Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TUGAS AKHIR SEMESTER

LOGIKA INFORMATIKA

DISUSUN OLEH:
Muhammad Alfarizi
18313022
Teknologi Informasi 18B

UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA


2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayat-Nya,
saya bisa menyusun dan menyelesikan makalah yang berisi tentang “Logika Informatika” 
sebagai salah satu tugas akhir mata kuliah “Logika Informatika”. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan informasi yang sebagian besar
di ambil dari buku-buku materi tentang logika informatika dan buku catatan penulis sendiri.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah
atau tugas-tugas selanjutnya. Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah
ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud penulis.

                                                                                                                                                     
              
BAB I

PENDAHULUAN

Logika Informatika berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Logos”. Dalam bahasa Inggris
biasa diartikan dengan “Word”, “Speech” atau bisa juga dengan “What is Spoken” lebih
biasa kita kenal lagi dengan istilah “Thought” atau “Reason”.
Oleh karena itu definisi Logika ialah ilmu pengetahuan Yang mempelajari atau berkaitan
dengan prinsip-prinsip dari penalaran argument yang valid. Para ahli setuju bahwa Logika
adalah studi tentang kriteria-kriteria untuk mengevaluasi argumenargumen dengan
menentukan mana argumen yang valid dan membedakan antara argumen yang baik dan
argumen yang tidak baik.Semula logika dipelajari sebagai salah satu cabang filosofi atau
ilmu filsafat.
Namun, sejak tahun 1800-an logika dipelajari dibidang matematika dan sekarang ini juga
dibidang ilmu komputer, karena logika juga mempengaruhi ilmu komputer dibidang
perangkat keras (hardware) maupun perangkat Lunak (software). Logika disini disebut
logika simbol karena ia mempelajari usaha-usaha mensimbolisasikan usaha-usaha secara
formal.
Oleh karena itu, logika juga disebut dengan logika formal (formal logic). Aristoteles adalah
orang pertama yang mengobservasi, meneliti dan mencatat hukum-hukum dari logika
formal, khususnya bentuk penalaran yang disebut Silogisme yang terdiri dari beberapa
premis dan satu konklusi. Logika yang dikembangkan oleh Aristoteles ini disebut Juga
logika klasik atau logika Aristoteles.
BAB II

TAUTOLOGI , KONTRADIKSI, DAN EKUIVALENSI LOGIKA

A.   TAUTOLOGI
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan
nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. Sebuah Tautologi yang memuat
pernyataan Implikasi disebut Implikasi Logis. Untuk membuktikan apakah suatu pernyataan
Tautologi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel
kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai B (benar) maka disebut Tautologi, dan cara
kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian
dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.
Contoh:
Lihat pada argumen berikut:
Jika Tono pergi kuliah, maka Tini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur, maka Tini pergi
kuliah. Dengan demikian, jika Tono pergi kuliah atau Siska tidur, maka Tini pergi kulah.
Diubah ke variabel proposional:
A  Tono pergi kuliah
B  Tini pergi kuliah
C  Siska tidur
Diubah lagi menjadi ekspresi logika yang terdiri dari premis-premis dan kesimpilan.
Ekspresi logika 1 dan 2 adalah premis-premis, sedangkan ekspresi logika 3 adalah
kesimpulan.
(1)   A → B                                    (Premis)
(2)   C → B                          (premis)
   (3) (A V C) → B               (kesimpulan)

Maka sekarang dapat ditulis: ((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B   


     
A B C A → B C → B (A → B) ʌ (C → B) A V C (A V C)
→B
T T T T T T T T T
T T F T T T T T T
T F T F F F T F T
T F F F T F T F T
F T T T T T T T T
F T F T T T F T T
F F T T F F T F T
F F F T T T F T T
Dari tabel kebenaran diatas menunjukkan bahwa pernyataan majemuk :
 ((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B adalah semua benar (Tautologi)
CONTOH SOAL:

1.      (p ʌ  ~q)  p
Pembahasan:
P q ~q (p ʌ ~q) (p ʌ ~q)  p
T T F F T
T F T T T
F T F F T
F F T F T

Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan Tautologi dengan alasan yaitu semua
pernyataannya bersifat benar atau True (T). maka dengan perkataan lain pernyataan
majemuk (p ʌ ~q)  p selalu benar.

B.   KONTRADIKSI
Kontradiksi adalah kebalikan dari tautologi yaitu suatu bentuk pernyataan yang hanya
mempunyai contoh substansi yang salah, atau sebuah pernyataan majemuk yang salah
dalam segala hal tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya. Untuk
membuktikan apakah suatu pernyataan tersebut kontradiksi, maka ada dua cara yang
digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan
bernilai F  atau salah maka disebut kontradiksi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan
penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi
Logika.

Contoh dari Kontradiksi:


1.      (A ʌ ~A)
Pembahasan:
A ~A (A ʌ ~A)
T F F
F T F
Dari tabel kebenaran diatas dapatlah disimpulkan bahwa pernyataan majemuk
(A ʌ ~A) selalu salah.

C. EKUIVALENSI LOGIKA

Dua atau lebih pernyataan majemuk yang mempunyai nilai kebenaran sama disebut
ekuivalensi logika dengan notasi “ dua buah pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen, jika
kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan komponen-komponennya.
Hukum-Hukum Ekuivalensi Logika:

1. Hukum Komutatif:

p ʌ q ≡  q ʌ p

pvq ≡ qvp

2. Hukum Asosiatif:

(p ʌ q) ʌ r ≡ p ʌ (q ʌ r)

(p v q) v r ≡ p v (q v r)

3. Hukum Distributif:

p ʌ (q v r) ≡ (p ʌ q) v (p ʌ r)

p v (q ʌ r) ≡ (p v q) ʌ (p v r)

4. Hukum Identitas:

p ʌ T ≡ p

p v F≡  p

5. Hukum Ikatan (dominasi):

P v T ≡ T

P v F≡  F

6. Hukum Negasi:

P v ~p ≡T

P ʌ ~p≡  F

7. Hukum Negasi ganda (involusi):

~(~p) ≡ p

8. Hukum Idempoten:

P ʌ p ≡ p

p v p ≡ p
9. Hukum De Morgan:

~( p ʌ q) ≡ ~p v ~q

~(p v q) ≡ ~p ʌ ~q

10. Hukum penyerapan (absorpsi):

p v (P ʌ q)≡  p

P ʌ (p v q) ≡ p

11. Hukum T dan F:

~T≡  F

~F ≡ T

12. Hukum Implikasi ke and/or:

P  q  ~p v q

Dengan adanya hukum-hukum diatas, penyelesaian soal-soal baik yang bersifat tautologi,
kontradiksi dan ekuivalensi logika tidak hanya menggunakan tabel kebenaran namun juga
bisa dengan menggunakan jalan penurunan yaitu dengan memanfaatkan 12 (dua belas)
hukum-hukum ekuivalensi logika tersebut.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas, maka kalimat-kalimat yang kompleks dapat


disederhanakan, seperti contoh berikut:

1. Buktikan ekuivalensi berikut: ~(p v ~q) v (~p ʌ ~q) ~p

Jawab:

~(p v ~q) v (~p ʌ ~q)  (~p ʌ q) v (~p ʌ ~q)

~p ʌ (q v ~q)

~p ʌ T

~p ………..(terbukti)

2. Tunjukkan bahwa:~(p v q) ≡ (~p ʌ ~q)

Tabel kebenaran ~(p v q) dan (~p ʌ ~q) yaitu:


p q ~p ~q pvq ~(p v q) (~p ʌ ~q)

T T F F T F F

T F F T T F F

F T T F T F F

F F T T F T T

(1)           (2)             (3)           (4)          (5)                   (6)                        (7)

Dari tabel diatas pada kolomk (6) dan (7), jelas bahwa ~(p v q) ≡ (~p ʌ ~q).

Jadi, ~(p v q)≡  (~p ʌ ~q).


BAB III

INFERENSI LOGIKA

Inferensi logika adalah kemampuan siswa dalam menggunakan logika untuk malakukan
penafsiran atau penarikan kesimpulan. Inferensi logika ini terintegrasi dalam proses ilmiah
yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran atau suatu kegiatan percobaan atau
eksperimen.  Menurut Brotosiswoyo (2000) dalam melakukan inferensi logika siswa
mempertanyakan apa saja konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat ditarik dari gejala-
gejala yang teramati. Konsekuensi-konsekuensi logis yang muncul harus dapat
diterjemahkan kembali dalam ungkapan-ungkapan riil sebagai gejala atau perilaku alam
baru, yang sebaiknya dapat diamati atau diukur. Jika hasil pengamatan atau pengukuran,
gejala atau perilaku alam baru menunjukkan bahwa hal itu benar, maka bertambahlah
khasanah siswa tentang gejala dan perilaku alam yang dapat dirangkum oleh hukum alam
yang sudah dimiliki.

ARGUMEN VALID DAN INVALID

Argumen adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan proposisi P1,
P2, .........,Pn yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan menghasilkan proposisi Q yang lain
yang disebut konklusi (kesimpulan).

Secara umum di notasikan dengan P1


P2
Premis
Q
P1,P2, ..........,Pn ├Q atau dapat juga ditulis
Pn
Konklusi
Premis Konklusi Q

Nilai kebenaran suatu argumen ditentukan sebagai berikut :

“ Suatu argumen P1,P2,…………,,Pn├ Q dikatakan benar(valid) jika Q bernilai benar untuk


semua premis yang benar dan argumen dalam keadaan selain itu dikatakan salah
(invalid/fallacy)”.
Dengan kata lain, suatu argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang
disubtitusikan ke dalam premis, jika semua premis benar maka konklusinya juga benar.
Sebaliknya jika semua premis benar tetapi konklusinya ada yang salah maka argumen
tersebut dikatakan invalid (fallacy).

Jadi suatu argumen dikatakan valid jika dan hanya jika proposisi P1P2........Pn)  Q
adalah sebuah Tautologi.

Contoh :

1. Premis
P1 : Jika Office dan Delphi diperlukan maka semua orang akan belajar komputer

P2 : Office dan Delphi diperlukan

Konklusi

Q : Semua orang akan belajar komputer

Jika ditulis dalam bentuk notasi logika

Misal p : Office dan Delphi diperlukan

q : Semua orang belajar komputer

Maka argumen diatas dapat ditulis :

pq, p ├ q (valid)

2. Misal p : Saya suka kalkulus


q : Saya lulus ujian kalkulus

Maka argumen p  q, p ├ q dapat ditulis

P1 : Jika saya suka kalkulus, maka saya akan lulus ujian kalkulus

P2 : Saya lulus ujian kalkulus

 Saya lulus ujian kalkulus (valid)

Untuk mengetahui suatu argumen apakah valid atau tidak maka dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :

1. Tentukan premis dan konklusi argumen


2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua premis dan konklusi.
3. Carilah baris kritis yatitu baris diman semua premis bernilai benar.
4. Dalam baris kritis tersebut, jika nilai kesimpulan semuanya benar maka argumen
tersebut valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai konklusi salah
maka argumen tersebut tidak valid.
Contoh Soal:

Tentukan apakah argumen berikut ini valid atau invalid

a) p(qr), r ├ pq
b) p(qr), q(pr) ├pr

Penyelesaian

a)

Baris p q r qr p(qr) r pq


ke (Premis)
(Premis (konklusi)
)

1 T T T T T F T

2 T T F T T T T

3 T F T T T F T

4 T F F F T T T

5 F T T T T F T

6 F T F T T T T

7 F F T T T F F

8 F F F F F T F

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa baris 2, 4, dan 6 premisnya bernilai benar semua.
Kemudian lihat pada baris konklusi. Ternyata pada baris konklusi semuanya bernilai benar.
Maka argumen diatas adalah valid.

ATURAN PENARIKAN KESIMPULAN

A. MODUS PONEN
Modus ponen atau penalaran langsung adalh salah satu metode inferensi dimana jika
diketahui implikasi ” Bila p maka q ” yang diasumsikan bernilai benar dan antasenden
(p) benar. Supaya implikasi pq bernilai benar, maka q juga harus bernilai benar.

Modus Ponen : pq , p ├ q


atau dapat juga ditulis

pq

――――

q

Contoh :

Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10

Digit terakhir suatu bilangan adalah 0

――――――――――――――――――――――――――――――――――

 Bilangan tersebut habis dibagi 10

B. MODUS TOLLENS
Bentuk modus tollens mirip dengan modus ponen, hanya saja premis kedua dan
kesimpulan merupakan kontraposisi premis pertama modus ponen. Hal ini
mengingatkan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya.

Modus Tollens : pq, q ├ p

Atau dapat juga ditulis

pq

q

――――

p

Contoh :

Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10

Suatu bilangan tidak habis dibagi 10

―――――――――――――――――――――――――――――――――――

 Digit terakhir bilangan tersebut bukan 0


C. PENAMBAHAN DISJUNGTIF (ADDITION)

Inferensi penambahan disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat
digeneralisasikan dengan penghubung ””. Alasannya adalah karena penghubung ””
bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar.

Misalnya saya mengatakan ”Langit berwarna biru” (bernilai benar). Kalimat tersebut
tetap akan bernilai benar jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung ””.
Misalnya ”Langit berwarna biru atau bebek adalah binatang menyusui”. Kalimat
tersebut tetap bernilai benar meskipun kalimat ”Bebek adalah binatang menyusui”,
merupakan kalimat yang bernilai salah.

Addition : p ├(pq) atau q ├ (pq)

Atau dapat ditulis

p atau q

―――― ――――

 pq  pq

Contoh 1.18 :

Simon adalah siswa SMU

――――――――――――――――――――

 Simon adalah siswa SMU atau SMP

D. PENYEDERHAAN KONJUNGTIF (SIMPLIFICATION)

Inferensi ini merupakan kebalikan dari inferensi penambahan disjungtif. Jika beberapa
kalimat dihubungkan dengan operator ””, maka kalimat tersebut dapat diambil salah
satunya secara khusus (penyempitan kalimat).

Simplification : (pq) ├p atau (pq) ├ q

Atau dapat ditulis


pq atau pq

――― ―――

p q

Contoh :

Langit berwarna biru dan bulan berbentuk bulat

―――――――――――――――――――――――――

 Langit berwarna biru atau  Bulan berbentuk bulat

E. SILOGISME DISJUNGTIF

Prinsip dasar Silogisme Disjungtif (Disjunctive syllogism) adalah kenyataan bahwa


apabila kita dihadapkan pada satu diantara dua pilihan yang ditawarkan (A atau B).
Sedangkan kita tidak memilih/tidak menyukai A, maka satu-satunua pilihan adalah
memilih B. Begitu juga sebaliknya.

Silogisme Disjungtif : pq, p ├q dan pq, q ├ p

Atau dapat ditulis

pq atau pq

p q

―――― ――――

q p

Contoh:

Saya pergi ke mars atau ke bulan

Saya tidak pergi ke mars

――――――――――――――――――

 Saya pergi ke bulan


F. SILOGISME HIPOTESIS (TRANSITIVITY)

Prinsip silogisme hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi pq dan
qr keduanya bernilai benar, maka implikasi pr bernilai benar pula.

Transitivity : pq , qr ├ pr

Atau dapat ditulis

pq

qr

 pr

Contoh :

Jika hari hujan maka tanahnya menjadi berlumpur

Jika tanahnya berlumpur maka sepatu saya akan kotor

 Jika hari hujan maka sepatu saya akan kotor.

G. KONJUNGSI

Jika ada dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut
dengan menggunakan penghubung ”” juga bernilai benar.

Konjungsi

 pq
H. DILEMA

Kadang-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung ””, masing-


masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama. Berdasarkan hal itu maka
suatu kesimpulan dapat diambil.

Dilema :

pq

pr

qr

―――
BAB IV
ALJABAR BOOLEAN

A. Bentuk Kanonik
Jadi, ada dua macam bentuk kanonik:
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
1. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
Contoh:
1. f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz SOP
Setiap suku (term) disebut minterm
2. g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)
(x’ + y + z’)(x’ + y’ + z)  POS
Setiap suku (term) disebut maxterm
Setiap minterm/maxterm mengandung literal lengkap
Minterm Maxterm
X y Suku Lambang Suku Lambang
0 0 x’y’ m0 x+y M0
0 1 x’y m1 x + y’ M1
1 0 xy’ m2 x’ + y M2
1 1 xy m3 x’ + y’ M3

Minterm Maxterm
x y z Suku Lambang Suku Lambang
0 0 0 x’y’z’ m0 x+y+z M0
0 0 1 x’y’z m1 x + y + z’ M1
0 1 0 x‘yz’ m2 x + y’+z M2
0 1 1 x’yz m3 x + y’+z’ M3
1 0 0 xy’z’ m4 x’+ y + z M4
1 0 1 x y’z m5 x’+ y + z’ M5
1 1 0 xyz’ m6 x’+ y’+ z M6
1 1 1 xyz m7 x’+ y’+ z’ M7

Contoh . Nyatakan tabel kebenaran di bawah ini dalam bentuk kanonik SOP dan
POS.
Tabel

X y Z f(x, y, z)
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1

Penyelesaian:
(a)SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 1
adalah 001, 100, dan 111, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik SOP
adalah
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
atau (dengan menggunakan lambang minterm),
f(x, y, z) = m1 + m4 + m7 =  (1, 4, 7)
(b) POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 0 adalah 000,
010, 011, 101, dan 110, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik POS adalah
f(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’+ z)(x + y’+ z’)
(x’+ y + z’)(x’+ y’+ z)
atau dalam bentuk lain,
f(x, y, z) = M0M2M3M5M6 = (0, 2, 3, 5, 6)

Contoh :Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + y’z dalam bentuk kanonik SOP dan
POS.
Penyelesaian:
(a) SOP
x = x(y + y’)
= xy + xy’
= xy (z + z’) + xy’(z + z’)
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’
y’z = y’z (x + x’)
= xy’z + x’y’z
Jadi f(x, y, z) = x + y’z
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’ + xy’z + x’y’z
= x’y’z + xy’z’ + xy’z + xyz’ + xyz
atau f(x, y, z) = m1 + m4 + m5 + m6 + m7 =  (1,4,5,6,7)
(b) POS
f(x, y, z) = x + y’z
= (x + y’)(x + z)
x + y’ = x + y’ + zz’
= (x + y’ + z)(x + y’ + z’)
x + z = x + z + yy’
= (x + y + z)(x + y’ + z)
Jadi, f(x, y, z) = (x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x + y + z)(x + y’ + z)
= (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)
atau f(x, y, z) = M0M2M3 = (0, 2, 3)

BAB V
PETA KARNAUGH
Cara untuk menyederhanakan ekspresi atau pernyataan dari Aljabar Boole.
Caranya dengan menggambarkan kotak-kotak yang berisi “Minterm” (Minimum-
Terms)
a. Peta Karnaugh dengan dua peubah
y 0 1
m0 m1 x 0 x’y’ x’y
m2 m3 1 xy’ xy
b. Peta dengan tiga peubah
yz
00 01 11 10
m0 m1 m3 m2 x 0 x’y’z’ x’y’z x’yz x’yz’
m4 m5 m7 m6 1 xy’z’ xy’z xyz xyz’

Contoh. Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta Karnaugh.


x y Z f(x, y, z)
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 1

yz
00 01 11 10
x 0 0 0 0 1
1 0 0 1 1

b. Peta dengan empat peubah


yz
00 01 11 10
m0 m1 m3 m2 wx 00 w’x’y’z’ w’x’y’z w’x’y w’x’yz’
z
m4 m5 m7 m6 01 w’xy’z’ w’xy’z w’xyz w’xyz’
m12 m13 m15 m14 11 wxy’z’ wxy’z wxyz wxyz’
m8 m9 m11 m10 10 wx’y’z’ wx’y’z wx’yz wx’yz’
Contoh. Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta Karnaugh.
W X Y z f(w, x, y, z)
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 0 1 1 0
1 1 0 0 0
1 1 0 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 0

yz
00 01 11 10
wx 00 0 1 0 1
01 0 0 1 1
11 0 0 0 1
10 0 0 0 0

Teknik Minimisasi Fungsi Boolean dengan Peta Karnaugh


1. Pasangan: dua buah 1 yang bertetangga
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 0 0 1 1
10 0 0 0 0
Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz’
Hasil Penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wxy
Bukti secara aljabar:
f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz’
= wxy(z + z’)
= wxy(1)
= wxy
2. Kuad: empat buah 1 yang bertetangga
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0

Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz + wxyz’


Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wx

Bukti secara aljabar:


f(w, x, y, z) = wxy’ + wxy
= wx(z’ + z)
= wx(1)
= wx
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0

Contoh lain:
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 0 0
10 1 1 0 0
Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxy’z’ + wxy’z + wx’y’z’ + wx’y’z
Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wy’

3. Oktet: delapan buah 1 yang bertetangga


yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1

Sebelum disederhanakan: f(a, b, c, d) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz + wxyz’ +


wx’y’z’ + wx’y’z + wx’yz + wx’yz’
Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = w

Bukti secara aljabar:


f(w, x, y, z) = wy’ + wy
= w(y’ + y)
=w
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1

Contoh . Sederhanakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x’yz + xy’z’ + xyz + xyz’.


Jawab:
Peta Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:
yz
00 11 01 10
x 0 1
1 1 1 1
Hasil penyederhanaan: f(x, y, z) = yz + xz’

Contoh . Andaikan suatu tabel kebenaran telah diterjemahkan ke dalam


Peta Karnaugh. Sederhanakan fungsi Boolean yang bersesuaian
sesederhana mungkin.

yz
00 01 11 10
wx 00 0 1 1 1
01 0 0 0 1
11 1 1 0 1
10 1 1 0 1

Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = wy’ + yz’ + w’x’z

Contoh . Minimisasi fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = w + xy’z

Jika penyelesaian adalah seperti di bawah ini:


yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
maka fungsi Boolean hasil penyederhanaan adalah
f(w, x, y, z) = w + w’xy’z (jumlah literal = 5)
yang ternyata masih belum sederhana dibandingkan f(w, x, y, z) = w + xy’z
(jumlah literal = 4).
Peta Karnaugh untuk lima peubah
000 001 011 010 110 111 101 100
00 m0 m1 m3 m2 m6 m7 m5 m4
01 m8 m9 m11 m10 m14 m15 m13 m12
11 m24 m25 m27 m26 m30 m31 m29 m28
10 m16 m17 m19 m18 m22 m23 m21 m20

Garis pencerminan

Contoh: (Contoh penggunaan Peta 5 peubah) Carilah fungsi sederhana dari f(v,
w, x, y, z) =  (0, 2, 4, 6, 9, 11, 13, 15, 17, 21, 25, 27, 29, 31)
Jawab:
Peta Karnaugh dari fungsi tersebut adalah:
xy
z 00 01 01 11 11 10 10
00 1 1 0 0 1 1 0
0

vw 1 1 1 1
00

01 1 1 1 1

11 1 1 1 1

10 1 1

Jadi f(v, w, x, y, z) = wz + v’w’z’ + vy’z


Penutup
Makalah logika informatika ini dibuat untuk memenuhui suatu syarat untuk kelulusan
nilaimata kuliah Logika Informatika,semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan
para pembaca.
Penulis mengakui bahwa dalam makalah ini masih banyak sekali kata-kata yang salah dan
tidak benar, untuk itu penulis berharap kritik dan saran sangat penulis harapkan, karna akan
menjadi suatu pacuan untuk penulis sendiri.

Anda mungkin juga menyukai