Anda di halaman 1dari 7

Hasil Identifikasi Masalah Komunitas

Self-Presentation Remaja Pengguna Instagram/Tiktok


Mata Kuliah Aplikasi Psikologi dalam Komunitas

KELOMPOK 10
Shabiq Azizatul Anisa (201810230311090)
Dimas Muamar Rizky (201810230311208)
Nabila Azzahra Pelango (201810230311222)
Risya Putri Rudyanto (201810230311281)
Mnetaro Suci Pramesti (201810230311298)
Alfadh Ditya ‘Izzati (201810230311335)
Syafira Salsabila (201810230311345)

Dosen Pengampu:
Dian Caesaria Widyasari, S.Psi., M.Sc.
Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si.

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
Data Kuntitatif

Setelah melaksanakan pengambilan data melalui skala penelitian, diperoleh 185 responden
dengan usia perkembangan remaja yang dirangkum hasilnya seperti pada tabel berikut ini,

Aspek Presentase Tinggi Presentase Rendah


Diri Sebenarnya 46.5% 53.5%
Diri Ideal 50.8% 49.2%
Presentasi Diri 59.5% 40.5%

Tabel diatas merupakan rangkuman dari hasil skoring keseluruhan responden.


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwasannya 53.5% responden yang berada pada usia
perkembangan remaja atau hampir setengah dari responden remaja ini cenderung tidak
menampilkan diri mereka yang sebenarnya saat menggunakan media sosial. Sesuai dengan
hasil skoring pada aspek diri ideal yang menunjukkan presentase lebih tinggi yaitu 50.8%
responden remaja yang menampilkan gambaran diri ideal mereka saat menggunakan media
sosial. Kemudian aspek presentasi diri memiliki presentase tinggi yang paling tinggi yaitu
59.5% yang mengartikan bahwasannya para remaja menampilkan suatu aspek tertentu untuk
membangun kesan mengenai diri mereka saat menggunakan sosial media.
Berdasarkan penjabaran diatas dapat dikatakan bahwasannya para remaja ini cenderung
tidak menampilkan diri mereka yang sebenarnya saat menggunakan media sosial. Mereka
cenderung untuk setidaknya dapat menampilkan gambaran diri ideal dari segala aspek diri
maupun menampilkan salah satu aspek diri untuk membangun kesan mengenai diri mereka
saat menggunakan media sosial. Skor presentasi diri memiliki presentase lebih tinggi
sehingga dapat dimungkinkan bahwasannya para remaja lebih memilih untuk menampilkan
aspek tertentu dari diri mereka dikarenakan untuk dapat ideal pada setiap aspek adalah hal
yang tidak mudah. Kemungkinan lainnya dari hasil diatas adalah remaja melakukan hal ini
dikarenakan keinginan untuk dapat diterima di lingkungan sosialnya. Dengan anggapan bila
menampilkan gambaran diri ideal dari segala aspek akan semakin dapat diterima dan
didukung oleh lingkungan sosial. Namun karena sulit sehingga presentasi diri lebih dipilih
karena hanya menampilkan aspek-aspek tertentu untuk membangun suatu kesan mengenai
dirinya maupun agar mendapatkan penerimaan dari lingkungan saat menggunakan media
sosial.
Data Kualitatif

Pertanyaan Integrasi Jawaban


Apakah anda merasa bahwa Iya, saya merasa bahwa saya yang di media sosial itu
penampilan anda ketika di media lebih baik dari pada diri saya yang sebenarnya,
sosial dan diri anda yang perbedaan itu selalu saya rasakan walaupun sedikit atau
sebenarnya itu berbeda? tidak jauh.
Jika iya, apa yang mendorong Hal yang mendorong tentunya keinginan untuk menjadi
anda untuk tampil beda ketika di lebih baik dari orang lain, terkadang ada rasa tidak mau
media sosial? kalah. Selain itu, rasanya menyenangkan jika dipandang
baik dan disukai oleh orang banyak. Menurut saya,
dalam diri setiap orang pun pasti ada rasa seperti itu.
Apakah ada hal yang anda Mungkin jika dari awal saya menampilkan diri saya yang
khawatirkan jika anda sebenarnya tidak akan ada kekhawatiran, namun karena
menampilkan diri anda yang dari awal saya selalu mencoba untuk terlihat baik, jadi
sebenarnya di media sosial? ada sedikit rasa khawatir jika orang-orang memandang
aneh diri saya, atau mungkin akan membicarakan hal-hal
yang negatif tentang saya di belakang saya.
Apakah kekhawatiran itu Mungkin karena kekhawatiran itu saya harus lebih
berdampak pada kegiatan sehari- bersikap jaim (jaga image), dan terkadang malah
hari? semakin memotivasi saya untuk terus memperbaiki diri
saya di media sosial bukannya memperbaiki diri saya
yang sebenarnya. Tidak jarang juga karena hal itu saya
merasa bahwa yang di media sosial itu bukanlah diri saya
(orang lain).
Jika iya, apakah ada usaha yang Terkadang saya mencoba untuk menampilkan diri saya
anda lakukan untuk mengatasi hal yang sebenarnya, namun hal itu tidak pernah
tersebut? berlangsung lama dan berakhir gagal karena saya merasa
tidak peracaya diri. Saya mencoba percaya diri dan tidak
memperdulikan pandangan orang lain, namun melakukan
hal itu ternyata sangat sulit, saya menyadari bahwa
pandangan orang memiliki pengaruh yang kuat dalam
diri saya.

Hasil wawancara dari beberapa responden menunjukkan bahwa mereka memang merasa
berbeda ketika di media sosial (khususnya instagram/tiktok), mereka merasa bahwa diri
mereka di media sosial lebih baik dari pada diri mereka yang sebenarnya. Mereka selalu
mencoba menampilkan versi terbaik diri mereka agar bisa mendapatkan pengakuan dari
orang lain, dipandang baik, dan disukai oleh banyak orang. Bagi mereka yang berhasil
mendapatkan perhatian banyak orang karena melakukan hal tersebut, selalu ada tuntutan
dalam diri mereka untuk menjaga image baik. Mereka juga selalu termotivasi untuk
memperbaiki diri hanya ketika di media sosial. Sehingga karena semakin membaiknya diri
mereka di media sosial namun tidak adanya perubahan pada diri mereka yang sebenarnya,
mereka merasa seperti menjadi sosok orang lain. Mereka pernah mencoba untuk menjadi diri
sendiri ketika di media sosial, namun hal tersebut selalu gagal mereka lakukan karena mereka
terlalu mementingkan pandangan dan perkataan orang lain, mereka takut akan pandangan
atau komentar yang negatif tentang diri mereka.
Sehingga dari kedua data diatas dapat ditarik benang merah yaitu penerimaan dan
dukungan sosial merupakan hal penting bagi para remaja. Sehingga keinginan untuk
menampilkan versi terbaik diri, baik itu yang menonjol dari salah satu aspek maupun seluruh
aspek dalam diri menjadi upaya mereka, para remaja, untuk mendapatkan dukungan dan
penerimaan sosial yang positif. Contoh penerimaan dan dukungan sosial itu seperti diberikan
komentar positif, diberi like dan mendapatkan viewers banyak di sosial media. Namun,
menjadi versi terbaik dan selalu menampilkan yang terbaik di sosial media membuat mereka
bukan menjadi dirinya sendiri. Para remaja seperti mengubur dirinya sendiri dan
memunculkan yang telah dibuat sedemikian rupa untuk mendapatkan penerimaan dan
dukungan sosial. Kecemasan akan tidak mendapatkan penerimaan maupun dukungan yang
positif bila menampilkan diri sebenarnya di sosial media menjadi salah satu pengaruh dari
ketidak percayaan diri, sehingga mereka lebih memilih menampilkan diri yang terbaik dan
meningkatkan hal tersebut saat menggunakan media sosial yang dalam konteks saat ini yaitu
Instagram dan Tiktok.

Pembahasan dan kesimpulan


Dalam penelitian dikatakan bahwa self-presentation adalah suatu upaya individu untuk
mendapatkan penerimaan sosial karena individu tersebut khawatir akan penolakan sosial
yang mungkin saja didapatkan jika mereka tidak memenuhi standart sosial. Penolakan sosial
akan membuat self-esteem dalam diri individu menurun dan membuat individu semakin ingin
untuk lebih diterima (Hidayat & Bashori, 2016). Sehingga, salah satu usaha yang dilakukan
untuk melindungi self-esteem itu adalah dengan melakukan self-presentation, yaitu
bagaimana individu membuat kesan yang baik untuk memperoleh kepuasan secara sosial
maupun materi untuk lebih merasa aman dalam identitas sosialnya (Hidayat & Bashori,
2016). Menurut Hurlock (1980) penerimaan sosial pada remaja ini didasarkan juga dengan
kelompok sebayanya. Sehingga ada perasaan bahwa tidak ingin terlihat kurang baik dalam
aspek diri, yang membuat hadirnya standar bagi remaja untuk ingin terlihat dan menampilkan
yang terbaik dari dirinya.
Saat ini sering kita menemui konten-konten di media sosial yang menampilkan diri
seseorang ataupun kehidupan sehari-harinya yang inspiratif atau bahagia, dan salah satu
media sosial yang banyak digunakan untuk membagikan konten itu adalah Instagram atau
Tiktok, karena dalam media sosial tersebut mereka dapat lebih mudah mengatur kesan atau
impression yang ingin didapatkan dari orang lain melalui gambar dan video. Dominasi
jawaban responden ketika diwawancara juga mengatakan bahwa mereka menggunakan
Instagram atau Tiktok untuk menciptakan citra diri yang baik, mereka merasa senang jika
memliki banyak followers dan berpikir bahwa mereka disukai oleh banyak pengguna lain.
Selain itu, mereka merasa bahwa dengan mendapatkan banyak followers maka menunjukkan
semakin banyak pula orang-orang yang ingin mengenal diri mereka.
Di sisi lain, Self-esteem meningkat dengan adanya interaksi yang positif antara pemilik
akun dengan followers. Mereka yang memiliki self-esteem rendah memiliki perasaan tertekan
untuk menjaga citra positif agar terrlihat seperti sosok yang sempurna di pandangan orang
lain. Muller (2009) berpendapat bahwa remaja sangat memperhatikan tubuhnya dan
mengembangkan citra mengenai tubuhnya itu (Santrock, 2012). Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa individu dengan self-esteem yang rendah khususnya wanita, lebih
mudah menerima pendapat dari orang lain ketika mereka sedang mencari dukungan sosial
dan penerimaan (Santrock, 2012). Sedangkan individu dengan self-esteem yang tinggi akan
memberikan kesan positif kepada orang lain, mereka cenderung untuk melakukan self-
enhancement, khususnya dalam situasi ketika mereka menerima feedback negatif. Individu
dengan self-esteem yang rendah cenderung untuk melindungi dirinya dalam self-presentation
dan menganggap rendah dirinya di situasi publik atau yang mengacam.
Kesimpulannya, perilaku menggunakan media sosial khususnya Instagram dan Tiktok
pada saat ini dapat digunakan individu untuk melakukan presentasi diri, dengan
menggunakan media sosial tersebut individu dapat mengatur citra yang ingin disampaikan
kepada individu lain untuk mendapatkan penilaian yang baik atau respon yang positif,
sehingga dengan begitu pula mereka dapat meningkatkan kepuasan serta rasa keberhargaan
diri mereka. Namun di sisi lain individu yang memiliki self-presentation tinggi umumnya
memiliki self-esteem yang rendah sehingga mereka cenderung untuk selalu melindungi diri
mereka dalam self-presentation. Mereka yang memiliki self-esteem yang rendah memiliki
perasaan tertekan untuk menjaga citra positif agar terlihat seperti sosok yang sempurna di
pandangan orang lain.

Daftar Pustaka
Apodaca, J., & Apodaca, J. (2017). True-self and the uses and gratifications of Instagram
among college-aged females. Theses. University Libraries, University of Nevada:
Las Vegas.
Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2011). Social Psychology 13th Edition. Pearson
Educational International.
Hidayat, K., & Bashori, K. (2016). Psikologi Sosial. (O. M. Dwiastri, Ed.) Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (5th ed.). (R. M. Sijabat, Ed., Istiwidayanti, & Soedjarwo, Trans.)
Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Jilid 1 (Benedictine Wisdyasinta,
Penerjemah). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai