Anda di halaman 1dari 68

Laporan Penelitian

PENGARUH PELAYANAN IBADAH HAJI OLEH KEMENTERIAN


AGAMA
TERHADAP KEMANDIRIAN JEMAAH HAJI
DI JATIM, NTB, DAN KALSEL

Oleh:
TIM KEHIDUPAN KEAGAMAAN
Marmiati Mawardi, Sulaiman, Romzan Fauzi, Dahlan AR,
Joko Tri Haryanto, Arnis Rachmadhani, Rosidin,
Lilam Kadarin Nuriyanto, Mustolehudin, Setyo Boedi Oetomo

KEMENTERIAN AGAMA

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
2015

ii

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segenap rahmat
dan karunia-Nya Tim Peneliti Bidang Kehidupan Keagamaan Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama Semarang dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pelayanan Ibadah Haji oleh Kementerian Agama Terhadap
Kemandirian Jemaah Haji di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan
Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan
manasik haji dan kemandirian jemaah haji serta pandangan jemaah/ tokoh agama
terhadap pelaksanaan manasik haji di kabupaten/kota di tiga provinsi tersebut.
Penelitian ini melibatkan 9 peneliti yang mengambil lokasi penelitian di 9
kabupaten/kota. Di Provinsi Jawa Timur terdiri dari 3 peneliti, yaitu Dra. Hj.
Marmiati Mawardi, M.Si. di Kabupaten Gresik, Setyo Boedi Oetomo, S.Pd. di
Kota Surabaya, dan Drs. Romzan Fauzi di Kabupaten Ngawi. Di Provinsi
Kalimantan Selatan terdiri dari 4 peneliti, yaitu Lilam Kadarin Nuriyanto, S.E,
M.Si. di Kota Banjarmasin, Mustolehudin, S.Ag., S.IPI., M.S.I. di Kabupaten
Banjar, H. Joko Tri Haryanto, S.Ag., M.S.I. di Kabupaten Tapin, dan Drs. H.
Sulaiman, M.Ag. di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Di Provinsi Nusa Tenggara
Barat terdiri dari 3 peneliti, yaitu Rosidin, S.E., M.M. di Kabupaten Lombok
Utara, Drs. H. Dahlan AR, M.S.I. di Kabupaten Lombok Tengah, dan Arnis
Rachmadhani, S.S., M.S.I. di Kabupaten Lombok Barat.
Secara umum, pelaksanaan bimbingan pembimbingan manasik haji di 10
wilayah penelitian baik di tingkat kabupaten/kota maupun pada kelompok
kecamatan sesuai dengan juklak. Meskipun dalam pelaksanaan pembimbingan
manasik ada yang dipadatkan, tetapi tidak mengurangi jumlah jam belajar dan
materi. Bahkan sebagian KUA berinisiatif menambahkan materi kewanitaan yang
disisipkan dalam materi fiqih dan travelling. Waktu pelaksanaan pembimbingan
bervariasi, ada yang dilaksanakan pada pagi hari atau pada jam kerja, ada pula

iii

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
yang dilaksanakan pada malam hari. Masing-masing daerah memiliki alasan
menyesuaikan dengan lingkungan, kondisi calon jemaah haji maupun narasumber.

Calon jemaah haji maupun tokoh agama merepons positif terhadap


pelaksanaan bimbingan manasik haji oleh Kementerian Agama. Meskipun
masyarakat sudah mengikuti bimbingan manasik di KBIH atau kelompok
bimbingan lain, mereka tetap mengikuti bimbingan manasik di Kementerian
Agama dipandang memiliki kelebihan baik dari segi materi maupun narasumber.
Ada materi yang belum disampaikan di kelompok bimbingan disampaikan di
Kantor Kementerian Agama Kab./Kota atau KUA, terutama informasi tentang haji
dan kebijakan. Namun menurut jemaah fasilitas pembimbingan manasik haji
masih dirasa kurang. Selain tempat praktik tidak memadai, alat peraganya juga
kurang lengkap.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Kementerian Agama cq Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah terkait kebijakan
mengenai penyelenggaraan ibadah haji, terutama pelaksanaan pembimbingan
manasik haji di KUA. Kami menyampaikan terima kasih kepada Kepala Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI yang telah mempercayakan
penyelenggaraan penelitian ini kepada Balai Litbang Agama Semarang. Ucapan
terima kasih juga kami sampaikan kepada para narasumber dan informan yang
terlibat dalam penelitian ini.
Kami menyadari bahwa penelitian ini memiliki kekurangan baik dalam hal
penggalian data maupun dalam mendeskripsikan hasil-hasil temuan. Karena itulah
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar penelitian yang akan
datang dapat dilaksanakan lebih baik.

Semarang,
Mei 2015
Kepala,

iv

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
Prof. (R) Dr. H. Koeswinarno, M.Hum
NIP. 19631201 198903 1 002

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
ABSTRAK

Terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan manasik


haji, terutama pemahaman calon jemaah terhadap tatacara ibadah haji.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanan bimbingan manasik haji
dan kemandirian jemaah serta pandangan tokoh agama terhadap pelaksanaan
manasik haji yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama di Kabupaten/Kota
di tiga provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Nusa
Tenggara Barat. KUA Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara,
Kalimantan Selatan. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif, yakni suatu pendekatan penelitian yang dimaksudkan untuk
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
diamati. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan-bahan
kajian teoritik bagi masyarakat umum, khususnya terkait dengan kebijakan
mengenai penyelenggaraan ibadah haji, terutama Pelaksanaan Pembimbingan
Manasik Haji di KUA.
Hasil penelitian tentang implementasi kebijakan pelayanan BMH oleh
Kankemenag-KUA di sepuluh kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, Jawa Timur
dan Nusa Tenggara Barat oleh tim peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama Semarang tahun 2015 menunjukkan bahwa dampak BMH yang
dilaksanakan oleh Kankemenag-KUA belum efektif dan belum memberikan
dampak signifikan dalam membangun kemandirian calon jemaah haji
disebabkan: a) waktu penyelenggaraan yang terlalu singkat (kurang lama),
mendekati waktu keberangkatan calon jemaah haji (CJH) ke tanah suci, dan
pelaksanaan pada hari kerja sehingga kehadiran peserta rendah; b) materi
bimbingan kurang memberi pengalaman praktek manasik dan perjalanan, dan
kurang menyentuh kebutuhan jemaah perempuan, ada materi yang overlapping
antara materi di Kankemenag dengan di KUA; c) metode bimbingan, media, dan
sarana bimbingan yang digunakan kurang efektif; d) belum semua instruktur atau
narasumber menguasai metode pembimbingan yang efektif dan penguasaan
materi yang termutakhirkan; dan e) bahan ajar berupa buku Tuntunan Manasik
Haji dan Umrah, dan buku Doa dan Dzikir Haji dan Umrah serta video tutorial
tentang bimbingan ibadah haji dari Kementerian Agama terlambat diterima oleh
calon jemaah haji.
Kegiatan BMH kurang maksimal juga disebabkan pencairan anggaran
kegiatan BMH terlalu dekat dengan waktu keberangkatan jemaah haji ke tanah
suci. Besaran biaya BMH Rp30.000,- per jemaah yang diterapkan secara
nasional kurang mempertimbangkan perbedaan kewajaran harga antarwilayah,

vi

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
sehingga untuk wilayah luar Jawa terutama Indonesia bagian timur biaya
tersebut sangat minim.
Persebaran Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) tidak merata, di
Jawa Timur banyak terdapat KBIH, tetapi di NTB dan Kalimantan Selatan hanya
sedikit KBIH, itu pun terbatas di wilayah kota. Pada wilayah di mana tidak
terdapat KBIH, maka BMH yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama
menjadi sangat penting dan dibutuhkan oleh calon jemaah haji. BMH dari
Kementerian Agama juga masih dibutuhkan oleh jemaah haji ‘madiri’ yang tidak
ikut dalam program KBIH. Calon jemaah haji ‘mandiri’ (tidak ikut di KBIH) juga
berupaya mendapatkan pengetahuan dan bimbingan manasik haji melalui
kelompok-kelompok bimbingan ibadah haji amatir (tidak berbadan hukum sebagi
KBIH) maupun kepada tokoh-tokoh agama (kyai, ustadz, Tuan Guru) di
lingkungan mereka. Adapun BMH melalui tokoh-tokoh agama umumnya hanya
berkisar pada materi bimbingan ibadah haji-umroh saja.
Sementara itu, di daerah dengan jumlah KBIH banyak maka kegiatan
BMH dari Kemenag menjadi tersubordinasi oleh kegiatan BMH dari KBIH
karena jemaah haji menganggap BMH Kankemenag-KUA sebagai pelangkap
untuk memperkuat pemahaman yang telah diperoleh dari KBIH. KBIH dalam
pandangan calon jemaah haji umumnya memiliki kurun waktu penyelenggaraan
bimbingan manasik haji yang relatif panjang (delapan – sembilan bulan sebelum
berangkat haji), narasumber yang kompeten, dan metode yang lebih efektif, yang
meliputi bimbingan manasik atau ibadah haji dan bimbingan perjalanan haji.
Kata kunci: manasik haji, manajemen, kemandirian, respon jemaah.

vii

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................... iii
Abstrak ............................................................................................................ v
Daftar Isi .......................................................................................................... vii

BAB I : Pendahuluan 1
BAB II : Pelaksanaan Pembimbingan Manasik Haji Oleh
Kementerian Agama di Provinsi Jawa Timur, Kalsel, dan
NTB
17
Oleh Marmiati Mawardi
BAB III : Pembimbingan Manasik Haji di KUA Kecamatan Kebomas
(Upaya Peningkatan Pemahaman dan Wawasan Calon
Jemaah Haji)
Oleh Marmiati Mawardi 35
BAB IV : Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji di KUA Kecamatan
Amuntai Tengah Kalimantan Selatan 77
Oleh Sulaiman
BAB V : Pengaruh Pelayanan Ibadah Haji Oleh Kementerian Agama
Terhadap Kemandirian Jemaah (Studi Kasus di Kabupaten
Ngawi Jawa Timur)
Oleh Romzan Fauzi 123
BAB VI : Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji Oleh Kementerian
Agama di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Kasus di KUA
Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah)
Oleh Dahlan AR 163
BAB VII : Pelayanan Bimbingan Manasik Bagi Jemaah Calon Haji
Oleh KUA Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok
Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat
Oleh Arnis Rachmadhani 191
BAB VIII : Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji di Kabupaten Tapin
Kalimantan Selatan
Oleh Joko Tri Haryanto 243
BAB IX : Bimbingan Manasik Haji Kementerian Agama Kabupaten
Lombok Utara (KLU) Provinsi Nusa Tenggara Barat
Oleh Rosidin 283
BAB X : Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji di Kota Banjarmasin

viii

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
Oleh Lilam Kadarin Nuriyanto 313

BAB XI : Pembinaan Bimbingan Manasik Haji di KUA Kecamatan


Martapura Kota Kabupaten Banjar
Oleh Mustolehudin 367
BAB XII : Review Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji di
Kankemenag Kota Surabaya
Oleh Setyo Boedi Oetomo 4015

ix

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
BAB X
PELAKSANAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI
DI KOTA BANJARMASIN
Oleh: Lilam Kadarin Nuriyanto

1.1. Pendahuluan
Salah satu tugas Kementrian Agama dalam rangkaian pelaksanaan ibadah
haji adalah memberikan pembinaan kepada calon jemaah haji dan bimbingan
manasik. Tujuan pembinaan haji adalah mewujudkan jemaah haji yang mandiri.
Jemaah haji mandiri adalah jemaah haji yang dapat melaksanakan seluruh
rangkaian ibadah hajinya secara mandiri tanpa ketergantungan kepada perorangan
maupun kelompok, setelah mendapatkan bimbingan paket di Kecamatan dan
Kabupaten/Kota, dan atau KBIH (Kemenag.go.id/assets/data/arsip/buku pintar
PIHpdf).
Salah satu syarat menjadi haji mabrur adalah pemahaman mengenai
manasik haji secara utuh. Dalam proses pemahaman tersebut maka proses
pembelajaran dalam bimbingan manasik haji harus diarahkan pada kemandirian
calon jemaah haji. Kompetensi Jemaah haji mandiri adalah jemaah haji yang
memiliki kompetensi atau kemampuan memahami manasik haji dan ibadah
lainnya, serta dapat menunaikan ibadah haji dengan benar sesuai tuntunan ajaran
agama Islam. Bila dirinci kompetensi tersebut ke dalam indikator adalah sebagai
berikut: 1) dapat menyebutkan syarat rukun, wajib, sunah dan larangan ibadah
haji; 2) dapat melakukan manasik haji dengan benar sesuai tuntunan agama Islam;
3) dapat menyebutkan proses perjalanan ibadah haji; 4) dapat menjaga kesehatan
dan keamanan diri sendiri; 5) dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri
(http://haji.kemenag.go.id/v2/node/955362, didownload 24 Februari 2015).
Untuk mencapai kemandirian jemaah haji perlu adanya pembangunan
Sumber Daya Manusia terlebih dahulu. Sementara dasar yang kuat untuk
melaksanakan program pencapaian tujuan haruslah terdapat media, dan media

313

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
314

yang digunakan dalam melaksanakan program tersebut adalah organisasi.


Organisasi yang dimaksud adalah pemerintah daerah/kecamatan dan dalam hal ini
yaitu Kantor Urusan Agama (KUA). Sementara yang disebut publik disini adalah
calon jemaah haji yang ada didaerah kecamatan tersebut.
Salah satu dari beberapa KUA yang menjadi kepanjangan tanagan dari
Kantor Kementerian Agama Kota Banjarmasin adalah KUA Banjarmasin Utara.
KUA ini juga merupakan salah satu ujung tombak pelayanan masyarakat yang
memiliki tugas dan fungsi organisasi seperti melayani pencatatan perkawinan,
mengurusi kemasjidan, zakat, infak, shadaqoh, wakaf, pembinaan keluarga
sakinah, ibadah sosial, perlindungan konsumen dibidang produk halal, dan
kerukunan umat beragama serta pelayanan haji. Khusus untuk pelayanan haji
adalah sebagai penyelenggara pelatihan manasik bagi calon jemaah haji di
wilayahnya.
Berdasarkan kenyataan diatas maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui
kinerja Kementrian Agama Kota Banjarmasin, secara khusus di KUA Banjarmasin
Utara dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara bimbingan
manasik haji, serta tanggapan jemaah dan tokoh agama terhadap pelaksanaan
bimbingan manasik haji.

1.2. Seting Wilayah


1.2.1. Kondisi Wilayah dan Demografis Kota Banjarmasin
Letak Kota Banjarmasin terletak pada 3°,15 sampai 3°,22 Lintang Selatan
dan 114°,32 Bujur Timur. Kota Banjarmasin berlokasi di sisi timur sungai Barito.
Total Wilayah Kota Banjarmasin + 72.00 km2 terdiri dari: Banjarmasin Selatan
luas 20,18 km2, Banjarmasin Timur luas 11,54 km2, Banjarmasin Barat 13,37
Km2, Banjarmasin Tengah 11,66 km2, dan Banjarmasin Utara 15,25 km2
Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan jumlah penduduk menurut
jenis kelamin yang terbagi atas masing-masing kecamatan, yaitu:

Tabel. 10.1. Jumlah Penduduk Perkecamatan Menurut Jenis Kelamin


No Nama Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
315

1 Banjarmasin Selatan 77 228 76 026 153 254


2 Banjarmasin Timur 58 134 58 592 116 726
3 Banjarmasin Barat 74 769 72 713 147 482
4 Banjarmasin Tengah 46 108 47 552 93 660
5 Banjarmasin Utara 72 128 73 528 145 656
Jumlah 328 367 328 411 656 778

1.2.2. Kementerian Agama Kota Banjarmasin


Kantor Departemen Agama Kota Banjarmasin sebagaimana tersebut dalam
KMA No.373 tahun 2002 masuk dalam katagori Tipologi 1 A yang terdiri dari:
Sub bagian Tata Usaha, Seksi Urusan Agama Islam, Seksi Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Pada sekolah Umum,
Seksi Pendidikan Keagamaan dan pondok Pesantren, seksi Pendidikan Agama
Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid, Penyelenggara zakat dan
wakaf, serta kelompok jabatan fungsional.
Visi Kantor Kementerian Agama Kota Banjarmasin dirumuskan sebagai
berikut “Terwujudnya masyarakat Kota Banjarmasin yang Agamis, Cerdas,
Mandiri dan Toleran. Kantor Kementerian Agama Kota Banjarmasin sangat
menyadari pentingnya pelayanan, pembinaan dan perlindungan kehidupan
beragama. Sedangkan rencana strategis tahun 2013 sampai 2017 yang berkaiatan
dengan haji adalah Peningkatan pelayanan Haji, berupa peningkatan pelayanan
pendaftaran haji yang dikembangkan dengan system online dan peningkatan
bimbingan dan pembinaan haji dan KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) di
Kota Banjarmasin. Tujuan Strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari
pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu)
sampai 5 (lima) tahun. Kantor Kementerian Agama Kota Banjarmasin dapat
secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam
memenuhi visi misinya dalam kurun waktu 1 s.d. 5 tahun kedepan dengan
diformulasikannya tujuan strategis ini dengan mempertimbangkan sumber daya
dan kemempuan yang dimiliki. Sedangkan tujuan strategis yansg berhubungan
dengan masalah pelayanan haji adalah meningkatnya kualitas pelayanan dan

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
316

bimbingan ibadah Haji dan Umrah. Dari tujuan startegis ini yanga kan dicapai
adalah tercapainya kualitas pelayanan dan bimbingan ibadah Haji dan Umrah.
Sedangkan cara mencapai tujuan dan sasarannya adalah dengan mengupayakan
terlaksananya pelayanan dan bimbingan Ibadah haji yang berkualitas.(Kemenag
Kota Banjarmasin, 2013)
KUA membantu tugas-tugas Kementerian Agama di wilayah kecamatan.
KUA Kota Banjarmasin ada 5 buah yang tersebar di masing-masing kecamatan,
yaitu:
Tabel. 10.2. Daftar KUA Kota Banjarmasin
No Nama KUA Alamat
Jl. Brigjen H. Hasan Basri Komp. Kejaksaan Rt.16 Kayu
1 KUA Kec. Banjarmasin Utara
Tangi II Banjarmasin
KUA Kec. Banjarmasin Selatan
2 Jl. Balai Desa Rt.6 No. 33 Kelayan Timur Banjarmasin

3 KUA Kec. Banjarmasin Timur Jl. Gatot Subroto No.10 A Rt.34 Banjarmasin
Jl. Teluk Tirum Darat Tanjung Berkat Gg. Balai Desa
4 KUA Kec. Banjarmasin Barat
Rt.5 Rw.2 Banjarmasin
KUA Kec. Banjarmasin
5 Jl. Gunung Sari Cempaka Xii No. 21 Banjarmasin
Tengah

Kondisi sosial keagamaan dapat dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan


jumlah agama, jumlah tempat ibadah, sarana pendidikan bernuansa keagamaan,
dan daftar pembimbing manasik haji, serta data jemaah haji.

Tabel. 10.3. Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama


ISLAM KRISTEN KATOLIK HINDU BUDDHA KONGHUCU
576873 9577 7723 2287 3822 0

Tabel. 10.4 Data Rumah Ibadah, TPQ/TKQ dan Majelis Ta’lim


NO NAMA KECAMATAN ME LA TP MA GE GE PU VI
SJI NG Q/T JEL REJ REJ RA HA
D GA KQ IS A A RA
R TAK KA KRI
LIM TOL STE

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
317

IK N
1 KEC. BANJ. UTARA 34 163 69 81 - - - -
2 KEC. BANJ. SELATAN 43 215 62 31 1 - - 2
3 KEC. BANJ. TIMUR 36 186 48 25 - 1 1 -
4 KEC. BANJ. BARAT 32 147 70 44 2 1 - -
5 KEC. BANJ. TENGAH 32 128 39 37 7 9 - 4
JUMLAH 177 839 288 218 10 11 1 6

Tabel. 10.5. Data Pedidikan Keagamaan


RA/BA/TA MIN/MIS MTsN/MTsS MAN/MAS Pontren Madin
37 59 30 8 14 17

Tabel. 10.6. Data Kelompok Bimbingan Jemaah Haji (KBIH)


No KBIH Alamat
1 Al-Aqrobin Jl. Karang Paci No.09 Rt.06
2 Armina Jl. S. Parman Gg. Purnama No.1
3 Ar-Raudah Jl. Samudera Ii No. 10 Rt.20 Komp. Beruntung Jaya
4 Al-Futuhiyyah Jl. Kelayan A Gg. Taruna
5 Yayasan Kastalani Banjar Group Jl. Samping Mesjid Jami No.25 Rt.5 Sei Jingah
6 Al-Wadinur Banjar Group Jl. Alalak Tengah No. 304 Rt.7
7 Al-Munauwarah Jl. Kelayan B No.I Rt.23
8 Al-Kautsar Jl. Kuin Selatan No.4 Rt.4
9 At-Taqwa Jl. Tembus Mantuil No. 29 Rt.48
10 Al-Haramain Jl. Arjuna No.24 Kebun Bunga Bajarmasin
11 Yayasan Nurunnajah Jl. Raya Beruntung Jaya Rt. 24 No.54

Data jemaah haji Kota Banjarmasin pada tahun 2014 dapat dibedakan
dalam jemaah laki-laki dan perempuan dengan beberapa klasifikasi, yaitu
berdasarkan latar belakang pendidikan, pekerjaan, asal kecamatan, dan jenis
kelamin:
Tabel. 10.7. Data Jemaah Haji Bardasarkan Latar Belakang Pendidikan
SD/MI SMP/MTs SMA/K Diploma S1 S2 S3 Jml
Laki-Laki 24 45 66 17 67 3 1 223
Perempuan 56 51 96 26 62 7 0 298
Jumlah 80 96 162 43 129 10 1 521

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
318

Prosentase 15,36 18,43 31,09 8,25 24,76 1,92 0,19 100

Tabel. 10.8. Data Jemaah Haji Bardasarkan Mata Pencaharian


Kryw
n
TNI/ Swast Lain
Polri PNS BUMN a Pedagang Petani Pelajar Ibu RT lain Jml
Laki-Laki 5 72 10 0 21 5 7 0 103 223
Perempuan 0 79 5 0 6 0 13 167 28 298
Jumlah 5 151 15 0 27 5 20 167 131 521
Prosentase 0,96 28,98 2,88 0,00 5,18 0,96 3,84 32,05 25,14

Tabel. 10.10. Data Jemaah Haji Bardasarkan Asal Kecamatan


B. Barat B. Utara B. Tengah B. Timur B. Utara Jml
Laki-Laki 39 45 34 51 54 223
Perempuan 47 61 50 68 72 298
Jumlah 86 106 84 119 126 521
Prosentase 16,51 20,35 16,12 22,84 24,18 100

1.2.3. Kondisi Wilayah dan Demografis Kecamatan Banjarmasin Utara


Kecamatan Banjarmasin Utara secara geografis merupakan daerah yang
terletak pada ketinggian 0,16 M diatas permukaan laut, dengan batas-batas
wilayah sebelah utara dengan Sungai Awang Kabupaten Barito Kuala, sebelah
timur dengan Kecamatan Banjarmasin Timur, sebelah selatan Kecamatan
Banjarmasin Barat, sebelah barat dengan sungai Barito Kabupaten Barito Kuala.
Kecamatan Banjarmasin Utara terdiri dari 10 kelurahan dengan luas wilayah
keseluruhan 15,25 KM2.

Tabel. 10.11. Data Jumlah Penduduk Kec. Banjarmasin Utara Per Kelurahan
JUM PENDUDUK
LAH Perem-
No. KELURAHAN LUASNYA KK Laki-laki Penduduk
RT puan
1. Sungai Miai 1,59 KM2 39 4249 8246 8059 17.911
2. Alalak Selatan 0,15 KM2 33 1867 3350 3359 10.961
3. Alalak Tengah 4,25 KM2 35 6918 6618 6436 8.410
4. Alalak Utara 2,95 KM2 26 3785 5149 5129 16.724

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
319

5. Kuin Utara 0,14 KM2 24 2060 3807 3627 9.138


6. Pangeran 2,95 KM2 68 5790 10331 10865 10.640
7. Antas.Kecil Timur 1,70 KM2 42 3691 7555 7540 11.575
8. Surgi Mufti 5,05 KM2 33 2710 6490 6142 14.968
9. Sungai Jingah 2,45 KM2 23 1911 4012 4009 21.239
10. Sungai Andai 0,54 KM2 26 3434 6546 6360 14.558
JUMLAH 15,25 KM2 405 37167 73504 72564 136.124

1.2.4. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Banjarmasin Utara


KUA Kec. Banjarmasin Utara sebenarnya telah berdiri semenjak tahun
1975, dan berkantor sementara di Kantor Camat Banjarmasin Utara. Setelah
mendapat pengesahan dari Menteri Agama RI, kemudian dibangun pada tahun
1979 berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI (KMA RI) No. 17 Tahun 1979.
Keberadaan KUA Kec. Banjarmasin Utara di wilayah Kec. Banjarmasin Utara
adalah sebagai mitra kerja dari instansi-instansi pemerintah terkait pada tingkat
kecamatan dan bersama-sama melaksanakan tugas pemerintahan, khususnya di
bidang Bimbingan Masyarakat Islam (BIMAS).
KUA Kec. Banjarmasin Utara terletak di Jalan Brigjen H. Hasan Basri,
Kayu Tangi II, Komplek Kejaksaan, RT. 16, No. 125, Kec. Banjarmasin Utara,
Kota Banjarmasin. 70124. Telp. (0511) 3301966. Wilayah kerja KUA Kec.
Banjarmasin Utara secara georafis berbatasan di sebelah utara dengan Rumah
H. Amanul Yakin, sebelah timur dengan jalan Gang, sebelah selatan dengan
Rumah H. Syukran, dan sebelah barat dengan jalan. KUA Kec. Banjarmasin
Utara terletak disebidang tanah yang mempunyai ukuran Panjang 10 M, lebar 20
M, dan luas 120 M2.
Kondisi sosial keagamaan di wilayah KUA Banjarmasin Utara bisa dilihat
dari jumlah penduduk berdasarkan pemeluk agama, data jumlah tempat ibadah,
dan lembaga pendidikan yang bernuansa keagamaan, serta data jemaah hajinya.
Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut.

Tabel. 10.11. Jumlah Penduduk Kec. Banjarmasin Utara Pemeluk Agama

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
320

PENGANUT AGAMA
No. KELURAHAN Katol Protesta
Islam Hindu Budha Jumlah
ik n
1. Sungai Miai 16305 - - - - 16305
2. Alalak Selatan 6312 193 109 1 94 6709
3. Alalak Tengah 12207 295 424 - 128 13054
4. Alalak Utara 10277 - 1 - - 10278
5. Kuin Utara 7434 - - - - 7434
6. Pangeran 19614 573 758 11 240 21196
Antas. Kecil
7. 15095 - - - - 15095
Timur
8. Surgi Mufti 12606 9 17 - - 12632
9. Sungai Jingah 8021 - - - - 8021
10. Sungai Andai 12891 5 4 4 2 12906
JUMLAH 134.547 948 450 65 55 136.124
Tabel. 10.12. Data Tempat Ibadah Kecamatan Banjarmasin Utara
TEMPAT IBADAH
No KELURAHAN Gereja
Gereja Pur
. Masjid Langgar Katoli Wihara
Protestn a
k
1. Sungai Miai 5 30 - - - -
2. Alalak Selatan 1 13 - - - -
3. Alalak Tengah 4 13 - - - -
4. Alalak Utara 2 14 - - - -
5. Kuin Utara 1 11 - - - -
6. Pangeran 8 15 - - - -
7. Antas. Kecil Timur 6 13 - - - -
8. Surgi Mufti 7 16 - - - -
9. Sungai Jingah 3 14 - - - -
10. Sungai Andai 4 19 - - - -
JUMLAH 41 159 - - - -

Tabel. 10.13. Data Lembaga Pendidikan Keagamaan Kec. Banjarmasin Utara


LEMBAGA PENDIDIKAN

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
321

N KELURAHAN TPA TKA MIN MTs MAN/ PON JUM


o. LPT BKP /MIS N/ MAS PES LAH
Q RMI MTs
S
1. Sungai Miai 6 3 4 1 - 1 15
2. Alalak Selatan 1 2 - - - - 3
3. Alalak Tengah 1 2 - - - - 3
4. Alalak Utara - 4 4 1 1 - 10
5. Kuin Utara - 3 1 - - - 4
6. Pangeran 7 6 1 1 1 - 16
7. Antas. Kecil Timur 4 4 2 - 1 1 12
8. Surgi Mufti 6 - 3 1 - - 10
9. Sungai Jingah 3 1 2 - - - 6
10
Sungai Andai 3 - 1 1 - 1 6
.
JUMLAH 36 26 20 5 3 4 94

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
322

Tabel. 10.14. Data Jemaah Haji Kec. Banjarmasin Utara Th 2013 dan 2014
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Jumlah
Tahun 2013 38 38 37 38 151
Tahun 2014 42 42 42 - 126

Tabel. 10.15. Data Jemaah Haji Kec. Banjarmasin Utara Menurut Umur
Kelompok Umur 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 > 60 Jumlah
Jumlah 9 23 46 37 11 126
Prosentase 7,14 18,25 36,51 29,37 8,73 100

Tabel. 10.16. Data Jemaah Haji Kec. Banjarmasin Berdasar Sebaran Gender
Jemaah Prosentase
Laki-Laki 54 43%
Perempuan 72 57%
Jumlah 126 100%

Tabel. 10.17. Data Jemaah Haji Kec. Banjarmasin Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan PNS/POLRI IRT Swasta BUMN Dagang Pensiun Pelajar Jml

Jumlah 47 37 24 4 9 2 3 126

Prosentase 37,30 29,37 19,05 3,17 7,14 1,59 2,38 100

Tabel. 10.18. Data Jemaah Haji Kec. Banjarmasin Tingkat Peendidikan


Pendidikan S2 S1 D3 SLTA SLTP SD Jml
Jumlah 4 50 6 38 20 8 126
39,6 100
Prosentase 3,17 8 4,76 30,16 15,87 6,35

1.3. Kebudayaan Seputar Ibadah Haji


Di di Kota Banjarmasin masih ada beberapa tradisi seputar ibadah haji.
Tradisi sukuran sebelum berangkat haji biasanya diselenggarakan secara
besar-besaran, bahkan ada yang sampai menyembelih kambing. Tamu undangan
yang diundang mencapai ratusan, karena mereka beranggapan bahwa haji adalah

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
323

peristiwa besar. Sehingga termasuk hajat besar dalam menjalankan rukun Islam
yang kelima. Acara ini sebagai sarana meminta maaf dan minta do’a kepada para
tamu undangan agar diberikan kelancaran dalam menjalankan ibadah haji sampai
pulang ke rumah. Aksesoris dalam meramaikan tasyakuran haji ini didaerah
tertentu ada yang masih menggunakan “gapura selamat datang” namanya sekiping.
Baik itu waktu berangkat maupun pulangnya, tulisannya dibuat diatas papan yang
dibentuk seperti kubah masjid ditulis “Selamat Jalan, atau Selamat Datang”.
Tradisi lain dalam mengantar jemaah ke embarkasi juga ada, yaitu dengan
mengikatkan kain selendang batik pada bagian depan mobil. Kain ini sebagai
pertanda sebagai kendaraan jemaah haji atau pengantarnya menuju embarkasi,
maksudnya agar mendapatkan jalan yang lancar dalam menuju ke embarkasi haji.
Biasanya yang mengantar satu atau sepasang haji dalam jumlah kendaraan yang
banyak.
Tradisi lainnya adalah tiap malam jumat mengadakan selamatan yaitu salat
hajat dirumah jemaah haji. Acaranya setelah salat magrib berjemaah dilanjutkan
dengan salat hajat, kemudian dilanjutkan dengan acara berdoa bersama untuk
mendoakan keselamatan jemaah hajinya dan membaca burdah. Kemudian
dilanjutkan dengan salat isya berjemaah, baru makan dan minum bersama. Hal ini
hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat saja.
Ada juga sebagian masyarakat yang melakukan acara selamatan di hari 9
Dzulhijjah, waktu pelaksanaannya pagi hari sakitar jam 9 pagi dengan langsung
membacakan doa selamat bagi jemaah haji yang lagi di Arofah. Acara ini
maksudnya agar ketika melaksanakan haji di Arofah jemaah yang dimaksudkan
diberi kemudahan dan kesehatan. Uniknya acara ini dengan menggunakan jamuan
air kelapa.

1.4. Kinerja Kementerian Agama

1.4.1. Kementerian Agama Kota Banjarmasin

1.4.1.1. Perencanaan Dalam Pemetaan Masalah

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
324

Kantor Kementerian Agama Kota Banjarmasin pada awal tahun


memastikan jemaah yang berhak berangkat sesuai dengan daftar tunggu
pendaftaran haji lewat SISKOHAJ. Nomor yang tertera pertama kali di
SISKOHAJ kemudian ditempel di depan kantor agar masyarakat setiap
berkunjung bisa melihatnya. Para daftar tunggu yang nomornya mendekati dengan
nomer tersebut akan mengkonfirmasi memastikan porsi keberangkatannya.
Penentuan besaran Biaya Pembayaran Ibadah Haji (BPIH) dari pemerintah
dengan persetujuan dari DPR, yang kemudian dituangkan dalam Keputusan
Presiden. Karena setelah penentuan ini jemaah akan diketahui berapa yang akan
berangkat setelah mengadakan pelunasan. Hal ini juga menjadi titik point bagi
manajemen haji dalam megurusi masalah administrasi haji yang meliputi beberapa
hal.
Setelah pelunasan BPIH baru bisa ditetapkan secara pasti jumlah jemaah
yang berangkat, baik secara nasional, propinsi, maupun tingkat kota. Untuk
tingkatan kota baru bisa diketahui jumlah calon jemaah haji di setiap
kecamatannya. Selain itu untuk mengurus administrasi keimigrasian juga dimana
bagi jemaah yang sudah memiliki paspor sudah bisa menggunakan yang sudah
ada. Sedangkan bagi yang belum harus mengurusnya, karena mengirim daftar
calon jemaah haji ke tingkat propinsi di Kantor Wilayah Kementerian Agama
harus sudah dilengkapi dengan nomer paspornya.
Setelah diketahui jumlah calon jemaah haji tiap kota dan kecamatan baru
bisa menentukan langkah selanjutnya untuk melaksanakan bimbingan manasik
haji. Jumlah jemaah ini menyangkut jumlah biaya yang harus dikeluarkan, karena
sesuai dengan aturan harus disesuaikan dengan jumlah calon jemaah hajinya.
Biaya bimbingan manasik ini semuanya berasal dari pusat, bukan dari
penyelenggara. Sehingga biaya yang diterima sesuai dengan jumlah calon jemaah
hajinya.
Perencanaan merupakan usaha dasar dan pengambilan keputusan yang
telah direncanakan secara matang tentang berbagai hal yang akan dikerjakan di
masa depan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
325

tentukan sebelumnya Suatu perencanaan yang baik, haruslah mengandung


formulasi 5W + 1H, yaitu What (Apa), Who (Siapa), Where (Di mana), When
(Kapan), Why (Mengapa) dan How (Bagaimana) (Fathoni, 2009).
Setelah diketahui seluruh jumlah calon jemaah haji dan dana untuk
menyelenggarakan bimbingan manasik haji turun, maka kemudian diadakan
persiapan-persiapan. Diantaranya adalah rapat koordinasi antara kankemenag kota
dan KUA untuk menentukan jadwal pelaksanaan bimbingan manasik haji.
Penentuan pelaksanaan bimbingan manasik haji adalah manasik massal pertama
kemudian dilanjutkan dengan manasik 7 kali di KUA. Setelah selesai di KUA
dilanjutkan dengan bimbingan manasik massal yang kedua dan ketiga. Dalam hal
ini juga dibicarakan masalah narasumber atau pembimbing manasiknya baik yang
massal maupun di KUA karena penetapan Surat Keputusannya dari Kankemenag
kota. Pelaksanaan bimbingan manasik haji berdasarkan Juklak dan Juknis dari
Kantor Wilayah Kemenag Kalimantan Selatan. Isi dari Juklak dan Juknis ini
adalah jumlah pelaksanaan tatap muka dengan hitungan jam pelajaran. Untuk
tingkatan Kota atau biasa disebut dengan bimbingan manasik massal sebanyak
tiga kali dan di tingkat KUA sebanyak tujuh kali tatap muka. Selain itu juga
arahan agar pembimbing manasiknya diambilkan dari orang-orang yang
berkompeten dibidangnya. Sebagai standarnya adalah yang sudah mengikuti TOT
narasumber bimbingan manasik haji yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah
Kemenag Propinsi Kalimantan Selatan.
Penyelenggara Haji dan Umroh Kota Banjarmasin tidak mau mengurangi
tiga kali tatap muka bimbingan manasik haji massal dengan acara pembukaan dan
penutupan yang biasanya dilaksanakan sekaligus dengan pelepasan calon jemaah
haji Kota Banjarmasin oleh Walikota.
Setelah itu dibuat Surat Keputusan (SK) panitia yang diketuai oleh Kepala
Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh, sedangkan sebagai penanggungjawab
adalah Kepala Kankemenag Kota Banjarmasin. Selain itu ada yang menjabat
sebagai Wakil Ketua, Sekertaris, dan lima orang anggota. Unsur lainnya yang
masuk dalam SK tersebut adalah Nara Sumber, Peserta Bimbingan Manasik Haji

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
326

Massal Tingkat Kota Banjarmasin Tahun 1435 H / 2014 M. Setiap akan


dilaksanakan kegiatan bimbingan manasik massal Surat Keputusannya ada
sendiri-sendiri.
Setelah terbentuk panitia diadakan pembicaraan-pembicaraan atau
rapat-rapat yang diperlukan, diantaranya adalah koordinasi pra kegiatan secara
menyeluruh. Dalam kegiatan ini misalnya mencari informasi seputar haji yang
paling terkini ke Kantor Wilayah, undangan tertulis kepada peserta, jadwal
pelaksanaan bimbingan manasik, undangan kepada narasumber, penentuan tempat
dan lain-lain. Setelah itu diadakan rapat koordinasi antara para narasumber sehari
menjelang dilaksanakannya bimbingan manasik haji.
Penentuan tempat manasik di Aula Masjid Sahbilal Muhtadin yang sesuai
dengan jumlah jemaah yang besar, mudah dijangkau, dan tempat parkir yang luas
sekali. Tempat tersebut sudah biasa disewa untuk perhelatan pernikahan. Masjid
tersebut merupakan maasjid tingkat propinsi yang bisa memuat sampai ribuan
jemaah.
Koordinasi-koordinasi itu agar supaya pelaksanaan berjalan dengan lancar,
semua materi yang sudah ditentukan oleh Kanwil Kemenag bisa disampaikan
secara keseluruhan oleh pembimbing manasik haji. Sehingga para calon jemaah
haji merasa puas dengan pelaksanaan bimbingan massal.
Pada pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji selalu bersinggungan
dengan Pemerintah Kota Banjarmasin. Misalnya pada saat pelepasan calon jemaah
haji setelah penutupan rangkaian bimbingan manasik haji dilakukan oleh
Walikota. Tetapi selama ini bila pemerintah kota ingin memberikan bantuan
belum mempunyai payung hukum yang mengatur hal tersebut. Misalnya dalam
mengkoordinir pengangkutan koper jemaah ke embarkasi. Karena tidak ada
anggaran maka selama ini jemaah mengantarnya sendiri ke embarkasi. Untuk
tahun 2014 sudah terkoordinasi, tetapi PHU Kota Banjarmasin meminta bantuan
kepada pihak tentara untuk mengangkut tas calon jemaah haji ke embarkasi. Hal
ini dilakukan karena pihak Pemerintah Kota Banjarmasin tidak berani

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
327

memberikan bantuan karena belum mempunyai dasar hukum atau payung


hukumnya.
Sehingga pada tahun 2015 pihak PHU Kota Banjarmasin mempunyai
inisistif untuk mengusahakan payung hukum tersebut. Ide itu diambil oleh anggota
DPRD Kota Banjarmasin untuk diusulkan kepada Pemerintah Kota. Usulan
tersebut berupa pembentukan payung hukum untuk turut serta membantu
penyelengaraan ibadah haji di Kota Banjarmasin, yang akan diberlakukan di tahun
2015.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
328

1.4.1.2. Pengorganisasian Sebagai Pemecahan Masalah


Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang,
alat-alat, tugas serta wewenang dan tanggung jawab yang dilakukan sedemikian
rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kesatuan yang utuh dan bulat dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Di sisi lain pengorganisasian adalah proses mengatur dan
mengalokasikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya anggota organisasi,
sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi.
Pengorganisasian dalam melayani pelaksanaan ibadah haji secara khusus
bimbingan manasik haji adalah dengan cara menyampaikan berbagai macam
pengumuman seputar persiapan ibadah haji kepada calon jemaah haji.
Penyampaian informasi ke jemaah melalui sms mitra, KBIH, televisi, dan
Manasik Mandiri yang diselenggarakan oleh Masjid Agung Miftahul Ihsan.
Sms Mitra merupakan sebuah program yang di gagas oleh Kepala Seksi
PHU Kota Banjarmasin. Beliau membuat sebuah program yang isinya berupa
semua data calon jemaah haji termasuk nomer telepon selulernya. Sehingga sekali
tulis berita maka sudah terkirim ke seluruh calon jemaah haji. Kepada para jemaah
ditekankan untuk tidak berganti nomer selama proses ibadah haji. Mitra sms ini
sangat berguna sekali untuk menyampaikan pengumuman dalam hal pengambilan
tas, foto paspor dan manasik haji. Komunikasi ini pasti nyampai terbukti dengan
terambilnya semua tas jemaah. Ini merupakan hasil pemikiran dalam melayani
jemaah haji secara lebih baik.
Penyebaran informasi melalui televisi dilakukan melalui stasiun
Banjarmasin TV. Sudah menjadi rutinitas Banjarmasin TV selalu mengadakan
wawancara setiap tahunnya untuk mengetahui perkembangan program haji.
Termasuk pengumuman di internet daftar nomer antrian ibadah haji yang
mendapatkan porsi keberangkatan.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
329

Program manasik mandiri yang diselenggarakan oleh masjid Miftahul


Ihsan selalu dihadiri oleh Kasi PHU Kota Banjarmasin dalam kapasitasnya
sebagai panitia kegiatan tersebut, sehingga setiap ada informasi pengumuman
tentang penyelenggaraan ibadah haji selalu disampaikan di forum tersebut.
Misalnya pengumuman tentang foto paspor dan pengambilan koper jemaah.
Pengelolaan dibidang calon jemaah haji merupakan kewenangan dari PHU
Kota Banjarmasin. Termasuk didalamnya penentuan pembentukan rombongan dan
regu jemaah haji, sekaligus penentuan ketua rombongan dan ketua regu.
Walaupun perlakuan khusus kepada KBIH untuk menentukan sendiri
pembentukan regu dan rombongan merupakan wewenang tingkat kota, tetapi
semua permintaan berdasarkan kemauan jemaah. Bila ada jemaah yang ingin
dalam satu regu maka diminta untuk daftar ulang di Kankemenag Kota setelah
pelunasan BPIH di bank secara bersamaan. Pemilihan Karu dan Karom
berdasarkan dipilih langsung oleh pengurus haji, tetapi dengan melihat latar
belakang pendidikan dan profesi jemaah. Misalnya ada yang pegawai negeri,
diharapkan sudah biasa dengan urusan berbagai macam aturan sehingga
diharapkan bisa melaksanakan tugas dengan baik.
Kalau jemaah yang berasal dari KBIH biasanya penentuannya sudah
berasal dari KBIH mereka masing-masing. Bila jumlah calon jemaahnya mencapai
dalam satu rombongan maka akan dikelompokan dalam satu rombongan juga.
Begitu pula dalam penentuan ketua regu dan rombongannya sudah ditentukan dari
KBIH nya. Pihak PHU Kota Banjarmasin sebagai petugas pelayan hanya
mengadministrasi kemauan jemaah, karena berpegang pada pedoman pelayanan
jemaah yang prima.
1.4.1.3. Pelaksanaan Sebagai Pengantar Keberhasilan
Pembukaan bimbingan manasik massal hanya dilakukan secara singkat
dengan seremonial yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian
materi. Jumlah peserta mencapai jumlah lebih dari 500 jemaah maka diperlukan
tempat yang luas. Pelaksanaannya dengan menyewa di aula Masjid Sahbilal
Muhtadin. Ruangan yang dipakai cukup luas karena biasa digunakan untuk acara

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
330

perhelatan besar seperti resepsi pernikahan. Masjid Sabilal Muhtadin merupakan


masjid yang pengelolaannya masuk ke pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan.
Masjid ini mempunyai halaman yang sangat luas sekali, lokasinya juga sangat
strategis sekali. Karena berada persis di tengah-tengan Kota Banjarmasin,
sehingga masjid ini dijadikan sebagai titik nol km. Halaman parkir juga sangat
luas sekali baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain itu suasana
masjid yang sangat asri karena disekeliling masjid ada banyak pepohonan yang
difungsikan sebagai hutan kota.
Jemaah dalam jumlah yang besar agar mudah mengorganisasinya, maka
panitia dari awal sudah mengelompokan berdasarkan asal kecamatannya. Hal ini
juga berfungsi agar antar jemaah saling mengenal sebelum mengikuti manasik di
KUA. Kaitan tentang pengorganisasian jemaah dalam pelaksanaan bimbingan
manasik di KUA. Dalam acara bimbingan manasik massal yang pertama ini semua
kepala KUA hadir, kemudian diberi kesempatan untuk mengumumkan kepada
jemaah yang telah dikelompokan tersebut. Pengumuman itu berupa tanggal dan
tempat pelaksanaan, serta nama pembimbing bimbingan manasik haji di KUA.
Tempat yang digunakan sebagai pelaksanaan bimbingan manasik massal
sangat memadai, tetapi hal ini kurang ditunjang dengan sarana media belajarnya.
Dalam pertemuan yang melibatkan lebih lima ratus jemaah hanya menggunakan
satu LCD, tentunya sangat kurang efektif. Terutama bagi jemaah yang duduknya
dibagian belakang. Hal ini disebabkan ketidaktersediaan peralatan yang dimiliki
oleh Kankemenag Kota Banjarmasin.
Sistem duduknya juga bisa mempengaruhi efektifitas belajar manasik,
dimana para jemaah duduknya tidak menggunakan kursi tetapi duduk lesehan di
bawah. Padahal waktu bimbingan manasiknya dari pagi sampai sore hari. Hal ini
juga karena tidak adanya dana untuk menyewa kursi.
Selain itu didalam pemilihan narasumber atau pembimbing manasik yang
benar-benar menguasai materi yang sudah ditetapkan dalam juklak dan juknisnya.
Pada intinya semua materi yang harus bisa disampaikan semua. Narasumbernya
bisa berasal dari pemerintah kota maupun dari Kemenag sendiri. Para narasumber

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
331

juga berasal dari praktisi, misalnya materi masalah penerbangan didatangkan dari
pihak maskapai penerbangan Garuda. Sedangkan materi yang berkaitan dengan
budaya arab diambilkan narasumber dari orang yang sudah lama tinggal di Arab
Saudi, atau seseorang yang baru saja tiba ditanah air dari Arab Saudi. Karena di
Banjarmasin banyak ustad-ustad yang setiap tahunnya selalu membawa jemaah
umroh. Jadi narasumbernya belum tentu ustad, yang penting adalah informasi
terkini keadaan Arab Saudi saat ini. Karena keadaan itulah yang akan dihadapi
oleh para calon jemaah haji. Bila materinya masalah kesehatan maka narasumber
juga diambilkan dari profesi bidang kesehatan yaitu dokter. Dokter ini bisa berasal
dari pejabat pemerintah kota di Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Kalau
masalah kebijakan haji narasumber diambilkan dari kalangan Kemenag sendiri.
Setelah adanya kesesuaian antara narasumber dengan materi yang telah
ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah mengefektifkan pelaksanaan
pembimbingan manasik dalam jumlah besar yaitu dengan dialog tanya jawab
setelah selesai penyampaian materi manasik. Jadi komunikasi dua arahnya saat
sesi tanya jawab sekalian berdiskusi.
Panitia pelaksana berusaha mengefektifkan berlangsungnya tahapan tanya
jawab tersebut. Karena jumlah peserta yang banyak sekali maka panitia tidak
boleh lengah, yaitu harus jeli melihat kondisi jemaah yang kelihatannya ingin
bertanya tetapi tidak berani. Karena tidak semua peserta biasa berbicara di forum
terbuka dalam jumlah yang banyak. Karena itu panitia harus menanyakan apa yang
akan ditanyakan, kemudian ditulis dikertas yang disampaikan ke narasumber. Hal
ini bisa terjadi karena latar belakang jemaah yang beragam latar belakang
pendidikan dan profesinya. Selain itu juga pengalaman jemaah tentang
pemahaman materi manasik haji juga berbeda-beda. Ada jemaah yang belum sama
sekali belum pernah mengikuti kegiatan manasik diluar Kemenag, misalnya ikut
di KBIH atau di manasik mandiri yang diselenggarakan oleh masjid agung
Miftahul Ihsan. Selain itu banyak juga jemaah yang sudah mempersiapkan diri
dengan membaca buku-buku tentang manasik haji.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
332

Bagi jemaah yang sudah mempunyai pengalaman tentang pemahaman


manasik haji biasanya menanyakan tentang hal-hal yang langsung menukik pada
permasalahan penting dalam ibadah haji. Misalnya mereka bertanya mana rukun
Yamani, mana rukun Hajar Aswad, dan mana yang sering disebut Maqam
Ibrahim. Karena ada jemaah yang beranggapan bahwa Maqam Ibrahim adalah
makam nabi Ibrahim. Tetapi setelah dijelaskan kepada mereka bahwa Maqam
Ibrahim itu adalah sebuah bangunan yang didalamnya ada batu yang sebagai
injakan mana kala nabi Ibrahim membangun ka’bah.
Durasi waktu yang digunakan sudah memenuhi bahkan melebihi waktu,
yaitu 60 menit per jam pelajaran. Manasik massal berjumlah 4 jam, tetapi
dilaksanakan dalam 8 jam. Dimana dalam pertemuan yang pertama yang
dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2014 dengan materi yang pertama yaitu
masalah Kebijakan Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji yang
disampaikan oleh Drs. H. Muhammad Tambrin, M.Pd dalam waktu 2 jam,
kemudian materi Kebijakan Teknis Bimbingan Jemaah Haji disampaikan oleh
Drs.H.Syukeriansyah,MA juga 2 jam, dan materi terakhir yaitu masalah Kebijakan
Teknis Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji yang disampaikan oleh dr. Hj.Asmaul
Husna dalam waktu 4 jam.
Setelah pelaksanaan yang pertama diatas, kemudian calon jemaah haji
mengikuti kegiatan manasik di KUA kecamatan masing-masing, yaitu dari tanggal
9 sampai dengan 15 Agustus 2014. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan
manasik yang totalnya 10 kali pertemuan bisa berkesinambungan. Dimana materi
di KUA lebih condong pada materi yang berhubungan dengan ibadah haji.
Pelaksanaan bimbingan manasik massal yang kedua adalah tanggal 19
Agustus 2014. Materi yang disampaikan adalah masalah Keselamatan
Penerbangan oleh Hari Agung Saputra dalam waktu 2 jam. Kemudian materi
Bimbingan Perjalanan Jemaah Haji yang disampaikan oleh
Drs.H.Syukeriansyah,MA juga dalam waktu 2 jam. Sedangkan materi
Pembentukan Kelompok Bimbingan, Ketua Regu dan Ketua Rombongan

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
333

disampaikan oleh Drs.H.Najwan Noor,M.Pd dalam waktu 4 jam. Setelah


terbentuk kelompok para peserta melakukan diskusi.
Pelaksanaan bimbingan manasik massal yang ketiga adalah tanggal 26
Agustus 2014. Materi yang disampaikan adalah masalah Konsolidasi Kloter dan
Perlengkapan Barang Bawaan, yang disampaakan oleh Drs.H.Najwan Noor,M.Pd
yang ditempuh dalam 4 jam, kemudian materi Pengenalan Perangkat Kloter dan
Kewajiban, Wewenang serta hak Perangkat Kloter oleh H.Yusuf Hifni,S.Pd.I yang
disampaikan dalam waktu 2 jam. Kemudian materi Interaksi dan Komunikasi
yang baik dan efektif jemaah haji disampaiakan oleh H.Zainal Arifin,M.I.Kom
juga dalam waktu 2 jam. Karena yang ketiga atau terakhir itu adalah masalah
konsolidasi, sehingga sudah dalam bentuk kloter. Tetapi bukan termasuk bagian
dari pelepasan calon jemaah haji, karena acara tersebut ada dengan jadwal
tersendiri. Pada acara manasik yang ketiga sudah dihadirkan ketua kloter,
pembimbing ibadahnya, dan tim kesehatannya. Jadi mereka sudah mengenal sejak
awal. Pada saat itu sekaligus dijadikan ajang konsultasi antara jemaah dan petugas
kolternya. Misalnya jemaah yang lanjut usia merupakan jemaah risiko tinggi
berkonsultasi dengan dokternya sebaiknya membawa obat apa dengan penyakit
yang dideritanya. Jadi mereka sudah tahu apa yang harus dipersiapkan baik dari
sisi jemaah maupun petugasnya
Jadi pelaksanaan bimbingan manasik massal yang tiga kali benar-benar
dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan tanpa dikurangi acara pembukaan dan
penutupan. Hal ini karena acara pembukaan dan penutupan tidak diatur dalam
juknisnya. Setelah acara manasik massal yang ketiga selesai, acara dilanjutkan di
Masjid Jami’ Teluk Tiram untuk mengikuti pelepasan jemaah haji oleh Walikota
Banjarmasin.
1.4.1.4. Evaluasi Sebagai Pengendali Keberhasilan
Pelaksanaan evaluasi pada tingkat kota dilaksanakan dengan memanggil
Karu dan Karom sebanyak 30 orang sesuai dengan yang ada di DIPA untuk
mengisi angket berupa kepuasan pelayanan dari rumah ke asrama haji, selama di
asrama haji, selama di asrama haji ke embarkasi, selama di embarkasi, selama di

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
334

pesawat, ke king abdul aziz, selama di mekkah, Medinan dan Jeddah. Peserta
disuruh menyebutkan keluhan-keluhan bila ada kekurangan-kekurangan. Peserta
mengisinya secara global semua pelayanan dan fasilitas dengan jawaban cukup
bagus. Dalam pelaksanaan manasiknya terdapat monitoring dari pihak Kantor
Wilayah Kementeria Agama Kalimantan Selatan.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
335

1.4.2. Kantor Urusan Agama Banjarmasin Utara


1.4.2.1. Perencanaan Dalam Pemetaan Masalah
Setelah menghadiri rapat di Kantor Kemenag Kota Banjarmasin dalam
persiapan penyelenggaraan bimbingan manasik haji tahun 2014, maka Kepala
KUA Banjarmasin Utara membentuk panitia pelaksanaan bimbingan manasik haji
tahun 2014 ditingkat Kecamatan Banjarmasin Utara. Keputusan Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan Banjarmasin Utara Nomor: Kk.17.10.5/Hj.02/
02/VIII/2014 tentang Panitia Pelaksana Pembinaan / Bimbingan Manasik Jemaah
Calon Haji Tahun 1435 H / 2014 M, mempunyai tugas mengelola, mengatur dan
mengkoordinasikan kegiatan Pembinaan/Pembimbing Manasik Haji pada wilayah
Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarmasin Tahun 1435 H/2014M.
Surat Keputusan ini sebagai pelengkap dari SK yang dikeluarkan oleh
Kepala Kankemenag Kota Banjarmasin tentang penetapan pelatih manasik haji
pada KUA-KUA di Banjarmasin pada tanggal 7 Juli 2014. Dalam SK ini
disebutkan bahwa Tim Pelatih dan Pembimbing Manasik Haji bertugas
memberikan bimbingan dan pembelajaran serta melaksanakan praktek manasik
haji sesuai tuntunan mansik haji Kementerian Agama Republik Indonesia. Dalam
SK tersebut untuk KUA Banjarmasin Utara adalah Drs. H. Khairuddin, H.
Aspihani, Lc dan Dr. H.Ahmadi H. Syukran, MM.
Kegiatan disesuaikan dengan sumber dana yang tersedia. Sumber dana
yang dipergunakan berasal dari dua sumber yaitu Dana Bantuan Operasional KUA
dan Dana Bantuan Untuk Kegiatan Pembimbingan Manasik Jemaah Calon Haji
tahun 2014. Dana operasional ini meliputi semua keperluan operasional selama
penyelenggaraan bimbingan manasik. Dana ini untuk semua KUA sama karena
tidak berdasarkan jumlah peserta bimbingan manasik, baik itu KUA yang
pesertanya banyak atau sedikit sama semua. Dana operasional ini sudah mencakup
juga honor panitia.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
336

Sedangkan Dana Bantuan Untuk Kegiatan Pembimbingan Manasik


Jemaah Calon Haji Dana Bantuan Untuk Kegiatan Pembimbingan Manasik
Jemaah Calon Haji jumlahnya berdasarkan jumlah pesertanya, semakin banyak
maka jumlahnya juga semakin besar. Dana ini meliputi keperluan pembelian
peralatan tulis, biaya gedung, honor narasumber, dan konsumsi manasik.
Rapat panitia yang telah dibentuk untuk mempersiapkan segala kebutuhan
yang diperlukan. Misalnya menentukan dan menyiapkan tempat yang akan
digunakan, mengatur konsumsinya, peralatannya, dan sarana pendukung lainnya.
Persiapan lainnya adalah membuat undangan kepada peserta bimbingan manasik,
dan bagi para narasumber. Persiapan yang tidak kalah penting adalah masalah
keadministrasian dari masa persiapan sampai pasca pelaksanaan kegiatan.
Menguatkan keyakinan kepada panitia bahwa pelayanan kepada jemaah
adalah hal utama. Karena bimbingan manasik haji di KUA merupakan sebuah
amanah sehingga tujuannya adalah mengantarkan jemaah mencapai haji yang
mabrur. Dimana dengan benar menjalankan antara yang wajib rukun dan syarat
haji. Ini juga merupakan bentuk tanggungjawab atas jemaah yang sudah sekian
lama masa tunggunya, sehingga ketika mau berangkat harus mendapatkan
pelayanan yang memuaskan.
Dalam penyiapan tempat untuk bimbingan manasik pihak KUA
menggunakan salah satu ruangan untuk akad nikah atau pertemuan dalam
pembinaan calon pengantin (catin) dan musala yang berada didepan KUA. Musala
yang akan digunakan pihak KUA sifatnya hanya meminjam saja. KUA hanya
memberikan dana kebersihan kepada pengurusnya. Pihak KUA melapor ke
pengurusnya untuk meminjamnya untuk kepentingan bimbingan manasik. Musala
tersebut bernama At Thahiriyah. Musala ini terdiri dari dua lantai yang cukup
menampung jemaah dalam jumlah yang banyal selain itu ruangannya juga ada
fasilitas beberapa pendingin udara. Tempat parkir untuk tamu bisa menggunakan
halaman parkir musala dan halaman KUA sendiri. Musala At Thahiriyah selalu
digunakan oleh KUA dalam acara-acara yang mendatangkan peserta dalam jumlah
banyak, seperti seleksi MTQ tingat kecamatan.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
337

Membuat undangan kepada semua peserta bimbingan manasik secara


resmi dengan menggunakan undangan tertulis. Selain berfungsi sebagai sarana
pemberithuan, surat ini memberitahu , surat ini bisa digunakan sebagai surat ijin
bagi PNS maupun karyawan swasta kepada atasannya. Sehingga atasan mereka
mengetahui kegiatan manasik berserta dengan tanggal dan jam jamnya. Bagi
jemaah pun bisa tenang mengikuti manasik karena sudah ijin terlebih dahulu
kepada atasan mereka.
Langkah selanjutnya adalah membuat undangan kepada narasumber yang
sudah disebutkan dalam SK Kepala Kantor Kemenag Kota Banjarmasin.
Narasumbernya merupakan orang-orang mempunyai kmpoetensi di bidang
manasik haji. Narasumber manasik di KUA diambilkan narasumber-narasumber
yang sudah berkometen dibidangnya, seperti Drs. H. Khairuddin (Kelompok I)
merupakan seorang ustad yang sering membawa jemaah haji lewat KBIH dan
jemaah Umroh. Beliau umroh selama setahun sebanyak tiga kali dalam membawa
jemaah umroh dari Kota Banjarasin. H. Aspihani, Lc (Kelompok II) merupakan
salah satu penyuluh di Kantor Kemenag Kota Banjarmasin, beliau merupakan
lulusan sarjana dari Madinah. Beliau sejak sekolah tingkat dasar sampai selesai
kuliahjadi sarjana pendidikannya di Madinah selama kurang lebih 25 tahun.
Sehingga beliau suda mengenal sekali keadaan negara Arab Saudi. Selain itu
beliau juga sering membawa jemaah haji lewat KBIH dan jemaah Umroh.
Sedangkan Dr. H.Ahmadi H. Syukran, MM (Kelompok III) merupakan Kepala
Kemenag Kota Banjarmasin (tahun 2014) sudah beberapa kali bertugas sebagai
petugas haji. Sebagai kepala kemenag dan pernah jadi petugas tentunya beliau
juga sangat menguasai pelaksann manasik ibadah haji. Apalagi pada saat itu
keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji tingkat Kota Banjarmasin merupakan
tanggungjawab beiau.
Para narasumbernya sudah mengikuti TOT pembmbing manasik haji.
Karena walaupun sebelumnya sudah mempunyai keahlian terlebih dahulu, tetapi
tetapi tetap harus mengikuti TOT. Hal ini sebagai bukti secara administrasi bahwa
mereka mampu, yaitu berupa sertifikat.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
338

1.4.2.2. Pengorganisasian Sebagai Pemecahan Masalah


Membagi jemaah dalam 3 kelompok dengan satu narasumber serta
masing-masing ruangannya. Pengelompokan berdasarkan daftar urut pendaftaran
dari Kankemenag Kota Banjarmasin, dimana setiap kelompok terdiri dari 42
jemaah. Nomer urut 1 – 42 menjadi kelompok 1, 43 sampai 84 kelompok 2, dan
85 sampai 126 masuk kelompok 3. Jadi begitu manasik dimulai sudah jadi
pengelompokanya dan sudah ditempel sehingga jemaah saat datang bisa langsung
mengetahui masuk kelompok berapa. Dalam daftar kelompok tersebut sudah
dicantumkan pula nama narasumbernya.
Pengaturan tempat manasiknya masing-masing kelompok menempati
ruangan yang berbeda. Drs. H. Khairuddin (Kelompok I) disalah satu ruang balai
nikah di KUA. Kemudian H. Aspihani, Lc (Kelompok II) dan Dr. H.Ahmadi H.
Syukran, MM (Kelompok III) menempati ruangan di Musala At Thahiriyah.
Sebagai informasi kepada jemaah mengenai awal pelaksanaan manasik
dibuat undangan secara tertulis. Tetapi saat manasik massal yang pertama semua
kepala KUA diundang kemudian mengumumkan pada masing-masing jemaah
perkecamatan kapan dan dimana pelaksanaan manasik tingkat KUA sebanyak 7
kali.
Demikian pula Kepala KUA Banjarmasin Utara juga datang ke acara
manasik massal yang pertama. Fungsinya selain untuk menyampaikan informasi
mengenai waktu dan tempat pelaksanaan bimbingan manasik di KUA, juga
menguatkan dengan penekanan kepada jemaah agar datang setiap hari pada
manasik di KUA bahwa narasumber yang disiapkan berkualified dan
berpengalaman dibidangnya sehingga jemaah bisa bertanya sepuasnya.
Pada saat itu diumumkan kepada peserta dari Kecamatan Banjarmasin
Utara agar wajib datang pada acara pertama manasik di KUA pada tanggal dan
hari serta jam dan tempat pelaksanaannya. Dijelaskan KUA telah menyiapkan
pembimbing manasik haji sebanyak 3 orang yang sangat profesional sekali
dibidang perhajian, sehingga sangat kompeten sekali. Masing-masing kelompok
dipegang oleh satu narasumber. Para jemaah dipersilahkan untuk hadir disana dan

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
339

sekaligus disampaikan bahwa manasik wajib dihadiri, karena disampaikan hadist


tentang haji mabrur tidak ada balasan selain surga. Untuk memperoleh haji mabrur
syaratnya adalah hajinya dahulu harus betul, betul gerakannya sesuai dengan
ketentuan ketentuan syariat dan jangan sampai terjadi kesalahan kesalahan yang
bisa membatalkan dalam ibadah haji. Untuk ini semua maka wajib memahami
ilmu tentang manasik haji sebaik baiknya. Maka wajiblah pelatihan manasik haji
ini untuk dihadiri terus. Karena pelatihan manasik ini bisa menjadi pondasi peserta
jemaah haji masuk ke surga. Sehingga harus dihadiri setiap hari apabila masih ada
yang belum mengerti atau kurang jelas silahkan ditanyakan dengan para
narasumbernya. Silahkan saja melakukan tanya jawab sepuasnya.
1.4.2.3. Pelaksanaan Sebagai Pengantar Keberhasilan
Pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA Banjarmasin Utara tetap
sesuai rencana yaitu dibagi dalam tiga kelompok dengan satu narasumber per
kelompoknya. Tempat yang digunakan yaitu satu di salah satu ruangan balai nikah
KUA, yang dua kelompok memanfaatkan Musala At Thahiriyah yang letaknya
persis di seberang jalan KUA.
Pelaksanaan hari pertama dimulai jam sembilan pagi, dalam sambutannya
pembukaan bimbingan manasik Kepala KUA menekankan pentingnya mengikuti
kegiatan pembimbingan manasik di KUA dari awal sampai akhir, agar bisa
melaksanakan ibadah hajinya sesuai ketentuan syari’ah sehingga menjadi haji
mabrur. Dalam acara pembukaan tersebut beliau menukil sebuah hadis, bahwa
“haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga”. Mabrur itu bisa tercapai kalau
ibadah hajinya betul atau sempurna cara ibadahnya. Syarat agar menghetahui tata
cara ibadah haji yang benar maka perlu memperhatikan pada acara manasik haji
ini dengan memperhatikan apa yang diberikan oleh para pembimbing manasik
haji. Sehingga secara tidak langsung maka manasik ini wajib untuk diikuti. Karena
sesuatu yang mengikuti wajib itu artinya juga bisa menjadi wajib, makanya saya
mohon agar jemaah bisa mengikuti terus pembimbingan manasik haji ini. Jangan
sampai terputus dalam mengikuti pelatihan manasik haji ini. Karena apa yang
harus dikerjakan di tanah suci akan disampaikan semua dalam acara ini. Kalau ada

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
340

yang tidak dimengerti maka bisa meminta kejelasan kepada para pembimbing
manasik hajinya.
Setelah pembukaan para jemaah bermusyawarah untuk menentukan waktu
pelaksanaan manasik berikutnya. Tetapi yang berubah hanya jamnya saja,
sehingga tanggal dan harinya tetap sama. Kesepakatan dibicarakan antara para
jemaah dengan narasumbernya, sehingga disepakati dimulai jam 14.00 sampai jam
18.00. Jadi tetap selama 4 jam setiap kali pertemuan sehingga totalnya menjadi 48
jam pelajaran. Memang sulit untuk mengumpulkan orang banyak dalam waktu
bersamaan, dengan alasan berbagai kepentingan jemaah. Mereka ada yang
berprofesi macam macam sehingga jemaah dipersilahkan berdiskusi untuk
menentukan waktunya secara fleksibel. Pada intinya kemauan sesuai dengan
kondisi jemaah sehingga yang menjadi tujuan utama KUA agar semua jemaah bisa
datang selama bimbingan manasik.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam bimbingan manasik haji
kurang lengkap. Sistem duduk peserta tidak menggunakan kursi tetapi lesehan di
bawah. Hal ini tentunya akan membuat suasana kurang nyaman karena jemaah
pasti capek duduk bersimpuh berjam-jam. Apalagi acaranya siang hari setelah para
jemaah melakukan kagiatan aktifitasnya sehari-hari. Peralatan yang bisa dipenuhi
oleh KUA adalah alat bantu pengeras suara, dimana kelompok yang di musala dan
di ruangan balai nikah KUA mendapat jatah semua.
Peralatan sebagai media menyampaiakan materi dari narasumber berupa
LCD juga tidak ada. Padahal ini sangat penting sekali dalam keberhassilan
penyampaian materi. Apalagi pelaksanaan bimbingan manasiknya terbagi dalam
beberapa kelompok dan ruangan yang berbeda, sehingga akan membutuhkan
beberapa alat. Kendala ini bisa sedikit teratasi dengan dipinjami LCD oleh salah
satu jemaah. Sehingga hanya kelompok yang di Musala At Thahiriyah saja yang
menggunakan LCD, yaitu kelompok dibawah asuhan narasumber H. Aspihani, Lc
(Kelompok II) dan Dr. H.Ahmadi H. Syukran, MM (Kelompok III). Satu LCD
dimanfaatkan oleh dua kelompok. Sedangkan kelompok dibawah asuhan

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
341

narasumber Drs. H. Khairuddin (Kelompok I) tetap tidak menggunakan peralatan


tersebut.
Peralatan lain yang diperlukan adalah alat peraga berupa miniatur Ka’bah,
tetapi yang ada hanya satu saja. Sehingga yang bisa memanfaatkan juga hanya
kedua kelompok yang di Musala. Sedangkan kelompok satunya menggunakan
media seadanya yaitu berupa meja yang dijadikan alat peraga sebagai bangunan
Ka’bah dalam sesi praktik thawaf.
Peralatan miniatur Ka’bah dan LCD sangat menunjang sekali dalam
menjelaskan kepada jemaah tentang Masjidil Harram. Miniatur ini hanya
ka’bahnya saja, tidak ada minatur Hijr Ismail dan Maqam Ibrahim, sehingga
narasumber hanya bisa menerangkan lewat sudut-sudutnya saja, misalnya letak
rukun yamani dan hajar aswad. Sehingga perlu ditunjang dengan LCD untuk
menampilkan gambar Masjidil Harram. Sehingga bisa diketahui lebih rinci
bagian-bagian dari Masjidil Harram.
Sistem pembelajarannya adalah ceramah, tanya jawab, dan praktik. Para
narasumber menyampaikan materi, kalau ada peserta yang kurang mengerti bisa
langsung bertanya. Antara teori, praktek, dan tanya jawab secara berimbang,
maksudnya saat sesi teori atau praktek bila ada yang ingin bertanya bisa langsung.
Jadi komunikasi berjalan dua arah.
Dalam praktek narasumber memberikan contoh terlebih dahulu kemudian
peserta menirukan. Begitu juga ketika cara menggunakan pakaian ihram yang
benar agar tidak mudah lepas. Peserta khususnya yang laki-laki disarankan untuk
membawa pakaian ihram agar bisa menirukan cara memakainya.
Sebagian jemaah dalam manasik di KUA kebanyakan sudah memiliki
dasar pengetahuan perhajian. Untuk membangkitkan gairah peserta manasik,
narasumber memberikan pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan ke peserta
bimbingan manasik yang kira kira belum mereka mengerti. Karena kalau bukan
narasumber yang berinisiatif, terkadang jemaah walau belum mengerti benar
maksud materi yang disampaikan tetapi takut atau sungkan untuk bertanya.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
342

Keadaan calon jemaah haji dari Kecamatan Banjarmasin Utara semuanya


belum pernah haji. Hal ini menjadi dasar pengetahuan tentang daerah Mekkah dan
Madinah. Walau jemaah pernah umroh tetap berbeda keadaannya dengan saat
berhaji, karena untuk wukuf di Arafah dan Mina tetap tidak terbayangkan.
Akibatnya ketidaktahunan gambaran kota Mekkah ada calon jemaah haji yang
mengira kalau sudah masuk kota mekkah langsung bisa melihat Ka’bah.
Pengetahuan jemaah tentang manasik haji sangat beragam, ada yang sudah
mengikuti kegiatan manasik diluar seperti ikut kemlompok KBIH, tetapi yang
paling banyak ikut manasik mandiri yang diselenggarakan Masjid Agung Miftahul
Ihsan. Selain itu jemaah juga sudah membaca-baca buku tentang manasik haji.
Pengetahuan manasik haji juga biasa diterima dalam pengajian-pengajian di
kampung-kampung, terutama ibu-ibu melalui Majelis Ta’lim di kampungnya. Ada
peserta yang sudah paham tentang manasik haji, misalnya pertanyaan “sedang
thowaf kemudian mendengarkan azan salat wajib, apa yang harus dikerjakan”.
Pertanyaan seperti itu sudah menunjukan tentang pemahaman jemaah tentang
manasik haji.
Narasumber selalu mengingatkan agar dalam beribadah haji selalu
mengutamakan yang wajib terlebih dahulu dan mengutamakan keselamatan.
Jangan mengutamakan yang sunah untuk mengejar kepuasan beribadah, tetapi
melupakan yang wajib serta membahayakan keselamatan diri maupun orang lain.
Misalnya keinginan mencium hajar aswad tetapi bila tidak memungkinkan maka
cukup dengan melambaikan tangan ke arah hajar aswad. Karena kalau sampai
tidak memperdulikan yang wajib dan keselamatan diri itu menurut narasumber
malah menjadi haram. Apalagi bila dalam mencium hajar aswad dengan cara yang
tidak benar dengan menyakiti jemaah yang lain malah menjadi dosa. Kadang kala
mencium hajar aswad menjadi tujuan utama bagi kalangan yang kurang
memahami ilmu agama.
Narasumber mengajarkan tentang kesabaran selama selama manasik,
karena saat di tanah suci berbagai godaan sering menguji kesabaran jemaah. Rasa
berbagi dan saling tolong menolong sangat perlu sekali. Misalnya, setiap kamar

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
343

berisi sekitar 6 orang sehingga harus bergantian dalam menggunakan kamar


mandinya, maka hal ini bisa mempengaruhi tingkat kesabaran jemaah. Sehingga
perlu diajarkan kepada peserta manasik untuk belajar mengontrol emosi.
Masalah do’a-do’a dalam ibadah haji sangat banyak sehingga sulit unuk
menghafalkannya. Tetapi jemaah sudah dibekali buku yang isinya do’a-do’a
selama melaksnakan ibadah haji. Buku tersebut bisa dibawa kemana-mana karena
ada talinya sehingga bisa dikalungkan dileher. Tetapi narasumber tetap
mengingatkan terus ke jemaah, bahwa ibadah haji adalah ibadah fisik. Sehingga
yang diutamakan oleh jemaah haji adalah kesehatan badan agar tetap prima.
Sehingga para narasumber lebih mengutamakan mengajarkan gerakan-gerakan
yang benar dalam manasik.
Selain kesehatan jasmani yang harus diutamakan, masih ada masalah
keselamatan yang diajarkan. Misalkan diajarkan bagaimana saat dalam keramaian
jemaah haji agar jagan sampai terlepas dengan kelompoknya, terutama antara
suami dan istrinya. Misalnya diajarkan bagaimana caranya seorang istri
seharusnya dalam berpegangan suaminya, tetapi tidak membuat kain ihramnya
tidak terlepas. Kain ihram gampang terlepas karena memang disyaratkan tidak
boleh ada jahitannya.
Yang akan dihadapi jemaah haji adalah keadaan keseharian disana,
termasuk keadaan Masjidil Harram, keadaan kota Mekkah dan Madinah, maupun
adat istiadatnya. Pengetahuan ini sangat penting sekali karena akan menyangkut
keseharian jemaah. Sehingga perlu adanya informasi-informasi yang baru tentang
keadaan semuanya yang berhubungan dengan ibadah haji. Untuk itu semua perlu
narasumber yang mempunyai link pengetahuan terbaru disana. Sehingga
narasumber yang telah dipilihkan di KUA Banjarmasin Utara sudah tepat, dimana
narasumbernya sering membawa jemaah umroh ke tanah suci. Maka dari itu
narasumber-narasumber tersebut hampir setiap tahun pergi ke Arab Saudi
khususnya Mekkah dan Madinah.
Dibidang kesehatan secara kebetulan petugas kesehatannya pernah ikut
datang ke acara manasik di KUA. Sehingga oleh pihak KUA dipersilahkan untuk

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
344

ikut mengisi sebagai narasumber tentang kesehatan. Disini banyak jemaah yang
berkonsultasi tentang berbagai masalah kesehatan. Oleh beliau disarankan agar
membawa obat-obatan yang sudah biasa diminum sebelumnya. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi penyesuaian-penyesuaian akibat reaksi obat
terhadap tubuh bila obatnya jenis baru. Tentunya hal ini akan mengganggu
kegaiatan ibadah hajinya karena penyesuaian tubuh memerlukan waktu.
Adanya perpaduan antara silabus materi yang sudah ditentukan dari
kemenag dengan pengalaman-pegalaman narasumber saat bertugas mendampingi
jemaah haji atau umroh di Tanah Suci. Menurut dokumen sekunder yang peneliti
terima, bahwa daftar hadir semuanya terisi, begitu pula dengan para
narasumbernya. Semua materi yang digunakan sesuai kurikulum dari kanwil tetapi
materinya, narasumber membuat sendiri sendiri. Narasumber diberikan kebebasan
dalam membuat materi manasik terutama dalam pengalamannya saat bertugas
mengawal jemaah di tanah suci, tetapi tetap harus mengacu pada silabus materi
yang sudah ditetapkan dari Kanwil.
Berikut adalah jadwal kegiatan bimbingan manasik di KUA Banjarmasin:
Tabel 10.19. Jadwal Kegiatan Bimbingan Manasik di KUA Banjarmasin
Perte
Pokok Materi Tujuan Pokok Bahasan
muan

Perte B i m b i n g a n Jemaah haji mengetahui  Persiapan Sebelum Berangkat ke Asrama Haji


muan P e r j a l a n a n proses perjalanan ibadah  Kegiatan di Asrama Haji (Embarkasi/Debarkasi)
1 Ibadah Haji haji (gelombang I  Kegiatan Selama di Pesawat
dan II) selama di tanah air  Kegiatan di Bandara Saudi Arabia (Jeddah) Pada
dan di Arab Saudi Saat Kedatangan dan Kepulangan
 Kegiatan dalam Perjalanan Menuju Pemondokan
 Kegiatan di Pemondokan Makkah/Madinah
 Kegiatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina
Bimbingan Jemaah haji mengetahui  Pelayanan Kesehatan Terhadap Jemaah Haji di
Kesehatan Haji makna kesehatan (tata cara Tanah Air
memelihara), menjaga  dan Arab Saudi
kesehatan dan pencegahan  Jenis obat-obatan yang boleh dibawa ke Tanah
penyakit dan hak-hak suci
Jemaah Haji dalam  Penanganan dini terhadap jemaah risti (resiko
pelayanan kesehatan tinggi)

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
345

 Asuransi bagi jemaah dan petugas haji


Perte B i m b i n g a n Jemaah haji dapat  Etika dan Akhlakul Karimah Selama
muan Pelaksanaan memiliki akhlakul Pelaksanaan Ibadah Haji
2 Ibadah Haji karimah dan memahami  Pengertian Haji Ifrad, Tamattu dan Qiran
adat istiadat bangsa Arab,  Macam-macam Dam
niat haji dan umrah, serta  Pelaksanaan Sholat Arbain
sholat Arbain
Perte B i m b i n g a n Jemaah haji dapat  Berpakaian dan Sholat Sunnat Ihram
muan Palaksanaan mengetahui  Niat dan Bacaan Talbiyah
3 Ibadah haji tata cara dan urutan  Thawaf
/umrah pelaksanaan haji/umrah  Sa’i
 Tahllul
Perte B i m b i n g a n Jemaah haji dapat  Praktik Memakai Pakaian Ihram
muan pelaksanaan mempraktikkan  Praktik Niat dan Shalat Sunnat Ihram
4 ibadah umrah tata cara dan urutan  Praktik Thawaf
pelaksanaan ibadah umrah  Praktik Sa’i
 Praktik Tahllul
Perte B i m b i n g a n Jemaah haji dapat  Ihram/Miqot
muan p e l a k s a n a a n mengetahui tata cara dan  Wukuf di Arafah
5 ibadah haji urutan pelaksanaan  Mabid di Mudzalifah
/manasik haji ibadah haji  Mabid di Mina
 Melontar Jamarat
 Thawaf Ifadhah
 Tahallul Awwal dan Tahallul Tsani
Perte B i m b i n g a n Jemaah dapat  Praktik Memakai Ihram
muan pelaksanaan mempraktikkan tata  Praktik Niat dan Shalat Sunnat Ihram
6 ibadah haji cara dan urutan  Praktik Wukuf, Mabid di Muzdalifah dan Mina
/manasik haji pelaksanaan  Praktik Melempar Jamarat
ibadah haji  Praktik Thawaf Ifadhah
 Praktik Thahallul/Memotong Rambut
Perte Ibadah dan Jemaah haji dapat  Bersuci (Wudhu/Tayammum di Pesawat)
muan k e g i a t a n mengetahui kondisi  Shalat di Pesawat
7 selama di pesawat, kegiatan  Makan, Minum dan Istirahat di Pesawat
di pesawat ibadah di pesawat, dan  Membaca al-Qur’an, Zikir dan Doa
menjaga keselamatan  Tata Cara Menggunakan Fasilitas di Pesawat
dalam penerbangan  Menjaga Keselamatan Penerbangan
Bimbingan Jemaah haji mengetahui  Pelayanan Kesehatan Terhadap Jemaah Haji
kesehatan bentuk pelayanan Sebelum Keberangkatan di Tanah Air
kesehatan sebelum  Pelayanan Kesehatan Selama dalam Perjalanan
keberangkatan, dalam  Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Saat di Arab

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
346

perjalanan dan selama di Saudi


Arab Saudi

1.4.2.1. Evaluasi Sebagai Pengendali Keberhasilan


Evaluasi terhadap peserta manasik berdasarkan keaktifannya dalam
bertanya. Evaluasi meliputi:
 Penilaian Kognitif dengan rentang nilai 60 sampai dengan 90, nilai tertinggi 84
dan terendah 77

 Penilaian Afektif dengan rentang nilai C, B, dan A), nilai tertinggi A dan
terendah B

 Penilaian Praktek dengan menggunakan rentang nilai 60 sampai dengan 90,


nilai tertinggi 85 dan terendah 79
Tidak ada monitoring dari kemenag kota karena memang tidak ada
juklaknya. Kalau ada orang kemenag menengok bukan masalah monitoring tetapi
lebih bersifat koordinasi saja, apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan
ketentuan dari Kanwil. Tahun ini dikabarkan ada model monitoring resmi dari
Kankemenag Kota.
Berikut ini adalah foto-foto kegiatan bimbingan manasik haji massal di
Kota dan KUA Banjarmasin Utara:

Gambar 10.1. Masjid Sabilal Gambar 10.2. Jemaah Haji Gambar 10.3. Bimbingan
Muhtadin Kec. Banjarmasin Utara saat Manasik Mandiri di Masjid
Manasik Massal Miftahul Ihsan

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
347

Gambar 10.4. KUA Banjarmasin Gambar 10.5. MusalaAt Gambar 10.6. Dr.H.Ahmadi H.
Utara Thahiriyah Syukran, MM Narasumber
Kelompok III

Gambar 10.7. H. Aspihani, Lc Gambar 10.8. Prosesi Praktik Gambar 10.9.Bimbingan


Narasumber Manasik di Musala At
Thahiriyah

Gambar 10.10. Drs. H. Gambar 10.11. Bimbingan Gambar 10.12. Masjid Jami’
Khairuddin Narasumber Manasik di Ruang Balai Nikah Teluk Tukiram Banjarmasin

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
348

Kelompok I KUA

1.5. Sudut Pandang Pelaksanaan Pembimbingamanasik Haji


1.5.1. Peran Masyarakat dalam Memandirikan Jemaah Haji
Pada tanggal 14 Januari 2014, beberapa pejabat Bidang Haji Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan, Kantor Kementerian
Agama Kota Banjarmasin, Majlis Ulama Indonesia Kota Banjarmasin, dan Badan
Pengelola Masjid Agung Miftahul Ihsan Banjarmasin bersepakat melaksanakan
kegiatan nonprofit yang bertujuan membantu calon haji dan umat Islam pada
umumnya untuk mempersiapkan diri dalam melaksanakan Rukun Islam Kelima,
dengan visi kegiatan bertajuk "Berhaji Mudah dan Mabrur."
Kegiatan kursus manasik haji yang telah dilaksanakan pada tahun 2014
berjalan lancar dan mendapat sambutan positif baik bagi calon haji maupun
masyarakat pada umumnya. Berdasarkan pengalaman dan evaluasi pada akhir
program, terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan
kegiatan serupa di tahun 2015.
Kursus Manasik Haji Mandiri pada tahun 2015 dilaksanakan setiap hari
Sabtu pukul 09.00 sampai 11.30 Wita di Ruang Induk Masjid Agung Miftahul
Ihsan, akan berlangsung selama enam bulan dimulai 1 Januari 2015 sampai
dengan tanggal 30 Juni 2015 mencakup 26 kali pertemuan. Kegiatan ini akan
berakhir menjelang pelaksanaan bimbingan manasik haji oleh Kementerian
Agama dimulai. Peserta diutamakan bagi calon haji yang sudah mempunyai porsi
Keberangkatan pada tahun 2015 dan secara umum bagi calon haji lainnya serta
kaum muslimin yang berniat akan melaksanakan ibadah haji. Kursus manasik haji
mandiri ini bertujuan agar peserta nantinya dapat mandiri dalam melaksanakan
ibadah haji sehingga tercapai visi "berhaji mudah dan mabrur." Terlatihnya 500
calon haji/umrah dengan berlandaskan niat yang ikhlas, keimanan dan ketakwaan
yang terjaga, mental spiritual yang siap, adaptif dan kridibel, menguasai dan
mampu menerapkan manasik haji secara sempurna, trampil dalam gerakan dan

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
349

bacaan saat pelaksanaan wajib/rukun/sunah haji, mengetahui sejarah tempat


ziarah, dan siap melaksanakan ibadah haji secara mandiri.

1.5.2. Pandangan Jama’ah Haji


Jemaah biasanya sebelum manasik yang diadakan di KUA sudah ikut
manasik yang diadakan di Masjid Agung Miftahul Ikhsan. Selain itu juga mencari
pengetahuan diluar manasik dengan membaca buku-buku manasik, serta bertanya
kepada kerabat yang sudah pernah berhaji.
Tetapi ketika mendapat informasi ada manasik dari Kankemenag yang 3
kali secara masal dan 7 kali di KUA juga ikut secara total. Menurutnya ikut kedua
program tersebut sudah lebih dari cukup. Jadi ketika di KUA itu sifatnya
pengulangan saja dari nol, karena disesuaikan dengan jemaah lainnya yang
mungkin belum berkesempatan menambah belajar manasik sendiri sebelumnya.
Materi yang disampaikan sudah mencakup keseluruhannya seperti
ketentuan dari Kemenag. Semua materi diberikan secara runtut, misalnya barang
apa saja yang perlu dibawa semenjak keberangkatan dari rumah sampai di tanah
suci. Bahkan termasuk bacaan bacaannya disampaikan secara sistematis dan
sangat jelas sekali.
Hasil di KUA yang paling nyata adalah adanya pemikiran bahwa kain
ihram dipakai sampai kapan batasnya. Walau sudah menambah pengetahuan
dengan ikut manasik mandiri maupun membaca buku, jemaah belum mengetahui
batasan-batasan dalam menggunakan kain ihram. Sebelumnya mempunyai
pandangan bahawa kain ihram harus dipakai secara terus menerus selama di tanah
suci. Setelah mengikuti di KUA baru menegerti batasan-batasan waktu kapan
harus menggunakannya. Karena masuk jemaah haji tamatu’ maka berihramnya
dengan mengambil miqat di Jeddah, itu merupakan rangkaian umrah yang
pertama, terdiri dari thowaf, sa’i dan bercukur, setelah itu pakaian ihram boleh
dilepas. Setelah itu saat melaksanakan rangkaian wajib hajinya di Arofah, sampai
dengan thowaf ifadah dan bercukur lagi.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
350

Informasi saat pelaksanaan di KUA belum diketahui pembagian


rombongan dan regu, hanya masuk kloter dua. Ada materi yang disampaikan
dalam manasik untuk membentuk kelompok-kelompok kecil agar tetap bisa utuh
terus terutama saat thowaf. Karena untuk tetap bertahan dalam jumlah kelompok
besar sangat sulit. Belaiu memutuskan bersama terus dengan temannya yang
terdiri suami istri, jadi berempat terus. Hal ini terbukti karena bisa bersama terus
selama di tanah suci.
Yang menjadi keluhan kami saat tiba di Mekkah sangat bingung, karena
dalam materi manasik tidak ada gambaran visual dari tempat pemondokan kami
sampai ke masjidil haram. Ketika manasik kita memang diberikan gambar peta
yang hanya ada tulisan-tulisan saja. Kalau dengan menggunakan petunjuk secara
video visual akan lebih lebih bagus lagi. Karena akan terlihat jalan dan
terowongan yang harus kita lewati. Padahal penyelenggara haji sudah tahu
masing-masing jemaah akan menempati maktab mana. Padahal dalam satu kloter
hanya ada 5 – 7 petugas untuk menghandel 320 jemaah, jelas sangat kurang sekali,
apalagi kalau ada jemaah yang sudah uzur.
Mendapatkan buku bacaan tentang do’a-do’a selama berhaji dari Kemenag
yang bisa dibawa kemana saja, karena ada talinya sehingga bisa dikalungkan.
Seperti ketika thawaf saya bisa baca buku tersebut dan sekaligus sebagai tanda
hitungan putaran ke berapa. Kalau masalah bacaan dan urut urutan ibadah yang
menyangkut masalah kewajiban, rukun, dan sunah sudah cukup sekali baik dari
bimbingan manasiknya maupun buku manasik dan buku doa-doa yang diberikan
oleh Kemenag. Kalau jemaah mau mencari tambahan pengetahuan diluar ya
dipersilahkan tetapi saya merasa buku dari kemenag sudah lengkap dan memadai
sekali untuk memaahami tentang manasik haji. Karena buku itu sudah
mengungkapkan dari kita sejak mau berangkat dari rumah sampai pulang rumah
lagi.
Kalau proses manasik KUA saya rasa cukup dengan tempat yang sudah
memadai dan pemateri yang sudah mumpuni. Dengan diadakan dialog tanya

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
351

jawab bisa membuat peserta manasik lebih jelas begitu juga dengan praktiknya.
Apalagi kalau ada video visualnya akan lebih mantap lagi.
Untuk sarana dan prasarana sudah mencukupi baik dilihat dari tempat
maupun menu makanan yang dihidangkan. Tetapi yang menjadi hambatan adalah
tidak tersedianya LCD untuk sarana penyampaian materi. Selain itu hanya ada satu
alat peraga ka’bah yang sudah dipakai kelompok lainnya, maka digunakan media
pengganti peraga ka’bah yaitu kursi ditaruh di tengah tengah jemaah dianggap
sebagai peraga ka’bah. Kemudian para jemaah diajak praktek mengelilingi kursi
tersebut. Sebelum itu dupraktekan cara menggunakan kain ihram bagi laki laki,
dan wanita. Tetapi diutamakan adalah tehnik memakai kain ihram bagi laki laki
agar tetap aman dan tidak terlepas.
Untuk masalah kewanitaan diberikan materi juga di KUA tetapi lebih
ditekankan untuk berhubungan intens dengan tim kesehatan. Tetapi bila bisa
disiasati maka jangan ditahan menggunakan obat penahan haid, tetapi dibiarkan
keluar dahulu. Misalnya bila masih ada waktu sebelum masa haji maka jangan
dicegah tetapi dikeluarkan saja sekalian. Kalau waktunya sudah mendekati masa
haji maka bisa menggunakan obat penahan haid.
Sebaiknya jemaah wanita yang sedang haid karena tidak bisa
melaksanakan kegiatan ibadah, maka sebaiknya bila tinggal dipondokan jangan
ditinggal sendiri tetapi ditemani mahrimnya. Bagi wanita yang sedang masuk
masa haid disarankan untuk tidak minum minuman yang mengandung soda,
karena sodanya lebih keras daripada di tanah air.
Jemaah haji dipersilahkan membawa obat-obatan yang sudah biasa
dikonsumsi oleh jemaah haji. Hal ini agar sudah sesuai dengan keadaan tubuh,
bila harus proses peyesuaian membutuhkan waktu sehingga akan mengganggu
pelaksanaan ibadah haji. Tentang masalah daya tahan tubuh agar pasien membawa
vitamin, kemudian memakai masker agar tidak mengalami polusi debu.
Tidak ada evaluasi secara khusus tetapi beliau mengadakan sistem
komunikasi dua arah dimana tanya jawab apa-apa yang beum atau masih

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
352

membingungkan para jemaah. Bahkan sesudah acara manasik kadang kami masih
bertanya lewat telepon kepada beliau.
Para pembimbing manasik orangnya sangat profesional sekali, dimana bisa
memanfaatkan keterbatasan sarana dan prasarana dalam melaksanakan
pembimbingan manasik. Selain itu ada yang tetapmau dihubungi setelah selesai
pelatihan manasik. Jadi para jemaah tidak di lepas begitu saja setelah selesai
program. Bahkan ada yang mau dihubunghi selama 24 jama saat para jemaah haji
melaksanakan ibadah haji di tanah suci. Contohny saat jemaah ada yangbberdebat
tentang keabsahan tentang menginap di daerah perluasan Mina. Sehingga untuk
mencari jalan tengah berkonsultasi dengan salah satu pembeimbing manasik di
KUA lewat telepon. Setelah mendapatkan pencerahan maka bagi yang tetap ingin
menginap di daerah bukan perluasan Mina tetap dipersilahkan tetapi tidak boleh
mempengaruhi jemaah haji yang lain.

1.5.3. Pandangan Tokoh Agama


H. Rasyidi Umar, Sekertaris Pengurus Masjid Agung Miftahul Ihsan,
mantan Kasie Haji Kantor Wilayah Kemenag Kalimantan Selatan, dan pensiunan
fungsional Widya Iswara. Saat ini beliau sebagai pengurus program “manasik
mandiri” di majid Miftahul Ikhsan. Saat bertugas haji beliau melihat masih banyak
kesalahan para jemaah dalam melaksanakan rangkaian ibadah haji.
Dahulu yang menyelenggarkan Kantor Kemenag Kota/Kabupaten,
pelaksanaannya lebih dari sepuliuh kali dan dikelompokan dalam jumlah
kecil-kecil. Sehingga program pembimbingan manasik hajinya bisa lebih detil dan
efektif. Sekarang pelaksanaannya hanya sepuluh kali dan dikelompokan dalam
jumkah yang besar.
Dalam peribadatan masing-masing kelompok atau perorangan
masing-masing mempunyai pemahaman sendiri sendiri. Demikian pula dalam
masalah materi manasik haji yang diajarkan harus sesuai dengan yang standar dari
kementerian agama. Sehingga jemaah tidak kebingungan dalam menerimanya.
Sudah benar adanya TOT bagi pemateri manasik yang diselenggarakan oleh

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
353

kanwil kankemenag kalsel. Pelaksanaan bimbingan manasik di Kantor Kemenag


Kota dan KUA secara minimal memang sudah memadai, tetapi belum secara
maksimal. Dalam pelaksanaan pembinaan Karu dan Karom masih perlu
ditingkatkan lagi, terutama untuk pengenalan maslah pemondokan. Karena
perannya sangat besar dalam mensukseskan haji yang mandiri.
Yang disebut dengan haji mandiri adalah jemaah haji yang mandiri dalam
beribadahnya, siap untuk melakukan prosesi haji secara benar urutannya baik
waktu ada pembimbing maupun tidak ada pembimbing. Selain itu mengetahui
dengan cepat perunjuk tentang tempat tempat yang harus dilalui agar bisa mandiri.
Yang menjadi penghalang untuk mencapai haji mandiri adalah para jaamaah tidak
mandiri karena sudah berprinsip mengantungkan ibadah hajinya kepada petugas.
Kalau petugas atau pembimbing tidak memberikan instruksi berarti tidak
bergerak. Kemandirian jemaah juga bisa terbentuk pada aktifitas pergerakan
rombongan kloter memang tidak biasa dihindarkan, tetapi kalau sudah kegiatan
peribadatan sehari hari harus sudah bisa jalan secara mandiri. Yang paling penting
jaaah jangan sampai khawatir atau takut saat mneghadapi sesuatu hal baru disana.
Maka dalam bimbingan manasik harus selalu disampaikan segala sesuatu yang
sifatnya paling baru, atau terupdate informasinya.
Pembentukan mental jemaah haji perlu sekali, dimana semuanya harus
bisa menyatu dengan petugas haji bahwa bertujuan untuk menjadi haji yang
mabrur secara bersama-sama. Sehingga pembentukan mental menjadi penting
sekali agar para jemaah tidak selalu mengutamakan kepentingannya
sendiri-sendiri atau menumbuh rasa kesetiakwanan sosial. Karena ditanah suci
nanti agar jemaah bisa saling bantu-membantu apabila sedang menghadapi
suasana kesulitan tertentu. Selain itu perlu juga penekanan kepada jemaah untuk
mengutamakan rangkaian ibadah hajinya dahulu daripada sunah-sunahnya.
Misalnya mencium hajar aswad, bila memang tidak memungkinkan situasinya
maka jangan memaksakan diri apabila sampai merugikan jemaah haji lainnya.

1.6. Kemandirian Jemaah Haji

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
354

Pembimbingan Manasik Haji merupakan salah satu faktor penentu dalam


mewujudkan kemandirian jemaah. Jemaah haji yang mandiri adalah jemaah haji
yang memiliki kompetensi atau kemampuan memahami manasik haji dan
ibadah lainnya, serta dapat menunaikan ibadah haji dengan benar sesuai tuntunan
ajaran agama Islam. Sedangkan indikator haji mandiri adalah dapat menyebutkan
syarat rukun, wajib, sunah dan larangan ibadah haji; dapat melakukan manasik
haji dengan benar sesuai tuntunan agama Islam; dapat menyebutkan proses
perjalanan ibadah haji; dapat menjaga kesehatan dan keamanan diri sendiri; dapat
memenuhi kebutuhan diri sendiri (Zain Yusuf, power point, 2015).
Kemandirian jemaah haji Kota Banjarmasin tidak terlepas dari sisi
tingkatan sumber daya manusianya. Jumlah jemaah haji tahun 2014 adalah 521
orang yang terdiri dari 223 laki-laki dan 298 perempuan. Jemaah yang mempunyai
latar belakang pendidikan dibawah SLTA adalah 33,79. Hal ini berarti yang
mempunyai pendidikan minimal SMA adalah 66,21 sehingga bisa menjadi modal
bagi jemaah untuk menjadi jemaah haji mandiri. Sedangkan jemaah haji yang
bekerja diluar perhitungan ibu rumah tangga adalah sebanyak 67,95 persen.
Sedangkan jemaah haji yang mengikuti pembimbingan manasik haji di
KUA Banjarmasin Utara hampir sebesar 25 % dari jumlah haji Kota Banjarmasin,
yaitu sebesar 126 jemaah. Dari 126 jemaah tersebut terdiri dari laki-laki 43% dan
perempuan 57%. Sebagian besar jemaah berprofesi sebagai PNS/POLRI, BUMN,
swasta, dan pedagang sebesar 66,7%, sisanya ibu rumh tangga, pensiunan dan
pelajar. Sebagian besar berpendidikan diatas SLTA yaitu mencapai 77,77%.
Sebaran umur jemaah haji terbesar berusia dibawah 50 tahun yaitu sebesar 61,9%,
sedangkan antara 50 – 60 tahun sebesar 29,37%, serta yang diatas 60 tahun hanya
sebesar 8,73%.
Bagi jemaah haji Kota Banjarmasin, khususnya yang mengikuti manasik di
KUA Banjarmasin Utara untuk masalah pelaksanaan rangkaian ibadah haji dari
rukun, wajib, dan sunah serta larangan-larangan haji sudah diajarkan semua dalam
kegiatan bimbingan manasik. Karena mereka menganggap pelaksanaan bimbingan
manasik di KUA sebagai pengulangan atau pemantap, karena kebanyakan sudah

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
355

mengikuti program manasik mandiri di Masjid Agung Miftahul Ihsan beberapa


bulan sebelumnya.
Khusus mengenai bacaan-bacaan do’a selama beribadah haji, semua
jemaah sudah dibekali dengan kumpulan buku do’a dari pemerintah. Model buku
bisa dibawa saku kecil da ada talinya sehingga mudah untuk dibawa
kemana-mana. Tetapi dalam acara bimbingan manasik haji selalu ditekankan
bahwa bacaan tersebut tidak wajib karena untuk menghafal memang agak sulit,
terutama untuk kalangan umum. Pembimbing manasik lebih menekankan pada
kebenaran urut-urutan ibadahnya dan gerakan-gerakannya, karena haji adalah
ibadah fisik atau gerak. Misalnya bacaan dalam thowaf tidak memungkinkan
untuk menghafal ataupun membaca buku karena padatnya jemaah, maka
disarankan untuk membaca do’a-doa’a yang mudah misalnya membaca
“Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar” dan sebagainya.
Manurut salah satu jemaah mengatakan bahwa kemandirian jemaah
sebetulnya adalah ketahanan dalam menghadapi unsur-unsur keseharian disana.
Keseharian yang akan kita alami misalnya hal-hal yang akan ditemui di jalan
menuju Masjidil Harram. Jadi dari maktab-maktab yang sudah biasa di jadikan
tempat pemondokan jemaah haji Indonesia dikumpulkan dalam satu cd mengenai
visualisasi dari masing masing maktab untuk menuju ke Masjidil Harram.
Jemaah mampu mengatasi kesulitan pada saat melontar jumroh, yaitu
setelah selesai melempar rombongan berhenti karena ada jemaah yang sakit kram.
Saat berhenti tersebut ada rombongan lain masuk akan melaksanakan lontar
jumroh. Akhirnya mereka tercerai berai, tetapi ada intruksi dari pimpinan
rombongan lewat hubungan telepon genggam agar tetap mempertahankan
kelompok walau hanya dua orang saja. Akhirnya rombongan bisa berkoordinasi
dalam kelompok kecil-kecil dan bisa selamat kembali ke pemondokan. Para
petugas kesehatan kloter dan pimpinan kloter serta ketua rombongan tetap
mengawal jemaah yang sakit, sampai di penginapan malam hari. Ada juga jemaah
yang berlatar belakang dan berprofesi kesehatan yang ikut mengawal.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
356

Dari kejadian tersebut kemudian muncul ide dari beberapa jemaah untuk
melakukan survey agar bisa mendapatkan jalan pintas yang lebih dekat saat
melontar jumroh. Setelah dilakukan survey mereka mendapatkan jalan yang lebih
singkat. Ternyata jalan singkat tersebut digunakan oleh jemaah haji plus dari
seluruh dunia. Jemaah mendapatkan jalan tersebut setelah mendapatkan peta dari
jemaah dari negara lain. Jalan singkat itu Hal ini sangat membantu sekali,
terutama bagi jemaah yang sedang sakit.
Pada bimbingan manasik haji diarahkan agar membuat
kelompok-kelompok kecil selama ditanah suci, terutama saat di Masjidil Harram.
Hal tersebut dikarenakan akan memudahkan berkoordinasi sehingga keutuhan
kelompok tetap terjaga. Ada jemaah yang membentuk kelompok kecil yang terdiri
dari dua pasang suami istri, jadi kemana-mana mereka selalu berempat. Dalam
thowaf agar tidak terpisah maka istri terus berpegangan kepada suaminya.
Jemaah mampu membuat kesepakatan-kesepakatan, misalnya dalam
masalah pembagian kamar. Mereka melakukan sesuai dengan kesepakatan
masing-masing kelompoknya. Ada dua macam tipe yaitu dalam satu kamar ada
yang suami istri, ada juga yang pisah antara suami istri. Hal tersebu didasarkan
dengan pertimbangan kebutuhan masing-masing. Jemaah yang memilih pisah
antara suami istri berarti dalam satu kamar berisi perempuan semua atau laki-laki
semua. Hal ini didasari alasan kalau mau urusan pribadi lebih leluasa, misalnya
saat berganti baju. Karena kamar dalam satu kelompok biasanya saling
berdekatan, sehingga komunikasi tetap mudah. Begitu juga masalah untuk
berhubungan suami istri dibicarakan secara terbuka.
Jemaah mampu memutuskan sesuatu hal saat terjadi kebimbangan.
Dimana setelah sampai pemondokan di Mekkah sudah berihram saat di bandara,
tetapi tidak ada informasi kapan ke Masjidil Harramnya. Maka mereka berpikir
apakah saat inilah harus mulai menjadi jemaah haji mandiri. Maka ada
serombongan jemaah berinisiatif berangkat sendiri, dengan memutuskan membuat
formasi yang sudah pernah umrah yang bapak bapak didepan, ibu ibu di tengah
dan bapak bapak yang belum pernah umroh lainnya di belakang. Bekal mereka

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
357

hanyalah pengalaman saat pelatihan manasik haji pernah disebutkan nama


terminal dan sarana angkutannya. Jemaah juga mencoba beradaptasi dengan
bahasa sekitarnya, ketika mendengar tawaran dari angkutan umum “harram”,
mereka mereka mengira pasti itulah yang menuju ke Masjidil Harram. Akhirnya
para jemaah berhasil sampai di Masjidil Harram. Saat pulang ke pemondokan para
jemaah juga tidak mengalami kesulitan. Karena berhasil sendiri pulang dan pergi
dari pemondokan ke Masjidil Harram, maka jemaah haji merasa bahwa seperti ini
yang disebut sebagai jemaah haji mandiri.
Jemaah saling bertukar informasi, karena perubahan keadaan di Masjidil
Harran yang cepat sekali berkaitan dengan adanya renovasi. Terutama pada
pintu-pintu masuk dan keluar. Karena sering berubahnya pintu masuk masjidil
haram maka ketika ada jemaah lainnya yang sehabis pulang dari masjidil haram
maka akan menginformasikan kepada kita tentang perubahan pintu keluar masuk
masjidil haram. Sehhingga bagi yang akan berangat sudah informasi perubahan
pinu sebelumnya.
Jemaah mempunyai kemampuan untuk menjaga kesehatan fisiknya, karena
hal inilah yang ditekankan dalam bimbingan manasik haji. Sesuai dengan saran
tim kesehatan, mereka membawa obat-obatan yang sudah biasa dikosumsi. Untuk
menjaga polusi debu padang pasinr, jemaah memakai masker. Selain itu adanya
kegiatan kunjungan tim kesehatan ke kamar-kamar jemaah sangat membantu
sekali.
Untuk masalah kewanitaan sesuai dengan arahan saat bimbingan manasik
haji, jemaah menyediakan obat penunda masa haid. Jemaah tahu tehnis dalam
mengatasi masalah haid selain menggunakan obat. Dimana disiasati maka jangan
ditahan menggunakan obat penahan haid, tetapi dibiarkan keluar dahulu. Misalnya
bila masih ada waktu sebelum masa haji maka jangan dicegah tetapi dikeluarkan
saja sekalian. Kalau waktunya sudah mendekati masa haji maka bisa
menggunakan obat penahan haid.
Ada kemampuan jemaah untuk mengatur keuangan dalamss memenuhi
kebutuhan secara bersama-sama maupun pribadi. Yang secara bersama-sama

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
358

adalah adanya kesepakatan bahwa uang yang diperoleh ketua kelompok dan ketua
rombogan digunakan untuk kepentingan bersama. Kebutuhan bersama adalah
misalnya untuk membeli pulsa agar bisa saling berkomunikasi. Sedangkan yang
pribadi adalah uang kembalian saat diperoleh di embarkasi. Para jemaah
bergabung bersama dengan iuran untuk kebutuhan memasak bersama. Mereka
membeli peralatan memasak, sehingga pengeluaran makan sehari-hari bisa
dihemat. Bahkan ada yang bisa memabayar dam dari uang pengembalian tersebut.

1.7. Pembahasan Manajemen Manasik Haji


Pengaturan manajemen dalam pembimbingan manasik haji memang sangat
menentukan keberhasilan mencapai haji yang mandiri. Mandiri disini adalah
jemaah dapat melaksanakan serangkaian ibadah haji baik ada maupun tidak ada
petugas pembimbing ibadah haji. Jemaah haji yang memiliki kompetensi atau
kemampuan memahami manasik haji dan ibadah lainnya, serta dapat menunaikan
ibadah haji dengan benar sesuai tuntunan ajaran agama Islam.
Pembentukan jemaah haji mandiri ini tentu tidak bisa lepas dari input,
proses dan outputnya. Input adalah profil jemaah haji yang sangat majemuk latar
belakangnya, antara lain keragaman latar belakang sosial, budaya, tingkat
pendidikan, dan usia maupun perbedaan kualitas pemahaman mengenai manasik
ibadah haji. Proses menyangkut proses belajar mengajar dan sarana prasara yang
mendukungnya. Didalamnya terdapat tingkat kualitas pelatih atau traineer
manasik haji, materi yang disampaikan, dan sarana prasarana yang digunakan
selama proses belajar mengajarnya. Peran Pemerintah memfasilitasi jemaah haji
dengan menerbitkan buku panduan manasik haji adalah sebagai bentuk pembinaan
dan pelayanan dalam penyelenggaraan ibadah haji sesuai amanat Undang-Undang
merupakan salah satu bentuk penunjang proses. Sedangkan outputnya adalah
kemandirian dalam melaksanakan ibadah haji secara urut dan benar.
Yang menjadi tantangannya adalah beragamnya profil jemaah haji;
pengetahuan manasik haji, latar belakang pendidikan, tingkat sosial, budaya, dan
umur; kualitas dan kompetensi pembimbing jemaah haji dalam penguasaan

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
359

metode bimbingan kurang memadai; sarana dan alat bantu bimbingan terbatas;
Rendahnya kemampuan para penyelenggara bimbingan dalam penyiapan dan
proses pelaksanaan bimbingan; biaya yang tersedia untuk proses pelaksanaan
bimbingan belum memadai; domisili jemaah haji yang tersebar di pelosok, jauh
dari lokasi tempat bimbingan (Zain Yusuf, power point, 2015).
Winardi dalam Fathoni, menurut George R. Terry, pengertian manajemen
adalah suatu proses yang khas, terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia serta sumber-sumber lain (Fathoni M, 2009: 1).
Pelaksanaan manajemen harus secara profesional dengan menerapkan
langkah-langkahnya sistematis, efisien, dan efektif. Hal ini dimulai sejak
perencanaan sampai dengan evaluasinya. Dalam bahasa manajemennya adalah
The Processing System yang terdiri dari input, process, dan output. Perencanaan
dan pengorganisasian merupakan unsur input, sedangkan pelaksanaan dan
pengawasan merupakan process, dan hasil kemandirian jemaah dalam
melaksanakan rangkaian ibadah haji di tanah suci merupakan output.
Berikut ini adalah bagan alur pendekatan proses manajemen berdasarkan
teori George R. Terry:

PROSES: KEMANDIRIAN
PERENCANAAN JEMAAH
INPUT
PENGORGANISASIAN
PELAKSANAAN
EVALUASI

10.7.1. Input Kemandirian Jemaah Haji


Hasil output adalah masalah keberhasilan jemaah haji sebagai jemaah
mandiri saat berada di tanah suci. Tentunya hal ini tidak terlepas dari input yang
tersedia. Secara umum bila melihat komposisi dari pendidikan dan umur serta
latar belakang jemaah haji Kota Banjarmasin, khususnya Kecamatan Banjarmasin

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
360

Utara. Sebagai ukuran kemandirian dalam penelitian ini adalah jemaah haji dari
Kecamatan Banjarmasin Utara. Hal ini karena dari 5 Kecamatan yang ada jemaah
terbesar dari Kecamatan Banjarmasin Utara yaitu hampir 25%. Dari seluruh
jemaah haji Kota Banjarmasin yang berpendidikan minimal SLTA mencapai
hampir 70%, sedangkan khusus yang dari Kecamatan Banjarmasin Utara hampir
80%. Keadaan ini merupakan input yang relatif baik, karena untuk menerima
materi manasik tentunya lebih mudah mengerti.
Dari seluruh jemaah haji Kota Banjarmasin maupun khusus dari
Kecamatan Banjarmasin Utara hampir yang bekerja mencapai hampir 70%. Hal
juga sebagai input yang positif karena jemaah haji setiap harinya disibukan dengan
pekerjaan sehari-hari baik yang berprofesi secara formal maupun non formal.
Sehingga jemaah haji sudah biasa untuk berpikir dan mengatur strategi dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Kebiasaan ini dapa sebagai modal dalam menyerap
materi pada pembimbingan manasik haji.
Sedangkan sebaran umur jemaah haji di Kecamatan Banjarmasin Utara
yang terbesar berusia dibawah 50 tahun yaitu sebesar 61,9%, sedangkan antara 50
– 60 tahun sebesar 29,37%, serta yang diatas 60 tahun hanya sebesar 8,73%. Hal
ini sangat menguntungkan sekali, karena secara umum tenaganya masih kuat
dalam dalam menjalankan ibadah haji. Karena haji merupakan ibadah fisik,
sehingga kesehatan fisik menjadi modal utama.
Selain itu sebelum mengikuti kegiatan pembimbingan manasik yang
diselenggarakan oleh Kementerian Agama, para jemaah secara umum sudah
mencari pengetahuan tentang manasik haji. Ada yang menggunakan jasa KBIH,
Manasik Mandiri di Masjid Miftahul Ihsan, serta membaca buku-buku
pengetahuan tentang ibadah haji.

10.7.1.7.2. Proses Manajemen George R. Terry untuk Kemandirian Jemaah


Haji
Salah satu proses manajemen adalah perencanaan yang berfungsi untuk
mengusahakan konkretisasi langkah-langkah yang harus ditempuh secara

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
361

sistematik memutuskan tentang hal-hal yang akan dilakukan dimasa depan.


Perencanaan harus mengarah pada pelayanan jemaah haji yang identik dengan
pelayanan publik, yaitu kesederhanaan prosedur, kejelasan pelaksanaan program,
kepastian waktu, keakuratan pelaksanaan, keamanan bagi pejabat yang ditunjuk,
kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, dan kesopanan
(Ratminto dan Atik Septi Winarsih, 2005: 22).
Perencanaan yang dilakukan oleh Kantor Kemenag Kota Banjarmasin dan
KUA Kecamatan Banjarmasin Utara dilakukan secara berkesinambungan. Dimana
pelaksanaannya tidak menunggu yang 3 kali massal di kota sudah selesai
pelaksanaannya, baru dilanjutkan program pembimbingan manasik 7 kali di KUA.
Tetapi sudah ditetapkan jadwalnya pelaksanaannya diawal dengan ketentuan
dilakukan pertama secara massal oleh Kantor Kemenag Kota Banjarmasin
sekaligus pembukaan program pembimbingan manasik haji oleh Kementerian
Agama Kota Banjarmasin. Kemudian dilanjutkan yang 7 kali di masing-masing
KUA. Setelah itu dilanjutkan pelaksanaan manasik yang kedua dan ketiga secara
massal, kemudian dilanjutkan dengan penutupan program pembimbingan manasik
haji. Setelah itu acara pelepasan jemaah haji Kota Banjarmasin oleh Walikota
Banjarmasin, yang dilaksanakan di tempat berlainan dengan program manasik
massal. Hal ini dimaksudkan agar jemaah mempunyai dasar pengetahuan tentang
teknis kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji,
sebelum mengikuti pembimbingan manasik di KUA yang berkisar tentang inti
materi manasik haji. Setelah itu jemaah diberikan pengetahuan tentang
pembentukan kelompok haji, pengenalan penerbangan, dan pengenalan
perangkat-perangkat dalam kloter seperti ketua, petugas kesehatan dan petugas
pembimbing ibadah. Kesimpulannya bahwa pelaksanaan manasik massal yang
tiga kali adalah masalah teknis-teknis pelaksanaan ibadah haji, sedangkan yang
diselenggarakan di KUA sebanyak 7 kali adalah masalah-masalah yang
menyangkut ritual peribadatannya.
Setelah menentukan jadwal tersebut, perencanaan selanjutnya adalah
menentukan sarana dan prasarananya, seperti tempat, konsumsi, dan peralatan

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
362

yang berkaitan langsung dengan proses pembelajarannya. Tempat pelaksanaan


yang disediakan sudah masuk golongan baik sekali karena sudah memenuhi unsur
kecukupan dalam menampung jumlah jemaah, kemudahan akses, dan penyediaan
lahan parkir yang mencukupi bagi kendaraan peserta bimbingan manasik.
Setelah itu pemilihan narasumber pembimbing manasik haji sudah sangat
tepat, karena sudah disesuaikan dengan kepakarannya. Ketepatan dapat dilihat dari
unsur kesesuaian antara narasumber dan materi yang disampaikan sangat
menentukan dalam keberhasilan sebuah proses belajar mengajar manasik haji.
Misalnya masalah penerbangan diambilkan dari perusahaan maskapai
penerbangan , masalah kesehatan diambilkan yang berprofesi dibidang kesehatan
pula, yaitu dokter.
Narasumber di KUA dipilih dari orang-orang yang sudah berpengalaman
sering membawa jemaah haji maupun umroh. Selain pengetahuan tentang tatacara
rangkaian peribadatan haji yang disampaikan, tetapi juga pengalaman-pengalaman
yang pernah dialami selama membimbing jemaah haji di tanah suci. Sehingga
proses belajar mengajar manasik haji bisa lebih lengkap disamping materi baku
yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Agama. Narasumber tersebut harus
sudah pernah mengikuti TOT (Trainer Of Trainer) yang diselenggarakan oleh
Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalimantan Selatan.
Langkah menajemen kedua adalah pengorganisasian peserta bimbingan
manasik haji. Pengorganisasian merupakan proses pengelompokan orang dalam
jumlah tertentu, sehingga diperlukan strategi yang tepat. Dalam pembimbingan
manasik haji, pengorganisasian menjadi sangat penting sekali karena bertujuan
agar jemaah mau datang mengikuti sampai selesai. Karena inti dari
pengorganiasasian ini adalah komunikasi antara penyelenggara dan jemaah.
Sehingga perlu langkah-langkah kongrit seperti melalui sms mitra, KBIH, televisi,
dan Manasik Mandiri yang diselenggarakan oleh Masjid Agung Miftahul Ihsan.
Selain itu perlu adanya undangan pelaksanaan pembimbingan manasik haji
secara tertulis kepada setiap jemaah. Selain merupakan pemberitahuan secara
resmi dari penyelenggara ibadah haji, surat tertulis tersebut juga berguna bagi

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
363

jemaah untuk mengurus ijin dari tempatnya berkerja bila menjadi seorang
karyawan.
Untuk menekankan kepada jemaah agar hadir terus dalam pembimbingan
manasik haji, penyelenggara menyampaikan pesan bahwa manasik wajib dihadiri.
Hal ini disampaikan hadist tentang haji mabrur tidak ada balasan selain surga. Hal
tersebut dikaitkan denga cara memperoleh predikat haji mabrur bila tepat dalam
melaksanakan rangkaian ibadah haji dan tidak melanggar larangan-larangan yang
sudah ditetapkan oleh syariat agama. Pengetahuan tersebut bisa diperoleh di
peroleh dengan mengikuti bimbingan manaasik haji, terutama di KUA. Maka
wajiblah pelatihan manasik haji ini untuk dihadiri terus. Selain itu juga
diumumkan kepada jemaah saat manasik massal pertama, bahwa narasumber yang
dipilih sangat kompeten. Sehingga jemaah bisa mengggali pengetahuan manasik
haji sepuas-puasnya, karena bisa bertanya ketika ada sesuatu yang belum jelas.
Langkah selanjutnya dalam aspek manajemen adalah pelaksanaan, yaitu
proses berjalannya belajar mengajar dari pembimbingan manasik haji. Dalam
bimbingan manasik haji massal dan di KUA sudah menggunakan tempat yang
ruangannya mencukupi untuk seluruh jumlah peserta. Adanya pengelompokan
jemaah agar mudah dalam mengorganisir selama pelaksanaan bimbingan manasik.
Pengelompokan berdasarkan asal kecamatan berfungsi agar antar jemaah saling
mengenal sebelum mengikuti manasik di KUA. Sistem duduknya lesehan dilantai
tanpa menggunakan kursi. Sistem lesehan ini akan mempengaruhi konsentrasi
jemaah, karena akan cepat capek, apalagi proses belajar mengajarnya
membutuhakan waktu lama dalam sekali pertemuan.
Pelaksanaan proses belajar mengajar terkendala dengan minimnya
peralatan, khususnya media penyampaian materi yaitu LCD. Di bimbingan
manasik massal yang jumlah jemaahnya mencapai lebih 500 orang hanya
menggunakan satu LCD saja sehingga kurang efektif, terutama bagi jemaah yang
duduk di belakang. Sedangkan di KUA tidak mempunyai LCD, peralatan tersebut
dipinjami dari salah satu jemaah. Sehingga satu LCD digunakan oleh dua

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
364

kelompok yang menggunakan ruangan musala At Thahiriyah. Sedangkan


kelompok yang menggunakan ruang balai nikah KUA tidak menggunakan LCD.
Peralatan yang sudah terpenuhi semua adalah sound sistem atau pengeras
suara. Untuk manasik massal peralatan tersebut sudah melekat dengan sewa
tempatnya, sedangkan di KUA menggunakan miliknya sendiri. Peralatan tersebut
memanfaatan yang biasa dipakai kegiatan operasional harian KUA.
Sistem pengajaran yang digunakan adalah sistem pemaparan materi yang
dilanjutkan dengan sistem tanya jawab. Untuk di KUA proses tanya jawab tidak
mesti haru menungu pembimbing manasik selesai menyampaikan materi tetapi
bisa langsung diselingi tanya jawab. Sehingga komunikasi antara pembimbing dan
jemaah bisa timbal balik dua arah. Materi yang diajarkan adalah sesuai dengan
standar dari Kementerian agama. Para pembimbing juga menyisipkan pengetahuan
dan pengalaman-pengalaman selama meembimbing jemaah haji dan umroh
ditanah suci. Materi praktik, pembimbing memberikan contoh dahulu kemudian
ditirukan oleh jemaah.
Khusus di KUA ada kesepakatan antara jemaah haji dengan pembimbing
manasik haji untuk merubah waktu pelaksanaan, yang tadinya berlangsung pagi
hari menjadi siang hari. Hal ini disebabkan karena kesibukan keseharian
masing-masing jemaah. Ini diadakan agar jemaah tetap bisa mengkuti kegiatan
pembimbingan manasik setiap hari.
Langkah selanjutnya dalam aspek manajemen adalah evaluasi. Menurut
George R. Terry, pengawasan atau Controlling adalah langkah untuk mengetahui
apa yang telah dicapai, dengan cara mengadakan evaluasi dan mengambil
tindakan-tindakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. Selain istilah pengawasan juga dikenal istilah
pengendalian. Pada dasarnya, kedua istilah tersebut mempunyai tujuan yang sama,
yaitu menjaga agar proses pencapaian tujuan dapat berjalan sesuai dengan
rencana, hanya kalau pengawasan merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan
dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan kebijakan dan tujuan
organisasi (Fathoni M, 2009: 16).

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
365

Pelaksanaan evaluasi pembimbingan manasik oleh Kantor Kementerian


Agama dilihat dari keberhasilan jemaah dalam melaksanakan ibadah haji, serta
kenyamanan pelayanan dari penyelenggara haji sejak berangkat dari rumah ke
tanah suci dan sampai kembali ke tanah air. Pelaksanaannya dilakukan setelah
selessainya ibadah haji dengan memanggil Karu dan Karom sebanyak 30 orang
sesuai dengan yang ada di DIPA untuk mengisi angket berupa kepuasan pelayanan
dari rumah ke asrama haji, selama di asrama haji, selama di asrama haji ke
embarkasi, selama di embarkasi, selama di pesawat, ke king abdul aziz, selama di
mekkah, medinah dan jeddah. Peserta disuruh menyebutkan keluhan-keluhan bila
ada kekurangan-kekurangan. Peserta mengisinya secara global semua pelayanan
dan fasilitas dengan jawaban cukup bagus. Dalam pelaksanaan manasiknya
terdapat monitoring dari pihak Kantor Wilayah Kementeria Agama Kalimantan
Selatan.
Tetapi dalam pelaksanaan di KUA ada evaluasi tersendiri yang berasal dari
pembimbing manasik haji dengan memberikan skor nilai pada jemaah yang
didasarkan keaktifan jemaah selama mengikuti kegiatan pembimbingan manasik
haji. Penilaian meliputi kognitif, afektif dan praktek. Tidak ada monitoring dari
kemenag kota karena memang tidak ada juklaknya. Kalau ada orang kemenag
menengok bukan masalah monitoring tetapi lebih bersifat koordinasi saja, apakah
pelaksanaannya sudah sesuai dengan ketentuan dari Kanwil. Tahun ini dikabarkan
ada model monitoring resmi dari Kankemenag Kota.

10.7.1.7.3. Output Kemandirian Jemaah Haji


Hasil output jemaah haji dalam penelitian ini tidak bisa mendekati secara
akual nyata secara umum. Hal ini karena pendekatan yang dipakai adalah kualitatif
saja, tanpa menggunakan perangkat yang bisa menjadi patokan ukuran yang
berupa besaran angka. Hal ini merupakan keterbatasan dalam pelaksanaan
penelitian ini.
Kemandirian jemaah yang dicapai saat melaksanakan ibadah haji ditanah
suci tergambarkan sesuai dengan materi manasik yang telah disampaikan, yaitu

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
366

meliputi kemandirian dalam beribadah, menyesuaikan dengan keadaan yang serba


baru, dan saling bekerjasama. Keberhasilan kemandirian jemaah haji juga tidak
lepas dari peran kesadaran jemaah dalam mencari ilmu tentang manasik haji diluar
acara pebimbingan manasik yang dilakukan oleh Keenterian Agama. Yang umum
diikuti adalah manasik mandiri di masjid Miftahul Ihsan.
Contoh kemandirian jemaah haji tersebut adalah sebagai berikut:
 Jemaah manasik haji mengetahui pelaksanaan rangkaian ibadah haji dari rukun,
wajib, dan sunah serta larangan-larangan haji karena sudah diajarkan semua
dalam kegiatan bimbingan manasik.
 Jemaah manasik haji mengetahui bacaan-bacaan dalam ibadah haji tidak wajib
dihafalkan dan bisa diganti dengan bacaan-bacaan yang pendek yang dianggap
paling mudah.
 Jemaah manasik haji mengetahui bahwa dalam beribadah haji yang terpenting
adalah kebenaran urut-urutan dan gerakan-gerakan ibadahnya.
 Jemaah manasik haji mengetahui bahwa yang utama adalah menjaga kondisi
fisik yang prima, karena ibadah haji adalah ibadah yang mengutamakan
kekuatan fisik.
 Jemaah manasik haji mengetahui diperlukan ketahanan mental dalam
menghadapi masalah-masalah keseharian di Tanah Suci.
 Jemaah haji saat datang pertama kali di Kota Mekkah mampu pergi ke Masjidil
Harram tanpa didapingi petugas, hari-hari berikutnya dalam jumlah kelompok
kecil sudah berani jalan sendiri.
 Jemaah manasik haji mampu membuat kelompok-kelompok kecil selama
rangkaian ibadah haji sehingga lebih mudah mempertahankannya, misalnya saat
thowaf.
 Jemaah mampu membuat kesepakatan-kesepakatan, misalnya dalam masalah
pembagian kamar dengan kelompoknya, misalnya apakah satu kamar untuk
semua laki-laki atau perempuan, serta campuran suami istri.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
367

 Jemaah haji mampu saling bertukar informasi, karena perubahan keadaan di


Masjidil Harran yang cepat sekali berkaitan dengan adanya renovasi, terutama
pada pintu-pintu masuk dan keluar.
 Jemaah manasik haji mengetahui cara mengatasi masalah datang bulan atau
menstruasi, dengan mencegah menggunakan obat, atau membiarkan keluar
dahulu sampai habis karena masih ada jeda waktu sebelum waktu haji tiba.
 Ada kemampuan jemaah untuk mengatur keuangan dalam memenuhi kebutuhan
secara bersama-sama, misalnya masalah uang yang diperoleh Karu dan Karom
di musyawarahkan penggunaannya.
 Ada kemampuan jemaah untuk mengatur keuangan antar pribadi, misalnya
dalam memenuhi kebutuhan bersama untuk keperluan memasak karena lebih
hemat daripada makan diluar.
 Jemaah mampu mengatasi kendala-kendala secara bersama-sama, misal saat
selesai lontar jumroh ada jemaah yang sakit kram maka sesama jemaah dan
petugas bekerjasama mengawal sampai pemondokan.
 Jemaah mampu mengambil keputusan dalam keadaan genting, misalnya saat
habis melontar jumroh rombongan tercerai berai saat mau keluar bertemu
dengan robongan lain yang mau masuk, dimana masing-masing jemaah
menuruti perintah petugas untuk tetap berusaha bersama dalam
kelompok-kemlopok kecil.
 Jemaah mampu membuat keputusan dengan menganalisa kendala-kendala yang
dialami sebelunya, misalnya melakukan survey dan berhasil mencari jalan
alternatif yang lebih dekat untuk melontar jumroh.

10.7.1.8. Kesimpulan
1. Kinerja Kementrian Agama Kota Banjarmasin dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai penyelenggara bimbingan manasik haji.
 Pelaksanaannya selalu disesuaikan dengan petunjuk teknis yang sudah ada.
 Berusaha memberikan pelayanan yang prima kepada jemaah haji.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
368

 Melakukan perencanaan pembimbingan manasik haji secara massal dan di


KUA secara baik, yaitu membuat menentukan jadwal pelaksanaan yang
berkesinambungan; menyediakan tempat pelaksanaan yang representatif;
pemilihan narasumber yang menguasai permasalahan manasik haji dan
mempunyai pengalaman membimbing jemaah haji dan umroh di tanah suci,
sudah pernah mengikuti TOT (Trainer Of Trainer) yang diselenggarakan
oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalimantan Selatan;
memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada.
 Melakukan pengorganisasian pembimbingan manasik haji secara massal dan
di KUA secara baik, yaitu selalu menyampaikan berbagai informasi penting
yang berkaitan dengan program pelayanan ibadah haji, informasi
disampaikan lewat sms mitra, KBIH, televisi, dan Manasik Mandiri yang
diselenggarakan oleh Masjid Agung Miftahul Ihsan; berupaya memberikan
penjelasan kepada jemaah tentang pentnganya mengikuti pembimbingan
manasik haji.
 Dalam pelaksanaan pembimbingan manasik jemaah dibagi dalam beberapa
kelompok dengan tujuan agar lebih mudah koordinasinya selama proses
belajar mengajar; menggunakan materi manasik seperti yang sudah
ditetapkan oleh Kementerian Agama; menggunakan sistem belajar dua arah
yaitu penyampaian materi, tanya jawab, dan praktek; terdapat kendala yaitu
kurangnya sarana untuk proses belajar mengajar seperti LCD dan alat
peraga.
 Melakukan evaluasi secara keseluruhan dari pelaksanaan pelayanan ibadah
haji dengan mengundang Karu dan Karom untuk mengisi daftar pertanyaan
seputar kualitas pelayanan dari penyelenggara haji sejak berangkat dari
rumah ke tanah suci dan sampai kembali ke tanah air; evaluasi di KUA
dengan memberikan sejumlah nilai kepada jemaah yang meliputi kognitif,
afektif dan praktik; adanya koordinasi antara Kantor Kemenag Kota dengan
KUA.

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
369

 Terdapat kemandirian jemaah haji pada rangkaian ibadah haji dari rukun,
wajib, dan sunah; mengetahui bahwa haji adalah ibadah yang
mengutamakan fisik sehingga jemaah perlu menjaga kesehatan; mampu
melaksanakan dari materi pembimbingan manasik haji yaitu membentuk
kelompok kecil, pergi ke Masjidil Harram pada hari petama sampai; mampu
berkoordinasi dengan jemaah lain dan petugas; mampu mengambil
keputusan penting disaat darurat; dan mampu mencari alternatif-alternatif
dari kendala-kendala yang pernah dialami.
2. Pandangan jemaah haji dan tokoh agama terhadap penyelenggaraan
pembimbingan manasik.
 Jemaah haji menyatakan bahwa program pembimbingan manasik haji sangat
diperlukan walaupun sebelumnya para jemaah sudah mencari pengetahuan
manasik haji. Sehingga materi yang disampaikan merupakan pengulangan
dari pengetahuan yang sudah pernah diterima. grProgram tersebut sebagai
pemantap jemaah, sehingga tetap perlu sekali diadakan.
 Jemaah berpandangan kalau hanya mengandalkan program yang dari
Kementerian Agama tetap kurang karena hanya dilaksanakan 3 kali massal
dan 7 kali di KUA.
 Jemaah menilai kalau masalah tempat pelaksanaan sudah baik tetapi tetap
ada kekurangannya yaitu masalah sarana untuk menyanpaiakan materi
seperti LCD.
 Pandagan tokoh agama adalah dalam pelaksanaan pembimbingan manasik
haji jumlah kelompoknya terlalu besar sehingga kurang efektif; pelaksanaan
secara minimal memang sudah memadai, tetapi belum secara maksimal;
dalam pelaksanaan pembinaan Karu dan Karom masih perlu ditingkatkan
lagi, terutama untuk pengenalan masalah pemondokan, karena perannya
sangat besar dalam mensukseskan haji yang mandiri; pembentukan mental
jemaah haji perlu sekali, dimana semuanya harus bisa menyatu dengan
petugas haji bahwa bertujuan untuk menjadi haji yang mabrur secara
bersama-sama. Sehingga pembentukan mental menjadi penting sekali agar

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
370

para jemaah tidak selalu mengutamakan kepentingannya sendiri-sendiri atau


menumbuh rasa kesetiakwanan sosial.

2.9. Saran
Agar pelaksanaan proses belajar mengajar pembimbingan manasik haji
lebih berhasil, maka sebaiknya negara (Kementerian Agama cq Penyelenggara
Haji dan Umroh) melengkapi kebutuhan sarana dan Prasarana program
pembimbingan manasik haji. Sarana dan Prasarana ini misalnya penyediaan
gedung bangunan yang berupa kelas dengan peralatan didalamnya seperti meja,
kursi, dan papan tulis, LCD, dan alat peraga, dan dana operasional yang memadai.
Karena pelaksanaan pembimbingan manasik haji diadakan dengan sistem lesehan
tanpa kursi dengan menyewa atau menyewa tempat, serta tanpa LCD hal ini akan
berpengaruh sekali dengan tingkat keberhasilan sebuah prpses pembelajaran. Dana
operasional pembimbingan manasik haji seharusnya tidak ditentukan sama semua
di seluruh daerah tetapi disesuaikan dengan jumlah jemaahnya. Kalau memang
berniat memandirikan jemaah haji semestinya bisa memnuhinya, mengingat dana
haji sangat besar sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenag.go.id/assets/data/arsip/buku pintar PIHpdf


http://haji.kemenag.go.id/v2/node/955362, didownload 24 Februari 2015
Kementerian Agama Kota Banjarmasin, Buku Profil DalamDimensi
Kepegawaian, 2013
KUA Kecamatan Banjarmasin Utara, Laporan Pertanggungjawaban Keuangan
Dana Bimbingan Manasik Calon Jemaah Haji Dan Dana Operasional
Tahun 1435 H / 2014 M, 2014
Profil KUA Kecamatan Banjarmasin Utara, 2014

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA
371

Fathoni M, Manajemen Rumah Singgah Dalam Perspektif George R. Terry,


Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Manasik Haji Massal I Tahun 1435 H/
2014 M Kota Banjarmasin, 2014
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Manasik Haji Massal II Tahun 1435 H/
2014 M Kota Banjarmasin, 2014
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Manasik Haji Massal III Tahun 1435 H
/ 2014 M Kota Banjarmasin, 2014
Zain Yusuf, power point, 2015

BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARANG BLA SEMARA

Anda mungkin juga menyukai