Anda di halaman 1dari 164

SKRIPSI

JARINGAN SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK NELAYAN SAAT


MASA TIDAK MELAUT DI KECAMATAN PANTAI LUNCI
KABUPATEN SUKAMARA KALIMANTAN TENGAH

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar sarjana terapan
Pekerjaan Sosial (S.Tr.Sos)

PEMBIMBING:

MILLY MILDAWATI, MP., Ph.D


Drs. ABAS BASUNI, M.Soc.Admin

Oleh:

GOVI LENARDO
NRP. 16.04.098

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA TERAPAN PEKERJAAN SOSIAL

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG 2020
JARINGAN SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK NELAYAN
SAAT MASA TIDAK MELAUT DI KECAMATAN PANTAI LUNCI
KABUPATEN SUKAMARA KALIMANTAN TENGAH

Disusun oleh:

Govi Lenardo
16.04.098

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing


pada tanggal , bulan , tahun

……………………………….... .................................................
Milly Mildawati, MP., Ph.D Drs. Abas Basuni, M.Soc.Admin
LEMBAR PENGESAHAN

JARINGAN SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK


NELAYAN SAAT MASA TIDAK MELAUT DI
KECAMATAN PANTAI LUNCI KABUPATEN
SUKAMARA KALIMANTAN TENGAH

Oleh :
GOVI LENARDO
16.04.098

Skripsi ini telah di uji dan dinyatakan lulus


Pada tanggal 2020

Pembimbing

MILLY MILDAWATI, MP., Ph.D Drs. ABAS BASUNI, M.Soc.Admin

Mengetahui,

Direktur Poltekesos Bandung Ketua Program Studi


Pekerjaan Sosial
Program Sarjana Terapan

Dr. MARJUKI, M.Sc Dr. AEP RUSMANA, S.Sos, M.Si


NIP. 19601010 1986031010 NIP. 196811011994031003
“Dunia ini ibarat bayangan. kalau kau berusaha menangkapnya, ia akan lari. tapi
kalau kau membelakanginya, ia tak punya pilihan selain mengikutimu.”

(Ibnu Wayyim Al Jauziyyah)

Karya ini kupersembahkan untuk orangtuaku

Bapak Arifin Ma'ruf dan (Almarhumah) Ibu Hilda Wahyuni

yang selalu memberikan arti perjuangan serta kasih sayang

mereka kepada ku dan tak pernah lupa mendoakkanku untuk

keberhasilanku.
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Jaringan Sosial Masyarakat

Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut Di Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara

Kalimantan Tengah” adalah karya saya sendiri. Karya ini belum dipublikasikan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi atau lembaga lain manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip secara langsung maupun tidak langsung dari penulis lain dalam karya yang

dipublikasikan maupun tidak, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka

di bagian akhir karya ini.

Bandung, Agustus 2020

GOVI LENARDO
NRP. 16.04.098

i
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Govi Lenardo dilahirkan di Sukamara, pada tanggal 23

Oktober 1997. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan

Arifin Ma’ruf dan (Almarhumah) Hilda Wahyuni. Penulis bertempat tinggal di

Kelurahan Mendawai, Kcamatan Sukamara, Kabupaten Sukamara, Kalimantan

Tengah.

Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Mendawai-2 selesai pada

tahun 2010. Selanjutnya menamatkan pendidikan menengah pertama di SMPN 1

Sukamara selesai pada tahun 2013. Selanjutnya menamatkan pendidikan

menengah atas di SMAN 1 Sukamara selesai pada tahun 2016. Pada tahun 2016

penulis diterima menjadi mahasiswa di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.

Pengalaman berorganisasi yang pernah dijalani penulis diantaranya saat

dibangku SMA pernah menjadi anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

selama satu periode dan sekarang menjadi pengurus Organisasi Kepemudaan

Solidaritas AFC Kabupaten Sukamara sebagai Wakil Ketua.

Demikian riwayat hidup penulis secara singkat, semoga dengan ini penulis

dapat lebih dikenal.

Sukamara, Agustus 2020

Penulis

ii
ABSTRAK

GOVI LENARDO, Jaringan Sosial Masyarakat Kelompok Nelayan Saat


Masa Tidak Melaut Di Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara,
Kalimantan Tengah. Politeknik Kesejahteraan Sosial (POLTEKESOS)
Bandung, Program Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial, Agustus 2019.
Dosen Pembimbing, Milly Mildawati, MP., Ph.D dan Drs. Abas Basuni,
M.Soc.Admin.

Jaringan sosial merupakan hubungan erat yang dimiliki oleh setiap orang
yang saling berkaitan satu sama lain untuk memberikan suatu manfaat. Menurut
Ruddy Agusyanto jaringan sosial adalah suatu jaringan tipe khusus, di mana
“ikatan‟ yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah
hubungan sosial. Menurut Kusnadi aspek jaringan sosial ada tiga, terdiri dari
komunikasi, kerjasama dan koordinasi menjelaskan bahwa jaringan sosial dapat
ditandai dengan komunikasi antar individu yang baik, memiliki kerjasama setiap
individu dengan individu lain, kelompok dan organisasi serta memiliki koordinasi
yang tepat agar terhindar dari tumpang tindih dalam pembagian tugas.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode


deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penarikan sampel bersifat purposive
menggunakan desain studi kasus terhadap 3 (tiga) orang nelayan sebagai
informan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam (indepth interview), observasi partisipatif dan studi dokumentasi.
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi, ketekunan
pengamatan dan perpanjangan keikutsertaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial kelompok nelayan


saat masa tidak melaut terbagi menjadi tiga aspek yaitu komunikasi, kerjasama
dan koordinasi. Komunikasi dalam jaringan sosial kelompok nelayan termasuk
dalam kategori sedang. Kerjasama dalam jaringan sosial termasuk dalam kategori
sedang. Koordinasi dalam jaringan sosial termasuk dalam kategori sedang.
Berdasarkan tiga aspek yang telah diteliti, koordinasi dalam jaringan sosial perlu
ditingkatkan lagi agar koordinasi yang dilakukan menjadi maksimal.
Program yang diusulkan adalah peningkatan koordinasi kelompok nelayan
melalui Forum Koordinasi Kelompok Nelayan. Tujuan dari program ini adalah
meningkatkan koordinasi kelompok nelayan dan pembagian tugas dalam
menghadapi kondisi saat masa tidak melaut.

Kata Kunci : Komunikasi, Kerjasama, Koordinasi, Masa Tidak Melaut

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk

dan kemudahan sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Jaringan Sosial

Masyarakat Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut Di Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten

Sukamara Kalimantan Tengah” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Sosial (S.Tr.Sos) bidang pekerjaan sosial.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa

adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Marjuki, M.Sc. selaku Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

2. Dr. Aep Rusmana, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program studi Pekerjaan Sosial Program

Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

3. Drs. Pribowo, M.Pd selaku Kepala Laboratorium Politeknik Kesejahteraan Sosial

Bandung

4. Milly Mildawati, MP., Ph.D dan Drs. Abas Basuni, M.Soc.Admin selaku pembimbing

skripsi.

5. Seluruh Dosen STKS Bandung yang telah membimbing dan memberikan ilmunya

sehingga dapat membantu dalam pelaksanaan penulisan.

6. Ayahanda tercinta Arifin Ma’ruf, Almarhumah ibunda tersayang Hilda Wahyuni dan

seluruh keluarga, terimakasih atas doa, semangat dan kasih sayang yang tidak pernah

putus, serta pengorbanan baik moril maupun materi kepada penulis.

iv
v

7. Keluarga DDK 369 yaitu Rafika, Chikita, Gustav, Rizky, Romi, Sapta, Herni, Dirga,

Rani, Laksmi yang selalu mendukung, membimbing, memberikan semangat serta selalu

membantu penulis.

8. Teman-teman penulis M. Syauqi Albashir, Eltiga Angga P.S, Sekar Arum Sayekti, Leni

Oktarina Ndraha, Anastasya Tamaro, Nurul Habrah, Christya Cahya Ningrum, Diane

yang telah mendukung, memberi semangat dan tempat untuk berdiskusi.

9. Teman-teman Praktikum I, II dan III yang selalu memberikan semangat dan do’a kepada

peniliti.

10. Teman-teman sebimbingan penulis yang selalu memberikan bantuan dan semangat

kepada penulis.

11. Bapak H. M. Yunus berserta anggota kelompok nelayan dan aparat desa/kecamatan yang

telah membantu penulis selama melakukan penulisan di Kecamatan Pantai Lunci.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa selama

pelaksanaan penulisan dan penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini belum berupa karya yang

sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi

kesempurnaan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat

memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pekerjaan sosial.

Bandung, Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ............................ i


RIWAYAT HIDUP .................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.5 Sistematika Penulisan Laporan Penelitian ....................................... 7

BAB II KAJIAN LITERATUR ................................................................ 9


2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 9
2.2 Tinjauan tentang Jaringan Sosial ..................................................... 13
2.3 Tinjauan tentang Kelompok ............................................................. 20
2.4 Tinjauan tentang Nelayan ................................................................ 22
2.7 Relevansi Praktik Pekerjaan Sosial dengan Kemiskinan ................. 27
2.8 Pengertian Pekerjaan Sosial ............................................................. 28
2.9 Kerangka Pikir.................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 35


3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 35
3.2 Deskripsi Latar dan Sumber Data .................................................... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 39
3.6 Alat Ukur dan Pengujian Validitas Reliabilitas ............................... 41
3.7 Teknik Analisi Data ......................................................................... 41
3.8 Jadwal dan Langkah-Langkah Penelitian......................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 46


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 46
4.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 53
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 100

BAB V USULAN PROGRAM .................................................................. 106


5.1 Dasar Pemikiran ............................................................................ 106
5.2 Nama Program .............................................................................. 108

vi
vii

5.3 Tujuan Program ............................................................................ 108


5.4 Sasaran Program ........................................................................... 109
5.5 Sistem Partisipasipan dan Pengorganisasian Program.................. 109
5.6 Metode .......................................................................................... 111
5.7 Teknik ........................................................................................... 112
5.8 Langkah-langkah Pelaksanaan Program ....................................... 113
5.9 Rencana Anggaran Biaya .............................................................. 121
5.10 Rencana Evaluasi .......................................................................... 122
5.11 Analisis Kelayakan Program ........................................................ 123
5.12 Indikator Keberhasilan .................................................................. 125

BAB VI KESIMPULAN ............................................................................ 126


6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 126
6.2 Saran ................................................................................................. 129

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 131

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 4.1 : Peneliti Melakukan Wawancara Kepada Informan ALN......... 55
Gambar 4.2 : Peneliti Melakukan Wawancara Kepada Informan RN............ 56
Gambar 4.3 : Peneliti Melakukan Wawancara Kepada MRL........................ 57

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
TABEL 2.1 : Matriks Penelitian Terdahulu.......................................... 11

TABEL 3.1 : Jadwal Penelitian Kualitatif 2019-2020.......................... 45

TABEL 4.1 : Persentase Luas Wilayah Kecamatan Pantai Lunci........ 46

TABEL 4.2 : Jumlah Penduduk Kecamatan Pantai Lunci Menurut


Kelompok Usia Dan Jenis Kelamin Tahun 2017............ 48

TABEL 4.3 : Jumlah Pendidikan Di Kecamatan Pantai Lunci............. 49

TABEL 4.4 : Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pantai Lunci......... 50

TABEL 5.1 : Jadwal Program Peningkatan Koordinasi Kelompok


Nelayan melalui Forum Koordinasi Kelompok
Nelayan Hari Pertama................................................... 118

TABEL 5.2 : Jadwal Kegiatan Peningkatan Koordinasi melalui


Forum Koordinasi Kelompok Nelayan Hari Kedua..... 119

TABEL 5.3 : Anggaran Biaya Peningkatan Koordinasi melalui


Forum Koordinasi Kelompok Nelayan di Kecamatan
Pantai Lunci Tahun 2020.............................................. 121

TABEL 5.4 : Analisis Kelayakan Program Tahun 2020.................... 124

TABEL 5.5 : Indikator Keberhasilan Program Tahun 2020............... 125

ix
DAFTAR BAGAN

Halaman
BAGAN 5.1 : Struktur Kepanitiaan Penguatan Koordinasi
Kelompok Nelayan melalui Forum Koordinasi
Kelompok Nelayan di Kecamatan Pantai Lunci Tahun
2020................................................................................ 111

BAGAN 5.2 : Struktur Kepengurusan Forum Koordinasi


Kelompok Nelayan Di Kecamatan Pantai Lunci
Tahun 2020.................................................................... 117

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecamatan Pantai Lunci merupakan bagian dari Kabupaten Sukamara

yang rata-rata masyarakatnya bekerja sebagai nelayan karena terletak di pesisir

pantai. Kecamatan Pantai Lunci juga di juluki dengan kampung nelayan karena

banyaknya nelayan yang tinggal disana hidup tepat dipinggiran pantai dan

menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Nelayan di Kecamatan Pantai Lunci

sangat bergantung kepada cuaca yang tidak menentu untuk berangkat melaut demi

mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Cuaca yang tidak

menentu menyebabkan para kelompok nelayan tidak bisa memastikan kapan

mereka harus melaut. Keadaan ini membuat kecemasan antara kelompok nelayan

yang tidak bisa memenuhi kehidupan sehari-harinya jika mereka tidak melaut.

Nelayan di Kecamatan Pantai Lunci umumnya tradisional yang hanya

memiliki ukuran perahu kecil tidak terlalu besar yang memiliki resiko diterjang

angin kencang serta ombak besar. Kemampuan komunikasi nelayan saat tidak

melaut merupakan aspek penting dalam menunjukkan keberfungsian sosialnya.

Kemampuan nelayan untuk mengatasi masalahnya tentu memerlukan suatu upaya

dan strategi berdasarkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan masalah

yang dihadapi.

Pendapatan nelayan bersumber dari pendapatan bersih hasil melaut,

artinya pendapatan yang sudah tidak di potong oleh biaya untuk melaut.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia kelompok nelayan yang terefleksi

1
2

dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan

eksternal kelompok nelayan. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk

yang cepat, kurang berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lainnya

yang tidak mendukung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari

nelayan sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal

yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah dan

pemasaran produksi hanya dikuasi kelompok tertentu dalam bentuk pasar

monopsoni.

Hampir semua Nelayan di Kecamatan Pantai Lunci berada di bawah garis

kemiskinan. Bergantung pada keberuntungan serta keadaan cuaca di laut,

kebanyakan nelayan di Kecamatan Pantai Lunci ini hanya memiliki perahu kecil

dan tidak terlalu besar serta peralatan yang minim menjadi salah satu penyebab

penghasilan yang minim pula. Dalam keluarga nelayan sebagian besar istri

mereka tidak memiliki pekerjaan sehingga hanya mengharapkan penghasilan dari

kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh keluarga mereka.

Kelompok Nelayan adalah kumpulan individu dengan mata pencaharian di

sektor laut atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial,

ekonomi, sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan

dan mengembangkan usaha anggota. Adanya kelompok nelayan agar nelayan

dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dan menyediakan sarana produksi

nelayan, peningkatan, permodalan, atau perluasan usaha nelayan untuk para

nelayan dan kelompok nelayan, serta peningkatan kerjasama dan pemasaran

produk hasil laut.


3

Kelompok nelayan memiliki hubungan dengan gabungan kelompok

nelayan yang menaunginya, bank atau koperasi yang dapat menjadi sistem sumber

untuk peminjaman modal. Kelompok nelayan dapat menjadi wadah untuk berbagi

pengetahuan mengenai kondisi melaut dan saling tolong menolong antar nelayan

saat mengalami masalah dengan hasil laut. Kelompok nelayan juga mendidik

nelayan untuk lebih mandiri dengan mengandalkan kekuatan mereka sendiri.

Terdapat lebih dari 5 kelompok nelayan di Kecamatan Pantai Lunci yang

terdiri dari nelayan yang berada di setiap dusunnya. Rata-rata jumlah anggota

nelayan dalam satu kelompok nelayan yaitu berjumlah 10 orang. Lingkungan

daerah yang memiliki potensi yang berbeda dapat membentuk kelompok nelayan

sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam

bidang melaut, berbagi pengalaman untuk memecahkan masalah-masalah yang

ada di lapangan baik melalui agen penyuluh pendamping nelayan maupun antar

kelompok nelayan. Selain itu, kelompok nelayan juga mengembangkan

penguatan-penguatan baik dari segi permodalan, penyediaan alat, penyediaan

pakan dan pengembangan kemitraan. Anggota tiap kelompok nelayan dapat saling

bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan mengenai usaha hasil melaut dan

membuat suatu rencana untuk menyelesaikan masalah.

Hubungan sosial antar kelompok nelayan sangat berperan penting untuk

memberikan informasi atau keadaan cuaca yang baik ataupun cuaca buruk serta

apakah terjalin hubungan dengan pemerintah setempat terkait penanganan

permasalahan saat tidak melaut karena faktor alam. Hubungan antar nelayan ini

sudah dimiliki sejak dulu, para nelayan di Kecamatan Pantai Lunci tetap
4

membangun hubungan baik dan saling membutuhkan terlebih jaringan sosial ini

terbentuk sebagai upaya mempererat persaudaraan antar nelayan dan menentukan

upaya-upaya penyelesaian masalah saat tidak melaut karena faktor alam.

Menurut Kusnadi (2000) dalam jaringan sosial terdapat aspek komunikasi,

kerjasama dan koordinasi yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok atau

masyarakat. Komunikasi dalam jaringan sosial berkaitan dengan pencapaian

tujuan bersama, pengambilan keputusan dan berbagi pengetahuan melalui

pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh setiap nelayan di dalam kelompok

nelayan untuk menyelesaikan masalah. Kerjasama dalam jaringan sosial yaitu

bersama-sama menyelesaikan masalah antara anggota kelompok nelayan dengan

kelompok lainnya ataupun terkait dengan pemerintah setempat ketika para

nelayan ini tidak bisa melaut, kegiatan atau upaya lain apa saja yang dilakukan

untuk mendapatkan atau menggantikan penghasilan dari sektor melaut tersebut.

Kerjasama juga dapat membuat hubungan emosional yang intens antar nelayan

sehingga dapat saling mengerti dan saling membantu dalam menangani

permasalahan satu sama lain.

Gambaran kondisi di atas merupakan suatu permasalahan yang dihadapi

dan dirasakan oleh nelayan yang berada di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten

Sukamara, Kalimantan Tengah. Permasalahan yang dirasakan oleh para nelayan

saat tidak melaut memiliki relevansi dengan fungsi dan tugas pekerja sosial dalam

memberikan intervensi pertolongan kepada individu, kelompok dan masyarakat

guna meningkatkan dan memperbaiki kemampuan mereka dalam melaksanakan


5

fungsi sosialnya serta menciptakan kondisi yang memungkinkan mereka

mencapai tujuan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian denga judul “Jaringan Sosial Masyarakat Kelompok Nelayan Saat

Masa Tidak Melaut Di Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara

Kalimantan Tengah.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Jaringan Sosial Masyarakat

Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut di Kecamatan Pantai Lunci,

Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah?”.

Selanjutnya rumusan masalah ini dirinci dalam sub-sub masalah sebagai

berikut:

1. Identitas Informan

2. Jaringan Komunikasi Kelompok Nelayan

1. Upaya yang dilakukan

2. Kepada siapa mencari informasi pertolongan

3. Hambatan yang di alami

4. Berapa kali berdiskusi

5. Adakah ide atau saran dalam diskusi

6. Apakah manfaat setelah bergabung dengan kelompok


6

3. Jaringan Kerjasama Kelompok Nelayan

1. Siapa saja yang bekerjasama

2. Manfaat dari kerjasama

3. Bentuk dukungan setelah melakukan kerjasama

4. Bentuk kerjasama dengan kelompok nelayan lain

5. Hambatan yang di alami dalam kerjasama

4. Jaringan Koordinasi Kelompok Nelayan

1. Siapa saja yang berkoordinasi

2. Bentuk koordinasi dengan pemerintah desa

3. Hambatan saat melakukan koordinasi

4. Bentuk koordinasi dalam kelompok kepada pemerintah desa

5. Tujuan informan melakukan koordinasi

6. Hasil dari koordinasi

5. Harapan Informan Dalam Peningkatan Kesejahteraan

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara empirik

tentang:

1. Mengetahui karakteristik informan.

2. Komunikasi dalam jaringan fungsi komunikasi informan.

3. Kerjasama dalam jaringan sosial informan.

4. Koordinasi dalam jaringan sosial informan.

5. Harapan informan dalam peningkatan kesejahteraan.


7

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan

pemikiran pengembangan ilmu kesejahteraan sosial dan pengetahuan praktik

pekerjaan sosial dalam jaringan sosial berupa cara ataupun bentuk jaringan sosial

khususnya tentang kelompok nelayan dalam menghadapi masalah saat tidak

melaut karena faktor alam.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam pemecahan masalah nelayan yang berkaitan dengan jaringan

sosial berupa upaya-upaya untuk menghadapi masalah saat tidak melaut karena

faktor alam, pembentukan program, model kebijakan dan penguatan jaringan

sosial. Terutama masalah kelompok nelayan dalam menghadapi masalah saat

masa tidak melaut karena faktor alam di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten

Sukamara, Kalimantan Tengah.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian yang digunakan adalah sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan, Memuat tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkung penelitian,

dan sistematika penulisan.


8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, memuat tentang penelitian terdahulu dan

teori yang relevan dengan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN, memuat tentang Desain Penelitian,

Deskripsi Latar dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data, Teknik Analisis Data Serta

Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat tentang gambaran

umum lokasi penelitian, hasil serta pembahasan penelitian.

BAB V USULAN PROGRAM, memuat tentang dasar pemikiran, nama

program, tujuan, sasaran, pelaksanaan program, metode dan teknik,

kegiatan yang dilakukan, langkah-langkah pelaksanaan, rencana

anggaran biaya, analisa kelayakan serta indikator keberhasilan.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN, kesimpulan memuat tentang

kesimpulan dan saran terkait dengan penelitian yang dilakukan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan acuan untuk melakukan penelitian

kembali dengan tema yang hampir sama atau berbeda dengan tempat yang sama

atau berbeda. Peneliti menganalisis dari tiga penelitian terdahulu:

2.1.1. Jaringan Sosial Kelompok Tani Dalam Menghadapi Gagal Panen Di Desa
Tambak Sirang Darat Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar tahun 2018
oleh Bagus Setyawan, di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)
Bandung.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan responden sebanyak

56 responden. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik two

stage cluster random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

angket. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale dan uji

validasi alat ukur yang digunakan adalah validasi muka (face validity) dan uji

realibitas menggunakan rumus Alpha Cornbach.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jaringan sosial kelompok tani

dalam menghadapi gagal panen terbagi menjadi tiga aspek yaitu komunikasi,

kerjasama dan koordinasi. Komunikasi dalam jaringan sosial termasuk dalam

kategori sedang. Kerjasama dalam jaringan sosial termasuk dalam kategori

sedang. Koordinasi dalam jaringan sosial termasuk dalam kategori sedang.

2.1.2. Coping Strategy Keluarga Nelayan Dalam Menghadapi Masa Paceklik Di


Desa Miga Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli tahun 2014 oleh
Sulaeman Mendrofa, di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)
Bandung.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penarikan sampel bersifat purposive

9
10

menggunakan desain studi kasus terhadap lima orang nelayan sebagai informan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam,

observasi partisipatif dan studi dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data

yang digunakan adalah triangulasi, ketekunan pengamatan dan perpanjangan

keikutsertaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada masa paceklik nelayan di

Desa Miga akan semakin terpuruk dalam kemiskinan. Keadaan nelayan pada saat

mendapatkan ikan, hidup dalam kemiskinan sehingga ketika masa paceklik datang

mereka semakin terpuruk karena mereka tidak mendapatkan penghasilan sama

sekali dari hasil laut dikarenakan keadaan cuaca yang tidak mendukung untuk

menangkap ikan. Nelayan telah melakukan berbagai cara untuk dapat

menyelesaikan masalahnya namun karena beberapa hambatan yang menghambat

dan membatasi mereka untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya

diantaranya sering terjadinya masa paceklik, pendidikan yang rendah, tidak

memiliki keterampilan dan tidak memiliki modal usaha.

Pada saat masa paceklik ini datang semua kebutuhan para nelayan tidak

dapat terpenuhi, sehingga untuk memenuhi kebutuhan keluarga biasanya para

nelayan akan mencari pekerjaan lain yaitu sebagai kuli bangunan atau bahkan

meminjam uang kepada tetangga, teman atau keluarga besarnya. Namun mereka

sering tidak mendapatkan pekerjaan karena pekerjaan sebagai kuli bangunan

adalah pekerjaan yang bersifat musiman. Begitu juga ketika meminjam uang

mereka juga sering tidak diberi pinjaman karena tidak adanya jaminan bahwa para
11

nelayan dapat mengganti atau melunasi utangnya tepat pada waktu yang

diberikan.

2.1.3. Jaringan Sosial Kelompok Petani Garam dalam Meningkatkan


Kesejahteraan Keluarga di Desa Dresi Kulon Kecamatan Kaliori
Kabupaten Rembang Tahun 2016 oleh Dhanu Harbiyantoro, di Sekolah
Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang jaringan

sosial kelompok petani garam dengan petani garam, jaringan sosial petani garam

dengan pihak lain, jaringan sosial dengan kelompok petani garam dan jaringan

sosial kelompok petani garam dengan pihak lain.

Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif

terhadap petani garam yang ada. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan wawancara mendalam (indepth interview), studi dokumentasi dan

observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial antara petani garam

kelompok petani garam dengan pihak luar dalam hal ini pihak yang membeli hasil

garam kurang baik. Sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan petani garam

yang ada di Desa Dresi Kulon karena tidak dapat menjual hasil panen garam

dengan harga yang layak.

Tabel 2.1. Matriks Penelitian Terdahulu


Nama Judul Hasil
No Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian
1. Bagus Jaringan Hasil Terletak pada Terletak pada
Setyawan, Sosial penelitian ini variabel yang objek penelitian
2018 Kelompok menunjukkan diteliti yaitu serta alat analisis
Tani Dalam bahwa jaringan sosial yang digunakan
Menghadapi jaringan sosial
12

Gagal Panen kelompok tani


Di Desa dalam
Tambak menghadapi
Sirang Darat gagal panen
Kecamatan terbagi
Gambut menjadi tiga
Kabupaten aspek yaitu
komunikasi,
kerjasama dan
koordinasi.
2. Sulaeman Coping Hasil Terletak pada Terletak pada
Mendrofa, Strategy penelitian ini objek yang variabel yang
2014 Keluarga menunjukkan diteliti yaitu diteliti yaitu
Nelayan bahwa pada nelayan serta coping stategy
Dalam masa paceklik alat analisis keluarga nelayan
Menghadapi nelayan di yang digunakan
Masa Paceklik Desa Miga
Di Desa Miga akan semakin
Kecamatan terpuruk
Gunungsitoli dalam
Kota kemiskinan.
Gunungsitoli
3. Dhanu Jaringan Hasil Terletak pada Terletak pada
Harbiyantor Sosial pada variabel objek penelitian
penelitian
o, 2016 Kelompok yang diteliti yaitu petani
menunjukkan
Petani Garam yaitu jaringan garam
dalam bahwa sosial serta alat
Meningkatkan analisis yang
jaringan sosial
Kesejahteraan digunakan
antara petani
Keluarga di
Desa Dresi garam
Kulon
kelompok
Kecamatan
petani garam
Kaliori
Kabupaten dengan pihak
Rembang
luar dalam hal
13

ini pihak yang

membeli hasil

garam kurang

baik.

2.2. Tinjauan Tentang Jaringan Sosial

2.2.1. Pengertian Jaringan Sosial

Jaringan sosial diperlukan oleh setiap individu untuk memperluas

komunikasi dan relasi dengan individu yang lain. Jaringan sosial yang dimiliki

setiap individu dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dialami

dengan bekerjasama dengan pihak lain.

Menurut Mitchell (1969) dalam Kusnadi (2000:13) menjelaskan bahwa

jaringan sosial merupakan seperangkat hubungan khusus dan spesifik yang

terbentuk di antara sekumpulan orang.

Sedangkan menurut Field (2010: 51) jaringan sosial yaitu:

Jaringan sosial merupakan salah satu unsur dari modal sosial, dimana
jaringan digunakan sebagai sumber daya untuk mendapatkan sesuatu
dalam lingkungan sosialnya melalui hubungan sosial. Jaringan memiliki
peran penting dalam modal sosial yang dimiliki seseorang seperti yang
dikemukan Bourdieu, modal sosial merepresentasikan agregat sumber
daya aktual atau potensial yang dikaitkan dengan kepemilikan jaringan
yang bertahan lama.
Selanjutnya, Field (2010:30) menjelaskan bahwa hubungan manusia

sangat berarti baginya sebagai individu. Dapat dikatakan bahwa kita, setidaknya

sebagian, diartikan melalui siapa yang kita kenal. Secara lebih luas, ikatan-ikatan

di antara manusia juga berperan sebagai dinding pembatas bagi struktur-struktur


14

sosial yang lebih luas. Ide sentral dari modal sosial adalah bahwa jaringan-

jaringan sosial merupakan suatu aset yang bernilai.

Menurut Ruddy Agusyanto (2007:13), jaringan sosial adalah: jaringan


sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, di mana "ikatan" yang
menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan
sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak
langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia
(person).
Menurut Ruddy Agusyanto (2007:8-13) menjelaskan jaringan sosial

memiliki komponen-kompenen yaitu:

1. Sekumpulan orang, objek, atau kejadian, minimal berjumlah tiga


satuan yang berperan sebagai terminal pemberhentian. Biasanya
dipresentasikan dengan titik-titik, yang dalam peristilahan jaringan
disebut sebagai aktor atau node.
2. Seperangkat ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik yang
lainnya dalam jaringan. Ikatan ini biasanya dipresentasikan dengan
garis yang merupakan suatu saluran atau jalur. Berupa mata rantai atau
rangkaian ikatan ini bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. ikatan
yang tampak b. ikatan yang tidak tampak.
3. Arus, ada sesuatu yang mengalir dari satu titik ke titik lainnya, melalui
aluran atau jalur yang menghubungkan masing-masing titik dalam
jaringan.
Komponen yang terdapat dalam jaringan sosial menjelaskan bahwa

jaringan sosial terbentuk atau memiliki syarat yaitu dengan adanya sekumpulan

orang yang menjalankan jaringan sosial tersebut, sekumpulan orang tersebut juga

harus memiliki ikatan antar individu dan menghubungkan satu sama lain.

Menurut Barnes (1954) dalam Kusnadi (2000:14) mengatakan bahwa

setiap individu dapat memasuki berbagai kelompok sosial yang tersedia di

masyarakat dan menjalin ikatan-ikatan sosial yang berdasarkan unsur kekerabatan,

ketetanggaan dan pertemanan. Jaringan sosial merupakan salah satu aspek dari

modal sosial. Sehingga dapat dikatakan bahwa jaringan sosial adalah bagian yang
15

membentuk modal sosial. Menurut Robert M. Z Lawang (2005:62) jaringan

(network) yang digunakan dalam teori kapital sosial (modal sosial) adalah:

1. Ada ikatan antar simpul (orang/kelompok) yang dihubungkan dengan


media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikatkan dengan
kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang
mengikat kedua belah pihak.
2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media
hubungan sosial menjadi satu kerja sama bukan kerja bersama-sama.
3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin
antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama dan malah dapat
"menangkap ikan" lebih banyak.
4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri
sendiri. Jika satu simpul saja putus maka keseluruhan jaring itu tidak
bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul
menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini analogi
tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk jaring itu
hanya dua saja.
5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan atau
antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.
6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan
menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan
dipertahankan.
Jaringan sosial haruslah memiliki ikatan antar individu yang saling

membagi tugas atau kerja masing-masing. Setiap tugas atau pembagian kerja yang

dimiliki setiap orang salng berkaitan satu sama lain layaknya sebuah jaring. Setiap

individu juga diikat oleh norma-norma dan hubungan antar individu yang kuat.

Setelah mengetahui pengertian dan komponen dari jaringan sosial,

jaringan sosial juga memiliki ciri-ciri. Menurut Suparlan (1982) dalam Ruddy

Agusyanto (2007:26) mengatakan ada beberapa hal yang merupakan ciri-ciri

utama dari jaringan sosial, yaitu:

1. Titik-titik, merupakan titik-titik yang dihubungkan satu dengan lainnya


oleh satu atau sejumlah garis yang dapat merupakan perwujudan dari
orang. peranan, posisi, status, kelompok, tetangga, organisasi,
masyarakat, negara dan sebagainya.
2. Garis-garis, merupakan penghubung atau pengikat antara titik-titik
yang ada dalam suatu jaringan sosial yang dapat berbentuk pertemuan,
16

kekerabatan, pertukaran, hubungan superordinat-subordinat,


hubungan- hubungan antarorganisasi, persekutuan militer dan
sebagainya.
3. Ciri-ciri struktur. Pola dari garis yang menghubungkan serangkaian
atau satu set titik-titik dalam suatu jaringan sosial dapat digolongkan
dalam jaringan sosial tingkat mikro atau mikro, tergantung dari gejala-
gejala vang diabstraksikan. Contoh dari jaringan tingkat mikro yang
paling dasar adalah suatu jaringan yang titik-titiknya terdiri atas tiga
buah yang satu sama lainnya dihubungkan oleh garis-garis yang
mewujudkan segitiga yang dinamakan triadic balance (keseimbangan
segitiga); sedangkan contoh dari jaringan tingkat makro ditandai oleh
sifatnya yang menekankan pda hubungan antara sistem atau organisasi,
atau bahkan antarnegara.
4. Konteks (ruang). Setiap jaringan dapat dilihat sebagai terwujud dalam
suatu ruang yang secara empiris dapat dibuktikan (yaitu secara fisik),
maupun dalam ruang yang didefenisikan secara sosial, ataupun dalam
keduanya. Misalnya, jaringan transportasi selalu terletak dalam suatu
ruangan fisik, sedangkan jaringan perseorangan yang terwujud dari
hubungan-hubungan sosial tidak resmi yang ada dalam suatu
organisasi adalah suatu contoh dari suatu jaringan yang terwujud
dalam satu ruang sosial. Jaringan komunikasi dapat digambarkan
sebagai sebuah peta baik secara fisik, yaitu geografis maupun menurut
ruang sosialnya, yaitu yang menyangkut status dan kelas sosial.
Ciri-ciri jaringan sosial diatas menggambarkan hubungan antar individu

melalui titik-titik yang menggambarkan individu dan dihubungkan melalui garis-

garis yang menggambarkan penghubung titik-titik tersebut. Jaringan sosial juga

memiliki struktur atau pola yang dapat menghubungkan setiap set titik-titik.

Penulis menyimpulkan bahwa jaringan sosial merupakan suatu pola

hubungan sosial individu maupun kelompok yang saling berinteraksi bersifat

mengikat, menyambung, dan saling terkait yang tercipta dalam lingkungan sosial.

2.2.2. Jenis-jenis Jaringan Sosial

Jaringan sosial memiliki jenis yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan

jaringan sosial tersebut. Jenis-jenis jaringan sosial ini dapat membedakan tujuan

dan klasifikasi jaringan sosial. Menurut Ruddy Agusyatmo (2007:34-38) jaringan

sosial dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:


17

1. Jaringan kepentingan (interest), terbentuk atas dasar hubungan-


hubungan sosial yang bermakna pada tujuan-tujuan tertentu atau
khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku. Bila tujuan-tujuan tersebut
sifatnya spesifik dan konkret seperti memperoleh barang, pelayanan,
pekerjaan dan sejenisnya, maka setelah tujuan-tujuan tersebut tercapai
biasanya hubungan-hubungan tersebut tidak berkelanjutan. Bila tujuan-
tujuan dari hubungan-hubungan sosial yang terwujud spisifik dan
konkret seperti ini, struktur sosial yang lahir dari jaringan sosial tipe ini
juga sebentar dan berubah-ubah. Namun bila tujuan-tujuan tersebut
tidak sekonkret dan spesifik seperti ini atau ada kebutuhan-kebutuhan
untuk nemperpanjang tujuan (tujuan tarnpak selalu berulang), struktur
yang terbentukpun relatif stabil. Oleh karena itu, tindakan dan interaksi
yang terjadi dalam jaringan kepentingan ini selalu dievaluasi
berdasarkan tujuan-tujuan relasional. Pertukaran (negosiasi) yang
terjadi dalam jaringan kepentingan ini diatur oleh kepentingan-
kepentingan para pelaku yang terlibat didalamnya dan serangkaian
norma-norma yang sangat umum. Dalam mencapai tujuan-tujuannya,
para pelaku bisa memanipulasi hubungan-hubungan power atau
hubungan-hubungan emosi.
2. Jaringan emosi (sentiment) terbentuk atas hubungan-hubungan sosial,
dimana hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial
misalnya dalam pertemanan, percintaan atau hubungan kerabat dan
sejenisnya. Struktur sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan
emosi ini cenderung lebih mantap dan permanen. Maka muncul
sebagai konsekuensi, suatu mekanisme yang fungsinya menjamin
stabilitas struktur yang ada sehingga hubungan-hubungan sosial
semacam ini bisa dinilai semacam norma-norma yang dapat membatasi
suatu tindakan sosial yang cenderung mengganggu kepermanenan
struktrur jaringan tersebut, ada sejumlah kompleks nilai dan norma
yang ditegaskan atas struktur hubungan guna memelihara
keberlangsungannya. Hubungan- hubungan sosial yang terwujud
biasanya cenderung menjadi hubungan yang dekat dan menyatu.
3. Jaringan kekuasaan (power), merupakan jaringan hubungan-hubungan
sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan sosial yang bermuatan
kekuasaan. Dalam jaringan kekuasaan, konfigurasi-konfigurasi saling
keterkaitan antarpelaku di dalamnya disengaja atau diatur oleh
kekuasaan. Tipe jaringan ini muncul bila pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif dan konfigurasi
saling keterhubungan antarpelaku yang biasanya bersifat permanen.
Hubungan-hubungan kekuasaan ini biasanya ditujukan pada
penciptaan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Unit-unit sosialnya adalah artifisial yang
direncanakan atau distrukturkan secara sengaja oleh kekuasaan.
Jaringan sosial tipe ini harus mempunyai pusat kekuasaan yang secara
terus menerus mengkaji ulang kinerja (performance) unit-unit
sosialnya, dan mempolakan kembali strukturnya untuk kepentingan
18

efisiensi. Kontrol informal dalam hal ini tidak memadai, masalahnya


jaringan ini lebih kompleks dibanding dengan jaringan sosial yang
terbentuk secara alamiah. Dengan demikian jaringan sosial tipe ini
tidak dapat menyandarkan diri pada kesadaran para angotanya untuk
memenuhi kewajiban anggotanya secara sukarela, tanpa insentif.
Jenis-jenis jaringan sosial diantaranya adalah jaringan kekuasaan, jaringan

kepentingan dan jaringan emosi. Jenis-jenis jaringan ini menjelaskan mengenai

tujuan dari hubungan individu dengan individu, kelompok atau organisasi. Jenis

jaringan sosial ini ada yang bersifat sementara sesuai dengan tujuan seperti

jaringan sosial kepentingan dan terdapat pula yang bersifat permanen seperti

jaringan emosi.

Berdasarkan pengertian, komponen, ciri dan jenis diatas, jaringan sosial

juga memiliki beberapa aspek-aspek yang dapat membentuk jaringan sosial yang

kuat. Aspek-aspek tersebut dapat menjelaskan beragam manfaat dalam jaringan

sosial.

Menurut Kusnadi (2000:20) jaringan sosial berfungsi sebagai:

1. Komunikasi, dilakukan dalam rangka pemikiran informasi yang erat berkaitan

dengan pencapaian tujuan bersama. Komunikasi membantu proses

penyampaian informasi untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data

dan pilihan-pilihan alternatif. Komunikasi juga dapat membantu perkembangan

motivasi dalam kelompok.

2. Kerjasama, sumber daya dapat digunakan bersama-sama untuk mencapai

tujuan bersama. Usaha untuk memanfaatkan dan berbagi sumber daya

merupakan salah satu unsur penting yang mendasari pembentukan jaringan

sosial.
19

3. Koordinasi, dapat menghindari adanya tumpang tindih dalam peningkatan

sasaran maupun pemberi pelayanannya.

Aspek jaringan sosial yang terdiri dari komunikasi, kerjasama dan

koordinasi menjelaskan bahwa jaringan sosial dapat ditandai dengan komunikasi

antar individu yang baik, memiliki kerjasama setiap individu dengan individu lain,

kelompok dan organisasi serta memiliki koordinasi yang tepat agar terhindar dari

tumpang tindih dalam pembagian tugas.

2.2.3. Pengembangan Jaringan Sosial

Pengembangan-pengembangan dalam jaringan sosial diperlukan untuk

menguatkan jaringan sosial tersebut. Pengembangan ini dapat dilakukan di daerah

pedesaan yang identik dengan jaringan sosial yang kuat. Menurut Kementerian

Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI tahun 2015,

pengembangan jaringan sosial terdiri dari tiga dasar berpikir, yaitu:

1. Pengembangan jaringan sosial dan kerjasama di pedesaan diformuliasikan

untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya,

seperti pangan, energi, pendidikan dan kesehatan.

2. Pengembangan potensi jaringan sosial di wilayah pedesaan ditekankan pada

aspek keberlanjutan yaitu keberlanjutan ekologi, keberlanjutan sosial ekonomi,

keberlanjutan komunitas dan keberlanjutan institusi.

3. Pengembangan kerjasama dengan pihak ketiga hendaknya tidak membuat desa

mengalami ketergantungan baru.


20

Pengembangan jaringan sosial yang dilakukan dapat menguatkan dan

membuat jaringan sosial menjadi lebih efektif dalam penyelesaian masalah

dengan bekerjasama dan berkoordinasi antar individu, kelompok maupun

organisasi.

2.3. Tinjauan Tentang Kelompok

Setiap individu dapat membentuk sebuah kelompok untuk memudahkan

antar individu dalam membangun sebuah hubungan untuk mencapai tujuan

bersama. Menurut Soekanto (2010:104) himpunan atau kesatuan manusia yang

hidup bersama, antaranggotanya saling berhubungan, saling memengaruhi dan

memiliki kesadaran untuk saling menolong. Menurut Burhan Bungin (2009:48)

Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau

kesatuan-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relatif kecil yang hidup

secara guyub.

Menurut Soetarno (1994:31-34) dalam buku Psikologi Sosial mengutip

hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menunjukkan

bahwa kelompok sosial mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

1. Adanya motif yang sama

Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya memepunyai motif

yang sama. Motif yang sama ini merupakan pengikat sehingga setiap anggota

kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri.

2. Adanya sikap In-Group dan Out Group

Sikap menolak yang ditunjukkan oleh kelompok disebut sikap Out Group atau

sikap terhadap "orang tua". Kelompok manusia itu menunjukkan orang luar untuk
21

membuktikan kesediaannya berkorban bersama dan kesetiakawanannya, baru

kemudian menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima

itu disebut In Group atau sikap terhadap "orang dalam".

3. Adanya Solidaritas

Solidaritas adalah kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Terdapatnya

solidaritas yang tinggi didalam kelompok tergantung kepada kepercayaan setiap

anggota akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas-tugas dengan

baik.

4. Adanya Struktur Kelompok

Struktur Kelompok adalah suatu sistem mengenai relasi antara anggota-

anggota kelompok berdasarkan peranan dan status mereka serta sumbangan

masing-masing dalam interaksi kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Didalam struktur kelompok kita jumpai:

a. Susunan kedudukan fungsional: susunan berdasarkan tugas anggota-anggota

kelompok dalam kerjasama mencapai tujuan.

b. Susunan hiwrarkis antara anggota kelompok dengan harapan tugas dan

kewajiban yang diserahkan kepada anggota-anggota itu dapat diselesaikan

dengan wajar.

5. Adanya Norma Kelompok

Norma-norma kelompok disini adalah pedoman-pedoman yang mengatur

tingkah laku individu dalam suatu kelompok. Pada kelompok resmi, norma

tingkah laku ini biasanya sudah tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran

rumah tangga (AD/ART) bahkan norma tingkah laku anggota masyarakat suatu
22

negara telah tertulis dalam undang-undang. Untuk bisa mengetahui norma

kelompok yang tidak tertulis, Sherif menggambarkan tiga cara yaitu:

a. Dengan mengamati tingkah laku yang sama pada setip individu anggota

kelompok.

b. Dengan eksperimen atau percobaan lalu menarik kesimpulan.

c. Dengan mengamati sistem penghargaan dan sanksi.

Ciri-ciri kelompok sosial dapat menjelaskan tujuan dan komponen yang

harus ada setiap membentuk sebuah kelompok. Anggota kelompok harus

memiliki tujuan yang sama agar memudahkan mencapai tujuan kelompok dan

mempunyai hubungan yang kuat antar anggotanya. Dalam mencapai tujuan,

kelompok memiliki struktur dan norma untuk mengarahkan anggota kelompok

dalam pencapaian tujuan.

2.4. Tinjauan Tentang Nelayan

2.4.1. Pengertian Nelayan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004

Tentang Perikanan, "Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan

penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah orang orang yang mata pencahariannya

melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari".

Menurut Kusnadi (2006), "masyarakat nelayan merupakan kelompok

masyarakat yang pekerjaannya melaut untuk menangkap ikan. Sebagai hasil

tangkap tersebut dikonsumsi untuk keperluan rumah tangganya atau dijual

seluruhnya".
23

Menurut Sastrawijaya (2002), Nelayan adalah orang yang hidup dari mata

pencaharian hasil laut". Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah

pinggir pantai atau pesisir laut.

2.4.2. Ciri-ciri Komunitas Nelayan

Menurut Sastrawijaya (2002), ciri-ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari

berbagai segi, yaitu:

1. Dari segi mata pencaharian. Nelayan adalah mereka yang segala

aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir. Atau mereka yang

menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

2. Dari segi cara hidup. Komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong.

Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat

untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan

pengerahan tenaga yang banyak. Seperti saat berlayar, membangun rumah atau

tanggul penahan gelombang di sekitar desa.

3. Dari segi keterampilan. Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat

namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana.

Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan

oleh secara profesional. orang tua, bukan yang dipelajari secara profesional.

Ciri-ciri komunitas nelayan pada umumnya mereka yang mata

pencahariannya yang sangat bergantung pada hasil tangkapan yang ada di laut.

Keahlian nelayan dalam melaut sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang mereka

miliki. Karena pada umumnya nelayan hanya memiliki keterampilan yang sangat
24

terbatas, baik itu keterampilan dalam menggunakan alat penangkapan ikan

maupun keterampilan dalam bidang lainnya.

2.4.3. Jenis-jenis Nelayan

Menurut Kusnadi (2006), dilihat dari segi usahanya, masyarakat nelayan

dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Nelayan besar, yaitu nelayan-nelayan yang mengoperasikan alat tangkap

berupa payang atau porsen. Nelayan-nelayan besar ini memiliki orientasi

ekonomis yang tinggi.

2. Nelayan kecil atau nelayan tradisional, yaitu nelayan-nelayan yang

mengoperasikan alat tangkap berupa pancing atau jaring tradisional. Nelayan-

nelayan kecil ini lebih banyak bersifat subsistensi. Subsistensi adalah perilaku

ekonomi yang hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan paling minimal.

Nelayan dilihat dari pekerjaan dan kekayaan yang dimilikinya oleh

Mubyarto, Loekman Sutrisno dan Michael Dove (1984) dapat dibedakan atas:

a. Nelayan kaya A, yaitu nelayan yang mempunyai kapal (juragan) sehingga

dapat mempekerjakan nelayan lain sebagai buruh tanpa dia sendiri harus ikut

bekerja.

b. Nelayan kaya B, yaitu nelayan yang mempunyai kapal tetapi dia sendiri masih

ikut bekerja sebagai awak kapal.

c. Nelayan sedang, yaitu nelayan yang kebutuhan hidupnya ditutupi dengan

pendapatan dari bekerja sebagai nelayan dan memiliki perahu tanpa

mempekerjakan tenaga dari luar keluarganya.


25

d. Nelayan miskin, yaitu nelayan yang pendapatannya tidak dapat mencukupi

kebutuhan hidupnya sehingga harus ditambah dengan bekerja lain baik untuk

istrinya maupun anaknya.

e. Nelayan buruh, nelayan yang tidak memilik perahu sendiri dan hanya bekerja

sebagai orang yang menjalankan atau mengoperasikan kapal juragan mereka.

Dari asumsi diatas dapat dikatakan bahwa jenis nelayan dapat digolongkan

berdasarkan sarana dan prasarana yang mereka gunakan untuk menangkap ikan.

Nelayan yang memiliki alat tangkap ikan yang lebih canggih dalam melaut, hasil

tangkapan mereka juga akan lebih banyak dibandingkan nelayan yang hanya

menggunakan peralatan yang sederhana atau tradisional. Kapal yang mereka

gunakan untuk melaut juga mempengaruhi penghasilan nelayan. Nelayan yang

bekerja sendiri dan memiliki perahu sendiri penghasilan mereka akan lebih besar

dibandingkan nelayan yang bekerja dengan orang lain.

2.4.4. Kemiskinan Nelayan

Menurut Soekanto (2005), "kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf

kehidupan kelompok dan iuga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental,

maupun fisiknya dalam kelompok tersebut".

Secara umum, kemiskinan nelayan bersifat struktural dan merupakan

residu pembangunan kelautan dan perikanan selama ini, faktor-faktor yang

menyebabkan kemiskinan sangat kompleks dan akibat dari situasi kemiskinan

tersebut juga kompleks. Sering terjadi, akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

kemiskinan berulang kembali menjadi sebab kelangsungan hidup kemiskinan.


26

Demikian seterusnya sehingga sangat sulit, untuk memutuskan mata rantai

lingkaran kemiskinan tersebut. Karena itu, semakin mendalam permasalahan

tentang persoalan kemiskinan nelayan dan mengerti secara baik faktor-faktor yang

melatarbelakanginya, semakin tidak mengerti cara harus memulai untuk

mengatasi persoalan kemiskinan nelayan itu. Sekalipun mengetahui cara untuk

mengatasinya, tetapi tidak mudah untuk diwujudkan.

Menurut Kusnadi (2006), berikut ini adalah sebab-sebab pokok yang

menimbulkan kemiskinan nelayan.

1. Belum adanya kebijakan dan aplikasi pembangunan kawasan pesisir dan

masyarakat nelayan terintegrasi atau terpadu diantara pelaku pembangunan.

2. Menjaga konsistensi kuantitas produksi (hasil tangkapan), sehingga aktivitas

sosial ekonomi perikanan di desa-desa nelayan berlangsung terus. isolasi

geografis nelayan, sehingga menyulitkan keluar masuk arus barang, jasa, yang

mengganggu mobilitas ekonomi.

3. Masalah menyulitkan keluar masuk arus barang, jasa kapital, dan manusia. Hal

ini membawa implikasi pada kelambatan dinamika sosial, ekonomi, dan

budaya masyarakat nelayan.

4. Keterbatasan modal usaha atau intervensi sehingga menyulitkan nelayan

meningkatkan kegiatan ekonomi perikanannya.

5. Adanya relasi sosial ekonomi yang "eksploitatif" dengan pemilik perahu dan

pedagang perantara (tengkulak) dalam kehidupan masyarakat nelayan.

6. Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan sehingga berdampak

terhadap peningkatan skala usaha dan perbaikan kualitas hidup mereka.


27

7. Kesejahteraan sosial nelayan yang rendah sehingga mempengaruhi mobilitas

sosial mereka.

2.5. Relevansi Praktik Pekerjaan Sosial dengan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang dianggap sebagai akar dari masalah-

masalah sosial. Kemiskinan salah satunya disebabkan karena pekerjaan yang

memiliki pendapatan cukup rendah. Salah satunya adalah pekerja sebagai nelayan.

Meskipun tidak semua nelayan mengalami kemiskinan, tetapi terdapat nelayan

yang berada digaris kemiskinan. Jaringan sosial kelompok nelayan dapat

memperkuat hubungan antar anggotanya dan dapat membuat rencana-rencana

penyelesaian masalah seperti menghadapi kondisi saat masa tidak melaut. Pekerja

sosial dapat membantu masalah jaringan sosial yang dimiliki kelompok nelayan

untuk menghadapi kondisi saat masa tidak melaut. Jaringan sosial kelompok

nelayan yang kuat dapat membantu anggota kelompok nelayan terhindar dari

kondisi saat tidak melaut yang dapat menyebabkan nelayan mengalami kerugian.

Kerugian tersebut dapat menyebabkan anggota kelompok nelayan sulit untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya akibat tidak adanya pemasukan keuangan

karena tidak bisa melaut untuk mencari ikan yang kemudian di jual.

Pekerja sosial dapat membantu para nelayan dengan memaksimalkan

jaringan sosialnya. Seperti membantu menguatkan komunikasi, kerjasama dan

koordinasi antara nelayan dengan perangkat desa/kota dengan metode yang sudah

dipelajari oleh pekerja sosial untuk menangani kondisi saat masa tidak melaut.
28

2.6. Pengertian Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial merupakan suatu kegiatan profesional yang membantu

individu, keluarga, ataupun masyarakat dalam meningkatkan atau memulihkan

kemampuan mereka berfungsi sosial dan untuk menciptakan kondisi yang

mendukung tujuan-tujuan ini. Ilmu pekerjaan sosial sangat berhubungan dengan

kesejahteraan sosial. Hal ini dikarenakan pekerjaan sosial merupakan suatu

profesi yang membantu meningkatkan keberfungsian sosial (social functioning)

individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat dalam memecahkan masalah

yang dihadapi guna meningkatkan kesejahteraan sosial.

Menurut Max Siporin (1975:3) "Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai

metode institusi sosial untuk membantu orang-orang guna mencegah dan

menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan meningkatkan

keberfungsian sosialnya. "Menurut Allen Pincus dan Anne Minahan (1973:9)

"Pekerjaan sosial berurusan dengan interaksi antara orang-orang dan lingkungan

Sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya,

mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka."

Pekerjaan sosial merupakan aktivitas profesional untuk menolong individu,

kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas

mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang

kondusif untuk mencapai tujuan tersebut. Pekerjaan Sosial dalam intervensi

terhadap masalah-masalah sosial diarahkan pada upaya membantu dan menolong

individu, keluarga, kelompoak, dan masyarakat agar dapat berfungsi sosial sesuai

dengan status dan peranannya.


29

2.6.1. Tujuan Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial juga memiliki tujuan seperti profesi-profesi lain untuk

membuat pekerjaan sosial menjadi profesi yang profesional. Tujuan dari

pekerjaan sosial menurut NASW, (1981, dalam DuBois & Miley, 2005, 11-12).

Tujuan pekerjaan sosial adalah:

1. Meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengatasi, dan

perkembangan.

2. Menghubungkan mereka dengan sumber-sumber.

3. Mengusahakan perubahan-perubahan yang mendorong organisasi-organisasi

dan badan-badan sosial agar lebih responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan

masyarakat.

Tujuan pekerjaan sosial adalah pertolongan individu, kelompok dan

masyarakat yang bekerja bersama dengan mereka untuk menyelesaikan

masalahnya. Usaha-usaha pertolongan tersebut seperti meningkatkan kemampuan

klien, menghubungkan dengan sumber dan melakukan perubahan dalam diri

klien.

2.6.2. Fungsi Pekerjaan Sosial

Menurut Max Siporin fungsi dasar pekerjaan sosial menjadi empat bagian

yaitu:

1. Mengembangkan, memelihara dan memperkuat sistem kesejahteraan sosial

sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia,

2. Menjamin memadainya standar-standar subsistensi, kesehatan dan

kesejahteraan bagi semua orang


30

3. Meningkatkan kemampuan orang untuk melaksanakan fungsinya secara

optimal sesuai dengan status dan peranan mereka di dalam institusi-institusi

sosial,

4. Mendorong dan meningkatkan ketertiban sosial serta struktur institusional

masyarakat.

Fungsi pekerjaan sosial menjelaskan kewajiban yang dimiliki oleh pekerja

sosial dalam melakukan proses pertolongan. Pekerja sosial memiliki fungsi untuk

mengembangkan, memperkuat dan menjamin kesejahteraan sosial bagi klien.

Selain itu pekerja sosial dapat meningkatkan kemampuan dan meningkatkan

struktur di dalam masyarakat.

2.6.3. Metode dalam Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial dalam praktiknya memerlukan metode-metode sesuai

dengan bidang pekerjaan sosial masing-masing. Menurut Wibhawa (2010:92)

metode pekerjaan sosial adalah sebagai berikut:

1. Social Case Work, metode ini bersifat individual dan merupakan satu

pendekatan dengan tujuan membantu individu yang memiliki masalah, baik

bersifat eksternal maupun internal. banyak digunakan oleh para pekerja sosial

dalam berbagai pelayanan sosial dan institusi.

2. Social Group Work, suatu metode untuk bekerja dengan menghadapi orang-

orang dalam satu kelompok untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan

fungsi sosial individu.

3. Community Organization/Community Development (COCD), metode ini

berbasis masyarakat yang berarti pengorganisasian masyarakat agar


31

masyarakat terdorong untuk melaksanakan kegiatan guna mencapai

kesejahteraannya sendiri.

Metode-metode tersebut membantu pekerja sosial dalam melaksanakan

praktiknya untuk menolong individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Metode casework banyak digunakan pada individu yang merasakan penurunan

kualitas dan atribut kemanusiaannya. Metode ini berfokus pada penanganan

masalah individu dan keluarga. Groupwork bertujuan untuk membantu kelompok

dalam meningkatkan keberfungsian sosial dan untuk mengatasi secara lebih

efektif masalah-masalah pribadi, kelompok dan masyarakat. Metode COCD dapat

digunakan untuk membantu masyarakat meningkatkan diri mereka sendiri melalui

suatu aktivitas-aktivitas kolektif.

2.6.4. Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial

Menurut Henry S. Maas (dalam Isbandi, 2013:4), ada enam prinsip dasar,

dalam praktek pekerjaan sosial, antara lain:

1. Penerimaan (Acceptance), pekerja sosial harus berusaha menerima klien

mereka apa adanya tanpa menghakimi klien tersebut.

2. Komunikasi (communication), berkaitan erat dengan kemampuan untuk

menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien.

3. Individualisasi (individualization), pekerja osial menganggap setiap individu

berbeda antara satu dengan yang lain.

4. Partisipasi (participation), pekerja sosial didorong untuk menjalankan peran

sebagai fasilitator.
32

5. Kerahasiaan (confideantially), pekerja sosial harus menjaga kerahasiaan dari

kasus yang sedang ditanganinya.

6. Kesadaran diri petugas (worker self-awareness), prinsip ini menuntut pekerja

sosial untuk bersikap profesional dalam menjalin relasi dengan relasinya.

Prinsip-prinsip ini perlu diperhatikan oleh pekerja sosial dalam

melaksanakan praktiknya. Pekerja sosial menerima klien tanpa "menghakimi"

klien terlebih dahulu. Kemampuan pekerja sosial, untuk menerima klien dengan

sewajarnya, akan banyak membantu perkembangan relasi antara pekerja sosial

dengan kliennya. Prinsip komunikasi berkaitan dengan kemampuan pekerja sosial

untuk menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien, baik

verbal maupun nonverbal. Individual pada intinya menganggap setiap individu

berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga seorang pekerja sosial haruslah

menyesuaikan cara memberikan bantuan dengan setiap kliennya. Partisipasi

pekerja sosial bentuknya seperti harus mengajak kliennya untuk berperan aktif,

untuk menangani masalah yang dialaminya. Pekerja sosial juga perlu menerapkan

prinsip kerahasiaan agar informasi dari klien tidak diketahui orang lain.

2.6.5. Peranan Pekerjaan Sosial

Pekerja sosial memiliki peran untuk membantu individu menyelesaikan

masalah dengan peran-peran yang dapat dilakukan seorang pekerja sosial. Pekerja

sosial memiliki banyak peranan untuk menangani masalah klien. Peranan ini

dapat memudahkan pekerja sosial dalam menentukan usaha pertolongan yang

akan dilakukan. Menurut Zastrow (1999 :14-15) terdapat beberapa peranan yang
33

dimiliki oleh pekerja sosial dalam rangka untuk membantu menyelesaikan

masalah. Peranan yang dimiliki pekerja sosial tersebut diantaranya:

1. Motivator. Pekerja sosial berperan memberikan motivasi dan penguatan serta

dorongan kepada kelompok nelayan untuk membuat hidup mereka menjadi

lebih baik.

2. Educator. Pekerja sosial berperan meningkatkan kesadaran kelompok nelayan

bahwa pentingnya jaringan sosial dalam menghadapi masalah khususnya saat

masa tidak melaut. Selain itu, memberikan pengetahuan yang berisi teori dan

informasi kepada nelayan untuk memperkuat jaringan sosial yang sudah atau

akan dibentuk oleh kelompok nelayan.

3. Broker. Peran sebagai broker yaitu menghubungkan nelayan dengan pihak-

pihak terkait seperti perangkat desa untuk menunjang keberhasilan jaringan

Sosial yang telah dibentuk.

4. Fasilitator. Peran sebagai fasilitator yaitu pekerja sosial memfasilitasi

nelayan untuk membuat jaringan sosial yang dapat membantu nelayan-

nelayan saat masa tidak melaut.

5. Social Planner. Pekerja sosial sebagai perencana sosial mengumpulkan data

mengenai masalah saat masa tidak melaut yang dialami nelayan, menganalisa

dan memberikan alternatif tindakan berdasarkan sumber jaringan sosial

kelompok nelayan.

Peranan yang dimiliki pekerja sosial disesuaikan dengan permasalahan yang

ada, sehingga pekerja sosial tidak menggunakan atau melakukan semua peran-

peran yang ada. Peran yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam penelitian ini
34

diantaranya adalah sebagai broker, motivator, educator, fasilitator dan social

planner. Pekerja sosial diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah klien

dengan sesuai tepat dengan telah peran-peran ditentukan.

2.7. Kerangka Pikir

Kerangka pikir jaringan sosial kelompok nelayan saat masa tidak

melaut di Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara Kalimantan

Tengah, adalah sebagai berikut:

Permasalahan Jaringan sosial Harapan yang akan


kelompok nelayan mempunyai fungsi- dicapai adalah:
saat masa tidak fungsi diantaranya:
melaut adalah 1. Jaringan sosial
sebagai berikut: 1. Komunikasi nelayan dalam
2. Kerjasama kelompok-
1. Cara nelayan
3. Koordinasi kelompok
dalam
(Kusnadi, nelayan
menghadapi 1998)
masa tidak menjadi kuat.

melaut. 2. Jaringan sosial

2. Kurangnya kelompok

jaringan nelayan

sosial dengan pihak

kelompok luar menjadi

nelayan. maksimal.

3. Jaringan 3. Kelompok

sosial yang nelayan dapat

dimiliki meningkatkan

kelompok kemampuan

nelayan mengenai

belum antisipasi masa

maksimal. tidak melaut.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan

metode deskriptif dan menggunakan model studi kasus atas dasar untuk menggali

lebih dalam agar peneliti mendapatkan penghayatan, pengalaman, pemahaman

mengenai Jaringan Sosial Masyarakat Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak

Melaut di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah.

Menurut Lexy J. Moleong (2009) menyatakan bahwa:

"Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami


fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll. Secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah".

Sedangkan menurut Sugiyono (2010) pengertian metode penelitian kualitatif

adalah:

"Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,


digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada
generalisasi”.

Alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena peneliti ingin

mendapatkan data yang lebih lengkap, lebih mendalam, credible dan bermakna

tentang permasalahan penelitian. Disamping itu peneliti ingin mengetahui tentang

karakteristik nelayan, jaringan sosial masyarakat kelompok nelayan saat tidak

melaut, serta harapan nelayan dalam menghadapi masalahnya.

35
36

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

tunggal terhadap jaringan sosial masyarakat kelompok nelayan saat masa tidak

melaut yang berada di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara,

Kalimantan Tengah. Studi kasus dilakukan dengan tujuan agar peneliti dapat

memberikan gambaran secara lebih mendetail dan lebih mendalam tentang

jaringan sosial masyarakat kelompok nelayan saat masa tidak melaut yang berada

di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah dengan

beberapa aspeknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maxfield (1930) dalam

Nazir (1988) yang menyatakan bahwa:

"Studi kasus adalah penelitian tentang subjek penelitian yang berkenaan


dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek
penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, masyarakat. Tujuan
studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang
latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus".

Dengan demikian, penelitian ini mengarah pada bentuk studi kasus tunggal

yaitu berupa mencari kebenaran ilmiah dengan cara mempelajari secara mendalam

dan dalam jangka waktu yang lama, bukan banyaknya individu yang menjadi

dasar pertimbangan penarikan kesimpulan, melainkan ketajaman penelitian

terhadap jaringan sosial masyarakat kelompok nelayan saat masa tidak melaut

yang berada di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara, Kalimantan

Tengah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

memberikan gambaran aktual secara empirik terhadap jaringan sosial masyarakat

kelompok nelayan saat masa tidak melaut yang berada di Kecamatan Pantai

Lunci, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah.


37

3.2. Deskripsi Latar dan Sumber Data

3.2.1. Deskripsi Latar

Menurut Sugiyono (2005), latar penelitian kualitatif meliputi keseluruhan

situasi sosial yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Berdasarkan asumsi tersebut, aspek tempat dalam penelitian ini adalah

terletak di Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara, dengan aspek pelaku

(actor) adalah para informan baik itu keluarga nelayan ataupun instansi

pemerintahan yang terkait. Aspek aktivitas adalah aktivitas dari nelayan itu

sendiri saat turun kelaut ataupun saat tidak melaut. Karena waktu nelayan turun ke

laut tidak menentu tergantung dengan kondisi cuaca. Apabila cuaca buruk,

nelayan tidak dapat turun ke laut untuk mencari ikan. Ketiga aspek tersebut

merupakan satu kesatuan situasi sosial yang menjadi fokus latar peneliti.

3.2.2. Sumber Data

Lofland and Lofland dalam Moleong (1997), menjelaskan bahwa sumber

data utama adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.

Dengan demikian jenis data dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber

data tertulis, foto dan statistik yang dapat diperoleh dari:

3.2.2.1. Data primer

Menurut Neuman dalam Moleong (1997) bahwa responden dalam

penelitian kualitatif disebut informan. Informan adalah orang-orang dalam latar


38

penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian.

Dengan demikian, pada dasarnya informan adalah orang-orang yang

diamati dan memberikan data berupa kata-kata atau tindakan, serta mengetahui

dan mengerti masalah penelitian. Teknik yang digunakan dalam penarikan

informan ini adalah purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan

tujuan).

Dalam penelitian ini, adapun informan yang dimaksud adalah Nelayan di

Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara. Penelitian menentukan informan

dengan kriteria bahwa orang-orang tersebut mengetahui dengan jelas

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu

mengenai Jaringan Sosial Masyarakat Kelompok Nelayan Dalam Menghadapi

Gagal Melaut, sehingga dari informan tersebut dapat diperoleh data informasi

yang valid.

3.2.2.2. Data sekunder

1. Sumber tertulis terutama dalam bentuk dokumen, tulisan ilmiah baik yang

terdapat pada instansi-instansi terkait maupun di perpustakaan yang

mendukung dalam penelitian terhadap Jaringan Sosial Masyarakat Kelompok

Nelayan Saat Masa Tidak Melaut di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten

Sukamara, Kalimantan Tengah.

2. Data statistik, yang dapat membantu memberikan gambaran tentang hal-hal

yang berkaitan dengan penelitian. Data ini dapat berupa data tentang jumlah

nelayan maupun jumlah penduduk yang terdapat dalam latar penelitian.


39

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Wawancara Mendalam (indepth interview)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara wawancara yang antara

peneliti dengan informan. Wawancara mendalam ini dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Dalam pelaksanaan penelitian ini,

teknik wawancara yang peneliti gunakan ialah:

Pertama : wawancara terbuka yakni peneliti secara langsung menemui informan

dan mengutarakan maksud dan tujuan wawancara serta memberikan untuk

informasi kesediaannya memohon yang diketahuinya tentang permasalahan

penelitian.

Kedua: wawancara tak terstruktur: yakni wawancara yang dilakukan secara lebih

bebas dan leluasa tanpa terikat oleh pedoman wawancara. Apabila ada respon baik

dari informan untuk memberikan informasi yang dimilikinya, maka dapat saja

teknik ini berubah menjadi teknik wawancara tersruktur, yakni wawancara yang

menempatkan informan sebagai kerabat, yakni wawancara yang didahului

penjelasan secara terus terang tentang maksud dan tujuan penelitian sehingga

permasalahan dianggap milik bersama.

3.3.2. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencacatan dari

obyek yang diteliti. Teknik ini didasarkan atas pengalaman secara langsung dan

memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

perilaku dan kejadian tersebut sebagaimana yang terjadi pada keadaan

sebenarnya.
40

3.3.3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mempelajari data

berupa hasil penelitian, laporan dan data lain yang berhubungan dengan obyek

penelitian. Teknik ini dipergunakan dalam mendapatkan data-data mengenai

lokasi penelitian diantaranya data demografis geografis dan profil Kecamatan

Pantai Lunci.

3.3.4. Teknik Pemeriksaan

Keabsahan data untuk dapat dipertanggungjawabkan mengenai kebenaran

data yang terkumpul oleh peneliti melalui wawancara mendalam, studi

dokumentasi, dan pengamatan agar sesuai dengan kondisi nyata pada latar

penelitian, maka perlu diberikan interprestasi dan kesimpulan, sehingga data tidak

diragukan dan benar-benar teruji keasliannya tidak dibuat-buat atau melakukan

plagiat.

Lexy J. Moleong (2010), mengemukakan bahwa pemeriksaan data

menggunakan kriteria kredibilitas dengan teknik pemeriksaan data sebagai

berikut:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan peneliti kemungkinan meningkatkan

derajat kepercayaan data yang dikumpulkan karena peneliti dapat menguji

kebenaran informasi yang diperoleh. Teknik ini menuntut peneliti terjun ke

lokasi dalam waktu yang relatif lama. Teknik ini juga dimaksudkan untuk

membangun kepercayaan terhadap objek yang diteliti peneliti yaitu informan

dan juga kepercayaan diri peneliti.


41

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan-persoalan atau isu-

isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

3. Triangulasi

Memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang telah diperoleh

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Tujuannya mencek kebenaran data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain

di luar sebagai data pembanding. Hal- hal yang menjadi pembanding antara

lain:

1) Hasil observasi dengan hasil wawancara.

2) Aktivitas masyarakat nelayan dengan hasil wawancara.

3) Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang

berkaitan dengan penelitian.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data

menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk

dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan. Pada

hakekatnya analisis data mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan

kode, dan mengkategorikan data dengan tujuan menemukan tema dan hipotesis

kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansif (Lexy J. Moleong, 2010).

Urutan langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut:


42

3.4.1. Proses

Peneliti memproses satuan analisis dari data berdasarkan apa yang ada

dalam latar penelitian, baik dari data primer yang diperoleh melalui wawancara

dengan para informan yang diperkuat dengan observasi atau pengamatan. Semua

data tersebut baik yang berupa rekaman, catatan, maupun dokumentasi, dicatat

kembali dengan memilih data dan informasi yang pokok atau hal-hal yang penting

untuk dicatat yakni data dan informasi yang sesuai dengan aspek- aspek penelitian

(subproblematik), sehingga data dan informasi tersebut akan dapat memberikan

gambaran yang lebih jelas tentang terhadap Jaringan Sosial Masyarakat Kelompok

Nelayan Saat Masa Tidak Melaut di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten

Sukamara, Kalimantan Tengah.

3.4.2. Kategorisasi

Peneliti memulai dengan beberapa hal yang diketahui tentang karakteristik

nelayan, Jaringan Sosial Masyarakat Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut,

serta harapan Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut, tetapi jelas-jelas

terputus sebagai butir-butir informasi. Terputus di sini berarti bahwa hubungan ini

tidak dipahami, tetapi kasus yang diketahui dan dipahami oleh peneliti dikaitkan

agar menjadi sesuatu yang dipahami.

Kategorisasi merupakan seperangkat turmpukan yang disusun atas dasar

pemikiran, intuisi, pendapat dan kriteria tertentu. Langkah-langkah

pengkategorian adalah:

1. pemberian nama pada setiap kategori,


43

2. pemberian keputusan pada tiap kategori yang tampak hampir sama sehingga

benar-benar sesuai dengan kategori,

3. menempatkan data pada kategori yang mantap,

4. menyusun kategori baru bila ada data yang belum dapat masuk dalam

kategori yang ada dan sudah dimantapkan,

5. penelaahan terhadap setiap kategori dan untuk memastikan perlu dibuat daftar

aturan,

6. menelaah kembali data yang masih layak untuk dipertahankan,

7. pengujian kategori untuk menemukan hubungan,

8. membuat strategi perluasan, pengaitan hubungan dalam pengumpulan dan

pengapungan,

9. penghentian dalam pengumpulan data dan pemrosesan serta,

10. mengevaluasi pengkategorian secara menyeluruh dari awal sampai akhir

dalam pengkategorian data.

3.4.3. Penafsiran Data

Peneliti menafsirkan data yang telah diproses dan dikategorisasikan

tersebut. Penafsiran disesuaikan dengan apa yang ada di latar penelitian. Proses

penafsiran data dilakukan dengan cara berkesinambungan. berkesinambungan

menelusur. Menelusur berkaitan dengan pertimbangan riwayat proses secara

menyeluruh.

Riwayat proses ini meliputi gambaran karakteristik karakteristik nelayan,

Jaringan Sosial Masyarakat Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut, serta

harapan Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut.


44

Dari tafsiran data tersebut selanjutnya ditarik kesimpulan yang dapat

memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian, yang selanjutnya dapat

digunakan untuk menyusun program pemecahan masalah berdasarkan temuan

hasil penelitian.

3.5. Jadwal dan Langkah-Langkah Penelitian

3.5.1. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan, akan dilakukan dalam waktu satu bulan di

lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara,

Kalimantan Tengah.

3.5.2. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang akan ditempuh dalam penelitian ini akan

disesuaikan dengan jadwal dan kondisi lokasi penelitian. Adapun garis besar dari

penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemilihan lokasi penelitian

2. Pengajuan judul penelitian

3. Penyusunan dan pengajuan proposal

4. Pengurusan perijinan penelitian

5. Penjajakan dan penilaian lapangan

6. Penelitian, pendekatan dan pemanfaatan informan

7. Proses pengumpulan data lapangan

8. Analisis data dan hasil penelitian

9. Bimbingan dan penulisan laporan penelitian

10. Pengesahan hasil penelitian


45

Untuk lebih jelasnya jadwal dan langkah penelitian dapat dilihat pada tabel

3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Kualitatif 2019-2020

Tahun Pelaksanaan
No Kegiatan 2019 2020
Jul Agus Des Jan Apr Mei Jun
Pengajuan
1.
Judul
Bimbingan
2.
Proposal
3. Seminar
Pengumpulan
4.
Data
Pengolahan
5.
Data
Bimbingan
6.
Penulisan
7. Ujian Skripsi
8. Pengesahan
Keterangan:
1. Pada bulan September, Oktober dan November 2019 tidak dijadwalkan untuk
kegiatan skripsi, melainkan kegiatan Praktikum II.
2. Pada bulan Februari, Maret dan April 2020 terdapat kegiatan Praktikum III.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Kondisi Geografis

Kecamatan Pantai Lunci merupakan salah satu Kecamatan yang

berada di Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah. Kecamatan

Pantai Lunci terletak antara 03°03’ Lintang Selatan 03º 07' Lintang

Selatan dan 111001’ Bujur Timur 111°16’ Bujur Timur. Kecamatan

Pantai Lunci mempunyai luas sebesar 804 km2. Kecamatan Pantai

Lunci sendiri terdiri dari empat Desa yaitu ibu kota Kecamatan

terletak pada Desa Sungai Cabang Barat, tiga desa lainnya yaitu Desa

Sungai Damar, Desa Sungai Tabuk dan Desa Sungai Pasir.

Tabel 4.1. Persentase Luas Wilayah Kecamatan Pantai Lunci

Nama Desa Luas Wilayah km2 Persentase %


Sungai Damar 96 11.94
Sungai Tabuk 323 40.17
Sungai Cabang
98 12.19
Barat
Sungai Pasir 287 35.7
Jumlah 804 100

Dari empat Desa tersebut, Desa Sungai Tabuk merupakan desa

terluas di Kecamatan Pantai Lunci, sekitar 323 km2, dan Desa Sungai

Damar merupakan desa terkecil, dengan luas 96 km2.

46
47

Karakteristik wilayah di Kecamatan Pantai Lunci bagian barat

dan utara memiliki ketinggian 0-25m di atas permukaan laut,

sedangkan wilayah selatan merupakan wilayah dataran rendah yang

berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Suhu rata-rata di Kecamatan

Pantai Lunci pada tahun 2017 sebesar 26,6°C, dengan suhu minimum

pada 22,0°C dan suhu maksimum pada 34,4°C. Kelembaban di

Kabupaten Sukamara pada tahun 2017 berada di antara 56–100

persen, dengan rata-rata 88,00 persen.

Kecamatan Pantai Lunci mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukamara Kabupaten

Sukamara;

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa;

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Arut Selatan

Kabupaten Kotawaringin Barat;

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jelai Kabupaten

Sukamara.

4.1.2. Kondisi Demografis

Penduduk Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara

Kalimantan Tengah ini merupakan masyarakat yang homogen yaitu

memiliki budaya dan etnis yang sama dan hampir semua adalah orang

Kalimantan asli bahkan di wilayah Kecamatan Pantai Lunci itu sendiri

adalah masyarakat yang sudah dari dulu tinggal disana secara turun-
48

menurun dan hanya sebagian kecil saja yang berasal dari kecamatan

dan desa lain dan memiliki rasa kekeluargaan serta gotong-royong

yang tinggi. Berdasarkan profil Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten

Sukamara Kalimantan Tengah tahun 2017 Kecamatan Pantai Lunci

memiliki jumlah penduduk sebanyak 5.727 jiwa terdiri dari 2.929 jiwa

laki-laki dan 2.798 jiwa perempuan.

Untuk mengetahui jumlah penduduk Kecamatan Pantai Lunci lebih

jelas lagi, dapat dilihat pada jumlah penduduk menurut kelompok

umur dan jenis kelamin pada tahun 2017 sebagai berikut:

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Pantai Lunci Menurut


Kelompok Usia Dan Jenis Kelamin Tahun 2017
No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
(Tahun)
1 0-9 571 589 1.160
2 10-19 490 490 980
3 20-29 577 551 1.128
4 30-39 543 523 1.066
5 40-49 401 341 742
6 50-59 207 176 383
7 60 > 140 128 268
Jumlah 2.929 2.798 5.727
Sumber: Profil Kecamatan Pantai Lunci 2017
Jumlah penduduk Kecamatan Pantai Lunci pada tabel 4.2

tersebut, menyatakan bahwa penduduk terbanyak didominasi oleh

umur 0-9 tahun dengan jumlah laki-laki 571 jiwa dan perempuan 589

jiwa sedangkan penduduk yang paling sedikit terdapat pada golongan

umur 60 > tahun dengan jumlah laki-laki sebanyak 140 jiwa dan

perempuan sebanyak 128 jiwa.


49

Pendidikan memiliki peranan yang luar biasa dalam

pembangunan manusia. Kemampuan intelektual yang tinggi dapat

terwujud jika sistem pendidikan dapat diterapkan dengan baik.

Beberapa unsur penunjang sistem pendidikan antara lain gedung

sekolah, tenaga pengajar dan murid. Ketersediaan fasilitas pendidikan

baik SD, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat sudah terdapat diseluruh

desa Kecamatan Pantai Lunci. Dapat dilihat pada tabel 4.3. sebagai

berikut:

Tabel 4.3. Jumlah Pendidikan Di Kecamatan Pantai Lunci


No Pendidikan Jumlah Pendidikan
1 Taman Kanak-kanak 6
2 Sekolah Dasar 8
3 Sekolah Menengah Pertama 2
4 Sekolah Menengah Atas 1
Sumber: Profil Kecamatan Pantai Lunci tahun 2017.
Tabel 4.3. diatas menunjukkan bahwa jumlah pendidikan yang

tersebar disetiap desa di Kecamatan Pantai Lunci terdapat Taman

Kanak-kanak dengan jumlah 6 sekolah, terdapat Sekolah Dasar yang

berjumlah 8 sekolah, terdapat Sekolah Menengah Pertama yang

berjumlah 2 sekolah, serta terdapat Sekolah Menengah Atas dengan

jumlah 1 sekolah.

Komposisi penduduk menurut keyakinan di Kecamatan Pantai

Lunci seragam semua yaitu seluruh penduduknya beragama muslim.

Hal ini menjadikan Kecamatan Pantai Lunci hanya memiliki fasilitas

tempat ibadah yaitu Masjid dengan jumlah 5 bangunan dan mushola


50

dengan jumlah 12 bangunan yang tersebar disetiap desa di Kecamatan

Pantai Lunci.

Tabel 4.4. sarana dan prasarana di Kecamatan Pantai Lunci


No Nama Sarana Prasarana Jumlah
1 TK 6
2 SD 8
3 SMP 2
4 SMA 1
5 BUMDES 1
6 Lapangan olahraga 5
7 Masjid 5
8 Mushola 12
9 Puskesmas 1
10 Ruang multi fungsi 1
11 Tempat wisata 2
Sumber: Profil Kecamatan Pantai Lunci tahun 2017.

Tabel 4.4. menjelaskan tentang fasilitas sarana dan prasarana

yang dimiliki oleh Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara

Kalimantan Tengah dalam pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat. Berbagai fasilitas ini adalah yang selalu digunakan dan

sangat penting yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan pendidikan, kesehatan maupun tempat ibadah sehingga

tidak perlu ketempat yang lebih jauh dalam mendapatkan fasilitas dan

pelayanan yang mereka butuhkan.


51

4.1.3. Kondisi Sosiografis

Penduduk Kecamatan Pantai Lunci adalah masyarakat homogen

dalam soal budaya dan kebiasaan yang merupakan penduduk asli

Kalimantan. Memang sebagian kecil berasal dari luar Kecamatan

Pantai Lunci, akan tetapi masih memiliki budaya dan kebiasaan yang

sama yaitu adat dan budaya pulau Kalimantan. Dengan banyaknya

persamaan lat belakang budaya, kebiasaan, bahasa dan lain sebagainya

mengakibatkan interaksi yang terjadi dalam wilayah Kecamatan

Pantai Lunci terjalin sangat baik. Hubungan kekeluargaan ini

disebabkan juga karena karakter masyarakat disana yang masih

tradisional.

Masyarakat Kecamatan Pantai Lunci dalam segi agama seluruh

penduduknya beragama islam. Tidak adanya agama lain yang masuk

di Kecamatan Pantai Lunci. Hal ini juga menyebabkan pada tempat

ibadah yang ada hanya tempat ibadah untuk yang beragama islam,

tidak ada tempat ibadah selain agama islam. Oleh karena itu penduduk

Kecamatan Pantai Lunci budayanya sangat kental dengan agama islam

dan menjunjung tinggi dari segi keagamaan mereka. Aktifitas lain

yang mempererat ikatan diantara warga adalah pengajian yang

dilakukan sekali dalam seminggu

Dengan keakraban dan rasa kekeluargaan yang tinggal di

Kecamatan Pantai Lunci, musyawarah dan mufakat itu selalu

dilakukan dalam masyarakat, baik itu untuk merencanakan sesuatu


52

kegiatan maupun dalam pelaksanaannya. Termasuk juga dalam

menyelesaikan setiap masalah yang timbul dalam pergaulan hidup

masyarakat. Masyarakat Kecamatan Pantai Lunci selalu berpatokan

pada hukum adat yang berlaku dan bila terjadi penyimpangan akan

langsung diberikan sanksi hukum adat yang berlaku dan hal itu juga

hasil dari musyawarah dan mufakat bersama berat atau ringannya

pelanggaran yang dilakukan seseorang.

4.1.4. Pengalaman Lapangan Peneliti

Kegiatan penelitian tentang Jaringan Sosial Masyarakat

Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut Di Kecamatan Pantai

Lunci Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah, secara keseluruhan

berjalan dengan lancar. Pengurusan ijin dan administrasi penelitian

dimulai sejak keluarnya surat ijin penelitian dari kampus Politeknik

Kesejahteraan Sosial Bandung. Setelah mendapatkan surat ijin

penelitian tersebut, peneliti berangkat ke lokasi penelitian yaitu di

Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah.

Selanjutnya, berbekal surat ijin dari kampus Politeknik Kesejahteraan

Sosial Bandung, peneliti mengurus ijin penelitian kepada Pemerintah

Kabupaten Sukamara dalam hal ini kantor Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Sukamara.

Berbekal surat dari KESBANGPOL Kabupaten Sukamara,

kemudian peneliti berkunjung ke Kecamatan Pantai Lunci sebagai

lokasi penelitian. Peneliti menyampaikan surat ijin dari kampus


53

POLTEKESOS Bandung yang ditujukan kepala Camat Kecamatan

Pantai Lunci. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan di Kecamatan Pantai Lunci. Peneliti diterima

dengan baik oleh Camat Kecamatan Pantai Lunci dan kemudian

mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

Bahasa dan komunikasi peneliti dengan masyarakat Kecamatan

Pantai Lunci yaitu menggunakan Bahasa Daerah Melayu dan bahasa

Indonesia. Akan tetapi secara keseluruhan, dalam berkomunikasi

masyarakat Kecamatan Pantai Lunci menggunakan bahasa daerah

Melayu karena sebagian dari mereka tidak cukup lancar berbahasa

Indonesia. Selama berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan

interaksi dengan informan seperti ikut nongkrong, bermain dipantai

dengan pemuda disana serta berkunjung kerumah informan dan

berbincang-bincang dengan masyarakat Kecamatan Pantai Lunci.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Informan

Informan merupakan orang yang memberikan informasi dan data

tentang penelitian serta berada di lokasi penelitian. Informan juga

merupakan sumber data utama dalam penelitian ini. Berkaitan dengan

judul penelitian yang dilaksanakan peneliti yaitu “Jaringan Sosial

Masyarakat Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut Di

Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah”,


54

maka informan dalam penelitian ini adalah nelayan yang tinggal di

Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah.

Nelayan Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara yang

dijadikan informan dalam penelitian ini merupakan orang yang

berprofesi sebagai nelayan yang artinya pekerjaan utamanya ialah

menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Informan

berjumlah 3 orang yang semuanya berprofesi sebagai nelayan dan

bertempat tinggal di Kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara

Kalimantan Tengah. Karakteristik dari informan tersebut akan

dijelaskan berikut ini:

1. Informan ALN

Informan ALN berusia 52 tahun, seorang kepala rumah

tangga beragama islam dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar

dan merupakan penduduk asli Kecamatan Pantai Lunci. Infroman

merupakan salah satu nelayan di Kecamatan Pantai Lunci yang

telah menjadi nelayan semenjak usia 16 tahun sampai sekarang.

Selain berprofesi sebagai nelayan ALN juga mempunyai usaha

kecil-kecilan yaitu warung. Dari pekerjaan ALN penghasilan setiap

bulannya yaitu Rp.900.000–Rp.1.400.000/bulan dan dengan

pengeluaran Rp.1.000.000/bulan.

ALN adalah seorang kepala rumah tangga yang tinggal

bersama istri dan tiga anaknya, dua laki-laki dan satu perempuan.

Karena keterbatasan biaya ke tiga anaknya merupakan lulusan


55

SLTP/sederajat dan tidak bisa lanjut ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Dua diantaranya bekerja sebagai nelayan serta satu

anak perempuannya hanya menjaga usaha warung yang mereka

miliki. Mereka tinggal dirumah yang sederhana terbuat dari

kayu/papan.

Gambar 4.1.
Peneliti Melakukan Wawancara Kepada Informan ALN

2. Informan RN

Informan RN berusia 50 tahun, RN merupakan seorang

kepala rumah tangga beragama islam dengan pendidikan terakhir

adalah Sekolah Dasar. RN merupakan penduduk asli Kecamatan

Pantai Lunci yang mengikuti pekerjaan dari orangtuanya yang juga

bekerja sebagai nelayan dan sesekali RN bekerja sebagai buruh

kebun sawit. Penghasilan RN sebagai nelayan serta buruh kebun

sawit sekitar Rp.1.500.000-Rp.2.000.000/bulan dengan

pengeluaran Rp.2.000.000-Rp2.500.000/bulan.

RN mempunyai satu istri dan dua anak, satu anak laki-laki

dan satu anak perempuan dan kedua anaknya lulus

SLTA/sederajat. Istri RN bekerja sebagai ibu rumah tangga dan


56

anak laki-lakinya bekerja membantu RN sebagai nelayan serta

anak perempuannya sudah berkeluarga. RN dan keluarga tinggal

dirumah yang cukup terbuat dari beton dan beralaskan keramik.

Gambar 4.2.
Peneliti Melakukan Wawancara Kepada Informan RN

3. Informal MRL

Informan MRL berusia 45 tahun, MRL merupakan seorang

kepala rumah tangga beragama islam dengan pendidikan terakhir

kelas 4 Sekolah Dasar. MRL merupakan penduduk asli Kecamatan

Pantai Lunci dan sejak usia 12 tahun sudah belajar cara menangkap

ikan karena orangtuanya adalah seorang nelayan dan sampai saat

ini MRL menggantungkan hidupnya dari hasil laut serta bekerja

sebagai kuli bangunan dengan jumlah penghasilan kedua

pekerjaannya yaitu Rp.800.000-Rp.1.300.000/bulan.

Istri MRL tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah

tangga yang mengurus satu anak perempuannya yang berusia 5

tahun. MRL mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya dengan

tinggal dirumah yang sederhana terbuat dari kayu/papan.


57

Gambar 4.3.
Peneliti Melakukan Wawancara Kepada Informan
MRL

4.2.2. Bagaimana Jaringan Komunikasi Kelompok Nelayan Saat Masa


Tidak Melaut

Komunikasi merupakan pertukaran informasi dari dua belah

pihak ataupun lebih. Jaringan komunikasi mengaitkan para kelompok

nelayan untuk berkomunikasi bagaimana upaya yang dilakukan,

kepada siapa dilakukan, apa saja hambatan yang dialami, berapa kali

kelompok berdiskusi, adakah ide/saran dalam mengatasi masalah,

apakah manfaat setelah bergabung dengan kelompok. Hal ini tentunya

penting untuk dilakukan oleh para nelayan dalam sebuah kelompok

untuk mengatasi masalah utama mereka yaitu pada saat masa tidak

melaut.

1. Bagaimana upaya yang dilakukan bersama kelompok nelayan


dalam menghadapi masalah saat masa tidak melaut karena
faktor alam?

Upaya dalam menghadapi masalah merupakan hal apa saja

yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi atau

dialami. Dalam kelompok nelayan, tentu memerlukan suatu upaya

yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah pada masa tidak


58

melaut untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Para kelompok

nelayan sudah melakukan beberapa upaya yang dilakukan untuk

mengatasi masalah yang mereka hadapi. Hal ini diungkapkan oleh

informan ALN yang menyatakan sebagai berikut:

Udaham bapak ni suah meajukan proposal bantuan ke Dinas


Perikanan di Sukemare tu dengan kelompok sida bapak ni,
meminta jaring dengan pukat untuk nangkap ikan tu. Adekali dua
tahun baru dapat alatnye tu itupun harus ade laporan sebulan
sekali untuk meliat alatnye tu masih ade kah kada, jar sida Dinas
te takut kali dijual sida bapak ni lagi bah. Bapak pun buka warung
jua untuk tambahan pemasukan ni barangam kan nambah sedikit-
dikit mun musim kada melaut ni.

(Sudah pernah kelompok bapak mengajukan proposal ke Dinas


Perikanan Sukamara, untuk meminta bantuan alat penangkap ikan
seperti jaring dan pukat. Sekitar dua tahun alat yang diajukan baru
terealisasikan dan harus ada laporan untuk satu bulan sekali apakah
alat digunakan dengan semestinya atau yang ditakutkan oleh Dinas
Perikanan alat itu dijual oleh kelompok bapak. Bapak juga
mempunyai warung kopi untuk penambahan pemasukan untuk
meringankan sedikit saat masa tidak melaut.)

Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari informan RN yang

mengungkapkan informasi tidak jauh berbeda, RN menuturkan

sebagai berikut:

Baru tahun semalam 2018 kelompok bapak mengajukan proposal


dana bantuan alat penangkap ikan tu. Tapi sampai tahun ini belum
ade dapat lagi bantuannye tu, entah dua tahun lagi kah tige tahun
baru dapat bantuannye. Semoge ja kan bise dapat nyaman jua kan
kena untuk melaut. Bapak pun begawi jua jadi buruh sawit untuk
nambah penghasilan ni apelagi kan saat mase kada mencari ikan.

(Baru tahun 2018 kemarin kelompok bapak mengajukan proposal


dana bantuan alat penangkap ikan. Tetapi sampai sekarang
proposal tersebut belum terealisasikan, mungkin dua sampai tiga
tahun lagi baru terealisasikan. Semoga saja bisa terealisasikan agar
memudahkan untuk melaut. Bapak juga bekerja sebagai buruh
sawit untuk penambahan penghasilan saat masa tidak menangkap
ikan.)
59

Dari pernyataan ALN dan RN, pernyataan informan MRL

juga senada sebagai berikut:

Kalo mase kada melaut ni kelompok bapak pernah meminta dana


untuk membeli perahu dengan mesinnye ke Dinas Perikanan tu,
cume sampai ini belum ade dapat lagi barangnye. Kada tauam
sida bapak ni kayak ape. Cume usahe sida kelompok bapak ni pun
mun kada melaut ni paling jadi tukang untuk sampingan tu
nambahi duit ni kan.

(Kalau saat masa tidak melaut kelompok bapak pernah meminta


dana untuk pembelian perahu serta mesinnya kepada Dinas
Perikanan, namun sampai sekarang barangnya belum juga
tersampaikan. Tidak tahu lagi harus bagaimana. Cuma usaha
kelompok bapak pada musim tidak melaut jadi kuli bangunan
untuk sampingan tambahan mencari uang.)

Dari pernyataan informan ALN tersebut mengenai bagaimana

upaya kelompok nelayan dalam menghadapi masalah pada saat

masa tidak melaut, kelompok mereka sudah berupaya dengan

mengajukan proposal ke Dinas Perikanan untuk mendapatkan

bantuan alat tangkap ikan yaitu jaring dan pukat. Dalam jangka

waktu hampir dua tahun barang yang diajukan pun terealisasikan.

Selain itu informan ALN mempunyai usaha kecil-kecilan yaitu

warung kopi untuk penambahan penghasilannya.

Pernyataan informan RN menyatakan bahwa upaya mereka

dalam menghadapi saat masa tidak melaut kelompok mereka juga

mengajukan proposal bantuan alat tangkap ikan. Namun sayangnya

sampai saat ini proposal tersebut belum dapat terealisasikan

barangnya. Kelompok informan RN sangat berharap untuk segera

terealisasikannya barang yang mereka ajukan kepada Dinas


60

Perikanan. Informan RN selain berprofesi sebagai seorang nelayan,

ia juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebagai buruh

sawit. Dari pekerjaan sampingannya sebagai buruh sawit dapat

sedikit membantu kebutuhan pokok keluarga.

Pernyataan yang diberikan oleh informan MRL pada kutipan

diatas tidak jauh berbeda dengan pernyataan yang diberikan oleh

ALN dan RN yang menyatakan bahwa upaya yang dilakukan

dalam menghadapi masalah masa tidak melaut kelompok MRL

juga pernah mengajukan proposal bantuan perahu beserta

mesinnya kepada Dinas Perikanan. Namun sampai saat ini

proposal yang diajukan belum ada tindak lanjut oleh pihak Dinas

Perikanan sehingga mereka belum mendapatkan barang yang

diajukan dalam proposal yaitu perahu beserta mesinnya. Perkara

saat masa tidak melaut, informan MRL selain bekerja sebagai

nelayan ia juga bekerja sebagai kuli bangunan demi memenuhi

kebutuhan pokok saat tidak melaut.

Berdasarkan dari semua pernyataan informan dapat

disimpulkan bahwa nelayan sudah melakukan upaya untuk

mengatasi saat masa tidak melaut dengan pengajuan proposal dan

mencari pekerjaan sampingan untuk pemenuhan kebutuhan

ekonomi mereka. Pada saat masa tidak melaut memang menjadi

suatu tantangan untuk para nelayan dalam memenuhi kebutuhan

ekomoni, jika tidak melaut lalu bagaimana cara untuk


61

mendapatkan uang selain dari hasil laut. Oleh karena itu para

nelayan harus mencari pekerjaan lain pada saat masa tidak melaut.

2. Kepada siapa informan mencari informasi mengenai masalah


saat masa tidak melaut?

Dalam penanganan masalah saat masa tidak melaut para

kelompok nelayan mencari tau bagaimana cara mengatasi masalah

tersebut dan kepada siapa mereka harus meminta pertolongan atau

bantuan agar bisa membantu menangani masalah yang mereka

alami. Karena keadaan saat masa tidak melaut para nelayan

kesulitan untuk pemenuhan ekonomi dan hanya sebagian dari

mereka yang memiliki pekerjaan sampingan dan masih banyak

yang bergantung pada penghasilan sebagai nelayan. Sehingga

keadaan ini menyulitkan para nelayan dan mengharuskan mereka

untuk mencari tahu kepada siapa yang bisa menangani masalah

saat masa tidak melaut. Pernyataan informan ALN tentang kepada

siapa informan mencari informasi mengenai masalah saat masa

tidak melaut sebagai berikut:

Pas mase kada melaut ni sida bapak mencari tau, begelaga dengan
kelompok lain kire-kire kayak ape membuat proposal dengan dinas
mane kite meajukan proposalnye tu. Pas pula semalam bapak ade
kenalan dengan sida Dinas Perikanan nah die tuam yang melajari
kayak ape membuat proposal bantuan segale macamnye tu.

(Saat masa tidak melaut kelompok bapak mencari tahu, berbincang


dengan kelompok lain kira-kira bagaimana cara membuat proposal
dan ke dinas mana kita mengajukan proposal tersebut. Kebetulan
kemarin bapak punya kenalan dari Dinas Perikanan, jadi dia yang
membantu memberi arahan bagaimana cara membuat proposal
bantuan dan yang lainnya.)
62

Pernyataan informan ALN juga diperkuat oleh informan RN

yang menyatakan informasinya tidak jauh berbeda, informaan RN

menyatakan sebagai berikut:

Ya munnye mase kada melaut sida bapak pernah mendatangi ke


kantor kecamatan minta bantuan dengan sidanye kayak ape care
mengatasi masalah ni. Soalnye mun kada melaut sida bapak uyuh
mencari pemasukan, ade gawian lain pun baye seberape mah
pendapatannye masih kurang jua.

(Ketika saat masa tidak melaut kelompok bapak pernah


mengunjungi ke kantor kecamatan untuk meminta bantuan
bagaimana cara mengatasi masalah ini. Karena jika tidak melaut
kelompok bapak susah mencari pemasukan, ada pekerjaan lain pun
Cuma kecil pendapatannya masih juga kurang.)

Ungkapan yang tidak jauh berbeda dari informan ALN dan

RN disampaikan oleh MRL yang mengungkapkan pernyataannya

sebagai berikut:

Sida bapak rancaknye bah begelagaan dengan sida yang lain tu


mencari info-info kan kalo ade gawian lain barangam. Semalam
suah dikunjungi langsung oleh Dinas Perikan Sukemare, pas
waktu itu ade kunjungan. Nah sida te menanya kayak ape kondisi
wayah ini, gawian melaut ade kendale kah kada. Mun mau alat
tangkap bise membuat proposal jar sidanye kena bise diuruskan
untuk membuat proposalnye tu.

(Kelompok bapak sering berbincang dengan kelompok lain


mencari info barangkali ada pekerjaan lain yang bisa membantu.
Kemarin juga pernah dikunjungi langsung oleh Dinas Perikanan
Sukamara, kebetulan waktu itu mereka ada kunjungan di
Kecamatan. Pihak Dinas Perikanan menanyakan bagaimana
kondisi sekarang, pekerjaan melaut ada kendala atau tidak. Jika
ingin diberi bantuan alat tangkap ikan bisa mengajukan proposal
kepada mereka Dinas Perikanan dan nanti akan dibantu untuk
pembuatan proposal.)

Pernyataan informan ALN diatas menjelaskan bahwa

kelompok mereka sering berbincang dengan kelompok nelayan


63

lain dengan maksud dan tujuan mencari tahu bagaimana cara

membuat proposal serta pengajuannya ke Dinas mana. Kebetulan

informan ALN mempunyai kenalan dari Dinas Perikanan

Kabupaten Sukamara, dan ALN bertanya bagaimana cara

pengajuan proposal, orang Dinas Perikanan pun membantu ALN

dengan memberikan arahan untuk pembuatan proposal agar dapat

membantu kelompok nelayan.

Pernyataan yang disampaikan informan RN menjelaskan

ketika kelompok mereka berkunjung ke kantor Kecamatan Pantai

Lunci untuk mencari informasi serta apakah bisa membantu

mereka dalam mengatasi masalah saat masa tidak melaut. Karena

pada saat masa tidak melaut mereka kesulitan untuk mencari

pemasukan, walau ada pekerjaan lain pekerjaan itu pun masih tidak

mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi para nelayan.

Informan MRL diatas juga menyampaikan pernyataan yang

senada dengan informan ALN dan RN yang menjelaskan

kelompok mereka juga sering berbincang dengan kelompok lain

untuk mencari informasi barangkali ada pekerjaan lain yang bisa

membantu ketika saat masa tidak melaut tiba. Kelompok informan

RN juga kebetulan pernah dikunjungi langsung oleh pihak Dinas

Perikanan Kabupaten Sukamara dan disana mempertanyakan

bagaimana kondisi para nelayan serta memberikan bantuan dan


64

arahan untuk mereka para kelompok nelayan bisa meminta bantuan

kepada pihak Dinas Perikanan Kabupaten Sukamara.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan informan diatas dapat

diketahui bahwa sebagian besar para nelayan masih

menggantungkan penghasilan mereka dari hasil melaut dan

keadaan tersebut dipersulit dengan keadaan saat masa tidak melaut

tiba. Meskipun sebagian kecil dari nelayan memiliki pekerjaan

lain, hal itu hanya membantu sedikit untuk pemasukan karena

mereka juga merasa masih kekurangan dalam pemenuhan

kebutuhan hidup.

3. Apakah hambatan yang informan alami ketika mencari


informasi mengenai masalah saat masa tidak melaut?

Dalam mencari informasi mengenai masalah saat masa tidak

melaut tentu tidak terhindar hambatan-hambatan yang dialami oleh

kelompok nelayan. Terjadinya hambatan ini bisa memperlambat

atau bahkan mempersulit para nelayan dalam mengatasi masalah

mereka yaitu saat masa tidak melaut. Hambatan apa saja yang

dialami oleh informan dalam menangani masalah saat masa tidak

melaut di ungkapkan oleh informan ALN sebagai berikut:

Untuk hambatan yang sida bapak rasekan ni semalam tu uyuh jua


mencari siape orang yang bise menolongi ni, sekalinye ade dan
sida memadahi bapak pun enda begitu paham maksud sidanye.
Mane pulakan ade pikiran mau membuat proposal nah sida bapak
tu kada tau ape-ape membuat proposal ni kayak ape maklum ja
kan lulusan SD ni, dan pula membuatnye harus pakai laptop
sementare sida bapak enda ade.
65

(Untuk hambatan yang kelompok bapak rasakan kemarin itu susah


mencari tahu kepada siapa orang yang bisa membantu, kebetulan
ada yang membantu dan mereka memberitahukan bagaimana
caranya mengatasi masalah ini bapak juga sedikit tidak paham
maksud dari penjelasan mereka. Lagi pula ada kepikiran mau
mengajukan proposal sementara itu kelompok bapak tidak tahu
bagaimana cara membuat proposal tersebut dan maklum karena
kelompok bapak rata-rata hanya lulusan SD, terlebih membuat
proposal harus menggunakan laptop sementara kelompok bapak
tidak memilikinya.)

Pernyataan yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh

informan RN tentang hambatan yang RN alami ketika mencari

informasi mengenai masalah saat masa tidak melaut, pernyataan

RN sebagai berikut:

Hambatan yang sida bapak rasekan tu pas ke kantor Kecamatan tu


sidanye memberi info ke sida bapak untuk bantuan tu cume sida
bapak kada paham kayak ape carenye. Nah hambatan yang satu
lagi di gawian yang lain tu gajihnye sedikit jua masih kurang
untuk kebutuhan ni.

(Hambatan yang kelompok bapak rasakan waktu ke kantor


Kecamatan, mereka memberikan informasi ke kelompok bapak
mengenai bantuan tetapi kelompok bapak gagal paham bagaimana
cara melakukannya. Kemudian hambatan selanjutnya di pekerjaan
lain yang gajinya juga masih kurang untuk kebutuhan ekonomi
nelayan.)

Informan MRL juga mengungkapkan hambatan yang ia alami

ketika mencari informasi mengenai masalah saat masa tidak

melaut, informan MRL menyatakan sebagai berikut:

Sida bapak semalam keuyuhan pas datang sida Dinas Perikanan


tu, soalnye sida menjelaskan tu sida bapak keuyuhan mengertinye,
sida bapak ni kan pendidikan rendah bah lah jadi uyuh menangkap
info yang dipanderkan sidanye tu.

(Kelompok bapak kemarin kesulitan waktu Dinas Perikanan


berkunjung, soalnya waktu mereka menjelaskan kelompok bapak
kesulitan untuk mengerti, rata-rata kelompok bapak pendidikannya
66

rendah jadu sulit untung memahami informasi yang diutarakan


oleh Dinas Perikanan.)

Pernyataan ALN diatas menjelaskan bahwa hambatan yang

dialami terkait dengan sulitnya mencari informasi pertolongan

kepada siapa mereka harus meminta bantuan. Terlebih ketika

kelompok ALN sudah mendapatkan seseorang yang ingin

membantu, mereka mengalami kesulitan dalam mencerna maksud

dan tujuan yang diutarakan oleh seseorang yang membantunya.

Dan ketika mereka ingin membuat proposal, kelompok ALN tidak

mengerti bagaimana cara membuatnya dan mereka tidak

mempunyai laptop untuk membuat proposal tersebut.

Hambatan yang dirasakan oleh informan RN diatas

menjelaskan bahwa kelompok mereka juga kesulitan untuk

mengerti dari penjelasan yang diutarakan oleh pihak Kecamatan

ketika memberitahukan bantuan yang akan mereka dapatkan.

Hambatan lainnya yaitu ada dipekerjaan lain yang Cuma sebagai

sampingan dan hasilnya menurut mereka masih minim untuk

pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Pernyataan informan ALN dan RN senada dengan informan

MRL yang mengutarakan hambatan yang ia dan kelompoknya

rasakan adalah ketika adanya kunjungan dari Dinas Perikanan dan

mereka menjelaskan kepada kelompok MRL, kelompok MRL

sekedar mengiyakan maksud yang diutarakan oleh pihak Dinas

Perikanan sementara yang sebenarnya terjadi adalah mereka gagal


67

paham dengan yang disampaikan oleh pihak Dinas Perikanan

tersebut karena faktor pendidikan mereka yang rendah.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan informan diatas dapat

kita ketahui bahwa kelompok nelayan di Kecamatan Pantai Lunci

rata-rata memiliki hambatan yang sama yaitu sulit mencerna atau

mengerti maksud dan tujuan yang diutarakan oleh orang lain. Hal

itu disebabkan tidak lain karena faktor pendidikan mereka yang

sangat rendah.

4. Berapa kali informan berdiskusi dengan kelompok nelayan


dalam menghadapi masalah saat masa tidak melaut?

Berapa kali informan berdiskusi dengan kelompok nelayan

tentu sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan yang akan mereka raih dalam mengatasi masalah saat

masa tidak melaut. Diskusi sendiri berarti sebuah interaksi

komunikasi antara dua orang atau lebih (kelompok) membahas

suatu topik pembicaraan dengan tujuan yang sama. Dibawah ini

informan ALN mengutarakan berapa kali ia dan kelompoknya

melakukan diskusi dalam menghadapi masalah saat masa tidak

melaut sebagai berikut:

Untuk kumpul dengan kelompok tu paling rutinnye sida bapak


meadekan sebulan sekali mah. Ya kumpul membahas gawian ni
kayak ape, ade kada gawian lain, mun isi kayak ape care nambah
penghasilan ni.

(Untuk kumpul diskusi dengan kelompok rutin dilakukan satu


bulan sekali. Ya kumpul diskusi membahas kerjaan saat ini
bagaimana, ada tidak pekerjaan lain, jika tidak ada bagaimana cara
untuk menambah penghasilan.)
68

Pernyataan diatas diperkuat oleh informan RN yang

menyatakan berapa kali ia dan kelompok melakukan diskusi dalam

menghadapi masa tidak melaut sebagai berikut:

Kalau untuk bekumpulan ni rutinnye sida bapak emang satu bulan


sekali, tapi mun kayak hari-hari pas kada melaut ni rancak mah
bekumpul begelagaan sore-sore tu sambil memanderkan gawian ni
kan kayak ape. Syukur-syukur kan mun dapat solusinye ya
alhamdulillah.

(Kalau untuk pengadaan diskusi rutinnya dilakukan kelompok


bapak memang satu bulan sekali, namun ketika pada saat masa
tidak melaut begini sering berkumpul ngobrol santai sore-sore
sambil membahas kerjaan bagaimana. Bersyukur kalau dapat
solusinya ya alhamdulillah.)

Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh

informan MRL yang menyatakan terkait berapa kali ia dan

kelompok melakukan diskusi sebagai berikut:

Sida bapak biase mengadekan bekumpul tu biase rutinnye sebulan


sekali, tapi kadangan yang datang pun baye berape orang mah
kada semuaannye ikut. Mun kumpul-kumpul biase begelaga tu
kadang habis beyasinan malam jumat tu begelagaan mah dengan
yang lain.

(Kelompok bapak biasanya mengadakan diskusi rutin satu bulan


sekali, tapi terkadang yang hadir saat diskusi hanya beberapa saja
tidak semua bisa hadir. Kalau kumpul-kumpul ngobrol terkadang
habis yasinan malam jumat diskusi juga dengan anggota yang lain.)

Menurut pernyataan informan ALN dapat dijelaskan bahwa

kelompoknya mengadakan diskusi rutin setiap satu bulan sekali.

Dalam diskusi tersebut mereka membahas topik terkait

pekerjaannya sebagai nelayan. Ketika saat masa tidak melaut


69

apakah ada pekerjaan lain yang bisa membantu mereka untuk

pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Pernyataan informan RN juga tidak jauh berbeda yang

menjelaskan bahwa kelompoknya mengadakan diskusi setiap satu

bulan sekali. Kalau pada saat masa tidak melaut kelompoknya

sering berkumpul dan ngobrol pada sore hari membahas tentang

pekerjaan mereka sebagai nelayan. Kelompoknya sangat bersyukur

jika mendapatkan solusi dari diskusi yang mereka lakukan.

Pernyataan yang disampaikan oleh informan ALN dan RN

senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh informan MRL

yang menyatakan kelompok mereka juga mengadakan pertemuan

rutin setiap satu bulan sekali untuk membahas topik yang berkaitan

dengan pekerjaannya sebagai nelayan. Terkadang juga informan

MRL dan kelompoknya ngobrol serta diskusi setelah selesainya

melakukan ibadah yasinan setiap malam jum’at di mushola yang

berdekatan dengan tempat tinggal mereka.

Menurut pernyataan informan-informan mengenai berapa kali

mereka melakukan diskusi dengan kelompok nelayan dalam

menghadapi masalah saat masa tidak melaut, dapat kita ketahui

bahwa dengan mengadakan diskusi dalam kelompok bisa sedikit

membantu mereka untuk mendapatkan berbagai solusi maupun

saran dari setiap anggota kelompoknya dalam menangani

permasalahan saat masa tidak melaut tiba. Walau pada saat


70

pengadaan diskusi tidak semua anggota kelompok bisa hadir

setidaknya ada perwakilan dari anggota lain yang hadir dan

mengeratkan hubungan mereka dengan diskusi tersebut sebagai

sesama anggota nelayan.

5. Adakah ide atau saran informan kepada kelompok nelayan


dalam mengatasi masalah saat masa tidak melaut tiba?

Ide atau saran merupakan hal penting dalam suatu kelompok

untuk mengembangkan serta meeratkan kelompok tersebut. Ide

atau saran juga berperan membangun suatu kelompok untuk

mengatasi topik permasalahan yang ada dalam kelompok.

Informan ALN memberikan informasi terkait ide atau saran yang

pernah ia berikan kepada kelompok nelayannya, pernyataannya

sebagai berikut:

Amun ide bapak bah menyarankan dengan kelompok ni supaye bise


terus bersame mehadapi segale masalah ni mencari solusi yang
baik nyaman bise teratasi, apelagikan pas kondisi lagi kada melaut
ni ade gawian lain pun masih kurang jua mencukupi ekonomi ni.

(Kalau ide bapak menyarankan kepada kelompok ini supaya bisa


terus bersama dalam menghadapi segala masalah yang ada mencari
solusi yang baik agar bisa teratasi, apalagi waktu kondisi saat masa
tidak melaut ini tidak ada pekerjaan lain pun masih kurang
mencukupi ekonomi ini.)

Pernyataan informan RN mengenai adakah ide atau saran

kepada kelompoknya sebagai berikut:

Untuk kelompok ni bapak menyarankan supaye bise menjage


kekompakkan mah bise menjage hubungan yang baik karne dengan
itu bise besame-same mehadapi macam-macam masalah di
kelompok ni.
71

(Untuk kelompok ini bapak menyarankan supaya bisa tetap


menjaga kekompakkan bisa menjaga hubungan yang baik karena
dengan itu bisa bersama-sama menghadapi berbagai masalah di
dalam kelompok ini.)

Informan MRL menyatakan pernyataannya terkait dengan

adakah ide atau saran kepada kelompoknya tidak jauh berbeda

dengan yang disampaikan oleh informan ALN dan RN,

pernyataannya sebagai berikut:

Ide bapak untuk kelompok ini menyarankan untuk tetap besame-


same mehadapi masalah yang dialami, apelagi kan mun mase kada
melaut ni same-same merasekan uyuh jua. Nah dari itu bapak
mempunyai ide tu untuk membuat proposal bantuan dengan
pemerintah.

(Ide bapak untuk kelompok ini menyarankan untuk tetap bersama-


sama dalam menghadapi masalah yang dialami, apalagi saat masa
tidak melaut ini merasakan kesulitan yang sama. Nah maka dari itu
bapak mempunyai ide untuk membuat proposal bantuan dengan
pemerintah.)

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh informan

ALN dijelaskan bahwa ide atau saran yang disampaikan oleh

informan dalam kelompok agar terus bersama dalam menghadapi

segala masalah yang ada serta mencari solusi yang terbaik agar

masalah yang ada bisa teratasi. Apalagi kondisi saat masa tidak

melaut, adanya pekerjaan lain pun masih tidak mencukupi

kebutuhan ekonomi.

Pernyataan informan RN juga menjelaskan bahwa ide atau

saran yang diutarakannya dalam kelompok memberikan saran agar

bisa tetap menjaga kekompakkan dalam kelompok dan bisa

menjaga hubungan yang baik karena dengan itu suatu kelompok


72

bisa bersama-sama menghadapi berbagai masalah yang ada di

dalam kelompok.

Pernyataan lain yang disampaikan oleh informan MRL juga

menjelaskan bahwa informan mempunyai ide atau saran untuk

kelompoknya yaitu menyarankan kelompok untuk tetap bersama-

sama dalam menghadapi masalah yang dialami, apalagi saat masa

tidak melaut yang dirasakan para nelayan mengalami kesulitan

yang sama. Nah maka dari itu informan mempunyai ide untuk

mencari bantuan kepada pemerintah setempat.

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas memiliki

keseragaman yang sama yaitu ingin membuat kelompok mereka

agar memiliki rasa kebersamaan yang kuat untuk menghadapi

masalah yang mereka hadapi bersama-sama. Hubungan yang baik

antara anggota kelompok memungkinkan peluang mereka untuk

memecahkan suatu masalah lebih besar didapatkan.

6. Apakah manfaat yang didapatkan informan setelah bergabung


dengan kelompok nelayan?

Adanya suatu kelompok tentu mempunyai tujuan serta

manfaat yang beragam. Manfaat yang paling umum dalam

kelompok yaitu memiliki rekan anggota satu kelompok yang

memiliki tujuan yang sama. Mendapatkan pengalaman dalam

kelompok dan menambah wawasan dari anggota kelompok.

Berikut ini pernyataan informan ALN yang menyatakan sebagai

berikut:
73

Manfaat yang bapak dapat dari kelompok ni menambah kawal


begawi, jadi tau care-care menangkap ikan dari anggote yang lain
tu karne pengalaman yang bede-bede ni kan jadi nambah bah
pengetahuan tu. Dalam kelompok ni jua bapak merasekan manfaat
dari kebersamaan tu uyuh kadanye tetap bersame.

(Manfaat yang bapak dapatkan dari kelompok nelayan ini


menambah teman dalam bekerja, jadi tahu cara-cara menangkap
ikan dari anggota yang lain karena pengalaman yang berbeda-beda
ini jadi menambah pengetahuan tentang menangkap ikan. Dalam
kelompok ini juga bapak merasakan manfaat dari arti kebersamaan
susah senangnya tetap bersama.)

Pernyataan yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh

informan RN tentang manfaat yang didapatkan setelah bergabung

dengan kelompok menyatakan sebagai berikut:

Bapak merasekan manfaat dengan kelompok ni jadi sedikit banyak


tau care untuk ngatasi macam-macam masalah nelayan ni. Pas
ikut kelompok ni pun beban tu sedikit bekurang bah karne sesame
kelompok ni saling menolongi mun ade perahu yang rusak
kawalan ni ikut menambahi membaikinye.

(Bapak merasakan manfaat dengan kelompok ini jadi sedikit


banyaknya tahu cara mengatasi berbagai masalah nelayan. Waktu
ikut kelompok ini saling tolong-menolong ketika ada perahu yang
rusak anggota lain ikut membantu untuk memperbaikinya.)

Demikian jua pernyataan yang disampaikan oleh informan

MRL yang senada dengan informan ALN dan RN yang

menyatakan tentang manfaat yang didapatkan setelah bergabung

dengan kelompok nelayan sebagai berikut:

Amun manfaat yang bapak dapat pas ikut kelompok ni bapak


merasekan adenye keluarge baru bah, kelompok ni bapak anggap
udah kayak keluargeam soalnye ape-ape tentang gawian nelayan
ni dengan sidanye niam saling menolongi. Adenye kelompok ni jua
bapak jadi tau bah pengalaman melaut yang bede-bede ni jadi
nambah ilmu jua untuk bapak.
74

(Kalau manfaat yang bapak dapat waktu ketika ikut kelompok ini
bapak merasakan adanya keluarga baru, kelompok nelayan ini
sudah bapak anggap seperti keluarga soalnya apa saja tentang
kerjaan nelayan dengan kelompok ini saling menolong. Adanya
kelompok ini juga bapak jadi tahu pengalaman melaut yang
berbeda-beda dari masing-masing anggota kelompok menambah
ilmu juga untuk bapak sendiri.)

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan diatas dapat

diketahui bahwa setiap nelayan merasakan manfaat ketika ikut

bergabung bersama kelompok nelayan. Rata-rata pernyataan dari

informan seragam yaitu merasakan manfaat kebersamaan yang erat

dalam kelompok nelayan, saling tolong-menolong sesama anggota

kelompok bahkan beranggapan kelompok itu sudah menjadi bagian

dari keluargnya sendiri.

4.2.3. Bagaimana Jaringan Kerjasama Kelompok Nelayan Dalam


Menghadapi Masalah Saat Masa Tidak Melaut

Kerjasama merupakan sebuah bentuk dari interaksi sosial yang

bersifat asosiatif. Kerjasama dilakukan oleh dua orang atau lebih

dimana mereka memiliki pandangan yang sama untuk mencapai

tujuan tertentu. Dalam sebuah kelompok diperlukan kerjasama agar

tujuan dari kelompok tersebut dapat tercapai dengan baik. Meskipun

demikian, menjalin sebuah kerjasama antara anggota yang satu

dengan yang lainnya tidaklah semudah yang dibayangkan. Dalam

sebuah kerjasama tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada bahaya dan

ancaman internal maupun eksternal yang akan menguji bahkan

menyinggung kesetiaan anggota dalam sebuah kelompok. Namun

dibalik itu semua, jika rintangan dihadapi bersama dengan baik maka
75

hal tersebut akan memperkuat persatuan dalam sebuah kelompok.

Pentingnya sebuah kerjasama dalam kelompok pada akhirnya akan

mampu menciptakan dan melahirkan karya-karya luar biasa yang akan

dibutuhkan dalam menjalani kehidupan berkelompok.

1. Siapa saja yang bekerjasama dengan informan dan apakah


bentuk kerjasama yang dilakukan ketika menghadapi masalah
saat masa tidak melaut?

Adanya kerjasama tentunya tidak bisa dilakukan oleh hanya

dengan satu orang saja melainkan adanya orang lain yang ikut

membantu demi mencapai suatu tujuan yang sama. Dalam hal ini

para nelayan dengan kelompok yang berbeda pula saling

bekerjasama ketika menghadapi masalah saat masa tidak melaut

tiba. Seperti pernyataan informan ALN yang menyatakan sebagai

berikut:

Dalam kelompok bapak udah buat kerjesame dengan kelompok


yang lain jua. Nah waktu dengan kelompok lain tu membahas
ngatasi masalah saat kada melaut ni kayak ape. Dari situ dapatlah
usulan mau buat proposal bantuan, jadi kelompok bapak dengan
kelompok lain tu besameam mencari tau care membuat proposal
untuk kena diajukan ke Dinas Perikanan atau Dinas Sosial.

(Dalam kelompok bapak sudah bekerjasama dengan kelompok


nelayan yang lain juga. Nah waktu bersama kelompok lain itu
membahas cara mengatasi masalah saat masa tidak melaut
bagaimana. Dari sana dapatlah usulan dengan membuat proposal
bantuan, jadi kelompok bapak dengan kelompok nelayan lain tu
bersama-sama mencari tahu cara membuat proposal untuk nantinya
akan diajukan ke Dinas Perikanan maupun Dinas Sosial.)
76

Pernyataan dari informan RN juga menyatakan terkait dengan

siapa saja yang bekerjasama dengan informan dalam menghadapi

masalah saat masa tidak melaut sebagai berikut:

Untuk kerjesame dengan siape ni bah tentunye bapak bekerjesame


dengan anggota kelompok bapak sekongan. Nah selebih itu
kelompok bapak pun bekerje same dengan pihak Dinas Perikanan
tu kan waktu itu suah mengajukan proposal dengan sidanye tu.
Bahkan dengan kelompok nelayan yang lain pun suah jua
bekerjesame mencari gawian yang lain pade mase kada melaut ni
kalo ade gawian lain dari sidanye tu bise ikut begawi jua.

(Untuk kerjasama dengan siapa ini tentunya bapak bekerjasama


dengan anggota kelompok bapak sendiri. Nah selebihnya
kelompok bapak juga bekerjasama dengan pihak Dinas Perikanan
karena waktu itu pernah mengajukan proposal dengan pihak
mereka. Bahkan dengan kelompok lain juga pernah bekerjasama
mencari pekerjaan yang lain pada saat masa tidak melaut ini kalau
ada pekerjaan lain dari kelompok nelayan lain bisa ikut bekerja
bersama mereka.)

Adapun pernyataan dari informan MRL tentang siapa saja

yang bekerjasama dengan informan dalam menghadapi masalah

saat masa tidak melaut menyatakan sebagai berikut:

Bapak tentu bekerjesame dengan kelompok bapak, nah selain itu


kelompok bapak pernah jua bekerjesame dengan kelompok lain
baru-baru ni untuk membuat koperasi bah. Soalnye semalam
diberitau sida Dinas Perikanan tu disuruhnye buat koperasi untuk
beberape kelompok ni menjadi satu membuat koperasi untuk
kenanye bise nangani masalah pas sida bapak ni musim kada
melaut.

(Bapak tentu bekerjasama dengan kelompok bapak, nah selain itu


kelompok bapak pernah juga bekerjasama dengan kelompok lain
baru-baru ini untuk membuat koperasi. Soalnya kemarin
diberitahukan oleh pihak Dinas Perikanan diperintahkan untuk
membuat koperasi untuk nantinya bisa menangani masalah waktu
kelompok nelayan mengalami masa tidak melaut.)
77

Dari pernyataan informan ALN berikan diatas dapat

dijelaskan bahwa informan melakukan kerjasama bersama anggota

kelompoknya dan juga bersama kelompok nelayan lain. Informan

bersama kelompoknya dan juga kelompok lain bekerjasama untuk

mengatasi masalah yang mereka alami bersama dengan meminta

bantuan pengajuan proposal kepada pihak terkait seperti Dinas

Perikanan dan Dinas Sosial. Mereka bersama-sama belajar

bagaimana caranya membuat proposal serta prosedur yang

dilakukan dalam pengajuan proposal.

Pernyataan informan RN juga menyatakan bahwa informan

melakukan kerjasama tentunya dengan kelompoknya sendiri.

Selain itu informan bersama kelompoknya pernah bekerjasama

dengan pihak Dinas Perikanan karena pernah mengajukan

proposal.dan juga kelompok informan melakukan kerjasama

dengan kelompok nelayan lain untuk mencari pekerjaan tambahan

pada saat masa tidak melaut ini kalau ada pekerjaan tambahan dari

kelompok nelayan lain bisa ikut bekerja bersama mereka.

Pernyataan informan ALN dan RN tidak jauh berbeda dengan

pernyataan yang disampaikan oleh informan MRL yang

mengutarakan informan tentu bekerjasama dengan kelompoknya

sendiri. Selain itu kelompok mereka juga bekerjasama dengan

kelompok nelayan lain untuk membentuk koperasi. Hal tersebut

muncul dari informasi yang diberikan oleh pihak Dinas Perikanan


78

setempat yang memerintahkan beberapa kelompok nelayan untuk

membentuk koperasi agar nantinya bisa menjadi penanganan

masalah saat masa tidak melaut tiba.

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan diatas dapat

diketahui bahwa setiap informan menyatakan hal yang hampir

senada terkait siapa saja yang bekerjasama dengan informan yaitu

mereka bekerjasama dengan kelompoknya sendiri dan juga

kelompok mereka bekerjasama dengan kelompok nelayan lainnya

untuk menggapai tujuan yang sama. Bahkan mereka juga

melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah terkait seperti

Dinas Perikanan yang memberikan bantuan melalui pengajuan

proposal oleh para kelompok nelayan.

2. Apakah manfaat yang informan dapatkan dari kerjasama yang


telah dilakukan?

Dalam bentuk kerjasama yang ada di suatu kelompok

tentunya memiliki manfaat yang dirasakan oleh para anggota

kelompoknya. Dengan adanya kerjasama pasti sebuah masalah atau

pekerjaan yang dihapadi oleh para nelayan akan terasa lebih mudah

dan cepat terselesaikan. Seperti yang dirasakan oleh informan ALN

berikut ini menyampaikan bahwa:

Manfaat yang bapak rasekan dari kerjesame ni yaam mun lagi


begawi tu karne besame-same ni kan jadi lebih nyaman bah lebih
capat jadinye dari pade kite sorangan. Ditambah lagi kan kite jadi
semangat begawi mun ade kawal ni.

(Manfaat yang bapak rasakan dari kerjasama ini yaitu kalau lagi
bekerja karna dilakukan bersama-sama jadi lebih enak lebih cepat
79

selesai pekerjaan daripada kita sendirian. Ditambah lagi kita


bekerja jadi menambah semangat bekerja kalau ada teman kerja.)

Pernyataan informan RN juga senada tentang manfaat apa

yang dirasakan oleh informan ketika melakukan kerjasama dalam

kelompok nelayan sebagai berikut:

Dari kerjesame ni bapak dapat manfaat jadi ade rase saudare bah
dengan anggota yang lain ni. Olehnye kan kite saling menolong
dengan sesame anggota ni jadi gawian tu nyaman jua mun
digawikan besame same.

(Dari kerjasama ini bapak mendapatkan manfaat jadi adanya rasa


saudara dengan anggota yang lain. Karena kita saling menolong
dengan sesama anggota kelompok jadi pekerjaan yang dikerjakan
terasa nyaman jika dikerjakan bersama-sama.)

Dari pernyataan informan ALN dan RN pernyataan yang

hampir sama juga diutarakan oleh informan MRL yang

menyatakan sebagai berikut:

Kerjesame ni melajari bapak arti dari kebersamaan, saling


menolong bahu-membahu dengan anggota kelompok. Dalam
keadaan yang uyuh anggote yang lain ni menolongi nyaman
nyelesaikan masalah tu. Jadi bapak merase kelompok ni udah
kayak keluarge am

(Kerjasama ini mengajarkan bapak arti dari kebersamaan, saling


menolong dan bahu-membahu dengan anggota kelompok. Dalam
keadaan yang susah anggota lain ikut menolong agar
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jadi bapak merasa
kelompok ini sudah seperti keluarga.)

Dari pernyataan informan ALN diatas dijelaskan bahwa

informan merasakan manfaat dalam bekerja sama yaitu kalau

pekerjaan dilakukan secara bersama-sama akan terasa lebih mudah

dan cepat dibandingkan jika bekerja sendirian. Ditambah lagi

dengan adanya teman saat bekerja menjadi lebih bersemangat.


80

Pernyataan informan RN juga senada yang menjelaskan

manfaat yang informan rasakan adalah adanya rasa persaudaraan

antara anggota kelompok nelayan. Karena melakukan pekerjaan

yang saling tolong-menolong bekerja terasa lebih enak jika

dilakukan bersama-sama.

Pernyataan informan MRL juga menyatakan bahwa manfaat

yang informan rasakan yaitu mengajarkan informan arti dari

kebersamaan, saling menolong dan bahu-membahu bersama

anggota kelompok. Dalam keadaan susah yang dirasa anggota

kelompok pun ikut membantu untuk menyelesaikan keadaan

tersebut. Jadi informan merasakan kelompok ini seperti sebuah

keluarga.

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas dapat diketahui

bahwa manfaat kerjasama yang mereka rasakan senada. Informan

merasakan pekerjaan lebih mudah terselesaikan jika dilakukan

bersama-sama dan merasakan kelompok itu sudah seperti keluarga

baru karena memiliki tujuan yang sama antar anggota

kelompoknya. Dalam keadaan susah maupun senang mereka saling

bahu-membahu antara anggota yang satu dengan anggota yang

lainnya.

3. Apakah bentuk dukungan dari kelompok nelayan kepada


informan yang telah bekerjasama di dalam kelompok nelayan?

Dalam suatu kelompok pentingnya bentuk dukungan dari

anggota kelompok yang lain akan menambah bentuk solidaritas


81

dalam kelompok. Kelompok akan menjadi lebih kuat dengan

adanya dukungan dari para anggota untuk saling mengingatkan,

memberikan motivasi, saling menolong dan sebagainya. Seperti

yang disampaikan informan ALN menyatakan sebagai berikut:

Tentunye bentuk dukungan dalam kelompok ni memberikan bapak


motivasi untuk begawi lebih giat lagi. Kelompok ni jua membantu
bapak munnye lagi uyuh pade mase kada melaut sidanye same-
same mencari gawian lain dan membawai bapak untuk begawi jua.

(Tentunya bentuk dukungan dalam kelompok ini memberikan


bapak motivasi untuk bekerja lebih giat lagi. Kelompok ini juga
membantu bapak kalau sedang kesulitan pada masa tidak melaut
anggota bersama-sama mencari pekerjaan tambahan dan mengajak
bapak untuk bekerja juga.)

Pernyataan informan RN tentang bentuk dukungan dari

kelompok nelayan menyatakan sebagai berikut:

Dukungan yang diberi oleh kelompok bapak ni sidanye bepadah


mau dalam keadaan uyuh kah kada kah kelompok ni tetap ade, jadi
bagi anggote yang merase keuyuhan bepadah ja dengan kelompok
nyaman mencari solusinye besame-same karne kelompok ni udah
kayak keluarge am.

(Dukungan yang diberikan oleh kelompok bapak ini anggota


memberitahu mau dalam keadaan sulit ataupun tidak kelompok ini
tetap ada, jadi bagi anggota yang merasa dalam kesulitan beritahu
saja dengan kelompok agar mencari solusinya bersama-sama
karena kelompok ini sudah seperti keluarga.)

Dari pernyataan informan ALN dan RN, informan MRL juga

menyampaikan pernyataan tentang bentuk dukungan dari

kelompok nelayan sebagai berikut:

Bapak dapat dukungan dari kelompok tu pas besame saat kada


melaut ni sidanye membawai begawi jadi tukang. Dalam kelompok
ni jua mun ade anggote yang bemasalah besame mencari jalan
atau solusinye. Saling memadahi munnye ade salah-salah dalam
kelompok saling mengingatkan.
82

(Bapak dapat dukungan dari kelompok itu waktu bersama saat


masa tidak melaut anggota yang lain mengajak bekerja sebagai kuli
bangunan. Dalam kelompok ini juga kalau ada anggota yang
bermasalah secara bersama mencari jalan atau solusinya. Saling
memberitahu jika ada salah-salah dalam kelompok saling
mengingatkan.)

Pernyataan informan ALN diatas tentang bentuk dukungan

kelompok menjelaskan bahwa bentuk dukungan yang ia peroleh

dalam kelompok ini memberikan motivasi untuk bekerja agar lebih

giat lagi. Kelompok juga membantu informan kalau sedang

mengalami kesulitan pada masa tidak melaut anggota bersama-

sama mencari pekerjaan tambahan dan mengajak informan untuk

bekerja juga.

Informan RN juga menyampaikan pernyataannya tentang

bentuk dukungan kelompok menjelaskan informan mendapat

dukungan yang diberikan oleh kelompok informan ini anggota

memberitahukan mau dalam keadaan sulit ataupun tidak kelompok

ini tetap ada, jadi bagi anggota yang merasa dalam kesulitan

beritahukan saja dengan kelompok agar bisa mencari solusinya

bersama-sama karena kelompok ini sudah seperti keluarga.

Pernyataan informan MRL menyampaikan pernyataan yang

senada juga yang menjelaskan bahwa bentuk dukungan dari

kelompoknya yaitu waktu bersama merasakan saat masa tidak

melaut anggota yang lain mengajak bekerja sebagai kuli bangunan.

Dalam kelompok informan juga kalau ada anggota yang


83

bermasalah secara bersama mencari jalan atau solusinya. Saling

memberitahu jika ada salah-salah dalam kelompok dan saling

mengingatkan dengan sesama.

Dari penyataan-pernyataan informan diatas dapat diketahui

bahwa bentuk dukungan yang diberikan oleh kelompok nelayan

kepada para informan senada yaitu saling membantu antara

anggota kelompok yang mengalami kesulitan dan saling

mengingatkan sesama anggota kalau ada masalah cerita saja

dengan kelompok agar bersama-sama untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

4. Bagimana kerjasama informan dengan kelompok nelayan lain


ketika menghadapi masalah saat masa tidak melaut?

Kerjasama tidak hanya dilakukan dalam satu kelompok saja

melainkan juga bisa dilakukan antar kelompok yang memiliki

maksud dan tujuan yang seragam untuk dicapai. Di Kecamatan

Pantai Lunci terdapat beberapa kelompok nelayan yang saling

bekerja sama dalam menghadapi masalah yang dialami bersama

yaitu saat masa tidak melaut tiba. Seperti pernyataan informan

ALN yang menyatakan tentang kerjasama kelompok mereka

dengan kelompok nelayan lain sebagai berikut:

Bapak dengan kelompok bapak pernah melakukan kerjesame


dengan kelompok nelayan lain. Nah bentuk kerjesamenye semalam
tu dalam membuat proposal bantuan. Kelompok bapak betamu
dengan kelompok lain membahas masalah yang dihadapi same ni
jadi ade usulan dari anggote untuk sebaiknye kayak ape.
84

(Bapak dengan kelompok bapak pernah melakukan kerjasama


dengan kelompok lain. Nah bentuk kerjasamanya itu kemarin yaitu
membuat proposal bantuan. Kelompok bapak bertemu dengan
kelompok lain membahas masalah yang dihadapi bersama
kemudian mendapat usulan dari anggota untuk bagaimana
sebaiknya menyelesaikan masalah ini.)

Pernyataan yang hampir sama juga disampaikan oleh

informan RN tentang kerjasama dengan kelompok nelayan lain

sebagai berikut:

Yang sida bapak buat pas kerjesame dengan kelompok lain tu


yaam mencari info amun ade gawian lain bise beritau nyaman bise
ikutan begawi jua. Kadang kelompok bapak betamu dengan
kelompok lain begelagaan kalo ade info gawian tambahan kan
barangam.

(Yang kelompok bapak lakukan waktu kerjasama dengan


kelompok lain yaitu mencari info barangkali ada kerjaan tambahan
bisa saling memberitahu agar bisa ikut bekerja juga. Terkadang
kelompok bapak bertemu dengan kelompok nelayan lain berdiskusi
bersama kalau ada informasi tentang kerjaan tambahan lumayan.)

Informan MRL juga menyampaikan pernyataan tentang

kerjasama dengan kelompok nelayan lain yang senada dengan

pernyataan informan ALN dan RN, pernyataan informan MRL

sebagai berikut:

Kelompok bapak dengan kelompok lain baru-baru ini te


bekerjesame untuk membentuk koperasi nah ini te disuruh jua bah
dari sida Dinas Perikanan. Disuruhnye begabung dengan
kelompok lain, yaam bapak begabung dengan kelompok nelayan
lain untuk membuat koperasi ni te. Besame-same ngumpulkan
orang yang mau ikut, melengkapi surat segale macam untuk
membuat koperasi te.

(Kelompok bapak dengan kelompok lain baru-baru ini melakukan


kerjasama untuk membentuk koperasi nah kegiatan ini
diperintahkan oleh pihak Dinas Perikanan. Diperintahkan untuk
bergabung dengan kelompok lain, dengan itu kelompok bapak
bergabung dengan kelompok yang lain untuk membentuk koperasi
85

ini. Bersama-sama mengumpulkan nelayan yang mau bergabung,


melengkapi surat persyaratan untuk perizinan membentuk
koperasi.)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas dapat dijelaskan

bahwa mereka melakukan kerjasama dengan kelompok lain dengan

berbagai cara namun senada dengan tujuannya. Para kelompok

nelayan saling bekerjasama antar kelompok satu dengan yang

lainnya untuk menggapai maksud dan tujuan yang ingin mereka

raih bersama dalam menghadapi suatu masalah yang sama.

5. Apakah hambatan yang informan alami saat melakukan


kerjasama bersama kelompok nelayan ketika menghadapi
masalah saat masa tidak melaut?

Hambatan yang dialami saat melakukan kerjasama dengan

kelompok tentu tidak terlepas. Karena dalam bekerjasama tidak

semudah yang difikirkan akan berjalan dengan mulus begitu saja

tanpa adanya hambatan atau persoalan yang muncul. Berikut ini

pernyataan yang diberikan oleh informan ALN yang menyatakan

tentang hambatan yang ia alami saat bekerja bersama dalam

kelompok sebagai berikut:

Waktu bapak bekerjesame dengan kelompok ni hamtaban utamenye


tu yaam banyak beadu mulut dengan anggote lain, ade yang mau
ini lah ade yang mau itu lah macam-macam pokoknye pas mau
begawi tu. Ditambah lagi munnye ade anggote yang jarang mau
dibawai bekumpul tu jadi uyuh.

(Waktu bapak bekerjasama dengan kelompok ini hambatan utama


yaitu banyak anggota yang beragumen berbeda pendapat dengan
anggota lain, ada yang ingin seperti ini ada yang ingin seperti itu
lah berbagai macam pokoknya setelah ingin bekerja. Ditambah lagi
jika ada anggota yang jarang ikut berkumpul jadi susah.)
86

Pernyataan lain juga disampaikan oleh informan RN tentang

hambatan yang ia alami dalam kerjasama di kelompok menyatakan

sebagai berikut:

Hambatan yang bapak rase didalam kelompok pas kerjesame tu


marase ade orang yang mau menang sekongan bah, kayak mau
menguasei kelompok ini. Jadi amun udah die bepander tu ituam
pokoknye kayak nda mau dibantah dengan yang lain.

(Hambatan yang bapak rasakan didalam kelompok waktu


kerjasama itu merasa ada anggota yang ingin menang sendiri,
seperti ingin menguasai kelompok ini. Jadi kalau dia sudah
beragumen menyatakan pendapat seperti tidak mau dibantah oleh
anggota yang lain.)
Informan MRL juga menyatakan pernyataannya tentang

hambatan yang dialami ketika bekerjasama dengan kelompok

nelayan sebagai berikut:

Hambatan yang bapak rase pas lagi kerjesame dengan kelompok


itu pernah merasekan malu bah olehnye ilmu yang ade ni masih
jauh dibawah sidanye yang udah banyak pengalaman tu. Jadi
bapak tu mau minta lajari dengan sida tu pun kayak rase ape gitu
pine kada nyaman.

(Hambatan yang bapak rasakan waktu lagi kerjasama dengan


kelompok itu pernah merasakan malu atau minder karena ilmu atau
pengetahuan yang bapak punya masih jauh dibawah anggota lain
yang sudah memiliki banyak pengalaman. Jadi bapak juga ketika
ingin minta ajaran dari anggota lain merasa tidak enakan atau
sungkan.)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas tentang

hambatan yang dialami ketika bekerja sama dengan kelompok

nelayan dapat dikatakan bahwa masing-masing informan memiliki

hambatan yang berbeda dalam kelompoknya. Hambatan itu terjadi

ketika disuatu kelompok terdapat perbedaan pendapat, adanya


87

kemauan ingin menang sendiri, dan ada yang merasa minder

dengan kemampuannya yang masih kurang berpengalaman.

4.2.4. Jaringan Koordinasi Kelompok Nelayan Dalam Menghadapi


Masalah Saat Masa Tidak Melaut

Koordinasi secara umum ialah menyelaraskan atau

menyeimbangkan kegiatan kerja dari satu pihak dengan pihak yang

lain demi mencapai tujuan masing-masing pihak dan berakhir dengan

tujuan bersama. Sedangkan koordinasi secara khusus ialah

kemampuan yang dilakukan sebuah organisasi atau kelompok untuk

saling bekerjasama dalam mencapai keberhasilan sebuah tujuan secara

tepat dan benar.

1. Siapa saja yang informan ajak untuk berkoordinasi dalam


menghadapi masalah saat masa tidak melaut?

Melakukan koordinasi tentu terkait dengan pihak satu dan

lainnya untuk saling berkomunikasi dan bekerjasama dalam

mencapai suatu keberhasilan yang ingin dicapai bersama. Seperti

yang disampaikan oleh informan ALN tetang siapa saja yang

informan ajak untuk berkoordinasi yang menyatakan sebagai

berikut:

Kelompok bapak bekoordinasi dengan sida Dinas Perikanan untuk


membuat proposal dan sida bapak jua bekoordinasi dengan sida
kecamatan amun ade bantuan untuk kelompok bapak ni. Dengan
kelompok lain pun sida bapak bekoordinasi jua amunnya ada info
tentang bantuan-bantuan tu saling mehabari.

(Kelompok bapak berkoordinasi dengan pihak Dinas Perikanan


untuk membuat proposal dan kelompok bapak juga berkoordinasi
dengan pihak Kecamatan kalau ada bantuan untuk kelompok bapak
ini. Dengan kelompok lain juga kelompok bapak berkoordinasi
88

juga kalau ada info tentang bantuan-bantuan saling


memberitahukan.)

Pernyataan informan RN tentang siapa saja yang informan

ajak untuk berkoordinasi juga seragam yang menyatakan sebagai

berikut:

Bapak dengan kelompok ni bekoordinasi dengan kelompok lain


amun ade info gawian tambahan atau bantuan untuk pare nelayan
ni saling mehabari. Sida bapak bekoordinasi jua dengan sida
Dinas Perikanan pas mengajukan proposal ke sidanye tu.

(Bapak bersama kelompok ini berkoordinasi dengan kelompok lain


jika ada informasi kerjaan tambahan atau bantuan untuk para
nelayan ini saling memberitahukan. Kelompok bapak
berkoordinasi juga dengan pihak Dinas Perikanan ketika
mengajukan proposal bantuan kepada mereka.)

Pernyataan informan ALN dan RN juga senada dengan

pernyataan yang disampaikan oleh informan MRL yang

menyatakan tentang siapa saja yang informan ajak untuk

berkoordinasi sebagai berikut:

Pas mehadapi mase kada melaut ni sida bapak rancak


bekoordinasi dengan sida kecamatan tu mencari info siape tau ade
bantuan atau gawiian tambahan untuk sida bapak ni kena kan
sidanye bise mehabari. Dengan kelompok lain pun kayak gitu
juaam namenye same-same merase uyuh pas kada melaut ni kan.

(Waktu menghadapi masa tidak melaut ini kelompok bapak sering


berkoordinasi dengan pihak kecamatan untuk mencari informasi
barangkali ada bantuan atau pekerjaan tambahan untuk para
nelayan seperti kelompok bapak nantinya bisa menghubungi.
Dengan kelompok lain juga seperti itu juga namanya sama-sama
merasakan susah saat masa tidak melaut ini.)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas mengenai siapa

saja yang informan ajak untuk berkoordinasi pernyataan mereka

senada yang menyatakan bahwa informan berkoordinasi dengan


89

kelompok nelayan lain mengenai jika adanya solusi untuk

permasalahn mereka bisa saling memberitahukan antar kelompok

nelayan. Selain itu juga para informan berkoordinasi dengan pihak

Kecamatan maupun Dinas Perikanan terkait dengan bantuan apa

saja yang bisa mereka peroleh dari pihak Kecamatan maupun

Dinas Perikanan.

2. Bagaimana bentuk koordinasi informan dengan pemerintah


desa ketika menghadapi masalah saat masa tidak melaut?

Bentuk koordinasi menentukan baik atau buruknya

komunikasi atau interaksi yang dilakukan oleh keduabelah pihak

untuk mencapai tujuan yang mereka ingin raih. Seperti yang

disampaikan oleh informan ALN tentang bentuk koordinasi yang

kelompoknya lakukan menyatakan sebagai berikut:

Pas sida bapak berkoordinasi dengan sida kecamatan tu sida


bapak minta bantuan dengan sidanye amun ade bentuk bantuan
misalnye dane untuk sida bapak pas kada melaut ni. Nah sida
bapak tu beharap sidanye mehubungi sida bapak memberitau
munnye ade bantuan kayak gitu tu.

(Waktu kelompok bapak berkoordinasi dengan pihak kecamatan itu


kelompok bapak minta bantuan dengan mereka kalau ada bentuk
bantuan seperti dana untuk kelompok bapak saat masa tidak melaut
ini. Nah kelompok bapak berharap mereka menghubungi kelompok
bapak dan memberitahukan jika ada bantuan seperti itu.)

Pernyataan yang hampir sama juga dinyatakan oleh informan

RN yang menyatakan tentang bentuk koordinasi yang dilakukan

sebagai berikut:

Bentuk koordinasi yang sida bapak buat dengan sida Dinas


Perikanan semalam tu pas mau mengajukan proposal. Sida bapak
mencari tau kayak ape care membuat dan selebihnye dilajari
90

sidanye jua, sidanye memberi tau syarat-syarat mengajukan


proposal tu ape-ape. Pas diajukan pun nunggu barang yang
dipinta tu ade nunggu habar jua dari sidanye.

(Bentuk koordinasi yang kelompok bapak lakukan dengan pihak


Dinas Perikanan kemarin waktu mau mengajukan proposal.
Kelompok bapak mencari tahu bagaimana cara membuat proposal
dan selebihnya juga dibantu oleh pihak Dinas Perikanan, mereka
memberitahu syarat-syarat mengajukan proposal itu apa saja.
Waktu diajukan pun menunggu barang yang dipinta itu
terealisasikan kelompok bapak menunggu kabar dari pihak Dinas
Perikanan.)

Pernyataan informan ALN dan RN juga senada dengan

pernyataan yang disampaikan oleh informan MRL yang

menyatakan tentang bentuk koordinasi yang dilakukan sebagai

berikut:

Pas semalam sida Dinas Perikanan menyuruh untuk membuat


koperasi tu nah dari situam bentuk koordinasi yang sida bapak
buat tu. Sida bapak mehubungi kelompok lain membawai masuk
untuk buat koperasi ni. Habis tu sida bapak meadekan rapat
dengan sida Dinas Perikanan tu membahas tentang koperasi te
kayak ape bentuk programnye kayak ape menjalankannye macam-
macam pokoknye.

(Waktu kemarin pihak Dinas Perikanan menyarankan untuk


membentuk koperasi itu dari sana bentuk koordinasi yang
kelompok bapak buat. Kelompok bapak menghubungi kelompok
nelayan lain untuk ikut bergabung dalam koperasi. Setelah itu
kelompok bapak mengadakan rapat dengan pihak Dinas Perikanan
itu membahas tentang koperasi bagaimana bentuk programnya
bagaimana cara menjalankannya dan lain-lainnya.)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas mengenai bentuk

koordinasi yang dilakukan dengan pihak desa menjelaskan bahwa

mereka saling berinteraksi dan berkomunikasi mengenai bantuan

apa yang bisa mereka dapatkan dan bagaimana cara mendapatkan

bantuan dari pemerintah setempat.


91

3. Apakah informan mempunyai hambatan saat melakukan


koordinasi langsung terhadap pemerintah desa

Saat melakukan koordinasi langsung kepada pihak

pemerintah desa ada tidaknya suatu hambatan bisa mempengaruhi

lancar atau tidaknya suatu koordinasi yang dilakukan. Baik atau

tidaknya suatu koordinasi menentukan hasil yang ingin dicapai

nantinya. Tentu perlu adanya pengatasan pada hambatan yang

memperlambat atau membuat komunikasi menjadi buruk sehingga

hasil yang ingin dicapai bersama menjadi sulit. Pernyataan

informan ALN tentang adanya hambatan atau tidak pada saat

melakukan koordinasi dengan pemerintah desa menyatakan sebagai

berikut:

Kalo baru ni udah nyamanam beurusan dengan sida kecamatan tu


nda kaya dolo. Semenjak bupati dan wakil yang baru ni
alhamdulillah sida bapak kada diuyuhkan mun beurusan untuk
minta bantuan segale macam tu. Nda kaya bupati yang dolo, baye
orang-orangnye mah yang dapat bantuan tu. Nah masalahnye sida
bapak dengan sida kecamatan tu pas sida bapak mau minta
bantuan tu sida menjelaskan tate carenye cume sida bapak ni kada
paham kayak ape carenye tu.

(Kalau baru-baru ini sudah enak berurusan dengan pihak


kecamatan itu tidak seperti dulu lagi. Semenjak bupati dan wakil
yang baru ini alhamdulillah kelompok bapak tidak disusahkan
untuk urusan ingin meminta bantuan segala macamnya. Tidak
seperti bupati yang sebelumnya, hanya orang-orangnya saja yang
mendapatkan bantuan. Nah masalahnya kelompok bapak dengan
pihak kecamatan itu waktu kelompok bapak mau meminta bantuan
mereka menjelaskan tata cara untuk mendapatkan bantuan itu
bagaimana Cuma kelompok bapak tidak mengerti dan sulit
menangkap informasi yang diberikan mereka.)
92

Pernyataan informan RN juga menyampaikan tentang apakah

informan mempunyai hambatan saat melakukan koordinasi dengan

pemerintah desa sebagai berikut:

Untuk hambatan dengan sida kecamatan bah alhamdulillah isi ape,


mehubungi sida tu pun nyaman lancar mah mun beurusan dengan
sidanye tu. Dengan sida Dinas Perikanan tu pun nyaman mah jua
beurusan cume yang uyuhnye tu pas menjulungkan proposal tu
mah lama datang barangnye.

(Untuk hambatan dengan pihak kecamatan alhamdulillah kelompok


bapak tidak mengalami hambatan, berkomunikasi dengan mereka
baik-baik saja kalau berurusan dengan mereka juga lancar. Dengan
pihak Dinas Perikanan juga enak urusannya Cuma yang sulit itu
waktu mengajukan proposal dan terealisasikannya barang juga
lama.)

Pernyataan informan MRL menyampaikan pernyataannya

tentang apakah informan mempunyai hambatan saat melakukan

koordinasi dengan pemerintah desa sebagai berikut:

Hambatan dengan sida tu isi mah. Karne sida ni ikut membantu


sida bapak jua terutame sida Dinas Perikanan tu kan memberi
saran untuk sida bapak ni membuat koperasi tu te, nah sidanye
melajari kayak ape carenye sampai meadekan rapat jua di
kantornye tu. Alhamdulillah kada ade ape hambatan yang bujur
beuyuhkan tu, paling syarat-syarat meajukan untuk buat koperasi
tu mah urusannye kesana-kesini.

(Hambatan dengan pemerintah desa itu tidak ada. Karena mereka


juga membantu kelompok bapak terutama pihak Dinas Perikanan
yang memberikan saran untuk membentuk koperasi kemarin, nah
mereka memberikan arahan bagaimana cara-caranya sampai
mengadakan rapat bersama di kantor mereka. Alhamdulillah tidak
ada hambatan yang berarti, hanya syarat-syarat mengajukan untuk
membentuk koperasi saja yang urusannya kesana-kesini.)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas tentang apakah

informan mempunyai hambatan saat melakukan koordinasi dengan

pemerintah desa menjelaskan bahwa mereka para informan tidak


93

memiliki hambatan yang sulit, hanya saja mereka sedikit kurang

paham mengenai maksud yang disampaikan oleh pihak pemerintah

dan tata cara untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah desa.

Untuk komunikasi mereka sudah terbilang bagus dan baik.

4. Bagaimana cara informan berkoordinasi dalam kelompok


nelayan kepada pemerintah desa ketika menghadapi masalah
saat masa tidak melaut?

Dalam kelompok nelayan tentu perlu adanya diskusi terlebih

dahulu sebelum mereka berkoordinasi ke pemerintah desa. Dengan

adanya maksud dan tujuan yang jelas dan ingin dicapai dari situlah

kelompok nelayan melakukan koordinasi dengan pemerintah desa

untuk mencapai keinginan kelompok mereka bersama pemerintah

desa. Pernyataan informan ALN menyatakan tentang bagaimana

informan berkoordinasi dalam kelompok kepada pemerintah desa

sebagai berikut:

Pas bapak dengan kelompok tu mengadekan rapat, nah bapak


bepanderan dengan anggote lain untuk menangani masalah ni
kayak ape baiknye. Mun minta bantuan dengan sida kecamatan
kayak ape carenye. Ape yang kite mau minta bantuan dari sida tu.

(Waktu bapak bersama kelompok mengadakan rapat, nah bapak


berdiskusi dengan anggota kelompok untuk menangani masalah ini
bagaimana baiknya. Kalau minta bantuan dengan pihak kecamatan
bagaimana caranya. Apa yang ingin kelompok mau minta bantuan
dari mereka.)

Pernyataan informan RN juga senada yang menyatakan

tentang bagaimana informan berkoordinasi dalam kelompok

kepada pemerintah desa sebagai berikut:


94

Kalau dengan kelompok pastinye sida bapak meadekan rapat


doloan. Bapak ikut rapat dengan kelompok membahas kepentingan
kelompok pas mase kada melaut ni mau minta bantuan ke sida
Dinas Perikanan tu. Ape-ape yang mau diutarekan ke sida dinas tu
sida bapak rapatkan doloan dengan kelompok baru kena
sampaikan ke sidanye.

(Kalau dengan kelompok pastinya kelompok bapak mengadakan


rapat terlebih dahulu. Bapak mengikuti rapat bersama kelompok
dengan pembahasan kepentingan kelompok saat masa tidak melaut
ini mau mengajukan bantuan apa ke pihak Dinas Perikanan itu.
Apa saja yang mau diutarakan ke mereka kelompok bapak rapatkan
terlebih dahulu dengan kelompok lalu kemudian disampaikan ke
pihak Dinas Perikanan.)

Pernyataan informan ALN dan RN juga tidak jauh berbeda

dengan yang disampaikan oleh informan MRL tentang bagaimana

informan berkoordinasi dalam kelompok kepada pemerintah desa

menyatakan sebagai berikut:

Besame dengan kelompok ni bapak mun pas bekumpul tu


memberikan ide atau saran untuk mendatangi sida kecamatan ni
kayak mane harus ade maksud dan tujuannye doloan. Memberikan
masukan ke anggote kelompok ni supaye bise dibantu dengan sida
kecamatan harus ade hubungan baik bh dengan sidanye tu.

(Bersama dengan kelompok ini bapak kalau lagi berkumpul


memberikan ide atau saran untuk berkunjung dengan pihak
kecamatan bagaimana dan harus ada maksud serta tujuannya
terlebih dahulu. Memberikan masukkan ke anggota kelompok ini
agar bisa dibantu dengan pihak kecamatan harus adanya hubungan
yang baik dengan mereka.)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas tentang

bagaimana informan berkoordinasi dalam kelompok kepada

pemerintah desa ketika menghadapi masalah saat masa tidak

melaut menjelaskan bahwa pernyataan mereka hampir senada yaitu

mengadakan pertemuan terlebih dahulu dengan kelompoknya


95

masing-masing dengan pembahasan yang mereka ingin sampaikan

kepada pemerintah desa. Jika sudah mendapat kesimpulan untuk

berkoordinasi dengan pemerintah desa barulah mereka

mengunjungi dan menyampaikan maksud tujuan yang ingin dicapai

kepada pemerintah desa.

5. Apa tujuan informan melakukan koordinasi dengan kelompok


nelayan lain dan kepada pemerintah desa ketika menghadapi
masalah saat masa tidak melaut?

Dalam melakukan koordinasi antara kelompok satu dengan

pihak yang lainnya tentu memiliki tujuan tersendiri yang ingin

dicapai bersama. Tanpa adanya koordinasi, tujuan yang ingin

dicapai tidak bisa berjalan dengan sendiri dan pasti akan terasa

sulit. Pernyataan informan ALN tentang tujuan informan

melakukan koordinasi dengan kelompok lain maupun pemerintah

desa menyampaikan sebagai berikut:

Tujuan sida bapak bekoordinasi dengan sida yang lain tu pas mase
kada melaut tu saling bebagi info bah mun ade bantuan atau
gawian lain tu. Meeratkan tali saudare kite jua dengan sesame
nelayan ni kan. Mun dengan sida pemerintah tu udah pasti mau
dapat bantuan dari sidanye baik itu berupe duit kah atau alat
nelayan untuk melaut.

(Tujuan kelompok bapak berkoordinasi dengan kelompok lain


waktu saat masa tidak melaut untuk saling berbagi informasi terkait
adanya bantuan atau kerjaan tambahan tidak. Meeratkan tali
silaturahmi kita juga dengan sesama nelayan ini. Kalau dengan
pihak pemerintah desa itu sudah pasti mau mendapatkan bantuan
dari mereka baik itu berupa uang maupun alat nelayan untuk
melaut.)
96

Pernyataan lain juga disampaikan oleh informan RN yang

menyatakan tentang tujuan informan melakukan koordinasi dengan

kelompok lain maupun pemerintah desa sebagai berikut:

Bekoordinasi dengan sida pemerintah ni udah pasti tujuan sida


bapak untuk meminta bantuan dengan sidanye. Karne mase kada
melaut ni uyuh mencari pemasukan. Dan jua kan amun perahu
rusak segale macam nah minta bantuan dana dengan sidanye
untuk membaiki tu.

(Berkoordinasi dengan pihak pemerintah desa sudah pasti tujuan


kelompok bapak untuk meminta bantuan dengan mereka. Karena
masa tidak melaut ini susah mencari pemasukan. Dan juga kalau
perahu rusak atau lainnya nah kelompok bapak meminta bantuan
dana dengan mereka untuk memperbaiki itu.)
Pernyataan informan ALN dan RN juga senada dengan

pernyataan yang disampaikan oleh informan MRL yang

menyatakan tentang tujuan informan melakukan koordinasi dengan

kelompok lain maupun pemerintah desa sebagai berikut:

Sida bapak bekoordinasi dengan sida Dinas Perikanan tu untuk


meringankan beban yang sida bapak rase ni, sida bapak mencobe
membuat proposal ke sidanye untuk nerima bantuan. Sidanye pun
nyuruh jua untuk buat koperasi te nah rencanenye kan koperasi tu
bise mengurangi beban sida bapak pas mase kada melaut ni.

(Kelompok bapak berkoordinasi dengan pihak Dinas Perikanan itu


untuk meringankan beban yang kelompok bapak rasakan,
kelompok bapak mencoba membuat proposal ke mereka untuk
menerima bantuan. Mereka pun menyarankan juga untuk
membentuk koperasi itu nah rencananya nanti dengan adanya
koperasi bisa mengurangi beban kelompok bapak saat masa tidak
melaut)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas tentang tujuan

informan melakukan koordinasi dengan kelompok lain maupun

pemerintah desa menyatakan pernyataan senada yaitu ingin

mendapatkan bantuan ketika mereka mengalami kesulitan saat


97

masa tidak melaut. Tanpa mereka sadari pun disini dapat dilihat

bahwa mereka ingin bersama-sama dan menjalin hubungan

komunikasi yang baik dengan kelompok nelayan lain maupun

pemerintah desa.

6. Bagaimana hasil dari koordinasi yang informan lakukan ketika


menghadapi masalah saat masa tidak melaut?

Hasil dari koordinasi yang dilakukan oleh keduabelah pihak

dapat terlihat setelah mereka melakukan hubungan interaksi

komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Hasil ini adalah

capaian yang mereka inginkan apakah terwujub atau tidak

tergantung pada koordinasi keduabelah pihak. Pernyataan informan

ALN tentang bagaimana hasil dari koordinasi yang informan

lakukan ketika menghadapi masalah saat masa tidak melaut sebagai

berikut:

Hasil yang sida bapak dapat pas bekoordinasi te yaam bise


mengajukan proposal ke Dinas Perikanan dan dibantu oleh
sidanye. Dengan kelompok lain pun jadi saling menolong mun
keadaan uyuh ni.

(Hasil yang kelompok bapak dapat waktu berkoordinasi itu ya bisa


mengajukan proposal ke Dinas Perikanan dan dibantu oleh mereka.
Dengan kelompok lain pun jadi saling tolong-menolong jika
mengalami keadaan yang sulit.)

Pernyataan informan RN juga senada yang menyatakan

tentang bagaimana hasil dari koordinasi yang informan lakukan

ketika menghadapi masalah saat masa tidak melaut menyatakan

sebagai berikut:
98

Yang sida bapak dapat dari bekoordinasi ni alhamdulillah bise


mengajukan proposal, sida bapak jua jadi dekat dengan sida
kecamatan sida Dinas Perikanan tu. Dengan kelompok lain pun
jadi bise begawi besame jadi buruh sawit.

(Yang kelompok bapak dapatkan dari berkoordinasi ini


alhamdulillah bisa mengajukan proposal, kelompok bapak juga jadi
semakin dekat dengan pihak kecamatan maupun Dinas Perikanan.
Dengan kelompok lain juga jadi bisa bekerja bersama menjadi
buruh sawit.)

Pernyataan informan ALN dan RN juga hampir sama dengan

yang disampaikan oleh informan MRL tentang bagaimana hasil

dari koordinasi yang informan lakukan ketika menghadapi masalah

saat masa tidak melaut sebagai berikut:

Hasil yang sida bapak dapat yaam bise membawai kelompok


nelayan lain begabung dengan sida bapak untuk membuat koperasi
te. Segale urusan dan perizinannye pun udah dibuatam dengan
sida Dinas Perikanan te. Tinggal membuat sekre nye mah lagi
untuk jadi kantor koperasinye tu.

(Hasil yang kelompok bapak dapatkan yaitu bisa mengajak


kelompk lain ikut bergabung dengan kelompok bapak untuk
membentuk koperasi. Segala urusan dan surat perizinannya pun
sudah dibuat dengan Dinas Perikanan. Tinggal membuat Sekre atau
tempatnya untuk jadi kantor koperasi kelompok bapak.)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas tentang hasil dari

koordinasi yang informan lakukan ketika menghadapi masalah saat

masa tidak melaut mendapatkan hasil yang cukup memuaskan.

Dengan tujuan yang mereka ingin capai akhirnya tercapai ketika

melakukan koordinasi dengan berbagai pihak.

4.2.5. Harapan Informan Dalam Peningkatan Kesejahteraan

Dalam keadaan saat masa tidak melaut para nelayan tentunya

mempunyai harapan-harapan yang mereka inginkan dalam


99

menghadapi situasi ini untuk meringankan beban mereka dalam

mencari pemasukan ekomoni keluarga. Beberapa pernyataan yang

diberikan oleh informan kepada peneliti, para informan juga

menyampaikan harapan-harapannya saat masa tidak melaut ini untuk

memenuhi pemasukan ekomoni keluargamya. Harapan tersebut

dideskripsikan oleh informan ALN sebagai berikut:

Harapan bapak dengan pemerintah ni dapat memberikan keringanan


dengan adenye bantuan duit kah atau gawian lain kah pas mase kada
melaut ni untuk tambahan menuhi kebutuhan ni.

(Harapan bapak kepada pemerintah dapat memberikan keringanan


dengan adanya bantuan uang atau kerjaan tambahan lain waktu masa
tidak melaut ini untuk penambahan memenuhi kebutuhan.)

Informan RN juga menyampaikan pernyataan harapan-

harapannya dalam peningkatan kesejahteraan saat masa tidak melaut

sebagai berikut:

Bapak sanagat beharap ade bantuan dari pemerintah untuk modal


usahe bh, begitu jua dengan gawian bapak sebagai nelayan ni
pemerintah memberi bantuan berupe peralatan untuk melaut.

(Bapak sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk modal


usaha, begitu juga dengan pekerjaan bapak sebagai nelayan ini
pemerintah bisa memberikan bantuan berupa peralatan untuk melaut.)

Pernyataan informan ALN dan RN juga senada dengan yang

disampaikan oleh informan MRL yang menyampaikan pernyataan

harapan-harapannya dalam peningkatan kesejahteraan saat masa tidak

melaut sebagai berikut:

Yang sangat bapak harap dari pemerintah tu adenye bantuan berupe


perahu dengan mesinnye bah, nyaman kena bise melaut menjangkau
tempat-tempat yang banyak ikannye, beharap jua dapat jaring untuk
ikan tu.
100

(Yang sangat bapak harapkan dari pemerintah itu adanya bantuan


berupa perahu dan mesinnya, biar nanti saat melaut bisa menjangkau
tempat-tempat yang banyak ikannya, berharap juga mendapatkan
jaring untuk menangkap ikan.)

Dari pernyataan-pernyataan informan diatas tentang harapan-

harapan yang mereka inginkan dapat disumpulkan bahwa sebagian

besar dari mereka mengharapkan dan selalu menyinggung tentang

bantuan dari pemerintah berupa dana modal usaha, perahu serta alat

untuk menangkap ikan dengan maksud adanya bantuan tersebut maka

mereka dapat menangkap ikan lebih banyak dan tentunya pada saat

tidak melaut mereka memiliki modal usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan mereka.

4.3. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian mengenai jaringan sosial

masyarakat kelompok nelayan saat masa tidak melaut, maka dapat diuraikan

pembahasan hasil penelitian dengan melakukan analisis masalah, analisis

kebutuhan, dan identifikasi sistem sumber. Berdasarkan Undang-undang Republik

Indonesia No. 31 tahun 2004 Tentang Perikanan, "Nelayan adalah orang yang

mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah orang

orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari".

Menurut Ruddy Agusyanto (2007:13), jaringan sosial adalah suatu

jaringan tipe khusus, di mana “ikatan‟ yang menghubungkan satu titik ke titik lain

dalam jaringan adalah hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka
101

secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial

adalah manusia (person). Menurut Kusnadi (2000) menjelaskan secara tersirat

bahwa di dalam jaringan sosial terdapat aspek komunikasi, kerjasama dan

koordinasi.

4.3.1. Analisis Masalah

Sesuai dengan penjelasan menurut ahli tersebut maka peneliti

melakukan penelitian terhadap jaringan sosial masyarakat kelompok

nelayan saat masa tidak melaut di Kecamatan Pantai Lunci, Kabupaten

Sukamara, Kalimantan Tengah. Komunikasi dilakukan bertujuan untuk

mendapatkan informasi. Terdapat hambatan-hambatan seperti informan

kurang memahami informasi yang didapatkan. Hal tersebut disebabkan

karena rendahnya tingkat pendidikan beberapa anggota kelompok nelayan

sehingga informasi yang diberikan tidak lengkap. Hal tersebut dapat

dilihat dari pihak yang dihubungi informan saat masa tidak melaut.

Beberapa anggota kelompok nelayan juga jarang dalam melakukan diskusi

hanya pada satu bulan sekali dan jumlah anggota yang hadir juga tidak

semuanya. Peranan dan tingkat pendidikan yang dimiliki setiap anggota

kelompok nelayan mempengaruhi proses komunikasi. Anggota kelompok

nelayan yang memiliki peranan sosial yang penting di masyarakat dapat

memudahkan mereka dalam kelompok untuk berkomunikasi agar

mendapatkan informasi dan pendapatnya lebih didengar oleh orang lain,

sedangkan mereka yang hanya menjadi anggota biasa cenderung kurang


102

mampu berkomunikasi dengan baik dan informasi saat masa tidak melaut

pun tidak didapatkan dengan lengkap.

Kerjasama yang dilakukan oleh informan juga masih memiliki

hambatan-hambatan. Anggota kelompok nelayan belum mampu untuk

saling mengandalkan satu sama lain karena masih terdapat kelompok

nelayan yang sulit untuk diajak bekerjasama. Terdapat anggota kelompok

nelayan yang tidak memahami cara melakukan kerjasama yang baik

karena kurangnya ilmu pengetahuan. Kerjasama yang dilakukan belum

melibatkan banyak pihak. Peranan di dalam kelompok dapat

mempengaruhi seseorang untuk mudah melakukan kerjasama dengan

banyak pihak. Tanggungjawab sebagian besar anggota kelompok nelayan

adalah dipercaya menjadi anggota dan hanya sedikit yang memiliki

tanggungjawab penting seperti menjadi pengurus. Tanggungjawab sebagai

anggota saja mengakibatkan beberapa anggota kelompok informan tidak

terlalu tertarik untuk melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain saat

menghadapi masa tidak melaut.

Belum maksimalnya koordinasi yang dilakukakan kelompok

nelayan dalam jaringan sosial saat masa tidak melaut adalah hambatan

anggota kelompok nelayan dalam melakukan koordinasi. Kelompok

nelayan melakukan koordinasi sebagai usaha untuk mengimbangi dan

menggerakkan kelompok nelayan dengan memberikan tugas dan

tanggungjawab kepada masing-masing anggota berkaitan dengan saat

masa tidak melaut. Koordinasi yang dilakukan kelompok nelayan adalah


103

koordinasi vertikal yaitu koordinasi dengan pihak yang mempunyai

jabatan lebih tinggi seperti Pemerintah Desa, Dinas Perikanan, Dinas

Sosial ataupun lainnya. Sedangkan koordinasi horizontal yang dilakukan

kelompok nelayan dengan sesama kelompok nelayan. Kelompok nelayan

belum maksimal melakukan koordinasi, hal ini disebabkan karena

sebagian besar anggota kelompok nelayan hanya melakukan koordinasi

pada saat terjadinya permasalahan. Koordinasi hendaknya dilakukan setiap

melakukan rapat untuk membahas pelaksanaan kegiatan. Mayoritas

anggota kelompok nelayan hanya berperan sebagai anggota, hanya sedikit

yang mendapatkan tugas lebih saat melakukan koordinasi.

Hambatan dalam melakukan koordinasi vertikal dan horizontal

seperti kesalahan komunikasi dapat menyebabkan koordinasi menjadi

tidak maksimal. Pembagian tugas yang tidak tepat dapat menyebabkan

anggota kelompok nelayan sulit untuk menjalankan tugas dan perannya

secara bersamaan di dalam koordinasi. Koordinasi yang dilakukan juga

belum terstruktur dengan baik, artinya masih terdapat anggota kelompok

nelayan yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik ataupun

pelaksanaan koordinasi yang tidak berjalan lancar. Koordinasi yang

dilakukan oleh anggota kelompok nelayan juga belum merata karena tidak

semua anggota kelompok nelayan mempunyai peran penting di kelompok

yang dapat membuat pendapat mereka lebih didengar oleh orang lain.

Anggota kelompok nelayan yang mempunyai peran penting di

kelompoknya dapat dengan mudah melakukan koordinasi, sedangkan


104

anggota kelompok nelayan yang hanya menjadi anggota saja biasa

mengandalkan koordinasi yang dibentuk oleh setiap kelompok nelayan

sendiri.

4.3.2. Analisis Kebutuhan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai jaringan sosial masyarakat

kelompok nelayan saat masa tidak melaut di Kecamatan Pantai Lunci,

Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah. Terdapat koordinasi kelompok

nelayan dalam jaringan sosial yang belum maksimal dilaksankan.

Koordinasi yang belum maksimal ini perlu dijadikan maksimal oleh

kelompok nelayan agar dapat mencapai tujuan bersama. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa koordinasi kelompok

nelayan dalam jaringan sosial perlu untuk ditingkatkan. Selanjutnya yaitu

modal usaha, modal usaha tentunya sesuatu yang sangat penting bagi

seseorang dalam meningkatkan penghasilannya. Modal usaha dapat

digunakan untuk berbagai macam usaha seperti berniaga dan lain

sebagainya. Adapun yang dibutuhkan kelompok nelayan dalam

meningkatkan koordinasinya adalah meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan kelompok nelayan mengenai cara melakukan koordinasi dan

pembagian tugas.

4.3.3. Analisis Sumber

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa sumber

yang dapat dimanfaatkan di Kecamatan Pantai Lunci yang dapat

digunakan untuk meningkatkan koordinasi kelompok tani. Sumber yang


105

digunakan adalah sumber formal. Sistem sumber formal adalah sumber

yang dapat memberikan bantuan atau pelayanan langsung kepada para

anggotaannya. Keanggotaan pada sistem sumber formal ini berada di

dalam suatu organisasi atau asosiasi formal yang bertujuan untuk

meningkatkan minat anggota mereka. Sistem sumber tersebut juga dapat

membantu anggotanya untuk bernegosiasi dan memanfaatkan sistem

sumber kemasyarakatan. Sistem sumber formal yang bisa dimanfaatkan

untuk memaksimalkan koordinasi kelompok nelayan adalah Dinas

Perikanan. Dinas Perikanan dapat memberikan penyuluhan mengenai

bagaimana cara melakukan koordinasi yang baik. Selain itu juga Dinas

Perikanan bisa menaungi para kelompok nelayan yang ada di Kecamatan

Pantai Lunci, jika para nelayan ingin dibantu akan kebutuhan dari

permasalahannya pihak Dinas Perikanan pasti akan memberikan sran atau

bahkan membantu untuk menyelesaikan masalah yang dialami para

nelayan.
BAB V
USULAN PROGRAM

5.1. Dasar Pemikiran

Kelompok nelayan merupakan tempat bagi para nelayan untuk

berdiskusi dan saling bertukar informasi serta memperluas relasi. Kelompok

nelayan harus mempunyai jaringan sosial yang erat antar anggota agar

pencapaian tujuan bersama dapat terlaksana dengan baik. Jaringan sosial

adalah hubungan keterikatan masyarakat untuk mempertahankan

keberadaannya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa jaringan sosial dimiliki

oleh setiap individu untuk behubungan dengan individu lain, kelompok

ataupun masyarakat. Banyaknya kelompok nelayan memunculkan jaringan

yang dilandasi hubungan pertemanan dan hubungan satu profesi. Kelompok

nelayan tentunya mengalami masalah dalam perjalanan organisasinya.

Masalah yang dialami oleh kelompok nelayan salah satunya adalah

saat masa tidak melaut. Jaringan sosial sangat diperlukan bagi kelompok

nelayan untuk menghadapi kondisi saat masa tidak melaut tiba. Jaringan

sosial yang dimiliki setiap anggota kelompok nelayan dapat membantu

nelayan untuk mendapatkan informasi dan upaya-upaya dalam menghadapi

kondisi saat masa tidak melaut. Dalam jaringan sosial, koordinasi adalah

salah satu aspek yang perlu diperkuat agar informasi serta komunikasi dapat

mencapai keberhasilan. Koordinasi yang baik dapat menghindarkan adanya

tumpang tindih tugas yang menghambat keberhasilan koordinasi.

106
107

Koordinasi yang dilakukan kelompok nelayan mengalami masalah.

Belum maksimalnya koordinasi yang dilakukan dapat menghambat

kelompok nelayan untuk mendapatkan informasi mengenai upaya-upaya

dalam menghadapi kondisi saat masa tidak melaut. Hanya sebagian anggota

kelompok nelayan yang mempunyai tugas untuk mengurus proses

koordinasi. Kebanyakan dari anggota kelompok nelayan hanya menjadi

peserta atau anggota biasa saja. Masalah koordinasi vertikal atau koordinasi

dengan pihak yang memiliki kekuasaan adalah terjadinya kesalahan dalam

komunikasi yang dapat menghambat proses koordinasi. Anggota kelompok

nelayan juga masih ada yang kesulitan untuk diajak berkoordinasi. Hal ini

dikarenakan anggota kelompok nelayan masih ada yang belum paham

mengenai koordinasi yang baik dan efektif. Oleh karena itu tentunya

diperlukan peningkatkan koordinasi yang lebih baik dan memaksimalkan

menjadi semaksimal mungkin.

Koordinasi yang efektif dan maksimal dapat mempermudah kelompok

nelayan dalam mendapatkan informasi mengenai upaya-upaya menghadapi

kondisi saat masa tidak melaut dan menyelesaikannya dengan melibatkan

banyak pihak. Koordinasi juga dapat dikolaborasikan dengan aspek lain

yaitu komunikasi dan kerjasama karena jaringan sosial akan menjadi lebih

kuat dengan meningkatkan tiga aspek tersebut. Berdasarkan pemikiran dan

permasalahan tersebut, maka program yang akan diusulkan yaitu dari aspek

koordinasi jaringan sosial kelompok nelayan dalam menghadapi kondisi

saat masa tidak melaut.


108

5.2. Nama Program

Berdasarkan dasar pemikiran tentang permasalahan yang dialami

oleh kelompok nelayan tersebut maka perlu adanya upaya peningkatan

kapasitas kelompok nelayan dalam melakukan koordinasi menghadapi

kondisi saat masa tidak melaut. Program yang diusulkan untuk pemecahan

masalah tersebut adalah “Program Peningkatan Koordinasi Kelompok

Nelayan Melalui Forum Koordinasi Kelompok Nelayan di Kecamatan

Pantai Lunci.”

5.3. Tujuan Program

Tujuan yang ingin dicapai dalam program ini dapat dibedakan

menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dijabarkan sebagai

berikut:

5.3.1. Tujuan Umum

Meningkatkan koordinasi kelompok nelayan dan pembagian

tugas dalam menghadapi kondisi saat masa tidak melaut.

5.3.2. Tujuan Khusus

1. Memperkuat jaringan sosial antar anggota kelompok nelayan.

2. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar anggota

kelompok nelayan dalam kegiatan pemberian materi mengenai

koordinasi.

3. Bertambahnya pengetahuan kelompok nelayan mengenai

koordinasi.

4. Mempererat hubungan sosial antar kelompok nelayan.


109

5.4. Sasaran

Sasaran terhadap program pemecahan masalah ini adalah perwakilan

anggota setiap kelompok nelayan yang berada di Kecamatan Pantai Lunci

Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah.

5.5. Sistem Partisipan dan Pengorganisasian Program

5.5.1. Sistem Partisipan

Partisipan merupakan pengambilan bagian atau pengikutsertaan

dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan juga ikut bertanggung jawab

sesuai dengan kewajibannya. Partisipan dalam program ini

dijabarkan sebagai berikut:

5.5.1.1. Inisiator

Inisiator adalah seseorang yang menyadari adanya masalah dan

berinisiatif untuk memecahkan masalah tersebut. Sistem inisiator

dalam Program Peningkatan Koordinasi Kelompok Nelayan

melalui Forum Koordinasi Kelompok Nelayan di Kecamatan

Pantai Lunci adalah peneliti.

5.5.1.2. Pendukung

Pendukung adalah pihak-pihak yang ikut peduli dan mendukung

dalam pemecahan masalah melalui program yang diusulkan.

Pendukung juga dapat membantu akan terlaksananya program.

Sistem tersebut adalah Dinas Perikanan, Dinas Sosial, Pemerintah

Kecamatan/Kota dan Gabungan Kelompok Nelayan.


110

5.5.1.3. Pengawasan

Pengawasan adalah pihak yang diberikan wewenang untuk

melakukan pengawasan dalam pelaksanaan program. Sistem

pengawasan tersebut adalah Ketua Gabungan Kelompok Nelayan.

5.5.2. Pengorganisasian Program

Pengorganisasian program dimulai dengan membentuk Tim

Kerja Masyarakat (TKM) yang melaksanakan pelaksanaan program

tersebut. Berikut adalah susunan dari TKM tersebut:

5.5.2.1. Penanggung Jawab

Penanggung jawab dalam program ini adalah Camat Kecamatan

Pantai Lunci Kabupaten Sukamara.

5.5.2.2. Ketua Pelaksana bertugas dalam hal ini :

1. Memimpin dan mengelola kegiatan.

2. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

5.5.2.3. Sekretaris

1. Membantu ketua pelaksanaan dalam mempersiapkan kegiatan.

2. Melakukan tugas-tugas administrasi kesekretariatan.

3. Menyusun laporan pelaksanaan seluruh kegiatan.

5.5.2.4. Bendahara bertugas dalam hal :

1. Menghimpun dan mengelola dana yang digunakan untuk

kegiatan.

2. Menyusun laporan pertanggung jawaban keuangan.


111

5.5.2.5. Seksi-seksi

1. Seksi humas bertugas menghubungi berbagai pihak terkait

dengan pelaksanaan program.

2. Seksi konsumsi bertugas untuk menyiapkan konsumsi untuk

kegiatan.

3. Seksi perlengkapan bertugas untuk mempersiapkan dan

menyediakan seluruh perlengkapan, sarana dan prasarana

yang diperlukan.

4. Seksi acara bertugas untuk untuk membuat susunan acara

kegiatan dan menjadi pembawa acara.

Penanggung Jawab

Ketua Pelaksana

Serkretaris Bendahara

Seksi Humas Seksi


Perlengkapan

Seksi Acara Seksi Konsumsi

Bagan 5.1. Struktur Kepanitiaan Penguatan Koordinasi


Kelompok Nelayan melalui Forum Koordinasi Kelompok
Nelayan di Kecamatan Pantai Lunci Tahun 2020.
5.6. Metode

Metode yang digunakan pada program ini adalah metode Community

Development. Model ini berfungsi untuk meningkatkan partisipasi


112

masyarakat untuk memperbaiki hidup. Tujuan metode yang digunakan ini

adalah untuk meningkatkan kemampuan koordinasi kelompok nelayan

dalam menghadapi kondisi saat masa tidak melaut.

5.7. Teknik

Teknik yang digunakan dalam usulan program ini adalah teknik focus

group discussion (FGD) melalui diskusi rencana aksi dan presentasi. Selain

itu juga melakukan capacity building untuk meningkatkan koordinasi

kelompok nelayan. Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan program ini

antara lain:

5.7.1. Focus Group Discussion (FGD)

FGD dilakukan dengan mengajak kelompok nelayan untuk

berdiskusi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Anggota

kelompok nelayan dapat saling mengemukakan pendapatnya untuk

melengkapi program kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu,

FGD juga dilakukan saat pelaksanaan Program Peningkatan

Koordinasi Kelompok Nelayan melalui Forum Koordinasi

Kelompok Nelayan.

5.7.2. Presentasi

Presentasi dilakukan oleh narasumber. Presentasi merupakan cara

untuk menyampaikan atau menjelaskan materi kepada peserta.

Materi yang akan diberikan tentang pengorganisasian kegiatan yang

baik dan pengoptimalan koordinasi kelompok nelayan. Selain

presentasi, kelompok nelayan juga diajak melakukan simulasi dalam


113

hal manajemen organisasi dan penguatan koordinasi kelompok

nelayan lebih memahami bagaimana koordinasi yang efektif dapat

dilakukan.

5.8. Langkah-langkah Pelaksanaan

Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan

dalam pelaksanaan Program Peningkatan Koordinasi Kelompok Nelayan

Melalui Forum Koordinasi Kelompok Nelayan, dibagi menjadi beberapa

tahap, sebagai berikut:

5.8.1. Tahap Persiapan Kegiatan

5.8.1.1. Pembentukan Tim Kerja Masyarakat (TKM)

Pada tahap ini dibentuk orang-orang yang akan terlibat dalam

pelaksanaan pembentukkan program yang terdiri dari penanggung

jawab, ketua pelaksana, sekretaris, bendahara, seksi konsumsi,

seksi humas, seksi perlengkapan, seksi acara.

5.8.1.2. Sosialisasi Program

Kegiatan sosialisasi program dilakukan kepada seluruh anggota

kelompok nelayan bertujuan untuk memberikan pemahaman dan

membangkitkan keinginan anggota kelompok nelayan untuk

mengikuti program yang akan dilaksanakan.

5.8.2. Tahap Perencanaan Kegiatan

Pada perencanaan kegiatan, tim kerja melakukan hal-hal sebagai

berikut:
114

5.8.2.1. Menyusun jadwal kegiatan.

Jadwal kegiatan pelaksanaan program ini akan dilaksanakan dalam

waktu dua hari. Kegiatan ini berupa penyampaian materi dari

narasumber dan melaksanakan simulasi bagi kelompok nelayan

mengenai penguatan koordinasi.

5.8.2.2. Menyusun rencana anggaran yang dibutuhkan.

Penyusunan rencana anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

program Forum Koordinasi Kelompok Nelayan. Anggaran biaya

dapat diperoleh melalui pengajuan proposal ke Dinas Perikanan

Kabupaten Sukamara, Dinas Sosial Kabupaten Sukamara, dan

Pemerintah Desa/Kota.

5.8.2.3. Mempersiapkan Kegiatan

TKM peningkatan koordinasi Forum Koordinasi Kelompok

Nelayan melakukan kerjasama dengan instansi terkait yaitu Dinas

Perikanan dan Dinas Sosial yang memiliki tenaga ahli dalam

peningkatan kapasitas mengenai pengorganisasian kegiatan,

peningkatan koordinasi dan penguatan jaringan sosial. Seksi

perlengkapan mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti

infocus, kursi, meja, ruangan. Seksi konsumsi menyiapkan

konsumsi berdasarkan data jumlah peserta. Seksi acara membuat

rundown acara.
115

5.8.2.4. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan program kegiatan ini dilaksanakan di Aula Kantor

Kecamatan Pantai Lunci. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari.

Pemberian materi mengenai permasalahan dalam kehidupan

nelayan, penguatan jaringan sosial, manajemen organisasi dan

penguatan koordinasi. Selanjutnya anggota kelompok nelayan akan

diajak untuk melakukan simulasi dari materi yang telah

disampaikan.

5.8.3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Tahap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui pemberian materi-

materi dan simulasi mengenai manajemen organisasi dan penguatan

koordinasi melalui membentuk kelompok-kelompok. Materi yang

disampaikan mengenai masalah di kehidupan nelayan khususnya

saat masa tidak melaut dan upaya menghadapi kondisi saat masa

tidak melaut, penguatan jaringan sosial dan memperjelas fungsi

jaringan, manajemen organisasi dan penguatan koordinasi adalah

sebagai berikut:

5.8.3.1. Pemberian Materi dari Narasumber

1. Materi mengenai upaya menghadapi saat masa tidak melaut.

Materi ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan peserta

untuk melakukan upaya preventif dan represif dalam

menghadapi saat masa tidak melaut.


116

2. Materi selanjutnya adalah tentang penguatan jaringan sosial

kelompok nelayan. Materi ini bertujuan untuk memberikan

pengetahuan dan meningkatkan pemahaman peserta akan

pentingnya jaringan sosial yang kuat agar kelompok nelayan

dapat menyelesaikan masalah dengan bekerjasama dan

menguatkan komunikasi satu sama lain.

3. Materi tentang manajemen organisasi dan penguatan koordinasi

kelompok nelayan, materinya sebagai berikut:

a. Pengertian Organisasi.

b. Pengertian pengorganisasian kegiatan dalam nelayan.

c. Langkah-langkah melakukan pengorganisasian kegiatan.

d. Koordinasi yang dilakukan dalam pengorganisasian

kegiatan.

e. Koordinasi dalam nelayan.

f. Langkah-langkah melakukan koordinasi.

g. Indikator keberhasilan pengorganisasian kegiatan.

h. Manfaat pengorganisasian kegiatan.

5.8.3.2. Diskusi dan Tanya Jawab.

Berdiskusi dan bebagi pengalaman dalam menanggapi materi yang

sudah diberikan. Peserta diharapkan dapat mengajukan pertanyaan,

saran atau kritik menanggapi materi yang telah disampaikan

narasumber. Kemudian narasumber dapat menjawab pertanyaan

dari peserta.
117

5.8.3.3. Simulasi untuk Forum Koordinasi Kelompok Nelayan

Simulasi Forum Koordinasi Kelompok Nelayan dilakukan setelah

anggota mendapatkan materi dari narasumber. Simulasi berkaitan

dengan manajemen organisasi dan penguatan koordinasi untuk

melatih anggota dari forum koordinasi kelompok nelayan. Berikut

adalah kepengurusan Forum Koordinasi Kelompok Nelayan:

Penanggung Jawab

Ketua Forum Wakil Ketua Forum

Sekretaris Bendahara

Koordinator

Keanggotaan

Bagan 5.2 Struktur Kepengurusan Forum Koordinasi


Kelompok Nelayan Di Kecamatan Pantai Lunci Tahun 2020.

Bagan ini menjelaskan mengenai struktur kerja dalam

Forum Koordinasi Kelompok Nelayan yang akan memudahkan

dalam melakukan koordinasi kegiatan dan dapat melatih anggota

kelompok untuk dapat melakukan koordinasi dengan baik.

Sebelum membentuk forum ini, maka akan diadakan rangkaian

kegiatan lain. Berikut adalah jadwal kegiatan yang telah diusulkan:


118

Tabel 5.1 Jadwal Program Peningkatan Koordinasi Kelompok


Nelayan melalui Forum Koordinasi Kelompok Nelayan Hari
Pertama.

No Waktu Jenis Kegiatan Pelaksanaan


Kegiatan

09.00 –
1. Daftar Ulang Panitia
09.30

Pembukaan dan sambutan: Pihak terkait &


Panitia
09.30 - a. Kepala Dinas Perikanan
2.
10.30 b. Kepala Dinas Sosial
c. Kepala Camat
Pemberian materi : Narasumber
a. Masalah dalam perikanan
atau nelayan
b. Upaya menghadapi
10.30-
3. situasi saat masa tidak
12.00
melaut
c. Dampak dari situasi saat
masa tidak melaut
Ice Breaking
12.00- Istirahat (coffebreak) Panitia
13.00
Narasumber
13.00 - Penguatan jaringan sosial
4. kelompok nelayan dan
14.30
memperjelas fungsi
jaringan
Narasumber dan
14.30- Panitia
5. Diskusi dan Tanya Jawab
15.00

15.00- Istirahat dan persiapan Panitia


16.00 pulang
16.00-
6. Penutupan hari pertama Panitia
Selesai
119

Dalam tabel 5.1. di atas menjelaskan tentang kegiatan

peningkatan koordinasi melalui forum koordinasi kelompok

nelayan di hari pertama. Kegiatan tersebut mengarah kepada jenis

kegiatan yang membahas materi mengenai masalah dalam

perikanan atau nelayan, upaya menghadapi situasi saat masa tidak

melaut, dan dampak dari situasi saat masa tidak melaut, serta

penguatan jaringan sosial kelompok nelayan dan memperjelas

fungsi jaringan.

Tabel 5.2 Jadwal Kegiatan Peningkatan Koordinasi melalui


Forum Koordinasi Kelompok Nelayan Hari Kedua.

No Waktu Jenis Kegiatan Pelaksanaan


Kegiatan
Panitia
09.00-
1. Pembukaan
09.30

Pemberian materi mengenai Narasumber


09.30-
2. manajemen organisasi dan
11.00
penguatan koordinasi
11.00- Panitia
Istirahat (coffebreak)
12.00
12.00- Narasumber dan
3. Diskusi, tanya jawab
13.30 Panitia
Simulasi mengenai Panitia
13.30-
4. penguatan koordinasi dan
15.30
manajemen organisasi
Evaluasi Panitia
15.30-
5.
Selesai Penutupan acara

Dalam tabel 5.2. di atas menjelaskan tentang kegiatan

peningkatan koordinasi melalui forum koordinasi kelompok nelayan


120

di hari kedua. Kegiatan tersebut mengarah kepada jenis kegiatan

yang membahas materi mengenai manajemen organisasi dan

penguatan koordinasi, serta simulasi mengenai penguatan koordinasi

dan manajemen organisasi.

5.8.4. Tahap Pengakhiran Kegiatan

Tahap pengakhiran kegiatan dibagi menjadi dua yaitu monitoring

dan pelaporan yang dijelaskan sebagai berikut:

5.8.4.1. Monitoring

Monitoring dilakukan dengan maksud tujuan untuk memantau atau

mengamati perkembangan yang terjadi pada kelompok nelayan

mengenai pemahaman setelah mengikuti kegiatan peningkatan

koordinasi melalui forum koordinasi kelompok nelayan tersebut.

Monitoring juga dilakukan agar mengamati keberlanjutan program

yang telah dibuat yaitu Forum Koordinasi Kelompok Nelayan

mengenai terbentuknya tugas dan fungsi.

5.8.4.2. Pelaporan

Laporan pelaksanaan kegiatan dibuat oleh tim kerja sebagai bentuk

pertanggungjawaban atas terselenggaranya program tersebut.

Laporan ini disusun untuk mengetahui kesesuaian antara rencana

yang dibuat dan pelaksanaan program yang sudah dilaksanakan.

Laporan ini ditujukan kepada Dinas Perikanan dan Dinas Sosial

Kabupaten Sukamara sebagai pemberi anggaran.


121

5.9. Rencana Anggaran Biaya

Anggaran biaya digunakan untuk mengetahui gambaran awal biaya

yang akan dikeluarkan untuk kegiatan tertentu. Dengan membuat anggaran

biaya, diharapkan semua proses kegiatan berjalan sesuai dengan rencana

termasuk urusan biaya. Setiap kegiatan anggaran merupakan hal yang harus

tersedia karena sebuah kegiatan tanpa dukungan anggaran tidak dapat

berjalan. Sumber anggaran dalam pelaksanaan kegiatan ini berasal dari

Dinas Perikanan dan Dinas Sosial Kabupaten Sukamara serta donatur dari

berbagai pihak yang sifatnya sukarela. Biaya ini hanya untuk mengadakan

kegiatan selama dua hari. Selanjutnya untuk biaya forum koordinasi

kelompok nelayan akan dibuat lebih lanjut. Sistem penentuan rencana

anggaran didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

32/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya Masukan Tahunan Anggaran

Tahun 2020. Rincian anggaran untuk kegiatan ini sebagai berikut:

Tabel 5.3 Anggaran Biaya Peningkatan Koordinasi melalui Forum


Koordinasi Kelompok Nelayan di Kecamatan Pantai Lunci Tahun 2020

No Jadwal Kegiatan Volume Harga Jumlah (Rp)


Satuan (Rp)
1 2 3 4 5
1 Kesekretariatan
Alat Tulis Kantor 1 paket 300.000,00 300.000,00
Foto copy undangan 100 lembar 20.000,00 20.000,00
Pembuatan proposal 3 paket 100.000,00 300.000,00
Banner 1 buah
200.000,00 200.000,00
122

1 2 3 4 5
2 Konsumsi
Rapat Persiapan 15 x 1(orang x
16.000,00 240.000,00
frekuensi)
Pelaksanaan 60 x 2 (orang x
45.000,00 2.700.000,00
frekuensi)
Rapat Evaluasi 15 x 1 (orang x
16.000,00 240.000,00
frekuensi)
3 Honor
a. Pemateri I 1 x 2 (orang x
900.000,00 1.800.000,00
frekuensi)
b. Pemateri II 1 x 2 (orang x
900.000,00 1.800.000,00
frekuensi)
c. Pemateri III 1 x 2 (orang x
900.000,00 1.800.000,00
frekuensi)
d. Panitia 15 x 2 (orang
Pelaksana 300.000,00 9.000.000,00
x frekuensi)
4 Pelaporan 1 Eksemplar 100.000,00 100.000,00
Total Anggaran Biaya 15.560.000,00

Berdasarkan Tabel 5.3 diatas bahwa total anggaran biaya yang

diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan Pembentukkan Forum Koordinasi

Kelompok Nelayan adalah sebanyak Rp15.560.000,00. Anggaran tersebut

diperoleh dengan mengajukan proposal kepada Dinas Perikanan Kabupaten

Sukamara, Dinas Sosial Kabupaten Sukamara, Pemerintah Kecamatan

Pantai Lunci dari kelompok Nelayan.

5.10. Rencana Evaluasi

Rencana evaluasi dilakukan untuk menilai proses pelaksanaan

program dan kegiatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan dari
123

tahap awal hingga pengakhiran kegiatan. Evaluasi ini juga untuk

mengetahui hambatan yang terjadi pada kegiatan ini. Rencana evaluasi ini

yaitu terkait dengan evaluasi proses yang sudah dilakukan dan evaluasi

tentang hasil yang yang telah dicapai.

5.10.1. Evaluasi Proses

Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui proses dari kegiatan

atau program telah berlangsung. Evaluasi ini dapat dilihat dari

ketepatan waktu pelaksanaan program, kesesuaian materi yang

disampaikan, partisipasi dari peserta dan metode atau teknik yang

digunakan. Selain itu juga dapat mengetahui usaha-usaha yang

telah dilaksanakan dalam hal mengantisipasi hambatan yang

dialami.

5.10.2. Evaluasi Hasil

Hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa dalam proses kegiatan dan

program yang dilakukan mengalami kendala. Evaluasi hasil juga

dilakukan untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan dari

kegiatan yang telah dilakukan. Program yang telah dibuat juga

dilihat sejauh mana program tersebut dapat berhasil dalam

pelaksanaan program.

5.11. Analisis Kelayakan Program

Program yang telah peneliti ajukan perlu dilakukan analisis

kelayakannya dalam pemecahan masalah. Analisis kelayakan program ini

menggunakan analisis SWOT. Adapun rincian dari analisis tersebut adalah:


124

Tabel 5.4 Analisis Kelayakan Program Tahun 2020.

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)


5.12 Motivasi untuk a. Rendahnya
meningkatkan koordinasi. pengetahuan dan
Faktor Internal
dari kemampuan anggota
5.13 Dukungan
kelompok nelayan.
pemerintah desa kepada
kelompok nelayan. b. Kemungkinan
kurangnya partisipasi.
5.14 Banyaknya
Faktor Eksternal anggota kelompok
nelayan.
Opportunity (Peluang) Strategi SO Strategi WO
a. Adanya a. Membentuk a. Meningkatkan
narasumber untuk kegiatan untuk pengetahuan anggota
memberikan meningkatkan kelompok kelompok nelayan melalui
pengetahuan. tani melakukan koordinasi. penyuluhan atau kegiatan
pemberian materi lainnya.
b. Kerjasama b. Mengembangkan
dengan berbagai pihak. kerjasama dengan berbagai b. Meningkatkan
pihak untuk realisasi partisipasi kelompok
c. Forum
Koordinasi Kelompok program. nelayan dengan pemberian
Nelayan dapat c. Mengajak anggota motivasi.
memaksimalkan kelompok nelayan untuk c. Melakukan
koordinasi dalam bergabung dengan Forum kerjasama dengan berbagai
kelompok nelayan. Koordinasi Kelompok pihak untuk mendukung
Nelayan. program.
Threats (Ancaman) Strategi ST Strategi WT
a. Ketidaksiapan a. Anggota kelompok a. Memberikan
menghadapi kondisi nelayan saling memotivasi pengetahuan yaitu upaya-
saat masa tidak melaut. dan berdiskusi mengenai upaya menghadapi
penyelesaian saat masa masalah dan penguatan
b. Kekhawatiran
jika kelompok nelayan tidak melaut. kepada kelompok nelayan.
tidak dapat b. Pemerintah desa b. Memberikan
menjalankan program menjadi pendukung pemahaman dan motivasi
yang telah kelompok nelayan agar partisipasi kelompok
direncanakan. melakukan koordinasi. nelayan tinggi dan
program dapat berjalan
c. Pemberian
motivasi dan peningkatan dengan baik.
kapasitas agar program
dapat tetap berjalan.
125

Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan oleh peneliti maka

dapat diketahui bahwa strength (kekuatan) dan opportunity (peluang) dari

peningkatan koordinasi melalui Forum Koordinasi Kelompok Nelayan lebih

banyak dari pada weakness (kelemahan) dan treats (ancaman), sehingga

program ini layak untuk dilaksanakan.

5.12. Indikator Keberhasilan

Adanya indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan, apakah

program tersebut dinyatakan berhasil atau mengalami hambatan, sehingga

membantu peneliti untuk dapat melihat program ini baik atau tidak.

Indikator keberhasilan pada program ini yaitu:

Tabel 5.5 Indikator Keberhasilan Program Tahun 2020

No Sebelum Setelah
1 Kurangnya pemahaman mengenai Meningkatnya pemahaman
koordinasi dalam kelompok koordinasi yang belum maksimal
nelayan selama ini.
2 Kurangnya pengetahuan dan Meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan yang menghambat keterampilan melakukan koordinasi
koordinasi kelompok nelayan.
3 Jaringan sosial sudah baik namun Kuatnya jaringan sosial kelompok
perlu diperkuat nelayan.
4 Kurangnya komunikasi dan Meningkatnya komunikasi dan
kerjasama anggota dalam kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh
kelompok nelayan.
5 Forum Koordinasi Kelompok Berjalannya Forum Koordinasi
Nelayan yan baru dibentuk Kelompok Nelayan sesuai dengan
tugas dan fungsi yang sudah
ditentukan.
BAB VI

KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Kelompok nelayan merupakan wadah bagi mereka yang mempunyai

keseragaman mata pencahariannya yaitu bergantung pada hasil tangkapan di laut.

Kelompok nelayan menjadi tempat untuk saling berkomunikasi, melakukan

kerjasama dan berkoordinasi. Informasi lengkap mengenai hasil laut merupakan

hasil dari diskusi yang dilakukan. Kelompok nelayan memiliki jaringan sosial

untuk mempermudah para nelayan dalam mendapatkan informasi dan

membutuhkan bantuan dalam menghadapi kondisi saat masa tidak melaut.

Nelayan di Kecamatan Pantai Lunci ini hampir semua berada di bawah

garis kemiskinan. Keadaan ii disebabkan karena penghasilan mereka dari hasil

laut yang minim dan tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

Keadaan nelayan yang masih merasakan kekurangan akan semakin terpuruk saat

masa tidak melaut tiba. Masa tidak melaut adalah masa saat memasuki bulan

yang cuacanya tidak mendukung dan tidak bisa diprediksi untuk pergi melaut

menangkap ikan.

Jaringan sosial merupakan hubungan sosial yang dimiliki kelompok

nelayan untuk mencapai tujuan yang ingin diraih. Jaringan sosial berhubungan

erat dengan komunikasi, kerjasama dan koordinasi. Hubungan tersebut dapat

terbentuk secara formal dan informal. Berdasarakan hasil penelitian mengenai

126
127

aspek komunikasi, kerjasama dan koordinasi kelompok nelayan saat masa tidak

melaut.

Jaringan sosial yang dimiliki oleh kelompok nelayan di Kecamatan Pantai

Lunci cukup baik dan harus ditingkatkan lagi. Hal ini karena jaringan sosial

penting untuk kelompok nelayan agar mendapatkan informasi, melakukan

koordinasi atau bahkan membuat suatu kegiatan untuk menghadapi kondisi saat

masa tidak melaut.

Kelompok nelayan melakukan koordinasi sebagai usaha untuk

mengimbangi dan menggerakkan kelompok nelayan dengan memberikan tugas

dan tanggungjawab kepada masing-masing anggotanya berkaitan dengan

menghadapi kondisi saat masa tidak melaut. Koordinasi yang dilakukan

kelompok nelayan adalah koordinasi vertikal yaitu koordinasi dengan pihak yang

mempunyai jabatan lebih tinggi seperti Pemerintah Kecamatan, Dinas Perikanan,

Dinas Sosial ataupun lainnya. Sedangkan koordinasi horizontal yang dilakukan

kelompok nelayan dengan sesama kelompok nelayan.

Kelompok nelayan di Kecamatan Pantai Lunci belum maksimal dalam

menjalankan koordinasi, hal ini disebabkan karena sebagian besar anggota

kelompok nelayan hanya melakukan koordinasi pada saat terjadi masalah.

Koordinasi hendaknya dilakukan setiap melakukan rapat untuk membahas

pelaksanaan kegiatan. Mayoritas anggota kelompok nelayan hanya berperan

sebagai anggota, dan hanya sedikit yang mendapatkan tugas lebih saat

melakukan koordinasi.
128

Hambatan dalam melakukan koordinasi vertikal dan horizontal seperti

kesalahan komunikasi dapat menyebabkan koordinasi menjadi tidak maksimal.

Pembagian tugas yang tidak tepat dapat menyebabkan anggota kelompok nelayan

sulit untuk menjalankan tugas dan perannya secara bersamaan di dalam

koordinasi. Koordinasi yang dilakukan juga belum terstruktur dengan baik,

artinya masih terdapat anggota kelompok nelayan yang tidak menjalankan

tugasnya dengan baik ataupun pelaksanaan koordinasi yang tidak berjalan lancar.

Usulan program yang diajukan adalah Program Forum Koordinasi

Kelompok Nelayan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan kelompok nelayan melakukan koordinasi dan pembagian tugas

dalam menghadapi kondisi saat masa tidak melaut, bertambahnya pengetahuan

kelompok nelayan mengenai koordinasi dalam menghadapi kondisi saat masa

tidak melaut, meningkatkan kemampuan kelompok nelayan untuk melakukan

koordinasi, meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar anggota kelompok

nelayan dalam melakukan koordinasi, mempererat hubungan sosial antar

kelompok nelayan dan memperkuat jaringan sosial antar anggota kelompok

nelayan. Program ini melibatkan berbagai pihak seperti Dinas Perikanan, Dinas

Sosial, dan Pemerintah Kecamatan. Program ini menggunakan teknik Community

Development dan menggunakan teknik Focus Group Discussion dengan diskusi

rencana aksi serta presentasi.

Berdasarkan analisis SWOT yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

maka program ini layak untuk dilaksanakan. Beberapa hambatan yang akan
129

ditemui dalam terealisasikan program ini, tidak akan menjadi kendala yang

berarti dalam pelaksanaan program. Mengingat bahwa materi yang telah

disampaikan melalui program ini telah disesuaikan dengan kebutuhan informan,

saran dan prasarana pendukung telah tersedia, dan pelibatan tata sumber juga

akan dilakukan terhadap penyelesaian masalah, maka program ini layak untuk

terealisasikan sebagai salah satu wujud alternatif pemecahan masalah yang

berkaitan dengan jaringan sosial kelompok nelayan dalam menghadapi kondisi

saat masa tidak melaut.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian Jaringan Sosial Masyarakat

Kelompok Nelayan Saat Masa Tidak Melaut Di Kecamatan Pantai Lunci

Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah, peneliti memberikan saran sebagai

berikut :

6.2.1 Saran Guna Laksana

1. Peneliti telah membuat usulan program yang diharapkan dapat diimplementasikan

oleh Pemerintah Kabupaten Sukamara bekerjasama dengan pihak lain seperti

Dinas Perikanan, dengan kelompok nelayan agar dapat meningkatkan koordinasi

antar anggota kelompok nelayan.

2. Adanya komitmen bersama untuk meningkatkan koordinasi kelompok nelayan

agar tujuan yang ingin dicapai bersama dapat tercapai.


130

6.2.2 Saran Penelitian Lanjutan

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat melihat isu masalah yang berbeda dan

mengembangkan aspek jaringan sosial yang lainnya.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan tidak hanya berlokasi di Kecamatan

Pantai Lunci tetapi dapat dilakukan di kecamatan lain di Kabupaten Sukamara

yang nantinya dapat dijadikan perbandingan antara penelitian yang telah

dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan di lokasi yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Allen Pincus & Anne Minahan : “Social Work Practice : Model and Method”, FE
Peacock Publishers, Inc, Illinois, 1973

Bhudi Wibhawa,dkk.2010. Dasar-dasar Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya


Padjajaran.
Burhan Bungin.2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursi
Teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta: Kencana.
Dubois, Brenda & Karla K. Miley. 2005. Social Work an Empowered Profession.
USA : USA. Person
Field, Jhon, 2010. Modal Sosial, Kreasi Wacana: Bantul

Irwan Suhartono. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosda


Karya.
Isbandi Rukminto Adi 2015. Kesejahteraan Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Kusnadi, 2000. Nelayan Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung:


Humaniora Utama Press.

Lawang, Robert M.Z. 2005. Pengantar Sosiologi. Karunika. Jakarta.

Siporin, Max (1975), Introduction to Social Work Practice, New York Macmillan
Publishing. Co, Inc.

Moh. Nazir. 2011. Metode Penelitian. Jakarta ; Ghalia Indonesia.

Mubyarto dan Loekman Soetrisno et al. 1984. Nelayan dan Kemiskinan Studi
Ekonomi Antropologi. Jakarta : CV Rajawali.

Ruddy Agusyanto. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sastrawijaya. 2002. Nelayan Nusantara. Riset Pengolahan Produk Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Soekanto, Soerjono, 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan 38. Jakarta : PT
Grafindo Persada.
Soetarno. 1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Kanisius
Sugiyono. 2012. Cetakan ke 14. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung. Alfabeta.

131
132

Wibhawa, Budi, dkk. 2010. Dasar-dasar Pekerjaan Sosial. Bandung : Widya


Padjajaran.
Zastrow, H. C. (1999). The Practice of Social Work. USA : Brooks/Cole
Publishing Company.

Hasil Penelitian
Bagus Setyawan Ridhani. 2018. Jaringan Sosial Kelompok Tani Dalam
Menghadapi Gagal Panen Di Desa Tambak Sirang Darat Kecamatan
Gambut Kabupaten Banjar.
Sulaeman Mendrofa. 2014. Coping Strategy Keluarga Nelayan Dalam
Menghadapi Masa Paceklik Di Desa Miga Kecamatan Gunungsitoli
Kota Gunungsitoli.
Dhanu Harbiyantoro. 2016. Jaringan Sosial Kelompok Petani Garam dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Desa Dresi Kulon Kecamatan
Kaliori Kabupaten Rembang.

Sumber lain:

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Undang-Undang Republik Indonesia No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan


LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
JARINGAN SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK NELAYAN SAAT
MASA TIDAK MELAUT DI KECAMATAN PANTAI LUNCI
KABUPATEN SUKAMARA KALIMANTAN TENGAH

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Agama :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Alamat :

7. Pengasilan/bln :

B. Jaringan Komunikasi Kelompok Nelayan

1. Kepada siapa informan mencari informasi mengenai masalah kondisi saat

tidak melaut?

2. Kapan informan mulai mencari informasi mengenai masalah kondisi saat

tidak melaut?

3. Apakah hambatan yang informan alami ketika mencari informasi

mengenai kondisi saat tidak melaut?

4. Berapa kali informan berdiskusi dengan kelompok nelayan dalam

menghadapi kondisi saat tidak melaut?

5. Berapa kali informan memberi ide atau saran kepada kelompok nelayan

mengenai kondisi saat tidak melaut?


6. Bagaimana upaya yang informan lakukan saat menghadapi kondisi saat

tidak melaut

7. Apakah manfaat yang informan dapatkan setelah bergabung dengan

kelompok nelayan?

C. Jaringan Kerjasama Kelompok Nelayan

1. Kapan informan melakukan kerjasama dengan pihak lain?

2. Siapa saja yang bekerjasama dengan informan?

3. Apakah bentuk kerjasama yang informan lakukan dalam menghadapi

kondisi saat tidak melaut?

4. Apakah manfaat yang informan dapatkan dari kerjasama yang telah

dilakukan?

5. Apakah bentuk dukungan kelompok nelayan kepada informan yang telah

bekerjasama di dalam kelompok nelayan?

6. Bagaimana kerjasama informan dengan nelayan lain saat menghadapi

kondisi saat tidak melaut?

7. Apakah hambatan yang informan alami saat melakukan kerjasama

dengan kelompok nelayan saat menghadapi kondisi saat tidak melaut?

D. Jaringan Koordinasi Kelompok Nelayan

1. Siapa saja yang informan ajak untuk berkoordinasi?

2. Bagaimana bentuk koordinasi informan dengan pemerintah desa saat

menghadapi kondisi saat tidak melaut?

3. Apakah informan mempunyai hambatan saat melakukan koordinasi

vertikal?
4. Bagaimana cara informan berkoordinasi dalam kelompok nelayan saat

menghadapi kondisi saat tidak melaut?

5. Apa tujuan informan melakukan koordinasi dengan kelompok nelayan

atau nelayan lain saat menghadapi kondisi saat tidak melaut?

6. Bagaimana hasil dari koordinasi yang informan lakukan saat menghadapi

kondisi saat tidak melaut?


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai