Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR

Bahan Kajian : Logika Matematika


Kode : TIK1.61.2315
sks :3
Minggu ke- :4
Program Studi : Pendidikan Teknik Informatika
Fakultas : Teknik

Materi :
A. Inferensi Logika
B. Penalaran Elementer dan Deduksi
A. Inferensi Logika
Logika selalu berhubungan dengan pernyataan-pernyataan yang ditentukan
nilai kebenarnya. Sering kali diinginkan untuk menentukan benar tidaknya
kesimpulan berdasarkan sejumlah kalimat yang diketahui nilai kebenarannya.
Untuk suatu rangkaian kalimat (argumen = hipotesis dan kesimpulan), dimana
kesimpulan dianggap benar jika diketahui hipotesa dapat diterima sebagai hal
yang benar dan memenuhi aturan inferensi logika. Secara umum, hipotesa dan
kesimpulan dapat digambarkan sebagai berikut :
P1
P2
. hipotesa
. Argumen
.
Pn
∴ 𝑞 kesimpulan

Tanda “∴ 𝑞” dibaca “jadi q”

Suatu argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang


disubsitusikan kedalam hipotesa, jika semua hipotesa tersebut benar, maka
kesimpulan (konklusi) juga benar. Kebenaran nilai konklusi ini disebut sebagai
“diinferensi” (diturunkan) dari kebenaran hipotesa. Sebagai contoh, misalkan P
dan Q adalah rumusan pernyataan. Q dikatakan sebagai penurunan secara
logika dari P, atau Q merupakan kesimpulan dari P, jika dan hanya jika P  Q
merupakan tautology. Jika P merupakan suatu himpunan rumusan yang
diketahui (𝑝1 ∧ 𝑝2 ∧ … ∧ 𝑝𝑛 ), maka Q merupakan kesimpulan yang valid dari
himpunan tersebut jika dan hanya jika 𝑝1 ∧ 𝑝2 ∧ … ∧ 𝑝𝑛 ⟹ 𝑄 merupakan
tautologi. Sebaliknya, meskipun semua hipotesa benar tetapi ada kesimpulan
yang salah, maka argumen tersebut dikatakan tidak valid.

Untuk menyelidiki suatu argumen merupakan kalimat yang valid atau


invalid, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan hipotesa dan kesimpulan kalimat
2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesa dan
kesimpulan
3. Temukan baris kritis, yaitu baris dimana semua hipotesa bernilai benar
4. Jika semua kesimpulan pada baris kritis tersebut benar, maka argumen itu
valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai kesimpulan
yang salah, maka argumen tersebut invalid.

Contoh 1.
Tentukan apakah argumen berikut ini valid atau invalid :
Jika saya lulus ujian SBMPTN, maka saya diterima di universitas.
Kalau saya menjadi mahasiswa, maka wajib membayar SPP.
Kalau tidak lulus ujian SBMPTN, maka tidak wajib membayar SPP.
Jadi : Kalau saya menjadi mahasiswa, maka saya diterima di universitas.
Penyelesaian :
Misalkan :
p : Saya lulus ujian SBMPTN
q : Saya diterima di universitas
r : Saya menjadi mahasiswa
s : saya wajib membayar SPP

hipotesa :
Jika saya lulus ujian SBMPTN, maka saya diterima di universitas.
Kalau saya menjadi mahasiswa, maka wajib membayar SPP.
Kalau tidak lulus ujian SBMPTN, maka tidak wajib membayar SPP.
Kesimpulan :
Kalau saya menjadi mahasiswa, maka saya diterima di universitas.

Dalam bentuk simbolik :


pq
rs
~p  ~s
∴rq

Tabel kebenaran :
Baris Hipotesa Kesimpulan
P q r s ~p ~s
ke- pq r  s ~p  ~s rq
1 T T T T F F T T T T
2 T T T F F T T F T T
3 T T F T F F T T T T
4 T T F F F T T T T T
5 T F T T F F F T T F
6 T F T F F T F F T F
7 T F F T F F F T T T
8 T F F F F T F T T T
9 F T T T T F T T F T
10 F T T F T T T F T T
11 F T F T T F T T F T
12 F T F F T T T T T T
13 F F T T T F T T F F
14 F F T F T T T F T F
15 F F F T T F T T F T
16 F F F F T T T T T T

Baris kritis pada argumen tersebut berada pada baris ke- 1, 3, 4, 12, dan 16.
Pada baris kritis semua kesimpulan bernilai true. Data ini memberi arti bahwa
argumen tersebut valid
Contoh 2.
Tentukan apakah argumen berikut ini valid atau invalid :
Jika saya menyukai informatika, maka saya belajar sungguh-sungguh
Saya belajar sungguh-sungguh atau saya gagal
Jadi : Jika saya gagal, maka saya tidak meyukai informatika

Penyelesaian :
Misalkan :
p : Saya menyukai informatika
q : Saya belajar sungguh-sungguh
r : saya gagal

hipotesa :
Jika saya menyukai informatika, maka saya belajar sungguh-sungguh
Saya belajar sungguh-sungguh atau saya gagal
Kesimpulan :
Jika saya gagal, maka saya tidak meyukai informatika

Dalam bentuk simbolik :


Pq
𝑞∨𝑟
∴ r  ~p

Tabel kebenaran :
Baris Hipotesa Kesimpulan
p Q r ~p
ke- Pq 𝒒∨𝒓 r  ~p
1 T T T F T T F
2 T T F F T T T
3 T F T F F T F
4 T F F F F F T
5 F T T T T T T
6 F T F T T T T
7 F F T T T T T
8 F F F T T F T

Baris kritis pada argumen tersebut berada pada baris ke- 1, 2, 5, 6, dan 7.
Tetapi pada baris kritis ke -1 kesimpulan bernilai false. Data ini memberi arti
bahwa argumen tersebut tidak valid.

B. Penalaran Elemener dan Deduksi


1. Penalaran Elementer
Penalaran elementer (sederhana) berfungsi untuk menentukan
beberapa metode inferensi, yaitu teknik untuk menurunkan kesimpulan
berdasarkan hipotesa yang ada, tanpa menggunakan table kebenaran.
a. Modus ponen
pq
p
q

Modus ponen menyatakan bahwa jika hipotesis p dan implikasi p  q


benar, maka konklusi q benar

Contoh 3.
Misalkan implikasi “ Jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan
genap” dan hipotesis “ 20 habis dibagi 2” keduanya benar. Maka
menurut modus ponen kita dapat menuliskan inferensinya : “20 adalah
bilangan genap”

b. Modus Tollen
pq
~q
~p

Contoh 4.
Misalkan implikasi “Jika n bilangan ganjil, maka n2 bernilai ganjil” dan
hipotesis “n2 bernilai genap” keduanya benar. Maka menurut modus
Tollen “ n bukan bilangan ganjil”

c. Silogisme Hipotesis
pq
qr
pr

Contoh 5.
Misalkan implikasi “Jika Saya belajar dengan giat, maka Saya lulus
ujian” dan implikasi “Jika Saya lulus ujian, maka Saya cepat menikah”
adalah benar. Maka menurut kaidah silogisme “Jika Saya belajar
dengan giat, maka Saya cepat menikah”

d. Silogisme Disjungsi
pq
~ p
q

Contoh 6.
“Saya belajar dengan giat atau Saya menikah tahun depan”
“Saya tidak belajar dengan giat”
Menggunakan kaidah silogisme disjungsi “ Saya menikah tahun depan”
e. Simplifikasi
pq
p

Contoh 7.
“Hamid adalah mahasiswa UNP dan mahasiswa UNAND”
Menggunakan kaidah simplifikasi “Hamid adalah mahasiswa UNP”

f. Adisi
p
pq

Contoh 8.
“Taslim mengambil kuliah matenatika diskrit. Karena itu, Taslim
mengambil kuliah Matematika Diskrit atau mengulang Kuliah
Algoritma

g. Konjungsi
p
q
pq

Contoh 9.
“Taslim mengambil kuliah matematika diskrit”
“Taslim mengulang kuliah algoritma”
Menggunakan kaidah konjungsi :
“Taslim mengambil kuliah matematika diskrit dan mengulang kuliah
algoritma”

Ringkasan aturan inferensi logika untuk kalimat proposisi


Proposisi Aturan Inferensi Bentuk Tautologi Nama
Konjungsi pq  p  q  p Simplikasi

p
pq  p  q  q
q
p Konjungsi
q
pq
Disjungsi pq  p  q ~ p q Silogisme
disjungsi
~p
q
pq  p  q ~ q p
~q
p
p p   p  q Addisi

pq
q M gtt q   p  q
pq
Implikasi pq  p  q  p  q Modus
ponen
p
q
pq  p  q ~ q ~ p Modus
Tollens
~q
~ p
pq  p  q  q  r   p  r  Silogisme
qr hipotetik

pr
pq  p  q  r  q   p  r  q Dilemma
rq
pr
q
pq  p  q  r  s   p  r  q  s Dilemma
rs konstruktif

pr
q  s
pq  p  q  r  s  ~ q ~ s ~ p ~ r  Dilemma
rs destruktif

~ q ~ s
~ p ~ r
2. Deduksi
Logika proposisional bertujuan untuk menerangkan bagaimana cara
meneliti sesuatu penalaran yang valid atau invalid dengan menggunakan
instrumen pokok berupa tabel kebenaran. Namun metode ini dipandang
kurang efektif, maka diciptakan suatu cara singkat, yaitu metode deduksi.
Perangkat yang digunakan terdiri dari sifat dan hukum ekivalensi,
tautologi, dan bentuk-bentuk penalaran sederhana (inferensi logika).
Perangkat ini tidak membutuhkan pembuktian seperti pada tabel kebenaran,
karena sudah merupakan penalaran yang valid. Penemuan metode deduksi
merupakan tujuan akhir dari sistem logika proposisional dalam menentukan
valid atau invalid suatu penalaran.

Proses inferensi suatu rumusan merupakan akibat yang sah dari suatu
himpunan yang diketahui. Terdapat tiga aturan inferensi dalam deduksi :
a. Aturan P
Sesuatu yang diketahui dapat digunakan dimana saja di dalam
inferensi
b. Aturan T
Suatu rumusan A dapat digunakan di dalam inferensi, jika A secara
tautologi diakibatkan oleh suatu rumusan sebelumnya
c. Aturan CP
Jika S dapat diinferensikan dari R dan himpunan yang diketahui R 
S dari yang diketahui itu saja
Aturan CP merupakan perumusan dari hukum eksportasi :
[(𝑝 ∧ 𝑞) ⟹ 𝑟] ⟺ [𝑝 ⟹ (𝑞 ⟹ 𝑟)]
Misalkan p merupakan konjungsi dari unsur-unsur yang diketahui,
maka q sembarang rumusan, maka aturan CP menyatakan apabila q
dimasukkan sebagai yang diketahui maka r diturunkan dari yang
diketahui baru. Maka q  r dapat diturunkan dari p saja. Aturan CP
dikenal sebagai teorema deduktif

Contoh 10.
Tentukan kesimpulan dari hipotesa berikut :
Sultan masuk sekolah atau ia tidak masuk sekolah
Jika ia tidak masuk sekolah, maka sekolah tentu libur
Sekolah tidak libur
Penyelesaian :
Misalkan ;
p : Sultan masuk sekolah
q : Sekolah libur

Bentuk simbolik dari hipotesa :


1) 𝑝 ∨ ~𝑝
2) ~p  q
3) ~q

Dari (2) dan (3), dengan menggunakan modus tolens, diperoleh


kesimpulan :
~p  q Aturan P (hipotesa 2)
~q Aturan P (hipotesa 2)
∴ ~(~𝑝) Aturan T (dengan modus Tollen)

Dari (1) dan kesimpulan (2,3) dengan menggunakan silogisme disjungtif


dan negasi ganda diperoleh :
𝑝 ∨ ~𝑝 Aturan P (hipotesa 1)
p Aturan T (kesimpulan dari (2,3))
∴𝑝 Aturan T (dengan silogisme Disjungtif dan negasi ganda)

Kesimpulan : Sutan masuk Sekolah

Penulisan contoh 10 dapat disederhanakan menjadi :


{1} (1) 𝑝 ∨ ~𝑝 Aturan P
{2} (2) ~p  q Aturan P
{3} (3) ~q Aturan P
{2,3} (4) ~(~p) Aturan T (modus Tollen)
{1,4} (5) ∴ 𝑝 Aturan T (Silogisme disjungtif)

Kesimpulan adalah p, berarti “ Sultan masuk sekolah”

 Kurunng biasa menunjukkan urutan penurunan dan rumusan yang


digunakan
 Himpunan dalam kurung kurawal menyatakan himpunan unsur-unsur
yang diketahui untuk langkah yang bersangkutan. Misalkan langkah
ke (4) dipenuhi karena {2,3} diketahui dan menggunakan aturan
modus Tollen

Contoh 11.
Tentukan apakah penalaran berikut valid :
Kalau jatuh hujan dan angina kencang, maka terjadilah banjir
Kalau terjadi banjir, rakyat menderita
Angin kencang, akan tetapi rakyat tidak menderita
Jadi : Tidak jatuh hujan
Penyelesaian :
Misalkan :
p : Jatuh hujan
q : Angin kencang
r : Terjadi banjir
s : Rakyat menderita

Bentuk simbolik :
𝑝∧𝑞 ⟶𝑟 (1)
𝑟⟶𝑠 (2)
𝑞 ∧ ~𝑠 (3)
∴ ~𝑝

Langkah-langkah :
 Simplikasi
𝑞 ∧ ~𝑠 (3)
∴ ~𝑠 (4)

 Modus Tollen
𝑟⟶𝑠 (2)
~𝑠 (4)
∴ ~𝑟 (5)

 Modus Tollen
𝑝∧𝑞 ⟶𝑟 (1)
~𝑟 (5)
∴ ~(𝑝 ∧ 𝑞) (6)

 Hukum De Morgan
~(𝑝 ∧ 𝑞) (6)
∴~𝑝 ∨ ~𝑞 (7)

 Simplikasi
𝑞 ∧ ~𝑠 (3)
∴𝑞 (8)

 Silogisme disjungtif
~𝑝 ∨ ~𝑞 (7)
𝑞 (8)
∴ ~𝒑 (9)

Kesimpulan : ~p berarti “tidak jatuh hujan”. Berdasarkan deduksi


tersebut penalaran adalah valid
Contoh 12.
Gunakan metoda penalaran elementer dan deduksi untuk membuktikan
kevalidan argumen berikut :
(𝑝 ∨ 𝑞) ⟶ (𝑟 ∧ 𝑠) (1)
q (2)
∴𝑠

Penyelesaian :
 Addisi
q (1)
∴𝑝∨𝑞 (3)

 Modus Ponens
(𝑝 ∨ 𝑞) ⟶ (𝑟 ∧ 𝑠) (1)
𝑝∨𝑞 (2)
∴𝑟∧𝑠 (4)

 Simplikasi
𝑟∧𝑠 (4)
∴𝑠 (5)

∴ 𝑠 Berdasarkan deduksi tersebut penalaran adalah valid

C. Soal latihan
1. Tentukan apakah argument berikut valid atau invalid
Jika saya pulang kampung, maka saya tidak bisa mengikuti ujian susulan
Jika saya tidak lulus ujian, maka saya pulang kampung
Tetapi saya bisa mengikuti ujian susulan
Oleh karena itu saya lulus ujian

2. Dengan menggunakan table kebenaran, tentukan apakah argumen berikut


ini valid / invalid
a. p  q
qp
∴𝑝∨𝑞

b. 𝑝 ∨ 𝑞
p  ~q
pr
∴𝑟

3. Buktikan kevalidan argumen berikut dengan menggunakan prinisp-prinsip


inferensi logika :
𝑝∧𝑞
(𝑝 ∨ 𝑞) ⟹ 𝑟
∴𝑟
4. Tentukan kesimpulan berdasarkan hipotesa berikut ini :
~t  ~r
~s
tw
𝑟∨𝑠

Anda mungkin juga menyukai