Anda di halaman 1dari 73

EKSISTENSI MANUSIA DI ERA DIGITAL

PERSPEKTIF FILSAFAT EKSISTENSIALISME


GABRIEL MARCEL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu Filsafat Islam (S.Ag)

Disusun Oleh:

Romie Setiawan
NIM. 13510043

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
EKSISTENSI MANUSIA DI ERA DIGITAL
PERSPEKTIF FILSAFAT EKSISTENSIALISME
GABRIEL MARCEL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu Filsafat Islam (S.Ag)

Disusun Oleh:

Romie Setiawan
NIM. 13510043

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 512156 Fax. (0274) 512156 Yogyakarta 55281

PENGESAHAN TUGAS AKHIR


Nomor : B-1600/Un.02/DU/PP.00.9/12/2020

Tugas Akhir dengan judul :EKSISTENSI MANUSIA DI ERA DIGITAL


PERSPEKTIF FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL
MARCEL
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : ROMIE SETIAWAN
Nomor Induk Mahasiswa : 13510043
Telah diujikan pada : Selasa, 08 Desember 2020
Nilai ujian Tugas Akhir : B+
dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta

TIM UJIAN TUGAS AKHIR

Ketua Sidang/Penguji I

Novian Widiadharma, S.Fil., M.Hum.


SIGNED

Valid ID: 5fdaebd09ca7b

Penguji II0 Penguji II


Dr. Muhammad Taufik, S.Ag., M.A0Dr. Mutiullah, S.Fil.I.
M.Hum.
SIGNED SIGNED

Valid ID: 5feae609910cb Valid ID: 5fe964cf6d32c


0
Yogyakarta,
0 08 Desember 2020
UIN Sunan Kalijaga
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
0
0
Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., M.A.
SIGNED
Valid ID: 5fec09859b29d

v
HALAMAN MOTTO

ِ َ‫ور ُج ٌل آت َاهُ هللاُ الحِ ْك َمةَ فَ ُه َو ي‬


‫قضي بِها َو يُعَ ِل ُّمها‬ َ َّ ‫سل‬
َ ، ‫طهُ عَلى هَلَكتِ ِه في ال َح َّق‬ َ ‫سدَ إالَّ في اثنَتَي ِْن‬
َ ‫ر ُج ٌل آت َاه هللاُ َماالً ف‬، َ ‫ال َح‬

"Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap)


seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di
jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia
mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain".
Muttafaqun 'alaih (HR Bukhari dan Muslim)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Saya Persembahkan Untuk : Kedua Orang Tua Dan Saudara/I

Serta

Untuk Mu Dan Untuk Kalian

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam semesta. Allah yang Jalal

sekaligus Jamal hingga tampak wajah-Nya yang Kamal. Salawat dan salam penulis

haturkan kepada Nabi Muhammad Saw. Karena cahayanya yang menyinari setiap

makhluk tak terkecuali penulis.

Karya skripsi ini hampir tidak dapat dikatakan buah kerja keras dan doa

ataupun sebuah masterpiece untuk tugas akhir kuliah dan pengisi rak perpustakaan

kampus. Penulis melihat bahwa skripsi ini hanyalah sebuah “jalan” yang harus

dilampaui karena dialektika suluk penulis menuju hadirat-Nya harus terus berlanjut.

Tentunya penulis patut bersyukur atas bimbingan dan arahan dari beberapa

orang yang penulis rasa perlu memperoleh sekedar ucapan terima kasih dari

penulis. Penulis sangat berterimakasih dan akan senantiasa mendoakan mereka:

1. Terima kasih kepada bapak saya Abdulrahman dan ibu saya Nurhayati yang

telah menjadi orang tau terbaik, yang telah memberikan petuah, bimbingan,

doa dan semangat kepada penulis. Terima kasih juga kepada saudara/I

berserta semua keluargaku baik dari keluarga bapak maupun ibu, berkat

doa-doa kalian semua hidupku menjadi berwarna. Aku persembahkan ini

semua untuk kalian.

2. Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A. selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

viii
3. Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.A., M.Hum selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga.

4. Muhammad Fatkhan, S.Ag., M.Hum. selaku ketua program studi Aqidah

dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan

Kalijaga.

5. Terima kasih kepada Bapak Drs. Muzairi, M.A. dan Ibu Fatimah, M.A.,

Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang memberikan

arahan, bimbingan selama saya masuk kuliah dan sampai akhir penyelesaian

skripsi ini.

6. Terima kasih kepada Bapak Novian Widiadharma, S. Fil. M. Hum. selaku

Dosen Pembimbing Skripsi (DPS), yang telah memberikan arahan dan

masukan dalam proses penyelesaian skripsi, semoga kerja keras beliau

menjadi amalan di surga nanti. Amin.

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan yang telah membagi ilmunya untuk

penulis selama kuliah di UIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam.

8. Segenap karyawan yang telah membantu terhadap kelancaran proses belajar

mengajar di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.

Khusunya Bapak Sukandri selaku TU yang membantu dalam proses

administrasi awal sampai akhir pembuatan skripsi.

9. Terima kasih kepada teman-teman Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

Angkatan 2013 yang telah menemani sepak terjang penulis di bangku

kuliah.

ix
10. Terima kasih kepada kawan-kawan Sanggar Teater Gendhing, Study Club

Forsmad, Komasyah Dan Semud, kawan-kawan KAM UIN, kawan-kawan

RODE 610. Kalian membuat hidupku menjadi berwarna dan menjadikan

penulis terdidik, terpimpin dan terorganisir sehingga penulis sedikit banyak

dapat menanamkan nilai-nilai sutruktural kerakyatan dalam diri penulis.

Penulis memohon maaf, karena belum bisa membalas semua kebaikan-

kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah Swt. menerima semua

amal kebaikan dan membalasnya dengan balasan yang lebih, serta ditulis sebagai

amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir.

Penulis berharap, semoga karya sederhana ini bias memberikan manfaat

untuk penulis khususnya dan untuk semua pembaca pada umumnya. Amin.

Yogyakarta, 8 Desember 2020

Romie Setiawan

x
ABSTRAK

Kemunculan teknologi digital pada kehidupan manusia modern ini cukup


berpengaruh signifikan terhadap eksistensi manusia secara individu dan sosial. Dalam
penelitian ini penulis hendak menjelaskan perubahan yang terjadi pada manusia secara
individu dan sosial. Pengaruh dari teknologi digital terhadap eksistensi manusia menurut
filsafat eksistensialisme Gabriel Marcel yaitu manusia sebagai subjek dan hubungan yang
bersifat intersubjektivitas. Berdasarkan cinta untuk mencapai ada yaitu engkau yang
absolute.

Dalam penelitian ini penulis menggunaka metode penelitian kualitatif yaitu jenis
penelitian kepustakaan (library research). Bersumber pada data literer, yaitu buku, jurnal
serta karya ilmiah. Dengan teknik pengumpulan data Peneliti secara langsung terjun dalam
melakukan penelitian, peneliti sebagai key instrument. Data yang sudah terkumpul
dianalisis secara kualitatif, dengan mendeskripsikan, membahas dan memberikan
interpretasi dan melakukan studi analisis filosofis mengenai eksistensi dan teknologi
digital.

Dari hasil penelitian ini perubahan manusia di era digital ditandai dengan,
munculnya identitas digital sebagai individu yang bersifat virtual. Menjadikan konsep
tentang diri dan identitas tanpa makna karena ldentitas digital dapat diciptakan secara tak
terbatas. Selain itu, munculnya media sosial sebagai ruang sosial berbasis digital
mengakibatkan halusinasi sosial. Menjadikan manusia terpisah dengan lingkungan sosial
disekitar. Aktivitas media sosial menyebabkan mereka terjebak dalam pencitraan di dunia
virtual, baik dalam menciptakan citranya sendiri dan orang lain. Pengaruh dari munculnya
identitas digital. Mengakibatkan keterasingan diri secara eksistensial, terasing dengan
dunia nyata dan menghilangkan peranan tubuh sebagai wujud yang merasakan, sehingga
terpisah dari akar eksistensinya. Menurut Marcel manusia sebagai subjek merupakan
manusia yang bereksistensi, berperasaan, berpikir, dan terbuka pada yang lain.
Kemunculan media sosial, menjadikan proses interaksi antara manusia berpotensi besar
pada pemalsuan identitas diri, dan memandang orang lain hanya sebagai pusat informasi,
bukan sebagai subjek tapi objek. Marcel menyebutnya hubungan lui, hubungan yang
menjauhkan manusia dari kepenuhan eksistensi untuk mencapai ada. Dengan melakukan
tahap-tahap dalam partisipasi yaitu mengagumi, melakukan refleksi pertama dan kedua,
dan mengekplorasi kehidupan. Hubungan lui akan berubah menjadi hubungan
intersubyektivitas yang dilandasi cinta dan kehadiran antara manusia. Sehingga dapat
melahirkan harapan dan kepercayaan pada diri manusia secara personal pada ada yaitu
engkau yang absolut.

Kata Kunci: Eksistensi, Digital, Intersubjektivitas.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR .................................. iii


SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR ..................... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR .................................... v


HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii


KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 12
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .................................................................. 12
1. Tujuan Penelitian .................................................................................... 13
2. Kegunaan Penelitian ................................................................................13
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 13
E. Kerangka Teori ........................................................................................... 21
F. Metode Penelitian........................................................................................ 24
1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 24
2. Sumber Data ........................................................................................... 25
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 26
4. Teknik Pengolahan Data ......................................................................... 27
E. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 28
BAB II PEMIKIRAN EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL ................. 30

A. Biografi Gabriel Marcel .............................................................................. 30


B. Pemikiran Gabriel Marcel Tentang Ekisitensi ............................................ 33
C. Manusia Sebagai Subjek ............................................................................. 39
D. Manusia Dalam Hubungan Intersubjektifitas ............................................. 47

xii
E. Manuisa Dalam Hubungan Transenden .................................................... 54
BAB III EKSISTENSI MANUSIA DI ERA DIGITAL ...................................... 62
A. Pengertian Eksistensi Manusia .................................................................. 62
B. Pengertian Era Digital ............................................................................... 66
C. Sejarah Kemunculan Era Digital................................................................ 67
D. Perubahan Manusia Secara Persona dan Sosial Di Era Digital ................. 71
1) Perubahan Manusia Secara Persona Atau Individu
Dengan Kemunculan Identitas Digital.................................................... 73
2) Perubahan Manusia Secara Sosial Dengan
Kemunculan Media Sosial ……………………………………………. 83
BAB IV IDENTITAS DIGITAL DAN MEDIA
SOSIAL MENURUT FILSAFAT GABRIEL MARCEL ................................... 92

A. Identitas Digital Dalam Pandang Manusia


Sebagai Subjek Menurut Gabrial Marcel .................................................. 92
B. Beralihnya Interaksi Sosial Ke Media
Sosial Di Tinjau Dari Intersubjektivitas .................................................. 104
C. Cinta Dan Harapan Pada Era Digital
Menurut Pemikiran Gabriel Marcel ……………………………………..115
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 121
A. Kesimpulan .................................................................................................... 121

1. Perubahan Pada Manusia Secara Individu


Dan Sosial Di Era Digital ........................................................................ 121
a. Munculnya Identitas Digital Sebagai Individu .................................... 121
b. Munculnya Media Sosial Sebagai Ruang Sosial Digital ..................... 124
2. Eksistensi Manusia Pada Era Digital Menurut Filsafat Eksistensialisme
Gabriel Marcel ......................................................................................... 127
a. Pengaruh Kemunculan Identitas Digital Pada
Eksistensi Manusia Sebagai Subjek....................................................... 127
b. Hubungan Intersubjektivitas Manusia Dalam Media Sosial ................. 133
c. Cinta Dan Kepercayaan Di Era Digital ................................................. 138
B. Saran ............................................................................................................... 145

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 147


CURICULUM VITAE ........................................................................................ 151

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di abad ke-21 sekarang kemajuan telah banyak membawa kemudahan

untuk manusia dalam melangsungkan kehidupan. Hal ini tidak dapat dipungkiri

dengan di temukanya teknologi-teknologi canggih, sebuah hasil dari ilmu

pengetahuan. Di balik kemajuan serta kemudahan sekarang ini, terdapat beberapa

catatan sejarah yang tidak bisa dilupakan. Peristiwa perang dunia pertama dan

kedua misalkan, merupakan tragedi dunia, sebuah hasil kemajuan ilmu dan

teknologi yang tidak dapat dihindari. Ini merupakan suatu peristiwa yang akan terus

membayangi kehidupan manusia di abad-21 sekarang ini, karena dalam kehidupan

masa kini tidak lepas dari peristiwa masa lalu. Peristiwa tersebut telah melahirkan

pengalaman-pengalama yang bersifat eksistensial pada diri manusia. Pengalaman

eksistesial dari peristawa seperti perang dunia yang pernah terjadi sedit banyak

telah mempengaruhi manusia modern.

Manusia modern merupakan manusia yang sebagian besar kehidupannya

sangat tergantung dengan teknologi. Segala bentuk aktivitas di era-modern tidak

lepas dari peranan teknologi yang mempermudah aktivitas keseharian manusia.

Terlebih lagi semenjak munculnya teknologi digital suatu teknologi yang tidak lagi

menggunakan tenaga manusia secara manual, tetapi lebih pada sistem


2

pengoperasian otomatis dengan sistem komputerisasi. Teknologi digital yang setiap

hari terus di kembangkan telah menciptakan ruang baru yaitu ruang maya yang

sangat berdampak pada kehidupan manusia terutama dalam kehidupan sosial.

Dalam kehidupa sosial sekarang, interaksi secara langsung sudah bisa ditanggalkan

dan digantikan dengan pola komunikasi serta interaksi melalui ruang maya.

Sehingga jarak dan waktu tidak lagi menjadi hambatan dalam melakukan interaksi

sosial. Dengan pola serta interaksi sosial baru semacam ini tidak bisa dipungkiri

telah merubah kehidupan sosial. Kehidupan manusia di zaman modern telah

menghilangkan dimensi-dimensi subtantif dalam diri manusia dikarenakan

kehadiran mereka tersubordinasikan ke dalam mesin-mesin industri, manusia di

zaman modern ini kata Van Cleve Morris tak lebih dari sekedar sekrup industri1.

Dalam jurnal Yasraf Amir Pilliang tentang “masyarakat informasi dan

digital” menjelaskan tentang pengaruh ruang maya atau cyberspace terhadap

kehidupan sosial pada tiga tingkat, yaitu pada tingkat individu, antar individu, dan

komunitas. Pada tingkat individu menciptakan secara artifirsial konsep tentang diri

dan identitas, yang membuat matinya identitas. Kedua pada tingkat interaksi antar

individu, telah mampu menciptakan relasi sosial yang bersifat virtual yang

membuat interaksi sosial yang dilakukan tidak di dalam sebuah teritorial nyata akan

tetapi dalam halusinasi teritorial. Dengan kata lain ruang image yang direkayasa

secara artifisial, suatu ruang yang paling terbuka terhadap penipuan, pemalsuan dan

simulasi realitas. Ketiga pada tingkat komunitas menciptakan komunitas imaginer

1
Bayraktar Bayrakli, Filsafat Eksistensialisme: Perspektif Tasawuf Dan Filsafat Mengatasi
Problema Eksistensi Manusia Jalaluddin Rumi Sampai Filsofof Kontemporer (Jakarta: Perennial
Press, 1996), hlm. 3.
3

suatu komunitas yang berbentuk wujud berupa citraan grafis di dalam sistem

komputer, sehingga dalam komunitas ini lemahnya pengaturan dan kontrol

terhadap orang yang terlibat di dalamnya. 2

Pengaruh teknologi digital terhadap manusia secara individu telah

menciptakan diri dan identitas baru yaitu wujud digital atau seperti yang dikatakan

oleh yasraf identitas maya. Dengan menciptakan identitas diri dalam ruang maya

maka, terjadi peralihan eksistensi yang cukup signifikan dalam kehidupan konkrit

atau nyata. Dikarenakan diri dan identitas manusia sebagai seorang individu telah

terbagi menjadi bagian yang tidak utuh sebagai individu. Proses pembentukan diri

dan identitas dalam ruang maya ini, memang cukup bisa mewakili diri dan identitas

pembuat akan tetapi tetap tidak bisa utuh. Karena, manusia menjadi pribadi atau

individu dikarenakan manusia memiliki jiwa dan badan yang bersatu, ia adalah jiwa

yang berbadan atau badan yang berjiwa 3.

Eksistensi manusia di dalam kehidupa konkrit yang memiliki jiwa dan

tubuh. Tidak dapat disederhanakan dengan identitas buatan yang terwujud dalam

dunia digital. Digantikannya manusia sebagai individu nyata dengan avatar sebagai

sebuah representasi diri dan identitas manusia di dalam dunia virtual4. Menjadikan

manusia sebagai individu hanya bersifat objektif, dikarenakan diri dan identitas

2
Yasraf Amir Piliang. “Masyarakat Informasi Dan Digital: Tekologi Informasi Dan Perubahan
Social”, Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desmber 2012, hlm.
3
Kasdin Sitohang, Filsafat Manusia: Upaya Mebangkitkan Humanisme (Yogyakarta: Kanisius,
2009), hlm. 35.
4
Hatmi Prawita Achsa Dan M. Arif Affandi, “Representasi Diri Dan Identitas Virtual Pelaku
Roleplay Dalam Dunia Maya”, jurnal Paradigma, Volume 03, Tahun 2015, hlm. 6.
4

manusia yang termanifestasikan dalam ruang maya terbatas dalam sistem

komputerisasi yang sudah diprogram sedemikian pasti.

Pengaruh teknologi digital dalam kehidupan sosial telah menciptakan

ketergantungan terhadap media sosial. Media sosial menjadi ruang baru dalam

melakukan interaksi sosial, interaksi yang bersifat tradisional telah beralih pada

interaksi berbasis digital. Hubungan antara manusia satu dengan yang lain tidak lagi

dilakukan dengan pertemuan manusia konkrit. Melainkan pertemuan atau

perjumpaan sebagai avatar atau manusia yang dapat menciptakan berbagai

indentitas diri, yang bisa berubah-ubah di media sosial. Bahanya lagi ketika, avatar

telah menjadi identitas untuk mengindetifikasi pribadi seseorang. Identitas Seorang

manusia yang tidak memiliki karakter serta terpisah dari realitas kehidupan manusia

nyata yang memiliki jiwa dan badan.

Pribadi manusia yang memiliki suara hati dan perasaan mulai dikaburkan

oleh bentuk hubungan interaksi dunia maya yang hanya melihat citraan manusia.

Dimana eksistensinya sebagai manusia di wujudkan dalam realitas artifirsial

melalui sistem komputerisasi berupa data yang menghilangkan elemen-elemen

dasar dalam dirinya. Mewujudnya eksistensi manusia kedalam sistem komputer.

Menjadikan hubungan antara manusia satu-sama lain sebagai, hubungan manusia

citraan bukan sebagai diri yang personal. Hal demikian membuat manusia

kehilangan keunikanya sebagai individu dan persona, suatu nilai yang

menjadikannya sebagai manusia (subjek) bukan benda (objek).


5

Menurut Muhammad Iqbal individualitas ataupun diri bukanlah sesuatu

datum, bukan sesuatu hal, melainkan lebih merupakan hasil yang dicapai memaluli

jeri payah yang bermunculan dari lingkungan luar. Maupun terhadap berbagai

bentuk kecenderungan pengahancuran diri yang tersembunyi dibalik diri insani itu

sendiri. Proses saling memberi dan menerima, saling mempengaruhi antara individu

dan lingkungannya yang beranekaragam dengan mengadakan hubungan yang

intensif dan bermanfaat dengan kenyataan sekitarnya sebanyak mungkin maka

secara otomatis individu dapat memperoleh dan meningkatkan kekayaan batin serta

keberadaan insaninya. Tanpa lingkunagan kebudayaanya, individu itu lemah dan

tak berdaya, kekuatannya habis tersia-sia dan tujuan hidupnya sempit, tak tentu arah

serta buram mengaburkan. Sekiranya seorang insan tidak lagi menghayati dorongan

batin untuk melanjutkan hidupnya, semangatnya akan membeku membatu, dan

martabatnya akan menurun ke tahapan bendawi yang mati5.

Beralihnya aktivitas-aktivitas manusia kedalam ruang maya. Menjadikan

peranan manusia sebagai subjek yang memiliki akal budi dan kebebasan untuk

menggunakan teknologi tersebut mendapat tantangan. Sebuah tantangan dimana

manusia harus bisa menemukan kembali jati dirinya sebagai individu dan persona

yang membedakanya dengan makhluk infrahuman6.

Kehidupan sosial dalam ruang digital telah mengaburkan nilai-nilai penting

yang terdapat dalam diri manusia sebagai pribadi. Karena pribadi manusia bukanlah

5
Zulkarnain, “Filsafat Khudi Mohammad Iqbal Dan Relevansinya Terhadap Masalah
Keindonesiaan Kontemporer”, Tersis Pasca Sarjana Universitas Negeri Sumatera Utara Medan,
2016, hlm 82.
6
Kasdin Sihotang, Filsafat Manusia Upaya Membangkitkan Humanisme, hlm. 32.
6

konsep abstrak, manusia adalah mahluk yang konkrit. Sifat konkrit itu terungkap

dalam enam elemen dasar yang ada dalam dirinya. Pertama, karakter merupakan

penjelmaan kehidupan pribadi yang memberikan kestabilan, kemantaban,

harmonisasi pada seseorang. Kedua, akal budi keistimewaan manusia karena akal

budi adalah dasar untuk melahirkan ide-ide dan berefleksi, untuk mencari

kebenaran dan membawa manusia sampai pada kesadaran tentang kualitas hidup.

Ketiga, kebebasan wacana kebebasan bersifat personal karena yang dapat

menentukan diri seseorang bukan orang lain melaikan dirinya sendiri sebagai

subjek pengambil keputusan. Keempat, nama merupakan perwujudan dan

pengejawantahan sekaligus menjadi identitas pribadi. Kelima, suara hati adalah

bagian hakiki dari kepribadian seseorang karena suara hati merupakan pedoman

hidup bagi setiap orang dalam mengambil keputusan untuk menentukan prilaku

baik dan buruk dalam hidupnya. Keenam, perasaan merupakan ungkapan lubuk hati

yang mendalam dari setiap pribadi7.

Muhammad Iqbal menjelaskan tentang pentingan personalitas manusia.

Menurutnya pribadi sejati adalah bukan yang menguasai benda tetapi pribadi yang

dilingkupi Tuhan kedalam khudinya sendiri. Khudi adalah ego, pribadi, atau

individualitas. Ego adalah sesuatu yang dinamis ia mengorganisir dirinya

berdasarkan waktu dan terbentuk serta didisiplinkan pengalaman diri. Watak dasar

esensial dari ego, sebagaimana konsepsi Islam adalah memimpin karena ia bergerak

dari amr (perintah) Ilahi. Artinya realitas eksistensial manusia terletak dalam sikap

7
Kasdin Sihotang, Filsafat Manusia Upaya Membangkitkat Humanisme, hlm 42-43.
7

keterpimpinan egonya dari yang Ilahi melalui pertimbangan, kehendak, tujuan dan

apresiasinya. 8

Khudi dalam arti metafisis, adalah perasaan tentang aku yang tak dapat

dilukiskan, yang merupakan dasar dan keunikan tiap individu. Dari segi etisnya,

khudi berarti mengandalkan diri, harga diri, percaya pada diri sendiri,

mempertahankan diri, bahkan menonjolkan diri apabila perlu, demi kepentingan

hidup dan kekuatan untuk tetap membela kebenaran, keadilan, kewajiban, dan

sebagainya. Secara praktis ego metafisis adalah pendukung dua hak utama yakni

untuk hak hidup dan hak untuk bebas seperti ditetapkan oleh hukum Tuhan9.

Personalitas-nyata manusia menurut Iqbal, bukanlah suatu benda melainkan

suatu tindakan. Pengalamanku hanyalah sederet dari tindakan-tindakan yang satu

sama lain saling berhubungan dan dipengaruhi, bersama dengan kesatuan tujuan

direktif. Seluruh realitas saya terletak dalam sikapku yang direktif. Kamu tidak

dapat memahami saya seperti suatu benda dalam ruang, atau sederetan pengalaman

dalam aturan temporal; kamu harus menginterpretasikan, memahami, dan

mengapresiasikan diriku dalam keputusan-keputusan saya, dalam kehendak sikap-

sikap, tujuan-tujuan, dan apsirasi-aspirasi saya. 10

Menurut Iqbal sumber kekuatan dan kekuasaan adalah realisasi diri, yakni

realisasi potensi kreativitas dan kebebasan ego. Dengan merealisasikan potensi-

potensi ego dan menerjemahkan realisasi tersebut ke dalam perbuatan, individu

8
Zulkarnain, “Filsafat Khudi Mohammad Iqbal”, hlm 46.
9
Zulkarnain, “Filsafat Khudi Mohammad Iqbal”, hlm. 69.
10
Alim Roswantoro, Tuhan Dan Kebebasan Manusia Dalam Eksistensialisme Ateistik
(Yogyakarta: Idea Press, 2008), hlm. 138.
8

akan lebih dekat dengan Tuhan. Ia tidak lebur dalam keilahiaan tetapi menyerap

sifat-sifat keilahian ke dalam diri. Ego itu bersumber pada sifat hakiki dari ruh atau

the soul, yang menurut Iqbal menjadi energi direktif atau petunjuk bagi keputusan-

keputusan tindakan. 11

Eksistensi manusia modern di tengah keberlangsungan hidup yang semakin

bergantung kepada teknologi dan beralihnya kehidupan pada dunia digital. Telah

mengubah pola hubungan antara manusia hanya dalam hubungan mempunyai dan

memandang manusia sebagai objek. Yang menjadikan eksistensi manusia sebagai

pribadi yang unik dan kongkrit atau khudi menurut Mohammad Iqbal dalam

kehidupan mulai terasingkan. Dengan mereflesikan kembali ekistensi manusia

dalam kemajuan teknologi yang semakian pesat dan cepat. Keterasingan manusia

akan dirinya sendiri sedikit banyak bisa terbebaskan.

Kehidupan manusia modern, secara tidak langsung telah menyebabkan

manusia menjadi alat dari mesin, yang pada awalnya manusia mengendalikan dan

menggunakan mesin tetapi kini ia telah menjadi alat yang dikendalikan mesin. Alat-

alat itu semula melanyani perintah dan kehendak manusia namun kini manusia ada

di bawah kendali dan kehendak alat-alat. Di mana prilaku manusia di dunia dewasa

ini telah dikendalikan oleh teknologi yang dapat mengakibatkan keberadaan

manusia melumpuhkan jiwanya sendiri, suatu dimensi yang terpenting pada

manusia yaitu batin atau kehidupan spritualitas dalam diri manusia secara

individual.

11
Alim Roswantoro, Tuhan Dan Kebebasan Manusia, hlm. 138.
9

Tujuan utama filsafat ekisistensialis adalah mengkomunikasikan apa yang

dimiliki seseorang dengan sesamanya. Komunikasi ini tidak akan terjadi

sembarangan. Sebaliknya ia haruslah dibangun oleh individu-individu yang bekerja

keras demi realisasi eksistensi batinnya secara penuh. Puncak dari kedewasaan

tidak dapat dicapai dengan komunikasi yang dibentuk oleh makna-makna dari

objek. Ia hanya dapat dihasilkan dengan komunikasi yang tulus ikhlas dengan orang

lain. Kedewasaan manusia dapat dinilai dengan kedekatannya terhadap sesama dan

Tuhannya. 12 Menurut Muhammad Iqbal bahwa ada beberapa hal yang memperkuat

khudi yaitu cinta (isyrq), faqr, semangat atau keberanian, toleransi, kasb al-halal

(usaha halal) dan bekerja jujur serta kreatif.

Pertama, cinta mempunyai daya aktif yang menjadikan individu

mempunyai daya semangat yang kuat. Jika seseorang bisa mengendalikan cinta

maka anataranya dan harapannya tiada lagi penghalang dan kesulitan. Cinta

terhadap harapan dan ideal membangkitkan kepribadian dan menampakkan

kekuatan-kekuatan yang ada di dalamnya. dan ideal seseorang muslim yang sedang

mencintainya ialah Rasullah Saw.

Kedua, faqr suatu sikap hidup yang aktif dalam menundukkan dunia materi.

Ketiga, berani berarti insan yang sadar bahwa dirinya adalah pembuat nasibnya

sendiri, sehingga ia dapat menemukan makna hidup dan pengalamannya sendiri.

Keempat, toleransi adalah sikap menghargai kepada kebenaran dan cinta akan

keinsanan serta, tidak menyetujui sikap bersitegang yang berpegang kepada

12
Bayraktar Bayrakli, Filsafat Eksistensialisme: Perspektif , hlm. 80.
10

loyalitas dan ajaran-ajaran yang sempit picik serta sektaris. Tindakan toleransi

mendukung proses pendidikan ego seorang insani menurut Iqbal prinsip dari

perbuatan yang mendukung ego ialah menghargai ego dari diri sendiri maupuan

dari orang lain.

Kelima, kasb al-halal berarti perbuatan halal, menurut Iqbal memperoleh

hal-hal atau ide-ide hanya melalui upaya sendiri yang berarti, dari usaha aktif dan

benar-benar tidak termasuk semua pikiran tentang penyangkalan diri, jadi apapun

yang menghambat perkembangan ego itu fatal bagi kehidupan. Menikmati apa yang

bukan dilakukan oleh usaha dan kerja keras diri adalah buruk bagi ego. Keenam,

berkerja jujur serta kreatif, dalam pandangan Iqbal hidup adalah kehendak kreatif

yang ia sebut sebagai soz, yang berarti kehendak kreatif yang bertujuan yaitu diri

selalu bergerak ke satu arah. Menurut Iqbal ego adalah kausalitas bebas, ia

mengambil bagian dalam kehidupan dan kebebasan ego mutlak, ego dihidupkan

oleh ketegangan interaktif dengan lingkungan yang mempertinggi kualitas diri 13.

Dari penjelasan di atas penulis mencoba untuk melihat gejala-gejala yang

muncul mengenai eksistensi manusia pada era digital dengan filsafat

eksistensialisme Gabriel Marcel (1889-1973). Marcel merupkan seorang

eksistensialis yang berasal dari Prancis. Eksistensi menurut Gabriel Marcel tidak

diartikan cara berada manusia tetapi lebih ditekankan ada secara nyata. Dalam

filsafat eksistensialisme Gabriel Marcel tedapat perbedaan antara mempunyai dan

ada, karena menurut Marcel mempunyai mengandung arti hubungan antara aku dan

13
Zulkarnain, “Filsafat Mohammad Iqbal”, hlm. 64.
11

berada di luar diriku. Kata mempunyai hanya dapat menunjukan pemilikan atau

suatu hubungan baik di dalam atau luar. Suatu bahaya timbul jika seseorang itu

hanya menekankan mempunyai ini pada pengalaman-pengalamnya. Oleh karena itu

menurut Marcel dalam hidup ini seseorang itu mengubah tekanan dari mempunyai

kepada ada melalui rasa cintakasih. 14

Bagi Marcel, ada (being) selalu berarti berpartisipasi atau ada-bersama,

sehingga ada pada dasarnya merupakan aktivitas subjek untuk dapat membuka diri

agar dapat dikenal dan mengenal subjek lain, untuk kemudian menjalin komunikasi

dan persekutuan. Setiap individu harus menghadirkan sebuah keinginan untuk

mencintai sesamanya, karena tanpa itu, pengetahuannya akan terisolasi dalam ego-

nya sendiri. Untuk membangun hubungan dan melakukan persekutuan dengan

individu lain diperlukan adanya cinta kasih. Dengan cinta kasih, maka hubungan

yang terjalin akan harmonis. 15 Jika manusia asing dengan dirinya dan tidak terbuka

dengan orang lain maka akan bahaya. Karena ia tergoda untuk selalu memperluas

miliknya, ia hanya berpikir untuk dirinya sendiri sehigga membuatnya takut

kehilangan miliknya dan menyebabkan ia berusaha memiliki lebih banyak lagi

hingga menjadikannya semakin asing dengan dirinya sendiri. 16

Keterasingan manusia terhadap eksistensi diri dan kehidupan nyata yang

dialaminya secara kongkret menjadikan manusia di era digital semakin terpisah

dengan Tuhan yang mengadakan eksistensi manusia. Dengan tiadanya eksistensi

14
Save M. Dagun, Filsafat Eksistensialisme (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 91.
15
Siti Qomariah Jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora IAIN Antasari
Banjarmasin, “Intersubjektivitas, Cinta Dan Kesetiaan Dalam Film Habibie & Ainun Perspektif
Eksistensialisme Gabriel Marcel” , Jurnal Studia Insania, April 2015, Vol. 3, No. 2, hlm 141.
16
Save M Dagun, Filsafat Eksitensialisme, hlm. 93.
12

Tuhan akan menyebabkan suatu kekosongan yang mengerikan, ketika Tuhan tidak

mengada, aspek-aspek metafisika dan nilai-nilai tidak akan muncul, dan sebagai

akaibatnya tidak akan ada kesadaran tentang apa itu baik. Jika Tuhan tidak ada, tak

ada sesuatu yang terlarang sehingga menjadikan manusia tidak akan memiliki

tempat perlindungan di dalam dirinya sendiri maupun secara eksternal17.

Menurut filosof muslim Jalaludin Rumi makna yang dapat mengantarkan

manusia, yang telah dipisahkan dari Tuhan, kembali ke Tuhan adalah cinta Ilahi,

melalui efek cinta Ilahi, tubuh manusia yang dibentuk oleh bumi mendaki ke langit,

ke Tuhan. Cinta yang tak dapat diekspresikan memiliki kemampuan menyinari

jalan dan hati manusia. Ketika manusia menulis tentang cinta, logika tak dapat

menguraikannya, hanya cinta yang dapat mengekspresikan cinta18.

Dalam filsafatnya, Marcel juga menjelaskan tentang konsep cinta yang akan

mengantarkan manusia pada engkau yang absolute, namun Marcel mengawali

konsep cinta ini dalam relasi antara manusia. Menurut Marcel relasi manusia

seharusnya bersifat intersubjektifitas. Relasi intersubjektifitas ini dilandasi oleh

rasa cinta. Namun Marcel menerangkan bahwa relasi antara manusia, tidak selalu

berjalan dengan kesetia terkadang manusia akan terperosok kedalam hubungan

yang bersifat objektif. Maka dari itu Marcel, menjelaskan konsep tentang harapan.

Pada konsep harapan inilah, akhirnya akan mengantarkan manusia secara personal

manusia eksistensi absolute yaitu kepada Tuhan.

17
Bayraktar Bayrakli, Filsafat Eksistensialisme: Perspektif”, hlm. 94.
18
Bayraktar Bayrakli, Filsafat Eksistensialisme: Perspektif , hlm. 80.
13

B. Rumusan Masalah

1. Apakah teknologi digital dapat mempengaruhi eksistensi manusia?

2. Bagaimana pengaruh teknologi digital pada eksistensi manusia menurut

pandangan eksistensialisme Gabriel Marcel?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk Mengetahui perubahan yang terjadi pada manusia secara individu

dan sosial pada era digital

b. Untuk mengetahui pengaruh dari teknologi digital terhadap eksistensi

manusia secara individu dan sosial di era digital menurut filsafat

eksistensialisme Gabriel Marcel

2. Kegunaan Penelitian

Adapun dalam kegunaannya, penelitian ini diharapkan dapat menambah

khazanah serta memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam

bidang filsafat, terutama bagi pihak yang memiliki keinginan untuk mengetahui

mengenai persoalan eksistensi manusia dan mengetahui pemikiran Gabriel Marcel

tentang eksistensi manusia.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa tulisan yang pernah membahas persoalan eksistensi manusia

dan teknologi. Terutama yang berkaitan dengan filsafat eksistensialisme Gabriel

marcel, dianataranya karya :


14

1. Tesis Siti Amallia, manusia millennial dalam perspektif eksistensialisme

Gabriel Marcel. Dalam tesis tersebut secara garis besar membahas tentang

manusia milenial dari pespektif Gabriel Marcel. Tesis tersebut membahasa

tentang karakter dari manusia milenial yaitu manusia yang berhubungan erat

dengan media sosial dan internet. Juga, menelaah tentang problematika

manusia milenia. Tesis tersebut menelaah tentang virtual culture dan

penyebaran hoak, terjadinya dekadensi moral dalam revolusi industri.

Dalam tesis tersubut juga membahas bahwa manusia tidak lagi memahami

diri sendiri berdasarkan gambaran tentang Tuhan, melainkan berdasarkan

atas gambaran tentang mesin. Selain itu juga muncul tentang manusia massa

yang mengakibatkan, terjadi pergeseran makna tentang kebenaran.

Kebenaran hanya dipandang ketika sesuatu hal tersebut tidak bertentangan

dengan pendapat secara umum. Terus terjadinya komodifikasi agama

melalui sImbol dan bahasa, terjadi pendangklan dan penyempitan

pemahaman keagamaan yang disebabkan oleh model belajar agama yang

instan melalui internet dan media sosial. Secara umum permasalahn yang

jelaskan dalam tesis tersebut berbeda dengan permasalahan yang akan

diteliti dalam penelitian ini, karena dalam penelitian ini penulis hendak

membahas permasalahan mengenai pengaruh dari teknologi digital terhadap

eksistensi manusi secara individu dan sosial. Manusia secara individu

adalah manusia yang memiliki ke unikan dan identitas kongkrit sebagai

manusia, dengan menggunakan pandangan Marcel mengenai manusia

sebagai subjek yang bereksistensi. dan dilanjutkan dengan manusia sebagai


15

makhluk sosial, menggunakan pandanga Marcel mengenai hubungan

intersubjektifitas. Ada dan berkembang bersama dengan individu yang lain,

dalam arti ini kehadiran orang lain merupakan hal yang mutlak, hidup

manusia adalah ada bersama 19.

2. Skripsi Gusti Muhamad Shadiq, pandangan eksistensialisme tentang

eksistensi manuisa. Dalam skripsi tersebut membahas persoalan ekistensi

manusia dalam pandangan beberapa tokoh ekistensialisme seperti

Kierkegaard, Matrin Heidegger, Gabriel Marcel, Jean Pau Sartre dan Karl

Jaspers. Penelitian tersebut memang membahas mengenai eksistensi

manusia akan tetapi berbeda dengan penelitian yang akan ditulis peneliti.

Dalam penelitian ini penulis hendak membahas manusia sebagai individu

atau kediriannya dan manusia secara sosial pada era digital menurut

padangan Gabriel Marcel. Manusia sebagai subjek dan hubungan

intersubjektifitas antara manusia, yang pada akhirnya mengantarkan

manusia pada sesuatu yang bersifat transendental yaitu yang disebut Marcel

engkau absolute atau being dalam pemikiran Gabriel Marcel. Sedangkan

dalam skripsi Gusti Muhamad Shadiq, membahas mengenai eksistensi

manusia menurut pandangan dari beberapa tokoh dalam filsafat

eksistensialisme.

3. Skripsi Hudori, yang berjudul eksistensi manusia (analisis kritis

eksistensialisme barat dan islam). Dalam skrispsi tersebut membahas

mengenai eksistensi manusia dalam dua pandangan yaitu pandangan dari

19
Kasdin Sihotang, Filsafat Manusia, hlm. 101.
16

eksistensialisme barat yang di wakili oleh Kierkergaard, Matin Heidegger,

Karl Jaspers, Gabriel Marcel dan Jean Paul Sartre, sedangan dari Islam di

wakili oleh Al Ghazali dan Muhammad Iqbal. Skiripsi ini juga, menjelaskan

mengenai persamaan dan perbedaan antara konsep eksistensialisme barat

dan pandangan islam terhadap konsep ekistensialisme. Sedangkan dalam

penelitian ini, penulis hendak membahas pengaruh dari teknologi digital

pada eksistensi manusia di era digital. Eksistensi manusia secara individu,

menggunakan padangan Gabriel Marcel terkait dengan manusia sebagai

subjek. Selain itu juga, membahasa manusia sebagai mahkluk sosial, dengan

menggunakan pandangan Marcel. Hubungan intersubjektifitas antara

manusia yang pada akhirnya menghantarkan manusia pada susuatu yang

bersifat transendntal yaitu engkau absolute atau being.

4. Jurnal filsafat vol. 22, nomor 2, agustus 2012. Karya Septiana Dwiputri

Maharani yang berjudul Pandangan Gabriel marcel tentang manusia dalam

konteks peristiwa bencana alam. Dalam jurnal ini terdapat beberapa

pembahasan mengenai pemikiran Gabriel Marcel mengenai eksistensi. Pada

bagaian awal membahasa mengenai perbedaan pengetahuan ilmiah dan

filsafat yang nantinya akan membedakan problem dan misteri. Menurut

Marcel pengetahuan ilmiah hanya melakukan penyelidikan sampai taraf

permukaan saja, karena tidak sampai kepada substansi ada atau hanya

meghadapi problem-problem. Sedakankan berfilsafat merupakan kegiatan

untuk menyingkap rahasia terdalam yang termuat dalam diri-ku sebagai

orang yang bereksistensi, yang mengahdapi misteri bukan problem. Selain


17

itu juga membahas mengenai Aku dengan tubuhku dan relasi dengan yang-

lain, dalam pandangan Gabriel Marcel aku dan tubuhku membentuk

kesatuan yang misteri dan tidak dapat ditentukan secara tepat. Aku tidak

identik dengan tubuhku, juga tidak di luar tubuhku karenana aku adalah

tubuhku, sejauh aku adalah makhluk yang merasakan. Relasi antara aku

dengan yang lain merupakan personalisme, makna kehidupanku dan orang

lain dicari dalam upaya untuk berjumpa dan berpartisipasi, suatu imbauan

akan kesediaan satu bagi yang lain. Aku dengan orang lain sangat

membutuhkan untuk menjadi diri masing-masing. Perjumpaan dengan yang

lain mencapai taraf kita, sebuah relasi antara individu dan mengakui

subjektivitasnya. Dalam relasi semacam ini sangat dibutuhkan kepercayaan

dan cinta satu dengan yang lain, suatu perjumpaan yang eksistensial bukan

fungsional. Hubungan aku dengan Tuhan dalam pandangan Marcel adalah

hubungan personal, menurut Marcel kehidupanku sungguh-sungguh

bermakna bila aku memilih Tuhan sebagai engkau yang absolute.

Perjumpaan dengan Tuhan menjadikan seluruh keberadaan menurut segala

segi eksistensial menjadi jelas dan bermakna. Kepercayaan terhadap Tuhan

sebagai pemberian hidup menjadikan diri untuk tidak terjebak pada

keterputusasaan. Keterarahan manusia kepada Tuhan akan memunculkan

harapan. Kamatian menurut Marcel merupakan komponen dari situasi hidup

yang ekistensial, bukanlah kejadian negatif. Yang membuat diri menjadi

takut, gelisah, putus asa untuk menghadapinya. Harapan mengatasi

kematian, karena di dalam harapan terdapat cinta dan kepercayaan yanga


18

menghantarkan pemahaman terhadap Tuhan, bahwa ada engakau yang tidak

dapat mati yaitu engakau yang tertinggi. Relasi intersubjektif menghadirkan

harapan sehingga membuat yang lain membuka diri dan memberikan tempat

dalam dirinya dan menjadi bagian dirinya. Harap dalam relasi ini hanya

dapat terlaksana tanpa tekanan karena harapan tidak menghadirkan ego,

kedirian, dan tujaun individual. Harap yang dimiliki oleh setiap individu

dapat membangkitlkan semangat hidup dan mempererat hubungan

interpersonal. Pada bagian akhir jurnal ini membahas mengenai bagaimana

merespon korban yang terdampak bencana dengan konsep

intersubtektifitas, harapan, cinta dan kepercaanyan Gabriel Marcel seperti

fenomena kematian ketika bencana melanda, atau dalam melihat orang lain

tengah musibah yang terjadi bukan sebagai objek namun sebagai individu.

Berbeda dengan jurnal tersebut, peneliti hendak melakukan penelitian

terkait dengan pengaruh teknologi di era digital terhadap eksistensi manusia

di era digital menurut filsafat ekistensialisme Gabriel Marcel. Membahasa

eksistensi manusia secara individu di era digital menggunakan pandangan

Marcel manusia sebagai subjek. dan juga, manusia sebagai mahkluk sosial

dengan pandangan Marcel tentang hubungan intersubjektifitas antara

manusia.

5. Buku yang di tulis oleh Drs. Save M. Dagun filsafat eksistensialisme dalam

buku ini membahas secara umum mengenai tokoh-tokoh dalam filsafat

ekistensialisme. Pada bagian awal buku ini di jelaskan mengenai

kemunculan awal eksistensialisme sebagai suatu gerakan yang menolak


19

untuk mengikuti suatu aliran, keyakianan filsafat modern, gerakan

eksistensialisme ingin mengembalikan persoalan pada eksistensi. Pada

bagian selanjutnya mengenai pengertian dasar eksistensi serta tingkat

eksistensi dan beberapa istilah eksistensi. Selajutnya di teruskan dengan

pembahasan mengenai biografi serta ide-ide pokok setiap filsuf-filsuf

ekistensialisme yang di awali dengan filsuf yang bernama Soren Aebye

Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Karl Jaspers, Matin Heidegger, Gabriel

Marcel dan diakhiri oleh Jean Paul Sartre. dan pada bagian akhir buku ini

menyimpulan secara garis besar mengenai beberapa pemikiran tokoh

eksistensialisme dan memberikan kelemahann gerakan eksistensialisme

serta memberikan kritik-kritik pandangan eksistensialisme. Dalam

penelitian ini penulis juga membahas eksistensi manusiaa dengan

pandangan eksistensialisme, namun dalam penelitian ini terdapat perbedaan

dengan bukunya Drs. Save M. Dagun. Dalam penelitian ini, penulis hendak

membahas pengaruh dari teknologi digital pada eksistensi manusia di era

digital. Eksistensi manusia secara individu, menggunakan padangan Gabriel

Marcel terkait dengan manusia sebagai subjek. Selain itu juga, membahasa

manusia sebagai mahkluk sosial. Dengan menggunakan pandangan Marcel

tentang hubungan intersubjektifitas antara manusia, yang pada akhirnya

menghantarkan manusia pada susuatu yang bersifat transendental yaitu

engkau absolute atau being.

6. Jurnal Studi Isania April 2015, tulisan Siti Qomariah berjudul

intersubjektifitas, cinta dan kesetiaan dalam film Habibie dan Ainun


20

(perspektif eksistensialisme Gabriel Marcel). Pada bagian awal jurnal ini

dibahas mengenai pokok-pokok eksistensialisme Gabriel Marcel mengenai

ada dan kehadiran, ada dan intersubjektivitas, memiliki dan cinta

selanjutnya mengenai kesetian, harapan dan cinta. Pada bagian selanjutnya

dijelaskan mengenai cinta dan kesetian dalam film Habibie dan Ainun

dengan pokok-pokok pemikiran Gabriel Marcel mengenai ada, kehadiran

dan intersubjektivitas sebagai penentu eksistensi Habibie dan Ainun.

Tulisan peneliti berbeda dengan jurnal tersebut walaupun sama-sama

mengambil pespektif eksistensialisme Gabriel Marcel. Dalam tulisan

tersebut pespektif Gabriel Marcel digunakan untuk membedah film Habibie

dan Ainun, sedangkan dalam penelitian ini penulis, hendak membahas

mengenai pengaruh teknologi di era digital pada eksistensi manusia menurut

perspektif Gabriel Marcel. Membahasa eksistensi manusia secara individu

di era digital menggunakan pandangan Marcel manusia sebagai subjek. dan

juga, manusia sebagai mahkluk sosial dengan pandangan Marcel tentang

hubungan intersubjektifitas antara manusia, yang pada akhirnya

menghantarkan manusia pada susuatu yang bersifat transendental yaitu

engkau absolute atau being.

7. Jurnal Sosioteknologi edisi 27 tahun 11, desember 2012. Tulisan Yasraf

Amir Piliang berjudul masyarakat informasi dan digital (teknologi

informasi dan perubahan social). Pada bagian awal jurna ini membahas

mengenai pengertian cyberspace yaitu ruang baru yang bersifat artifisial dan

maya. Selajutnya membahas mengenai ontologi cyberspace yaitu terkait


21

permasalahan mengenai ada dan keberadaan, dalam dunia kehidupan

manusia dan dunia halusinasi manusia dengan objek-objek yang dibentuk

oleh, satuan-satuan informasi di dalam sistem pencitraan komputer yang

disebut bit. Pembahasan selajutnya membahas perkembangan cyberspace

yang telah merubah kehidupan sosial, pada tingkat individu, antar-individu

dan komunitas. Dilajutkan dengan pembahasan representasi dan otentisitas,

simulasi sosial, pada bagian akhir membahas mengenai teknologi informasi

dan masyarakat terbuka. Tulisan peneliti berbeda dengan tulisan tersebut,

dalam tulisan tersebut Yasraf menganalis serta suatu ruang baru yaitu

cyberspace tidak menggunakan pemikiran Gabriel Marcel, sedakan tulisan

peneliti membahas eksistensi manusia ditengah perkembangan teknologi

menggunakan pespektif eksistensialisme Gabriel Marcel. Membahasa

eksistensi manusia secara individu di era digital menggunakan pandangan

Marcel manusia sebagai subjek. dan juga, manusia sebagai mahkluk sosial

dengan pandangan Marcel tentang hubungan intersubjektifitas antara

manusia, yang pada akhirnya menghantarkan manusia pada susuatu yang

bersifat transendental yaitu engkau absolute atau being.

E. Kerangka Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah pemikiran

eksistensialisme Gabriel Marcel tentang manusia sebagai subjek, dan hubungan

intersubjektifitas. Manusia sebagai subjek memiliki arti bahwa manusia

mempunyai beberapa hal yang hanya melekat pada dirinya. Manusia sebagai

subjeklah yang membedakannya dengan manusia yang lain, karena setiap


22

manusia memiliki karakternya sendiri yang menjadikanya unik, dan berbeda

antara manusia satu dengan manusia lain.

Dalam pandangan Marcel ada atau being, diartikan sebagai sesuatu yang

berada dalam diri individu yang merupakan ciri khas dari seorang individu,

yang bersifat primer sekaligus yang membedakannya dengan yang lain. Ada

atau being bisa diartikan sebagai sesuatu yang melekat dalam diri seseorang

atau keakuan seorang individu serta sebagai penentu eksistensi, karena tidak

ada eksistensi tanpa adanya being. Being ini merupakan tahap terdalam pada

seorang individu sebagai sesuatu yang tidak dapat direduksi. Being mengacu

pada realitas terdalam tempat sesuatu yang eksis, karena itu Marcel mengatakan

bahwa being merupakan misteri.

Misteri diartikan oleh Marcel sebagai sesuatu yang berada dalam diri

individu yang tidak dapat dipecahkan dan direduksi. Misteri tidak berada di depan

atau di luar diri individu, melainkan individu itu sendiri termasuk misteri20. Maka

dari itu manusia menurut Marcel adalah misteri. Memandang manusia sebagai

misteri berarti melihat manusia sebagai subjek, dalam artian bahwa manusia selalu

berada dalam situasi yang menentukan eksistensinya sebagai individu yang belum

selesai atau dalam proses menjadi.

Subjektifitas manusia sangatlah penting, dalam hal ini Marcel menjelaskan

bahwa manusia, sebagai makhluk yang sadar akan keberadaan hidupnya yang

membedakanya dengan makhluk lainnya. Kesadaran akan kehidupan yang selalu

20
Siti Qomariah, “Intersubjektivitas, Cinta Dan Kesetiaan”, hlm. 141.
23

berada pada situasi ini, mengaharuskan individu dengan kebebasan yang

dimilikinya, untuk aktif melakukan pilihan atas kehidupan kongkretnya. atau

manusia yang bereksistensi, manusia yang menciptakan dirinya secara aktif.

Memandang manusia dengan nilai subjektivitasnya berarti memandang manusia

sebagai misteri atau manusia yang menurut Marcel adalah manusia yang

berperasaan, berpikir, terbuka pada yang lain.

Hubungan intersubjektifitas dalam pandangan Marcel mengandung arti

hubungan antara individu dengan individu lain dalam menjalani kehidupan bersama

didasari oleh cinta. Dalam hubungan intersubjektifitas terdapat kehadiran,

kehadiran ini dapat terwujud dikarenakan ada perjumpaan. Perjumpaan dalam hal

ini memiliki makna yang mendalam. Yaitu suatu keadaan di mana dua individu

mengadakan suatu kontak dalam bentuk hubungan yang intim, yang mana

keduanya saling membuka diri dan hati yang berarti “bersama dengan”. 21

Perjumpaan yang disertai kehadiran inilah yang menjadikan hubungan antara

individu menjadi sebuah misteri.

Dalam kehadiran orang lain dipandang sebagai le toi atau engkau bukan

sebagai dia dan mereka. Kehadiran merupakan sebuah misteri22, dalam arti suasana

yang menyelimuti ikatan hubungan pribadi, yang mana misteri tersebut hanya dapat

dirasakan dan dipahami ketika berpartisipasi. Dua orang baru dikatakan hadir satu

21
Siti Qomariah, “Intersubjektivitas, Cinta Dan Kesetiaan”, hlm. 142.
22
Gabriel Marcel, Misteri Eksistensi terj. Agung Prihantoro (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005),
hlm. 325.
24

sama lain bila mereka mengarahkan diri yang satu kepada yang lain dengan cara

yang sangat berlainan dari cara ketika menghadap objek lain selain manusia.

Memandang orang lain sebagai engkau berarti pertama, dia yang tidak saya

perlakukan sebagai objek, koleksi, daftar, atau pusat informasi. kedua, dia yang

tidak saya adili, melainkan yang kepadanyalah saya membukakan diri untuk

percaya. Ketiga, dia yang sanggup memberikan jawaban kepadaku. Keempat, dia

yang dapat saya himbau. Kelima, dia yang saya cintai. Keenam, dia yang menjadi

harapan bagi saya. Ketujuh, dia yang hadir bagi saya dan kepadanya saya setia.

Dalam hubungan ini aku memperlakukan diriku dan orang lain sebagai misteri.

Dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan filsafat eksistensialisme Gabriel

Marcel tentang eksistensi serta menganalis pengaruh dari teknologi di era digital

terdahap ekistensi manusia sebagai individu dan sosial.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah ilmu tentang metod-metode yang akan digunakan

dalam melakukan suatu penelitian.23 Metode penelitian bermakna seperangkat

pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data

yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil

kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Maka metode penelitian

skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Jenis Penelitian

23
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta Pt Rineka
Cipta, 2006), hlm. 89.
25

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu

dengan jalan penelitian terhadap sumber-sumber tertulis, maka penelitian ini

bersifat kualitatif. Untuk pembahasan skripsi ini peneliti menggunakan penelitian

yang bersifat deskriptif analitis, yaitu menggunakan data yang ada lalu disusun dan

dibahas.

2. Sumber Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan data literer, yaitu buku, jurnal serta

karya ilmiah yang berkaitan dengan ekistensi manusia dan kehidupan manusia di

era teknologi digital. Untuk literature yang menjadi sumber data adalah :

a) Data primer, yaitu data yang berkaitan langsung dengan objek material

penelitian. Yakni, buku Gabriel Marcel yang berjudul Misteri Eksistensi

Menyelami Makna Keberadaan terjemahan Agung Prihantono, buku

Drs. Save M. Dagun yang berjudul Filsafat Eksistensialisme, buku Prof.

Dr. Bayraktar Bayrakli yang berjudul Ekistensi Manusia (Perspektif

Tasawuf Dan Filsafat Mengatasi Problema Eksistensi Manusia

Jalaluddin Rumi Sampai Filosof Kontemporer) terjemahan Suhano.

Buku Mathias Haryadi Yang Berjudul Membina Hubungan

Antarapribadi Berdasarkan Prinsip Partipasi Persekutuan Dan Cinta

Menurut Gabriel Marcel. Jurnal sosioteknologi edisi 27 Tahun 11,

Desember 2012 tulisan Yasraf Amir Piliang bejudul Masyarakat

Informasi Dan Digital (Teknologi Informasi Dan Perubahan Social).

Buku Dr. P.A. Van Der Weij yang berjudul Filsuf-Filsuf Besar Tentang
26

Manusia terjemahan K. Bertens. Buku Franci Lim Yang Berjudul

Filsafat Teknologi Don Idhe Tentang Dunia, Manusia dan Alat. Buku

Kasdin Sihotang Berjudul Filsafat Manusia (Upaya Membangkitkan

Humanisme).

b) Data sekunder, yaitu data yang mendukung pembahasan mengenai

objek material penelitian. Yakni buku dan karya ilmiah yang

bersangkutan dengan eksistensi manusia dan kehidupan manusia di era

teknologi digital. Diantranya, buku Muhammad Ikbal Feriyansyah

Janner Simarmata. Kewargaan Digital: Warga Digital Dalam

Kepungan Hiperkoneksi. Yayasan Kita Menulis 2019. Buku Nurudin,

Tuhan Baru (Masyarakat Cyber Di Era Digital). Jurnal penelitian

komunikasi dan opini public vol. 21 No. 1, Juni 2017, Robby Darwis

Nasution, Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi

Terhadap Eksistensi Budaya Lokal. Jurnal Paradigma Volume 03,

Tahun 2015, Hatmi Prawita Achsa (dkk). Representasi Diri Dan

Identitas Virtual Pelaku Roleplay Dalam Dunia Maya. Jurnal

komunikasi profetik vol. 08 nomor 2, Oktober 2015, tulisan Yanti Dwi

Astuti, Dari Simulasi Realitas Sosial Hingga Hiper-Realitas Visual:

Tinjauan Komunikasi Virtual Melalui Media Sosial Di Cyberspece dan

lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, kerena jenis penelitian ini

menggunakan kepustakaaa. Maka teknik pengumpulan daya yang dilakukan


27

dengan cara mencari informasi dengan bantuan macam-macam materi seperti buku

dan jurnal yang terdapat di perpustakaan maupun media internet yang berkaitan

dengan judul skripsi ini. Dalam proses pengumpulan data peneliti secara langsung

terjun dalam melakukan penelitian, bahkan peneliti sebagai key instrument.24 Maka

dari itu peneliti menggunakan data literer, yaitu dengan membaca, mencatat dan

memahami buku, jurnal serta karya ilmiah yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

4. Teknik Pengolahan Data

Analisa data adalah proses mengorganisaikan dan mengurutkan data, kategori

dan saruan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan data.25 Teknik pengolahan data dalam

penelitian ini, dikarenakan data yang dikumpulkan adalah data kualitatif, data

tersebut akan dianalisis secara kualitatif pula; dengan langkah-langkah sebagai

berikut;26

A. Mendeskripsikan pengaruh dari teknologi digital pada kehidupan sosial

masyarakat secara umum. Metode ini dipersiakan sejak persiapan

penelitian, pengumpulan data dan analisis data. 27 Metode ini merupakan

salah satu unsur hakiki yang menguraikan secara teratur mengenai suatu

24
Dr. Kaelan, M.S , Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta: Paradigm, 2005),
hlm. 150.
25
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt Remaja Rosda Karya, Agustus
2016), hlm. 280.
26
Jujun S. Suriasumantri, “Penelitian Ilmiah, Kefilsafatan Dan Agama: Mencari Paradigm
Kebersamaa”, Dalam Ed. Mastuhu Dan Deden Ridwan, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam:
Tinjauan Antardisplin Ilmu, (Bandung: Kerjasama Nusantara dan PUSJARLIT,1998), hlm. 54-45.
27
Dr. Kaelan, M.S , Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta Paradigm, 2005),
hlm. 250.
28

permasalahan dalam suatu fenomena tertentu. Di mana masalah tidak hanya

disajikan secara abstrak dan dilepaskan dari hidup kongkrit, namun harus

dirasakan bahwa konsepsi yang disajikan memang lahir dan tumbuh dari

masalah dan situasi kongkrit, sehingga memberikan jawaban atas masalah. 28

Mula-mula setelah data terkumpul, penulis memaparkan dan memahami

dengan teliliti data-data tersebut.

B. Membahas dan memberikan interpretasi terhadap pandangan yang telah di

diskripsikan.

C. Melakukan studi analisis filosofi, yakni dengan beberapa langkah yang

dilalui dalam analisis antara lain reduksi data, klasifikasi data, display data

dan penafsiran. 29 Pada mulanya peneliti berupaya untuk menangkap makna

verbal yang difokuskan pada objek penelitian, dalam hal ini berkaitan

dengan pengaruh teknologi digital terhadap eksistensi manusia secara

individu dan sosial. Selanjutnya proses pengklasifikasian berdasarkan

kategori penelitian untuk memperoleh kejelasan dari pengaruh yang di

timbulkan teknologi digital terhadap eksistensi manusia secara individu dan

sosial. Demikian selanjutnya dilakukan penafsiran sebagai salah satu upaya

untuk mencapai kesimpulan dan hubunganya dengan konteks sekarang.

D. Menyimpulkan hasil penelitian

E. Sistematika Pembahasan

28
Anton Bakker Dan Achmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat (Yogyakarta, 2005), hlm.
112.
29
Dr. Kaelan, M.S , Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, hlm. 69.
29

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan maksud dari penelitian ini adalah

mencari tahu tentang pengaruh dari teknologi digital pada eksistensi manusia di era

digital perspektif filsafat eksistensialisme Gabriel Marcel. Maka dari itu, penulis

membagi sistematika pembahasan yang terdapat dalam penulisan ini dengan tujuan

memberikan fokus pada pembahasan.

Bab I berisi tentang pendahuluan, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan,

kajian pustaka, kerangka teoori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II menjelaskan konsep eksistensi menurut filsafat Gabriel marcel, pada

bab ini akan dijabarkan biografi Gabriel marcel dan pemikiran Gabriel marcel

tentang eksistensi, meliputi; manusia sebagai subjek, manusia dalam relasi

intersubjetifitas dan manusia sebagai sesuatu yang transenden.

Bab III menjelaskan pengertian dari eksistensi manusia di era digital,

sejarah kemunculan era digital dan perubahan manusia di era digital; manusia

secara persona dan secara sosial.

Bab IV memberikan analisis tentang pengaruh yang ditimbukan teknologi

digital terhadap eksistensi manusia menggunakan konsep ekistensi Gabriel Marcel,

hal ini terdiri; pertama, munculnya identitas digital/identitas maya. Kedua,

beralihnya interaksi sosial ke media social. Ketiga, cinta dan harapan pada era

digital menurut pemikiran Gabriel Marcel.

Bab V merupakan kesimpulan dan penutup. Berisi tentang rangkuman atas

hasil penelitian ini. Kemudia saran dari penulis untuk para pembaca dan peneliti

selanjutnya.
121

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perubahan Pada Manusia Secara Individu Dan Sosial Di Era


Digital

a. Munculnya Identitas Digital Sebagai Individu

Terbentuknya identitas digital tidak terlepas dari semakin

berkembangnya peran komputer sebagai awal terbentuknya

masyarakat digital. Sebagai suatu interfaces komputer menurut

Monavich tidak hanya medium yang menghubungkan manusia

maupun mesin dalam jaringan informasi di internet semata. Tetapi

sudah menjadi budaya yang mengatur bagaimana manusia

melakukan koneksi dengan jaringan informasi atau berhubungan

dengan beragam data di internet. Kebudayaan ini terbentuk dikarena

hampir semua aktivitas manusia, dari bangun tidur hingga

menjelang tidur. Menggunakan dan memanfaatkan kemudahan

teknologi untuk aktivitas keseharian dan kemudahan

berkomunikasi.

Ruang maya sangat berbeda dari kenyataan. Di mana

individu akan menemukan dunia baru termasuk identitas. Baik

identitas yang esensial maupun tidak esensial. Bahkan, dalam


122

kondisi yang lebih ekstrem, identitas menjadi palsu, tersamarkan,

dan individu menjadi individu lain di layar komputer.

Wood dan Smith menjelaskan terdapat tiga tipe identitas

dalam berinteraksi di internet, yakni rel-life identity, pseudonymity,

dan anonymity. Sedangkan Jordan membagi tingkatan identitas yang

ada di ruang siber menjadi tiga elemen dasar kekuatan individu di

dunia siber, yaitu identity fluidy, renovated hierarchies, dan

information as reality.

Identitas individu di media siber yaitu individu yang

memiliki dua kemungkinan. Yakni, bisa jadi sama atau jadi berbeda

dengan identitas secara nyata. Bahkan individu dapat memiliki

beragam identitas dengan karakteristik yang berbeda-beda. Pada

akhirnya dalam ruang siber atau dalam dunia digital siapa pun tidak

bisa memastikan. Bahwa identitas individu itu merupakan identitas

diri yang sebenarnya atau palsu.

Dunia maya menghadirkan potensi untuk menjadi apa saja,

seperti yang seseorang bayangkan. Ruang virtual, menjadi tempat

bereksperimen dan bertindak seolah-olah itu, bukan tanpa substansi.

Apa yang dibutuhkan untuk bisa terhubung dengan dunia digital

adalah dengan mengakses ke situs, memilih nama, jenis kelamin,

dan menuliskan deskripsi pribadi.

Ketika individu telah mengidentifikasikan diri mereka di

media sosial, seperti memilih nama pengguna dan kata sandi, maka
123

identitas itu akhirnya melahirkan individu virtual. Bersamaan

dengan atribut yang melekat padanya dan berlaku abadi.

Kemudahan dalam membuat individu virtual seperti di atas

mengakibatkan identitas diri menjadi semakin kabur. Komunikasi

yang terjadi di dalam ruang maya atau dunia virtual bersifat

interaktif. Teknik virtual yang dapat menciptakan suatu ilusi

kehadiran melalui alat peraga, simulasi, kehadiran parsial dan ritual.

Yang membangkitkan masa lalu dan membuat masa sekarang tidak

ada.

Dalam dunia nyata konsep identitas dipahami dengan satu

paham bahwa satu tubuh satu identitas. Identitas tersebut akan

terpaku dalam satu tubuh yang akan berkembang dan berubah

seiring bertambahnya usia. Sedangkan dalam dunia virtual

seseorang dalam dunia nyata bisa saja membuat satu, dua, tiga atau

bahkan ribuan identitas virtual sesuai dengan kemauan dan

kemampuan teknologi.

Identitas virtual tidak memiliki tautan yang sifatnya rigid

dari waktu ke waktu. Seorang individu bisa saja melakukan simulasi

realitas sosial dirinya melalui internet. Dengan berpindah dari satu

identitas yang sudah dia kontruksi ke identitas lainnya hanya dalam

hitungan detik.

cyberspace membentuk pemahaman terhadap diri dan

identitas manusia berubah. Struktur cyberspace membuka ruang


124

yang lebar bagi setiap orang untuk menciptakan secara artifirsial

konsep tentang diri dan identitas, sehingga menjadikan konsep

tentang diri dan identitas tanpa makna. Dikarenaka ketika setiap

orang dapat menciptakan berbagai identitas dirinya secara tak

terbatas, maka hakikat identitas itu sendiri tidak ada lagi.

Sebagai sebuah konsep maupaun realitas. Terjadinya

Kekacauan identitas akan memperngaruhi persepsi, pikiran,

personalitas dan gaya hidup setiap orang. Apa yang terjadi di dalam

ruang maya adalah permainan identitas yaitu identitas baru, palsu,

ganda, dan jamak. Karena dalam ruang maya seseorang dapat

menjadi beberapa orang yang berbeda pada suatu ketika.

b. Munculnya Media Sosial Sebagai Ruang Sosial Digital

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Kebutuhan

sosialisasi semacam ini hanya bisa dipuaskan melalui interkasi

secara manusiawi. Perkembangan teknologi digital telah

menciptakan suatu media sosial yang berbasis digital.

Media sosial ini merupakan bentuk dari ruang maya yang

terbentuk oleh jaringan (web) dan hubungan (connection) menjadi

kesalinghubungan (interconnectedness) dan kesalingbergantungan

(interdependency) secara virtual. Di mana dunia yang terdiri dari bit-

bit informasi yang mampuh menciptakan berbagai hubungan dan

relasi sosial. Relasi yang dibangun dalam media sosial bukan bentuk

interaksi secara fisik di dalam sebuah wilayah atau teritorial tertentu.


125

Perkembangan teknologi komunikasi serta kemunculan media

sosial menyebabkan individu. Semakin jauh dari realitas, karena

media sosial menciptakan sebuah dunia baru yang bersifat virtual.

Dalam dunia virtual realitas yang tampak, selalu menampakkan

wujudnya dalam cara yang berbeda. Realitas virtual merupakan

refleksi dari suatu rasionalitas dan juga refleksi irrasionalitas.

Realitas yang dibangun dalam keliaran fantasi, ilusi, dan halusinasi

manusia yang digerakkan oleh kode bit.

Berkurangnya proses interaksi secara face to face, melahirkan

suatu fenomena seperti yang terlihat pada generasi Z. Suatu generasi

yang sudah melek internet dari sejak lahir. Prilaku instan yang

dibawa oleh internet membuat generasi ini terkadang kurang

berkomunikasi secara langsung atau verbal. Mereka lebih terbiasa

berkomunikasi via media sosial. Relasi mereka yang terjalin kuat

dengan dunia maya melalui media sosial membuat mereka

seringkali terputus konektivitas dengan dunia nyata.

Dalam media sosial seperti instragram, facebook, myspace,

youtube, google dan sebagainya. Para pengguna media sosial

menggunakan avatar untuk menampilkan dirinya. Membagikan

cerita sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk menampakkan

dirinya dalam media sosial.

Mereka menjadikan media sosial sebagai media presentasi diri.

Akan tetapi apa yang mereka posting di media sosial tidak selalu
126

menggambarkan keadaan sosial hidup mereka yang sebenarnya.

Apa yang lihat di sebuah media sosial adalah diri mereka yang

sebenarnya atau yang palsu sudah sulit untuk membedakannya.

Kemajuan teknologi di era digital dapat menciptakan realitas

virtual dengan mengambil referensi dari kehidupan nyata atau

bahkan menciptakan realitas yang dapat melebihinya (hiperealitas).

Dengan menggunakan teknologi digital yang canggih. Hiperealitas

hampir selalu lebih menyenangkan ketimbang realitas kongket,

bahkan ia dianggap lebih nyata dibandingkan realitas kongkret.

Mereka menganggap apa yang ditemukan di cyberspace atau media

sosial itu lebih menarik. Proses komunikasi melalui media sosial

sering kali membuat seseorang tidak dapat lagi membedakan apakah

kehidupan serta image seseorang yang mereka lihat adalah dirinya

yang sebernanya atau palsu.

Cara manusia menggunakan alat teknologi otomatis mengubah

relasinya dengan dunia-kehidupan. Teknologi digital telah menjadi

alat perpanjangan dari tubuh. Perpanjangan tubuh manusia dengan

komputer dan realitas virtual yang berdampak pada identitas dan

keberadaan manusia. Menurut Don Ihde, orang semacam itu dapat

disamakan dengan orang yang cacat fisik dan ingin melengkapi

tubuhnya. Kemungkinanan lain orang tersebut kurang mampu

bersosialisasi dan ingin mengatasi dengan komputer.


127

Proses interaksi dengan menggunakan sosial media seperti

twitter, facebook, maupun instagram, seseorang dapat dengan bebas

mendaftar dan menampilan dirinya. Dipercaya dan ditonton sebagai

dirinya dalam media sosial di ruang virtual.

Secara tidak sadar aktivitas tersebut menjadi candu tontonan,

yang memuaskan, yang memberikan tampilan indah, yang

seharusnya, yang benar, dan sepertinya yang real. Akan tetapi,

semuanya itu dibatasi oleh layar kaca. Pada akhirnya, manusia akan

menjadi teralienasi denga lingkungan sosial sekitar mereka.

Terjebak dalam pencitraan di dunia virtual, baik dalam menciptakan

citranya sendiri maupun dalam memandang manusia lain.

2. Eksistensi Manusia Pada Era Digital Menurut Filsafat


Eksistensialisme Gabriel Marcel

a. Pengaruh Kemunculan Identitas Digital Pada Eksistensi Manusia


Sebagai Subjek

Menurut Marcel manusia sebagai subjek itu merupakan misteri.

Karena manusia menurut Marcel adalah makhluk yang bereksistensi.

Berarti manusia yang terlibat secara langsung dengan situasi dan kondisi

nyata, yang dihadapinya dalam kehidupan kongkret di dunia.

Memandang manusia sebagai misteri berarti melihat manusia sebagai

subjek, dalam arti bahwa manusia selalu berada dalam situasi yang
128

menentukan eksistensinya sebagai individu yang belum selesai atau

dalam proses menjadi.

Subjektifitas manusia dalam hal ini sangatlah penting. Marcel

menjelaskan bahwa manusia makhluk yang sadar akan keberadaan

hidupnya yang membedakanya dengan makhluk lain. Kesadaran akan

kehidupan yang selalu berada pada situasi kongkret yang dialaminya,

mengaharuskan individu dengan kebebasan yang dimilikinya, untuk

aktif melakukan pilihan atas kehiduan kongkretnya. Manusia yang

bereksistensi, manusia yang menciptakan dirinya secara aktif.

Dunia maya atau cyberspace merupakan suatu dunia yang dibentuk

bukan berdasarkan pada objek-objek nyata. Identitas digital pada

kehidupan manusia dalam ruang maya terbentuk melalui sistem operasi

yang terdiri dari kode-kode bit yang sudah terprogram. Pembentukan

identitas seperti ini mengakibatkan identitas diri menjadi semakin kabur

dan menjadikan dirinya sebagai objek. Memandang manusia dengan

nilai subjektivitas berarti memandang manusia sebagai misteri atau

manusia yang menurut Marcel adalah manusia yang berperasaan,

berpikir, terbuka pada yang lain. Bukan diri yang terdapat dari sistem

citraan berdasarkan kode bit-bit yang sudah terprogram.

Konsep identitas dalam kehidupan kongkrit, dipahami dengan

satu paham bahwa satu tubuh satu identitas. Identitas tersebut akan

terpaku dalam satu tubuh yang akan berkembang dan berubah seiring
129

bertambahnya usia. Tubuh saya adalah tubuh saya sejauh saya tidak

memandangnya terpisah.

Sejauh saya tidak membuat jarak antara diri saya dan tubuh saya

atau memandang tubuh sebagai subjek bukan sebagai objek. Sehingga

saya dapat menegaskan bahwa saya identik dengan tubuh saya. Selama

merupakan milik saya hadir pertama-tama sebagai sesuatu yang

terasakan atau saya adalah tubuh saya selama saya adalah sebuah wujud

yang memiliki perasaan.

Sedangkan dalam dunia virtual, seseorang dalam dunia maya

bisa saja membuat satu, dua, tiga atau bahkan ribuan identitas virtual

sesuai dengan kemauan dan kemampuan teknologi. Identitas virtual

tidak memiliki tautan yang sifatnya rigid dari waktu ke waktu.

Keberadaan identitas dalam dunia maya telah menghilangkan peranan

tubuh yang disebutkan Marcel sebagai wujud yang merasakan.

Teknologi digital dapat menjadikan diri sebagai ke-akuanya

terbelah dan secara tidak langsung membuat dirinya terasing akan ke-

akuannya sebagai subjek. Selain itu pemanfaatan teknologi yang

berlebihan hampir di seluruh aspek kehidupan akan menjadikan robot-

robot manusia bahkan, jika tidak dikendalikan akan menghilangkan

unsur kejiwaan manusia. Karena dengan hanya mengandalkan teknologi

peranan manusia yang memiliki perasaan akan hilang.

Pembentukan diri dan identitas seseorang dalam kehidupan

kongkrit sangat berbeda dengan proses penciptaan secara artifirsial.


130

konsep tentang diri dan identitas dalam ruang cybespace. Pembentukan

diri dan identitas manusia sebagai subjek, adalah manusia yang sadar

akan dirinya dan lingkunganya serta, ikut aktif dalam situasi kongkrit

untuk menentukan pilihan dengan kebebasan yang dimilikinya.

Manusia itu penjelmaan berada yang berarti manusia adalah

dirinya sendiri jikalau kreatif dan berpartisipasi dengan keberadaan itu.

Bila seseorang menjauhkan situasi kongkretnya, secara tidak sadar ia

merongrong dasar aku-nya sendiri sebagai subjek. Yang sebenarnya ia

tengah memutuskan tali-tali eksistensial yang justru menjadikannya

subjek yang unik dan berpribadi. Pada akhirnya menjadikan seseorang

yang terpisah dari akar eksistensinya sendiri.

Tuntutan untuk hadir dan terlibat dengan keberadaannya sendiri

dan dengan orang lain demi kebenaran adalah suatu bentuk partisipasi.

Kehadiran berarti aku bejumpa dengan engkau secara pribadi, yang

menjadikan kita sadar, ada selalu berarti ada bersama. Aku sebagai

subjek hanya dapat berkembang secara wajar dan dewasa, sejauh aku

membuka diriku pada orang lain dan mengadakaan persekutan

(communion) denganya. Melalui proses interaksi persekutuan dapat

muncul.

Untuk mencapai kepenuhan tertinggi dalam persekutuan dan

persatuan dengan orang lain mewajibkan diri saya harus menuju

kekesadaran yang semakin penuh. Untuk mencapai itu saya yang belum

meyadari situasi saya harus menuju ada. Peralihan diri menuju ada ini
131

melalui tiga fase yaitu admiration (keheranan dan kekaguman).

Reflexsion (refleksi), dan explotion (eksplorasi).

Dengan interaksi langsung, seseorang akan memahami

gambaran identitas diri orang lain melalui gender, ras, pakaian dan

karakteristik non verbal lainya. Namun karakteristik ini sangat sulit

muncul dalam interaksi virtual. Teknologi internet menawarkan fasilitas

untuk menyembunyikan beberapa petunjuk atau karakteristik tertentu.

Pada akhirnya dalam ruang virtual atau dalam dunia digital siapa pun

tidak bisa memastikan bahwa identitas individu itu merupakan identitas

diri yang sebenarnya atau palsu.

Ketertutupan akan diri dengan cara memalsukan identitas diri

melalui kecanggihan teknologi digital. Menjadikan relasi atau bentuk

komunikasi yang terbangun akan saling mengobjektivikasi satu sama

lain. Hingga berujung pada bentuk saling memanfaatkan satu sama lain.

Hubungan relasi semacam ini mengakibatkan yang menurut

Marcel “the broken world” atau dunia yang terpecah. Dunia yang dinilai

hanya berdasarkan fungsinya. Di mana kedudukan manusia sebagai

pribadi yang otonom dan unik serta bernilai pada dirinya sendiri

disisihkan, dilupakan, dan diingkari.

Pada zaman modern teknologi digital telah mendominasi

kehidupan yang membuat manusia kehilangan nilai pribadinya.

Kecanggihan teknologi secara perlahan telah melangsungkan

devitalisasi nilai seseorang individu. Sehingga yang hadir bukan lagi


132

pribadi-pribadi yang utuh dan unik. Tetapi pribadi-pribadi yang

tercabik-cabik dan tenggelam dalam tendensi untuk menilai dirinya dan

orang lain sebagai individu impersonal, yang hidup dalam kerumunan

melalui identitas digital yang terlepas dari eksistensi dirinya sebagai

manusia. Menurut Marcel manusia yang tereduksi tersebut adalah

manusia fungsional atau the fuctional man.

Hal ini juga dijelaskan oleh pemikir dari timur yaitu Mohamad

Iqbal, menurut Iqbal pribadi sejati adalah bukan yang menguasai benda

tetapi pribadi yang dilingkupi Tuhan kedalam khudinya

(ego,individualitas) sendiri. Ego adalah sesuatu yang dinamis ia

mengorganisir dirinya berdasarkan waktu dan terbentuk serta

didisiplinkan pengalaman diri. Dengan merealisasikan potensi-potensi

ego dan menerjemahkan realisasi tersebut ke dalam perbuatan, individu

akan lebih dekat dengan Tuhan. Ia tidak lebur dalam keilahiaan tetapi

menyerap sifat-sifat keilahian ke dalam diri.

Sehingga menjadikan manusia yang mengandalkan diri, harga

diri, percaya pada diri sendiri, mempertahankan diri, bahkan

menonjolkan diri apabila perlu. Demi kepentingan hidup dan kekuatan

untuk tetap membela kebenaran, keadilan, kewajiban, dan sebagainya.

Bukan menjadi pribadi manusia yang memandang diri sendiri dan orang

lain hanya sebatas the fuctional man. Yang menurut Marcel menjadikan

manusia terasing akan eksistensi dirinya sebagai manusia dan

menghilangkan nilai-nilai subjektifitasnya sebagai manusia.


133

b. Hubungan Intersubjektivitas Manusia Dalam Media Sosial

Media sosial merupakan suatu bentuk ruang maya yang dapat

memfasilitasi seseorang. Untuk melakukan interaksi sosial, tanpa

mengenal teritorial nyata. Media sosial telah menjadi ruang sosial pada

era digital, melalui sistem aplikasi yang sudah terprogram dengan kode-

kode bit dalam ruang digital dan menjelma dalam layar.

Media sosial yang pada awal bertujuan untuk mempermudah

manusia dalam melakukan proses interaksi dan komunikasi satu sama

lain. Malah menjadikan awal dimulainya era kesunyian interaktif,

dimana individu-individu terbebas dari segala aturan dan paksaan untuk

melakukan segala hal dalam media sosial. Menjadikan interaksi secara

riil menghadapi banyak kesulitan. Seperti dalam menjalin kontak secara

nyata dengan sesama.

Menurut Mohamad Iqbal individualitas ataupun diri bukanlah

sesuatu datum, bukan sesuatu hal. Melainkan lebih merupakan hasil

yang dicapai melalui jeri payah yang bermunculan dari lingkungan luar,

maupun terhadap berbagai bentuk kecenderungan pengahancuran diri

yang tersembunyi dibalik diri insani itu sendiri. Proses saling memberi

dan menerima, saling mempengaruhi antara individu dan lingkungannya

yang beranekaragam.

Dengan mengadakan hubungan yang intensif dan bermanfaat

dengan kenyataan sekitarnya sebanyak mungkin maka secara otomatis

individu dapat memperoles dan meningkatkan kekayaan batin serta


134

keberadaan insaninya. Tanpa lingkunagan kebudayaanya, individu itu

lemah dan tak berdaya, kekuatannya habis tersia-sia dan tujuan

hidupnya sempit, tak tentu arah serta buram mengaburkan. Sekiranya

seorang insan tidak lagi menghayati dorongan batin untuk melanjutkan

hidupnya, semangatnya akan membeku membatu, dan martabatnya

akan menurun ke tahapan bendawi yang mati

Media sosial sebagai salah satu bentuk dari cyberspace telah

membuat terbukanya relasi sosial yang luas dan membentuk realitas

sosial baru. Sebuah ruang sosial yang paling terbuka tehadap berbagai

bentuk penipuan, pemalsuan dan simulasi realitas. Ketimbang menjadi

ruang sosial di mana orang dapat memperoles dan meningkatkan

kekayaan batin serta keberadaan insaninya dan dapat berbicara dengan

betul, jujur, dan benar,. Cyberspace sebaliknya menjadi sebuah ruang

yang di dalamnaya direkayasa berbagai bentuk kepalsuan, kesemuan,

dan simulasi.

Media sosial sebagai ruang sosial berupa digital. Telah menjadi

ruang di mana setiap subjek atau person yang berperan di dalamnya

mendapatkan kebebasan dalam melakukan hubungan sosial antara satu

sama lain. Setiap subjek atau individu yang terlibat di dalamnya sangat

berperan penting dengan diberikanya kebebasan. Proses interaksi

dengan menggunakan media sosial seperti twitter, facebook, instagram,

myspace, youtube, maupun google dll. Secara tidak sadar kebebasan

yang diberikan malah, menjadikan seseorang candu tontonan, yang


135

memuaskan hasrat, memberikan tampilan indah, menjadikanya yang

seharusnya, yang benar, dan seperti yang real akan tetapi semuanya itu

dibatasi oleh layar kaca.

Bentuk kebebasan yang ada pada layar kaca adalah kebebasan semu.

Pada akhirnya, manusia akan menjadi teralienasi denga lingkungan

sosial sekitar mereka, karena mereka sibuk dengan media sosialnya

masing-masing. Mereka terjebak dalam pencitraan di dunia virtual, baik

dalam menciptakan citranya sendiri maupun dalam memandang

manusia lain.

Interaksi dan komunikasi yang dibangun dalam media sosial

merupakan pola-pola hubungan tidak langsung yang menjadikan ruang-

ruang sosial nyata tersisihkan sehingga menimbulkan prilaku

nomophobia dan phubing. Kehidupan di media sosial seperti panggung,

di mana seseorang akan membangun citra sesuai dengan peran yang

akan dimainkannya sebagai pemilik akun. Hingga membuat para

penonton seringkali tertipu denga akting yang dimaikan dalam media

sosial.

Menjadikannya tidak dapat lagi membedakan apakah kehidupan

serta image atau visual seseorang yang mereka lihat di sebuah media

sosial adalah diri mereka yang sebenarnya atau yang palsu. Interaksi

yang penuh dengan ketertutupan diri, kepalsuan identitas dan, hanya

menjadikan orang lain sebagai pusat informasi bagi kepentingan dirinya


136

sendiri. Memandang orang lain bukan lagi subjek atau pribadi yang

utuh, tetapi sekedar fungsional semata.

Hubungan interaksi dan komunikasi semacam ini, menurut

Marcel yang menjauhkan manusia dari keadaan eksistensi diri yang

sebenarnya atau situasi kongkrit yang dihadapinya dalam dunia nyata.

Secara tidak sengaja telah menjadikan dirinya serta orang lain hanya

sebagai objek yang membuat manusia sebagai pribadi semakin jauh

dengan being. Marcel menyebut hubungan ini adalah hubungan dia

atau lui.

Hubungan dia dan mereka atau lui adalah mereka yang menjadi

pusat informasi bagi saya. Berarti kehadiran mereka baru berarti bagi

saya karena saya memang membutuhkan mereka. Mereka baru berarti

bagi saya sejauh mereka sanggup memenuhi harapan atau kenginan saya

yaitu membuktikan diri menjadi pusat informasi bagi saya.

Mereka hanya tampak bagi saya sebagai objek yang dapat

dimanipulasi dan dipakai menurut cara-cara tertentu demi kepentingan

saya. Hubungan dia (lui) yang banyak terjadi di dalam media sosial

demikian. Pada dasarnya harus berubah dan beralih dengan melakukan

hubungan serta komunikasi yang bertujuan untuk mencapai kepenuhan

eksistensi atau being.

Selain hubungan dia dan lui Marcel menyebutnya terdapat

hubungan intersubjektifitas. Dalam hubungan intersubjektifitas, orang

lain dipandang sebagai le toi atau engkau bukan sebagai dia dan mereka.
137

Memandang orang lain sebagai engkau berarti; Pertama, dia yang tidak

saya perlakukan sebagai objek, koleksi, daftar, atau pusat informasi.

Kedua, dia yang tidak saya adili, melainkan yang kepadanya saya

membukakan diri untuk percaya. Ketiga, dia yang sanggup memberikan

jawaban kepadaku. Keempat, dia yang dapat saya himbau. Kelima, dia

yang saya cintai. Keenam, dia yang menjadi harapan bagi saya. Ketujuh,

dia yang hadir bagi saya dan kepadanya saya setia.

Komunikasi yang mewujud dalam persekutuan (la communion)

antara aku dan engkau menjadi kita. Persekutuan antara aku dan engkau

menjadi kita, itu mewujud dalam cinta. Rasa cinta ini akhirnya akan

menyususn hubungan kita secara pribadi dan menghadirkan bagi kita

suatu persatuan dan persekutuan (la communion). Dengan mencitai

manusia menjadi sadar, karena mencintai merupakan perealisasian

ekisistensi manusia yang paling tinggi dan sempurna. Dengan mencintai

berarti saya keluar dari dunia individual saya sendiri dan kemudian

berpartisifasi dalam dunia individual sesama, dengan kata lain akan

terjadi hubungan intersubjektivitas manusia. Cinta tampak dalam

berbagai ciri yang menandai hubungan antarsubjek, adapun unsur-unsur

yang mengukap hal ini dianataranya adalah seruan hati (l’invocation),

kesediaan dan kerelaan untuk terbuka (la disponibilite), mengikat diri

untuk terlibat (l'en’agement), dan kesetiaan (la fidelite).

Intersubjektivitas terlektak pada kenyataan, ia adalah realitas

yang sifatnya rohani. Intersubjektivitas bisa terjadi kalau ada pertemuan


138

antara dua subjek atau lebih yang sama-sama tertarik satu sama lain

untuk menjalin ikatan tertentu di antara mereka. Kepenuhan hidup

manusia akan semakin terwujud kalau ia makin aktif terlibat dengan

hidup sesamanya atau berpartisipadi secara aktif.

Cara untuk menuju kepenuhan hidup itu harus melalui prinsip

persekutuan, yaitu aktivitas membuka diri, dan melibatkan diri dengan

orang lain. Dengan berpartisipasi manusia menyentuh dasar

eksistensinya sendiri. Dalam proses partisipasi terdapat tiga macam

situasi hidup manusia. Pertama, tahap pengalaman langsung atau tahap

eksistensi. Kedua, tahap komunikasi objektif. Ketiga, tahap persekutuan

ontologis.

c. Cinta Dan Kepercayaan Di Era Digital

Pada era digital interaksi dan komunikasi manusia dilakukan dalam

ruang digital yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan

hubungan sosial. Bahkan ruang tersebut dapat menghilangkan batasan

ruang dan waktu secara nyata. Kehadiram media sosial membuat

komunikasi dan interaksi sangat mudah untuk dilakukan.

Kemudahan dalam beriteraksi dan berkomunikasi tersebut belum

menjadikan manusia secara utuh sebagai mahkluk yang bereksistensi.

Kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial, selain berpontensi

untuk menciptakan diri yang palsu. Media sosial juga bisa menjadi salah
139

satu alternatif untuk membangun hubungan manusia satu dan lainya

sebagai hubungan intersubjektivitas. Hubungan manusia yang penuh

cinta, untuk memenuhi eksistensi dirinya sebagai manusia.

Dalam melakukan hubungan intersubjektivitas manusia sepenuhnya

sadar, sekali-kali ikatan persekutuannya dengan sesama bisa ambruk

atau putus sama sekali, yang membuat manusia berhianatan, putus asah

dan kecewa sehingga membuat hubungan itu hilang dan berganti

menjadi hubungan yang saling mengobjektifikasi. Dalam media sosial

hal ini sangat dominan terjadi, sehingga mengakibatkan manusia satu

sama lain saling mencurigai. Apalagi ketika bentuk interaksi dan

komunikasi melalui media sosial yang sangat terbatas untuk

mengungkapakan diri sepenuhnya. Sehingga Marcel menjelaskan

tentang konsep harapan sebagai puncak untuk memenuhi dasar dari

kebutuhan akan kepenuhan eksistensi dirinya menuju ada atau being.

Harapan tidak dibangun di atas kekuatan sendiri, atau kita tidak

dapat menyandarkannya pada kemampuaan kita sendiri. Dalam harapan

kita seolah-olah telah menaruh suatu kepercayaan tertentu pada suatu

subjek lain yang mengatasi kita. Berharap merupakan tindakan yang

menaruh kepercayaan pada realitas. Orang yang berharap sadar waktu

selalu terbuka baginya dan juga tergugah untuk terbuka kepada masa

depannya sendiri. Harapan tidak ditujukan pada manusia, karena

manusia bisa ingkar janji, mengkhianati cinta dan seterusnya.


140

Harapan sejati menurut Marcel adalah harapan yang menaruh

kepercayaan kepada engkau yang absolute. Kita menyatukan diri kita

dengan engkau absolu dengan jalan menyerahkan segala kepercayaan

kepada-Nya. Yang berarti kita selalu berharap hanya kepada-Nya saja,

dan juga mendasarkan seluruh hubungan kita dengan orang lain kepada-

Nya. Harapan kepada engkau absolute itulah yang akhirnya menjadi

satu-satunya basis bagi persekutuaan kita.

Engkau absolute juga menyatukan aku dengan diriku sendiri, dunia,

sesama serta menyatukan kita dengan banyak orang lainya. Harapan itu

terdapat pada pusat diri manusia, harapan selalu mengatasi segala

perhitungan dan data objektif. Ikatan persekutuan manusia yang bisa

ambruk dan putus sama sekali, yang selalu mengancam hubungan-

hubungan antarmanusia dapat berharap pada engkau absolute karena

engaku absolute tidak bisa dijadikan dia (lui) .

Harapan kepada yang absolute membuat hubungan

intersubjektivitas yang rapuh tersebut dapat menjadi lebih kuat dan utuh.

Teknologi digital sebagai hasil dari proses kemajuan ilmu pengetahuan

dan hasil kreativitas manusia merupakan wujud yang sangat rapuh dan

tidak utuh. Sebagai suatu hal yan dapat memenuhi kepenuhan eksistensi

manusia. Dikarenakan teknologi digital hanyalah sesuatu hal yang dapat

melengkapi eksistensi manusia.


141

Teknologi digital hanya sebagai suatu alat yang dimiliki manusia

bukan sebagai ada itu sendiri, walaupun teknologi digital berperan besar

dalam kehidupan manusia modern. Sebagai suatu alat yang dimiliki,

hubungan antara manusia dengan teknologi digital merupakan

hubungan yang bersifat memiliki. Dalam hubungan ini menurut Marcel

terdapat tiga aspek yang menjadikannya sebagai hubungan memiliki

yaitu privatisasi, memilihara, dan berkuasa.

Hubungan memiliki antara manusia dengan teknologi digital seperti

media sosial pada dasarnya tidak dapat memenuhi kepenuhan eksistensi

manusia untuk menuju ada. Maka dari itu menjadikan teknologi sepeti

media sosial yang merupakan salah satu hasil dari kemajuan teknologi.

Sebagai sesuatu hal yang dapat memenuhi kebutuhan akan kepenuhan

eksistensi, atau kebutuhan yang bersifat transendental, merupakan

kekeliruan . Karena hal demian akan menjadikan manusia semakin

terasing akan dirinya dan menjauhkan manusia dari ada (being) atau

engakau yang abolute.

Menurut filosof muslim Jalaludin Rumi makna yang dapat

mengantarkan manusia, yang telah dipisahkan dari Tuhan, kembali ke

Tuhan adalah cinta Ilahi. Melalui efek cinta Ilahi, tubuh manusia yang

dibentuk oleh bumi mendaki ke langit, ke Tuhan. Cinta yang tak dapat

diekspresikan memiliki kemampuan menyinari jalan dan hati manusia.


142

Ketika manusia menulis tentang cinta, logika tak dapat

menguraikannya, hanya cinta yang dapat mengekspresikan cinta. Dalam

hal ini logika atau pikiran yang rasional seperti yang dijelaskan Marcel

sebagai refleksi pertama tidak akan bisa memecahkan misteri. Atau

mencapai kepenuhan eksistensi manusia dan menuju kepada ada

(engaku yang absolute).

Pada era digital teknologi seolah-olah telah menjadi Tuhan baru

yang dapat menjawab dan memenuhi segala kehidupan manusia,

padahal tidak demikian. Lahirnya kepercayaan yang berlebihan

terhadap teknologi menjadikan manusia semakin terasingkan dengan

dirinya, tidak memiliki sumber-sumber keyakinan tradisional yang telah

menjadi bagian dirinya sendiri, orang lain dan metafisika, manusia yang

mulai menolak nilai-nilai tradisional. Marcel menyebutkan keterasingan

ini bukan bersifat eksternal melainkan bersifat internal.

Keterasingan ini menjadikan manusia modern, yang terbentuk

melalui identitas digital dan kehidupan keseharian di media sosial.

Semakin terpisah dengan kebutuhan transendental yang terdapat dalam

dirinya. Menurut Marcel kepercayaan sejati disandarkan pada sesuatu

yang berada diluar dirinya yang bersifat lebih tinggi yaitu engkau yang

absolute bukan kepada teknologi. Keterbukaan terhadap yang lain,

dirinya dan lingkungan disekitar mengantarkan manusia untuk menuju

ada yaitu engkau yang absolute yang menjadikan eksistensi dirinya

mencapai ada atau being.


143

Keberadaan manusia dengan identitas digital dan media sosial

sebagai ruang baru. Berdampak besar pada proses pemenuhan akan

eksistensi dirinya. Karena di era digital manusia memiliki potensi besar

untuk memalsukan dirinya dengan berbagai indentitas digital. Selain itu

juga kecanggihan ruang citran yang berada terpisah dengan realitas

kehidupan kongkret yang dialami manusia, menjadikan pemaknaan

terhadap diri dan orang lain terbatas hanya pada layar yang tersusun

berdasarkan kode bit.

Menurut Marcel untuk mencapai kepenuhan esksistensi, terdapat

tiga tahap yaitu dengan melakukan apa yang di sebut Marcel tahap-tahap

dalam partisipasi yaitu mengagumi, melakukan refleksi pertama dan

kedua, dan mengekplorasi kehidupan. Melakukan tahapan tersebut akan

dapat mengatarkan manusia pada kehadiran yang dilandasi cinta antar

manusia, dan menjadikan hubungan satu sama lain bersifat

intersubjektifitas. Sehingga dapat melahirkan harapan dan kepercayaan

pada diri manusia secara personal yang mengarahkan kepada engkau

yang absolute.

Konsep Gabriel marcel yang mengarahkan manusia pada engkau

yang absolute, juga dijelaskan oleh Mohamad Iqbal. Dimana Menurut

Mohamad Ikbal intisari kehidupan adalah perbuatan, tujuannya adalah

kemampuan rohani dan moral yang tumbuh dari ketaatan dan

pengendalian diri. Iqbal menjelasakan mengenai relasi khudi (ego kecil)

dan khuda (ego besar), bahwa Relasi antara manusia sebagai khudi dan
144

Allah SWT sebagai khuda bersifat aktif. Manusia dan Allah SWT

berjalan dua arah arah, dari manusia bergerak kearah penyempurnaan

diri, sedangkan arah dari Allah SWT berupa pemberian hidayah. Dalam

pandangan Iqbal khudi yang mengarah kepada penyempurnaan diri

adalah manusia yang mempunyai sifat-sifat Tuhan dalam dirinya,

sehingga ada kedekatan antara ego kecil (khudi) dengan ego besar

(khuda). Ego kecil bersifat individual dan tidak lebur dalam individu-

individu yang lain dan selalu ada jarak antara ego kecil dengan ego

besar.

Iqbal menyebutkan beberapa ciri yang dapat menumbuh

kembangakan dan yang memperkuat khudi yaitu cinta (isyrq) adalah roh

yang menghidupkan dan yang menghilangkan kesulitan manusia.

Sekaligus sebagai benteng bagi keburukan dan kejahatan manusia.

Selian itu juga yang mengarahkan segala kesanggupan sifat dan fitrah

kepada yang dikasihi agar beroleh keridhoan-Nya.

Kedua faqr, sikap tidak peduli terhadap apa yang disediakan oleh

dunia ini karena ia mencita-citakan sesuatu yang kebih tinggi dari pada

kehidupan duniawi. Berwatak sunyi dari mementingkan diri sendiri,

seseorang yang berkeja keras bagi kebaikan dan keselamatan dunia

tanpa pamrih. Ketiga, semangat atau keberanian, adalah kualiatas

universal yang diakui sebagai unsur sah karakter manusia. Keberania

merupakan kondisi yang diperlukan manusia dalam mengahadapi

lingkungna hidup.
145

Keempat, toleransi, adalah sikap menghormati ego dalam diri sendiri

dan ego orang lain. kelima, kasb al-halal (usaha halal), adalah hidup

dengan usaha dan nafkah yang halal yang berarti memperoleh cita dan

pikiran semata-mata oleh pikiran dan tenaganya sendiri. keenam, kreatif

dan orisinalitas artinya semua kegiatan manusia haruslah didasarkan

pada daya cipta dan keasliaan yang ditumbuhkan dari dalam diri

manusia itu sendiri. Dari pandangan Mohamad Iqbal diatas terdapat

kemiripan dengan konsep manusia sebagai subjek yang dimaksud

dengan Gabriel Marcel sebagai aku dan hubungan antara manusia yang

bersifat intersubjektifitas yang berlandasakan cinta kasih. Dan

hubungan antara manusia sebagai makhluk, yang eksistensinya tidak

berarti apa-apa tanpa eksistensi sang absolute.

B. Saran

Dalam penlitian ini penulis menyadari masih banyak kekurangan

dan masih banyak poin-pin yang perlu diperjalas dan disempurnakan. Oleh

karena itu penulis menyarankan agar dalam penelitian selanjutnya

pembahasan mengenai pemikiran Gabriel Marcel, khususnya dalam

persoalan terkait eksistensi manusia lebih dikaji secara mendetail.

Bagi peneliti lain, sebaiknya penelitian ini diuji kembali dengan

melakukan analisis kritis yang lebih mendetail, sehingga nantinya


146

diharapakan adanya pengembangan pemikiran yang lebih luas lagi agar

mendapatkan kesimpulan dan hasil yang lebih valid.


147

DAFTAR PUSTAKA

Achsa, Hatmi Prawita (dkk). Representasi Diri Dan Identitas Virtual Pelaku Roleplay

Dalam Dunia Maya. Jurnal Paradigma Volume 03, Tahun 2015.

Adiansah, Wandi (dkk). Person In Environment Remaja Pada Era Revolusi Industry

4.0. Jurnal Pekerjaan Sosial, Vol. 2 No. 1, Juli 2019 : 47-60.

Aji, Rustam. Digitalisasi Era Tantangan Media (Analisis Kritis Kesiapan Fakultas

Dakwa Dan Komunikasi Menyongsong Eara Digital). Islamic Communication Jurnal,

Voll.01, No 01, Mei-Oktober 2016.

Amteme, Gabriel Manek (dkk). Gabriel Marcel Filsafat Eksistensi Dan Konteks

Kehidupan Bersama. Jurnal Sosiohumanika, 16b (1), Januari 2003.

Astuti, Yanti Dwi. Dari Simulasi Realitas Sosial Hingga Hiper-Realitas Visual:

Tinjauan Komunikasi Virtual Melalui Media Sosial Di Cyberspece. Jurnal

Komunikasi Profetik Vol. 08 Nomor 2, Oktober 2015.

Bayrakli, Bayraktar. Filsafat Eksistensialisme: Perspektif Tasawuf Dan Filsafat

Mengatasi Problema Eksistensi Manusia Jalaluddin Rumi Sampai Filsofof

Kontemporer. Terj. Suharsono. Jakarta: Perennial Press, 1996.

Bakker, Anton (dkk). Metode Penelitian Filsafat. Yogyakarta: PT Kanisius, 2005.

Bertens, K. Sejarah Filsafat Kontemporer Jilid II. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2014.
148

Dagun, Save M. Filsafat Eksistensialisme. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.

Farida (dkk). Media Tradisional Dan Media Online. AT-TABSYIR, Vol.3, No.1,

Juni 2015.

Feriyansyah (dkk). Kewargaan Digital: Warga Digital Dalam Kepungan

Hiperkoneksi. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2019.

Haryadi, Mathias. Membina Hubungan Antarapribadi Berdasarkan Prinsip Partipasi

Persekutuan Dan Cinta Menurut Gabriel Marcel. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Hudori. Skripsi: Eksistensi Manusia (Analisis Kritis Eksistensialisme Barat Dan

Islam). Institute agama negeri raden intan lampung, 2017.

Iqbal, Feriyansyah Muhammad (dkk). Kewargaan Digital: Warga Digital Dalam

Kepungan Hiperkoneksi. Yayasan Kita Menulis, 2019.

Lim, Francis. Filsafat Teknologi Don Idhe Tentang Dunia, Manusia, Dan Alat.

Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Maharani, Septiana Dwiputri. Pandangan Gabriel Marcel Tentang ManusiaDalam

Konteks Peristiwa Bencana Alam. Jurnal Filsafat Vol. 22, Nomor 2, Agustus 2012.

Marcel, Gabriel. Misteri Eksistensi: Menyelami Makna Keberadaan. Terj. Agus

Prihantoro. Yogyakarta: Kreasi wacana, 2005.


149

Moeleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatis. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2016.

M.S , Dr. Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:

Paradigma, 2005.

Nasution, Robby Darwis. Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi

Terhadap Eksistensi Budaya Lokal. Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Public

Vol. 21 No. 1, Juni 2017.

Nurudin. Tuhan Baru (Masyarakat Cyber Di Era Digital). Yogyakarta: Aditya Media

Publishing, 2012.

Piliang, Yasraf Amir. Masyarakat Informasi Dan Digital: Tekologi Informasi Dan

Perubahan Sosial. Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012.

Purnama, Ag. Manusia Mencari Makna Dalam Pergulatan Kaum Eksistensialis.

Jurnal Orientasi Baru, Vol. 19, No. 2, Oktober 2010.

Qomariah, Siti. Intersubjektivitas, Cinta Dan Kesetiaan Dalam Film Habibie &

Ainun Perspektif Eksistensialisme Gabriel Marcel. Jurnal Studia Insania Vol. 3, No.

2, April 2015.

Roswantoro, Alim, Tuhan Dan Kebebasan Manusia Dalam Eksistensialisme Ateistik.

Yogyakarta: IDE Press, 2008.


150

Shadiq, Gusti Muhamad. Skripsi: Pandangan Eksistensialisme Tentang Eksistensi

Manuisa. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006

Sitohang, Kasdin. Filsafat Manusia Upaya Mebangkitkan Humanisme. Yogyakarta:

PT Kanisius, 2009.

Suriasumantri, Jujun S. “Penelitian Ilmiah, Kefilsafatan Dan Agama: Mencari

Paradigm Kebersamaa” Dalam Ed. Mastuhu Dan Deden Ridwan, Tradisi Baru

Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antardisplin Ilmu. Bandung: Kerjasama Nusantara

dan Pusjarlit, 1998.

Weij, Van Der Dr. P.A. Filsuf Besar Tentang Manusia. Terj. K. Bertens. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2017.

Wuryanta, Ag. Eka Wenats. Digitalisasi Masyarakat : Menilik Kekuatan Dan

Kelemahan Dinamika Era Informasi Digital Dan Masyarakat Informasi. Jurnal Ilmu

Komunikasi, Volume 1 Nomor 2, Desember : 131-142.

Zamroni, Mohammad. Perkembangan Teknologi Komunikasi Dan Dampaknya

Terhadap Kehidupan. Jurnal Dakwah, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009.

Zulkarnain, Filsafat Khudi Mohammad Iqbal Dan Relevansinya Terhadap Masalah

Keindonesiaan Kontemporer, Pasca Sarjana Universitas Negeri Sumatera Utara

Medan 2016.
151

CURICULUM VITAE

INFORMASI PRIBADI

Nama : Romie Setiawan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jl.Enim, Kel. Tungkal, Kec. Muara Enim, Kab.


Muara Enim, Sumatera Selatan

Tempat Tanggal Lahir : Muara Enim 1 0ktober 1945

No. Hp : 0813-8184-2154

Email : romiesetiawan23@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

 Sekolah Dasar : SD NEGERI 9 MUARA ENIM


 Sekolah Menengah Pertama : SMP NEGERI 5 MUARA ENIM
 Sekolah Menengah Atas : SMK NEGERI 1 MUARA ENIM
 Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA

RIWAYAT ORGANISASI

 Sanggar Teater Gendhing Muara Enim


 Forum Kebangsaan Yogyakarta
 Ketua SC Forum Study Mahasiswa Demokrasi (FORSMAD)
 Koordinator Keluarga Mahasiswa Uin (KAM UIN)
 Koordinator Liga Forum Study Yogyakarta (LFSY)

Anda mungkin juga menyukai