Anda di halaman 1dari 14

5.

Hukum-hukum Logika

Proposisi dalam kerangka hubungan ekivalensi logika, memenuhi sifat-sifat yang


dinyatakan dalam sejumlah hukum. Beberapa hukum tersebut mirip dengan hukum
aljabar pada sistem bilangan riil, sehingga kadang hukum logika proposisi dinamakan
juga dengan hukum-hukum aljabar proposisi.
Hukum-hukum logika juga diambil dari ekspresi-ekspresi logika berdasarkan
pernyataan-pernyataan, sehingga tetap dapat dibuktikan kebenarannya melalui
pernyataan tersebut.

5.1 Hukum Identitas


(i) pVF p

(ii) pЛT p

5.2 Hukum Null/ Dominasi


(i) pЛF F

(ii) pVT T

5.3 Hukum Negasi


(i) p V ~p T

(ii) p Л ~p F

5.4 Hukum Idempoten


(i) p V p p

(ii) p Л p p

5.5 Hukum Involusi (negasi ganda)

~(~p) p

5.6 Hukum Penyerapan (Absorpsi)


(i) p V (p Л p) p

(ii) p Л (p V p) p

5.7 Hukum Komutatif


(i) p V q qVp

(ii) p Л q qЛ p

5.8 Hukum Asosiatif


(i) p V (p V p) (p V p) V p
(ii) p Л (p Л p) (p Л p) Л p
5.9 Hukum Distributif
(i) p V (q Л r) (p V q) Л (p V r)

(ii) p Л (q V r) ( p Л q) V (p Л r)

5.10 Hukum De Morgan


(i) ~(p Л q) ~p V ~q

(ii) ~(p V q) ~p Л ~q

Hukum-hukum logika diatas bermanfaat untuk embuktikan keekivalenan dua buah


proposisi. Selain menggunakan tabel kebenaran, keekivalenan dapat dibuktikan dengan
hukum-hukum logika, khususnya proposisi majemuk yang mempunyai banyak proposisi
atomik.

Contoh 2-19

Tunjukkan bahwa r v ~(r v s) dan r v ~s keduanya ekivalen secara logika

Solusi :
r v ~(r v s) r v (~r Л ~s) Hukum De Morgan
(r v ~r) Л (r v ~s) Hukum distributif
T Л (r v ~s) Hukum negasi
r v ~s Hukum identitas

Contoh 2-18

Buktikan hukum penyerapan : r Л (r v s) r

Solusi :
r Л (r v s) (r v F) Л (r v s) Hukum identitas
r v (F Л s) Hukum distributif
rvF Hukum Null
r Hukum identitas

6. Proposisi Bersyarat
1. Implikasi

Selain dalam bentuk konjungsi, disjungsi, dan negasi,proposisi majemuk juga dapat
muncul berbentuk “ jika P maka Q”, seperti proposisi-proposisi berikut :

a. Jika putri lulus ujian, maka ia mendapat hadiah dari ibu


b. Jika makan, maka kenyang
c. Jika tidak makan, maka akan sakit perut
Pernyataan berbentuk “jika P maka Q” seperti itu disebut proposisi bersyarat atau
kondisional atau implikasi

Definisi 2.7

Misalkan P dan Q adalah dua proposisi. Implikasi dari “ P implikasi Q”, yang
disimbolkan dengan P ® Q, adalah proposisi yang bernilai salah, jika nilai P
bernilai benar dan Q bernilai salah, dan jika lainnya pasti benar. Pada implikasi ini,
P disebut antecendent (hipotesis, premis) dan Q disebut consequence (kesimpulan).

Tabel kebenarannya sebagai berikut :

R S R®
S
T T T
T F F
F T T
F F T

Implikasi P ® Q memainkan peranan penting dalam penalaran. Implikasi ini tidak


hanya diekspresikan dalam pernyataan standar “ jika P, maka Q” tetapi juga dapat
diekspresikan dalam berbagai cara, antara lain :
(1) Jika P, maka Q
(2) Jika P, Q
(3) P mengakibatkan Q
(4) Q jika P
(5) Q hanya jika P
(6) P syarat cukup agar Q
(7) Q syarat perlu bagi P
(8) Q bilamana P

Contoh 2-19

Misalkan :

X : Anda wanita

Y : Anda memakai rok

Nyatakan preposisi berikut kedalam notasi implikasi :


(1) Hanya jika anda wanita maka anda memakai rok
(2) Syarat cukup agar anda memakai rok adalah anda wanita
2. Varian Proposisi Bersyarat
Terdapat bentuk implikasi lain yang berkaitan dengan P®Q, yaitu proposisi
sederhana yang merupakan varian dari implikasi. Ketiga variasi proposisi bersyarat
tersebut adalah konvers, invers, dan kontraposisi dari proposisi P ®Q

Q ® P disebut konversi dari P ® Q


ØQ ® ØP disebut kontrapositif dari P ® Q
ØP ® ØQ disebut inverse dari P ® Q

Tabel berikut memperlihatkan table kebenaran dari ketiga varian proposisi bersyarat
tersebut. Dari table terlihat bahwa proposisi bersyarat P®Q ekivalen secara logika
dengan kontraposisi ØP ® ØQ

Contoh 2-20

Tulis dalam notasi logika


• Hari hujan adalah syarat perlu agar 2 + 3 = 5
• Sejuk dan cukup air adalah syarat cukup bagi Bandung kota kembang
• Kelembaban yang rendah dan banyak sinar adalah syarat cukup untuk bermain
tennis siang

Solusi :

 P : hari hujan, Q : 2 + 3 = 5

P®Q

 P : sejuk, Q : cukup air, R : Bandung kota kembang

(P Л Q) ® R

 P : Kelembaban yang rendah, Q banyak sinar , R : benrmain tennis siang

(P Л Q) ® R

Contoh 2-21

Tentukan invers , konvers , dan kontrapositif dari pernyataan berikut :


• Pelajaran matematika tidak sukar atau dapat nilai A
• Olah raga renang menyehatkan badan, atau
2 + 3 = 5 adalah syarat cukup bagi hidup sehat

Solusi :

 Invers : “Pelajaran Matematika sukar maka tidak akan mendapat nilai A.”
Konvers : “Mendapat nilai A maka pelajaran Matematika tidak sukar .”

Kontrapositif : “Tidak mendapat nilai A maka pelajaran Matematika Sukar.”

3. Biimplikasi

Proposisi bersyarat penting lainnya adalah berbentuk “ P jika dan hanya jika Q” yang
dinamakan bikondisional atau biimplikasi.

Definisi 2.8

Misalkan P adalah proposisi. Biimplikasi “P jika dan hanya jika Q”, yang
disimbolkan dengan P « Q, adalah proposisi yang bernilai benar, jika nilai P dan
Q dua2nya benar atau dua2nya salah, dan jika lainnya pasti salah.

Perangkai disebut bikondisional karena mengkondisikan atau merangkaian dua


ekspresi logika. Berikut tabel kebenaran untuk biimplikasi :

R S R «S
T T T
T F F
F T F
F F T

Pernyatan R « S adalah benar bila R dan S mempunyai nilai kebenaran yang sama,
yakni R « S benar jika R dan S keduanya benar atau R dan S keduanya
salah.Bikondisional R « S ekivalen secara logika dengan ( R ® S) Л (S ® R).
Keekivalenan tersebut ditunjukkan pada table berikut :

R S R«S R®S S®R (R®S) Л (S ®R)


T T T T T T
T F F F T F
F T F T F F
F F T T T T

Dengan kata lain, pernyataan “ R jika dan hanya jika S” dapat dibaca “ Jika R maka S
dan jika S maka R”. Terdapat sejumlah cara untuk menyatakan bikondisional R « S
dalam kata-kata, yaitu :

(a) R jika dan hanya jika S


(b) R adalah syarat perlu dan cukup untuk S
(c) Jika R maka S, dan sebaliknya

Contoh 2-22

Proposisi majemuk berikut adalah biimplikasi :

(a) Sofi bahagia jika dan hanya jika ia kaya raya


(b) Syarat cukup dan syarat perlu menjadi pintar adalah belajar
(c) Jika anda orang kaya maka anda mempunyai banyak uang, dan sebaliknya

Contoh 2-23

[Liu85] Sebuah pulau didiami oleh dua suku asli. Penduduk suku pertama
mengatakan hal yang benar, sedangkan penduduk dari suku lain selalu mengatakan
kebohongan. Anda tiba dipulau ini dan bertanya kepada seorang penduduk setempat
apakah di pulau tersebut ada emas atau tidak. Ia menjawab, “Ada emas di pulau ini
jika dan hanya jika saya selalu mengatakan kebenaran.

Pertanyaannya adalah : apakah ada emas di pulau tersebut?”

Solusi :

Misalkan P = saya selalu menyatakan kebenaran

Q = ada emas di pulau ini

Pernyataan orang tersebut dapat dinyatakan sebagai

P«Q

Tinjau dua kemungkinan kasus mengenai orang yang kita tanya tadi. Kasus 1, orang
yang memberi jawaban adalah orang dari suku yang selalu menyatakan hal yang
benar. Kasus 2 orang yang member jawaban adalah orang dari suku yang selalu
menyatakan hal yang bohong. Kita analisis setiap kasus satu persatu sebagai berikut :

Kasus 1 : orang tersebut selalu menyatakan hal yang benar. Ini berarti p benar, dan
jawabannya terhadap pertanyaan kita pasti juga benar. Sehingga pernyataan
biimplikasi tersebut bernilai benar.Dari table kebenaran kita melihat bahwa bila p
benar dan p « q benar, maka q haruslah benar. Jadi, ada emas dipulau tersebut adalah
benar.

Kasus2 : Orang tersebut selalu menyatakan hal bohong. Ini berarti p salah, dan
jawabannya terhadap pertanyaan kita pasti juga salah, sehingga pernyataan
biimplikasi tersebut salah. Dari table dapat dlihat bahwa bila p salah dan p « q salah,
maka q haruslah benar. Jadi, ada emas di pulau tersebut.

Dari kedua kasus tersebut kita bisa memastikan bahwa ada emas di pulau tersebut,
meskipun kita tidak dapat memastikan dari suku mana orang tersebut.
7. Argumen

Logika adalah salah satu ilmu formal, atau satu bidang ilmu yang bisa berdiri sendiri,
dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengelompokkan struktur dari argumen-
argumen dan pernyataan-pernyataan yang diperoleh dari studi tentang pengaruh formal
sistem dan melalui studi tentang argumen pada bahasa manusia sehari-hari.

Argumen adalah suatu deret proposisi yang dituliskan sebagai :

P1
P2
P3
.
.
.
Pn
_____
Q

P1, P2, ..., Pn disebut hipotesis atau premis, dan q disebut konklusi. Argumen dibedakan
menjadi argumen yang sahih (valid) dan argumen palsu (invalid), dengan catatan : valid
tidak sama dengan “true”.

Studi logika sebenarnya juga adalah suatu usaha untuk menentukan kondisi, dimana
sesuatu diambil dari pernyataan-pernyataan yang diberikan, dan disebut premis-premis
(premises), untuk memperoleh suatu kesimpulan (conclusion) yang harus mengikuti atau
sesuai dengan premis-premis tersebut. Kesimpulan yang mengikuti premis-premis tidak
hanya nilainya, tetapi juga mengharuskan kesimpulan diperoleh atau berasal dari premis-
premisnya, atau tidak dimungkinkan kesimpulan diambil bukan dari premis-premisnya.

Definisi 2.9

Sebuah argumen dikatakan sahih jika konklusi benar bilamana hipotesisnya benar;
sebaliknya argumen dikatakan palsu (fallacy atau invalid).

Jadi, argumen sebenarnya adalah suatu usaha untuk mencari kebenaran dari suatu
pernyataan berupa kesimpulan dengan berdasarkan pada kebenaran dari satu kumpulan
pernyataan yang disebut premis-premis. Bentuk argumen artinya sekumpulan pernyataan
yang terdiri dari premis-premis dan diikuti satu kesimpulan.

Jika argumen sahih, maka kadang-kadang kita mengatakan bahwa secara logika konklusi
mengikuti hipotesis atau sama dengan memperlihatkan bahwa implikasi

(P1 Л P2 Л .... Л Pn ) ® Q
adalah benar. Argumen palsu menunjukkan penalaran tidak benar.

Contoh 2-24

Semua mahasiswa pandai.


Rachmi adalah mahasiswa.
Dengan demikian , Rachmi pandai.

1 Validitas Argumen

Validitas argumen adalah premis-premis yang diikuti oleh suatu kesimpulan yang
berasal dari premis-premisnya dan bernilai benar. Jadi, validitas dapat dibedakan
dengan kebenaran dari kesimpulan. Jika satu atau lebih premis-premis salah, maka
kesimpulan dari argumen tersebut juga salah. Validitas juga dapat diartikan tidak
mungkin kesimpulan yang salah diperoleh dari premis-premis yang benar, atau
premis-premis yang benar tidak mungkin menghasilkan kesimpulan yang salah.

Contoh 2-25

Semua mamalia adalah hewan berkaki empat.


Semua manusia adalah mamalia.

Dengan demikian, semua manusia adalah binatang berkaki empat.

Contoh 2-25 adalah argumen yang valid, tetapi denganpremis pertama yang bernilai
salah. Argumen tersebut dianggap valid karena kesimpulannya tetap mengikuti
premisnya, atau valid kebenarannya secara fungsional.

Dipihak lain dapat terjadi suatu argumen tidak valid (invalid), tetapi mempunyai
kesimpulan yang bernilai benar.

Contoh 2-26

Ada jenis makhluk hidup berkaki dua


Semua manusia adalah makhluk hidup
Dengan demikian, semua manusia berkaki dua

Dapat disimpulkan bahwa logika hanya mempermasalahkan bentuk dari argumen,


bukan isi argumen. Jika suatu argumen valid, maka pokok pernyataan (term of
statement) dapat digantikan untuk semua yang bisa digantikannya dan validitas tidak
terganggu. Akan tetapi, jika argumen tidak valid, maka akan menggangu.

Pada contoh 2-26, jika “berkaki dua” diganti “berkaki empat”, maka membuat
premis-premis bernilai benar, tetapi kesimpulan bernilai salah.

Kesimpulan yang bernilai benar muncul dan terlepas dari premis-premisnya, tetapi
tentunya ini bukan argumen yang kuat secara logis.
Contoh 2-27

Semua mahasiswa rajin belajar.


Fajar seorang mahasiswa.
Dengan demikian, Putri rajin belajar.

Kesimpulan pada contoh diatas jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan premis-
premisnya, walaupun bisa saja bernilai benar dan juga premis-premis bernilai benar,
tetapi jelas bukan argumen yang kuat secara logis. Argumen logis disebut kuat secara
logis, jika dan hanya jika argumennya valid dan semua premis-premisnya bernilai
benar.

2 Tautologi

Mengubah suatu argumen atau pernyataan-pernyataan menjadi suatu ekspresi logika,


tentunya harus mengenali sub-subekspresinya. Pembuktian validitas ekspresi-ekspresi
logika dari suatu argumen, dapat dilakukan dengan Tabel Kebenaran, yaitu dengan
terlebih dahulu memberikan variabel proposisional pada setiap proposisi dari argumen
tersebut dan kemudian membentuk proposisi majemuk untuk setiap pernyataan, dan
kemudian mengevaluasi dengan tabel kebenaran. Tabel kebenaran dibuat dengan
melibatkan seluruh nilai yang dimungkinkan, yatu sebanyak 2 N (N : jumlah variabel
proposisional).

Argumen yang dibuktikan validitasnya dengan tabel kebenaran harus menunjukkan


nilai benar. Jika hasil benar, maka argumen valid, jika tidak maka sebaliknya. Jika
pada tabel kebenaran untuk semua pasangan nilai variabel-variabel proposisional
yang ada bernilai benar atau T, maka disebut Tautologi (tautology).

Definisi 2.10

Suatu ekspresi logika yang selalu bernilai benar di dalam tabel kebenarannya, tanpa
mempedulikan nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang berada di dalamnya
disebut tautologi.

Contoh 2-28

Buktikan apakah (R V ØR) adalah tautologi ?

Solusi :

Buatlah tabel kebenarannya :

R ØR R V ØR
F T T
T F T

Jadi (R V ØR) adalah tautologi


Contoh 2-29

Buktikan apakah Ø(R Л S) V S adalah tautologi?

Solusi :

Buatlah tabel kebenarn seperti berikut :

R S R Л S Ø(R Л S) Ø(R Л S) V S
F F F T T

F T F T T

T F F T T

T T T F T

Jadi ekspresi diatas juga merupakan tautologi.

3 Kontradiksi

Kebalikan dari tautologi adalah kontradiksi (contradiction) atau absurditas


(absurdities), yakni jika pada semua pasangan nilai tabel kebenaran menghasilkan
nilai F.

Definisi 2.11

Suatu ekspresi logika yang selalu bernilai salah di dalam tabel kebenarannya, tanpa
mempedulikan nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang berada di dalamnya
disebut kontradiksi.

Perhatikan contoh berikut :

Contoh 2-30

R Л ØR , maka tabel kebenarannya sebagai berikut :

R ØR R Л ØR
F T F
T F F

Jadi, R Л ØR pada tabel kebenaran, semua bernilai F sehingga disebut kontradiksi.

Pada argumen, suatu kontradiksi dapat dijumpai jika antara premis-premis bernilai T,
sedangkan kesimpulan bernilai F. Hal ini tentunya tidak mungkin terjadi, karena
premis-premis yang benar harus menghasilkan kesimpulan benar. Dalam bahasa
logika, konjungsi dari semua premis-premis dengan negasi dari kesimpulan selalu
bernilai F, dan terjadi kontradiksi. Negasi kesimpulan berarti memberi nilai F pada
negasi kesimpulan.

4 Contingent

Jika pada semua nilai kebenaran menghasilkan nilai F dan T, disebut contingent atau
formula campuran (mixed formulae). Seperti terlihat pada contoh berikut :

Contoh 2-31

((R Л S) ® L) ® R , table kebenarannya sebagai berikut :

R S L RЛS (R Л S) ® L ((R Л S) ® L) ® R

F F F F T F
F F T F T F
F T F F T F
F T T F T F
T F F F T T
T F T F T T
T T F T F T
T T T T T T

Definisi 2.12

Suatu ekspresi logika yang mempunyai nilai benar dan salah di dalam tabel
kebenarannya, tanpa mempedulian nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang
berada di dalamnya, disebut contingent.

Contoh 2-31

((L®M) Л (ØM ® N))

((L®M) Л (ØM ® N)) ®( ØN ® L)

L M N ØM ØN L®M ØM ® N ØN ® L
F F F T T T F F F T
F F T T F T T T T T
F T F F T T T F T F
F T T F F T T T T T
T F F T T F F T F T
T F T T F F T T F T
T T F F T T T T T T
T T T F F T T T T T

a. Inferensi
Jika diberikan beberapa proposisi, kita dapat menarik kesimpulan baru dari deret
proposisi tersebut. Proses penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi disebut
inferensi (inference).

Didalam kalkulus proposisi, terdapat sejumlah kaidah inferensi, beberapa


diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Modus Ponen (law of detachment)

Kaidah ini didasarkan pada tautologi

( R Л ( R ® S)) ® S

yang dalam hal ini R dan R ® S adalah hipotesis, sedangkan S adalah


konklusi. Modus ponen menyatakan bahwa jika hipotesis R dan implikasi R
® S benar, maka konklusi S benar.

Contoh 3-32

Misalkan implikasi “ Jika 14 habis dibagi 2, maka 14 adalah bilangan genap”


dan hipotesis “14 habis dibagi 2” keduanya benar. Maka menurut modus
ponen, inferensi berikut :

“Jika 14 habis dibagi 2, maka 14 adalah bilangan genap. 14 habis dibagi 2.


Karena itu 14 adalah bilangan genap”.

Adalah benar.

2. Modus Tollen

Kaidah modus tollen didasarkan pada tautologi

[ØS Л (R ® S)] ®ØR

Contoh 2-32

Misalkan implikasi “ Jika n bilangan ganjil, maka n2 bernilai ganjil” dan


hipotesis n2 bernilai tidak ganjil” adalah benar. Maka menurut modus tollen,
inferensi tersebut adalah benar.

3. Silogisme Hipotesis

Kaidah ini didasarkan pada tautologi

[(R ® S) Л(S ® T)] ®(R®T)

Contoh 2-33
Misalkan implikasi : Jika saya belajar dengan giat, maka saya lulus ujian” dan
implikasi “Jika saya lulus ujian, maka saya cepat menikah” adalah benar.
Maka menurut kaidah silogisme, inferensi tersebut adalah benar.

4. Silogisme Disjungtif

Kaidah ini didasarkan pada tautologi

[(R V S) Л ØR] ® S

Contoh 2-34

Inferensi berikut :

“Saya belajar dengan giat atau saya menikah tahun depan”.

Saya tidak belajar dengan giat. Karena itu, saya menikah tahun depan.

Menurut kaidah silogisme disjungtif adalah benar.

5. Simplifikasi

Kaidah ini didasarkan pada tautologi

(R Л S) ® R

Yang dalam hal ini R dan S adalah hipotesis, sedangkan R adalah konklusi.

Contoh 3-35

Penarikan kesimpulan seperti berikut ini :

“Hamdan adalah mahasiswa Unisba dan mahasiswa IT Telkom. Karena itu


Hamdan adalah adalah mahasiswa Unisba.”

Simplifikasi berikut juga benar :

“Hamdan adalah mahasiswa Unisba dan mahasiswa IT Telkom. Karena itu


Hamdan adalah mahasiswa IT Telkom.”

Karena urutan di dalam konjungsi R Л S tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

6. Penjumlahan

Kaidah ini didasarkan pada tautologi

R ® (R V S)
Contoh 2-36

Penarikan kesimpulan seperti berikut ini adalah benar :

“ Putri mengambil mata kuliah Matematika Dasar. Karena itu, Putri


mengambil kuliah Matematika Dasar atau mengulang Geometri.”

7. Konjungsi

Kaidah ini didasarkan pada tautologi

((R) Л (S)) ® (R Л S)

Contoh 2-37

Penarikan kesimpulan berikut ini menggunakan kaidah konjungsi

“ Putri mengambil kuliah Matematika Dasar. Putri mengulang kuliah


Geometri. Karena itu, Putri mengambil kuliah Matematika Dasar dan
mengulang kuliah Geometri.”

Anda mungkin juga menyukai