Anda di halaman 1dari 30

PRAKTIKUM LABORATORIUM REKAYASA HAYATI-I

Kinetika Pertumbuhan Sel Chlorella Vulgaris

Oleh :
Kelompok 07
Ketua Kelompok :
Hertadi Imam Indrajat 11216030
Anggota Kelompok :
Farhan Rizqy Abdillah 11216025
Lilla Dea Pratiwi 11216037
Hamidah Annafisah 11216038

Dosen : Dr. Erly Mawarni


Khairul Hadi.B, S.T., M.T.
Asisten : Firdanta Ginting
Tanggal Percobaan : 4 September 2018
Tanggal Pengumpulan : 16 Oktober 2018

LABORATORIUM REKAYASA HAYATI


PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

Komponen Nilai Maksimal Nilai


Judul dan 10
Pendahuluan
Metodologi 20
Hasil dan 50
Pembahasan
Simpulan dan 10
Saran
Format 10
Total 100

Laporan Praktikum Modul (Kinetika Pertumbuhan Sel Chlorella Vulgaris)


sebagai syarat untuk memenuhi rangkaian Praktikum Laboratorium Rekayasa
Hayati-I dalam menempuh studi tingkat sarjana di Program Studi Rekayasa
Hayati Institut Teknologi Bandung

Jatinangor, 16 Oktober 2018


Diperiksa oleh,
Asisten Praktikum

Firdanta Ginting
NIM. 112115038
Mengetahui dan menyetujui,
Dosen Pengampu Dosen Pengampu

Dr. Erly Mawarni Khairul Hadi.B, S.T., M.T.


NIP. 196210051988022001 Nopeg. 11811064

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iiv

RINGKASAN ......................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 2

1.1 Teori Dasar ........................................................................................ 2

1.2 Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II METODOLOGI ......................................................................................... 3

2.1 Alat dan Bahan................................................................................... 3

2.2 Langkah Kerja.................................................................................... 4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 6

3.1 Kinetika Pertumbuhan Sel ................................................................. 6

3.2 Penyerapan Nitran dan Perolehan Biomassa ..................................... 9

3.3 Perolehan Metabolit Sekunder ........................................................ 10

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 12

4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 12

4.2 Saran ................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

LAMPIRAN .......................................................................................................... 14

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Berat Kering dan Basah terhadap Waktu ........................................... 5


Gambar 3.2 Jumlah sel terhadap waktu ................................................................. 5
Gambar 3.3 Kurva baku absorbansi terhadap jumlah sel ....................................... 7
Gambar 3.4 Konsentrasi nitrat terhadap waktu ...................................................... 8
Gambar 3.5 Grafik perolehan metabolit sekunder terhadap waktu ....................... 9

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alat dan bahan pada percobaan............................................................. 2

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Cara Pengolahan Data .................................................................... 155


Lampiran B Data Mentah ...................................................................................... 21

iv
RINGKASAN

Dalam bioindustri, produktivitas suatu bioproduk dipengaruhi oleh produktivitas


agen hayati yang digunakan. Untuk meningkatkan efisiensi sistem
produksi, maka perlu diketahui laju pertumbuhan agen hayati yang digunakan.
Selain itu laju penyerapan medium dan laju produksi metabolit juga merupakan
hal yang dapat digunakan untuk mengetahui hal yang perlu dievaluasi dalam suatu
sistem produksi agar menghasilkan yield produk yang tinggi. Oleh karena itu pada
percobaan kali ini dilakukan pengukuran kinetika pertumbuhan salah satu agen
hayati berupa mikroalga Chorella vulgaris dengan sistem feed-batch. C.vulgaris
dikultur dalam botol yang dialiri oksigen dengan penyinaran 12 jam terang per
hari selama 28 hari. Pengukuran sel dilakukan setiap 3 hari dengan parameter
berat basah, berat kering dan jumlah sel. Perhitungan jumlah sel dilakukan dengan
pengukuran optical density yang dihubungkan dengan metode haemasitometer.
Penyerapan substrat diukur dengan parameter konsentrasi nitrat pada substrat
dengan metode HCl. Produk yang diukur berupa klorofil a, klorfil b dan
karotenoid yang diukur dengan metode Lictenthaler & Wellburn. Dari percobaan
yang telah dilakukan, didapatkan laju pertumbuhan spesifik 0.54 per hari dengan
doubling time 4.47 hari. Yield biomassa yang diperoleh sebesar 0.384 mg/mg.
Yield klorofil a, klorofil b, dan karotenoid yang diperoleh secara berurutan
sebesar -4.8x10^-4 mg/mg, 3.69 x 10^-3 mg/mg, dan -1.6x10^-4 mg.mg.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Teori Dasar


Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran yang ireversibel pada suatu
sistem biologi. Secara umum, pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai
pertambahan ukuran. Ukuran ini dapat dikategorikan dari segi volume, jumlah sel,
massa dan banyaknya protoplasma. Pada pertumbuhan biologis, terjadi dua
fenomena yaitu pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel.
Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein,
sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman,
dkk., 1975). Pada tanaman, pertumbuhan diawali dengan kecepatan tumbuh yang
lambat. Kecepatan kemudian bertambah berangsur-angsur hingga mencapai suatu
laju maksimum. Kecepatan kemudian tumbuh kemudian akan menurun ketika
sudah mencapai laju maksimum. Apabila digambarkan dalam suatu grafik, dalam
selang waktu tertentu, maka grafik akan memebntuk suatu kurva yang
dinamankan kurva sigmoid. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang
lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh
kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).

1.2 Tujuan
Dari latar belakang dan teori dasar tersebut, percobaan ini bertujuan
1. Menetukan laju pertumbuhan spesifik dari kultur sel Chlorella vulgaris
2. Menentukan doubling time dari kultur sel Chlorella vulgaris
3. Menentuka estimasi perolehan biomassa (yield) dari kultur sel Chlorella
vulgaris
4. Menentukan estimasi perolehan klorofil a, klorofil b, dan karotenoid
(yield) pada kultur sel Chlorella vulgaris

2
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Kinetika Pertumbuhan
Chorella vulgaris ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Alat dan bahan pada percobaan


Alat Bahan
Botol 1 L (1) Medium cair :
Aerator (1) KNO3 1000 mg/L
Oven (1) KH2PO4 720 mg/L
Spektrofotometer (2) Na2HPO4.2H2O 13 mg/L
Heaemacytometer (1) MnCl2.4H2O 12.98 mg/L
Tabung Falcon (1) FeEDTA 10 mg/L
Gelas Ukur 100 mL (1) MgSO4.7H2O 50 mg/L
Gelas Ukur 25 mL(1) CuSO4.5H2O
Gelas Ukur 10 mL(1) Larutan NPK
Gelas Kimia 250 mL(1) HCl 1N 1 mL
Gelas Kimia 500 mL(1) Chorella vulgaris
Pipet tetes (1) Aseton 80% 10mL
Corong kaca (1) Aquades (3 L)
Tabung reaksi (10) Kertas Timbang (1)
Batang Pengaduk (1)
Spatula (1)
Sentrifuga (1)
Mikroskop (1)
Ultrasonic Bath (1)
Selang (1)
pH meter (1)
Neraca Analitik (1)

3
2.2 Langkah Kerja
2.2.1 Pembuatan Kurva Baku Jumlah Sel dengan Hemasitometer

Mulai Selesai

Hemasitometer disiapkan dan Nilai optical density


dibersihkan dengan alkohol diplot terhadap jumlah
70% sel untuk kurva baku

1 ml suspensi diencerkan 70x Rata-rata jumlah sel


dan 80x, dibuat homogen, lalu dikali 104
diteteskan ke hemasitometer
Sel dihitung jumlahnya
pada kotak w, dirata-
Sel diamati di bawah
ratakan
perbesaran 10x10

2.2.2 Pengukuran berat basah, berat kering, dan optical density sel C. vulgaris

Mulai Selesai

Sebanyak 40 ml cuplikan
diukur pH, dan optical density Pengamatan dilakukan setiap 3-
pada panjang gelombang 680 4 hari sekali selama 28 hari.
nm

Cuplikan dimasukkan 4 falcon Jumlah sel dihitung dengan


tube dan disentrifugasi pada memasukkan nilai optical
5000 rpm selama 10 menit density pada kurva baku jumlah
selnya

Endapan dipisahkan, ditimbang


dan dicatat sebagai berat basah Endapan ditimbang berat
keringnya dan dicatat

Endapan dimasukkan ke dalam


oven selama 2 jam hingga
beratnya konstan

4
2.2.3 Pengukuran kadar nitrat medium

Mulai
Selesai

Sebanyak 5 ml supernatan
ditambah 100 µL HCL 1 N lalu
Konsentrasi nitrat diperoleh
didiamkan 10 menit
menggunakan data absorbansi
dan kurva baku
Sampel diukur menggunakan
spektrofotometer panjang
gelombang 275 nm dan 220 nm

2.2.4 Perhitungan klorofil a, klorofil b, dan karotenoid kultur C. vulgaris

Mulai Selesai

Sebanyak 10 ml kultur
Supernatan diambil dan diukur
dimasukkan falcon dan
absorbansinya pada panjang
disentrifugasi pada 5000 rpm
gelombang 470 nm, 647 nm,
selama 10 menit
dan 663 nm

Supernatan dan endapan Substrat disentrifugasi selama


dipisahkan. Endapan ditambah 10 menit pada 5000 rpm
aseton 100% 10 mL.

Tabung disimpan dalam lemari Tabung dimasukkan ke


pendingin selama 1 malam ultrasonic batch selama 90
detik

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kinetika Pertumbuhan Sel


Kinetika pertumbuhan sel Chorella vulgaris dapat diukur dari beberapa
parameter diantaranya berdasarkan berat basah, berat kering dan jumlah sel. Dari
percobaan yang dilakukan, berat basah sel yang diperoleh dari pengukuran selama
28 hari adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Berat Kering dan Basah terhadap Waktu

Gambar 3.2 Jumlah sel terhadap waktu

6
Dari grafik 3.1 biomassa basah lebih besar daripada biomassa kering
karena pada biomassa basah terdapat air yang jumlahnya berbeda-beda tiap
sampel dan tiap sel. Pada percobaan diperoleh biomassa yang berubah perlahan
dari hari ke nol hingga hari ke 10. Hal ini merupakan fasa lag, dimana sel masih
beradaptasi dengan medium baru setelah dipindahkan. Dari hari ke 10 ke 14,
terjadi kenaikan berat yang signifikan. dari 63 mg ke 213 mg. Hal ini merupakan
fase eksponensial, dimana sel sedang tumbuh dan berkembang secara besar-
besaran. Namun pada grafik pertumbuhan yang didapat, fase kematian langsung
terjadi setelah fase eksponensial yaitu dari hari ke 14,5 sampai 17. Lalu tren yang
terlihat dari hari ke 17 hingga hari ke 28 cenderung stabil sehingga dapat
dikategorikan sebagai fase stasioner. Hal ini bertentangan dengan kurva
pertumbuhan literatur Utami et al. (2012), yaitu fase lag, fase log, fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Fase kematian yang terjadi
sebelum fase stasioner dapat disebabkan karena pada hari ke 14,5 terjadi
gangguan luar yaitu penguapan air pada medium. Penguapan ini menyebabkan
kepadatan sel terlalu rapat dan air pada medium tidak ditambahkan hingga hari
ke-14. Chlorella vulgaris merupakan tumbuhan akuatik sehingga membutuhkan
air sebagai media untuk berkembangbiak (Amini & Syamdidi, 2006). Oleh karena
itu ketersediaan air dapat menyebabkan sel stres dan mati. Saat nilai kerapatan sel
sudah efektif untuk sel menyerap nutrisi, sel akan kembali tumbuh dan
berkembang biak. Namun karena keterbatasan nutrisi yang tersedia akibat
penyerapan besar-besaran saat fase stasioner, laju pertumbuhan akan sama dengan
laju kematian sehingga terjadi fase stasioner.
Berdasarkan grafik 3.2, jumlah sel tertinggi teramati pada hari ke-21.
Fase lag terjadi pada mulai hari ke-0 hingga ke -7. Kemudian kultur mulai
mengalami pertumbuhan exponensial (fase logaritmik ) pada hari ke-7 hingga ke-
21. Fase stasioner terjadi pada hari ke-21 hingga ke-24,5 dan setelah itu kultur
mengalami fase kematian. Perbedaan fase pertumbuhan yang terjadi pada kurva
biomassa dan kurva jumlah terhadap waktu disebabkan karena kurva baku jumlah
sel memiliki nilai R2=0,435 sehingga kurang representatif. Pada beberapa poin,
nilai absorbansi tidak berkorelasi dengan jumlah sel. Seharusnya semakin besar

7
nilai absorbansi, semakin besar jumlah sel karena jumlah foton yang diserap sel
akan semakin besar. Namun pada beberapa pengenceran, jumlah besar ketika nilai
absorbansi lebih kecil dibandingkan lainnya. Kurva baku dapat dilihat pada
gambar 3.3. Penyebab adanya kesalahan tersebut karena perhitungan jumlah sel
dilakukan secara manual dan tidak menggunakan zat pewarna spesifik untuk
membedakan sel mati dan hidup serta sel Chlorella vulgaris dengan sel-sel lain
yang terdapat dalam kultur.

Gambar 3.3 Kurva baku absorbansi terhadap jumlah sel

Laju pertumbuhan spesifik dihitung pada saat sel memasuki fase


eksponensial yaitu hari ke-10 hingga ke-14. laju pertumbuhan spesifik
berdasarkan biomassa kering adalah 0,54 /hari, berdasarkan biomassa basah 0,33
/hari, dan jumlah sel 0,38/hari . Doubling time berdasarkan biomassa kering yaitu
4,47 hari, biomassa basah yaitu 2,1/hari, dan jumlah sel yaitu 1,82/hari. Laju
pertumbuhan spesifik dan doubling time pada biomassa kering lebih representatif
karena pada biomassa basah masih terkandung air yang dapat memengaruhi
biomassa yang diukur sedangkan berdasarkan kurva jumlah sel, kurva baku yang
diacu memiki nilai R2 0,435 sehingga kurang representatif.

8
3.2 Penyerapan Nitrat dan Perolehan Biomassa
Nutrisi merupakan salah satu faktor yang menentukan laju pertumbuhan
dari Chlorella vulgaris. Media kultur untuk chlorella vulgaris harus mengandung
unsur-unsur macronutrient seperti : N, P, K, S, dan Mg serta unsur mikronutrient
seperti : Si, Zn, Cu, Mn, Co, Fe dan Bo (Round, 1973). Pada percobaan ini,
kandungan nitrat merupakan salah satu substrat yang diamati. Chlorella vulgaris
menyerap amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-) untuk memanfaatkan unsur
nitrogennya. Nitrogen unsur penting untuk pembentukan protein, protoplasma,
klorofil, dan asam nukleat (Shelf & Soeder, 1980).

Konsentrasi nitrat terhadap waktu


18
Konsentrasi nitrat setelah pengenceran

16
14
12
10
8
6 Konsentrasi nitrat
4
2
0
0 3,5 7 10,5 14 17,5 21 24,5 28
Waktu (hari)

Gambar 3.4 Konsentrasi nitrat terhadap waktu

Nitrat mengalami penurunan dan kenaikan kadar nitrat yang berulang dari
hari ke-0 hingga hari ke-10.5. Kadar nitrat kemudian mengalami kenaikan yang
signifikan pada hari ke-14 dan kembali mengalami penurunan dari hari ke 17.5
hingga hari ke-24. Berdasarkan literature, kadar nitrat dari awal hingga akhir
seharusnya menurun karena penyerapan yang dilakukan oleh chlorella vulgaris
(Santoso, Darmawan, & Susanto J, 2011 ). Namun pada kenyataannya, terjadi
fluktuasi kadar nitrat yang cukup sering. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi
zat toksik yang ditimbulkan oleh lisisnya Chlorela vulgaris yang telah mati.

9
Dari hasil percobaan, didapat yield biomassa kering Chlorella vulgaris
terhadap konsentrasi nitrat sebesar 0.384 mg/mg. Hasil yield menunjukan
terjadinya peningkatan biomassa terjadap absorbansi atau penyerapan nitrat oleh
Chlorella vulgaris. Hal ini menunjukan rata-rata nitrat yang berada di dalam
medium diserap oleh Chlorella vulgaris. Biomassa kering digunakan karena lebih
reperesentatif dari berat basah dan jumlah sel. Berat basah tidak dipilih karena
masih adanya kandungan air sehingga berat yang didapat kurang reperesentatif.
Jumlah sel tidak dipilih karena besar nilai R2 nya yang kecil dan tidak
menggunakan reagen spesifik. Reagen spesifik dibutuhkan untuk membedakan sel
yang hidup dan yang mati.

3.3 Perolehan Metabolit Sekunder


Chorella vulgaris menghasilkan beberapa metabolit sekunder,
diantaranya klorofil a, klorofil b dan karotenoid. Dari percobaan yang dilakukan,
diperoleh data perolehan metabolit sekunder sebagai berikut.

Gambar 3.5 Grafik perolehan metabolit sekunder terhadap waktu

Produksi klorofil a , b dan karotenoid bergantung pada beberapa faktor


diantaranya cahaya, nutrisi , suhu dan pH (Seyfabadi,2011). Dari grafik yang
diperoleh, menunjukkan ketika terjadi fase lag dari dan fase eksponensial dari laju
pertumbuhan biomassa, rata-rata kandungan klorofil a sangat rendah. Hal ini

10
dikarenakan nitrogen yang dibutuhkan untuk pembentukkan klorofil lebih banyak
digunakan untuk pertambahan biomassa (Wong,2017). Dari kurva laju
penyerapan nitrat (Gambar ..), kandungan nitrat sangat tinggi pada hari ke 14 oleh
karena itu, dari hari ke 14 sampai 21 laju pembentukkan klorofil a meningkat
karena ketersediaan nitrogen yang cukup. Namun kandungan klorofil b yang
diperoleh memiliki nilai yang konstan pada rentang tersebut. Seharusnya laju
produksi klorofil a bersesuaian dengan laju produksi klorofil b
(Kendirliogru,2017). Kesalahan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kurang homogennya larutan yang diukur.

Karotenoid merupakan komponen esensial yang berfungsi membantu


penangkapan cahaya untuk fontosintesis dan melindungi pigmen fotosintesis
lainnya dari kerusakan fotooksidatif akibat intensitas cahaya yang berlebih.
Produksi karotenoid akan tinggi ketika intensitas cahaya dan lama waktu
penyinaran kultur C. vulgaris panjang (Wong, 2017). Namun pada percobaan ini
kultivasi dilakukan pada intensitas cahaya yang tidak berlebih sehingga produksi
karoten sangat rendah bahkan ada yang bernilai minus.

Dari ketiga jenis metabolit sekunder yang dihasilkan menunjukkan pola


kinetika yang berbeda dengan kinetika pertumbuhan sel. Ketika produksi
biomassa tinggi, produksi klorofil a, klorofil b dan karotenoid tidak tinggi
begitupun sebaliknya .Oleh karena itu, hubungan laju pertumbuhan sel dan
produksi metabolit merupakan non-associated growth (Heinzle,2006).

Dari hasil percobaan diperoleh yield produk berupa klorofil a sebesar -


4.8 x 10^-4 klofofil b sebesar 3.09 x 10^-3 dan karotenoid sebesar -1.6 x 10^-3.
Yield produk seharusnya bernilai negatif. Yield klorofil b yang bernilai positif
dikarenakan jumlah klorofil b di awal kultivasi sangat tinggi. Hal ini dapat
diakarenakan pada sebelum kultivasi, nutrisi pada medium sebelumnya tinggi dan
kondisi lingkungan sangat sesuai untuk memproduksi klorofil b.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut.
1. Laju pertumbuhan spesifik dari kultur sel Chlorella vulgaris sebesar 0,54
per hari
2. Doubling time dari kultur sel Chlorella vulgaris sebesar 4.47 hari
3. Perolehan yield Biomassa dari kultur sel Chlorella vulgaris sebesar 0.384
mg/mg
4. Perolehan yield klorofil a, klorofil b dan karotenoid sebesar -4.8 x 10-4,
3.69 x 10-3 dan -1.6 x 10-4 mg/mg

4.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, beberapa saran untuk
percobaan selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Pengambilan data dilakukan lebih sering sehingga didapatkan data yang
lebih presisi dan akurat
2. Penggunaan reagen spesifik pada saat perhitungan jumlah sel dengan
hemasitometer
3. Penambahan air dilakukan dari awal volume air berkurang dalam medium
4. Pembuatan kurva baku untuk perhitungan jumlah sel dilakukan pada hari
ke-0

12
DAFTAR PUSTAKA

Amini, S. Syamdidi. (2006). Konsentrasi Unsur Hara pada Media dan


Pertumbuhan Chlorella vulgaris dengan Pupuk Anorganik Teknis dan
Analisis. J. Fish. Sci, 8 (2) : 201-206.
Utami, N.P., M.S. Y., Haetamu, K. (2012). Pertumbuhan Chlorella sp. yang
dikultur pada Perioditas Cahaya yang Berbeda. Jurnal Perikanan dan
Kelautan, 3 (3) : 237-244.
Round, F. E. The Biologi of Algae . By Edward Amold Ltd, London, 1973.
Santoso, A. D., Darmawan, R. A., & Susanto J, P. (2011 ). Mikroalga Untuk
Penyerapan Emisi CO2 dan Pengolahan Limbah Cair di lokasi Industri.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 62-70.
Shelf, G., & Soeder, C. J. (1980). Algae Biomass : Production and Use.
Amsterdam, New York, Oxford: Elsevier/North-Holland Biomedical
Press.
Kaufman, P. B., & Labavitch, A. A. (1975). Laboratory Experiment in Plant
Physiology. Macmilla Publishing Co.
Tjitrosomo, G. (1991). Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.
Seyfabadi,J., Ramezanpour, Z., & Khoeyi, Z.A. (2011). Protein Fatty acid, and
pigment content of Chorella vulgaris under diifferent light regimes. J.Appl
Phycol, 23. 721-726.
Wong, Y.K., Ho,Y.H., Leung, H.M., & Yung, K.K.L. (2017). Medium screening
for Chorella vulgaris growth and lipid production. Journal of Agriculture
& Marine Biology,6(1).
Heinzle, E., Biwer, A., Cooney, C.(2006). Development of sustainable
Bioprocesses : Modelling and asssesment. Hoboken : John Wiley and
Sons.
Kendirlioglu,G., Centi, A.K. (2017).Effect of different wave length og light of
growth, pigment content, and protein amount, of Chorella vulgaris.
Fresenius Environmental Bulletin ,26 (12A).

13
LAMPIRAN

14
Lampiran A Cara Pengolahan Data

A.1 Cara Mengolah Data Biomassa C. vulgaris


Data yang diperoleh pada praktikum ini pada pengukuran berat biomassa
dan absorbansi optical density C. vulgaeis disajikan pada tabel A.1.1.

Tabel A.1.1 Berat basah, berat kering, dan optical density C. vulgaris
Hari Berat Basah Berat Kering Optical
ke- (mg) (mg) Density
0 98.500 1.560 1.769
3.5 45.154 2.582 2.204
7 72.059 15.902 1.002
10.5 67.111 13.975 0.781
14 213.267 93.830 1.035
17.5 153.400 32.100 0.620
21 126.000 36.000 0.798
24.5 166.600 19.050 0.768
28 126.000 29.000 0.597

Nilai optical density kemudian digunakan pada kurva baku hasil


pengukuran dengan hemasitometer. Nilai berat basah dan berat kering digunakan
pada perhitungan laju pertumbuhan speifik menggunakan persamaan A1.1.
𝑙𝑛 𝑋𝑡 − 𝑙𝑛 𝑋𝑜
𝜇= (A.1.1)
𝑡

𝜇 = Laju pertumbuhan spesifik


Xt = Jumlah biomassa saat waktu t
Xo = Jumlah biomassa saat awal
𝑙𝑛 126 − 𝑙𝑛 98.5
𝜇 (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ) = = 𝑚𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
28

15
Tabel A.1.2 Jumlah sel C. vulgaris
Hari Jumlah Sel
ke-
0 684837398
3.5 861544715
7 372926829
10.5 1416666667
14 1931707317
17.5 2175609756
21 2901626016
24.5 2780487805
28 2085772358

Tabel A.1.3 Laju pertumbuhan spesifik C. vulgaris


Laju Pertumbuhan Spesifik
Berat Basah (mg/hari) Berat kering (mg/hari) Jumlah Sel (sel/hari)
0,33 0,54 0,38

Nilai laju pertumbuhan spesifik kemudian digunakan pada perhitungan


waktu penggandaan menggunakan persamaan A1.2 yang disajikan pada tabel
ln 2
𝑡= (A1.2)
𝜇

Tabel A.1.4 Waktu penggandaan C. vulgaris


Waktu penggandaan (hari)
Berat Basah Berat kering Jumlah Sel
2,1 4,47 1,824

16
A.2 Cara Mengolah Data Absorbansi
Data yang diperoleh pada praktikum ini pada pengukuran absorbansi
klorofil C. vulgaeis disajikan pada tabel A.2.1.

Tabel A.2.1 Absorbansi klorofil pada 470 nm, 663 nm, dan 647 nm
Hari Absorbansi klorofil
ke- 470 nm 663 nm 647 nm
0 0.074 0.085 0.214
3.5 0.069 0.097 0.011
7 0.058 0.089 0.078
10.5 0.037 0.044 0.040
14 0.109 0.094 0.074
17.5 0.286 0.329 0.139
21 0.311 0.152 0.100
24.5 0.146 0.220 0.156
28 0.136 0.090 0.058

Nilai absorbansi klorofil kemudian digunakan pada perhitungan


konsentrasi klorofil a menggunakan persamaan A2.1, klorofil b menggunakan
persamaan A2.2, dan karotenoid menggunakan persamaan A2.3 sehingga
didapatkan nilai klorofil a, klorofil b, dan karotenoid pada tabel A.2.2.

Chlorophyll a = 12.21*A663 - 2.81*A647 (A2.1)

A663 = Absorbansi pada panjang gelombang 663 nm


A647 = Absorbansi pada panjang gelombang 647 nm
Chlorophyll a pada hari ke-0 = 12.21*0.085 + 2.81*0.214 = 0.437 mg/m3

Chlorophyll b = 20.13*A647 - 5.03*A663 (A2.2)

A663 = Absorbansi pada panjang gelombang 663 nm


A647 = Absorbansi pada panjang gelombang 647 nm

17
Chlorophyll b pada hari ke-0 = 20.13*0.214 - 5.03*0.085 = 0.437 mg/m3

Carotenoid = (1000*A470 - 3.27*Ca - 104*Cb)/229 (A2.3)

Ca = Konsentrasi klorofil a
Cb = konsentrasi klorofil b
A647 = Absorbansi pada panjang gelombang 647 nm
Karotenoid pada hari ke-0 = (1000*0.074 – 3.27*0.437 -104*0.437)/229
= -1.445 mg/m3

Tabel A.2.2 Nilai klorofil a, klorofil b, dan karotenoid


Hari klorofil a klorofil b Karotenoid
ke- (mg/m3) (mg/m3) (mg/m3)
0 0.437 3.880 -1.445
3.5 1.153 0.266 0.406
7 0.868 1.122 -0.269
10.5 0.425 0.584 -0.110
14 0.940 1.017 0.001
17.5 3.627 1.143 0.678
21 1.575 1.248 0.770
24.5 2.248 2.034 -0.318
28 0.936 0.715 0.256

A.3 Cara Mengolah Data Nitrat Medium


Data yang diperoleh pada praktikum ini pada pengukuran absorbansi
nitrat medium yang digunakan untuk mengkultur C. vulgaeis disajikan pada tabel
A.3.

18
Tabel A.3.1 Absorbansi nitrat medium C. vulgaris
Hari Faktor Absorbansi Absorbansi
ke- Pengenceran 275 nm 220 nm
0 10x 0.091 1.965
3.5 10x 0.829 1.825
7 10x 0.536 1.889
10.5 10x 0.560 1.854
14 30x 0.449 1.331
17.5 30x 0.019 0.159
21 30x 0.020 0.062
24.5 30x 0.074 0.135
28 30x 0.038 0.102

Nilai absorbansi kemudian digunakan pada perhitungan absorbansi nitrat


bersih menggunakan persamaan A3.1 yang kemudian digunakan pada kurva baku
nitrat dengan persamaan A3.2 dan disajikan pada tabel A.3.2

Absorbansi nitrat bersih = A220 –A275 (A3.1)

A220= Absorbansi pada panjang gelombang 220 nm


A275= Absorbansi pada panjang gelombang 275 nm
Absorbansi Karotenoid pada hari ke-0 = 1.965 - 0.091 = 1.874

Persamaan kurva baku nitrat

Y = 0.29941 + 0.29541X (A3.2)

Konsentrasi nitrat = 0.29941 + 0.29541*1.874 = 0.853 mg/m3

Konsentrasi nitrta sebelum pengenceran = 0.853*10 = 8.53 mg/m3

19
Tabel A.3.1 Absorbansi nitrat medium C. vulgaris
Konsentrasi Konsentrasi
Absorbansi
Hari nitrat setelah nitrat sebelum
Nitrat
Ke pengenceran pengenceran
Bersih
(ppm) (ppm)
0 1.874 0.853 8.529
3.5 0.996 0.594 5.937
7 1.353 0.699 6.992
10.5 1.294 0.682 6.817
14 0.882 0.560 16.799
17.5 0.140 0.341 10.221
21 0.042 0.312 9.352
24.5 0.061 0.317 9.525
28 0.064 0.318 9.551

A.4 Cara Mengolah Data Yield


Data yang diperoleh pada pengolahan data A.1, A.2, dan A.3 digunakan
untuk mengukur yield yang didapatkan pada percobaan. Nilai berat basah dan
nitrat digunakan untuk mengukur yield biomassa dengan persamaan A4.1
sementara nilai klorofil dan nitrat digunakan untuk mengukur yield produk berupa
klorofil dengan persamaan A4.2.
∆𝑋
𝑌𝑋 = − (A1.2)
∆𝑆

YX = Yield biomassa
∆X = jumlah perubahan biomassa
∆S = jumlah perubahan substrat
126 − 98.5
Yield biomasa berat basah = (9.551 − 8.529) x 0,7 = 0,384 mg/mg

∆𝑃
𝑌𝑃⁄𝑆 = − (A2.4)
∆𝑆

20
YP/S = Yield produk
∆P = jumlah perubahan produk
∆S = jumlah perubahan substrat
0.936 − 0.437
Yield produk klorofil a = (9.551 − 8.529)𝑥 1000 = 4,882 x 10-4 mg/mg

Yield
Biomassa Produk
Berat Kering Berat Basah Jumlah Sel Klorofil a Klorofil b Karotenoid
38,356 0,384 1,958 x 109 4,822 x 10 -3,1 x 10-3 1,664 x 10-3

21
Lampiran B Data Mentah
B.1 Data Mentah Biomassa
Hari Berat Basah Berat Kering Optical
Jumlah sel
ke- (mg) (mg) Density
0 98.500 1.560 1.769 684837398
3.5 45.154 2.582 2.204 861544715
7 72.059 15.902 1.002 372926829
10.5 67.111 13.975 0.781 1416666667
14 213.267 93.830 1.035 1931707317
17.5 153.400 32.100 0.620 2175609756
21 126.000 36.000 0.798 2901626016
24.5 166.600 19.050 0.768 2780487805
28 126.000 29.000 0.597 2085772358
Laju Pertumbuhan Spesifik
Berat Basah (mg/hari) Berat kering (mg/hari) Jumlah Sel (sel/hari)
0,33 0,54 0,38
Waktu penggandaan (hari)
Berat Basah Berat kering Jumlah Sel
2,1 4,47 1,824

22
B.3 Data Mentah Metabolit

Hari Absorbansi Klorofil klorofil a klorofil b Karotenoid


ke- 470 nm 663 nm 647 nm (mg/m3) (mg/m3) (mg/m3)
0 0.074 0.085 0.214 0.437 3.880 -1.445
3.5 0.069 0.097 0.011 1.153 0.266 0.406
7 0.058 0.089 0.078 0.868 1.122 -0.269
10.5 0.037 0.044 0.040 0.425 0.584 -0.110
14 0.109 0.094 0.074 0.940 1.017 0.001
17.5 0.286 0.329 0.139 3.627 1.143 0.678
21 0.311 0.152 0.100 1.575 1.248 0.770
24.5 0.146 0.220 0.156 2.248 2.034 -0.318
28 0.136 0.090 0.058 0.936 0.715 0.256

B.4 Data Mentah Nitrat Medium

Konsentrasi Konsentrasi
Absorbansi
Hari Faktor Absorbansi nitrat setelah nitrat sebelum
Ke Pengenceran nitrat bersih pengenceran pengenceran
275 nm 220 nm
(mg/m3) (mg/m3)

0 10x 0.091 1.965 1.874 0.853 8.529


3.5 10x 1.825 1.825 0.996 0.594 5.937
7 10x 0.536 1.889 1.353 0.699 6.992
10.5 10x 0.560 1.854 1.294 0.682 6.817
14 30x 0.449 1.331 0.882 0.560 16.799
17.5 30x 0.019 0.159 0.140 0.341 10.221
21 30x 0.020 0.062 0.042 0.312 9.352
24.5 30x 0.074 0.135 0.061 0.317 9.525
28 30x 0.038 0.102 0.064 0.318 9.551

23
B.5 Data Mentah Yield
Yield
Biomassa Produk
Berat Kering Berat Basah Jumlah Sel Klorofil a Klorofil b Karotenoid
38,356 0,384 1,958 x 109 4,822 x 10 -3,1 x 10-3 1,664 x 10-3

24

Anda mungkin juga menyukai