KESIMPULAN :
BADAN USAHA MILIK DESA DAPAT MEMBENTUK UNIT-UNIT
USAHA HARUS BERBADAN HUKUM.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah usaha desa yang
dibentuk/didirikan oleh pemdes (pemerintah Desa) yang kepemilikan modal
14 Habib Adjie – Notaris – PPAT – Pejabat Lelang Kelas II – Kota Surabaya
& pengelolaannya dilakukan oleh pemdes dan masyarakat – dalam hal ini
BUMDES SEBAGAI INSTITUSI YANG DIBUAT OLEH PEMERINTAH
DESA UNTUK MENGELOLA/MENAMPUNG (SEMUA) UNIT-UNIT
USAHA MILIK DESA YANG BERBADAN HUKUM MAUPUN YANG
TIDAK BERBADAN HUKUM).
Usaha Desa adalah jenis usaha yang berupa pelayanan ekonomi desa
seperti, usaha jasa, penyaluran sembilan bahan pokok, perdagangan hasil
pertanian, serta industri dan kerajinan rakyat.
BUMDES bukan Badan Hukum (Penjelasan Pasal 87 ayat (1) UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
DESA
Kriteria Badan Hukum :
1) Perkumpulan orang (organisasi),
2) Dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-
hubungan hukum (rechtsbetrekking), dengan maksud dan tujuan yangb jelas.
3) Mempunyai harta kekayaan tersendiri yang dipisahkan dengan harta kekayaan
pribadi para pendirinya dan/atau anggota-anggotanya,
4) Mempunyai pengurus,
5) Mempunyai hak dan kewajiban,
6) Dapat bertindak sebagai salah satu pihak (penggugat atau tergugat) di
depan pengadilan.
Badan Hukum untuk usaha (bisnis/profit) yang dibentuk
BUMDESA : PERSEROAN TERBATAS. Jadi dengan demikian
Pemerintah Desa membentuk Perseroan Terbatas (PT).
Desa menjadi SUBJEK HUKUM dalam pendirian Perseroan
Terbatas tersebut.
Sebelum pendirian dilakukan wajib dilakukan Rapat Dalam
Badan Permusyawaratan Desa yang kemudian hasil rapat
dituangkan ke dalam Perdes (Peraturan Desa).
Modal dasar PT yang didirikan Pemerintah Desa berasal dari :
(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa.
(2) Modal BUM Desa terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat.
PT yang didirikan tersebut tetap harus mengikuti ketentuan yang tersebut dalam
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas, antara lain
dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Jika Pemeritah Desa mendirikan PT, siapakah yang harus jadi partnernya,
apakah subjek hukum orang atau subjek hukum badan hukum perdata ? Dalam
undang-undang tersebut, PT yang didirikan tersebut, modalnya darl penyertaan
modal desa dan dari APB desa, penyertaan modal masyarakat setempat.
Penyertaan modal masyarakat tersebut dapat dilakukan dalam bentuk Koperasi,
sehingga PT yang didirikan tersebut pemegang sahamnya Pemerintah Desa dan
CATATAN 1 :
Terhadap Pendirian BUMDES ini ada 2 (dua) pendapat :
1. Bahwa setelah BUMDES dibuat berdasarkan Peraturan Desa (Perdes) kemu-
dian BUMDES (diwakili oleh pengurusnya) untuk membuat unit usaha yang
berbadan hukum atau tidak. Ketika diputuskan akan dibuat unit usaha yang
berbadan hokum (atau tidak) siapa subjek hukum sebagai pendirinya yang
disebutkan dalam akta Notaris ?
Jika pola ini dipakai, yang mendirikian unit usaha yang berbadan hukum
atau tidak adalah BUMDES, maka akan timbul pertanyaan, apakah BUM-
DES Subjek Hukum ?
2. Bahwa setelah Bahwa setelah BUMDES dibuat berdasarkan Peraturan Desa
(Perdes), BUMDES kemudian memutuskan untuk membuat unit usaha yang
berbadan hukum atau tidak. Ketika diputuskan akan dibuat unit usaha yang
berbadan hukum (atau tidak) siapa subjek hukum sebagai pendirinya yang
disebutkan dalam akta Notaris ?
Jika pola ini dipakai, maka yang akan menjadi subjek hukum dalam pendi-
rian unit usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum, yaitu Pe-
merintah Desa yang akan diwakili oleh Kepada Desanya. Kemudian unit-
unit usaha tersebut ditampung dalam BUMDES yang bersangkutan.
Jika Pemerintah Desa dikualifikasikan sebagai Subjek Hukum, maka Subjek
Hukum Publik terdiri dari : Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemer-
intah Kota/Kabupaten dan Pemerintah Desa.
Substansi makalah ini menggunakan pendapat yang kedua.
CATATAN 2 :
Sebagai bahan perbadingan dapat dilihat :
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003
TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA – Pasal 1 :
1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan.
2. PERUSAHAAN PERSEROAN, yang selanjutnya disebut Persero, adalah
BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam
saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen)
sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan.
3. PERUSAHAAN PERSEROAN TERBUKA, yang selanjutnya disebut
Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan pen-
awaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal.
CATATAN 3 :
Dalam Penjelasan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6
TAHUN 2014 TENTANG DESA disebutkan bahwa :
Desa atau yang disebut dengan nama lain mempunyai karakteristik yang
berlaku umum untuk seluruh Indonesia, sedangkan Desa Ada atau yang
disebut dengan nama lain mempunyai karakteristik yang berbeda dari
Desa pada umumnya, terutama karena kuatnya pengaruh adat terhadap
sistem pemerintahan lokal, pengelolaan sumber daya lokal, dan kehidu-
pan sosial budaya masyarakat Desa.
Desa Adat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan Desa, pembangunan
Desa, serta mendapat fasilitasi dan pembinaan dari pemerintah Kabu-
paten/Kota. Dalam posisi seperti ini, Desa dan Desa Adat mendapat per-
lakuan yang sama dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Oleh sebab
itu, di masa depan Desa dan Desa Adat dapat melakukan perubahan wa-
jah Desa dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang efektif,
pelaksanaan pembangunan yang berdaya guna, serta pembinaan
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya. Dalam status
yang sama seperti itu, Desa dan Desa Adat diatur secara tersendiri dalam
Undang-Undang ini.
Pada dasarnya kesatuan masyarakat hukum adat terbentuk berdasarkan
tiga prinsip dasar, yaitu genealogis, teritorial, dan/atau gabungan geneal-
ogis dengan teritorial. Yang diatur dalam Undang- Undang ini adalah ke-
satuan masyarakat hukum adat yang merupakan gabungan antara ge-
nealogis dan teritorial. Dalam kaitan itu, negara mengakui dan menghor-
mati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepan-
jang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Implementasi dari kesatuan
masyarakat hukum adat tersebut telah ada dan hidup di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, seperti huta/nagori di Sumatera Utara,
gampong di Aceh, nagari di Minangkabau, marga di Sumatera bagian sela-
tan, tiuh atau pekon di Lampung, desa pakraman/desa adat di Bali, lem-
bang di Toraja, banua dan wanua di Kalimantan, dan negeri di Maluku.
17 Habib Adjie – Notaris – PPAT – Pejabat Lelang Kelas II – Kota Surabaya
CATATAN 4 :
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG
PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN, DAN PEMBUBARAN
BADAN USAHA MILIK DESA
Kepailitan BUM Desa
Pasal 27
(1) Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.
(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan
yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.
(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan
aset dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan.
Bahwa yang dapat dipailitkan adalah UNIT USAHA MILIK BUM DES sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG
KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG :
Pasal 1 :
3. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadi-
lan.
4. Debitor pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan.
Pasal 2 :
(1) Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonan-
nya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dia-
jukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
(3) Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya
dapat diajukan oleh Bank Indonesia.
(4) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,
permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pen-
gawas Pasar Modal.
(5) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang berg-
erak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Bahwa Debitor harus Subjek Hukum : (1) Orang, (2) Badan Hukum.
CATATAN 5 :
1
Pasal 10 ayat (1) Undang-undang nomor 5 tahun 1960 :
Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada
azasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif dengan
mencegah cara-cara pemerasan.
-Pasal 9 Undang-undang nomor 25 tahun 1992 :
Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pe-
merintah.
-Pasal 1 angka 1 Undang-undang nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan :
Yayasan adalah Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperun-
tukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang social, keagamaan, dan kemanusiaan,
yang tidak mempunyai anggota.
-Pasal 3 ayat (2) Udang-undang nomor 31 tahun 2002 tentang Partai Politik,
Pengesahan Partai Politik sebagai badan hukum dilakukan oleh Menteri Kehakiman se-
lambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah penerimnaan pendaftaran sebagaimana di-
maksud pada ayat (1).
-Pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor 40 tahun 2007 :
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang meru-
pakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelasanaannya.
19 Habib Adjie – Notaris – PPAT – Pejabat Lelang Kelas II – Kota Surabaya
dilakukan oleh seorang anak di bawah umur, hanya dapat dilakukan melalui
walinya atau orang yang diberi kuasa untuk mewakilinya atau orang yang dibawah
pengampuan, segala tindakan hukumnya dilakukan oleh si pengampu.
Subyek hukum lainnya selain orang, adalah sesuatu yang dipersamakan dengan
orang yaitu yang disebut dengan badan hukum (rechtspersoon) yang juga
pendukung hak dan kewajiban dalam hukum. Menurut Chidir Ali 2, bahwa manusia
dalam kehidupan sehari-hari disamping mempunyai hajat atau kepentingan
individual, juga seringkali mempunyai kepentingan bersama (komunal) yang harus
dilakukan bersama-sama dan untuk kepentingan bersama. Bahwa manusia yang
mempunyai kepentingan bersama, memperjuangkan suatu tujuan tertentu,
berkumpul, dan mempersatukan diri. Mereka menciptakan suatu organisasi,
memiliki pengurusnya yang akan mewakili mereka. Mereka memasukkan dan
mengumpulkan harta kekayaan, mereka menetapkan peraturan-peraturan tingkah
laku untuk mereka dalam hubungannya satu dengan yang lain. Selanjutnya
dikatakan bahwa tidak mungkin, dalam tiap-tiap hal mereka bersama-sama
melakukan tindakan-tindakan itu. Pergaulan antara manusia dalam kehidupannya
menganggap perlu, bahwa dalam suatu kerjasama itu semua anggota bersama-
sama merupakan suatu kesatuan yang baru, suatu kesatuan yang mempunyai
hak-hak sendiri terpisah dari hak-hak para anggotanya. Kesatuan yang
mempunyai kewajiban sendiri terpisah dari kewajiban-kewajiban para anggota
secara individual. Subyek hukum yang baru dan berdiri sendiri ini yang
dimaksudkan dengan Badan Hukum. Atau untuk memperoleh pengertian yang
lebih menyeluruh dapat diilustrasikan bahwa, jika beberapa orang bersama
mempunyai suatu tujuan yang sama yang hendak dicapai, maka terdapat dua
kemungkinan : terjadi diantara mereka suatu kerjasama semata-mata, timbal balik
saling mengikat ; atau terjadi satu kesatuan, dimana hubungan diantara mereka
terhadap pihak ketiga bukan merupakan tindakan masing-masing tetapi tindakan
dari kumpulan/kesatuan, sedangkan hubungan diantara mereka bukan saja
hubungan satu terhadap yang lain, tetapi juga merupakan hubungan terhadap
keseluruhannya/kesatuannya. Apabila hubungan hukum yang dimaksud adalah
yang disebut terakhir, maka yang dimaksud adalah 3 Badan Hukum.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa badan hukum merupakan subyek
hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban, badan hukum ini sengaja dibuat
oleh manusia dengan maksud dan tujuan tertentu, mempunyai kekayaan sendiri
yang terpisah dan para individunya.
Ditinjau lebih jauh sebenarnya jika badan hukum tersebut berbentuk suatu
lembaga (institusi) adalah suatu badan atau lembaga yang tidak terwujud, yang
perwujudannya dapat dilihat dari tindakan para pengurus yang mewakili badan
hukum tersebut, contohnya hak dan kewajiban sebuah Perseroan Terbatas
2
Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991, hal. 10-11.
3
Herlien, Pendirian, Fungsi Anggaran Dasar Dan Struktur Permodalan Suatu Perseroan
Terbatas Dengan Berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995, Makalah pada Semi-
nar Antisipasi Berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Ter-
batas Terhadap Perkembangan Dunia Usaha, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran,
Bandung, 22 Mei 1995. hal 2.
20 Habib Adjie – Notaris – PPAT – Pejabat Lelang Kelas II – Kota Surabaya
sebagai badan hukum hanya dapat dijalankan oleh para pengurusnya.
Maka ditinjau dari kehadirannya bahwa suatu Perseroan Terbatas (sebagai badan
hukum) bisa juga disebutkan sebagai pribadi yang sah menurut hukum yang dapat
bertindak sebagai pribadi sungguh-sungguh melalui pengurusnya.
Ditinjau berdasarkan doktrin mengenai badan hukum, bahwa sesuatu lembaga
atau badan disebut sebagai badan hukum, memiliki unsur-unsur antara lain 4 :
adanya harta kekayaan yang terpisah ;
mempunyai tujuan tertentu ;
mempunyai kepentingan sendiri ;
adanya organisasi yang teratur;
Badan hukum sebagai subyek hukum memiliki beberapa teori (secara umum)
antara lain5 :
1. Para sarjana yang menganggap bahwa badan hukum sebagai wujud yang
nyata, dianggap mempunyai kelengkapan panca indera sendiri sebagaimana
manusia, maka akibatnya badan hukum dapat dipersamakan seperti
manusia.
2. Para sarjana yang menganggap bahwa badan hukum tidak sebagai wujud
yang nyata, di belakang badan hukum itu sebenarnya berdiri manusia.
Akibatnya, kalau badan hukum tersebut berbuat suatu kesalahan, maka
kesalahan tersebut adalah kesalahan manusia yang berada di belakang
badan hukum tersebut.
Adanya perbedaan mengenai teori badan hukum ini sudah tentu mempunyai
implikasi tertentu dalam praktek, terutama yang berkaitan dengan
pertanggungjawaban antara badan hukum dengan orang-orang yang berada di
belakang badan hukum.
Suatu lembaga atau badan yang memperoleh status sebagai badan hukum, cara
lahir atau terbentuknya tidak selalu sama, ada yang sudah ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan itu sendiri, bahwa lembaga yang disebut dalam
undang-undang yang bersangkutan mempunyai status sebagai badan hukum,
atau ada yang melalui pengesahan dari instansi tertentu atau campuran dari
kedua hal tersebut atau juga berdasarkan yurisprudensi.
Pada dasarnya ada empat cara terbentuknya badan hukum yaitu 6 :
a. Sistem Konsesi atau Sistem Pengesahan.
Menurut sistem ini bahwa suatu lembaga akan memperoleh kedudukan atau
status sebagai badan hukum karena disahkan oleh instansi yang ditunjuk oleh
peraturan perundang-undangan tertentu, misalnya perseroan terbatas
4
R. Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Hukum Dalam Asuransi Udara
Dan Perkembangan Perseroan Terbatas ; Ramadja Karya, Bandung, 1984, hal. 231.
5
Erman Rajagukguk, Bahan Pendidikan Praktisi Hukum Perusahaan, Universitas Pan-
casila, Jakarta, tanpa tahun, hal. 7-9; Disamping itu juga ada beberapa teori mengenai badan
hukum ini seperti : teori fictie (Von Savigny, Opzoomer), realiteit (Von Gierke), tujuan
kekayaan (Van der Heyden), pemilikan bersama / collectief (Molengraff), corporate histories
(Van der Grinten). Herlien, loc cit., hal. 3; Chidir Ali, op cit., hal 29-39.
6
Retnowulan Sutantio, Holding Company, Merger Dan Lain-lain Bentuk Kerja Sama Pe-
rusahaan, Mahkamah Agung Republik Indonesia, tanpa tahun, hal. 1-2.
21 Habib Adjie – Notaris – PPAT – Pejabat Lelang Kelas II – Kota Surabaya
memperoleh kedudukan sebagai badan hukum karena terlebih dahulu
mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman / Menteri Kehakiman
sebagaimana tersebut dalam Pasal 36 KUHD.
b. Ditentukan oleh undang-undang.
Menurut Sistem ini undang-undang telah menentukan sendiri bahwa lembaga
yang tersebut dalam undang-undang yang bersangkutan merupakan badan
hukum, contohnya Pasal 19 ayat (2) Undang-undang nomor 16
tahun 1985 tentang Rumah Susun, disebutkan bahwa perhimpunan
penghuni rumah susun yang didirikan menurut ketentuan undang-undang ini
diberi kedudukan sebagai badan hukum.
c. Sistem Campuran.
Menurut sistem ini status badan hukum diperoleh karena ditentukan oleh
undang-undang itu sendiri dan setelah ada pengesahan dari instansi yang
berwenang. Contohnya Koperasi, berdasarkan Pasal 9 Undang-undang nomor
25 tahun 1992 tentang Koperasi, ditegaskan bahwa Koperasi memperoleh
status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah
(dalam hal ini departemen koperasi atau menteri yang membidangi urusan
koperasi).
d. Melalui Yurisprudensi.
Status badan hukum suatu lembaga karena berdasarkan yurisprudensi,
contohnya Yayasan menurut Putusan Hogerchtshof 7884 (Mahkamah Agung
Hindia – Belanda).
Dalam kaitan ini perlu dikaji, apakah masih sangat diperlukan untuk memperoleh
status badan hukum bagi perseroan terbatas dan juga lembaga yang lainnya
sebagaimana tersebut di atas harus berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia atau otoritas pemerintah lainnya ? Saya menegaskan bahwa
status badan hukum untuk perseroan ataupun untuk yang lainnya akan diperoleh
berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ataupun dari
otoritas pemerintah lainnya tidak perlu dilakukan, dengan alasan, antara lain :
1. Tidak ada pertanggungjawaban dari pemerintah, jika perseroan terbatas yang
telah memperoleh status badan hukum, ternyata perseroan terbatas tersebut
bermasalah dalam operasionalnya, karena pertanggungjawaban perseroan
terbatas akan dikembalikan kepada para pemegang saham, direksi dan komis-
aris perseroan terbatas yang bersangkutan.
2. Saat ini institusi yang akan memberikan status badan hukum, ada 2 (dua),
yaitu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Dinas Koperasi (kota/
kapbupaten/propinsi) untuk Koperasi dan Menteri Keuangan untuk Dana
Pensiun.
Dengan demikian harus dikembangkan suatu teori baru (katakanlah Teori Habib
Adjie) tentang perolehan status badan hukum untuk perseroan terbatas ataupun
yang lainnya, yaitu bahwa status badan hukum tersebut akan diperoleh setelah
akta pendirian perseroan terbatas telah selesai dilakukan di hadapan Notaris,
artinya ketika akta pendirian perseroan terbatas telah sempurna diselesaikan oleh
Notaris, maka pada saat itu juga perseroan terbatas telah memperoleh kedudukan
sebagai badan hukum, sedangkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
cukup Notaris yang bersangkutan untuk melaporkannya secara elektronik dengan
22 Habib Adjie – Notaris – PPAT – Pejabat Lelang Kelas II – Kota Surabaya
telah didirikannya perseroan terbatas di hadapan Notaris yang bersangkutan.
Dalam hal ini aturan hukum yang bersangkutan cukup menegaskan bahwa
lembaga tertentu akan berkedudukan sebagai badan hukum setelah aktanya
dibuat di hadapan Notaris.
------------------------------------