Anda di halaman 1dari 7

KEABSAHAN ARGUMEN

(MODUS PONENS, MODUS TOLLENS, SILOGISME)

MATA KULIAH : LOGIKA MATEMATIKA

Dosen Pengampu : Fitriana Minggani, S.Si, M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

SULTAN BAHAIRUDDIN (18842021A000590)

USLIFATUL JANNAH (18842021A000592)

MOH. ZAINI (19842022A000682)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
SUMENEP
2019
A. Pengertian Argumen
Argumen merupakan serangkaian pernyataan-pernyataan yang mempunyai
ungkapan pernyataan penarikan kesimpulan (inferensi). Dengan demikian dalam argumen
terdapat kata-kata seperti : “jadi”, “maka”, “oleh karena itu”, dan semacamnya.
Argumen terdiri dari pernyataan-pernyataan yang terdiri atas dua kelompok, yaitu
kelompok pernyataan sebelum kata “jadi” yang disebut premis (hipotesis) dan
pernyataan setelah kata “jadi” yang disebut konklusi (kesimpulan). Dibawah ini
diberikan beberapa contoh argumen.
Secara umum, hipotesa dan kesimpulan dapat digambarkan sebagai berikut :

hipotesa

kesimpulan

Contoh 1
Semua bilangan genap habis dibagi 2. (premis)
10 adalah bilangan genap. (premis)
Jadi, 10 habis dibagi 2. (konklusi)
Contoh 2
Jika malam hari turun hujan, maka lapangan bola akan basah. (premis)
Ternyata malam hari turun hujan. (premis)
Jadi, lapangan bola basah. (konklusi)

1. Argumen Valid dan Invalid


Suatu argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang
disubtitusikan kedalam hipotesis, jika semua hipotesis tersebut benar, kesimpulan
juga benar. Sebaliknya, meskipun semua hipotesis benar, tetapi ada kesimpulan
yang salah, maka argument tersebut dikatakan invalid.
Untuk mengecek apakah suatu argument merupakan kalimat yang valid, dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tentukan hipotesa dan kesimpulan kalimat.
b. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesa dan
kesimpulan
c. Carilah baris kritis, yaitu baris dimana semua hipotesa bernilai benar.
d. Dalam baris kritis tersebut, jika semua nilai kesimpulan benar, maka argument
itu valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada yang salah , maka argument
tersebut adalah invalid.

Contoh
Tentukan apakah argumen di bawah ini valid/invalid.

a.

b.

Penyelesaian

a. Terdapat 2 hipotesis, masing-masing dan . Kesimpulannya

adalah . Tabel kebenaran hipotesis-hipotesis dan kesimpulan tampak

pada tabel berikut.

Baris
P q r
ke

1 T T T T T F T

2 T T F T T T T

3 T F T T T F T

4 T F F F T T T

5 F T T T T F T

6 F T F T T T T

7 F F T T T F F

8 F F F F F T F
Baris kritis adalah baris 2,4, dan 6 (baris yang semua hipotesisnya bernilai
T). Pada baris-baris tersebut, kesimpulannya juga bernilai T. Dengan
demikian, argument tersebut valid.

b. Hipotesisnya adalah dan . Konklusinya adalah

Tabel kebenaran tampak pada tebel berikut.

Bari
s P q r
Ke

1 T T T F T T T T T

2 T T F T T F T F F

3 T F T F F T F T T

4 T F F T T F T T F

5 F T T F T F T F T

6 F T F T T F T F T

7 F F T F F F T T T

8 F F F T T F T T T

Baris kritis adalah baris ke-1,4,7, dan 8. Pada baris ke-4 (baris kritis) nilai
konklusinya adalah F. Dengan demikian, argument tersebut invalid.

B. Aturaan Penarikan Kesimpulan.


Ada cara lain untuk membuktikan validitas argument yaitu dengan menggunakan
aturan-aturan penarikan kesimpulan. Dengan aturan ini kita tidak saja menarik
kesimpulan dari premis-premisnya secara langsung, tetapi juga mampu membentuk
argumen-argumen yang diperoleh dari rangkaian langkah pembuktian yang relative
sederhana. Konklusi lanjutan disimpulkan. Konklusi lanjutan ini (yang terdiri dari
bagian-bagian) masing-masing merupakan konklusi yang dapat ditarik lagi untuk
membentuk konklusi berikutnya, dan demikian seterusnya hingga hasil akhir diperoleh.
Adapun aturan-aturan yang digunakan dalam aturan penarikan kesimpulan (Rule
of Inferences) adalah seperti dibawah ini.
1. Modus Ponens
Perhatikan implikasi “bila p maka q” yang diamsusikan bernilai benar. Apabila

selanjutnya diketahui anteseden (p) benar, supaya implikasi benar, maka q

juga harus bernilai benar. Inferensi seperti itu disebut Modus ponens.
Secara simbolis, Modus Ponens dapat dinyatakan sebagai berikut :

Hal itu dapat dilihat dari tabel kebenaran yang tampak pada tabel berikut.

Baris ke p q p Q

1 T T T T T

2 T F F T F

3 F T T F T

4 F F T F F

Baris kritis adalah baris kritis. Pada baris tersebut, konklusi (q) bernilai T
sehingga argumennya valid.

Contoh

Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10.
Digit terakhir bilangan 1470 adalah 0

bilangan 1470 habis dibagi 10.

2. Modus Tollens
Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Ponens, hanya saja hipotesis
kedua dan kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesis pertama Modus Ponens.
Kevalidan hipotesis diperoleh mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi selalu
ekuivalen dengan kontraposisinya.
Secara simbolis, bentuk inferensi modus tollens adalah sebagai berikut :

Contoh

Jika Zeus seorang manusia, maka ia dapat mati

Zeus tidak dapat mati

Zeus bukan seorang manusia

3. Silogis Disjungsi
Prinsip dasar Silogisme Disjungsi adalah kenyataan bahwa apabila kita
diperhadapkan pada satu di antara 2 pilihan yang ditawarkan (A atau B), sedangkan
kita tidak memilih A, maka satu-satunya pilihan yang mungkin adalah memilih B.
Hal itu sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang ditanyai oleh
penjual di warung “Kamu minum es jeruk atau es teh ?” orang yang ditanyai tersebut
harus memilih salah satu. Jika ia tidak suka es jeruk, pastilah ia memilih es the.
Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Disjungsi adalah sebagai
berikut :

a.

b.
Contoh

Kunci kamarku ada di sakuku atau tertinggal di rumah

Kunci kamarku tidak ada di sakuku

Kunci kamarku tertinggal di rumah

4. Silogisme Hipotesis
Prinsip inferensi Silogisme Hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi . jika

implikasi maupun bernilai benar, maka implikasi bernilai benar

pula.
Secara simbolis, berntuk metode inferensi Silogisme Hipotesis adalah sebagai
berikut :

Contoh
Jika 18486 habis dibagi 18, maka 18486 habis dibagi 9
Jika 18486 habis dibagi 9, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9
jika 18468 habis dibagi 16 maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9
REFERENSI
https://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/KHUSNUL_N
OVIANINGSIH/ARGUMEN,pdf Diakses pada 15 November 2019
Siang, Jong Jek. 2009. Matematika Diskrit dan Aplikasinya pasa Ilmu Komputer,
Yogyakarta : Andi

Anda mungkin juga menyukai