Dalam PMA No. 34 tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama,
pasal 1 dinyatakan bahwa Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat KUA adalah Unit
Pelaksana Teknis pada Kementerian Agama, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan secara operasional dibina oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota .yang bertugas melaksanakan, layanan dan
bimbingan masyarakat Islam di wilayah kerjanya.
Adapun fungsi KUA sebagaimana di sebutkan dalam pasal 3 PMA Nomor 34 2016 ayat (1)
adalah:
Disampaikan Kasi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Banjarnegara, H. Zulkifli, S.Ag, (05/02) dalam menanggapi aduan dari masyarakat
tentang pelayanan di KUA kecamatan. Masalah di tambah dengan adanya oknum yang
mengatasnamakan Kementerian Agama dengan beberapa biaya yang di bebankan kepada
calon pengantin (catin), padahal segala pelayanan baik rekomendasi, legalisir, duplikat dan
pelayanan lainnya tidak dipungut biaya alias gratis.
Hal ini menjadi catatan penting dalam sosialisasi dan pembinaan kepada KUA dan
komponennya di lapangan, agar tidak menjadi catatan merah dalam pelayanan Kementerian
Agama kepada masyarakat. Kementerian Agama dengan Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam telah mengeluarkan Instruksi No. DJ.II/1/ tahun 2015 tentang Pengangkatan
P3N tertanggal 26 Januari 2015.
Instruksi tersebut memberikan aturan pengkatan posisi P3N harus lebih selektif mengacu Pasal
3 ayat (2) Peraturan Menteri Agama Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah. Sesuai
aturan untuk pengangkatan P3N juga beberapa syarat seperti harus domisili di desa di
maksud, mempunyai kemampuan dan kompetensi di bidang hukum dan administrasi
pernikahan”,Zulkifli menjelaskan.
Melalui monitoring dan evaluasi Seksi Bimas Islam ke KUA kecamatan, ditemukan adanya
pungutan yang mengatasnamakan Kementerian Agama Kabupaten, dan hal ini harus
diluruskan guna sosialisasi ke masyarakat bahwa segala pelayanan di KUA gratis, dengan tidak
ada biaya P3N maupun administrasi. Bantuan dari P3N atau “kayim” untuk mendapatkan
pelayanan, silahkan semua di tanggung masyarakat itu sendiri.
Kepada masyarkat terkait pelayanan masyarakat yang tidak sesuai aturan atau pungutan tidak
sesuai aturan bisa menyampaikan kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten melalui Seksi
Bimas Islam. Untuk biaya nikah di kantor adalah Rp.0,- (nol rupiah)/ gratis dan di luar kantor Rp.
600.000,- (di setor lewat bank ke kas negara). (Nangim)
KEPALA KUA
HAFIDL, S.Ag., M.Pd.I
PENYULUH PNS
Perkawinan yang terjadi di Masyarakat Desa Lero dilaksanakan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam, hanya saja banyak perkawinan yang tidak tercatatkan. Berdasarkan hal
ini peneliti merumuskan masalah yaitu 1.Bagaimana peran Pegawai Pencatat Nikah di KUA Kecamatan Suppa
terhadap pencatatan perkawinan? 2. Bagaimana pemahaman masyarakat Lero tentang proses pencatatan
perkawinan di KUA Kecamatan Suppa? 3.Bagaimana penegakan pencatatan perkawinan di KUA Kecamatan
Suppa dalam masyarakat Lero?
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dan penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif dalam mengelola dan menganalisis data dalam penelitian ini. Jenis pendekatan yang dilakukan peneliti
adalah pendekatan sosiologis dan pendekatan yuridis. Metode yang digunakan meliputi metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah metode
induktif-deduktif. Adapun tahapan proses analisis data dalam penelitian ini adalah menganalisis data, mereduksi
data, penyajian data dan verifikasi dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Pegawai Pencatat Nikah di KUA Kecamatan Suppa terhadap
pencatatan nikah antara lain, melayani pendaftaran nikah dan memberikan informasi tentang prosedur pencatatan
nikah, memberikan bimbingan, nasehat dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai dan rujuk kepada masyarakat,
memberikan bimbingan dan nasehat kepada calon pengantin yang akan menikah. Dan pemahaman masyarakat
Desa Lero mengenai pencatatan perkawinan di KUA Kecamatan Suppa ialah hanya sebatas paham dan cukup tau
adanya pencatatan pernikahan. Masyarakat di desa Lero juga beranggapan bahwa buku nikah sangat penting hanya
karena mereka ingin mengurus sesuatu seperti akta kelahiiran dll.