DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ v
RINGKASAN......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II METODOLOGI.......................................................................................... 2
3.1 Laju pertumbuhan spesifik (μ) dan doubling time kultur Chlorella
vulgaris ...................................................................................................... 6
3.2 Yield Biomassa Terhadap Substrat........................................... 9
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 12
i
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 12
4.2 Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13
LAMPIRAN........................................................................................................... 15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
RINGKASAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan laju pertumbuhan spesifik (μ)
dan doubling time kultur Chlorella vulgaris. Selain itu juga untuk menentukan yield
perolehan biomassa berdasarkan substrat nitrat dan yield metabolit sekunder yang
berupa klorofil a, klorofil b, dan karotenoid berdasarkan substrat nitrat. Perolehan
biomassa akan ditentukan dengan tiga cara yaitu dengan menentukan berat basah,
berat kering, dan kepadatan sel. Banyak sel melalui kepadatan sel akan ditentukan
melalui kurva baku absorbansi optical density dengan banyak sel melalui
hemasitometer.
1
BAB II
METODOLOGI
2
2.2 Langkah Kerja
1
6 Keterangan :
1. Sumber tegangan
2. Selang
4
2 3. Aerator
4. Botol 1 L
3
5. Kultur Chlorella
5 vulgaris
6. Pipa aerasi
Chlorella vulgaris
dikultur dalam botol 1 L
berisi medium cair pH 6-
7 sebanyak 500 ml Selesai
3
2.2.1.2 Pengukuran Kepadatan Sel
Mulai
Mulai
4
2.2.2 Pengukuran Metabolit Sekunder Kultur Chlorella vulgaris
Mulai
Tabung falcon
10 mL sampel Tabung falcon ditempatkan pada
Chlorella vulgaris disentrifuga ultrasonic bath
diambil dan selama 10 menit selama 90 detik
dimasukkan ke dalam pada 5000 rpm
tabung falcon Supernatan diambil dan
diukur absorbansinya
Tabung falcon pada panjang gelombang
Sampel Chlorella ditempatkan pada
vulgaris disentrifuga 470 nm, 647 nm dan 663
ultrasonic bath nm
selama 10 menit selama 90 detik
pada 5000 rpm Konsentrasi klorofil a,
Supernatan dibuang Tabung falcon klorofil b dan karatenoid
dan endapan ditempatkan dalam dihitung berdasarkan
ditambahkan 10 mL pendingin selama 1 rumus Lichtenthaler &
aseton (80%) malam Wellburn
Selesai
Mulai
Selesai
Absorbansi diukur
pada panjang Nilai absorbansi dihitung
gelombang 220 nm menggunakan kurva baku
dan 275 nm yang sudah dibuat
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Laju pertumbuhan spesifik (μ) dan doubling time kultur Chlorella
vulgaris
Laju pertumbuhan spesifik dan doubling time dapat ditentukan dari kurva
pertambahan biomassa terhadap waktu baik dari berat basah, berat kering, dan
jumlah sel. Laju pertumbuhan spesifik melalui berat basah dapat ditentukan dari
menentukan laju pertumbuhan sel pada T7 hingga T14 pada Gambar 3.1 di bawah
ini.
0.16
0.14
Berat basah (gram)
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (hari)
6
0.04
0.03
0.02
Berat kering (gram)
0.01
0
0 5 10 15 20 25 30
-0.01
-0.02
-0.03
-0.04
Waktu (hari)
7
6000
4000
3000
2000
1000
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (hari)
Gambar 3.3 juga tidak menunjukkan fase lag yang mana fase lag adalah
fase yang terjadi ketika awal kultivasi mikroalga dimulai, pada fase ini tidak terlihat
penambahan jumlah sel. Sintesis protein terjadi dalam fase ini, peningkatan massa
sel dapat terjadi tetapi tidak dalam jumlah signifikan (Uzir dan Mat, 2007). Hal ini
mungkin disebabkan karena mikroalga sudah beradaptasi dengan medium
sebelumnya atau sebelum penambahan medium pada T0. Selain itu bisa juga bisa
disebabkan fase lag terjadi sebelum T3,5.
Berdasarkan data-data di atas, laju pertumbuhan spesifik rata-rata (μ)
Chlorella sp. yang diperoleh lebih kecil apabila dibandingkan dengan literatur yang
memperoleh laju spesifik yaitu pada penelitian Kawaroe dkk (2009) senilai 0,227
hari-1 dan Sutomo (2005) senilai 0,6485 hari-1. Dapat dilihat juga dari gambar di
atas bahwa tidak terdapat fase stasioner. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah
hari dalam satu periode pengukuran yang cukup lama, yaitu selama 3,5 hari. Lebih
baik pengukuran dilakukan minimal tiap satu hari sekali. Hal ini seperti yang
dilakukan oleh Danquah dkk (2009) dalam membuat kurva pertumbuhan Chlorella
sp. Laju pertumbuhan spesifik yang paling mendekati literatur adalah laju yang
diperoleh dari berat kering. Laju pertumbuhan spesifik dari percobaan berbeda
dengan literatur kemungkinan dikarenakan ada sel yang ikut menguap bersama
dengan air. Selain itu, percobaan ini menggunakan asumsi terdapat 24 mL air per
8
hari yang menguap. Berdasarkan asumsi tersebut, dilakukan perhitungan berat
basah dan berat kering dengan mempertimbangkan bahwa terdapat 72 mL air yang
menguap dalam 3 hari. Perhitungan ini dilakukan selama sebelum kultur rutin
ditambah air sebelum pengambilan sampel yaitu dari T0 hingga T10,7.
9
4.0000
2.0000
1.0000
0.0000
0 5 10 15 20 25 30
-1.0000
Waktu (hari)
10
Hal ini kemungkinan disebabkan karena kadar klorofil a dan karotenoid karena
sudah banyak sel yang mati. Kematian sel ini menyebabkan kandungan klorofil
dalam kultur berkurang.
Kandungan nitrogen di dalam media berkurang sejalan dengan akhir fase
pertumbuhan (Siron dkk, 1989). Menurut Campo dkk (2000), kandungan nitrogen
mempengaruhi akumulasi karotenoid pada beberapa mikroalga termasuk pada
Chlorella vulgaris. Ketika kandungan nitrogen pada kultur menurun maka
mikroalga tersebut dalam keadaan stress. Ketika mikroalga berada pada kondisi
kekurangan nutrien, mikroalga akan mengubah penggunaan karbon dari proses
pertumbuhan. Karbon tersebut diubah menjadi cadangan energi dalam bentuk lipid
yang berbanding lurus dengan pembentukan karotenoid. Konsentrasi nitrogen dan
intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan kandungan
lipid mikroalga. Pada kondisi konsentrasi nitrogen yang rendah mikroalga akan
membentuk lipid sebagai cadangan makanan (Becker, 1994). Hal tersebut yang
mungkin menjadi penyebab kandungan karotenoid meningkat pada akhir fase
pertumbuhan dibandingkan awal fase pertumbuhan.
Dalam perhitungan kadar klorofil, aseton ditambahkan sebagai pelarut
karena dapat melarutkan klorofil a dan klorofil b sekaligus (Dwidjoseputro, 1994).
Selain itu aseton juga menghentikan proses metabolisme sehingga saat didiamkan
dalam freezer selama beberapa hari tidak terbentuk metabolit tambahan. Enzim
klorofilase dapat menghidrolisis gugus fitol dari klorofil sehingga terlepas
membentuk klorofilid. Penghilangan gugus fitol dari klorofil akan menghasilkan
molekul klorofilid yang bersifat polar dan larut dalam air sehingga banyaknya
klorofil yang larut air dapat dilihat dari besarnya absorbansi lapisan aseton
(Prangdimurti, 2007).
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan spesifik (𝜇) untuk berat basah, berat kering, dan jumlah
sel Chlorella vulgaris masing-masing sebesar 0,1192 hari-1, 0,1897 hari-1,
dan 0,1128 hari-1.
2. Doubling time untuk berat basah, berat kering, dan jumlah sel Chlorella
vulgaris masing-masing sebesar 5,8163 hari, 3,6593 hari, dan 5,6445 hari.
3. Yield biomassa berdasarkan substrat nitrat untuk berat basah, berat kering,
dan jumlah sel Chlorella vulgaris masing-masing sebesar -0,1064 g
biomassa/g nitrat, -2,7314 g biomassa/g nitrat, -1,0536 sel/g nitrat.
4. Yield produk berdasarkan substrat nitrat untuk klorofil a, klorofil b, dan
karotenoid Chlorella vulgaris masing-masing sebesar -0,0792 x 10-3 g
produk/g nitrat, 0,0975 x 10-3 g produk/g nitrat dan -0,0144 x 10-3 g
produk/g nitrat.
4.2 Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Pengukuran yield dilakukan saat biomassa sedang dalam fase stasioner
yakni pada saat biomassa dihasilkan paling tinggi.
2. Pengeringan untuk mendapatkan berat kering harus dilakukan perlakuan
yang sama agar tidak mempengaruhi data.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Siron, R., Giusti, G. & Berland, B. (1989). Changes in The Fatty Acid Composition
of Phaeodactylum Tricornutum and Dunaliella Tertiolecta during Growth
and Under Phosphorus Deficiency. Marine Ecology Journal, 55 (3). 95-100.
Sutomo. (2005). Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan
Dunaliella gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal terhadap Pertumbuhan
C. gracilis di laboratorium. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia, 37
(3). 43-58.
Uzir, M. H., & Mat Don, M. (2007). Biochemical engineering a concise
introduction . Kuala Lumpur: Penang Universiti Sains Malaysia.
14
LAMPIRAN
15
Lampiran A Cara Pengolahan Data
Berat Basah :
0.1248
ln
𝜇= 0.0542 = 0.1192 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )
7
Berat Kering :
0.0117
ln 0.0031
𝜇= = 0. 1897 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )
7
16
Doubling Time :
ln 2
𝑑𝑡 = A.2
𝜇
𝑑𝑡 = 𝐷𝑜𝑢𝑏𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 (ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝜇 = 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )
Berat Basah :
ln 2
𝑑𝑡 = = 5.8163 (ℎ𝑎𝑟𝑖)
0.1192
Berat Kering :
ln 2
𝑑𝑡 = = 3.6539 (ℎ𝑎𝑟𝑖)
0.1897
4.855 𝑥 106
ln
𝜇= 1.337 𝑥 106 = 0.1228 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )
10.5
17
Doubling Time Jumlah Sel :
ln 2
𝑑𝑡 = = 5.6445 (ℎ𝑎𝑟𝑖)
0.1228
18
(1000 𝑥 𝐴₄₇₀) − (3.27 𝑥 𝐶𝑎) − (104 𝑥 𝐶𝑏)
𝐾𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛𝑜𝑖𝑑 =
229
(1000 𝑥 0.0740) − (3.27 𝑥 1.1934) − (104 𝑥 0.9313)
=
229
𝑚𝑔
= − 0.1168 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)
𝑚
Waktu Konsentrasi
(Hari)
220 nm 275 nm Konsentrasi (220 – 275)
T0 8,5744 -0,0481 8,6225
19
Berat Basah :
− ∆𝑋 (0.0647 − 0.0659) 𝑔
𝑌 (𝑥/𝑠) = = − = − 1.520 𝑥 10ˉ4 ( )
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225) 𝑝𝑝𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= −0.1064
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
Berat Kering :
− ∆𝑋 (−0.0274 − 0.0034) 𝑔
𝑌 (𝑥/𝑠) = = − = −3.9020 𝑥 10−3 ( )
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225) 𝑝𝑝𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= −2.7314
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
Jumlah Sel :
− ∆𝑋 (149 𝑥 106 − 1337 𝑥 106 ) 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑌 (𝑥/𝑠) = = − = −150.5073 𝑥 106 ( )
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225) 𝑝𝑝𝑚
𝑠𝑒𝑙
= −1.0536 𝑥 1011
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
Perhitungan Produk :
− ∆𝑃
𝑌 (𝑝/𝑠) = A.7
∆𝑆
𝑌 (𝑝/𝑠) = 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘/ 𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
𝑚𝑔
∆𝑃 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)
𝑚
∆𝑆 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑝𝑝𝑚)
Klorofil a :
20
− ∆𝑃 (0.5681 − 1.1934)
𝑌 (𝑝/𝑠) = = −
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225)
𝑚𝑔
= −0.0792 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘/ 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= −0.0792 𝑥 10−3
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
Klorofil b :
− ∆𝑃 (1.7012 − 0.9313)
𝑌 (𝑝/𝑠) = =−
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225)
𝑚𝑔
= 0.0975 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘/ 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= 0.0975 𝑥 10−3
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
Karotenoid :
− ∆𝑃 (−0.2305 − (−0.1168))
𝑌 (𝑝/𝑠) = =−
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225)
𝑚𝑔
= −0.0144 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘/ 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= −0.0144𝑥 10−3
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
21
Lampiran B Data Mentah
B.1 Data Mentah Biomassa Kultur Chlorella vulgaris
Tabel B.1 Berat basah dan berat kering kultur Chlorella vulgaris
22
(Lanjutan)
Waktu Optical Density Pengenceran pH
T10,5 1,3680 5x 8.21
T14 0,8645 5x 7.83
T17,5 0,6365 5x 8.52
T21 0,5277 10x 8.47
T24,5 0,5543 10x 8.52
T28 0,4119 10x 8.39
Kelompok Rataan Jumlah per W Faktor Pengenceran (x) Volume mikroalga (mL) Jumlah Sel (sel/mL)
23
347 30 500 3.47E+06
(Dilanjutkan)
(Lanjutan)
100.75 70 500 1.01E+06
6
84 80 500 8.40E+05
185 70 500 1.85E+06
7
212 80 500 2.12E+06
81.5 90 500 8.15E+05
8
57 100 500 5.70E+05
24
B.3 Data Mentah Konsentrasi Nitrat
Tabel B.5 Absorbansi nitrat pada panjang gelombang
25
26