Batasan Istilah
Perlunya upaya pemberdayaan adalah berangkat dari kenyataan masih lemahnya posisi
sebagian besar masyarakat dalam menuntut hak dan menjalankan kewajibannya
ditunjukkan dengan kurang aksesnya mereka terhadap beberapa fasilitas, misalnya
informasi, teknologi, permodalan usaha, hukum, dan apalagi kemampuan kontrol.
Berbagai kelemahan akses tersebut diawali dengan rendahnya tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh masyarakat kita terutama di pedesaaan.
Komposisi penduduk yang mencari nafkah pada bidang pertanian masih berkisar pada
angka 60 %. Oleh karena itu memberdayakan masyarakat adalah sangat terkait dengan
memberdayakan petani. Kurang berdayanya petani merasuk pada hampir segenap
aktifitas usaha yang dilaksanakannya. Pada awal musim tanam petani dihadapkan pada
masalah pemakaian jenis benih, yang karena ketidak berdayaan dalam mengontrol tidak
sedikit petani yang tertipu menggunakan benih palsu. Dalam masa pemeliharaan
tanaman, ketersediaan pupuk ataupun harga pupuk tidak dapat disuarakan apalagi
disolusikan oleh petani. Mereka cenderung menerima apa adanya, sehingga sampai
panenpun mereka tidak dapat berbuat banyak ketika harga produksinya anjlok dan jatuh
di bawah harga dasar yang ditetapkan pemerintah. Petani tidak berdaya, masyarakat
tidak berdaya.
1
Faktor-faktor Pemicu
Ketidakberdayaan Masyarakat
2
Strategi “memanusiakan manusia” sebagai dasar pemberdayaan masyarakat merupakan
langkah awal dan paling penting sebelum mulai menjalankan serangkaian kegiatan
memberdayakan masyarakat, pihak-pihak yang memberdayakan harus mengawali
programnya dengan sudut pandang berikut :
1. Poksar (“yang diberdayakan”) adalah manusia yang memiliki potensi diri untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.
2. Jika poksar belum mampu menemukan potensi diri tersebut maka tugas “yang
memberdayakan” adalah menumbuhkan dan memperlihatkan potensi tersebut
pada poksar yang bersangkutan.
3. Bantuan pihak luar dalam bentuk materi dan non materi dalam memberdayakan
diri harus diposisikan hanya sebagai pelengkap.
4. Motivasi atau semangat hidup sebagai manusia yang bermartabat yang harus
menjalankan perannya secara profesional, apapun bentuk peranan tersebut
harus digali dan ditumbuhkan.
3
tidak selalu harus bernuansa formal, tetapi dapat juga dituangkan sebagai
pendekatan pendidikan non formal. Misalnya melalui pelatihan , praktek lapangan,
magang, studi banding, dll)
3. Kegiatan Pendampingan
Untuk membantu masyarakat menemukan potensi diri untuk menanggulangi
masalah yang dihadapi. Pendampingan masyarakat konsepnya adalah menjembatani
masyarakat untuk lebih akses terhadap berbagai kebutuhan baik yang bersifat
materil maupin non materil. Tenaga Pendamping berperan sebagai fasilitator untuk
menstimuli pensolusian masalah dan kendala yang dihadapi oleh masyarakat.
Tenaga Pendamping juga memfasilitasi untuk mendekatkan masyarakat kepada
berbagai akses misalnya akses informasi, akses pemodalan, hukum, undang-undang
dan berbagai fasilitas yang memang diperuntukkan guna pengembangan usaha
produktif masyarakat.
4. Penyebaran informasi
Kurangnya akses informasi yang dibutuhkan masyarakat dapat disebabkan oleh 2
(dua) permasalahan pokok. Pertama karena informasi yang masih bersifat eksklusif
(dengan sengaja informasi tidak tersebar kepada umum, kecuali dengan korbanan
tertentu misalnya informasi yang ada di internet, informasi yang ada di PDBI (Pusat
Data Bisnis Indonesia), informasi yang ada di berbagai lembaga pemerintah yang
tidak disebarluaskan. Tidak aksesnya masyarakat terhadap informasi jenis ini perlu
dibantu oleh pemerintah dengan lebih mensosialisasikan informasi “mahal” tersebut
kepada masyarakat misalnya melalui brosur, terbitan berkala, radio dan televisi.
Informasi dimaksud contohnya berkaitan dengan produk unggulan, sumber-sumber
bahan baku, dan informasi pemasaran. Kedua adalah kelemahan masyarakat sendiri
4
dalam mengakses informasi yang sebenarnya sudah tersedia di lingkungan mereka.
Hal ini dapat disebabkan oleh motivasi masyarakat yang rendah untuk mengakses
informasi tersebut atau keterbatasan masyarakat karena buta huruf. Dalam kasus
kedua ini pemberdayaan dapat diupayakan dengan kampanye pentingnya informasi
bagi masyarakat.
b. Pemberdayaan Koperasi
Pemberdayaan kelembagaan koperasi dapat dilakukan dengan mengembangkan
dan menguatkan koperasi-koperasi yang sudah ada atau menumbuhkan yang
belum ada tetapi potensial untuk dimunculkan (contohnya; pengembangan
kelompoktani menjadi koperasitani)
5
1. Pengembangan dan penguatan basis koperasi
Pengembangan dan penguatan koperasi/KUD memerlukan ragam program
aksi yang mencakup aspek penerapan prinsip-prinsip perkoperasian,
pengembangan organisasi dan manajemen perkoperasian, pengembangan
usaha dan permodalan, dan pembinaan perkoperasian.
a. Penerapan prinsip-prinsip perkoperasian, yaitu
Menumbuhkan kemandirian koperasi dengan mengurangi
intervensi pemerintah (ulurtangan boleh)
Memfungsikan rapat anggota sebagai sarana keputusan usaha
Meningkatan wawasan dan pemahaman pembina, anggota dan
masyarakat, sehingga prinsip dan semangat serta jiwa
berkoperasi dapat diterapkan secara serius dan konsekuen
Sosialisasi perkoperasian bagi masyarakat luas (anak-dewasa)
dalam bentuk advokasi perkoperasian yang kontinyu.
Konsultasi perkoperasian bagi pengurus, pengelola dan seluruh
anggota koperasi.
b. Pengembangan organisasi koperasi melalui:
Mempermudah izin dan proses pendirian koperasi (sekarang
sudah difasilitasi)
Peningkatan kualitas sumberdaya insani; pendidikan, pelatihan
dan pemagangan (untuk pengurus, menejer) tentang manajemen
bisnis dan kewirausahaan
Kejelasan tugas dan tanggungjawab pengurus dan menejer
Restrukturisasi organisasi koperasi; ditambah dengan divisi
pendidikan
Istilah pengurus koperasi sebaiknya diubah menjadi dewan direksi
(agar terkesan global)
Kualifikasi menejer atas dasar profesionalisme (pendidikan,
insentif yang bagus dan kontrak kerja yang jelas)
c. Pengembangan usaha dan permodalan mencakup :
6
Peningkatan kemampuan pengurus dan menejer melalui pelatihan
(manajemen kewirausahaan, penyusunan rencana usaha dan
kelayakan usaha)
Merekrut menejer profesional untuk mengelola usaha koperasi
atas dasar kemitraan bisnis.
Pengintegrasian vertikal koperasi (primer-sekunder) tidak hanya
KUD (PUSKUD-INKUD) tetapi juga untuk koperasitani (Koptan-
Inkoptan)
Menyebarluaskan informasi skim kredit dan tatacara
pengaksesannya
Secara keseluruhan , program aksi yang menumbuhkembangkan
koordinasi yang efektif antara Kantor Menegkop PKM, Dekopin
dan PUDKUD perlu dilakukan,; penambahan tanaga lapangan
(seperti PKL atau tenaga independen) agar pembinaan usaha kecil
dan perkoperasian dapat intensif.
2. Menumbuhkan Koperasi
Penumbuhan koperasi dapat dilakukan dengan memperhatikan kelompok-
kelompok yang telah eksis di masyarakat, contoh konkritnya adalah
kelompoktani (termasuk kelompok wanitatani) yang kini telah difasilitasi
menjadi koperasitani (KOPTAN). Akan tetapi realisasinya acap masih
tersendat dengan BIROKRASI, Contohnya, izin pendirian yang masih lama,
walaupun sudah ada peraturan tentang hal ini. Jelas ada oknum, tetapi hal
ini harus disadari dan direformasi untuk kemajuan koperasi sebagai landasan
ekonomi rakyat di Indonesia.
Selama ini sudah sangat jelas bahwa sumberdaya insani potensial dalam
pembangunan sektor pertanian adalah petani-nelayan beserta keluarganya.
Pembangunan pertanian tidak akan terujud tanpa peranserta aktif petani-
nelayan beserta anggota keluarganya, termasuk wanita tani-nelayan.
Persoalannya adalah: (1) Bagaimana program pemberdayaan ekonomi
rakyat, dalam hal ini perkoperasian dan usaha kecil menengah (UKM) dapat
7
dirumuskan dan dilaksanakan dengan pendekatan keadilan dalam kewajaran
dan kewajaran dalam keadilan; (2) Bagaimana wanitatani dapat berperan
dalam meningkatkan pendapatan keluarga melalui koperasi. Lalu bagaimana
komitmen kerjasamanya dapat direalisikan dengan semangat kontiyuitas dan
bukan asal buat program sekedarnya. Lalu di mana dan bagaimana
pembinaan wanitatani nelayan melalui koperasi ?