Anda di halaman 1dari 2

Tanpa Sosial Media

Tahun 2018 saya sepenuhnya berhenti menggunakan sosial media setelah berulang kali mencoba
dan gagal sejak tahun 2017. Suatu proses yang tidak mudah. Berulang kali mencoba untuk unistall
aplikasi tapi kemudian dalam beberapa hari kembali mengunduh dan membukanya, hingga akhirnya
menghapus permanen semua akun sosial media yang saya punya, facebook dan instagram. Saya
hanya menggunakan whatsapp karena memang dibutuhkan untuk pekerjaan, pelayanan dan juga
komunikasi dengan keluarga dan teman. Memutuskan untuk berhenti menggunakan sosial media
tentu bukan tanpa alasan. Pada waktu itu saya menyadari sosial media memberi lebih banyak
dampak buruk buat saya. Tentu hal ini tidaklah berlsaya umum, sebab ada banyak orang yang juga
meperoleh banyak manfaat dari sosial media. Tidak ada yang salah dengan sosial media karena
sosial media itu bersifat netral. Beberapa pertimbangan saya adalah :

1. Sering sekali ketika membuka instagram atau facebook kemudian scroll, lihat ini dan itu tanpa
sadar waktu telah habis 30 menit atau bahkan 1 jam. Saya tidak tahu bagaimana sosial media ini
begitu menarik perhatian hingga bahkan mungkin menimbulkan kecanduan. Yahh, mungkin
memang sejak semula sosial media dirancang untuk membuat penggunanya kecanduan atau
mungkin memang saya yang tidak dapat mengontrol dan mendisiplin diri dalam
menggunakannya. Saya menyadari kelemahan saya ini sehingga saya putuskan untuk berhenti
menggunakan sosial media.
2. Saya memperhatikan kebiasaan diri saya ketika menggunakan sosial media salah satunya adalah
ingin tahu hidup orang lain lewat sosial medianya sehingga melakukan apa yang orang muda
sebut “kepo” pada akun orang lain. Hal ini menghadirkan sebuah tendensi untuk menilai orang
lain secara dangkal lewat apa yang ada pada sosial media mereka. Seolah-olah saya tahu kabar
mereka padahal saya pun tidak sepenuhnya peduli pada mereka. Dan yang lebih buruk lagi, tak
jarang saya menyadari adanya sebuah tendensi perbandingan diri dengan orang lain. Mungkin
sebagian orang akan berkata, ”semestinya kamu tidak seperti itu dong.” Yaah, sepenuhnya saya
memahami teorinya tetapi meskipun sulit saya harus mengakui bahwa tendensi dosa itu ada
dalam diri saya dan sampai sekarangpun setelah saya kembali menggunakan sosial media, ada
masa-masa saya harus mendidik diri saya sendiri dengan kebenaran-kebenaran yang meluruskan
hati dan cara berpikir saya. Menyadari hal ini sayapun punya alasan yang kuat untuk
meninggalkan sosial media.
3. Saya pun memperhatikan diri saya ketika menggunakan sosial media, ada sebuah tendensi untuk
menunjukkan diri dengan versi terbaik yang saya pikirkan. Saya pun sebenarnya sering berpikir
”apa tujuan saya memposting sesuatu?”. Ketika berusaha jujur dengan diri sendiri, kadang-
kadang memang memposting tanpa tujuan, hanya kebiasaan saja tapi tidak jarang juga dengan
sebuah tujuan supaya orang lain melihat apa yang saya baca, apa yang saya lihat, apa yang saya
lakukan yang menurut saya keren. Saya ingin menunjukkan diri saya. Mungkin beberapa orang
akan berkata bahwa memang itulah tujuan adanya sosial media. Yahhh, baiklah tetap tidak ada
yang salah dengan sosial media tetapi saya dengan hati saya sering bergulat tentang hal itu. Maka
lebih daripada pengakuan orang lain, hati yang sejahtera adalah yang terutama. Saya menyadari
bahwa ini pun kelemahan saya dan tiap-tiap hari saya harus melatih diri dan mendidik hati
dengan kebenaran. Hal ini pun menambah alasan saya untuk meninggalkan sosial media.

Empat tahun tanpa sosial media ada banyak hal yang saya pelajari :

- Saya semakin mempelajari dan menyadari diri saya sendiri karena kalau tadinya setiap waktu
senggang selalu otomatis beralih ke sosial media, akhirnya beralih pada aktivitas yang lain seperti
menulis, membaca, atau mungkin hanya diam saja dan mendengarkan podcast atau lagu. Saya
menemukan bahwa itu lebih menyegarkan dan memberi kepuasan.
- Saya puas dengan kehidupan saya karena saya tidak lagi penasaran dengan hidup orang lain atau
memperbandingkan hidup saya dengan mereka. Mungkin memang saya hanya punya beberapa
teman tetapi menanyakan kabar mereka adalah sesuatu yang saya lakukan dengan sepenuh hati.
Untuk poin yang ini benar-benar sangat terasa memberi perubahan perspektif bagi saya.
- Kemelekatan saya pada smartphone menjadi sangat berkurang. Saya menyadari bahwa selama ini
sebenarnya waktu yang saya gunakan memegang smartphone sebagian besar adalah untuk hal
yang tidak bermanfaat. Scroll lihat ini dan itu hingga kadang lelah sendiri.

Tentu pengalaman saya tidaklah berlaku umum, tetapi bagiku dengan segala kelemahan yang
kumiliki itulah yang kupikirkan. Dan empat tahun tanpa sosial media adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan.

Tetapi......

Tahun 2022 kembali saya memutuskan untuk kembali menggunakan sosial media setelah 4 tahun
tidak bersentuhan sama sekali dengannya. Ini pun setelah pergumulan yang cukup panjang juga.

Alasan kembali ke sosial media adalah sesederhana saya ingin membuat channel youtube dan juga
ingin menulis. Sampai saat ini saya juga belum firm dengan pola apa yang akan diterapkan dan
konsistensi saya juga masih rendah dalam mengerjakannya. Membuat channel youtube dan menulis
sudah saya pikirkan sejak setahun yang lalu, ternyata untuk mewujudkannya saya harus kembali ke
sosial media. Masih terus berjuang untuk tidak terperangkap dalam kelemahan-kelemahan saya,
semoga kembalinya saya ke sosial media tidak mengeringkan jiwa tetapi menyegarkan jiwa saya dan
juga teman-teman yang melihatnya. Tapi saya pun menyadari sampai saat ini saya masih belum firm
dalam banyak hal dan apa yang saya bagikan pun mungkin lebih banyak yang saya lihat daripada
yang saya pikirkan. Yahhh, kadang memang saya berprosesnya lambat, tetapi tidak mengapa.
Semoga saja bisa yahh.

Anda mungkin juga menyukai