Dicetak sesudah buku I cetak untuk yang ketiga kali. Masih dengan semangat yang sama, buku ini
mengusung semanagat melawan miskin pikiran dalam tiga aspek: pendidikan, pekerjaan, kehidupan.
1. Menjadi cukup
Benarkah manusia tidak pernah merasa puas? Salah. Sistem di otak kita sudah dibekali dengan
saklar untuk menghentikan tindakan saat kebutuhan kita sudah terpenuhi. Hanya saja, kita
atau manusia sering merusak sistem itu. Jadilah ia orang yang tak lagi bisa puas.
Puasa adalah kegiatan untuk melatih otak untuk mengendalikan dorongan. Hubungan antara
desire dan action dikendalikan sedekian rupa, sehingga tidak semua tuntutan desire
diterjemahkan menjadi tindakan atau action.
Merasa puas atau tidak, itu dalah soal bisa atau tidaknya kita mengendalikan, yaitu pada sistem
pemenuhan kebutuhan kita.
2. Media sosial, untuk apa?
Untuk apa kita mebagikan foto di media social? Salah satunya, membangun citra diri.
Suatu muatan tidak akan bermakna kalau tidak diteruskan secara massal, menjadi viral.
Kekuatan media social bukan sekadar pada pembuat muatannya, tapi justru pada penyebarnya.
Media social adalah tempat untuk melakukan personal branding. Maka, biasakan untuk
menghasilkan dan membagikan gagasan ke media social. Orang akan mengenal kita melalui
gagasan itu.
Penting bagi setiap orang untuk bertanya pada diri sendiri, apa yang dia hasilkan dari aktivitas
media social.
3. Kamu adalah kebiasaanmu.
Berulang adalah sifat penting pada kebiasaan, yang membuatnya memiliki kekuatan yang hebat.
First we make our habits, then our habits make us. Artinya, kita bisa membangun kebiasaan,
kemudian kebiasaan-kebiasaan itu yang membentuk diri kita. Itulah yang menjadi dasar
berpikir para ahli pengembangan diri dalam membangun metode yang mereka tawarkan.
Kebiasaan bukan sekadar soal tindakan fisik. Kebiasaan juga menyangkut soal berpikir. Kalau
kita biasa berpikir, menganalisis, beraksi terhadap suatu situasi dengan cara tertentu, maka ia
akan membentuk suatu pola pikir.
4. Pendidikan, membangun metode berpikir.
“Bagian terpenting dari semua pelajaran adalah membangun metode berpikir, dengan menjalani
prosesnya. Guru harus mampu membangun proses berpikir siswa.”