Anda di halaman 1dari 34

PRAKTIKUM LABORATORIUM REKAYASA HAYATI-I

Kinetika Pertumbuhan Sel Chlorella vulgaris


Oleh:
Kelompok 03
Ketua Kelompok :
M. Arifuddin Bara 11216007
Anggota Kelompok :
Denny Pratama Tjandra 11216005
Rian Fiqraini 11216019
Sofhaya Yosa Safhira 11216020
Anggie Indah Berliani 11216022

Dosen : Dr. Erly Mawarni


Khairul Hadi.B, S.T., M.T.
Asisten : M.Farid Mahfuzh Abrar
Tanggal Percobaan : 4 September – 9 Oktober 2018
Tanggal Pengumpulan : 15 Oktober 2018

LABORATORIUM REKAYASA HAYATI


PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

Komponen Nilai Maksimal Nilai


Judul dan 10
Pendahuluan
Metodologi 20
Hasil dan 50
Pembahasan
Simpulan dan 10
Saran
Format 10
Total 100

Laporan Praktikum Modul Kinetika Pertumbuhan Sel Chlorella vulgaris


sebagai syarat untuk memenuhi rangkaian Praktikum Laboratorium Rekayasa
Hayati-I dalam menempuh studi tingkat sarjana di Program Studi Rekayasa
Hayati Institut Teknologi Bandung

Jatinangor, 15 Oktober 2018


Diperiksa oleh,
Asisten Praktikum

M.Farid Mahfuzh Abrar


NIM. 112215041
Mengetahui dan menyetujui,
Dosen Pengampu Dosen Pengampu

Dr. Erly Mawarni Khairul Hadi.B, S.T., M.T.


NIP. 196210051988022001 Nopeg. 11811064
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ v

RINGKASAN......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1 Teori Dasar.................................................................................................1

1.2 Tujuan........................................................................................................ 1

BAB II METODOLOGI.......................................................................................... 2

2.1 Alat dan Bahan...........................................................................................2

2.2 Langkah Kerja............................................................................................3

2.2.1 Pengukuran Biomassa Kultur Chlorella vulgaris..................................3

2.2.1.1 Pengukuran Berat Kering dan Berat Basah....................................3

2.2.1.2 Pengukuran Kepadatan Sel.............................................................4

2.2.1.3 Pengukuran Hemasitometer............................................................4

2.2.2 Pengukuran Metabolit Sekunder Kultur Chlorella vulgaris.................... 5

2.2.3 Pengukuran Konsentrasi Nitrat Kultur Chlorella vulgaris.......................5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................6

3.1 Laju pertumbuhan spesifik (μ) dan doubling time kultur Chlorella
vulgaris ...................................................................................................... 6
3.2 Yield Biomassa Terhadap Substrat........................................... 9

3.3 Yield Metabolit Sekunder Terhadap Substrat............................................9

BAB IV PENUTUP............................................................................................... 12

i
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 12

4.2 Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13

LAMPIRAN........................................................................................................... 15

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rangkaian alat..................................................................................... 3


Gambar 3.1 Berat basah terhadap waktu................................................................ 7
Gambar 3.2 Berat kering terhadap waktu............................................................... 8
Gambar 3.2 Jumlah sel terhadap waktu….............................................................. 9
Gambar 3.2 Konsentrasi klorofil a, klorofil b, dan karatenoid terhadap waktu....10

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alat dan bahan.......................................................................................2

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Cara Pengolahan Data........................................................................15


Lampiran B Data Mentah....................................................................................... 21

v
RINGKASAN

Laju pertumbuhan mikroalga Chlorella vulgaris dapat diukur menggunakan


beberapa parameter. Berat basah dan berat kering biomassa, kepadatan sel, jumlah
sel, produksi metabolit sekunder, dan kandungan nitrat dalam medium dapat
digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan Chlorella vulgaris. Praktikum kali
ini bertujuan untuk menentukan berat basah dan kering biomassa, kepadatan sel,
produksi metabolit sekunder yang berupa klorofil, yield Chlorella vulgaris, dan
kandungan nitrat dalam medium tumbuh Chlorella vulgaris selama 28 hari, diukur
tiap 3,5 hari sekali. Jumlah sel hanya dihitung sekali pada hari ke-14 dengan metode
hemasitometer, kemudian hasilnya dijadikan kurva baku dalam perhitungan
kepadatan sel. Penentuan berat basah dilakukan setelah mikroalga disentrifugasi
dan supernatan diambil, sedangkan berat kering menggunakan sampel yang sama
dengan berat basah namun sudah dioven hingga beratnya konstan. Kepadatan sel
diukur dengan spektrofotometer setelah samper diencerkan. Kandungan klorofil
diukur setelah sampel disentrifugasi dan supernatan diambil, kemudian padatan
ditambahkan aseton dan dibiarkan semalaman lalu diukur absorbansinya.
Kandungan nitrat dalam medium diukur dengan penambahan HCl pada supernatan
lalu diukur absorbansinya. Perhitungan yield didapat dari perbandingan berat basah,
berat kering, dan kepadatan sel terhadap konsentrasi nitrat (akhir-awal). Laju
pertumbuhan spesifik (𝜇) untuk berat basah, berat kering, dan jumlah sel Chlorella
vulgaris masing-masing sebesar 0,1192 hari-1, 0,1897 hari-1, dan 0,1128 hari-1.
Doubling time untuk berat basah, berat kering, dan jumlah sel masing-masing
sebesar 5,8163 hari, 3,6593 hari, dan 5,6445 hari. Yield biomassa berdasarkan
substrat nitrat untuk berat basah, berat kering, dan jumlah sel masing-masing
sebesar -0,1064 g biomassa/g nitrat, -2,7314 g biomassa/g nitrat, -1,0536 sel/g
nitrat. Yield produk berdasarkan substrat nitrat untuk klorofil a, klorofil b, dan
karotenoid masing-masing sebesar -0,0792 x 10-3 g biomassa/g nitrat, 0,0975 x 10-
3
g biomassa/g nitrat, dan -0,0144 x 10-3 g biomassa/g nitrat.

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Teori Dasar


Pertumbuhan sel dapat digambarkan oleh suatu kurva tumbuh yang terdiri
dari beberapa fase. Fase pada kurva tumbuh adalah fase lag, eksponensial,
deselerasi, stasioner, dan kematian (Shuler & Kargi, 2002). Melalui kurva tersebut,
dapat ditentukan laju pertumbuhan spesifik dan doubling time berdasarkan data
yang ada. Rendemen atau yield juga dapat ditentukan berdasarkan biomassa yang
dihasilkan dan penyerapan substrat. Penentuan biomassa dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya dengan menentukan berat basah, berat kering, dan
kepadatan sel (optical density). Percobaan kali ini menggunakan Chlorella vulgaris
untuk diamati laju pertumbuhan dan metabolit yang dihasilkannya. Hal tersebut
penting dilakukan agar kita dapat mengetahui waktu optimum untuk memanen
metabolit yang diinginkan. Alasan tersebut berkaitan dengan pola kinetik mengenai
pertumbuhan dan produksi metabolit. Pola-pola yang dimaksud adalah growth-
associated, mixed-growth-associated, dan non-growth-associated. Metabolit
primer mengikuti pola growth-associated dan metabolit sekunder mengikuti pola
non-growth-associated (Grootwssink & Gaucher, 1980). Percobaan ini dapat
diaplikasikan untuk optimasi produk dan biomassa setelah diketahui waktu
kultivasi yang sesuai.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan laju pertumbuhan spesifik (μ)
dan doubling time kultur Chlorella vulgaris. Selain itu juga untuk menentukan yield
perolehan biomassa berdasarkan substrat nitrat dan yield metabolit sekunder yang
berupa klorofil a, klorofil b, dan karotenoid berdasarkan substrat nitrat. Perolehan
biomassa akan ditentukan dengan tiga cara yaitu dengan menentukan berat basah,
berat kering, dan kepadatan sel. Banyak sel melalui kepadatan sel akan ditentukan
melalui kurva baku absorbansi optical density dengan banyak sel melalui
hemasitometer.

1
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Pada percobaan yang berjudul “Kinetika Pertumbuhan Sel Chlorella
vulgaris” digunakan alat dan bahan pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Alat dan bahan pada percobaan
Alat Bahan
Botol 1 L (1) Medium cair pH 6-7 (1 L) berisi:
Aerator (1) KNO3 (1000 mg/L)
Timbangan (1) KH2PO4 (720 mg/L)
Oven (1) Na2HPO4.2H2O (260 mg/L)
Spektrofotometer (1) CaCl2.2H2O (13 mg/L)
Hemasitometer (1) FeEDTA (10 mg/L)
Erlemeyer 100 ml (1) MgSO4.7H2O (50 mL)
Tabung falcon (20) MnCl2.4H2O (12,98 mL)
Sentrifuga (1) CuSO4.5H2O (1,83 mL)
Ultrasonic bath (1) alumunium foil (40x40cm)
Kuvet (1) HCl 1 N (10 mL)
Pipet tetes (1) Aseton 80% (50 mL)
Gelas kimia 500 ml (1) Asam sulfat (25 mL)
Gelas kimia 100 ml (1) Kultur Chlorella vulgaris (200 ml)
Gelas ukur 500 ml (1) Tissue roll (1 buah)
Gelas ukur 10 ml (1) H2O (1 L)
Tabung reaksi (20) Alkohol 70% (20 ml)
Botol semprot (1)
Mikroskop (1)
Kaca penutup (1)
Pipa aerasi (2)

2
2.2 Langkah Kerja

1
6 Keterangan :
1. Sumber tegangan
2. Selang
4
2 3. Aerator
4. Botol 1 L
3
5. Kultur Chlorella
5 vulgaris
6. Pipa aerasi

Gambar 2.1 Rangkaian alat

2.2.1 Pengukuran Biomassa Kultur Chlorella vulgaris


2.2.1.1 Pengukuran Berat Kering dan Berat Basah
Mulai

Chlorella vulgaris
dikultur dalam botol 1 L
berisi medium cair pH 6-
7 sebanyak 500 ml Selesai

Kultur dipelihara dengan


aerasi 1,5 L/menit Data yang diperoleh
diplot kedalam kurva
pertumbuhan
Kultur dipelihara selama
28 hari ditempat yang
disinari matahari dan
dilakukan pengukuran Falcon kemudian dioven
berat basah dan kering sampai mencapai berat
setiap 3 hari konstan yang diukur
setiap 30 menit

40 ml kultur diambil dan Supernatan diambil dan


dimasukkan dalam 4 falcon yang sebelumnya
falcon masing masing 10 telah ditimbang,
ml untuk disentrifuga ditimbang lagi bersama
endapan

3
2.2.1.2 Pengukuran Kepadatan Sel

Mulai

2 mL sampel Chlorella vulgaris


diambil pada medium
Selesai

Density diukur dengan


spektofotometer dengan panjang
gelombang 680 nm Hasil pengukuran ditulis
dalam tabel Optical Density

2.2.1.3 Pengukuran Hemasitometer

Mulai

1 mL suspensi sel mikroalga


diambil lalu diencerkan 70x
dan 80x
Selesai
0.1 mL suspensi yang sudah
diencerkan kemudian
diteteskan ke hemasitometer Rata-rata jumlah sel dikali
104

Jumlah sel diamati dengan Sel dalam 4 kamar hitung


mikroskop perbesaran hemasitometer kemudian
100x (10x lensa okuler dan dirata-ratakan
10x lensa objektif)

4
2.2.2 Pengukuran Metabolit Sekunder Kultur Chlorella vulgaris

Mulai
Tabung falcon
10 mL sampel Tabung falcon ditempatkan pada
Chlorella vulgaris disentrifuga ultrasonic bath
diambil dan selama 10 menit selama 90 detik
dimasukkan ke dalam pada 5000 rpm
tabung falcon Supernatan diambil dan
diukur absorbansinya
Tabung falcon pada panjang gelombang
Sampel Chlorella ditempatkan pada
vulgaris disentrifuga 470 nm, 647 nm dan 663
ultrasonic bath nm
selama 10 menit selama 90 detik
pada 5000 rpm Konsentrasi klorofil a,
Supernatan dibuang Tabung falcon klorofil b dan karatenoid
dan endapan ditempatkan dalam dihitung berdasarkan
ditambahkan 10 mL pendingin selama 1 rumus Lichtenthaler &
aseton (80%) malam Wellburn
Selesai

2.2.3 Pengukuran Kadar Nitrat Kultur Chlorella vulgaris

Mulai
Selesai

5 mL sampel medium Konsentrasi nitrat


ditambahkan 0.1 mL HCl didapat
1N dan didiamkan
minimal 10 menit
Nilai konsentrasi pada
220 nm dikurangi
nilai konsentrasi pada
Diencerin sampai 50x 270 nm
dan dibuat triplo

Absorbansi diukur
pada panjang Nilai absorbansi dihitung
gelombang 220 nm menggunakan kurva baku
dan 275 nm yang sudah dibuat

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Laju pertumbuhan spesifik (μ) dan doubling time kultur Chlorella
vulgaris
Laju pertumbuhan spesifik dan doubling time dapat ditentukan dari kurva
pertambahan biomassa terhadap waktu baik dari berat basah, berat kering, dan
jumlah sel. Laju pertumbuhan spesifik melalui berat basah dapat ditentukan dari
menentukan laju pertumbuhan sel pada T7 hingga T14 pada Gambar 3.1 di bawah
ini.

0.16
0.14
Berat basah (gram)

0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (hari)

Gambar 3.1 Grafik berat basah terhadap waktu

Pemilihan waktu dari T7 ke T14 dikarenakan garis pada kurva tersebut


merepresentasikan fase eksponensial dan penentuan μ dilakukan pada fase
eksponensial. Berdasarkan data tersebut diperoleh μ sebesar 0,1192 hari-1 dari
persamaan A.1. Setelah diperoleh μ, dapat diperoleh waktu bagi Chlorella vulgaris
menjadi dua kali semula (doubling time). Dari persamaan A.2, diperoleh doubling
time sebesar 5,8163 hari.

6
0.04
0.03
0.02
Berat kering (gram)

0.01
0
0 5 10 15 20 25 30
-0.01
-0.02
-0.03
-0.04
Waktu (hari)

Gambar 3.2 Grafik berat kering terhadap waktu


Data tersebut tidak mencantumkan data hari ke-14 karena berat kering
menunjukkan nilai negatif. Hal ini dikarenakan berat falcon juga ikut menyusut
akibat terlalu lama dioven. Pada T14 falcon dioven selama 19 jam sedangkan pada
pengambilan sampel lain, falcon dan biomassa hanya dioven kurang lebih selama
2 jam. Laju pertumbuhan spesifik, μ, diperoleh dari data T10,5 dan T17,5.
Berdasarkan data pada waktu tersebut, diperoleh μ sebesar 0,1897 hari-1 sehingga
doubling time dari mikroalga adalah 3,6539 hari.
Perhitungan laju pertumbuhan spesifik akan lebih baik diperoleh dari data
berat kering apabila data yang diperoleh cukup representatif. Pada berat kering
hanya biomassa yang terukur tanpa zat lain yang terserap oleh Chlorella vulgaris
seperti air. Hal ini karena penyerapan air maupun zat lain oleh Chlorella vulgaris
tidak sama pada sel satu dengan lainnya pada setiap sampling.

Berdasarkan Gambar 3.3, fase eksponensial terjadi pada T0 hingga T10,5.


Dari gambar 3.3 tersebut diperoleh μ sebesar 0,1228 hari-1 sehingga diperoleh
doubling time 5,6445 hari. Jumlah sel diperoleh dari pengukuran kepadatan sel dan
kurva baku absorbansi terhadap jumlah sel. Penentuan jumlah sel pada kurva baku
dilakukan dengan menghitung sel menggunakan hemasitometer. Namun,
penghitungan pada praktikum kali ini tidak menggunakan reagen tryphan blue
sehingga sel mati dan hidup tidak dapat dibedakan.

7
6000

Jumlah sel (106 unit) 5000

4000

3000

2000

1000

0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (hari)

Gambar 3.3 Grafik jumlah sel terhadap waktu

Gambar 3.3 juga tidak menunjukkan fase lag yang mana fase lag adalah
fase yang terjadi ketika awal kultivasi mikroalga dimulai, pada fase ini tidak terlihat
penambahan jumlah sel. Sintesis protein terjadi dalam fase ini, peningkatan massa
sel dapat terjadi tetapi tidak dalam jumlah signifikan (Uzir dan Mat, 2007). Hal ini
mungkin disebabkan karena mikroalga sudah beradaptasi dengan medium
sebelumnya atau sebelum penambahan medium pada T0. Selain itu bisa juga bisa
disebabkan fase lag terjadi sebelum T3,5.
Berdasarkan data-data di atas, laju pertumbuhan spesifik rata-rata (μ)
Chlorella sp. yang diperoleh lebih kecil apabila dibandingkan dengan literatur yang
memperoleh laju spesifik yaitu pada penelitian Kawaroe dkk (2009) senilai 0,227
hari-1 dan Sutomo (2005) senilai 0,6485 hari-1. Dapat dilihat juga dari gambar di
atas bahwa tidak terdapat fase stasioner. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah
hari dalam satu periode pengukuran yang cukup lama, yaitu selama 3,5 hari. Lebih
baik pengukuran dilakukan minimal tiap satu hari sekali. Hal ini seperti yang
dilakukan oleh Danquah dkk (2009) dalam membuat kurva pertumbuhan Chlorella
sp. Laju pertumbuhan spesifik yang paling mendekati literatur adalah laju yang
diperoleh dari berat kering. Laju pertumbuhan spesifik dari percobaan berbeda
dengan literatur kemungkinan dikarenakan ada sel yang ikut menguap bersama
dengan air. Selain itu, percobaan ini menggunakan asumsi terdapat 24 mL air per

8
hari yang menguap. Berdasarkan asumsi tersebut, dilakukan perhitungan berat
basah dan berat kering dengan mempertimbangkan bahwa terdapat 72 mL air yang
menguap dalam 3 hari. Perhitungan ini dilakukan selama sebelum kultur rutin
ditambah air sebelum pengambilan sampel yaitu dari T0 hingga T10,7.

3.2 Yield Biomassa Terhadap Substrat


Setiap perlakuan pengukuran penambahan biomassa memberikan hasil
yield yang berbeda-beda. Berdasarkan berat basah, berat kering, dan jumlah sel
yield yang dihasilkan berturut-turut adalah -0,1064 g biomassa/g nitrat, -2,7314 g
biomassa/g nitrat, -1,0536 sel/g nitrat. Dari data tersebut, ada 2 data yang bernilai
negatif. Hal ini disebabkan massa mikroalga pada saat dipanen lebih kecil daripada
massa awal. Massa akhir terukur lebih kecil karena sudah banyak sel yang mati. Sel
mati akan mengendap dan tidak larut pada saat pengambilan sampel. Jadi, pada hari
ke-28 mikroalga sudah memasuki fase kematian.
Berdasarkan data tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa hari ke-28
bukanlah waktu yang optimum untuk memanen biomassa. Jika ingin mendapatkan
yield yang optimum, kultur sebaiknya dipanen pada waktu yang tepat. Pada kurva
tumbuh, biomassa akan mengalami pertumbuhan secara logaritmik lalu akan
memasuki fase stasioner. Pemanenan biomassa akan lebih baik dilakukan setelah
fase logaritmik sebelum memasuki fase stasioner. Pada saat itu, yield yang
diperoleh akan optimum.

Yield diukur berdasarkan penyerapan substrat berupa nitrat. Pengukuran


nitrat pada medium menggunakan reagen HCl, dan konsentrasi nitrat yang terbaca
pada λ 220 nm dikurangi konsentrasi nitrat yang terbaca pada λ 270 nm.
Penggunaan 2 panjang gelombang dikarenakan pada λ 220 nm bukan hanya nitrat
yang mengabsorbansi cahaya, sedangkan pada λ 270 nm hanya zat lain yang
menyerap cahaya, sehingga konsentrasi nitrat dapat diketahui (Norman dkk, 1985)

3.3 Yield Metabolit Sekunder Terhadap Substrat


Pembentukan metabolit sekunder mikroalga terhadap wkatu ditunjukkan
pada Gambar 3.4 berikut.

9
4.0000

Konsentrasi (mg/m3) 3.0000

2.0000

1.0000

0.0000
0 5 10 15 20 25 30
-1.0000
Waktu (hari)

Metabolit Sekunder Klorofil a


Metabolit Sekunder Klorofil b
Metabolit Sekunder Karotenoid

Gambar 3.4 Konsentrasi metabolit sekunder terhadap waktu


Klorofil a dan klorofil b pada gambar 3.4 sudah terdapat sejak T0. Klorofil tersebut
berguna bagi Chlorella vulgaris untuk berfotosintesis. Pada T10,5 klorofil a
mengalami peningkatan dan cenderung stabil lalu meningkat pada T21. Klorofil b
mengalami peningkatan pada T14 lalu menurun dan meningkat lagi pada T21.
Karotenoid berdasarkan gambar 3.4 bernilai negatif hingga T21. Hal ini bisa
disebabkan karena karotenoid belum terbentuk hingga T21. Dari data tersebut, dapat
dikatakan bahwa klorofil a, klorofil b, dan karotenoid meningkat pada T21. Menurut
Rahmawati dkk (2013) kandungan karotenoid dalam Chlorella vulgaris adalah
6000-8000 μg/g berat basah.
Ketiga metabolit sekunder juga cenderung tidak mengalami peningkatan
sebelum T21 kecuali pada klorofil a. Pada pembahasan sebelumnya, dapat diketahui
bahwa pertumbuhan sedang memasuki fase logaritmik atau eksponensial sebelum
T21. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa produksi metabolit sekunder termasuk
non-growth-associated. Hal ini sesuai dengan literatur dimana metabolit sekunder
mengikuti pola non-growth-associated (Chattopadhyay dkk, 2002)
Dari data tersebut diperoleh yield klorofil a, klorofil b, dan karotenoid
berturut-turut sebesar -0,0792 x 10-3 g biomassa/g nitrat, 0,0975 x 10-3 g biomassa/g
nitrat dan -0,0144 x 10-3 g biomassa/g nitrat. Yield klorofil a dan karotenoid bernilai
negatif.

10
Hal ini kemungkinan disebabkan karena kadar klorofil a dan karotenoid karena
sudah banyak sel yang mati. Kematian sel ini menyebabkan kandungan klorofil
dalam kultur berkurang.
Kandungan nitrogen di dalam media berkurang sejalan dengan akhir fase
pertumbuhan (Siron dkk, 1989). Menurut Campo dkk (2000), kandungan nitrogen
mempengaruhi akumulasi karotenoid pada beberapa mikroalga termasuk pada
Chlorella vulgaris. Ketika kandungan nitrogen pada kultur menurun maka
mikroalga tersebut dalam keadaan stress. Ketika mikroalga berada pada kondisi
kekurangan nutrien, mikroalga akan mengubah penggunaan karbon dari proses
pertumbuhan. Karbon tersebut diubah menjadi cadangan energi dalam bentuk lipid
yang berbanding lurus dengan pembentukan karotenoid. Konsentrasi nitrogen dan
intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan kandungan
lipid mikroalga. Pada kondisi konsentrasi nitrogen yang rendah mikroalga akan
membentuk lipid sebagai cadangan makanan (Becker, 1994). Hal tersebut yang
mungkin menjadi penyebab kandungan karotenoid meningkat pada akhir fase
pertumbuhan dibandingkan awal fase pertumbuhan.
Dalam perhitungan kadar klorofil, aseton ditambahkan sebagai pelarut
karena dapat melarutkan klorofil a dan klorofil b sekaligus (Dwidjoseputro, 1994).
Selain itu aseton juga menghentikan proses metabolisme sehingga saat didiamkan
dalam freezer selama beberapa hari tidak terbentuk metabolit tambahan. Enzim
klorofilase dapat menghidrolisis gugus fitol dari klorofil sehingga terlepas
membentuk klorofilid. Penghilangan gugus fitol dari klorofil akan menghasilkan
molekul klorofilid yang bersifat polar dan larut dalam air sehingga banyaknya
klorofil yang larut air dapat dilihat dari besarnya absorbansi lapisan aseton
(Prangdimurti, 2007).

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan spesifik (𝜇) untuk berat basah, berat kering, dan jumlah
sel Chlorella vulgaris masing-masing sebesar 0,1192 hari-1, 0,1897 hari-1,
dan 0,1128 hari-1.
2. Doubling time untuk berat basah, berat kering, dan jumlah sel Chlorella
vulgaris masing-masing sebesar 5,8163 hari, 3,6593 hari, dan 5,6445 hari.
3. Yield biomassa berdasarkan substrat nitrat untuk berat basah, berat kering,
dan jumlah sel Chlorella vulgaris masing-masing sebesar -0,1064 g
biomassa/g nitrat, -2,7314 g biomassa/g nitrat, -1,0536 sel/g nitrat.
4. Yield produk berdasarkan substrat nitrat untuk klorofil a, klorofil b, dan
karotenoid Chlorella vulgaris masing-masing sebesar -0,0792 x 10-3 g
produk/g nitrat, 0,0975 x 10-3 g produk/g nitrat dan -0,0144 x 10-3 g
produk/g nitrat.
4.2 Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Pengukuran yield dilakukan saat biomassa sedang dalam fase stasioner
yakni pada saat biomassa dihasilkan paling tinggi.
2. Pengeringan untuk mendapatkan berat kering harus dilakukan perlakuan
yang sama agar tidak mempengaruhi data.

12
DAFTAR PUSTAKA

Becker. (1994). Microalgae Biotechnology and Microbiology. London: Cambridge


University Press.
Campo, J.A.D., Fernandez, J.M., Rodriguez, H., & Guerrero, M.G. (2000).
Carotenoid Content of Chlorophycean Microalgae: Factors Determining
Lutein Accumulation in Muriellopsis sp. (Chlorophyta). Journal of
Biotechnology, 76 (1).51-59.
Chattopadhyay, S., Srivastava A. K., Bhojwani S. S., & Bisaria V. S. (2002).
Production of Podophyllotoxin by Plant Cell Cultures of Podophyllant
Hexandrum in Bioreactor, Journal Biosci. Bioengeneering. 93 (2). 215–
220.
Danquah, Gladman, Moheimani, & Forde. (2009). Dewatering of
Microalgaeculture for Biodiesel Production : Exploring Polymer
Flocculation and Tangention Flow Filtration. Journal of Chemical
Technology and Biotechnology, 84 (7). 1078-1083.
Grootwassink, J. W. D., & Gaucher, G. M. (1980). De Novo Biosynthesis of
Secondary Metabolism Enzymes in Homogenous Cultures of Penicillium
unticae. Journal of Bacteriology, 141(2). 443-455.
Kawaroe, M., Prartono, T., Sunuddin, A., Sari, D. W., & Augustine, D. (2009). Laju
Pertumbuhan Spesifik Chlorella Sp. Dan Dunaliella Sp. Berdasarkan
Perbedaan Nutrien dan Fotoperiode. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia, 16 (1). 73-77.
Liang, F., Wen, X., Geng, Y., & Li, Y. (2013). Growth Rate and Biomass
Productivity of Chlorella as Affected by Culture Depth and Cell Density in
an Open Circular Photobioreactor. Journal of Microbiology and
Biotechnology, 23 (4).539-544.
Shuler, M. L. & Kargi, F. (2002). Bioprocess Engineering: Basic Concepts Second
Edition. Upper Saddle River: Prentice Hall PTR.

13
Siron, R., Giusti, G. & Berland, B. (1989). Changes in The Fatty Acid Composition
of Phaeodactylum Tricornutum and Dunaliella Tertiolecta during Growth
and Under Phosphorus Deficiency. Marine Ecology Journal, 55 (3). 95-100.
Sutomo. (2005). Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan
Dunaliella gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal terhadap Pertumbuhan
C. gracilis di laboratorium. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia, 37
(3). 43-58.
Uzir, M. H., & Mat Don, M. (2007). Biochemical engineering a concise
introduction . Kuala Lumpur: Penang Universiti Sains Malaysia.

14
LAMPIRAN

15
Lampiran A Cara Pengolahan Data

A.1 Pengolahan Data Biomassa Kultur Chlorella vulgaris


Tabel A.1 Berat basah dan berat kering
Faktor Penguapan
Waktu Berat Basah Berat Kering
(Hari) Rata- Rata Rata-Rata Berat Basah Berat Kering

T0 0,1608 0,0082 0,0659 0,0034


T3,5 0,1437 0,0100 0,0589 0,0041
T7 0,1322 0,0052 0,0542 0,0021
T10,5 0,1828 0,0075 0,0749 0,0031
T14 0,1248 -0,0198 0,1248 -0,0198
T17,5 0,1445 0,0117 0,1445 0,0117
T21 0,1326 0,0063 0,1326 0,0063
T24,5 0,1118 0,0285 0,1118 0,0285
T28 0,0647 -0,0274 0,0647 -0,0274
Laju Pertumbuhan Spesifik (𝜇) :
𝑋
ln 𝑋ₒ
𝜇= A.1
𝑡
𝜇 = 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )
𝑋 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑋ₒ = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (ℎ𝑎𝑟𝑖)

Berat Basah :
0.1248
ln
𝜇= 0.0542 = 0.1192 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )
7
Berat Kering :
0.0117
ln 0.0031
𝜇= = 0. 1897 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )
7

16
Doubling Time :
ln 2
𝑑𝑡 = A.2
𝜇
𝑑𝑡 = 𝐷𝑜𝑢𝑏𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 (ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝜇 = 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )

Berat Basah :
ln 2
𝑑𝑡 = = 5.8163 (ℎ𝑎𝑟𝑖)
0.1192
Berat Kering :
ln 2
𝑑𝑡 = = 3.6539 (ℎ𝑎𝑟𝑖)
0.1897

Tabel A.2 Jumlah sel Chlorella vulgaris


Jumlah sel (106) (unit)
Waktu (Hari) Optical Density Pengenceran
1.337
T0 1,7344 1x
1.938
T3,5 0,7845 5x
3.056
T7 1,0082 5x
4.855
T10,5 1,368 5x
2.338
T14 0,8645 5x
1.198
T17,5 0,6365 5x
1.307
T21 0,5277 10x
1.573
T24,5 0,5543 10x
149
T28 0,4119 10x
Laju Pertumbuhan Spesifik Jumlah Sel :

4.855 𝑥 106
ln
𝜇= 1.337 𝑥 106 = 0.1228 (ℎ𝑎𝑟𝑖 −1 )
10.5

17
Doubling Time Jumlah Sel :

ln 2
𝑑𝑡 = = 5.6445 (ℎ𝑎𝑟𝑖)
0.1228

A.2 Pengolahan Data Metabolit Sekunder Kultur Chlorella vulgaris


Tabel A.3 Metabolit sekunder klorofil a, klorofil b , dan karatenoid
Waktu Metabolit Sekunder
(Hari) Klorofil a Klorofil b Karotenoid
T0 1,1934 0,9313 -0,1168
T3,5 0,9774 1,0772 -0,1669
T7 0,7849 1,1376 -0,3139
T10,5 1,5489 1,8473 -0,1406
T14 1,6359 3,3672 -0,4303
T17,5 1,1270 1,7365 -0,0187
T21 2,1803 2,2702 0,2479
T24,5 0,8693 0,7803 0,1835
T28 0,5681 1,7012 -0,2305

𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑎 = (12,21 𝑥 𝐴₆₆₃) − (2,81 𝑥 𝐴₆₄₇) A.3

𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑎 = (12,21 𝑥 𝐴₆₆₃) − (2,81 𝑥 𝐴₆₄₇)


𝑚𝑔
= (12,21 𝑥 0.1150) − (2,81 𝑥 0,0750) = 1,1934 ( 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)
𝑚3

𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑏 = (20,13 𝑥 𝐴₆₄₇) − (5.03 𝑥 𝐴₆₆₃) A.4

𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑏 = (20.13 𝑥 𝐴₆₄₇) − (5.03 𝑥 𝐴₆₆₃)


𝑚𝑔
= (20.13 𝑥 0.0750) − (5.03 𝑥 0.1150) = 0.9313 ( 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)
𝑚3

(1000 𝑥 𝐴₄₇₀) − (3.27 𝑥 𝐶𝑎) − (104 𝑥 𝐶𝑏)


𝐾𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛𝑜𝑖𝑑 = A.5
229

18
(1000 𝑥 𝐴₄₇₀) − (3.27 𝑥 𝐶𝑎) − (104 𝑥 𝐶𝑏)
𝐾𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛𝑜𝑖𝑑 =
229
(1000 𝑥 0.0740) − (3.27 𝑥 1.1934) − (104 𝑥 0.9313)
=
229
𝑚𝑔
= − 0.1168 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)
𝑚

A.3 Pengolahan Data Konsentrasi Nitrat Kultur Chlorella vulgaris


Tabel A.4 Metabolit sekunder klorofil a, klorofil b dan karatenoid

Waktu Konsentrasi
(Hari)
220 nm 275 nm Konsentrasi (220 – 275)
T0 8,5744 -0,0481 8,6225

T3,5 7,1078 0,1837 6,9242

T7 10,7347 1,0930 9,6417

T10,5 10,2274 1,1971 9,0303

T14 -10,5836 -46,0311 35,4475

T17,5 -24,4108 -46,7158 22,3050

T21 -42,8248 -47,6899 4,8651

T24,5 -42,9027 -12,9271 -29,9756

T28 -43,0196 -43,7488 0,7292

Perolehan Biomassa (Yield) :


− ∆𝑋 A.6
𝑌 (𝑥/𝑠) =
∆𝑆
𝑌 (𝑥/𝑠) = 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎/ 𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
∆𝑋 = 𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
∆𝑆 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑝𝑝𝑚)

19
Berat Basah :
− ∆𝑋 (0.0647 − 0.0659) 𝑔
𝑌 (𝑥/𝑠) = = − = − 1.520 𝑥 10ˉ4 ( )
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225) 𝑝𝑝𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= −0.1064
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
Berat Kering :
− ∆𝑋 (−0.0274 − 0.0034) 𝑔
𝑌 (𝑥/𝑠) = = − = −3.9020 𝑥 10−3 ( )
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225) 𝑝𝑝𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= −2.7314
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
Jumlah Sel :
− ∆𝑋 (149 𝑥 106 − 1337 𝑥 106 ) 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑌 (𝑥/𝑠) = = − = −150.5073 𝑥 106 ( )
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225) 𝑝𝑝𝑚
𝑠𝑒𝑙
= −1.0536 𝑥 1011
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡

𝐶 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡 = 𝐶 𝜆₂₂₀ − 𝐶 𝜆₂₇₅


𝐶 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡 (𝑝𝑝𝑚)
𝐶 𝜆₂₂₀ = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝜆₂₂₀ (𝑝𝑝𝑚)
𝐶 𝜆₂₇₅ = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝜆₂₇₅ (𝑝𝑝𝑚)
Konsentrasi Nitrat :
𝐶 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡 = 𝐶 𝜆220 − 𝐶 𝜆275 = 8.5744 − (−0.0481) = 8.6225 (𝑝𝑝𝑚)

Perhitungan Produk :
− ∆𝑃
𝑌 (𝑝/𝑠) = A.7
∆𝑆
𝑌 (𝑝/𝑠) = 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘/ 𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
𝑚𝑔
∆𝑃 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)
𝑚
∆𝑆 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑝𝑝𝑚)

Klorofil a :

20
− ∆𝑃 (0.5681 − 1.1934)
𝑌 (𝑝/𝑠) = = −
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225)
𝑚𝑔
= −0.0792 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘/ 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= −0.0792 𝑥 10−3
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡

Klorofil b :
− ∆𝑃 (1.7012 − 0.9313)
𝑌 (𝑝/𝑠) = =−
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225)
𝑚𝑔
= 0.0975 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘/ 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= 0.0975 𝑥 10−3
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡
Karotenoid :
− ∆𝑃 (−0.2305 − (−0.1168))
𝑌 (𝑝/𝑠) = =−
∆𝑆 (0.7292 − 8.6225)
𝑚𝑔
= −0.0144 ( 3 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘/ 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡)
𝑚
𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
= −0.0144𝑥 10−3
𝑔 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡

21
Lampiran B Data Mentah
B.1 Data Mentah Biomassa Kultur Chlorella vulgaris
Tabel B.1 Berat basah dan berat kering kultur Chlorella vulgaris

Berat Falcon Berat Basah Berat Kering


Waktu (Hari)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
T0 6,5150 6,5150 6,5150 6,5150 6,6758 6,6758 6,6758 6,6758 6,5232 6,5232 6,5232 6,5232
T3,5 6,5227 65227 6,4626 6,4384 6,6631 6,5947 6,6279 6,6426 6,5317 6,4759 6,4927 6,4936
T7 6,5368 6,4984 6,4982 6,4870 6,6594 6,6332 6,6254 6,6426 6,5120 6,5007 6,4758 6,5639
T10,5 6,5096 6,5091 6,4885 6,5106 6,7113 6,6459 6,7498 6,6276 6,5179 6,4984 6,5133 6,5039
T14 6,5471 6,5547 6,5296 6,5721 6,6952 6,6400 6,6906 6,6580 6,5315 6,5085 6,5500 6,5155
T17,5 6,5199 6,4846 6,5060 6,4581 6,5492 6,6309 6,7535 6,6415 6,5183 6,5020 6,5532 6,4705
T21 6,4593 6,5105 6,4979 6,491 6,5959 6,5933 6,6376 6,6790 6,5102 6,5003 6,4944 6,4958
T24,5 6,5158 6,4979 6,5854 6,4912 6,6130 6,5677 6,7650 6,5917 6,5394 6,5210 6,6315 6,5125
T28 6,5160 6,5990 6,5189 6,5887 6,6072 6,6404 6,6598 6,5742 6,5222 6,5575 6,5452 6,4881

Tabel B.2 Optical density kultur Chlorella vulgaris


Waktu Optical Density Pengenceran pH
T0 1,7344 1x 6.87
T3,5 0,7845 5x 7.75
T7 1,0082 5x 8.16
(Dilanjutkan)

22
(Lanjutan)
Waktu Optical Density Pengenceran pH
T10,5 1,3680 5x 8.21
T14 0,8645 5x 7.83
T17,5 0,6365 5x 8.52
T21 0,5277 10x 8.47
T24,5 0,5543 10x 8.52
T28 0,4119 10x 8.39

Tabel B.3 Jumlah sel kultur Chlorella vulgaris

Kelompok Rataan Jumlah per W Faktor Pengenceran (x) Volume mikroalga (mL) Jumlah Sel (sel/mL)

463.75 20 500 4.64E+06


1
248.75 30 500 2.49E+06
481.25 20 500 4.81E+06
2
562.25 30 500 5.62E+06
426.25 70 500 4.26E+06
3
289.25 80 500 2.89E+06
188 50 500 1.88E+06
4
104.5 60 500 1.05E+06
5 619.75 20 500 6.20E+06

23
347 30 500 3.47E+06
(Dilanjutkan)
(Lanjutan)
100.75 70 500 1.01E+06
6
84 80 500 8.40E+05
185 70 500 1.85E+06
7
212 80 500 2.12E+06
81.5 90 500 8.15E+05
8
57 100 500 5.70E+05

B.2 Data Mentah Metabolit Sekunder


Tabel B.4 Absorbansi pada panjang gelombang 470 nm, 647 nm dan 663 nm
Absorbansi pada
Waktu
470 nm 647 nm 663 nm
T0 0,0740 0,0750 0,1150
T3,5 0,0770 0,0780 0,0980
T7 0,0490 0,0770 0,0820
T10,5 0,1650 0,1310 0,1570
T14 0,2570 0,2130 0,1830
T17,5 0,1800 0,1160 0,1190
T21 0,3000 0,1670 0,2170
T24,5 0,1260 0,0600 0,0850
T28 0,1260 0,1020 0,0700

24
B.3 Data Mentah Konsentrasi Nitrat
Tabel B.5 Absorbansi nitrat pada panjang gelombang

Waktu Faktor Absorbansi 220 nm Absorbansi 275 nm


(Hari) pengenceran
1 2 3 1 2 3
T0 1x 2,8300 2,9300 2,8400 0,2780 0,2940 0,2830
T3,5 1x 3,3754 3,3754 0,5319 0,0000 0,5249 0,5383
T7 1x 3,2921 3,4736 3,7748 0,5410 0,5930 0,7460
T10,5 1x 3,3616 3,3616 3,3616 0,6373 0,6863 0,6499
T14 50x 0,2202 0,2499 0,2380 0,0262 0,0269 0,0182
T17,5 50x 0,1370 0,1425 0,1802 0,0172 0,0137 0,0281
T21 50x 0,0780 0,0297 0,0212 0,0052 0,0162 0,0201
T24,5 50x 0,0483 0,0415 0,0377 0,2440 0,2220 0,2000
T28 50x 0,0425 0,0471 0,0358 0,0397 0,0330 0,0396

25
26

Anda mungkin juga menyukai