LOGIKA INFORMATIKA
DISUSUN OLEH:
Muhammad Alfarizi
18313022
Teknologi Informasi 18B
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayat-Nya,
saya bisa menyusun dan menyelesikan makalah yang berisi tentang “Logika Informatika”
sebagai salah satu tugas akhir mata kuliah “Logika Informatika”. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan informasi yang sebagian besar
di ambil dari buku-buku materi tentang logika informatika dan buku catatan penulis sendiri.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah
atau tugas-tugas selanjutnya. Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah
ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
Logika Informatika berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Logos”. Dalam bahasa Inggris
biasa diartikan dengan “Word”, “Speech” atau bisa juga dengan “What is Spoken” lebih
biasa kita kenal lagi dengan istilah “Thought” atau “Reason”.
Oleh karena itu definisi Logika ialah ilmu pengetahuan Yang mempelajari atau berkaitan
dengan prinsip-prinsip dari penalaran argument yang valid. Para ahli setuju bahwa Logika
adalah studi tentang kriteria-kriteria untuk mengevaluasi argumenargumen dengan
menentukan mana argumen yang valid dan membedakan antara argumen yang baik dan
argumen yang tidak baik.Semula logika dipelajari sebagai salah satu cabang filosofi atau
ilmu filsafat.
Namun, sejak tahun 1800-an logika dipelajari dibidang matematika dan sekarang ini juga
dibidang ilmu komputer, karena logika juga mempengaruhi ilmu komputer dibidang
perangkat keras (hardware) maupun perangkat Lunak (software). Logika disini disebut
logika simbol karena ia mempelajari usaha-usaha mensimbolisasikan usaha-usaha secara
formal.
Oleh karena itu, logika juga disebut dengan logika formal (formal logic). Aristoteles adalah
orang pertama yang mengobservasi, meneliti dan mencatat hukum-hukum dari logika
formal, khususnya bentuk penalaran yang disebut Silogisme yang terdiri dari beberapa
premis dan satu konklusi. Logika yang dikembangkan oleh Aristoteles ini disebut Juga
logika klasik atau logika Aristoteles.
BAB II
A. TAUTOLOGI
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan
nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. Sebuah Tautologi yang memuat
pernyataan Implikasi disebut Implikasi Logis. Untuk membuktikan apakah suatu pernyataan
Tautologi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel
kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai B (benar) maka disebut Tautologi, dan cara
kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian
dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.
Contoh:
Lihat pada argumen berikut:
Jika Tono pergi kuliah, maka Tini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur, maka Tini pergi
kuliah. Dengan demikian, jika Tono pergi kuliah atau Siska tidur, maka Tini pergi kulah.
Diubah ke variabel proposional:
A Tono pergi kuliah
B Tini pergi kuliah
C Siska tidur
Diubah lagi menjadi ekspresi logika yang terdiri dari premis-premis dan kesimpilan.
Ekspresi logika 1 dan 2 adalah premis-premis, sedangkan ekspresi logika 3 adalah
kesimpulan.
(1) A → B (Premis)
(2) C → B (premis)
(3) (A V C) → B (kesimpulan)
1. (p ʌ ~q) p
Pembahasan:
P q ~q (p ʌ ~q) (p ʌ ~q) p
T T F F T
T F T T T
F T F F T
F F T F T
Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan Tautologi dengan alasan yaitu semua
pernyataannya bersifat benar atau True (T). maka dengan perkataan lain pernyataan
majemuk (p ʌ ~q) p selalu benar.
B. KONTRADIKSI
Kontradiksi adalah kebalikan dari tautologi yaitu suatu bentuk pernyataan yang hanya
mempunyai contoh substansi yang salah, atau sebuah pernyataan majemuk yang salah
dalam segala hal tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya. Untuk
membuktikan apakah suatu pernyataan tersebut kontradiksi, maka ada dua cara yang
digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan
bernilai F atau salah maka disebut kontradiksi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan
penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi
Logika.
C. EKUIVALENSI LOGIKA
Dua atau lebih pernyataan majemuk yang mempunyai nilai kebenaran sama disebut
ekuivalensi logika dengan notasi “ dua buah pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen, jika
kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan komponen-komponennya.
Hukum-Hukum Ekuivalensi Logika:
1. Hukum Komutatif:
p ʌ q ≡ q ʌ p
pvq ≡ qvp
2. Hukum Asosiatif:
(p ʌ q) ʌ r ≡ p ʌ (q ʌ r)
(p v q) v r ≡ p v (q v r)
3. Hukum Distributif:
p ʌ (q v r) ≡ (p ʌ q) v (p ʌ r)
p v (q ʌ r) ≡ (p v q) ʌ (p v r)
4. Hukum Identitas:
p ʌ T ≡ p
p v F≡ p
P v T ≡ T
P v F≡ F
6. Hukum Negasi:
P v ~p ≡T
P ʌ ~p≡ F
~(~p) ≡ p
8. Hukum Idempoten:
P ʌ p ≡ p
p v p ≡ p
9. Hukum De Morgan:
~( p ʌ q) ≡ ~p v ~q
~(p v q) ≡ ~p ʌ ~q
p v (P ʌ q)≡ p
P ʌ (p v q) ≡ p
~T≡ F
~F ≡ T
P q ~p v q
Dengan adanya hukum-hukum diatas, penyelesaian soal-soal baik yang bersifat tautologi,
kontradiksi dan ekuivalensi logika tidak hanya menggunakan tabel kebenaran namun juga
bisa dengan menggunakan jalan penurunan yaitu dengan memanfaatkan 12 (dua belas)
hukum-hukum ekuivalensi logika tersebut.
Jawab:
~p ʌ (q v ~q)
~p ʌ T
~p ………..(terbukti)
T T F F T F F
T F F T T F F
F T T F T F F
F F T T F T T
Dari tabel diatas pada kolomk (6) dan (7), jelas bahwa ~(p v q) ≡ (~p ʌ ~q).
INFERENSI LOGIKA
Inferensi logika adalah kemampuan siswa dalam menggunakan logika untuk malakukan
penafsiran atau penarikan kesimpulan. Inferensi logika ini terintegrasi dalam proses ilmiah
yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran atau suatu kegiatan percobaan atau
eksperimen. Menurut Brotosiswoyo (2000) dalam melakukan inferensi logika siswa
mempertanyakan apa saja konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat ditarik dari gejala-
gejala yang teramati. Konsekuensi-konsekuensi logis yang muncul harus dapat
diterjemahkan kembali dalam ungkapan-ungkapan riil sebagai gejala atau perilaku alam
baru, yang sebaiknya dapat diamati atau diukur. Jika hasil pengamatan atau pengukuran,
gejala atau perilaku alam baru menunjukkan bahwa hal itu benar, maka bertambahlah
khasanah siswa tentang gejala dan perilaku alam yang dapat dirangkum oleh hukum alam
yang sudah dimiliki.
Argumen adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan proposisi P1,
P2, .........,Pn yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan menghasilkan proposisi Q yang lain
yang disebut konklusi (kesimpulan).
Jadi suatu argumen dikatakan valid jika dan hanya jika proposisi P1P2........Pn) Q
adalah sebuah Tautologi.
Contoh :
1. Premis
P1 : Jika Office dan Delphi diperlukan maka semua orang akan belajar komputer
Konklusi
pq, p ├ q (valid)
P1 : Jika saya suka kalkulus, maka saya akan lulus ujian kalkulus
Untuk mengetahui suatu argumen apakah valid atau tidak maka dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
a) p(qr), r ├ pq
b) p(qr), q(pr) ├pr
Penyelesaian
a)
1 T T T T T F T
2 T T F T T T T
3 T F T T T F T
4 T F F F T T T
5 F T T T T F T
6 F T F T T T T
7 F F T T T F F
8 F F F F F T F
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa baris 2, 4, dan 6 premisnya bernilai benar semua.
Kemudian lihat pada baris konklusi. Ternyata pada baris konklusi semuanya bernilai benar.
Maka argumen diatas adalah valid.
A. MODUS PONEN
Modus ponen atau penalaran langsung adalh salah satu metode inferensi dimana jika
diketahui implikasi ” Bila p maka q ” yang diasumsikan bernilai benar dan antasenden
(p) benar. Supaya implikasi pq bernilai benar, maka q juga harus bernilai benar.
pq
――――
q
Contoh :
Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10
――――――――――――――――――――――――――――――――――
B. MODUS TOLLENS
Bentuk modus tollens mirip dengan modus ponen, hanya saja premis kedua dan
kesimpulan merupakan kontraposisi premis pertama modus ponen. Hal ini
mengingatkan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya.
pq
q
――――
p
Contoh :
Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10
―――――――――――――――――――――――――――――――――――
―
Inferensi penambahan disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat
digeneralisasikan dengan penghubung ””. Alasannya adalah karena penghubung ””
bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar.
Misalnya saya mengatakan ”Langit berwarna biru” (bernilai benar). Kalimat tersebut
tetap akan bernilai benar jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung ””.
Misalnya ”Langit berwarna biru atau bebek adalah binatang menyusui”. Kalimat
tersebut tetap bernilai benar meskipun kalimat ”Bebek adalah binatang menyusui”,
merupakan kalimat yang bernilai salah.
p atau q
―――― ――――
pq pq
Contoh 1.18 :
――――――――――――――――――――
Inferensi ini merupakan kebalikan dari inferensi penambahan disjungtif. Jika beberapa
kalimat dihubungkan dengan operator ””, maka kalimat tersebut dapat diambil salah
satunya secara khusus (penyempitan kalimat).
――― ―――
p q
Contoh :
―――――――――――――――――――――――――
E. SILOGISME DISJUNGTIF
p q
―――― ――――
q p
Contoh:
――――――――――――――――――
Prinsip silogisme hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi pq dan
qr keduanya bernilai benar, maka implikasi pr bernilai benar pula.
pq
qr
pr
Contoh :
G. KONJUNGSI
Jika ada dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut
dengan menggunakan penghubung ”” juga bernilai benar.
Konjungsi
pq
H. DILEMA
Dilema :
pq
pr
qr
―――
BAB IV
ALJABAR BOOLEAN
A. Bentuk Kanonik
Jadi, ada dua macam bentuk kanonik:
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
1. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
Contoh:
1. f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz SOP
Setiap suku (term) disebut minterm
2. g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)
(x’ + y + z’)(x’ + y’ + z) POS
Setiap suku (term) disebut maxterm
Setiap minterm/maxterm mengandung literal lengkap
Minterm Maxterm
X y Suku Lambang Suku Lambang
0 0 x’y’ m0 x+y M0
0 1 x’y m1 x + y’ M1
1 0 xy’ m2 x’ + y M2
1 1 xy m3 x’ + y’ M3
Minterm Maxterm
x y z Suku Lambang Suku Lambang
0 0 0 x’y’z’ m0 x+y+z M0
0 0 1 x’y’z m1 x + y + z’ M1
0 1 0 x‘yz’ m2 x + y’+z M2
0 1 1 x’yz m3 x + y’+z’ M3
1 0 0 xy’z’ m4 x’+ y + z M4
1 0 1 x y’z m5 x’+ y + z’ M5
1 1 0 xyz’ m6 x’+ y’+ z M6
1 1 1 xyz m7 x’+ y’+ z’ M7
Contoh . Nyatakan tabel kebenaran di bawah ini dalam bentuk kanonik SOP dan
POS.
Tabel
X y Z f(x, y, z)
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1
Penyelesaian:
(a)SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 1
adalah 001, 100, dan 111, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik SOP
adalah
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
atau (dengan menggunakan lambang minterm),
f(x, y, z) = m1 + m4 + m7 = (1, 4, 7)
(b) POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 0 adalah 000,
010, 011, 101, dan 110, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik POS adalah
f(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’+ z)(x + y’+ z’)
(x’+ y + z’)(x’+ y’+ z)
atau dalam bentuk lain,
f(x, y, z) = M0M2M3M5M6 = (0, 2, 3, 5, 6)
Contoh :Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + y’z dalam bentuk kanonik SOP dan
POS.
Penyelesaian:
(a) SOP
x = x(y + y’)
= xy + xy’
= xy (z + z’) + xy’(z + z’)
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’
y’z = y’z (x + x’)
= xy’z + x’y’z
Jadi f(x, y, z) = x + y’z
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’ + xy’z + x’y’z
= x’y’z + xy’z’ + xy’z + xyz’ + xyz
atau f(x, y, z) = m1 + m4 + m5 + m6 + m7 = (1,4,5,6,7)
(b) POS
f(x, y, z) = x + y’z
= (x + y’)(x + z)
x + y’ = x + y’ + zz’
= (x + y’ + z)(x + y’ + z’)
x + z = x + z + yy’
= (x + y + z)(x + y’ + z)
Jadi, f(x, y, z) = (x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x + y + z)(x + y’ + z)
= (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)
atau f(x, y, z) = M0M2M3 = (0, 2, 3)
BAB V
PETA KARNAUGH
Cara untuk menyederhanakan ekspresi atau pernyataan dari Aljabar Boole.
Caranya dengan menggambarkan kotak-kotak yang berisi “Minterm” (Minimum-
Terms)
a. Peta Karnaugh dengan dua peubah
y 0 1
m0 m1 x 0 x’y’ x’y
m2 m3 1 xy’ xy
b. Peta dengan tiga peubah
yz
00 01 11 10
m0 m1 m3 m2 x 0 x’y’z’ x’y’z x’yz x’yz’
m4 m5 m7 m6 1 xy’z’ xy’z xyz xyz’
yz
00 01 11 10
x 0 0 0 0 1
1 0 0 1 1
yz
00 01 11 10
wx 00 0 1 0 1
01 0 0 1 1
11 0 0 0 1
10 0 0 0 0
Contoh lain:
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 0 0
10 1 1 0 0
Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxy’z’ + wxy’z + wx’y’z’ + wx’y’z
Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wy’
yz
00 01 11 10
wx 00 0 1 1 1
01 0 0 0 1
11 1 1 0 1
10 1 1 0 1
Contoh . Minimisasi fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = w + xy’z
Garis pencerminan
Contoh: (Contoh penggunaan Peta 5 peubah) Carilah fungsi sederhana dari f(v,
w, x, y, z) = (0, 2, 4, 6, 9, 11, 13, 15, 17, 21, 25, 27, 29, 31)
Jawab:
Peta Karnaugh dari fungsi tersebut adalah:
xy
z 00 01 01 11 11 10 10
00 1 1 0 0 1 1 0
0
vw 1 1 1 1
00
01 1 1 1 1
11 1 1 1 1
10 1 1