Disusun oleh
Cherylin Morgan Wjaya
https://www.idntimes.com/life/women/ingriani-wionika/ini-alasan-kenapa-feminisme-begitu-
penting-c1c2/8 (24 November 2021)
BAB II
ISI
2.1 Munculnya Gerakan Feminisme
Pengertian secara luasnya, feminisme adalah gerakan yang terjadi karena adanya
kekhawatiran mengenai posisi, peran, fungsi, dan identitas perempuan dalam masyarakat maupun
Gereja. Dalam 20 tahun terakhir, masih banyak orang yang mempertanyakan dimanakah posisi
wanita dalam kehidupan sosial dan di Gereja. Apa yang pernah dianggap sebagai topik yang tidak
menarik sekarang telah menjadi pusat perhatian di Gereja maupun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pada tahun 1981, seorang uskup yang berasal dari Jerman mengeluarkan surat gembala
surat itu memfokuskan kepada diskriminasi yang didapatkan oleh wanita dalam lingkungan Gereja
harus diatasi. Selain itu, di Amerika Serikat terdapat lebih dari 5 surat gembala yang berisi tentang
posisi wanita dalam Gereja yang juga sudah menjadi kekhawatiran oleh banyak uskup lainnya.
Ajaran Kristen menyebutkan bahwa diskriminasi terhadap wanita adalah dosa, wanita juga harus
memainkan peran penting dalam kehidupannya di lingkungan Gereja dan juga suara dari para
wanita akan membangun Gereja menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Pada tahun 1984, Di Amerika Serikat terjadi Konferensi Wali Gereja Katolik yang
menghasilkan, pengambil keputusan untuk menulis sebuah cerita nasional tentang kehidupan
wanita dalam Gereja dan masyarakat. Mengikuti jenis proses konstatatif yang sama yang masuk
ke instruksi yang sudah mereka buat secara internasional dan penting untuk kedamaian. Mereka
sekarang sedang menulis surat gembala yang penting untuk perekonomian. Ekspetasi positifnya,
instruksi baru dari uskup akan bisa dilaksanakan pada tahun 1988.
cermat beberapa paragraf yang mengakui nilai dan pentingnya gerakan feminisme. Mereka melihat
bahwa feminisme adalah salah satu gerakan yang paling signifikan di zaman kita dan
menggambarkan feminisme sebagai tantangan serta peluang nyata bagi Gereja. Pengakuan awal
oleh para uskup Irlandia tentang pentingnya feminisme ini harus disambut baik. karena merupakah
langkah awal yang baik untuk gerakan feminisme . Dan dalam sebuah pidato yang disampaikan
oleh Yohanes Paulus II pada bulan Mei tepatnya di Belgia, ia menyampaikan bahwa kontribusi
perempuan 'sangat diperlukan untuk kepenuhan dan keharmonisan kehidupan Gerejawi'. Secara
khusus, ia menyatakan bahwa pria harus paham bahwa wanita sudah lama menderita karena
paternalisme (tindakan yang membatasi kebebasan seseorang atau kelompok demi kebaikan
mereka sendiri) dan tindakan diskriminasi yang para wanita dapatkan.
Namun, kata 'feminisme' mengundang banyak reaksi sepeti kemarahan, tawa parau,
kecurigaan, penolakan sampai perhatian dari pastoral. Kata feminisme masih sangat ambigu dan
memerlukan klarifikasi yang jelas mengenai kata 'feminisme' ini. Demikian pula, perkembangan
yang telah terjadi di Gereja dan pada tingkatan level yang berbeda mengundang refleksi lebih
lanjut lagi.
2
- ses dari https://yayasansapa.id/gelombang-
gerakan-feminisme-bagian-i/ (24 November 2021)
dengan tujuan utama memperluas hak-hak ekonomi perempuan, dan mengentaskan diskriminasi
di lingkungan kerja dilanjutkan dengan tahun 1970 dimana kelompok kanan dan kelompok kiri
beration
untuk menuntut persamaan upah, persamaan pendidikan dan kesempatan kerja, alat
kontrasepsi gratis, tempat penitipan anak 24 jam, dan ketersediaan aborsi sesuai kebutuhan.3
3
Sapa institute - -
gerakan-feminisme-bagian-ii/ (24 November 2021)
Tidak lupa juga, Bunda Maria yang sudah melahirkan dan membesarkan Yesus. Hubungan
antara Yesus dan Bunda Maria itu membawa kaitan antara Teologi mengenai Perawan Maria dan
gerakan feminisme walaupun teori ini tidak bisa menjadi refleksi yang serius untuk dibawa ke
permasalahan gerakan feminisme ini.
Karena kehadiran perempuan yang luar biasa sebagai pengikut Yesus, maka di Khotbah
Yesus disebutkan perintah Allah bahwa semua orang di dunia ini memiliki hak yang sama untuk
percaya kepada Allah tanpa memandang kaya atau miskin, orang Farisi maupun pelacur sekalipun,
pendosa dan penulis, laki-laki maupun perempuan. Dengan ini dinyatakan bahwa tidak akan ada
lagi tindakan diskriminasi ataupun dominasi karena sudah tergantikan dengan kesetaraan dan
kebebasan untuk setiap umat manusia.
Melihat situasi yang sudah berubah, Paulus mengajak para perempuan untuk menjadi
i. 4:3),
dan ada Maria, Tryphanea, Thyposa, Julia, ibu dari Rufus dan saudari Nereus yang sudah bekerja
keras menyebarkan Injil. (Roma. 16:6, 12, 13, 15). Dan juga ada disebutkan kelompok Kristiani
yang berkumpul dalam satu rumah. Lukas menuliskan bahwa Peter pernah ke rumah Maria untuk
Teks Galatia tersebut menunjukkan bahwa struktur patrialkal dan dominasi sudah
dihancurkan oleh anugerah keselamatan Kristus yang datang kepada kita melalui baptisan dalam
Roh Kudus. Namun secara perlahan, keunggulan wanita dalam menjalankan misi dan pelayanan
Yesus dalam Gereja mulai turun karena beberapa masalah yaitu : meningkatnya budaya patriarki
yang disebabkan oleh kaum Yudaisme dan filsafat Yunani ke dalam Kekristenan, serta adanya
reaksi dari gereja periode awal terhadap perilaku wanita yang dianggap terlalu menonjol.
Masyarakat masih belum bisa menerima prinsip kesatuan dan kesetaraan semua manusia di
hadapan Allah dan dalam pelayanan Gereja.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan atas isi
Feminisme adalah gerakan yang terjadi karena adanya kekhawatiran mengenai posisi,
peran, fungsi, dan identitas perempuan dalam masyarakat maupun Gereja. Namun, Masyarakat
sudah terlalu terpatok dengan struktur sosial yang bersifat patriarki dan berpandangan endosentris
sehingga kata 'feminisme' mengundang banyak reaksi sepeti kemarahan, tawa parau, kecurigaan,
penolakan sampai perhatian dari pastoral.
Gerakan feminisme ini terbagi atas dua tahap yaitu gelombang pertama dan kedua. Pada
gelombang pertama, feminisme lebih menceritakan tentang kemarahan dan kefrustrasian yang
selalu wanita tahan terhadap segala tindakan diskriminasi dari masyarakat sedangkan gelombang
kedua bersifat inklusif dan holistik. Pada gelombang dua, feminisme juga memegang prinsip tidak
anti laki-laki.
Dalam khotbah Yesus, disebutkan perintah Allah bahwa semua orang di dunia ini memiliki
hak yang sama untuk percaya kepada Allah tanpa memandang kaya atau miskin, orang Farisi
maupun pelacur sekalipun, pendosa dan penulis, laki-laki maupun perempuan. Dengan ini
dinyatakan bahwa tidak akan ada lagi tindakan diskriminasi ataupun dominasi karena sudah
tergantikan dengan kesetaraan dan kebebasan untuk setiap umat manusia.
Maka, gerakan feminisme bukan untuk menjadikan perempuan sebagai kaum dominasi
namun menyadarkan masyarakat bahwa mereka butuh perubahan dalam pemahaman mereka di
lingkungan masyarakat maupun Gereja. Dan juga diharapkan banyak orang yang menyadari
bahwa Gereja tidak menentang feminis namun ada Injil Kristen yang mengandung benih-benih
pembaharuan yang sudah dicoba untuk dipromosikan oleh kaum feminis.
3.2 Kritik dan Saran
Saya setuju d
gerakan yang terjadi karena adanya kekhawatiran mengenai posisi, peran, fungsi, dan identitas
berpandangan bahwa gerakan feminisme memiliki tujuan untuk menjadikan wanita sebagai kaum
dominasi dalam masyarakat. Feminisme sendiri terjadi karena pandangan masyarakat yang
memandang wanita sebagai kaum kelas dua dalam masyarakat. Bahkan sampai sekarang, tidak
jarang kita jumpai wanita masih dianggap harus tinggal di rumah, melaksanakan tugas rumah
(membersihkan rumah, memasak, mencuci, menjaga anak) dan tidak diperbolehkan untuk
menempuh pendidikan yang tinggi bahkan mencari pekerjaan.
Namun sudah ada perubahan yang terjadi antara situasi tahun 1985 dan 2021, di tahun 1985
biarawati hanya melakukan kegiatan sosial seperti membantu masyarakat miskin dan tidak ikut
campur dalam urusan gereja sedangkan di tahun yang sekarang biarawati sudah mulai ikut campur
tangan dalam kegiatan gereja seperti mendukung Romo untuk melaksanakan pelayanan di dalam
gereja dan turut melancarkan jalannya sikap-sikap liturgi dalam ibadah mingguan.4
Dan juga dapat dilihat bahwa di era modern ini, sudah banyak pendeta perempuan dalam
gereja Kristen. Namun Gereja Katolik tidak memperbolehkan wanita untuk menjadi pastor karena
diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga
tidak mengizinkannya memerintah laki-laki, -12).
Dan pada tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II menyatakan dalam Apostolic Letter
mengatakan bahwa Gereja tidak mempunyai otoritas untuk memberikan ordinasi kepada wanita
dan keputusan ini harus dipatuhi oleh seluruh umat beriman.5
4
Redaksi Tuha ,
dari https://tuhanyesus.org/tugas-biarawan-biarawati (3 November 2021)
5
-imam-harus-seorang-pria/
(3 November 2021)
DAFTAR PUSTAKA
1, hlm. 663-675.
http://www.jstor.org/stable/27678158