I. PEMOHON Rochmadi Sularsono, Psi., adalah Pegawai Negeri Sipil yang juga merupakan anggota Forum Perjuangan Honorer Indonesia (FPHI) Korda Ponorogo.
II. OBJEK PERMOHONAN
Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap UUD 1945.
III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menyatakan “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”. 2. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menyatakan “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang- Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”. 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, menyatakan “Mahkamah Konstitusi berwenang menguji Undang- Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. 4. Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, menyatakan “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. 5. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon a quo.
IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON
Pemohon dalam permohonannya tidak menyebutkan kualifikasinya, apakah sebagai perseorangan atau mewakili badan hukum, dan tidak menjelaskan kerugian hak/kewenangan konstitusionalnya.
V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI
A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, yaitu: − Pasal 2 huruf a, huruf j, dan huruf l Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN berdasarkan pada asas: (a) kepastian hukum; (j) nondiskriminatif; (l) keadilan dan kesetaraan. − Pasal 58 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Pengadaan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS. − Pasal 129 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Upaya administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari keberatan dan banding administratif.
B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu : − Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. − Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. − Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO
BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Undang-Undang Kepegawaian sebagaimana mengatur mengenai Pegawai Negeri Sipil sebelumnya telah banyak memberikan kekosongan hukum bagi tenaga honorer/pegawai tidak tetap, tidak mengatur mengenai jaminan bagi tenaga honorer, begitupula peraturan pelaksananya; 2. Undang-Undang Aparatur Sipil Negara kemudian mencabut Undang- Undang Kepegawaian yang mengatur mengenai Pegawai Negeri Sipil, namun pencabutan tersebut tetap tidak memberikan pengaturan lebih lanjut mengenai tenaga honorer tersebut, Undang-Undang ASN hanya mengatur mengenai pembagian Aparatur Sipil Negara yang terdiri dari PNS dan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) dimana pengaturan mengenai PPPK ini pun tidak mewadahi nasib tenaga honorer non kategori atau tidak termasuk kedalam kategori PNS maupun PPPK; 3. Bahwa restrksi yang diberlakukan bagi tenaga honorer tersebut merugikan tenaga honorer yang sudah mengabdi lebih dari dari 3 tahun maupun bagi tenaga honorer yang baru saja menjadi CPNS harus kehilangan statusnya tersebut karena berlakunya Undang-Undang a quo. VII. PETITUM 1. Mengabulkan Permohonan Pemohon 2. Menyatakan bahwa UU 5/2014 tentang ASN Bagian (3) manajemen PNS terutama Paragraf 2 kata “Pengadaan” pada Pasal 58 ayat (3) terutama kata “seleksi” sepanjang tidak mencantumkan “perkenan pemerintah untuk mengangkat lansung Pegawai Negeri Sipil bagi mereka yang mengabdi pada instansi yang menunjang kepentingan nasional”. Bagian penjelasannya terutama frasa kata “ … sangat selektif … berjasa dan diperlukan bagi Negara” bukannya “dan/atau”, Maka sepanjang itu pula Pasal 58 ayat (3) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) hingga ayat (3) serta Pasal 28I ayat (2) bagi pemohon dan melanggar UUD 1945 Pasal 5 ayat 2 yang merupakan Hak Pemerintah yang dijamin konstitusi (lihat Pasal 5 ayat (1) UUD 45). Dimohonkan untuk tidak memiliki kekuatan hukum mengikat terutama agar kontinuitas kebijakan terjamin khususnya bagi tenaga honorer baik K1 ataupun K2 ataupun dokter dan tenaga tertentu lainnya yang ada pada PP 56/2012 yang memenuhi prasyarat pada Pasal 5 ayat (1) dan (2) serta ayat (4) dan ayat (8) dan yang terutama lulus tes namun belum diangkat sepanjang telah diberlakukan UU 5/2014 tentang ASN 3. Menyatakan bahwa UU ASN Pasal 2 huruf (2) huruf a. kepastian hukum, j. non diskriminatif serta l. keadilan dan kesetaraan sepanjang tidak mengatur baik berujud bagian/Pasal/ayat tersendiri tenaga honorer yang diangkat oleh pejabat yang berwenang termasuk dalam hal ini oleh satuan pendidikan baik yang bersifat teknis fungsional maupun administrasi diluar ketentuan tanggal 3 Januari 2005 hingga penerbitan PP 48/2005 dan kehilangan kesempatan disebut tenaga K 1 atau K2 maka sepanjang itu pula UU ASN Pasal 2 huruf (a) kepastian hukum, huruf (j) non diskriminatif serta (l) keadilan dan kesetaraan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), 28D ayat (1) serta 28I ayat (2) 4. Sepanjang tidak memenuhi syarat UU 13/2003 Pasal 59 ayat (2), ayat (4) dan (6) serta ayat (7), baik tenaga teknis fungsional ataupun administrasi yang berlandaskan pada UU 14/2005 tentang guru dan dosen, UU 36/2009 tentang Kesehatan serta UU 44/2009 tentang Rumah Sakit seperti tertera pada angka 34, maka tenaga kerja yang bekerja pada instansi pemerintah (dalam kasus gugatan ini di Ponorogo) memperoleh perlakuan yang bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 28I ayat (2) maka UU 5/2014 tentang ASN Pasal 58 ayat (3) kata “seleksi” tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. 5. Bagi tenaga honorer non katagori yang penerimaannya di atas tanggal 3 Januari 2005 hingga akhir tahun 2012 pemohon memohon UU 5 / 2014 Pasal 58 ayat (3) pada kata “seleksi” tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak menerima mereka sebagai calon yng diseleksi secara khusus (diuji hanya untuk urutan diterima) karena “mereka” memperoleh perlakuan yang diskriminatif sehingga bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) hingga ayat (3) serta Pasal 28I ayat (2). 6. Menyatakan bahwa UU 5/2014 tentang ASN pada Bagian keempat manajemen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) sepanjang tidak mengatur tenaga honorer diluar ketentuan yang ada pada PP 48/2005 tidak memiliki kekuatan hukum mengikat bilamana pada sifat kerja yang tetap tidak ada pengaturan khusus yang dimulai pada tahun 2012 karena bertentangan dengan Asas Kepastian Hukum dan bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) hingga ayat (3) dan Pasal 28I ayat (2). 7. Menyatakan bahwa UU 5/2014 tentang ASN pada Pasal 6 sepanjang tidak mencantumkan seperti yang tertera pada UU 43/1999 juncto UU 8 / 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian terutama pada Pasal 2 ayat (3) khususnya pada frasa kata “tenaga Teknis Profesional dan Administrasi” dan Pasal 16a ayat (1) beserta penjelasannya sebagai tenaga honorer maka tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) hingga ayat (3) dan Pasal 28I ayat (2) 8. Menyatakan bahwa bilamana petitum gugatan pada nomor 7 dikabulkan maka bagian penjelas pada kata “dan” pada frasa “berjasa dan diperlukantenaganya” bukannya “dan/atau” maka tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 28I ayat (1) . 9. Menyatakan bahwa sepanjang tidak mencantumkan tenaga honorer beserta pengturan gaji/imbalan serta hak normatif yang seharusnya diperoleh secara tegas sepanjang tenaga honorer itu mengabdi pada instansi pemerintah maka UU 5/2014 tentan ASN tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) hingga ayat (3) serta Pasal 28I ayat (1). 10. Menyatakan Pasal 129 ayat (2) sepanjang tidak mencantumkan kewenangan PTUN sepanjang itu pula tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (3) serta Pasal 28I ayat (2) 11. Memerintahkan memuat putusan ini pada Berita Negara Sebagaimana mestinya atau
Apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon putusan