Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN TINGKATPENGETAHUANDENGAN KEPATUHAN

SAFETY RIDINGPADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Disusun oleh :

Novita Chrussiawanti

S11028

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Novita Chrussiawanti
Nim : S.11028
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada
Surakarta maupun diperguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain,kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3. Dalam karya tulis initidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku
diperguruan tinggi ini.

Surakarta,09 Juli2015
Yang membuat pernyataan

Novita Chrussiawanti
NIM.S11028
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atasrahmat
dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi denganjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Safety Riding Pada Remaja
Di SMA Negeri 2 Sukoharjo”. Dalam penyusunanskripsi ini, peneliti banyak
mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagaipihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih danpenghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep,selaku Ketua Program studi S-
1 Keperawatan
3. Ibu S. Dwi Sulisetyowati, S.Kep., Ns. M.Kep , selaku Pembimbing I yang
telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan proposal skripsi.
4. Bapak Sukardi, S.Kp.,MM. selaku Pembimbing II yang juga telah
memberikan masukan dan arahan selama penyusunan proposal skripsi.
5. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
6. Kepala sekolah SMA Negeri 2 Sukoharjo yang memberikan ijin dan arahan
untuk peneliti dalam melakukan penelitian.
7. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Machrus, Ibu Nur Iswanti, seluruh keluarga
besar, yang selalu memberikan dukungan, motivasi, doa dan kasih sayangnya
sepanjang waktu.
8. Fahmi Syaf Rizal yang selalu senantiasa memberikan semangat sehingga
proposal skripsi ini bisa selesai.
9. Didik pamungkas, Vivi Kris Rohmawati, Merlyn Gischa Sofyana dan teman-
teman angkatan 2011 / S11 tersayang, yang saling mendukung dan membantu
dalam proses pembuatan proposal skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan
mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Selanjutnya peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik demi
perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan
pelayanan keperawatan.

Surakarta, 09 Juli 2015

Novita Chrussiawanti
NIM.S11028
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015

NovitaChrussiawanti

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Safety Ridingpada


Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah global dan banyak terjadi setiap
harinya, sehingga perlu mengetahui kepatuhan pengendara kendaraan bermotor
tentang safety riding terkait tentang pengetahuannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan kepatuhan safety
ridingdi SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatifdengan desain
penelitian ini adalah case control. Sampel penelitian ini berjumlah 142 responden.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.
Tingkat pengetahuan remaja tentang kepatuhan safety riding termasuk
dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 90 responden (63,4%). Kepatuhan tentang
safety riding termasuk dalam kategori patuh, yaitu sebanyak 86 responden
(60,6%). Analisis data menggunakan Uji Spearman Rank Correlation dengan
nilai korelasi Spearman Rank yaitu sebesar 0,802 dengan nilai signifikansi (p
value) 0,000 < 0,05, mempunyai arah korelasi positif yang berarti bahwa semakin
tinggi tingkat pengetahuan maka semakin tinggi pula kepatuhan safety riding pada
remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo.Dari hasil penelitian didapatkan hasil, ada
hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding pada remaja di
SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan safety riding pada remaja di SMA Negeri 2
Sukoharjo. Saran dari penelitian ini diharapkan remaja di SMA Negeri 2
Sukoharjo hendaknya untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhantentang safety riding dengan cara mencari informasi lebih mendalam
tentang safety riding di media elektronik, seperti televisi, radio dan internet.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Safety Riding, Kepatuhan, Remaja


Daftar Pustaka : 27 (2004 – 2013)
MOTTO

Jangan takut untuk mencoba karena ketakutan itulah hambatan sesungguhnya dari
sebuah kesuksesan kita

Ketika Tuhan mengambil sesuatu dari genggaman mu, dia tak menghukum mu

Dia hanya membuka tangan mu tuk menerima yang lebih baik

Ketika kita berbicara, kita hanya mengulang apa yang kita tahu. Tetapi pada saat
kita mendengarkan kita mungkin belajar sesuatu yang baru

Hidup tak selalu seperti yang kamu mau, hal baik dan buruk selalu terjadi namun
semua itu telah diatur Tuhan dengan akhir yang indah

PERSEMBAHAN :

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan :

1. Allah SWT yang telah memberikan


Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
terwujud Skripsi ini
2. Bapak Machrus tanpamu aku bukanlah
apa-apa dan ibu Nur Iswanti terima kasih
atas doa restunya dan cinta kasih
sayangnya selama ini
3. Saudara-saudaraku yang selalu memberi
support disetiap langkahku
4. Fahmi Syaf Rizal selalu membantuku
dan menemani hari-hariku
5. Sahabat-sahabatku (merlin, vivi, tyas
stevany, indah, ayu, utari, amik, selvi,
eko, vanya, utamityas, mbk eci, edo,
danang plonco) yang selalu menemani
dan memberi support
6. Teman-teman Angkatan 2011 yang telah
berpatisipasi dalam pembuatan Skripsi
ini Semangaat
7. Almamaterku
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman


2.1 Keaslian Penelitian 24
2.2 Definisi Operasional 30
4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
4.2 Karakteristik responden berdasarkan umur
4.3 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kepatuhan Safety Riding
4.4 Distribusi Kepatuhan Safety Riding
4.5 Hasil Uji Spearman Rank Correlation
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Keterangan Halaman


2.1 Helm Standar Nasional 8
2.2 Surat Surat Yang Harus Dibawa 8
2.3 Servis Sepeda Motor 8
2.4 Jas Hujan Model Ponco 9
2.5 Kelengkapan Motor Sesuai Standar Nasional 9
2.6 Contoh Larangan Membawa Sepeda Motor 9
2.7 Ilustrasi Saat Di Jalan Raya 10
2.8 Kerangka Teori 21
2.9 Kerangka Konsep 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 7 Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 8 Hasil Tabulasi Data Uji Validitas

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas

Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 11 Hasil Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 12 Hasil Penelitian

Lampiran 13 Penghitungan Manual Nilai Mean dan Standard Deviation

Lampiran 14 Lembar Konsultasi

Lampiran 15 Salah satu lembar kuesioner siswa

Lampiran 16 salah satu lembar Persetujuan Responden (Inform Consent) siswa


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah global seiring dengan

terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak

menular (Russeng, 2011). Masalah keselamatan di jalan sangat erat kaitannya

dengan lalu lintas karena berbagai kecelakaan yang dapat menimbulkan

kerugian dan kematian. Faktor manusia yang paling dominan penyebab

terjadinya kecelakaan diantara faktor kendaraan, dan faktor lingkungan.

Keselamatan lalu lintas menjadi salah satu prioritas yang harus diutamakan

dan diperhatikan (Ryan&Hartini, 2013). Perilaku pengendaraSafety Riding

yang lebih memperhatikan baik itu untuk keamanan, kenyamanan dan

kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas untuk mencegah resiko terjadinya

kecelakaan lalu lintas, sebagaimana dilakukan untuk mengutamakan

keselamatan bagi pengemudi maupun penumpang (Riqky, 2009).

Kecelakaan transportasi jalan di dunia telah mencapai 1.5 juta korban

meninggal dan 35 juta korban luka-luka/cacat akibat kecelakaan lalu lintas

pertahun. Sebanyak 85% korban meninggal akibat kecelakaan terjadi di

negara berkembang, pada tahun 2020 penyebab terbesar ketiga kematian

adalah kecelakaan jalan raya, tepat dibawah penyakit jantung dan depresi.

Selain itu, 1 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya di jalan

raya akibat kecelakaan, dimana 40% diantaranya berusia 8-13 tahun.


Sementara itu, jutaan orang lainnya mengalami luka parah dan cacat fisik

akibat kecelakaan (WHO, 2004). Angka kecelakaan di Indonesia

menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Kecelakaan lalu lintas kini

telah menjadi pembunuh urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung

dan stroke (Russeng, 2011).

Ditjen Perhubungan Darat mengatakan bahwa kejadian kecelakaan

lalu lintas di Indonesia masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada

tahun 2009 jumlah kecelakaan mencapai 62.960 kasus dan terus meningkat

menjadi 109.319 kasus pada tahun 2010 dan 109.776 pada tahu 2011 dengan

angka pertumbuhan rata-rata 11,64%. Total korban pada tahun 2011

mencapai 176.763 orang, dengan rincian 31.185 meninggal dunia, 36.767

luka berat dan 108.811 menderita luka ringan (Ditjen Hubdat, 2008-2012).

Data dari Satlantas Polwil Kota Sukoharjotahun 2013, sepanjang 2011

terdapat 11.839 kejadian kecelakaan lalu lintas atau naik dibandingkan tahun

2010, sebanyak 4.482 orang meninggal, 2.587 orang luka berat, dan 15.675

orang luka ringan. Korbannya yakni mahasiswa / pelajar 4.252 orang, profesi

lain-lain sebanyak 1.625 orang dan sisanya karyawan / wiraswasta.

Kendaraan yang paling banyak terlibat kecelakaan adalah sepeda motor

23.216, mobil barang 3.491 unit, serta mobil penumpang 2.495 unit.3 Data

satlantas polresta Kota Sukoharjo menyebutkan jumlah kecelakaan lalu lintas

dari bulan Januari – Maret 2013 mencapai 226 kejadian dengan korban

meninggal dunia sebanyak 56 orang dan kerugian material sebanyak Rp

223.450.000,- (Ryan&Hartini, 2013).


Remaja salah satu segmen terbesar penyumbang kecelakaan lalu

lintas. Usia 17 tahun adalah usia remaja yang baru mendapat SIM, dimana

mereka baru mengetahui sedikit tentang peraturan lalu lintas (Rifqy,

2009).Sehingga, remaja berpikir bahwa mereka cukup dewasa untuk

mengendarai motor di jalan, tetapi dengan pengetahuan tentang mengemudi

yang dangkal sering menyebabkan kecelakaan motor fatal. Pengetahuan

mereka tentang kendaraan dan keselamatan berkendara masih kurang karena

masih merupakan hal baru bagi mereka. Kurang pengetahuan dan

pengalaman tersebut membuat pengemudi remaja kurang tanggap terhadap

situasi yang membahayakan sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan di

jalan raya (Siregar, 2010).

Pengetahuan remaja tentang penggunaan helm merupakan suatu hal

yang penting untuk keselamatan pengendara saat bermotor. Helm standar

adalah pelindung kepala yang berfungsi melindungi pemakainya apabila

terjadi benturan, dengan meliputi bagian-bagian yaitu: tempurung, pelindung

muka, lapisan pelindung dan pengaman, tali pemegang, tutup dagu,

pelindung mata, lubang ventilasi, dan lubang pendengaran. Selain

pengggunaan helm yang berstandar pengawasan, dukungan dan motivasi

keluarga sangat dibutuhkan dalam proses pendewasaan maupun pembentukan

perilaku anak. Selainituterdapat pengaruh antara dukungan keluarga dengan

perilaku Safety Riding (Riqky, 2009)

Kewajiban yang harusdilakukanolehsetiapwarganegara yang

baikadalahpatuhterhadaphukum.Dalamhalini,
remajamerupakansalahsatunyawarganegaratersebut.Remajadapatdikatakanwa

rganegara yang baik,

jikaremajamampumengimplementasikankepatuhannyaterhadap peraturan

hukum.Salah satuperaturanhukumituadalah UU No. 22 Tahun 2009 yang

mengaturtentanglalulintasdanangkutanjalan.Apabilaremajapatuhterhadaptatac

aratertibberlalulintas, makaremajadapatdikatakansebagaiwarganegara yang

baik. Alasannya

karenaremajasudahberkontribusidalammelaksanakankenyamanansetiapwarga

negara, khususnyadalamkenyamananberlalulintas.Olehkarenaitu,

kepatuhanremajaterhadaptatacaratertibberlalulintasmerupakansalahsatuhal

yang pentinguntukmewujudkankondisilalulintas yang aman, selamat,

tertibdanlancarbagisetiappenggunajalan (Yusuf, 2006).

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 November 2014 di SMA

Negeri 2 Sukoharjo peneliti melakukanwawancara tentang safety riding

terhadap 3 remaja yang mengendarai sepeda motor. Hasil wawancara

terhadap 3 remaja mengatakan mengerti tentang safety riding seperti

mempunyai SIM dan STNK, menggunakan helm saat berpergian,

menyalakan klakson, menyalakan lampu sein, memasang spion dengan

lengkap, tidak memboncengkan lebih dari 2 orangtetapi tidak mematuhinya.

Seperti hal nya 2 remaja yang belum mempunyai SIM dan belum patuh

terhadap peraturan lalu lintas tentangSafety Ridingdan 1 remaja yang

mempunyai SIM dan patuh terhadap peraturan lalu lintas tentang Safety

Riding.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk lebih lanjut melakukan

penelitian,Oleh karena itu penulis menyimpulkan judul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan dengan Kepatuhan Safety Riding pada Remaja SMA Negeri 2”

dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kepatuhan remaja di SMA Negeri 2

Sukoharjo tentang safety ridding.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah dari uraian pendahuluan di atas penulis

ingin meneliti“Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja

dengan kepatuhan safety ridingdi SMA Negeri 2 Sukoharjo?”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuanremajadengan

kepatuhansafety ridingdi SMA Negeri 2 Sukoharjo.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahuikarakteristik remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo

b. Untuk mengidentifikasi tingkatpengetahuan remaja di SMA Negeri 2

Sukoharjo tentangsafety riding

c. Untuk mengidentifikasi kepatuhan safety ridingremaja di SMA

Negeri 2 Sukoharjo

d. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan

kepatuhan safety riding pada remaja SMA Negeri 2 Sukoharjo


1.4 Manfaat

1. Bagi pengetahuan

Dapat menambah pengetahuan terutama dalam keilmuan

tentangsafety riding.

2. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku

kuliah dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian.

3. Bagi Institusi

a. Bagi SMA Negeri 2 Sukoharjo

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pengelola sekolah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas siswa

XI-XII di SMA Negeri 2 Sukoharjo dengan cara memberikan materi

kepatuhan Safety riding.

b. Bagi Pendidikan

Dapat menjadi refrensi dalam memperluas wawasan mahasiswa

khususnya program studi keperawatan tentang kepatuhan safety

riding.

4. Bagi Peneliti Berikutnya

Dapat menjadi refrensi dalam membuat penelitian berikutnya dan

memperluas penelitian tentang kepatuhan safety riding


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Safety riding

2.1.1.1 Definisi

Safety Riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam

meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan

dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana

kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan

menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita

serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya

( Yustiana, 2013).

2.1.1.2 Penerapan Safety Riding

PenerapanSafetyRidingyangharusdipakaisebagaipendukungk

eselamatanberkendara kendaraan roda dua sebagai berikut

(Sambodo, 2010) :

1. Pelindung kepala

Menggunakanhelmfullfacekacabeningyangmanasetiapmengguna

kannya

harusmenguncikaitannya.Melarangkeraspenggunaanhelm“cetok

”ataupun half face.


Gambar2.1. Helm Standar Nasional (Sambodo,2010).

1. Selalu mengecek dan membawa surat2 kendaraan.Contoh : SIM,

STNK, KTP dan kopian nya.

Gambar 2.2.Surat Surat Yang Harus Dibawa (Sambodo,2010).

2. Selalu mengecek kondisi motor (pengecekan standar) sebelum

melakukan perjalanan.

Gambar 2.3.Servis Sepeda Motor (Sambodo,2010).


3. Selalu membawa jas hujan yang bukan model ponco setiap

berkendara.

Gambar2.4.Jas Hujan Model Ponco(Sambodo,2010).

4. Menggunakan kelengkapan standarmotor.

Contoh : kelayakan dan kelengkapan spion, lampu rem, lampu

sein, lampu malamdan klakson. Melarang keras lampu remyang

menyilaukan (putih).

Gambar2.5.Kelengkapan Motor Sesuai Standar Nasional (Sambodo,2010).

5. Tidakmembawabarangkendaraanyangmelebihi
ketentuan,tidakmelebihi lebar stang dan tinggi kepala.
Gambar 2.6.Contoh Larangan Membawa Sepeda Motor (Sambodo,2010).

6. Mentaati semua peraturan lalu lintas yang berlaku di jalan.


Contoh : berpindah jalur dan berbelok menggunakan spion
dan lampu sein.

Gambar 2.7.Ilustrasi Saat Di Jalan Raya (Sambodo,2010).

Setiap perlengkapan dan syarat lain dalam berkendara tersebut wajib

ditaati setiap kita berada di atas motor, baik jarak pendek menengah dan

jauh.

2.1.2 Kepatuhan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia tahun 2011, kepatuhan

adalah sifat patuh artinya suka menurut (perintah pimpinan negara

meminta setiap warga negara). Kepatuhan juga dapat diartikan

mengikuti suatu spesifikasi, standar atau hukum yang telah diatur

dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi


yang berwenang dalam suatu bidang tertentuLingkup suatu aturan dapat

bersifat internasional maupun nasional. Misalnya, seperti standar

internasional yang diterbitkan oleh ISO serta aturan-aturan nasional

yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Negara hukum didirikan

berdasarkan ide kedaulatan hukum sebagai kekuasaan tertinggi.

Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total

compliance) dimana pada kondisi ini seseorang harus patuh secara

sungguh-sungguh terhadap sesuatu hal, dan penderita yang tidak patuh

(non compliance) dimana pada keadaan ini seseorang tidak melakukan

sesuatu hal (Tondok,2013).

2.1.2.1 Faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan :

1. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya

salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya.

Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan

profesional kesalahan dalam memberikan informasi

lengkap, penggunaan istilah-istilah yang tidak mudah

dipahami dan memberikan banyak instruksi yang harus

diingat oleh seseorang (Brunner & Suddarth, 2005).

2. Tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut

merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara

mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu. Hal ini menunjang


dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah (Brunner &

Suddarth, 2005).

3. Keyakinan, sikap dan kepribadian.

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang

yang gagal berbeda. Orang yang tidak patuh adalah orang

yang mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan

kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan

memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian

kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai

dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkunganya.

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk

meramalkan ketidak patuhan (Brunner & Suddarth, 2005).

4. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat

berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai individu

sertamenentukan program pengobatan yang akan mereka

terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat

keputusan mengenai perawatan anggota keluarga. Derajat

dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain,

isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan

(Brunner & Suddarth, 2005).

5. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional

dari anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan

faktor penting dalam. Keluarga dan teman dapat membantu

mengurangi ansietas, mereka dapat menghilangkan godaan

pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi

kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan

sosialnampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang

memiliki status sosial lebih kuat, dibandingkan dengan

negara-negara barat (Brunner & Suddarth, 2005).

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

2.1.3.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil "tahu" pengindraan

manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui

kulit. Pengetahuan atau kognitif merapakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior) (Notoatmodjo, 2010).

2.1.3.2 Tingkat Pengetahuan didalam Domain Kognitif

Menurut Notoadmojo (2010), dalam domain

kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat

intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa,


memecahkan masalah dan Iain-lain) yang beijenjang

sebagai berikut:

1. Tahu (knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan

keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori

ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat

kembali hal-hal atau keterangan yang pernah

berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts).

2. Memahami (Comprehension)

Pernahaman diartikan dicapainya pengertian

(understanding) tentang hal yang sudah kita kenali.

Karena sudah memahami hal yang bersangkutan

maka juga sudah mampu mengenali hal tadi

meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam

jenjang kognitif ini misalnya kemampuan

menterjemahkan,menginterpretasikan,menafsirkan,

meramalkan dan mengeksplorasikan.

3. Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan

menerapkan hal yang sudahdipahami ke dalam

situasi dan kondisi yang sesuai.

4. Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk

menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri

unsur-unsur atau komponen-komponen yang

berhubungan antara yang satu dengan lainnya

dalam suatu bentuk susunan berarti.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur

tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung

arti tertentu.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikiasi atau penilain terhadap

suatu materi atau suatu obyek berdasarkan kriteria

yang ditentukan sendiri ataumenggunakankriteria-

keriteria yang telah ada.

2.1.3.3 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk

memperolehpengetahuan, yaitu:

1. Cara Tradisional

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode

ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan


logis. Cara-cara penemuan pengetahuan periode ini

antara lain, meliputi:

a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

kemunginan kedua ini gagal pula, maka dicoba

dengan kemungkinan ketiga, dan apabila

kemungkinan ketiga gagal di coba kemungkinan

keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut

dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini

disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau

salah) atau metode coba salah coba-coba.

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari,

banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan olehorang, tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan

tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan

ini biasanya di wariskan turun temurun dari

generasi ke generasi berikutnya, dengan kata

lain pengetahuan tersebut diperoleh


berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan.

Prinsip ini adalah orang lain menerima

pendapat yang dikekemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta emperis ataupun

berdasarkan penelitian sendiri. Hal ini

disebabkan karena orang yang menerima

pendapat tersebut menganggap bahwa yang

dikemukakannya adalah benar.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik,

demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung

maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu

cara untuk memperoleh pengetahuan.

d. Melalui Jalan Pikir

Sejalan dengan perkembangan umat

manusia, cara berpikir manusia pun ikut

berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakam penalarannya dalam


memperolehpengetahuannya. Dengan kata lain,

dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui

induksi maupun deduksi.

2. Cara Modem dalam Memperoleh Pegetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara

ini disebut "metode penelitian ilmiah", atau lebih

populer disebut metodelogi penelitian (reseacrh

methodology).

2.1.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Pendidikan

Tingkat penMdidikan turut pula menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan

yang mereka peroleh, maka umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin baik pula pengetahuannya

(Hendra, 2008).

2. Pengalaman

Suatu yang pernah dialami seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuam yang bersifat

nonformal (Notoatmodjo, 2007).

3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses

perkembangan mental bertambah baik, akan tetapi pada

umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental

ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun

(Hendra, 2008).

4. Informasi

Informasi akan memberi pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki

pendidikan yaug rendah tetapi jika dia mendapatkan

informasi yang baik dari berbagai media, misal seperti TV,

radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).

5. Lingkungan Budaya

Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana

orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan

yangdimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang

hidupnya (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3.5 Tingkat Pengetahuan

Menurut Riwidikdo (2013), tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan,

yaitu :

1. Dalam kriteria baik, bila nilai: (x) > mean + 1SD


2. Dalam kriteria cukup,bila nilai: Mean - 1SD ≤ x ≤ mean +

1SD

3. Dalam kriteria kurang,bila nilai: (x) < mean – 1SD

2.1.4 Remaja

Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh kearah

kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya

kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa

remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanyaperubahan

fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun

adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan

sering disebut massa pubertas (Widyastuti, 2009).

Remaja merasakan bukan kanak-kanak lagi, tetapi belum

mampu memegang tanggung jawab seperti orang dewasa. Oleh karena

itu, pada masa remaja terdapatkegoncangan pada individu remaja itu,

terutama saat melepaskan nilai-nilai yang lamadan memperoleh nilai-

nilai yang baru untuk mencapai kedewasaan. Masalah yang dihadapi

oleh remaja diantaranya pertumbuhan jasmani yang cepat,

pertumbuhan emosi, pertumbuhan mental, pertumbuhan pribadi dan

sosial.
2.2 Kerangka Teori

Tingkat pengetahuan Kepatuhan Faktor faktor yang


mempengaruhi
kepatuhan :

Safety Riding 1. Pemahaman


tentang
Faktor –faktor yang
instruksi
mempengaruhi
Remaja 2. Tingkat
pengetahuan :
pendidikan
1. Pendidikan
3. Keyakinan,
2. Pengalaman
sikap dan
3. Usia
kepribadian
4. Informasi
4. Dukungan
5. Lingkungan
keluarga
Budaya
5. Dukungan
sosial

Gambar 2.8

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2007)., Yustiana (2013) danHendra (2008)


2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Tingkat Kepatuhan Safety Riding


Pengetahuan

Gambar 2.9 Kerangka konsep

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiono,2009). Maka dari itu, Hipotesis

dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa jika kepatuhan berkendara

tidak dilaksanakan maka safety riding akan menjadikan tingkat keselamatan

dijalan meningkat.

Ho: Tidak ada hubungantingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety

riding di SMA 2 Sukoharjo.

Ha: Ada hubungantingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding di

SMA 2 Sukoharjo.
2.5 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1.Keaslian Penelitian

Metode dan hasil


Nama peneliti Judul penelitian
penelitian
Riyan Perwitaningsih, Hubungan Antara Metode : Penelitian
Eni Mahawati, Eko Pengetahuan dan Sikap ini merupakan
Hartini (2013) Terhadap Praktik penelitian dengan
Keselamatan dan pendekatan cross
Kesehatan Berkendara sectional
Sepeda Motor Pada ,pengambilan
Mahasiswa Kesehatan sampel teknik
Masyarakat UDINUS menggunakan
Semarang accidental sampling.
Analisis data
menggunakan Rank
Spearman .
Pengumpulan data
dilakukan dengan
cara kuesioner oleh
responden.
Hasilnya : Hasil
merupakan ciri khas
dari responden di
mana rata-rata usia
20 tahun , laki-laki
(49,2 % ) dan
perempuan (50,8 %)
, pengetahuan (33,8
%) , sikap (33,8 %)
dan praktek (44,6
%) responden masih
kurang.
AnungWinahyu dan Kepatuhan Remaja Metode : Teknik
Sumaryati (2012) Terhadap Tata Cara pengumpulan data
Tertib Berlalu Lintas menggunakan angket
(Studi di Dusun Seyegan dan observasi. Teknik
Srihardono Pundong analisis data
Bantul) menggunakan reduksi
Hasil :penelitian
menunjukkan bahwa
kepatuhan remaja
terhadap tata cara
tertib berlalu lintas di
Dusun Seyegan
Srihardono Pundong
Bantul Tahun 2012
dapat dinyatakan
cukup
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitianini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut

Nursalam (2008), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan

(memaparkan) peristiwa peristiwa yang penting terjadi pada masa

kini.Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan

menggambarkan suatu fenomena yang berbentuk angka-angka

(Hidayat, 2010).

Desain pada penelitian ini adalah case control. Case control yaitu

peneliti melakukan pengukuran pada variabel dependen dahulu, sedangkan

variabel independen ditelusuri secara retrospektif untuk menentukan ada

tidaknya faktor yang berperan (Nursalam, 2008).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua siswa siswi kelas XI dan XII yang mengendarai sepeda motor di

SMA Negeri 2 Sukoharjo yang berjumlah 220 siswa.


3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2012). Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah

sampel adalah menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

N
n
1  N (e)2`

Dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

E = batas toleransi kesalahan (error tolerance)

N = 220/1 + 220 (0,05)2

= 220/1 + 0,55

= 220/1,55

= 141,93

= 142 responden

Berdasarkan hasil perhitungan rumus Slovin maka diperoleh

sampel penelitian sebanyak 142 responden. Untuk menggunakan rumus

ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi

kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil toleransi

kesalahan, maka semakin akurat sample yang menggambarkan

populasi. Misalnya, penelitian ini menggunakan kesalahan 5% berarti

memiliki tingkat akurasi 95%.


3.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008).

Pengambilan sampel menggunakanpurposive sampling. Menurut

Nursalam (2008), purposive sampling adalah suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karaktersitik umum subyek

penelitian dari populasi yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2008). Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini

yaitu siswa-siswi kelas XI dan XII yang masuk saat dilakukan

pengambilan data.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini yaitu siswa-

siswi kelas XI dan XII yang tidak masuk saat dilakukan

pengambilan data.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi yang digunakan

untuk mengambil kasus atau observasi (Notoadmodjo,

2010).Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sukoharjo.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu atau saat yang digunakan untuk

pelaksanaan penelitian atau observasi (Notoadmodjo, 2010).Waktu

penelitian sesuai dengan jadwal.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

5 Maret 2015 sampai dengan 25 Maret 2015.

3.4 Variabel, Defenisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).

Dalam penelitian ini hanya menggunakandua variableyaitu

hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding pada remaja

SMA Negeri 2 Sukoharjo.


Tabel 2.2.Definisi Operasional

Nama
Pengertian Indikator Variabel Alat Ukur Skala
Variabel
Variabel Independen
Tingkat pengetahuan 1. Kategori baik yaitu Kuesioner Ordinal
pengetahuan manusia sesuai menjawab benar 26-27
dengan soal yang diharapkan.
penglihatan 2. Kategori cukup yaitu
dirinya sendiri menjawab benar 17-25
dan setiap orang soal yang diharapkan.
mempunyai 3. Kategori kurang yaitu
tingkat menjawab benar 1-16
pengetahuan soal yang diharapkan.
yang berbeda.
Variabel Dependen
Kepatuhan Perilaku patuh 1.Patuh, jika mendapat skor Kuesioner Ordinal
safety riding pada seseorang >7,9.
untuk keamanan 2.Tidak patuh, jika
saat berkendara mendapat skor < 7,9.
di jalan raya

3.5 Alat dan cara Pengukuran Penelitian

3.5.1 Alat Pengukuran Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal hal yang dia

ketahui (Arikunto, 2010).

Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

pada siswa siswi adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).

Pertanyaan terdiri dari 27 soal yang disusun berdasarkan kisi kisi yang

diambil dari sumber teori tentang kepatuhan safety riding. Pernyataan

terdiri dari pernyataan positif (favorable)dan pertanyaan negatif


(unfavorable) dengan pilihan jawaban benar ada 13 soal

(1,4,6,7,9,11,13,16,18,20,22,24,26) dan ada 14 soal salah

(2,3,5,8,10,12,14,15,17,19,21,23,25,27). Penilaian pernyataan positif

(favorable)jika benar dengan skor 1 dan jika salah dengan skor 0.

Pernyataan negatif (unfavorable)jika benar dengan skor 0 dan jika salah

dengan skor 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda

centang pada jawaban yang dianggap benar.

Observasi yang digunakan untuk mengetahui kepatuhan pada siswa

siswi. Pernyataan terdiri dari 10 soal yang berdasarkan kisi kisi yang

diambil dari sumber teori tentang kepatuhan safety riding. Pernyataan

terdiri dari pertanyaan patuh dan tidak patuh nilai 1 jika jawaban benar

dan diberi nilai 0 jika jawaban salah, Dengan kriteria : Patuh, jika

mendapat skor > 7,9 dan tidak patuh, jika mendapat skor <7,9.

Untuk mengetahui kuesioner berkualitas terlebih dahulu dilakukan

uji validitas dan rehabilitas dengan karakteristik seperti sejenis diluar

lokasi penelitian. Uji validitas dilaksanakan di SMK Batik 1 Surakarta

dengan jumlah 70 siswa.

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukan

tingkat kevalidan atau keaslihan sesuatu instrumen (Arikunto,

2010). Peneliti akan melakukan uji validitas di SMK Batik 1

Surakarta yang mempunyai populasi siswa yang mengendarai

sepeda motor yaitu 220 siswa. Sebuah instrumen dikatakan valid


apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur.

Penelitian ini mengunakan uji validitas dengan rumus product

moment, yaitu :

.∑ − ∑ ∑
=
2 2
∑ − (∑ )2 ∑ − (∑ )2

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Intrumen dinyatakan valid jika nilai rhitung >rtabel dengan

taraf signifikansi 0,05. Nilai rtabel ditentukan dari jumlah responden

(Riwidikdo, 2010).Hasil uji validitas dari variabel tingkat

pengetahuan terdapat 3 item pernyataan yang tidak valid yaitu

nomor item 3, 8, 17 dengan nilai rhitung 0,232, 0,225 dan 0,150 <

rtabel yaitu sebesar 0,235, untuk selanjutnya nomor pernyataan yang

tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Sehingga untuk

variabel tingkat pengetahuan hanya terdapat 27 item pernyataan

yang dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian. Sedangkan pada variabel kepatuhan safety riding

terdapat semua item pernyataan yang dinyatakan valid karena rhitung

>rtabel (0,235).
2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen

yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden

memilih jawaban jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar

sesuai dengan kenyataanya. Maka berapa kalipun diambil tetap

akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti

menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program

komputer. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

2

11 = 1−
−1 2

Keterangan :

r11 :Reliabilitas Instrumen

k :Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal


2
∑ :Jumlah varian butir
2 :Varian total

Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki

nilai Alpha Chronbachminimal 0,7 (Riwikdido, 2010). Setelah

dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Chronbach untuk

variabel tingkat pengetahuan sebesar 0,830 > 0,7, sehingga ke-27

item pernyataan dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai

alat pengumpulan data.


3.5.2 Cara Pengukuran Penelitian

Cara pengukuran data dilakukan dengan cara memberikan

lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada siswa

siswi, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Adapun

langkah peneliti agar memperoleh data adalah

1. Persiapan

a. Pengajuan usulan proposal penelitian ke prodi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

b. Prosedur Administrasi

Pada saat prosedur administrasi, peneliti mengurus

surat study pendahuluan penelitian di Prodi S-1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

untuk dilanjutkan ke bagian kesiswaan SMA Negeri 2

Sukoharjo dalam rangka untuk memperoleh ijin penelitian,

kemudian peneliti menyampaikan surat studi pendahuluan

kepada SMA Negeri 2 Sukoharjo.

c. Peneliti melakukan studi pendahuluan di SMA Negeri 2

Sukoharjo.

2. Pelaksanaan

a. Peneliti berada di SMA Negeri 2 Sukoharjo pada jam

09.00WIB dan melakukan penelitian pada siswa siswi yang

mengendarai sepeda motor

b. Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Sukoharjo


c. Peneliti mengidentifikasi sampel sesuai kriteria inklusi

sampel

d. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian

kepada responden

e. Peneliti meminta persetujuan kepada responden

f. Keesokan harinya peneliti datang ke SMA Negeri 2

Sukoharjo pukul 06.30WIB untuk observasi kepatuhan safety

ridingdalam 1 hari peneliti mampu mengobservasi 10

responden jadi waktu yang dibutuhkan oleh peneliti 14 hari

untuk 142 sampeldan mencatat nama, kelas, no responden

g. Pada Penelitian ini untuk melakukan observasi kepatuhan

peneliti di dampingi oleh 2 orang untuk membantu

mengidentifikasi nama dan kelas responden adapun yang

mendampingi peneliti adalah Lia Nur Prastiwi kelas XI MIA

1 dan Mega Fitriana kelas XII IPS 3 alasan peneliti

mengggunakan 2 orang tersebut agar peneliti mudah untuk

mengetahui identitas responden

h. Setelah observasi kepatuhan selama 14 hari selanjutnya

peneliti mengukur tingkat pengetahuan responden dengan

cara menyebarkan kuesioner yang telah di buat oleh peneliti

i. Pada penyebaran kuesioner peneliti di dampingi oleh 8 orang

rekan peneliti untuk membantu menyebarkan dan mengawasi

responden saat mengerjakan kuesioner. Alasan peneliti


dibantu oleh 8 rekan karena di SMA Negeri 2 Sukoharjo

kelas XI memiliki 8 kelas dan kelas XII memiliki 8 kelas,

selain itu agar efektif dalam melakukan pengukuran tingkat

pengetahuan.

j. Peneliti dan 8 orang rekan peneliti pada pukul 09.30WIB

masuk ke kelas XI adapun sebelumnya peneliti sudah

membagi kepada 8 orang rekan untuk masuk kelas

menyebarkan dan mengawasi pengisian kuesioner yang

nantinya kuesioner dibagikan pada seluruh siswa kelas XI,

Setelah itu pada pukul 11.00WIB peneliti dan 8 orang rekan

peneliti masuk ke kelas XII adapun tata caranya sama seperti

di kelas XI

k. Setelah semua kuesioner dikumpulkan jadi satu peneliti

mencari 142 nama responden yang telah di observasi selama

14 hari yang lalu agar ditindak lanjuti, dan kuesioner yang

tidak ikut diobservasi tidak ditindak lanjuti.

1.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1.6.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan

berikutnyaadalah pengolahan data. Proses pengalahan data ada 4

menurut(Notoatmodjo, 2012) yaitu:


1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari

lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih

dahulu.Secara umum editing adalah kegiatan unruk

pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

Dalam penelitian ini editing dilakukan apabila ada

jawaban-jawaban yang belum lengkap, perlu dilakukan

editing dengan cara pengambilan data ulang untuk

melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Penelitian ini tidak

temukan jawaban yang belum lengkap. Siswa siswi SMA

N 2 Sukoharjo telah menjawab semua soal yang diberikan

oleh peneliti.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting,

selanjutnya dilakukan peng"kodean" atau "coding", yakni

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan. Dalam penelitian ini coding

dilakukan dengan menggunakan angka 0 untuk jawaban

salah dan angka 1 untuk jawaban benar.

3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk "kode" (angka atau huruf) dimasukkan

kedalam program atau"software"


komputer.Softwarekomputer ini bermacam-macam,

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

Salah satu paket program yang paling sering digunakan

untuk "entri data" penelitian adalah paket program

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan, perlu dicek kcmbali untuk

melihat kemungkinan-kcmungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pcmbetulan atau koreksi. Pada

penelitian ini tidak ada kesalahan kode maupun

ketidaklengkapan data sehingga tidak dilakukan pembetulan

atau koreksi.

1.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Menurut Notoatmodjo (2010), analisa univariat

yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap

penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentase dari tiap variabel. Analisa univariat dilakukan

untuk menjelaskan variabel tingkat pengetahuan, kepatuhan

safety riding, dan karakterisitik responden yang meliputi

umur, jenis kelamin, mulai umur berapa mengendarai

sepeda motor. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.


2. Analisa Bivariat

Pengertian analisa bivariat adalah analisa yang

dilakukan lebih dari dua variabel (Notoatmodjo, 2010).

Analisa ini digunakan untuk menguji hubungan tingkat

pengetahuan remaja SMA kelas XI dan XII dengan

kepatuhan safety riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo.

Pengujian data dilakukan dengan uji Spearman Rank

Correlation karena skala data yang digunakan adalah

ordinal dan ordinal (Hidayat, 2007).

p value ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak

artinya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan

kepatuhan safety riding pada remaja di SMA Negeri 2

Sukoharjo.

p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dengan

kepatuhan safety riding pada remaja di SMA Negeri 2

Sukoharjo.

1.7 Etika Penelitian

Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan

kepada responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan

penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam

penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari


STIKes Kusuma Husada Surakarta, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sukoharjo,

dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin

kerahasiaannya.

Menurut Hidayat (2008), masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

3.7.1 Informed Consent

Informed consent diberikan sebelum melakukan

penelitian.Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk

menjadi responden.Pemberian informed consent ini bertujuan agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya.Jika subyek bersedia, maka mereka harus menanda tangani

lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti

harus menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2008). Pada

penelitian ini semua responden akan dibcri lembar persetujuan.

3.7.2 Anonimity (Kerahasiaan nama/ identitas)

Anonimity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada

lembar pengumpulan data (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data tersebut (Hidayat, 2008). Peneliti tidak

akanmencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data

dalam penelitian ini.

3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan hasil)

Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang

harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah


dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2008).

Penelitian ini kerahasiaan hasil/ informasi yang telah dikumpulkan dari

sctiap subyek akan dijamin oleh peneliti.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2

Sukoharjo yang mengendarai sepeda motor yaitu berjumlah 142 siswa.

Dalam hal ini karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan umur.

Berikut akan dijelaskan satu per satu karakteristik responden.

4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan jenis kelaminnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


(n = 142)
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 78 54,9
Perempuan 64 45,1
Total 142 100%

Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden berjenis

kelamin laki-laki.
4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur (n = 142)


Umur Frekuensi Persentase (%)
16 tahun 45 31,7
17 tahun 90 63,3
18 tahun 7 5
Total 142 100%

Karakteristik responden berdasarkan umur diketahui bahwa

mayoritas responden berumur 17 tahun.

4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Mulai Umur Berapa Siswa

Mengendarai Sepeda Motor

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan mulai

umur berapa siswa mengendarai sepeda motor adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Mulai Umur Berapa


Siswa Mengendarai Sepeda Motor (n = 142)
Mulai Umur Frekuensi Persentase (%)
14 tahun 12 8,5
15 tahun 98 69
16 tahun 32 22,5
Total 142 100%
Karakteristik responden berdasarkan mulai umur berapa siswa

mengendarai sepeda motor diketahui bahwa mayoritas responden

berumur 15 tahun.

4.2. Hasil Analisis Univariat

4.2.1. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kepatuhan Safety Riding

Hasil distribusi responden tentang pengetahuan remaja di

SMA Negeri 2 Sukoharjo tentang kepatuhan safety riding dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kepatuhan Safety


Riding (n = 142)
Tingkat pengetahuan remaja Persentase
Frekuensi
tentang kepatuhan safety riding (%)
Baik 28 19,7
Cukup 90 63,4
Kurang 24 16,9
Total 142 100%

Tingkat pengetahuan remaja tentang kepatuhan safety riding

diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat

pengetahuan tentang kepatuhan safety riding yang cukup.

4.2.2. Kepatuhan Safety Riding pada Remaja SMA Negeri 2 Sukoharjo

Hasil distribusi tentang safety riding pada remaja SMA Negeri

2 Sukoharjo dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Kepatuhan Safety Riding Pada Remaja SMA


Negeri 2 Sukoharjo (n = 142)
Persentase
Kepatuhan safety riding remaja Frekuensi
(%)
Patuh 86 60,6
Tidak patuh 56 39,4
Total 142 100%

Kepatuhan safety riding pada remaja SMA Negeri 2

Sukoharjo diketahui bahwa mayoritas responden termasuk ke dalam

kategori patuh.

4.3. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding pada

remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo. Analisis bivariat dalam penelitian ini

menggunakan uji statistik Spearman Rank Correlation. Hasil uji tingkat

pengetahuan dengan safety riding pada remaja SMA Negeri 2 Sukoharjo

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil Uji Spearman Rank Correlation


Nilai Korelasi
Variabel p-value
Spearman Rank
Tingkat Pengetahuan – Kepatuhan
0,802 0,000
Safety Riding

Tabel 4.5 diketahui bahwa nilai korelasi Spearman Rank yaitu

sebesar 0,802, yang mempunyai arah korelasi positif, hal ini berarti jika

semakin besar nilai suatu variabel atau nilai korelasi, maka semakin besar

pula kekuatan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

safety riding. Nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05, hal ini berarti Ho ditolak

dan Ha diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dengan

kepatuhan safety riding pada remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Demografi

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan umur diketahui bahwa mayoritas responden berumur 17

tahun yaitu sebanyak 90 siswa (63,3%). Menurut Hendra (2008), makin

tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mental

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan

tahun.

Ardhyantoro dan Kumalasari (2010), berpendapat bahwa usia

anak SMA tergolong usia remaja akhir yaitu antara 16-21 tahun,

mereka memiliki ciri antara lain ingin mengungkapkan diri secara

bebas, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai ciri

tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri. Selain itu ditambahkan

oleh Notoatmodjo (2007), usia remaja akhir tersebut biasanya

mempunyai kelabilan emosi yang erat kaitannya dengan perubahan

hormon dalam tubuh. Notoatmodjo juga berpendapat bahwa usia remaja

akhir sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif bahkan

perbuatan nekat. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka


mempunyai rasa ingin tahu dan mendorong untuk mencari tahu. Jika

mereka salah arah, maka cenderung akan memiliki perilaku negatif.

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 78 siswa (54,9%). Hal ini

dikarenakan sebagian besar siswa di SMA Negeri 2 Sukoharjo yang

mengendarai sepeda motor adalah berjenis kelamin laki-laki.

Masa remaja adalah suatu masa perubahan, yaitu terjadi

perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Pada

remaja laki-laki peningkatan emosional yang terjadi secara cepat yang

dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini

merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi

pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini

merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang

berbeda dari masa sebelumnya. Kebanyakan remaja laki-laki bersikap

ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi

mereka menginginkan kebebasan (Hasrul, 2012).

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pertama Kali Siswa

Mengendarai Sepeda Motor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada

waktu pertama kali mengendarai sepeda motor berumur 15 tahun yaitu

sebanyak 98 siswa (69%). Remaja usia 15 tahun merupakan masa

remaja awal atau yang disebut masa transisi. Dimana usianya berkisar
antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan

yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya

baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi

tersebutkemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai

dengankecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi

tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang

mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung

olehlingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang

kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan

perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan

norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan

remaja (Hasrul, 2012).

Menurut Hisyam (2013), karakteristik remaja usia 15 tahun yaitu

secara fisik ditandai dengan berfungsinya organ-organ reproduksi

seperti pada orang dewasa. Perilaku sosial remaja yaitu bergaul dengan

jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman

dekat). Kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel,

kecuali dengan teman dekat pilhannya yang banyak memiliki kesamaan

minat. Ciri kepribadian remaja awal yaitu sudah menunjukkan arah

kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadian.


5.2 Tingkat Pengetahuan Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo Mengenai

Safety Riding

Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

tingkat pengetahuan cukup tentang safety riding yaitu sebanyak 90 responden

(63,4%). Tingkat pengetahuan remaja tentang safety riding di SMA Negeri 2

Sukoharjo mayoritas adalah cukup, hal ini disebabkan karena di sekolah

sudah mendapatkan bimbingan edukasi dari guru BP tentang safety riding

dari segi pengertian, penerapan safety riding, selalu membawa jas hujan yang

bukan model ponco setiap berkendara, menggunakan kelengkapan standar

motor dan tidakmembawabarangkendaraanyangmelebihi

ketentuan,tidakmelebihi lebar stang dan tinggi kepala. Edukasi yang

diberikan dari guru BP, pernah mendapatkan workshop tentang safety riding

dan pembuatan SIM massal yang dilaksanakan pada tahun 2014 yang

bersumber dari kepolisian. Selain mendapatkan bimbingan di sekolah, siswa

juga mendapatkan informasi melalui internet, ataupun media massa. Menurut

Hendra (2008), pendidikan dan informasi yang cukup sangat berperan dalam

peningkatan pengetahuan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis

dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan

bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Asdar, dkk (2013),

didapatkan hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang

safety riding adalah cukup, yaitu 107 orang (61,1%). Dalam Jurnal

Internasional Children’s Safety Network (2012), dapat dijelaskan bahwa hasil


yang didapatkan antara lain responden yang mendapatkan edukasi memiliki

pengetahuan tentang safety riding yang baik dibandingkan dengan responden

yang tidak mendapatkan edukasi tentang safety riding.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahawati, dkk (2013), didapatkan

hasil terdapat mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang safety

ridingyang baik yaitu 58% dan responden yang memiliki pengetahuan kurang

baik tentang safety ridingyaitu 42%.

5.3 Kepatuhan Safety Riding Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo

Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sukoharjo diketahui

bahwa mayoritas responden mempunyai perilaku patuh, yaitu sebanyak 86

responden (60,6%). Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang

aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu. Apabila

responden mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, maka dapat dipastikan

bahwa perilaku kepatuhan akan menjadi patuh. Hal ini menunjang dengan

adanya tingkat pendidikan yang rendah (Brunner & Suddarth, 2005).

Kepatuhan remaja tentang safety riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo

mayoritas responden mempunyai perilaku patuh, hal ini disebabkan sebagian

siswa sudah ada yang mempunyai SIM, karena syarat untuk mendapatkan

SIM adalah berperilaku patuh dan mentaati peraturan lalu-lintas serta dapat

mengendarai motor dengan baik. Kepatuhan dapat diartikan mengikuti suatu

spesifikasi, standar atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya
diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang

tertentu (Tondok, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Rakhmani (2013), didapatkan hasil

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan remaja tentangsafety

riding diantaranya adalah pemahaman tentang tata tertib berlalu lintas, sikap

remaja tentang kepatuhan tata tertib lalu lintas dan adanya program tilang dan

efektivitasnya. Ketiga unsur ini sangat mempengaruhi kepatuhan remaja

dalam tentang safety riding.

5.4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja dengan Kepatuhan

Safety Riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan remaja dengan kepatuhan safety riding di SMA Negeri 2

Sukoharjo. Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja dengan kepatuhan

safety riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo termasuk dalam kategori yang kuat,

dikarenakan nilai Spearman Rank Correlation yang tinggi. Hasil penelitian

menunjukkan arah yang positf yang berarti adanya kecenderungan semakin

baik pengetahuan remaja tentang safety riding maka perilaku remaja akan

menjadi patuh. Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang merupakan

faktor pendorong perilaku seseorang, pengetahuan yang baik akan mendorong

perilaku yang baik pula.

Hasil ini sesuai dengan pendapat dari Wardani (2013), bahwa

pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya


tindakan seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan.

Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap

dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan

merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang, terutama dalam hal

pengetahuan tentang safety riding. Penelitian yang dilakukan oleh Azizah,

dkk., (2011), didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan responden terhadap kepatuhan.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Isnaini, dkk., (2011), hasil yang

didapatkan adalah tingkat pengetahuan responden terhadap kepatuhan

termasuk dalam kategori yang cukup, dan hasil menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan responden.


BAB VI

PENUTUP

Hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara tingkat

pengetahuan remaja dengan kepatuhan safety riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

6.1 Simpulan

1. Tingkat pengetahuan remaja tentang kepatuhan safety riding di SMA

Negeri 2 Sukoharjo diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai

tingkat pengetahuanyang cukup, yaitu sebanyak 90 responden (63,4%)..

2. Kepatuhan safety riding pada remaja SMA Negeri 2 Sukoharjo diketahui

bahwa mayoritas responden termasuk ke dalam kategori patuh, yaitu

sebanyak 86 responden (60,6%).

3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety

riding pada remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo, dengan nilai korelasi

Spearman Rank yaitu sebesar 0,802 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar

0,000 < 0,05.

6.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan

beberapa saran, yaitu sebagai berikut:


1. Bagi Responden

Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo hendaknya untuk dapat lebih

meningkatkan pengetahuan dan kepatuhantentang safety riding dengan

cara mencari informasi lebih mendalam tentang safety ridingdi media

elektronik, seperti televisi, radio dan internet.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan

bacaan dan acuan belajar serta bisa diaplikasikan dalam bentuk seminar

edukasi tentang safety riding.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

remaja dengan kepatuhan safety riding.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini,

misalnya dengan melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan kepatuhan, misalnya adalah

keyakinan, dukungan keluarga dan sosial.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012).3.410 Orang Tewas Kecelakaan di Jateng. Kabar17.com.


Diakses tanggal 7 Juni 2013.

Anung Winahyu (2013). Kepatuhan Remaja terhadap Tata Cara Tertib Berlalu
Lintas (Studi di Dusun Seyegan Srihardono Pundong Bantul).Vol 2. No 2.

Ardhyantoro dan Kumalasari (2010). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asdar, M., dkk (2013). Perilaku Safety Riding pada Siswa SMA di Kabupaten
Pangkep. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin.

Azizah, dkk., (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pentingnya


Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi di BPS Hj.
Umi Salamah di Desa Kauman, Peterongan, Jombang. Prodi D-III
Kebidanan, FIK UNIPDU.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI.(2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Online
http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 24 Desember 2014.

Brunner & Suddarth, (2005). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8), Jakarta:
EGC.

Ditjen Perhubungan Darat. (2008-2012). Perhubungan Darat dalam Angka.


Jakarta: www.hubdat.web.id. Diakses tanggal 26 Desember 2014.

Hasrul, S. (2012). Remaja Awal. Online: http://remajaawal.blogspot.com/2012_05


_02_archive.html. Diakses tanggal 5 Januari 2015.

Hendra. (2008). Konsep Pengetahuan. www.scribd.com/doc/44463497/. Diakses


tanggal 9 Januari 2015.

Hidayat. A. A. (2010). Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Hisyam, J (2013). Identifikasi Ciri-ciri Perkembangan Remaja Awal-Akhir.


Online: http://hisyamjayuz.blogspot.com/2013/12/identifikasi-ciri-ciri-
perkembangan.html. Diakses tanggal 12 Januari 2015.
Isnaini, dkk., (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap
Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Mororejo
Kaliwungu Kabupaten Kendal. Fakultas Keperawatan, UNIMUS
Semarang.

Mahawati, dkk (2013). Pola Interaksi Determinan Perilaku “Safety Riding”


dalam Upaya Eliminasi Gangguan Kesehatan & Kecelakaan Lalu Lintas
Guna Meningkatkan Kualitas Hidup Generasi Muda. Laporan Akhir,
Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.

Mihawati, E., dkk (2013). Pola Interaksi Determinan Perilaku Safety Riding
dalam Upaya Eliminasi Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Lalu Lintas
Guna Meningkatkan Kualitas Hidup Generasi Muda. Universitas Dian
Nuswantoro, Semarang.

Notoatmodjo. S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo. S. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Edisi Revisi


2012). Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam (2011), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen penelitian
keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Perwitaningsih, Ryan. Eko, Hartini. (2013). Hubungan antara Pengetahuan dan


Sikap terhadap Praktik Keselamatan dan Kesehatan Berkendaraan motor
pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.

Rakhmani, F. 2013. Kepatuhan Remaja dalam Berlalu Lintas. Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura Pontianak.

Rifqy, A. (2009). Hubungan antara Umur, Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,


Sikap terhadap Safety Riding Awarenes pada Pengendara Ojek Sepeda
Motor.http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/1566
Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Riwidikdo. H. (2010). Stistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Russeng, S,R. (2011). Kelelahan Kerja dan Kecelakaan Lalu Lintas. Makassar:
Ombak.

Sambodo, P.(2010).Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Helm


Standar Nasional (SNI) oleh Pengendara Sepeda Motor sebagai alat
Pelindung Keselamatan Berkendara.Skripsi. Undip, Semarang.
Satlantas Polrestabes Semarang. (data tahun ). Data Angka Kecelakaan Bulan
Januari sampai Maret 2013. SatLantas Polrestabes Semarang,
http://satlantapolrestabessemarang.blogspot.com. Diakses tanggal 7
Januari 2015.

Sidik.(2009). Pengaruh Pengawasan Orang Tua dan Kebiasaan Mengendarai


Sepeda Motor terhadap Kebiasaan Belajar Siswa di SMP Negeri 1
Bululawang. Skripsi. Fakultas Ekonomi UM.

Siregar.(2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Safety Riding


(Berkendara dengan Aman) pada Civitas Akademika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. Skripsi. FKIK UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2005). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Sugiono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumaryati, (2013).Indonesia dalam Krisis Kepatuhan Hukum.Rajawali. Jakarta.

Tondok, M.S., dkk. (2013). Intensi Kepatuhan Menggunakan Helm Pada


Pengendara Sepeda Motor: Aplikasi Teori Perilaku Terencana.
http://share.pdfonline.com. Diakses tanggal 10 Januari 2015.

Tyas, P. Hernen, S. Ackmad, W. (2010). Model Peluang Kecelakaan Sepeda


Motor Berdasarkan Karakteristik Pengendara, Kesehatan Masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan.

Wardani, N. R., (2013). Hubungan Pengetahuan tentang IMS dengan Tanda-


tanda IMS pada Wanita Usia Subur di Klinik Voluntary Counseling and
Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Akademi
Kebidanan Ngudi waluyo.

World health organization, (2004).Angka Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas di


Dunia Disebabkan oleh Safety Ridding Yang Kurang Memadahi.Geneve,
Switzerland.

Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai