Hukum-hukum Logika
(ii) pЛT p
(ii) pVT T
(ii) p Л ~p F
(ii) p Л p p
~(~p) p
(ii) p Л (p V p) p
(ii) p Л q qЛ p
(ii) p Л (q V r) ( p Л q) V (p Л r)
(ii) ~(p V q) ~p Л ~q
Contoh 2-19
Solusi :
r v ~(r v s) r v (~r Л ~s) Hukum De Morgan
(r v ~r) Л (r v ~s) Hukum distributif
T Л (r v ~s) Hukum negasi
r v ~s Hukum identitas
Contoh 2-18
Solusi :
r Л (r v s) (r v F) Л (r v s) Hukum identitas
r v (F Л s) Hukum distributif
rvF Hukum Null
r Hukum identitas
6. Proposisi Bersyarat
1. Implikasi
Selain dalam bentuk konjungsi, disjungsi, dan negasi,proposisi majemuk juga dapat
muncul berbentuk “ jika P maka Q”, seperti proposisi-proposisi berikut :
Definisi 2.7
Misalkan P dan Q adalah dua proposisi. Implikasi dari “ P implikasi Q”, yang
disimbolkan dengan P ® Q, adalah proposisi yang bernilai salah, jika nilai P
bernilai benar dan Q bernilai salah, dan jika lainnya pasti benar. Pada implikasi ini,
P disebut antecendent (hipotesis, premis) dan Q disebut consequence (kesimpulan).
R S R®
S
T T T
T F F
F T T
F F T
Contoh 2-19
Misalkan :
X : Anda wanita
Tabel berikut memperlihatkan table kebenaran dari ketiga varian proposisi bersyarat
tersebut. Dari table terlihat bahwa proposisi bersyarat P®Q ekivalen secara logika
dengan kontraposisi ØP ® ØQ
Contoh 2-20
Solusi :
P : hari hujan, Q : 2 + 3 = 5
P®Q
(P Л Q) ® R
(P Л Q) ® R
Contoh 2-21
Solusi :
Invers : “Pelajaran Matematika sukar maka tidak akan mendapat nilai A.”
Konvers : “Mendapat nilai A maka pelajaran Matematika tidak sukar .”
3. Biimplikasi
Proposisi bersyarat penting lainnya adalah berbentuk “ P jika dan hanya jika Q” yang
dinamakan bikondisional atau biimplikasi.
Definisi 2.8
Misalkan P adalah proposisi. Biimplikasi “P jika dan hanya jika Q”, yang
disimbolkan dengan P « Q, adalah proposisi yang bernilai benar, jika nilai P dan
Q dua2nya benar atau dua2nya salah, dan jika lainnya pasti salah.
R S R «S
T T T
T F F
F T F
F F T
Pernyatan R « S adalah benar bila R dan S mempunyai nilai kebenaran yang sama,
yakni R « S benar jika R dan S keduanya benar atau R dan S keduanya
salah.Bikondisional R « S ekivalen secara logika dengan ( R ® S) Л (S ® R).
Keekivalenan tersebut ditunjukkan pada table berikut :
Dengan kata lain, pernyataan “ R jika dan hanya jika S” dapat dibaca “ Jika R maka S
dan jika S maka R”. Terdapat sejumlah cara untuk menyatakan bikondisional R « S
dalam kata-kata, yaitu :
Contoh 2-22
Contoh 2-23
[Liu85] Sebuah pulau didiami oleh dua suku asli. Penduduk suku pertama
mengatakan hal yang benar, sedangkan penduduk dari suku lain selalu mengatakan
kebohongan. Anda tiba dipulau ini dan bertanya kepada seorang penduduk setempat
apakah di pulau tersebut ada emas atau tidak. Ia menjawab, “Ada emas di pulau ini
jika dan hanya jika saya selalu mengatakan kebenaran.
Solusi :
P«Q
Tinjau dua kemungkinan kasus mengenai orang yang kita tanya tadi. Kasus 1, orang
yang memberi jawaban adalah orang dari suku yang selalu menyatakan hal yang
benar. Kasus 2 orang yang member jawaban adalah orang dari suku yang selalu
menyatakan hal yang bohong. Kita analisis setiap kasus satu persatu sebagai berikut :
Kasus 1 : orang tersebut selalu menyatakan hal yang benar. Ini berarti p benar, dan
jawabannya terhadap pertanyaan kita pasti juga benar. Sehingga pernyataan
biimplikasi tersebut bernilai benar.Dari table kebenaran kita melihat bahwa bila p
benar dan p « q benar, maka q haruslah benar. Jadi, ada emas dipulau tersebut adalah
benar.
Kasus2 : Orang tersebut selalu menyatakan hal bohong. Ini berarti p salah, dan
jawabannya terhadap pertanyaan kita pasti juga salah, sehingga pernyataan
biimplikasi tersebut salah. Dari table dapat dlihat bahwa bila p salah dan p « q salah,
maka q haruslah benar. Jadi, ada emas di pulau tersebut.
Dari kedua kasus tersebut kita bisa memastikan bahwa ada emas di pulau tersebut,
meskipun kita tidak dapat memastikan dari suku mana orang tersebut.
7. Argumen
Logika adalah salah satu ilmu formal, atau satu bidang ilmu yang bisa berdiri sendiri,
dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengelompokkan struktur dari argumen-
argumen dan pernyataan-pernyataan yang diperoleh dari studi tentang pengaruh formal
sistem dan melalui studi tentang argumen pada bahasa manusia sehari-hari.
P1
P2
P3
.
.
.
Pn
_____
Q
P1, P2, ..., Pn disebut hipotesis atau premis, dan q disebut konklusi. Argumen dibedakan
menjadi argumen yang sahih (valid) dan argumen palsu (invalid), dengan catatan : valid
tidak sama dengan “true”.
Studi logika sebenarnya juga adalah suatu usaha untuk menentukan kondisi, dimana
sesuatu diambil dari pernyataan-pernyataan yang diberikan, dan disebut premis-premis
(premises), untuk memperoleh suatu kesimpulan (conclusion) yang harus mengikuti atau
sesuai dengan premis-premis tersebut. Kesimpulan yang mengikuti premis-premis tidak
hanya nilainya, tetapi juga mengharuskan kesimpulan diperoleh atau berasal dari premis-
premisnya, atau tidak dimungkinkan kesimpulan diambil bukan dari premis-premisnya.
Definisi 2.9
Sebuah argumen dikatakan sahih jika konklusi benar bilamana hipotesisnya benar;
sebaliknya argumen dikatakan palsu (fallacy atau invalid).
Jadi, argumen sebenarnya adalah suatu usaha untuk mencari kebenaran dari suatu
pernyataan berupa kesimpulan dengan berdasarkan pada kebenaran dari satu kumpulan
pernyataan yang disebut premis-premis. Bentuk argumen artinya sekumpulan pernyataan
yang terdiri dari premis-premis dan diikuti satu kesimpulan.
Jika argumen sahih, maka kadang-kadang kita mengatakan bahwa secara logika konklusi
mengikuti hipotesis atau sama dengan memperlihatkan bahwa implikasi
(P1 Л P2 Л .... Л Pn ) ® Q
adalah benar. Argumen palsu menunjukkan penalaran tidak benar.
Contoh 2-24
1 Validitas Argumen
Validitas argumen adalah premis-premis yang diikuti oleh suatu kesimpulan yang
berasal dari premis-premisnya dan bernilai benar. Jadi, validitas dapat dibedakan
dengan kebenaran dari kesimpulan. Jika satu atau lebih premis-premis salah, maka
kesimpulan dari argumen tersebut juga salah. Validitas juga dapat diartikan tidak
mungkin kesimpulan yang salah diperoleh dari premis-premis yang benar, atau
premis-premis yang benar tidak mungkin menghasilkan kesimpulan yang salah.
Contoh 2-25
Contoh 2-25 adalah argumen yang valid, tetapi denganpremis pertama yang bernilai
salah. Argumen tersebut dianggap valid karena kesimpulannya tetap mengikuti
premisnya, atau valid kebenarannya secara fungsional.
Dipihak lain dapat terjadi suatu argumen tidak valid (invalid), tetapi mempunyai
kesimpulan yang bernilai benar.
Contoh 2-26
Pada contoh 2-26, jika “berkaki dua” diganti “berkaki empat”, maka membuat
premis-premis bernilai benar, tetapi kesimpulan bernilai salah.
Kesimpulan yang bernilai benar muncul dan terlepas dari premis-premisnya, tetapi
tentunya ini bukan argumen yang kuat secara logis.
Contoh 2-27
Kesimpulan pada contoh diatas jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan premis-
premisnya, walaupun bisa saja bernilai benar dan juga premis-premis bernilai benar,
tetapi jelas bukan argumen yang kuat secara logis. Argumen logis disebut kuat secara
logis, jika dan hanya jika argumennya valid dan semua premis-premisnya bernilai
benar.
2 Tautologi
Definisi 2.10
Suatu ekspresi logika yang selalu bernilai benar di dalam tabel kebenarannya, tanpa
mempedulikan nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang berada di dalamnya
disebut tautologi.
Contoh 2-28
Solusi :
R ØR R V ØR
F T T
T F T
Solusi :
R S R Л S Ø(R Л S) Ø(R Л S) V S
F F F T T
F T F T T
T F F T T
T T T F T
3 Kontradiksi
Definisi 2.11
Suatu ekspresi logika yang selalu bernilai salah di dalam tabel kebenarannya, tanpa
mempedulikan nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang berada di dalamnya
disebut kontradiksi.
Contoh 2-30
R ØR R Л ØR
F T F
T F F
Pada argumen, suatu kontradiksi dapat dijumpai jika antara premis-premis bernilai T,
sedangkan kesimpulan bernilai F. Hal ini tentunya tidak mungkin terjadi, karena
premis-premis yang benar harus menghasilkan kesimpulan benar. Dalam bahasa
logika, konjungsi dari semua premis-premis dengan negasi dari kesimpulan selalu
bernilai F, dan terjadi kontradiksi. Negasi kesimpulan berarti memberi nilai F pada
negasi kesimpulan.
4 Contingent
Jika pada semua nilai kebenaran menghasilkan nilai F dan T, disebut contingent atau
formula campuran (mixed formulae). Seperti terlihat pada contoh berikut :
Contoh 2-31
R S L RЛS (R Л S) ® L ((R Л S) ® L) ® R
F F F F T F
F F T F T F
F T F F T F
F T T F T F
T F F F T T
T F T F T T
T T F T F T
T T T T T T
Definisi 2.12
Suatu ekspresi logika yang mempunyai nilai benar dan salah di dalam tabel
kebenarannya, tanpa mempedulian nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang
berada di dalamnya, disebut contingent.
Contoh 2-31
L M N ØM ØN L®M ØM ® N ØN ® L
F F F T T T F F F T
F F T T F T T T T T
F T F F T T T F T F
F T T F F T T T T T
T F F T T F F T F T
T F T T F F T T F T
T T F F T T T T T T
T T T F F T T T T T
a. Inferensi
Jika diberikan beberapa proposisi, kita dapat menarik kesimpulan baru dari deret
proposisi tersebut. Proses penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi disebut
inferensi (inference).
( R Л ( R ® S)) ® S
Contoh 3-32
Adalah benar.
2. Modus Tollen
Contoh 2-32
3. Silogisme Hipotesis
Contoh 2-33
Misalkan implikasi : Jika saya belajar dengan giat, maka saya lulus ujian” dan
implikasi “Jika saya lulus ujian, maka saya cepat menikah” adalah benar.
Maka menurut kaidah silogisme, inferensi tersebut adalah benar.
4. Silogisme Disjungtif
[(R V S) Л ØR] ® S
Contoh 2-34
Inferensi berikut :
Saya tidak belajar dengan giat. Karena itu, saya menikah tahun depan.
5. Simplifikasi
(R Л S) ® R
Yang dalam hal ini R dan S adalah hipotesis, sedangkan R adalah konklusi.
Contoh 3-35
6. Penjumlahan
R ® (R V S)
Contoh 2-36
7. Konjungsi
((R) Л (S)) ® (R Л S)
Contoh 2-37