
bersalah tapi kita menghukumnya hanya karena kesalahan ibunya?",jawabku panjang lebar.
Suami dan ketiga anakku terdiam mendengarkan ku bicara,lalu tak lama ruang opersi terbuka
dan dokter tiba-tiba menghampiriku.
"Maaf apakah anda wali dari pasien?",tanya dokter padaku.
"Ya dok ada apa?"tanyaku kembali.
"Pasien saat ini dalam keadaan kritis dia sudah banyak kelihalangan banyak darah jadi kita butuh
donor darah secepatnya dan untuk darah pasien saat ini sedang kosong?",jawab sang dokter.
"Apa golongan darah nya dok?",tanyaku pada dokter.
"AB positif"jawab sang dokter.
Aku yang mendengar jawaban dokter tiba-tiba saja tersenyum.
"Lalu kalau tak mendapatkan darahnya apa dia akn mati dok?",tanyaku pada dokter.
"Iya nyonya tapi kalau ada ayahnya atau keluarga yang lain pasti lebih mudah tolong nyonya
apakah di sini ada keluarga nya disini karena kita butuh secepatnya kalau dalam setengah jam
pasien tidak ditangani maka dia akan mati nyonya?",jawab sang dokter.
"Maaf kan saya dok,pasien tidak mempunyai keluarga dia hanya yatim piatu karena semuanya
sudah meninggal,jadi biarkan saja dia seperti ini mungkin memang sudah takdirnya untuk
meninggal dengan cara seperti ini?",jawabku pada dokter.
Dokter yang mendengar ucapanku langsung membelalakkan matanya,begitu juga dengan suami
dan ketiga anakku.
"Tapi nyonya?",kata dokter itu tertahan. "Tidak apa-apa dokter toh memang kenyataan dia nekad
bunuh diri karena tidak tahan hidup sendirian walaupun dia dikelilingi banyak orang tapi tak ada
satupun yang sayang padanya,biarkan saja dia meninggal dan kalau dia meninggal tolong
donorkan saja organ tubuhnya kepada orang yang membutuhkan ",kataku pada dokter.
"Kalau begitu baiklah saya akan berusaha mencari golongan darah tersebut tapi kalau tidak ada
saya akan memberitahukan anda nyonya" jawab sang dokter sambil pergi dari hadapan kami dan
masuk kembali ke ruang operasi.
Lalu saat aku akan berbalik dan pergi aku melihat kedatangan orang tuaku dan mertuaku.
"Apa yang terjadi kenapa anak itu bisa masuk rumah sakit?",tanya Ayah ku padaku. "Tidak apa-
apa dokter toh memang kenyataan dia nekad bunuh diri karena tidak tahan hidup sendirian
walaupun dia dikelilingi banyak orang tapi tak ada satupun yang sayang padanya,biarkan saja dia
meninggal dan kalau dia meninggal tolong donorkan saja organ tubuhnya kepada orang yang
membutuhkan ",kataku pada dokter.
"Kalau begitu baiklah saya akan berusaha mencari golongan darah tersebut tapi kalau tidak ada
saya akan memberitahukan anda nyonya" jawab sang dokter sambil pergi dari hadapan kami dan
masuk kembali ke ruang operasi.
Lalu saat aku akan berbalik dan pergi aku melihat kedatangan orang tuaku dan mertuaku.
"Apa yang terjadi kenapa anak itu bisa masuk rumah sakit?",tanya Ayah ku padaku. Aku melihat
ke arah orang tuaku dan mertuaku juga suami dan ketiga anakku.
"Oh dia mencoba bunuh diri dengan menyayat nadinya sendiri karena mengetahui siapa dirinya
dan dihina oleh ayah dan ketiga kakaknya,dia sekarang sedang sekarat karena kehilangan banyak
darah karena tak ada golongan darah AB positif di rumah sakit ini maka kemungkinan dia tidak
akan selamat,jadi biarkan saja bukankah kita tidak suka padanya dan membencinya bukankah
dulu ibunya juga ingin membunuhku tapi untung ada ayah yang menyelamatkan ku, tapi berbeda
denganya dia tidak ada yang akan mendonorkan darah padanya jadi kurasa sebentar lagi dia akan
mati jadi aku akan mempersiapkan pemakamannya,kalau tak ada yang ingin ditanyakan lagi
Hana permisi dulu mau menyiapkan pemakaman untuk anak itu?",jawabku panjang lebar kepada
orang tuaku. Aku pun segera pergi dari hadapan mereka semua mereka tak ada satupun yang
bicara mereka hnya diam saja dengan pemikiran mereka masing- masing. Aku sudah ikhlas
andaikan dia selamat aku akan meminta maaf padanya karena mengabaikannya selama ini. Dan
aku akan bilang padanya lebih baik dia pergi saja dari rumah itu. Mungkin ini memang salahku
seharusnya aku tak membawanya kerumah ini. Seharusnya aku membiarkannya saja di penjara
atau memberikannya ke panti asuhan. Andaikan saja aku tidak mengabaikannya juga mungkin
dia tidak akan berakhir seperti ini.

Anda mungkin juga menyukai