Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN PERMOHONAN

Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014


Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

I. PEMOHON
Rochmadi Sularsono, Psi., adalah Pegawai Negeri Sipil yang juga merupakan
anggota Forum Perjuangan Honorer Indonesia (FPHI) Korda Ponorogo.

II. OBJEK PERMOHONAN


Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara terhadap UUD 1945.

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI


Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji
Undang-Undang adalah:
1. Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menyatakan “Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.
2. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menyatakan “Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-
Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum”.
3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi, menyatakan “Mahkamah Konstitusi berwenang menguji Undang-
Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945”.
4. Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, menyatakan “Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”.
5. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi
berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon a quo.

IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON


Pemohon dalam permohonannya tidak menyebutkan kualifikasinya,
apakah sebagai perseorangan atau mewakili badan hukum, dan tidak
menjelaskan kerugian hak/kewenangan konstitusionalnya.

V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI


A. NORMA MATERIIL
Norma yang diujikan, yaitu:
− Pasal 2 huruf a, huruf j, dan huruf l Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014
Penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN berdasarkan pada
asas: (a) kepastian hukum; (j) nondiskriminatif; (l) keadilan dan
kesetaraan.
− Pasal 58 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
Pengadaan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran,
seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan
menjadi PNS.
− Pasal 129 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
Upaya administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
keberatan dan banding administratif.

B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu :
− Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
− Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
− Pasal 28I ayat (2) UUD 1945
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO


BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945
1. Undang-Undang Kepegawaian sebagaimana mengatur mengenai Pegawai
Negeri Sipil sebelumnya telah banyak memberikan kekosongan hukum
bagi tenaga honorer/pegawai tidak tetap, tidak mengatur mengenai jaminan
bagi tenaga honorer, begitupula peraturan pelaksananya;
2. Undang-Undang Aparatur Sipil Negara kemudian mencabut Undang-
Undang Kepegawaian yang mengatur mengenai Pegawai Negeri Sipil,
namun pencabutan tersebut tetap tidak memberikan pengaturan lebih
lanjut mengenai tenaga honorer tersebut, Undang-Undang ASN hanya
mengatur mengenai pembagian Aparatur Sipil Negara yang terdiri dari PNS
dan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) dimana
pengaturan mengenai PPPK ini pun tidak mewadahi nasib tenaga honorer
non kategori atau tidak termasuk kedalam kategori PNS maupun PPPK;
3. Bahwa restrksi yang diberlakukan bagi tenaga honorer tersebut merugikan
tenaga honorer yang sudah mengabdi lebih dari dari 3 tahun maupun bagi
tenaga honorer yang baru saja menjadi CPNS harus kehilangan statusnya
tersebut karena berlakunya Undang-Undang a quo.
VII. PETITUM
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon
2. Menyatakan bahwa UU 5/2014 tentang ASN Bagian (3) manajemen PNS
terutama Paragraf 2 kata “Pengadaan” pada Pasal 58 ayat (3) terutama kata
“seleksi” sepanjang tidak mencantumkan “perkenan pemerintah untuk
mengangkat lansung Pegawai Negeri Sipil bagi mereka yang mengabdi
pada instansi yang menunjang kepentingan nasional”. Bagian
penjelasannya terutama frasa kata “ … sangat selektif … berjasa dan
diperlukan bagi Negara” bukannya “dan/atau”, Maka sepanjang itu pula
Pasal 58 ayat (3) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena
bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1)
hingga ayat (3) serta Pasal 28I ayat (2) bagi pemohon dan melanggar UUD
1945 Pasal 5 ayat 2 yang merupakan Hak Pemerintah yang dijamin
konstitusi (lihat Pasal 5 ayat (1) UUD 45). Dimohonkan untuk tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat terutama agar kontinuitas kebijakan terjamin
khususnya bagi tenaga honorer baik K1 ataupun K2 ataupun dokter dan
tenaga tertentu lainnya yang ada pada PP 56/2012 yang memenuhi
prasyarat pada Pasal 5 ayat (1) dan (2) serta ayat (4) dan ayat (8) dan yang
terutama lulus tes namun belum diangkat sepanjang telah diberlakukan UU
5/2014 tentang ASN
3. Menyatakan bahwa UU ASN Pasal 2 huruf (2) huruf a. kepastian hukum, j.
non diskriminatif serta l. keadilan dan kesetaraan sepanjang tidak mengatur
baik berujud bagian/Pasal/ayat tersendiri tenaga honorer yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang termasuk dalam hal ini oleh satuan pendidikan
baik yang bersifat teknis fungsional maupun administrasi diluar ketentuan
tanggal 3 Januari 2005 hingga penerbitan PP 48/2005 dan kehilangan
kesempatan disebut tenaga K 1 atau K2 maka sepanjang itu pula UU ASN
Pasal 2 huruf (a) kepastian hukum, huruf (j) non diskriminatif serta (l)
keadilan dan kesetaraan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena
bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), 28D ayat (1) serta 28I
ayat (2)
4. Sepanjang tidak memenuhi syarat UU 13/2003 Pasal 59 ayat (2), ayat (4)
dan (6) serta ayat (7), baik tenaga teknis fungsional ataupun administrasi
yang berlandaskan pada UU 14/2005 tentang guru dan dosen, UU 36/2009
tentang Kesehatan serta UU 44/2009 tentang Rumah Sakit seperti tertera
pada angka 34, maka tenaga kerja yang bekerja pada instansi pemerintah
(dalam kasus gugatan ini di Ponorogo) memperoleh perlakuan yang
bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) dan
ayat (2) serta Pasal 28I ayat (2) maka UU 5/2014 tentang ASN Pasal 58
ayat (3) kata “seleksi” tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.
5. Bagi tenaga honorer non katagori yang penerimaannya di atas tanggal 3
Januari 2005 hingga akhir tahun 2012 pemohon memohon UU 5 / 2014
Pasal 58 ayat (3) pada kata “seleksi” tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat sepanjang tidak menerima mereka sebagai calon yng diseleksi
secara khusus (diuji hanya untuk urutan diterima) karena “mereka”
memperoleh perlakuan yang diskriminatif sehingga bertentangan dengan
UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) hingga ayat (3) serta Pasal
28I ayat (2).
6. Menyatakan bahwa UU 5/2014 tentang ASN pada Bagian keempat
manajemen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja)
sepanjang tidak mengatur tenaga honorer diluar ketentuan yang ada pada
PP 48/2005 tidak memiliki kekuatan hukum mengikat bilamana pada sifat
kerja yang tetap tidak ada pengaturan khusus yang dimulai pada tahun
2012 karena bertentangan dengan Asas Kepastian Hukum dan
bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) hingga ayat (3)
dan Pasal 28I ayat (2).
7. Menyatakan bahwa UU 5/2014 tentang ASN pada Pasal 6 sepanjang tidak
mencantumkan seperti yang tertera pada UU 43/1999 juncto UU 8 / 1974
tentang pokok-pokok Kepegawaian terutama pada Pasal 2 ayat (3)
khususnya pada frasa kata “tenaga Teknis Profesional dan Administrasi”
dan Pasal 16a ayat (1) beserta penjelasannya sebagai tenaga honorer
maka tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan
UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) hingga ayat (3) dan Pasal
28I ayat (2)
8. Menyatakan bahwa bilamana petitum gugatan pada nomor 7 dikabulkan
maka bagian penjelas pada kata “dan” pada frasa “berjasa dan
diperlukantenaganya” bukannya “dan/atau” maka tidak memiliki kekuatan
hukum mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1),
Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 28I ayat (1) .
9. Menyatakan bahwa sepanjang tidak mencantumkan tenaga honorer beserta
pengturan gaji/imbalan serta hak normatif yang seharusnya diperoleh
secara tegas sepanjang tenaga honorer itu mengabdi pada instansi
pemerintah maka UU 5/2014 tentan ASN tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal
28D ayat (1) hingga ayat (3) serta Pasal 28I ayat (1).
10. Menyatakan Pasal 129 ayat (2) sepanjang tidak mencantumkan
kewenangan PTUN sepanjang itu pula tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal
28D ayat (1) dan ayat (3) serta Pasal 28I ayat (2)
11. Memerintahkan memuat putusan ini pada Berita Negara Sebagaimana
mestinya
atau

Apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon putusan


yang seadil-adilnya.

Anda mungkin juga menyukai