Anda di halaman 1dari 8

PEMBANGUNAN MASYARAKAT

MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Oleh : Dr. Ir. Hj. Aida Vitayala S. Hubeis

Batasan Istilah

Pemberdayaan masyarakat (community emporwerment) adalah perujudan dari


pengembangan kapasitas masyarakat yang bernuansa pada pemberdayaan sumberdaya
manusia agar paham dengan hak dan kewajibannya sesuai dengan status dan peran di
masyarakat.

Perlunya upaya pemberdayaan adalah berangkat dari kenyataan masih lemahnya posisi
sebagian besar masyarakat dalam menuntut hak dan menjalankan kewajibannya
ditunjukkan dengan kurang aksesnya mereka terhadap beberapa fasilitas, misalnya
informasi, teknologi, permodalan usaha, hukum, dan apalagi kemampuan kontrol.
Berbagai kelemahan akses tersebut diawali dengan rendahnya tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh masyarakat kita terutama di pedesaaan.

Komposisi penduduk yang mencari nafkah pada bidang pertanian masih berkisar pada
angka 60 %. Oleh karena itu memberdayakan masyarakat adalah sangat terkait dengan
memberdayakan petani. Kurang berdayanya petani merasuk pada hampir segenap
aktifitas usaha yang dilaksanakannya. Pada awal musim tanam petani dihadapkan pada
masalah pemakaian jenis benih, yang karena ketidak berdayaan dalam mengontrol tidak
sedikit petani yang tertipu menggunakan benih palsu. Dalam masa pemeliharaan
tanaman, ketersediaan pupuk ataupun harga pupuk tidak dapat disuarakan apalagi
disolusikan oleh petani. Mereka cenderung menerima apa adanya, sehingga sampai
panenpun mereka tidak dapat berbuat banyak ketika harga produksinya anjlok dan jatuh
di bawah harga dasar yang ditetapkan pemerintah. Petani tidak berdaya, masyarakat
tidak berdaya.

1
Faktor-faktor Pemicu
Ketidakberdayaan Masyarakat

Ketidakberdayaan masyarakat cenderung teraktualisasi pada berbagai jenis usaha yang


ditekuni akibat rendahnya tingkat pendidikan. Misalnya posisi rebut tawar dalam
pemasaran produk apapun yang dihasilkan cenderung rendah (tidak hanya pada produk
pertanian tetapi juga pada jenis usaha lainnya seperti kerajinan, home industri, dll).

Selain pendidikan, ketidak berdayaan dapat ditimbulkan oleh rendahnya motivasi,


penentuan kebijakan yang bersifat Top Down tanpa mengutamakan nuansa dan potensi
khusus daerah, disintergrasi kebijakan, dan perubahan kebijakan yang terlalu cepat
dengan tidak didahului oleh kesiapan lapangan dalam mengaplikasikan kebijakan
dimaksud. Sebagai contoh tidak siapnya ketersediaan pupuk di lapangan ketika dana
KUT sudah diluncurkan ke petani pada periode September 1998 – Maret 1999 sehingga
pinjaman petani kepada pemerintah tidak sepenuhnya tepat sasaran. Kalaupun petani
memperoleh pupuk, itupun harus dibeli dengan harga yang berlipat ganda. Sedangkan
sebaliknya, pada saat ketersediaan pupuk sangat berkecukupan pada periode
September 1999 – Maret 2000 pemerintah tidak siap meminjamkan dana kepada petani
untuk membeli pupuk.

Beberapa Strategi Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat lebih didominasi pada pemberdayaan aspek sikap mental,


oleh karena itu landasan utama strategi pemberdayaan masyarakat adalah strategi
“memanusiakan manusia”. Konsep pemberdayaan mengandung dua variabel; yang
diberdayakan “dan” yang memberdayakan ” Pihak “ yang memberdayakan” dapat
berasal dari luar sistem “yang diberdayakan” atau dari “yang diberdayakan” itu sendiri.
Akan tetapi karena demikian lemahnya posisi “yang diberdayakan” sehingga ia memiliki
kemampuan terbatas untuk memberdayakan diri, maka masalah ini lebih banyak
membahas pemberdayaan masyarakat yang dipadukan oleh sistem di luar sistem
kelompok sasaran.

2
Strategi “memanusiakan manusia” sebagai dasar pemberdayaan masyarakat merupakan
langkah awal dan paling penting sebelum mulai menjalankan serangkaian kegiatan
memberdayakan masyarakat, pihak-pihak yang memberdayakan harus mengawali
programnya dengan sudut pandang berikut :

1. Poksar (“yang diberdayakan”) adalah manusia yang memiliki potensi diri untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.
2. Jika poksar belum mampu menemukan potensi diri tersebut maka tugas “yang
memberdayakan” adalah menumbuhkan dan memperlihatkan potensi tersebut
pada poksar yang bersangkutan.
3. Bantuan pihak luar dalam bentuk materi dan non materi dalam memberdayakan
diri harus diposisikan hanya sebagai pelengkap.
4. Motivasi atau semangat hidup sebagai manusia yang bermartabat yang harus
menjalankan perannya secara profesional, apapun bentuk peranan tersebut
harus digali dan ditumbuhkan.

Aplikasi sudut pandang tersebut di tingkat lapangan adalah menempatkan batasan


sebagai pihak yang diberdayakan sebagai mitra sejajar pihak “yang memberdayakan”.
Seorang PPL harus menempatkan petani sebagai rekan kerja bukan sebagai manusia
yang bodoh, petani adalah orang yang paling pintar di dunianya. Sikap arogansi dan
perasaan “lebih” yang umumnya dimiliki oleh pihak pemberdaya harus dihilangkan.

Beragam kegiatan dapat dilaksanakan untuk memotivasi masyarakat menemukan


potensi diri dalam rangka meningkatkan dan kesejahteraan hidupnya.

Pengembangan kapasitas masyarakat (pemberdayaan masyarakat) dapat diupayakan


dengan berbagai strategi yang disesuaikan dengan kondisi dan berbagai potensi yang
ada di masyarakat setempat.

1. Peningkatan mutu dan kuantitas pendidikan formal dan non formal


Peningkatan pendidikan merupakan suatu usaha untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan masyarakat sesuai dengan bidang keahlian yang dibutuhkan. Pendidikan

3
tidak selalu harus bernuansa formal, tetapi dapat juga dituangkan sebagai
pendekatan pendidikan non formal. Misalnya melalui pelatihan , praktek lapangan,
magang, studi banding, dll)

2. Peningkatan mutu dan frekuensi penyuluhan


Penyuluhan adalah salah satu dari contoh pendidikan non formal yang pembahasan
materinya sangat fleksibel (disesuaikan dengan kebutuhan sasaran), penyuluhan
diterapkan dengan sistem pendidikan orang dewasa dengan sasarannya adalah
orang-orang yang sudah mempunyai banyak pengalaman di bidangnya .

3. Kegiatan Pendampingan
Untuk membantu masyarakat menemukan potensi diri untuk menanggulangi
masalah yang dihadapi. Pendampingan masyarakat konsepnya adalah menjembatani
masyarakat untuk lebih akses terhadap berbagai kebutuhan baik yang bersifat
materil maupin non materil. Tenaga Pendamping berperan sebagai fasilitator untuk
menstimuli pensolusian masalah dan kendala yang dihadapi oleh masyarakat.
Tenaga Pendamping juga memfasilitasi untuk mendekatkan masyarakat kepada
berbagai akses misalnya akses informasi, akses pemodalan, hukum, undang-undang
dan berbagai fasilitas yang memang diperuntukkan guna pengembangan usaha
produktif masyarakat.

4. Penyebaran informasi
Kurangnya akses informasi yang dibutuhkan masyarakat dapat disebabkan oleh 2
(dua) permasalahan pokok. Pertama karena informasi yang masih bersifat eksklusif
(dengan sengaja informasi tidak tersebar kepada umum, kecuali dengan korbanan
tertentu misalnya informasi yang ada di internet, informasi yang ada di PDBI (Pusat
Data Bisnis Indonesia), informasi yang ada di berbagai lembaga pemerintah yang
tidak disebarluaskan. Tidak aksesnya masyarakat terhadap informasi jenis ini perlu
dibantu oleh pemerintah dengan lebih mensosialisasikan informasi “mahal” tersebut
kepada masyarakat misalnya melalui brosur, terbitan berkala, radio dan televisi.
Informasi dimaksud contohnya berkaitan dengan produk unggulan, sumber-sumber
bahan baku, dan informasi pemasaran. Kedua adalah kelemahan masyarakat sendiri

4
dalam mengakses informasi yang sebenarnya sudah tersedia di lingkungan mereka.
Hal ini dapat disebabkan oleh motivasi masyarakat yang rendah untuk mengakses
informasi tersebut atau keterbatasan masyarakat karena buta huruf. Dalam kasus
kedua ini pemberdayaan dapat diupayakan dengan kampanye pentingnya informasi
bagi masyarakat.

5. Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat


Kelembagaan masyarakat desa yang selama ini dijadikan sarana pemberdayaan
petani adalah koperasi/KUD dan kelompoktani (Poktan). Akan tetapi, upaya
pemberdayaan terhadap dua lembaga ini tak pernah tuntas dilakukan. Karena itu,
menjadi wajar jika pemberdayaan petani juga berlangsung setengah hati. Padahal,
secara stastistik petani atau penduduk desa merupakan kelompok masyarakat
terbesar. Di lain pihak kita juga sadar bahwa selama ini pemerintah
menggantungkan harapan pemenuhan ketersediaan pangan nasional di tangan dan
di pundak para petani tersebut. Harapan ini menjadi termunculkan ketika badai krisis
ekonomi yang mempurukkan konglomerat agung ternyata masih dapat diatasi oleh
petani. Bukankah hanya pertanian yang masih memiliki reit pertumbuhan positif
(walau relatih kecil) dibandingkan sektor ekonomi lain yang negatif dan nyaris mati.

a. Penumbuhan kelompok produksi masyarakat


Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk menggabungkan potensi ekonomi
dan berbagai sumberdaya masyarakat yang akan lebih memudahkan masyarakat
untuk mengakses berbagai fasilitas untuk pengembangan kegiatan produktif
masyarakat. Pembentukan kelompok juga ditujukan untuk meningkatkan
“bargaining position” dalam berbagai kepentingan misalnya untuk efisiensi
produksi dan meningkatkan daya pemasaran produk.

b. Pemberdayaan Koperasi
Pemberdayaan kelembagaan koperasi dapat dilakukan dengan mengembangkan
dan menguatkan koperasi-koperasi yang sudah ada atau menumbuhkan yang
belum ada tetapi potensial untuk dimunculkan (contohnya; pengembangan
kelompoktani menjadi koperasitani)

5
1. Pengembangan dan penguatan basis koperasi
Pengembangan dan penguatan koperasi/KUD memerlukan ragam program
aksi yang mencakup aspek penerapan prinsip-prinsip perkoperasian,
pengembangan organisasi dan manajemen perkoperasian, pengembangan
usaha dan permodalan, dan pembinaan perkoperasian.
a. Penerapan prinsip-prinsip perkoperasian, yaitu
 Menumbuhkan kemandirian koperasi dengan mengurangi
intervensi pemerintah (ulurtangan boleh)
 Memfungsikan rapat anggota sebagai sarana keputusan usaha
 Meningkatan wawasan dan pemahaman pembina, anggota dan
masyarakat, sehingga prinsip dan semangat serta jiwa
berkoperasi dapat diterapkan secara serius dan konsekuen
 Sosialisasi perkoperasian bagi masyarakat luas (anak-dewasa)
dalam bentuk advokasi perkoperasian yang kontinyu.
 Konsultasi perkoperasian bagi pengurus, pengelola dan seluruh
anggota koperasi.
b. Pengembangan organisasi koperasi melalui:
 Mempermudah izin dan proses pendirian koperasi (sekarang
sudah difasilitasi)
 Peningkatan kualitas sumberdaya insani; pendidikan, pelatihan
dan pemagangan (untuk pengurus, menejer) tentang manajemen
bisnis dan kewirausahaan
 Kejelasan tugas dan tanggungjawab pengurus dan menejer
 Restrukturisasi organisasi koperasi; ditambah dengan divisi
pendidikan
 Istilah pengurus koperasi sebaiknya diubah menjadi dewan direksi
(agar terkesan global)
 Kualifikasi menejer atas dasar profesionalisme (pendidikan,
insentif yang bagus dan kontrak kerja yang jelas)
c. Pengembangan usaha dan permodalan mencakup :

6
 Peningkatan kemampuan pengurus dan menejer melalui pelatihan
(manajemen kewirausahaan, penyusunan rencana usaha dan
kelayakan usaha)
 Merekrut menejer profesional untuk mengelola usaha koperasi
atas dasar kemitraan bisnis.
 Pengintegrasian vertikal koperasi (primer-sekunder) tidak hanya
KUD (PUSKUD-INKUD) tetapi juga untuk koperasitani (Koptan-
Inkoptan)
 Menyebarluaskan informasi skim kredit dan tatacara
pengaksesannya
Secara keseluruhan , program aksi yang menumbuhkembangkan
koordinasi yang efektif antara Kantor Menegkop PKM, Dekopin
dan PUDKUD perlu dilakukan,; penambahan tanaga lapangan
(seperti PKL atau tenaga independen) agar pembinaan usaha kecil
dan perkoperasian dapat intensif.

2. Menumbuhkan Koperasi
Penumbuhan koperasi dapat dilakukan dengan memperhatikan kelompok-
kelompok yang telah eksis di masyarakat, contoh konkritnya adalah
kelompoktani (termasuk kelompok wanitatani) yang kini telah difasilitasi
menjadi koperasitani (KOPTAN). Akan tetapi realisasinya acap masih
tersendat dengan BIROKRASI, Contohnya, izin pendirian yang masih lama,
walaupun sudah ada peraturan tentang hal ini. Jelas ada oknum, tetapi hal
ini harus disadari dan direformasi untuk kemajuan koperasi sebagai landasan
ekonomi rakyat di Indonesia.

Selama ini sudah sangat jelas bahwa sumberdaya insani potensial dalam
pembangunan sektor pertanian adalah petani-nelayan beserta keluarganya.
Pembangunan pertanian tidak akan terujud tanpa peranserta aktif petani-
nelayan beserta anggota keluarganya, termasuk wanita tani-nelayan.
Persoalannya adalah: (1) Bagaimana program pemberdayaan ekonomi
rakyat, dalam hal ini perkoperasian dan usaha kecil menengah (UKM) dapat

7
dirumuskan dan dilaksanakan dengan pendekatan keadilan dalam kewajaran
dan kewajaran dalam keadilan; (2) Bagaimana wanitatani dapat berperan
dalam meningkatkan pendapatan keluarga melalui koperasi. Lalu bagaimana
komitmen kerjasamanya dapat direalisikan dengan semangat kontiyuitas dan
bukan asal buat program sekedarnya. Lalu di mana dan bagaimana
pembinaan wanitatani nelayan melalui koperasi ?

6. Penggalangan kemitraan dengan pihak luar


Pemberdayaan masyarakat melalui upaya kemitraan dapat berlangsung dengan
mempertemukan kesesuaian usaha antara pengusaha besar dengan usaha-usaha
yang berkembang di masyarakat. Bidang usaha yang dapat dikembangkan melalui
kemitraan meliputi bermacam pola kerjasama, misalnya penyediaan bahan baku,
bahan setengah jadi, atau bahan jadi yang dipasarkan secara masal oleh Bapak
angkat. Penggalangan kemitraan juga sangat membutuhkan kehadiran Tenaga
Pendamping, karena antara pengusaha besar (bapak angkat) dengan pengusaha
kecil (masyarakat) terdapat berbagai ketimpangan misalnya pengetahuan,
permodalan, skill, manajemen, dll. Tenaga Pendamping dibutuhkan untuk
menjembatani berbagai perbedaaan antara kedua pemitra tersebut.

7 Pemberdayaan kelembagaan asli masyarakat yang terbukti masih eksis


8. Memperbanyak temuan-temuan teknologi tepat guna dalam berbagai aspek
9. Penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana penunjang kehidupan
masyarakat sesuai peranan yang ada dimasyarakat tersebut., misalnya perbaikan
saluran irigasi untuk petani, bimbingan teknologi baru untuk para pengrajin
makanan tradisional dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai