Anda di halaman 1dari 24

LECTURE NOTES

Discrete Mathematics and Linear


Algebra

Week 1

Logic and Quantifier

1
LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar logika, kalimat berkuantor ,


teori himpunan , sifat-sifat fungsi dan relasi pada masalah diskrit.

2. Peserta diharapkan mampu mengeksplore penerapan konsep dasar logika teori


himpunan , sifat-sifat fungsi dan relasi pada masalah diskrit.

OUTLINE MATERI :

1. Proposisi
2. Tabel Kebenaran
3. Proposisi Bersyarat (Implikasi)
4. Bikondisional (Bi-implikasi)
5. Inferensi
6. Argumen
7. Pernyataan Berkuantor

8. Ingkaran Suatu Pernyataan Berkuantor

9. Kuantor Ganda

2
Logika dan Kuantor

A. LOGIKA
1. Proposisi
Di dalam matematika, tidak semua kalimat berhubungan dengan logika. Hanya
kalimat yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran. Kalimat
tersebut dinamakan proposisi (preposition).

DEFINISI 1.1 Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah
(false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari sebuah
kalimat disebut nilai kebenarannya (truth value).

Tiga buah contoh berikut ini dapat mengilustrasikan kalimat mana yang merupakan
proposisi dan mana yang bukan.

Contoh 1 :
Pernyataan-pernyataan berikut ini,
(a) 6 adalah bilangan genap.
(b) Soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama.
(c) 2+2=4.
(d) Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah Semarang.
(e) 12 > 19.
(f) Kemarin hari hujan.
(g) Suhu di permukaan laut adalah 21 derajat Celcius.
(h) Pemuda itu tinggi.
(i) Kehidupan hanya ada di planet Bumi.

Semuanya merupakan proposisi. Proposisi a, b, dan c bernilai benar, tetapi proposisi d


salah karena ibukota Jawa Barat seharusnya adalah Bandung dan proposisi e bernilai salah

3
karena seharusnya 12 < 19. Proposisi f sampai i memang tidak dapat langsung ditetapkan
kebenarannya, namun satu hal yang pasti, proposisi-proposisi tersebut tidak mungkin
benar dan salah sekaligus. Kita bisa menetapkan nilai proposisi tersebut benar atau salah.
Misalnya, proposisi f bisa kita andaikan benar (hari kemarin memang hujan) atau salah
(hari kemarin tidak hujan). Demikian pula halnya untuk proposisi g dan h. Proposisi i bisa
benar atau salah, karena sampai saat ini belum ada ilmuwan yang dapat memastikan
kebenarannya.

Contoh 2 :
Pernyataan-pernyataan berikut ini,
(a) Jam berapa kereta api Argo Bromo tiba di Gambir?
(b) Serahkan uangmu sekarang!
(c) x + 3 = 8.
(d) x > 3.

bukan proposisi. Pernyataan a adalah kalimat tanya, sedangkan pernyataan b adalah


kalimat perintah, keduanya tidak mempunyai nilai kebenaran. Dari Contoh 1, dan 2 di atas,
kita dapat menyimpulkan bahwa proposisi selalu dinyatakan sebagai kalimat berita, bukan
sebagai kalimat tanya maupun kalimat perintah. Pernyataan c dan d bukan proposisi karena
kedua pernyataan tersebut tidak dapat ditentukan benar maupun salah sebab mereka
mengandung peubah (variabel) yang tidak dispesifikasikan nilainya. Tetapi, pernyataan
“Untuk sembarang bilangan bulat n 0, maka 2n adalah bilangan genap”
adalah proposisi yang bernilai benar karena pernyataan tersebut merupakan cara lain untuk
menyatakan bilangan genap. Begitu juga pernyataan
x + y = y + x untuk setiap x dan y bilangan riil

adalah proposisi karena pernyataan tersebut merupakan cara lain untuk menyatakan hukum
komutatif penjumlahan pada sistem bilangan riil. Dalam hal ini x dan y tidak perlu diberi
suatu nilai sebab proposisi tersebut pasti benar untuk x dan y berapa saja.

4
2. Tabel Kebenaran
Nilai kebenaran dari proposisi majemuk ditentukan oleh nilai kebenaran dari proposisi
atomiknya dan cara mereka dihubungkan oleh operator logika.

DEFINISI 1.2. Misalkan p dan q adalah proposisi.


Konjungsi p q bernilai benar jika p dan q keduanya benar, selain itu nilainya salah.

Disjungsi p q bernilai salah jika p dan q keduanya salah, selain itu nilainya benar.
Negasi p, yaitu ~p, bernilai benar jika p salah, sebaliknya bernilai salah jika p benar.

Misalkan
p : 17 adalah bilangan prima
q : bilangan prima selalu ganjil
jelas bahwa p bernilai benar dan q bernilai salah sehingga konjungsi
p q : 17 adalah bilangan prima dan bilangan prima selalu ganjil
adalah salah.
Satu cara yang praktis untuk menentukan nilai kebenaran proposisi majemuk adalah
menggunakan tabel kebenaran (truth table). Tabel kebenaran menampilkan hubungan antara nilai
kebenaran dari proposisi atomik. Tabel 1 menunjukkan tabel kebenaran untuk konjungsi, disjungsi,
dan ingkaran. Pada tabel tersebut, T = True (benar), dan F = False (salah).

Tabel 1.1 Tabel kebenaran konjungsi, disjungsi, dan ingkaran

p q pq p q pq p q

T T T T T T T F
T F F T F T F T
F T F F T T
F F F F F F

DEFINISI 1.3. Sebuah proposisi majemuk disebut tautologi jika ia benar untuk semua
kasus, sebaliknya disebut kontradiksi jika ia salah untuk semua kasus
Contoh 3:
Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk p  ~(p  q) adalah sebuah
tautologi (Tabel 1.2) karena kolom terakhir pada tabel kebenarannya hanya memuat T,

5
sedangkan (p  q)  ~(p  q) adalah sebuah kontradiksi (Tabel 1.3) karena kolom terakhir
pada tabel kebenarannya hanya memuat F.
Tabel 1.2 p  ~(p  q) adalah tautologi

p q pq ~(p  q) p  ~(p  q)

T T T F T

T F F T T

F T F T T

F F F T T

Tabel 1.3. (p  q)  ~(p  q) adalah Kontradiksi

p q pq pq ~(p  q) (p  q)  ~(p  q)

T T T T F F

T F F T F F

F T F T F F

F F F F T F

DEFINISI 1.4 Dua buah proposisi majemuk, P(p, q, ..) dan Q(p, q, ..) disebut ekivalen
secara logika, dilambangkan dengan P(p, q, …) Q(p, q, …) jika keduanya mempunyai
tabel kebenaran yang identik.

Contoh 4 : ~ (p  q) ekivalen secara logika dengan p  ~ q

Tabel 1.4. ~ (p  q) ekivalen secara logika dengan p  ~ q

p q p  q ~ (p  q) p q ~p ~q ~p~q
T T T F T T F F F
T F F T T F F T T
F T F T F T T F T
F F F T F F T T T

6
3. Proposisi Bersyarat (Implikasi)
Selain dalam bentuk konjungsi, disjungsi, dan negasi, proposisi majemuk juga dapat
muncul berbentuk “jika p, maka q”, seperti pada contoh-contoh berikut:
a. Jika adik lulus ujian, maka ia mendapat hadiah dari ayah.
b. Jika suhu mencapai 80 C, maka alarm berbunyi.
c. Jika anda tidak mendaftar ulang, maka anda dianggap mengundurkan diri

Pernyataan berbentuk “jika p, maka q” semacam itu disebut proposisi bersyarat atau
kondisional atau implikasi.

DEFINISI 1.5. Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk “jika p, maka q”
disebut proposisi bersyarat (implikasi) dan dilambangkan dengan
p→q

Proposisi p disebut hipotesis (atau antesenden atau premis atau kondisi) dan proposisi q
disebut konklusi (atau konsekuen).

Tabel 1.5. Tabel kebenaran implikasi

p q p q

T T T
T F F
F T T
F F T

Contoh 5 :
“Jika Paris adalah ibukota Perancis, maka 1 + 1 = 2”
Implikasi di atas tetap valid secara matematis meskipun tidak ada kaitan antara Paris sebagai
ibukota Perancis dengan 1 + 1 = 2. Implikasi tersebut bernilai benar karena hipotesis benar
(Paris ibukota Perancis adalah benar) dan konklusi juga benar (1 + 1 = 2 adalah benar).
Implikasi
“Jika Paris adalah ibukota Perancis, maka 1 + 1 = 3”
bernilai salah karena hipotesis benar tetapi 1 + 1 = 3 salah.

7
Varian Proposisi Bersyarat

Terdapat bentuk implikasi lain yang berkaitan dengan p → q, yaitu proposisi sederhana
yang merupakan varian dari implikasi. Ketiga variasi proposisi bersyarat tersebut adalah
konvers, invers, dan kontraposisi dari proposisi asal p → q.

Konvers (kebalikan) : q→p


Invers : ~p→~q
Kontraposisi : ~q→~p

Tabel 1.6 memperlihatkan tabel kebenaran dari ketiga varian proposisi bersyarat
tersebut. Dari tabel tersebut terlihat bahwa proposisi bersyarat p → q ekivalen secara
logika dengan dengan kontraposisinya, ~ q → ~ p.

Tabel 1.6. Tabel kebenaran implikasi, konvers, invers, dan kontraposisi


p q ~p ~q q→p q→p ~p→~q ~q→~p
T T F F T T T T

T F F T F T T F

F T T F T F F T

F F T T T T T T

Contoh 6:
Tentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari pernyataan berikut
“Jika Amir mempunyai mobil, maka ia orang kaya”
Penyelesaian :
Konvers : Jika Amir orang kaya, maka ia mempunyai mobil
Invers : Jika Amir tidak mempunyai mobil, makai ia tidak mempunyai mobil.
Kontraposisi : Jika Amir bukan orang kaya, maka ia tidak mempunyai mobil.

8
4. Bikondisional (Bi-implikasi)
Proposisi bersyarat penting lainnya adalah berbentuk “p jika dan hanya jika q” yang
dinamakan bikondisional atau bi-implikasi. Definisi bikondisional dikemukakan sebagai
berikut.

DEFINISI 1.6.
Tabel kebenaran selengkapanya diperlihatkan pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7 Tabel kebenaran bikondisional

p q pq

T T T
T F F
F T F
F F T

Terdapat sejumlah cara untuk menyatakan bikondisional p  q dalam kata-kata, yaitu:


(a) p jika dan hanya jika q. (p if and only if q)
(b) p adalah syarat perlu dan cukup untuk q. (p is necessary and sufficient for q)
(c) Jika p maka q, dan sebaliknya. (if p then q, and conversely)
(d) p iff q

Contoh 7:
Proposisi majemuk berikut adalah bi-implikasi:
(a) 1 + 1 = 2 jika dan hanya jika 2 + 2 = 4.

(b) Syarat cukup dan syarat perlu agar hari hujan adalah kelembaban udara tinggi.
(c) Jika anda orang kaya maka anda mempunyai banyak uang, dan sebaliknya.
(d) Bandung terletak di Jawa Barat iff Jawa Barat adalah sebuah propinsi di Indonesia.

9
5. Inferensi
Misalkan kepada kita diberikan beberapa proposisi. Kita dapat menarik kesimpulan
baru dari deret proposisi tersebut. Proses penarikan kesimpulan penarikan kesimpulan dari
beberapa proposisi disebut inferensi (inference).

Di dalam kalkulus proposisi, terdapat sejumlah kaidah inferensi, beberapa di antaranya


adalah sebagai berikut:

1. Modus Ponen atau law of detachment


Kaidah ini didasarkan pada tautologi (p  (p → q)) → q, yang dalam hal ini, p dan p →
q adalah hipotesis, sedangkan q adalah konklusi. Kaidah modus ponen dapat ditulis dengan
cara:
p→q
p

 q

Simbol  dibaca sebagai “jadi” atau “karena itu”. Modus ponen menyatakan bahwa jika
hipotesis p dan dan implikasi p → q benar, maka konklusi q benar.

Misalkan implikasi “Jika 20 habis dibagi 2,maka 20 adalah bilangan genap” dan hipotesis
“20 habis dibagi 2” keduanya benar. Maka menurut modus ponen, inferensi berikut:
Jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan genap
20 habis dibagi 2
 20 adalah bilangan genap
2. Modus Tollen
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [~q  (p → q)] → ~p, Kaidah ini modus tollens
ditulis dengan cara:
p→q
~q
 ~p

10
Misalkan implikasi “Jika n bilangan ganjil, maka n2 bernilai ganjil” dan hipotesis “n2
bernilai genap” keduanya benar. Maka menurut modus tollen, inferensi berikut

Jika n bilangan ganjil, maka n2 bernilai ganjil


n2 bernilai genap
 n bukan bilangan ganjil
adalah benar.

3. Silogisme Hipotetis

Kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p → q)  (q → r)] → (p → r). Kaidah silogisme
ditulis dengan cara:
p→q
q→r

 p→r

Misalkan implikasi “Jika saya belajar dengan giat, maka saya lulus ujian” dan implikasi
“Jika saya lulus ujian, maka saya cepat menikah” adalah benar. Maka menurut kaidah
silogisme, inferensi berikut

Jika saya belajar dengan giat, maka saya lulus ujian


Jika saya lulus ujian, maka saya cepat menikah

 Jika saya belajar dengan giat, maka saya cepat menikah


adalah benar.

4. Silogisme Disjungtif

Kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p  q)  ~p] → q . Kaidah silogisme disjungtif
ditulis dengan cara:
pq

~p

 q

11
Contoh :
Inferensi berikut:
“Saya belajar dengan giat atau saya menikah tahun depan.
Saya tidak belajar dengan giat. Karena itu, saya menikah tahun depan.”
menggunakan kaidah silogisme disjungtif, atau dapat ditulis dengan cara:
Saya belajar dengan giat atau saya menikah tahun depan.
Saya tidak belajar dengan giat.

 Saya menikah tahun depan.


5. Simplifikasi

Kaidah ini didasarkan pada tautologi (p  q) → p, yang dalam hal ini, p dan q adalah
hipotesis, sedangkan p adalah konklusi. Kaidah simplifikasi ditulis dengan cara:
pq

 p

Contoh :
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini:
“Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa Unpar. Karena itu,
Hamid adalah mahasiswa ITB.”
menggunakan kaidah simplifikasi, atau dapat juga ditulis dengan cara:
Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa Unpar.
 Hamid adalah mahasiswa ITB.
Simplifikasi berikut juga benar:
“Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa Unpar. Karena itu,
Hamid adalah mahasiswa Unpar”
karena urutan proposisi di dalam konjungsi p  q tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

12
6. Penjumlahan

Kaidah ini didasarkan pada tautologi p → (p  q). Kaidah penjumlahan ditulis dengan
cara:
p

 pq

Penarikan kesimpulan seperti berikut ini:

“Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit. Karena itu, Taslim


mengambil kuliah Matematika Diskrit atau mengulang kuliah
Algoritma.”
menggunakan kaidah penjumlahan, atau dapat juga ditulis dengan cara:

Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit.

 Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit atau mengulang kuliah Algoritma

7. Konjungsi

Kaidah ini didasarkan pada tautologi ((p)  (q)) → (p  q). Kaidah konjungsi ditulis
dengan cara:
p
q

 pq

Contoh
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini:
“Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit. Taslim
mengulang kuliah Algoritma. Karena itu, Taslim mengambil
kuliah Matematika Diskrit dan mengulang kuliah Algoritma”

menggunakan kaidah konjungsi, atau dapat juga ditulis dengan cara:

13
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit.
Taslim mengulang kuliah Algoritma.

 Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit


dan mengulang kuliah Algoritma.

6. Argumen
Argumen adalah suatu deret proposisi yang dituliskan sebagai
p1
p2
p3

pn

q

yang dalam hal ini, p1, p2, …, pn disebut hipotesis (atau premis), dan q disebut konklusi.
Argumen ada yang sahih (valid) dan palsu (invalid). Catatlah bahwa kata “valid” tidak
sama maknanya dengan “benar” (true).

Definisi 1.7. Sebuah argumen dikatakan sahih jika konklusi benar bilamana semua
hipotesisnya benar; sebaliknya argumen dikatakan palsu (fallacy atau invalid). Jika
argumen
sahih, maka kadang-kadang kita mengatakan bahwa secara logika konklusi mengikuti
hipotesis atau sama dengan memperlihatkan bahwa implikasi.
( p1 p2 pn )

adalah benar (yaitu, sebuah tautologi). Argumen yang palsu menunjukkan proses
penalaran yang tidak benar.
Contoh :

Periksa kesahihan argumen berikut:

p → ~q

~r→p
q

 r

14
Contoh argumen nyatanya adalah sebagai berikut:

“Jika saya pulang kampung, maka saya tidak bisa mengikuti ujian susulan. Jika saya
tidak lulus ujian, maka saya pulang kampung. Tetapi saya bisa mengikuti ujian susulan.
Oleh karena itu saya lulus ujian.

Penyelesaian:

Ada 3 cara yang dapat digunakan untuk membuktikan kesahihan


argument ini.

Cara 1 : dengan membuat tabel kebenaran masing-masing premis untuk memeriksa


kesahihan argumen tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.8 berikut. Jika semua premis
bernilai benar disuatu baris dan kesimpulan nya juga benar maka argument tersebut
valid/sahih. Baris 5 adalah baris di mana premis p → ~q, ~ r → p, dan q benar secara
bersama-sama, dan pada baris ini juga konklusi r benar, sehingga argumen tersebut sahih.
Tabel 1.8 . Tabel kebenaran untuk p → ~q, ~ r → p, dan q

p q r ~q p→~q ~r ~r→p

T T T F F F T
T T F F F T T
T F T T T F T
T F F T T T T
F T T T F F F T T F T
F T T F T F F T F T F
F F F T F T F T T F T
F F F F T T F T F T F

Cara 2 : Perlihatkan dengan tabel kebenaran apakah

[(p → ~q)(~ r → p) q]→ r

merupakan tautologi. Tabel 1.9 memperlihatkan bahwa [(p → ~q)  (~ r → p) ) q]→ r suatu

tautologi, sehingga argumen dikatakan sahih/valid.

15
Tabel 1.9 . Tabel kebenaran untuk [(p → ~q)  (~ r → p) ]→ r

p q r ~q p→~q ~r ~ r → p [(p → ~q)  (~ r → p) ) q]→ r

T T T F F F T T
T T F F F T T T
T F T T T F T T
T F F T T T T T
F T T T F F F T T F T T
F T T F T F F T F T F T
F F F T F T F T T F T T
F F F F T T F T F T F T

Cara 3 : Menggunakan aturan inferensi.


p → ~q (1)

~r→p
(2)
q
(3)

 r

Misakan premis (1) dan (3), dengan aturan inferensi tollens yang menghasilkan
kesimpulan ~p.
p → ~q

 ~p (4)

Kemudian premis (2) dan (4), dengan aturan inferensi tollens yang menghasilkan
kesimpulan r.
~r→p
~p
 r

Jadi terbukti valid bahwa argument tersebut mempunyai kesimpulan r.

16
B. KUANTOR
1. Pernyataan Berkuantor
Kuantor merupakan suatu lambang yang apabila dibubuhkan pada suatu kalimat
terbuka akan mengubah kalimat terbuka tersebut menjadi suatu kalimat tertutup atau
pernyataan. Macam-macam kuantor adalah sebagai berikut :
1. Kuantor Universal
Kuantor universal menunjukkan bahwa setiap/semua obyek dalam semestanya mempunyai
sifat kalimat yang menyatakannya.
Notasi: “∀ ”, dibaca “ semua atau setiap”
jika p(x) merupakan suatu kalimat terbuka maka:

(∀x) p(x) dibaca “untuk semua/setiap x berlaku p(x)” bernilai benar jika dan hanya jika
p(x) benar untuk semua x dalam semestanya.

Contoh 1a. (∀x  R) x2 ≥ 0 Dapat dibaca sebagai:


✓ Kuadrat semua bilangan real tidak ada yang negatif
✓ Semua bilangan real mempunyai kuadrat tak negatif
✓ Setiap bilangan real mempunyai kuadrat tak negatif
✓ Semestanya adalah himpunan bilangan bulat,
Pernyataan ini adalah bernilai benar, karena untuk semua x bilangan Real, maka kuadrat
bilangan tersebut pasti non negative (x≥ 0).
Sebaliknya jika ada satu saja nilai x yang tidak memenuhi, sehingga p(x) bernilai
salah. Nilai x yang menyebabkan suatu kuantor universal bernilai salah disebut dengan
contoh penyangkal atau counter example .

Contoh 1b. Benar atau salahkah pernyataan berkuantor berikut:(∀x  Bulat) x2 + x – 2 = 0


Penyelesaian:

Meskipun ada nilai x yang memenuhi persamaan x2 + x – 2 = 0, tetapi tidak semua


bilangan bulat x yang memenuhi persamaan tersebut, misalkan kita ambil nilai x = 2, maka

17
persamaannya 22 + 2 – 2 = 4 ≠ 0, maka ini jelas merupakan pernyataan yang salah (S),
sehingga x=2 sebagai counter example.

2. Kuantor Eksistensial
Kuantor eksistensial berarti ada/beberapa obyek dalam semestanya mempunyai sifat
kalimat yang menyatakannya. notasi: “∃“, dibaca “ada/beberapa/terdapat/paling sedikit
satu”. Jika p(x) merupakan suatu kalimat terbuka maka: (∃x) p(x), dibaca “ada suatu x
sehingga berlaku p(x)” bernilai benar jika dan hanya jika paling sedikit ada satu nilai x
dalam semestanya yang menyebabkan p(x) benar, dan akan bernilai salah jika untuk semua
x dalam semestanya menyebabkan p(x) salah.

Contoh :
1a. (∃x  Bulat) x2 = x artinya :
✓ Ada bilangan bulat yang kuadratnya sama dengan bilangan itu sendiri
✓ Beberapa bilangan bulat yang kuadratnya sama dengan bilangan itu sendiri
✓ Terdapat paling sedikit satu bilangan bulat yang kuadratnya sama dengan bilangan
itu sendiri.
Pernyataan tersebut bernilai benar bahwa terdapat minimal satu bilangan bulat dimana
kuadrat nya adalah sama dengan bilangan itu sendiri yaitu jika x=1.
1b. Semestanya adalah himpunan bilangan bulat, benar atau salahkah pernyataan
berkuantor berikut: (∃x  Bulat) x2 + x – 2 = 0 ?
Penyelesaian:
x2 + x – 2 = 0 dapat difaktorkan: (x+2)(x-1) = 0 Jadi persamaan itu dapat dipenuhi
untuk x1= -2 dan x2 = 1. Sehingga memang benar ada x yang memenuhi persamaan
x2 + x – 2 = 0 yaitu -2 atau 1 sehingga pernyataan bernilai benar (B)

2. Ingkaran Suatu Pernyataan Berkuantor


1. Ingkaran Kuantor Universal

Ingkaran dari : “untuk semua/setiap x berlaku p(x): adalah

“ada(paling sedikit satu) x yang tidak berlaku p(x)” atau

18
~(∀x) p(x) ≡ (∃x) ~p(x),

Misalkan ada pernyataan


p: Semua siswa telah pulang dari sekolah
jika kita dapat menemukan paling sedikit 1 siswa yang belum pulang, maka
pernyataan dari p bernilai salah (S).
Contoh:
a. (∀x  Bulat) x2 + x – 2 = 0
b. Semua ikan hiu telah musnah
c. (∀x  Cacah) x2 + 1 > 0
Penyelesaian:
a. (∃x  Bulat) x2 + x – 2 ≠ 0
b. Kalimat mula-mula : (xIkan Hiu ) (x telah musnah) Ingkaran : (x Ikan Hiu ) (x
belum musnah) Dalam bahasa sehari-hari: “ Ada Ikan Hiu yang belum musnah”
c. (∃x  Cacah) x2 + 1 ≤ 0 2.

2. Ingkaran Kuantor eksistensial


Ingkaran dari “ada suatu x sehingga berlaku p(x): adalah “untuk semua/setiap x tidak
berlaku p(x)”
Ingkaran kalimat berkuantor universal adalah kalimat berkuantor eksistensial,
sedangkan ingkaran kalimat berkuantor eksistensial adalah kalimat berkuantor
universal. Jika terdapat kalimat kuantor universal (∀x) p(x) dan kalimat berkuantor
eksistensial (∃x) p(x), ingkaran dari keduanya dapat ditulis sebagai berikut:

~(∃x) p(x) ≡ (∀x) ~p(x),


Contoh :
Tentukan Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor berikut:
a. (∃x  Bulat) x2 + x – 1 > 0
b. Terdapat bilangan bulat x sedemikian hingga x2 = 9
c. Ada Hewan yang berkaki empat
Penyelesaian:
a. (∀x ϵ Bulat) x2 + x – 1 ≤ 0

19
b. Kalimat awal : (∃x ϵ Bulat) x2 = 9
Ingkaran : (∀x ϵ Bulat) x2 ≠ 9 . Dalam bahasa sehari-hari: “Kuadrat semua bilangan
bulat tidak sama dengan 9 ”
c. Semua Hewan tidak berkaki empat

3. Kuantor Ganda
Domain atau semesta pembicaraan penafsiran kuantor sangat penting untuk
menentukan jenis kuantor yang akan digunakan serta mempengaruhi penulisan simbolnya.
Misal pernyataan “Setiap orang mencintai Jogjakarta” . Selanjutnya, dapat ditulis simbolnya
dengan logika predikat (∀x)C(x,j). Simbol tersebut dapat dibaca “Untuk semua y, y mencintai
Jogjakarta”. Persoalan yang terjadi adalah domain penafsiran seseorang untuk y bisa berbeda-
beda. Ada orang yang menganggap y adalah manusia, tetapi mungkin orang lain menganggap
y bisa mahluk hidup apa saja dan mungkin y bisa menjadi benda apa saja. Tentu saja domain
penafsiran semacam ini kacau karena yang dimaksudkan pasti hanya orang atau manusia.
Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa domain penafsiran hanya orang, penulisan simbol
harus diperbaiki seperti berikut :
(∀y)(O(y)⇒ C(y,j)
Sekarang simbol tersebut dapat dibaca ”Untuk semua y jika y adalah orang, maka y
mencintai Jogjakarta”.

Untuk menulis simbol yang tepat, memang harus menempatkan terlebih dahulu
domain penafsiran karena domain penafsiran Sangat mempengaruhi penulisan dan sekaligus
menghindari terjadinya ambiguitas. Contoh domain penafsiran yang bersifat umum antara
lain manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bilangan prima, bilangan asli, dan sebagainya,
yang nantinya akan menggunakan kuantor universal. Akan tetapi jika tidak semuanya,
misalnya beberapa manusia, atau satu manusia saja, akan memakai kuantor yang berbeda
yaitu kuantor eksisitensial. Untuk dua kuantor yang berbeda pada satu penulisan simbol yang
berasal dari satu pernyataan dapat dilihat pada contoh berikut:
Misal “Setiap orang dicintai oleh seseorang”
Dengan notasi simbol logika predikat, akan ditulis seperti berikut
(∀x)(∃y)C(y,x)
Yang dapat dibaca ”Untuk semua x, terdapat y dimana y mencintai x”

20
Misal H(x)∶ x hidup , M(x)∶ x mati
(∀x)(H(x) ∨ M(x)) dibaca “Untuk semua x, x hidup atau x mati” Akan tetapi jika ditulisnya
((∀x)(H(x)) ∨ M(x) maka dibaca “Untuk semua x hidup, atau x mati”. Pada “x mati”, x tidak
terhubung dengan kuantor universal, yang terhubung hanya”x hidup”. Perhatikan penulisan
serta peletakan tanda kurungnya. Sehingga secara umum, hubungan antara penempatan
kuantor ganda adalah sebagai berikut :
(∀x)(∀y) P(x,y) ≡ (∀y)(∀x) P(x,y)
(∃x)(∃y) P(x,y) ≡ (∃y)(∃x) P(x,y)
(∃x)(∀y) P(x,y) ≡ (∀y)(∃x) P(x,y)
(∀x)(∃y) P(x,y) ≡ (∀y)(∃x) P(x,y)
Ingkaran kalimat berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama seperti ingkaran pada
kalimat berkuantor tunggal.
¬[(∃x)(∀y) P(x,y)] ≡ (∀x)(∃y) ¬P(x,y)
¬[(∀x)(∃y) P(x,y)] ≡ (∃x)(∀y) ¬P(x,y)
Contoh:
Misal : “Ada seseorang yang mengenal setiap orang”. Untuk menentukan bentuk simbolnya.
1. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal y”, maka akan menjadi K(x,y) yang berarti “ x kenal
y”.
2. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal semua y”, sehingga menjadi (∀y) K(x,y).
3. Jadikan pernyataan “ada x, yang x kenal semua y”, sehingga menjadi (∃x)(∀y) K(x,y)

21
KESIMPULAN

1. Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak
dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari sebuah kalimat disebut nilai
kebenarannya (truth value).
2. Misalkan p dan q adalah proposisi.
a).Konjungsi p q bernilai benar jika p dan q keduanya benar, selain itu nilainya salah.

b). Disjungsi p q bernilai salah jika p dan q keduanya salah, selain itu nilainya benar.
c). Negasi p, yaitu ~p, bernilai benar jika p salah, sebaliknya bernilai salah jika p benar.
3. Sebuah proposisi majemuk disebut tautologi jika ia benar untuk semua kasus, sebaliknya
disebut kontradiksi jika ia salah untuk semua kasus.
4. Dua buah proposisi majemuk, P(p, q, ..) dan Q(p, q, ..) disebut ekivalen secara logika,
dilambangkan dengan P(p, q, …) Q(p, q, …) jika keduanya mempunyai tabel
kebenaran yang identik.
Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk “jika p, maka q” disebut proposisi
bersyarat (implikasi) dan dilambangkan dengan
p→q
5. Proposisi bersyarat penting lainnya adalah berbentuk “p jika dan hanya jika q” yang
dinamakan bikondisional atau bi-implikasi dengan symbol
pq
6. Sebuah argumen dikatakan sahih jika konklusi benar bilamana semua hipotesisnya benar;
sebaliknya argumen dikatakan palsu (fallacy atau invalid). Jika argumen sahih, maka
kadang-kadang kita mengatakan bahwa secara logika konklusi mengikuti hipotesis atau
sama dengan memperlihatkan bahwa implikasi.
7. Cara pengujian suatu argument adalah dengan 3 cara :
1. Table kebenaran , dengan cara melihat baris baris dimana semua premis bernilai
benar, kemudian jika kesimpulan benar maka argument valid, sebaliknya jika
kesimpulan tidak benar maka argument invalid/tidak sahih.

22
2. Tabel Kebenaran, dengan cara membuat table kebenaran dari konjungsi semua premis
yang di implikasikan ke kesimpulan. Jika hasilnya berupa tautologi, maka argument
valid, sebaliknya jika bukan tautologi maka argument invalid.
3. Dengan menggunakan kaidah inferensi pada premis-premis yang bersesuaian,
kemudian.

8. Kuantor merupakan suatu lambang yang apabila dibubuhkan pada suatu kalimat terbuka
akan mengubah kalimat terbuka tersebut menjadi suatu kalimat tertutup atau pernyataan.
9. Ada 2 macam kuantor yaitu :
1. Kuantor Universal, symbol ∀ yang menyatakan tanda untuk keseluruhan obyek
yang dibicarakan
2. Kuantor Eksistensial, symbol ∃ yang menyatakan tanda untuk sebagian dari obyek
yang dibicarakan.
10. Negasi dari kuantor adalah :
1. Ingkaran Kuantor Universal

~(∀x) p(x) ≡ (∃x) ~p(x),

2. Ingkaran kuantor Eksistensial


~(∃x) p(x) ≡ (∀x) ~p(x)
11. Macam-macam kuantor ganda adalah :
(∀x)(∀y) P(x,y) ≡ (∀y)(∀x) P(x,y)
(∃x)(∃y) P(x,y) ≡ (∃y)(∃x) P(x,y)
(∃x)(∀y) P(x,y) ≡ (∀y)(∃x) P(x,y)
(∀x)(∃y) P(x,y) ≡ (∀y)(∃x) P(x,y)

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Kenneth H. Rosen, “ Discrete Mathematics and its Applications”, 8th edition,2019,


McGraw-Hill Education, New York, ISBN 978-1-259-67651-2.

2. Rinaldi Munir, “Matematika Diskrit”, edisi 6, 2016, Informatika Bandung, Indonesia,


ISBN 978-602-6232-13-7.

3. Wibisono S, (2008), Matematika Diskrit, 2th edition, Graha Ilmu, Yogyakarta.


4. Jong Jek Siang, Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer, Andi
Offset, Yogyakarta.2009

24

Anda mungkin juga menyukai