Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK AGENDA 1 (06 AGUSTUS 2022)

ANALISIS ISU KONTEMPORER


DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 LATSAR GOLONGAN III ANGKATAN LXXXI (81)
ANGGOTA :
1. drg. PUTRI KHARISMA DEWI
2. drg. ANDINA MUZAYYANTI
3. dr. BENY RAYEN SUHENDRA
4. drg. CATUR PUTRI KINASIH
5. dr. SILVIANTI BUDI RAHMAWATI

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua bangsa
(Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan menghilang dan akan
meninggalkan semua yang tidak mau berubah. PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari
eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila,
UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara
kritis terkait dengan isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu
tersebut diantaranya; korupsi, bahaya narkoba, bahaya paham radikalisme/ terorisme, money
laundry, proxy war, dan cyber crime. Isu-isu di atas, selanjutnya disebut sebagai isu-isu strategis
kontemporer.
Identifikasi isu-isu kontemporer yang diangkat adalah sebagai berikut.
1. Praktik Suap dan Gratifikasi Rawan Terjadi pada Bidang Pelayanan Publik (Korupsi)
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Secara harfiah korupsi
mengandung arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa
Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan yang buruk seperti:
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan
atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No.
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, "gratifikasi" dalam ayat ini
adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut, baik yang diterima di dalam
maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik.
Menerima gratifikasi tidak diperbolehkan karena akan mempengaruhi setiap keputusan
yang dikeluarkan oleh pejabat yang mendapatkannya, sehingga hanya akan menguntungkan
orang yang memberikannya dan melanggar hak orang lain. Selain itu juga akan menyebabkan
seorang pejabat melakukan sesuatu yang melampaui kewenangannya atau tidak melakukan
sesuatu yang merupakan kewajibannya dalam melayani masyarakat.
KPK: Praktik Suap dan Gratifikasi Rawan Terjadi di Bidang Pelayanan Publik - YouTube

2. Hoax Vaksinasi Covid-19 Sebabkan Hepatitis Akut pada Anak (Kejahatan Mass
Communication)
Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam komunikasi massa.
Hal ini karena komunikasi massa melibatkan manusia sebagai pengguna, dan terutama publik
luas
sebagai pihak kemungkinan terdampak. Pelaku bisa memasuki ranah pelanggaran pidana
manakala penggunaan media dalam berkomunikasi tidak sesuai dengan ketentuan norma serta
peraturan perundangan yang berlaku.
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau
bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba
kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar. Pelaku hoax
dapat dikategorikan dua jenis, yaitu pelaku aktif dan pasif. Pelaku aktif melakukan atau
menyebarkan berita palsu secara aktif membuat berita palsu dan sengaja menyebarkan informasi
yang salah mengenai suatu hal kepada publik. Sedangkan pelaku pasif adalah individu atau
kelompok yang secara tidak sengaja menyebarkan berita palsu tanpa memahami isi atau terlibat
dalam pembuatannya.
Hoaks Vaksin Covid-19 Sebabkan Hepatitis Akut Pada Anak | News Or Hoax - YouTube

3. Okum Perangkat Desa di Probolinggo Jual Sabu dan Siapkan Bilik (Narkoba)
Di kalangan masyarakat luas atau secara umum dikenal istilah Narkoba atau Napza,
dimana keduanya istilah tersebut mempunyai kandungan makna yang sama. Kedua istilah
tersebut sama-sama digunakan dalam dunia obat-obatan atau untuk menyebutkan suatu hal yang
bersifat adiktif, yaitu dapat mengakibatkan ketergantungan (addiction) apabila disalahgunakan
atau penggunaannya tidak sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter. Narkoba adalah merupakan
akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah akronim
dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
Berdasarkan data hasil Survei BNN-UI (2014) tentang Survei Nasional Penyalahgunaan
Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia
telah mencapai 2,18% atau sekitar 4 juta jiwa dari total populasi penduduk (berusia 15-59 tahun).
Terjadi peningkatan permintaan narkoba yang berpotensi meningkatnya pasokan (sediaan)
narkoba.
Oknum Perangkat Desa di Probolinggo Jual Sabu & Siapkan Bilik, Dicokok Polisi Kini
Menyesal - YouTube
B. MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH
Penetapan Prioritas Isu-isu Kontemporer di atas menggunakan USG (Urgency, Seriousness,
Growth). USG adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan.
Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan isu dengan menentukan
skala nilai 1-5 atau 1-10.
1. Urgency :
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan
seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebababkan isu
tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness :
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
3. Growth :
Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan makin memburuk bila dibiarkan.

NO ISU U S G JML RANK


1 2 3 4 5 R 1 2 3 4 5 R 1 2 3 4 5 R
1 Praktik Suap 5 4 5 5 4 4,6 5 5 5 4 4 4,6 4 5 5 5 4 4,6 97,3 1
dan Gratifikasi
Rawan Terjadi
pada Bidang
Pelayanan
Publik
(Korupsi)
2 Hoax Vaksinasi 4 5 4 3 3 3,8 4 4 3 5 3 3,8 5 3 3 4 3 3,6 46,6 3
Covid-19
Sebabkan
Hepatitis Akut
pada Anak
(Kejahatan
Mass
Communication
)
3 Okum 3 3 3 4 5 3,6 3 3 4 3 5 3,6 3 4 4 3 5 3,8 49,2 2
Perangkat Desa
di Probolinggo
Jual Sabu dan
Siapkan Bilik
(Narkoba)
C. ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Berdasarkan Analisa metode USG, didapatkan prioritas masalah adalah Praktik Suap dan Gratifikasi Rawan Terjadi pada Bidang Pelayanan
Publik (Korupsi). Analisa penyebab masalah/isu kontemporer menggunakan metode fishbone.

manusia alat/machine material

Perilaku konsumtif pendapatan tidak


Teknologi yang semakin mencukupi kebutuhan
masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan canggih sbg alat untuk
yang memudahkan gratifikasi
Harga pokok semakin naik
masyarakat kurang menyadari
bahwa korban utama dan kurang Praktik Suap
menyadari bila dirinya terlibat dan Gratifikasi
Rawan Terjadi
instabilitas politik, kepentingan pada Bidang
politis, meraih dan mempertahankan Pelayanan
Kelemahan sistim pengendalian kekuasaan Publik
dan pengawasan baik pengawasan
internal dan eksternal kultur organisasi tidak
dikelola dengan baik
kurangnya perhatian pada efisiensi
Kurangnya teladanan penggunaan sumber daya yang
pemimpin dan elite bangsa dimiliki.

measurement lingkungan metode


D. DAMPAK BURUK DARI ISU KONTEMPORER YANG DIANGKAT
Dampak buruk dari Praktik Suap dan Gratifikasi Rawan Terjadi pada Bidang Pelayanan Publik
adalah sebagai berikut.
1. Banyaknya terjadi kemiskinan dan kematian di sana-sini. Contoh lain adanya bantuan-
bantuan yang diselewengkan, dicuri oleh orang-orang korup sehingga tidak sampai kepada
sasarannya.
2. Mempengaruhi setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang mendapatkan gratifikasi,
sehingga hanya akan menguntungkan orang yang memberikannya dan melanggar hak orang
lain.
3. Seorang pejabat melakukan sesuatu yang melampaui kewenangannya atau tidak melakukan
sesuatu yang merupakan kewajibannya dalam melayani masyarakat.

E. REKOMENDASI UPAYA PENCEGAHAN ATAU ANTISIPASI


Cara yang harus dilakukan untuk menghindar dari ancaman hukuman akibat menerima gratifikasi
adalah sebagai berikut.
1. Tidak menerima semua pemberian yang berkaitan dengan jabatan yang sedang diembannya.
2. Kita harus melaporkan penerimaan gratifikasi kepada: a. Pimpinan instansi tempat kita bekerja;
b. Komisi Pemberantasan Korupsi.
3. Tindakan membangun sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara:
a. Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-orang di lingkungan
sekitar untuk bersikap jujur, menghindari perilaku korupsi, contoh: tidak membayar uang
lebih ketika mengurus dokumen administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak membeli
SIM, dsb.
b. Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak atau melanggar hak
orang lain dari hal-hal yang kecil, contoh: tertib lalu lintas, kebiasaan mengantri, tidak
buang sampah sembarangan, dsb.
c. Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan bisnis maupun
hubungan bertetangga.
Untuk menentukan gagasan penyelesaian yang tepat, digunakan metode Mc Namara atau Kriteria
KBL (Kontribusi, Biaya, dan Layak).
N ALTERNATIF GAGASAN KRITERIA TOTAL PRIORITAS
O K B L SKOR
1 Tidak menerima semua pemberian yang berkaitan 4 5 3 12 2
dengan jabatan yang sedang diembannya
2 Kita harus melaporkan penerimaan gratifikasi 4 4 3 11 3
kepada: a. Pimpinan instansi tempat kita bekerja;
b. Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Tindakan membangun sikap antikorupsi 5 5 5 15 1
sederhana

Anda mungkin juga menyukai