Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

SPESIFIKASI TEKNIS

Pada bab ini spesifikasi teknis yang akan dibahas adalah item pekerjaan
yang telah diamati pada proyek pembangunan Gedung Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Palu, yaitu: poer plate, kolom, tie beam, pelat lantai, balok dan rangka
atap.

4.1 Pekerjaan Pondasi Poer Plat

200
100 100 40

10 85 115 10

10 45

30

100

110
Tasirtu
200 170
13-150
D

100
D13 - 150
60 D13 - 150
D13-150
10 30 40xd 40xd Rabat Beton T=5cm
40xd 40xd Pasir Urug T=5cm
700
80 40 80 10

Y1
10 200 10

500
GAMB AR

Detail PONDASI POERPLATTYPE 2 (P2)


SK ALA 1 : 4 0

40 120 40

GAMBAR

Detail POT. Y1
SKALA 1 : 4 0

4.1.1 Pekerjaan Bekisting


a) Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk
permukaan tegak dari beton.

IV - 1
b) Bahan untuk bekisting yang digunakan berupa papan kayu kelas III
dengan tebal minimal 20 mm, dan kayu kaso 5/7 kelas III.
c) Penggunaan kembali bahan bekisting diperbolehkan maksimal sebanyak 2
kali.
d) Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal umur beton harus
mencapai 36 jam.

4.1.2 Pekerjaan Pembesian


a) Baja tulangan beton yang digunakan adalah baja tulangan ulir dengan
mutu BjTS-420 (fy = 420 MPa), yang dinyatakan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium uji yang disetujui oleh konsultan pengawas.
b) Diameter baja tulangan menggunakan Diameter 13 mm.
c) Pemasangan baja tulangan beton harus sesuai dengan gambar kerja.
d) Baja tulangan beton harus diikat dengan kuat menggunakan bendrat untuk
menjamin tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran.
e) Penempatan baja tulangan tidak boleh menyentuh dasar bekisting, harus
menggunakan beton decking sesuai tebal selimut beton untuk poer plat
yaitu 75 mm.

4.1.3 Pekerjaan Beton


a) Mutu beton yang digunakan untuk poer plat adalah K-250.
b) Beton yang harus digunakan adalah beton Ready-Mix.
c) Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil
benda–benda uji berupa kubus beton atau silinder beton, yang
pembuatannya harus disaksikan oleh Pengawas. Pembuatan 1 benda uji
dilakukan tiap pengecoran maksimal 5 m3 beton atau minimal 1 truck-
mixer.
d) Sebelum melakukan pengecoran tiap 10 m3 atau 1 truck-mixer kekentalan
campuran beton harus diperiksa menggunakan pengujian Slump Test dan
tidak boleh melebihi/kurang dari nilai slump rencana yaitu 10±2 cm.
e) Selama pengecoran berlangsung adukan beton pada acuan harus
dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar mekanik(vibrator). Alat

IV - 2
tersebut sudah harus berada di tempat pekerjaan sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai.
4.2 Pekerjaan Kolom

4.3.1 Pekerjaan Bekisting


a) Bekisting dibuat menggunakan bahan panel multiplex 12 mm, kayu kaso
5/7 kelas III dan Balok kayu 6/12 kelas II.
b) Penggunaan kembali bahan bekisting diperbolehkan maksimal sebanyak 2
kali.
c) Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal umur beton harus
mencapai 2 hari.

4.3.2 Pekerjaan Pembesian


a) Baja tulangan beton yang digunakan adalah baja tulangan ulir dengan
mutu BjTS-420 (fy = 420 MPa), yang dinyatakan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium uji yang disetujui oleh konsultan pengawas.
b) Diameter baja tulangan menggunakan diameter 13 mm untuk tulangan
utama dan diameter 10 mm untuk sengkang dan cross ties.
c) Pemasangan baja tulangan beton harus sesuai dengan gambar kerja.
d) Baja tulangan beton harus diikat dengan kuat menggunakan bendrat untuk
menjamin tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran.

IV - 3
e) Penempatan baja tulangan tidak boleh menyentuh dasar bekisting, harus
menggunakan beton decking sesuai tebal selimut beton untuk kolom yaitu
40 mm.

4.3.3 Pekerjaan Beton


a) Mutu beton yang digunakan untuk kolom adalah K-250.
b) Beton yang harus digunakan adalah beton Ready-Mix.
c) Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil
benda–benda uji berupa kubus beton atau silinder beton, yang
pembuatannya harus disaksikan oleh Pengawas. Pembuatan 1 benda uji
dilakukan tiap pengecoran maksimal 5 m3 beton atau minimal 1 truck-
mixer.
d) Sebelum melakukan pengecoran tiap 10 m3 atau 1 truck-mixer kekentalan
campuran beton harus diperiksa menggunakan pengujian Slump Test dan
tidak boleh melebihi/kurang dari nilai slump rencana yaitu 10±2 cm.
e) Selama pengecoran berlangsung adukan beton pada acuan harus
dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar mekanik(vibrator). Alat
tersebut sudah harus berada di tempat pekerjaan sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai.

4.3 Pekerjaan Tie Beam

20
20

40
40

Selimut Selimut
Beton 2.5 cm Beton 2.5 cm

IV - 4
4.4.1 Pekerjaan Bekisting
a) Bekisting dibuat menggunakan bahan panel multiplex 9 mm, kayu kaso
5/7 kelas III.
b) Penggunaan kembali bahan bekisting diperkenankan maksimal sebanyak 3
kali.
c) Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal umur beton harus
mencapai 36 jam.

4.4.2 Pekerjaan Pembesian


a) Baja tulangan beton yang digunakan adalah baja tulangan ulir dengan
mutu BjTS-420 (fy = 420 MPa), yang dinyatakan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium uji yang disetujui oleh konsultan pengawas.
b) Diameter baja tulangan menggunakan diameter 13 mm untuk tulangan
utama dan diameter 10 mm untuk Sengkang.
c) Pemasangan baja tulangan beton harus sesuai dengan gambar kerja.
d) Baja tulangan beton harus diikat dengan kuat menggunakan bendrat untuk
menjamin tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran.
e) Penempatan baja tulangan tidak boleh menyentuh dasar bekisting, harus
menggunakan beton decking sesuai tebal selimut beton untuk kolom yaitu
25 mm.

4.4.3 Pekerjaan Beton


a) Mutu beton yang digunakan untuk tie beam adalah K-250.
b) Beton yang harus digunakan adalah beton Ready-Mix.
c) Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil
benda–benda uji berupa kubus beton atau silinder beton, yang
pembuatannya harus disaksikan oleh Pengawas. Pembuatan 1 benda uji
dilakukan tiap pengecoran maksimal 5 m3 beton atau minimal 1 truck-
mixer.
d) Sebelum melakukan pengecoran tiap 10 m3 atau 1 truck-mixer kekentalan
campuran beton harus diperiksa menggunakan pengujian Slump Test dan
tidak boleh melebihi/kurang dari nilai slump rencana yaitu 10±2 cm.

IV - 5
e) Selama pengecoran berlangsung adukan beton pada acuan harus
dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar mekanik(vibrator). Alat
tersebut sudah harus berada di tempat pekerjaan sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai.

4.4 Pekerjaan Pelat Lantai

4.6.1 Pekerjaan Bekisting


a) Bekisting dibuat menggunakan bahan panel multiplex 9 mm, kayu kaso
5/7 kelas III.
b) Penggunaan kembali bahan bekisting diperkenankan maksimal sebanyak 3
kali.
c) Bekisting dipasang pada tepi pelat lantai.
d) Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal umur beton harus
mencapai 1 hari.

IV - 6
4.6.2 Pekerjaan Pembesian
a) Baja tulangan beton yang digunakan adalah baja tulangan polos dengan
mutu BjTP-280 (fy = 280 MPa), yang dinyatakan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium uji yang disetujui oleh konsultan pengawas.
b) Penulangan baja menggunakan 1 lapis tulangan diameter 8 mm.
c) Pemasangan baja tulangan beton harus sesuai dengan gambar kerja.
d) Baja tulangan beton harus diikat dengan kuat menggunakan bendrat untuk
menjamin tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran.
e) Penempatan baja tulangan tidak boleh menyentuh dasar bekisting, harus
menggunakan beton decking sesuai tebal selimut beton untuk pelat yaitu
25 mm.

4.6.3 Pekerjaan Beton


a) Mutu beton yang digunakan untuk pelat adalah K-250.
b) Beton yang harus digunakan adalah beton Ready-Mix.
c) Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil
benda–benda uji berupa kubus beton atau silinder beton, yang
pembuatannya harus disaksikan oleh Pengawas. Pembuatan 1 benda uji
dilakukan tiap pengecoran maksimal 5 m3 beton atau minimal 1 truck-
mixer.
d) Sebelum melakukan pengecoran tiap 10 m3 atau 1 truck-mixer kekentalan
campuran beton harus diperiksa menggunakan pengujian Slump Test dan
tidak boleh melebihi/kurang dari nilai slump rencana yaitu 10±2 cm.
e) Selama pengecoran berlangsung adukan beton pada acuan harus
dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar mekanik(vibrator). Alat
tersebut sudah harus berada di tempat pekerjaan sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai.

IV - 7
4.5 Pekerjaan Balok

4.6.4 Pekerjaan Bekisting


d) Bekisting dibuat menggunakan bahan panel multiplex 12 mm, kayu kaso
5/7 kelas III dan Balok kayu 6/12 kelas II.
e) Penggunaan kembali bahan bekisting diperkenankan maksimal sebanyak 2
kali.
f) Perancah bekisting harus menggunakan perancah besi (Scaffolding), tidak
diperkenankan menggunakan kayu atau bambu.
g) Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal umur beton harus
mencapai 14 hari, serta pembongkaran perancah dapat dilakukan minimal
umur beton harus mencapai 28 hari.

4.6.5 Pekerjaan Pembesian


a) Baja tulangan beton yang digunakan adalah baja tulangan ulir dengan
mutu BjTS-420 (fy = 420 MPa), yang dinyatakan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium uji yang disetujui oleh konsultan pengawas.
b) Diameter baja tulangan menggunakan diameter 13 mm untuk tulangan
utama dan diameter 10 mm untuk sengkang dan cross ties.
c) Pemasangan baja tulangan beton harus sesuai dengan gambar kerja.

IV - 8
d) Baja tulangan beton harus diikat dengan kuat menggunakan bendrat untuk
menjamin tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran.
e) Penempatan baja tulangan tidak boleh menyentuh dasar bekisting, harus
menggunakan beton decking sesuai tebal selimut beton untuk balok yaitu
40 mm.

4.6.6 Pekerjaan Beton


a) Mutu beton yang digunakan untuk balok adalah K-250.
b) Beton yang harus digunakan adalah beton Ready-Mix.
c) Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil
benda–benda uji berupa kubus beton atau silinder beton, yang
pembuatannya harus disaksikan oleh Pengawas. Pembuatan 1 benda uji
dilakukan tiap pengecoran maksimal 5 m3 beton atau minimal 1 truck-
mixer.
d) Sebelum melakukan pengecoran tiap 10 m3 atau 1 truck-mixer kekentalan
campuran beton harus diperiksa menggunakan pengujian Slump Test dan
tidak boleh melebihi/kurang dari nilai slump rencana yaitu 10±2 cm.
e) Selama pengecoran berlangsung adukan beton pada acuan harus
dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar mekanik(vibrator). Alat
tersebut sudah harus berada di tempat pekerjaan sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai.

IV - 9
4.6 Pekerjaan Rangka Atap Baja Berat

SB- 1a
Iwf 200.100.5,5.8
Baja IWF 250.125.6.9
Baja CNP 100.50.20.2,3
RB 15 Atap Onduline
57,06 1312,57
Pas. Bata
SB- 1
230 Ventilasi 40
213 108 40 40 40
1237 40 40

Baja IWF 250.125.6.9 7,94°


45 50 45
Pas. Bata 50
95 95

100 1250 100

1410
GAMBAR RENCANA
DETAIL KUDA-KUDA BAJA K-1 (SEG.P)
1 : 55

4.6.1 Profil Baja


a) Mutu baja profil rangka atap yang digunakan adalah Bj P 37.
b) Rangka baja IWF 250x125x6x9
c) Balok CNP 125x50x20x2,3
d) Gording CNP 100x50x20x1,6
e) Baut M16 A-325.
f) Base plate uk.175x300x10 (Bj P 37)
g) Angkur baut Ø16 HTB ST60.
4.6.2 Fabrikasi Baja
a) Pembersihan
- Permukaan bahan harus bersih dari segala debu dan kotoran lain yang
menempel.
b) Penandaan (Marking)

IV - 10
- Kode batang harus sesuai dengan Gambar kerja serta cetak pada
tempat yang mudah terlihat.
- Kode batang harus berwarna putih dengan tinggi huruf/angka 10-15
cm.
c) Pemotongan (Cutting)
- Pemotongan bahan dengan sudut 90º, memastikan bahwa permukaan
bidang potong bahan datar dan tegak lurus terhadap sumbu aksis
bahan, yang hendak terpotong.
- Pemotongan bahan dengan sudut/kemiringan tertentu dengan mal.
Yaitu alat bantu kerja yang terbuat dari bahan besi profil Siku atau
Strip plat.
- Pemotongan harus menggunakan alat potong Blender (Cutting torch)
atau Mesin gerinda potong. Yaitu dengan ketentuan, untuk tebal bahan
(t) ≤5 mm memakai alat potong Mesin gerinda, sementara untuk (t) ≥5
mm harus menggunakan alat potong Blender.
d) Pembuatan lubang (Drilling)
- Pada titik-titik lubang akan dibuat, harus diberi tanda dengan
menggunakan Penitik drip. Dan hasil penitikan dilingkari dengan
memakai kapur besi.
- Pembuatan lubang baut pada baja yang memiliki tebal (t) ≤3 mm dapat
dilakukan dengan mesin pon (Punch drill).
- Untuk bahan yang memiliki tebal (t) ≥3 mm harus menggunakan
mesin bor magnet atau bor duduk.
- Lubang harus berbentuk silindris dan tegak lurus terhadap permukaan
material baja.
- Permukaan lubang harus bersihkan dengan mesin gerinda tangan dari
tonjolan/bekas pengeboran yang masih menempel pada bahan.
- Semua pelaksanaan pembuatan lubang baut untuk konstruksi yang
bersifat struktural harus saat pabrikasi.
- Subkontraktor wajib memeriksa ketepatan dan kebenaran diameter
lubang serta posisi/jarak lubang sebelum melakukan pengeboran baja.

IV - 11
- Kesalahan pengeboran pada bahan menjadi tanggungjawab
subkontraktor, apabila fatal maka harus mengganti dengan bahan yang
baru.
e) Perakitan (Assembly)
- Perakitan bagian-bagian bahan harus dilakukan di workshop melalui
petunjuk/pengawasan seorang engineer baja yang berpengalaman.
- Penyatuan bagian-bagian bahan harus secara akurat dan dengan
menggunakan las titik (Tack weld) dan alat bantu/tambahan Jig.
- Komponen/rangka baja yang telah menyatu harus cek kembali, untuk
memastikan kebenaran bentuk dan ukuran apakah telah sesuai dengan
Gambar kerja.
f) Pengelasan (Welding)
- Standar mutu las yang digunakan adalah E 70 XX, dengan ketebalan
las 6 mm atau disebutkan dalam gambar kerja.
- Pengelasan komponen/rangka baja harus dilakukan di workshop dan
dibawah pengawasan seorang ahli yang menguasai bidang pengelasan
baja.
- Pengelasan dapat dilakukan apabila permukaan baja telah bersih dari
debu, gumpalan logam, air, minyak, cat atau bahan-bahan lain.
- Kemungkinan terjadinya cacat las menjadi tanggung jawab
subkontraktor, apabila dianggap terlalu fatal maka bagian-bagian
bahan yang rusak akibat cacat las harus diganti baru.
4.6.3 Erection
a) Erection komponen-komponen baja harus menggunakan alat mekanik
(crane).
b) Tali pengikat dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dari
kabel baja.
c) Sebelum erection dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali
kedudukan angkur-angkur baja dan base plate untuk kemudiam
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas metode dan urutan
pelaksanaan erection.

IV - 12
d) Untuk grouting dibagian bawah dari base plate dipakai Conbex 100 atau
yang setara setebal 2.5 cm.
e) Penyatuan komponen-komponen harus dengan menggunakan baut dan
mur, dan pengerasan baut harus dengan memakai kunci momen (Torque
wrench).
f) Pemasangan komponen/rangka baja dengan sistem las harus mendapat
persetujuan dari Konsultan pengawas.
g) Toleransi dari kelurusan batang maupun komponen batang tidak boleh
lebih dari 1/1000 panjang batang/komponen batang.
h) Setiap komponen/rangka baja disatukan hingga terbentuk struktur baja
yang sesuai dengan gambar kerja.

IV - 13

Anda mungkin juga menyukai