Anda di halaman 1dari 139

Vol. 4. No.

2, Desember 2014

Share
Social Work Journal
ISSN : 2339-0042-7

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. ANEKA TAMBANG UBPE SEBAGAI SOLUSI
MASALAH PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR
Oleh: Danis Dea Rizky, Santoso Tri Raharjo, Risna Resnawaty

PROMOSI KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BIDANG KESEHATAN IBU DAN ANAK
Oleh: Gina Indah P. Nastia, Hadiyanto A. Rachim, Maulana Irfan

PENGASUHAN (GOOD PARENTING) BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS


Oleh Gabriela Chrisnita Vani, Santoso Tri Raharjo, Eva Nuriyah Hidayat, Sahadi Humaedi

PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN


KESEJAHTERAAN LANSIA
Oleh: Shinta Puji Triwanti, Ishartono, Arie Surya Gutama

PEMAHAMAN MASYARAKAT MENGENAI GANGGUAN JIWA


DAN KETERBELAKANGAN MENTAL
Oleh: Nadira Lubis, Hetty Krisnani, Muhammad Fedryansyah

PEKERJAAN SOSIAL SEKOLAH DAN COPING BEHAVIOR SISWA SMA


DALAM MENGHADAPI LINGKUNGAN SOSIAL DI SEKOLAH
Oleh Rizkia Annisa Frabandani, Agus Wahyudi Riana, Santoso Tri Rahajo

KOMPETENSI LOKAL DALAM MENANGGULANGI KEMISKINAN


DI DAERAH INDUSTRI
Oleh Meilanny Budiarti S.

PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH


Oleh: Elita Metica Tamba, Hetty Krisnani, Arie Surya Gutama

THE PRIMARY PROFESSION OF SOCIAL WORKER:


EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI
Oleh : Rizki Bunga Lestari,Soni Akhmad Nulhaqim, Maulana Irfan

PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK JALANAN DITINJAU


DARI PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL
Oleh: Melisa Amalia Amin, Hj.Hetty Krisnani, Maulana Irfan

EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN


AMERIKA SERIKAT
Oleh :Adetya Nuzuliani Rahma, R.Nunung Nurwati, Budi Muhammad Taftazani

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM SISTEM USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL


DI ERA MILLENNIUM
Oleh: Purwowibowo

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
Share
Social Work Journal
ISSN: 2339-0042-7
Jurnal Pekerjaan Sosial
Departemen Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Padjadjaran

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab : Drs. Budi Wibhawa, MS.


Ketua Dewan Redaksi: Dr. Santoso Tri Raharjo, S.Sos., M.Si
Sekretaris : Drs. Nandang Mulyana, M.Si

Mitra Bestari : Prof. Drs. Isbandi Rukminto Adi, Ph.D


Dr. Dra. Sri Sulastri, M.Si.
Dr. Kanya Eka Santi, MSW.

Dewan Redaksi : Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos.,M.Si.


Dr. Nunung Nurwati, dra., M.Si.
Dra. Binahayati Rusyidi, MSW., Ph.D

Anggota : Nurliana Cipta Apsari, S.Sos., MSW.


Risna Resnawaty, S.Sos., MP.
Heri Wibowo, S.Psi., MM
.
Layout dan Distribusi : Sahadi Humaedi, S.Sos., M.Si
Meilany Budiarti S, S.Sos., SH., M.Si

Alamat Penerbit/Redaksi :
Departemen Kesejahteraan Sosial
Gedung B FISIP-UNPAD
Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor, Sumedang
Telepon/Fax (022) 7796974, 7796416 dan
e-mail : santosotriraharjo@gmail.com dan
mulyananandang@yahoo.com

ISSN: 2339-0042-7

2339-0042-7
PENGANTAR REDAKSI

Dalam Jurnal Share Volume 4 nomor 2 Desember 2014 ini menerbitkan


sepuluh artikel ilmiah yang merupakan hasil karya yang merupakan kerjasama
mahasiswa dan dosen. Beberapa tema yang terdapat dalam jurnal ini yaitu: CSR,
disabilitas, lansia, Ganguan Jiwa, Coping behavior, kemiskinan, kompetensi lokal,
pelayanan remaja, profesi pekerjaan sosial, pelayanan anak jalanan. Beberapa tema
tersebut masih tetap layak untuk ditampilkan sesuai dengan perkembangan terkini.
Para pembaca dapat memperoleh informasi lengkap dan utuh tentang topik-
topik tersebut di atas pada artikel jurnal edisi ini. Semoga informasi yang diperoleh
dari artikel-artikel yang diterbitkan dalam edisi ini bermanfaat dan dijadikan rujukan
yang berarti. Selamat membaca.

Selamat membaca,
Redaksi

ii
Share
Vol. 4. No. 2, Desember 2014
Social Work Journal
ISSN: 2339-0042-7

TEORI PEKERJAAN SOSIAL DALAM LINTASAN MODERNISME DAN


POSMODERNISME
Oleh: Budi Muhammad Taftazani, S.Sos, MPSSp. 81 - 87

PERFORMA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA


Oleh: Soni Akhmad Nulhaqim 88 - 95

PELAYANAN BAGI ANAK DENGAN KECACATAN DI KOTA CIMAHI


Oleh: Nurliana C. Apsari 96 -103

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. ANEKA TAMBANG UBPE


SEBAGAI SOLUSI MASALAH PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN
NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR
Oleh: Danis Dea Rizky, Santoso Tri Raharjo, Risna Resnawaty 104 - 110

PROMOSI KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY (CSR) BIDANG KESEHATAN IBU DAN ANAK
Oleh: Gina Indah P. Nastia, Hadiyanto A. Rachim, Maulana Irfan 111 - 121

PENGASUHAN (GOOD PARENTING) BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS


Oleh Gabriela Chrisnita Vani, Santoso Tri Raharjo, Eva Nuriyah Hidayat,
Sahadi Humaedi 122 - 128

PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN


KESEJAHTERAAN LANSIA
Oleh: Shinta Puji Triwanti, Ishartono, Arie Surya Gutama 129 - 136

PEMAHAMAN MASYARAKAT MENGENAI GANGGUAN JIWA DAN


KETERBELAKANGAN MENTAL
Oleh: Nadira Lubis, Hetty Krisnani, Muhammad Fedryansyah 137 - 144

PEKERJAAN SOSIAL SEKOLAH DAN COPING BEHAVIOR SISWA SMA DALAM


MENGHADAPI LINGKUNGAN SOSIAL DI SEKOLAH
Oleh Rizkia Annisa Frabandani, Agus Wahyudi Riana, Santoso Tri Rahajo 145 - 153

KOMPETENSI LOKAL DALAM MENANGGULANGI KEMISKINAN


DI DAERAH INDUSTRI
Oleh Meilanny Budiarti Santoso. 154 - 159

PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH


Oleh: Elita Metica Tamba, Hetty Krisnani, Arie Surya Gutama 160 - 165

THE PRIMARY PROFESSION OF SOCIAL WORKER: EKSISTENSI PEKERJA


SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI
Oleh : Rizki Bunga Lestari,Soni Akhmad Nulhaqim, Maulana Irfan 166 - 180

iii
PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK JALANAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF
PEKERJAAN SOSIAL
Oleh: Melisa Amalia Amin, Hj.Hetty Krisnani, Maulana Irfan 181 – 189

EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN


AMERIKA SERIKAT
Oleh :Adetya Nuzuliani Rahma, R.Nunung Nurwati, Budi Muhammad Taftazani 190 - 197

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM SISTEM USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL


DI ERA MILLENNIUM
Oleh: Purwowibowo 198 - 210

2339-0042-7

iv
TEORI PEKERJAAN SOSIAL
DALAM LINTASAN MODERNISME DAN POSMODERNISME

Oleh:
Budi Muhammad Taftazani, S.Sos, MPSSp.

Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad

Email: budi_taftazani@yahoo.com

ABSTRAK
Adanya perbedaan sudut pandang dalam memahami teori pada ilmu-ilmu sosial termasuk
pekerjaan sosial seringkali memunculkan pertanyaan seperti: apa sebenarnya teori itu? Apakah
pekerjaan sosial memiliki teori? Apa gunanya teori dalam praktik pekerjaan sosial?
Paling tidak dalam skema yang besar, pemahaman teori dapat berakar dari dua pandangan
utama yang selama ini mempengaruhi pengetahuan pekerjaan sosial yaitu pemahaman teori yang
berasal dari pandangan positivis atau modernis dan teori yang berasal dari pandangan posmodernis.
Tentunya dilihat dari perjalanannya, teori dari aliran modernis-positivis adalah yang lebih dahulu
berpengaruh, yang kemudian berkembang ke arah posmodernis.
Struktur pengetahuan positivisme yang dibangun dari tradisi ilmu alam dianggap kurang
memadai dalam mengungkap kompleksitas gejala sosial atau interaksi dan perilaku manusia.
Positivisme tidak sanggup mengungkap aspek-aspek yang tidak kasat mata dari fenomena sosial.
Pengetahuan hanya sah bila sudah diuji oleh metode ilmiah. Sementara posmodernisme memberi
ruang yang lebih terbuka dalam mengungkap aspek-aspek penting dibalik sebuah pengetahuan.
Realitas tunggal, universalisme dan generalisasi yang luas ditolak oleh pandangan ini. Pengetahuan
dianggap bukan gambaran sebenarnya dari realitas.
Implikasi pada pekerjaan sosial dari dua pandangan ini diantaranya adalah memperkaya
conceptual framework dari pengetahuan pekerjaan sosial serta memberi kesadaran baru akan
pentingnya memperhatikan konteks, lokalitas, keragaman, relativitas kebenaran pengetahuan, serta
aspek-aspek penting lain dari kehidupan manusia atau dunia klien yang tidak terungkap oleh
metode positivis. Terdapat pula relevansi pandangan posmodernisme dengan pekerjaan sosial
sebagai ilmu terapan ketika pemaknaan teori tidak lagi dibatasi hanya sebagai penjelasan ekplanatif
saja.

Kata Kunci : Teori Pekerjaan Sosial, Modernisme, Posmodernisme

A. Teori Menurut Pandangan Positivis menurut aliran positivis harus paling tidak
memiliki syarat sebagai berikut :
Positivisme adalah faham yang
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip ilmu 1. Harus didukung oleh bukti yang
pengetahuan alam, yaitu bahwa ilmu diperoleh dari pengalaman atau observasi
pengetahuan harus bersifat objektif, dapat 2. Pengetahuan tersebut bukanlah berupa
digeneralisasi, dan diperoleh dengan nilai, karena nilai tidak dapat diamati dan
menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan
dibuktikan

82
3. Harus menggunakan langkah-langkah melihat bahwa masyarakat atau manusia
sistematis yaitu berupa penerapan metoda akan bergerak menuju capaian-capaian
ilmiah sosial atau kemanusiaan seperti menuju
modernitas, kebebasan, atau pemenuhan
Positivisme sejalan dengan faham
diri.
modernisme, yang dimulai di zaman
pencerahan Eropa (enlightment) abad enam Teori yang dibangun dari penelitian
belas dan tujuh belas, saat pengaruh agama modernisme atau positivisme adalah bersifat
dilepaskan dari ilmu pengetahuan. Maka eksplanatif dan sebagai hasil dari prosedur
demikian ilmu pengetahuan menurut faham ilmiah. Tripodi, Fellin, & Meyer, 1969 dalam
modernis-positivis haruslah diperoleh melalui (Thyer, 2008) menjelaskan definisi teori
upaya-upaya penyelidikan terhadap fenomena menurut pandangan ini sebagai seperangkat
alam atau sosial melalui proses riset. Aliran hipotesis yang berhubungan secara logis yang
positivis percaya bahwa untuk memperoleh menjelaskan relasi antar generalisasi yang
pengetahuan yang benar, maka pengetahuan sudah terbukti secara empiris. Sementara
tersebut haruslah dilepaskan dari nilai-nilai Tolson, Reid & Garvin (1994),
subjektif dan anggapan lain yang tidak dapat mendefinisikan teori sebagai seperangkat
diamati. konsep dan konstruk yang menggambarkan
dan menjelaskan sesuatu atau fenomena.
Hammersley dan Atkinson (dalam
Dalam faham positivis, teori menjelaskan
Payne 1997:28), menyebutkan beberapa
mengapa sesuatu atau tindakan tertentu
karakteristik dari metode positivis atau
memunculkan akibat atau keadaan tertentu.
modernis dalam memperoleh pengetahuan
Clark (1995) menggambarkan pemahaman ini
yaitu:
dengan apa yang disebutnya sebagai
1. Menggunakan model ilmu pengetahuan penjelasan sebab akibat (causal narative),
alam dalam semua reisetnya. Riset baru sedangkan Payne menyebutnya sebagai
dikatakan valid jika menggunakan explanatory theory.
variabel-variabel dengan ukuran
kuantitatif. Dengan demikian relasi
manusia, budaya, masyarakat, dapat
diteliti dengan cara seperti itu. Teori, Model, dan Perspektif
2. Menerapkan hukum universal, yaitu Dalam pandangan positivisme yang
pandangan yang menggeneralisasikan harus selalu menerapkan metode ilmiah dalam
sebuah kesimpulan untuk situasi yang membangun teorinya, maka teori merupakan
lain. Menekankan pada kesamaan sebuah pernyataan umum mengenai dunia
daripada melihat keunikan atau nyata yang kebenarannya harus dapat
perbedaan yang dianggap tidak dibuktikan melalui metode ilmiah. Berbeda
signifikan. Statistik digunakan dalam dengan pandangan posmodernis yang
penelitian sosial sebagai dasar untuk memahami teori secara lebih longgar,
menggeneralisasi pandangan positivis yang secara tegas
3. Observasi yang netral terhadap objek mendasarkan pada metode ilmiah
yang diteliti. Informasi-informasi yang membedakan secara ketat antara teori, model,
tidak dapat terlihat atau tunggal dan pendekatan atau perspektif.
diabaikan dengan penggunaan Teori menurut pandangan positivis
instrumen pengumpulan data yang haruslah menjelaskan – berdasarkan hasil
sudah terstandar dan ditetapkan oleh pembuktian-, mengapa sesuatu terjadi. Jadi
peneliti. teori menjelaskan sesuatu atau fenomena.
4. Dapat meramalkan (teleology). Metode Sedangkan model adalah sebuah acuan yang
penelitian positivis dan modernis memberi panduan bagi praktik. Teori terdiri

81
dari definisi dan proposisi, yaitu adalah, ecological perspective, strength
mendefinisikan, menjelaskan, dan perspective, atau generalist perspective.
memprediksi, namun tidak mengarahkan.
Sebaliknya, model memberi penjelasan atau
menentukan apa yang seharusnya dilakukan B. Pengetahuan dan Teori Menurut
praktisi saat melakukan praktik. Model adalah Pandangan Posmodernis
pedoman untuk praktik. Tolson et al, (1994 Sejak era 1990an, pekerjaan sosial
dalam Thyer 2008), menjelaskan bahwa mulai dipengaruhi oleh pemikiran
model, terdiri dari pernyataan-pernyataan posmodernisme. Posmodernisme sendiri
yang memberi petunjuk atau langkah-langkah adalah sebuah gerakan intelektual antitesa
mengenai bagaimana intervensi seharusnya dari modernisme. Pemikiran ini melihat
dilakukan. bahwa pengetahuan hanyalah gambaran dari
Namun perlu juga dipahami bahwa realita yang tersusun dari simbol atau bahasa
model diperoleh dari teori atau berdasar teori yang menggantikan realita. Dengan demikian,
namun cara mengembangkannya berbeda pengetahuan bukanlah realita yang
dengan teori. Loeb (1959) dalam Thyer 2008) sebenarnya. Karena tersusun dari simbol atau
menyebutkan bahwa model dibangun untuk bahasa, maka ada proses komunikasi atau
memecahkan masalah secara langsung pertukaran simbol dan bahasa yang dilakukan
sehingga menghasilkan outcomes. Ia manusia dalam mengembangkan
menyebut model sebagai alat pemecahan pengetahuannya. Karena bahasa dapat
masalah (problem solving device). dimaknai secara berbeda oleh manusia yang
berbeda, maka pengetahuan yang ada
Dari pemahaman teori dan model di bagaimanapun tidaklah bisa netral (sepeti
atas, maka psikodinamika, behavioral, yang diklaim oleh kaum positivis-modernis).
kognitif, konflik, fungsionalisme, Manusia dapat menciptakan bias pada bahasa
modernisme, dan teori sistem adalah contoh- yang mereka gunakan.
contoh teori saat semuanya mendefiniskan,
menjelaskan, dan memprediksi perilaku Bahasa dapat menggambarkan
manusia atau gejala sosial. Namun pada asumsi sosial yang berbeda dan manusia
tingkatan pemecahan masalah, maka terdapat seringkali melakukan pemaknaan yang
pula model-model intervensi yang berasal dari berbeda dari sebuah bahasa. Dengan demikian
teori-teori tersebut seperti model cognitive- ide atau pengetahuan tidak bisa berdiri sendiri
behavioral treatment, model untuk perubahan atau netral terhadap karakter, kepentingan,
komunitas dan organisasi, Welfare State- dan posisi sosial dari manusia saat mereka
Industry Model, Market Model, Charity melakukan komunikasi dan memahami satu
Model, Activist Model, Task Centered, Case sama lain. Dengan demikian pengetahuan
Management, Solution Focused, Intervensi apapun bentuknya akan dipengaruhi oleh
Krisis, atau Self-Help Model. asumsi sosial tertentu.
Teori juga dibedakan dengan Sebagai contoh, pada zaman orde
perspektif atau pendekatan. Perspektif baru, kelompok masyarakat yang mengalami
merupakan sebuah cara melihat, yang kelaparan disebut oleh pemerintah atau media
mengarahkan pilihan pandangan kita dari pada waktu itu sebagai kelompok yang
berbagai variabel yang kompleks. Perspektif mengalami ‘rawan pangan’. Apa artinya ini?
mengarahkan praktisi untuk memfokuskan Bagaimana kita bisa melihat bahwa bahasa
perhatian pada faktor tertentu saja dari memiliki efek pencitraan dengan maksud
beragam variabel dalam situasi praktik. tertentu oleh pusat kekuasaan. Atau
Sebuah perspektif adalah sebuah lensa untuk bagaimana kita bisa menerima sebutan baru
memotret satu angle saja dari sebuah bagi kelompok pelacur menjadi ‘pekerja seks
landscape yang luas. Contoh dari perspektif komersial?’ Hal yang sama juga terjadi dalam
simbol (angka-angka) statistik, misalnya

82
dalam menentukan apakah sebuah kelompok kompleksitas pengetahuan atau pengalaman,
masyarakat termasuk dalam kategori miskin serta melihat adanya saling mempengaruhi
atau tidak. Terdapat perbedaan dalam ukuran antara ide dan situasi sosial. Dengan demikian
atau kriteria yang menentukan siapa yang tidak ada realitas tunggal dalam pandangan
masuk dalam kategori miskin dan siapa yang posmodernis, - tidak seperti pandangan
tidak masuk dalam kategori miskin. Padahal positivis yang melihat bahwa pengetahuan
ukuran miskin dan tidak miskin serta riset yang benar harus mengandung unsur
yang dilakukan untuk itu tentunya sudah universalitas, objektivitas dan dapat di
menggunakan apa yang disebut sebagai generalisasi-.
‘metode ilmiah’. Contoh-contoh di atas Namun hal ini bukan berarti bahwa
menunjukan bagaimana simbol dan bahasa pandangan posmodernis tidak dapat
yang digunakan mempengaruhi persepsi, menciptakan kesamaan-kesamaan mengenai
keadaan mental, dan tindakan-tindakan kita. ide atau pengetahuan. Payne (1997),
Karena dominasi saintific approach menjelaskan bahwa kaum posmodernis
ini, maka banyak aspek yang tidak terlihat tidaklah berpendapat bahwa kesepakatan
atau terungkap terkait fenomena kemiskinan. mengenai teori untuk bertindak mustahil
Harris (1999), menjelaskan sejak science untuk dicapai. Sebaliknya, mereka
ditetapkan sebagai satu-satunya upaya dalam beranggapan bahwa orang memahami sesuatu
rangka mencari jawaban terbaik, maka pada dengan cara menerima gambaran-gambaran
saat yang sama kita tidak bisa melihat dunia yang secara sosial disepakati dan
berbagai perbedaan dan ini bisa membawa diterima sebagai realita.
akibat pada intoleransi. Melalui kacamata Lantas siapa yang menciptakan
posmodernisme, kepantasan atau kelayakan kesepakatan, dan bagaimana kesepakatan itu
menurut pendekatan science seringkali bisa tercapai? Jawabannya terletak pada
membawa ketidakadilan pada kelompok atau proses relasi kekuasaan. Pengetahuan adalah
manusia yang lain. ide-ide tentang dunia yang dikonteskan
Bias kepentingan, misinterpretasi, melalui pertukaran atau interaksi bahasa,
dan pemaknaan relatif yang tercermin dari sehingga muncul makna-makna yang
bahasa atau simbol seringkali terlewatkan disepakati secara sosial. Proses relasi ini
oleh ide atau pengetahuan modern menyebabkan satu ide atau pengetahuan dapat
(positivistik). Masalah terpentingnya adalah diterima dalam satu kelompok masyarakat
bahwa bahasa, simbol, atau pengetahuan atau individu, atau dianggap lemah bahkan
tersebut mengandung ide tertentu sehingga ditolak. Ketika satu ide diterima, maka
sekaligus mengarahkan tindakan atau pengetahuan tersebut memiliki kekuatan
keputusan manusia seperti pada pola-pola (power). Inilah yang yang dimaksud
relasi sampai pengambilan keputusan atau pengetahuan yang dihasilkan dari konstruksi
kebijakan. Posmodernisme menolak sosial. Pengetahuan bukanlah realita
generalisasi yang luas (totalizing theories) sesungguhnya melainkan seperangkat ide
seperti itu sehingga menolak science sebagai yang muncul dari hasil berbagai proses sosial
satu-satunya kebenaran yang mutlak. (melalui dialog/debat dan tindakan/praktik)
sehingga muncul kesepakatan sosial
mengenai ide tersebut.
Pengetahuan Sebagai Hasil Konstruksi Sosial
Pertanyaannya adalah apakah
Pandangan posmodernis melihat pengetahuan yang dibangun berdasarkan
bahwa pengetahuan itu mengandung makna konstruksi sosial bisa objektif ? Hal penting
(meaning), dan bukanlah sekedar data-data untuk menjawab ini adalah kita harus
empiris dan bersifat objektif seperti yang membedakan makna objektivitas antara
diyakini kaum positivis. Posmodernis pengetahuan alam dengan pengetahuan sosial.
menghargai adanya keragaman dan Berbeda dengan pandangan positivis yang

83
menyandarkan makna objektivitas
pengetahuan sosial sesuai dengan makna Teori Menurut Pandangan Posmodernis
objektivitas pada pengetahuan alam, maka
pandangan posmodernis memaknai Karena posmodernisme mendasarkan
objektivitas pengetahuan sosial berdasarkan pada ide konstruksi sosial, maka teori tidak
pada konstruksi sosial. Payne (2005) hanya berupa penjelasan eksplalnatif atau
menjelaskan ketika pengetahuan merupakan causal narative saja seperti yang dianggap
representasi dari realita yang kita terima dari oleh positivisme. Menurut posmodernisme,
berbagai proses sosial sehingga ditemukan teori merupakan generalisasi yang bisa
pandangan yang sama, maka pengetahuan mencakup tiga kemungkinan yaitu model,
tersebut menjadi objektif. Kita juga perspektif, dan teori eksplanatif (Payne
melembagakan kesepakatan tersebut sesuai 2005:4). Meskipun ketiga istilah tersebut
dengan kesamaan pengertian dari banyak memiliki arti yang agak berbeda, namun
orang, sehingga pengertian-pengertian seringkali disatukan dalam istilah teori
tersebut menjadi terlegitimasi. Pada (Sheafor & Horesjsi, 2012:34).
gilirannya ide-ide tersebut menjadi Pekerjaan sosial adalah ilmu terapan
terorganisir dan menjadi sistem yang masuk sehingga dalam aktivitas praktik, sulit jika
akal serta dijadikan panduan untuk bertindak. dilakukan pemisahan dari ketiga bentuk teori
Dengan demikian pengertian- tersebut. Dalam praktik yang baik, pekerja
pengertian mengenai sesuatu menjadi objektif sosial tidak bisa hanya mengandalkan pada
karena merupakan pengetahuan yang dapat teori-teori eksplanatif atau perspektif saja.
diterima oleh sekelompok orang atau Pekerja sosial juga butuh model sebagai
sekelompok masyarakat. Namun karena setiap panduan untuk bertindak.
orang, setiap kelompok, atau setiap Teori, model, dan perspektif
masyarakat memaknai realita menjadi kegunaannya bukan sekedar untuk saling
pengertian atau ide-ide yang berbeda melengkapi satu sama lain namun juga dapat
(berdasarkan kesepakatan masing-masing) saling menguatkan satu sama lain. Payne
maka akan terlihat banyak pandangan yang (1997) menjelaskan, teori atau perspektif
berbeda, banyak ‘objektivitas’ yang berbeda tidak akan berarti apa-apa dalam praktik jika
dan khas sesuai konteksnya masing-masing. tidak dilengkapi model sebagai panduan
Dalam posmodernine tidak mengenal bertindak. Begitu pula model tidak akan benar
teori universal. Konteks sejarah dan budaya dan efektif jika tidak didasari oleh bukti-bukti
membawa variasi dalam pengetahuan kuat sehingga diperlukan teori eksplanatif.
pekerjaan sosial termasuk fenomena Model dan teori eksplanatif akan memiliki
pekerjaan sosial itu sendiri. Ketika konsistensi dalam keluasan kajian pekerjaan
masyarakat dibangun dari keadaan sosial dan memiliki kegunaan secara umum
sosiokultural yang berbeda, posmodernisme jika menawarkan cara pandang (way of
menentang beragam bentuk dominasi thinking) yang dapat memungkinkan kita
pengetahuan universal. Dalam kajian mentransfer ide-ide pada berbagai situasi serta
pekerjaan sosial internasional, Payne & dapat membentuk pola praktik.
Askeland (2008) misalnya memahami bahwa
kajian pekerjaan sosial internasional ikut
mengkritisi apakah model praktik dan C. Relasi Teori dan Praktik Dalam
organisasi pekerjaan sosial Barat berlaku Pekerjaan Sosial
universal dalam aplikasinya. Mereka melihat Pekerjaan sosial adalah jenis ilmu
perlunya sebuah framework untuk memahami terapan. Artinya teori-teori pekerjaan sosial
pekerjaan sosial secara berbeda yang tidak bisa dipisahkan dari praktik pekerjaan
memperhatikan asumsi-asumsi kultural dan sosial, atau dalam pekerjaan sosial tidak bisa
kebutuhan sosial. dipisahkan antara konsep dari aksi. Kita tidak

84
belajar teori yang tidak bisa digunakan untuk Beckett (2006), menyarankan bahwa
kepentingan praktik atau tidak memberi tindakan pekerja sosial sebaiknya didasarkan
pemahaman pada praktik pekerjaan sosial. pada ide-ide berikut,
Sebagai ilmu terapan, teori pekerjaan sosial 1. Dalam situai seperti ini apa isu utamanya?
dapat dibangun dari lapangan praktik.
2. Apa yang dapat membantu? dan mengapa
Praktik merupakan proses itu dapat membantu?
penggunaan pengetahuan dan penerapan teori
agar menghasilkan sebuah perubahan. Praktik Pekerja sosial dapat mengajukan
tanpa teori cenderung seperti ritual dan tidak teori mengenai apa sebenarnya kesulitan atau
efektif, sedangkan teori tanpa berlandaskan kebutuhan yang dihadapi. Selanjutnya pekerja
informasi dari kenyataan praktik, cenderung sosial mengajukan teori berikutnya, apa yang
hanya menarik dan biasanya tidak relevan. dapat membantu memenuhi kebutuhan atau
mengatasi masalah tersebut? Jika itu adalah
Beberapa penulis dalam pekerjaan (‘X’), mengapa itu dapat membantu?
sosial mendefinisikan teori diantaranya
sebagai berikut: Teori adalah sekumpulan ide Kedua pernyataan di atas dapat
atau prinsip yang digunakan untuk pedoman dikonteskan sehingga bisa menghasilkan
praktik. Ide-ide ini harus jelas dan masuk akal kesimpulan yang baru atau yang berbeda.
sehingga terbuka untuk ditantang (Beckett, Orang yang tidak setuju dapat mengajukan
2006); sedangkan Payne (2005) bukti atau saran bahwa misalnya,
mendefinisikan teori sebagai pernyataan ide- kesulitannya bukanlah ‘Y’; atau ‘X’ tidaklah
ide yang terorganisir mengenai dunia. membantu meskipun masalahnya adalah ‘Y’.
Seperti penjelasan sebelumnya Dalam pekerjaan sosial, teori akan
mengenai perbedaan pandangan teori menurut diterapkan secara terus menerus di wilayah
positivisme dan posmodernisme, maka praktik dan penerapan suatu teori adalah sama
penulis memilih pengertian teori dari dengan menguji teori tersebut sampai
pandangan posmodernis. Definisi dilakukan evaluasi sehingga dapat diketahui
posmodernis menunjukan bahwa teori apakah sebuah teori dianggap masih memadai
bukanlah sekedar causal narrative (seperti atau tidak. Dari sinilah maka satu teori harus
versi positivis), melainkan sebagai pedoman dapat di ‘challenge’ atau dikonteskan dengan
praktik. Teori menjadi tidak berguna dalam anggapan baru, fakta baru, berbagai konteks
pekerjaan sosial jika tidak ada relevansinya seperti tempat dan waktu, sejarah, keadaan
dengan praktik pekerjaan sosial. sosial politik, dan budaya.
Sebuah teori dapat dikonteskan Dunia pendidikan memungkinkan
melalui upaya pengajuan argumen atau kita untuk saling mengajukan argumen dalam
keberatan yang berdasarkan pada temuan- menguatkan posisi teori yang kita pilih.
temuan praktik. Orang dapat menantang teori Siklus konstruksi-praktik-rekonstruksi
yang ada dengan mengajukan argumen yang mensyaratkan situasi dialog yang terbuka dan
berbeda. Pada banyak situasi pekerja sosial fair. Turner (1996:11), menjelaskan bahwa
seringkali mendasarkan pada teori mereka kita dapat menjelaskan aktivitas praktik pada
sendiri yang dibangun berdasarkan yang lain, mentransfer pengetahuan dan
pengalamannya, hasil diskusi dengan pekerja keterampilan kita yang sudah terlihat dan
sosial lain, dan dari sumber-sumber lain di teruji di lapangan, serta sudah barang tentu
luar sumber-sumber akademik. Proses aktivitas kita tersebut dapat dievaluasi dan
konstruksi sosial ini terus terjadi dalam siklus diteliti kembali secara lebih cermat oleh orang
konstruksi-praktik-rekonstruksi, dan lain.
seterusnya.

85
D. Tindakan Berteori Namun tetap saja bahwa teori yang dipilih
dari ilmu murni tersebut harus terkait dengan
Apa bedanya teori dalam pekerjaan
kepentingan praktik. Maas (1996, dalam
sosial dengan teori dari disiplin lain? Perlu
Shulman 1991), menjelaskan bahwa konsep-
dijelaskan di sini bahwa teori-teori dalam
konsep dan kajian ilmu lain termasuk ilmu
pekerjaan sosial hanya berhubungan dengan
murni seperti sosiologi, psikologi, ekonomi,
apa yang pekerja sosial lakukan (praktik)
antropologi, biologi, medis, hukum, dan
serta yang berkaitan dengan faktor-faktor
disiplin lain hanya berguna jika dapat
yang menentukan keberhasilan atau akibat
meningkatkan pemahaman pada praktik
lain dari praktik yang dilakukan. Sudut
pekerjaaan sosial, termasuk pemahaman pada
pandang posmodernisme sejalan dengan
apa yang pekerja sosial lakukan, mengapa
pekerjaan sosial sebagai ilmu terapan karena
mereka melakukan itu, serta apa efek dari
pandangan ini memaknai teori bukan sekedar
tindakan yang mereka lakukan itu. Dengan
penjelasan eksplanatif atau causal narrative
demikian pekerja sosial tidak mempelajari
saja, melainkan termasuk di dalamnya model
ilmu-ilmu lain hanya sekedar untuk
yang digunakan sebagai panduan untuk
memperoleh pemahaman belaka, namun ilmu
bertindak
lain tersebut digunakan untuk kepentingan
Intervensi pekerjaan sosial adalah mencapai praktik terbaiknya.
tindakan berteori. Kajian penting sebelum
Teori-teori yang dipinjam dari ilmu
pekerjaan sosial melakukan tindakan atau
murni umumnya adalah perspektif dan teori
praktiknya adalah menentukan terlebih dahulu
eksplanatif yang menyediakan pengetahuan
apa isu utama yang akan ditangani, apa yang
dasar yang penting dan dikategorikan sebagai
dapat membantu untuk menangani isu
Orienting Theories yang merupakan bagian
tersebut, dan mengapa itu dapat membantu.
dari conceptual framework dalam pekerjaan
Upaya untuk menjawab pertanyaan-
sosial. Semua teori, model, dan persepktif
pertanyaan ini adalah tindakan atau aktivitas
yang terdapat dalam literatur pekerjaan sosial
berteori. Dalam aktivitas ini, pekerja sosial
disebut sebagai conceptual framework yaitu
mencari, memilih dan menggunakan teori
serangkaian konsep, keyakinan, nilai,
yang relevan sebelum melakukan tindakan
proposisi, asumsi, hipotesis, dan prinsip-
praktik.
prinsip. (Sheafor & Horesjsi, 2012).
Jika pekerja sosial hanya memiliki
Pekerjaan sosial adalah ilmu terapan
teori ekplanatif saja maka praktik tidak bisa
yang memiliki tujuan untuk perubahan atau
dilakukan karena teori eksplanatif tidak
menghasilkan tindakan, bukan sekedar untuk
memberi pedoman untuk aksi. Seandainya
memahami fenomena sosial. Dari sini
demikian faktanya maka pekerjaan sosial
sekaligus dapat dijelaskan pula bahwa lulusan
bukanlah ilmu terapan. Kenyataanya selain
studi pekerjaan sosial adalah para profesional,
memiliki teori dengan bentuk eksplanatif atau
bukan sekumpulan akademisi yang hanya
causal narative, pekerjaan sosial seperti yang
melakukan kajian-kajian tanpa memberikan
sudah dijelaskan sebelumnya juga memiliki
pelayanan sosial atau aksi perubahan.
bentuk teori yang lain yaitu perspektif dan
model. Disinilah terlihat relevansi pemaknaan ----------------------
teori yang lebih longgar dari pandangan
posmodernisme dengan pekerjaan sosial
sebagai ilmu terapan. DAFTAR PUSTAKA
Selain menggunakan teorinya
sendiri, pekerjaan sosial juga menggunakan Beckett, Chris (2006). Essential Theory for
konsep atau teori yang berasal dari ilmu-ilmu Social Work Practice. London : Sage
murni. Teori yang berasal dari ilmu lain Publication Ltd.
termasuk ilmu murni adalah pinjaman.

86
Bruce A., Thyer (2008). Comprehensive
Handbook of social Work and Social
Welfare : Human Behavior in The Social
Environment. John Wiley & Sons, Inc.
Harris, Marvin (1999). Theories of Culture in
Postmodern Times. Altamira, Sage
Publications, Inc
Payne, M. & Askeland A. Gurid (2008).
Globalization and International Social
Work: Posmodern Change and
Challenge.Ashgate Publicing Limited.
Payne, Malcolm (1997). Modern Social Work
Theory. Macmillan Press Ltd.
_______ (2005). Modern Social Work
Theory. Palgrave Macmillan.
Sheafor & Horesjsi (2012). Techniques and
Guidelines for Social Work Practice.
Pearson Education, Inc.
Shulman, Lawrence (1991). Interactional
Social Work Practice : Toward an
Empirical Theory. F.E.Peacock Publishers,
Inc.
Turner, Francis J (1996). Social Work
Treatment : Interlocking Theoritical
Approaches. New York : The Free Pres.

87
PERFORMA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA

Oleh:
Soni Akhmad Nulhaqim

(Email: soninulhaqim@yahoo.com)

ABSTRAK

Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang terus berkembang menjawab kebutuhan pelayanan
sosial. Di Indonesia, pekerjaan sosial berkembang menjadi dua kategori yang diakui pemerintah,
yaitu relawan sosial dan pekerja sosial profesional. Relawan sosial yang kegiatan yang bersifat
charity dan philanthrophy dapat dilakukan oleh siapa saja dengan latar belakang apa saja. Namun
demikian, pekerja sosial profesional adalah kegiatan yang didasari oleh pengetahuan, keterampilan
dan nilai dalam menjawab kebutuhan pelayanan sosial. Pekerja sosial profesional merupakan
lulusan dari pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial yang ada di Indonesia. Ketersediaan pekerja
sosial profesional tergantung pada performa pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial di Indonesia.
Kualitas pendidikan ilmu Kesejahteraan Sosial dapat didukung salah satunya dengan keberadaan
Asosiasi Pendidikan Pekerjaan Sosial. Di Indonesia, asosiasi ini dikenal sebagai Ikatan Pendidikan
Pekerjaan Sosial Indonesia (IPPSI). Ikatan pendidikan sangat penting dalam membangun kerjasama
dan kesepakatan terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan terkait dengan tuntutan
perkembangan kebutuhan pekerja sosial profesional. Saat ini di Indonesia sudah terdaftar tiga puluh
enam (36) sekolah yang mengajarkan pendidikan pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial sebagai
anggota dari IPPSI. 36 sekolah tersebut terbagi menjadi beberapa kategori kementerian, yaitu (10)
perguruan tinggi negeri di bawah Kemendikbud, sembilan belas (21) perguruan tinggi swasta yang
tergabung dalam Kopertis, satu (1) perguruan tinggi di bawah Kemensos, serta lima (4) perguruan
tinggi di bawah Kemenag.

Kata Kunci: Pekerja Sosial profesional, Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia

A. Pendahuluan intervensi sosial terhadap permasalah sosial.


Hal tersebut tercantum dalam Undang-undang
Pada saat ini, terdapat dua kategori Kesejahteraan Sosial No 11 Tahun 2011 yang
pekerja sosial yang diakui oleh pemerintah menetapkan pekerja sosial profesional dan
yaitu relawan sosial dan pekerja sosial relawan sosial sebagai berikut :
profesional. Relawan sosial merujuk kepada
Pekerja sosial profesional adalah
seseorang yang berbuat amal atau memiliki seseorang yang bekerja, baik di lembaga
kepedulian untuk berbagi dengan orang lain. pemerintah maupun swasta yang memiliki
Sedangkan pekerja sosial profesional adalah kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan
orang yang dasari oleh pengetahuan, kepedulian dalam pekerjaan sosial yang
keterampilan dan nilai dalam melakukan diperoleh melalui pendidikan, pelatihan,

88
dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial membangun kesepakatan dan ikatan dalam
untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan meningkatkan dan mengembangkan
dan penanganan masalah sosial. pendidikan kesejahteraan sosial di Indonesia.
Relawan sosial adalah seseorang Saat ini di Indonesia sudah terdaftar tiga puluh
dan/atau kelompok masyarakat, baik yang enam (36) sekolah yang mengajarkan
berlatar belakang pekerjaan sosial maupun pendidikan pekerjaan sosial/kesejahteraan
bukan berlatar belakang pekerjaan sosial,
sosial sebagai anggota dari IPPSI ini,
tetapi melaksanakan kegiatan penyelenggaraan
di bidang sosial bukan di instansi sosial meskipun masih banyak sekolah-sekolah lain
pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau yang mengajarkan pendidikan pekerjaan
tanpa imbalan. sosial/kesejahteraan sosial yang belum
Terkait dengan UU No 11 2011 terdaftar sebagai anggota IPPSI.
tersebut, maka pendidikan yang menghasilkan Tentunya akan menjadi tantangan
pekerja sosial profesional adalah pendidikan yang besar bagi pendidikan pekerjaan
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Hal ini sosial/kesejahteraan sosial di Indonesia dalam
diperkuat juga dengan Peraturan Menteri menyambut tuntutan dan tantangan dalam
Sosial No. 108 Tahun 2009 tentang Sertifikasi perkembangan dunia pekerjaan sosial di
Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Indonesia. Merujuk pada uraian tersebut di
Kesejahteraan Sosial serta Peraturan Menteri atas, tulisan ini akan mengkaji mengenai
Sosial No. 107 Tahun 2009 tentang Akreditasi “Performa Pendidikan Kesejahteraan Sosial di
Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial. Indonesia”
Perkembangan lainnya, kebutuhan akan
sumber daya yang berkualitas sebagai hasil
B. Asosiasi Pendidikan Kesejahteraan
penyelenggaraan pendidikan terus menjadi Sosial Indonesia
perhatian. Tak terkecuali, Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial sebagai institusi
pendidikan dimana lulusannya sebagai pekerja Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial
sosial profesional. Kontrol dalam Indonesia pada awalnya dilakukan antara tiga
penyelenggaraan pendidikan dilakukan lembaga pendidikan tinggi pertama yang
melalui peraturan perundang-undangan mengajarkan pendidikan pekerjaan sosial yaitu
misalnya melalui Badan Akreditasi Nasional STKS Bandung, Universitas Indonesia, serta
Perguruan Tinggi (BAN-PT), Standar STPS (sekarang STISIP Widuri) pada tahun
Nasional Pendidikan, Kerangka Kualifikasi 1967. Pertemuan awal tersebut membahas
Nasional Indonesia (KKNI), dan sebagainya. mengenai peran/tugasnya, serta kurikulum
yang diperlukan dalam pendidikan pekerjaan
Keberadaan asosiasi pendidikan
sosial.
menjadi sangat penting dalam membangun
kerjasama dan kesepakatan terkait dengan Selain lembaga pendidikan tinggi,
peningkatan kualitas pendidikan terkait dengan pekerjaan sosial juga diajarkan pada jenjang
tuntunan perkembangan seperti yang telah pendidikan menengah yaitu di Sekolah
disebutkan di atas. IPPSI sebagai wadah bagi Pendidikan Kemasyarakatan (SPK) yang
penyelenggara pendidikan kesejahteraan sosial dibentuk sekitar tahun 1948 untuk menangani
di Indonesia memiliki tujuan yang mulia untuk masalah-masalah sosial sebagai dampak dari

89
revolusi, yang didirikan setelah berdirinya SPSA, maka harus dibantu oleh yang
Rehabilitation Center (RC) di Solo. pengetahuannya lebih tinggi dalam
penanganan masalah sosial.
SPK kemudian dirubah menjadi
Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA) pada Sejak tahun 1967 tersebut, pertemuan
sekitar tahun 1960-an dengan lama pendidikan rutin dilakukan namun belum berbentuk
4 tahun. Kemudian berubah menjadi Sekolah asosiasi. Kebutuhan akan adanya asosiasi
Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS). Dalam pendidikan muncul setelah beberapa sekolah
perkembangannya, masa pendidikan di SMPS pekerjaan sosial mulai dikembangka di
berubah menjadi 3 tahun. Kemudian, saat ini beberapa perguruan tinggi lain di Indonesia.
SMPS dikategorikan sebagai salah satu Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia
sekolah kejuruan atau Sekolah Menengah (IPPSI) akhirnya dibentuk pada tahun 1986 di
Kejuruan (SMK). STKS Bandung. Kepengurusan pertama
asosiasi ini berakhir tahun 1990.
Pada tingkat akademi, terdapat
Kepengurusan berikutnya, baru diadakan pada
Akademi Pendidikan Pekerjaan Sosial (APPS).
tahun 1996, tahun 2003, 2010, dan terkahir
Mahasiswa angkatan pertama, Jurusan Ilmu
pada tahun 2012. Pada dasarnya,
Kesejahteraan Sosial FISIP UI adalah lulusan
kepengurusan IPPSI selalu melibatkan wakil-
APPS yang disetarakan dengan Sarjana Muda,
wakil dari Lembaga Pendidikan yang dipilih.
namun harus menambah beberapa mata kuliah
Sehingga, hasil yang dicapai selama masa
pada tingkat-tingkat sebelumnya yang belum
diajarkan di APPS. Kalau antara APPS dan kepengurusan adalah hasil kerjasama antar
beberapa Lembaga Pendidikan meskipun
Fakultas/sekolah tinggi, sudah terlihat
aktivitas sebenarnya hanya melibatkan
perbedaannya. Namun, antara SPSA dengan
beberapa orang.
Perguruan Tinggi kurang jelas perbedaan
karena sebagian pengajar adalah dari STKS Kegiatan-kegiatan awal IPPSI
yang dianggap paling mengerti tentang dimulai dengan tenaga-tenaga profesional
pekerjaan sosial, dengan landasan pengajaran yang masih terbatas. Meskipun demikian,
yang sama. Sebagian pengajar di SPSA dan kegiatannya tetap diusahakan untuk
APPS adalah lulusan IKIP Bandung yang dilaksanakan. Dalam perkembangannya,
bekerja pada lembaga pendidikan, Departemen muncul kebutuhan untuk membentuk
Pendidikan dan Kebudayaan dan departemen organisasi yang terdiri dari lulusan pendidikan
yang menangani masalah-masalah sosial. tinggi pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial
Dalam beberapa pertemuan ditetapkan bahwa yang dapat memberikan masukan terhadap
lulusan SPSA adalah Pra Pekerja Sosial, dalam lembaga pendidikan, tentang kebutuhan-
arti bahwa mereka belum dapat bekerja secara kebutuhan pekerja sosial di lapangan.
langsung. Tugas utamanya adalah pengumpul Sehingga, dibentuk Himpunan Pekerja Sosial
data, pengolahannya di bawah bimbingan Indonesia (HIPSI) setelah IPPSI. Selanjutnya,
APPS yang perannya sebagai Pra Pekerja IPPSI bersama HIPSI merangkul Dewan
Sosial. Sedangkan lulusan S1 adalah Pekerja Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial
Sosial yang memberikan bimbingan kepada (DNIKS) sebagai lembaga yang mengorganisir
lulusan APPS dan lulusan SPSA. Sekiranya organisasi-organisasi sosial dimana pekerja
dalam organisasi sosial hanya terdapat lulusan sosial bekerja. Sehingga, kegiatan awal IPPSI

90
adalah memperkuat hubungan ketiga lembaga C. Perguruan Tinggi Penyelenggara
tersebut. Saat ini, keanggotaan Ikatan Pendidikan Kesejahteraan Sosial/
Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia terdiri Pekerjaan sosial
dari 36 sekolah yang terbagi menjadi sembilan Berdasarkan data dari asosiasi pendidikan
(10) perguruan tinggi negeri di bawah pekerjaan sosial, Ikatan Pendidikan Pekerjaan
Kemendikbud, sembilan belas (21) perguruan Sosial Indonesia (IPPSI), diperoleh informasi
tinggi swasta yang tergabung dalam Kopertis, mengenai jumlah perguruan tinggi
satu (1) perguruan tinggi di bawah Kemensos, penyelenggara pendidikan kesejahteraan
serta lima (4) perguruan tinggi di bawah sosial/pekerjaan sosial di Indonesia. Data
Kemenag. tersebut menunjukkan bahwa terdapat tiga
puluh enam (36) perguruan tinggi yang
tersebar dari provinsi Nangroe Aceh
Darussalam sampai provinsi Papua. Berikut
sebaran perguruan tinggi penyelenggara
pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan
sosial di Indonesia.

91
Tabel 1 Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Kesejahteraan Sosial/Pekerjaan Sosial

NO NAMA PERGURUAN TINGGI ALAMAT


1 IAIN Ar Raniry Banda Aceh Kampus Darussalam, Banda Aceh
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2 (UMSU) Kampus 1, Jalan Gedung Arca 53, Medan
3 Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Dr. A. Sofyan No. 1, Medan
4 STISIPOL Candradimuka Palembang Jl. Swadaya Basuki Rahmat, Palembang
5 Universitas Bengkulu (UNIB) Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu
6 STISIP Widuri Jl. Pal Merah Barat 353, Jakarta Selatan
Jalan Raya Lenteng Agung 32, Jakarta
7 Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Selatan
Gd. Nusantara Lt 2 Kampus FISIP UI,
8 Universitas Indonesia (UI) Depok
9 Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Jl. KH. Ahmad Dahlan, Ciputat
10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Juanda 95, Ciputat
11 Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Jl. Ir. H. Juanda 367, Bandung
12 Universitas Galuh Jl. RE. Martadinata 150, Ciamis
Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21,
13 Universitas Padjadjaran Jatinangor
14 Universitas Pasundan Jl. Lengkong Besar 68, Bandung
15 Universitas Langlang Buana Jl. Karapitan 116, Bandung
16 Universitas Garut Jalan Raya Cimanuk 285A, Garut
17 Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta
18 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Marsda Adi Sucipto, Yogyakarta
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
19 "APMD" Jl. Timoho 317, Yogyakarta
20 Universitas Gadjah Mada (UGM) Jl. Kaliurang Bulak Sumur, Yogyakarta
21 Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jl. Merdeka 29A, Jombang
22 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jalan Raya Tlogomas 246, Malang
23 Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UNMUH) Jl. Budi Utomo 10, Ponorogo
24 Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Jl. Dukuh Kupang XXV/54, Surabaya
25 Universitas Jember (UNEJ) Jl. Kalimantan II/24, Jember
26 STISIP Muhammadiyah Madiun Jl. Mayjen Panjaitan 18, Madiun
27 Universitas Tanjungpura (UNTAN) Jl. Jenderal Ahmad Yani, Pontianak
28 Universitas Mulawarman Jl. Kuaro I/5, Samarinda
29 Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10, Makassar
30 Universitas Teknologi Sulawesi Jl. Abdullah Daeng Sirua 242, Makassar
31 STIKS Tamalanrea Makassar Jl. Ammana Gappa 12, Makassar
32 UIN Alaudin Makassar Jl. Sultan Alaudin 63, Makassar
33 STIKS Manado Jl. Wolter Mongisidi VI/129, Manado
34 Universitas Muhammadiyah Kupang Jl. KH. Ahmad Dahlan 17, Kupang
35 Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Jl. OT. Pattimaipauw, Ambon
36 Universitas Cendrawasih Jalan Raya Sentani Abepura, Jayapura

92
Dari data tersebut, dapat dilihat sosial/pekerjaan sosial yang selaras dengan
bahwa perguruan tinggi penyelenggara perguruan tinggi lain.
pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan Mengenai profil dosen di perguruan
sosial tersebut dapat dibedakan berdasarkan tinggi penyelenggara pendidikan kesejahteraan
kementerian yang menaunginya. Setidaknya sosial/pekerjaan sosial, secara umum sudah
terdapat tiga kementerian yang menaungi menunjukkan kualifikasi dan kompetensi yang
perguruan-perguruan tinggi penyelenggara baik. Mayoritas dosen sudah menyelesaikan
pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan pendidikan di tingkat Magister atau S-2. Selain
sosial yaitu Kementerian Pendidikan dan itu, mayoritas dosen juga mendapatkan gelar
Kebudayaan, Kementerian Sosial, dan Sarjana dari Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Kementerian Agama. Kementerian Pendidikan Sosial. Namun, saat ini masih sedikit dosen
dan Kebudayaan dapat diklasifikasikan yang berpendidikan Doktor yang mengajar di
menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan jurusan-jurusan penyelenggara pendidikan
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial. Begitu
dikoordinir oleh KOPERTIS. Dalam kajian
pula dengan dosen yang mendapatkan
ini, dipilih beberapa perguruan tinggi penghargaan sebagai Guru Besar. Di Indonesia
berdasarkan ketiga kementerian yang
jumlah Guru Besar di bidang pendidikan
menangui perguruan tinggi penyelenggara
kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial masih di
pendidikan kesejahteraan sosial tersebut.
bawah sepuluh orang. Hal ini tentunya
Perguruan tinggi tersebut antara lain
menjadi catatan bagi penyelenggara
Universitas Padjadjaran, Universitas
pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan
Bengkulu, Universitas Pasundan, Universitas
sosial, untuk terus mengembangkan kualifikasi
Muhammadiyah Malang, Universitas
dan kompetensi dosennya sehingga dapat
Tanjungpura, Universitas Islam Negeri Sunan
menghasilkan lulusan yang baik.
Kalijaga Yogyakarta, serta Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial Bandung. Jika dilihat dari kondisi mahasiswa
dan lulusan, kecenderungan jumlah mahasiswa
Perbedaan kementerian yang
baru di perguruan tinggi penyelenggara
menaungi perguruan tinggi penyelenggara
pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan
pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan
sosial terus mengalami peningkatan. Hal ini
sosial tersebut, juga mempengaruhi kurikulum
menunjukkan bahwa pendidikan kesejahteraan
yang diterapkan di masing-masing perguruan
sosial/pekerjaan sosial sudah mulai dikenal di
tinggi. Khusus untuk perguruan tinggi di
masyarakat. Kondisi tersebut bisa dimaknai
bawah Kementerian Agama misalnya, terdapat
secara positif maupun negatif. Secara positif
penekanan pada kurikulum yang berbasis
berarti pendidikan kesejahteraan
Agama Islam yang sesuai dengan core
sosial/pekerjaan sosial mulai dibutuhkan di
business dari Kementerian Agama yaitu
masyarakat. Di sisi lain, kondisi tersebut
pendidikan agama Islam. Namun, kondisi
menjadi tantangan bagi penyelenggara
tersebut tidak menjadi hambatan bagi
pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan
penyelenggara pendidikan kesejahteraan
sosial untuk terus meningkatkan kualitas
sosial/pekerjaan sosial yang berada di bawah
pendidikannya. Selain itu, rata-rata
Kementerian Agama untuk tetap
penyelesaian masa studi di perguruan tinggi
mengembangkan pendidikan kesejahteraan

93
penyelenggara pendidikan kesejahteraan akan menerapkan kurikulum inti yang sudah
sosial/pekerjaan sosial tidak lebih dari 5 tahun disepakati bersama.
atau sepuluh semester. Hal tersebut
menunjukkan pencapaian yang cukup baik,
meskipun masih menjadi catatan bagi D. Penutup
penyelenggara pendidikan untuk memacu Dari hasil pembahasan dan analisa
percepatan penyelesaian masa studi hingga mengenai performa pendidikan kesejahteraan
mencapai angka ideal yaitu 4 tahun atau sosial/pekerjaan sosial di Indonesia, dapat
delapan semester. ditarik beberapa hal yang menjadi kesimpulan.
Dari sisi users atau pengguna lulusan, Di Indonesia saat ini terdapat tiga puluh enam
pada umumnya lulusan pendidikan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan
kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial bekerja di
sosial. Untuk melihat performa pendidikan
berbagai bidang seperti pemerintahan pusat
dan daerah, BUMN, BUMS, maupun di kesejahteraan sosial di Indonesia, dapat
berbagai lembaga pelayanan sosial. Hal ini dijelaskan dari kondisi eksisting yang ada di
perguruan tinggi seperti dosen, mahasiswa,
menunjukkan adanya kepercayaan dan
lulusan, serta kurikulum yang berjalan.
kebutuhan terhadap lulusan pendidikan
kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial dari 1. Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial di
pihak pengguna lulusan. Selain itu, juga beberapa perguruan tinggi penyelenggara
menunjukkan bahwa lapangan kerja bagi para pendidikan kesejahteraan sosial/pekerjaan
sosial pada umumnya berpendidikan
lulusan pendidikan kesejahteraan
Magister atau S-2. Selain itu juga,
sosial/pekerjaan sosial masih sangat terbuka mayoritas berasal dari pendidikan sarjana
lebar dan sanggup untuk bersaing dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Hal ini
lulusan dari luar pendidikan kesejahteraan menunjukan bahwa dosen di perguruan
sosial/pekerjaan sosial. tinggi penyelenggara pendidikan
kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial telah
Jika dilihat dari kurikulum memiliki kompetensi yang sesuai untuk
pendidikan, saat ini penyelenggara pendidikan menjadi tenaga pengajar Ilmu
kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial sudah Kesejahteraan Sosial.
menerapkan beberapa mata kuliah yang 2. Selama 5 tahun terakhir, jumlah
menjadi mata kuliah inti dalam kurikulum mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial
nasional pendidikan kesejahteraan berjumlah lebih dari 50 mahasiswa setiap
sosial/pekerjaan sosial. Lokakarya kurikulum tahun akademiknya dan terus meningkat.
inti yang dilakukan oleh asosiasi pendidikan 3. Sementara itu, mahasiswa Ilmu
kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial (IPPSI) Kesejahteraan Sosial memerlukan 8
merupakan upaya yang dilakukan oleh asosiasi sampai dengan 10 semester untuk lulus.
untuk mewadahi aspirasi dan kebutuhan dari Lulusan ini memerlukan waktu 2,5 bulan
para anggotanya. Oleh karena itu, semua hingga 3 tahun untuk mendapatkan
pekerjaan. Dengan persentase sebanyak
perguruan tinggi penyelenggara pendidikan 70% hingga 84%, lulusan ini terserap di
kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial yang pekerjaan yang sesuai dengan bidang Ilmu
menjadi anggota asosiasi dapat menerima dan Kesejahteraan Sosial. Seperti CSR,
Peneliti Sosial, Pengajar Ilmu

94
Kesejahteraan Sosial, Lembaga Sosial Lewis, Judith A., Michael D. Lewis, &
Internasional serta lembaga pemerintahan federico Soflee Jr. 1991. Management of
seperti Dinas Sosial. Human Service Programs. Brooks/Cole
4. Sementara itu, 20 mata kuliah inti yang Publishing Company: Pacific Grove,
dihasilkan melalui lokakarya IPPSI California.
umumnya telah terdapat pada kurikulum
Ilmun Kesejahteraan Indonesia. Namun Meyer, C. H., Mattaini, M. A. 1995. The
ada beberapa mata kuliah yang belum Foundations of Social Work Practice.
terdapat pada kurikulum sehingga perlu Washington: NASW Press.
ditambahkan misalnya Mata Kuliah
Supervisi. Silalahi, Ulbert. 1997. Studi tentang Ilmu
Administrasi. Bandung: Sinar Baru.
Weinbach, R. W. 1994. Social Worker as
E. Saran
Manager. Allyn& Bacon: Boston.
Perlu diadakan upaya bagi
Yayasan Manajemen Bisnis & Teknologi
peningkatan kompetensi dosen seperti bantuan
Independen. tt, Staffing Process for All
pendidikan sehingga dosen-dosen yang masih
Leaders (human resources management
berpendidikan S-1 maupun S-2 dapat terbantu
implementation) Training Program
untuk dapat meningkatkan pendidikannya ke
Module: (Tingkat Muda). Bandung:
jenjang yang lebih tinggi.
Lambert Consult.
Selain itu, terkait kurikulum yang
diberlakukan di pendidikan Ilmu
Kesejahteraan Sosial perlu adanya pemerataan
sehingga lulusan yang dihasilkan dapat
memiliki kompetensi umum yang sama. Hal
ini dapat diwujudkan melalui penerapan mata
kuliah inti IPPSI pada kurikulum di masing-
masing perguruan tinggi.

---------------------
DAFTAR PUSTAKA

Andrew, J., & May, J.. 1995. Working in


Human Service Organizations. Australia:
Long Man.
Dubois, B., & Miley, K. K. 1992. Social
Work: An Empowering Profession.
Boston: Allyn & Bacon.
Gilbert,Neil & Harry Specht. 1995. Handbook
of the social services. Englewood Cliffs :
New Jersey.

95
PELAYANAN BAGI ANAK DENGAN KECACATAN DI KOTA CIMAHI

Oleh:
Nurliana C. Apsari, S.Sos., MSW.

Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad

Email: nurliana.apsari@gmail.com

ABSTRAK

Anak dengan kecacatan beresiko mendapatkan perlakuan salah dari masyarakat sebagi akibat
dari ketidaksadaran dan ketidaktahuan masyarakat mengenai kondisi anak dengan kecacatan dan
ketersediaan layanan bagi mereka. Kondisi ini membuat pihak berwenang harus lebih terlibat dalam
beragam layanan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi layanan-layanan yang diberikan baik
oleh pemerintah maupun oleh lembaga-lembaga swasta bagi anak-anak dengan kecacatan dan
keluarganya. Selain untuk mengidentifikasi, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat
kemudahan keluarga untuk mengakses layanan-layanan yang telah ada. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah kualitatif dan data dikumpulkan dengan menggunakan FGD dan
wawancara mendalam dengan para informan terpilih. Penelitian dilakukan di Kota Cimahi
Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Penelitian menemukan bahwa data mengenai anak dengan kecacatan dan tipe kecacatan
masih terbatas. Untuk layanan pendidikan di Kota Cimahi, ada 8 sekolah luar biasa tersedia bagi
anak-anak dengan kecacatan di Kota Cimahi. Sementara itu, untuk layanan kesehatan bagi anak
dengan kecacatan, jaminan sosial di bidang kesehatan mudah diakses dan didapatkan oleh
keluarga dan informasi mengenai layanan juga tersedia bagi keluarga anak dengan kecacatan.
Penelitian juga menemukan tantangan bagi keluarga untuk mengakses layanan adalah pada
persyaratan akademis. Dapat disimpulkan bahwa layanan bagi anak dengan kecacatan masih
sangat terbatas, dan tidak ada layanan yang dirancang oleh orang tua yang memiliki anak dengan
kecacatan.
Penelitian merekomendasikan pihak berwenang dan penyedia layanan untuk memusatkan
perhatian pada perencanaan dan pengembangan layanan sehingga mereka dapat turut serta secara
aktif memutuskan beragam layanan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dengan
kecacatan.

Kata kunci: layanan sosial, anak dengan kecacatan

1. Pendahuluan untuk memenuhi hak anak tersebut, terutama


hak anak dengan kecacatan. Konvensi hak
Anak dengan kecacatan termasuk anak terdiri dari 4 domain utama menurut
dalam kategori populasi yang rawan Protacio-De Castro, et.al. (2005) yaitu
mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai Keberlangsungan hidup, Pengembangan diri,
dengan haknya. Negara Indonesia yang telah Perlindungan dan Partisipasi.
meratifikasi Konvensi Hak Anak tentunya
memiliki kewajiban sebagai “Duty Bearer”

96
Bagi anak dengan kecacatan,
pemenuhan hak tersebut menjadi sangat Tabel 1
penting agar dapat tumbuh dan berkembang Jumlah Anak Cacat
menjadi individu yang mandiri. Anak dengan
kecacatan dan keluarganya harus Jenis Cacat
mendapatkan kesempatan dan akses kepada 2000 2003
layanan yang dapat mendukung kemandirian Tuli 37,8 23,5
anak tersebut. Masa anak-anak dan masa Bisu 49,8 73,1
remaja bagi yang normal dan berada dalam Tuli dan
situasi terbaik dalam kehidupan mereka Bisu 11,8 42,7
Cacat tubuh 114,5 156,9
sendiri saja sudah merupakan masa yang
Cacat
penuh tantangan, apalagi dengan anak dan mental 38,4 118,1
remaja yang mengalami kecacatan, baik itu Gangguan jiwa
karena kecelakaan maupun bawaan semenjak 16,6 26,7
lahir atau genetika. Sumber: YKAI.net dan hasil modifikasi
peneliti
Penyandang cacat, sesuai dengan UU
No. 4 tahun 1997 didefinisikan sebagai setiap Berkaitan dengan minimnya
orang yang memiliki kelainan fisik dan/atau anggaran pemerintah pusat tersebut, membuat
mental yang dapat mengganggu atau pemerintah daerah harus mencari cara sendiri
merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk dapat membantu para penyandang cacat
untuk melakukan aktifitas secara selayaknya, sehingga mereka dapat membantu diri mereka
yang terdiri dari penyandang cacat fisik, sendiri.
penyandang cacat mental dan penyandang
Penelitian ini dilakukan untuk
cacat fisik dan mental.
melihat pelayanan yang tersedia bagi anak
Menteri Sosial Republik Indonesia dengan kecacatan di Kota Cimahi, karena
menyatakan sebagaimana dikutip oleh Kota Cimahi adalah kota yang area
Antaranews.com bahwa terdapat 2,8 juta pelayananannya relative lebih kecil, yang
orang penyandang cacat dari jumlah terdiri dari 3 Kecamatan sehingga
penduduk Indonesia dan anggaran pemerintah memungkinkan bagi masyarakat warga Kota
untuk penyandang cacat masih minim Cimahi untuk mengetahui dan mengakses
(http://www.antaranews.com/berita/399334/p pelayanan yang tersedia bagi anak dengan
enyandang-cacat-di-indonesia- kecacatan di Kota Cimahi tersebut.

mencapai-28-juta, 25 Maret 2014).


Sementara itu, untuk data anak penyandang
2. Pelayanan bagi anak dengan kecacatan
cacat dengan rentang usia 0-21 tahun,
menurut Jenis Cacat (dalam ribuan) yang Orang tua selalu mengharapkan
diolah berdasarkan hasil Susenas, 2003 dan anaknya dapat terlahir dengan sempurna dan
2005 adalah sebagai berikut: berharap anak menjadi sumber kebahagiaan
bagi mereka. Namun tidak semua anak
terlahir sempurna atau sepanjang perjalanan
hidupnya, anak tersebut selalu berada dalam

97
kondisi sempurna. Anak dengan kecacatan antara lembaga penyedia layanan bagi anak
mengalami kondisi yang berbeda dengan anak dengan kecacatan dan keluarga dipengaruhi
yang normal. Keadaan tersebut tentunya oleh adanya kolaborasi dan komunikasi yang
memunculkan konsekuensi kebutuhan- terbuka diantara penyedia layanan, sehingga
kebutuhan akan layanan dalam pemenuhan layanan bisa tepat sasaran,
hak-haknya. berkesinambungan dan berkelanjutan.

Anak dengan kecacatan yang tinggal Keterlibatan orang tua menjadi


dengan keluarga di lingkungan masyarakat sangat penting, karena seringkali orang tua
tentunya memerlukan layanan yang sesuai tidak mengetahui layanan apa yang
dengan kebutuhan mereka. Rothman (1994:6) sebenarnya tersedia bagi mereka
menyebut bahwa “the chronically mentally ill, sebagaimana yang dikemukakan oleh
frail elderly, and physically disabled are in Dukmak (2009:1) “parents of children with
circumstances of profound hardship”. Ini disability often have difficulty obtaining
menunjukkan individu dengan kecacatan necessary rehabilitation services from the
berada dalam kondisi yang sulit, sehingga community”. Ini menunjukkan bahwa orang
wajib bagi pemerintah untuk menyediakan tua sebagai orang terdekat anak dengan
layanan bagi mereka baik itu layanan yang kecacatan memainkan peran penting untuk
dikelola sendiri oleh pemerintah maupun didengar dan diajak serta dalam merancang
layanan yang dikelola swasta dengan fasilitas pelayanan yang diperlukan oleh anak dengan
pemerintah. Sayangnya, layanan yang ada kecacatan. Lebih lanjut, Anderson (2000)
maupun yang sedang dalam perencanaan dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada
seringkali bersifat parsial dan tidak saling beberapa prinsip dalam menyediakan layanan
berhubungan diantara lembaga pemerintah bagi anak dengan kecacatan dan keluarga,
maupun non pemerintah. yaitu pelibatan orang tua baik sebagai
pengidentifikasi layanan yang dibutuhkan
Anderson (2000:484) mengklaim dan pendesain rencana pelayanan bagi anak-
bahwa “disperate definition and eligibility anak dan system dan penyedia layanan harus
criteria that are used to identify these memiliki kompetensi budaya. Prinsip tersebut
disabilities have prevented agencies from didukung pula oleh Freedman & Fes (1996)
collaborating or even communicating about dalam Dukmak (2009)
the children with whom they work, resulting
in a pervasive lack of coordination among yang menyebutkan bahwa “both the
service providers”. Ungkapan tersebut providers of rehabilitation services and
menunjukkan bahwa layanan-layanan yang policy planners appreciate the value of
tersedia seringkali tidak terkordinasi dengan including parents in the rehabilitation
baik karena tidak adanya kesamaan definisi process”. Dengan adanya keterlibatan
dan kriteria yang sama dari setiap penyedia orang tua dalam merancang dan
layanan. Dukmak (2009) mengklaim bahwa merencanakan pelayanan bagi anak dengan
“there is a major and growing need for kecacatan akan meminimalisir efek dari
coordination of services, resources, program ketidaktahuan orang tua mengenai layanan
sharing, new pattern of interagency yang ada bagi mereka sehingga tidak ada
collaboration and cooperative services”. Ini lagi alasan bagi mereka untuk tidak
menunjukkan bahwa pentingnya koordinasi

98
mengetahui dan tidak memiliki akses
untuk pemenuhan kebutuhan anak mereka.
4. Hasil dan pembahasan

Kota Cimahi terletak diantara


3. Metodologi 107°30’30” BT – 107°34’30” dan
6°50’00”- 6°56’00” Lintang Selatan. Luas
Study ini dilaksanakan dengan wilayah Kota Cimahi yang sebesar 40,2
menggunakan desain kualitatif untuk Km2 menurut UU No. 9 Tahun 2001
mengetahui kondisi di lapangan saat dengan batas-batas administratif sebagai
pengumpulan data. Pengumpulan data berikut:
akan dilakukan dengan metode wawancara
individual terhadap pihak-pihak yang Sebelah Utara: Kecamatan Parongpong,
bersinggungan dengan pelayanan yang Kecamatan Cisarua dan Kecamatan
diberikan kepada anak dengan kecacatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
dan keluarganya. Observasi dan studi data
sekunder dilakukan untuk melengkapi Sebelah Timur: Kecamatan Sukasari,
hasil wawancara individual. Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo
dan Kec. Andir Kota Bandung
Informan diidentifikasi dengan
menggunakan teknik purposive, sesuai Sebelah Selatan: Kecamatan Marga Asih,
dengan kebutuhan penelitian. Wawancara Kecamatan Batujajar, Kabupaten
individual dilakukan kepada beberapa Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota.
informan untuk mendapatkan data lebih Sebelah Barat : Kecamatan
lengkap mengenai database, layanan, dan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan
aksesibilitas terhadap layanan bagi anak Kecamatan
dengan kecacatan dan keluarganya. Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
Wawancara individual dilakukan kepada
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kota Cimahi termasuk ke dalam
Pendidikan, UPTD Kesehatan. Triangulasi wilayah Propinsi Jawa Barat dan meliputi
isi dilakukan dengan cara mewawancarai 3 Kecamatan yang terdiri dari 15
Kepala Sekolah SLB dan Guru-guru SLB Kelurahan, yaitu : Kecamatan Cimahi
di Kota Cimahi mengenai layanan yang Utara terdiri dari 4 Kelurahan, Kecamatan
tersedia dan aksesibilitas mereka terhadap Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan
layanan tersebut. Studi ini meneliti dan Kecamatan Cimahi Selatan terdiri dari
ketersediaan database anak dengan 5 Kelurahan. Secara geografis wilayah ini
disabilitas di Kota Cimahi, pemahaman merupakan lembah cekungan yang
para informan mengenai disabilitas, melandai ke arah selatan, dengan
pengetahuan para informan tentang ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter
pelayanan yang tersedia bagi anak dengan dpl ( Kelurahan Cipageran Kecamatan
kecacatan dan keluarganya serta Cimahi Utara), yang merupakan lereng
pengetahuan para informan mengenai cara Gunung Burangrang dan Gunung
anak dan keluarga dengan kecacatan Tangkuban Perahu serta ketinggian di
mengakses pelayanan yang tersedia. bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl
(Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi

99
Selatan) yang mengarah ke Sungai Tabel 3.2. Penduduk Kota Cimahi
Citarum. Sungai yang melalui Kota Berdasarkan Kelompok Umur
Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan
debit air rata-rata 3.830 l/dt, dengan anak Sumber: Database Kependudukan Kota
sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, No. Klpk L P Jumla %
Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masing- Umur h
masing di bawah 200 l/dt) dan Kali 1 75+ 2940 4543 7,483 1.22
Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata 2 70-74 3375 3435 6,810 1.11
3 65-69 5052 5484 10,536 1.72
air yang terdapat di Kota Cimahi adalah
4 60-64 6428 6604 13,032 2.13
mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan
5 55-59 10831 10071 20,902 3.41
mata air Cisintok (93l/dt). 6 50-54 14929 13633 28,562 4.67
7 45-49 18612 18351 36,963 6.04
Dengan luas wilayah tersebut,
8 40-44 24484 22905 47,389 7.74
jumlah penduduk Kota Cimahi mencapai
9 35-39 29846 28903 58,749 9.60
angka 600 ribu jiwa, yang tersebar di 3 10 30-34 33785 33498 67,283 10.99
kecamatan di Kota Cimahi. Berikut adalah 11 25-29 30756 32434 63,190 10.32
tabel jumlah penduduk Kota Cimahi 12 20-24 25280 24711 49,991 8.17
berdasarkan jenis kelamin. Sementara itu, 13 15-19 24784 23971 48,755 7.96
berdasarkan kelompok umur, Kota Cimahi 14 10-14 27962 26492 54,454 8.90
memiliki potensi sumber daya manusia 15 5-9 29997 28362 58,359 9.53
produktif yang menjanjikan, dengan 16 0-4 20491 19219 39,710 6.49
Cimahi. 2012.
jumlah tertinggi penduduk berdasarkan
kelompok umur jatuh kepada kelompok
Berdasarkan penelitian, belum ada
umur 30-34 tahun. Hal ini menunjukkan
kategori anak dengan kecacatan atau orang
bahwa Kota Cimahi mempunyai potensi
dengan kecacatan dalam sensus penduduk
tenaga kerja yang dapat menyumbangkan
yang dilakukan di Kota Cimahi ini.
pendapatan daerah. Tabel berikut ini akan
Penelitian ini diawali dengan melihat
menggambarkan pembagian penduduk
database mengenai anak dengan kecacatan
Kota Cimahi berdasarkan kelompok umur.
baik di Indonesia maupun di Cimahi,
kemudian melihat pelayanan yang tersedia
bagi anak dengan kecacatan baik itu di
bidang pendidikan dan kesehatan. Penelitian
dilakukan di bidang pendidikan dan
kesehatan karena berdasar pada asumsi
bahwa pelayanan yang dapat dirasakan
langsung oleh anak dengan kecacatan dan
keluarganya adalah layanan di bidang
pendidikan dan di bidang kesehatan.

Hasil penelitian menemukan bahwa


di Cimahi Utara sejauh ini, pihak kecamatan
baru melakukan assessment dan pendataan
terhadap anak dengan kecacatan sehingga
mereka belum memiliki database mengenai

100
kecacatan tersebut, sedangkan di Cimahi Sementara itu, untuk hasil penelitian
Selatan di setiap kelurahan ada data mengenai layanan yang tersedia bagi anak
penyandang cacat dan yang bertugas dengan kecacatan untuk di Cimahi Utara
melakukan pendataan tersebut adalah PSM mayoritas adalah pelayanan yang disediakan
(Pekerja Sosial Masyarakat) di setiap oleh pemerintah. Peran pemerintah
kelurahan. Kegiatan pendataan dilakukan kecamatan dalam menangani isu disabilitas
sesuai dengan kebutuhan data, misalnya selama ini, pemerintah telah memberikan
ketika Dinas membutuhkan data mengenai berbagai macam pelatihan terkait dengan
anak dengan kecacatan atau orang dengan keberadaan anak dengan kecacatan di
kecacatan untuk digunakan sebagai acuan lingkungan kecamatan, yaitu:
ketika ada program atau bantuan. Dengan
adanya database kecacatan, maka dapat a. Pelatihan bagi anggota RBM serta
bantuan alat dari Dinas Sosial
terlihat jenis dan berapa orang dengan khususnya kursi roda yang dapat
kecacatan atau anak dengan kecacatan dipinjam oleh anak dengan kecacatan
sehingga dari data tersebut memudahkan b. Pelatihan yang diberikan kepada orang
ketika ada bantuan atau program dan tua anak dengan kecacatan, tetapi
bantuan yang diberikan dapat disesuaikan pelatihan yang diberikan tersebut
dengan jenis kecacatan yang ada. Kegiatan belum memadai karena banyaknya
jenis kecacatan
pemutakhiran data individu dengan
c. Pelatihan terapi bagi orang tua anak
kecacatan dilakukan setiap 1 tahun sekali. dengan kecacatan sehingga dapat
Di Cimahi Tengah, database individu mengadakan terapi sendiri bagi
dengan kecacatan dulunya merupakan data anaknya
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan d. Pelatihan yang diberikan belum sesuai
Sosial). Data tersebut kegunaannya adalah dengan kecacatan yang disandangnya.
untuk pelatihan. Data individu dengan
kecacatan seharusnya ada di setiap Sementara itu di Kecamatan
kecamatan yang digunakan untuk keperluan Cimahi Tengah layanan yang tersedia bagi
pemberian bantuan. Data tersebut anak dengan kecacatan dibagi menjadi
dikumpulkan melalui RT-RWKec-Dinas. beberapa sektor yaitu ada peran pemerintah
Gambaran hasil tersebut berarti kecamatan dalam menangani isu disabilitas
menunjukkan bahwa bahkan untuk yang masih fokus di bidang pendidikan,
kepentingan database, tidak ada kesehatan dan ekonomi. Pemerintah juga
keseragaman cara dan alat yang melakukan sosialisasi melalui kader. Selain
digunakan untuk melakukan pedataan itu, Dinas Sosial juga memberikan bantuan
terhadap individu dengan kecacatan, dalam bentuk alat bantu seperti kaki palsu.
termasuk anak dengan kecacatan. Selain pemerintah di Kecamatan Cimahi
Keberadaan database akan sangat Tengah ada juga peran Relawan di
mempengaruhi ketersediaan layanan bagi masyarakat untuk menangani isu disabilitas
individu yang memerlukan, sehingga dan bantuan yang berasal dari masyarakat
layanan akan menjadi lebih efektif dan kepada anak dengan disabilitas lebih sering
efisien. berupa bantuan pribadi, walau ada juga
bantuan yang berasal dari organisasi
pelayanan sosial, seperti Yayasan Pambudi

101
di Kelurahan Setiamanah dan Yayasan dari sisi administratif dirasa masih ada
Mizan Amanah yang memberikan bantuan kendala.
kepada anak dengan disabilitas berbentuk
alat bantu sesuai dengan kebutuhannya. Hasil penelitian mengenai layanan
Selain itu juga ada peran NGO internasional tersebut menunjukkan bahwa layanan yang
(Save the Children) yang memfasilitas ada masih bersifat bantuan dan seringkali
masyarakat dalam pembentukan forum tidak terintegrasi antara layanan dari sector
keluarga anak dengan kecacatan. Sementara pemerintah maupun non pemerintah. Selain
itu untuk di Kecamatan Cimahi Selatan, itu, persyaratan administrative cenderung
Peran pemerintah kecamatan dalam membatasi akses anak dengan kecacatan
menangani isu disabilitas adalah dalam dan keluarganya untuk mendapatkan
memberikan bantuan modal untuk usaha layanan yang mereka perlukan. Hal tersebut
bersama bagi orang dengan kecacatan, mengakibatkan semakin terpinggirkannya
datanya diambil dari data disabilitas yang pemenuhan hak anak dengan kecacatan
dilakukan oleh PSM. Sementara itu, bantuan baik itu dengan disengaja maupun tidak.
yang diberikan dari warga yang mampu
ataupun pabrik dan perusahaan hanya
berupa bantuan sembako, itupun sifatnya 5. Simpulan dan Rekomendasi
pada saat-saat tertentu seperti ketika hari
Berdasarkan uraian sebelumnya,
raya Idul Fitri. Sementara itu, peran PSM di
dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan di
setiap kelurahan bertugas melakukan
Kota Cimahi untuk anak dengan kecacatan
pendataan di setiap RT/RW mengenai orang
dan keluarganya masih sangat terbatas, dan
dengan disabilitas dan kemudian
belum ada pelayanan yang dirancang oleh
melaporkannya ke pihak kecamatan lalu ke
orang tua anak dengan kecacatan sehingga
Pemerintahan Kota.
layanan menjadi lebih efektif dan efisien.
Kondisi layanan-layanan yang telah Keberadaan kelompok rehabilitasi berbasis
diberikan kepada anak dengan kecacatan di masyarakat dan forum keluarga anak dengan
Kecamatan Cimahi Selatan adalah adanya kecacatan belum dirasa manfaatnya karena
informasi awal bagi orang tua anak dengan masih baru terbentuk. Meski begitu,
kecacatan didapatkan dari pelayanan rehabilitasi berbasis masyarakat dirasa
Posyandu. Dari pelayanan Posyandu lah relevan dengan kebutuhan anak dengan
orang tua mengetahui bahwa anaknya kecacatan dan keluarganya karena mereka
mengalami kelainan. Selain itu, keluarga tinggal di masyarakat dan masyarakat
anak dengan kecacatan merasa mudah untuk berperan menjadi sumber penyedia layanan
mendapatkan layanan tersebut terutama dari bagi anak dengan kecacatan dengan
segi informasi dirasa cepat dan dari segi difasilitasi oleh pemerintah.
administratif dirasa mudah ketika
Rekomendasi yang dihasilkan dari
berhubungan dengan pihak kelurahan dan
penelitian ini adalah bahwa pemerintah Kota
kecamatan. Selain itu, aksesibilitas layanan
Cimahi sebaiknya memfokuskan rencana
asuransi sosial yang berasal dari pemerintah
dan desain pelayanan dengan bekerja
untuk kesehatan, sudah terakses dan dirasa
bersama RBM dan Forum keluarga anak
mudah untuk didapatkan, begitupula dari
dengan kecacatan, sehingga orang tua dapat
sisi informasi mudah untuk diakses. Tetapi,

102
berperan aktif dalam menentukan layanan Protacio-De Castro, E., Camacho,A.Z.V.,
apa yang diperlukan oleh mereka untuk Balanon, F.A.G., Yacat, J.A.,
memenuhi kebutuhan anaknya. Galang, M.T., Ong, M.G. 2005.
Handbook for Social Workers on
Basic BioPychosocial Help for
------------------------------------- Children in Need of Special
Protection. Filipina: UNICEF.

Rothman, J. 1994. Practice with highly


Daftar Pustaka vulnerable clients: Case
management and Community-
Anderson, J.A. 2000. The Need for Based services. New Jersey:
Interagency Collaboration for Children with Prentice Hall.

Emotional and Behavioral Antaranews,


Disabilities and Their (http://www.antaranews.com/berita/399334/
Families. Families in penyandang-cacat-di-
Society, Sept/Oct, 81, 5,
pp. 484. indonesia-mencapai-28-juta, diakses
25 Maret 2014).
Dukmak, S. 2009. Rehabilitation
Services in the United Arab UNDANG-UNDANG NEGARA
Emirates as Perceived by Parents REPUBLIK INDONESIA
of Children with Disability. NOMOR 4 TAHUN 1997
Journal of Rehabilitation, Oct- TENTANG PENYANDANG
Dec 2009; 75, 4. CACAT

103
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. ANEKA TAMBANG
UBPE SEBAGAI SOLUSI MASALAH PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT
KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR

Danis Dea Rizky, Santoso Tri Raharjo, Risna Resnawaty

deadanis@gmail.com, santosotriraharjo@gmail.com, happytruz@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya isu mengenai rendahnya pendidikan yang
dialami oleh masyarakat kabupaten Bogor. Dilihat dari kondisi wilayah kabupaten Bogor pada
bidang pendidikan, yaitu mengalami kerusakan fasilitas gedung sekolah, minimnya jumlah guru
yang berstatus PNS, dan berpengaruh pada siswa menerima pelajaran yang tidak efektif.
Permasalahan yang dihadapi kabupaten Bogor di bidang pendidikan ini tercermin dari ukuran
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 1999. Dilihat dari hasil ukuran IPM tahun 1999
beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Bogor yaitu salah satunya kecamatan Nanggung cengan
kondisi masyarakat tertinggal, pendapatan rendah, serta hubungan antar daerah tidak lancar atau
terisolasi. Dilihat isu tersebut selain pemerintah yang dapat membantu meningkatkan kualitas
pendidikan di wilayah kecamatan Nanggung maka perlu peran swasta melalui Corporate Social
Responsibilit (CSR).PT. Antam UPBE Pongkor ikut berkontribusi dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di wilayah operasi pertambangan melalui program CSR nya, yaitu pemberian bantuan
guru honorer, siswa berprestasi, dan perbaikan sarana prasarana sekolah. Adanya program CSR
yang dilakukan oleh PT. Antam UPBE akan membantu peningkatkan mata pencaharian masyarakat
dan menciptakan kondisi kehidupan yang berkelanjutan.
Kata kunci: Pekerjaan Sosial Industri, Corporate Social Responsibility (CSR), Community
Development.

ABSTRACT

Research was triggered by the emergence of the issues concerning the low level of education
that is experienced by people bogor regency.Seen from the condition of bogor regency the
education sector, namely the school building, damaged facility " the lack of status pns, the number
of teachers and influential on the kids accept the lessons that are not effective.The problems faced
by bogor regency in the education sector is reflected in the size of the human development index
(IPM) in 1999.Seen from the results of the size of ipm 1999 some sub-districts in the county of
bogor sub-district is one of them is left behind, nanggung cengan condition of a community low
incomes, and of inter-regional relation not smooth or isolated.Seen the issue in addition to the
government that can help improve the quality of education in the sub-district nanggung should be
the role of private sector through corporate social responsibilit (CSR). PT. Antam UBPE Pongkor
to contribute to improve the quality of education in the region of operation of mines through csr its,
namely aid permanent teachers, students, and improved infrastructure of school. The presence of
CSR done by PT.Antam UBPE will help increase livelihood society and create sustainable
conditions of life.
Keywords: social work industry, corporate social responsibility (csr), community development

104
PENDAHULUAN merupakan salah satu kecamatan dengan
kondisi pendidikan rendah. Kondisi
Pendidikan merupakan hal terpenting masyarakat di kecamatan ini termasuk dalam
dalam kehidupan manusia, karena melalui kategori tertinggal, berpendapatan rendah,
pendidikan dapat membentuk manusia yang serta hubungan antara daerah tidak lancar atau
berkualitas dan mampu bertahan hidup terisolasi (Setyaningsih, 2005).
dalam menghadapi era globalisasi seperti Kondisi masyarakat yang masih
sekarang ini. Pendidikan membentuk dasar memiliki pendapatan rendah, terutama
manusia berkaitan dalam pertumbuhan keluarga yang masih mengalami kesulitan
ekonomi, sosial, politik, dan perkembangan dalam menyekolahkan anak-anaknya
masyarakat pada umumnya. Pendidikan sehingga bagi mereka sekolah tidak
pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan dianjurkan. Keadaan kondisi masyarakat
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan tersebut dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. hidupnya memiliki bidang usaha yaitu bertani
Dilihat dari kondisi wilayah dan berdagang di mana sebagian masyarakat
Kabupaten Bogor pada bidang pendidikan masih mengalami buta huruf. Dilihat dari
salah satunya mengalami kerusakan fasilitas karakteristik masyarakat yang telah
gedung sekolah yang kondisinya hampir dikemukakan tersebut, hal ini berdampak
merata, sehingga dengan fasilitas gedung pada rendahnya pendidikan di Kecamatan
terbatas para siswa menerima pelajaran tidak Nanggung.
memuaskan karena terjadi kekhawatiran Mengenai kondisi pendidikan rendah
apabila fasilitas gedung tiba-tiba mengalami di kecamatan Nanggung berakibat
ambruk. Selain itu, minimnya jumlah guru pengetahuan masyarakat minim, sulit
yang berstatus PNS turut menjadi persoalan memenuhi kebutuhan hidup, sulit
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. berkembangnya mata pencaharian, kurangnya
Sehingga dengan minimnya jumlah guru kesadaran sosial akan pentingnya pendidikan
mengakibatkan para siswa menerima untuk perkembangan di masa yang akan
pelajaran tidak efektif dikarenakan sistem datang, dan masyarakat masih menganut
belajar mengajar dilakukan dalam satu budaya tradisional.
ruangan. Kondisi demikian proses pendidikan Rendahnya pendidikan yang dialami
tidak mencapai hasil yang optimal terutama kecamatan Nanggung tidak sesuai dengan
pada siswa-siswi. Hal ini perlu adanya cita-cita (Millennium Development Goals)
antisipasi yang dilakukan oleh Pemerintah MDG’s di Indonesia dalam meningkatkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang kualitas pendidikan. Hal ini menjadi
lebih baik. (Sumber: diakses pada kewajiban semua anak menerima pendidikan
http://www.ombudsman.go.id). dasar sebagai tujuan MDG’s di Indonesia
Permasalahan yang dihadapi untuk mewujudkan target meningkatkan
kabupaten Bogor di bidang pendidikan ini kualitas pendidikan. Peningkatan angka
tercermin dari ukuran Indeks Pembangunan partisipasi anak untuk bersekolah memang
Manusia (IPM). IPM pada tahun 1999 cukup berhasil, namun keberhasilan
mencapai 66,6% dilihat dari Pencapaian sesungguhnya dilihat ketika anak
Angka Melek Huruf (AMH) penduduk mendapatkan pendidikan dasar yang utuh.
sebesar 93,7%, Angka Harapan Hidup sebesar Disamping itu, sekolah juga dapat
65,2% dan Rata-rata Lama Sekolah 8,0%. menimbulkan masalah jika tidak dapat
Dilihat dari hasil ukuran Indeks Pembangunan memberikan sesuatu yang bernilai bagi anak-
Manusia (IPM) tahun 1999 di Kabupaten anak misalnya tidak memiliki buku atau
Bogor masih mengalami minimnya kualitas peralatan yang memadai serta bangunan fisik
pendidikan, pada kenyataannya beberapa sekolah yang tidak layak digunakan. Selain
kecamatan yang ada di kabupaten Bogor salah itu kualitas pendidikan ditentukan oleh
satunya yaitu kecamatan Nanggung sumber daya manusia yang berkompeten.

105
Dalam hal ini guru merupakan sumber daya untuk memiliki bekal dimasa yang akan
manusia yang memiliki tugas utama untuk datang, meningkatkan pola perilaku para
mendidik, mengajar, membimbing, siswa, serta memiliki cita-cita sebagai
mengarahkan, melatih, menilai, dan harapan anak bangsa.
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan Dalam upaya pemberian bantuan guru
anak usia dini jalur pendidikan formal, honorer, siswa berprestasi, dan didukung
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dengan perbaikan sarana prasarana yang lebih
(pada situs http://www.undp.or.id). baik terdapat proses pelaksanaan dalam
Pemerintah kabupaten Bogor meningkatkan kemampuan masyarakat yang
bertanggungjawab terhadap sekitar duapertiga memiliki potensi terhadap pengembangan
pengeluaran publik untuk pendidikan, dengan pendidikan. Pelaksanaan yang terdapat dalam
demikian Pemerintah akan melakukan program ini perencanaan, implementasi,
peningkatan kualitas pendidikan khususnya di monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
kecamatan Nanggung yang masih mengalami PT. Antam. Pelaksanaan kegiatan yang
rendahnya pendidikan. Namun, pengeluaran dilakukan oleh PT. Antam melibatkan UPTK
publik tersebut tidak mencakup kebutuhan Kecamatan Nanggung diharapkan terus
dalam memenuhi peningkatan kualitas berjalan sehingga mereka dapat
pendidikan maka diperlukan peran swasta mengembangkan pendidikan bagi siswa-siswi
melalui Corporate Social Responsibility dan guru dengan penuh tanggung jawab.
(CSR). Dengan rendahnya kualitas pendidikan
PT. Antam UBPE Pongkor memiliki yang dialami oleh masyarakat kecamatan
program Corporate Social Responsibility Nanggung, maka penelitian ini penting untuk
(CSR) dalam membantu menyelesaikan diteliti karena merupakan salah satu masalah
masalah sosial khususnya pada masalah yang menyangkut kesejahteraan hidup
pendidikan melalui program CSR PT. Antam masyarakat. PT. Antam UBPE memiliki
UBPE berperan aktif dalam peningkatan kontribusi dalam meningkatkan kualitas
kesejahteraan masyarakat sekitar melalui pendidikan melalui program CSRnya yaitu
peningkatan kualitas pendidikannya. program pemberian bantuan guru honorer,
Demikian untuk mengatasi masalah siswa berprestasi, dan perbaikan sarana
pendidikan di daerah kecamatan Nanggung, prasarana sekolah. Hal ini untuk
pihak perusahaan melalui program Corporate meningkatkan kualitas pendidikan melalui
Social Responsibility (CSR) telah program Corporate Social Responsibilit
memberikan bantuan guru honorer sebagai (CSR) PT. Antam UBPE Pongkor sebagai
guru pengajar di sekolah, pemberian beasiswa solusi masalah pendidikan bagi masyarakat
berprestasi, dan perbaikan sarana prasarana Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
sekolah. Dengan program CSR yang
dilakukan oleh PT. Antam UBPE di KAJIAN PUSTAKA
Kecamatan Nanggung, masyarakat dapat Corporate Social Responsibility (CSR)
memperoleh pendidikan dan pengetahuan Beberapa definisi mengenai tanggung
yang lebih baik yang nantinya diharapkan jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
dapat menghasilkan generasi produktif bagi Responsibilitu (CSR) yang dikemukakan oleh
masyarakat kecamatan Nanggung. para ahli yang berbeda-beda, sesuai sudut
Dalam pelaksanaannya PT. Antam pandang dan pemhaman yang berbeda
bekerja sama dengan UPTK Kecamatan mengenai CSR.Dalam hal ini perlu
Nanggung, Kabupaten Bogor dan masyarakat dikemukakan beberapa definisi sebagai
setempat. Program ini bertujuan untuk pedoman dan pengantar kajian mengenai
memberdayakan sumber daya manusia dalam CSR. Berikut definisi CSR yang
menerima pengetahuan dan pendidikan yang dikemukakan oleh Schermerhorn (1993)
lebih baik, meningkatkan kreatifitas para dalam buku Suharto, 2009: 102 yaitu:
siswa di sekolah, mendorong para siswa

106
“Tanggungjawab Sosial Perusahaan memenuhi kepentingan publik dengan
(CSR) sebagai suatu kepedulian carainteraksi para stakeholders dari dampak
organisasi bisnis untuk bertindak kegiatan-kegiatan usahanya pada lingkungan
dengan cara-cara mereka sendiri dalam dan masyarakat, sehingga dapat
melayani kepentingan organisasi dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan
kepentingan publik eksternal” menciptakan pembangunan yang
Lebih lanjut ISO 26000 mengenai Guidance berkelanjutan.
on Social Responsibility juga memberikan
definisi CSR. Meskipun pedoman CSR Community Development
standard internasional ini baru diterapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
tahun 2010, draft pedoman ini bisa dijadikan merupakan salah satu bentuk tanggungjawab
rujukan. Menurut ISO 26000 (Suharto, perusahaan kepada masyarakat sekitar untuk
2009:104), CSR adalah : mengembangkan potensi yang ada pada
“Tanggungjawab sebuah organisasi masyarakat sehingga lebih maju dan
terhadap dampak-dampak dari sejahtera. Salah satu strategi yang digunakan
keputusan-keputusan dan kegiatan- dalam pelaksanaan CSR adalah melalui
kegiatannya pada masyarakat dan metode Community Development.
lingkungan yang diwujudkan dalam Community Development
bentuk perilaku transparan dan etis yang (pengembangan masyarakat) merupakan
sejalan dengan pembangunan penyelesaian masalah dengan media
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat yang dalam pelaksanaannya
masyarakat; mempertimbangkan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat
harapan pemangku kepentingan, sejalan sehingga muncul kontribusi masyarakat untuk
dengan hukum yang ditetapkan dan melakukan sebuah perubahan. Tujuan utama
norma-norma perilaku internasional; pendekatan Community Development
serta terintegrasi dengan organisasi membantu masyarakat agar memiliki
secara menyeluruh” (Daft 3, 2007). kemampuan atau kapasitas untuk mampu
Definisi-definisi tersebut mendorong dirinya sendiri. Budimanta (2003)
menunjukkan adanya keragaman dalam mendefinisikan pemberdayaan masyarakat
mengartikan dan mengimplementasikan CSR, (Community Empowering) dalam lingkungan
sehingga sampai saat ini tidak ada Community Development perusahaan sebagai
kesepakatan mengenai batasan tanggung program-program yang dilakukan berkaitan
jawab sosial perusahaan (McWilliams, et.al., dengan pemberian akses yang lebih luas
dalam Radyati, M.R. & Nindita. 2008). kepada masyarakat dalam menunjang
Namun demikian terdapat suatu pemahaman kemandiriannya.
yang sama di masyarakat Eropa mengenai Karakteristik Community Development
CSR dalam buku Raharjo, 2013: 28 menurut David Harrison (1995):
sebagaimana pernyataan berikut : 1. Praktek Community Development
“There is broad agreement in Europe memiliki fokus secara luas pada tujuan
on the definition of CSR as a concept partisipasi masyarakat yang akan sangat
whereby companies integrate social and berperan penting dalam keberhasilan
environmental concerns – on a pencapaian tujuan bersama.
voluntary basis- into their business 2. Praktek Community Development
operations as well as their interactions meliputi penemuan tujuan-tujuan yang
with stakeholders”(European biasanya terdapat dalam masyarakat.
Communities 2007) 3. Praktek Community Development
Berdasarkan definisi-definisi tersebut melibatkan organisasi dalam menolong
dapat ditarik inti bahwa CSR merupakan di anggota masyarakat dalam
mana perusahaan mengintegrasikan sosial mengembangkan cara baru untuk menjaga
terhadap kepedulian organisasi bisnis dalam keberfungsian organisasi.

107
Pendekatan Community Development karena lebih mengetahui kondisi dan
atau pengembangan masyarakat mendekati karakteristik pada masyarakat.
konsep empowerment dan sustainable Aspek terpenting dalam proses
development yang menjadi pijakan untuk Community Development adalah melibatkan
mengukur keberhasilan program CSR. masyarakat itu sendiri. Keterlibatan ini tidak
Perusahaan telah menyadari bahwa akan tercapai tanpa partisipasi penuh. Proses
tanggungjawabnya bukan hanya berupa pengembangan masyarakat tidak dapat
kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit dipaksakan dari luar, dan tidak dapat
demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan
tanggungjawab sosial (CSR) dan lokal atau departemen pemerintah. Proses
lingkungannya. Dengan kata lain perusahaan pengembangan masyarakat harus menjadi
harus memiliki visi pengembangan proses masyarakat yang dimiliki, dikuasai dan
masyarakat yaitu pemberdayaan masyarakat dilangsungkan oleh mereka sendiri sehingga
secara total, bekerjasama dengan stakeholder, peningkatan kesadaran dalam pengembangan
agar mereka menjadi berdaya dan mandiri masyarakat menjadi bagian terpenting untuk
serta tumbuh menjadi agen perubahan sosial menghasilkan perubahan yang diinginkan.
yang efektif di lingkungannya, baik ketika Dalam buku CSR untuk Pemberdayaan
perusahaan beroperasi maupun pasca Ekonomi Lokal Masyarakat (Indonesia
eksplorasi. Business Links) mengatakan bahwa dalam
Pekerja sosial dapat dilihat perannya strategi perencanaan CSR terdapat tiga
melalui tipe-tipe CD worker, CD worker tidak pendekatan untuk perencanaan CSR, yang
bisa mengambil keputusan secara keseluruhan disebut dengan tiga jenis Community
tetapi harus mementingkan dan Development Approach, yaitu:
mengutamakan kebutuhan masyarakat.Oleh a. Development for Community
karena itu, CD worker harus mempunyai (Pengembangan untuk Komunitas)
keterampilan dalam menganalisis, memiliki Pencetus kegiatan CSR adalah
kesadaran, dan pengalaman sehingga mampu perusahaan, yang mempunyai status
melakukan pemberdayaan pada masyarakat sebagai pendonor, sedangkan
dengan tepat. Terdapat 4 (empat) tipe CD kedudukan dari komunitas target
Worker, yaitu : adalah sebagai obyek dari kegiatan
1. Adviser ; merupakan konsultan yang CSR. Tujuan dari CSR adalah
dituntut untuk bisa menghubungkan mencapai suatu hasil akhir.Efek dari
permasalahan antara faktor eksternal dan kegiatan CSR jenis ini adalah adanya
internal sehingga dapat mengetahui segala ketergantungan dari komunitas
kondisi yang terdapat pada masyarakat. terhadap perusahaan untuk mencapai
2. Advokat ; merupakan orang yang sangat hasil yang diinginkan.Oleh karena
memiliki kepedulian terhadap aspirasi tujuan akhir adalah menghasilkan
atau keinginan masyarakat. sesuatu, maka jangka waktu program
3. Planner ; merupakan pihak yang tidak relative pendek.CSR ini adalah
langsung bersentuhan dengan masyarakat berorientasi pada perusahaan (inkind).
tetapi memiliki kemampuan dalam b. Development with Community
merancang dan merencanakan berbagai (Pengembangan bersama Masyarakat)
hal yang bersangkutan dengan sumber, Dalam program ini, kegiatan
proses, model, dan lain-lain. dirumuskan bersama-sama antara
4. Fill Agent ; merupakan pihak yang ada perusahaan dan masyarakat.
dalam masyarakat yang dengan intens Kedudukan perusahaan adalah sebagai
melakukan hubungan komunikasi dengan agen pembangunan, sedangkan
masyarakat. Seseorang fill agent menjadi komunitas adalah sebagi subyek
pihak yang sangat penting untuk sekaligus obyek dari program CSR.
dilibatkan menjadi seorang pendamping Tujuan program CSR ini adalah

108
berorientasi pada hasil dan nilai-nilai pekerjaan sosial dalam pemberian
memberikan sumbangan pada proses pelayanan, program, dan kebijakan bagi para
pembangunan. Dampak positif pegawai dan keluarganya, manajemen
program adalah komunitas tidak perusahaan, serikat-serikat buruhdan bahkan
sepenuhnya bergantung pada masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan, akan tetapi mereka dilatih perusahaan.Sebagaimana dinyatakan akabas
untuk berswadaya. Jangka waktu inti Pekerjaan Sosial meliputi kebijakan,
program ini biasanya cukup lama dan perencanaan, dan pelayanan sosial pada
berkelanjutan.Karakteristik program persinggungan antara pekerjaan sosial dan
adalah berorientasi untuk memenuhi dunia kerja. Di antara berbagai kegiatan
kebutuhan komunitas sekaligus tujuan Pekerjaan Sosial Industri antara lain adalah
perusahaan. program bantuan (bagi) pegawai, promosi
c. Development of Community kesehatan, manajemen perawatan kesehatan,
(Mengembangkan Komunitas) tindakan affirmative (pembelaan), penitipan
Karakteristik utama dari program ini anak, perawatan lanjut usia, pengembangan
adalah berorientasi pada pemenuhan sumber daya manusia (SDM), pengembangan
kebutuhan komunitas.Tujuan akhirnya organisasi, pelatihan, dan pengembangan
adalah pembangunan yang karir, konseling bagi penganggur atau yang
berproses.Disini yang menjadi terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),
pencetus ide adalah komunitas sendiri, tanggungjawab sosial perusahaan (corporate
jadi komunitas yang mengidentifikasi social responsibility), tunjangan-tunjangan
sendiri kebutuhan dan pegawai, keamanan dan keselamatan kerja,
program.Dengan demikian komunitas pengembangan jabatan, perencanaan sebelum
berkedudukan sebagai subyek sedang dan sesudah pension, serta bantuan
perusahaan sebagai agen pemindahan posisi kerja.
pembangunan.Dampak positifnya Konsep Pekerjaan Sosial Industri lebih
adalah membuat komunitas menjadi luas daripada konsep Tanggungjawab Sosial
self-reliance oleh karena mereka Perusahaan (CSR) maupun Pengembangan
terlibat langsung sepenuhnya pada Masyarakat (ComDev). Pekerjaan Sosial
program ini dan mereka sendiri yang Industri mencakup pelayanan sosial yang
menentukan keberhasilan atau bersifat internal dan eksternal. Hal ini CSR
kegagalan usahanya.Oleh karena itu, termasuk pada pelayanan eksternal Pekerjaan
maka jangka waktunya panjang dan Sosial Industri.
biasanya bentuknya dikenal dengan
kemitraan, yakni pelatihan dan
pendampingan. PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan terpenting bagi


Pekerjaan Sosial Industri sumber daya manusia untuk dapat menjalani
Menurut Suharto (2006b) definisi kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya,
Pekerjaan Sosial Industri sebagai lapangan khususnya bagi generasi muda menjalankan
praktiks Pekerjaan Sosial yang secara khusus kehidupan di masa yang akan datang.
menangani kebutuhan-kebutuhan Perkembangan zaman yang semakin pesat
kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui terjadinya perubahan sosial akan berpengaruh
berbagai intervensi dan penerapan metoda pada sikap dan kebiasaan masyarakat untuk
pertolongan yang bertujuan untuk memelihara mampu bertahan hidup dengan kondisi yang
adaptasi optimal antara individu dan dinamis. Hal ini peran pemerintah sangatlah
lingkungannya, terutama lingkungan kerja. penting dalam membangun pendidikan bagi
Pekerjaan Sosial Industri generasi muda dan peduli akan kualitas
menggunakan pengetahuan, keterampilan dan sumber daya manusia yang berkompeten

109
sehingga dapat membangun bangsa Indonesia
lebih maju. DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah sebagai peran utama
dalam meningkatkan kualitas pendidikan akan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
tetapi tidak sepenuhnya pemerintah Pemerintah Kabupaten Bogor. (2012).
memberikan bantuan kepada masyarakat oleh Tersedia
sebab itu peran swasta yang dapat membantu :http://www.bogorkab.go.id/wp-
pemerintah. Dengan demikian salah satu content/uploads/2013/12/Lakip-01.pdf
perusahaan yang berada di Kecamatan (Diakses Tanggal 15 Mei 2014, Pukul
Nanggung, Kabupaten Bogor yaitu PT. 12.30 WIB).
Antam UBPE Pongkor yang memproduksi Mulyasari, Rini. (2013). Corporate Social
emas tentunya memiliki dampak positif Responsibility Oleh PT. East West
maupun negatif terhadap lingkungan. Hal ini Seed Indonesia. Jatinangor.
masyarakat Kecamatan Nanggung yang Universitas Padjadjaran (Skripsi)
terdekat dengan kegiatan tambang dari PT. Raharjo, Santoso Tri. (2013). Relasi Dinamis
Antam maka perusahaan dapat mengatur Antara Perusahaan Dengan
pengolahan limbahnya agar tidak merugikan Masyarakat Lokal: Kajian Mengenai
masyarakat. Masyarakat pun tidak ingin Kegiatan Tanggungjawab Sosial
terganggu dengan kegiatan tambang dari Industri Geothermal Kepada
perusahaan oleh karena itu PT. Antam sebagai Masyarakat Lokal. UNPAD PRESS:
sektor industri memiliki peran swasta melalui Bandung.
program Corporate Social Responsibility Setyaningsih, Luluk dan Tun
(CSR). Program CSR yang dilakukan oleh Susdiyanti.(2005). Persepsi
PT. Antam membantu menciptakan kondisi Masyarakat Sekitar Terhadap
masyarakat yang lebih baik salah satunya Keberadaan PT. Antam Tbk Unit
program dalam bidang pendidikan. Kondisi Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.
wilayah terbilang pendidikan rendah berada di Universitas Nusa Bangsa. Tersedia: e-
daerah pegunungan maka PT. Antam journal.kopertis4.or.id (Diakses
berkontribusi dalam bidang pendidikan untuk Tanggal 25 April 2014).
masyarakat Kecamatan Nanggung untuk Suharto, Edi. (2009). Pekerjaan Sosial Di
menciptakan kualitas SDM yang lebih baik. Dunia Industri: Memperkuat
Corporate Social Responsibility Tanggungjawab Sosial Perusahaan”.
(CSR) PT. Antam sebagai solusi masalah bagi ALFABETA: Bandung.
masyarakat Kecamatan Nanggung, Kabupaten -----------. (2003). Gambaran IPM Data
Bogor di mana kondisi wilayah pegunungan Basis.Tersedia :www.jabarprov.go.id
masyarakat tidak banyak mementingkan (Diakses tanggal 29 Mei 201).
pendidikan hingga perguruan tinggi.
Masyarakat yang cenderung lebih
mementingkan kepada pekerjaan maka pola
pikir anak-anak tidak peduli dengan
kehidupan di masa yang akan datang. CSR ini
yang mampu membuka pola pikir anak-anak
agar mampu bertahan hidup di masa akan
datang tentunya dengan perubahan sosial
yang akan terjadi. Masalah pendidikan yang
dialami masyarakat Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor setidaknya dapat
mengurangi permasalahan yang ada bahkan
dapat menciptakan kondisi masyarakat yang
kreatif dan sejahtera.

110
PROMOSI KESEHATAN IBU DAN ANAK
MELALUI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
BIDANG KESEHATAN IBU DAN ANAK
Gina Indah P. Nastia, Hadiyanto A. Rachim, Maulana Irfan

gyn_nastia@yahoo.co.id, hrachim@yahoo.co.id, mifran_crb@yahoo.com

ABSTRAK
Artikel ini yang berjudul Promosi Kesehatan Ibu dan Anak Melalui Corporate Social
Responsibility (CSR) Bidang Kesehatan Ibu dan Anak, memiliki tujuan untuk memberikan
gambaran mengenai kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia, yang masih tergolong rendah
akibat masih tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak, yang disebabkan oleh faktor
pendidikan masyarakat yang rendah di bidang kesehatan, faktor lingkungan yang tidak
memadai, faktor pemanfaatan layanan kesehatan, dan status gizi masyarakat yang rendah.
Selain itu, artikel ini pun memberikan penjelasan mengenai pentingnya pelaksanaan CSR di
bidang kesehatan ibu dan anak, dan juga menjelaskan mengenai upaya peningkatan kesehatan
ibu dan anak yang hendaknya dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan CSR di bidang
kesehatan ibu dan anak. Kesehatan ibu dan anak merupakan tolok ukur yang sangat penting
bagi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas. Oleh sebab itu, konsep-konsep
berkaitan dengan upaya promosi kesehatan ibu dan anak akan ditelaah lebih jauh dalam
artikel ini.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Kesehatan Ibu dan Anak, Angka Kematian
Ibu dan Anak, Promosi Kesehatan

ABSTRACT
This article titled Mother and Child’s Health Promotion Through Corporate Social
Responsibility (CSR) in Mother and Child’s Health Field, has the aim to give a description of
society’s low health condition in Indonesia, effected by the high Number of Maternal and
Child’s Death, which caused by society’s low education in health field, inadequate
environment, health services functioning, and society’s nutrition status factors. Besides it,
this article also gives the explanation of the importance of CSR activities in mother and
child’s field, and it also explains about the mother and child’s health promotion which should
be attemped in the implementation of CSR activities in mother and child’s healtf field. Mother
and child’s health is the most important benchmark in creating good qualities of nation’s
future generation.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Mother ad Child’s Health, Number of Maternal
and Child’s Death, Health Promotion

PENDAHULUAN dari berbagai macam resiko yang


Pembangunan nasional mencakup mengancam kehidupannya. Dalam hal ini,
pertumbuhan ekonomi, perawatan fungsi perawatan masyarakat mencakup
masyarakat, dan pengembangan manusia. sektor kesehatan dan kesejahteraan
Fungsi pertumbuhan ekonomi menunjuk masyarakat. Sementara itu, fungsi
pada bagaimana melakukan wirausaha pengembangan manusia menunjuk pada
guna memperoleh pendapatan finansial peningkatan kompetensi sumber daya
yang dibutuhkan untuk membiayai manusia yang mampu menjamin
kegiatan pembangunan. Fungsi perawatan tersedianya angkatan kerja yang
masyarakat menunjuk pada bagaimana berkualitas guna mendukung
merawat dan melindungi warga negara pembangunan. Fungsi pengembangan

111
manusia dalam hal ini mencakup sektor tahun, Indonesia mengalami laju
pendidikan. Oleh karena itu, agar penurunan Angka Kematian Ibu yang
pembangunan nasional berjalan secara lambat sebagai berikut.
optimal dan mampu bersaing secara
global, maka ketiga aspek tersebut harus Gambar I
diperhatikan secara seimbang. Hal ini Angka Kematian Ibu di Indonesia Tahun
dikarenakan fungsi pertumbuhan ekonomi 1991-2007
diperlukan untuk menjalankan fungsi Sumber: Badan Pusat Statistik, Survey
perawatan masyarakat dan fungsi
pengembangan manusia. Sementara itu,
fungsi perawatan dan pengembangan
manusia juga memiliki posisi yang tak
kalah penting, yakni kedua fungsi tersebut
merupakan substansi dari pembangunan
sosial yang mampu menopang
pembangunan ekonomi dan mendukung
pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan (Suharto, 2005: 5).
Sebagaimana yang telah Demografi dan Kesehatan Indonesia
dikemukakan sebelumnya, kesehatan (SDKI)
merupakan salah satu indikator yang
mampu menopang pembangunan nasional Dari gambar yang telah
disamping pendidikan dan ekonomi, dikemukakan sebelumnya, dapat diketahui
sehingga kesehatan masyarakat dalam hal pada tahun 1991, angka tersebut mencapai
ini harus menjadi perhatian seluruh pihak, 390. Pada tahun 1997, angka tersebut
baik pemerintah, swasta, maupun mencapai 334. Pada tahun 2003, angka
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan tersebut mencapai 307. Pada tahun 2007,
masyarakat (Suharto, 2007). Besarnya angka tersebut mencapai 228. Selain itu,
Angka Indeks Kesehatan, salah satunya laju penurunan Angka Kematian Bayi pun
dapat dipengaruhi oleh besarnya Angka pada tahun 1991 hingga 2012 lambat. Hal
Kematian Ibu dan Anak di suatu wilayah ini dapat dilihat pada gambar sebagai
(www.bkkbn.go.id, diakses 21 Juni 2014, berikut.
pukul 21.11 WIB).
Di Indonesia, tingkat kesehatan Gambar II
masyarakat justru masih rendah jika Angka Kematian Bayi di IndonesiaTahun
dibandingkan dengan negara-negara 1991-2012
tetangga lainnya, seperti Singapura, Demografi dan Kesehatan Indonesia
Malaysia, Thailand, dan Filipina, bahkan (SDKI)
Vietnam. Hal ini dilihat dari besarnya
Angka Harapan Hidup (AHH) di
Indonesia. Angka Harapan Hidup (AHH)
di Indonesia memang meningkat dari
tahun ke tahun, namun laju peningkatan
tersebut sangat lambat. Hal ini salah
satunya dikarenakan masih tingginya
Angka Kematian Ibu dan Anak (www.
health.kompas.com, diakses 8 April 2014,
pukul 13.52). Menurut buku Data dan
Informasi Kinerja Pembangunan 2004- Sumber: Badan Pusat Statistik, Survey
2012 Republik Indonesia, dari tahun ke

112
Berdasarkan gambar yang telah Gambar III
dikemukakan sebelumnya, dapat diketahui Angka Kematian Bayi di KabupatenGarut
pada tahun 1991, angka tersebut mencapai
52
68. Pada tahun 1995, angka tersebut

Angka Kematian Bayi


51,5
mencapai 57. Pada tahun 1999, angka
51
tersebut mencapai 46. Pada tahun 2003,

(AKB)
50,5
angka tersebut mencapai 35. Pada tahun
50
2007, angka tersebut mencapai 34. Pada
49,5
tahun 2012, angka tersebut mencapai 32.
49
Selain itu, masih terdapat wilayah
2009 2010 2011 2012
yang memiliki Angka Kematian Ibu dan
Anak yang tinggi di Indonesia, salah satu Tahun
contohnya adalah Kabupaten Garut.
Kabupaten Garut merupakan salah satu Tahun 2009-2012
kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang Sumber: BPS Kabupaten Garut, 2012
capaian Indeks Kesehatannya sebesar Dari gambar yang telah
68,90 poin. Angka tersebut masih berada dikemukakan sebelumnya, dapat diketahui
di bawah capaian Indeks Kesehatan bahwa Angka Kematian Bayi di
Provinsi Jawa Barat, yakni sebesar 72,67 Kabupaten Garut mencapai 51,65 pada
poin. Hal ini dipengaruhi oleh Angka tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010,
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi angka tersebut turun menjadi 50,87. Pada
yang masih tinggi (www.inilahkoran.com, tahun 2011, angka tersebut kembali
diakses 20 September 2014, pukul 11.59 menurun, yaitu mencapai 50,62, dan pada
WIB). Menurut data Departemen tahun 2012 Angka Kematian Bayi di Garut
Kesehatan, pada tahun 2012, jumlah mencapai 49,95. Lambatnya penurunan
kematian ibu hamil di Kabupaten Garut Angka Kematian Bayi dan masih tingginya
mencapai 9 kasus, jumlah kematian ibu Angka Kematian Ibu dan Anak di
bersalin sebanyak 12 kasus, dan jumlah Kabupaten Garut ini diantaranya
kematian ibu nifas sebanyak 7 kasus. dikarenakan faktor ekonomi, faktor
Sementara itu, jumlah kematian bayi di pemanfaatan layanan, kualitas sarana dan
Kabupaten Garut mencapai 298 kasus dan prasarana yang kurang memadai, serta
jumlah kematian anak balita mencapai 15 perilaku dan pendidikan masyarakat yang
kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 52 minim di bidang kesehatan
persen kasus kematian bayi disebabkan (www.fokusjabar.com, diakses 14 Juni
oleh Berat Badan Lahir Rendah. Selain itu, 2014, pukul 0.09 WIB).
menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Menurut Badan Pusat Statistik
Garut, laju penurunan Angka Kematian Kabupaten Garut, rendahnya pendidikan
Bayi di Kabupaten Garut setiap tahunnya masyarakat di bidang kesehatan,
lambat. Hal ini dapat dilihat pada deskripsi khususnya dalam hal perawatan ibu selama
laju penurunan Angka Kematian Bayi di hamil dan proses melahirkan anak serta
Kabupaten Garut pada tahun 2009 hingga pemberian nutrisi yang cukup bagi ibu dan
2012 sebagai berikut. balitanya, berakibat pada tingginya angka
kematian ibu dan bayi. Penanganan proses
kelahiran dengan pertolongan tenaga non
medis, merupakan fenomena yang masih
banyak terjadi di masyarakat ini. Hal ini
berakibat pada tidak terselamatkannya ibu
dan/atau anak (www.garutkab.bps.go.id,
diakses 8 Mei 2014, pukul 14.09 WIB).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk

113
mengatasi masalah kesehatan di Indonesia, Program Bina Lingkungan.
dan salah satunya adalah oleh perusahaan Sedangkan Persero Terbuka dapat
melalui program kepeduliannya terhadap me-laksanakan Program Kemitraan
masyarakat, yang disebut dengan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Corporate Social Responsibility (CSR). Program Bina Lingkungan dengan
Indonesia merupakan negara yang berpedoman pada Permen BUMN
kaya dengan sumber daya alam. Kekayaan 5/2007 yang ditetapkan
sumber daya alam ini mengundang berdasarkan keputusan RUPS.”
kehadiran berbagai perusahaan eksploratif
di Indonesia, seperti PT. Pertamina, PT. Kesehatan masyarakat di Indonesia
Chevron Geothermal Indonesia, PT. merupakan salah satu fenomena yang perlu
Indonesia Power, dan lain sebagainya. diperhatikan oleh perusahaan, disamping
Sebagai perusahaan yang aktivitas ekonomi dan pendidikan. Kegiatan CSR
bisnisnya menggunakan sumber daya dalam bentuk karitas saja kini belum
alam, perusahaan-perusahaan tersebut cukup untuk memperbaiki dan
memiliki kewajiban untuk melaksanakan meningkatkan kondisi kesehatan
kegiatan tanggungjawab sosialnya kepada masyarakat yang rendah, terutama
masyarakat (CSR). Hal ini diatur dalam kesehatan ibu dan anak. Hal ini
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dikarenakan kegiatan CSR yang bersifat
tentang Perseroan Terbatas, sebagai karitas tidak dapat merespon kebutuhan
berikut: masyarakat dan menyentuh perhatian
• Perseroan yang menjalankan masyarakat, namun hanya akan
kegiatan usahanya di bidang menimbulkan berbagai permasalahan baru,
sumber daya alam wajib seperti ketergantungan masyarakat
melaksanakan Tanggung Jawab terhadap bantuan perusahaan (Suharto,
Sosial dan Lingkungan 2008). Oleh karena itu, pemeliharaan dan
• Tanggung Jawab Sosial dan promosi kesehatan merupakan upaya yang
Lingkungan sebagaimana sebaiknya dilakukan dalam kegiatan CSR
dimaksud ayat (1) merupakan perusahaan guna menurunkan Angka
kewajiban Perseroan yang Kematian Ibu dan Anak serta
dianggarkan dan diperhitung-kan meningkatkan kesehatan ibu dan anak di
sebagai biaya Perseroan yang Indonesia. Upaya pemeliharaan dan
pelaksanaannya dilakukan dengan peningkatan kesehatan ibu dan anak dalam
memperhatikan kepatutan dan pelaksanaan kegiatan CSR di bidang
kewajaran. kesehatan ibu dan anak di Indonesia
• Perseroan yang tidak melaksanakan hendaknya dialamatkan pada empat
kewajiban sebagaimana dimaksud determinan kesehatan, yakni perilaku,
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai lingkungan (mencakup lingkungan fisik,
dengan ketentuan peraturan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan lain
perundang-undangan. sebagainya), pelayanan kesehatan, dan
Sementara itu, bagi perusahaan hereditas. Dengan kata lain, upaya tersebut
Badan Usaha Milik Negara, kewajiban meliputi intervensi terhadap faktor
melaksanakan Program Kemitraan dan perilaku, faktor lingkugan, faktor
Bina Lingkungan (PKBL) ini pun diatur pelayanan kesehatan, dan faktor hereditas
dalam Peraturan Menteri Negara BUMN (Notoatmodjo, 2007: 11-13). Intervensi
Tahun 2007 Pasal 2 yang berbunyi sebagai pada faktor perilaku meliputi pendidikan
berikut: kesehatan. Intervensi terhadap faktor
“Persero dan Perum wajib lingkungan meliputi perbaikan sanitasi
melaksanakan Program Kemitraan lingkungan, peningkatan pendidikan,
BUMN dengan Usaha Kecil dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat,

114
penstabilan politik dan keamanan, dan manfaat dan kontribusi yang besar bagi
sebagainya. Intervensi terhadap faktor kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan
pelayanan kesehatan meliputi penyediaan anak.
atau perbaikan fasilitas pelayanan
kesehatan, perbaikan sistem dan KESEHATAN MASYARAKAT
manajemen pelayanan kesehatan, dan Kesehatan merupakan salah satu
sebagainya. Sementara itu, intervensi indikator kesejahteraan masyarakat
terhadap faktor hereditas meliputi sekaligus salah satu indikator keberhasilan
perbaikan gizi ibu hamil dan anak. pembangunan (Suharto, 2007). Oleh
Intervensi yang dilakukan terhadap karena itu, kesehatan masyarakat perlu
keempat faktor tersebut dikatakan efektif diperhatikan untuk dapat menciptakan
apabila mampu memberikan dampak kesejahteraan dan pembangunan.
positif terhadap aspek kognitif, afektif, Menurut Undang-Undang No. 23
psikomotor, serta lingkungan eksternal Tahun 1992, kesehatan didefinisikan
masyarakat yang dapat mendukung sebagai berikut: “Kesehatan adalah
kesehatan. Dalam hal ini, kegiatan CSR di keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial
bidang kesehatan ibu dan anak hendaknya yang memungkinkan setiap orang hidup
bersifat promotif. PT. Pertamina produktif secara sosial dan ekonomi.”
merupakan salah satu perusahaan yang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun
kegiatan CSR di bidang kesehatan ibu dan pada tahun 1948 mendefinisikan kesehatan
anaknya berupa promosi kesehatan yang sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan
telah dialamatkan pada keempat faktor sosial kesejahteran dan bukan hanya
tersebut. ketiadaan penyakit atau kelemahan”.
Selain dialamatkan kepada keempat Kemudian pada tahun 1986, WHO dalam
faktor kesehatan, upaya promosi kesehatan Piagam Ottawa untuk promosi kesehatan,
dalam kegiatan CSR di bidang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan memiliki
ibu dan anak pun hendaknya melibatkan pengertian sebagai berikut: “Kesehatan
berbagai ahli yang bekerja dalam ranah merupakan sumber daya bagi kehidupan
kesehatan masyarakat, seperti pekerja sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan
sosial klinis, perawat, pendidik kesehatan, adalah konsep positif yang menekankan
psikiater, dan ahli non klinis, seperti pada sumber daya sosial dan pribadi, serta
epidemiologis, administrator, dan pembuat kemampuan fisik.”
kebijakan. Sebelum kegiatan dilakukan, Sementara itu, menurut Winslow (1920),
assessment dan penggalian informasi kesehatan masyarakat didefinisikan
terkait dengan penyebaran penyakit, serta sebagai berikut.
determinan kesehatan ibu dan anak di “Ilmu dan seni pencegahan
dalam masyarakat. Perusahaan dalam hal penyakit, memperpanjang hidup,
ini melalui kegiatan CSR memiliki peran dan meningkatkan kesehatan
untuk mencegah masyarakat dari penyakit melalui usaha-usaha
serta mengorganisir berbagai ahli yang pengorganisasian masyarakat untuk
telah dikemukakan sebelumnya untuk perbaikan sanitasi lingkungan,
memfasilitasi masyarakat (dalam Browne, pemberantasan penyakit-penyakit
2006). menular, pendidikan untuk
Kesehatan ibu dan anak merupakan kebersihan perorangan,
tolok ukur yang sangat penting dalam pengorganisasian pelayanan-
menciptakan generasi penerus bangsa yang pelayanan medis dan perawatan
berkualitas, sehingga kegiatan CSR di untuk diagnosis dini dan
bidang kesehatan ibu dan anak perlu pengobatan, pengembangan
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan rekayasa sosial untuk menjamin
kesehatan masyarakat, serta memberikan setiap orang terpenuhi kebutuhan

115
hidup yang layak dalam program kesehatan lain. Artinya, setiap
memelihara kesehatannya.” program kesehatan, misalnya
Dari definisi yang telah pemberantasan penyakit, perbaikan gizi
dikemukakan sebelumnya, maka dapat masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan
disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat ibu dan anak, program pelayanan
merupakan suatu ilmu yang berkaitan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang
dengan upaya-upaya peningkatan atau dibantu oleh promosi kesehatan atau
kesehatan yang memperhatikan aspek penyuluhan kesehatan. Dalam hal ini,
perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, promosi kesehatan bukan hanya
dan hereditas masyarakat, sehingga penyadaran masyarakat atau pemberian
masyarakat mampu mandiri di bidang dan peningkatan pengetahuan masyarakat
kesehatan. tentang kesehatan saja, tapi juga disertai
Ilmu kesehatan masyarakat didasari upaya-upaya memfasilitasi perubahan
oleh berbagai disiplin ilmu lainnya, yakni perilaku. Menurut WHO dalam
mencakup ilmu biologi, kedokteran, kimia, Notoatmodjo (2007: 23), promosi
fisika, lingkungan hidup, sosiologi, kesehatan adalah proses untuk
antropologi, psikologi, dan ilmu meningkatkan kemampuan masyarakat
pendidikan. Oleh karena itu, ilmu dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat merupakan ilmu kesehatannya. Hal ini berarti bahwa
yang multidisiplin (Winslow, 1920). promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan
diri pada peningkatan pengetahuan, sikap,
PROGRAM KESEHATAN IBU DAN dan praktik kesehatan saja, tetapi juga
ANAK meningkatkan atau memperbaiki
Kesehatan ibu dan anak merupakan lingkungan (baik fisik maupun nonfisik)
salah satu bagian dari kesehatan dalam rangka memelihara dan
masyarakat. Kesehatan ibu dan anak meningkatkan kesehatan mereka.
merupakan kondisi yang sangat penting
bagi bangsa di masa yang akan datang. PERAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Kesehatan seorang ibu, baik secara DALAM KESEHATAN
jasmani maupun rohani, sangat MASYARAKAT
berpengaruh pada kelahiran anak yang Menurut Notoatmodjo (2007: 11-
sehat secara jasmani maupun rohani. Anak 13), terdapat empat faktor yang
yang terlahir sehat merupakan aset penting mempengaruhi kesehatan. Faktor-faktor
bagi bangsa. Hal ini dikarenakan anak tersebut adalah faktor lingkungan
merupakan penentu nasib bangsa di masa (mencakup lingkungan fisik, sosial,
yang akan datang. Oleh karena itu, budaya, politik, ekonomi, dan lain
kesehatan ibu dan anak harus diupayakan sebagainya), perilaku, pelayanan
oleh seluruh pihak, baik pemerintah, kesehatan, dan hereditas (keturunan).
Badan Usaha Milik Negara, Lembaga Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Swadaya Masyarakat, swasta, bahkan masyarakat hendaknya dialamatkan pada
masyarakat itu sendiri. Upaya ini dapat keempat faktor tersebut. Dengan kata lain,
dilakukan melalui Program Kesehatan Ibu intervensi atau upaya kesehatan
dan Anak. masyarakat juga dikelompokkan menjadi
intervensi terhadap faktor lingkungan,
PROMOSI KESEHATAN perilaku, pelayanan kesehatan, dan
Promosi kesehatan sebagai bagian hereditas.
dari ilmu kesehatan, juga memiliki dua a) Peran Pendidikan Kesehatan dalam
sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, Faktor Lingkungan
yakni praktisi promosi kesehatan Telah banyak fasilitas
merupakan penunjang bagi program- kesehatan lingkungan yang dibangun

116
oleh instansi, baik pemerintah, swasta, atau masyarakat dapat berperilaku
maupun Lembaga Swadaya hidup sehat.
Masyarakat. Selain itu, banyak pula c) Peran Pendidikan Kesehatan dalam
proyek pengadaan sarana sanitasi Pelayanan Kesehatan
lingkungan dibangun untuk Dalam rangka perbaikan
masyarakat, seperti jamban keluarga, kesehatan masyarakat, pemerintah
jamban umum, MCK (sarana mandi, telah menyediakan fasilitas kesehatan
cuci, dan kakus), tempat sampah, dan masyarakat dalam bentuk Pusat
sebagainya. Namun, karena perilaku Pelayanan Kesehatan Masyarakat
masyarakat, sarana atau fasilitas (Puskesmas). Namun, pemanfaatan
sanitasi tersebut kurang atau tidak Puskesmas oleh masyarakat belum
dimanfaatkan dan dipelihara optimal, sehingga diperlukan
sebagaimana mestinya. Agar sarana pendidikan kesehatan dalam
sanitasi lingkungan tersebut pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
dimanfaatkan dan dipelihara secara d) Peran Pendidikan Kesehatan dalam
optimal, maka diperlukan pendidikan Faktor Hereditas
kesehatan bagi masyarakat. Demikian Orang tua, khususnya ibu adalah
pula dengan lingkungan non fisik, faktor yang sangat penting dalam
akibat masalah-masalah sosial banyak mewariskan status kesehatan kepada
warga masyarakat yang menderita amak-anaknya. Orang tua yang sehat
stres dan gangguan jiwa. Oleh karena dan gizinya baik akan mewariskan
itu, baik dalam memperbaiki masalah kesehatan yang baik pula kepada
sosial maupun dalam menangani anaknya. Sebaliknya, kesehatan ibu
akibat masalah sosial (stres dan yang rendah dan kurang gizi akan
gangguan jiwa), diperlukan mewariskan kesehatan yang rendah
pendidikan kesehatan. pula kepada anaknya. Rendahnya
b) Peran Pendidikan Kesehatan dalam kesehatan ibu bukan hanya karena
Perilaku sosial ekonominya rendah, namun
Pendidikan kesehatan sering juga disebabkan karena ibu
merupakan suatu upaya untuk tidak mengetahui bagaimana cara
menciptakan perilaku masyarakat memlihara kesehatannya atau tidak
yang kondusif untuk kesehatan. mengetahui makanan yang bergizi
Dengan kata lain, pendidikan yang harus dimakan. Oleh karena itu,
kesehatan berupaya agar masyarakat pendidikan kesehatan diperlukan pada
menyadari atau mengetahui kelompok ini agar masyarakat atau
bagaimana cara memelihara orang tua menyadari dan melakukan
kesehatannya, bagaimana menghindari hal-hal yang dapat mewariskan
atau mencegah hal-hal yang kesehatan yang baik kepada
merugikan kesehatan mereka dan keturunannya.
kesehatan orang lain, ke mana
harusnya mencari pengobatan bila CORPORATE SOCIAL
sakit, dan sebagainya. Kesehatan RESPONSIBILITY
bukan hanya diketahui dan disikapi, Perusahaan merupakan sebuah
namun juga harus dilaksanakan dalam sistem yang tidak dapat berdiri sendiri.
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti Eksistensi perusahaan memberikan
bahwa tujuan akhir dari pendidikan pengaruh pada kehidupan sosial, ekonomi,
kesehatan adalah agar masyarakat dan budaya masyarakat di sekitarnya, baik
dapat mempraktikkan hidup sehat bagi secara langsung maupun tidak langsung.
dirinya sendiri dan bagi masyarakat, Keberadaan perusahaan seringkali
menimbulkan dampak negatif terhadap

117
lingkungan yang ada di sekitar wilayah keuntungannya (profit) untuk kepentingan
operasinya, sehingga merugikan people dan planet secara berkelanjutan
kehidupan masyarakat, seperti dengan prosedur yang tepat serta
penggundulan hutan, kebakaran hutan, profesional.
pembuangan limbah, dan lain sebagainya. Selain itu, Rudito dan Famiola (2013)
Pengrusakan lingkungan tersebut membuat mendefinisikan CSR sebagai berikut:
resah masyarakat, karena membuat mereka “Secara umum, CSR merupakan
mengalami kesulitan dalam memenuhi peningkatan kualitas kehidupan
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun di mempunyai arti adanya kemampuan
sisi lain, perusahaan membutuhkan manusia sebagai individu anggota
wilayah operasi yang ada di masyarakat masyarakat untuk dapat menanggapi
untuk memperoleh keuntungan keadaan sosial yang ada, dan dapat
perusahaan. Inilah yang membuat menikmati serta memanfaatkan
perusahaan perlu memperhatikan aspek lingkungan hidup termasuk
sosial budaya masyarakat dengan perubahan-perubahan yang ada
membina hubungan baik yang bersifat sekaligus memelihara”.Oleh karena
timbal balik dengan lingkungan di itu, buku ini sedikit relevan dengan
sekitarnya. Artinya, adanya hubungan tema “CSR di Bidang Kesehatan Ibu
yang saling menguntungkan antara dan Anak.”
perusahaan dengan masyarakat, Mereka pun menjelaskan bahwa
pemerintah, maupun swasta. Hubungan pelaksanaan kegiatan CSR haruslah
baik ini diciptakan melalui memperhatikan aspek kemanusiaan,
penyelenggaraan program dari perusahaan sustainable development akan berjalan.
yang dinamakan Coprorate Social Sustainable future ini tidak saja terwujud
Responsibility (CSR). dengan memperhatikan aspek ekonomi,
Menurut World Business Council sosial, dan lingkungan, namun juga
for Sustainable Development dalam memperhatikan aspek human
Suharto (2009), CSR didefinisikan sebagai sustainability. Human sustainability dalam
berikut: hal ini didefinisikan sebagai berikut:
“Tanggungjawab Sosial “peningkatan kualitas manusia secara
Perusahaan merupakan komitmen etika, seperti pendidikan, kesehatan, rasa
berkesinambungan dari kalangan empati, saling menghargai, dan
bisnis untuk berperilaku etis dan kenyamanan yang terangkum dalam tiga
memberi kontribusi bagi kapasitas, yaitu spiritual, emosional, dan
pembangunan ekonomi, seraya intelektual”. Dari definisi-definisi tersebut,
meningkatkan kualitas hidup CSR di bidang kesehatan ibu dan anak ini
karyawan dan keluarganya, serta merupakan salah satu bentuk dari
komunitas lokal dan masyarakat komitmen dan kepedulian perusahaan
luas pada umumnya.” terhadap kualitas hidup masyarakat,
Selain itu, menurut Johnson dan khususnya kesehatan ibu dan anak.
Johnson (2006) dalam Nor (2014),
“Corporate Social Responsibility (CSR) PEMBAHASAN
merupakan cara perusahaan dalam Jumlah penduduk Indonesia
memanaje proses bisnisnya untuk mengalami peningkatan dari tahun ke
menghasilkan dampak yang positif tahun. Peningkatan jumlah penduduk
terhadap masyarakat secara keseluruhan”. tersebut mampu mempengaruhi ketiga
Selanjutnya, Elkington (1998) indikator kesejahteraan dan pembangunan
menjelaskan bahwa CSR merupakan nasional, yakni ekonomi, pendidikan, dan
bentuk kepedulian perusahaan, di mana kesehatan. Meningkatnya jumlah
perusahaan menyisihan sebagian dari penduduk di Indonesia mengakibatkan

118
menurunnya tingkat perekonomian, tingkat Kematian Ibu dan Anak secara cepat.
pendidikan, dan tingkat kesehatan Pemerintah dalam hal ini membutuhkan
masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin bantuan berbagai sektor lainnya untuk
banyak jumlah penduduk berpengaruh dapat menurunkan laju Angka Kematian
terhadap semakin besarnya kesenjangan Ibu dan Anak secara cepat. Salah satu
pendapatan dan sosial antar wilayah, yakni sektor yang memiliki potensi untuk
penduduk yang kaya semakin kaya, berpartisipasi dalam upaya penurunan
sementara yang miskin semakin miskin. Angka Kematian Ibu dan Anak di
Kondisi masyarakat yang mengalami Indonesia adalah perusahaan, melalui
kesmiskinan ini tentu berpengaruh program CSRnya.
terhadap tingkat pendidikan dan kesehatan Promosi kesehatan merupakan
mereka yang rendah, karena untuk dapat bentuk dari upaya peningkatan kesehatan
mengakses pelayanan pendidikan dan ibu dan anak yang bertujuan untuk
kesehatan, masyarakat harus memiliki menurunkan Angka Kematian Ibu dan
kondisi ekonomi yang cukup untuk Anak secara berkelanjutan, dengan
membayar biaya pelayanan-pelayanan meningkatkan kemandirian masyarakat di
tersebut. bidang kesehatan ibu dan anak. Salah satu
Tingginya Angka Kematian Ibu perusahaan yang mampu melaksanakan
dan Anak merupakan salah satu promosi kesehatan melalui program
permasalahan yang terjadi di Indonesia CSRnya adalah PT. Pertamina.
dalam bidang kesehatan, sebagai akibat Pelaksanaan promosi kesehatan sebagai
dari rendahnya tingkat ekonomi dan upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak
pendidikan masyarakat di bidang yang dilakukan dalam program CSR di
kesehatan. Hal ini dapat diketahui dari bidang kesehatan ibu dan anak oleh PT.
faktor-faktor penyebab tingginya Angka Pertamina, telah dialamatkan pada faktor-
Kematian Ibu dan Anak di Indonesia yang faktor kesehatan yang sesuai dengan
telah dikemukakan sebelumnya, yakni konsep Notoatmodjo (2005), dan telah
faktor pendidikan dan perilaku masyarakat terbukti berhasil dalam pelaksanaan
yang minim di bidang kesehatan, faktor programnya, sehingga PT. Pertamina
lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, merupakan salah satu contoh perusahaan
serta faktor status gizi masyarakat yang yang perlu menjadi contoh bagi
minim. Oleh karena itu, upaya peningkatan perusahaan lainnya dalam
(promosi) kesehatan ibu dan anak mengoptimalkan pelaksanaan program
hendaknya dialamatkan pada keempat CSR di bidang kesehatan ibu dan anak.
faktor kesehatan tersebut guna
menciptakan masyarakat yang mandiri di PENUTUP
bidang kesehatan ibu dan anak. Hal ini Kesehatan merupakan salah satu
diungkapkan oleh Notoatmodjo (2005:11) aspek yang memberikan pengaruh
dalam bukunya yang berjudul Promosi terhadap kesejahteraan dan pembangunan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. nasional, sehingga kesehatan masyarakat
Selama ini, upaya peningkatan perlu menjadi perhatian seluruh pihak,
kesehatan ibu dan anak di Indonesia baik pemerintah, masyarakat, maupun
melalui Program Kesehatan Ibu dan Anak perusahaan. Namun, kondisi kesehatan di
telah dilaksanakan oleh pemerintah, Indonesia tergolong rendah apabila
sehingga pemerintah selama ini dibandingkan dengan negara-negara
merupakan satu-satunya sektor formal tetangga lainnya. Hal ini salah satunya
yang memiliki tanggungjawab atas dipengaruhi oleh Angka Kematian Ibu dan
penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak Anak yang masih tinggi di Indonesia.
di Indonesia. Namun, upaya pemerintah Dari tahun ke tahun, Angka
belum berhasil menurunkan laju Angka Kematian Ibu dan Anak di Indonesia

119
menurun, namun laju penurunannya Hadi, Nor. 2014. Corporate Social
lambat, sehingga ini masih menjadi Responsibility. Yogyakarta: Graha
permasalahan. Lambatnya laju penurunan Ilmu Cetakan Kedua
Angka Kematian Ibu dan Anak di Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi
Indonesia ini disebabkan oleh pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
masyarakat yang minim di bidang Jakarta: Rineka Cipta
kesehatan, faktor lingkungan yang tidak Rudito, Bambang dan Melia Famiola.
memadai, pemanfaatan pelayanan 2013. CSR (Corporate Social
kesehatan yang tidak optimal, dan status Responsibility). Bandung: Rekayasa
gizi masyarakat yang minim. Pasalnya, Sains
kesehatan ibu dan anak merupakan tolok Suharto, Edi. 2005. Membangun
ukur yang penting dalam menciptakan Masyarakat Memberdayakan
generasi penerus bangsa yang berkualitas, Rakyat. Bandung: Refika Aditama
sehingga upaya peningkatan kesehatan ibu __________. 2007. Kebijakan Sosial
dan anak dalam hal ini perlu diupayakan sebagai Kebijakan Publik. Bandung:
guna menurunkan Angka Kematian Ibu Alfabeta
dan Anak sekaligus memperbaiki kondisi __________. 2008. Corporate Social
kesehatan masyarakat di Indonesia. Responsibility: What Is and
Berbagai upaya peningkatan Benefits for Corporate. Jakarta:
kesehatan ibu dan anak telah dilakukan Majalah Bisnis dan CSR. Vol. 1
oleh berbagai pihak, salah satunya oleh No. 4
perusahaan melalui kegiatan CSRnya. __________. 2009. Pekerjaan Sosial di
Dalam pelaksanaannya, kegiatan CSR Dunia Industri: Memperkuat
yang dilakukan tersebut hendaknya Tanggungjawab Sosial Perusahaan
dialamatkan pada keempat faktor (Corporate Social Responsibility).
kesehatan, yakni perilaku, lingkungan, Bandung: Alfabeta
pelayanan kesehatan, dan hereditas. Hal ini Sumber Elektronik:
berarti kegiatan CSR di bidang kesehatan Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut.
ibu dan anak sudah seharusnya tidak lagi Kesehatan.
berbentuk charity, seperti pemberian http://garutkab.bps.go.id/index.php
pengobatan gratis dan sejumlah uang, ?hal=subject&id=6 (diakses 8 Mei
melainkan harus memberikan intervensi 2014, pukul 14.09 WIB)
terhadap keempat faktor kesehatan Badan Kependudukan dan Keluarga
tersebut dalam rangka meningkatkan Berencana Nasional. 2013. Sembilan
kesehatan ibu dan anak secara Indikator Pembangunan Kesehatan
berkelanjutan. Perlu Perhatian Serius.
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.
DAFTAR PUSTAKA aspx?BeritaID=794 (diakses 21 Juni
Sumber Buku: 2014, pukul 21.11 WIB)
Browne, Arthur. 2006. Handbook of Departemen Kesehatan. 2012. Profil
Health Social Work. First Edition. Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Hoboken, New Jersey: Wiley, John Tahun 2012.
and Sons, Inc. www.depkes.go.id/downloads/PROF
Buku Data dan Informasi Kinerja IL_KES_PROVINSI_2012/12_Profi
Pembangunan 2004-2012 Republik l_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pdf
Indonesia (diakses 14 Juni 2014, pukul 21.03
Elkington, John. 1998. Canibals With WIB)
Forks: The Triple Bottom Line in Fokus Jabar. 2013. Jangan Bangga
21st Century Business. Gabriola Tempati Lima Besar Kematian Ibu
Island, BC: New Society Publishers dan Anak di Jabar.

120
http://fokusjabar.com/2013/02/18/jan
gan-bangga-tempati-lima-besar-
kematian-ibu-dan-anak-di-jabar/
(diakses 14 Juni 2014, pukul 0.09)
Kompas. Soal Kesehatan, Indonesia
Tertinggal dari Tetangga. 2013.
http://health.kompas.com/read/201
3/05/22/09522188/Soal.Kesehatan.
Indonesia.Tertinggal.dari.Tetangga
(diakses 8 April 2014, pukul 13.52)
Zainulmukhtar, Nul. 2013. IPM Garut
Masih di Bawah IPB Jabar.
http://www.inilahkoran.com/read/det
ail/2054954/ipm-garut-masih-di-
bawah-ipm-jabar (diakses 20
September 2014, pukul 14.17 WIB)
Sumber Lainnya:
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Menteri Negara BUMN Tahun
2007

121
PENGASUHAN (GOOD PARENTING) BAGI ANAK DENGAN
DISABILITAS

Gabriela Chrisnita Vani, Santoso Tri Raharjo, Eva Nuriyah Hidayat, Sahadi Humaedi

Gabrielacv_68@yahoo.com; santosotriraharjo@gmail.com

ABSTRAK
Setiap anak tidak terkecuali anak dengan disabilitas mempunyai hak untuk tumbuh dan
berkembang, mendapatkan pendidikan, dan hak-hak lainnya. Akan tetapi jumlah anak
disabilitas di Indonesia yang ternyata tidak sedikit harus diperhatikan bersama terutama oleh
lingkungan terdekat atau orangtua. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah anak
penyandang disabilitas yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menurut Pendataan
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Kementerian Sosial (2009) , terdapat 65.727
anak, yang terdiri dari 78.412 anak dengan kedisabilitasan ringan, 74.603 anak dengan
kedisabilitasan sedang dan 46.148 anak dengan kedisabilitasan berat. Lalu berdasarkan
Susenas Triwulan 1 Maret 2011, jumlah anak Indonesia sebanyak 82.980.000. Dari populasi
tersebut, 9.957.600 anak adalah anak berkebutuhan khusus dalam kategori penyandang
disabilitas. Anak dengan disabilitas memerlukan penanganan khusus, tetapi tidak semua
orangtua yang tulus menerima anak dengan disabilitas dan memberikan kasih sayang secara
penuh hal ini dapat terlihat dari penerimaan orangtua yang sedih, malu, dan terkejut. Dengan
penerimaan tersebut, akan mengakibatkan orangtua tidak memperdulikan anak dengan
disabilitas dan kurangnya perhatian atau kasih sayang orangtua kepada anak dengan
disabilitas. Belum banyak orangtua yang menerima anak dengan disabilitas dengan hati yang
tulus, yang mengakibatkan kurang terpenuhinya hak dan kebutuhan anak dengan disabilitas.
Dalam hal ini, perlu adanya pengasuhan baik dari keluarga terutama kedua orangtua anak.
Pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak dengan disabilitas dapat memenuhi
kebutuhan dan mendapatkan hak mereka sehingga dapat berfungsi secara sosial. Perlunya
edukasi akan fungsi keluarga yang memang harus dipenuhi yaitu afeksi, keamanan,
identitas,afiliasi, sosialisasi, kontrol harus diberikan orangtua kepada anak penyandang
disabilitas. Pelayanan sosial bagi keluarga juga dapat diterapkan diadakan misalnya dengan
pelayanan konseling keluarga, family life education (pendidikan kehidupan keluarga), dan
parent support group dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam memberdayakan orangtua
serta anak dengan disabilitas. Kata kunci: orangtua anak disabilitas, pengasuhan, pelayanan
sosial keluarga

PENDAHULUAN terdapat 679.048 anak usia sekolah


berkebutuhan khusus atau 21,42 % dari
Anak-anak penyandang disabilitas seluruh jumlah anak berkebutuhan khusus.
adalah mereka yang sering kali tidak Sedangkan menurut sussenas pada tahun
mendapatkan perawatan kesehatan atau 2009, persentase jumlah anak penyandang
bersekolah. Mereka yang paling rentan disabilitas semakin meningkat yaitu Tuna
mengalami kekerasan, pelecehan, Netra 10,71 %, Tuna Rungu 5,15 %. Tuna
eksploitasi dan penelantaran, terutama jika Wicara 6,09 %, Tuna Rungu Wicara 13,73
mereka tersembunyi atau ditempatkan %, Tuna Daksa 31,71 %, Tuna Grahita
dalam lembaga - seperti banyak dari 22,07 %, Tuna Ganda 8,25 %, dan
mereka karena stigma sosial atau biaya Gangguan Jiwa 2,29 %. Anak dengan
ekonomi untuk membesarkannya. Menurut disabilitas mempunyai berbagai macam
data Sussenas tahun 2003, di Indonesia jenis hambatan. Setiap hambatan pada

122
anak disabilitas mempunyai penanganan Akan tetapi jumlah anak disabilitas
yang berbeda. Dalam data di atas jenis di Indonesia yang ternyata tidak sedikit,
hambatan yang paling tinggi yaitu tuna harus diperhatikan bersama terutama oleh
daksa atau anak yang memiliki hambatan lingkungan terdekat atau orangtua. Karena
pada bagian tubuh. anak dengan disabilitas memerlukan
Jumlah anak dengan disabilitas penanganan khusus, tetapi tidak semua
menurut RISKESDAS 2007, sekitar 4 orangtua yang tulus menerima anak
persen dari anak usia 15 sampai 19 tahun dengan disabilitas dan memberikan kasih
mengalami kesulitan yang signifikan pada sayang. Orangtua terkadang tidak
setidaknya satu domain fungsional memperdulikan atau kurangnya perhatian
(penglihatan, pendengaran, berjalan, atau kasih sayang orangtua kepada anak
berkonsentrasi dan memahami orang lain dengan disabilitas. Belum banyak orangtua
serta perawatan diri) dan oleh karena itu yang menerima anak dengan disabilitas
dianggap sebagai hidup dengan disabilitas. dengan hati yang tulus. Anak dengan
Sensus 2010 menemukan bahwa sekitar 2 disabilitas tidak merasakan diterima secara
persen dari anak usia 0 sampai 14 tahun penuh di lingkungan keluarga terutama
memiliki disabilitas. Dua persen dari orangtua. Orangtua menganggap anak
semua anak usia 0 sampai 18 di Indonesia dengan disabilitas merupakan “aib” bagi
berjumlah sekitar 1,5 juta anak, empat keluarga. Begitu juga dengan stigma
persen dari jumlah semua anak akan negatif bahwa anak dengan disabilitas
meningkatkan jumlah total sekitar 3 juta hanya dapat menunggu bantuan saja dan
anak-anak dan remaja yang hidup dengan tidak bisa melakukan aktivitas sendiri.
disabilitas. Reaksi orangtua mempunyai anak dengan
Jumlah anak penyandang disabilitas juga bermacam-macam.
disabilitas semakin meningkat dari tahun Berbagai emosi dan reaksi orang
ke tahun. Berdasarkan data Dinas Sosial tua dengan kehadiran anak yang cacat,
Dinas Sosial jumlah penyandang cacat menurut model Cunningham
pada tahun 2011 adalah 29.110, yang (Cunningham’s model of psychic crisis)
terdiri dari 15.667 pria dan 13.443 wanita, menurut Yayasan Pendidikan Anak Cacat
sedangkan untuk tahun 2010 jumlah (YPAC) Tahun 2014, mengalami beberapa
penyandang cacat adalah 36.607, yang tahapan, yaitu:
terdiri dari 19.867 pria dan 16.990 wanita. 1. Fase terkejut (shock phase)
Di 24 propinsi menurut Pendataan Pada tahap ini timbul perasaan tragedy,
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang orang tua panik, sedih karena melahirkan
Cacat Kementerian Sosial (2009) , terdapat anak cacat. Reaksi anggota keluarga lain
65.727 anak, yang terdiri dari 78.412 anak makin menambah perasaan ini, pada
dengan kedisabilitasan ringan, 74.603 anak umumnya orang tua merasa mereka “lain”
dengan kedisabilitasan sedang dan 46.148 dari orang tua lainnya, merasa terkucil.
anak dengan kedisabilitasan berat. Lalu Pada tahap ini timbul perasaan bingung,
berdasarkan Susenas Triwulan 1 Maret mengingkari, irasional, bahkan perasaan
2011, jumlah anak Indonesia sebanyak jadi tumpul. Pada tahap ini sikap ketakutan
82.980.000. Dari populasi tersebut, pada orangtua sangata muncul karena
9.957.600 anak adalah anak berkebutuhan mereka merasa tidak sanggup mengurus
khusus dalam kategori penyandang anak dengan disabilitas. Orangtua tidak
disabilitas. Sedangkan jumlah anak dengan percaya mengasuh anak dengan hambatan
kecerdasan istimewa dan berbakat yang dimiliki, namun hal tersebut
istimewa adalah sebesar 2,2% dari sebenarnya salah, setiap anak adalah
populasi anak usia sekolah (4-18 tahun) anugerah Tuhan yang memang harus kita
atau sekitar 1.185.560 anak. jaga dan kita berikan kasih sayang.

123
2. Fase bereaksi (reaction phase) yang ada dalam diri anak, mencari
Pada tahap ini orang tua mudah informasi terkait dengan pengasuhan anak
mengekspresikan perasaan duka yang dengan disabilitas.
dalam, kecewa, cemas, agresi dan perasaan 4. Fase orientasi (orientation phase)
gagal. Perasaan-perasaan ini menyebabkan Orang tua mulai mengorganisasi pikiran
orang tua takut berbuat kesalahan “lagi”, dan perasaannya sendiri, berupaya mencari
mereka biasanya mencari bantuan dan bantuan yang terarah & sistematis dan
pakar medis atau “ahli lain” sebagai satu- melaksanakan program yang disarankan
satunya dewa penolong dan menjadi serta membuat rencana masa depan bagi
sangat tergantung pada mereka. Pada tahap anak cacatnya. Tahap ini, orangtua mulai
ini orangtua merasakan kecemasan dan berusaha mencari dan memfasilitasi
gagal dalam mengasuh anak, maka itu perkembangan anak misalnya dalam
orangtua lebih banyak melibatkan atau pendidikan anak mulai dimasukkan ke
secara tidak langsung memberikan SLB (sekolah luar biasa). Orangtua juga
pengasuhan anak mereka kepada orang mulai mendengar saran misalnya dari
lain. Perasaan ini salah, karena seharusnya lingkungan terdekat orangtua terkait
orangtua harus lebih banyak meluangkan dengan pengasuhan yang baik kepada anak
waktu mengasuh anak mereka. dengan disabilitas.
Dalam kenyataannya orangtua-lah yang Begitu juga yang diungkapkan oleh
selalu ada bersama anak sehingga Duncan dan Moses (dalam Gargiulo,
merekalah yang paling kenal dengan 1985) bahwa orangtua yang mempunyai
perkembangan anaknya. Timbul anak dengan disabilitas akan mengalami 3
kecenderungan bersikap terlalu melindungi fase, yaitu:
anak dari kesulitan atau bahaya lain, 1. Fase primary (Shock, denial, grief,
terkesan bersikap memanjakan anak. depression)
Orang Tua spesial untuk “Anak Spesial”. 2. Fase secondary (ambivalensi, guilt,
Reaksi lain adalah kontrol yang berlebihan anger, shame, embarrassment)
(anak dilarang untuk melakukan berbagai 3. Fase tertiary (bargaining, adaption
kegiatan), sehingga mengurangi dan reorganitation, acceptance,
kesempatan untuk mendapatkan adjustment)
pengalaman sosial yang bervariasi. Dalam
hal ini, orangtua mempunyai pengasuhan PEMBAHASAN
tidak melihat kebutuhan anak terlebih Keluarga merupakan lingkungan yang
dahulu. Ada 2 jenis pengasuhan yang tidak paling dekat dengan anak, keluarga
baik, yang pertama orangtua yang selalu terutama orangtua bertugas untuk
memanjakan anaknya dan yang kedua memberikan perlindungan serta kasih
pengasuhan yang terlalu possessive yaitu sayang kepada anak. Keluarga mempunyai
anak tidak boleh melakukan hal-hal yang pengaruh yang besar dalam pengasuhan
anak sukai karena semua yang dilakukan kepada anak dengan disabilitas dengan
oleh anak dibatasi oleh orangtua. tujuan anak dengan disabilitas dapat
3. Fase penyesuaian (adaptation phase) memenuhi kebutuhan mereka secara
Pada tahap ini orang tua secara realistik mandiri. orangtua wajib mendampingi
mulai menerima kondisi anak. Dalam anak, mengasuh anak, dan memberikan
tahap ini para ahli perlu memberikan hak-hak yang seharusnya mereka miliki.
banyak informasi mengenai keadaan anak, Banyak keluarga khususnya para orangtua
khususnya mengenali kemampuan yang memandang “rendah” dan hanya
kekuatan yang ada pada anak cacat dan bisa bergantung pada orang lain. ABK
upaya pengembangannya. Tahap ini, juga sama seperti kita mempunyai hak
orangtua mulai berani menerima anak, untuk mendapatkan pengahargaan.
mencari dan mengembangkan potensi Menurut Menurut Heward (2003)

124
menyatakan bahwa efektivitas berbagai menerima individu sebagai anggota
program penanganan dan peningkatan keluarga. Orangtua dapat menerima anak
kemampuan hidup anak berkebutuhan secara utuh dengan tidak mengatakan
khusus akan sangat ditentukan oleh peran bahwa anak sebuah “aib” bagi keluarga
serta dan dukungan penuh dari keluarga, serta memberikan rasa aman kepada anak.
sebab keluarga adalah pihak yang 3. Identity and satisfaction (Identitas dan
mengenal dan memahami berbagai aspek memuaskan)
dalam diri seseorang dengan jauh lebih Keluarga merupakan suatu media yang
baik daripada orang-orang yang lain. Di dipergunakan untuk mengembangkan diri,
samping itu, dukungan dan penerimaan yaitu mengembangkan peran dan self
dari orangtua dan anggota keluarga yang image, mempertahankan motivasi, dan
lain akan memberikan ‘energi’ dan mengidentifikasi tingkat sosial dan
kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan kepuasan aktivitas. Orangtua dapat
khusus untuk lebih berusaha mempelajari membantu anak dalam mengembangkan
dan mencoba hal-hal baru yang terkait dirinya, misalnya mencari dan
dengan ketrampilan hidupnya dan pada memfasilitasi minat dan bakat anak.
akhirnya dapat berprestasi. Orangtua pasti 4. Affiliation and companionship
lebih mengenal anaknya dibandingkan (Afiliasi dan pertemanan)
orang lain, maka dari itu pengasuhan dari Fungsi ini dilakukan dengan
orangtua lah yang berpengaruh pada mengembangkan pola komunikasi dan
tumbuh kembang anak dengan disabilitas. mempertahankan hubungan yang
Orangtua yang mempunyai anak dengan harmonis. Orangtua berusaha untuk
hambatan, merasa bahwa anak tersebut membangun komunikasi yang baik dengan
tidak berguna dan menimbulkan malu bagi anak dan menjaga hubungan yang baik
keluarga. Padahal, seperti kita ketahui antar anggota keluarga.
bahwa orangtua mempunyai peran penting 5. Socialization (Sosialisasi)
dalam memberikan asuhan kepada anak. Sosialisasi juga salah satu fungsi yang
Jika pola pikir orangtua tertanam bahwa dilakukan dalam keluarga yang tujuannya
anak dengan disabilitas tidak dapat untuk mengenal kultur (nilai dan perilaku)
berdaya, hal ini akan mempengaruhi serta sebagai peraturan/pedoman hubungan
pengasuhan yang diberikan orangtua internal dan eksternal. Pada akhirnya,
kepada anak. pengasuhan dapat sosialisasi juga bertujuan untuk melepas
diimplementasikan dengan fungsi pokok anggota keluarga. Misalnya saat anak
keluarga. Adapun fungsi pokok keluarga sudah dewasa dan menikah. Orangtua
menurut Allender (1998): dapat memberikan bimbingan sosial
1. Affection (Afeksi) kepada anak misalnya mengenalkan anak
Fungsi affection yang dilakukan keluarga kepada tetangga, teman, masyarakat.
diantaranya adalah dengan menciptakan
suasana persaudaraan/menjaga perasaan, 6. Controls (Kontrol)
mengembangkan kehidupan seksual dan Keluarga juga berfungsi sebagai kontrol,
kebutuhan seksual, serta menambah yaitu mempertahankan kontrol sosial yang
anggota keluarga baru. Orangtua dapat ada di keluarga. Selain itu fungsi kontrol
memberikan cinta kasih yang tulus dan dapat diterapkan untuk melakukan
rasa kasih sayang kepada anak. penempatan dan pembagian kerja anggota
2. Security and Acceptance (Keamanan keluarga sesuai dengan peran mereka
dan Penerimaan) masing-masing yang pelaksanaannya
Di dalam keluarga, fungsi keamanan dan dengan menggunakan sumber daya yang
penerimaan juga dibutuhkan. secara umum ada. Orangtua dapat memberikan kontrol
usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan kepada anak berupa monitoring secara
mempertahankan kebutuhan fisik, dan intenif kepada anak.

125
Penerimaan orangtua kepada anak orangtua tidak dapat melakukan coping
dengan disabilitas menjadi nilai tersendiri, strategy, dampaknya biaya perawatan
pasalnya belum banyak orangtua yang untuk ABK pun tergolong mahal. Namun
dapat menerima anak dengan disabilitas setidaknya terdapat tiga strategi yang biasa
secara penuh. Hal ini juga dapat diadopsi oleh masyarakat di negara-negara
menyebabkan kegelisahan tersendiri pada maju dan berkembang seperti Australia
orangtua dan akibatnya menyebabkan (Ros & Cuskelly, 2006), China (Chen &
parenting stress. parenting stress yaitu Silbereisen, 2010), dan Iran (Assadi,
ketegangan yang berlebihan secara khusus 2011). Dalam hal pengasuhan, orangtua
terkait dengan peran orangtua dan interaksi harus mengetahui bagaimana kondisi dan
orangtua dengan anak. biasanya parenting kebutuhan masing-masing anak.
stress akan lebih tinggi pada pengasuhan Pengasuhan yang baik kepada anak dengan
anak. Seharusnya orangtua dapat menjadi disabilitas yaitu cara berkomunikasi.
role model bagi anak dan mencoba Jerome bruner (1975) menyatakan dengan
mengajarkan anak untuk mencoba kemampuan berkomunikasi dapat lebih
melakukan pekerjaan rumah mengetahui kebutuhan psikososial anak,
(kerumahtanggan), memberikan kasih antara lain: Anak harus dipersepsi sebagai
sayang dan perhatian yang lebih kepada seseorang dengan kualitas-kualitas
anak, tidak menganggap bahwa mengurus individu yang memiliki kebutuhan,
ABK sangat sulit karena hambatan yang keinginan, temperamen, kepribadian dan
dimiliikinya, membawa anak ke keterampilan. Komunikasi yang diberikan
lingkungan luar, mengawasi anak. akan kepada anak disabilitas memang sedikit
tetapi para orangtua sudah terlebih dulu berbeda tergantung dengan jenis disabilitas
khawatir dengan anak mereka. Akan tetapi anak.
dampak parenting stress ini, harus diatasi Saat ini juga banyak orangtua yang
secara bersama-sama. Orangtua anak bekerja, maka dari itu waktu berasama
dengan disabilitas juga harus mendapatkan anakpun dirasa kurang. Anak lebih sering
dukungan dari keluarga besar dan bersama dengan orang lain misalnya
lingkungan di sekitar orangtua anak pembantu rumah tangga dibandingkan
misalnya tetangga terdekat ataupun teman- dengan kedua orangtuanya. Orangtua juga
teman dari orangtua. Support dari keluarga tidak secara maksmimal mendampingi
besar ataupun lingkungan luar kepada anak dengan disabilitas. Hal ini dinyatakan
orangtua menjadi kekuatan tersendiri agar oleh Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
orangtua dapat benar-benar yakin dan dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN,
percaya diri untuk memberikan Sudibyo Alimoeso (2013) melalui
pengasuhan kepada anak dengan sindonews.com, bahwa
disabilitas, begitu juga dengan dukungan “asuhnya kepada para pembantu
sosial yang diberikan kepada anak dengan atau pengasuh. Hal ini banyak
disabilitas. Dukungan sosial yang dilakukan orangtua yang harus
diberikan kepada anak dengan disabilitas bekerja.”
antara lain: Dukungan emosional, Hal ini memang sudah banyak terjadi di
informasi, atau materi alat bantu yang wilayah perkotaan, karena biaya hidup
diberikan. Dukungan sosial berpengaruh yang cukup tinggi. Berbeda dengan
terhadap anak berkebutuhan khusus dalam masyarakat perkotaan, masyarakat di
membuat anak tersebut tidak merasa pedesaan kurang mengetahui bagaimana
berbeda dari anak normal. Support, pengasuhan kepada anak dengan
motivasi, semangat serta penghargaan bagi disabilitas, oleh karena itu perlu adanya
mereka sangat mempengaruhi psikis anak. edukasi kepada masyarakat khususnya
dampaknya anak semakin yakin akan orangtua yang mempunyai anak dengan
potensi yang ada dalam dirinya. Tak jarang disabilitas. Dengan adanya pengasuhan

126
yang baik dari orangtua maupun keluarga Anak dengan disabilitas harus
besar, akan terlihat pengembangan dari mempunyai pengasuhan yang baik
dalam diri anak, karena pada dasarnya terutama dari orangtua anak. Dengan
anak mempunyai potensi yang dapat adanya pengasuhan yang baik antara lain
dikembangkan. Memang, orangtua harus pemberian kasih sayang, perhatian, dan
secara ekstra menjaga anak dengan pemenuhan kebutuhan kepada anak, anak
disabilitas tetapi dengan ketulusan hati, dapat berfungsi secara optimal.
orangtua tidak akan merasakan kelelahan Dalam hal ini, pekerja sosial
ataupun emosi. mempunyai beberapa peran yaitu sebagai
Setiap anak tidak terkecuali anak fasilitator dalam hal memfasilitasi
dengan disabilitas mempunyai hak yang orangtua dalam hal pengasuhan terhadap
sama. Menurut Komnas Perlindungan anak dengan disabilitas hal ini dapat
Anak (2009), empat dasar hak yang harus dilakukan dengan konseling dan parent
didapatkan oleh anak antara lain: support group. Pekerja sosial dapat
1. Hak hidup lebih layak menjadi edukator dalam hal pemberian
Misalnya seperti berhak atas kasih sayang informasi terkait dengan anak dengan
orang tua, ASI eksklusif, akte kelahiran disabilitas dan bagaimana pengasuhan
dan lain sebagainya. Setiap anak, tidak terhadap anak dengan disabilitas.
terkecuali anak dengan disabilitas berhak Pelayanan berbasis keluarga yang
mendapatkan kehidupan yang layak. diberikan oleh pekerja sosial antara lain:
a. Pelayanan konseling keluarga
2. Hak tumbuh dan berkembang Pelayanan ini bertujuan membantu
Contoh seperti hal atas pendidikan yang penyesuaian dan peran dalam mengahadi
layak, istirahat, makan-makanan yang permasalahan
bergizi, belajar, bermain, dan lain-lain. b. Pendidikan kehidupan keluarga
Setiap anak, tidak terkecuali anak dengan Keluarga yang mempunyai masalah dan
disabilitas berhak untuk tumbuh dan tekanan diberi kemampuan untuk
berkembang, antara lain mendapatkan mengantisipasi berbagai masalah dan
kebutuhan dasar yaitu makanan yang untuk mencegah kehancuran dalam
bergizi, mendapatkan pendidikan, keluarga.
mendapatkan rekreasi, dan lain-lain.
3. Hak perlindungan PENUTUP
Contohnya yaitu seperti dilindungi dari Pengasuhan yang baik harus
kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan diberikan kepada setiap anak tidak
seksual, tindak kriminal, pekerjaan terkecuali anak dengan disabilitas.
layaknya orang dewasa, dan lain Pengasuhan dari orangtua bertujuan agar
sebagainya. Setiap anak, tidak terkecuali anak dapat memenuhi haknya. Setidaknya
anak dengan disabilitas mempunyai hak terdapat empat hak yang harus dimiliki
untuk mendapatkan perlindungan dari oleh anak antara lain: Hak mendapatkan
adanya kekerasan dan kriminalitas penghidupan yang layak, hak untuk
4. Hak berpartisipasi tumbuh dan berkembang, hak untuk
Setiap anak berhak untuk menyampaikan berpendapat, dan hak berpartisipasi. Akan
pendapat, punya suara dalam musyawarah tetapi masih banyak orangtua yang tidak
keluarga, punya hak berkeluh kesah, dan menerima anak dengan disabilitas,
memilih pendidikan sesuai minat dan orangtua menganggap anak mereka tidak
bakat, dan lain-lain. Setiap anak, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak sanggup, dan
terkecuali anak dengan disabilitas, hanya bisa mengandalkan bantuan orang
mempunyai hak untuk memberikan lain. Rasa malu dan kecewa pun dirasakan
pendapatnya, mempunyai tujuan dalam orangtua, karena mereka malu mempunyai
hidupnya. anak yang tidak sempurnya, mereka malu

127
orang lain mencemooh mereka. Selain itu diunduh pada tanggal 15 Oktober
orangtua biasanya kecewa dengan keadaan 2014
anak yang tidak bisa sesempurna anak http://nasional.sindonews.com/read/76357
lainnya. Akibatnya, hak-hak anak tidak 6/15/peran-orangtua-dibutuhkan-
secara menyeluruh terpenuhi karena tidak rawat-anak-berkebutuhan-khusus
adanya pengasuhan yang baik. Dalam hal diunduh pada tanggal 29 Oktober
ini, perlu adanya informasi yang diberikan 2014
kepada orangtua, motivasi atau support http://www.unicef.org/indonesia/id/media_
dari lingkungan sekitar, dan pemberian 20985.html diunduh pada tanggal 2
pengertian mengenai anak dengan November 2014
disabilitas. Dalam memberikan www.organisasi.org/1970/01/empat-4-hak-
pengasuhan kepada anak dengan dasar-anak-indonesia-menurut-seto-
disabilitas, keluarga khususnya orangtua mulyadi-komnas-perlindungan-
dapat mengimplementasikan fungsi anak.html 3 November 2014
keluarga berupa fungsi afeksi, keamanan
dan penerimaan, identitas, kontrol, dan
sosialisasi. Selain itu, parent support group
dapat dipraktikan misalnya di sekolah
khusus anak dengan disabilitas (SLB),
perkumpulan penyandang disabilitas.
Pekerja sosial dapat memfasilitasi
konseling kepada orangtua dan
memberikan edukasi mengenai
pengasuhan kepada anak dengan
disabilitas.

PUSTAKA
Dyah Wieka,dkk. 2005. Retardasi mental,
Tingkat penerimaan. Jakarta:
Fakultas Unika Atma Jaya
Wibhawa Budi, dkk. 2010. Dasar-dasar
pekerjaan sosial. Bandung: Widya
Padjadjaran
Jurnal:
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/2-
13_1.pdf.\ diunduh pada tanggal 14
Oktober 2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/33631/4/Chapter%20I.pdf\
diunduh pada tanggal 14 Oktober
2014
lib.ui.ac.id/file?file=digital/125956-
649..pdf\ diunduh pada tanggal 14
Oktober 2014
www.idp-
europe.org/docs/uio_upi_inclusion_
book/8-
Membantu_anak_dan_Keluarga.php

128
PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN LANSIA
Shinta Puji Triwanti, Ishartono, Arie Surya Gutama,

(triwantipujishinta@gmail.com, ishartono_kesos@yahoo.com, ariesurya_gutama@yahoo.com)

ABSTRAK

Peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan disetiap


tahunnya, hal ini menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemiskinan, tindak kekerasan,
pelanggaran hukum, terlantar sehingga lansia mengalami ketergantungan terhadap orang lain
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan lansia sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, dan sebagai lembaga primer keluarga mempunyai
peran penting untuk membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun,
pengaruh globalisasi mempengaruhi perubahan nilai dan peran di dalam keluarga, adanya
perubahan struktur di dalam keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga kecil sehingga hal
ini membuat keluarga lebih banyak yang menempatkan lansia di sebuah panti werdha
dibandingkan tinggal dan dirawat oleh keluarga secara bersama-sama. Oleh karena itu, panti
werdha memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lansia melalui
pelayanan yang dilakukan. Pelayanan yang diberikan berupa pemenuhan kebutuhan fisik,
psikis, maupun kebutuhan sosial yang tidak didapatkan ketika berada di dalam keluarga.
Melalui pemenuhan kebutuhan yang diberikan oleh panti werdha maka hal ini dapat
membantu lansia untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

Kata kunci: kesejahteraan lansia; perubahan peran keluarga; pelayanan panti werdha;
peningkatan penduduk lansia; permasalahan lansia

PENDAHULUAN bersama orangtua yang sudah berusia


Keberadaan lansia di Indonesia lanjut menjadi hal yang sudah biasa terjadi
bukan hanya menjadi tanggung jawab di dalam sebuah keluarga.
pemerintah sebagai pelaksana kebijakan di Perubahan struktur di dalam keluarga
sebuah Negara, melainkan keberadaan menyebabkan keluarga memandang bahwa
lansia menjadi tanggung jawab keluarga keberadaan lansia di dalam lingkungan
sebagai lembaga primer. Keluarga keluarga merupakan sebuah beban.
mempunyai peran penting untuk merawat Keluarga mengalami kesulitan untuk
lansia dan membantu lansia untuk melakukan pelayanan dalam rangka
menjangkau sumber-sumber yang ada memenuhi kebutuhan lansia dengan
dalam rangka memenuhi kebutuhan kondisi anak-anak begitu sibuk dengan
hidupnya. Namun, seiring dengan masalahnya sendiri sehingga
perkembangan zaman yang semakin mengakibatkan anak-anak secara tidak
modern dan tuntutan hidup yang semakin langsung kurang memperdulikan
banyak maka kebiasaan anak atau keluarga keberadaan lansia serta jalinan komunikasi
merawat orangtua yang sudah berusia antara orang tua dengan anak semakin
lanjut menjadi semakin berkurang. Padahal berkurang. Selain itu, terdapat perubahan
kebiasaan untuk merawat dan tinggal peran dan fungsi di dalam keluarga yang

129
menyebabkan pihak keluarga mulai sehingga menyebabkan kebutuhan lansia
menempatkan para lansia di panti werdha. lebih spesifik dibandingkan dengan yang
(Afrida dkk, 2002) lain. Oleh karena itu, kehadiran panti
Peningkatan jumlah penduduk lansia werdha di tengah-tengah perubahan nilai
di Indonesia merupakan tantangan terbesar dan struktur yang terjadi di dalam keluarga
yang harus dihadapi baik oleh pemerintah menjadi pilihan yang terbaik untuk
maupun masyarakat. Tantangan tersebut membantu lansia dalam menjangkau
semakin berat karena dipengaruhi oleh sumber-sumber yang ada dalam rangka
jumlah penduduk yang semakin meningkat memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai
seperti hasil sensus yang diperoleh bahwa tingkat kesejahteraan bagi lansia itu
Indonesia selama empat dasawarsa terakhir sendiri.
menempati posisi empat dengan jumlah
populasi terbesar di dunia menurut US. PEMBAHASAN
Cencus bureau. Tercatat bahwa penduduk Lanjut usia merupakan seorang
Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan individu yang sudah melewati masa golden
data sensus penduduk 2010 yang age dan sudah memasuki usia 60 tahun.
diselenggarakan BPS di seluruh wilayah Pada usia ini, banyak kemunduran yang
Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dihadapi oleh para lanjut usia baik itu dari
dengan jumlah penduduk lansia sebanyak segi fisik, psikis, maupun sosial.
18.118.699 jiwa. Kemunduran yang dialami oleh lansia
(www.eprints.undip.ac.id) merupakan proses alami yang disebut
Tantangan yang dihadapi semakin dengan proses degeneratif. Pada tahap ini
berat ketika peningkatan jumlah penduduk lansia mengalami kesulitan untuk melewati
berpengaruh terhadap kemiskinan, masa tuanya, karena sebagian orang
keterbelakangan, tindak kekerasan dan beranggapan bahwa lansia tidak dapat
pelanggaran hukum yang dialami oleh berbuat apa-apa atau tidak berguna.
lansia, sehingga hal ini mengakibatkan Semakin bertambahnya usia yang terjadi
semakin meningkatnya tingkat melalui proses alamiah pada lanjut usia,
ketergantungan lansia terhadap penduduk maka semakin banyak ketergantungan
usia produktif dan tentunya lansia yang dialami oleh lanjut usia. Hal tersebut
membutuhkan pelayanan yang tepat untuk disebabkan menurunnya kondisi fisik,
mengatasi permasalahan yang selama ini psikis maupun sosial sehingga penurunan
dihadapi oleh lansia. yang dialami oleh para lanjut usia akan
Ketergantungan yang dialami oleh memperlambat proses interaksi yang
lansia terjadi karena menurunnya kondisi terjadi di dalam lingkungan.
fisik, psikis maupun sosial sehingga Hal ini sesuai dengan tahap
penurunan yang dialami oleh lansia akan perkembangan yang dikemukakan oleh
memperlambat proses interaksi yang Erik Erikson di dalam Delapan Tahap
terjadi di dalam lingkungan. Hal ini yang Perkembangan Manusia bahwa jika di
menyebabkan lansia membutuhkan dalam tahap perkembangannya lansia
bantuan orang lain untuk menjangkau memiliki integritas yang rendah maka
sumber-sumber yang ada dalam rangka lansia akan sulit menerima akhir dari
memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai hidupnya dan mengalami kecemasan
kesejahteraan lansia. dalam menjalani hidup. Kemudian, hal ini
Kebutuhan hidup lansia berbeda diperjelas dengan pendapat yang
dengan kebutuhan hidup yang lain sebagai dikemukakan Hurlock, bahwa lansia
penduduk usia produktif, hal ini merupakan tahap akhir siklus
dipengaruhi oleh proses penuaan, perkembangan manusia, masa semua
perubahan, dan kemunduran di dalam orang berharap akan menjalani hidup
tahap kehidupan yang terjadi pada lansia dengan tenang, damai, serta menikmati

130
masa pensiun bersama anak dan cucu dapat menunjang kualitas hidup lansia.
tercinta dengan penuh kasih sayang. Kualitas hidup yang baik akan
Pada tahap terakhir di masa berpengaruh terhadap cara pandang, sikap
perkembangan, orang dengan berusia maupun perilaku lansia dalam menerima
lanjut memikirkan mengenai apa yang kenyataan hidup dan menikmati masa-
telah mereka lewatkan dalam hidup masa tuanya tanpa adanya rasa
kesalahan yang mereka perbuat, hal-hal ketergantungan terhadap orang lain
yang mereka tidak pernah miliki mungkin sehingga lansia memiliki kemampuan
diliputi oleh keputusasaan. Disisi lain, untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
mereka yang dapat melihat kembali kemunduran yang terjadi, dan menjalankan
hidupnya dengan puas diperkuat oleh rasa kehidupan dengan rasa kebahagiaan maka
integritas pribadi. (Psikologi Tentang hal ini akan membantu lansia untuk
Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan meningkatkan keberfungsian sosial lansia
Edisi Ketiga, 1995:481) di dalam lingkungannya.
Lansia merupakan istilah tahap akhir Kualitas hidup menjadi nilai standar
dari proses penuaan. Semua orang akan bahwa tingkat kesejahteraan lansia
mengalami proses menjadi tua, dan masa terpenuhi dengan baik. Menurut WHO
tua merupakan masa hidup manusia yang kualitas hidup merupakan persepsi
terakhir. Pada masa ini seseorang individu dari posisi laki-laki atau wanita
mengalami kemunduran fisik, mental dan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya
sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dan sistem nilai ditempat laki-laki atau
dapat melakukan kegiatan atau tugas di wanita itu tinggal dan berhubungan dengan
dalam kehidupan lansia. Lanjut usia standar hidup, harapan hidup, kesenangan
mengalami berbagai proses perkembangan dan perhatian mereka yang terangkum
mulai dari bayi sampai dengan menjadi tua secara kompleks pada kesehatan fisik
yang disertai dengan berbagai penurunan seseorang, status psikologis, tingkat
yang terjadi pada kondisi fisik, psikis dan kebebasan, hubungan sosial dan hubungan
sosial, sehingga membuat para lanjut usia mereka dengan lingkungan mereka. Oleh
membutuhkan kehadiran orang lain dalam karena itu, dengan terpenuhinya
menjalani proses penuaan. kesejahteraan dan pemberian pelayanan
Keberhasilan lansia dalam menjalani yang baik maka hal ini tentunya
masa tuanya tanpa adanya ketergantungan mempengaruhi kualitas hidup lansia.
terhadap orang lain, dapat dilihat dari jenis Lansia memiliki segala potensi yang
lansia itu sendiri. Menurut Undang- dapat dipelihara, dirawat dan
Undang No. 13 Tahun 1998 yang dipertahankan bahkan diaktualisasikan
mengatur tentang Kesejahteraan Lansia untuk mencapai kualitas hidup lansia yang
dalam BAB I pasal 1 ayat 3 dijelaskan optimal (optimum aging). Kualitas hidup
bahwa lansia potensial adalah lansia yang lansia yang optimal bisa diartikan sebagai
masih mampu melakukan pekerjaan kondisi fungsional lansia berada pada
dan/atau kegiatan yang dapat kondisi maksimum atau optimal, sehingga
menghasilkan barang dan/atau jasa. memungkinkan mereka untuk dapat
Kemudian di pasal 1 ayat 4 disebutkan menikmati masa tuanya dengan penuh
bahwa lansia tidak potensial adalah lansia makna, membahagiakan, berguna, dan
yang tidak berdaya mencari nafkah berkualitas. Ada beberapa faktor yang
sehingga hidupnya bergantung pada menyebabkan seorang lansia dapat
bantuan orang lain. berguna di masa tuanya yaitu kemampuan
Kesejahteraan lansia menjadi hal menyesuaikan diri dan menerima segala
yang sangat penting bagi lansia karena perubahan serta kemunduran yang dialami,
dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan adanya penghargaan dan perlakuan yang
yang dibutuhkan oleh lansia maka hal ini wajar dari lingkungan lansia tersebut,

131
lingkungan yang menghargai hak-hak para lansia akan mengurangi lansia yang
lansia serta memahami kebutuhan dan terlantar, walaupun pelayanan yang
kondisi psikologis lansia dan tersedianya dilakukan oleh panti werdha merupakan
media atau sarana bagi lansia untuk pilihan alternatif terakhir karena basis
mengaktualisasikan potensi dan utama dari pelayanan terhadap lansia
kemampuan yang dimiliki. (Depsos, 2007 dilakukan oleh keluarga sebagai lembaga
di dalam tesis Ekawati Sutikno, Hubungan primer. (Departemen Sosial RI, 2003.
Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial
Lansia, 2011:38) Lansia di Indonesia)
Melalui kualitas hidup yang dimiliki Pemenuhan kebutuhan terhadap
oleh lansia maka akan membantu lansia lansia menjadi salah satu upaya untuk
untuk menikmati masa-masa hidupnya meningkatkan keberfungsian lansia dan
dengan berbagai potensi yang dimiliki di kesejahteraan lansia. Upaya yang
usia yang sudah senja. Selain itu, dengan dilakukan dengan mengutamakan upaya
kualitas hidup yang baik seperti adanya promotif, preventif, kuratif, dan
rasa kebermaknaan dalam hidup, memiliki rehabilitatif dengan tujuan dalam rangka
kemampuan untuk menyesuaikan diri meningkatkan kualitas dari lansia itu
dengan berbagai kemunduran yang terjadi, sendiri. Selain itu, melalui pelayanan yang
dan menjalankan kehidupan dengan rasa dilakukan terhadap lansia maka lansia
kebahagiaan maka hal ini akan membantu akan mendapatkan hak untuk terpenuhinya
lansia untuk meningkatkan keberfungsian kebutuhan-kebutuhan baik dari segi fisik,
sosial lansia di dalam lingkungannya. psikis maupun sosial.
Pemenuhan kebutuhan yang
Peran Panti Sosial Tresna Werdha dilakukan oleh panti werdha merupakan
Upaya yang dilakukan untuk bentuk sistem pelayanan sosial atau
mencapai kondisi maksimum atau optimal sebagai primary setting. Pelayanan sosial
bagi lansia adalah melalui pelayanan yang merupakan wujud aktivitas pekerja sosial
diberikan. Pelayanan yang diberikan dalam praktik profesionalnya. Pelayanan
kepada lansia tidak hanya dilakukan oleh sosial yang diberikan sebagai wujud dari
pemerintah dan masyarakat, tetapi sebagai jawaban terhadap tuntutan kebutuhan dan
lembaga primer maka keluarga memiliki masalah yang dialami masyarakat sebagai
peranan penting dalam memenuhi akibat perubahan masyarakat itu sendiri.
kebutuhan lansia terutama untuk Sehingga bidang-bidang pelayanan sosial
meningkatkan kesejahteraan lansia itu akan tergantung pada bagaimana pekerja
sendiri. Adanya proses globalisasi dan sosial memandang dan mengidentifikasi
berbagai perubahan yang terjadi akibat masalah-masalah sosial yang terjadi di
perkembangan zaman maka yang terjadi dalam masyarakat. Merton dan Nisbet
menimbulkan kecenderungan struktur merinci bahwa masalah sosial terdiri dari
keluarga dari keluarga besar menjadi perilaku menyimpang dan disorganisasi
keluarga kecil, sehingga perubahan yang sosial serta salah satu masalah sosial yang
terjadi mempengaruhi persepsi dalam ada di dalamnya adalah lansia (age and
merawat lansia di dalam keluarga. aging). (Budhi Wibhawa dkk, 2010: 76-
Adanya perubahan struktur yang 77)
terjadi di dalam keluarga dari keluarga Pekerja sosial sebagai pelaksana
besar berubah menjadi keluarga kecil pelayanan sosial bagi lansia berperan
maka hal ini mempengaruhi pihak untuk memberikan perlindungan sosial,
keluarga untuk menempatkan lansia di membantu para lansia untuk menjangkau
panti werdha sebagai suatu pilihan dalam sumber-sumber yang diperlukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan lansia. Upaya rangka meningkatkan keberfungsian sosial.
yang diberikan oleh panti werdha terhadap Pekerja sosial juga berfokus untuk

132
memberikan pelayanan dan dukungan Pelayanan yang diberikan pekerja
yang dibutuhkan oleh lansia di masa sosial berdasarkan kepada Undang-
tuanya. (Skidmore, 1974: 252) Undang yang mengatur Kesejahteran
Pekerja sosial memiliki peranan Lansia yaitu UU No. 13 tahun 1998.
penting dalam mendukung orang tua untuk Sistem pelayanan yang diberikan salah
hidup mandiri dan untuk memaksimalkan satunya adalah pelayanan yang dilakukan
kesejahteraan mereka pada apa yang sering di dalam panti. Pelayanan yang diberikan
rentan terjadi dalam kehidupan mereka. berupa pemenuhan kebutuhan dasar lansia
Pekerja sosial memiliki keahlian dan yang merupakan hal penting yang harus
pelatihan untuk membantu para lansia terpenuhi dalam rangka meningkatkan
karena ketidakmampuan, penyakit akibat kesejahteraan lansia, sehingga semakin
proses penuaan sehingga para lansia lama perawatan lansia di dalam panti
membutuhkan bantuan untuk memenuhi merupakan hal yang sering dijumpai di
kebutuhan dan mengakses pelayanan yang zaman yang sudah berkembang seperti saat
tepat. ini karena tidak hanya pemenuhan
(http://www.tcsw.org.uk/standard-2col- kebutuhan dasar dapat terpenuhi tetapi
lhm.aspx?id=6442451167 diunduh pada kebutuhan lain yang tidak di dapatkan oleh
tanggal 17 April 2014 pukul 16:54) lansia selama berada di dalam keluarga di
Peran profesi Pekerjaan Sosial dapatkan di dalam panti. Oleh karena itu,
menurut Budhi Wibhawa, Santoso T.R, peran panti werdha yang dikenal dengan
dan Meilanny B.S (2010:33) secara garis panti sosial tresna werdha memiliki peran
besar berdasarkan ilmu pengetahuan, penting dalam rangka meningkatkan
keterampilan, dan nilai-nilai pekerjaan kesejahteraan lansia.
sosial, yaitu meningkatkan kapasitas orang Panti Werdha atau yang dikenal
dalam mengatasi masalah yang dengan Panti Sosial Tresna Werdha
dihadapinya, menggali dan merupakan tempat pelayanan sosial bagi
menghubungkan sumber-sumber yang orang lansia dan termasuk kedalam foster
tersedia di sekitar klien, meningkatkan care. Menurut Armando Morales di dalam
jaringan pelayanan sosial, mengoptimalkan Budhi Wibhawa dkk, 2010: 81 foster care
keadilan sosial melalui pengembangan merupakan pelayanan yang bersifat tidak
kebijakan sosial. permanen, sehingga masih dimungkinkan
Pada saat bekerja dengan individual, untuk berhubungan dengan keluarga
kelompok, keluarga, organisasi, dan juga aslinya. Dilihat dari strategi pelayanan
komunitas, peran pekerja sosial sosial, maka panti werdha termasuk ke
bermacam-macam berdasarkan ilmu dalam institutional based services, yaitu
pengetahuan dan kemampuan yang dalam pelayanan ini individu yang
dimilikinya menurut Zastrow (2010: 70- mengalami masalah ditempatkan dalam
72) antara lain sebagai enabler, broker, lembaga pelayanan sosial. (Budhi
advocate, activist, mediator, negosiator, Wibhawa dkk, 2010: 83)
educator, initiator, empower, coordinator, Sebagai tempat dimana
researcher, group facilitator, dan public berkumpulnya orang-orang lansia yang
speaker. Tetapi ketika seorang pekerja baik secara sukarela ataupun diserahkan
sosial berhadapan dengan klien yang sudah oleh pihak keluarga untuk diurus segala
berusia lanjut maka pekerja sosial berperan keperluannya, maka panti werdha yang ada
sebagai broker. Pekerja sosial berperan dilihat dari sistem pengelolaannya ada
untuk menghubungkan klien dengan yang dikelola oleh pemerintah maupun
sistem sumber yang dibutuhkan oleh klien pihak swasta. Hal ini merupakan
dalam rangka meningkatkan keberfungsian kewajiban Negara untuk menjaga dan
klien. memelihara setiap warga negaranya
sebagaimana tercantum dalam UU No.12

133
Tahun 1996 (Direktorat Jenderal, Home Pada Panti Sosial Tresna Werdha,
Departemen Hukum dan HAM). 2009: 34)
Sedangkan menurut Departemen Sosial Sedangkan menurut Peraturan
Republik Indonesia, panti werdha adalah Menteri Sosial Republik Indonesia tentang
suatu tempat untuk menampung lansia dan Pedoman Pelayanan Sosial Lansia yang
jompo terlantar dengan memberikan tercantum di dalam BAB II pasal 9,
pelayanan sehingga mereka merasa aman, terdapat beberapa jenis pelayanan yang
tentram dengan tiada perasaan gelisah diberikan dalam panti seperti pemberian
maupun khawatir dalam menghadapi usia tempat tinggal yang layak; jaminan hidup
tua. (http://e-journal.uajy.ac.id/1070/3/ berupa makan, pakaian, pemeliharaan
2TA12520.pdf diunduh pada tanggal 21 kesehatan, pengisian waktu luang
Maret 2014 pukul 13.47) termasuk rekreasi, bimbingan mental,
Berdasarkan Kebijakan dan Program sosial, keterampilan, agama; dan
Pelayanan Sosial Lansia di Indonesia pengurusan pemakaman atau sebutan lain.
(2003:2) penanganan permasalahan lansia Pendirian panti werdha sebagai suatu
yang berkembang selama ini dikenal sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi
dengan melalui dua cara, yaitu pelayanan lansia yang terlantar. Kehadiran panti
dalam panti dan luar panti. Pelayanan werdha membantu para lansia untuk
dalam Panti Sosial Tresna Werdha mempertahankan kepribadiannya,
meliputi pemberian pangan, sandang, memberikan jaminan kehidupan secara
papan, pemeliharaan kesehatan, dan wajar baik secara fisik maupun psikologis.
pelayanan bimbingan mental keagamaaan, Sesuai dengan permasalahan lansia, pada
serta pengisian waktu luang termasuk umumnya penyelenggaraan panti werdha
didalamnya rekreasi, olahraga dan mempunyai tujuan antara lain agar
keterampilan. Sedangkan pada pelayanan terpenuhi kebutuhan hidup lansia, agar
di luar panti para lansia tetap berada di dihari tuanya dalam keadaan tentram lahir
lingkungan keluarganya dengan diberikan dan batin, dapat menjalani proses
bantuan makanan dan pemberdayaan di penuaannya dengan sehat dan mandiri.
Bidang Usaha Ekonomis Produktif (UEP) (Departemen Sosial RI, Petunjuk
melalui pendekatan kelembagaan sebagai Pelaksanaan Panti Sosial Tresna Wredha
investasi sosial dan merupakan bantuan Percontohan, Jakarta, 1997)
yang diberikan kepada lansia potensial Secara umum, panti werdha
yang kurang mampu. mempunyai fungsi sebagai pusat
Sebagai tempat pelayanan sosial bagi pelayanan kesejahteraan lansia (dalam
lansia, yang dimiliki oleh pemerintah memenuhi kebutuhan pokok lansia),
maupun swasta maka panti werdha menyediakan suatu wadah berupa
memiliki berbagai sumber daya yang kompleks bangunan dan memberikan
berfungsi untuk mengantisipasi dan kesempatan pula bagi lansia melakukan
merespon kebutuhan lansia yang terus aktivitas-aktivitas sosial rekreasi, bertujuan
meningkat. Berbagai program yang membuat lansia dapat menjalani proses
diberikan oleh panti kepada para lansia penuaannya dengan sehat dan mandiri.
seperti pelayanan subsidi silang, pelayanan Sedangkan tugas panti werdha adalah
harian lansia (day-care service), pelayanan memberikan pelayanan kesejahteraan
perawatan rumah (home care service) yang sosial dan rehabilitasi sosial bagi
dilakukan tanpa meninggalkan pelayanan penyandang masalah kesejahteraan sosial
utamanya kepada lansia yang terlantar. sesuai dengan peraturan perundang-
(http://www.who.int/healthinfo/survey/age undangan yang berlaku. (Skripsi
ingdefnolder/en/index.html di dalam Syahriani Tri Putri Fungsi Pusat Pelayanan
skripsi Dyah Priyantini Najjah, Konsep Sosial Lansia (PPSLU) Mappakasunggu

134
Kota Pare-Pare Dalam Menangani Lansia meningkatkan keberfungsian sosialnya di
Terlantar, 2012: 29-30) dalam masyarakat.
Pelayanan yang diberikan oleh panti
werdha kepada lansia dengan berbagai DAFTAR PUSTAKA
program yang ada mempunyai tujuan akhir Buku
yaitu untuk meningkatkan keberfungsian Calhoun dan Acocella. 1995. Psikologi
sosial lansia itu sendiri dan terwujudnya Tentang Penyesuaian dan Hubungan
kesejahteraan lansia yang berpengaruh Kemanusiaan. Semarang: IKIP
terhadap kemampuan lansia untuk Semarang Press.
melewati masa tuanya dengan berbagai Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi
penurunan yang terjadi, sehingga lansia Perkembangan Suatu Pendekatan
dapat berperan aktif di berbagai kegiatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi
tanpa adanya rasa beban maupun rasa Kelima. Jakarta: Erlangga.
bersalah karena kurangnya pendampingan Skidmore, Rex et al. 1974. Introduction to
dari pihak keluarga. Social Work. United States of
Keberadaan panti werdha sebagai America: Prentice-Hall International,
bentuk dari pelayanan sosial yang Inc.
diberikan kepada lansia. Walaupun sistem Wibhawa, Budhi dkk. 2010. Dasar-Dasar
pelayanan yang diberikan berbeda-beda, Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya
tetapi baik pelayanan di dalam maupun di Padjadjaran.
luar panti mempunyai tujuan yang sama Zastrow, Charles. 2010. Introduction to
untuk meningkatkan keberfungsian lansia Social Work and Social Welfare,
dan mencapai tingkat kesejahteraan lansia 10th Edition Empowering People.
di masa tuanya, sehingga dengan proses Brooks/Cole, Cengage Learning:
penuaan dan keterbatasan yang dialami USA.
oleh lansia maka lansia dapat berfungsi
secara sosial seperti dahulu sebelum Jurnal, Hasil Penelitian, Artikel
memasuki tahap perkembangan akhir di Afrida, Wahyuningsih & Sukamto. 2000.
dalam kehidupan. Dalam jurnal Liza Marini dan Sari
Hayati “Pengaruh Dukungan Sosial
PENUTUP Terhadap Kesepian Pada Lansia di
Melalui perkembangan zaman yang Perkumpulan Lansia Habibi dan
terjadi saat ini, maka keberadaan panti Habibah” diakses pada tanggal 17
werdha sebagai solusi alternatif yang Maret 2014 pukul 11.40
dimanfaatkan oleh pihak keluarga untuk Departemen Sosial RI. 2003. Kebijakan
menempatkan lansia di dalamnya dalam dan Program Pelayanan Sosial
rangka memenuhi kebutuhan hidup baik Lansia di Indonesia. Jakarta.
kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial. Departemen Sosial RI. 1997. Petunjuk
Oleh karena itu, keberadaan panti werdha Pelaksanaan Panti Sosial Tresna
memiliki peran penting bagi kelangsungan Wredha Percontohan. Jakarta.
hidup lansia terutama lansia yang tidak Najjah, Dyah Priyantini. Konsep Home
tinggal bersama anggota keluarga di rumah Pada Panti Sosial Tresna Werdha,
akibat kesibukan dan perubahan nilai serta 2009.
struktur yang ada di dalam keluarga. http://www.who.int/healthinfo/surve
Melalui kehadiran panti werdha maka y/ageingdefnolder/en/index.html
pemenuhan kebutuhan hidup yang Putri, Syahriani Tri. Fungsi Pusat
dibutuhkan oleh lansia dalam rangka Pelayanan Sosial Lansia (PPSLU)
mencapai kesejahteraan hidup dapat Mappakasunggu Kota Pare-Pare
terpenuhi dengan baik, dan lansia dapat Dalam Menangani Lansia Terlantar,
2012 diunduh melalui unhas.ac.id

135
pada tanggal 20 Mei 2014 pukul http://e-
15.34 journal.uajy.ac.id/1070/3/2TA12520.
Sutikno, Ekawati. 2011. Hubungan Fungsi pdf diunduh pada tanggal 21 Maret
Keluarga Dengan Kualitas Hidup 2014 pukul 13.47
Lansia diunduh melalui www.eprints.undip.ac.id diunduh pada
perpustakaan.uns.ac.id pada tanggal tanggal 13 Desember 2014 pukul
9 Juni 2014 pukul 19.05 11:28
The Collage of Social Work. Social work
and social care for older people Sumber Lain
melalui UU No.13 Tahun 1998 tentang
http://www.tcsw.org.uk/standard- Kesejahteraan Lansia
2col-lhm.aspx?id=6442451167 Peraturan Menteri Sosial Republik
diakses pada tanggal 17 April 2014 Indonesia No. 19 Tahun 2012
pukul 16:54 tentang Pedoman Pelayanan Sosial
Lansia
Sumber Elektronik

136
PEMAHAMAN MASYARAKAT MENGENAI GANGGUAN JIWA DAN
KETERBELAKANGAN MENTAL
Nadira Lubis, Hetty Krisnani, Muhammad Fedryansyah.

nadiralubis23@gmail.com

ABSTRAK

Pemahaman masyarakat mengenai gangguan jiwa dan keterbelakangan mental sangat


minim. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai gangguan jiwa dan keterbelakangan
mental menyebabkan penderita kerap kali mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan
dari masyarakat bahkan dari keluarga penderita sendiri. Salah satunya di negara Indonesia,
perlakuan yang di dapatkan oleh penderita gangguan jiwa dan keterbelakangan seperti
diskriminasi, mereka terisolasi, dikucilkan bahkan hingga dipasung, padahal penderita
gangguan jiwa dan cacat mental adalah warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan
hak-hak mereka sebagai warga negara Indonesia dan sebagai seorang manusia yang dapat
mengembangkan diri dan mengasah potensi-potensi yang dimilikinya. Penyakit gangguan
jiwa dan keterbelakangan mental memiliki pemahaman yang berbeda akan tetapi penderita
sering kali mendapatkan perlakuan yang serupa dari masyarakat maupun keluarga penderita.
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang seseorang kapan saja dan
dimana saja dan penyakit ini dapat disembuhkan dengan mendapatkan penanganan yang
tepat, sedangkan cacat mental bukanlah suatu penyakit akan tetapi cacat mental merupakan
suatu keadaan yang telah dialami seseorang dari semenjak dikandungan, akan tetapi bukan
berarti mereka tidak dapat mengembangkan diri sebagai manusia, penanganan sejak dini dan
dengan tepat juga diperlukan oleh penderita cacat mental. Maka dari itu, peran dari
masyarakat sangat dibutuhkan guna untuk membantu penderita dalam bekreasi hingga dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya dengan cara mengetahui bagaimana harus
bersikap kepada mereka dengan tidak memandang penderita sebelah mata. Peran dari seorang
pekerja sosial dalam hal ini dapat membantu masyarakat dan keluarga penderita gangguan
jiwa atau cacat mental sebagai educator, motivator dan sebagai konselor.

Kata Kunci : Gangguan Jiwa, Keterbelakangan Mental, Cacat Mental, Pekerja Sosial

PENDAHULUAN
Gangguan jiwa menurut Depkes RI parah. Sedangkan manusia dengan
(2000) adalah suatu perubahan pada fungsi keterbelakangan mental yang berbeda
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan dengan penyakit mental atau yang sering
pada fungsi jiwa, yang menimbulkan disebut dengan gangguan jiwa juga kerap
penderitaan pada individu dan atau kali mendapatkan perlakuan yang serupa.
hambatan dalam melaksanakan peran Masalah gangguan jiwa yang
sosial. Terdapat bermacam-macam menyebabkan menurunnya kesehatan
gangguan jiwa dengan penderita yang mental ini ternyata terjadi hampir di
kerap kali dikucilkan, mendapat perlakuan seluruh negara di dunia. WHO (World
diskriminasi, di isolasi bahkan hingga di Health Organization) yaitu suatu badan
pasung. Padahal perlakuan-perlakuan dunia PBB yang menangani masalah
tersebut tidak akan membantu penderita kesehatan dunia, memandang serius
sama sekali bahkan dapat menjadi lebih masalah kesehatan mental dengan

137
menjadikan isu global WHO. WHO lainnya. Wartawan Majalah Time, Andrea
mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa Star Reese, pernah sempat mengunjungi
seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsi, Indonesia dan menemukan orang di daerah
keterbelakangan mental dan pelosok Indonesia lebih memilih
ketergantungan alkohol sebagai isu yang memasung anggota keluarganya yang
perlu mendapatkan perhatian lebih serius mengidap penyakit mental seperti
lagi. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar Skizofrenia ketimbang membawanya ke
(Riskesda) Indonesia 2007 menunjukkan rumah sakit. Kendala umum bagi
bahwa: masyarakat Indonesia sehingga memilih
memasung anggota keluarganya karena
“Penderita gangguan jiwa berat masalah akses ke perawatan; biaya
(psikosis) di Indonesia adalah 0.46 pengobatan mahal dan kurangnya
persen atau sejuta orang. Dari total penyebarluasan informasi dasar.
populasi risiko 1,093,150 hanya 3.5 Penderita gangguan kejiwaan atau
persen atau 38,260 yang baru mental masih dianggap sebagai hal yang
terlayani di rumah sakit jiwa, rumah memalukan atau sebuah aib bagi keluarga
sakit umum, atau pusat kesehatan atau kerabat yang salah satu anggota
masyarakat dengan fasilitas keluarga mengalami gangguan kesehatan
memadai. Hal ini menunjukan tidak mental atau kejiwaan. Masyarakat
semua penderita mendapatkan hak- Indonesia beranggapan bahwa gangguan
hak mereka sebagai seorang manusia kesehatan mental atau kejiwaan tidak
dan warga negara di Indonesia. dapat disembuhkan sehingga bagi
Penderita gangguan kejiwaan atau penderitanya layak dikucilkan. Minimnya
mental masih dianggap sebagai hal pengetahuan tentang gangguan kesehatan
yang memalukan atau sebuah aib mental atau kejiwaan, membuat
bagi keluarga atau kerabat yang masyarakat Indonesia memberikan
salah satu anggota keluarga penilaian bahwa penderita gangguan
mengalami gangguan kesehatan kesehatan mental atau kejiawaan berbeda
mental atau kejiwaan. Masyarakat dengan para penderita sakit fisik yang
Indonesia beranggapan bahwa dapat disembuhkan maupun sulit
gangguan kesehatan mental atau disembuhkan. Sehingga labelling penderita
kejiwaan tidak dapat disembuhkan gangguan kesehatan mental atau kejiwaan
sehingga bagi penderitanya layak adalah ‘orang aneh’.
dikucilkan”. Dengan memberikan pengetahuan
mengenai kesehatan mental atau kejiwaan
Penderita gangguan jiwa dan (termasuk psikososial) kepada masyarakat
keterbelakangan mental sangatlah berbeda. maka secara bertahap stigma ‘orang aneh
Gangguan jiwa disebabkan karena banyak yang harus dikucilkan’ akan sedikit demi
hal salah satunya yang banyak terjadi di sedikit berkurang, dan bagi keluarga yang
Indonesia karena pengalaman kehidupan anggotanya memiliki gangguan kesehatan
yang di alami penderita sehingga mental atau kejiwaan akan langsung
mengganggu pikiran serta jiwa mereka, memberikan pengobatan di tempat yang
sedangkan pada penyandang sesuai, selain itu dengan terbukanya
keterbelakngan mental disebabkan karena pikiran masyarakat maka secara berkala
rendahnya IQ yang membuat sikap dan profesi pekerja sosial dalam bidang medis
perilaku mereka berbeda dengan manusia khususnya akan ikut terangkat.
normal lainnya. Penderita gangguan jiwa
dan keterbelakangan mental adalah warga PEMBAHASAN
negara Indonesia dan memiliki hak-hak Sebab-Sebab Gangguan Jiwa dan Cacat
sama seperti warga negara Indonesia Mental

138
samping mempengaruhi pertumbuhan dan
Menurut Sigmund Freud dalam perkembangan kepribadian seseorang
Santrock (1999) adanya gangguan tugas misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan
perkembangan pada masa anak terutama yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
dalam hal berhubungan dengan orang lain Pada keterbelakangan mental
sering menyebabkan frustasi, konflik, dan memiliki bermacam-macam penyebab
perasaan takut, respon orang tua yang mal seperti karena keturunan atau gen dari
adaptif pada anak akan meningkatkan orang tua, pola makan sang Ibu pada masa
stress, sedangkan frustasi dan rasa tidak kehamilan, pola hidup sang ibu ketika
percaya yang berlangsung terus-menerus masa kehamilan dan umur ibu pada masa
dapat menyebabkan regresi dan withdral. kehamilan juga dapat menjadi penyebab
Disamping hal tersebut di atas banyak anak terlahir dengan cacat mental. Walau
faktor yang mendukung timbulnya penyebab antara penyakit mental dan
gangguan jiwa yang merupakan perpaduan keterbelakangan mental berbeda akan
dari beberapa aspek yang saling tetapi perlakuan masyarakat yang mereka
mendukung yang meliputi Biologis, terima kerap kali serupa.
psikologis, sosial, lingkungan. Tidak
seperti pada penyakit jasmaniah, sebab- Macam-macam Gangguan Jiwa dan
sebab gangguan jiwa adalah kompleks. Keterbelakangan Mental
Pada seseorang dapat terjadi
penyebab satu atau beberapa faktor dan Terdapat macam-macam gangguan
biasanya jarang berdiri sendiri. jiwa yang dimiliki oleh beberapa penderita
Mengetahui sebab-sebab gangguan jiwa di dunia, menurut Rusdi (1998) adapaun
penting untuk mencegah dan macam-macam dari gangguan jiwa, yaitu:
mengobatinya. Umumnya sebab-sebab
gangguan jiwa menurut Santrock (1999) “Gangguan jiwa organik dan
dibedakan atas jasmaniah/biologic seperti simtomatik, skizofrenia, gangguan
halnya, keturunan, jasmaniah seperti skizotipal dan gangguan waham,
kegemukan yang cenderung menderita gangguan suasana perasaan,
psikosa manik depresi dan dapat pula gangguan neurotik, gangguan
menjadi skizofernia, tempramen karena somatoform, sindrom perilaku
orang yang terlalu peka/ sensitif, penyakit yang berhubungan dengan
dan cedera tubuh. gangguan fisiologis dan faktor
Selain karena jasmaniah/biologic, fisik, Gangguan kepribadian dan
gangguan jiwa dapat pula terjadi karena perilaku masa dewasa, retardasi
psikologik seperti pengalaman frustasi, mental, gangguan perkembangan
kegagalan dan keberhasilan yang dialami psikologis, gangguan perilaku dan
akan mewarnai sikap, kebiasaan dan emosional dengan onset masa
sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang kanak dan remaja (Rusdi, 1998)”.
manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada
keadaan tertentu dapat mendukung
terjadinya gangguan jiwa. Walau Retardasi mental termasuk
Gangguan jiwa dapat pula terjadi dalam macam-macam dari gangguan jiwa,
karena Sosio Kultural yaitu, kebudayaan akan tetapi pada kenyataannya mereka
secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang memiliki keterbelakangan mental
yang dapat dilihat maupun yang tidak memiliki perbedaan dari mereka yang
terlihat. Faktor budaya bukan merupakan memiliki gangguan jiwa. Keterbelakangan
penyebab langsung menimbulkan mental atau cacat mental bukanlah suatu
gangguan jiwa, biasanya terbatas penyakit sehingga keadaan tersebut tidak
menentukan “warna” gejala-gejala. Di dapat dicegah, sedangkan gangguan jiwa

139
seperti skizofrenia, gangguan skizotipal pekerjaan namun tidak dapat menguasai
dan gangguan waham, gangguan suasana kemampuan akademik seperti; membaca,
perasaan, dsb, dapat disembuhkan melalui menulis, dan berhitung. Akan tetapi
pengobatan medis. Macam-macam mereka masih dapat bepergian di
gangguan jiwa juga memiliki penyebab lingkungan yang sudah dikenalnya.
yang berbeda, mereka yang memiliki Kelompok anak cacat mental berat
gangguan jiwa dapat disembuhkan dengan disebut juga idiot. Kelompok ini dapat
penanganan yang tepat. dibedakan lagi antara anak cacat mental
berat dan sangat berat. Cacat mental berat
Macam-Macam Keterbelakangan Mental (severe) memiliki IQ antara 32-20menurut
Pada keterbelakangan mental atau skala Binet dan antara 39-25 menurut
cacat mental (Mental Retardation) sendiri Skala Wechsler (WISC) Anak cacat
memiliki macam-macam jenis. mental sangat berat (profound) memiliki
Pengelompokan pada umumnya IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan
berdasarkan pada taraf intelegensinya, IQ dibawah 24 menurut skala Wechsler
yang terdiri dari terbelakang ringan, (WISC). Anak cacat mental berat
sedang dan berat. Pengelompokan seperti memerlukan bantuan perawatan secara
ini sebenarnya bersifat artificial karena total dalam hal berpakaian, mandi, makan,
ketiga kelompok di atas tidak dibatasi oleh dll. Hampir semua anak cacat mental berat
garis demargasi yang tajam. Gradasi dari dan sangat berat menyandang cacat ganda.
satu level ke level berikutnya bersifat Umpamanya sebagai tambahan cacat
kontinyu. Kemampuan inteligensi anak mental tersebut si anak lumpuh (karena
cacat mental kebanyakan diukur dengan cacat otak) , tuli atau cacat lainnya.
tes Stanford Binet dan Skala Weschler
(WISC), yaitu, Cacat mental ringan Fenomena Di Indonesia
disebut juga debil. Kelompok ini memiliki Gangguan jiwa dapat mengenai
IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
menurut Skala Weschler (WISC) memiliki agama, maupun status sosial-ekonomi.
IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh
membaca, menulis, dan berhitung kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak
sederhana. Namun pada umumnya anak beredar kepercayaan atau mitos yang salah
cacat mental ringan tidak mampu mengenai gangguan jiwa, ada yang
melakukan penyesuaian social secara percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan
independen dan anak ini tidak mengalami oleh gangguan roh jahat, ada yang
gangguan fisik. Mereka secara fisik menuduh bahwa itu akibat guna-guna,
tampak seperti anak normal pada karena kutukan atau hukuman atas
umumnya. Oleh karena itu agak sukar dosanya. Kepercayaan yang salah ini
membedakan secara fisik antara anak cacat hanya akan merugikan penderita dan
mental dengan anak normal. keluarganya karena pengidap gangguan
Anak cacat mental sedang disebut jiwa tidak mendapat pengobatan secara
juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ cepat dan tepat.
51-36 berdasarkan skala Binet sedangkan Orang dengan keterbelakangan
menurut Skala Wsechler memiliki IQ 54- mental atau cacat mental berbeda
40. Anak cacat mental sedang masih penanganan dengan mereka yang mederita
memperoleh kecakapan komunikasi sakit mental. Cacat mental bukanlah suatu
selama masa anak usia dini. Walaupun penyakit, mereka adalah suatu keadaan
agak lambat. Anak dapat mengurus atau yang tidak dapat dicegah. Akan tetapi
merawat diri sendiri dengan pelatihan yang mereka dapat belajar sehingga mampu
intensif. Mereka dapat memperoleh untuk menjalankan hidup. Pembelajaran
manfaat latihan kecakapan sosial dan yang mereka dapat perlu dilakukan secara

140
terus-menerus dan berkelanjutan. Orang kurangnya motivasi akan menghambat
dengan gangguan jiwa dan perkembangan mereka dan menimbulkan
keterbelakangan mental kerap kali ketergantungan. Pemasungan, diskriminasi
mendapatka perlakuan yang sama dan dan isolasi terjadi disebabkan kurangnya
dianggap sebagi sebuah musibah atau pengetahuan dan informasi tentang apa itu
bencana. Hal ini terjadi dikarenakan penyakit mental dan keterbelakangan
kurangnya pemahaman dari masyarakat mental?. Di negara Indonesia terutama
sendiri mengenai gangguan jiwa dan cacat adalah negara yang masih ditemukan kasus
mental. pemasungan terhadap anak dengan
Di zaman ponsel pintar seperti penyakit mental atau cacat mental yang di
sekarang, realitanya masih banyak lakukan oleh keluarga mereka sendiri
masyarakat Indonesia yang masih awam dengan diperlakukan seperti bukan seorang
tentang gangguan jiwa dan cacat mental. manusia.
Masih lebih banyak orang yang Model kesehatan di dunia barat
mengabaikan pentingnya menimbang, memandang gangguan jiwa sebagai suatu
mengupayakan dan mempertahankan hal yang harus disembuhkan. Sehingga
kesehatan jiwa dan mental dibandingkan pelayanan kesehatan jiwa cenderung
dengan kesehatan fisik. Sebagian anggota berorientasi hanya pada gangguan jiwa
masyarakat baru akan memperhatikan yang menimpa orang tersebut dan sering
masalah kesehatan jiwa dan mental, hanya mengabaikan aspek-aspek yang berkaitan
disaat mereka dihadapkan pada gangguan dengan kehidupan dan kesejahteraan
kesehatan mental dan jiwa. kliennya. Maka dari itu, di dunia barat
Kurangnya kesadaran dan mereka yang mengidap penyakit mental
pengetahuan masyarakat tentang orang memiliki penanganan khusus tanpa
dengan penyakit mental dan mengisolasi penderita atau bahkan hingga
keterbelakangan mental menimbulkan memasung seperti yang banyak terjadi di
perlakuan dan sikap yang salah terhadap daerah-daerah yang terdapat di Indonesia.
orang yang memiliki penyakit mental dan Berbeda dengan negara barat, masyarakat
keterbelakangan mental. Persepsi Indonesia masih belum terlalu peduli
masyarakat terhadap kesehatan mental terhadap penanganan dan perawatan
berbeda di setiap kebudayaan. Dalam suatu penderita penyakit mental dan
budaya tertentu, orang-orang secara keterbelakangan mental seperti di beberapa
sukarela mencari bantuan dari para daerah di Indonesia (Sumber:
profesional untuk menangani gangguan rsjlawang.com).
jiwanya. Sebaliknya dalam kebudayaan Beberapa kasus di Indonesia
yang lain, gangguan jiwa cenderung terutama di daerah-daerah terpencil kerap
diabaikan sehingga penanganan akan kali ditemukan kasus pemasungan atau
menjadi jelek, atau di sisi lain masyarakat kurungan terhadap mereka yang menderita
kurang antusias dalam mendapatkan penyakit mental atau keterbelakangan
bantuan untuk mengatasi gangguan mental. Mereka mendapatkan perlakuan
jiwanya. Bahkan gangguan jiwa dianggap yang tidak menyenangkan karena perilaku
memalukan atau membawa aib bagi mereka dianggap aib atau mengganggu
keluarga. Hal kedua inilah yang biasanya ketenangan masyarakat setempat sehingga
terjadi dikalangan masyarakat saat ini hak asasi manusia mereka direnggut
(http://health.kompas.com/). karena pemasungan atau kurungan
Pengetahuan mengenai penyakit tersebut. Pemasungan dan kurungan
mental dan keterbelakangan mental harus merupakan salah satu tindakan yang
kita pahami, karena apabila kita acuh melanggar hak asasi manusia, walau
terhadap informasi dan pengetahuan ini bagaimanapun mereka memiliki hak untuk
mereka tidak dapat berkembang karena dapat hidup dengan layak seperti layaknya

141
orang normal. Perilaku tidak oleh seorang praktisi kesehatan mental
menyenangkan ini seperti yang telah disetujui (sebelumnya seorang pekerja
disebutkan terjadi karena minimnya sosialah yang disetujui terlebih dahulu). Di
pengetahuan dan informasi bagaimana cara masing-masing level dari pemasungan,
berkomunikasi terhadap penderita penyakit isolasi dan diskriminasi memiliki isu
mental dan keterbelakangan mental. perkembangan koresponden yang
Pemicu dan faktor resiko sakit jiwa merefleksikan fungsi sosial. Bagian
bisa disebabkan karena stressor yang selanjutnya yang mendiskusikan tantangan
berlebihan dan tidak bisa ditangani dengan yang dihadapi oleh individu-individu pada
baik, contoh mudahnya adalah tertimpa berbagai macam level yang menekankan
musibah, mengidap penyakit maupun orang dengan disabilitas mental. Oleh
faktor sosial lainnya. Pemerintah juga karena itu, keadaan lingkungan sosial
membantu untuk pengobatan dan haruslah mendukung perkembangan pada
perawatan penderita gangguan sakit jiwa orang pengidap penyakit mental dan
ini. Kementerian Kesehatan mendorong keterbelakangan mental. Lingkungan
pemerintah daerah untuk meningkatkan sosial sangat berperan terhadap aktifitas
fasilitas kesehatan jiwa. Rumah sakit jiwa sehari-hari yang di jalani oleh penderita,
di Indonesia yang dimiliki pemerintah melalui lingkungan sosial mereka dapat
hanya 33 buah. Sedangkan rumah sakit hidup selayaknya orang normal.
jiwa atau klinik-klinik penderita gangguan Pentingnya pendidikan yang baik
jiwa yang dikelola swasta berjumlah untuk anak penyakit mental dan anak
sekitar 40-an. Jumlah ini dirasa masih dengan keterbelakangan mental, karena
sangat kurang karena penderita gangguan perkembangan pada mereka memerlukan
jiwa di Indonesia masih cukup banyak. perhatian yang khusus. Walau anak dengan
Ada sedikit perbedaan antara sakit jiwa keterbelakangan mental memiliki IQ di
dan gangguan jiwa. Bila gangguan jiwa bawah rata-rata, akan tetapi buka berarti
adalah gangguan pikiran, perasaan atau mereka tidak memiliki potensi dalam
tingkah laku sehingga menimbulkan dirinya. karena anak penderita down
penderitaan dan terganggunya fungsi syndrome juga dapat mengukir prestasi
kehidupan sehari-hari. Sedangkan sakit yang dapat meraih penghargaan dari
jiwa lebih dominan dan menjurus pada kejuaraan-kejuaraan salah satunya adalah
gangguan jiwa berat yang memerlukan Stephanie Handojo (21) yang telah tampil
pengobatan dan perawatan khusus pula. sebagai peraih emas cabang renang di
World Special Olympics di Athena,
Pentingnya Significant Others Yunani, pada Juli 2011 (Republika,
Kelemahan yang dimiliki anak- 2012:04). Sama halnya dengan
anak penyandang cacat mental dan pengidap keterbelakangan mental,
penyakit mental menyebabkan mereka penderita penyakit mental pun memiliki
membutuhkan bantuan yang lebih banyak potensi-potenti yang dapat dikembangkan
dan intensif dari orang-orang sekitar dalam apabila didukung oleh keluarga,
menjalani kehidupannya. Masalah utama masyarakat atau lingkungan sosial mereka.
bagi perkembangan anak penyandang Penderita gangguan jiwa tidak
cacat mental adalah ketidakmampuan mungkin mampu mengatasi masalah
mereka dalam mempelajari situasi yang kejiwaanya sendiri. Individu tersebut
terjadi di sekitar mereka. Oleh karena itu, membutuhkan peran orang lain di
Seseorang dengan gangguan mental sekitarnya, khususnya keluarganya. Peran
dengan segera membutuhkan perawatan keluarga dalam kesembuhan dan
atau kontrol, seseorang tersebut haruslah di kekambuhan penderita gangguan jiwa
bawa ke tempat yang aman. Orang harus sangat penting, karena keluargalah orang
diperiksa oleh dokter dan diwawancarai yang paling dekat dengan penderita

142
gangguan jiwa.Pencegahan kekambuhan Mereka dengan penderita gangguan
atau mempertahankan penderita gangguan mental dan keterbelakangan mental adalah
jiwa di lingkungan keluarga dapat manusia yang berhak mendapatkan hak
terlaksana dengan persiapan pulang yang untuk hidup dengan layak seperti manusia
adekuat serta mobilisasi fasilitas pelayanan normal pada umumnya. Pendidikan,
kesehatan yang ada di masyarakat perawatan, sosialisasi dengan lingkungan
khususnya peran serta keluarga. sekitar juga berhak mereka dapatkan
Tersedianya berbagai macam sebagai seorang manusia, akan tetapi
treatment dan terapi seharusnya dapat karena minimnya pengetahuan dan
menjadi solusi atau jawaban bagi informasi pada masyarakan mengenai
masyarakat yang mempertanyakan dan penyakit mental dan keterbelakangan
meragukan akan kesembuhan bagi para mentalah yang merenggut hak-hak asasi
penderita gangguan kesehatan mental atau mereka sebagai manusia dan warga negara
kejiwaan. Banyak terapi pada zaman Indonesia.
sekarang yang banyak di lakukan untuk Maka dari itu, pengetahuan dan
menyembuhkan orang dengan penyakit informasi mengenai penyakit mental dan
mental untuk orang dengan keterbelakangan mental sangat penting di
keterbelakangan mental pendidikan ketahui dan di pahami oleh seluruh
menjadi kunci utama mereka untuk masyarakat khususnya masyarakat
berkembang dan menggali potensinya. Indonesia. Perhatian yang khusus dan
Pengetahuan dan informasi perawatan terhadap mereka dapat
mengenai penyakit mental dan membuat mereka mampu mengembangkan
keterbelakangan mental harus diketahui potensi-potensi yang mereka miliki bahkan
oleh seluruh masyarakat Indonesia agar tidak jarang diantara mereka yang dapat
tidak kembali lagi terjadi perilaku-perilaku berprestasi hingga membanggakan
yang melanggar hak asasi manusia pada keluarga, masyarakat dan bangsa
penderita. Mulai dari penyebab mereka Indonesia.
menderita gangguan jiwa atau Dengan bertambahnya pengetahuan
keterbelakangan mental, cara dan informasi mengenai penderita penyakit
berkomunikasi dengan mereka hingga mental dan gangguan mental diharapkan
mengetahui perawatan yang tepat untuk dapat menambahkan rasa kepedulian
mereka agar dapat sembuh atau dapat masyarakat Indonesia terhadap hak-hak
mengembangkan potensi yang dimilikinya. mereka sebagai penderita. Motivasi adalah
keadaan psikologis yang merangsang dan
PENUTUP memberi arah terhadap aktivitas manusia.
Manusia dengan Gangguan mental Dialah kekuatan yang menggerakkan dan
dan keterbelakangan mental bukanlah mendorong aktivitas seseorang. Motivasi
suatu kutukan dan hal yang menakutkan menjadi salah satu kunci sebagai alat
akan tetapi, perilaku dan tindakan mereka penyembuhan terhadap mereka yang
kerap kali melanggar nilai dan norma yang menderita gangguan jiwa.
berlaku di masyarakat sehingga mereka
tidak jarang mendapatkan perlakuan yang
tidak menyenangkan hingga melanggar DAFTAR RUJUKAN
hak asasi manusia. Di Indonesia sendiri Wibhawa,Budhi,dkk. 2010. Dasar-dasar
banyak kasus ditemukan yang Pekerjaan Sosial. Bandung. Widya
memprihatinkan seperti kasus pemasungan Padjadjaran
dan pengurungan terhadap mereka yang Koplan, Tony. 2009. Children and
menderita gangguan mental atau cacat Adolescent with Mental Helath
mental. Problems. The Royal College of
Psychiatrists: London.

143
Maslim, Rusdi. 1998. Buku Saku
Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta
Semrud-Clikeman, Margaret. 2007. Social
Competence in Children. Springer
Science+Business Media, LCC:
USA.
Prinz, Ronald J. (1991). “Advances in
Behavioral Assessment of Children
and Families”. Volume 5. London:
Jessica Kingsley Publishers.
Hendriani, Wiwin, dkk. (2006).
“Penerimaan Keluarga terhadap
Individu yang Mengalami
Keterbelakangan Mental”. INSAN
Vol. 8 No.2 Agustus 2006.
Republika. 2012. Penderita Down
Syndrome Mengukir Prestasi.
Undang-Undang Republik Indonesia
Tentang Kesehatan Jiwa No.3 Tahun
1996
www.terapicalistung.com. Anak
Keterbelakangan Mental. Diunduh
Pada Tanggal 16 September 2014.
Pukul: 07.44 WIB.
Faperta.ugm.ac.id. Kesehatan Jiwa.
Diunduh Pada Tanggal 22 Oktober
2014. Pukul: 20.46 WIB.
Psikologi.ug.ac.id. Aksi Hari Kesehatan
Jiwa Sedunia. Diunduh Pada
Tanggal 30 Oktober 2014
Pukul17.05 WIB.
http://health.kompas.com. Gangguan Jiwa
Masih Diabaikan. Diunduh Pada
Tanggal 13 Desember 2014 Pukul
17.14 WIB
rsjlawang.com. Pengaruh Kebudayaan
Terhadap Pemahaman dan Pelayanan
Masyarakat. Diunduh Pada Tanggal
13 Desember 2014 Pukul 16.50 WIB

144
PEKERJAAN SOSIAL SEKOLAH DAN COPING BEHAVIOR SISWA SMA
DALAM MENGHADAPI LINGKUNGAN SOSIAL DI SEKOLAH
Oleh
Rizkia Annisa Frabandani1, Agus Wahyudi Riana, Santoso Tri Rahajo

ABSTRAK
Coping behavior atau penyesuaian diri yang dilakukan siswa SMA dalam menghadapi lingkungan
sosial di sekolah adalah topik yang akan digambarkan dalam pembahasan ini. Dari tujuan tersebut
maka fenomena yang menjadi latar belakang akan dibahas secara deskriptif.
Untuk seorang remaja yang bersekolah, sekolah merupakan lingkungan yang hampir setiap
hari dihadapi oleh remaja selain lingkungan rumah dan keluarganya. Sebagaimana halnya keluarga,
sekolah sebagai lembaga pendidikan juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat disamping mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada para siswa. Pada
dasarnya setiap siswa yang masuk ke sekolah berasal dari beragam latar belakang, maka dari itu
dibutuhkanlah penyesuaian diri untuk menghadapi lingkungan sekolah. Sekolah tentunya
diharapkan memberikan pengaruh positif dalam perkembangan jiwa remaja agar mereka dapat
berfungsi secara sosial, namun pada kenyataannya jika penyesuaian diri yang dilakukan siswa tidak
sesuai dengan harapan, tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh negatif juga dapat muncul pada diri
siswa yang terbukti dengan adanya fenomena perilaku menyimpang pada siswa seperti tawuran
antar siswa, seks bebas dan penggunaan obat-obatan terlarang dikalangan siswa.
Penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial sekolah baik dengan Problem Focused Coping
(PFC) ataupun Emotion Focused Coping (EFC) tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi
siswa, baik itu faktor jenis kelamin, kepribadian, tingkat pendidikan, situasi sosial ekonomi dan
sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkanlah dukungan sosial yang mendorong siswa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di sekolahnya agar mereka tetap bisa bersekolah.
Kata-kata kunci (Key words): Coping behavior, Penyesuaian diri, Remaja, Kenakalan remaja

145
Pramadi (dalam Wardani , 2009)
PENDAHULUAN mengatakan bahwa penyesuaian diri atau
Pada saat sekarang ini berbagai kasus coping behavior secara bebas diartikan
kenakalan remaja terjadi dimana-mana. Telah sebagai suatu perilaku untuk menghadapi
tercatat berbagai kasus kenakalan remaja atau masalah, tekanan, atau tantangan, selain itu
perilaku menyimpang dari remaja. Kapolda merupakan respon perilaku yang bersifat
Metro Jaya Irjen Putut Bayu Ajiseno perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan
mengatakan bahwa terjadi peningkatan yang sifatnya dinamis. Perilaku coping juga
kenakalan remaja sebanyak 11 kasus atau diartikan sebagai tingkah laku ketika individu
36.66% di tahun 2012. Total kasus kenakalan melakukan interaksi dengan lingkungan
remaja yang terjadi selama 2012 mencapai 41 sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan
kasus, sementara pada tahun 2011 hanya 30 tugas atau masalah. Chaplin (dalam Wardani,
kasus (http://news.detik.com). Situs Badan 2009).
Kependudukan dan Keluarga Berencana Seperti yang telah diketahui bahwa
Nasional (BKKBN) memberitakan bahwa masa remaja adalah masa ketika
dari 2.4 juta kasus aborsi, 700.000 hingga permasalahan kerap muncul pada diri
800.000 pelakunya adalah remaja. Penelitian seseorang. Sebagaimana dinyatakan Erickson
yang dilakukan oleh Badan Narkotika (dalam Santrock, 2003) bahwa masa remaja
Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia merupakan masa krisis identitas dan
(UI) juga menemukan bahwa jumlah pencarian jati diri. Ketidaksiapan diri seorang
pengguna narkoba sebesar 1.5% dari populasi remaja dalam menghadapi berbagai situasi
remaja Indonesia yang mencapai 30% dari yang ada disekelilingnya adalah penyebab
jumlah penduduk indonesia atau 3.2 juta timbulnya masalah pada remaja. Ketika
orang (http://ntb.bkkbn.go.id). seorang remaja tidak siap menghadapi
Adanya kondisi tersebut tidak terlepas persoalan dalam hidup tentunya akan
dari pola penyesuaian diri pada remaja yang memberikan pengaruh negatif bagi dirinya
melatarbelakanginya. Carballo (dalam maupun lingkungan sekitarnya.
Sarwono, 2002) juga menyampaikan bahwa Berkaitan dengan klasifikasi usia
masa remaja merupakan masa yang remaja, terdapat beberapa pendapat yang
memerlukan penyesuaian diri, yaitu: mengemukakan hal tersebut, seperti menurut
1. Menerima dan mengintegrasi Hurlock (1968) remaja adalah mereka yang
pertumbuhan badannya dalam berada pada usia 13-17 tahun. Monk, dkk
kepribadiannya. (2000) memberi batasan usia remaja pada 12-
2. Menentukan peran dan fungsi seksualnya 23 tahun, begitu pula menurut Stanley Hall
yang sesuai dengan kebudayaan dimana ia (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada
berada. pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan
3. Mencapai kedewasaan dengan batasan-batasan para ahli tersebut maka usia
kemandirian, kepercayaan diri dan siswa sekolah menengah atas (SMA) yang
kemampuan untuk menghadapi rata-rata berumur 15-18 tahun termasuk
kehidupan. dalam klasifikasi usia remaja.
4. Mencapai posisi yang diterima oleh
masyarakat. PEMBAHASAN
5. Mengembangkan hati nurani, tanggung Remaja yang merupakan bagian dari
jawab, moralitas, dan nilai-nilai yang masyarakat yang begitu mudah menerima
sesuai dengan lingkungan dan perubahan baik positif maupun negatif. Bagi
kebudayaannya. remaja yang belum siap menerima perubahan
6. Memecahkan problem-problem nyata yang ada di sekitar maka ketidaksesuaian
daam pengalaman sendiri dan dalam perilaku dengan norma-norma yang ada dapat
kaitannya dengan lingkungan. saja terjadi. Dalam kondisi tersebut peran
orang tua dan teman-teman sebaya

146
mempunyai andil besar dalam pembentukan perilaku menyimpang pada siswa seperti
karakter dan perilakunya. tawuran antar siswa, seks bebas dan
penggunaan obat-obatan terlarang dikalangan
Kuatnya pengaruh teman sebaya siswa.
sering kali dituduh sebagai penyebab dari Dari penjelasan tersebut dapat
tingkah laku remaja yang buruk, namun diartikan bahwa segala sesuatu yang
berbagai penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh seseorang itu tergantung pada
dilakukan Salikhah (1999) mengenai gejala penyesuaikan diri yang dilakukan, baik itu
perkelahian antar remaja (dalam Sarwono, penyesuaian diri yang berupa adaptasi, yaitu
2000) dan penelitian mengenai remaja dan mengubah tingkah laku agar sesuai dengan
perilaku seksualnya (Sarwono, 1985) lingkungannya, atau bahkan adjustment yang
membuktikan bahwa pada hakikatnya faktor berarti mengubah lingkungan agar menjadi
terakhir yang menentukan bagaimana sesuai dengan perilakunya (Sarwono, 1992).
tindakan atau perilaku seorang remaja adalah Untuk remaja yang bersekolah dalam hal ini
diri remaja itu sendiri. Seperti halnya adalah siswa, coping behavior yang melekat
kebiasaan merokok pada remaja yang pada diri mereka tentunya dipengaruhi oleh
dikemukakan Fisher (dalam Sarwono, 1985) berbagai macam setting baik itu keluarga,
bahwa yang selama ini dianggap pengaruh sekolah, teman sebaya maupun lingkungan
teman dan iklan sebagai penyebabnya, sekitar dan juga memengaruhi keberfungsian
ternyata hal tersebut hanya dapat dikatakan sosialnya.
benar sejauh remaja itu sendiri memang sudah Keberfungsian sosial mengacu pada
perokok atau memang berkeinginan menjadi cara yang dilakukan individu-individu atau
seorang perokok. Remaja yang tidak kelompok dalam melaksanakan tugas
menginginkanya atau tidak pernah menjadi kehidupan dan memenuhi kebutuhannya
perokok tetap saja tidak akan terpengaruh, (Siporin, 1975:17). Pendapat ini sejalan
maka artinya segala sesuatu yang akan dengan Baker, Dubois dan Miley (dalam
dilakukan seseorang tentu akan berpulang Suharto, 2002) yang juga menyatakan bahwa
pada pribadi mereka masing-masing. keberfungsian sosial berkaitan dengan
Dalam kaitannya pada seorang remaja pemenuhan tanggungjawab seseorang
yang bersekolah, sekolah merupakan terhadap masyarakat secara umum, terhadap
lingkungan yang hampir setiap hari dihadapi lingkungan terdekat dan terhadap dirinya
oleh remaja selain lingkungan rumah dan sendiri. Jika siswa dapat menggunakan
keluarganya. Sebagaimana halnya keluarga, perilaku coping dengan bentuk yang baik
sekolah sebagai lembaga pendidikan juga maka ia dapat menyesuaikan diri dengan
mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma lingkungan sosialnya dengan baik pula begitu
yang berlaku dalam masyarakat disamping pun keberfungsian sosialnya baik fisik,
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan mental mapun hubungan sosialnya.
kepada para siswa. Pada dasarnya setiap siswa Coping Behavior Siswa SMA Dalam
yang masuk ke sekolah berasal dari beragam Menghadapi Lingkungan Sosial Di Sekolah
latar belakang, maka dari itu dibutuhkanlah Berdasarkan pada pertanyaan
penyesuaian diri untuk menghadapi penelitian yang telah disampaikan
lingkungan sekolah. Sekolah tentunya sebelumnya yaitu untuk menggambarkan
diharapkan memberikan pengaruh positif coping behavior atau penyesuaian diri yang
dalam perkembangan jiwa remaja agar dilakukan siswa SMA dalam menghadapi
mereka dapat berfungsi secara sosial, namun lingkungan sosial di sekolah serta penanganan
pada kenyataannya jika penyesuaian diri yang yang dilakukan pekerja sosial sekolah dalam
dilakukan siswa tidak sesuai dengan harapan, menyelesaikan masalah penyesuaian diri
tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh siswa, maka terpilihlah beberapa kategori
negatif juga dapat muncul pada diri siswa yang terdapat dihampir semua semua sekolah
yang terbukti dengan adanya fenomena sebagai kasus yang diteliti, diantaranya:

147
kategori berdasarkan jenis kelamin, kategori coping hanya jika konflik yang dihadapi
siswa yang berlatarbelakang ekonomi rendah individu tersebut sudah melampaui
dan berkecukupan untuk mewakili situasi kemampuan individu tersebut dalam
sosial ekonomi, siswa yang dekat atau akrab menghadapi permasalahan.
dengan guru dan yang sebaliknya, serta siswa Coping behavior pada dasarnya
yang memiliki kepribadian reaktif dan bertujuan untuk mengurangi kondisi yang
proaktif. tidak sejalan dengan yang diharapkan seorang
Anggapan dasar atau pernyataan individu. Maka individu menyesuaikan diri
sementara dari peneliti terkait dengan dengan berbagai peristiwa atau kenyataan
fenomena yang adalah siswa dapat melakukan yang tidak diharapkan tersebut dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial mempertahankan keseimbangan emosi serta
sekolah baik dengan Problem Focused Coping self image positive dalam dirinya agar ia
(PFC) ataupun Emotion Focused Coping kembali berfungsi secara sosial dan
(EFC) tergantung pada faktor-faktor yang memperoleh kesejahteraan.
mempengaruhi siswa, baik itu faktor jenis Berdasarkan pada perjelasan dari
kelamin, kepribadian, tingkat pendidikan, beberapa ahli tersebut dapat dipahami bahwa
situasi sosial ekonomi dan sebagainya. perlaku coping behavior atau penyesuaian diri
Pramadi (dalam Wardani, 2009) akan berjalan beriringan dengan permasalahan
mengatakan bahwa penyesuaian diri atau yang dihadapi seseorang. Dalam kaitannya
coping behavior secara bebas diartikan dengan remaja yang merupakan siswa SMA
sebagai suatu perilaku untuk menghadapi yang dihadapkan dengan adanya perbedaan
masalah, tekanan, atau tantangan, selain itu kelas sosial dilingkungan sekolahnya dan
merupakan respon perilaku yang bersifat munculnya berbagai tuntutan baik dalam
perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan dirinya maupun terhadap lingkungannya
yang sifatnya dinamis. Perilaku coping juga sebagai dampaknya, coping behavior
diartikan sebagai tingkah laku ketika individu merupakan segala aktivitas yang dilakukan
melakukan interaksi dengan lingkungan individu baik dalam bentuk kognitif maupun
sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan perilaku, yang disadari ataupun tidak untuk
tugas atau masalah. Chaplin (dalam Wardani, mengurangi atau menghilangkan
2009). kekhawatiran dari ancaman yang mungkin
Secara terperinci Folkman (1984) muncul dari masalah dan tuntutan yang ada
mendefinisikan perlaku coping sebagai dalam diri maupun terhadap lingkungan.
berikut: Dengan begitu individu tersebut dapat
“Perilaku Coping didefinisikan sebagai mempertahankan keberadaan dirinya dalam
bentuk usaha kognitif dan perilaku yang lingkungan tersebut agar ia kembali berfungsi
dilakukan seseorang untuk mengatur secara sosial dan memperoleh kesejahteraan
tuntutan internal dan eksternal yang yang diharapkan.
timbul dari hubungan individu dengan Secara sederhana jenis-jenis coping
lingkungannya, yang dianggap behavior dalam kaitan antara manusia dengan
mengganggu batas-batas yang dimiliki lingkungan fisiknya terbagi menjadi dua jenis
oleh individu tersebut, khususnya yang perilaku penyesuaian diri yaitu adaptasi dan
berhubungan dengan kesejahteraan.” adjustment. Adaptasi adalah mengubah
Sedangkan Coyne, Aldwin, dan tingkah laku agar sesuai dengan
Lazarus (1981) berpendapat bahwa coping lingkungannya, sementara adjustment adalah
merupakan usaha-usaha baik kognitif maupun mengubah lingkungan agar menjadi sesuai
perilaku yang bertujuan untuk mengelola dengan perilakunya (Sarwono, 1992).
tuntutan lingkungan dan internal, serta Ada banyak penelitian yang telah
mengelola konflik-konflik yang dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk
mempengaruhi individu. Pada dasarnya tingkah laku coping dalam situasi yang
seseorang dapat dikategorikan berperilaku berbeda. McCrae (1984) dalam penelitiannya

148
tentang hubungan antara situasi dengan berpikir logis dan berusaha memecahkan
tingkah laku coping menemukan ada 19 permasalahannya dengan positif. Pada
tingkah laku coping yang signifikan yaitu problem focused coping memungkinkan
reaksi permusuhan, aksi rasional, mencari seseorang untuk membuat rencana dan
pertolongan, tabah, percaya pada takdir, tindakan lebih lanjut dan berusaha
mengekspresikan perasaan-perasaan, berpikir menghadapi berbagai kemungkinan yang
positif, lari ke angan-angan, penolakan secara akan terjadi demi memperoleh apa yang telah
intelektual, menyalahkan diri sendiri, tenang, direncanakan sebelumnya.
bertahan, menarik kekuatan dari kemalangan, Folkman (1984) menyatakan bahwa
menyesuaikan diri, berharap, aktif melupakan, problem focused coping juga dapat berupa
lelucon, menilai kesalahan dan iman atau pembuatan rencana tindakan, melaksanakan,
kepercayaan. Stone dan Neale (1984) meneliti mempertahankan untuk mendapatkan hasil
tentang pengukuran tingkah laku coping yang diinginkan. Problem focused coping
sehari-hari. Ditemukan delapan tingkah laku, digunakan untuk mengontrol hal yang terjadi
antara lain perusakan, membatasi situasi, aksi antara indiidu dengan lingkungannya melalui
langsung, katarsis, menerima, mencari pemecahan masalah, pembuatan keputusan
dukungan sosial, relaksasi dan religi. dan tindakan langsung.
Lazarus dan Folkman (dalam Aldwin,
C.M & Reverson, T.A, 1987) membagi 2. Emotion Focus Coping (EFC)
perilaku coping menjadi 2 fokus penyesuaian EFC merupakan strategi untuk
diri sebelum akhirnya masing-masing dari meredakan emosi individu yang ditimbulkan
fokus tersebut terbagi menjadi bentuk-bentuk oleh stressor (sumber stress), tanpa berusaha
perilaku coping seperti berikut: untuk mengubah situasi yang menjadi sumber
stress secara langsung. Bentuk dari coping ini
1. Problem Focus Coping (PFC) adalah:
Merupakan strategi penyesuaian diri a) Pelarian diri, individu berusaha untuk
untuk menghadapi masalah secara langsung menhindarkan diri dari pemecahan
melalui tindakan yang ditunjukan untuk masalah yang sedang dihadapi.
menghilangkan atau mengubah sumber- b) Penyalahan diri, individu selalu
sumber stress. Bentuk-bentuk dari PFC ini menyalahkan dirinya sendiri dan
adalah: menghukum diri sendiri serta
a) Countiousness (kehati-hatian) yaitu menyesali apa yang telah terjadi.
individu berpikir dan mampu c) Minimalisasi, individu menolak
mempertimbangkan beberapa masalah yang ada dengan cara
pemecahan masalah serta menganggap seolah-olah tidak ada
mengevaluasi strategi-strategi yang masalah, bersikap pasrah dan tak acuh
pernah dilakukan sebelumnya atau terhadap masalah.
meminta pendapat orang lain. d) Pencarian makna, individu
b) Instrumental action, yaitu usaha-usaha menghadapi masalah yang
langsung dalam menemukan solusi mengandung stress dengan mencari
permasalahannya serta menyusun arti kegagalan bagi dirinya serta
langkah-langkah yang akan dilakukan. melihat hal-hal yang penting dalam
c) Negosiasi, merupakan salah satu taktik kehidupannya.
dalam PFC yangdiarahkan langsung Lazarus dan Folkman (1985)
pada orang lain atau mengubah pikiran menjelaskan emotion focused coping
orang lain demi mendapatkan hal yang memungkinkan individu melihat sisi baik atau
positif dari situasi yang problematik hikmah dari suatu peristiwa, mengharapkan
tersebut. simpati dan pegertian orang lain atau
Dalam mengatasi masalah dengan mencoba melupakan segala sesuatu yang
problem focused coping, individu akan

149
berhubungan dengan peristiwa tersebut, sikap, konsepsi cara berpikir dan tingkah
namun hal ini hanya bersifat sementara. laku individu yang selanjutnya
McCrae (1984) menyatakan bahwa berpengaruh terhadap penyesuaian
perilaku menghadapi suatu tekanan dirinya.
merupakan proses yang dinamis ketika 4. Konteks lingkungan dan sumber
individu bebas menentukan bahwa perilaku individual
yang sesuai dengan keadaan diri dan Folkman dan Lazarus (1985)
pemahaman terhadap masalah yang dihadapi. menyebutkan sumber-sumber individu
Hal ini memberikan pengertian bahwa seseorag berasal dari pegalaman, persepsi,
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan memahai sesuatu, kesehatan,
individu dalam menentuka perlaku tertentu kepribadian, pendidikan, dan situasi yang
untuk menyesuaikan diri. Faktor-faktor dihadapi sangat menentukan proses
tersebut adalah: penerimaan suatu stimulus yang kemudian
1. Kepribadian dapat dirasakan sebagai tekanan atau
Kepribadian digolongkan menjadi 2 (dua) bahkan ancaman.
tipe, yaitu tipe A dengan ciri-ciri 5. Situasi sosial ekonomi
ambisius, kritis terhadap diri sendiri, tidak Seseorang dengan status sosial ekonomi
sabaran, melakukan pekerjaan yang rendah akan menampilkan coping yang
berbeda dalam waktu yang sama, mudah kurang aktif, kurang realistis dan lebih
marah dan agresif, dan cenderung akan fatal atau menampilkan respon menolak,
menggunakan Emotion Focused Coping dibandingkan dengan seseorang yang
(EFC) dalam penyesuaian dirinya. memiliki status ekonomi lebih tinggi.
Selanjutnya adalah tipe B, seseorang 6. Dukungan sosial
dengan kepribadian tipe B ini memiliki Dukungan sosial merupakan salah satu
ciri-ciri menyukai keadaan rileks, tidak pengubah stress. Dukungan sosial terdiri
terburu-buru, tidak mudah terpancing dari informasi atau nasihat verbal atau
emosi, serta bersikap dan berbicara nonverbal, bantuan nyata atau tindakan
dengan tenang. Tipe B lebih berorientasi yang diberikan oleh keakraban sosial atau
menggunakan Problem Focused Coping didapat karena kehadiran mereka dan
(PFC) dalam menyesuaikan diri. mempunyai manfaat emosional atau efek
2. Jenis kelamin perilaku bagi individu. Menurut Pramadi
Menurut penelitian yang dilakukan dan Lasmono H.K. (2003) jenis dukungan
Folkman dan Lazarus (1985) ditemukan ini meliputi:
bahwa laki-laki dan perempuan sama- a) Dukungan emosional
sama menggunakan kedua bentuk perilaku b) Dukungan penghargaan
coping yaitu PFC dan EFC. Namun c) Dukungan informative
menurut pendapat Billings dan Moos
(1984) wanita lebih cenderung Berdasarkan pada tinjauan konsep
berorientasi pada emosi dibandingkan yang telah disajikan terangkumlah proposisi
laki-laki yang lebih berorientasi pada penyesuaian diri siswa dengan lingkungan
tugas dalam mengatasi masalah sehingga sosial sekolahnya bahwa jika siswa tersebut
wanita diprediksi akan lebih sering adalah seorang perempuan maka
menggunakan EFC. kecenderungan dari bentuk coping yang
3. Tingkat pendidikan digunakan adalah EFC walaupun baik
Menurut Folkman dan Lazarus (1985) perempuan maupun laki-laki sama-sama dapat
dalam penelitiannya menyimpulkan menggunakan kedua bentuk coping yaitu EFC
bahwa subjek dengan tingkat pendidikan dab PFC; Jika terdapat siswa yang
yang lebih tinggi cenderung menggunakan berlatarbelakang ekonomi rendah cenderung
PFC dalam mengatasi masalah mereka. menampilkan coping yang kurang aktif,
Hal ini memiliki efek besar terhadap kurang realistis dan lebih fatal atau

150
menampilkan respon menolak, dibandingkan mereka hadapi yaitu seperti
dengan seseorang yang memiliki status penyalahgunaan obat-obatan dan alcohol
ekonomi lebih tinggi; Untuk siswa yang akrab serta penyimpangan perilaku lainnya.
dengan guru atau berarti mendapatkan Dengan situasi dan tantangan tersebut
dukungan sosial maka ia cenderung aktif mengharuskan pekerja sosial sekolah
untuk melakukan penyesuaian diri; Serta mengembangkan dan menerapkan
siswa yang memiliki kepribadian reaktif dan berbagai keterampilan serta pengetahuan
proaktif, untuk yang memiliki kepribadian untuk menghadapi anak-anak atau remaja
reaktif cenderung menggunakan bentuk agar tetap bersekolah. Adapun tujuan dari
coping EFC dan yang proaktif menggunakan pekerja sosial sekolah yaitu harus
bentuk coping PFC. memberikan semua anak-anak
Pekerjaan Sosial Sekolah dalam Penanganan kesempatan dan sumber daya untuk
Masalah Penyesuaian Diri membantu mereka menyesuaikan diri
Menurut Linda Openshaw (2008), dengan berbagai situasi yang harus
pekerja sosial sekolah merupakan bagian mereka hadapi, sehingga mereka dapat
integral dari sistem sekolah yang memberikan meraih keberhasilan secara akademis dan
dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk sosial di lingkungan sekolah. Pada
keber hasilan siswa disekolah dalam dasarnya tugas Pekerja Sosial Sekolah
mencapai keberfungsian sosialnya. Peran adalah sebagai berikut:
pekerja sosial sekolah dalam menghadapi 1. Memfasilitasi pendidikan dan
tantangan disetiap harinya cukup kompleks pelayanan sosial bagi siswa, serta
dan bergantung pada bagaimana pekerja menyiapkan pelayanan-pelayanan
sosial sekolah memanfaatkan sosial langsung bagi siswa-siswa
pengetahuannya, keterampilannya, dan nilai- “khusus”.
nilai untuk memperbaiki keberfungsian sosial 2. Bertindak sebagai pembela siswa
siswa dalam kehidupannya. Berbagai hal memfokuskan diri pada kebutuhan-
harus dihadapi seorang pekerja sosial sekolah kebutuhan siswa yang urgent.
setiap harinya, salah satunya adalah 3. Mengidentifikasi masalah-masalah
membantu siswa agar dapat menyesuaikan yang dapat menghambat pelayanan,
diri dengan lingkungan sosialnya di sekolah menghubungkan dengan lembaga-
sehingga siswa bisa tetap bersekolah. lembaga.
Begitu pula dengan pernyataan yang 4. Bekerja sama dengan guru
disampaikan O’Donnell (2000) mengenai menggunakan teknik-teknik yang tepat
peran dari pekerja sosial sekolah adalah dalam memotivasi siswa untuk belajar.
sebagai berikut: 5. Menghubungkan orang tua dengan
“Perkerjaan sosial dalam seting lembaga lain untuk membangun
lingkungan sekolah memainkan peran kekuatan relasi antara siswa dengan
penting dalam pengembangan siswa dan komunitasnya secara efektif.
membantu siswa dalam memanfaatkan 6. Berkoordinasi dengan berbagai
sumber daya yang mereka miliki dan keterampilan antar disiplin ilmu yang
memberikan dukungan yang diperlukan memberikan pelayanan pada siswa.
untuk memaksimalkan potensi mereka 7. Mengembangkan dan memelihara
dalam proses pendidikan.” hubungan produktif antara sekolah,
a. Kondisi anak-anak atau remaja yang tidak lingkup pekerja sosial dan praktek-
berhasil dalam penyesuaian diri di praktek lainnya.
lingkungan sosial sekolah sering kali Sejalan dengan tugas pokok yang
menempatnya dirinya pada sisi negative harus dilakukan seorang pekerja sosial
dalam kehidupan sebagai pelarian dari sekolah, perencanaan tindakan juga
permasalahan yang dihadapinya. dilakukan. Openshaw (2008) menyampaikan
Kemungkinan yang pada akhirnya harus bahwa dalam rencana tindakan ini pada

151
intinya menguraikan ‘Siapa yang akan Charting behavioral Change dapat menjadi
melakukan’, ‘Kapan’ dan ‘Bagaimana hal itu alat konkret untuk membantu siswa melihat
dapat tercapai’ yang tentunya rencana dan mengukur perubahan tersebut. Chart
tindakan tersebut harus mengandung tujuan tersebut dapat memberikan acuan pada
tertentu, dalam hal ini bertujuan untuk pekerja sosial sekolah untuk memantau,
membantu siswa menyesuaikan diri dengan mengevaluasi, dan menyesuaikan intervesi
lingkungan sosial di sekolah. dari pekerja sosial sekolah secara bertahap
Pekerja sosial sekolah perlu (O'Hare, 2005).
membantu siswa dalam menentukan dengan
siapa mereka bekerja sama untuk menetapkan KESIMPULAN
dan mencapai tujuan yang juga akan Kondisi anak-anak atau remaja yang
membantu mereka dalam proses penyesuaian tidak berhasil dalam penyesuaian diri di
diri di sekolah. Dengan bantuan dari pekerja lingkungan sosial sekolah sering kali
sosial sekolah, anak dapat menyusun priorotas menempatnya dirinya pada sisi negative
dari tujuan-tujuan tersebut dan menentukan dalam kehidupan sebagai pelarian dari
mana yang ia ingin capai terlebih dahulu. permasalahan yang dihadapinya.
Dalam penentuan tujuan, partisipasi Kemungkinan yang pada akhirnya harus
dari siswa merupakan hal yang penting dan mereka hadapi yaitu seperti penyalahgunaan
juga sesuai dengan nilai-nilai pekerjaan sosial obat-obatan dan alcohol serta penyimpangan
mengenai tanggung jawab individu dan perilaku lainnya. Dengan situasi dan
konsep terkait partisipasi individu tersebut tantangan tersebut mengharuskan pekerja
dalam penentuan takdirnya. Turner (dalam sosial sekolah mengembangkan dan
Openshaw, 2008). Maksudnya adalah siswa menerapkan berbagai keterampilan serta
sendiri memiliki peranan penting dalam pengetahuan untuk menghadapi anak-anak
menentukan tujuan yang ingin dicapai karena atau remaja agar tetap bersekolah.
dengan begitu siswa akan memiliki rasa Penyesuaian diri terhadap lingkungan
tanggungjawab bukan hanya dalam sosial sekolah baik dengan Problem Focused
menentukan tetapi bertanggungjawab dalam Coping (PFC) ataupun Emotion Focused
mencapai tujuan tersebut pula. Coping (EFC) tergantung pada faktor-faktor
Setelah tujuan yang ingin dicapai yang mempengaruhi siswa, baik itu faktor
siswa ditetapkan, pekerja sosial sekolah dapat jenis kelamin, kepribadian, tingkat
membantu siswa dalam memutuskan siapa pendidikan, situasi sosial ekonomi dan
diantara guru, teman, orang tua, dan pekerja sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkanlah
sosial sekolah yang akan membantu siswa dukungan sosial yang mendorong siswa untuk
tersebut dalam menentukan “apa yang akan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
dilakukan, kapan, dan bagaimana” untuk sosial di sekolahnya agar mereka tetap bisa
tujuan tersebut. Pekerja sosial sekolah juga bersekolah.
dapat membatu siswa dalam memprirotaskan Sebagai saran, karena di Indonesia ini
tujuan mana yang akan didahulukan sehingga keberadaan pekerja sosial sekolah masih
siswa tersebut dapat fokus pada langkah- jarang ditemui disekolah-sekolah dan masalah
langkah yang paling mudah terlebih dahulu penyesuaian diri mada remaja yang dalam hal
untuk ia lalui sampai tujuan yang telah ini adalah siswa juga kerap ditemui, maka
ditetapkan tercapai. keberadaan pekerja sosial di sekolah dapat
Ketika siswa telah mencapai salah satu menjawab kebutuhan siswa dalam
tujuannya, rencana tindakan selanjutnya menghadapi lingkungan sosial disekolah.
adalah memeriksa efektivitas jangka panjang Adanya pekerja sosial sekolah juga membantu
dari intervesi yang dilakukan. Pekerja sosial siswa untuk memahami lingkungan sekolah
sekolah juga perlu menerapkan suatu bentuk dan isu-isu yang berkaitan dengan sekolah
pengukuran untuk melihat apakah terjadi secara efektif dengan keahlian dan
perubahan yang nyata atau tidak pada siswa.

152
kemampuan yang dimilikinya dan Jurnal:
berdasarkan batasan lingkungan sekolah. Constable, R., Kuzmickaite, D., Harrison, W.
D., & Volkmann, L. 1999. The
DAFTAR PUSTAKA emergent role of the school social
Buku: worker in Indiana. School Social Work
Bee, H. 1994. Lifespan Development. New Journal.
York: Harper Collins College Coyne, J., Aldwin, C., & Lazarus RS. 1981.
Publishers. Depression and Coping In Stressfull
Hurlock, Elizabeth B. 1981. Developmental Episodes. Jurnal Of Abnormal
Psychology Life Span Approach. Fifth Psichology. Vol. 50.
Edition. New Delhi : Tata Mc. Graw Folkman, S., Lazarus, RS., Dunkel-Schetter,
Hill. C., De Longis, A., & Gruen, R. J. 1986.
__________ . 1997. Psikologi Perkembangan The dynamics of a stressful encounter:
Anak. Edisi Ke Enam. Jakarta: Cognitive appraisal, coping, and
Erlangga. encounter outcomes. Jurnal of
Lazarus RS., Folkman S. 1984. Stress Personality and Social psychology.
Appraisal and Coping. New York: Khasan, M; Widjanarko,M. 2011. Perilaku
Springer Publishing Company. Coping Masyarakat Menghadapi Banjir.
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. McCrae, R.R. 1984. Situational Determinants
Surabaya: Usaha Nasional. of Coping Responses: Loss, Threat, and
Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, Challenge. Journal of Personality and
S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Social Psychology. Vol. 46.
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Openshaw, Linda. 2008. Social work in
Yogyakarta: Gajah Mada University school: principle and practice. New
Press. York: The Guilford Press.
Santrock, John W. 2003. Adolescence. Suharto, Edi. 2002. COPING STRATEGIES
Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. DAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL:
Jakarta: Erlangga. MENGEMBANGKAN
Sarwono, S.W. 1992. Psikologi Lingkungan. PENDEKATAN PEKERJAAN
Jakarta: PT Grasindo. SOSIAL DALAM MENGKAJI DAN
___________ . 2000. Psikologi Remaja. Edisi MENANGANI KEMISKINAN.
revisi. Jakarta: Rajawali Pers. http://www.policy.hu/suharto/modul_a/
___________ . 2002. Psikologi Remaja. makindo_07.htm
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Stone, A. A. and Neale, J. M. 1984. New
Silalahi, Ulber. 2009. Meode Penelitian Measure of Daily Coping: Development
Sosial. Bandung: Refika Aditama. and Preliminary Result. Journal of
Siporin, Max. 1975. Introduction to Social Personality and Social Psychology. Vol.
Work Practice. New York: MacMillan. 46.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitataif dan R&D. Sumber lainnya:
Bandung: CV Alfabeta. Sarwono, S.W. 1985. Remaja dan Perilaku
Seksualnya. Sinar Harapan. 23
Skripsi, Thesis, Disertasi, dan Laporan November.
Penelitian:. http://news.detik.com/kanal/10/berita?nt10
Wardani, D.S. (2009). Strategi Coping Orang http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm
Tua Menghadapi Anak Autis. Skripsi, .aspx?ID=673&ContentTypeId=0x0100
Surakarta: Fakultas Psikologi 3DCABABC04B7084595DA364423D
Universitas Muhammadiyah Surakarta. E7897

153
KOMPETENSI LOKAL DALAM MENANGGULANGI KEMISKINAN
DI DAERAH INDUSTRI
Oleh
Meilanny Budiarti Santoso.

Abstrak

Kemiskinan di daerah industri menarik untuk dikaji karena daerah industri selayaknya
menjadi potensi yang akan mendatangkan keuntungan bagi wilayah yang bersangkutan. Namun,
pada kenyataannya, banyak daerah industri dengan kondisi masyarakatnya tergolong miskin.
Kecamatan Majalaya merupakan salah satu daerah industri di Jawa Barat yang
masyarakatnya sejak abad ke-18 memiliki keterikatan yang sangat erat dengan kegiatan industri
sehingga masyarakatnya mempunyai kompetensi lokal yang khas.
Kompetensi lokal yang dimiliki masyarakat Majalaya mestinya menjadi modal yang kuat
bagi upaya membangun kehidupan yang sejahtera. Namun faktanya, angka kemiskinan di
Kecamatan Majalaya masih tinggi. Hal ini terjadi karena ada banyak faktor yang menyebabkan
kurang optimalnya kontribusi kompetensi lokal dalam upaya penanggulangan kemiskinan di
Kecamatan Majalaya.
Dalam keberadaannya, kompetensi lokal yang tumbuh dan berkembang di dalam
masyarakat tidak bisa dipisahkan dari aspek kondisi geografis, historis, dan sosio-politis.
Kompetensi lokal di dalam masyarakat mempunyai keragaman dan mengalami dinamika dari waktu
ke waktu; setiap kompetensi lokal mempunyai kompleksitasnya sendiri dan senantiasa terkait
dengan potensi wilayah setempat. Jumlah dan kondisi kemiskinan di daerah industri tidak bisa
dilepaskan dari laju industrialisasi yang tidak berbasis pada pemberdayaan warga setempat dan
kurangnya perhatian pihak-pihak terkait terhadap kompetensi lokal di dalam masyarakat.

Kata kunci:

Kompetensi lokal, kemiskinan, daerah industri, potensi wilayah

A. PENDAHULUAN kemudian akan menjadi cikal bakal


Berbicara mengenai upaya terbentuknya kompetensi lokal.
penanggulanan kemiskinan, maka sudah Adapun keberadaan kompetensi lokal
seharusnyalah juga membicarakan mengenai di dalam masyarakat sebagai sebuah potensi
kompetensi lokal yang dimiliki oleh yang dapat digunakan bahkan dioptimalkan
masyarakat di daerah yang bersangkutan. dalam upaya penanggulangan kemiskinan
Situasi hari ini, ketika berbicara mengenai akan selalu dihadapkan pada dua hal, yaitu
kemiskinan sering kali melupakan potensi sebagai sesuatu yang akan dikaitkan dengan
yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. konteks yang dapat diterima oleh suatu entitas
Padahal ketika orang berkumpul dan sosial-profesional atau “pasar”, sehingga
membentuk suatu masyarakat, secara otomatis dapat diacu sebagai ukuran tingkat keahlian
– namun sering kali tidak disadari – mereka dalam bidangnya. Di sisi lainnya terdapat
akan saling belajar untuk beradaptasi dengan tarikan substansi (kebudayaan) yang
situasi dan kondisi lingkungan serta kompleks, sebagai suatu jalinan multisektor,
wilayahnya untuk dapat mempertahankan multidimensi, dan dinamis.
kelangsungan hidup mereka. Hal inilah yang

154
Sejalan dengan hal tersebut, temporer. Namun, apabila dicermati, upaya
pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pengentasan kemiskinan yang dilakukan
pemerintah serta stakeholders lainnya sudah selama ini, antara lain melalui penyediaan
seharusnya bertumpu pada sumberdaya dan kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan
kompetensi lokal yang dimiliki oleh wilayah kesehatan dan pendidikan, perluasan
yang bersangkutan. Sayangnya di tengah- kesempatan kerja, pemberian dana bergulir
tengah era otonomi daerah ini, hal tersebut melalui sistem kredit, dan pembangunan
belum dapat terealisasi, karena pembangunan prasarana, masih berorentasi material dan
yang dilakukan masih seragam ataupun belum menyentuh aspek atitude atau sikap
berbasis pada program yang corak dan dari orang miskin. Bahkan berbagai program
ragamnya terkesan saling tiru atau imitasi. yang ada pun belum secara optimal
Idealnya, sumberdaya dan potensi yang melibatkan dan mengembangkan potensi serta
dimiliki oleh suatu wilayah harus selaras kapasitas yang sebenarnya telah ada dan
dalam optimalisasinya dengan program dimiliki oleh masyarakat miskin itu sendiri.
pembangunan, yaitu melalui pengembangan Akibatnya, keberlanjutan upaya
kompetensi lokal yang ada di tengah-tengah penanggulangan kemiskinan yang selama ini
masyarakat melalui proses interaksi dan telah dilakukan sangat tergantung pada
proses pembelajaran sosial di dalam ketersediaan anggaran dan sangat bergantung
masyarakat. pada komitmen pemerintah sebagai pelaksana
Sejumlah variabel dapat dipakai untuk program penanggungalan kemiskinan.
mengkaji kemiskinan, begitupun pada konteks Adapun masyarakat miskin yang selayaknya
kemiskinan di daerah industri. Berbagai diperlakukan sebagai subjek dalam upaya
variabel kemiskinan seperti antara lain: penanggulangan kemiskinan, pada
pendidikan, kesehatan, ekonomi, kultur, dan pelaksanaannya masih diperlakukan sebagai
struktur diharapkan dapat dihasilkan strategi objek sehingga rasa memiliki dan komitmen
dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang terhadap program tidak terbentuk.
diharapkan dapat tepat sasaran dan
berkesinambungan.
Secara umum, pendidikan dan mutu B. KOMPETENSI LOKAL
kesehatan yang rendah dipandang sebagai Berbicara mengenai konsep
penyebab kemiskinan. Khusus pada kompetensi, khususnya kompetensi lokal,
masyarakat di daerah industri, kepemilikan referensi yang berkaitan dengan definisi
alat-alat produksi yang terbatas dan kompetensi adalah:
penguasaan teknologi yang kurang dipandang 1. A competency refer to an individual’s
sebagai penyebab munculnya kelambanan demonstrated knowledge, skills or
dalam proses produksi sehingga abilities (KSA’s) performe to a specific
menyebabkan masyarakat kurang bisa standard. Competencies are observable,
bersaing dengan para pelaku industri lainnya behavioral acts that requare a
dan pada akhirnya melanggengkan combinataion of KSAs to execute. They
kemiskinan. Demikian pun dengan faktor are demonstrated in a job context an as
kultur dan struktur juga kerap dilihat sebagai such, are influenced by an
elemen penting yang menentukan tingkat organization’s culture and work
kesejahteraan masyarakat. environment. In other words,
Kemiskinan merupakan persoalan competencies consist of a combination
yang kompleks. Karena itu, cara of knowledge, skill, and abilities that are
penanggulangannya pun membutuhkan necessary in order to perform a major
analisis yang tepat, melibatkan semua task of function in the work setting (JGN
komponen termasuk masyarakat miskin itu Consulting, Denver, USA).
sendiri serta diperlukan strategi penanganan 2. Competency comprises knowledge and
yang tepat, berkelanjutan, dan tidak bersifat skills and the consistent application of

155
that knowledge and skills to the yang kedua (blur, fluid, dan local-specific),
standard of performance required in maka ia tak akan kesulitan dalam negosiasi
employment (Competency Standart dengan pasar umum, yang mempunyai
Body, Canberra 1994). tuntutan terhadap kompetensi ini.
3. Competency models that identify the
skills, knowledge, and characteristics C. KOMPETENSI LOKAL DALAM
needed to perform a job ... (A.D. Lucia MENANGGULANGI KEMISKINAN
& R. Lepsinger/Preface xiii). DI DAERAH INDUSTRI
Dari ketiga definisi di atas dapat (KECAMATAN MAJALAYA
dirumuskan bahwa kompetensi diartikan KABUPATEN BANDUNG)
sebagai kemampuan seseorang yang dapat
terobservasi mencakup atas pengetahuan, Kecamatan Majalaya merupakan salah
keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan satu daerah industri di Jawa Barat yang
suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan masyarakatnya sejak abad ke-18 memiliki
standar performance (kemampuan kerja) yang keterikatan yang sangat erat dengan kegiatan
ditetapkan dan menjadi kekhasan suatu daerah industri, khususnya industri sandang sehingga
tersebut. masyarakatnya bermata pencaharian dalam
Contoh nyata sebuah kompetensi lokal bidang ini atau bidang lain yang terkait
yang sudah diketahui oleh banyak orang dan dengannya. Hal ini antara lain membuat
identik dengan suatu daerah, antara lain ketika masyarakat Kecamatan Majalaya mempunyai
orang berbicara tentang Tasik, secara umum kompetensi lokal yang khas.
orang akan tahu bahwa kompetensi lokal Kompetensi lokal setidaknya dibangun
masyarakat daerah Tasik adalah menganyam oleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan
mendong. Begitu juga daerah Panjalu di individu-individu dalam sebuah masyarakat
Ciamis yang identik dengan kompetensi lokal untuk melakukan sesuatu. Kompetensi ini
berupa las besi, daerah Rajagaluh di dibangun bersama melalui berbagai dinamika.
Majalengka dengan membuat anyaman Secara historis, ada pewarisan tradisi
bambu, Garut dengan pembuatan dodol dan masyarakat oleh para agen sosialisasi kepada
Majalaya dengan kawasan industri individu-individu anggota masyarakat. Dalam
sandangnya. proses ini terjadi pewarisan kompetensi
Dengan demikian, rumusan kepada generasi-generasi baru dalam
kompetensi lokal tidak dapat dilepaskan dari masyarakat. Kompetensi yang diwariskan
dua sisi kajian. Satu sisi ketika berbicara tersebut kemudian mengalami obyektivikasi
kompetensi lokal dikaitkan dengan konteks sehingga menjadi milik bersama. Ketika hal
yang dapat diterima oleh suatu entitas sosial- itu terjadi, apa yang diwariskan tersebut
profesional atau “pasar”, sehingga dapat diacu menemukan beragam kenyataan yang
sebagai ukuran tingkat keahlian dalam mengharuskannya berubah atau bahkan
bidangnya. Di sisi lainnya terdapat tarikan ditinggalkan.
substansi (kebudayaan) yang kompleks, Sebagai contoh, kemampuan
sebagai suatu jalinan multisektor, mengoperasikan mesin tenun tradisional
multidimensi, dan dinamis. “Kesepakatan” ternyata kemudian tidak relevan akibat proses
hanyalah dapat dicapai melalui kompromi di modernisasi mesin pabrik-pabrik tekstil di
antara kedua sisi tersebut, bukan oleh Majalaya, dengan demikian kompetensi lokal
penerapan semena-mena untuk mengalahkan masyarakat Majalaya bukanlah sesuatu yang
atau memenangkan satu kutub dari kutub homogen. Kompetensi ini bersifat heterogen
yang lainnya. Jika rumusan kompetensi seiring dengan dinamika kehidupan yang
memenangkan yang pertama (standar), maka dialami masyarakatnya. Heterogenitas ini
ia akan lepas dari substansinya, misalnya tidak bisa dilepaskan dari kekhasan wilayah
menjadi sesuatu yang tak relevan lagi. Majalaya yang secara historis dan sosio-
Sebaliknya, jika yang pertama mengalahkan politik merupakan kawasan industri.

156
Kompetensi lokal yang dimiliki optimalnya kontribusi kompetensi lokal bagi
masyarakat Majalaya mestinya menjadi upaya penanggulangan kemiskinan di
modal yang kuat bagi upaya membangun Kecamatan Majalaya. Kompleksitas dari
kehidupan yang sejahtera. Namun faktanya, masalah tersebut digambarkan dalam bagan
angka kemiskinan di Kecamatan Majalaya berikut:
masih tinggi. Hal ini terjadi karena ada
banyak faktor yang menyebabkan kurang

Bagan 1
Peta Konsep Kontribusi Kompetensi Lokal terhadap Upaya Penanggulangan Kemiskinan di
Kecamatan Majalaya

157
Dari bagan di atas, tampak bahwa E. SUMBER BACAAN
karakteristik wilayah, kondisi sosial, Buku, Jurnal dan Penelitian
kebijakan pemerintah, dan perjalanan sejarah Budimanta, Arif. 2003. “Prinsip-prinsip
membentuk kompetensi lokal yang bisa Community Development” dalam
digunakan untuk mengolah potensi daerah Akses Peran Serta Masyarakat.
sehingga menghasilkan pemasukan (income Jakarta: Sinar Harapan dan Indonesia
generating). Proses ini mestinya membangun Center for Sustainable Development.
produktivitas masyarakat. Namun terdapat
faktor-faktor eksternal berupa kebijakan Departemen Perindustrian, Direktorat
pemerintah, penetrasi modal, dan globalisasi Jenderal Industri Kecil dan Menengah.
yang menghambat berkembangnya 2007. Kajian Pengembangan
produktivitas masyarakat sehingga timbul Kompetensi Inti Daerah. Bandung:
kemiskinan struktural. Sementara itu di sisi PT. Multi Area Conindo.
lain, dalam kompetensi lokal terjadi transfer
dan pengembangan pengetahuan dan Erickson, Thomas and Wendy A. Kellogg.
keterampilan sehingga membangun etos kerja. 2000. “Social Translucence: an
Pada kondisi ini, kemiskinan harus direduksi Approach to Designing Systems that
dan kompetensi lokal harus dioptimalkan Support Social Process” in ACM
sehingga kemiskinan dapat ditanggulangi. Transaction on Computer-Human
Interaction, Vol 7, No.1.

D. PENUTUP Glen, Andrew. 1993. “Methods and Themes


Setiap masyarakat memiliki in Community Practice” in Butcher,
kompetensinya masing-masing sehingga H., et.all (eds)., Community and
muncul kekhasan sesuai dengan lokalitas Public Policy, London: Pluto.
masyarakat tersebut berada, yang secara
alamiah kompetensi lokal tersebut tumbuh Manning, Chris dan Tajudin Tukiran. 1990.
dan berkembang sejalan dengan upaya Struktur Pekerjaan Sektor Informal
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan dan Kemiskinan di Kota (Sebuah Sudi
tidak dapat pula dilepaskan dari perubahan Kasus di Diroprajan Yogyakarta).
sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Yogyakarta: UGM Press.
Kompetensi lokal yang dimiliki oleh
masyarakat dibentuk, tumbuh dan Sahdan, Gregorius. 2005. Menanggulangi
berkembang seiring dengan pertumbuhan dan Kemiskinan Desa. Artikel Ekonomi
perkembangan kondisi geografis, historis dan Rakyat dan Kemiskinan. Jurnal
sosio-politis wilayah sehingga pemerintah Ekonomi Rakyat.
sebagai pemegang kebijakan dan sebagai Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
unsur perencana pembangunan memegang Memberdayakan Rakyat. Bandung:
peranan penting dalam upaya pengembangan Refika Aditama.
kompetensi lokal suatu wilayah serta
kompetensi lokal pun dapat berkontribusi Supriatna, Tjahja. 1997. Birokrasi,
positif dalam upaya penanggulangan Pemberdayaan, dan Pengentasan
kemiskinan. Kemiskinan. Bandung: Humaniora
Utama Press.

158
Dokumen, Media Massa, Blog dan Website Setiarso, Bambang. Pendekatan “Knowledge
Bahua, Mohamad Ikbal. 2008. Pemberdayaan – Base Economy” untuk
dalam Makna Kemiskinan. Bahua Pengembangan Masyarakat.
Ikbal Kreatif Blogspot. www.Ilmukomputer.com.

Chaniago, Andrinof A. Kompetisi, www.desentralisasi.net


Kompetensi dan Pembangunan
Daerah. Suara Pembaruan, 26 www.kompas.com
November 2002.

159
PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH
Elita Metica Tamba
Dra. Hetty Krisnani, M.Si.
Arie Surya Gutama,S,Sos., SE.,M.Si
Email: elitametica@yahoo.com

ABSTRAK

Setiap anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan untuk


pengembangan potensi, minat dan bakat dirinya agar mereka kelak dapat menjadi
penerus bangsa yang memiliki kemampuan intelektual sehingga dapat dijadikan
sumber daya manusia yang berpotensi dalam memimpin bangsa dan negara
kearah yang lebih baik. Namun banyak faktor yang akhirnya membuat anak-anak
Indonesia mengalami putus sekolah. Faktor-faktor yang menyebabkan remaja
putus sekolah adalah ekonomi keluarga, kurangnya kemampuan dan minat remaja
dalam mengikuti pendidikan di sekolah, kondisi tempat tinggal remaja, pandangan
masyarakat terhadap pendidikan, adat istiadat dan ajaran-ajaran tertentu. Remaja
putus sekolah merupakan masalah sosial yang harus mendapatkan perhatian
khusus, karena dampak yang ditimbulkan tidak lagi hanya dirasakan oleh individu
remaja itu sendiri, tetapi juga oleh masyarakat. Dampak yang ditimbulkan yaitu
pengangguran, kriminalitas, kemiskinan dan kenakalan remaja. Diperlukan upaya
penanganan remaja putus sekolah untuk mengurangi dampak negatif yang mereka
timbulkan. Dalam upaya mengurangi remaja putus sekolah, diperlukan kerjasama
dari berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan sosial. Pelayanan sosial
tersebut bertujuan agar remaja putus sekolah tetap mendapatkan pendidikan di
luar sekolah yang dapat dijadikan bekal untuk memperoleh pekerjaan sehingga
mereka dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Pelayanan sosial yang
diberikan tentunya harus sesuai dengan kebutuhan remaja putus sekolah.
Pelayanan sosial yang dapat diberikan yaitu berupa pembinaan bagi remaja putus
sekolah melalui bimbingan. Bimbingan yang diberikan yaitu bimbingan mental
agama, bimbingan sosial dan fisik, bimbingan keterampilan dan Praktek Belajar
Kerja (PBK).
Kata kunci: Pelayanan Sosial, Pekerjaan Sosial, Remaja Putus Sekolah

160
PENDAHULUAN sekolah akan menimbulkan berbagai
akibat, karena mereka tidak memiliki bekal
Putus Sekolah dipandang sebagai yang menunjang hidup mereka saat
masalah pendidikan dan sosial yang amat menjadi dewasa. Hal ini akan
serius selama beberapa dekade terakhir ini. menimbulkan tidak tercapainya cita-cita
Dengan meninggalkan sekolah sebelum mereka, sehingga timbul ketidakberdayaan
lulus, banyak individu putus sekolah yang remaja, perasaan rendah diri dan
tidak mendapatkan pendidikan yang cukup terasingkan dari lingkungan sosialnya.
sehingga kesejahteraan ekonomi dan Diperkirakan setiap tahun remaja
sosialnya menjadi terbatas sepanjang hidup putus sekolah terancam haknya untuk terus
sebagai orang dewasa. Pendidikan bersekolah. Berdasarkan data BPS 2011,
diperlukan dalam upaya pembinaan dan jumlah anak putus sekolah yang berumur
pengembangan potensi, minat dan bakat 7-17 tahun sebesar 2,91 persen, artinya
generasi muda. Oleh sebab itu, remaja setiap 1000 orang penduduk usia 7-17
harus mendapatkan perhatian khusus tahun, terdapat 29 anak yang putus
dalam pendidikan dan partisipasi dalam sekolah. Setiap anak putus sekolah tersebut
masyarakat agar mereka dapat meneruskan tersebar di berbagai provinsi di Indonesia
perjuangan bangsa dan pembangunan baik di daerah perkotaan maupun
nasional dengan cara mengembangkan perdesaan. Anak yang bertempat tinggal di
kreativitas mereka melalui pendidikan. daerah perdesaan lebih banyak yang
Setiap individu tidak terkecuali mengalami putus sekolah dibandingkan
remaja tentunya ingin memperoleh anak yang berada di daerah perkotaan
pendidikan agar dapat mencapai cita-cita. (http://www.bps.go.id/)
Diperlukan usaha, sarana dan prasarana Faktor remaja putus sekolah
untuk memperoleh pendidikan. Namun menurut Widodo (2012:88) antara lain
kenyataannya untuk memenuhi kondisi yaitu ekonomi keluarga, kurangnya
tersebut tidak mudah dengan berbagai kemampuan dan minat remaja dalam
kendala dan keterbatasan yang ada pada mengikuti pendidikan di sekolah, kondisi
sebagian individu, keluarga maupun tempat tinggal remaja, pandangan
masyarakat. Ketika kendala tersebut tidak masyarakat terhadap pendidikan, adat
dapat diselesaikan maka akan istiadat dan ajaran-ajaran tertentu. Dengan
menyebabkan remaja putus sekolah. kondisi tersebut, akhirnya saat ini banyak
Padahal sekolah merupakan salah satu remaja putus sekolah yang terpaksa harus
sarana untuk memperoleh pendidikan, bekerja dengan kemampuan seadanya,
pengetahuan dan pengalaman yang untuk membantu perekonomian keluarga.
menunjang kehidupan di masa mendatang. Namun demikian, sejalan dengan
Kusumah (2008) mengatakan perkembangan waktu, fenomena anak
bahwa permasalahan remaja putus sekolah yang bekerja, tentunya banyak berkaitan
merupakan persoalan yang besar dan dengan alasan ekonomi keluarga dan
serius. Persoalan ini tidak hanya sekedar kesempatan memperoleh pendidikan serta
ketidakberdayaan atau hanya putus sekolah faktor sosial dan lingkungan.
tetapi persoalan berkurangnya sumber Keberadaan remaja putus sekolah
daya manusia yang pada saatnya tidak perlu mendapatkan perhatian dari berbagai
sanggup berbuat apa-apa, karena tidak pihak. Remaja yang mengalami putus
dipersiapkan untuk menghadapi tantangan. sekolah membutuhkan bimbingan untuk
Keadaan ini nantinya akan mengancam mempersiapkan mereka masuk dalam
kelangsungan hidup dan masa depan dunia kerja ataupun melanjutkan
bangsa Indonesia ketika jutaan generasi sekolahnya kembali. Seperti yang
penerus bangsa mengalami putus sekolah. diungkapkan Santrock (2003:265),
Selain itu juga, permasalahan remaja putus pendekatan yang bisa dipertimbangkan

161
oleh institusi masyarakat adalah yang umum dari periode perkembangan
mengarahkan kembali pendidikan kejuruan ini.
agar mereka memperoleh keterampilan-
keterampilan dasar yang dibutuhkan Batas usia remaja secara umum
sejumlah besar pekerjaan, dan jaminan adalah berkisar antara 13 sampai 21 tahun.
untuk bisa melanjutkan pendidikan, Sedangkan batas usia remaja sebenarnya,
pekerjaan, atau pelatihan, khususnya yang yaitu remaja yang ditandai dengan
berhubungan dengan program bimbingan. perubahan sikap dan perilaku atau disebut
Di Indonesia, pelayanan sosial juga remaja pada fase akhir adalah antara
yang diberikan bagi remaja putus sekolah 18 sampai 21 tahun. (Cole, 1963:25),
biasanya berupa pembinaan di dalam panti.
Dalam proses pembinaan tersebut, remaja Putus sekolah adalah proses
putus sekolah akan diberikan bimbingan. berhentinya siswa secara terpaksa dari
Bimbingan-bimbingan yang diberikan suatu lembaga pendidikan tempat dia
antara lain: bimbingan mental agama, belajar. Artinya adalah terlantarnya anak
bimbingan sosial dan fisik, bimbingan dari sebuah lembaga pendidikan formal,
keterampilan dan Praktek Belajar Kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor,
(PBK). salah satunya kondisi ekonomi keluarga
yang tidak memadai (Musfiqon, 2007:19).
PEMBAHASAN Sedangkan menurut R. Iyeng Wiraputra,
M.Sc. dan Drs. Adim,dkk. dalam kamus
Istilah Remaja atau Adolescence istilah pendidikan (1997 : 290), yang
berasal dari kata latin Adolescere yang dimaksud dengan anak putus sekolah
artinya tumbuh ke arah kematangan adalah anak yang karena satu atau alasan
(Muss,1968:4). Kematangan yang lain meninggalkan sekolah, tidak
dimaksud tidak hanya berarti kematangan menyelesaikan jenjang sekolah yang telah
fisik, tetapi terutama kematangan sosial- ditentukan. Dengan pengertian tersebut
psikologis. Arti luas dari istilah remaja maka yang dimaksud dengan remaja putus
saat ini mencakup kematangan mental, sekolah adalah remaja yang tidak
emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini menyelesaikan jenjang sekolah yang telah
diungkapkan oleh Piaget dalam Hurlock ditentukan karena satu atau alasan lain
(1991:206) : meninggalkan sekolah.
Secara Psikologis, masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi Banyak faktor yang menyebabkan
dengan masyarakat dewasa, usia terjadinya putus sekolah, selain faktor
dimana anak tidak lagi merasa dibawah yang berasal dari dalam diri anak didik
tingkat orang-orang yang lebih tua sendiri, seperti kemalasan dan
melainkan berada dalam tingkatan yang ketidakmampuan diri, bisa juga karena
sama, sekurang-kurangnya dalam faktor diluar anak didik, seperti ketiadaan
masalah hak... . Integrasi dalam biaya dan sarana pendidikan, sebagaimana
masyarakat (dewasa) mempunyai menurut Baharuddin M. (1981 : 252),
banyak aspek efektif, kurang lebih faktor yang menyebabkan terjadinya putus
berhubungan dengan masa puber ... . sekolah adalah faktor kependudukan,
Termasuk juga perubahan intelektual faktor ledakan usia sekolah, faktor biaya,
yang mencolok ... . Transformasi faktor kemiskinan, faktor sarana, faktor
intelektual yang khas dari cara berfikir sistem pendidikan. faktor I.Q.
masa remaja ini memungkinkannya (Intelegensi), faktor mentalitet anak didik.
untuk mencapai integrasi dalam Dari faktor penyebab terjadinya
hubungan sosial orang dewasa, yang putus sekolah diatas, maka kita bisa
kenyataannya merupakan ciri khas, melihat bahwa ternyata penyebab putus

162
sekolah tidaklah sederhana dan bersifat timbulkan. Menurut Santrock (2003:265),
tunggal melainkan banyak faktor yang pendekatan-pendekatan yang dapat
menyebabkannya. Berdasarkan pengertian dilakukan antara lain:
remaja putus sekolah tersebut, kita bisa a. Mengawasi pengalaman kerja, seperti
mengartikan bahwa yang menjadi inti melalui pendidikan kooperatif,
persoalan remaja putus sekolah adalah magang, kerja praktek, pelatihan
ketidak mampuan, apakah itu ketidak sebelum bekerja, dan perusahaan yang
mampuan kemampuan diri anak didik atau dikelola oleh remaja.
ketidak mampuan diluar diri anak didik. b. Layanan masyarakat dan lingkungan,
Kondisi yang dialami oleh remaja termasuk layanan sukarela dan
putus sekolah menurut Combs (1973:53), layanan bimbingan oleh remaja.
yaitu: c. Mengarahkan kembali pendidikan
1. Timbul rasa kecewa dan patah kejuruan, dimana prinsipnya
semangat karena terpaksa keluar dari seharusnya bukan menyiapkan remaja
sekolah, padahal mereka masih untuk melakukan pekerjaan tertentu,
memiliki keinginan untuk belajar. namun lebih kearah memperoleh
2. Dapat menimbulkan kemerosotan keterampilan-keterampilan dasar yang
moral karena ada kekosongan dalam dibutuhkan pada sejumlah besar
jiwa remaja sehingga mudah pekerjaan.
berperilaku negatif. d. Jaminan untuk bisa melanjutkan
3. Mereka terancam menjadi buta huruf pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan,
karena biasanya mereka segera khususnya yang berhubungan dengan
mengemban tanggung jawab sosial program bimbingan (mentoring).
sebagai orang dewasa (hidup
berumah tangga, ikut mencari Pelayanan sosial merupakan salah
nafkah), walaupun berusaha satu upaya yang tepat untuk memperbaiki
mengembangkan diri melalui keberfungsian sosial remaja putus sekolah.
latihan-latihan. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah
4. Mereka kurang mampu mencapai setiap pelayanan yang dimaksudkan untuk
kedewasaan sehingga kurang siap meningkatkan kesejahteraan sosial
untuk berkeluarga, kurang pergaulan, manusia, sedangkan dalam arti sempit
kurang mandiri. ialah pelayanan yang diberikan kepada
5. Masyarakat banyak dirugikan karena sebagian masyarakat yang kurang atau
biasanya remaja putus sekolah dapat tidak beruntung (Sukoco, 1991:3).
menimbulkan pengangguran, Pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah
kriminalitas, kenakalan remaja, dan adalah kegiatan-kegiatan atau intervensi-
mereka tidak dapat berpartisipasi intervensi terhadap masalah remaja putus
aktif dalam pembangunan sekolah dan dilaksananakan secara
masyarakat. langsung dan terorganisasi serta memiliki
tujuan untuk membantu remaja putus
Remaja putus sekolah merupakan sekolah agar mampu memenuhi
salah satu masalah sosial yang dampaknya kebutuhan-kebutuhannya. Tujuan
tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah
tetapi juga oleh masyarakat. Seperti yang adalah membantu para remaja putus
telah diungkapkan sebelumnya, remaja sekolah terlantar untuk dapat mewujudkan
putus sekolah dapat menimbulkan tujuan mereka serta memecahkan
pengangguran, kriminalitas, kemiskinan permasalahan yang mereka hadapi agar
dan kenakalan remaja. Diperlukan upaya dapat memperbaiki kondisi kehidupannya
penanganan remaja putus sekolah untuk secara mandiri.
mengurangi dampak negatif yang mereka

163
Pelaksanaan pelayanan sosial bagi naungan Dinas Sosial Provinsi. Dalam
remaja putus sekolah merupakan suatu Buku Standar Pelayanan Sosial PSBR
proses pelayanan untuk mengembalikan yang diterbitkan oleh Direktorat Pelayanan
peranan sosial penerima manfaat sehingga Sosial Anak (2008) mengatakan bahwa
mereka dapat menjalankan tugas-tugas PSBR memiliki peranan atau tugas yaitu
kehidupannya sesuai dengan perannya. memberikan perlindungan, pelayanan, dan
Pelayanan sosial yang berbasis lembaga rehabilitasi sosial bagi penyandang
atau sering dikenal dengan pelayanan masalah kesejahteraan sosial remaja putus
sosial di dalam panti menurut Kurniasari sekolah terlantar. Tujuan pelayanan sosial
dkk (2009:19) adalah sebagai berikut: di PSBR adalah untuk memperbaiki
keberfungsian sosial remaja putus sekolah
a. Bimbingan fisik, meliputi agar nantinya mereka dapat memenuhi
permakanan, kegiatan olahraga, kebutuhan mereka dan keluarga tanpa
perawatan kesehatan. harus bergantung dengan orang lain.
b. Bimbingan mental, meliputi: Dalam memberikan pelayanan sosial
1. pemenuhan kebutuhan akan bagi remaja putus sekolah tentulah tidak
privasi. mudah. Seorang pekerja sosial harus
2. memberikan kesempatan mampu mendampingi dan membantu
menentukan pilihan sesuai dengan remaja putus sekolah dalam memecahkan
bakat dan minat penerima manfaat. permasalahan yang mereka hadapi selama
3. pemberian pelayanan pendidikan proses pelayanan sosial agar pelayanan
kecerdasan. sosial yang diberikan kepada remaja putus
c. Bimbingan sosial, meliputi: sekolah dapat sesuai dengan
1. Bermain, rekreasi serta kebutuhannya.
pemanfaatan waktu luang Tujuan pemberian pelayanan sosial
2. Kegiatan kesenian bagi remaja putus sekolah adalah untuk
3. Menjaga martabat penerima membantu memperbaiki keberfungsian
manfaat sosial remaja putus sekolah dan
4. Membina relasi dan kedekatan mempersiapkan remaja putus sekolah
5. Memberikan peluang partisipasi untuk masuk ke dalam dunia kerja, agar
penerima manfaat dalam mereka mampu memenuhi kebutuhan
mengungkapkan perasaannya. mereka secara mandiri tanpa bergantung
d. Bimbingan keterampilan kerja kepada orang lain. Selain itu juga, dengan
Dalam bimbingan keterampilan kerja adanya pelayanan sosial bagi remaja putus
ini akan diberikan sesuai dengan sekolah, diharapkan dapat membantu
minat dan bakat yang dimiliki oleh mengurangi tingkat pengangguran di
penerima pelayanan. tujuannya adalah Indonesia.
untuk mempersiapkan mereka
menghadapi dunia kerja yang selain PENUTUP
membutuhkan sikap dan kepribadian
yang baik juga harus didukung oleh Pemberian pelayanan sosial kepada
keterampilan. remaja putus sekolah, harus dilakukan
sesuai dengan dengan tahap-tahap yang
Banyak upaya yang dilakukan ada. Tahap-tahap tersebut dapat
pemerintah untuk menangani remaja putus mempermudah para pekerja sosial dalam
sekolah. Salah satunya adalah dengan menentukan treatment apa yang akan
memberikan pelayanan sosial sistem panti diberikan kepada remaja putus sekolah.
melalui Pelayanan Sosial Bina Remaja Dalam memberikan pelayanan sosial bagi
(PSBR). Setiap provinsi di Indonesia remaja putus sekolah, harus disesuaikan
memiliki PSBR yang berada di bawah dengan kebutuhan remaja, sehingga

164
pelayanan sosial yang diberikan dapat Direktorat Jenderal Pelayanan dan
bermanfaat dan berguna bagi remaja Rehabilitasi Sosial. Direktoral
tersebut. Pelayanan
Pelayanan sosial bagi remaja putus Sosial Anak. Depsos RI. (2008). Standar
sekolah tentunya sangat diperlukan agar Pelayanan Sosial Panti Sosial Bina
remaja tersebut tetap dapat melaksanakan Remaja (PSBR). Jakarta.
tugasnya di masyarakat sesuai dengan
perannya. Selain itu juga, pelayanan sosial Hurlock, Elisabeth. 1980, Psikologi
bagi remaja putus sekolah dapat membantu perkembangan : Suatu Pendekatan
mereka untuk memenuhi kebutuhannya Sepanjang Rentang Kehidupan,
secara mandiri tanpa harus bergantung Jakarta : Erlangga
kepada orang lain.
Kusumah, Inu Hardi. 2008. Model
Ketika remaja putus sekolah yang Kewiraswastaan Bidang Jasa
telah mendapatkan pelayanan sosial telah Keterampilan Otomotif.
mampu melaksanakan tugasnya secara Universitas Pendidikan Indonesia.
baik di masyarakat dan mandiri dalam Bandung.
memenuhi kebutuhannya, maka pelayanan
sosial tersebut dikatakan berhasil. Namun Santrock, John W. 2003. Adolescence
sebaliknya, ketika remaja putus sekolah Perkembangan Remaja. Erlangga.
yang telah mendapatkan pelayanan sosial Jakarta
belum mampu melaksanakan perannya
Soetarso. 1997. Kesejahteraan Sosial,
dimasyarakat dan belum dapat memenuhi
Pelayanan Sosial dan Kebijakan
kebutuhannya secara mandiri, berarti
Sosial . Bandung : STKS
terdapat kesalahan pada pelaksanaan
pelayanan sosialnya ataupun terhadap Wibhawa, Budhi, dkk. 2010. Dasar-Dasar
remaja itu sendiri. Pekerjaan Sosial. Bandung : Widya
Padjadjaran.

DAFTAR PUSTAKA Widodo,Nurdin Dkk. 2012. Evaluasi


Cole, L. (1963). Psychology Of Pelaksanaan Rehabilitas Sosial
Adolescence. 5 Edition. New York Pada Panti Sosial : Pembinaan
: Holt Rinehard and Winston Inc. Lanjut (After Care Services) Pasca
Rehabilitas Sosial. P3KS Press
Dariyo, Agoes.2004. Psikologi (Anggota IKAPI). Jakarta
Perkembangan Remaja. Bogor Selatan:
Ghalia Indonesia. www.bps.go.id (diunduh pada 2 November
2011 pukul 15.09)

165
THE PRIMARY PROFESSION OF SOCIAL WORKER:
EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI

Oleh :
Rizki Bunga Lestari, Soni Akhmad Nulhaqim, Maulana Irfan

rizkibungalestari@yahoo.com

Abstract :
The fundamental essence of the packaging development of social welfare through a variety of
welfare services is equitable distribution of all components with human rights standards.
With a base rights, quality of service has become a claim. Social services as demand human
rights are very important, and a good quality of service becomes a necessity that can not be
denied. Therefore, social services should be planned systematically, and meet the quality
standards of service in accordance with the philosophy of the nation, and the demands of
professionalism. In the circumstances of the development of social problems and public
demand for policy orientation and development programs of social welfare, which is based
on fairness for all and protect human rights in the future, it takes a professional staff of
social work. Thus, the purpose of writing this article is to change the mindset of society, to
improve the existence of social workers as a profession to the public not just a charity activity
but as a profession that has the knowledge, skills, and values in practice.
Key words: existence, profession, social work

Abstrak :
Esensi mendasar dari kemasan pembangunan kesejahteraan sosial melalui berbagai pelayanan
adalah pemerataan kesejahteraan hidup seluruh komponen bangsa dengan standar hak asasi
manusia. Dengan basis hak asasi, kualitas pelayanan sudah menjadi tuntutan. Pelayanan
sosial sebagai tuntutan hak asasi manusia sangat penting, dan kualitas pelayanan yang baik
menjadi keharusan yang tidak dapat dipungkiri. Karenanya, pelayanan sosial harus terencana
secara sistematis, serta memenuhi standar kualitas pelayanan yang sesuai dengan filosofi
bangsa, dan tuntutan profesionalisme. Dalam situasi dan kondisi perkembangan
permasalahan sosial dan tuntutan publik terhadap orientasi kebijakan dan program
pembangunan kesejahteraan sosial yang bertumpu pada keadilan untuk semua dan
melindungi hak asasi manusia pada masa yang akan datang, dibutuhkan tenaga-tenaga
profesional pekerjaan sosial. Maka, tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengubah
mindset masyarakat, meningkatkan eksistensi pekerja sosial sebagai suatu profesi kepada
khalayak bukan hanya sekedar kegiatan charity melainkan sebagai suatu profesi yang
memiliki knowledge, skill, dan values dalam praktiknya.
Kata kunci: eksistensi, pekerja sosial, profesi

166
PENDAHULUAN kegiatan profesional membantu individu,
Dalam berita website Metro TV kelompok, atau masyarakat meningkatkan
dijelaskan bahwa kemampuan pemerintah atau mengembalikan kapasitas mereka untuk
melalui Kementerian Sosial dalam menangani fungsi sosial dan menciptakan kondisi sosial
masalah sosial dalam lima tahun terakhir yang menguntungkan untuk tujuan ini.
hanya menjangkau rata-rata sekitar 8% dari Praktek kerja sosial terdiri dari profesional
total Penyandang Masalah Kesejahteraan penerapan sosial nilai kerja, prinsip, dan
Sosial (PMKS) yang mencapai sebanyak 15,5 teknik untuk satu atau lebih untuk membantu
juta jiwa. orang mendapatkan pelayanan yang nyata
Dari fakta tersebut, maka dibutuhkan (misalnya, yang melibatkan penyediaan
suatu profesi yang sangat berperan dalam hal makanan, perumahan, atau pendapatan);
tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh memberikan konseling dan psikoterapi
Zastrow (2004) dalam Introduction to Social dengan individu, keluarga, dan kelompok;
Work and Social Welfare, telah membantu masyarakat atau kelompok
menggambarkan bahwa profesi utama yang menyediakan atau meningkatkan pelayanan
paling berperan dalam pembangunan sosial dan kesehatan; berpartisipasi dalam
kesejahteraan sosial adalah Pekerjaan Sosial. proses legislatif yang relevan. (NASW, 1973,
Selain itu, Zastrow pun menjelaskan bahwa p. 4-5)
pekerjaan sosial sebagai suatu profesi NASW melaporkan bahwa Bob
memiliki fungsi dan tugas pokok untuk Etheridge (D-N.C.) sebagai wakil rakyat
memberikan pelayanan dalam rangka memberi penghormatan kepada pekerja sosial.
mencapai keberfungsian sosial orang melalui Ia berbagi dengan pembicara dari DPR AS
proses interaksi sosial. dan memberikan komentar sebagai berikut:
“Pekerjaan Sosial adalah sebagai profesi “Para pekerja sosial mempengaruhi
terdepan dalam pemberian pelayanan kehidupan kita dalam banyak cara.
sosial untuk membantu orang, baik secara Pekerjaan mereka menyentuh kita semua
individual, kelompok, keluarga, maupun sebagai individu dan sebagai seluruh
masyarakat, dalam memecahkan rnasalah masyarakat. Mereka berpendidikan, sangat
sosial yang dihadapinya. Tanggung jawab terlatih, dan berkomitmen profesional.
inilah yang menjadi misi utama Pekerja mereka bekerja dalam pelayanan keluarga
Sosial. Misi utama Pekerja Sosial bukan dan kesehatan mental masyarakat instansi,
sekedar membantu pemecahan masalah, sekolah, rumah sakit, panti jompo, dan
tetapi juga menciptakan kondisi-kondisi banyak lembaga swasta dan publik
kemasyarakatan pokok yang menunjang lainnya. Mereka mendengarkan, mereka
pencapaian tujuan itu. Hal tersebut peduli. Dan yang paling penting, mereka
dibutuhkan manusia agar mampu membantu mereka yang membutuhkan.”
mengarungi kehidupan secara fungsional (Vallianatos, 2012)
dalam menghadapi perubahan sosial yang Saat ini di Indonesia diperkirakan
cepat ini.” (Zastrow, 2004: 13) terdapat lebih dari 36.000 Pekerja Sosial
Selain itu, dalam referensi tersebut professional lulusan dari 37 Perguruan Tinggi
dipaparkan definisi lainnya. The National yang menyelenggarakan pendidikan
Association of Social Work (NASW) Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial.
mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai Sebagian besar dari jumlah Pekerja Sosial

167
profesional tersebut tergabung dalam Ikatan ini salah satunya dikarenakan masyarakat
Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI). belum mengenal pekerja sosial sebagai
Banyak dari mereka bekerja di Lembaga profesi yang profesional, masyarakat lebih
Swadaya Masyarakat (LSM) Nasional mengenal pekerjaan sosial sebagai kegiatan
maupun Internasional. Sebagian besar lagi karitas. Mereka berpandangan bahwa bidang
bekerja di Instansi Pemerintah dan lembaga pekerjaan ini sesungguhnya dapat dilakukan
pelayanan kesejahteraan sosial baik milik oleh siapapun, tidak harus dari lulusan
pemerintah maupun masyarakat (swasta). pendidikan pekerjaan sosial. Hal ini pula yang
Berdasarkan data populasi Pekerja Sosial kemudian dapat menyebabkan kualitas
tersebut, diketahui pula data sampai Mei 2013 pelayanan dan penanganan masalah menjadi
jumlah Pekerja Sosial fungsional sebanyak tidak optimal dan mencapai hasil yang
1.154 orang yang bekerja di instansi diharapkan.
pemerintah pusat dan daerah. Hal tersebut diperjelas dalam website
(http://www.microsite.metrotvnews.com/metr P4S Kemsos (2014) bahwa sebutan pekerja
onews/read/2014/09/02/3/185591/ diakses sosial profesional ini dimaksudkan untuk
pada 1 Oktober 2014 pukul 14.07 WIB) membedakan dengan mereka yang bekerja
Dalam situasi dan kondisi dalam bidang pekerjaan sosial tapi bukan
perkembangan permasalahan sosial dan berasal dari lulusan pendidikan pekerjaan
tuntutan publik terhadap orientasi kebijakan sosial. Namun, hal ini tidak dapat dihindari
dan program pembangunan kesejahteraan karena dalam kenyataannya banyak bidang
sosial yang bertumpu pada keadilan untuk pekerjaan sosial yang digarap oleh mereka
semua dan melindungi hak asasi manusia yang bukan berasal dari lulusan pendidikan
pada masa yang akan datang, dibutuhkan pekerjaan sosial. Lahan yang seharusnya
tenaga-tenaga profesional pekerjaan sosial. digarap oleh profesi pekerjaan sosial akan
Jika ratio Pekerja Sosial (Social Worker) diambil alih oleh profesi lain.
dengan penyandang masalah kesejahteraan Lahan yang dimaksud adalah ranah
sosial minimal satu berbanding 100, maka pekerjaan yang membutuhkan keahlian
kebutuhan Pekerja Sosial di Indonesia paling spesifik dan hanya dapat dilakukan oleh
sedikit sebanyak 155.000 orang. Estimasi pekerja sosial. Banyak bidang pekerjaan
jumlah PMKS tahun 2014 sebanyak 15,5 juta peksos yang saat ini masih menjadi garapan
keluarga, sedangkan jumlah Pekerja Sosial profesi lain, seperti psikolog, keperawatan
saat ini sekitar 15.522 orang. Dengan dan profesi lainnya. Pekerja sosial memang
demikian masih diperlukan sekitar 139.000 profesi yang menggunakan hati, tapi RUU
Pekerja Sosial. akan memperkuat posisi pekerja sosial
Kebutuhan akan pekerja sosial yang profesional dan bermanfaat sebagai bentuk
terus meningkat untuk menangani pertanggungjawaban praktik pekerjaan sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial kepada masyarakat luas. Dalam beberapa
(PMKS) yang berjumlah 15,5 juta rumah kasus bahkan kita menemukan adanya pegiat
tangga tidak diimbangi dengan lulusan dalam bidang pekerjaan sosial yang bukan
perguruan tinggi kesejahteraan sosial serta berasal dari pendidikan pekerjaan sosial yang
peminat masyarakat untuk mengikuti berhasil menyelenggarakan kegiatan
pendidikan pekerjaan/kesejahteraan sosial, hal pelayanan sosial lebih baik. Kedua kondisi

168
tersebut semakin memperlemah eksistensi (http://harianrakyatbengkulu.com/ver3/2014/0
pekerjaan sosial sebagai bidang keahlian yang 7/25/11-jabatan-cpns-bisa-dilamar-sarjana-
spesifik. semua-jurusan/#)
Ditambah lagi saat ini jabatan peksos bisa Banyak pilar penting yang telah
diisi oleh semua jurusan untuk masuk CPNS dibangun untuk mengembangkan praktik
di beberapa provinsi. Berdasarkan hemat Pekerjaan Sosial di Indonesia. Sudah ada UU
saya, hal ini terjadi antara lain karena tidak yang menuntut profesi Pekerjaan Sosial untuk
adanya regulasi yang mengatur bahwa bidang melaksanakan praktik, seperti (a) UU No 11
pekerjaan yang sesungguhnya secara spesifik Tahun 2012 tentang system peradilan Pidana
hanya dapat dilakukan oleh pekerja sosial Anak yang mengamanatkan pendampingan
tidak dapat diserahkan kepada oleh mereka Pekerja Sosial bagi anak-anak yang
yang bukan pekerja sosial. berkonflik dengan hukum, (b) UU tentang
Berdasarkan situs resmi KemenPAN- Sisdiknas atau peraturan turunannya yang
RB, adapun 11 jabatan yang dapat dilamar mengharapkan adanya praktik Pekerjaan
oleh sarjana dari semua jurusan masing- Sosial di sekolah, (c) UU No 4 Tahun 1997
masing instansi adalah, Analis Kebijakan, tentang Penyandang Cacat, (d) UU No 5
Perencana, Auditor, Pengawas Penyelenggara Tahun 1997 tentang psikotropika; UU No 13
Urusan Pemerintahan daerah, Penggerak Tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin.
Swadaya Masyarakat, idyaiswara, Peneliti, Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang
Pekerja sosial, Penyuluh sosial, Perekayasa, Kesejahteraan Sosial, menjadi panduan utama
dan Pemeriksa.“Bagi instansi pemerintah dalam penciptaan kerangka sistem
yang belum mengalokasikan formasi untuk 11 kesejahteraan sosial di Indonesia.
jabatan yang bisa dilamar oleh saraja dari UU ini menyebutkan pekerja sosial
semua jurusan tersebut supaya segera sebagai “the primary profession” dalam
mengalokasikannya,” kata Kepala Biro penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Sistem
Hukum, Komunikasi dan Informasi Publik kesejahteraan sosial, sebagaimana terkandung
Kementerian PANRB Herman Suryatman. dalam UU No 11 Th 2009 ini merupakan arah
Namun sayangnya, sampai sekarang sistematis dalam mencapai kondisi yang akan
banyak instansi pemerintah pusat maupun dituju. Namun, UU ini mengandung banyak
daerah yang belum mengalokasikan untuk kelemahan. Penyelenggaraan kesejahteraan
jabatan 5% yang dapat dilamar oleh sarjana sosial yang diamanatkan UU Nomor 11
dari semua jurusan. Kepala Badan Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi belum mengatur standar Praktik Pekerjaan
Bengkulu, Tarmizi, B.Sc, S.Sos saat Sosial di Indonesia.
dikonfirmasi mengatakan tidak semua jabatan Adanya kebutuhan terhadap standar
tersebut akan diisi. Hanya dua jabatan yang registrasi, akreditasi, dan sertifikasi. Lembaga
memungkinkan, yakni Pekerja sosial dan Sertifikasi Pekerja Sosial Indonesia (LSPSI)
Penyuluh sosial. “Kalau untuk jabatan lain serta Badan Akreditasi Lembaga
sudah banyak, seperti auditor. Dan kedua Kesejahteraan Sosial (BALKS) sebagai pilar
jabatan itu (Pekerja sosial dan Penyuluh pengendali praktik pekerjaan sosial maupun
sosial), juga tidak begitu spesifik,” kata lembaga pelayanan kesejahteraan sosial juga
Tarmizi.

169
telah terbentuk dan dan akan terus kegiatan profesional membantu individu,
berkembang. kelompok, atau masyarakat meningkatkan
Maka dari itu, untuk mewujudkannya atau mengembalikan kapasitas mereka untuk
fungsi sosial dan menciptakan kondisi sosial
dibutuhkan beberapa upaya yang harus
yang menguntungkan untuk tujuan ini.
dilakukan salah satunya melalui penulisan Praktek kerja sosial terdiri dari profesional
artikel ini diharapkan dapat mengubah penerapan sosial nilai kerja, prinsip, dan
paradigma khalayak akan pekerja sosial teknik untuk satu atau lebih untuk membantu
sebagai suatu profesi begitupun dengan orang mendapatkan pelayanan yang nyata
lapangan praktik pekerja sosial akan lebih (misalnya, yang melibatkan penyediaan
diakui oleh semua pihak. makanan, perumahan, atau pendapatan);
memberikan konseling dan psikoterapi
dengan individu, keluarga, dan kelompok;
EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL membantu masyarakat atau kelompok
SEBAGAI SUATU PROFESI menyediakan atau meningkatkan pelayanan
sosial dan kesehatan; berpartisipasi dalam
Apa itu Pekerjaan Sosial dan proses legislatif yang relevan (NASW, 1973,
Kesejahteraan Sosial? p. 4-5).
Zastrow (2004) dalam Introduction to Di samping itu, kesejahteraan sosial
Social Work and Social Welfare, telah adalah sistem program suatu negara, manfaat,
menggambarkan bahwa profesi utama yang dan layanan yang membantu orang, ekonomi,
paling berperan dalam pembangunan pendidikan, dan kebutuhan kesehatan yang
kesejahteraan sosial adalah Pekerjaan Sosial. mendasar untuk pemeliharaan masyarakat.
Selain itu, Zastrow pun menjelaskan bahwa Reid (1995) menggambarkan kesejahteraan
pekerjaan sosial sebagai suatu profesi sosial sebagai "ide, bahwa ide menjadi salah
memiliki fungsi dan tugas pokok untuk satu dari masyarakat yang layak yang
memberikan pelayanan dalam rangka menyediakan kesempatan untuk bekerja,
mencapai keberfungsian sosial orang melalui memberikan keamanan yang wajar dari
proses interaksi sosial. keinginan dan penyerangan, mengutamakan
“Pekerjaan Sosial adalah sebagai profesi kejujuran dan evaluasi berdasarkan pada jasa
terdepan dalam pemberian pelayanan individu, dan ekonomi produktif dan
sosial untuk membantu orang, baik secara stabilitas". (hal. 206).
individual, kelompok, keluarga, maupun Lalu, bagaimana kesejahteraan sosial
masyarakat, dalam memecahkan rnasalah dan pekerjaan sosial terkait? Sederhananya,
sosial yang dihadapinya. Tanggung jawab pekerjaan sosial berfungsi untuk
inilah yang menjadi misi utama Pekerja meningkatkan ekonomi dan
Sosial. Misi utama Pekerja Sosial bukan kesejahteraan sosial masyarakat. Fokus
sekedar membantu pemecahan masalah, pekerja sosial bukan satu-satunya dalam
tetapi juga menciptakan kondisi-kondisi bidang kesejahteraan sosial masyarakat saja.
kemasyarakatan pokok yang menunjang Namun, hal ini berarti mencakup kesehatan,
pencapaian tujuan itu. Hal tersebut pendidikan, rekreasi, jasa, dan keamanan
dibutuhkan manusia agar mampu masyarakat.
mengarungi kehidupan secara fungsional
dalam menghadapi perubahan sosial yang Keberlanjutan Karir Pekerjaan Sosial
cepat ini.” (Zastrow, 2004: 13) Ada berbagai cara untuk melihat
Selain itu, dalam referensi tersebut kemajuan melalui karir pekerjaan sosial.
dipaparkan definisi lainnya. The National Beberapa kemajuan pekerja sosial melalui
Association of Social Work (NASW) serangkaian tingkatan.. Derajat dalam
mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai
170
pekerjaan sosial meliputi sarjana muda, psikologi, psikiatri, dan konseling
master, dan doktor. Pekerjaan sosial adalah menggunakan keterampilan wawancara, dan
kegiatan profesional untuk membantu beberapa juga menggunakan sebuah rencana
individu, kelompok, atau masyarakat pendekatan.
meningkatkan atau memulihkan kemampuan Semuanya, memiliki kesamaan inti
mereka untuk berfungsi sosial dan dari wawancara dan konseling keterampilan.
menciptakan kondisi sosial yang Namun, pekerjaan sosial melibatkan lebih
menguntungkan untuk tujuan ini. dari hanya duduk dengan individu, kelompok,
Kesejahteraan sosial adalah sistem suatu atau keluarga dan memecahkan beberapa
negara program, manfaat, dan layanan yang masalah. Pekerjaan Sosial
membantu orang bertemu orang-orang sosial, memiliki setidaknya lima dimensi utama yang
ekonomi, kebutuhan pendidikan, dan membuatnya unik. Pertama, pekerja sosial
kesehatan yang penting untuk pemeliharaan dapat fokus pada masalah atau kelompok
masyarakat. masalah yang kompleks dan sulit. pekerja
sosial tidak menolak untuk bekerja dengan
Bidang praktik pekerjaan sosial klien atau merujuk mereka ke tempat lain
Bidang praktek dalam pekerjaan sosial karena klien-klien memiliki karakteristik.
termasuk anak-anak dan keluarga, lansia, Misalnya, mungkin ada sebuah keluarga di
disabilitas, kesehatan, kesehatan mental, mana pelecehan seksual terjadi, dan
penyalahgunaan zat, sekolah, dan koreksional. penyalahgunaan yang harus dihentikan.
Konteks lain untuk praktek pekerjaan sosial Demikian juga, mungkin ada komunitas di
adalah mana tingkat kejahatan remaja adalah
pekerjaan sosial pedesaan, polisi pekerjaan merajalela, dan sesuatu harus dilakukan.
sosial, dan forensik pekerjaan sosial. Tidak setiap masalah dapat diselesaikan,
tetapi beberapa dapat menjadi-atau setidaknya
Pekerjaan Sosial dan Disiplin Lainnya diringankan. Praktisi kerja sosial dilengkapi
Dasar dari pekerjaan sosial profesional dengan repertoar keterampilan untuk
adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai- membantu mereka mengidentifikasi dan
nilai. Pengetahuan tidak hanya dari pekerja memeriksa masalah. Mereka kemudian
sosial tetapi juga dari berbagai disiplin ilmu membuat pilihan tentang di mana usaha
yang berfokus pada pemahaman kebutuhan mereka bisa menjadi yang terbaik untuk
dan perilaku masyarakat. Hal ini termasuk diarahkan.
psikologi, sosiologi, ilmu politik, ekonomi, Dimensi kedua yang membuat
biologi, psikiatri, konseling, dan antropologi pekerjaan sosial yang unik adalah bahwa hal
budaya. itu sering menargetkan lingkungan meliputi
Para pekerja sosial menggunakan klien, dan bukan klien sendiri untuk
pengetahuan yang diambil dari masing- perubahannya. Kadang-kadang
masing bidang, dalam hubungannyadengan layanan tidak tersedia atau sulit untuk
keterampilan kerja sosial dan nilai-nilai, mendapatkan, kebijakan yang tidak adil, atau
untuk membantu individu, keluarga, orang-orang ditindas oleh orang lain.
kelompok, organisasi, dan masyarakat administrator
memecahkan masalah dan meningkatkan dan orang yang berkuasa tidak selalu
kualitas hidup mereka. memiliki motivasi atau wawasan untuk
memulai perubahan yang diperlukan. Pekerja
Keunikan Pekerjaan Sosial sosial harus melihat di mana perubahan
Bidang lainnya melakukan beberapa sangat penting di luar individu dan bekerja
fungsi yang sama sebagai pekerjaan sosial. dengan lingkungan untuk memberlakukan
Misalnya, kesehatan mental dokter di bidang perubahan tersebut.

171
Dimensi ketiga yang membuat pertanyaan dasar bertanya dari banyak
pekerjaan sosial yang unik terkait dengan profesi. Tentu saja, masyarakat juga ingin
penargetan lingkungan: yaitu, pekerja sosial tahu apakah mereka layak legitimasi.
sering merasa perlu untuk mengadvokasi Reiner Wendt, wakil dari Ekologis Teori
klien mereka. Pembelaan melibatkan secara Sosial dalam IUC Jurnal of Social Work
aktif campur tangan untuk membantu klien bertanya: Bagaimana kita menciptakan
mendapatkan apa yang mereka butuhkan. identitas pekerjaan sosial, jika dalam citra diri
Paling sering, intervensi ini profesional setiap bidang pekerjaan
berfokus pada "hubungan antara klien dan menjelaskan dirinya sebagai bidang khusus
'sistem' tidak responsif "(Epstein, 1981, p. 8). pekerjaan sosial? Konseling, pelayanan sosial
Klien telah ditentukan kebutuhan, dan klinis, karya sosial masyarakat, semua
lembaga sosial, organisasi. Sistem tidak mengklaim identitas tertentu. Apakah mereka
responsif harus ditekan untuk membuat memiliki kesamaan? Apa jenis pola dasar
perubahan sehingga kebutuhan bisa yang dapat menggambarkan dari pekerja
dipenuhi. sosial? Bagaimana seorang pekerja sosial
Dimensi keempat yang membuat melihat identitasnya sendiri?
pekerjaan sosial yang unik adalah penekanan Dr. Heiko Kleve, anggota dari DBSH
pada menunjukkan bahwa identitas ini adalah
dan kepatuhan terhadap inti profesional nilai- identitas pekerjaan sosial. Keterbukaan,
nilai. Kode Etik NASW berfokus pada hak kerapuhan, dan ambivalensi adalah karakter
individu untuk membuat pilihan bebas dan pekerjaan sosial. Kita harus mengucapkan
memiliki kualitas hidup (NASW, 1999). Para selamat tinggal kepada citra idealis. Intinya
pekerja sosial tidak memaksa cara berpikir adalah bahwa kita tidak bisa memiliki
atau bertindak orang tertentu. Sebaliknya, identitas seragam - tetapi jika hal ini tidak
mereka membantu orang membuat keputusan mungkin, dan diskusi tidak akan berhenti,
sendiri tentang bagaimana untuk berpikir atau maka akan tetap sulit untuk menciptakan
bertindak. landasan profesionalisme untuk seorang
Kelima dimensi membuat pekerjaan pekerja sosial.
sosial yang unik berkaitan dengan inti nilai- Salah satu cara untuk memahami
nilai pekerjaan sosial yakni betapa pentingnya pekerjaan sosial yakni dengan meninjau
untuk klien dalam membuat keputusan konten dan harapan dalam akreditasi program
mereka sendiri. Para pekerja sosial tidak kurikulum pekerjaan sosial. Dewan
melacak cara spesifik berpikir atau bertindak Pendidikan Pekerjaan Sosial (CSWE) adalah
seseorang. Sebaliknya, mereka berlatih dalam organisasi akreditasi program kerja sosial di
suatu kemitraan dengan klien, membuat dan seluruh Amerika Serikat. Akreditasi adalah
melaksanakan rencana bersama-sama. sebutan resmi oleh yang berwenang tubuh
Kebanyakan profesi lain menekankan otoritas (dalam hal ini, CSWE) bahwa pendidikan
dan keahlian profesional, pada satu tangan, Program memenuhi standar yang ditentukan.
dan status bawahan klien sebagai Hal ini biasanya diperlukan dalam berlisensi
penerima jasa. sebagai pekerja sosial. Kebijakan Pendidikan
CSWE dan Standar Akreditasi (EPAS)
Tujuan Pendidikan, Kurikulum, dan menekankan bahwa program kerja sosial
Kompetensi Pekerjaan Sosial harus mencerminkan nilai-nilai tertentu
Selanjutnya, muncullah pertanyaan seluruh kurikulum mereka. EPA menyatakan
utama: “Bagaimana dengan identitas pekerja bahwa "layanan, keadilan sosial, martabat dan
sosial?” Pengetahuan dan kemampuan apa nilai seseorang, pentingnya hubungan
yang mereka miliki? Kedua faktor berperan manusia, integritas, kompetensi, hak asasi
dalam menetapkan identitas dan merupakan manusia, dan penelitian ilmiah adalah salah

172
satu nilai-nilai inti pekerjaan sosial "(CSWE, yang penting atau benar dalam situasi dan
2008b, hal. 2). EPA juga menetapkan 10 memberikan panduan untuk membuat
daerah yang lulusan dari program pekerjaan keputusan dan penilaian yang baik. Pekerja
sosial harus mempunyai kompetensi. sosial profesional harus menunjukkan
Kompetensi adalah "perilaku praktek kompetensi dalam mengenali nilai-nilai
terukur yang terdiri dari pengetahuan yang pribadi. "Prinsip-prinsip penalaran etis untuk
cukup, keterampilan, dan nilai-nilai, serta tiba di berprinsip keputusan "(CSWE, 2008b,
memiliki tujuan untuk berlatih secara efektif. hal. 4). Dalam kode etik NASW disebutkan
Bagian berikut menjelaskan setiap sebelumnya mengenai beberapa pedoman
kompetensi dan mengidentifikasi bidang dasar bagi para praktisi pekerjaan sosial,
dalam kurikulum tradisional pekerjaan sosial. seperti halnya Asosiasi Internasional Pekerja
Lima kompetensi pertama melibatkan Sosial Internasional / Sekolah
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai Etika Pekerjaan Sosial di Pekerjaan Sosial.
yang jelas seluruh kurikulum pekerjaan sosial. c. Kompetensi 3: Penerapan Kritis
Lima terakhir kompetensi berhubungan Pentingnya berpikir kritis, hal ini
dengan bidang isi tradisional atau didefinisikan sebagai (1) pengawasan hati-
kursus dalam program-sosial pekerjaan sosial hati apa yang dinyatakan sebagai benar atau
penelitian, perilaku manusia dan lingkungan apa yang tampaknya menjadi benar dan
sosial, ekspresi yang dihasilkan dari pendapat atau
kebijakan sosial kesejahteraan, serta praktek kesimpulan berdasarkan pengawasan itu, dan
pekerjaan sosial (kompetensi (2) perumusan kreatif pendapat atau
9 dan 10). kesimpulan ketika disajikan dengan
a. Kompetensi 1: Identifikasi pertanyaan, masalah, atau isu. Sebaliknya,
Sebagai pekerja Pekerja Sosial berpikir kritis memerlukan menggunakan
profesional harus "melayani sebagai wakil analisis kreatif pengandaian untuk
profesi, misinya, dan nilai-nilai inti" (CSWE, menentukan sendiri apa yang benar-benar
2008b, hal. 3). Mereka harus memiliki benar atau apa pilihan terbaik di antara
pengetahuan tentang sejarah dan alternatif yang ada. Hal ini juga menyangkut
perkembangan pekerjaan sosial. Mereka harus kemampuan untuk berkomunikasi dengan
melakukan sendiri dalam etika, secara jelas dan efektif, baik secara lisan maupun
profesional, memberikan pelayanan yang tertulis.
efektif untuk klien dan menghormati hak d. Kompetensi 4: Keterlibatan
klien untuk menentukan nasib sendiri. Dalam Keanekaragaman dalam Praktek
prakteknya, pekerja sosial harus Keanekaragaman mengacu pada
mengadvokasi atas nama ketika layanan klien berbagai perbedaan karakteristik orang. Fokus
mereka atau kebijakan peningkatan dari profesi pekerjaan sosial meliputi
penyediaan layanan pemerintahan diperlukan. kelompok yang dibedakan dengan "usia,
Mereka harus terus mengembangkan kelas, warna, budaya, kecacatan, etnis,
keterampilan mereka dan memperoleh gender, identitas gender dan ekspresi, status
pengetahuan baru sepanjang karier mereka imigrasi, ideologi politik, ras, agama, jenis
untuk melayani klien. Akhirnya, mereka harus kelamin, dan orientasi seksual" (CSWE,
mencari bantuan dari pengawas dan konsultan 2008b, hal. 5). Setiap kali seseorang dapat
bila diperlukan. diidentifikasi sebagai milik kelompok yang
b. Kompetensi 2: Penerapan Sosial berbeda dari sebagian besar orang lain dalam
Anda mungkin telah memperhatikan masyarakat.
bahwa nilai-nilai pekerjaan sosial dan etika Karena pekerja sosial memiliki berbagai
sangat penting untuk praktek pekerjaan sosial. macam klien, menunjukkan hampir setiap
Mereka membantu para praktisi menilai apa jenis kebutuhan dan masalah, mereka harus

173
secara integral akrab dengan konsep yang berisiko dari deprivations tersebut.
keragaman manusia. Adapun mpat aspek Berarti pekerja sosial membutuhkan
utama. Pertama, pekerja sosial harus informasi dan wawasan tentang isu-isu khusus
menghargai perbedaan dan fokus pada dan kebutuhan orang-orang ini. Oleh karena
kekuatan. Kedua, mereka harus peka terhadap itu, pekerja sosial mengharuskan kedua
dan mengatasi setiap kesulitan dan klien teoritis dan konten praktek mengenai
pengobatan negatif mungkin menghadapi dinamika dan
karena mereka milik beberapa kelompok yang hasil diferensial, perlakuan tidak adil.
beragam. Ketiga, mereka harus introspektif Satu nilai pekerjaan sosial sangat
menilai sikap mereka sendiri dan berusaha penting adalah "proses peningkatan pribadi
untuk menghilangkan prasangka yang pemberdayaan-,
mungkin mereka miliki. Keempat, pekerja interpersonal, atau politik kekuasaan sehingga
sosial harus melihat diri mereka sebagai individu dapat mengambil tindakan untuk
peserta didik seumur hidup tentang banyak memperbaiki situasi kehidupan mereka"
aspek keragaman manusia, khususnya (Gutierrez, 2001, hal. 210). Beberapa
karakteristik klien. kelompok orang mengalami stereotip,
e. Kompetensi 5: Peningkatan Hak Asasi diskriminasi, dan penindasan.
Manusia serta Keadilan Sosial dan Adalah tugas pekerja sosial untuk
Ekonomi memberdayakan klien secara umum dan
Konsep hak asasi manusia dan anggota kelompok tertindas pada khususnya.
keadilan sosial-ekonomi terkait dengan f. Kompetensi 6: Keterlibatan dalam
konsep keragaman manusia. Hak asasi Penelitian
manusia melibatkan premis bahwa semua Mahasiswa pekerja sosial harus
orang, terlepas ras, budaya, atau asal negara, menunjukkan kompetensi dalam research. Ini
berhak untuk hak-hak dasar dan pengobatan. berarti pekerja sosial harus menggunakan
Keadilan sosial adalah gagasan bahwa di pendekatan dan intervensi dalam praktek
dunia yang sempurna semua warga negara mereka
akan identik "hak, perlindungan, peluang, bahwa penelitian telah ditentukan efektif. Para
kewajiban, dan manfaat sosial" (Barker, 2003, pekerja sosial harus menggunakan "temuan
hal. 405). Demikian pula, keadilan ekonomi penelitian untuk memperbaiki praktek,
melibatkan distribusi sumber daya secara adil kebijakan, dan pelayanan sosial" (CSWE,
dan merata. Lulusan pekerja sosial harus 2008b, hal. 5). Para pekerja sosial mungkin
menunjukkan kompetensi dalam memahami juga memiliki kesempatan untuk
konsep-konsep dan berpartisipasi dalam praktek berdasar pada
dasar teoritis mereka; pekerja sosial harus penelitian. Penelitian yang erat ini melibatkan
membela pekerjaan sehari-hari para praktisi berfokus
atas nama prinsip-prinsip ini dan pada pengumpulan data dan hasil yang terkait
menggabungkan dengan proses praktek pekerjaan sosial
prinsip ke dalam praktek mereka (CSWE, (Tripodi &
2008b, hal. 5). Lalayants, 2008, p. 518). Program "Penelitian
Konsep lain yang penting dalam Pekerjaan Sosial” menjadi urutan program
pekerjaan sosial adalah populasi, kelompok dalam kurikulum mereka. Pengetahuan
yang terdiri dari beberapa orang diidentifikasi tentang penelitian pekerjaan sosial adalah
karakteristiknya, beserta risikonya karena penting karena dua alasan mendasar. Pertama,
praktek pekerjaan sosial melibatkan dapat membantu pekerja sosial
mendapatkan sumber daya manusia dan menjadi lebih efektif dalam praktek langsung
membantu mereka memecahkan masalah, mereka dengan memilih intervensi yang telah
pekerja sosial sering bekerja dengan populasi terbukti berhasil, sehingga mendapatkan hasil

174
yang lebih baik dan lebih jelas. Framing lebih baik untuk praktek jangka empiris.
intervensi pekerjaan sosial sehingga mereka Istilah yang terakhir sekarang tampaknya
dapat dievaluasi melalui penelitian diterapkan dalam materi. (pp. 46-47)
memberikan informasi tentang teknik-teknik Kandungan penelitian pekerjaan sosial
khusus bekerja yang baik dengan cenderung turun dalam empat hal berikut
yang bermasalah. Evaluasi praktek di seluruh (Reid, 1995; Tripodi & Lalayants, 2008).
proses intervensi dapat membantu Pertama, banyak studi melibatkan perilaku
menentukan apakah seorang pekerja benar- individu klien dan interaksi mereka dengan
benar membantu klien. Kedua, akumulasi orang lain dekat dengan
penelitian membantu membangun lembaga mereka, termasuk keluarga dan kelompok-
untuk merencanakan intervensi yang efektif. kelompok kecil. kedua, banyak penelitian
Pengetahuan dari apa yang telah bekerja berfokus pada bagaimana layanan disediakan
terbaik di masa lalu memberikan pedoman untuk klien, layanan apa yang terlibat, dan
untuk pendekatan dan teknik yang akan hasil mereka dalam mencapai tujuan. Ketiga,
digunakan di masa sekarang dan di masa beberapa studi mengatasi sikap pekerja sosial
depan. Menetapkan penelitian dasar untuk 'dan latar belakang pendidikan, di samping
pengembangan program dan kebijakan yang tren utama dalam profesi. Keempat, beberapa
mempengaruhi banyak orang. Pengetahuan penelitian melibatkan studi tentang
tersebut dapat juga dapat digunakan untuk "organisasi, masyarakat, dan kebijakan sosial"
menghasilkan teori-teori baru dan ide-ide (Reid, 1995, hlm. 2044). Kategori terakhir
untuk lebih meningkatkan efektivitas kerja menekankan pentingnya lingkungan sosial
sosial praktek. yang lebih besar dan dampaknya pada
Based-practice merupakan istilah lain perilaku dan
yang sering digunakan dalam pekerjaan kondisi klien.
sosial, yang memiliki arti mirip dengan g. Kompetensi 7: Penerapan Pengetahuan
research-information practice, yaitu praktik Perilaku Manusia dan Lingkungan Sosial
berbasis informasi yaitu "hati nurani, Pekerja sosial harus berpengetahuan
eksplisit, dan penggunaan bukti/informasi tentang perilaku manusia dan lingkungan
terbaik saat ini dalam pembuatan keputusan sosial. Fungsi masyarakat dalam konteks
tentang perawatan klien "(Gambrill, 2000, lingkungan merupakan dorongan penting dari
hal. 46; Race, 2008; Rubin, 2008). Gambrill pekerjaan sosial. Hanya setelah menilai dan
(2000) menjelaskan: pemahaman bahwa fungsi dapat pekerja sosial
“Ini meliputi keahlian praktek integrasi melanjutkan dengan
individu dengan fakta eksternal terbaik rencana intervensi. Para pekerja sosial harus
yang tersedia dari sistematis penelitian memiliki pengetahuan tentang "biologis,
serta mempertimbangkan nilai-nilai dan sosial, budaya, psikologis, dan pengembangan
harapan klien. Temuan penelitian spiritual "karena hal ini terjadi atas umur
eksternal berkaitan dengan masalah yang (CSWE, 2008b, hal. 6). "Perilaku Manusia
diambil jika mereka bersedia dan berlaku dan Lingkungan Sosial "adalah dasar untuk
untuk klien tertentu mereka. Peksos kursus lain atau urutan program tradisional
melibatkan klien sebagai peserta dimasukkan dalam kurikulum pekerjaan
kolaboratif membantu hubungan yang sosial. Orang-orang terus-menerus dan
merupakan ciri dari praktek berbasis dinamis terlibat dalam kegiatan yang sedang
fakta. Klien sepenuhnya diinformasikan berlangsung dan komunikasi dengan orang
tentang risiko dan manfaat dari layanan lain
yang direkomendasikan serta alternatif di lingkungan. Penilaian adalah identifikasi
(termasuk alternatif melakukan apa). . . . dari "sifat dan tingkat kebutuhan klien dan
Istilah praktek evidence-based adalah keprihatinan,

175
serta informasi penting tentang sumber daya klien apa yang dilayani, dan siapa yang
klien memenuhi syarat untuk program yang
dan mendukung dan faktor lingkungan diberikan. Mereka juga menetapkan standar
lainnya "sehingga rencana untuk membantu tentang jenis layanan yang akan diberikan dan
dapat dirancang dan dilaksanakan (Blythe & kualifikasi dari penyedia layanan. Selain
Reithoffer, 2000, hal. 551). ranah yang lebih luas kebijakan kesejahteraan
Assesment pekerja sosial dilakukan sosial, kebijakan lembaga yang standar yang
untuk menemukan situasi tertentu apa yang diadopsi oleh
menyebabkan masalah untuk melanjutkan organisasi individu dan program yang
perubahan yang diinginkan klien. Berfokus menyediakan
pada lingkungan berarti tidak hanya melihat layanan (misalnya, sebuah lembaga pelayanan
pada individu itu sendiri tetapi juga pada keluarga, Departemen suatu pelayanan
keterlibatan mereka dengan anggota keluarga, manusia, atau panti jompo). Standar tersebut
tetangga, pekerjaan kolega, sistem politik, dan dapat menetapkan struktur badan, kualifikasi
lembaga layanan di dalam masyarakat. Berarti supervisor dan pekerja, aturan yang mengatur
bahwa masalah-masalah klien tidak melihat apa yang dapat dilakukan pekerja, dan
semata-mata sebagai kesalahan milik mereka. prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
Kemiskinan, diskriminasi, tekanan penilaian keluarga. Pengetahuan tentang
sosial, dan efek dari kebijakan kesejahteraan kebijakan sangat penting bagi pekerja sosial.
sosial, semua aspek kehidupan masyarakat Kebijakan organisasi dapat menentukan
yang dapat jatuh di bawah pengawasan. berapa banyak liburan yang dimiliki seorang
h. Kompetensi 8: Keterlibatan dalam Praktek karyawan dan bagaimana kenaikan gaji yang
Kebijakan untuk Memajukan diperoleh. Kebijakan menentukan siapa yang
Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial membutuhkan pelayanan dan sumber daya.
Para pekerja sosial harus memahami Para pekerja sosial harus turut
kebijakan sosial, kesejahteraan, sejarah berperan aktif dalam membangun dan
mereka, dan bagaimana pengaruh pekerjaan perubahan kebijakan kesejahteraan sosial bagi
terhadap klien. kepentingan klien mereka; Kebijakan
Kebijakan, dalam bentuk yang paling menentukan bagaimana uang dianggarkan dan
sederhana, dihabiskan, dan di mana sumber
dapat dianggap sebagai aturan. Hidup kita dan yang dibuat tersedia untuk klien. Praktisi
orang-orang dari klien pekerja sosial diatur harus
oleh aturan-tentang bagaimana kita kompeten dalam melakukan praktek
berkendara, ketika kita pergi ke sekolah, kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan
bagaimana kita berbicara atau menulis dan memberikan layanan pekerjaan sosial
kalimat, dan sebagainya. yang efektif bagi masyarakat. Praktek
Kebijakan, pada dasarnya, aturan yang kebijakan melibatkan "upaya untuk mengubah
memberitahu kita tindakan antara tindakan kebijakan, pengaturan lembaga, dan
kita yang dapat dilakukan dan yang tidak. komunitas legislatif, apakah dengan
Kebijakan memandu pekerjaan dan menetapkan kebijakan baru, meningkatkan
keputusan. Untuk tujuan pemahaman yang sudah ada, atau mengalahkan inisiatif
kesejahteraan sosial dan penyediaan kebijakan
kesejahteraan sosial jasa, kebijakan mungkin orang lain" (Jansson, 2011, hal. 15).
dibagi menjadi dua kategori utama: kebijakan Kadang-kadang, kebijakan
kesejahteraan sosial dan kebijakan lembaga. kesejahteraan sosial tidak adil atau menindas
Kebijakan kesejahteraan sosial adalah hukum kepada klien. Ironisnya, meskipun kebijakan
dan peraturan yang mengatur program tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial mana yang ada, kategori kesejahteraan rakyat, kadang-kadang malah

176
sebaliknya. Pekerja sosial dapat memutuskan ekonomi" (CSWE, 2008b, hal. 7). Dimensi
bahwa kebijakan yang etis dan mengadvokasi penting kedua yang melekat dalam
atas nama klien, mencoba untuk kompetensi 10 adalah bahwa praktek
mengubahnya. Praktisi dapat bekerja untuk melibatkan bekerja dengan individu, keluarga,
mengubah kebijakan untuk memajukan kelompok, organisasi (besar dan kecil), dan
keadilan sosial dan ekonomi dan memberikan masyarakat.
perlakuan yang adil terhadap berbagai orang. keterampilan
i. Kompetensi 9: Responsif terhadap Basis pengetahuan pekerjaan sosial
Konteks dari Bentuk Praktik mencakup informasi tentang keterampilan di
Para pekerja sosial harus samping data mengenai masalah dan layanan.
menunjukkan kompetensi dalam berbagai seorang pekerja sosial harus tahu
konteks dan pengaturan. Mereka harus keterampilan apa yang paling efektif dalam
memahami dinamika dan terlibat dalam situasi seperti apa, keterampilan-keterampilan
lingkungan makro seperti organisasi, untuk mencari dan menghubungkan orang-
masyarakat, dan badan legislatif yang orang dengan sumber daya yang mereka
menetapkan kebijakan kesejahteraan sosial. butuhkan. Para pekerja sosial dapat memilih
Praktisi harus berfungsi dalam sistem, dari banyak teknik praktek dan teori.
melayani sebagai pemimpin untuk Pengetahuan tentang efektivitas berbagai
mengadvokasi atas nama klien. Mereka harus teknik sangat penting untuk memilih orang-
mengikuti perkembangan teknologi baru, orang yang dapat mencapainya dalam situasi
perubahan demografi, dan tren sosial dalam tertentu dan untuk melaksanakan praktek
rangka untuk menanggapi isu-isu saat ini. research-information (kompetensi 6).
j. Kompetensi 10: Perjanjian, Assessment, Terlepas dari teknik yang dipilih dan
Intervensi, dan Evaluasi dengan Individu, digunakan, penekanan ditempatkan pada
Keluarga, Kelompok Besar, Organisasi, kekuatan klien dan pemberdayaan, kolaborasi
dan Komunitas klien yang sedang berlangsung di semua
Ada dua dimensi utama yang melekat tahap proses perubahan, dan penghargaan
dalam Kompetensi 10. Pertama, proses keanekaragaman (Pinderhughes, 1995).
pekerjaan sosial meliputi keterlibatan, Landasan praktek pekerja sosial adalah
penilaian, intervensi, dan evaluasi (CSWE, praktek generalis.
2008b; Kirst-Ashman & Hull, 2012b).
Keterlibatan/perjanjian adalah periode awal Praktek Generalis
ketika praktisi mengorientasikan diri untuk Praktek generalis menggabungkan
masalah yang dihadapi dan mulai menjalin semua 10 kompetensi dan merupakan inti dari
komunikasi dan hubungan dengan lain juga pendidikan dan praktek pekerjaan sosial. Ini
mengatasi masalah. Assessment melibatkan membedakan pekerjaan sosial dari profesi
penyelidikan dan penentuan variabel yang lain. Praktek generalis adalah aplikasi dari
mempengaruhi identifikasi masalah termasuk basis pengetahuan eklektik, nilai-nilai
kebutuhan dan kekuatan klien. Intervensi profesional, dan berbagai keterampilan untuk
adalah perencanaan dan pelaksanaan rencana menargetkan berbagai ukuran sistem untuk
untuk memecahkan masalah dan mencapai perubahan dalam konteks empat primer
tujuan. Evaluasi adalah "proses penentuan proses (Kirst-Ashman & Hull, 2012b).
apakah perubahan yang terjadi bermanfaat." Pertama, generalis
(Kirst-Ashman & Hull, 2012a, hal. 34). praktek menekankan pemberdayaan klien.
Keterampilan lain yang terlibat dalam praktek Kedua, melibatkan bekerja secara efektif
pekerja sosial meliputi "memberikan dalam sebuah struktur organisasi dan
kepemimpinan untuk kebijakan dan jasa serta melakukannya di bawah pengawasan. Ketiga,
mempromosikan keadilan sosial dan memerlukan asumsi lebar berbagai peran

177
profesional. Keempat, melibatkan aplikasi Pekerjaan sosial adalah kegiatan
keterampilan berpikir kritis untuk profesional membantu individu, kelompok,
perencanaan proses perubahan (intervensi). atau masyarakat meningkatkan atau
memulihkan kapasitas mereka untuk
Advanced Practice berfungsi sosial dan menciptakan kondisi
Mencirikan kurikulum MSW, memberikan sosial yang menguntungkan. Bidang praktek
konsentrasi khusus yang dibangun dalam pekerjaan sosial termasuk anak-anak
berdasarkan landasan praktek generalis. dan keluarga, lansia, difable, kesehatan,
Misalnya, spesialisasi dalam kesehatan kesehatan mental, penyalahgunaan zat,
mental, pekerja sosial sekolah, bekerja dengan sekolah, dan koreksi. Konteks lain untuk
anak-anak dan keluarga, koreksi, kesehatan, praktek pekerjaan sosial adalah pekerjaan
pelayanan sosial administrasi, atau organisasi sosial pedesaan, polisi pekerjaan sosial, dan
masyarakat. pekerjaan sosial forensik.
Pekerjaan sosial dibangun di atas
Bidang Pendidikan berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi,
Merupakan bentuk pusat instruksi dan sosiologi, ilmu politik, ekonomi, biologi,
pembelajaran di mana sosialisasi profesi psikiatri, konseling, dan antropologi.
untuk melakukan peran praktisi" (CSWE, Pekerjaan sosial adalah unik karena berfokus
2008b, hal. 8). Bidang pendidikan pada masalah orang-orang yang paling sulit,
menyediakan pengalaman kehidupan nyata sering menargetkan lingkungan untuk
dalam lingkungan kerja sosial di mana perubahan, menekankan perlunya advokasi
pekerja sosial ditempatkan dan dapat berlatih klien, berdasarkan pada inti profesionalitas
keterampilan mereka di bawah pengawasan. seperti nilai-nilai, dan menekankan
Pengaturan penempatan dapat bervariasi. pentingnya kerja dalam kemitraan dengan
Mereka termasuk lembaga pelayanan sosial, klien.
rumah sakit, sekolah, lembaga Pengembangan diri, penguasaan
pemasyarakatan, organisasi penempatan teknologi pekerjaan sosial dan kiprah yang
seperti kantor cabang NASW negara, lebih profesional merupakan hal yang krusial
penempatan yang berkaitan dengan kebijakan yang harus segera dilakukan untuk menjawab
seperti kantor legislatif, atau penempatan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh
dalam organisasi masyarakat. Setiap dari pekerja sosial, sehingga pekerjaan sosial bisa
pengaturan ini harus menyediakan diakui keberadaanya oleh masyarakat secara
pengawasan kerja sosial yang sesuai. luas, dan juga oleh profesi lainnya sebagai
Penempatan BSW memerlukan minimal 400 sebuah profesi yang profesional, bukan lagi
jam dan MSW penempatan minimum 900 kegiatan amal/karitas lagi. Setidaknya ada
jam. Banyak siswa pekerjaan sosial sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh
menemukan pekerja sosial dalm prakteknya.
pendidikan bidang mereka untuk menjadi titik Adapun dalam “IUC Journal of Social
pengalaman pendidikan mereka. Work: Theory and Practice” disebutkan
Konsep penting dalam sistem teori dan mengenai lima praktek pekerja sosial.
ekologi merupakan perspektif yang relevan
Pertama, pekerja sosial membantu individu,
dengan praktek kerja sosial termasuk sistem
(mikro, mezzo, dan makro), sistem klien, kelompok, atau komunitas. Para pekerja sosial
lingkungan sosial, dan coping. memberikan konseling bila diperlukan untuk
membantu klien mengatasi masalah. Selain
konseling individu atau keluarga, banyak
PENUTUP pekerjaan sosial melibatkan bekerja sama
dengan organisasi dan masyarakat untuk

178
meningkatkan kesehatan dan layanan sosial. DAFTAR RUJUKAN
Kedua, pekerjaan sosial memerlukan dasar
yang kuat; nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang Ashman, Karen K.Khirst. 2013. Introduction
memandu praktisi apa harus dan tidak boleh to Social Work and Social Welfare:
dilakukan. Ketiga, dasar yang kuat mengenai Critical Thinking Perspective. USA:
teknik dan keterampilan memberikan Cengage Brain.
petunjuk bagaimana pekerja sosial harus Reid, K. 1999. Truancy and
memberikan treatment dan mencapai tujuan. Schools.Routledge Taylor and Francis
Keempat, pekerja sosial membantu orang Group:New York and London.
mendapatkan layanan yang mereka butuhkan Skidmore. Introduction to Social Work Sixth
dengan menghubungkan mereka dengan Edition. Prentice Hall International Edition.
sumber daya yang tersedia. Jika sumber daya Wibawa, Budhi, et al. 2010. Dasar-dasar
yang tepat tidak tersedia, pekerja sosial dapat Pekerjaan Sosial. Widya
melakukan advokasi untuk pengembangan Padjadjaran:Bandung.
layanan atas nama klien mereka. Kelima,
pekerja sosial berpartisipasi dalam proses Sumber Jurnal/Artikel
legislatif untuk mempromosikan perubahan Azril. 2014. Eksistensi Pekerja Sosial
sosial positif. Para pekerja sosial juga dapat Diperkuat Akreditasi. Tribun, 3 Oktober
berfungsi sebagai saksi/ahli untuk mendidik 2014.
legislator tentang masalah dan kebutuhan Badiklitkesos. 2013. Sejarah Baru
klien, berbagi pendapat, bertanggung jawab Perkembangan Pekerja Sosial di
secara sosial, dan menjalankannya. Indonesia. Jakarta: OHH.
Wilfried Ferchhoff mengembangkan Hare, Isadora. 2009. Defining Social Work:
tiga jenis identitas (tiga konsep) The International Federation of Social
profesionalisme yang dipengaruhi oleh proses Worker. London: Sage Publications. 47
sejarah identitas pekerja sosial, yang terdiri (3), 7-14.
dari pekerja sosial sebagai pribadi altruistik Jung, Barbara. 2007. Social Worker Identity
(produk dari waktu Alice Salomon, 1872 - Between Critical and Rational
sampai 1930); sosial engineer; dan pekerja Understanding. IUC Journal of
sosial sebagai hermeneutik-people. Saran dari Social Work: Theory and Practice.
Uhlendorff Ferchhoff lebih menyukai jenis Martin, etc. 2009. Multidiciplinary Team
ketiga yaitu pekerja sosial sebagai pribadi Working: From Theory to Pactice.
hermeneutik. Uhlendorff menyarankan Discussion paper MHC. Waterloo
memanfaatkan untuk jenis identitas, diagnosis Dublin 4.
sosial hermeneutik dalam proses bantuan. Di P4S Kemsos. 2014. Standar Registrasi,
satu sisi Uhlendorff menyatakan bahwa Akreditasi, dan Sertifikasi Pekerja
diagnosis mencegah kerjasama antara klien Sosial. Jakarta: Kementerian Sosial
dan orang yang profesional. Pekerja sosial RI.
dan klien bekerja sama sebagai sebuah tim. Widgren, Erja. 2013. Social Work in a Multi-
Mereka mengamati dan menafsirkan biografi, Professional Environment. IUC Journal
situasi konflik dan lingkungan klien. of Social Work: Theory and
Practice.

179
http://www.microsite.metrotvnews.com/metro
news/read/2014/09/02/3/185591/
Sumber Lainnya diakses pada 1 Oktober 2014 pukul
http://www.dpr.go.id/id/berita/komisi8/2014/f 14.07 WIB.
eb/04/7538/perlu-standarisasi-
kompetensi- pekerja-sosial diakses
pada 1 Oktober 2014 pukul 15.05 WIB.
http://www.iassw.aiets.org diakses pada 1
Oktober 2014 pukul 14.48 WIB.

180
PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK JALANAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF
PEKERJAAN SOSIAL

Melisa Amalia Amin, Hj.Hetty Krisnani, Maulana Irfan

aminmelisa@gmail.com

Abstrak
Artikel ini membahas pelayanan sosial bagi anak jalanan yang dilakukan oleh salah satu Lembaga
Sosial. Bagi lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada anak jalanan melalui rumah
singgah, maka pelayanan yang diberikan menurut perspektif pekerjaan sosial dapat menggunakan
model pelayanan Half-Way House Services. Adapun model pelaksanaan pelayanan menurut strategi
ini dapat menggunakan teori proses pekerjaan sosial yang terdiri atas Engagement, Intake &
Contract, Assessment, Planning, Intervention, Evaluation & Termination. Pada artikel ini, Salah
satu lembaga sosial memberikan pelayanan kepada anak jalanan melalui pelatihan keterampilan,
family development dan home visit. Dimana, sebelum menentukan bentuk pelayanan, lembaga ini
sudah menggunakan proses pekerjaan sosial dan didalam pemberian pelayanan, masih dibutuhkan
usaha untuk meningkatkan pelayanan bagi lembaga ini. Upaya untuk meningkatkan pelayanan
ditinjau dari perspektif pekerjaan sosial dapat menggunakan sistem dasar yang terdiri atas sistem
pelaksana perubahan, sistem klien, sistem sasaran dan sistem kegiatan.
Kata Kunci : Anak Jalanan, Pelayanan, Pekerjaan Sosial

Pendahuluan
Anak Jalanan merupakan fenomena Tabel 1.1 Masalah Kesejahteraan Sosial di
yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Kota Bandung Pada Tahun 2011
Semakin menjamurnya jumlah anak jalanan
yang berkeliaran di jalan mengakibatkan No Jenis Masalah Satuan Jumlah
permasalahan yang cukup besar di Indonesia, 1 Gelandangan Orang 948
terutama pada kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, dan Surabaya. Kota Bandung 2 Pengemis Orang 4.162
sebagai kota metropolitan juga tidak terlepas
dari masalah anak jalanan. Walaupun untuk 3 Wanita Tuna Susila Orang 549
tahun 2014 jumlah anak jalanan sulit untuk
diperkirakan, akan tetapi data terakhir yang 4 Bekas Narapidana Orang 364
diperoleh dari BPS Kota Bandung (2012)
5 Anak Jalanan Orang 4861
dalam Rancangan Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kota Bandung 2014-2018
mengenai masalah kesejahteraan sosial di Sumber Data: BPS Kota Bandung Dalam
Bandung pada tahun 2011 menunjukan bahwa Angka, 2012
jumlah anak jalanan masih banyak dan dapat
dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini. Keberadaan anak dijalanan, merupakan
sesuatu yang sangat dilematis. Selain mencari
nafkah untuk mendapakan uang yang
membuatnya bertahan hidup, keberadaan anak

181
dijalanan sering menganggu ketertiban umum jalanan dan belum menyentuh keluarga anak.
dan hak mereka sebagai anak untuk Tidak hanya itu, permasalahan umum yang
mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan terjadi pada pelayanan sosial adalah
penghidupan yang layak tidak terpenuhi minimnya sumber daya manusia dan
sehingga dapat merusak kehidupan mereka minimnya sumber pendanaan.
dimasa depan. Mereka merupakan kelompok
sosial yang sangat rentan dari berbagai Dengan penjelasan tersebut maka
tindakan fisik, emosi,seksual ataupun dibutuhkan penyelesaian yang tepat untuk
kekerasan sosial lainnya. diberikan kepada anak jalanan. Karena upaya
untuk mewujudkan perlindungan dan
Berbagai upaya untuk menangani kesejahteraan anak dengan memenuhi hak-
keberadaan anak jalanan telah dilakukan haknya telah dirumuskan di dalam UU No. 4
pemerintah. Salah satunya dengan Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak dan
mengeluarkan kebijakan terkait perlindungan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
dan hak anak. Berdasarkan Intruksi Presiden anak jalanan. Realisasi dari peraturan negara
No 3 tahun 2010 tentang pembangunan ini salah satunya bisa terwujud dengan
program yang berkeadilan, ditetapkan sebuah dilaksanakannya rumah singgah, rumah
Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) perlindungan anak atau rumah perlindungan
sebagai program prioritas nasional, yang sosial anak, mobil sahabat anak, panti
didalamnya termasuk Program Kesejahteraan persinggahan dan program-program lainnya
Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) dengan untuk anak jalanan yang mana pasal
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) didalamnya menjelaskan bahwa usaha
sebagai wadah yang melaksanakan Program kesejahteraan anak terdiri atas usaha
Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan. pembinaan, pengembangan, pencegahan dan
Dalam menangani keberadaan anak rehabilitasi yang dilakukan oleh pemerintah
jalanan, salah satu Lembaga Kesejahteraan dan atau masyarakat sebagai dasar dari hak
Sosial Anak dalam hal ini Lembaga Swadaya anak untuk tumbuh dan berkembang.
Masyarakat (LSM), menganggap perlu
adanya suatu pelayanan bagi anak jalanan. Di Bandung, Sebagai salah satu contoh,
Banyak LSM yang melakukan pelayanan Yayasan Saudara Sejiwa merupakan salah
terhadap anak jalanan tetapi hasilnya kurang satu rumah singgah dan dikenal dengan nama
maksimal. Hal ini dijelaskan oleh Departemen Rumah Perlindungan Anak (RPA) yang turut
Sosial (2005): mendukung dan membantu pemerintah dalam
membina anak jalanan agar anak tidak
Program pembinaan anak jalanan di kembali kejalanan. Pelayanan yang diberikan
LSM-LSM dapat dikatakan belum oleh Rumah Perlindungan Anak yang dikelola
maksimal karena masih belum banyak Yayasan Saudara Sejiwa pada umumnya
inovasi baru yang dilakukan dan banyak sama dengan pelayanan yang diberikan
juga program pembinaan yang yayasan lainnya.
dilakukan tidak berkelanjutan yang
berdampak banyak anak jalanan Hanya saja, perbedaan pelayanan sosial
kembali kepekerjaan awal mereka di yang diberikan terletak pada tahap pelayanan
jalanan dan semakin kompleks yang diberikan. Dan tahapan ini menentukan
permasalahan yang mereka hadapi. jenis kegiatan yang dilaksanakan.
(Departemen Sosial. 2005. Petunjuk Berdasarkan hasil observasi awal kepada
Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan) Rumah Perlindungan Anak (RPA) yang
dikelola yayasan, diketahui bahwa layanan
Selain program pembinaan, yang diberikan bagi anak jalanan saat ini
permasalahan lainnya didalam pelayanan berupa penjangkauan, Assessment, rencana
sosial yang diberikan terletak pada pelayanan pelayanan, persiapan kegiatan, dan kegiatan
yang diberikan masih sebatas kepada anak yang sedang berjalan berupa pelatihan

182
keterampilan yang terdiri atas pelatihan pekerjaan sosial, maka akan selalu berkaitan
menjahit serta komputer, pembinaan sikap dengan proses pekerjaan sosial.
dan mental positif, home visit (kunjungan
kerumah atau keluarga anak jalanan) serta Proses pekerjaan sosial mempunyai
family Develpoment System yang diberikan tahapan pertolongan yang berbeda-beda.
kepada orang tua dari anak jalanan yang Adapun salah satu ahli, Max Siporin (1997)
menjadi anak binaan, diakhiri dengan dalam Wibhawa (2010) menjelaskan bahwa
terminasi. proses pekerjaan sosial terdiri atas :

Yayasan ini membina anak didalam “Engagement, Intake & Contract,


rumah singgah yang dikenal dengan nama Assessment, Planning, Intervention,
rumah perlindungan anak (RPA) dimana anak Evaluation & Termination. Setiap
hanya sekedar singgah dan tidak menetap. tahapan (proses) mesti dilalui dalam
Strategi pelayanan sosial yang diterapkan oleh mengatasi suatu persoalan sosial
Yayasan Saudara Sejiwa merujuk pada Half- tertentu. (Wibhawa,dkk.2010:63)
way House Services yang dapat berbetuk
rumah persinggahan anak dan keluarganya, Berdasarkan uraian diatas, diketahui dalam
sebagaimana yang dijelaskan oleh Suharto mendeskripsikan pelayanan sosial yang
(1997): diberikan oleh Half-way House Services
seperti RPA yang dikelola Yayasan Saudara
Dimana Strategi ini disebut juga strategi Sejiwa, dapat ditinjau dari aspek-aspek yang
semi-panti yang lebih terbuka dan tidak terdapat pada tahapan pelayanan yang
kaku. Strategi ini dapat berbentuk dilakukan. Yang mana, ditinjau dari
rumah singgah, rumah terbuka untuk perspektif pekerjaan sosial tahap-tahap
berbagai aktivitas, rumah belajar, rumah pelayanan ini dikenal dengan nama proses
persinggahan anak dengan pekerjaan sosial.
keluargannya, rumah keluarga
pengganti, atau tempat anak yang Pembahasan
mengembangkan sub-kultur tertentu.
Para pekerja sosial menentukan Dalam meninjau pelayanan sosial bagi
program kegiatan. (Suharto, 1997:373) anak jalanan, terlebih dahulu harus diketahui
mengenai definisi anak jalanan menurut para
Adapun pelaksanaan model pelayanan ahli. Anak jalanan dapat dideskripsikan
Half-way House Services menurut Soetarso sebagai anak yang menggunakan sebagian
(1996) dapat mengikuti struktur dan besar waktunya dijalan baik untuk bekerja
mekanisme praktek pekerjaan sosial yang atau tidak bekerja yang mana keberadaan
terdiri dari “Identifikasi masalah, mereka dijalanan dapat menganggu
penyelidikan, Intervensi sosial dan terminasi.” ketentraman orang lain serta membahayakan
Struktur dan mekanisme praktek pekerjaan diri mereka. Pengertian ini merupakan
sosial didalam pelayanan sosial dikenal juga kesimpulan dari definisi anak jalanan menurut
dengan nama proses pertolongan atau proses beberapa ahli. Lusk (1989:57-58) dalam hayat
pekerjaan sosial. (2010:14) menjelaskan yang dimaksud
Ditinjau dari perspektif pekerjaan dengan anak jalanan adalah
sosial, proses pertolongan atau proses
pekerjaan sosial merupakan wujud praktik “Setiap anak perempuan atau laki-laki
pekerjaan sosial. Sebagai sebuah wujud yang memanfaatkan jalanan menjadi
praktik dari pekerjaan sosial, maka pelayanan tempat tinggal sementara atau sumber
sosial yang diberikan akan selalu berkaitan kehidupan dan tidak dilindungi, diawasi
dengan proses pekerjaan sosial. Serupa halnya atau diatur oleh orang dewasa yang
dengan pelayanan sosial yang diberikan bertanggung jawab.”
saudara sejiwa jika ditinjau dari perspektif

183
Sedangkan menurut A Soedijar Z.A dalam menyebabkan anak turun ke jalan, faktor
Sanusi (1997:24) mengemukakan definisi tersebut menurut Huraerah (2003) adalah:
anak jalanan sebagai berikut: A. Kemiskinan
Kemiskinan selalu diasosiasikan
“Anak jalanan adalah anak yang berusia dengan munculnya berbagai gejala
7-15 tahun yang bekerja dijalan raya sosial. Keluarga yang miskin akan
dan ditempat umum lainnya yang dapat mengerahkan semua sumber daya
menganggu ketentraman dan manusianya untuk menambah
keselamatan orang lain serta penghasilan keluarga. Oleh karena itu,
membahayakan keselamatan dirinya selain orang tua yang bekerja, anak-
sendiri.” anak sudah dituntut bekerja.
B. Partisipasi Sekolah
Dari dua definisi anak jalanan diatas,
Faktor makro lainnya yang sering
diketahui bahwa anak jalanan merupakan
dihubungkan dengan anak-anak yang
anak dengan rentang usia dibawah 18 tahun
menghabiskan waktu luangnya di
yang menggunakan sebagian besar waktunya
jalanan adalah partisipasi sekolah.
dijalan baik untuk bekerja maupun tidak,
Kita dapat berasumsi bahwa jika anak-
dimana keberadaan mereka dapat
anak itu bersekolah, maka sebagian
membahayakan keselamatan orang lain dan
waktunya tidak akan berada di
dirinya sendiri.
jalanan.
Berdasarkan intensitasnya di jalanan, C. Disfungsi Keluarga
anak jalanan dapat dikelompokan menjadi Penelitian yang khusus mengacu pada
tiga kategori utama menurut Depdiknas anak-anak yang dikategorikan sebagai
(2000) yaitu : of the street oleh UNICEF,
menunjukan bahwa motivasi mereka
1. Children of the street di jalanan bukanlah sekedar ekonomi.
Anak yang hidup dan tinggal di Kekerasan keluarga dan keretakan
jalanan dan tidak ada hubungan keluarga merupakan tema sentral
dengan keluarganya. Kelompok ini dalam wawancara dengan mereka.
biasanya tinggal di terminal, stasiun Bagi anak-anak ini, kehidupan di
kereta api, emperan toko dan kolong jalanan yang keras lebih memberikan
jembatan. alternatif kekerasan jika dibandingkan
2. Children on the street dengan hidup dalam keluarganya yang
Anak yang bekerja di jalanan. penuh kekerasan.(Huraerah,2003:121-
Umumnya mereka adalah anak putus 139)
sekolah, masih ada hubungannya
dengan keluarga namun tidak teratur Dari penjelasan diatas, diketahui ada
yakni mereka pulang ke rumahnya berbagai macam penyebab yang
secara periodik mengakibatkan anak berada dijalanan. Untuk
3. Vulberable children to be street itu, model penanganan terhadap anak selalu
children berbeda dan disesuaikan dengan kondisinya.
Anak yang rentan menjadi anak Pada saat ini, alternatif penanganan anak
jalanan. Umumnya mereka masih jalanan mengarah ke pemberian pelayanan
sekolah dan putus sekolah, dan masih sosial kepada anak jalanan yang dilakukan
ada hubungan teratur (tinggal) dengan oleh Rumah Perlindungan Anak (RPA). Pada
orang tuanya. hakikatnya, RPA sama dengan Rumah
Singgah. Hanya saja, beberapa lembaga
Anak turun ke jalanan disebabkan oleh menggunakan nama yang berbeda untuk
berbagai sebab. Ada beberapa faktor yang penyebutannya. Akan tetapi, pada saat
sekarang ini, Rumah Singgah dikenal dengan
nama RPA.
184
RPA sebagai sebuah bentuk pelayanan keterampilan guna membantu individu dalam
kesejahteraan sosial kepada anak, maka hal ini anak jalanan. Pengetahuan dan
pelayanan ini berhubungan dengan Pekerjaan keterampilan dari pekerjaan sosial salah
Sosial. Adapun definisi mengenai pekerjaan satunya meliputi proses pekerjaan sosial guna
sosial menurut Scrafia (1983) dalam membantu individu, kelompok maupun
Wibhawa, dkk (2010:45) memaparkan masyarakat. Jika dikaitkan dengan pelayanan
pengertian pekerjaan sosial sebagai : sosial yang diberikan kepada anak jalanan,
maka diketahui, RPA merupakan sebuah
Social work is the profesion which is wadah pelayanan sosial yang terorganisasi
primaly concerned with organized untuk membantu anak jalanan. Dengan
social service activity aimed to facilitate demikian, sebagai sebuah wadah yang
and strengthen basic relationship in the membantu anak jalanan, maka bisa dikatakan,
mutual adjustment between individual, bahwa pekerjaan sosial sedang dilakukan
and their social environtment for the didalam RPA melalui tahapan pelayanan
good of the individual and society, by sosial yang diberikan kepada anak jalanan.
the use of social work method.
Pekerjaan sosial sangat berperan
Pekerjaan sosial adalah profesi yang penting didalam pelayanan kepada anak.
bidang utamannya berkecimpung dalam Pelayanan sosial yang diberikan kepada anak
kegiatan pelayanan sosial yang jalanan, dikenal dengan nama pelayanan
terorganisasi, dimana tujuannya untuk kesejahteraan sosial bagi anak. Adapun
memfasilitasi dan memperkuat relasi strategi yang menjurus kepada pelayanan
dalam penyesuaian diri secara timbal kesejahteraan sosial bagi anak menurut
balik dan saling menguntungkan antar Suharto terbagi atas beberapa strategi :
individu dengan lingkungan sosialnya,
melalui penggunaan metode-metode 1. Child Based Services.
Pekerjaan Sosial. (Scrafica, 1983:3) 2. Institutional Based Services.
3. Family Based Service
Hampir serupa dengan Scrafica, 4. Community Based Services.
Friedlander, walter dan Apte (1980) dalam 5. Location Based Services.
Wibhawa, dkk(2010:45) menjelaskan 6. Half-way House Services.
mengenai pekerjaan sosial yaitu : 7. State Based Service. (Suharto,
1997:373-375)
“Social work is a professional service,
based on scientific knowledge and skill
Soetarso (1996) dalam Suharto (1997)
in human relation. Which help
selanjutnya menjelaskan, Adapun
individuals, groups, or communities
pelaksanaan model pelayanan Half-way
obtain social or personal satisfication
House Services menurut Soetarso (1996)
and interdepedence.”
dapat mengikuti struktur dan mekanisme
Pekerjaan sosial adalah pelayanan praktek pekerjaan sosial yang terdiri dari
profesional yang didasarkan pada “Identifikasi masalah, penyelidikan,
pengetahuan dan keterampilan ilmiah Intervensi sosial dan terminasi.” Struktur dan
guna membantu individu, kelompok mekanisme praktek pekerjaan sosial didalam
maupun masyarakat agar tercapainya pelayanan sosial dikenal juga dengan nama
kepuasan pribadi dan sosial serta proses pertolongan atau proses pekerjaan
kebebasan. (Friedlander, Walter A. Dan sosial.
Apte 1980:4) Rumah Perlindungan Anak sebagai
wadah penanganan anak jalanan, dalam
Dari dua definisi diatas, dijelaskan memberikan pelayanan kepada anak binaan
bahwa pekerjaan sosial adalah pelayanan menggunakan strategi pelayanan Half-way
profesional yang didasarkan pengetahuan dan House Services dimana anak-anak jalanan dan

185
keluarga anak bisa datang kapanpun ke rumah menganalisa data serta merumuskan
perlindungan anak dan Pekerja Sosial yang masalah yang dihadapi penerima
berada di rumah ini, menentukan program pelayanan.
kegiatan serta berbagai rumah perlindungan 3. Rencana Pelayanan
anak ini bersama dengan pengurus RPA. Ditinjau dari proses pekerjaan
Dalam membahas pelayanan sosial yang sosial, tahap ini merupakan tahap
diberikan oleh RPA, peneliti meninjau aspek- planning. Max Siporin(1975:251)
aspek yang terdapat pada tahapan pelayanan memberikan pengertian planning
sosial yang dilakukan oleh RPA pada sebagai berikut :
umumnya yang meliputi penjangkauan, “Planning defined as a deliberate,
assessment, rencana pelayanan, persiapan rational process that involves the
kegiatan, kegiatan dan tahap terakhir adalah choice of actions that are calcurated
terminasi. to achieve specifik objectives at
some future time.” It also is
1. Penjangkauan describe as policy choice and
Merupakan Tahap pertama yang programming in the light of facts.
mesti dilalui didalam pelayanan Projection and application of
sosial yang diberikan kepada anak value.” (Perencanaan didefinisikan
binaan oleh Yayasan. Adapun sebagai sebuah perundingan, proses
penjangkauan ditinjau dari rasional yang melibatkan pilihan,
perspkektif pekerjaan sosial tindakan-tindakan yang
menurut Max Siporin (1975 :193) diperhitungkan untuk mencapai
merujuk kepada engagment,intake tujuan-tujuan spesifik di waktu yang
dan contract. Adapun Engagment akan datang dan program yang
merupakan suatu periode dimana dilihat dari fakta-fakta, proyeksi dan
pekerja sosial mulai berorientasi aplikasi nilai-nilai)
terhadap dirinya sendiri, khususnya 4. Persiapan Kegiatan dan Pelaksanaan
mengenai tugas-tugas yang Kegiatan
ditanganinya. Dalam hal ini, pekerja Ditinjau dari proses pekerjaan
sosial yang bekerja dengan anak sosial, tahap ini merupakan tahap
jalanan mulai berorientasi terhadap intervensi Pada tahap ini
dirinya dan tugas-tugas mengenai dilaksanakan kegiatan-kegiatan
anak jalanan yang ditanganinya. pemecahan permasalahan penerima
Lalu, proses ini diikuti dengan pelayanan selain itu, dalam
kontak awal pekerja sosial dengan pelaksanaan intervensi ini, pekerja
penerima pelayanan dalam hal ini sosial dituntut untuk berusaha
anak jalanan dan pihak-pihak terkait melibatkan penerima pelayanan
yang selanjutnya diikuti dengan secara aktif pada setiap kegiatan
kontrak antara pekerja sosial dan yang dilakukannya. Adapun
penerima pelayanan. kegiatan yang diberikan kepada
2. Assessment anak berupa pendidikan dan
Merupakan tahap kedua yang mesti pelatihan vocational (kecakapan
dilalui oleh anak binaan di Rumah hidup) seperti pelatihan
perlindungan anak. Ditinjau dari keterampilan yang terdiri atas
perspektif pekerjaan sosial, Dalam pelatihan menjahit serta komputer,
kegiatan Assesment ini, pekerja pembinaan sikap dan mental positif,
sosial melakukan identifikasi home visit (kunjungan kerumah atau
masalah dan kebutuhan, keluarga anak jalanan) serta family
menentukan sumber-sumber yang Develpoment System yang diberikan
dibutuhkan dalam upaya pemecahan kepada orang tua dari anak jalanan
masalah, mengumpulkan dan
186
yang menjadi anak binaan, lalu sebaiknya melakukan tahap-tahap
selanjutnya ditinjau dari perspketif proses pekerjaan sosial didalam
Pekerjaan Sosial dilanjutkan dengan memberikan pelayanan sosialnya
tahap evaluasi. Pada tahap ini, bagi anak jalanan.
pekerja sosial melakukan penilaian Walaupun lembaga sosial ini telah
kembali semua kegiatan pertolongan menggunakan proses pekerjaan sosial dalam
yang telah dilaksanakan untuk menentukan bentuk pelayanan, akan tetapi
melihat tingkat keberhasilan pelayanan yang diberikan masih perlu
maupun hambatan-hambatannya. ditingkatkan.
Dalam tahap ini pekerja sosial
memulai kembali apa yang telah Penutup (Simpulan dan Saran)
dilakukan. Evaluasi merupakan
Sebagai seorang pekerja sosial yang
unsur yang cukup penting dalam
bekerja dengan anak, Maka saran yang bisa
pertolongan, Karena memungkinkan
diberikan berupa peningkatan pelayanan
suatu lembaga memberikan respon
dengan memperhatikan sistem lingkungan
dan pertanggung jawaban, baik
yang disebut dengan sistem dasar. Dalam
kepada klien maupun kepada
perpektif pekerjaan sosial, sistem lingkungan
keluarga klien. Kegiatan ini
memiliki kontribusi signifikan dalam proses
dilakukan untuk melihat kembali
dan praktek pekerjaan sosial, Sistem dasar ini
semua kegiatan yang telah
merupakan significant factors yang harus
dilakukan untuk melihat tingkat
diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh
keberhasilan, kegagalan dan juga
pekerja sosial dalam menjalankan peran-peran
kendala.
profesionalnya. Pincus dan Minahan (1973)
5. Terminasi
dalam Suharto (1997:319) sistem dasar ke
Tahap pelayanan terakhir yang
dalam empat jenis, yaitu :
diberikan oleh RPA sama dengan
tahap terakhir pada proses pekerjaan 1. Sistem Pelaksana perubahan
sosial yakni tahap terminasi. (change agent system).
Ditinjau dari proses pekerjaan Sistem pelaksana perubahan adalah
sosial, terminasi merupakan tahap sekelompok orang yang tugasnya
pengakhiran kegiatan pertolongan memberi bantuan atas dasar keajian
pekerjaan sosial yang dilakukan yang berbeda-beda dan bekerja
apabila tujuan pertolongan telah dengan sistem yang berbeda-beda
tercapai atau penerima pelayanan pula ukurannya. Seorang pekerja
memerlukan rujukan kelembaga sosial dapat disebut sebagai
lain. Sedangkan terminasi yaitu pelaksana perubahan, sementara itu
tahap paling akhir dalam proses lembaga-lembaga kesejahteraan
pelayanan sosial. Tahap terminasi sosial yang mempekerjakannya
dilakukan bila tujuan pertama telah disebut sebagai sistem pelaksana
dicapai. Terminasi adalah perubahan.
perencanaan awal kerjasama antara Dalam meningkatkan pelayanan,
pekerja sosial dengan klien, Lembaga sosial merupakan sistem
terminasi dapat meningkatkan pelaksana perubahan, Dan orang-
fungsi sosial klien dan juga dapat orang yang berada pada lembaga
mengembangkan pengertian antara sosial merupakan pelaksana
klien dan pekerja sosial saat mereka perubahan. Jika lembaga sosial
bekerja sama. Tidak hanya pekerja sudah mempunyai sistem yang jelas
sosial yang melakukan tahapan ini. ukurannya dalam memberikan
Akan tetapi, para pengurus yayasan pelayanan, maka pelayanan dapat
yang bekerja dengan anak juga meningkat. Sebagai contoh, jika

187
lembaga memberikan pelatihan melakukan usaha-usaha perubahan
maka pelatihan itu harus dibuat melalui pelaksanaan tugas-tugas
ukuran yang jelas seperti rentang atau program
waktu pelatihan, metode kegiatan.(Pincus,1973:53-68)
pelatihan,dan evaluasi dari Pelayanan dapat ditingkatkan
pelatihan. dengan menggunakan pengetahuan
2. Sistem klien dari sistem kegiatan. Carannya, dari
Sistem klien dapat merupakan setiap pelayanan yang diberikan,
individu, kelompok, keluarga, Lembaga sebaiknya sudah
organisasi atau masyarakat yang menunjuk orang-orang yang
meminta bantuan atau pelayanan bertanggung jawab, selain pekerja
kepada sistem pelaksana perubahan. sosial dan juga orang-orang yang
Pada artikel ini, yang merupakan bisa diajak bekerja sama dalam
klien adalah anak jalanan beserta setiap pelayanan yang diberikan.
keluargannya. Lembaga sosial Adanya 4 sistem ini, diharapkan
sebaiknya sudah mengetahui siapa dapat digunakan oleh pengurus
saja klien yang akan diberi bantuan, yayasan beserta pekerja sosial agar
sehingga dalam memberikan tecipta pelayanan kesejahteraan
pelayanan, bentuk pelayanan tidak sosial bagi anak yang lebih baik.
hanya ditujukan kepada anak tetapi
juga kepada keluargannya dan
dengan adanya pengetahuan
Daftar Pustaka
mengenai sistem klien, maka
pelayanan yang diberikan oleh Departemen Sosial RI.2005. Petunjuk Teknis
lembaga akan banyak ragam serta Pelayanan Sosial Anak Jalanan.
jenisnnya disesuaikan dengan siapa Departemen Sosial Republik Indonesia.
kliennya. Jakarta
3. Sistem Sasaran
Sistem sasaran adalah pihak-pihak Direktorat Kesejahteraan Anak & Direktorat
yang dapat dijadikan sasaran Jendral Rehabilitasi Sosial Ri. 2010.
perubahan, atau dijadikan media Pedoman Pendampingan Kesejahteraan
yang dapat mempengaruhi proses Anak (PKSA).Kementrian Sosial
pencapaian tujuan pertolongan. Jika Republik Indonesia. Jakarta
pelayanan yang diberikan oleh
lembaga sosial belum ada baik Friedlander dan Apte.Z. 1980. Introduction to
dalam segi sumber daya yang Social Welfare. United State :
kurang atau dana yang belum University Of California At Berkeley
memadai, dengan menggunakan Hayat, Abdul. Kekerasan terhadap anak
pengetahuan mengenai sistem jalanan .2010. Yogyakarta: B2P3KS
sasaran, maka lembaga akan Press.
mencari pihak-pihak yang dapat
diajak bekerjasama untuk Huraerah, Abu. 2003. Isu Kesejahteraan
memaksimalkan pelayanan. Sosial.Bandung: Centre for political
Misalnnya, PKBM setempat sebagai and local Autonomy Studies.
rujukan, jika klien tidak bisa baca
dan tulis. Iskandar, Yusman .1993. Strategi Dasar
4. Sistem Kegiatan Membangun Kekuatan Masyarakat.
Sistem kegiatan menunjuk pada Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah
orang-orang yang bekerja sama Tinggi Kesejahteraan Sosial
dengan pekerja sosial untuk

188
Siporin, Max. 1975. Introduction To Social
work Practice. United State Of America Wibhawa, Budi dkk. 2010. Dasar- Dasar
: Macmillan Publishing co.inc Pekerjaan sosial. Bandung: Widya
padjadjaran
Suharto,Edi.2005. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung : Sumber lain
Refika Utama
Krismiyarsi,Dkk. 2004. Efektivitas Kebijakan
Suharto,Edi.1997.Pembangunan Kebijakan Pemerintah Mengenai Penanganan
Sosial dan Pekerjaan sosial; spektrum Anak Jalanan Melalui Model Rumah
pemikiran: Lembaga studi Singgah. Laporan Penelitian. Fakultas
pembangunan LSP-STKS Bandung. Hukum Universitas 17 Agustus 1945.
Semarang.
Sukoco, Dwi Heru. 1991. Profesi pekerjaan
sosial dan proses pertolongannya. http://sdc.depsos.go.id/diakses 6 september
Bandung : Kopma STKS 2014, pada pukul 09.02 WIB
Soetarso.1997. Kesejahteraan sosial, http://bandung.go.id/site/RPJMD_2014/Ranca
pelayanan sosial dan kebijakan sosial. ngan_Akhir_RPJMD_2014_02_16.pdf,
Jakarta : Bina Aksara di unduh 8 september 2014

189
EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN AMERIKA
SERIKAT

Adetya Nuzuliani Rahma, R.Nunung Nurwati, Budi Muhammad Taftazani

(Email: Adetya.nuzuliani@gmail.com)

ABSTRAK
Dengan masyarakat sejahtera di dalam suatu negara, dapat dijadikan indikator negara tersebut maju
atau berkembang. Sehingga kesejahteraan sosial menjadi salah satu indikator yang penting dalam
pembangunan suatu negara. Berbicara mengenai kesejahteraan sosial, sangat erat kaitannya dengan
profesi pekerjaan sosial. Pekerja sosial dengan keterampilan, nilai-nilai, dan metode serta
pendekatan yang dimilikinya mampu meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga,
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial suatu negara. Dengan demikian
keberadaan profesi pekerjaan sosial penting dan berpengaruh terhadap kesejahteraan suatu negara.

Dalam tulisan ini, penulis menggambarkan profesi pekerjaan sosial di beberapa negara, seperti
Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat dengan tujuan untuk memberikan informasi, gambaran
umum dan pengetahuan mengenai eksistensi pekerja sosial di masing-masing negara. Selain itu,
dari informasi-informasi tersebut dapat dijadikan rujukan untuk meningkatkan eksistensi pekerja
sosial di Indonesia.

Kata Kunci : kesejahteraan sosial, pekerjaan sosial,

190
PENDAHULUAN Konsep kesejahteraan sosial dipandang
Kesejahteraan sosial suatu negara erat sebagai sebuah bidang kajian keilmuan yang
kaitannya dengan pembangunan negara ditujukan untuk mengkaji, mengantisipasi
tersebut. Kesejahteraan sosial dapat dijadikan keadaan, dan perubahan kehidupan sosial,
sebagai indikator negara tersebut maju atau serta merumuskan alternatif tindakan guna
masih berkembang. Edi Suharto (2007:1) menciptakan situasi kehidupan sosial yang
dalam tulisannya yang berjudul Paradigma kondusif bagi upaya warga masyarakat dalam
Ilmu Kesejahteraan Sosial mengungkapkan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
bahwa kesejahteraan sosial dapat diartikan sendiri.
sebagai pendekatan atau kegiatan yang
terorganisir dalam bidang pembangunan Dari definisi diatas, ilmu kesejahteraan sosial
sosial. berupaya mengembangkan dasar
Di Indonesia, kesejahteraan sosial sering pengetahuannya untuk mengidentifikasi
dipandang sebagai tujuan atau kondisi masalah sosial, penyebab dan strategi
kehidupan yang sejahtera, yakni terpenuhinya penanggulangannya untuk kehidupan
kebutuhan pokok manusia (Suharto, masyarakat suatu negara agar menjadi lebih
2006a;2006b). baik.
Menurut Wibhawa Budhi, dkk,(2010:23-25), Menurut Edi Suharto dalam tulisannya yang
di dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar berjudul Paradigma Kesejahteraan Sosial
Pekerjaan Sosial, konsep kesejahteraan dapat mengemukakan bahwa pada masa awal
perkembangannya, kesejahteraan soisal
dilihat dari empat sisi, sebagai berikut :
memiliki basis ilmu yang dikembangkan dari
berbagai disiplin ilmu sosial lain, terutama
a. Sebagai system pelayanan sosial Elizabeth filsafat, sosiologi, psikologi, antropologi,
Wickenden mendefinisikan kesejateraan politik, dan ekonomi.
sosial sebagai :
”a system of laws,programs, benefits,
c. Sebagai suatu keadaan hidup
and services which strengthen or
Menurut Wibhawa Budhi, (2010:26), kata
assure provision for meeting social
‘sosial’ dalam kesejahteraan sosial, memiliki
needs recognized as basic for the
arti hubungan sosial. Mengacu pada kata
welfare of the population and for the
‘sosial’ tersebut, kesejahteraan sosial sebagai:
functioning of the social order.”
“suatu keadaan hidup ialah keadaan
hubungan manusia yang baik, artinya
Dari definisi di atas menjelaskan bahwa
yang kondusif bagi manusia untuk
konsep pelayanan sosial mencakup
melakukan upaya guna memenuhi
perundangan-undangan sampai pemberian
kebutuhan hidupnya secara mandiri.”
bantuan secara langsung, konsep kebutuhan
sosial yang merupakan dasar dalam
Dari definisi di atas, konsep baik dalam
kesejahteraan sosial, dan tujuannya ialah
hubungan manusia diukur dari nilai-nilai dan
mencapai keberfungsian sosial.
norma-norma sosial di dalam masyarakat.
Konsep kondusif tersebut, berarti hubungan
b. Sebagai suatu disiplin keilmuan manusia tersebut berwujud dalam tatanan
Menurut Wibhawa Budhi, (2010:25) sosial yang memberikan kesempatan kepada
mengemukakan sebagai berikut : masyarakat untuk berusaha mencapai
kesejahteraan hidupnya.
Kesejahteraan sosial merupakan
tujuan bagi negara dimanapun. Semua negara
pasti memiliki tujuan untuk menyejahterakan
masyarakatnya. Manusia yang sejahtera ialah
manusia yang mempunyai kemampuan
191
menjalin interaksi yang baik dengan semua bentuk dan tingkatnya. Keahlian
sesamanya, artinya kebahagiaan dan khusus dalam profesi pekerjaan sosial adalah
ketidakbahagiaan manusia terletak pada manipulasi perilaku manusia (secara
kualitas hubungannya dengan manusia lain. individual maupun dalam unit sosial), yang
Berbicara mengenai kesejahteraan sosial, ditujukan untuk meningkatkan keberfungsian
maka erat kaitannya dengan pekerjaan sosial. sosial manusia sebagai makhluk sosial.
Layaknya pendidikan berhubungan dengan Selain ilmu yang didapat dari perguruan
guru, kesehatan dengan dokter. Maka ketika tinggi, pekerja sosial dapat dikatakan sebagai
berbicara mengenai kesejahteraan sosial, profesi pekerjaan sosial, karena hal-hal
maka profesi yang terlibat ialah pekerjaan berikut ini yang dikemukakan oleh Johnson
sosial. dan Schwartz (1991 :120) :
Dalam tulisan ini, penulis akan 1. A systematic body of theory
menggambarkan profesi pekerjaan sosial di 2. Professional authority
beberapa negara, seperti Indonesia, Malaysia, 3. Community sanction
dan Amerika Serikat. 4. Code of ethics
5. Professional culture
Pekerja Sosial Sebagai Suatu Profesi
William Wickenden juga mengemukakan
Berbicara mengenai pekerja sosial, tentunya suatu bidang keahlian dikatakan sebagai
terlebih dahulu harus mengetahui definisi profesi apabila memenuhi syarat-syarat
pekerjaan sosial. Definisi pekerjaan sosial sebagai berikut :
menurut Zastrow, Charles ialah sebagai 1. Body of knowledge
berikut : 2. Proses pendidikan
Pekerjaan sosial adalah aktivitas 3. Kode etik
professional untuk membantu 4. Pengakuan status
individu, kelompok, atau komunitas, 5. Wadah atau organisasi
guna meningkatkan atau memperbaiki
kapasitasnya untuk berfungsi sosial Kelima hal tersebut menunjukan bahwa
dan menciptakan kondisi masyarakat pekerjaan sosial dapat dikatakan sebagai
guna mencapai tujuan-tujuannya. sebuah profesi.
(dalam Wibhawa Budhi,dkk,2010:45).

Profesi dikatakan professional apabila Nilai-nilai Dasar Pekerjaan Sosial


memiliki bidang keahlian yang ditempuh
melalui sekolah atau perguruan tinggi. Hal ini Sebagai suatu profesi pekerjaan sosial
senada dengan Wibhawa Budhi, (2010:42), memiliki nilai-nilai dasar yang dijunjung.
Pekerjaan sosial sebagai sebuah Menurut Johnson dan Schwartz (1991 :132),
bidang keahlian (profesi) yang berarti nilai-nilai profesi pekerjaan sosial ialah :
memiliki landasan keilmuan dan seni 1. The worth and dignity of people
dalam praktik (dicirikan dengan Menghargai harkat dan martabat manusia
penyelenggaraan pendidikan tinggi). seutuhnya
2. The self determination of people
Dengan demikian, pekerjaan sosial berbeda Memberikan kebebasan mengambil
dengan kegiatan sosial atau charity yang keputusan oleh klien. Penting bagi klien
dapat dilaksanakan oleh siapapun yang untuk memilih keputusan yang tepat
memiliki kenginan untuk menolong orang menurut dirinya sendiri.
lain. Para penyandang profesi pekerjaan sosial 3. The purposefulness of human behavior
memiliki kewenangan sebagai akibat sosial Pekerja sosial percaya bahwa setiap
dari pendidikan keahliannya, untuk tingkah laku manusia memiliki tujuan.
menyelenggarakan pelayanan sosial dalam Walaupun ada tingkah laku yang diluar

192
kebiasaan, pekerja sosial tidak boleh klien memiliki karakteristik kepribadian,
memberikan stretotype atau label yang dan permasalahan yang unik, dan berbeda
negative. satu sama lain. Setiap individu dibentuk
4. People capacity to grow and change oleh pengalaman, kebutuhan situasi, dan
Menyadari bahwa setiap manusia pengetahuannya. Dengan demikian
memiliki kapasitas untuk pekerja sosial tidak dapat
mengembangkan dan merubah dirinya. menggeneralisasi persoalan yang sama
5. People’s need for opportunity for growth pada klien yang berbeda.
and development
Membantu kebutuhan manusia yang Nilai-nilai tersebut dijadikan pedoman bagi
memiliki kesempatannya untuk tumbuh pekerja sosial dalam melakukan praktik
dan berkembang serta berfungsi secara pekerjaannya.
sosial
6. People’s right to participate actively in
Keterampilan Pekerja Sosial
social work practice
Pekerja sosial melibatkan klien dalam Sebagai profesi yang professional, pekerja
pemberian bantuan dan pengambilan sosial tentunya memiliki keterampilan yang
keputusan menunjang pekerjaannya. Johnson dan
7. Confidentiality Schwartz (1991 :133) membagi keterampilan
Pekerja sosial harus menjaga kerahasiaan pekerja sosial menjadi 3 bagian yakni :
informasi seputar klien, isi pembicaraan 1. Interpersonal helping skills
dengan klien, pendapat professional lain, 2. Social work process skills
atau catatan-catatan kasus mengenai klien. 3. Evaluation and accountability skills.
Dengan demikian, klien akan merasa
nyaman mengungkapkan masalahnya. Keterampilan dalam membangun hubungan
Kerahasiaan ini merupakan bagian dari interpersonal dengan klien ialah :
etika dalam praktik pekerjaan soisal. 1. Keterampilan pekerja sosial untuk
berkomunikasi dengan klien,
Selain itu, ada beberapa penambahan dari keterampilan mendengarkan secara
Wibhawa, Budhi (2010:130), yakni sebagai aktif,keterampilan untuk mengerti, dan
berikut : menginterpretasi komunikasi klien, baik
1. Acceptance verbal maupun non verbal serta membantu
Prinsip ini merupakan prinsip klien untuk meningkatkan keberfungsian
fundamental dalam pekerjaan sosial. sosialnya
Pekerja sosial menunjukan sikap toleran 2. Kemampuan pekerja sosial untuk
terhadap keseluruhan dimensi klien. membangun kepercayaan dengan klien
2. Nonjudgemental 3. Kemampuan wawancara atau konseling
Pekerja sosial menerima klien dengan apa dengan menggunakan active listening dan
adanya tanpa disertai pemikiran atau keterampilan lainnya seperti
penilaian. Maksudnya pekrja sosial paraphrasing, reflection of feeling,
menerima klien dengan segala confrontation, dan sebagainya.
keadaannya, menilai klien sebagai Keterampilan-keterampilan tersebut sangat
manusia dengan latar belakang sejarahnya berguna bagi pekerja sosial dalam
sendiri, tidak menilai perilakunya, dan melaksanakan peran dan tugasnya seperti
tidak memaksakan nilai-nilai yang mengidentikasi permasalahan klien dengan
dimiliki oleh pekerjaan sosial terhadap lingkungan sosialnya, menerapkan treatment,
klien. dalam menjalin hubungan dengan
3. Individualisasi stakeholder-stakeholder, dan meningkatkan
Pekerja sosial memandang dan keberfungsian sosial klien, baik itu individu,
mengapresiasi sifat unik dari klien. Setiap kelompok, dan masyarakat dengan berbagai

193
metode dan pendekatan yang dimiliki pekerja PBB (1955) mendefiniskan pengembangan
sosial. masyarakat sebagai berikut :
“Pengembangan masyarakat
didefinisikan sebagai suatu proses
Metode dan Pendekatan Pekerja Sosial yang dirancang untuk menciptakan
kemajuan kondisi ekonomi dan sosial
Sebagai sebuah profesi, pekerja sosial
bagi seluruh warga masyarakat dengan
memiliki metode dan pendekatan dalam
partisipasi aktif dan sejauh mungkin
melakukan intervensi kepada klien, baik itu
menumbuhkan prakarsa masyarakat
individu, keluarga, dan masyarakat. Metode
itu sendiri.” (dalam Wibhawa Budhi,
pekerja sosial ialah sebagai berikut :
2010:109)
1. Social case work
Metode pemberian bantuan kepada orang 4. Administrasi dan Organisasi Pelayanan
yang didasarkan atas pengetahuan, Manusia atau Sosial
pemahaman, serta penggunaan teknik-
John Kidneigh menyatakan bahwa
teknik secara terampil yang diterapkan
untuk membantu orang-orang guna administrasi pekerjaan sosial adalah
memecahkan masalahnya dan proses transformasi kebijakan sosial
mengembangkan dirinya. (Wibhawa ke dalam pelayanan sosial melalui
Budhi,2010:97). proses dua cara yakni transformasi
kebijakan ke dalam pelayanan-
Metode social case work bersifat pelayanan sosial konkrit, dan
individual karenanya dikatakan pendekatan menggunakan pengalaman dengan
mikro yaitu membantu individu-individu merekomendasikan modifikasi
yang memiliki masalah, baik yang bersifat kebijakan.
eksternal yakni masalah yang berasal dari
Metode atau pendekatan ini menekankan
lingkungan sosialnya, atau masalah yang bahwa pekerja sosial tidak hanya berkonstrasi
bersifat internal, atau yang berasal dari dalam individu saja namun akan menjadi
dalam dirinya sendiri. perencana dan administrator program-
program pekerjaan sosial daripada bekerja
2. Social group work dengan klien perseorangan.
Suatu metode untuk bekerja dengan dan
menghadapi orang-orang di dalam suatu Pekerja Sosial di Indonesia
kelompok guna peningkatan kemampuan
untuk melaksanakan fungsi sosial;serta Perkembangan pekerja sosial di Indonesia
guna pencapaian tujuan-tujuan yang secara berawal dari nilai gotong royong masyrakat
sosial dianggap baik. (Wibhawa, Budhi, sebagai sistem pelayanan sosial. Gotong
2010:99). royong dianggap sebagai nilai paling dasar
dalam kehidupan bermasyarakat dan
Pada intinya social group work ialah bernegara. Ketika terjadi penjajahan Belanda,
meningkatkan keberfungsian individu pemerintah Belanda memandang pelayanan
dengan bantuan kelompok. sosial hanya beruapa kegiatan amal, sehingga
pelaksanaannya diserahkan kepada badan-
3. Community Organizing/ community badan swasta misalnya Muhammadiyah,
development Nahdatul Ulama, Missi Katholik, dan
sebagainya.
Pada masa penjajahan jepang, kondisi
kesejahteraan masyarakat Indonesia semakin
memburuk, dan lembaga-lembaga pelayanan

194
sosial yang sudah dibentuk tidak berjalan (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai
sebagaimana mestinya . dan wajar (Dinas Sosial Provinsi DIY, 2005).
Pada masa kemerdekaan, sebagai Berbagai permasalahan kesejahteraan sosial
pencerminan akan pentingnya kesejahteraan yang muncul pada masyarakat Indonesia saat
sosial dan praktik pekerjaan sosial dalam ini, meliputi : menurunnya tingkat ekonomi,
bentuk pelayanan sosial, maka dibentuklah penyimpangan norma dan perilaku,
Kementrian Sosial pada 19 agustus 1945. meningkatnya masalah sosial, menurunnya
Pada masa ini, pelayanan sosial dilakukan kualitas kesehatan, dan meningkatnya
oleh pemerintah dan masyarakat. Sebelumnya kriminalitas.
pelayanan masyarakat dilakukan oleh Dalam upaya mengatasi Penyandang
masyrakat itu sendiri dengan nilai gotong Masalah Kesejahteran Sosial, pekerja sosial
royong, kemudian beralih oleh swasta pada memberikan pelayanan sosial yang
masa penjajahan Belanda, dan setelah merupakan wujud aktivitas pekerja sosial
kemerdekaan hingga sekarang, pelayanan dalam praktik profesionalnya.
sosial dilakukan oleh pemerintah dan Dalam artikel yang berjudul Indonesia
masyarakat. Butuh 139 Ribu Pekerja Sosial Profesional,
Di Indonesia, kesejahteraan sosial yang dikutip dari metrotvnews.com,
dibahas dalam perundang-undangan. menyebutkan di Indonesia, jumlah
Kesejahteraan sosial merupakan suatu Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang (PMKS) ialah sebanyak 15,5 juta rumah
layak bagi masyarakat, sehingga mampu tangga. Indonesia masih membutuhkan
mengembangkan diri dan dapat melaksanakan setidaknya 139 ribu orang pekerja sosial.
fungsi sosialnya yang dapat dilakukan Sementara saat ini jumlah pekerja sosial yang
pemerintah, pemerintah daerah dan tersedia hanya sekitar 15.522 orang. Hal ini
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial untuk memenuhi rasio ideal antara pekerja
yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial dengan masyarakat yaitu 1:100.
sosial, pemberdayaan sosial, dan Kebutuhan akan pekerja sosial terus
perlindungan sosial (UU No 11 Tahun 2009 meningkat untuk menangani Penyandang
pasal 1dan 2). Pembangunan kesejahteraan Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
sosial ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tersebut. Sehingga membutuhkan jumlah
pembangunan nasional dimana pembangunan pekerja sosial di berbagai bidang untuk
kesejahteraan sosial berperan aktif dalam mengatasi masalah sosial dan penyandang
meningkatkan kualitas hidup bangsa masalah kesejahteraan sosial di Indonesia.
Indonesia. Hal ini karena pada prinsipnya Sektor-sektor yang membutuhkan pekerja
konstruksi pembangunan kesejahteraan sosial sosial antara lain untuk keperluan medis di
terdiri atas serangkaian aktivitas yang rumah sakit, industri, forensik di lembaga
direncanakan untuk memajukan kondisi pemasyarakatan (LP) atau badan
kehidupan manusia melalui koordinasi dan pemasyarakatan (bapas), pekerja sosial klinis
keterpaduan antara pemerintah, pemerintah di Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban
daerah dan masyarakat dalam upaya Napza, pekerja sosial, spesialis perlindungan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam anak serta spesialis manajemen bencana.
mengatasi Penyandang Masalah Walaupun sebagian besar masyarakat
Kesejahteraan Sosial (PMKS). Apabila dilihat masih tidak mengetahui profesi pekerjaan
dari pengertiannya, Penyandang Masalah sosial, namun keberadaan pekerja sosial kini
Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan semakin dikuatkan dengan adanya sertifikasi
seseorang, keluarga atau kelompok kompetensi pekerja sosial dan tenaga
masyarakat yang karena suatu hambatan, kesejahteraan sosial. Pemberian sertifikasi
kesulitan atau gangguan, tidak dapat difasilitasi pemerintah melalui Lembaga
melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga Sertifikasi Pekerjaan Sosial (LSPS) yang
tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya dapat menerbitkan lisensi. Lembaga

195
Kesejahteraan Sosial (LKS) akan diakreditasi yang digaji oleh pemerintah. Satu tahun
oleh Badan Akreditasi Lembaga terakhir ini, parlemen akan segera
Kesejahteraan Sosial (BALKS) yang akan mengesahkan undang-undang (act) tentang
memperkuat eksistensi profesi pekerja sosial, standard kompetensi pekerja sosial medis
sekaligus menjadi landasan kebutuhan pekerja yang akan memperkuat profesi tersebut.
sosial profesional di Indonesia, Kondisi eksistensi pekerja sosial di Indonesia
(metrotvnews.com diakses pada Minggu 2 dengan Malaysia hampir mirip. Dilihat dari
November 2014 pukul 10:29). sejarah perkembangannya pun berdekatan,
hanya berbeda beberapa tahun. Namun, jika
Pekerja sosial di Malaysia dilihat dari pekerja sosial medis di Malaysia
sudah cukup berkembang, di negaranya,
Dikutip dari www.masw.org. Di Malaysia dibandingkan di Indonesia.
pekerjaan sosial professional diperkenalkan
pada masa pemerintahan jajahan Inggris, awal
tahun 1930-an. Pada masa ini, pekerjaan Pekerja Sosial di Amerika Serikat
sosial difokuskan pada masalah buruh migran
dari India dan China. Setelah Perang Dunia II, Cox (1992:40) mengemukakan :
pada tahun 1946 didirikan Departemen pekerjaan sosial lahir di Barat (Eropa)
Kesejahteraan Sosial. Awalnya pelayanan dan tumbuh serta berkembang di
sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial ialah Barat (Amerika Serikat). Secara
dalam hal bantuan keuangan bagi yang simultan, pekerjaan sosial diekspor ke
membutuhkan, program percobaan untuk negara-negara berkembang (dunia
kenakalan remaja, rumah perlindungan bagi ketiga), terlepas dari kemungkinan
perempuan dan anak, dan perawatan untuk penerapan dan relevansinya.
penyandang cacat dan lanjut usia. Pada tahun (Wibhawa Budhi.2010:57).
1950 adanya spesialisasi bidang pekerjaan
sosial, yaitu pekerja sosial medis dan pekerja Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa,
sosial yang menangani kenakalan remaja. pekerja sosial telah lebih dahulu lahir dan
Pada tahun 1955 The British Almoners telah dikenal oleh masyarakat di Amerika Serikat,
membentuk badan profesional pertama bagi dibandingakan dengan Indonesia dan
pekerja sosial, Asosiasi Malayan of Almoners Malaysia.
(MAA). Pada akhir tahun 1960 bernama Dikutip dari socialworkers.org,
Malaysian Association of Medical Social berdasarkan data dari U.S. Department of
Work (MAMSW) yang berhasil Labor Bureau of Labor Statistics (BLS)
diperjuangkan. Kemudian terbentuklah profesi yang memiliki perkembangan yang
asosiasi pekerja sosial di Malaysia dengan pesat dibandingkan profesi lainnya. Lebih
nama Malaysian Association of Social dari 650.000 orang memilih program atau
Workers (MASW) yang terbentuk pada 3 jurusan pekerja sosial. Dengan demikian
Maret 1973. pelajar yang ingin melanjutkan pendidikannya
Dikutip dari stks.ac.id, di Malaysia sudah mengenal profesi pekerjaan sosial, dan
sendiri, program Magister of Medical berada mengetahui eksistensi profesi tersebut di
dibawah fakultas kedokteran USM. negaranya.
Kedudukan medical social work (sebutan Dikutip dari socialwork.org The U.S.
untuk pekerja sosial medis di Malaysia), Department of Veterans Affairs employs more
berada dibawah divisi Public Health/Care than 10,000 professional social workers. It is
yang merupakan secondary setting di bagian one of the largest employers of MSWs in the
klinik kesehatan. Hingga saat ini, sekitar 250 United States. Dari pernyataan tersebut, di
orang medical social work – hospital telah Amerika Serikat pekerja sosial sudah
mendapat perhatian dari pemerintah Malaysia berkembang dan diketahui eksistensinya oleh
dan mereka bekerja di klinik-klinik kesehatan masyarakat luas.

196
Dalam situs socialwork.org pun menjelaskan melengkapi mahasiswa dengan
eksistensi pekerja sosial dalam berbagai keahlian yang spesifik, karena
bidang, yakni sebagai berikut: spesialisasi dalam pendidikan
“Today, almost 50 special interest pekerjaan sosial tampaknya semakin
organizations contribute to the vitality penting.
and influence of the social work 3. Memperkuat organisasi-organisasi
profession. There are social work profesi pekerjaan sosial Indonesia,
groups for educators and researchers, serta meningkatkan kerjasama di
as well as organizations for tingkat nasional, regional dan
practitioners in health care internasional.
leadership, nephrology, oncology,
child welfare, schools, prisons, courts,
and many other settings.” Daftar Pustaka
Di Amerika Serikat, pekerja sosial telah
terspesialisasi dan telah diakui eksistensinya Johnson,Louise and Schwartz
oleh masyarakat disana. Sehingga kini Charles.1991.Social Welfare A
perkembangannya pesat dibandingkan negara- Response to Human Need Second
negara yang berkembang seperti Indonesia, Edition.Allyn and Bacon:Massachusetts
dan Malaysia. Dalam melaksanakan perannya Skidmore.1987.Introduction to Social Work
pun, pekerja sosial di Amerika Serikat telah Sixth Edition. Prentice Hall
dibagi ke dalam berbagai bidang, seperti International Edition
dalam kesejahteraan anak, sekolah, kesehatan, Wibawa, Budhi, et al.2010.Dasar-dasar
onkologi, dan bidang lainnya. Pekerjaan Sosial. Widya
Padjadjaran:Bandung
Suharto Edi. Peran Pekerja Sosial dalam
Penutup Community Development.International
Policy Fellow, Open Society Institute
Perbandingan eksistensi pekerja sosial Central European University. Budapest,
dilakukan untuk memberikan gambaran dan Hungary
informasi mengenai profesi pekerja sosial di Suharto Edi. 2007.Paradigma Kesejahteraan
Malaysia dan Amerika Serikat. Dengan Sosial.
mengetahui eksistensi pekerja sosial di negara metrotvnews.com diakses pada 2 November
lain, dapat meningkatkan eksistensi pekerja 2014 pukul 10:29
sosial di Indonesia. Dalam hal ini, penulis http://www.stks.ac.id diakses pada 10
memiliki beberapa saran yang dapat Desember 2014 pukul 14.00
digunakan untuk meningkatkan eksistensi www.umj.ac.id diakses pada 10 Desember
pekerja sosial di Indonesia. Adapun, saran 2014 pukul 14.00
dari penulis ialah sebagai berikut : http://kesos.umm.ac.id diakses pada 11
1. Mempublikasikan kompetensi dan Desember 2014 pukul 11.00
kontribusi pekerja sosial dalam http://www.masw.org.my diakses pada 12
berbagai pembangunan sosial agar Desember 2014 pukul 10.00
dikenal oleh masyarakat luas, http://www.socialworkers.org diakses pada 12
misalnya dalam program-program Desember 2014 pukul 11.00
kementrian sosial,
2. Mengembangkan pendidikan
pekerjaan sosial. Misalnya,

197
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM SISTEM USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL DI
ERA MILLENNIUM

Oleh:
Purwowibowo

“It is argued that no-one in a civilized society should be in a position where they cannot afford
the basic necessities of life” (sangat memprihatinkan jika seseorang yang hidup di dalam
masyarakat beradab (modern), mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, Thompson
dalam Edi Suharto, 2011: 16)

Abstraks
Tulisan ini merupakan kajian pustaka yang membahas tantangan profesi pekerjaan sosial di
Abad 21. Sejak awal perkembangan profesi ini masih dianggap sebelah mata oleh profesi lain,
karena tumbuh-kembangnya kalah cepat dengan perkembangan masalah sosial di era modern.
Sehingga usaha kesejahteraan sosial yang diselenggarakan seringkali tertinggal dengan SUKS
yang sekarang ini telah banyak yang berbasis profit. Agar gap perkembangan profesi ini tidak
terjadi, diperlukan revitalisasi profesi pekerjaan sosial, mulai dari dunia pendidikan sampai sistem
intervensi yang dilakukan. Teori-teori harus selalu dikembangkan, metode intervensi diperbaharui,
dan nilai-nilai modern yang berbasis bisnis harus pula digunakan. Dengan selalu meng-up-date
ketiga hal di atas, profesi pekerjaan sosial dapat selalu eksis di tengah sistem SUKS di era
millennium.
Kata Kunci: Peran Pekerja Sosial, Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial, Era Millenium

Abstract
This paper is a literature review that addresses the challenges of the social work profession in
the 21st Century. Since the beginning of the development of the profession is still considered one
eye by other professions, because the development of practices and theories of social work less
rapidly growth with the increasing of the social problems in the modern era. Thus, the organized
social welfare often left behind with business of social welfare systems currently has many profit-
based. In order for this professional development gap does not happen, the revitalization of the
social work profession, ranging from education to the intervention system. Theories and practices
must always be developed, updated methods of intervention, and modern values-based business
must also be used. By always to up-date the three items above, the social work profession can
always exist on the business of social welfare systems in millennium era.
Keywords: Social Worker Role, Business of Social Welfare System, Millenium Era
.

I. PENDAHULUAN masyarakat di dekade millenium ini. Pekerja


sosial bisa bekerja bersama dengan kelompok
Pekerja sosial profesional terus klien di rumah singgah, panti-panti atau
mendapatkan tempat di tengah kehidupan yayasan sosial, tempat-tempat rehabilitasi,

198
menangani korban bencana, perang, usaha kesejahteraan sosial oleh berbagai
pengungsi, dan juga menangani masalah profesi itulah yang akhirnya mengharuskan
kemiskinan. Dengan demikian dapatlah pekerjaan sosial profesional merevitalisasi
dikatakan bahwa sebagai pekerja sosial secara kemampuan profesionalnya.
nyata dapat berfungsi dalam kehidupan
masyarakat. Pekerja sosial menyebar dan Di dalam MDGs (2000) sejak awal
berhimpun di dalam ikatan pekerja sosial dicanangkan 8 (delapan) program yang
internasional (International Federation of berkatian dengan masalah kesejahteraan
Social Work/IFSW), yang mempunyai sosial, yang meliputi: (1) Diakhirnya masalah
anggota di lingkup regional, nasional, sampai kemiskinan dan kelaparan; (2) Pendidikan
di tingkat lokal. Di Indonesia sendiri ada untuk semua; (3) Kesamaan Gender; (4)
wadah bagi pekerja sosial ini dengan nama Kesehatan anak; (5) Kesehatan ibu hamil; (6)
Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia Perang melawan HIV/AIDs; (7) Kelestarian
(IPSPI). Dengan menggunakan berbagai lingkungan; dan (8) Kemitraan global. Secara
bahasa dan literatur, baik berupa teori-teori, khusus diharapkan pada tahun 2015 semua
nilai dan norma, serta pengalaman praktik negara di dunia harus terbebas dari
yang terus mengalami perkembangan, kemiskinan dan kelaparan. Melihat program
pekerja sosial sosial profesional MDGs tersebut jelas bahwa dibutuhkan peran
keberadaannya masih tetap dibutuhkan. pekerja sosial untuk merealisasikannya.

Mereka yang tertarik menjadi pekerja Di Indonesia sendiri meskipun


sosial (Social Worker) sebagai pilihan karier dilaporkan (BPS, 2012) menurun jumlah
atau profesi, merupakan keputusan yang tidak penduduk miskin, tetapi laporan ADB (2011)
mudah. Karena, bidang pekerjaan yang jumlah orang miskin di Indonesia lebih dari
berkaitan dengan masalah sosial dan 40 juta. Karena kemiskinan merupakan inti
kesejahteraan sosial bukan hanya ditangani dari masalah sosial, maka masalah ikutan dari
oleh pekerja sosial, tetapi banyak profesi lain kemiskinan juga terus bertambah. Dengan
juga berperan. Itulah sebabnya, profesi bertambahnya masalah sosial, pekerja sosial
pekerjaan sosial harus meningkatkan dapat berperan aktif di dalam menangani
kemampuan profesionalnya. Meskipun telah masalah sosial yang terjadi ditengah
banyak lulusan dari lembaga pendidikan masyarakat. Agar dapat berperan secara
pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial, profesional pekerja sosial dituntut untuk
namun, gaung pekerja sosial profesional melakukan pembenahan diri, mengasah
belum didengar dan diperhatikan oleh ketrampilan, kemampuan, pengalaman
masyarakat luas. Menurut Laporan Tahunan praktik, dan kapasitasnya untuk dapat disebut
STKS Bandung (2007), lembaga pendidikan sebagai pekerja sosial profesional. Menjadi
tersebut telah menghasilkan lulusan sebanyak pekerja profesional, bukan hanya tanggung
10627, belum lagi ditambah lulusan dari jawab seorang pekerja sosial itu sendiri,
berbagai lembaga pendidikan lain di melainkan juga melibatkan peran lembaga
Indonesia yang bernaung di Ikatan Pendidikan pendidikan dan asosiasi pekerjaan pekerjaan
Pekerjaan Sosial Indonesia (IPPSI), tentu sosial, yang harus bersama-sama
jumlahnya telah lebih banyak. Namun, mewujudkan profesi pekerjaan sosial secara
ditengah-tengah upaya untuk menjadikan profesional. Karena jika tidak membenahi
profesi pekerjaan sosial sebagai suatu yang diri, bisa saja pekerja sosial akan
profesional dan diakui, masih banyak terpinggirkan oleh profesi lain, yang mereka
tantangan yang menghadang. Pekerja sosial telah melakukan pekerjaan secara profesional.
yang tidak profesional (non-
Dengan tantangan yang menghadang
profesional/amatir), semi profesional (para-
seperti diuraikan di atas muncul
profesional), juga berkiprah dalam melakukan
permasalahan: apakah pekerja sosial
pekerjaan sosial. Perebutan lahan pekerjaan
profesional bisa memainkan perannya dalam
yang berkaitan dengan masalah sosial dan
199
menangani masalah sosial di era millennium? Asal mula layanan sosial (social
Apakah yang harus dilakukan lembaga services) digunakan dalam konsep sangat
pendidikan dalam menyiapkan lulusannya terbatas. Seperti layanan medis atau
dalam menghadapi era millennium? Jika kesehatan, jaminan sosial, perumahan,
pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mampu pendidikan, dan pekerjaan sosial. Titmuss
dijawab, bisa jadi pekerja sosial profesional dalam Phillips (2002) menjelaskan bahwa
hanyalah sosok yang tanpa isi, sehingga tidak pendekatan demikian layanan sosial sangat
bisa berperan aktif dan hanya dapat bekerja terbatas, dan mengarah ketidak konsistenan di
dalam setting terbatas, bahkan bisa dalam membahas mengenai kesejahteraan.
terpinggirkan oleh profesi lain. Oleh karena Dengan menggunakan dua contoh, tentang
itu, diperlukan langkah kongkrit agar pekerja subsidi pemerintah kepada petani penyewa
sosial dapat berperan dan menjadi bagian disebut juga sebagai pelayanan sosial, tetapi
penting dalam usaha kesejahteraan sosial peraturan mengenai subsidi, dan pengendalian
modern. ekonomi dari industri untuk peningkatan
kapasitas tenaga kerja tidak disebut sebagai
pemberian layanan sosial. Menurutnya
penggunaan konsep demikian adalah
II. PEMBAHASAN
kesewenang-wenangan dan bahkan suatu
2.1 Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial konsep yang menyesatkan.

Usaha kesejahteraan sosial Layanan sosial dapat dibedakan paling


sesungguhnya merupakan pengembangan tidak dengan apa yang mereka lakukan dan
lembaga sosial tradisional untuk menyediakan dari mana mereka lakukan. Pertama, layanan
layanan berbagai kondisi dari ketergantungan sosial harus merupakan aktivitas yang
kelompok rentan dan disabel ditengah terorganisasi. Karena banyak usaha
masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas kesejahteraan sosial dilakukan secara
(makro) usaha kesejahteraan sosial demikian informal: seperti layanan oleh keluarga,
disebut dengan konsep negara kesejahteraan layanan sukarela baik individu maupun
(welfare state). Di dalam negara kesejahteraan masyarakat yang pada umumnya dilandasi
masalah sosial yang terjadi bukan hanya dengan organisasi amal. Kedua, layanan
tanggung jawab individu, kelompok, dan sosial yang didistribusikan kembali (dalam
masyarakat, tetapi menjadi tanggung jawab bentuk asuransi sosial), orang yang membayar
bersama, yakni merupakan tanggung jawab premi tertentu akan memperoleh keuntungan
negara. Secara teoritis, Edi Suharto (2006), berupa jaminan sosial.
menjelaskan bahwa negara kesejahteraan
Banyak kegiatan terorganisir yang
harus berusaha untuk melindungi seluruh
berkaitan dengan layanan sosial dan
warganya pada kondisi sebaik mungkin. Di
pendistribusian kembali, tetapi tidak
dalam tataran praktis, negara kesejahteraan
diklasifikasikan ke dalam pelayanan sosial.
dapat ditelusuri, tidak dengan kondisi yang
Pada umumnya menunjuk kepada pelayanan
ideal, yakni negara bisa menyediakan
publik. Misalnya polisi, angkatan bersenjata,
layanan, sejauh intervensi negara dapat
pembersih jalan, tukang parkir, dan banyak
diterima dan syah, dan peran negara
lagi yang berkaitan dengan pelayanan publik.
sesungguhnya sangat kompleks, yaitu
Namun, layanan kolektif yang
mengawasi ketentuan atau aturan
menguntungkan semua masyarakat dapat
kesejahteraan di seluruh lapisan masyarakat,
dikatakan sebagai pelayanan sosial. Misalnya,
menentukan peraturan, memberikan mandat,
pelayanan kesehatan, pendidikan, jaring
membangkitkan semangat , dan membuka
pengaman sosial (social safety net), dan
saluran alternatif bagi ketentuan kesejahteraan
banyak lagi bentuk-bentuk layanan sosial
sosial.
yang masuk ke dalam sistem usaha
kesejahteraan sosial.

200
Pengertian Sistem Usaha (1995) menyebutnya dengan pembangunan
Kesejahteraan Sosial” atau “Business of sosial, karena tidak hanya untuk memenuhi
Social Welfare” dari Perserikatan Bangsa- kebutuhan ekonomi saja, tetapi
Bangsa (PBB) dalam United Report (1968: menyelaraskan antara kebutuhan ekonomi
40-41), adalah: dengan kebutuhan sosial.
“an organized activity that Hampir semua manusia yang hidup di
aims at helping towards a mutual dunia ini selalu menghadapi masalah, baik
adjustment of individuals and their masalah kecil, menengah, atau besar. Masalah
social environment. This objective is yang muncul di berbagai kehidupan manusia
achieved through the use of techniques itu bisa berupa kematian anggota keluarga,
and methods which are designed to kemiskinan, kebodohan, butahuruf, kesehatan,
enable individuals, groups, and penghasilan yang rendah, kurangnya
communities to meet their need and kesempatan kerja, pemutusan hubungan kerja,
solve their problems of adjusment to a dan lain sebagainya. Dalam kehidupan
changing pattern of society, and masyarakat, keluarga merupakan unit terkecil
through cooperative action to improve dari masyarakat, oleh sebab itu peran keluarga
economic and social condition” dalam memecahkan masalah yang dihadapi
oleh anggota keluarga tersebut sangatlah
Dengan melihat batasan yang dibuat penting. Jika suatu keluarga tidak mampu
PBB ini tampak bahwa penekanannya pada untuk menyelesaikan masalah yang terjadi,
suatu kegiatan atau aktivitas yang maka peran lembaga-lembaga sosial sangat
terorganisasi. Batasan tersebut telah diperlukan, terutama dalam bentuk sistem
mementingkan aturan-aturan permainan, usaha kesejahteraan sosial, baik yang
seperti ditunjukkan oleh kalimat “through the diselenggarakan oleh lembaga pemerintah
use of technique and methods”. Barangkali maupun swasta. Dengan berkembangnya
pengertian “technique” dan “methods” di sini kehidupan masyarakat dan semakin modern,
belum bersangkut paut dengan metodologi justru ketergantungan anggota masyarakat
dalam ilmu pengetahuan. Namun, penting terhadap lembaga-lembaga sosial yang ada
untuk dicatat bahwa PBB telah melihat semakin tinggi.
kelemahan-kelemahan yang dilakukan oleh
berbagai institusi, yang usaha-usaha untuk Oleh karena itu, suatu sistem usaha
meningkatkan “welfare” tidak melalui teknik kesejahteraan sosial sangat dibutuhkan
dan metode yang teratur, tetapi bersifat kehadirannya, karena dengan sistem ini, suatu
sporadis dan bahkan tidak berdasarkan praktik profesi pekerjaan sosial mempunyai
profesional. kedudukan yang penting untuk melakukan
berbagai bentuk intervensi sosial yang
Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial dibutuhkan guna mewujudkan kesejahteraan
menekankan suatu sistem hukum, program, sosial di masyarakat.
dan layanan untuk memperkuat dan menjamin
terpenuhinya kebutuhan dasar sehingga
tercapai kesejahteraan penduduk dan
berfungsinya keteraturan sosial (Wickenden, 2.2 Peran Pekerja Sosial dalam SUKS
1965 p. vii; Friedlander, 1974: 3; Crampsto
Pekerjaan sosial merupakan suatu
dan Caisar, 1970; Romanyshyn, 1971).
profesi yang utama dalam mewujudkan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kesejahteraan sosial bagi seluruh anggota
usaha kesejahteraan sosial merupakan suatu
masyarakat. Profesi ini berfungsi untuk
sistem yang meliputi pendekatan multiaspek
melakukan analisis kebijakan dan
terhadap permasalahan sosial dan ekonomi,
perencanaan kesejahteraan sosial,
dan juga mencerminkan nilai-nilai
memperbaiki dan meningkatkan kehidupan
kemanusiaan. Turner (1974) dan Midgley
sosial, mengembangkan sumber daya
201
manusia, melakukan penyembuhan sosial, Pekerjaan sosial merupakan profesi
rehabilitasi sosial, mencegah timbulnya pemberian bantuan yang secara historis
masalah sosial, memberdayakan kelompok merupakan tanggapan untuk memecahkan
rentan, dan lain sebagainya. masalah dari meluaskan masalah sosial di
tengah masyarakat, yang individu, keluarga,
Selain hal tersebut profesi pekerjaan dan masyarkat tidak mampu menyelesaikan
sosial juga befungsi mencegah (preventif) masalahnya sendiri. Sampai sekarang ini,
terhadap timbulnya masalah sosial dari profesi ini telah memiliki kode etik tersendiri
interaksi antar anggota masyarakat, di dalam melakukan pekerjaan sosial guna
mengembangkan dan memelihara serta memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
memperkuat sistem usaha kesejahteraan berasal dari nilai-nilai kemanusian seperti: (1)
sosial, menjamin terpenuhinya kebutuhan service; (2) social justice; (3) dignity and
dasar manusia, meningkatkan keberfungsian worth of the person; (4) importance of human
sosial masyarakat, mengenali dan relationship; (5) integrity; and (6) competence
menumbuhkembangkan potensi anggota (NASW, 1999). Oleh karena itu, pekerja
masyarakat, menjaga ketertiban sosial, dan sosial bisa disebut sebagai pekerja profesional
berbagai kegiatan lainnya yang berkaitan jika memenuhi persyaratan di atas..
dengan kesejahteraan sosial. Dengan kata
lain, bahwa pekerjaan sosial berupaya untuk Pekerja sosial memberikan layanan
mendayagunakan semua potensi yang ada kepada semua kelompok umur, mulai dari
guna mencapai kesejahteraan hidup anak yang baru lahir sampai orang tua renta.
masyarakat. Mereka membantu semua orang dengan
pengalamannya untuk mengatasi masalah
Secara khusus tujuan pekerjaan sosial sosial yang dihadapinya, seperti misalnya,
adalah untuk meningkatkan keberfungsian gelandangan, masalah rumah tangga,
sosial anggota masyarakat yang mengalami kekerasan terhadap anak, stres dalam
masalah, sehingga mereka mampu mengatasi pekerjaan, dan lain sebagainya. Namun,
masalahnya sendiri (selfhelp services), sesungguhnya ruang lingkup dari pekerjaan
membantu adaptasi sosial, dan melakukan sosial lebih luas dari apa yang telah diberikan
perubahan sosial di lingkungannya agar terhadap individu, keluarga, atau mungkin
sumber daya yang ada dapat bermanfaat bagi kelompok kecil dan masyarakat.
kehidupan masyarakat. Atas dasar tersebut
Hepworth et al. (1993) menjelaskan ruang Seringkali tidak terlihat, tetapi
lingkup pekerjaan sosial meliputi: (1) ternyata penting bahwa misi dari pekerjaan
memberikan layanan terhadap masyarakat sosial sampai kepada pembelaan (advocacy)
(public assistence); (2) jaminan sosial (social keadilan sosial bagi orang-orang yang suara
insurance); (3) penanganan keluarga (family hatinya tidak terdengar oleh penguasa,
service); (4) penanganan kesehatan dan medis misalnya orang miskin, anak-anak yang
(health and medical service); (5) penanganan kurang beruntung atau mengalami kekerasan,
masalah anak (child welfare service); (6) dan orang tertindas. Pekerjaan sosial juga
penanganan kesehatan mental (mental health bekerja sebagai administrator di lembaga
service); (7) penanganan koreksional sosial dan pemberian pertimbangan untuk
(corectional service); (8) penanganan remaja menjamin kualitas pelayanan terhadap
(youth service); (9) penanganan orang lanjut program dan layanan yang diberikan. Selain
usia (aging service); (10) pekerjaan sosial itu, pekerja sosial dapat bekerja sebagai analis
industri (industrial social work); (11) kebijakan, pelobi politik, pembela, pendidik,
memberikan layanan perumahan atau dan juga peneliti sosial.
pemukiman (reseltlement service); dan (12)
penanganan masalah sosial internasional Dengan terus berkembangnya ilmu
(international social service). dan pengetahuan mengenai kesejahteraan
sosial dan pekerjaan sosial, maka pekerja

202
sosial harus berupaya untuk meningkatkan terhadap “welfare state dan development
ilmu pengetahuan, yang berupa teori dan state“ (Edi Suharto, 2010: 239).
praktik, sehingga dapat melakukan
pembelaan terhadap masalah keadilan sosial Dengan pengaruh globalisasi itu
dan perubahan sosial bagi klien. Pekerja konsep kesejahteraan sosial dan pekerjaan
sosial juga menggunakan etika dan budaya sosial berkembang pula, diikuti dengan
(sesuai dengan kode etik pekerjaan sosial) bermunculannya sistem usaha kesejahteraan
yang berbeda-beda untuk mengurangi sosial yang sangat beraneka ragam dan
diskriminasi, kemiskinan, dan berbagai bahkan dilandasi oleh kepentingan ekonomi
bentuk ketidak-adilan lainnya. Kesemuanya (business). Untuk itu sangatlah penting bagi
itu merupakan bentuk pelayanan langsung semua pekerja sosial dapat memahami ruang
(direct services) terhadap kepentingan lingkup, sejarah perkembangan (asal-usul),
masyarakat. Menurut Edi Suharto (2010: 21) dan tujuan sistem usaha kesejahteraan sosial
misi yang diemban oleh pekerja sosial di secara luas, kemudian memahami pula peran
dalam kerangka kesejahteraan sosial adalah, yang dimainkan oleh pekerja sosial dan
(1) meningkatkan kualitas hidup masyarakat lembaga-lembaga sosial di dalam sistem
yang tidak memiliki kemampuan dalam usaha kesejahteraan sosial modern.
menjangkau dan memenuhi kebutuhan Kesejahteraan pada awal mulanya hanya
dasarnya sesuai dengan harkat dan martabat menunjuk pada orang-orang miskin yang
kemanusiaan; (2) memperkuat kepedulian menerima bantuan dari program yang
masyarakat dalam pembangunan diselenggarakan oleh pemerintah maupun
kesejahteraan sosial sejalan dengan prinsip swasta melalui lembaga sosialnya, seperti
masyarakat peduli (carying society) dan layanan masyarakat dan pemberian bantuan
kesetiakawanan sosial; (3) memantapkan dan makanan, layanan kesehatan, layanan anak,
mengembangkan keberdayaan dan ketahanan layanan orang tua, layanan orang disabel, dan
sosial masyarakat melalui sistem layanan lainnya. Kemudian berkembang dan
perlindungan sosial yang inklusif, partisipatif, saat ini konsep kesejahteraan menjadi sangat
dan berkeadilan sosial. luas dan mencakup kegiatan lain dari program
kesejahteraan yang ada di tengah masyarakat.
Berkembangnya konsep kesejahteraan
2.3 Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial tidak terlepas dari perkembangan peradaban
Modern masyarakat yang terus maju dan mendunia.
Menurut Titmuss dalam Phillips (2002), yang
Globalisasi berjalan beriringan dengan dikenal sebagai ahli ekonomi Inggris,
hadirnya era milenium baru, yang pada era ini menyarankan kepada semua orang bahwa
perubahan sosial terjadi dengan sangat cepat kesejahteraan tidak hanya berhubungan
dan bersifat massif, merambah semua sisi dengan pemberian bantuan kepada orang
kehidupan manusia di manapun manusia miskin saja, tetapi sekarang semua orang bisa
berada. Globalisasi sering dikonotasikan mendapatkan keuntungan dari
dengan proses internasionalisasi penyelenggaraan sistem usaha kesejahteraan
perekonomian yang ditandai dengan sosial. Sekarang kenyataannya di AS, Inggris,
perdagangan bebas disertai penggunaan dan negara maju lainnya telah ada program-
teknologi canggih. Lahirnya dilandasi dengan program besar, tidak hanya diperuntukkan
politik dan ideologi neo-liberalisme, yang bagi orang miskin, tetapi bagi semua orang
intinya menekankan pentingnya kebebasan, yang rentan, pekerja rendahan, pengusaha
khususnya kebebasan ekonomi dari campur kecil, petani, dan kelompok-kelompok
tangan negara. Di sini negara dipandang lainnya. Semakin luasnya program dan
sebagai penghambat mekanisme pasar dan usaha kesejahteraan sosial, maka sangat
karenanya menganggu pertumbuhan ekonomi. berguna bagi pekerja sosial untuk selalu pula
Dengan kata lain neo-liberalisme sangat anti memahami semakin luasnya konsep

203
kesejahteraan. Dengan demikian pekerja yang dirancang untuk memberikan bantuan
sosial menjadi lebih realitis memahami kepada para pekerja baik yang bekerja di
perannya di dalam sistem usaha kesejahteraan perusahaan maupun anggota keluarga yang
sosial, baik yang dilakukan oleh pemerintah, bekerja di keluarganya. Bentuk kesejahteraan
swasta, dan masyarakat di dalam kerja ini sudah termasuk asuransi kesehatan
menyediakan layanan bagi semua orang. bagi para buruh dan juga pekerja keluarga,
pemberian bantuan pensiun, membayar
Selanjutnya Titmuss dalam Phillips ongkos berobat di rumah sakit, biaya rekreasi,
(2002), menyatakan bahwa ada 3 bentuk dan lain sebagainya. Kesejahteraan kerja
kesejahteraan di masyarakat modern saat ini sangat luas cakupannya, karena mencakup
yakni: (1) kesejahteraan keuangan (fiscal penanganan anak buruh, anggota kelompok
welfare); (2) kesejahteraan pekerjaan buruh atau pekerja, dan bisa juga memberi
(occupational welfare); dan (3) kesejahteraan bantuan untuk merenovasi rumah, dan
sosial (social welfare). lainnya. Sekarang banyak perusahaan besar
telah menyelenggarakan kesejahteraan kerja
Kesejahteraan Keuangan (Fiscal
ini, termasuk memberikan layanan konseling
Welfare) adalah sebuah produk dari hukum
pajak, yang menyediakan keuntungan bagi buruh dan keluargannya secara gratis.
ekonomi bagi orang-orang melalui sistem Kesejahteraan sosial (Social Welfare)
pajak yang dirancang. Kesejahteraan adalah suatu kegiatan yang meliputi
keuangan ini diberikan dari hasil pajak pelayanan terhadap orang miskin dan juga
pemerintah federal, negara, atau pemerintah kegiatan pemberian bantuan kepada semua
lokal. Misalnya, pendapatan pajak pemerintah kelompok yang berpenghasilan rendah.
didapatkan dari pengenaan pajak progresif, Seperti halnya kesejahteraan sosial yang
agar supaya orang-orang yang mempunyai diberikan kepada keluarga dan pemberikan
pendapatan tinggi membayar lebih besar bantuan kepada orang miskin di daerah
pajaknya daripada orang miskin. Dalam perkotaan. Kegiatan lain yang termasuk usaha
bahasa Indonesia disebut sebagai subsidi kesejahteraan sosial ini adalah: (1) pemberian
silang. Tujuan dari pajak progresif ini adalah bantuan kepada pengangguran dan pekerja
untuk mendistribusikan pengenaan pajak agar miskin yang penghasilannya sangat rendah
lebih adil dan merata. Sekarang telah banyak dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
orang yang diuntungkan dari pengenaan pajak minimum dasarnya, sehingga mereka harus
progresif ini. Dengan adanya penambahan dijamin penghasilannya, kesehatannya, dan
beban pajak bagi orang kaya, maka ada program pemberian pangan kepadanya;
pendapatan pajak akan dapat dipergunakan (2) keluarga yang tidak mampu di dalam
untuk membiayai usaha kesejahteraan sosial menyewa rumah yang mahal, mereka harus
yang lebih luas. ditampung di tempat penampungan atau
rumah singgah; (3) keluarga buruh kecil yang
Kesejahteraan fiskal juga sudah
tidak mampu merawat anak-anak mereka,
digunakan di dalam kelompok sosial ekonomi
anak-anak harus dibiayai oleh program
kecil. Misalnya pemberian kredit bagi orang
pemberdayaan anak, ada program sekolah
yang berpenghasilan rendah, hal ini di AS
lanjut, dan juga program tempat tinggal di
disebut dengan program “anti kemiskinan”
musim panas; (4) Rehabilitasi terhadap para
dan di Indonesia disebut dengan program
“pengentasan kemiskinan”. Dapat juga pecandu obat dibantu pembiyaannya.
digunakan untuk program penangan anak bagi
keluarga yang berpenghasilan di bawah garis
kemiskinan.
Kesejahteraan kerja (Occupational
Welfare) adalah suatu program kesejahteraan

204
2.4 Peran Pekerja Sosial di dalam SUKS diterima oleh seluruh masyarakat, seperti
Modern terhadap orang tua, pengangguran, dan
jaminan atau asuransi kesehatan, tetapi orang
Program layanan sosial di masyarakat belum mendapatkan layanan yang memadai
modern sekarang ini dapat dibagi menjadi dua masih banyak kita jumpai. Pendidikan bagi
kategori, yang masing-masing didukung dan semua orang dan asuransi pengangguran
ditanggung pembiayaannya oleh kebijakan sebagai contoh model institusional ini dan
dan keuangan negara dan swasta. Dua sektor juga disebut dengan negara kesejahteraan atau
itu meliputi, (1) sektor publik, termasuk welfare state (Edi Suharto 2006; Spicker,
semua lembaga dan organisasi di bawah 1993, Fukuyama, 2005),
tanggung jawab negara, pemerintah daerah,
dan pusat; (2) sektor swasta, termasuk Di beberapa negara Eropa seperti,
lembaga amal, lembaga nir-laba, dan juga Inggris, Swedia, dan Swiss, telah menyatakan
lembaga profit lainnya. sebagai negara dengan konsep negara
sejahtera. Walaupun negara sejahtera
2.4.1 SUKS dalam sektor publik yang menghadapi masalah keuangan yang bisa
dilakukan oleh negara memangkas anggaran negaranya untuk
kegiatan kesejahteraan sosial, di negara-
Kesejahteran sosial dan pelayanan
negara tersebut pemerintahnya merasa yakin
sosial dibentuk oleh negara melalui undang-
bahwa negara bertanggung jawab terhadap
undang dan peraturan, baik pemerintah pusat,
kesehatan bagi semua warganya, melakukan
federal, dan pemerintah daerah. Misalnya
perlindungan sosial terhadap anak-anak di
perpustakaan umum, yang diperuntukkan bagi
dalam keluarga tertentu, memberi asuransi
semua orang pengeloaan dan anggarannya di
pengangguran, keluarga ‘single parent’
tanggung oleh negara melalui pengenaan
ditanggung oleh negara.
pajak atau ristribusi yang diatur dengan UU
dan Peraturan. 2) Model Residual
Penting bagi pekerja sosial untuk Model ini didasarkan atas keyakinan
memahami kesejahteraan sosial sektor publik, bahwa individu dan anggota keluarganya
karena sangat berguna untuk membedakan bertanggung jawab terhadap pemenuhan
dua organisasi yang bergerak di tengah kebutuhan dasarnya sendiri. Keyakinan
masyarakat, yakni model institusional tersebut dilandasi atas pemikiran bahwa: (1)
(institutional model) atau disebut dengan kesempatan kerja sangat banyak tersedia bagi
model umum (universal model), dan model banyak orang; (2) semua orang dianggap
residual disebut sebagai “selective model”. mampu mendapatkan gaji untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dan keluarganya; (3) jika
1) Model Institusional
ada orang atau keluarga yang tidak mampu
Model institutional adalah suatu memenuhi kebutuhannya sendiri dan
model yang dibentuk atas keyakinan bahwa keluarganya, hal itu merupakan kesalahan
manusia mempunyai hak untuk terpenuhinya atau kegagalan mereka masing-masing.
kebutuhan dasarnya, dan pemerintah
Model ini masyarakat menyediakan
mempunyai “kuajiban” untuk menyediakan
usaha kesejahteraan sosial bagi orang-orang
berbagai kebutuhan tersebut. Atas dasar
yang betul-betul tidak mampu dan sangat
komitmen tentang “keadilan sosial” seorang
membutuhkan pertolongan. Hal ini disebut
individu mempunyai hak terpenuhinya
dengan “jaring pengaman sosial” (social
kebutuhan yang mereka butuhkan tanpa
safety net). Sekalipun model institusional
memperhatikan pendapatan dan stigma
dilandasi atas komitmen tentang keadilan
buruknya. Walaupun banyak orang telah
sosial, pada model residual dilandasi atas
menerapkan komitmen keadilan sosial ini
belas kasihan (charity), bentuknya bisa
berdasarkan kondisi yang ada dan telah

205
berupa perawatan medis, bantuan makanan, tersebut tidak dimiliki oleh seseorang baik
dan program perumahan. Program semacam individu maupun penyandang dana
ini diperuntukkan bagi orang-orang yang (stakeholders). Organisasi amal setelah
secara khusus dikatakan sebagai suatu kondisi membayar semua pembiayaan, termasuk gaji
“darurat” yang kehidupannya di bawah garis para pekerja sosialnya, keuntungan menjadi
kemiskinan menurut peraturan negara yang milik lembaga atau yayasan tersebut.
bersangkutan. Organisasi nir-laba juga tidak dibebani
dengan berbagai macam pajak, misalnya
pajak pendapatan dan pajak penjualan, dan
pajak lainnya.
2.4.2 SUKS yang dilakukan oleh lembaga
di sektor swasta Nilai dan tanggung jawab yang
diemban oleh organisasi nir-laba adalah “nilai
Sistem usaha kesejahteraan sosial
kemanusiaan” . Jadi amat penting bagi
yang dilakukan oleh sektor swasta dibagi
pekerja sosial untuk memahami dan lebih
menjadi dua tipe yakni: (1) organisasi amal
mengenal nilai, tujuan, dan cara kerja,
yang nir-laba; (2) organisasi swasta yang
standar, dan tanggung jawab dari masing-
berorentasi keuntungan, yang sekarang ini
masing organisasi nir-laba, sebelum pekerja
berkembang sangat pesat berkaitan dengan
sosial bersama lembaga ini terutama berkaitan
lajunya pembangunan, modernisasi,
dengan klien yang ditangani. Lembaga amal
industrialisasi, dan globalisasi.
yang nir-laba, dapat diidentifikasi sebagai
1) Organisasi nir-laba yang bersifat amal suatu lembaga memberikan layanan secara
“sektarian” yang kegiatannya berhubungan
Banyak orang mengira bahwa dengan agama tertentu, dan “non-sektarian”
organisasi dan lembaga yang berdiri di yang lebih sekuler.
masyarakat sesungguhnya dibentuk atas dasar
sukarela atau amal, karena pekerja sosial di 2) Lembaga sosial swasta yang berorientasi
jaman dulu dalam melaksanakan tugasnya Profit
tidak mendapatkan imbalan atau gaji tertentu.
Di jaman sekarang ada kecenderungan
Hal ini benar adanya sewaktu organisasi
munculnya privatisasi atau swastanisasi dari
semacam itu didirikan. Berbeda saat ini,
banyak pelayanan sosial kepada masyarakat.
karena pekerja sosial dalam bekerja
Privatisasi lembaga pelayanan sosial di
mendapatkan gaji tertentu atas apa yang telah
Amerika semakin meluas beberapa dekade
dikerjakan, maka sekarang ini banyak
terakhir ini (Devonne, 1998). Sebagian berbau
lembaga nir-laba mendapatkan bantuan dana
bisnis, organisasi demikian pemiliknya bisa
internasional, misalnya kita semua telah
individu atau beberapa orang penyandang
mengenalnya organisasi nir-laba yang terus
dana. Lembaga semacam itu berusaha sekuat
berkembang pesat yakni “palang merah
mungkin untuk memperoleh keuntungan dari
internasional” atau PMI.
organisasi yang didirikan, karena orientasinya
Sekarang organisasi nir-laba telah memang ingin mendapatkan keuntungan bagi
menggabungkan pendanaanya baik dari pemiliknya dan penyandang dananya.
masyarakat maupun dari pemerintah, dan
Meskipun beberapa tahun lalu pekerja
mengadakan kontrak kerjasama dengan
sosial banyak yang bekerja di organisasi
organisasi amal dan kemudian
swasta yang dilandasi amal, sekarang ini
mempercayakannya pelayanan sosial
banyak pekerja sosial yang terlibat di dalam
bersama-sama dengan sektor publik, misalnya
organisasi swasta yang berorientasi
lembaga penanganan anak, sektor swasta
keuntungan ini. Hal ini menjadikan lingkup
dalam hal ini menjadi bagian dari sektor
pekerjaan sosial semakin luas dari tradisional
publik. Disebut sebagai organisasi nir-laba
berkembang menjadi modern, mulai
yang berorentasi amal, karena lembaga

206
organisasi amal kemudian menjadi organisasi memungkinkan suatu profesi melakukan
yang mencari keuntungan, bukan hanya kegiatan profesionalnya, serta etika dan nilai-
lingkup lokal, nasional, bahkan sudah nilai yang dapat dipraktikan dalam melakukan
merambah di lingkup internasional (Midgley, kegiatannya. Kita mengharap semua pekerja
1997; Chang-Muy 2009). sosial profesional dapat mencapai
kemampuan standar. Standarisasi dan
Banyak bermunculan lembaga sosial profesionalisasi tersebut telah ada regulasinya
swasta semacam itu, misalnya (1) dalam sendiri di dalam Asosiasi Nasional Pekerja
kesejahteraan anak, dari hari ke hari tempat Sosial Profesional nasional, regional, maupun
penitipan anak sekarang berorientasi bisnis, di tingkat internasional. Bahkan Chang-Muy
biasanya muncul di kawasan industri maupun (2009), perlu pengetahuan mengenai
perkotaan; (2) dalam rekreasi, berhubungan multikultural untuk bisa bekerja di level
dengan program rekreasi diperkenalkan pada internasional.
masyarakat kota yang dikelola profesional;
(3) rehabilitasi kecanduan obat terlarang, Agar bisa bekerja secara profesional
banyak program rehabilitasi bermunculan menghadapi sistem usaha kesejahteraan yang
dengan maksud mendapatkan keuntungan semakin kompleks di masyarakat modern,
ekonomi; (4) penanganan remaja, banyak seorang pekerja harus dibekali pendidikan
berhubungan dengan perawatan rumah, yang profesional pula. Materi pendidikannya
perluasan layanan, dan pendirian fasilitas mencakup seperangkat ilmu pengetahuan
umum di perumahan; (5) pelayanan kesejahteraan sosial (A body of knowledge of
kesehatan, kesehatan jiwa, dilakukan oleh social welfare), kemudian ketrampilan yang
lembaga swasta dan dikelola dengan cukup (Skills), dan nilai-nilai pekerjaan sosial
profesional; (6) pelayanan koreksi, pelayanan (Values /social work code of ethics). Sheppard
terhadap narapidana di rumah tahanan yang (2006) menambahkan bahwa pekerjaan sosial
juga berorientasi bisnis. di era post-modern harus juga mengalami
perkembangan dan perubahan, baik teori
Tren seperti di atas akan terus maupun praktiknya, karena nilai-nilai yang
berkembang dan bermunculan di tengah berlaku di era postmo jelas berbeda dengan
kehidupan masyarakat, dengan harapan era sebelumnya.
semakin banyak bermunculan semakin
banyak klien tertolong dan ditangani dengan Seperangkat ilmu pengetahuan yang harus
baik. Di masa mendatang pekerja sosial akan dimiliki oleh pekerja sosial tersebut
lebih luas bidang cakupannya dan wilayah sesungguhnya merupakan pengetahuan
kerjanya. Meskipun organisasi swasta ada interdisiplin, yang merupakan dasar dari ilmu
perbedaan dalam memberikan layanan, tetapi pekerjaan sosial. Agar pekerja sosial sukses di
setidaknya pelayanan standar masih dapat dalam melakukan pekerjaan sosialnya dia
dilakukan dengan disertai tanggung jawab dan harus mampu memahami manusia dalam
etika pekerjaan sosial. Memang sering terjadi masyarakat dengan segala aspeknya.
konflik kepentingan di dalam organisasi
swasta dalam memberikan layanan kepada Pekerja sosial profesional haruslah
masyarakat antara orientasi bisnis dengan memperbaharui berbagai disiplin ilmu untuk
memberikan layanan sebagai tugas utamanya. melakukan pekerjaan sosialnya, seperti ilmu
sosiologi, psikologi, biologi, ekonomi, dan
ilmu politik yang juga terus mengalami
perkembangan. Selain itu juga ilmu sejarah,
2.5 Revitalisasi Pekerja Sosial Profesional etika dan ilmu budaya, kajian gender,
antropologi pedesaan dan perkotaan,
Semua profesi mempunyai standar
antropologi kesehatan, dan ilmu humaniora
tertentu, demikian pula profesi pekerjaan
yang disebut dengan “Liberal arts
sosial. Pekerja sosial harus menguasai ilmu
perspective”. Pekerja sosial dalam melakukan
pengetahuan, ketrampilan, yang
207
pekerjaannya juga menggunakan ilmu biologi, pekerja sosial akan lebih berhasil di dalam
psikologi, dan sosiologi untuk memahami memberikan layanannya kepada klien.
klien yang biasanya disebut dengan
“biopsychological perspective” Agar bisa bekerja dengan sempurna,
pekerja sosial profesional baik yang bergelar
Kunci dari ketrampilan pekerja sosial sarjana, master, dan doktor, maka diperlukan
adalah hubungan pekerja sosial dengan klien. tambahan ilmu pengetahuan mengenai: (1)
Pekerja sosial merupakan profesi yang unik selalu meningkatkan kesadaran diri bahwa
karena hubungan antara klien dan pekerja masalah sosial terus berkembang dan pekerja
sosial merupakan alat utama dari pelayanan sosial harus menambah (up-date)
yang dilakukan. Pekerja sosial dalam pengetahuan yang dimilikinya; (2)
memberikan layanannya tidak diberi alat meningkatkan kemampuan berkomunikasi
khusus atau perangkat nyata, sebagaimana dan ketrampilan, hal ini disebut dengan soft-
profesi pelayanan lainnya. Pekerja sosial tidak skill; (3) meningkatkan ketrampilan dalam
menggunakan alat pengontrol tekanan darah melakukan asessmen dan perubahan
dan juga tidak menulis resep, tetapi pekerja organisasi; (4) lebih memahami dampak
sosial menggunakan ketrampilan yang perkembangan politik dan ekonomi terhadap
dimilikinya untuk membangun hubungan masyarakat dan individu; (5) meningkatkan
profesional dengan klien. Dengan ketrampilan di dalam praktek pekerjaan sosial
ketrampilannya itu pekerja sosial bisa dan perubahan sosial; (6) meningkatkan
memberikan layanan, mengidentifikasi, ketrampilan melakukan penelitian sosial.
membangun kekuatan klien dan masyarakat.
Jika pekerja sosial telah
Dengan luasnya masalah di mempersiapkan diri dengan bekal yang
masyarakat modern, seperti misalnya cukup, yakni ilmu pengetahuan, ketrampilan,
perbedaan gaya hidup, nilai, ras, suku, dan nilai-nilai atau etika sesuai perkembangan
budaya, identitas agama, memaksa pekerja jaman, maka pekerja sosial telah siap untuk
sosial untuk selalu tanggap dan selalu belajar melaksanakan tugasnya di bidang usaha
dan memahami apa yang terjadi di kesejahteraan sosial modern. Fungsi lainnya
masyarakat. Dengan demikian, pekerja sosial pekerja sosial adalah menganalisis kebijakan
memerlukan kemampuan (skills) untuk bisa sosial (social policy) yang mungkin dapat
menyadarkan dan mendorong semangat dan mengurangi masalah secara individual dan
kemampuan klien agar pekerja sosial dapat sosial di suatu lingkungan tertentu, atau
memberikan layanan yang sesuai dengan melindungi dampak-dampak kerusakan
tujuannya. Hal ini disebut dengan “strengths lingkungan sosial dan lingkungan alam yang
perspective”. potensial, merancang situasi kritis seperti
program pemberian makanan yang bisa
Nilai-nilai dasar pekerjaan sosial mengatasi kelaparan, dan masalah
sesungguhnya penekannya pada nilai-nilai pengangguran atau orang yang sangat rendah
klien itu sendiri. Dalam melakukan praktik penghasilannya.
pekerjaan sosial, pekerja sosial harus
memperhatikan keunikan dari masing-masing Bahkan O’Brien dan Sue Penna
individu, karena individu dipengaruhi nilai- (1998) menyarankan di era millennium dan
nilai sosial-budaya yang ada di lingkungannya liberalisasi ekonomi, maka pekerja sosial
dan juga keinginannya yang biasanya disebut harus berorientasi kepada market, baik
dengan “client self-determination”. Selain itu teorinya, nilai, dan metode, harus dilakukan
pekerja sosial sendiri harus mengembangkan perombakan guna menyesuaikan dengan
“self-awareness”, yakni pekerja sosial harus kebutuhan pasar, karena memang pasar yang
mampu memisahkan kepentingan dirinya menentukan dan bukan pekerja sosial.
dengan kepentingan profesinya. Dengan
memisahkan kepentingan dirinya, maka

208
III. KESIMPULAN Perspective in Social Welfare, Sage
Publication. London.
Meskipun masih banyak kontradiksi 8. .......................... (1997) Social
pemahaman sistem usaha kesejahteraan sosial Welfare in Global Context. USA.
di masyarakat, yang awalnya mendapat Sage Publication.
stigma negatif, yakni hanya memberikan 9. O’Brien, Martin and Sue Penna, 1998
bantuan kepada orang miskin saja dan banyak Theorising Welfare, Enlightenment
dilandasi dengan amal dan belas kasihan, and Modern Society, London: Sage
sekarang ini banyak bermunculan lembaga Publication Ltd.
kesejahteraan sosial yang berorientasi bisnis 10. O’Sullivan (1999) Decession Making
atau mencari keuntungan. Dengan in Social Work . MacMillan Press Ltd
berkembangnya usaha kesejahteraan sosial di Houndmills. London.
masyarakat industri maka stigma 11. Parrillo, Vincent N. 2002.
kesejahteraan sosial yang dulunya negatif Contemporary Social Problem, Fifth
semakin terkikis, dan menjadi semakin Edition. Allyn and Bacon Boston
meluas serta mendapatkan tempat di USA.
masyarakat. Dengan membenahi diri, selalu 12. Phlillips, Norma Kolko, et. al. 2002
meng-up-date pengetahuan, ketrampilan, nilai Urban Social Work, Introduction to
yang berkembang di kehidupan masyarakat Policy and Practice in the Cities,
modern, kita semua yakin “pekerja sosial Allyn and Bacon, Boston USA.
profesional” terus dibutuhkan keberadaan dan 13. Sheppard, Michael. 2006. Social
kehadirannya di tengah masyarakat modern. Work and Social Exclusion. The Idea
of Practice. Great Britain, Padstow,
Cornwall. P. 59-79
Daftar Bacaan 14. Suharto, Edi, 1997. Pembangunan,
Kebijakan Sosial dan Pekerjaan
1. Asian Development Bank (ADB) Sosial, Percikan Pemikiran, LSP
2011. Data Kemiskinan Indonesia. Bandung.
2. Biro Pusat Statistik, 2012. Penurunan 15. ........................ 2005. Membangun
Jumlah Orang Miskin di Indonesia. Rakyat Memberdayakan Rakyat.
3. Chang-Muy, Fernando JD and Eline Refika
P. Congress, DSW (Edt). 2009. 16. ........................ 2006 Peta dan
Social Work With Immigrants and Dinamika Welfare State di Beberapa
Refugees. Legal Issues, Clinical Negara. Makalah. Disampaikan dalam
Skills and Advocasy. New York, Seminar “Mengkaji Ulang Relevansi
Springer Publishing Company. Welfare State dan Terobosan melalui
4. Demone, Jr., H.W. “The Political Desentralisasi-Otonomi di Indonesia”,
Future of Privatization” in M. Institute for Research and
Gibelman 1998. (Eds) The Empowerment (IRE) Yogyakarta. 25
Privatization of Human Services. Juli 2006.
New York: Springer. 17. ........................ 2009. Pekerjaan
5. Friedlander, Walter, A. and Apte, Sosial di Dunia Industri. Alfabeta
Rober, Z., 1974. Introduction to Bandung.
Social Welfare, Prentice Hall. Inc. 18. ......................... 2011. Kebijakan
New Jersey. Sosial sebagai Kebijakan Publik.
6. Hepworth, D.H. et al (1993) Direct Alfabeta. Bandung.
Social Work Practice Theory and 19. United Nation Report (1968: 40-41)
Skill. Wardsworth, Inc. Arizona-USA. 20. Wickenden, Elizabeth. 1965. Social
7. Midgley,James. 1995 Soscial Welfare in a Changing World.
Development : The Development Washington DC. University Press.

209
Bandung, 1 Nopemberf 2013
Purwowibowo*)
*)Dosen di Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Jember, sekarang
sedang melanjutkan Studi di Program
Pascasarjana S-3 Program Studi Ilmu
Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran
Bandung

210
PANDUAN PENULISAN ARTIKEL UNTUK PENULIS

JUDUL ARTIKEL
(Huruf Kapital, Tahoma, 14 point, Bold, centered)
(kosong, spasi tunggal)
Penulis Pertama1, Kedua2, dan Ketiga3(12 point)
(kosong, spasi tunggal)
(e-mail:peneliti@alamat.com (10 point, italic)
(dua ketuk spasi tunggal)

ABSTRAK (bold, 10 Point).


Abstrak dalam bahasa Indonesia, tidak lebih dari 250 kata. Abstrak mencakup permasalahan, metode, dan
temuan serta simpulan. Abstrak dalam bahasa Inggris, tidak lebih dari 200 kata.
(kosong,spasi tunggal)
Kata-kata kunci (Key words): Tuliskan maksimal 5 kata-kata kunci (key words).
(tiga ketuk spasi tunggal)

FORMAT NASKAH
Artikel yang dimuat dalam jumal ini dapat berupa kajian konseptual dan atau hasil-hasil penelitian pada
masing-masing disiplin ilmu atau interdisiplin. Secara umum, sistematika artikel terdiri atas
pendahuluan/introduksi yang menguraikan latar belakang dan permasalahan yang dikaji yang ditunjang
oleh referensi yang relevan, metode, hasil dan pembahasan, dan simpulan/rekomendasi. Pada kajian yang
bersifat konseptual, bagian metode dapat ditiadakan bila dianggap tidak perlu.

Pendahuluan (Introduction)
Dalam pendahuluan dikemukakan suatu permasalahan/ konsep/hasil penelitian sebelumnya secara jelas dan
ringkas sebagai dasar dilakukannya penelitian yang akan ditulis sebagai artikel ilmiah. Pustaka yang dirujuk
hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan untuk men"justifikasi" dilakukannya
penelitian, atau untuk mendasari hipotesis. Pendahuluan juga harus menjelaskan mengapa topik penelitian
dipilih dan dianggap penting, dan diakhiri dengan menyatakan tujuan penelitian tersebut.

Metode (Methods), Hasil dan Pembahasan (Results and Discussion)


Alur pelaksanaan penelitian harus ditulis dengan rinci dan jelas sehingga peneliti lain dapat melakukan
penelitian yang sama (repeatable and reproduceable).
Hasil penelitian dalam bentuk data merupakan bagian yang disajikan untuk menginformasikan hasil temuan
dari penelitian yang telah dilakukan. Ilustrasi hasil penelitian dapat menggunakan grafik/tabel/gambar. Tabel
dan grafik harus dapat dipahami dan diberi keterangan secukupnya. Hasil yang dikemukakan hanyalah
temuan yang bermakna dan relevan dengan tujuan penelitian.
Dalam Pembahasan dikemukakan keterkaitan antar hasil penelitian dengan teori, perbandingan hasil
penelitian dengan hasil penelitian lain yang sudah dipublikasikan. Pembahasan menjelaskan pula implikasi
temuan yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.

Simpulan dan Saran (Conclusion and Suggestion)


Simpulan merupakan penegasan penulis mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Saran hendaknya
didasari oleh hasil temuan penelitian, berimplikasi praktis, pengembangan teori baru (khusus untuk program
doktor), dan atau penelitian lanjutan.

Naskah ditulis dalam dua kolom pada kertas berukuran A4, dengan jarak antar kolom 1 cm. Panjang tulisan
maksimal 4 - 8 halaman berspasi tunggal, termasuk daftar pustaka, gambar, tabel, dan lampiran. Setiap
halaman memiliki margin atas 3.5 cm, margin bawah 2.5 cm margin kiri dan kanan 2 cm. Naskah ditulis
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar bentuk huruf Tahoma 10. Naskah juga dapat
ditulis dalam bahasa Inggris.

211
Naskah dimulai dengan halaman pertama yang memuat:
− Judul singkat (running head). Penulis diminta untuk membuat judul singkat (maksimal 14 kata).
− Judul lengkap (dalam bahasa Indonesia dan Inggris).
− Nama penulis, afiliasi, dan alamat korespondensi (mis. E-mail).

Gambar dan Tabel


− Gambar yang akan ditampilkan dalam jumal adalah gambar hitam-putih. Bila menginginkan, penulis
dapat menyertakan gambar berwama, namun penulis akan dikenai biaya pencetakan gambar berwama
tersebut.
− Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut: Gambar 1., Gambar 2, dst. Tabel 1, Tabel 2, dst.
− Gambar dan tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu.
− Tabel berbentuk pivot table.

Penulisan subjudul (heading)


− Subjudul tingkat pertama semuanya dicetak tebal ditulis dengan huruf kapital, misal: PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
− Subjudul tingkat kedua, semuanya dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama
dari setiap kata, misal: Sistem Pengelolaan Lingkungan Tradisional
− Subjudul tingkat ketiga, semuanya ditulis dengan huruf miring dan huruf kecil kecuali huruf pertama
dari setiap kata, misal: Sistem Kebun Talun

UCAPAN TERIMA KASIH


- Penulis dapat menuliskan ucapan terima kasih kepada individu, lembaga pemberi dana penelitian, dsb.
Ucapan terima kasih ditulis sebelum Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
Kepustakaan yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya kepustakaan yang dikutip atau yang dijadikan
rujukan dan ditulis dalam teks. Penulisan rujukan dalam badan karangan dilakukan sebagai berikut:
(1) Pengarang tunggal:
Goldschmidt, W. 1992. The Human Career The Self in the Symbolic World. Cambridge: Black Well

(2) Pengarang bersama:


Corcoran, K. & Fischer, 1. 1987. Measure for Clinical Practice: a Source Book. New York:The Free Press.

(3) Editor atau Penyunting:


Koentjaraningrat (ed). 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

(4) Terjemahan:
Scott, J.C. 2000. Senjatanya Orang-Orang Yang Kalah. Terjemahan A. Rahman Zainuddin, Sayogyo dan
Mien Joebhaar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

(5) Bab dalam buku:


Fleishman, LA. 1973. Twenty Years of Consideration and Structure. Dalam Fleishman, LA. & Hunt, J.G..
(ed.). "Current Development in the Study of Leadership "Selected Reading, hIm. 1-37. Carbondale:
Southem Illinois University Press.

(6) Jumal:
Persoon, G.A. 2002. Isolated Islanders or Indigenous People: the Political Discourse and its Effects on
Siberut (Mentawai Archipelago, West-Sumatra). Antropologi Indonesia 68:25-39

(7) Rujukan elektronik:


Boon, J. (tanpa tahun). Anthropology of Religion. Melalui, <http://www.indiana.edu/-
wanthro/reliogion.htm>[10/5/03]

212
Kawasaki, Jodee L.,and Matt R.Raven. 1995. "Computer-Administered Surveys in Extension". Joumal of
Extension 33 (June). E-Joumal on-line. Melalui <ttp://www.joe.org/june33/95 .html > [06/17/00]
Knox McCulloch, A., Meinzen-Dick, R., & Hazell, P. 1998. Property rights, collective action and
technologies for natural resource management: A conceptual framework. CAPRi Working Paper
No.1. Washington DC, USA:Intemational Food Policy Research Institute.
http://www.capri.cgiar.org/pdf/ca priwp01.pdf.

(8) Sumber prosiding seminar:


Fay, C., de Foresta, H., & Sirait, M. 1998. Progress towards recognizing the rights and management
potentials of local communities in Indonesian statedefined forest areas. Paper presented at the
workshop on participatory natural resource management in developing countries, Mansfield College,
Oxford, April 6–7.

(9) Sumber disertasi/tesis:


Zandbergen, P. 1998. Urban watershed assessment: Linking watershed health indicator to management.
Ph.D. Thesis. Resource Management and Environmental Studies, University of British Columbia,
Vancouver. Satuan, singkatan, nomenklatur, dan lambang

Sitasi/Kutipan
- Running note atau footnote

• Satuan dan singkatan menggunakan sistem SI (Systeme Intemationale)


• Nomenklatur nama ilmiah tumbuhan dan hewan ditulis lengkap dengan nama author-nya. Nama ilmiah
sesuai dengan aturan nomenklatur harus digunakan pada penulisan yang pertama kali, selanjutnya dapat
disingkat sesuai aturan yang berlaku dan atau menggunakan nama daerah.
• Penggunaan lambang ditulis sebagai berikut: contoh, lambang alpha ditulis dengan bukan dengan huruf
a.

213

Anda mungkin juga menyukai