RANCANGAN
BUPATI SEKADAU
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TENTANG
PEDOMAN TATA KELOLA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKADAU
BUPATI SEKADAU,
Kabag
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Perekonomian Lembaran Negara Republik Indonesia 4431);
dan SDA
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kabag Hukum
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang -
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679 );
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612);
PARAF KOORDINASI
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN TATA
KELOLA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SEKADAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
2. Daerah adalah Kabupaten Sekadau.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Sekadau
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah
Kabupaten Sekadau.
Kabag
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
Perekonomian melalui Sekretaris Daerah.
dan SDA
7. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabag Hukum
adalah unsur pelaksana fungsi penunjang bidang
keuangan dan tugas pembantuan yang
berkedudukan yang bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekreataris Daerah.
8. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang
selanjutnya di singkat PPKD adalah Kepala satuan
kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai Bendahara Umum.
9. Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau yang
selanjutnya disebut RSUD adalah Satuan Kerja
-4-
hasil pekerjaan.
23. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah selanjutnya disebut LKPP adalah
Lembaga Pemerintah yang bertugas
mengembangkan dan merumuskan kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
24. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang
selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit kerja di
Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa.
25. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat
Fungsional yang diberi tugas, wewenang,
tanggungjawab dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa.
Plt. Direktur prestasi, dan atau imbalan lain yang sah kepada
Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola dan Pegawai
Kepala BPKAD RSUD.
Kabag 54. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
Perekonomian
dan SDA selanjutnya disingkat APBN adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sebagai salah satu
Kabag Hukum
sumber pendapatan RSUD Sekadau.
55. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau
dan atau Provinsi Kalimantan Barat.
56. Tarif adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang
diberikan oleh RSUD termasuk imbal hasil yang
-10-
b. prosedur kerja;
c. pengelompokan fungsi yang logis;
d. pengelolaan sumber daya manusia;
e. pengelolaan sumber daya lain;
f. pengelolaan lingkungan Rumah Sakit;
g. pembinaan dan pengawasan; dan
h. evaluasi dan penilaian kinerja.
Pasal 3
-12-
Pasal 4
Maksud dan Tujuan
(1) Penyusunan Tata Kelola BLUD RSUD Kabupaten
Sekadau dimaksudkan agar dapat meningkatkan
mutu pelayanan di RSUD Kabupaten Sekadau dan
memberikan panduan mengenai hak dan kewajiban
PARAF KOORDINASI
bagi kalangan profesional, meliputi tenaga medis
dan non medis.
Plt. Direktur (2) Pedoman Pola Tata Kelola BLUD RSUD Kabupaten
Sekadau bertujuan untuk :
Kepala BPKAD
a. tercapainya kerjasama yang baik antara
Kabag
Pemerintah Daerah, Pejabat Pengelola, tenaga
Perekonomian
dan SDA medis dan non medis; dan
Kabag Hukum b. meningkatkan profesionalisme dengan tanggung
jawab terhadap mutu layanan RSUD.
BAB III
IDENTITAS
Bagian Kesatu
Identitas Rumah Sakit
Pasal 5
Identitas dari RSUD adalah:
(1) Nama Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum
Daerah Sekadau;
(2) Jenis Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum;
(3) Kelas Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum
Kelas C; dan
(4) Alamat Rumah Sakit adalah : Jalan Merdeka
Timur Km.06 Desa Mungguk Kecamatan Sekadau
Hilir, Kabupaten Sekadau, Propinsi Kalimantan
Barat.
Bagian Kedua
Motto,Visi,Misi, Nilai dan Filosofi
Pasal 6
-14-
Bagian Ketiga
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Pasal 7
(1) RSUD berkedudukan sebagai Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah yang merupakan unsur
pendukung tugas Bupati di bidang pelayanan
kesehatan yang dipimpin oleh seorang Direktur dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.
masyarakat.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana
PARAF KOORDINASI
dimaksud pada ayat (2) RSUD mempunyai fungsi :
BAB IV
POLA TATA KELOLA MANAJERIAL
Bagian Kesatu
Tata Kelola Manajerial
Pasal 8
Pola Tata Kelola Manajerial (Manageral by laws) adalah
peraturan internal rumah sakit yang mengatur tentang
hubungan antara Pemerintah Daerah sebagai pemilik
dengan Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola dan Staf
Medis RSUD beserta fungsi, tugas, tanggung jawab,
kewajiban, kewenangan dan haknya masing-masing.
Bagian Kedua
Pemilik
Pasal 9
(1) Pemilik RSUD adalah Pemerintah Daerah dalam hal
ini diwakili oleh Bupati.
(2) Bupati bertanggungjawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum
kesehatan yang didelegasikan kepada Rumah Sakit
terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan.
Pasal 11
(1) Selain melaksanakan tugas pokok dan kewajiban
menurut peraturan perundang-undangan, direktur
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. menetapkan program kerja bidang pelayanan
kesehatan meliputi bidang ketatausahaan.
BAB V
POLA TATA KELOLA STAF MEDIK
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 12
-18-
Paragraf 2
Kategori Staf Medis Fungsional
Pasal 14
(1) Keanggotaan Staf Medis Fungsional dikatagorikan
menjadi :
a. dokter tetap/dokter organik
b. dokter tamu;dan
c. dokter konsultan
(2) Untuk dapat bergabung dengan RSUD sebagai Staf
Medis, dokter atau dokter gigi harus memiliki:
a. Kompetensi yang dibutuhkan;
b. Surat tanda registrasi;
c. Surat ijin praktik;
d. Sehat jasmani dan rohani yang layak untuk
melaksankan tugas dan tanggungjawab;dan
e. Memiliki perilaku dan moral yang baik.
Bagian Ketiga
Kewenangan Klinis
(clinical privilege)
Pasal 15
-20-
Paragraf 1
Proses Kewenangan Klinis
Pasal 16
Paragraf 2
PARAF KOORDINASI
Pembatasan Kewenangan Klinis
Plt. Direktur Pasal 17
Paragraf 3
Pencabutan Kewenangan Klinis
Pasal 18
Kabag
b. Adanya kecelakan medis yang diduga karena
Perekonomian inkompetensi;dan
dan SDA
c. Mendapatkan tindakan displin dari komite Medik.
Kabag Hukum
Paragraf 4
Pengakhiran Kewenangan Klinis
Pasal 19
Paragraf 5
Penugas Klinis
(Clinical Appointment)
-23-
Pasal 20
Bagian Kedua
Pengorganisasian Staf Keperawatan
Pasal 22
oleh Direktur.
(3) Kelompok Keperawatan berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Bidang
Keperawatan dan Kebidanan .
(4) Kelompok Keperawatan merupakan kelompok yang
mengkoordinasikan pelayanan profesi keperawatan
dan kebidanan.
Pasal 23
Pasal 24
Kepala BPKAD
Kabag
(1) Kelompok Keperawatan Rumah Sakit terdiri dari:
Perekonomian a. Kelompok Keperawatan Anak;
dan SDA
b. Kelompok Keperawatan Kebidanan;
Kabag Hukum
c. Kelompok Keperawatan Perinatologi;
d. Kelompok Keperawatan Bedah;
e. Kelompok Keperawatan Gawat Darurat;
f. Kelompok Keperawatan Penyakit Dalam;
g. Kelompok Keperawatan Intensif Care Unit (ICU);
dan
h. Kelompok Keperawatan Isolasi.
(2) Kelompok Keperawatan Anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, merupakan kelompok perawat
spesialis di bidang anak.
(3) Kelompok Keperawatan Kebidanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan
kelompok perawat di bidang Kebidanan.
(4) Kelompok Keperawatan Perinatologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan
kelompok perawat di bidang Perinatologi.
(5) Kelompok Keperawatan Bedah Sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan
Kelompok perawat di bidang bedah;
(6) Kelompok Keperawatan Gawat Darurat Sebagaimana
-25-
Bagian Ketiga
Keanggotaan Kelompok Keperawatan
PARAF KOORDINASI
Pasal 25
Plt. Direktur
(1) Seluruh staf keperawatan baik yang berstatus PNS
atau Non PNS wajib menjadi Anggota Kelompok
Kepala BPKAD
Keperawatan.
Kabag
Perekonomian (2) Setiap Kelompok Keperawatan beranggotakan paling
dan SDA
sedikit 5 (lima) orang staf keperawatan.
Kabag Hukum (3) dalam hal staf keperawatan dengan spesialisasi yang
sama kurang dari 5 (lima) orang atau belum
ditetapkan sebagai Kelompok Keperawatan tertentu,
maka staf keperawatan yang besangkutan masuk
dalam Kelompok Keperawatan yang ada di Rumah
Sakit.
(4) Penempatan staf keperawatan kedalam Kelompok
Keperawatan ditetapkan dengan Keputusan
Direktur.
Pasal 26
Bagian Keempat
Tugas dan wewenang Ketua Kelompok Keperawatan
Pasal 27
Pasal 28
Bagian Kelima
Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Kelompok Keperawatan
Pasal 29
-29-
Bagian Keenam
Staf Keperawatan
Paragraf 1
Hak dan Kewajiban
Pasal 30
-30-
Plt. Direktur
Paragraf 2
Kepala BPKAD Tugas Staf Keperawatan
Kabag
Pasal 31
Perekonomian
dan SDA (1) Tugas staf keperawatan :
Paragraf 3
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 32
-31-
PARAF KOORDINASI
kewenangan klinis, kendali mutu, disiplin profesi,
etika profesi, disiplin pegawai dan motivasi kerja.
Plt. Direktur (3) Pembinaan dan pengawasan kewenangan klinis,
mutu profesi, disiplin profesi, etika profesi dilakukan
Kepala BPKAD
oleh Komite Keperawatan.
Kabag
(4) Pembinaan dan pengawasan mutu pelayanan, disiplin
Perekonomian
dan SDA pegawai dan motivasi kerja dilakukan oleh Direktur
Kabag Hukum melalui bidang Keperawatan.
Pasal 33
Paragraf 4
Mitra Bestari
Pasal
Bagian Ketujuh
Kewenangan Klinis
Pasal 35
sama.
(4) Tanpa kewenangan klinis (clinical privilege) seorang
staf keperawatan tidak dapat menjadi anggota
Kelompok Keperawatan.
(5) Kewenangan klinis diberikan kepada staf keperawatan
berdasarkan pertimbangan:
PARAF KOORDINASI
a. clinical appraisal (tinjauan atau telaah hasil proses
Plt. Direktur kredensial) berupa surat rekomendasi;
b. standar profesi dari organisasi profesi;
Kepala BPKAD
c. standar pendidikan;
Kabag d. standar kompetensi dari kolegium.
Perekonomian
dan SDA (6) Penetapan jenjang klinis keperawatan diatur didalam
Pasal 36
PARAF KOORDINASI
a. kewenangan klinis umum;
b. kewenangan klinis khusus; dan
Plt. Direktur c. kewenangan klinis istimewa.
(2) Kewenangan klinis umum sebagaimana dimaksud
Kepala BPKAD
pada ayat (1) huruf a, diberikan kepada setiap tenaga
Kabag
keperawatan berdasarkan kompetensi yang dimiliki
Perekonomian
dan SDA dan sesuai jenjang keperawatan klinis yang dimiliki.
Kabag Hukum (3) Kewenangan klinis khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, diberikan kepada setiap tenaga
-34-
Bagian Kedelapan
Penugasan Klinis
Pasal 38
Pasal 39
-35-
Bagian Kesembilan
Delegasi Tindakan Medik
Pasal 40
Paragraf 1
Pejabat Pengelola
Pasal 42
b. Pejabat keuangan;dan
c. Pejabat Teknis.
(2) Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud dalam pasal
41 ayat a bertanggung jawab terhadap kinerja umum
-37-
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 46
Paragraf 2
Pegawai
Pasal 47
PARAF KOORDINASI b. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medic gigi
mulut;
Plt. Direktur
c. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medic spesialis dasar;
Kepala BPKAD
d. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis
Kabag
Perekonomian pelayanan medic spesialis penunjang; dan
dan SDA e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
Kabag Hukum pelayanan medick spesialis gigi mulut.
(4) Tenaga Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi Rumah Sakit;
b. 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 4 (empat) orang tenaga
teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang
tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik
di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit.
(5) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
dihitung dengan perbandingan 2(dua) perawat untuk
3 (tiga) tempat tidur.
(6) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
(7) Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan
tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf d dan huruf e disesuaikan dengan
-41-
Bagian Kedua
Pengangkatan Pegawai, Disiplin Pegawai, Penghargaan dan Sanksi
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
BAB VIII
-42-
ORAGANISASI PENDUKUNG
Pasal 51
Bagian Kesatu
Kepala BPKAD
Dewan Pengawas
Kabag
Perekonomian Pasal 52
dan SDA
(1) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada Pasal
Kabag Hukum
51 huruf a, dapat dibentuk oleh Bupati.
(2) Pembentukan dewan pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh
BLUD yang memiliki realisasi pendapatan menurut
laporan realisasi anggaran 2 (dua) tahun terakhir
atau nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun
terakhir.
(3) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibentuk untuk pengawasan dan pengendalian
internal yang dilakukan oleh pejabat pengelola.
(4) Dewan pengawas untuk BLUD RSUD berjumlah 3
(tiga) orang.
(5) Anggota Dewan Pengawas berjumlah 3 (tiga ) orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk BLUD
yang memiliki :
a. realisasi pendapatan menurut laporan realisasi
anggaran 2 (dua) tahun terakhir sebesar
Rp.30.000.000.000,00 (Tiga Puluh Miliar Rupiah)
sampai dengan Rp 100.000.000.000,00 (seratus
miliar Rupiah); dan /atau
Pasal 53
-44-
PARAF KOORDINASI
a. 1 (Satu ) orang pejabat SKPD yang membidangi
Kegiatan BLUD;
Plt. Direktur b. 1 (satu) orang Pejabat SKPD yang membidangi
pengelolaan keuangan daerah;dan
Kepala BPKAD
c. 1 (satu) orang tenanga ahli yang sesuai dengan
Kabag
kegiatan BLUD.
Perekonomian
dan SDA (2) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
Kabag Hukum dapat berasal dari tenaga professional atau
perguruan tinggi yang memahami tugas fungsi,
kegiatan dan layanan BLUD.
(3) Pengangkatan anggota dewan pengawas dilakukan
setelah pejabat pengelola BLUD RSUD kabupaten
Sekadau di angkat.
(4) Untuk dapat diangkat sebagai dewan pengawas yang
bersangkutan harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, jujur, perilaku yang baik , dan
dedikasi;
c. memahami penyelenggaraan pemerintahan
daerah;
d. memiliki pengetahuan yang memadai tugas dan
fungsi BLUD;
e. menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya;
f. berijazah paling rendah S-1 ( strata satu);
g. berusia tidak lebih tinggi dari 60 (enam puluh)
tahun.
Pasal 54
Pasal 55
c. diberhentikan sewaktu-waktu
(4) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c, karena :
a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
b. tidak melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD
RSUD Kabupaten Sekadau.
d. dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
e. mengundurkan diri;dan
f. terlibat dalam tindakan kecurangan yang
mengakibatkan kerugian pada BLUD RSUD,
negara dan/atau daerah.
g. Bupati dapat mengangkat sekretaris dewan
pengawas guna mendukung kelancaran tugas
Dewan Pengawas;
h. sekretaris dewan pengawas bukan merupakan
anggota Dewan Pengawas;
i. segala biaya yang ditimbulkan dalam
pelaksanaan tugas Dewan Pengawas dan
Sekretaris Dewan Pengawas dibebankan pada
BLUD RSUD dan dimuat dalam RBA.
Bagian Kedua
Satuan Pengawas Internal
Pasal 56
Pasal 57
PARAF KOORDINASI
(1) Satuan Pengawas internal (SPI) sebagaimana
Plt. Direktur
Kepala BPKAD
Kabag
-47-
Pasal 58
Pasal 59
PARAF KOORDINASI
b. memiliki keahlian, integritas, pengalaman, jujur,
Plt. Direktur perilaku yang baik, dan dedikasi yang tinggi untuk
memajukan dan mengembangkan BLUD;
Kepala BPKAD c. memahami penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
Kabag d. memahami tugas dan fungsi BLUD;
Perekonomian
dan SDA e. memiliki pengalaman teknis pada BLUD;
f. berijazah paling rendah D-3 (Diploma 3);
Kabag Hukum
g. pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun;
-48-
Bagian Ketiga
Komite Medik
Pasal 60
Pasal 61
Paragraf 1
Pengorganisasian
Pasal 62
d. anggota.
Paragraf 2
Pemilihan Komite Medik
Pasal 63
-50-
Kabag Hukum
-51-
Paragraf 3
Tugas dan Fungsi Komite Medik
Pasal 64
(1) Tugas Komite Medik adalah :
a. membantu Direktur rumah sakit menyusun
standar pelayanan medis dan memantau
pelaksanaannya;
b. melaksanakan pembinaan etika profesi, disiplin
profesi dan mutu profesi;
c. mengatur kewenangan profesi antar kelompok
staf medis;
d. membantu Direktur rumah sakit menyusun
medical staff bylaws dan memantau
pelaksanaannya;
e. membantu Direktur rumah sakit menyusun
kebijakan dan prosedur yang terkait dengan
mediko-legal;
f. membantu Direktur rumah sakit menyusun
kebijakan dan prosedur yang terkait dengan
etiko-legal;
g. melakukan koordinasi dengan Direktur Medis
dalam melaksanakan pemantauan dan
pembinaan pelaksanaan tugas kelompok staf
medis;
h. meningkatkan program pelayanan, pendidikan
dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
dalam bidang medis;dan
i. melakukan monitoring dan evaluasi mutu
pelayanan medis antara lain melalui monitoring
dan evaluasi kasus bedah, penggunaan obat (drug
usage), farmasi dan terapi, ketepatan,
PARAF KOORDINASI
kelengkapan dan keakuratan.
(2) Fungsi Komite Medik secara rinci sebagai berikut:
Plt. Direktur a. Memberikan Rekomendasi kewenangan klinis
kepada Direktur Rumah Sakit;
Kepala BPKAD
b. mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan
Kabag
pelayanan medis;
Perekonomian
dan SDA c. menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik
Kabag Hukum kedokteran, karena itu dibawah Komite Medik perlu
dibentuk Sub Komite Etik (untuk menangani masalah
-52-
Paragraf 4
Wewenang Komite Medik
Pasal 65
Bagian Keempat
Komite Keperawatan
Pasal 66
Paragraf 1
Kedudukan Komite Keperawatan
Pasal 67
PARAF KOORDINASI
Paragraf 2
Plt. Direktur Susunan Organisasi dan
Keanggotaan komite Keperawatan
Kepala BPKAD
Pasal 68
Kabag
Perekonomian (1) Susunan organisasi Komite Keperawatan sebagai
dan SDA
berikut:
Kabag Hukum
-54-
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Anggota yang terdiri dari:
1)Sub Komite Kredensial;
2)Sub Komite mutu profesi keperawatan; dan
3)Sub Komite Etika dan disiplin profesi.
(2) Seseorang yang dapat diangkat menjadi
anggota/personalia Komite Keperawatan adalah staf
keperawatan purna waktu dan sudah bekerja di
Rumah Sakit minimal 5 (lima) tahun.
(3) Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh
Direktur dengan mempertimbangkan :
a. sikap profesional;
b. reputasi;
c. perilaku; dan
d.memperhatikan usulan dari Kelompok
Keperawatan.
(4) Ketua Komite Keperawatan di tetapkan oleh
Direktur.
Pasal 69
PARAF KOORDINASI
(1) Ketua Komite Keperawatan harus memenuhi
Plt. Direktur
persyaratan:
a. mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam
Kepala BPKAD
profesinya;
Kabag
Perekonomian b. menguasai segi ilmu pofesinya dalam jangkauan,
dan SDA ruang lingkup, sasaran dan dampak yang luas;
Kabag Hukum c. tanggap terhadap perkembangan rumah sakit;
d. bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;
e. mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan
-55-
Paragraf 3
Tugas, Fungsi Dan Wewenang
Komite Keperawatan
Pasal 70
(1) Komite Keperawatan mempunyai tugas meningkatkan
profesionalisme staf keperawatan yang bekerja di
Rumah Sakit dengan cara:
Pasal 71
-56-
Pasal 72
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite
Keperawatan memiliki wewenang:
a. memberikan rekomendasi rincian kewenangan
klinis (delineation of clinical privilege);
b. memberikan rekomendasi surat penugasan klinis
(clinical appointment);
c. memberikan rekomendasi penolakan kewenangan
klinis (clinical privilege) tertentu;
PARAF KOORDINASI
d. memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi
Plt. Direktur rincian kewenangan klinis (delineation of clinical
privilege);
Kepala BPKAD e. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit
Kabag keperawatan;
Perekonomian
dan SDA f. memberikan rekomendasi pendidikan
keperawatan berkelanjutan;
Kabag Hukum
g. memberikan rekomendasi pendampingan
(proctoring); dan
h. memberikan rekomendasi pemberian tindakan
disiplin.
Bagian Kelima
Komite Kesehatan lainnya
Pasal 73
Bagian Keenam
Komite Farmasi dan Terapi
Pasal 74
(1) Komite Farmasi dan Terapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf f
adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staff
medis dengan farmasi sehingga anggotanya terdiri dari para dokter yang
mewakili spesialisasi – spesiliasi yang ada di rumah sakit dan apoteker
PARAF KOORDINASI
wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
(2) Tujuan dibentuknya Komite Farmasi dan Terapi adalah :
Plt. Direktur
a. menerbitkan kebijakan mengenai pemilihan obat,
Kepala BPKAD penggunaan obat serta evaluasinya;
b. melengkapi staf fungsional di bidang kesehatan
Kabag
Perekonomian dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan
dan SDA
dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
Kabag Hukum
kebutuhan;
c. memberikan rekomendasi pada pimpinan Rumah
Sakit untuk mencapai budaya pengelolaan dan
penggunaan obat secara rasional;
Bagian Ketujuh
Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pasal 75
-59-
Bagian Kedelapan
Sub Komite
Pasal 76
(1) Setiap Komite dapat membentuk sub komite
berdasarkan kebutuhan.
(2) Sub Komite Terdiri dari :
a. Sub Komite Kredensial;
b. Sub Komite Mutu dan Profesi; dan
c. Sub Komite Etik dan Displin Profesi
(3) Tugas Sub komite Medik terdiri dari :
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang
akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis.
Paragraf 1
Sub Komite kredensial
Pasal 77
(1) Subkomite kredensial berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Ketua Komite
Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite kredensial terdiri atas
-60-
Kepala BPKAD
kompetensinya.
c. Buku putih disusun oleh Komite Keperawatan dengan
Kabag
Perekonomian melibatkan Mitra Bestari (peer group) dari berbagai
dan SDA
unsur organisasi profesi keperawatan dan kebidanan,
Kabag Hukum
kolegium keperawatan, unsur pendidikan tinggi
keperawatan dan kebidanan;
d. menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari
bagian SDM .
e. merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi
setiap tenaga keperawatan;
f. melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai
waktu yang ditetapkan; dan
g. membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada
Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan ke
bidang keperawatan dan disahkan oleh direktur
Rumah Sakit.
Pasal 79
Kredensial dan Rekredensial
-61-
Kabag
2) kognitif;
Perekonomian 3) afektif;
dan SDA
4) psikomotor.
Kabag Hukum
b. Kompetensi fisik;
c. Kompetensi mental/perilaku;
d. Perilaku etis (ethical standing).
(3) Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat
keterbukaan, adil, obyektif, sesuai dengan prosedur
dan terdokumentasi.
(4) Dalam melakukan pengkajian dapat membentuk
panel atau panitia adhoc atau melibatkan Mitra
Bestari.
(5) Hasil kredensial berupa rekomendasi Komite
Keperawatan kepada Direktur tentang lingkup
kewenangan klinis seorang staf keperawatan.
Pasal 80
(1) Rekredensial terhadap staf keperawatan dilakukan
dalam hal:
a. penugasan klinis (clinical appointment) yang dimiliki
oleh staf keperawatan telah habis masa
berlakunya;
b. staf keperawatan yang bersangkutan diduga
melakukan kelalaian terkait tugas dan
kewenangannya; dan/atau
c. staf keperawatan yang bersangkutan diduga
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun
mental.
-62-
Paragraf 2
Sub Komite Mutu Profesi
Pasal 81
(1) Subkomite mutu profesi berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Ketua Komite Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite mutu profesi terdiri
atas paling sedikit 3 (tiga) orang staf keperawatan yang
PARAF KOORDINASI
memiliki penugasan klinis.
Plt. Direktur (3) Pengorganisasian Subkomite mutu profesi terdiri dari
ketua, sekretaris, dan anggota.
Kepala BPKAD
Kabag
Perekonomian Tugas Subkomite Mutu Profesi
dan SDA
Pasal 82
Kabag Hukum Subkomite mutu profesi mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai
area praktik;
b. merekomendasikan perencanaan pengembangan
profesional berkelanjutan tenaga keperawatan;
c. melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan; dan
d. memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
Audit Keperawatan
Pasal 83
(1) Audit keperawatan dilakukan secara sistemik yang
melibatkan mitra bestari (peer group) yang terdiri dari
kegiatan peer-review, surveillance dan assessment
-63-
Kepala BPKAD
merekomendasikan pencabutan atau penangguhan
kewenangan klinis (clinical privilege);
Kabag
Perekonomian d.dasar bagi Komite Keperawatan dalam
dan SDA
merekomendasikan perubahan/modifikasi rincian
Kabag Hukum
kewenangan klinis seorang staf keperawatan.
Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 84
(1) Dalam rangka meningkatkan Mutu Profesi setiap
kelompok keperawatan dapat menyelenggarakan
pendidikan berkelanjutan baik yang merupakan
program Rumah Sakit maupun atas permintaan staf
keperawatan sebagai usulan kepada Direktur.
(2) Pendidikan berkelanjutan dilakukan dengan:
a. menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing Kelompok
Keperawatan;
b. mengadakan pertemuan berupa pembahasan kasus
antara lain, kasus keselamatan pasien, kasus sulit,
maupun kasus langka;
c. menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat
diikuti oleh masing-masing staf keperawatan setiap
tahun dan tidak mengurangi hari cuti tahunannya;
d. bersama-sama dengan Kelompok Keperawatan
menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang
melibatkan staf keperawatan sebagai narasumber
dan peserta aktif;
PARAF KOORDINASI
Pendampingan (proctoring)
Plt. Direktur Pasal 85
Kepala BPKAD (1) Setiap Staf keperawatan yang dijatuhi sanksi disiplin
Kabag
atau pengurangan kewenangan klinis berhak
Perekonomian mendapatkan pendampingan.
dan SDA
(2) Pelaksanaan pendampingan (proctoring) dilakukan
Kabag Hukum
dalam upaya pembinaan profesi bagi staf
keperawatan yang dijatuhi sanksi disiplin atau
pengurangan kewenangan klinis.
(3) Staf keperawatan yang akan memberikan
pendampingan (proctoring) ditetapkan dengan
Keputusan Direktur.
(4) Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses
pendampingan (proctoring) difasilitasi dan
dikoordinasikan bersama bidang keperawatan.
(5) Hasil pendampingan (proctoring) berupa rekomendasi
Komite Keperawatan kepada Direktur tentang lingkup
kewenangan klinis dan penugasan klinis seorang staf
keperawatan.
Paragraf 3
Sub Komite Etik dan Displin Propesi
Pasal 86
(1) Subkomite etik dan disiplin profesi berada dibawah
dan bertanggungjawab kepada Ketua Komite
Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite etik dan disiplin profesi
terdiri atas paling sedikit 3 (tiga) orang staf
keperawatan yang memiliki penugasan klinis.
(3) Pengorganisasian Subkomite etik dan disiplin profesi
terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota
-65-
Pasal 88
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Subkomite
etik dan disiplin profesi berwenang :
a. memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis;
b. memberikan rekomendasi perubahan rincian
kewenangan klinis;
c. memberikan rekomendasi surat penugasan klinis;
d. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit
keperawatan dan kebidanan;
e. memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan
dan pendidikan kebidanan berkelanjutan; dan
f. memberikan rekomendasi pendampingan dan
memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
Pendisplinan Profesi
Pasal 89
(1) Tolak ukur yang menjadi dasar dalam upaya
pendisiplinan perilaku profesional staf keperawatan,
antara lain:
-66-
Pasal 90
(1) Penegakkan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah
panel yang dibentuk oleh ketua Subkomite etik dan
disiplin profesi.
(2) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas 3 (tiga) orang staf keperawatan atau lebih dengan
jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut:
Pembinaan Profesi
Pasal 91
(1) Pembinaan profesionalisme staf keperawatan dapat
diselenggarakan dalam bentuk ceramah, diskusi,
simposium atau lokakarya.
(2) Staf keperawatan dapat meminta pertimbangan
pengambilan keputusan etis pada suatu kasus
pengobatan di Rumah Sakit kepada Komite
Keperawatan melalui Ketua Kelompok Keperawatan.
(3) Subkomite etik dan disiplin profesi mengadakan
PARAF KOORDINASI
pertemuan pembahasan kasus dengan
Plt. Direktur mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten
untuk memberikan pertimbangan pengambilan
Kepala BPKAD
keputusan etis
Kabag
Perekonomian
dan SDA BAB IX
Pasal 93
(1) Remunerasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92
ayat (1), diatur dengan peraturan kepala daerah
berdasarkan usulan pemimpin BLUD.
(2) Pengaturan remunerasi dalam peraturan kepala
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pasal 94
Pengaturan remunerasi dalam peraturan kepala daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) dihitung
berdasarkan indikator penilaian, meliputi :
a. pengalaman dan masa kerja;
b. keterampilan, ilmu pengetahuan,dan prilaku;
c. resiko kerja;
d. tingkat kegawatdaruratan;
e. jabatan yang disandang; dan
f. hasil dan capaian kinerja.
Pasal 95
Selain indikator penilaian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 94, penetapan remunerasi bagi pemimpin,
mempertimbangkan faktor :
a. ukuran dan jumlah aset yang dikelola, tingkat
pelayanan serta produktivitas;
b. pelayanan sejenis;
c. kemampuan pendapatan;dan
d. kinerja operasional berdasarkan indikator
keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat bagi
masyarakat.
BAB X
KEGIATAN RAPAT
Pasal 96
-70-
Plt. Direktur
ditentukan oleh Direktur.
(4) Setiap rapat dibuat absen serta notulen.
Kepala BPKAD (5) Mekanisme pelaksanaan rapat komite keperawatan
Kabag Hukum
Pasal 97
(1) Rapat rutin dilaksanakan dengan ketentuan:
a. rapat rutin diselenggarakan terjadwal paling sedikit
2 (dua) kali dalam 1 (satu) bulan dengan interval
yang tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan
oleh Direktur;
b. rapat rutin merupakan rapat koordinasi untuk
mendiskusikan, melakukan klarifikasi, mencari
alternatif solusi berbagai masalah pelayanan dan
membuat usulan tentang kebijakan pelayanan
RSUD; dan.
c. notulen rapat rutin sebelumnya disampaikan pada
setiap penyelenggaraan rapat rutin berikutnya.
(2) Rapat koordinasi dengan Direktur dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. rapat dengan direktur diselenggarakan terjadwal
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan
dengan direktur.
(6) Kuorum dalam hal:
a. dalam hal untuk pengambilan keputusan ,rapat
hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
b. kuorum dianggap tercapai bila ½ (setengah) ditambah 1
(satu) orang dari jumlah seluruh anggota rapat.
PARAF KOORDINASI
c. dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu satu jam
Plt. Direktur
dari waktu yang telah ditentukan,maka rapat
ditangguhkan untuk dilaksanakan pada tempat ,hari
Kepala BPKAD dan jam yang disepakati paling lambat dalam waktu
BAB XI
STRUKTUR ANGGARAN
Pasal 98
Struktur anggaran BLUD RSUD , terdiri dari :
-73-
Pasal 99
Pendapatan BLUD RSUD
-74-
Pasal 100
PARAF KOORDINASI
Plt. Direktur
-75-
Pasal 101
(1) Pendapatan BLUD RSUD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 99 ayat (1) huruf a sampai huruf e,
dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran BLUD
RSUD sesuai RBA kecuali yang berasal dari hibah
terikat.
(2) Pendapatan BLUD RSUD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan melalui rekening kas BLUD
RSUD.
Pasal 102
-76-
Kepala BPKAD
digunakan dalam kegiatan BLUD RSUD.
(5) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Kabag
Perekonomian meliputi belanja tanah, belanja peralatan dan mesin,
dan SDA
belanja gedung dan bangunan belanja jalan, irigasi
Kabag Hukum dan jaringan dan belanja aset tetap lainnya.
Pasal 104
(1) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103 ayat (1) huruf a meliputi :
a. sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA) tahun
anggaran sebelumnya;
b. divestasi;dan
c. penerimaan utang/pinjaman.
(2) pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud
-77-
BAB XII
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Pasal 105
Pasal 106
(1) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud
-78-
Pasal 108
Pasal 109
(1) Tim anggaran pemerintah daerah menyampaikan
kembali Rencana Kerja Anggaran (RKA) beserta
Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang telah dilakukan
penelaahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
ayat (3) kepada PPKD untuk dicantumkan dalam
rancangan peraturan daerah tentang APBD yang
selanjutnya ditetapkan menjadi peraturan daerah
tentang APBD.
(2) Tahapan dan jadwal proses penyusunan dan
penetapan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) mengikuti
tahapan dan jadwal proses penyusunan dan
penetapan APBD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan,
-80-
BAB XIII
PELAKSANAAN ANGGARAN
DAN PENGELOLAAN BELANJA
Pasal 110
Pelaksanaan Anggaran
(1) BLUD RSUD menyusun DPA berdasarkan Peraturan
Daerah tentang APBD untuk diajukan kepada PPKD.
(2) DPA memuat pendapatan,belanja dan pembiayaan
Rumah Sakit.
(3) PPKD mengesahkan DPA sebagai dasar pelaksanaan
anggaran BLUD RSUD.
Pasal 111
(1) DPA yang telah disahkan oleh PPKD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 110 ayat (3) menjadi dasar
pelaksanaan anggaran yang bersumber dari APBD.
(2) Pelaksanaan anggaran yang bersumber dari APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk belanja pegawai, belanja modal belanja barang
dan/atau jasa yang mekanismenya dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PARAF KOORDINASI
(3) Pelaksanaaan anggaran sebagaimana dimaksud
Plt. Direktur pada ayat (2) dilakukan secara berkala sesuai
dengan kebutuhan yang telah ditetapkan, dengan
Kepala BPKAD
memperhatikan anggaran kas dalam DPA, dan
Kabag memperhitungkan :
Perekonomian
dan SDA a. jumlah kas yang tersedia;
Pasal 112
-81-
Pasal 113
(1) Dalam pelaksanaan anggaran, pemimpin BLUD RSUD
menyusun laporan pendapatan BLUD RSUD, laporan
belanja BLUD RSUD dan laporan pembiayaan BLUD
RSUD secara berkala kepada PPKD dengan
melampirkan surat pernyataan tanggungjawab yang
ditandatangani oleh pemimpin BLUD RSUD.
PARAF KOORDINASI
(2) Berdasarkan laporan yang melampirkan surat
Pasal 114
Pasal 115
Pasal 116
Pengelolaan Belanja
-83-
Pasal 117
(1) Besaran presentase ambang batas dihitung tanpa
memperhitungkan saldo awal kas.
PARAF KOORDINASI
b. kecenderuangan/ trend selisih pendapatan BLUD
RSUD selain APBD dengan prognosis tahun
Plt. Direktur anggaran berjalan.
(3) Besaran presentase ambang batas dicantumkan
Kepala BPKAD
dalam RBA dan DPA, berupa catatan yang
Kabag memberikan informasi besaran presentase ambang
Perekonomian
dan SDA batas.
Kabag Hukum (4) Presentase ambang batas merupakan kebutuhan yang
dapat diprediksi, dicapai, terukur, rasional, dan
-84-
BAB XIV
TARIF PELAYANAN
Pasal 118
Pasal 119
-85-
Plt. Direktur
(3) Pemimpin menyusun Tarif Layanan BLUD RSUD
dengan mempertimbangkan aspek kontinuitas,
Kepala BPKAD pengembangan layanan, kebutuhan, daya beli
BAB XV
PENGELOLAAN BARANG DAN JASA
Pasal 120
Sumber Barang/Jasa
-86-
PARAF KOORDINASI (1) Pengadaan barang dan / atau jasa pada BLUD RSUD
yang bersumber dari :
Plt. Direktur
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat;
Kepala BPKAD
c. hasil kerjasama dengan pihak lain;dan
Kabag
Perekonomian d. lain-lain pendapatan BLUD RSUD yang sah.
dan SDA
(2) Pengadaan barang dan /jasa yang dananya berasal
Kabag Hukum dari hibah terikat dilakukan sesuai dengan kebijakan
pengadaan dari pemberi hibah.
(3) Pengadaan barang dan /jasa BLUD RSUD dilakukan
oleh pejabat pengadaan.
(4) Pelaksanaan pengadaan dilaksanakan oleh panitia
atau unit yang dibentuk oleh pemimpin untuk
melaksanakan pengadaan barang dan/jasa BLUD
RSUD, yang terdiri atas personil yang memahami tata
cara pengadaan memiliki kompetensi sebagai
pelaksana pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan
yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan
(5) BLUD RSUD dalam melaksanakan pengelolaan
barang mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai barang milik daerah.
Pasal 121
Pelaku Pengadaan Barang /Jasa
Pasal 122
Perencanaan Pengadaan
(1) Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi
kebutuhan, penetapan barang dan jasa/cara jadwal
dan anggaran pengadaan barang dan jasa.
(2) Perencanaan pengadaan yang dananya bersumber dari
-88-
Pasal 123
Kabag
adminstrasi swakelola.
Perekonomian
dan SDA
Pasal 124
Kabag Hukum
(1) Penyedia wajib memenuhi kualifikasi sesuai dengan
barang/jasa yag diadakan dan sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan.
(2) Penyedia bertanggungjawab atas pelaksanaan kontrak,
kualitas barang/jasa, pertepatan perhitungan jumlah
atau volume, ketepatan waktu penyerahan, ketepatan
tampat penyerahan
Pasal 125
Pengumuman Rencana Umum Pengadaan
Pasal 127
-90-
Kabag
dengan spesifikasi teknis tertentu atas penyelesaian
Perekonomian dalam batas waktu yang telah ditetapkan.
dan SDA
(5) Kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan
Kabag Hukum
merupakan kontrak pengadaan barang/ pekerjaan
kontruksi/jasa lainnya gabungan lumpsum dan harga
satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.
(6) Kontrak terima Jadi (turnkey) merupakan kontrak
pengadaan pekerjaan kontruksi atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu.
(7) Kontrak Payung berupa kontrak harga satuan dalam
periode waktu tertentu untuk barang/jasa yang belum
ditentukan volume dan/atau waktu pengirimannya
pada saat kontrak ditandatangani.
Pasal 128
-91-
BAB XVI
PIUTANG/UTANG (PINJAMAN)
Pasal 129
(1) BLUD RSUD mengelola piutang sehubungan dengan
penyerahan barang, jasa, dan /atau transaksi yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan
kegiatan BLUD RSUD.
(2) BLUD RSUD melaksanakan penagihan piutang pada
saat piutang jatuh tempo, dilengkapi adminstrasi
penagihan.
(3) Dalam hal piutang sulit tertagih, penagihan piutang
diserahkan kepada kepala daerah dengan
melampirkan bukti yang sah.
(4) Piutang dapat dihapus secara mutlak atau
bersyarat.
(5) Tata cara penghapusan piutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah.
Pasal 130
-92-
Kabag Hukum
anggaran berkenan; Pemimpin dapat melakukan
pelampauan pembayaran bunga dan pokok sepanjang
tidak melebihi nilai ambang batas yang telah
ditetapkan dalam RBA.
(6) Utang/pinjaman jangka panjang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) merupakan utang yang
memberikan manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dengan
masa pembayaran kembali atas utang /pinjaman
tersebut lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.
(7) Utang/pinjaman jangka panjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya untuk pengeluaran
belanja modal.
(8) Pembayaran utang/pinjaman jangka panjang
merupakan kewajiban pembayaran kembali
utang/pinjaman yang meliputi pokok
BAB XVII
PELAPORAN DAN
PARAF KOORDINASI
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
Plt. Direktur Pasal 131
(1) BLUD RSUD Sekadau menyusun pelaporan keuangan
Kepala BPKAD
dan pertanggungjawaban keuangan yang terdiri atas :
Kabag a. laporan realisasi anggaran;
Perekonomian
dan SDA b. laporan perubahan saldo anggaran lebih;
Kabag Hukum c. laporan operasional;
d. neraca;
e. laporan arus kas;
f. laporan perubahan ekuitas;dan
g. catatan atas laporan keuangan.
(2) Laporan keuangan disertai dengan laporan kinerja
yang berisikan informasi pencapaian hasil atau
keluaran BLUD RSUD Sekadau.
(3) Laporan keuangan diaudit oleh pemeriksa eksternal
pemerintah sesuai dengan kententuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 132
(1) Pemimpin BLUD RSUD Sekadau menyusun laporan
keuangan semesteran dan tahunan disertai dengan
laporan kinerja paling lama 2 (dua) bulan setelah
periode pelaporan berakhir, dan setelah diriview oleh
SKPD yang membidangi pengawasan di pemerintah
daerah.
Pasal 133
-94-
BAB XVIII
EVALUASI DAN PENILAIAN KERJA
Pasal 134
(1) Penilaian kinerja keuangan diukur paling sedikit
meliputi:
a. memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari
layanan yang diberikan (rentabilitas);
b.memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas);
c. memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas); dan
d.kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk
membiayai pengeluaran.
Pasal 135
Dalam rangka pembinaan untuk menjaga
kesinambungan implementasi kebijakan BLUD RSUD di
daerah, pemerintah daerah wajib melaporkan Unit
Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang menerapkan
BLUD RSUD disertai kinerja keuangan dan nonkeuangan
-95-
Pasal 137
(1) Tim penilai bertugas untuk menilai usulan
pencabutan penerapan BLUD RSUD paling lama 3
(tiga) bulan.
(2) Hasil penilaian oleh tim sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada kepala daerah sebagai
bahan pertimbangan pencabutan BLUD RSUD.
(3) Pencabutan penerapan BLUD RSUD ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Daerah.
(4) Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud
-96-
BAB XX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 138
Pembinaan dan pengawasan terhadap BLUD RSUD
PARAF KOORDINASI
dilakukan oleh Dewan Pengawas Dan SPI
Plt. Direktur
BAB XXI
Kepala BPKAD KETENTUAN PERALIHAN
Kabag Pasal139
Perekonomian
dan SDA Pada saat peraturan Bupati ini berlaku:
Kabag Hukum
a. Peraturan Bupati Sekadau Nomor 32 Tahun 2012
tentang Pedoman Tata Kelola Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sekadau (Berita Daerah Kabupaten
Sekadau Tahun 2012 Nomor 162);
b. Peraturan Bupati Nomor 44 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau
(Berita Daerah Kabupaten Sekadau Tahun 2014 Nomor
39); dan
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 140
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Sekadau
Ditetapkan di Sekadau
-97-
BUPATI SEKADAU
PARAF HIERARKI
Sekretaris
daerah RUPINUS
Asisten II
Plt. Direktur