Anda di halaman 1dari 100

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34 Mesin R20A1
Sistem Bahan Bakar dan Emisi
Indeks Troubleshooting DTC . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-2
Indeks Troubleshooting Gejala Komponen . . . . . . 11-6
Uraian Sistem . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-9

CATATAN: Lihat Shop Manual CR-V 2007, P/N 62SWA00 untuk komponen yang tidak
dibahas dalam bab ini.

34
^
Garis besar Perubahan pada Model
_
Model FO, IN, MA telah ditambahkan.

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Indeks Troubleshooting DTC

DTC (Indikasi MIL*1) Hal yang Terdeteksi MIL Halaman

Tegangan Rendah pada Sirkuit MAF Sensor Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-72)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit MAF Sensor Lihat Shop Manual,

^ Tegangan Rendah pada Sirkuit MAP Sensor


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-75)
Lihat Shop Manual,

_
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-77)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit MAP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-79)

34 Tegangan Rendah pada Sirkuit IAT Sensor Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-82)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit IAT Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-84)
Tegangan Rendah pada Sirkuit ECT Sensor 1 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-87)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit ECT Sensor 1 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-89)
Tegangan Rendah pada Sirkuit TP Sensor A Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-229)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit TP Sensor A Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-231)
Gangguan Fungsi/Respons yang Lamban dari A/F Sensor (Sensor 1) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-92)
Gangguan Fungsi pada Sistem A/F sensor (Sensor 1) Heater Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-93)
Gangguan fungsi pada Sirkuit A/F Sensor (Sensor 1) Heater Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-94)
Tegangan Rendah pada Sirkuit Secondary HO2S (Sensor 2) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-99)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit Secondary HO2S (Sensor 2) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-101)
Gangguan fungsi pada Sirkuit Secondary HO2S (Sensor 2) Heater Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-104)
Sistem Bahan Bakar Terlalu Miskin Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-108)
Sistem Bahan Bakar Terlalu Kaya Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-108)
Tegangan Rendah pada Sirkuit TP Sensor B Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-234)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit TP Sensor B Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-237)
Mendeteksi Random Misfire Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-110)

Mendeteksi Misfire Silinder No. 1 Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-113)
Mendeteksi Misfire Silinder No. 2 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-113)
Mendeteksi Misfire Silinder No. 3 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-113)
Mendeteksi Misfire Silinder No. 4 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-113)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T system,
dan periksa DTC transmisi otomatis.

*1: DTC ini diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.
34 *4: Model FO

^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

DTC (Indikasi MIL*1) Hal yang Terdeteksi MIL Halaman

Gangguan fungsi pada Sirkuit Knock Sensor Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-119)
Tidak ada Sinyal pada CKP Sensor Lihat Shop Manual,

^ Interupsi Intermittent pada CKP Sensor


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-121)
Lihat Shop Manual,

_
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-124)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit Cylinder Ignition Coil No. 1 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-125)

34 Gangguan Fungsi pada Sirkuit Cylinder Ignition Coil No. 2 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-125)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit Cylinder Ignition Coil No. 3 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-125)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit Cylinder Ignition Coil No. 4 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-125)
Tidak ada Sinyal di CMP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-129)
Interupsi Intermittent pada CMP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-132)
Aliran EGR Tidak Mencukupi Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-351)
Masalah Kinerja/Jangkauan EGR Valvel Circuit Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-353)
Tegangan Tinggi pada EGR Valve Position Sensor Circuit Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-356)
Efisiensi Catalyst System di Bawah Ambang Batas Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-347)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit EVAP Canister Purge Valve Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-369)
Tegangan Rendah pada Sirkuit EOP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-271)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit EOP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-274)
Tegangan Rendah pada Sirkuit A/C Pressure Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-292)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit A/C Pressure Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-294)
Tegangan Rendah pada Sistem Charging Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-133)
Tegangan Tak Terduga pada Sirkuit ECM/PCM Power Source Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-134)
Error pada ECM/PCM Programming Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-132)
Gangguan Fungsi pada ECM/PCM Prosessor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-137)
Gangguan Fungsi pada PCM (A/T system) Internal Control Module Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-138)
Error pada ECM/PCM Internal Control Module Keep Alive Memory (KAM) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-138)
VIN Tidak Diprogram atau Tidak Sesuai Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-139)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit ECM/PCM Power Control Circuit/Internal Circuit Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-140)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit Ouput Shaft (Countershaft) Speed Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-141)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit Ouput Shaft (Countershaft) Speed Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-143)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T system,
dan periksa DTC transmisi otomatis.

34 *1: DTC di atas diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.
*2: A/T

^
*3: M/T
*4: Model FO

_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Indeks Troubleshooting DTC (lanj.)

DTC (Indikasi MIL*1) Hal yang Terdeteksi MIL Halaman

IMT Valve Macet di Posisi RPM Tinggi Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-331)
IMT Valve Macet di Posisi RPM Rendah Lihat Shop Manual,

^ Barometric Pressure (BARO) Sensor Circuit, di Luar Jangkauan, Tinggi


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-336)
Lihat Shop Manual,

_
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-146)
Tegangan Tinggi pada A/F Sensor (Sensor 1) Line Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-147)

34 Tegangan Rendah pada Sirkuit ELD Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-150)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit ELD Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-152)
Tegangan Tinngi pada Sistem Charging Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-154)
Gangguan Fungsi pada Electronic Throttle Control System (ETCS) Control Lihat Shop Manual,
Relay ON P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-240)
Gangguan Fungsi pada Electronic Throttle Control System (ETCS) Control Lihat Shop Manual,
Relay OFF P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-242)
Masalah Kinerja pada Throttle Valve Default Position Spring Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-246)
Masalah Kinerja pada Throttle Valve Return Spring Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-247)
Tegangan Rendah pada Sirkuit Alternator B Terminal Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-155)
Tegangan Rendah pada Alternator FR Terminal Circuit/IGP Circuit Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-156)
Gangguan Fungsi pada Electronic Throttle Control System (ETCS) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-248)
Masalah Kinerja/Jangkauan Throttle Actuator Current Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-250)
Tegangan Rendah pada Sirkuit APP Sensor A (Throttle Position Sensor D) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-252)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit APP Sensor A (Throttle Position Sensor D) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-255)
Tegangan Rendah pada Sirkuit Sensor B (Throttle Position Sensor E) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-257)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit APP Sensor B (Throttle Position Sensor E Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-260)
Korelasi Tegangan yang Tidak Tepat pada TP Sensor A/B Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-262)
Korelasi Tegangan yang Tidak Tepat pada APP Sensor A/B (throttle Position Lihat Shop Manual,
Sensor D/E) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-264)
Throttle Actuator Control System Idle Position Belum Diadaptasi (Not Learn) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-266)
Tegangan Rendah pada Sirkuit ECT Sensor 2 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-159)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit ECT Sensor 2 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-161)
Tegangan Rendah pada Sirkuit BARO Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-164)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit BARO Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-164)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T system,
dan periksa DTC transmisi otomatis.

*1: DTC ini diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

DTC (Indikasi MIL*1) Hal yang Terdeteksi MIL Halaman

Tegangan Rendah pada A/F Sensor (Sensor 1) AFS + Line Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-165)
Tegangan Rendah pada A/F Sensor (Sensor 1) AFS — Line Lihat Shop Manual,

^ Secondary HO2S (Sensor 2) Circuit Signal Terlalu Kaya


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-167)
Lihat Shop Manual,

_
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-169)
Masalah Kinerja/Jangkauan sistem EGR Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-358)

34 Masalah Kinerja pada ECM/PCM Ignition Off Internal Timer Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-175)
VTEC System Macet di ON Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-277)
VTEC System Macet di OFF Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-279)
Tegangan Rendah pada Sirkuit Rocker Arm Oil Control Valve Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-281)
Tegangan Rendah pada Sirkuit Rocker Arm Oil Control Valve Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-283)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit Rocker Arm Oil Control Valve Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-285)
Masalah Kinerja/Kisaran pada A/F Sensor (Sensor 1) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-176)
Gangguan Fungsi pada FCAN (Bus-off) (ECM/PCM ) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-177)
Gangguan Fungsi pada F-CAN (EPS Control Unit-ECM/PCM ) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-182)
Gangguan Fungsi pada F-CAN (Gauge Control Module-ECM/PCM ) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-184)
Ketidaksesuaian antara Versi Program sistem PGM-FI dan sistem A/T Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-186)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T system,
dan periksa DTC transmisi otomatis.

*1: DTC ini diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.
*2: A/T
*4: Model FO
*5: Kecuali model FO

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Indeks Troubleshooting Gejala Komponen


Jika kendaraan mengalami salah satu dari gejala-gejala di bawah ini, periksa Diagnostic Touble Code (DTC) dengan HDS. Jika
tidak ada DTC, lakukan prosedur diagnosis untuk gejala komponen, sesuai urutan pada daftar, hingga ditemukan penyebab
masalah.
Gejala Prosedur Diagnosis Periksa juga apakah
^ Mesin tidak menyala
(MIL OK, tidak ada DTC)
1. Tes baterai, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00B
(lihat hal. 22-94).
• Kompresi rendah
• Tidak ada bunga api saat

_ 2. Tes starter, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 4-9).
3. Periksa Tekanan Bahan Bakar, lihat Shop Manual,
pengapian
• Intake air bocor
• Mesin terkunci
34 P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-312).
4. Lakukan troubleshooting pada sirkuit fuel pump, lihat Shop
• Cam chain retak
• Bahan Bakar terkontami-
Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-305). nasi

Mesin tidak menyala (MIL menyala Lakukan troubleshooting pada sirkuit DLC, lihat Shop Manual, • Kompresi rendah
dan tetap menyala, atau tidak per- P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-199). • Tidak ada bunga api saat
nah menyala sama sekali, tidak ada pengapian
DTC) • Intake air bocor
• Mesin terkunci
• Cam chain retak
• Bahan Bakar terkontami-
nasi
• Tidak ada Power ke
ECM/PCM
• Tidak ada Ground ke
ECM/PCM
• hubung singkat pada
tegangan acuan

MIL menyala dan tetap menyala, Lakukan troubleshooting pada sirkuit MIL, lihat Shop Manual, P/N
atau tidak pernah menyala sama 62SWA00A (lihat hal. 11-198).
sekali, tidak ada DTC
Mesin sulit dinyalakan Periksa immobilizer system.
(MIL OK, tidak ada DTC, indikator
immobilizer menyala atau berkedip-
kedip)
Mesin menyala tapi gagal menghen- Periksa immobilizer system.
tikan (MIL OK, tidak ada DTC, indi-
kator immobilizer menyala atau
berkedip-kedip)

Mesin susah menyala 1. Tes baterai, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00B • Kompresi rendah
(MIL OK, tidak ada DTC) (lihat hal. 22-94). • Intake air bocor
2. Periksa Tekanan Bahan Bakar, lihat Shop Manual, • Bahan Bakar terkontami-
nasi
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-312).
• Pengapian berkurang
3. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-340).

Saat dingin, putaran idle terlalu 1. Lakukan ECM/PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual,
rendah (MIL OK, tidak ada DTC) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-302).
2. Periksa putaran idle, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-301).
Saat dingin, putaran idle terlalu ting- 1. Lakukan ECM/PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual,
gi (MIL OK, tidak ada DTC) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-302).

34 2. Periksa putaran idle, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A


(lihat hal. 11-301).
3. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
^ (lihat hal. 11-340).

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Gejala Prosedur Diagnosis Periksa juga apakah


Setelah pemanasan, putaran idle di 1. Lakukan troubleshooting pada alternator FR signal circuit, lihat
bawah spesifikasi tanpa adanya Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-298).
beban (MIL OK, tidak ada DTC) 2. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A

^ Setelah pemanasan, putaran idle di


(lihat hal. 11-340).
1. Lakukan troubleshooting pada alternator FR signal circuit, lihat
_ bawah spesifikasi tanpa adanya
beban (MIL OK, tidak ada DTC)
Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-298).
2. Periksa APP sensor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
34 (lihat hal. 11-268).
Putaran Idle tidak teratur 1. Lakukan ECM/PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual, Bahan bakar terkontami-
(MIL OK, tidak ada DTC) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-302). nasi
2. Tes Tekanan Bahan Bakar, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-312).
3. Tes injektor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-215).
4. Lakukan troubleshooting pada alternator FR signal circuit, lihat
Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-298).
5. Periksa PCV valve, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-367.
6. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-340).
7. Kecuali model FO
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure, lihat
Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-287).

Misfire atau pengoperasian kasar 1. Periksa spark plug, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A • Kompresi rendah
(MIL OK, tidak ada DTC) (Kecuali (lihat hal. 4-22). • Toleransi celah valve
model FO) 2. Tes Tekanan Bahan Bakar, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A • Bahan bakar terkonta-
(lihat hal. 11-312). minasi
3. Tes injektor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-215).
4. Lakukan troubleshooting pada sirkuit fuel pump, lihat Shop
Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-305).
5. Kecuali model FO:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure, lihat
Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-287).

Tes emisi gagal 1. Periksa three way catalytic converter (TWC), lihat Shop Manual, • Bahan bakar terkonta-
(MIL OK, tidak ada DTC) (Kecuali P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-348). minasi
model FO) 2. Periksa spark plug, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat • Kompresi rendah
hal. 4-22). • Cam Chain rusak
3. Tes Tekanan Bahan Bakar, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-312).
4. Tes injektor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-215).
5. Periksa EVAP system, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-373).
6. Kecuali model FO:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure, lihat
Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-287).

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Indeks Troubleshooting Gejala Komponen (lanj.)

Gejala Prosedur Diagnosis Periksa juga apakah


Tenaga rendah 1. Tes Tekanan Bahan Bakar, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A • Bahan bakar terkonta-
(MIL OK, tidak ada DTC) (lihat hal. 11-312). minasi
2. Periksa air cleaner element, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A • Kompresi rendah
^ (lihat hal. 11-341).
3. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
• Camshaft timing
• Level engine oil

_
(lihat hal. 11-340).
4. Kecuali model FO:
Periksa three way catalytic converter (TWC), lihat Shop Manual,
34 P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-348).
5. Tes injektor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-312).
6. Kecuali model FO:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure, lihat
Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-287).

Mesin mogok 1. Lakukan ECM/PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual, • Intake air bocor
(MIL OK, tidak ada DTC) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-302). • Koneksi harness dan
2. Tes Tekanan Bahan Bakar, lihat Shop Manual, sensor bermasalah
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-312).
3. Periksa putaran idle, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-301).
4. Lakukan troubleshooting pada brake pedal position switch signal
circuit, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-299).
5. Kecuali model FO:
Periksa spark plug, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 4-22).
6. Kecuali model FO:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure, lihat
Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-287).

HDS tidak berkomunikasi dengan Lakukan troubleshooting pada DLC circuit, lihat Shop Manual, P/N
ECM/PCM atau kendaraan 62SWA00A (lihat hal. 11-199).

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Uraian Sistem
Electronic Control System

Fungsi sistem kontrol bahan bakar dan emisi dikontrol oleh engine control module (ECM) di kendaraan dengan transmisi
manual atau powertrain control module (PCM) di kendaraan dengan transmisi otomatis.
^ Self-diagnosis
_ ECM/PCM mendeteksi kegagalan sinyal dari sensor atau dari control unit yang lain dan menyimpan Temporary DTC (DTC
34 sementara) atau DTC ke dalam memori yang dapat dihapus (RAM). Tergantung dari jenis kegagalan, DTC disimpan pada
drive cycle pertama (first) atau kedua (second). Jika DTC disimpan, ECM/PCM menyalakan malfunction indicator lamp
(MIL) dengan mengirim sinyal ke gauge melalui F-CAN .

• Metoda one Driving Cycle Detection


Jika terjadi keganjilan pada sinyal dari sensor atau dari control yang lain, ECM/PCM menyimpan kegagalan DTC di dalam
RAM dan langsung menyalakan MIL.

• Metoda Two Driving Cycle Detection


Jika terjadi keganjilan pada sinyal dari sensor atau dari control unit lain di dalam drive cycle pertama (first), ECM/PCM akan
menyimpan Temporary DTC untuk kegagalan di dalam RAM. MIL tidak menyala untuk saat ini. Jika kegagalan terus berlan-
jut di dalam drive cycle kedua, ECM/PCM menyimpan DTC di dalam memori yang dapat dihapus dan MIL menyala.

Fungsi Fail-safe
Jika terjadi keganjilan pada sinyal dari sensor atau dari control unit yang lain, ECM/PCM akan mengabaikan sinyal tersebut
dan menggunakan nilai yang telah diprogram sebelumnya untuk sensor sehingga mesin tetap dapat beroperasi. Hal ini
mengakibatkan DTC akan tersimpan dan MIL akan menyala.

Pemeriksaan Bola Lampu (bulb) MIL


Jika ignition switch diputar ke ON (II), ECM/PCM menyalakan MIL lewat F-CAN selama 2 detik untuk memeriksa kondisi
bola lampu MIL.

Self Shut Down Mode (SSD)


Setelah ignition switch dimatikan, ECM/PCM tetap ON (bisa mencapai 15 menit).
Jika konektor ECM/PCM dicabut selama mode ini, ECM/PCM dapat mengalami kerusakan.
Untuk membatalkan mode ini, lepaskan kabel negatif dari baterai atau ‘jump’-kan kabel SCS dengan HDS setelah ignition
switch OFF.

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Rute Vacuum Hose

^
_
34

Ke

ARAH DEPAN
KENDARAAN

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Distribusi Vacuum

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)
} (44P)
Input dan Output ECM/PCM pada Konektor A {

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Tidak di pakai
Mengoperasikan radiator fan Dengan radiator fan beroperasi: sekitar 0 V
relay Dengan radiator fan berhenti: tegangan baterai
Mengoperasikan A/C condenser Dengan A/C condenser fan beroperasi: sekitar 0 V
fan relay Dengan A/C condenser fan berhenti: tegangan baterai
Mengoperasikan PGM-FI main Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
relay 1 Power souce dari peny- Dengan ignition switch OFF: tegangan baterai
impanan DTC
Power source untuk ECM/PCM Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai
circuit
Sensor ground Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Mengoperasikan A/C compres- Dengan compressor ON: sekitar 0 V
sor clutch relay Dengan compressor OFF: tegangan baterai
Mengoperasikan PGM-FI main 0 V selama 2 detik setelah memutar ignition switch ke
relay 2 (FUEL PUMP) ON (II), kemudian tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi: sekitar 0 V
Mendeteksi A/C pressure sen- Dengan A/C switch ON: sekitar 1.7 – 4.8 V (tergantung
sor signal pada tekanan A/C)
Mendeteksi APP sensor A signal Dengan ignition switch ON (II) dan accelerator pedal
ditekan: sekitar 3.7 V
Dengan ignition switch ON (II) dan accelerator pedal
dilepaskan: sekitar 1.0 V
Mendeteksi APP sensor B sig- Dengan ignition switch ON (II) dan accelerator pedal
nal ditekan: sekitar 1.9 V
Dengan ignition switch ON (II) dan accelerator pedal
dilepaskan: sekitar 0.5 V
Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V
voltage
Mengoperasikan electronic thro- Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
ttle control system (ETCS) con-
trol relay

Mengoperasikan A/F sensor Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V


relay (LAF)
Mendeteksi ELD signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.1 – 4.8 V
(tergantung pada beban listrik)

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

} (44P)
Input dan Output ECM/PCM pada Konektor A {

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V
voltage
Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V
voltage
Mengoperasikan shift lock Dengan ignition switch ON (II), di posisi P, brake pedal
solenoid ditekan, dan accelerator pedal dilepaskan: tegangan
baterai
Mengoperasikan reverse sole- Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai
noid valve
Output engine speed pulse Dengan mesin beroperasi: berpulsa

Mengirimkan vehicle speed Tergantung pada putaran mesin: berpulsa


sensor signal
Mendeteksi service check signal Dengan hubung pendek pada service check signal meng-
gunakan HDS: sekitar 0 V Dengan rangkaian terbuka
pada service check signal: sekitar 5.0 V
Mendeteksi ECT sensor 2 Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.1-4.8 V
signal (tergantung pada suhu coolant mesin)

Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Mengirimkan communication Dengan ignition switch ON (II): sekitar 2.5 V (berpulsa)
signal

Mengirimkan communication Dengan ignition switch ON (II): sekitar 2.5 V (berpulsa)


signal

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


} (44P)
Input dan Output ECM/PCM pada Konektor A {

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan


CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi brake pedal posi- Dengan ignition switch ON (II) dan brake pedal
tion switch signal dilepaskan: tegangan baterai
Dengan ignition switch ON (II) dan brake pedal ditekan:
sekitar 0 V
Mendeteksi brake pedal posi- Dengan brake pedal dilepaskan: sekitar 0 V
tion switch signal Dengan brake pedal ditekan: tegangan baterai
Mendeteksi D3 switch Dengan D3 switch ON (II): sekitar 0 V
Dengan D3 switch OFF: tegangan baterai
Mendeteksi write enable signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V

Mengirimkan serial communica- Dengan ignition switch ON (II): berpulsa


tion signal Dengan ignition switch OFF: sekitar 5.0 V

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Input dan Output ECM/PCM pada Konektor B ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan


CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Ground circuit untuk ECM/PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
circuit
Mengoperasikan EGR valve Dengan EGR beroperasi: duty terkontrol
Dengan EGR tidak beroperasi: sekitar 0 V

Mengoperasikan EVAP canister Dengan mesin beroperasi, coolant mesin di bawah 60ºC
purge valve (140ºF): tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi, coolant mesin sekitar 60ºC
(140ºF): duty terkontrol
Mengoperasikan secondary Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai
HO2S heater (sensor 2) Dengan mesin telah panas: duty terkontrol

Mendeteksi engine oil pressure Dengan ignition switch ON: sekitar 0 V


signal Dengan mesin beroperasi: tegangan baterai
Mendeteksi 2nd clutch trans- Dengan ignition switch ON (II):
mission fluid pressure switch Tanpa 2nd clutch pressure: sekitar 5.0 V
input Dengan 2nd clutch pressure: sekitar 0 V
Mendeteksi 3rd clutch transmis- Dengan ignition switch ON (II):
sion fluid pressure switch input Tanpa 3rd clutch pressure: sekitar 5.0 V
Dengan 3rd clutch pressure: sekitar 0 V
Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi R, posisi D (di gigi 1,
valve A 4 dan 5): tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi P, N, dan di posisi D
(di gigi 2 dan 3): sekitar 0 V
Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi P, R, dan N di posisi
valve B D (di gigi 1 dan 2): tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi D (di gigi 3, 4, dan 5):
sekitar 0 V
Mendeteksi transmission range Di posisi N: sekitar 0 V
switch N position signal input Di posisi lainnya: sekitar 5.0 V

Mendeteksi transmission range Di posisi P: sekitar 0 V


switch P position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

Mendeteksi transmission range Di posisi R: sekitar 0 V


switch R position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

34 Mendeteksi transmission range Di posisi 1: sekitar 0 V


switch 1 position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Input dan Output ECM/PCM pada Konektor B ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi transmission range Di posisi 2 : sekitar 0 V
switch 2 position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

Mendeteksi input shaft (main- Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V atau 5.0 V
shaft) speed sensor signal Dengan mesin beroperasi di posisi N: sekitar 2.5 V

Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V


voltage
Mendeteksi shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi N dan D (di gigi 1, 3,
valve C dan 5): tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi P, R, dan di posisi D
(di gigi 2 dan 4): sekitar 0 V
Mendeteksi transmission range Di posisi D: sekitar 0 V
switch D position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

Mendeteksi transmission range Di posisi R: sekitar 0 V


switch R position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

Mendeteksi ECT sensor 1 Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.1 - 4.8 V
signal (tergantung pada suhu coolant mesin)

Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi P dan R: tegangan


valve E baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi N dan D (di gigi):
sekitar 0 V
Mengoperasikan A/T clutch Dengan ignition switch ON (II): arus terkontrol
pressure control solenoid valve
C
Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi D (di gigi 2 dan 5):
valve D tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi P, R, dan N , dan di
posisi D (di gigi 1, 3, dan 4): sekitar 0 V
Mendeteksi ATF temperature Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.2 - 4.0 V (sekitar
signal 1.8 V pada suhu berputar) (tergantung pada suhu ATF)

Mendeteksi transmission range Di posisi D, 2 dan 1: sekitar 0 V


switch D, 2 dan 1 position Di posisi lainnya: tegangan baterai

34 signal
Mendeteksi EGR valve position Dengan mesin beroperasi: sekitar 1.2 - 3.0 V
(tergantung pada EGR valve lift)
sensor signal

^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Input dan Output ECM/PCM pada Konektor B ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi MAF sensor signal Saat idle: 1.1 - 1.6 V (antara terminal VG + dan terminal
VG -)
Mendeteksi IAT sensor signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.1 - 4.0 V (sekitar
1.8 V pada pada suhu berputar normal)

Ground untuk MAF sensor Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


signal Sensor ground
Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Mengoperasikan rocker arm oil Saat idle: sekitar 0 V
control solenoid
Mengoperasikan A/T clutch Dengan ignition switch ON (II): arus terkontrol
pressure control solenoid valve B

Ground circuit untuk ECM/PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


circuit
Mengoperasikan IMT actuator Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai

Ground untuk IMT actuator Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai

Mendeteksi IMT valve position Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V


Dengan kecepatan mesin sekitar 5.200 rpm: sekitar 5.0
V
Mengirimkan alternator control Dengan mesin beroperasi telah panas: sekitar 5.0 V
signal (tergantung pada beban listrik)
Mendeteksi alternator L signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
Dengan mesin beroperasi: tegangan baterai
Mendeteksi alternator FR signal Dengan mesin beroperasi: sekitar 2.6 - 3.4 V
(tergantung pada beban listrik)
Mengoperasikan A/T clutch Dengan ignition switch ON (II): arus terkontrol
pressure control solenoid valve A

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Input dan Output ECM/PCM pada Konektor C ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi ignition signal Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai

Ground circuit untuk ECM/PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


circuit
Ground untuk throttle actuator Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V

Mengoperasikan throttle Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V


actuator
Mengoperasikan injector No.1 Saat idle: duty terkontrol
Mengoperasikan injector No.2 Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai
Mengoperasikan injector No.3
Mengoperasikan injector No.4
Mengoperasikan A/F sensor Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai
heater (sensor 1) Dengan mesin beroperasi telah panas: duty terkontrol

Mendeteksi MAP sensor signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 3.0 V
Saat idle: sekitar 1.0 V (tergantung kecepatan mesin)

Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V


voltage
Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V
voltage
Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Mengoperasikan ignition coil Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
No.1 Dengan mesin beroperasi: berpulsa
Mengoperasikan ignition coil
No.2
Mengoperasikan ignition coil
No.3
Mengoperasikan ignition coil
No.4
Mendeteksi TP sensor A signal Dengan throttle fully terbuka: sekitar 3.4 V
Dengan throttle fully tertutup: sekitar 0.9 V
Mendeteksi TP sensor B signal Dengan throttle fully terbuka: sekitar 3.6 V
Dengan throttle fully tertutup: sekitar 1.7 V

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Input dan Output ECM/PCM pada Konektor C ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi EOP sensor signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.7 V
Dengan mesin beroperasi: sekitar 0.7 V
(tergantung pada tekanan oli mesin)
Mendeteksi secondary HO2S Dengan throttle terbuka lebar pada idle dan mesin bero-
(sensor 2) signal perasi telah panas: sekitar 0.9 V
Dengan throttle tertutup dengan cepat: sekitar 0.4 V

Mendeteksi A/F sensor Saat idle: sekitar 2.2 V


(sensor 1) signal

Mendeteksi A/F sensor Saat idle: sekitar 1.8 V


(sensor 1) signal

Mendeteksi CMP sensor signal Dengan mesin beroperasi: berpulsa

Mendeteksi CKP sensor signal Dengan ignition switch ON (II): berpulsa

Mendeteksi ignition signal Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai


Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Ground circuit untuk ECM/PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
circuit
Mendeteksi knock sensor signal Dengan ketokan mesin: berpulsa
Mendeteksi output shaft (coun- Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V atau 5.0 V
tershaft) speed sensor signal Dengan kendaraan berjalan: sekitar 2.5 V (berpulsa)

Ground circuit untuk ECM/PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


circuit

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Sistem PGM-FI Crankshaft Position (CKP) Sensor


Sensor CKP mendeteksi kecepatan crankshaft dan gunakan
dengan ECM/PCM untuk menentukan ignition timing dan tim-
Programmed Fuel Injection System (PGM-FI) merupakan
ing untuk injeksi bahan bakar setiap silinder, serta mendeteksi
sistem injeksi bahan bakar multiport yang berurutan.
^
misfire pada mesin.
Air Conditioning (A/C) Compressor Clutch Relay
_ Jika ECM/PCM menerima permintaan untuk pendinginan
dari sistem A/C, maka relay akan menunda compressor
34 diaktifkan dan akan memperkaya campuran untuk memas-
tikan adanya transisi yang halus ke mode A/C.

Air Fuel Ratio (A/F) Sensor


A/F sensor beroperasi dalam jangkauan rasio udara/bahan
bakar yang luas. A/F sensor terpasang di bagian atas
TWC, dan mengirimkan sinyal ke ECM/PCM yang akan
memvariasikan durasi injeksi bahan bakar sesuai kebu-
tuhan.

Engine Coolant Temperature (ECT) Sensor 1 dan 2


ECT sensor 1 dan 2 merupakan resistor (thermistor) yang
tergantung pada suhu. Tahanan thermistor menurun seiring
dengan meningkatnya suhu coolant mesin.

Barometric Pressure (BARO) Sensor


Baro sensor berada di dalam ECM/PCM. Sensor ini
mengubah tekanan atmosfer ke sinyal tegangan yang
nantinya akan memodifikasi durasi dasar pengosongan
injeksi bahan bakar.

Camshaft Position (CMP) Sensor


CMP sensor akan mendeteksi posisi silinder no.1 Ignition Timing Control
sebagai referensi untuk injeksi bahan bakar berikutnya ECM/PCM berisi memori untuk ignition timing dasar di segala
ke setiap silinder. tingkat putaran mesin dan tekanan absolut manifold. Ignition
timing control juga menyetel timing sesuai dengan suhu
coolant mesin dan udara intake.

Timing dan Durasi Injector


ECM/PCM berisi memori untuk durasi pengosongan dasar di
segala tingkat putaran mesin dan tekanan absolut manifold.
Durasi pengosongan dasar, setelah dibaca dari memori, akan
dimodifikasi lebih lanjut oleh sinyal yang dikirim dari berbagai
sensor untuk mendapatkan durasi pengosongan akhir.
34 Dengan memonitor long term fuel trim, ECM/PCM akan men-
deteksi gangguan fungsi yang telah lama terjadi di sistem
^ bahan bakar dan menghasilkan diagnostic trouble code
(DTC).
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Knock Sensor Mass Air FLow (MAF) Sensor/Intake Air Temperature (IAT)
Knock control system menyetel ignition timing untuk memi- Sensor
nimalisir knocking. Mass Air Flow (MAF) sensor/Intake Air Temperature (IAT)
sensor terdiri dari sebuah kabel panas (hot wire) dan sebuah
thermistor. Sensor ini terletak di saluran udara masuk (intake
^ air.passage). Tahanan kabel panas dan thermistor berubah
mengikuti suhu udara masuk (intake air) dan aliran udara.
_ Sirkuit kontrol di MAF sensor mengontrol arus untuk menjaga
agar suhu kabel panas tetap berada pada nilai yang diatur.
34 Arus tersebut kemudian diubah menjadi tegangan di dalam
sirkuit kontrol, dan memberi output untuk ECM/PCM.

Manifold Absolute Pressure (MAP) Sensor


MAP sensor akan mengubah tekanan absolut manifold men-
jadi sinyal listrik ke ECM/PCM

Output Shaft (Countershaft) Speed Sensor


Sensor ini mendeteksi kecepatan countershaft.

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Secondary Heated Oxygen Sensor (Secondary HO2S) Electronic Throttle Control System
Secondary HO2S mendeteksi jumlah kandungan oksigen
dalam gas buang (exhaust gas) yang mengalir keluar pada Throttle dikontrol oleh electronic throttle control system secara
Three Way Catalytic Converter (TWC) dan mengirimkan elektronik. Lihat Diagram Sistem untuk melihat susunan fung-
^ sinyal ke ECM/PCM yang akan memvariasikan durasi peng-
injeksian bahan bakar sesuai kebutuhan. Untuk mensta-
sional sistem.

_ bilkan output-nya, sensor memiliki heater internal.


ECM/PCM membandingkan output HO2S dengan output
Idle Control: Saat mesin berada pada putaran idle, ECM/PCM
akan mengontrol throttle actuator untuk mempertahankan
34 A/F sensor untuk menentukan efisiensi katalis. Secondary
HO2S terpasang di TWC.
putran idle yang sesuai dengan beban mesin.

Acceleration pedal: Saat pedal gas ditekan, ECM/PCM akan


membuka throttle valve, tergantung pada accelerator pedal
position (APP) sensor signal.

Cruise control: ECM/PCM mengontrol throttle actuator untuk


mempertahankan kecepatan yang telah disetel sebelumnya
saat cruise control sedang beroperasi. Throttle actuator akan
mengambil alih posisi cruise control actuator.

Accelerator Pedal Position (APP) Sensor


Saat posisi pedal gas berubah, sensor akan memvariasikan
tegangan sinyal ke ECM/PCM.

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Throttle Body
Throttle body memiliki tipe single-barrel side draft. Bagian
Sistem Idle Control
bawah throotle valve dipanaskan oleh coolant mesin dari Jika mesin dingin, A/C compressor menyala, transmisi
kepala silinder untuk mencegah pembentukan lapisan es di sedang dimasukkan, pedal rem ditekan, beban power steer-
throttle plate. ing tinggi, atau altenator sedang mengisi, ECM/PCM akan
^ mengontrol arus ke throttle actuator untuk mempertahankan
putaran idle yang tepat.
_ Brake Pedal Position Switch
34 Brake pedal position switch akan mengirimkan sinyal ke
ECM/PCM saat pedal rem ditekan.

Power Steering Pressure (PSP) Switch


PSP switch akan memberikan sinyal ke ECM/PCM saat
beban power steering tinggi.

Sistem Suplai Bahan Bakar


Kontrol Pemutusan Aliran Bahan Bakar
Selama deselerasi dengan throttle valve tertutup, arus ke
injektor dihentikan untuk menghemat bahan bakar saat
putaran mesin di atas 800 rpm (min-1) (A/T) (M/T: 830 rpm
(min-1)). Kontrol pemutusan aliran bahan bakar dilakukan juga
saat putaran mesin melebihi 6,800 rpm (min-1), terlepas dari
dan posisi throttle valve, untuk melindungi mesin dari over-
revving. Jika kendaraan dihentikan, ECM/PCM akan
menghentikan aliran bahan bakar saat kecepatan kendaraan
melampaui 5,000 rpm (min-1) (A/T) (M/T: 6.800 rpm (min-1))..
Pada mesin yang dingin, kecepatan menghentikan aliran
bahan bakar akan lebih lambat.

Kontrol Pompa Bahan Bakar


Jika pengapian dinyalakan, ECM/PCM akan menghubungkan
PGM-FI main relay 2 (FUEL PUMP) ke ground yang akan
menyuplai arus ke pompa bahan bakar selama 2 detik untuk
memberikan tekanan pada sistem bahan bakar. Dengan
mesin beroperasi, ECM/PCM akan menghubungkan PGM-FI
main relay 2 (FUEL PUMP) ke ground dan menyuplai arus ke
pompa bahan bakar. Jika mesin tidak beroperasi dan penga-
pian dinyalakan, ECM/PCM akan melepaskan hubungan
PGM-FI main relay 2 (FUEL PUMP) ke ground yang akan
menghentikan arus ke pompa bahan bakar.

PGM-FI Main Relay 1 dan 2


PGM-FI main relay 1 (FI MAIN) diaktifkan tiap kali ignition
switch diputar ke ON (II) untuk menyuplai tegangan baterai
ke ECM/PCM, arus ke injektor, dan arus ke PGM-FI main
relay 2 (POMPA BAHAN BAKAR). PGM-FI main relay 2
(POMPA BAHAN BAKAR) diaktifkan untuk menyuplai arus ke
pompa bahan bakar selama 2 detik ketika ignition switch
34 diputar ke ON (II), dan ketika mesin diputar atau beroperasi.

^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Sistem VTEC

• Mekanisme ini memperbaiki efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang pada semua tingkat putaran mesin,
kecepatan kendaraan, dan beban mesin.

^ • Mekanisme VTEC mengubah valve lift dan valve timing dengan menggunakan lebih dari satu profil cam.
• Sistem VTEC mengubah profil cam (sudut) saat kendaraan melaju.

_ (sudut cam berubah untuk mendapatkan efek EGR dan mengurangi kehilangan daya dorong).

34 Pengoperasian

Saat mesin dinyalakan, dan beban tinggi


• Rocker arm oil control valve di posisi OFF
• Dari saluran oli di dalam intake rocker shaft, timbul tekanan oli yang kemudian masuk ke secondary rocker arm B
Hal ini memaksa VTEC switching piston bergeser ke secondary rocker arm A sehingga menekan pegas balik (return spring)
dan melepaskan secondary arm A dari secondary arm B untuk menghentikan pergerakan valve.

TEKANAN
OLI

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Saat Mengendarai
Rocker arm oil control valve memindahkan tekanan oli ke saluran oli di dalam Intake rocker arm shaft. Tekanan oli kemudian
memasuki secondary rocker arm A, dan menggerakkan VTEC switching piston di dalam rocker arm.
Hal ini mengakibatkan VTEC switching piston untuk bergeser ke secondary rocker arm B, mengunci bersama-sama secondary
^ rocker arm A dan B.

_
34

TEKANAN
OLI

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Catalytic Converter System (model dengan TWC) Exhaust Gas Recirculation (EGR) System

Three Way Catalytic Converter (TWC) Lihat Diagram Sistem untuk melihat susunan fungsional
TWC mengubah hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), sistem.
^ dan oksida nitrogen (Nox) di gas buang menjadi karbon
dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan uap air. EGR Valve
_ EGR valve menurunkan suhu pembakaran maksimum dan
mengurangi oksida emisi nitrogen (NOx) dengan meresirku-
34 lasikan gas buang melalui intake manifold dan ke ruang pem-
bakaran.

Evaporative Emission (EVAP) Control System

Lihat Diagram Sistem untuk melihat uraian fungsi sistem.

EVAP Canister
EVAP canister digunakan sebagai tempat penyimpanan
sementara uap bahan bakar dari tangki bahan bakar sampai
uap bahan bakar dikuras kembali dari EVAP canister ke
mesin dan dibakar.

EVAP Canister Purge Valve


Jika suhu coolant mesin berada di bawah 60ºC (140ºF),
ECM/PCM akan mematikan EVAP canister purge valve yang
Positive Crankcase Ventilation (PCV) System akan memutus vacuum ke EVAP canister.

PCV valve mencegah gas yang keluar mengalir ke udara


bebas dengan mengarahkannya ke intake manifold. KELUAR

KEDALAM

UAP YANG DIALIRKAN KELUAR


UDARA BERSIH

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Diagram Electronic Throttle Control System


Electronic throttle control system terdiri dari throttle actuator, throttle position (TP) sensor A/B, accelator pedal position (APP)
sensor A/B, electronic throttle control system (ETCS) control relay, dan ECM/PCM.
^
_
34 Dari

BERBAGAI
MACAM SENSOR

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2
Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Intake Manifold Tuning (IMT) Valve System

Power mesin disesuaikan dengan kondisi terbuka dan tertutup dari intake manifold tuning (IMT) actuator. Jika valve (katup)
tertutup, maka terdapat torsi tinggi pada kecepatan mesin rendah. Jika valve terbuka, maka terdapat torsi tinggi pada
^ kecepatan mesin tinggi. Intake Manifold Tuning (IMT) valve actuator terdiri dari sebuah sensor yang mampu mendeteksi posisi
IMT valve dan mengirimkannya ke ECM/PCM.
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Diagram Exhaust Gas Recirculation (EGR) System

Sistem EGR dirancang untuk mengurangi emisi oksida nitrogen (NOx) dengan meresirkulasikan gas buang melalui EGR pipe
dan intake manifold ke ruang pembakaran. Membuat rute pembuangan gas melalui pipa EGR membantu mencegah ter-
^ jadinya penimbunan karbon di dalam intake manifold dan throttle body. ECM/PCM memory memasukkan posisi EGR valve
ideal untuk memvariasikan kondisi pengoperasian.
_ EGR valve position sensor mendeteksi jumlah EGR valve lift dan mengirimkan informasi ini ke ECM/PCM. Kemudian,
34 ECM/PCM akan membandingkannya dengan EGR valve lift ideal yang tersimpan di PCM memory (berdasarkan pada sinyal
yang dikirim dari sensor lainnya). Jika terdapat perbedaan di antara keduanya, ECM/PCM akan menghentikan arus ke EGR
valve.

BERBAGAI
MACAM SENSOR

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Evaporative Emission (EVAP) Control Diagram

EVAP dirancang untuk meminimalisir volume uap bahan bakar yang dikeluarkan ke udara. Uap dari tangki bahan bakar
akan disimpan sementara si EVAP canister sampai uap bahan bakar dikuras dari EVAP canister ke mesin dan dibakar.
^
• EVAP canister dikuras dengan cara menghisap udara segar melalui EVAP canister dan ke port di intake manifold.Vaccum
_ penguras (purging vacuum) dikontrol oleh EVAP canister purge valve yang akan beroperasi setiap kali suhu coolant
mesin berada di atas 60OC (140OF).
34 • Jika tekanan uap di dalam tangki bahan bakar lebih tinggi dari nilai yang diatur oleh EVAP two way valve, maka valve
(katup) akan terbuka dan mengatur arus uap bahan bakar ke EVAP canister.

BERBAGAI
MACAM SENSOR

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Diagram Sirkuit ECM/PCM

^
_
34

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

^
_
34

34 *2: M/T
*3: Dengan cruise control

^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

^
_
34

34 *3: Dengan cruise control

^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)
Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model LHD

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

FUSE/RELAY BOX DI RUANG FUSE/RELAY


FUSE/RELAY BOX BOX DI RUANG
DI RUANG MESIN MESIN (F) (18)
MESIN (D) (19)
(H) (17)

FUSE/RELAY BOX
DI RUANG MESIN
(E) (21)

34 CATATAN:

^ • Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

_
**: Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi terminal

(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model LHD
^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model LHD

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

INJECTOR No
o .1 (2) INJECTOR No
o .2 INJECTOR No
o .3
(3) (4)

^
_
34 INJECTOR No
o .4 (6)
IGNITION
COIL
Noo .7 (7)
IGNITION
COIL No
(8)
o .2
IGNITION
COIL No
(9)
o .3
IGNITION
COIL No
(10)
o .4

CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model LHD
^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

FUSE/RELAY BOX
DI BAWAH DASH-
BOARD (Q) (1)

^
_
34

FUSE/RELAY
BOX DI BAWAH
DASHBOARD
(D) (11)

FUSE/RELAY FUSE/RELAY BOX DI BAWAH DASHBOARD (E) (13)


BOX DI BAWAH
DASHBOARD
(C) (12)

FUSE/RELAY BOX DI BAWAH DASHBOARD (F) (14)

FUSE/RELAY BOX DI BAWAH DASHBOARD (G) (15)

CATATAN:
34 • Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

^
**: Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi terminal

_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model LHD

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model RHD
^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

FUSE/RELAY FUSE/RELAY BOX DI RUANG FUSE/RELAY


BOX DI RUANG MESIN (F) (18) BOX DI RUANG
MESIN (H) (17) MESIN (D) (19)

FUSE/RELAY
BOX DI RUANG
MESIN (E) (21)

34 CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
^ • Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel
**: Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi terminal
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model RHD
^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model RHD

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

INJECTOR No
o .1 INJECTOR No
o .2 INJECTOR No
o .3
(2) (3) (4)

^
_
34 INJECTOR No
(6)
o .4
IGNITION
COIL
Noo .1 (7)
IGNITION
COIL
Noo .2 (8)
IGNITION
COIL
Noo .3 (9)
IGNITION
COIL
Noo .4 (10)

CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model RHD

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34 FUSE/RELAY
BOX DI BAWAH
DASHBOARD
FUSE/RELAY
BOX DI BAWAH
DASHBOARD
FUSE/RELAY
BOX DI BAWAH
DASHBOARD
(C) (7) (D) (8) (Q) (9)

CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel
**: Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi terminal

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

Model RHD

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

FUSE/RELAY BOX DI BAWAH DASHBOARD (G) (1)

^
_
34
FUSE/RELAY BOX DI BAWAH DASHBOARD (F) (2)

FUSE/RELAY BOX DI BAWAH DASHBOARD (E) (3)

CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit ECM/PCM (lanj.)

^
_
34

CATATAN:
• Connector dengan terminal laki-laki (garis tepi ganda): tampak dari sisi terminal
• Connector dengan terminal perempuan (garis tepi tunggal): tampak dari sisi kabel

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34 Mesin K24Z1

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Special Tool . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-64
Indeks Troubleshooting DTC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-65
Indeks TroubleshootingGejala Komponen . . . . . . . . . . . . . . 11-70
Uraian Sistem . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-73

Sistem PGM-FI
Penggantian Injektor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-128

Sistem Suplai Bahan Bakar


Pelepaskan Tekanan Bahan Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-130
Pengetesan Tekanan Bahan Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-132
Informasi Penting Tentang Fuel Line/Quick
Connect Fitting . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-133
Pembongkaran Fuel Line/Quick
Connect Fitting . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-134
Pemasangan Fuel Line/Quick
Connect Fitting . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-135

Sistem Intake Air


Penggantian Intake Air Bypass
Control Thermal Valve (model FO) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-138

CATATAN: Lihat Shop Manual CR-V 2007, P/N 62SWA00 untuk komponen yang tidak
dibahas dalam bab ini.

34
^ Garis Besar Perubahan pada Model

_ Model FO, IN telah ditambahkan.

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Special Tools

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Indeks Troubleshooting DTC

DTC (Indikasi MIL*1) Dua Putaran Drive Komponen Deteksi MIL Halaman
terdeteksi
Gangguan Fungsi Pada VTC OIL Control Solenoid Valve Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-658)
Gangguan Fungsi Pada VTC System Lihat Shop Manual,

^ Tegangan Rendah pada Sirkuit MAF Sensor


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-661)
Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-454)

_ Tegangan Tinggi pada Sirkuit MAF Sensor Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-457)

34 Tegangan Rendah pada Sirkuit MAP Sensor Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-459)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit MAP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-461)
Tegangan Rendah pada Sirkuit IAT Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-465)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit IAT Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-467)
Tegangan Rendah pada Sirkuit ECT Sensor 1 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-471)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit ECT Sensor 1 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-473)
Tegangan Rendah pada Sirkuit TP Sensor A Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-616)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit TP Sensor A Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-618)
Gangguan Fungsi/Respons yang Lamban dari A/F Sensor (Sensor 1) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-479)
Gangguan Fungsi pada Sistem A/F sensor (Sensor 1) Heater Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-480)
Gangguan fungsi pada Sirkuit A/F Sensor (Sensor 1) Heater Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-481)
Tegangan Rendah pada Sirkuit Secondary HO2S (Sensor 2) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-485)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit Secondary HO2S (Sensor 2) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-487)
Gangguan fungsi pada Sirkuit Secondary HO2S (Sensor 2) Heater Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-491)
Sistem Bahan Bakar Terlalu Miskin Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-495)
Sistem Bahan Bakar Terlalu Kaya Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-495)
Tegangan Rendah pada Sirkuit TP Sensor B Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-621)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit TP Sensor B Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-624)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T
system, dan periksa DTC transmisi otomatis.

*1: DTC ini diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.
*2: Model FO

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Indeks Troubleshooting DTC (lanj.)

DTC (Indikasi MIL*1) Dua Putaran Drive Hal yang Terdeteksi MIL Catatan
terdeteksi
Mendeteksi Random Misfire Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-499)

^
_ Mendeteksi Misfire Silinder No. 1 Lihat Shop Manual,

34 Mendeteksi Misfire Silinder No. 2


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-502)
Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-502)
Mendeteksi Misfire Silinder No. 3 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-502)
Mendeteksi Misfire Silinder No. 4 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-502)
Gangguan fungsi pada Sirkuit Knock Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-511)
Tidak ada Sinyal pada CKP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-513)
Interupsi Intermittent pada CKP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-516)
Tidak ada Sinyal pada CMP Sensor A Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-663)
Fase yang Salah Terdeteksi pada CMP Sensor dan CKP Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-666)
Interupsi Intermittent pada CMP Sensor A Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-668)
Tidak ada Sinyal di CMP Sensor B Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-517)
Interupsi Intermittent pada CMP Sensor B Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-520)
Aliran EGR Tidak Mencukupi Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-753)
Masalah Kinerja/Jangkauan EGR Control Circuit Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-755)
Tegangan Tinggi pada EGR Valve Position Sensor Circuit Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-758)
Efisiensi Catalyst System di Bawah Ambang Batas Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-749)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit EVAP Canister Purge Valve Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-772)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T
system, dan periksa DTC transmisi otomatis.

*1: DTC ini diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.
*2: Model FO

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

DTC (Indikasi MIL*1) Dua Putaran Drive Hal yang Terdeteksi MIL Catatan
terdeteksi
Tegangan Rendah pada Sirkuit A/C Pressure Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-691)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit A/C Pressure Sensor Lihat Shop Manual,

^ Tegangan Rendah pada Sistem Charging


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-693)
Lihat Shop Manual,

_
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-526)
Tegangan Tak Terduga pada Sirkuit PCM Power Source Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-527)

34 Error pada PCM Programming Lihat Shop Manual,


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-530)
Gangguan Fungsi pada PCM Processor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-530)
Gangguan Fungsi pada PCM (A/T system) Internal Control Module Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-531)
Error pada PCM Internal Control Module Keep Alive Memory (KAM) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-531)
VIN tidak terprogram atau tidak sesuai Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-532)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit PCM Power Control Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-533)
Gangguan Fungsi pada Sirkuit Ouput Shaft (Countershaft) Speed Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-534)
Gangguan Fungsi pada VTC Advance Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-669)
Barometric Pressure (BARO) Sensor Circuit, di Luar Jangkauan, Tinggi Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-539)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit A/F Sensor (Sensor 1) AFS Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-545)
Tegangan Rendah pada Sirkuit ELD Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-548)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit ELD Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-550)
Tegangan Tinggi pada Sistem Charging Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-552)
Gangguan Fungsi pada Electronic Throttle Control System (ETCS) Control Lihat Shop Manual,
Relay ON P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-627)
Gangguan Fungsi pada Electronic Throttle Control System (ETCS) Control Lihat Shop Manual,
Relay OFF P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-629)
Masalah Kinerja pada Throttle Valve Default Position Spring Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-633)
Masalah Kinerja pada Throttle Valve Return Spring Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-634)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T system,
dan periksa DTC transmisi otomatis.

*1: DTC ini diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Indeks Troubleshooting DTC (lanj.)

DTC (Indikasi MIL*1) Dua Putaran Drive Hal yang Terdeteksi MIL Catatan
terdeteksi
Tegangan Rendah pada Sirkuit Alternator B Terminal Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-553)
Tegangan Rendah pada Alternator FR Terminal Circuit/IGP Circuit Lihat Shop Manual,

^ Gangguan Fungsi pada Electronic Throttle Control System (ETCS)


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-554)
Lihat Shop Manual,

_
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-635)
Masalah Kinerja/Jangkauan Throttle Actuator Current Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-637)

34 Tegangan Rendah pada Sirkuit APP Sensor A (Throttle Position Sensor D) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-639)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit APP Sensor A (Throttle Position Sensor D) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-642)
Tegangan Rendah pada Sirkuit APP Sensor B (Throttle Position Sensor E) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-644)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit APP Sensor B (Throttle Position Sensor E) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-647)
Korelasi Tegangan yang Tidak Tepat pada TP Sensor A/B Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-649)
Korelasi Tegangan yang Tidak Tepat pada APP Sensor A/B (throttle Position Lihat Shop Manual,
Sensor D/E) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-651)
Throttle Actuator Control System Idle Position Belum Diadaptasi (Not Learn) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-653)
Tegangan Rendah pada Sirkuit ECT Sensor 2 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-559)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit ECT Sensor 2 Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-561)
Tegangan Rendah pada Sirkuit BARO Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-565)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit BARO Sensor Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-565)
Tegangan Rendah pada A/F Sensor (Sensor 1) AFS + Line Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-566)
Tegangan Rendah pada A/F Sensor (Sensor 1) AFS — Line Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-568)
Secondary HO2S (Sensor 2) Circuit Signal Terlalu Kaya Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-570)
Gangguan Fungsi pada ERG System Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-760)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T system,
dan periksa DTC transmisi otomatis.

*1: DTC ini diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.
*2: Model FO

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

DTC (Indikasi MIL*1) Dua Putaran Drive Hal yang Terdeteksi MIL Catatan
terdeteksi
Masalah Kinerja pada PCM Ignition Off Internal Timer Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-531)
Tegangan Rendah pada Sirkuit Rocker Arm Oil Pressure Switch Lihat Shop Manual,

^ Tegangan Tinggi pada Sirkuit Rocker Arm Oil Pressure Switch


P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-670)
Lihat Shop Manual,

_
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-672)
Tegangan Rendah pada Sirkuit Rocker Arm Oil Control Solenoid Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-674)

34 Tegangan Rendah pada Sirkuit Rocker Arm Oil Control Solenoid Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-676)
Tegangan Tinggi pada Sirkuit Rocker Arm Oil Control Solenoid Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-678)
Masalah Kinerja/Jangkauan pada A/F Sensor (Sensor 1) (lihat hal. 11-572)

Gangguan Fungsi pada F-CAN (PCM-Gauge Control Module) Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-576)
Ketidaksesuaian antara Versi Programsistem PGM-FI dan sistem A/T Lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-578)

CATATAN: DTC di atas akan muncul jika PGM-FI system dipilih di HDS.
Beberapa DTC transmisi otomatis akan mengakibatkan MIL menyala. Jika MIL menyala dan tidak ada DTC yang terindikasi di PGM-FI system, pilih A/T system,
dan periksa DTC transmisi otomatis.

*1: DTC ini diindikasikan oleh kedipan MIL ketika kabel SCS di-jumper dengan HDS.
*2: Model FO
*3: Model IN

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Indeks Troubleshooting Gejala Komponen


Jika kendaraan mengalami salah satu dari gejala-gejala di bawah ini, periksa Diagnostic Touble Code (DTC) dengan HDS.
Jika tidak ada DTC, lakukan prosedur diagnosis untuk gejala komponen, sesuai urutan pada daftar, hingga ditemukan
penyebab masalah.

Gejala Prosedur Diagnosis Periksa juga apakah


^ Mesin tidak menyala
(MIL OK, tidak ada DTC)
1. Tes baterai, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00B
(lihat hal. 22-94).
• Kompresi rendah
• Tidak ada bunga api saat

_ 2. Tes starter, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 4-59).
3. Periksa Tekanan Bahan Bakar (lihat hal. 11-132).
pengapian
• Intake air bocor
• Mesin terkunci
34 4. Lakukan troubleshooting pada sirkuit fuel pump, lihat Shop
Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-713).
• Cam chain retak
• Bahan Bakar terkontaminasi

Mesin tidak menyala (MIL menyala Lakukan troubleshooting pada sirkuit DLC, lihat Shop Manual, • Kompresi rendah
dan tetap menyala, atau tidak per- P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-589). • Tidak ada bunga api saat
nah menyala sama sekali, tidak ada pengapian
• Intake air bocor
DTC)
• Mesin terkunci
• Cam chain retak
• Bahan Bakar terkontaminasi
• Tidak ada Power ke PCM
• Tidak ada Groung ke PCM
• hubung singkat pada
tegangan acuan

MIL menyala dan tetap menyala, Lakukan troubleshooting pada sirkuit MIL, lihat Shop Manual,
atau tidak pernah menyala sama P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-588).
sekali, tidak ada DTC
Mesin sulit dinyalakan Periksa apakah ada gejala pada immobilizer system.
(MIL OK, tidak ada DTC, indikator
immobilizer menyala atau berkedip-
kedip)
Mesin menyala tapi gagal Periksa apakah ada gejala pada immobilizer system.
menghentikan (MIL OK, tidak ada
DTC, indikator immobilizer menyala
atau berkedip-kedip)

Mesin susah menyala 1. Tes baterai, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00B (lihat hal. 22-94). • Kompresi rendah
(MIL OK, tidak ada DTC) 2. Periksa Tekanan Bahan Bakar (lihat hal. 11-132). • Intake air bocor
3. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A • Bahan Bakar terkontami-
nasi
(lihat hal. 11-741).
• Pengapian berkurang

Saat dingin, putaran idle terlalu 1. Lakukan PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual,
rendah (MIL OK, tidak ada DTC) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-703).
2. Periksa putaran idle, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-702).
Saat dingin, putaran idle terlalu 1. Lakukan PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual,
tinggi (MIL OK, tidak ada DTC) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-703).
2. Periksa putaran idle, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-702).
3. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-741).

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Gejala Prosedur Diagnosis Periksa juga apakah


Setelah pemanasan, putaran idle di 1. Lakukan troubleshooting pada alternator FR signal circuit,
bawah spesifikasi tanpa adanya lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-697).
beban (MIL OK, tidak ada DTC) 2. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N

^ Setelah pemanasan, putaran idle di


62SWA00A (lihat hal. 11-741).
1. Lakukan troubleshooting pada alternator FR signal circuit,
_ bawah spesifikasi tanpa adanya
beban (MIL OK, tidak ada DTC)
lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-697).
2. Periksa APP sensor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
34 (lihat hal. 11-655).
Setelah pemanasan, putaran idle 1. Lakukan PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual, Sistem power
menurun drastis ketika roda stir P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-703). steering
(steering wheel) diputar (MIL OK, 2. Lakukan troubleshooting pada PSP switch signal circuit,
tidak ada DTC) lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-698).
3. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-741).

Putaran Idle tidak teratur 1. Lakukan PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual, Bahan bakar terkontami-
(MIL OK, tidak ada DTC) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-703). nasi
2. Tes Tekanan Bahan Bakar (lihat hal. 11-132).
3. Tes injektor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-604).
4. Lakukan troubleshooting pada alternator FR signal circuit,
lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-697).
5. Periksa PCV valve, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-769).
6. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-741).
7. Model IN:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure,
lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-680).

Misfire atau pengoperasian kasar 1. Periksa spark plug, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A • Kompresi rendah
(MIL OK, tidak ada DTC) (model IN) (lihat hal. 4-79). • Toleransi celah valve
2. Tes Tekanan Bahan Bakar, (lihat hal. 11-132). • Bahan bakar terkonta-
3. Tes injektor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 604). minasi
4. Lakukan troubleshooting pada sirkuit fuel pump, lihat Shop
Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-713).
5. Model IN:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure,
lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-680).

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Indeks Troubleshooting Gejala Komponen (lanj.)

Gejala Prosedur Diagnosis Periksa juga apakah


Tes emisi gagal 1. Periksa three way catalytic converter (TWC), lihat Shop Manual, • Bahan bakar terkonta-
(MIL OK, tidak ada DTC) (Model IN) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-751). minasi
2. Periksa spark plugs, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A • Kompresi rendah

^ (lihat hal. 4-79).


3. Tes Tekanan Bahan Bakar (lihat hal. 11-132).
• Timing belt rusak

_ 4. Tes injektor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A


(lihat hal. 11-604).
5. Periksa EVAP system, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
34 (lihat hal. 11-797).
6. Model IN:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure,
lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-680).

Tenaga rendah 1. Tes Tekanan Bahan Bakar (lihat hal. 11-132). • Bahan bakar terkonta-
(MIL OK, tidak ada DTC) 2. Periksa air cleaner element, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A minasi
(lihat hal. 11-743). • Kompresi rendah
3. Tes throttle body, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A • Camshaft timing
(lihat hal. 11-741). • Level engine oil
4. Model IN:
Periksa three way catalytic converter (TWC), lihat Shop Manual,
P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-751).
5. Tes injektor, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-604).
6. Model IN:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure,
lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-680).

Mesin mogok 1. Lakukan PCM idle learn procedure, lihat Shop Manual, • Intake air bocor
(MIL OK, tidak ada DTC) P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-703). • Koneksi harness dan
2. Tes Tekanan Bahan Bakar (lihat hal. 11-132). sensor bermasalah
3. Periksa putaran idle, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 11-702).
4. Lakukan troubleshooting pada brake pedal position switch signal
circuit, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-700).
5. Model IN:
Periksa spark plug, lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A
(lihat hal. 4-79).
6. Model IN:
Lakukan troubleshooting pada VTEC system oil pressure,
lihat Shop Manual, P/N 62SWA00A (lihat hal. 11-680).

HDS tidak berkomunikasi Lakukan troubleshooting pada DLC circuit, lihat Shop Manual,
dengan PCM atau kendaraan 62SWA00A (lihat hal. 11-589).

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Uraian Sistem
Electronic Control System

Fungsi sistem kontrol bahan bakar dan emisi dikontrol oleh engine control module (ECM) di kendaraan dengan transmisi
manual atau powertrain control module (PCM) di kendaraan dengan transmisi otomatis.
^ Self-diagnosis
_ ECM/PCM mendeteksi kegagalan sinyal dari sensor atau dari control unit yang lain dan menyimpan Temporary DTC (DTC
34 sementara) atau DTC ke dalam memori yang dapat dihapus (RAM). Tergantung dari jenis kegagalan, DTC disimpan pada
drive cycle pertama (first) atau kedua (second). Jika DTC disimpan, ECM/PCM menyalakan malfunction indicator lamp
(MIL) dengan mengirim sinyal ke gauge melalui F-CAN .

• Metoda one Driving Cycle Detection


Jika terjadi keganjilan pada sinyal dari sensor atau dari control yang lain, ECM/PCM menyimpan kegagalan DTC di dalam
RAM dan langsung menyalakan MIL.

• Metoda Two Driving Cycle Detection


Jika terjadi keganjilan pada sinyal dari sensor atau dari control unit lain di dalam drive cycle pertama (first), ECM/PCM akan
menyimpan Temporary DTC untuk kegagalan di dalam RAM. MIL tidak menyala untuk saat ini. Jika kegagalan terus berlan-
jut di dalam drive cycle kedua, ECM/PCM menyimpan DTC di dalam memori yang dapat dihapus dan MIL menyala.

Fungsi Fail-safe
Jika terjadi keganjilan pada sinyal dari sensor atau dari control unit yang lain, ECM/PCM akan mengabaikan sinyal tersebut
dan menggunakan nilai yang telah diprogram sebelumnya untuk sensor sehingga mesin tetap dapat beroperasi. Hal ini
mengakibatkan DTC akan tersimpan dan MIL akan menyala.

Pemeriksaan Bola Lampu (bulb) MIL


Jika ignition switch diputar ke ON (II), PCM menyalakan MIL via F-CAN selama 2 detik untuk memeriksa kondisi bola lampu MIL.

Self Shut Down Mode (SSD)


Setelah ignition switch dimatikan, ECM/PCM tetap ON (bisa mencapai 15 menit).
Jika konektor ECM/PCM dicabut selama mode ini, ECM/PCM dapat mengalami kerusakan.
Untuk membatalkan mode ini, lepaskan kabel negatif dari baterai atau ‘jump’-kan kabel SCS dengan HDS setelah ignition
switch OFF.switch OFF.

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)

Rute Vacuum Hose

^
_
34 ke

ARAH DEPAN
KENDARAAN

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Distribusi Vacuum

^
_
34

dan

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


) (44P)
Input dan Output PCM pada Konektor A (

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mengoperasikan radiator fan Dengan radiator fan beroperasi: sekitar 0 V
relay Dengan radiator fan berhenti: tegangan baterai
Mengoperasikan A/C condenser Dengan A/C condenser fan beroperasi: sekitar 0 V
fan relay Dengan A/C condenser fan berhenti: tegangan baterai
Mengoperasikan PGM-FI main Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
relay 1 Power souce dari peny- Dengan ignition switch OFF: tegangan baterai
impanan DTC
Power source untuk PCM circuit Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai

Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


Mengoperasikan A/C compres- Dengan compressor ON: sekitar 0 V
sor clutch relay Dengan compressor OFF: tegangan baterai
Mengoperasikan PGM-FI main 0 V selama 2 detik setelah memutar ignition switch ke ON
relay 2 (FUEL PUMP) (II), kemudian tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi: sekitar 0 V
Mendeteksi A/C pressure Dengan A/C switch ON: sekitar 1.7 – 4.8 V (tergantung
sensor signal pada tekanan A/C)
Mendeteksi APP sensor Dengan ignition switch ON (II) dan accelerator pedal
A signal ditekan: sekitar 4.1 V
Dengan ignition switch ON (II) dan accelerator pedal
dilepaskan: sekitar 1.0 V
Mendeteksi APP sensor Dengan ignition switch ON (II) dan accelerator pedal
B signal ditekan: sekitar 2.4 V
Dengan ignition switch ON (II) dan accelerator pedal
dilepaskan: sekitar 0.5 V
Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V
voltage
Mengoperasikan electronic Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
throttle control system (ETCS)
control relay

Mengoperasikan A/F sensor Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V


(LAF) relay
Mengoperasikan PSP switch Saat idle dengan posisi steering wheel lurus ke depan:
signal sekitar 0 V
Saat idle dengan steering wheel digoyang penuh: tegang-
an baterai

34 Mendeteksi ELD signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.1 – 4.8 V
(tergantung pada beban listrik)

^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

) (44P)
Input dan Output PCM pada Konektor A (

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V
voltage
Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V
voltage
Mengoperasikan shift lock Dengan ignition switch ON (II), di posisi P, brake pedal
solenoid ditekan, dan accelerator pedal dilepaskan:
tegangan baterai
Output engine speed pulse Dengan mesin beroperasi: berpulsa

Mengirimkan vehicle speed Tergantung pada putaran mesin: berpulsa


sensor signal
Mendeteksi service check Dengan hubung pendek pada service check signal meng-
signal gunakan HDS: sekitar 0 V Dengan rangkaian terbuka
pada service check signal: sekitar 5.0 V
Mendeteksi ECT sensor 2 Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.1-4.8 V
signal (tergantung pada suhu coolant mesin)

Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Mengirimkan communication Dengan ignition switch ON (II): sekitar 2.5 V (berpulsa)
signal

Mengirimkan communication Dengan ignition switch ON (II): sekitar 2.5 V (berpulsa)


signal

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


) (44P)
Input dan Output PCM pada Konektor A (

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi brake pedal Dengan ignition switch ON (II) dan brake pedal
position switch signal dilepaskan: tegangan baterai
Dengan ignition switch ON (II) dan brake pedal ditekan:
sekitar 0 V
Mendeteksi brake pedal Dengan brake pedal dilepaskan: sekitar 0 V
position switch signal Dengan brake pedal ditekan: tegangan baterai
Mendeteksi D3 switch Dengan D3 switch ON: sekitar 0 V
Dengan D3 switch OFF: tegangan baterai
Mendeteksi write enable signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V

Mengirimkan serial communica- Dengan ignition switch ON (II): berpulsa


tion signal Dengan ignition switch OFF: sekitar 5.0 V

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Input dan Output PCM pada Konektor B ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Ground circuit untuk PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
circuit
Mengoperasikan ERG valve Dengan EGR beroperasi: duty terkontrol
Dengan EGR tidak beroperasi: sekitar 0 V

Mengoperasikan EVAP canister Dengan mesin beroperasi, coolant mesin di bawah 60ºC
purge valve (140ºF): tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi, coolant mesin sekitar 60ºC
(140ºF): duty terkontrol
Mengoperasikan secondary Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai
HO2S heater (sensor 2) Dengan mesin telah panas: duty terkontrol

Mendeteksi engine oil pressure Dengan ignition switch OFF: sekitar 0 V


signal Dengan mesin beroperasi: tegangan baterai
Mendeteksi 2nd clutch trans- Dengan ignition switch ON (II):
mission fluid pressure switch Tanpa 2nd clutch pressure: sekitar 5.0 V
input Dengan 2nd clutch pressure: sekitar 0 V
Mendeteksi 3rd clutch transmis- Dengan ignition switch ON (II):
sion fluid pressure switch input Tanpa 3rd clutch pressure: sekitar 5.0 V
Dengan 3rd clutch pressure: sekitar 0 V
Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi R, D, (di gigi 1, 4,
valve A atau 5): tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi P, N, dan di posisi D
(di gigi 2 dan 3): sekitar 0 V
Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di P, R dan posisi N, dan posisi
valve B D (di gigi 1 dan 2): tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi D (di gigi 3, 4, 5):
sekitar 0 V
Mendeteksi transmission range Di posisi N: sekitar 0 V
switch N position signal input Di posisi lainnya: sekitar 5.0 V

Mendeteksi transmission range Di posisi Park: sekitar 0 V


switch Park position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

Mendeteksi transmission range Di posisi R: sekitar 0 V


switch R position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

34 Mendeteksi transmission range Di posisi 1: sekitar 0 V


switch 1 position signal input Di posisi lainnya: tegangan baterai

^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Input dan Output PCM pada Konektor B ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi transmission Di posisi 2: sekitar 0 V
range switch 2 psitin signal Di posisi lainnya: tegangan baterai
input Dengan + switch dilepaskan: tegangan baterai
Mendeteksi input shaft (main- Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
shaft) speed sensor signal Dengan idle mesin di posisi N: sekitar 2.5 V

Menyediakan sensor voltage Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V


Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi N, dan posisi D (di
valve C gigi 1, 3, dan 5): tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi P dan R dan di posisi
D (di gigi 2, dan 4): sekitar 0 V
Mendeteksi transmission Di posisi D: sekitar 0 V
range switch D position signal Di posisi lainnya: tegangan baterai
input
Mendeteksi transmission Di posisi R: sekitar 0 V
range switch R position signal Di posisi lainnya: tegangan baterai
input
Mendeteksi ECT sensor 1 Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.1 - 4.8 V
signal (tergantung pada suhu coolant mesin)

Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi P dan R: tegangan


valve E baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi N dan D (di gigi 1):
sekitar 0 V
Mengoperasikan A/T clutch Dengan ignition switch ON (II): berpulsa
pressure control solenoid
valve C
Mengoperasikan shift solenoid Dengan mesin beroperasi di posisi D (di gigi 2 dan 5):
valve D tegangan baterai
Dengan mesin beroperasi di posisi P, R, dan N, posisi D
(di gigi 1, 3, dan 4): sekitar 0 V
Mendeteksi ATF temperature Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.2 - 4.0 V (seki-
signal tar 1.8V pada suhu berputar) (tergantung pada suhu
ATF)
Mendeteksi transmission Di posisi D, 2, dan 1: sekitar 0 V
range switch D, 2, dan 1 posi- Di posisi lainnya: tegangan baterai
tion signal

34 Mendeteksi EGR valve posi-


tion sensor signal
Dengan mesin beroperasi: sekitar 1.2 - 3.0 V
(tergantung pada EGR valve lift)

^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Input dan Output PCM pada Konektor B ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi MAF sensor signal Saat idle: sekitar 1.V

Mendeteksi IAT sensor signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0.1-4.0 V
(sekitar 1.8 v pada pada suhu berputar normal)

Ground untuk MAF sensor Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


signal
Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Mengoperasikan rocker arm oil Saat idle: sekitar 0 V
control solenoid
Mengoperasikan A/T clutch Dengan ignition switch ON (II): berpulsa
pressure control solenoid valve B

Ground circuit untuk PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


circuit
Mengirimkan alternator control Dengan mesin beroperasi telah panas: sekitar 5.0 V
signal (tergantung pada beban listrik)
Mendeteksi alternator L signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
Dengan mesin beroperasi: tegangan baterai
Mendeteksi alternator FR signal Dengan mesin beroperasi: sekitar 2.6 - 3.4 V
(tergantung pada beban listrik)
Mengoperasikan A/T clutch Dengan ignition switch ON (II): berpulsa
pressure control solenoid valve A

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Input dan Output PCM pada Konektor C ( ) (44P)

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi ignition signal Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai

Ground circuit untuk PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


circuit
Ground untuk throttle actuator Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V

Mengoperasikan throttle Dengan ignition switch ON (II): sekitar 1.5 V


actuator
Mengoperasikan injector No.1 Saat idle: duty terkontrol
Mengoperasikan injector No.2 Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai
Mengoperasikan injector No.3
Mengoperasikan injector No.4
Mengoperasikan A/F sensor Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai
heater (sensor 1) Dengan mesin beroperasi telah panas: berpulsa

Mendeteksi MAP sensor signal Dengan ignition switch ON (II): sekitar 3.0 V
Saat idle: sekitar 1.0 V (tergantung kecepatan mesin)

Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V


voltage
Menyediakan sensor reference Dengan ignition switch ON (II): sekitar 5.0 V
voltage
Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Mengoperasikan ignition coil Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
No.1 Dengan mesin beroperasi: berpulsa
Mengoperasikan ignition coil
No.2
Mengoperasikan ignition coil
No.3
Mengoperasikan ignition coil
No.4
Mendeteksi TP sensor A signal Dengan throttle fully terbuka: sekitar 3.9 V
Dengan throttle fully tertutup: sekitar 1.0 V
Mendeteksi TP sensor B signal Dengan throttle fully terbuka: sekitar 4.1 V
Dengan throttle fully tertutup: sekitar 1.7 V

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Input dan Output PCM pada Konektor C { } (44P

^
_
34

Sisi terminal dari terminal perempuan

CATATAN: Tegangan baterai standar adalah 12 V.

Nomor Warna Kabel Nama Terminal Uraian Sinyal


Terminal
Mendeteksi rocker arm oil Saat idle: sekitar 0 V
pressure switch signal
Mengoperasikan VTC oil control Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V
solenoid valve
Mendeteksi secondary HO2S Dengan throttle terbuka lebar pada idle dan mesin
(sensor 2) signal beroperasi telah panas: sekitar 0.8 V
Dengan throttle tertutup dengan cepat: sekitar 0.1 V

Mendeteksi A/F sensor Saat idle: sekitar 2.2 V


(sensor 1) signal

Mendeteksi A/F sensor Saat idle: sekitar 1.8 V


(sensor 1) signal

Mendeteksi CMP sensor B Dengan mesin beroperasi: berpulsa


signal

Mendeteksi CKP sensor signal Dengan mesin beroperasi: berpulsa

Mendeteksi ignition signal Dengan ignition switch ON (II): tegangan baterai


Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
Ground circuit untuk PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu
circuit
Mendeteksi CMP sensor A Dengan mesin beroperasi: berpulsa
signal

Mendeteksi knock sensor signal Dengan ketokan mesin: berpulsa


Mendeteksi output shaft (coun- Dengan ignition switch ON (II): sekitar 0 V atau 5.0 V
tershaft) speed sensor signal Dengan kendaraan berjalan: berpulsa

Ground circuit untuk PCM Kurang dari 0.5 V di sepanjang waktu


circuit

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Sistem PGM-FI Crankshaft Position (CKP) Sensor


Sensor CKP mendeteksi kecepatan crankshaft dan gunakan
Programmed Fuel Injection System (PGM-FI) merupakan dengan PCM untuk menentukan ignition timing dan timing
sistem injeksi bahan bakar multiport yang berurutan. untuk injeksi bahan bakar setiap silinder, serta mendeteksi
^ Air Conditioning (A/C) Compressor Clutch Relay
misfire pada mesin.

_ Jika ECM/PCM menerima permintaan untuk pendinginan


dari sistem A/C, maka relay akan menunda compressor
34 diaktifkan dan akan memperkaya campuran untuk memas-
tikan adanya transisi yang halus ke mode A/C.

Air Fuel Ratio (A/F) Sensor


A/F sensor beroperasi dalam jangkauan rasio udara/bahan
bakar yang luas. A/F sensor terpasang di bagian atas TWC,
dan mengirimkan sinyal ke ECM/PCM yang akan memvari-
asikan durasi injeksi bahan bakar sesuai kebutuhan.

Engine Coolant Temperature (ECT) Sensor 1 dan 2


ECT sensor 1 dan 2 merupakan resistor (thermistor) yang ter-
gantung pada suhu. Tahanan thermistor menurun seiring
dengan meningkatnya suhu coolant mesin.

Barometric Pressure (BARO) Sensor


Baro sensor berada di dalam PCM. Sensor ini mengubah
tekanan atmosfer ke sinyal tegangan yang nantinya akan
memodifikasi durasi dasar pengosongan injeksi bahan bakar.

Camshaft Position (CMP) Sensor *: Gambar menampilkan ECT sensor1.


CMP sensor akan mendeteksi posisi silinder no.1 sebagai ref-
erensi untuk injeksi bahan bakar berikutnya ke setiap silinder.
Ignition Timing Control
PCM berisi memori untuk ignition timing dasar di segala
tingkat putaran mesin dan tekanan absolut manifold. Ignition
timing control juga menyetel timing sesuai dengan suhu
coolant mesin dan udara intake.

Timing dan Durasi Injector


PCM berisi memori untuk durasi pengosongan dasar di segala
tingkat putaran mesin dan tekanan absolut manifold. Durasi
pengosongan dasar, setelah dibaca dari memori, akan dimodi-
fikasi lebih lanjut oleh sinyal yang dikirim dari berbagai sensor
untuk mendapatkan durasi pengosongan akhir.
34 Dengan memonitor long term fuel trim, PCM akan mendeteksi
gangguan fungsi yang telah lama terjadi di sistem bahan bakar
^ dan menghasilkan diagnostic trouble code (DTC).

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Knock Sensor Mass Air FLow (MAF) Sensor/Intake Air Temperature


Knock control system menyetel ignition timing untuk memini- (IAT) Sensor
malisir knocking. Mass Air Flow (MAF) sensor/Intake Air Temperature (IAT)
sensor terdiri dari sebuah kabel panas (hot wire) dan sebuah

^ thermistor. Sensor ini terletak di saluran udara masuk (intake


air.passage). Tahanan kabel panas dan thermistor berubah

_
mengikuti suhu udara masuk (intake air) dan aliran udara.
Sirkuit kontrol di MAF sensor mengontrol arus untuk menjaga
agar suhu kabel panas tetap berada pada nilai yang diatur.
34 Arus tersebut kemudian diubah menjadi tegangan di dalam
sirkuit kontrol, dan memberi output untuk PCM.

Manifold Absolute Pressure (MAP) Sensor


MAP sensor akan mengubah tekanan absolut manifold
menjadi sinyal listrik ke PCM

Output Shaft (Countershaft) Speed Sensor


Sensor ini mendeteksi kecepatan countershaft.

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)

Secondary Heated Oxygen Sensor (Secondary HO2S) Electronic Throttle Control System
Secondary HO2S mendeteksi jumlah kandungan oksigen
dalam gas buang (exhaust gas) yang mengalir keluar pada Throttle dikontrol oleh electronic throttle control system
Three Way Catalytic Converter (TWC) dan mengirimkan secara elektronik. Lihat Diagram Sistem untuk melihat
^ sinyal ke PCM yang akan memvariasikan durasi penginjek-
sian bahan bakar sesuai kebutuhan. Untuk menstabilkan
susunan fungsional sistem.

_ output-nya, sensor memiliki heater internal. PCM mem-


bandingkan output HO2S dengan output A/F sensor untuk
Idle Control: Saat mesin berada pada putaran idle,
ECM/PCM akan mengontrol throttle actuator untuk memper-
34 menentukan efisiensi katalis. Secondary HO2S terpasang
di TWC.
tahankan putran idle yang sesuai dengan beban mesin.

Acceleration pedal: Saat pedal gas ditekan, PCM akan


membuka throttle valve, tergantung pada accelerator pedal
position (APP) sensor signal.

Cruise control: ECM/PCM mengontrol throttle actuator untuk


mempertahankan kecepatan yang telah disetel sebelumnya
saat cruise control sedang beroperasi. Throttle actuator
akan mengambil alih posisi cruise control actuator.

Accelerator Pedal Position (APP) Sensor


Saat posisi pedal gas berubah, sensor akan memvariasikan
tegangan sinyal ke PCM.

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Throttle Body Idle Control System


Throttle body memiliki tipe single-barrel side draft. Bagian
bawah throotle valve dipanaskan oleh coolant mesin dari Jika mesin dingin, A/C compressor menyala, transmisi
kepala silinder untuk mencegah pembentukan lapisan es di sedang dimasukkan, pedal rem ditekan, beban power steer-
^ throttle plate. ing tinggi, atau altenator sedang mengisi, PCM akan
mengontrol arus ke throttle actuator untuk mempertahankan
_ putaran idle yang tepat.

34 Brake Pedal Position Switch


Brake pedal position switch akan mengirimkan sinyal ke PCM
saat pedal rem ditekan.

Power Steering Pressure (PSP) Switch


PSP switch akan memberikan sinyal ke PCM saat beban
power steering tinggi.

Sistem Suplai Bahan Bakar


Kontrol Pemutusan Aliran Bahan Bakar
Selama deselerasi dengan throttle valve tertutup, arus ke
injektor dihentikan untuk menghemat bahan bakar saat
dan putaran mesin di atas 850 rpm (min-1). Kontrol pemutusan ali-
ran bahan bakar dilakukan juga saat putaran mesin melebihi
6,700 rpm (min-1), terlepas dari posisi throttle valve, untuk
melindungi mesin dari over-revving. Jika kendaraan dihen-
tikan, PCM akan menghentikan aliran bahan bakar saat
kecepatan kendaraan melampaui 5,000 rpm (min-1). Pada
mesin yang dingin, kecepatan menghentikan aliran bahan
bakar akan lebih lambat.

Kontrol Pompa Bahan Bakar


Jika pengapian dinyalakan, PCM akan menghubungkan
PGM-FI main relay 2 (FUEL PUMP) ke ground yang akan
menyuplai arus ke pompa bahan bakar selama 2 detik untuk
memberikan tekanan pada sistem bahan bakar. Dengan
mesin beroperasi, PCM akan menghubungkan PGM-FI main
relay 2 (FUEL PUMP) ke ground dan menyuplai arus ke
pompa bahan bakar. Jika mesin tidak beroperasi dan penga-
pian dinyalakan, PCM akan melepaskan hubungan PGM-FI
main relay 2 (FUEL PUMP) ke ground yang akan menghen-
tikan arus ke pompa bahan bakar.

PGM-FI Main Relay 1 dan 2


PGM-FI main relay 1 (FI MAIN) diaktifkan tiap kali ignition
switch diputar ke ON (II) untuk menyuplai tegangan baterai
ke PCM, arus ke injektor, dan arus ke PGM-FI main relay 2
(POMPA BAHAN BAKAR). PGM-FI main relay 2 (POMPA
BAHAN BAKAR) diaktifkan untuk menyuplai arus ke pompa
34 bahan bakar selama 2 detik ketika ignition switch diputar ke
ON (II), dan ketika mesin diputar atau beroperasi.

^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

VTEC/VTC
• i-VTEC memiliki mekanisme VTC (Variable Valve Timing Control) pada intake camshaft sebagai tambahan pada VTEC
yang biasa digunakan.
^ Mekanisme ini memperbaiki efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang pada semua tingkat putaran mesin,
kecepatan kendaraan, dan beban mesin.
_ • Mekanisme VTEC mengubah valve lift dan valve timing dengan menggunakan lebih dari satu profil cam.
• VTC mengubah fase intake camshaft melalui tekanan oli. VTC mengubah intake valve timing secara berkelanjutan.
34
TINGGI (HIGH)

BEBAN MESIN
(ENGINE LOAD)

RENDAH (LOW)
PUTARAN MESIN (ENGINE SPEED) TINGGI (HIGH)
RENDAH (LOW)

Kondisi pengemudian Kontrol VTC Uraian


(1) Beban ringan Base Position Sudut cam disetel ke retard untuk mengurangi aliran gas
buang ke cylinder.
(2) Beban menengah/tinggi Advance Control Sudut fase cam dikontrol untuk mendapatkan valve timing yang
optimal, meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi
tingkat emisi.
(3) Kecepatan Tinggi Advance-Base Position Untuk mengurangi kehilangan daya dorong, intake valve ditut-
up dengan cepat. Hal ini membantu mengurangi masuknya
campuran udara/bahan bakar dengan efek pengisian, dan
memaksimalkan daya mesin.

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem VTC
• Sistem VTC memungkinkan adanya perubahan intake valve timing secara terus-menerus, berdasarkan pada kondisi peng-
operasian.
• Intake valve timing dioptimalisasi untuk menghasilkan daya mesin maksimum.
• Sudut cam disetel ke advance untuk mendapatkan efek EGR dan mengurangi kehilangan daya dorong. Intake valve

^ ditutup dengan cepat utuk mengurangi masuknya campuran air/bahan bakar ke intake port dan memperbaiki efek pengisian.
• Sistem akan mengurangi posisi advance cam pada putaran idle, menstabilkan pembakaran, dan mengurangi putaran mesin.

_ • Jika terjadi gangguan fungsi, kontrol sistem VTC akan dinonaktifkan dan valve timing akan dibiarkan tetap pada posisi
retard penuh.

34

Sistem VTEC
• Sistem VTEC mengubah profil cam untuk menyesuaikan dengan putaran mesin. Sistem ini akan memaksimalkan torsi saat
putaran mesin rendah dan memaksimalkan output saat putaran mesin tinggi.
• Lift cam yang rendah digunakan saat putaran mesin rendah dan lift cam yang tinggi saat putaran mesin tinggi.

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

VTEC/VTC

Diagram Sistem

^ Dari No.3

_ BERBAGAI
34 MACAM
SENSOR

Dari
Oil PUMP
Camshaft Position (CMP) Sensor A
CMP sensor A mendeteksi posisi sudut camshaft untuk sistem VTC.

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Intake Air System Catalytic Converter System


Mesin perlu sistem penyediakan udara. Three Way Catalytic Converter (TWC)
TWC mengubah hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO),
^ Intake Air Bypass Control Thermal Valve dan oksida nitrogen (Nox) di gas buang menjadi karbon
Ketika mesin dingin, intake air bypass control thermal valve dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan uap air.
_ akan mengalirkan udara ke injector.
Jumlah udara dikontrol oleh suhu coolant mesin.Saat mesin
34 panas, intake air bypass control thermal valve akan berhenti
mengalirkan udara ke injector.

BAGIAN DEPAN
KENDARAAN

Positive Crankcase Ventilation (PCV)


System
PCV valve mencegah gas yang keluar mengalir ke udara
bebas dengan mengarahkannya ke intake manifold.

34 UAP YANG
DIALIRKAN KELUAR
UDARA BERSIH
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)

Exhaust Gas Recirculation (EGR) System

Lihat Diagram Sistem untuk melihat susunan fungsional


sistem.
^ EGR Valve
_ EGR valve menurunkan suhu pembakaran maksimum dan
mengurangi oksida emisi nitrogen (Nox) dengan meresirku-
34 lasikan gas buang melalui intake manifold dan ke ruang
pembakaran.

Evaporative Emission (EVAP) Control


System
Lihat Diagram Sistem untuk melihat uraian fungsi sistem.

EVAP Canister
EVAP canister digunakan sebagai tempat penyimpanan
sementara uap bahan bakar dari tangki bahan bakar sam-
pai uap bahan bakar dikuras kembali dari EVAP canister ke
mesin dan dibakar (Lihat Diagram Sistem untuk melihat
uraian fungsi sistem).

EVAP Canister Purge Valve


Jika suhu coolant mesin berada di bawah 60ºC (140ºF),
PCM akan mematikan EVAP canister purge valve yang
akan memutus vacuum ke EVAP canister.

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Diagram Electronic Throttle Control System

Electronic throttle control system terdiri dari throttle actuator, throttle position (TP) sensor A/B, accelator pedal position
(APP) sensor A/B, electronic throttle control system (ETCS) control relay, dan PCM.
^
_
34 Dari

BERBAGAI MACAM
SENSOR

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)
Diagram Exhaust Gas Recirculation (EGR) System

Sistem EGR dirancang untuk mengurangi emisi oksida nitrogen (NOx) dengan meresirkulasikan gas buang melalui EGR
valve dan intake manifold ke ruang pembakaran. PCM memory memasukkan posisi EGR valve ideal untuk memvariasikan
^ kondisi pengoperasian.

_ EGR valve position sensor mendeteksi jumlah EGR valve lift dan mengirimkan informasi ini ke PCM. Kemudian, PCM akan
membandingkannya dengan EGR valve lift ideal yang tersimpan di PCM memory (berdasarkan pada sinyal yang dikirim dari
34 sensor lainnya). Jika terdapat perbedaan di antara keduanya, PCM akan menghentikan arus ke EGR valve

BERBAGAI
MACAM SENSOR

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Evaporative Emission (EVAP) Control Diagram

EVAP dirancang untuk meminimalisir volume uap bahan bakar yang dikeluarkan ke udara. Uap dari tangki bahan bakar
akan disimpan sementara si EVAP canister sampai uap bahan bakar dikuras dari EVAP canister ke mesin dan dibakar.
^ • EVAP canister dikuras dengan cara menghisap udara segar melalui EVAP canister dan ke port di intake manifold.Vaccum
_ penguras (purging vacuum) dikontrol oleh EVAP canister purge valve yang akan beroperasi setiap kali suhu coolant
mesin berada di atas 60OC (140OF).
34 • Jika tekanan uap di dalam tangki bahan bakar lebih tinggi dari nilai yang diatur oleh EVAP two way valve, maka valve
(katup) akan terbuka dan mengatur arus uap bahan bakar ke EVAP canister.

BERBAGAI
MACAM SENSOR

Dari

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit PCM

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi


Uraian Sistem (lanj.)

Diagram Sirkuit PCM (lanj.)

^
_
34

34
^
_

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

^
_
34

34
^
_
(ke halaman selanjutnya)

| home | fit |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
N N 2 3H4 6 T
/ ) 444444 - 2

Sistem Bahan Bakar dan Emisi

Uraian Sistem (lanj.)


Diagram Sirkuit PCM (lanj.)

^
_
34

34
^
_

| home | fit |

Anda mungkin juga menyukai