Anda di halaman 1dari 97

-1-

RANCANGAN

BUPATI SEKADAU
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN BUPATI SEKADAU


NOMOR :

TENTANG
PEDOMAN TATA KELOLA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKADAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEKADAU,

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit dalam tugasnya sebagai


sarana pelayanan kesehatan memiliki peran
strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dan dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan bermutu sesuai dengan
ketetapan yang berlaku dan menjangkau seluruh
lapisan masyarakat;
b. bahwa Peraturan Bupati Sekadau Nomor 32 Tahun
2012 tentang Pedoman Tata Kelola Rumah Sakit
PARAF KOORDINASI
Umum Daerah Kabupaten Sekadau dan Peraturan
Plt. Direktur Bupati Nomor 44 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah
Kepala BPKAD
Kabupaten Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kabag Sekadau sudah tidak sesuai lagi dengan dinamika
Perekonomian
dan SDA perkembangan Peraturan Perundang-undangan

Kabag Hukum yang berlaku sehingga perlu diganti;


c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Bupati Sekadau tentang Pedoman Tata
Kelola Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah Sekadau;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten
Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2003
PARAF KOORDINASI
Nomor 149, tambahan Lembaran Negara Nomor
4344);
Plt. Direktur
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Kepala BPKAD Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik

Kabag
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Perekonomian Lembaran Negara Republik Indonesia 4431);
dan SDA
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kabag Hukum
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang -
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679 );
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612);

8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang


Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

PARAF KOORDINASI
-3-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN TATA
KELOLA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SEKADAU.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
2. Daerah adalah Kabupaten Sekadau.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Sekadau
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah
Kabupaten Sekadau.

5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala


Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang
PARAF KOORDINASI
menjadi kewenangan daerah.
6. Dinas Kesehatan, pengendalian penduduk dan
Plt. Direktur
keluarga berencana adalah unsur pelaksana otonomi
Kepala BPKAD daerah di bidang kesehatan yang berkedudukan di

Kabag
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
Perekonomian melalui Sekretaris Daerah.
dan SDA
7. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabag Hukum
adalah unsur pelaksana fungsi penunjang bidang
keuangan dan tugas pembantuan yang
berkedudukan yang bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekreataris Daerah.
8. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang
selanjutnya di singkat PPKD adalah Kepala satuan
kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai Bendahara Umum.
9. Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau yang
selanjutnya disebut RSUD adalah Satuan Kerja
-4-

Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah


Kabupaten Sekadau yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah.
10. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Sekadau, sekaligus Pemimpin BLUD RSUD
Sekadau sebagai penanggungjawab umum
operasional dan keuangan BLUD RSUD Sekadau
11. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat BLUD adalah sistem yang diterapkan oleh
unit pelaksana teknis Dinas/Badan Daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan
keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan daerah pada umumnya.

12. Pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum


Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas
berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-
praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan
daerah pada umumnya.
13. Pola Tata Kelola atau disebut juga Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah pokok-pokok
PARAF KOORDINASI aturan dalam penyelenggaraan operasional dan
keuangan rumah sakit.
Plt. Direktur
14. Pola Tata Kelola Manajerial (Managerial Bylaws)

Kepala BPKAD adalah peraturan internal rumah sakit yang


mengatur tentang hubungan antara Pemerintah
Kabag
Perekonomian Daerah sebagai
dan SDA
pemilik dengan Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola
Kabag Hukum
dan Staf Medis RSUD beserta fungsi, tugas,
tanggung jawab, kewajiban, kewenangan dan haknya
masing-masing.
-5-

15. Pola Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff Bylaws)


adalah peraturan internal rumah sakit yang
mengatur tentang fungsi, tugas, tanggung jawab,
kewajiban, kewenangan dan hak dari Staf Medis.
16. Pola Tata Kelola Staf Keperawatan (Nurshing Staff
Bylaws) adalah peraturan internal staf keperawatan
agar staf Keperawatan Rumah Sakit Terorganisir
secara baik,dan memiliki peran,tugas serta
kewenangan yang jelas.
17. Dewan Pengawas adalah organisasi yang
melakukan pengawasan terhadap operasional
pengelolaan BLUD RSUD Sekadau.
18. Jabatan Struktural adalah jabatan yang secara
nyata dan tegas diatur dalam lini organisasi yang
terdiri dari : Direktur, Kepala Bagian atau Kepala
Bidang, Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian.

19. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang


menunjukkan tugas, tanggung jawab, kewajiban,
kewenangan dan hak seseorang pegawai dalam
satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan
tertentu serta bersifat mandiri.
20. Rencana Bisnis Anggaran BLUD atau selanjutnya
disingkat RBA BLUD adalah dokumen perencanaan
PARAF KOORDINASI
dan penganggaran tahunan yang berisi program,
Plt. Direktur kegiatan target Kinerja dan anggaran BLUD.
21. Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLUD atau
Kepala BPKAD
selanjutnya disingkat DPA BLUD adalah dokumen
Kabag yang memuat pendapatan dan biaya, proyeksi arus
Perekonomian
dan SDA kas, jumlah dan kualitas barang dan/ atau jasa

Kabag Hukum yang akan dihasilkan dan digunakan sebagai dasar


dalam pelaksanaan anggaran oleh BLUD Rumah
Sakit.
22. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah selanjutnya
disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
pengadaan barang / jasa oleh Perangkat Daerah
yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak
identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima
-6-

hasil pekerjaan.
23. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah selanjutnya disebut LKPP adalah
Lembaga Pemerintah yang bertugas
mengembangkan dan merumuskan kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
24. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang
selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit kerja di
Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa.
25. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat
Fungsional yang diberi tugas, wewenang,
tanggungjawab dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa.

26. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya


disingkat PjPHP adalah Pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa.
27. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya
disingkat PPHP adalah Tim yang bertugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa.
28. Rencana Umum Pengadaan Barang /Jasa yang
selanjutnya disingkat RUP adalah daftar rencana

PARAF KOORDINASI Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan oleh


Perangkat Daerah.
Plt. Direktur 29. Pembelian secara elektronik yang selanjutnya
disebut E-purchasing adalah tata cara pembelian
Kepala BPKAD
barang/jasa melalui sistem elektronik.
Kabag
Perekonomian
30. Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau pelaku usaha
dan SDA yang melaksanakan sebagian atau keseluruhan
Kabag Hukum pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberikan
kepercayaan oleh Perangkat Daerah sebagai pemberi
pekerjaan.
31. Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang
selanjutnya disingkat APIP adalah aparat yang
-7-

melakukan pengawasan melalui audit, review,


pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan
lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
pemerintah.
32. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
33. Staf Medis adalah Dokter, Dokter Gigi, Dokter
Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis yang bekerja
purna waktu maupun paruh waktu di Unit
Pelayanan RSUD.
34. Unit Pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan
upaya kesehatan, yaitu rawat jalan, rawat inap,
gawat darurat, rawat intensif, kamar operasi, kamar
bersalin, radiologi, laboratorium, rehabilitasi medis
dan lain-lain.
35. Dokter Tamu adalah Dokter umum atau dokter
spesialis yang memberikan pelayanan medis di
RSUD Sekadau berdasarkan surat perjanjian
kerjasama sesuai dengan kewenangannya (clinical
privilege) di Rumah Sakit.
36. Satuan Pemeriksaan Internal yang selanjutnya
disingkat SPI adalah perangkat RSUD yang bertugas
melakukan pengawasan dan pengendalian internal
dalam rangka membantu pimpinan RSUD untuk
meningkatkan kinerja pelayanan dan keuangan.
37. Komite Medik adalah perangkat RSUD untuk
menerapkan tata kelola klinik (clininal governance)
agar Staf Medis di RSUD terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme Kredensial, penjagaan mutu
PARAF KOORDINASI profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin
profesi medis.
Plt. Direktur
38. Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural
rumah sakit yang mempunyai fungsi utama
Kepala BPKAD
mempertahankan dan meningkatkan
Kabag
Perekonomian profesionalisme tenaga keperawatan melalui
dan SDA
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan
Kabag Hukum pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
39. Komite Tenaga Kesehatan Lainnya adalah wadah
non-struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi
-8-

utama meningkatkan profesionalisme


tenaga kesehatan lainnya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
40. Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang
mewakili hubungan komunikasi antara para
staff  medis dengan farmasi sehingga anggotanya
terdiri dari para dokter yang mewakili spesialisasi –
spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker
wakil dari farmasi rumah sakit,  serta tenaga
kesehatan lainnya.

41. Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


adalah salah satu organisasi yang dibentuk untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
42. Kewenangan Klinik adalah hak khusus seorang Staf
Medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis tertentu dalam RSUD untuk suatu periode
tertentu yang dilaksanakan berdasarkan Penugasan
Klinik.
43. Penugasan Klinik adalah penugasan direktur kepada
seorang Staf Medis untuk melakukan sekelompok
pelayanan medis di RSUD.
44. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap Staf
Medis untuk menentukan kelayakan diberikan
PARAF KOORDINASI
Kewenangan Klinik.
Plt. Direktur 45. Pembina adalah Pembina Teknis BLUD Satuan kerja
Perangkat Daerah yang dilakukan oleh Bupati
Kepala BPKAD melalui Sekretaris Daerah dan Pembina Keuangan
Kabag BLUD yang dilakukan BLUD yang dilakukan oleh
Perekonomian
dan SDA Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Sekadau.
Kabag Hukum
46. Pejabat Keuangan adalah Pejabat Penatausahaan
Keuangan, Bendahara penerimaan, Bendahara
-9-

Pengeluaran, Bendahara BLUD dan Pembantu


Bendahara RSUD.
47. Unit Kerja adalah tempat Staf Medis dan profesi
kesehatan lain yang menjalankan profesinya, dapat
berbentuk instalasi, unit dan lain-lain.
48. Pegawai RSUD adalah pegawai yang berstatus
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai yang berstatus non
Pegawai negeri Sipil yang bekerja di RSUD.
49. Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok
orang yang bertugas melaksanakan administrasi
perkantoran guna menunjang pelaksanaan tugas-
tugas pelayanan.

50. Dokter Mitra adalah Dokter yang direkrut oleh RSUD


karena keahliannya, berkedudukan setingkat dengan
RSUD, bertanggung jawab secara mandiri dan
bertanggung jawab secara proporsional sesuai
kesepakatan atau ketentuan di RSUD.
51. Staf Medis Fungsional atau selanjutnya disingkat
SMF adalah kelompok dokter yang mandiri dan
memiliki kebebasan profesi dalam mengambil
keputusan klinis, berdasarkan standar profesi,
standar kompetensi dan standar pelayanan.
52. Standar Pelayanan Minimal adalah Spesifikasi teknis
tentang tolak ukur layanan minimal yang diberikan
oleh RSUD kepada masyarakat.
53. Remunerasi adalah imbalan kerja yang dapat berupa
PARAF KOORDINASI
gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus

Plt. Direktur prestasi, dan atau imbalan lain yang sah kepada
Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola dan Pegawai
Kepala BPKAD RSUD.
Kabag 54. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
Perekonomian
dan SDA selanjutnya disingkat APBN adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sebagai salah satu
Kabag Hukum
sumber pendapatan RSUD Sekadau.
55. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau
dan atau Provinsi Kalimantan Barat.
56. Tarif adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang
diberikan oleh RSUD termasuk imbal hasil yang
-10-

wajar dari investasi dana, dapat bertujuan untuk


menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit
layanan.
57. Nilai omset adalah jumlah seluruh pendapatan
operasional yang diterima oleh RSUD yang berasal
dari barang dan/jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat, hasil kerja RSUD dengan pihak lain dan
atau hasil usaha lainnya.

58. Nilai Aset adalah jumlah aktiva yang tercantum


dalam neraca RSUD pada akhir tahun dan
merupakan bagian dari aset pemerintah daerah yang
tidak terpisahkan.
59. Rekening Kas RSUD adalah rekening tempat
penyimpanan uang RSUD yang dibuka oleh
pemimpin BLUD RSUD pada bank umum untuk
menampung seluruh penerimaan pendapatan dan
pembayaran pengeluaran RSUD.
60. Tenaga Profesional lainnya adalah Tenaga Ahli dalam
menjalankan tugasnya dalam suatu profesi tertentu
seperti ahli akuntansi, tenaga Information dan
Teknologi (IT).
PARAF KOORDINASI
BAB II
Plt. Direktur RUANG LINGKUP
Pasal 2
Kepala BPKAD
Ruang lingkup Peraturan Bupati ini adalah :
Kabag
Perekonomian
(1) Peraturan Bupati ini mengatur mengenai Tata
dan SDA Kelola Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kabag Hukum Sekadau (Hospital By Laws) yang terdiri dari :
a. Pola Tata Kelola Manajerial (Managerial Bylaws),
b. Tata Kelola Staf Medis (Medical Staf By Laws)
dan
c. Tata Kelola Staf Keperawatan (Nursing staf By
Laws).
(2) Tata Kelola (Hospital By Laws) RSUD Sekadau
sebagaimana dimaksud pada huruf a, merupakan
peraturan internal, yang didalamnya memuat:
a. struktur organisasi;
-11-

b. prosedur kerja;
c. pengelompokan fungsi yang logis;
d. pengelolaan sumber daya manusia;
e. pengelolaan sumber daya lain;
f. pengelolaan lingkungan Rumah Sakit;
g. pembinaan dan pengawasan; dan
h. evaluasi dan penilaian kinerja.

Pasal 3
-12-

(1) Struktur Organisasi sebagaimana dimaksud dalam


ayat 2 huruf a, menggambarkan posisi jabatan,
pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab,
kewenangan dan hak dalam organisasi sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
huruf b, menggambarkan hubungan dan mekanisme
kerja antar posisi jabatan dan fungsi dalam
PARAF KOORDINASI organisasi.
(3) Pengelompokan fungsi yang logis sebagaimana
Plt. Direktur
dimaksud dalam ayat 2 huruf c, menggambarkan
pembagian yang jelas dan rasional antara fungsi
Kepala BPKAD
pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai
Kabag
Perekonomian dengan prinsip pengendalian intern dalam rangka
dan SDA
efektifitas pencapaian tujuan organisasi.
Kabag Hukum (4) Pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 huruf d, merupakan
pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai
sumber daya manusia yang berorientasi pada
pemenuhan secara kuantitatif dan kualitatif untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi secara
efisien, efektif, dan produktif.
(5) Pengelolaan sumber daya lain sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 huruf e, merupakan
pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai asset
berupa tanah dan bangunan.
(6) Pengelolaan lingkungan rumah sakit sebagaimana
dimaksud dalam 2 huruf f, merupakan pengaturan
dan kebijakan yang jelas mengenai pengelolaan
lingkungan fisik, kimia, biologi yang mendukung
keselamatan pasien.
(7) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 huruf g, merupakan pengaturan dan
kebijakan yang jelas mengenai pelaku, kriteria,
tugas dan fungsi serta mekanisme pembinaan dan
pengawasan.

(8) Evaluasi dan penilaian kinerja sebagaimana


dimaksud dalam pasal 2 huruf h, merupakan
pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai
-13-

Pasal 4
Maksud dan Tujuan
(1) Penyusunan Tata Kelola BLUD RSUD Kabupaten
Sekadau dimaksudkan agar dapat meningkatkan
mutu pelayanan di RSUD Kabupaten Sekadau dan
memberikan panduan mengenai hak dan kewajiban

PARAF KOORDINASI
bagi kalangan profesional, meliputi tenaga medis
dan non medis.
Plt. Direktur (2) Pedoman Pola Tata Kelola BLUD RSUD Kabupaten
Sekadau bertujuan untuk :
Kepala BPKAD
a. tercapainya kerjasama yang baik antara
Kabag
Pemerintah Daerah, Pejabat Pengelola, tenaga
Perekonomian
dan SDA medis dan non medis; dan
Kabag Hukum b. meningkatkan profesionalisme dengan tanggung
jawab terhadap mutu layanan RSUD.

BAB III
IDENTITAS
Bagian Kesatu
Identitas Rumah Sakit
Pasal 5
Identitas dari RSUD adalah:
(1) Nama Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum
Daerah Sekadau;
(2) Jenis Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum;
(3) Kelas Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum
Kelas C; dan
(4) Alamat Rumah Sakit adalah : Jalan Merdeka
Timur Km.06 Desa Mungguk Kecamatan Sekadau
Hilir, Kabupaten Sekadau, Propinsi Kalimantan
Barat.

Bagian Kedua
Motto,Visi,Misi, Nilai dan Filosofi
Pasal 6
-14-

(1) Motto RSUD adalah "KESEMBUHAN ANDA ADALAH


KEPUASAN KAMI".
(2) Visi RSUD adalah menjadi Rumah Sakit pilihan
dengan menyediakan pelayanan kesehatan terbaik,
aman, bermutu tinggi dan inovatif.
(3) Misi RSUD adalah :
a. pelayanan prima dengan komitmen;
PARAF KOORDINASI
b. kerjasama tim dan keterlibatan dari pihak terkait;

Plt. Direktur c. peningkatan kompetensi indvidu yang


berkesinambungan;dan
Kepala BPKAD d. pelayanan berdasarkan pada ilmu dan teknologi

Kabag kedokteran terkini.


Perekonomian
dan SDA
(4) Nilai-nilai RSUD adalah Pegawai RSUD Senantiasa
bekerja dengan menjunjung dengan menjunjung
Kabag Hukum
tinggi nilai kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan,
dan semangat kebersamaan.
(5) Filosofi RSUD adalah :
a. Rumah Sakit adalah wahana bekerja dan
beribadah;dan
b. pasien adalah orang penting yang harus dilayani
dengan tulus, sabar, dan ramah.

Bagian Ketiga
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Pasal 7
(1) RSUD berkedudukan sebagai Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah yang merupakan unsur
pendukung tugas Bupati di bidang pelayanan
kesehatan yang dipimpin oleh seorang Direktur dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.

(2) RSUD mempunyai tugas pokok menyelenggarakan


pelayanan Kesehatan dengan upaya penyembuhan,
pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan
rujukan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan serta pengabdian
-15-

masyarakat.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana
PARAF KOORDINASI
dimaksud pada ayat (2) RSUD mempunyai fungsi :

Plt. Direktur a. perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan


kesehatan;
Kepala BPKAD b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan
Kabag pemerintah daerah dibidang pelayanan kesehatan;dan
Perekonomian
dan SDA c. pelaksanaan, dan pembinaan, tugas dibidang
pelayanan.
Kabag Hukum

BAB IV
POLA TATA KELOLA MANAJERIAL
Bagian Kesatu
Tata Kelola Manajerial
Pasal 8
Pola Tata Kelola Manajerial (Manageral by laws) adalah
peraturan internal rumah sakit yang mengatur tentang
hubungan antara Pemerintah Daerah sebagai pemilik
dengan Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola dan Staf
Medis RSUD beserta fungsi, tugas, tanggung jawab,
kewajiban, kewenangan dan haknya masing-masing.

Bagian Kedua
Pemilik
Pasal 9
(1) Pemilik RSUD adalah Pemerintah Daerah dalam hal
ini diwakili oleh Bupati.
(2) Bupati bertanggungjawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum
kesehatan yang didelegasikan kepada Rumah Sakit
terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan.

(3) Bupati selaku pemilik memiliki kewenangan :


a. mengangkat dan memberhentikan Direktur;
b. menetapkan peraturan tentang Tata Kelola,
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit
dan mengawasi mutu pelayanan;
c. mengangkat dan memberhentikan Pejabat
Pengelola dan Dewan Pengawas;
-16-

d. menyetujui Rencana strategis RSUD; dan


e. menyetujui visi dan misi RSUD.
PARAF KOORDINASI
Bagian Ketiga
Plt. Direktur Direktur
Pasal 10
Kepala BPKAD
(1) Direktur bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Kabag
Perekonomian
Sekretaris Daerah terhadap operasional dan keuangan
dan SDA RSUD secara umum dan keseluruhan.
Kabag Hukum (2) Syarat untuk dapat diangkat menjadi Direktur adalah :
a. dokter atau dokter gigi yang memenuhi kriteria
keahlian, integritas, kepempinan dan pengalamam
dibidang perumahsakitan;
b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk
mengembangkan usaha guna kemandirian BLUD
RSUD;
c. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak
pernah menjadi pemimpin perusahaan yang
dinyatakan pailit;
d. berstatus pegawai negeri sipil;
e. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan
untuk menjalankan praktek bisnis yang sehat di
BLUD RSUD; dan
f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian.

Pasal 11
(1) Selain melaksanakan tugas pokok dan kewajiban
menurut peraturan perundang-undangan, direktur
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. menetapkan program kerja bidang pelayanan
kesehatan meliputi bidang ketatausahaan.

b. mempelajari dan menelaah peraturan perundang-


PARAF KOORDINASI
undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan
Plt. Direktur petunjuk teknis mengenai ketatausahaan,
keuangan, pelayanan dan penunjang guna pedoman
Kepala BPKAD
pelaksanaan tugas.
Kabag c. membina dan mengarahkan kebijakan bidang
Perekonomian
dan SDA pelayanan kesehatan, rujukan kepada bawahan
Kabag Hukum sesuai tupoksinya agar tugas dapat di selesaikan
dengan cepat dan benar.
-17-

d. melaksanakan koordinasi dengan instasi terkait


guna sikronisasi dan kelancaran pelaksanaan
tugas;
e. menetapkan dan merumuskan kebijakan teknis
bidang pelayanan kesehatan rujukan meliputi
ketatausahaan keuangan, pelayanan dan
penunjang;
f. melakukan pembinaan dan fasilitasi bidang
pelayanan kesehatan rujukan meliputi
ketatatusahaan keuangan, pelayanan dan
penunjang;
g. mengarahkan, mengendalikan dan memonitor
pelaksanaan kegiatan akreditas dan izin operasional
RSUD;
h. menyusun Rencana Kerja Anggaran Tahunan serta
menetapkan Standar Prosedur Operasional;
i. memberikan penilaian pelaksanaan tugas bawahan;
dan
j. melaksanakan tugas kedinasa lain yang diberikan
oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
RSUD.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Direktur dibantu oleh Kepala
Bagian,Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala
Seksi, Komite-komite yang ada di Rumah Sakit,
Satuan pengawas Internal (SPI) dan Instalasi/Unit.
(3) Direktur dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab umum
operasional dan keuangan BLUD.

BAB V
POLA TATA KELOLA STAF MEDIK
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 12
-18-

(1) Tujuan disusunnya Peraturan Internal Staf Medis


adalah komite Medik dapat menyelenggarakan tata
kelola klinis yang baik melalui mekanisme
kredensial, peningkatan mutu profesi, dan
penengakan disiplin profesi.
(2) Tujuan pengorganisasian staf medis :
a. agar semua pasien menerima pelayanan medik
yang terbaik;
b. agar masalah medico administratif diselesaikan
bersama dengan pihak manajemen;
c. mengupayakan dan mempertahankan
PARAF KOORDINASI
kemandirian klinis;
Plt. Direktur d. melaksanakan kegiatan pendidikan dan
mempertahankan standar pendidikan;
Kepala BPKAD

Kabag Bagian Kedua


Perekonomian
dan SDA Staf Medis Fungsional

Kabag Hukum Paragraf 1


keanggotaan
Pasal 13
(1) Staf medis fungsional (SMF) RSUD terdiri dari :
a. dokter umum;
b. dokter spesialis dan sub spesialis
c. dokter gigi;dan
d. dokter gigi spesialis.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian staf medis
fungsional yang berasal dari PNS mengacu kepada
peraturan perundang-undangan dibidang
kepegawaian.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian staf medis
fungsional yang berasal dari Non PNS di atur dalam
peraturan Bupati tersendiri.

(4) Hak staf medis fungsional sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang
menjalankan tugas sesuai dengan standar ptofesi
dan standar prosedur opersional;
b. memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional;
-19-

c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari


pasien;dan
PARAF KOORDINASI
(5) menerima imbalan jasa sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
Plt. Direktur
(6) Kewajiban staf medis fungsional sebagaimana
Kepala BPKAD dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

Kabag a. merujuk kedokter lain bila tidak mampu;


Perekonomian b. merahasiakan informasi pasien, meskipun pasien
dan SDA
sudah meninggal;
Kabag Hukum
c. melakukan pertolongan darurat kecuali bila yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu;dan
d. menambah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) dan mengikuti perkembangan.

Paragraf 2
Kategori Staf Medis Fungsional
Pasal 14
(1) Keanggotaan Staf Medis Fungsional dikatagorikan
menjadi :
a. dokter tetap/dokter organik
b. dokter tamu;dan
c. dokter konsultan
(2) Untuk dapat bergabung dengan RSUD sebagai Staf
Medis, dokter atau dokter gigi harus memiliki:
a. Kompetensi yang dibutuhkan;
b. Surat tanda registrasi;
c. Surat ijin praktik;
d. Sehat jasmani dan rohani yang layak untuk
melaksankan tugas dan tanggungjawab;dan
e. Memiliki perilaku dan moral yang baik.

Bagian Ketiga
Kewenangan Klinis
(clinical privilege)
Pasal 15
-20-

(1) Setiap dokter/dokter gigi/dokter spesialis yang


diterima sebagai Staf Medis RSUD diberikan
Kewenangan Klinik (clinical privilege) oleh Direktur
setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite
Medis atas masukan dari Subkomite Kredensial
yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
PARAF KOORDINASI (clinical apporitment) .
(2) Penentuan Kewenangan Klinik didasarkan atas
Plt. Direktur
jenis ijasah sertifikat, kompetensi dan pengalaman
Kepala BPKAD dari staf medis yang bersangkutan.
(3) Dalam hal terdapat kesulitan menentukan
Kabag
Perekonomian Kewenangan Klinik, Komite Medis dapat meminta
dan SDA
informasi dan/atau pendapat dari kolegium terkait.
Kabag Hukum
(4) Kewenangan Klinik sementara dapat diberikan
kepada dokter/dokter gigi/dokter tamu/dokter
spesialis atau dokter/dokter gigi/dokter spesialis
pengganti dengan memperhatikan masukan dari
Komite Medis.

Paragraf 1
Proses Kewenangan Klinis
Pasal 16

Kriteria yang harus dipertimbangan dalam memberikan


rekomendasi kewenangan klinis:
a. Pendidikan ,lulus dari sekolah kedokteran yang
terakreditas dan menyelesaikan program pendidikan
kedokteran;
b. Perizinan (lisensi), memiliki surat tanda regestrasi
(STR) yang sesuai dengan bidang profesi serta
memiliki izin praktek dari dinas terkait.
c. Kegiatan penjagaan mutu profesi, menjadi anggota
organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi
anggotanya dan berpartisipasi aktif dalam proses
evaluasi mutu klinis.

d. Kualifikasi personal, riwayat displin dan etik


profesi,keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang
di akui,keadaan sehat jasmani dan mental,tidak
termasuk dan tidak terlibat penggunaan obat
terlarang yang dapat mempengaruhi kualitas
-21-

pelayanan terhadap pasien;


e. Pengalaman di bidang keprofesian, riwayat tempat
pelaksanaan praktik profesi serta riwayat tuntutan
medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan
profesi.

Paragraf 2
PARAF KOORDINASI
Pembatasan Kewenangan Klinis
Plt. Direktur Pasal 17

(1) Komite medik bila memandang perlu dapat memberi


Kepala BPKAD
rekomendasi kepada direktur agar kewenangan klinis
Kabag
Perekonomian anggota SMF di batasi berdasarkan atas keputusan
dan SDA
dari Sub Komite kredensial.
Kabag Hukum (2) Pembatasan kewenangan klinis ini dapat
dipertimbangan apabila anggota SMF tersebut dalam
pelaksanaan tugasnya di RSUD dianggap tidak sesuai
denan pelaksanaan tugasnya di RSUD dianggap tidak
sesuai dengan standar operasional (SPO) yang
berlaku,dapat dipandang dari sudut kinerja
klinik,sudut etik dan displin profesi medis dan dari
sudut hukum.
(3) Sub komite kredensial membuat rekomendasi
pembatasan kewenangan klinis anggota SMF setelah
terlebih dahulu:
a. Ketua SMF mengajukan surat untuk
mempertimbangkan pencabutan kewenang klinis
dari anggota SMF yang bersangkutan;
b. Komite medic meneruskan permohonan tersebut
kepada sub komite kredensial untuk meneliti
kinerja klinis,etika dan displin profesi medis
anggota SMF yang bersangkutan;
c. Sub komite kredensial berhak memanggil anggota
SMF yang bersangkutan untuk memberikan
penjelasan dan membela diri setelah diberi
kesempatan untuk untuk membaca dan
mempelajari bukti- bukti tertulis tentang
pelanggaran/penyimpangan yang telah dilakukan;
dan
d. Sub komite kredensial dapat meminta pendapat
-22-

dari pihak yang terkait.

Paragraf 3
Pencabutan Kewenangan Klinis
Pasal 18

(1) Pencabutan Kewenangan klinis dilaksanakan oleh


direktur atas rekomendasi Komite Medik yang
PARAF KOORDINASI
berdasarkan usulan dari sub komite etika dan displin
profesi dan sub Komite Kredensial.
Plt. Direktur
(2) Pencabutan kewenangan klinis dilaksanakan apabila :
Kepala BPKAD a. Adanya gangguan kesehatan (fisik dan mental);

Kabag
b. Adanya kecelakan medis yang diduga karena
Perekonomian inkompetensi;dan
dan SDA
c. Mendapatkan tindakan displin dari komite Medik.
Kabag Hukum

Paragraf 4
Pengakhiran Kewenangan Klinis
Pasal 19

(1) Pengakhiran Kewenangan klinis dilaksanakan oleh


direktur atas rekomendasi komite medik yang
berdasarkan usulan dari sub komite etika dan
displin profesi dan sub komite kredensial.
(2) Pengakhiran Kewenangan klinis dilaksankan apabila
Surat Penugasan klinis (SPK):
a. Habis masa berlakunya;
b. dicabut sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 18.

Paragraf 5
Penugas Klinis
(Clinical Appointment)
-23-

Pasal 20

(1) Setiap Staf medik yang melakukan asuhan medis


harus memiliki Surat Penugasan Klinis (SPK) dari
Direktur berdasarkan rincian kewenangan klinis
setiap staf Medik yang direkomdasikan Komite Medik.
(2) Tanpa Surat Penugasan klinis (SPK), maka seorang
staf medik tidal dapat menjadi anggota kelompok staf
medik,sehingga tidak boleh melakukan pelayanan
medis di RSUD.

PARAF KOORDINASI BAB VI


TATA KELOLA STAF KEPERAWATAN
Plt. Direktur
Bagian Kesatu
Maksud dan tujuan
Kepala BPKAD
Pasal 21
Kabag
Perekonomian (1) Maksud penyusunan peraturan internal staf
dan SDA
keperawatan ini agar Komite Keperawatan dapat
Kabag Hukum
menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (good
clinical governance) melalui mekanisme Kredensial,
peningkatan mutu profesi, dan penegakan disiplin
profesi.
(2) Tujuan penyusunan peraturan internal staf
keperawatan agar staf keperawatan Rumah Sakit
terorganisir secara baik, dan memiliki peran, tugas
serta kewenangan yang jelas.
(3) Pembentukan Kelompok Keperawatan berdasarkan
Spesialisasi, Unit Kerja atau Ruang Perawatan.

Bagian Kedua
Pengorganisasian Staf Keperawatan
Pasal 22

(1) Pengorganisasian staf keperawatan di Rumah Sakit


dilakukan dengan pembentukan Kelompok
Keperawatan berdasarkan Spesialisasi, Unit Kerja
atau Ruang Perawatan.

(2) Kelompok Keperawatan dibentuk dan ditetapkan


-24-

oleh Direktur.
(3) Kelompok Keperawatan berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Bidang
Keperawatan dan Kebidanan .
(4) Kelompok Keperawatan merupakan kelompok yang
mengkoordinasikan pelayanan profesi keperawatan
dan kebidanan.

Pasal 23

Tujuan pengorganisasian staf keperawatan adalah agar


staf keperawatan di rumah sakit dapat fokus terhadap
kebutuhan pasien, sehingga menghasilkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas, efisien dan
PARAF KOORDINASI
bertanggungjawab.
Plt. Direktur

Pasal 24
Kepala BPKAD

Kabag
(1) Kelompok Keperawatan Rumah Sakit terdiri dari:
Perekonomian a. Kelompok Keperawatan Anak;
dan SDA
b. Kelompok Keperawatan Kebidanan;
Kabag Hukum
c. Kelompok Keperawatan Perinatologi;
d. Kelompok Keperawatan Bedah;
e. Kelompok Keperawatan Gawat Darurat;
f. Kelompok Keperawatan Penyakit Dalam;
g. Kelompok Keperawatan Intensif Care Unit (ICU);
dan
h. Kelompok Keperawatan Isolasi.
(2) Kelompok Keperawatan Anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, merupakan kelompok perawat
spesialis di bidang anak.
(3) Kelompok Keperawatan Kebidanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan
kelompok perawat di bidang Kebidanan.
(4) Kelompok Keperawatan Perinatologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan
kelompok perawat di bidang Perinatologi.
(5) Kelompok Keperawatan Bedah Sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan
Kelompok perawat di bidang bedah;
(6) Kelompok Keperawatan Gawat Darurat Sebagaimana
-25-

dimaksud ayat (1) huruf e, merupakan kelompok


perawat di bidang penyakit dalam;
(7) Kelompok Keperawatan Penyakit Dalam Sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf f, merupakan kelompok
perawat di bidang penyakit dalam;
(8) Kelompok Keperawatan Intensif Care Unit (ICU)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g,
merupakan kelompok perawat di bidang Intensif care
Unit (ICU).
(9) Kelompok Keperawatan Isolasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h, merupakan
kelompok perawat di bidang Isolasi.

Bagian Ketiga
Keanggotaan Kelompok Keperawatan
PARAF KOORDINASI
Pasal 25
Plt. Direktur
(1) Seluruh staf keperawatan baik yang berstatus PNS
atau Non PNS wajib menjadi Anggota Kelompok
Kepala BPKAD
Keperawatan.
Kabag
Perekonomian (2) Setiap Kelompok Keperawatan beranggotakan paling
dan SDA
sedikit 5 (lima) orang staf keperawatan.
Kabag Hukum (3) dalam hal staf keperawatan dengan spesialisasi yang
sama kurang dari 5 (lima) orang atau belum
ditetapkan sebagai Kelompok Keperawatan tertentu,
maka staf keperawatan yang besangkutan masuk
dalam Kelompok Keperawatan yang ada di Rumah
Sakit.
(4) Penempatan staf keperawatan kedalam Kelompok
Keperawatan ditetapkan dengan Keputusan
Direktur.

Pasal 26

(1) Setiap Kelompok Keperawatan dipimpin oleh seorang


ketua yang ditetapkan oleh Direktur dengan
mempertimbangkan sikap profesional, reputasi, dan
perilaku.

(2) Persyaratan untuk dapat menjadi Ketua Kelompok


-26-

Keperawatan adalah sebagai berikut :


a. berpendidikan minimal Ahli Madya
Keperawatan/Kebidanan;
b. memiliki sertifikat kursus/pelatihan manajamen
keperawatan;
c. memiliki pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga)
sampai dengan 5 (lima) tahun;
d. memiliki kemampuan kepemimpinan, berwibawa
dan sehat.
(3) Dalam menentukan Ketua Kelompok Keperawatan,
Direktur dapat meminta pendapat dari Bidang
Keperawatan dan Komite Keperawatan.
(4) Penetapan sebagai Ketua Kelompok Keperawatan
dengan Keputusan Direktur untuk masa bhakti
selama 3 (tiga) tahun dapat diangkat kembali untuk

PARAF KOORDINASI periode berikutnya berdasarkan pertimbangan


kinerja.
Plt. Direktur (5) Apabila Ketua Kelompok Keperawatan diangkat
menjadi Ketua Komite Keperawatan maka Direktur
Kepala BPKAD
menetapkan Ketua Kelompok Keperawatan yang
Kabag
baru sebagai penggantinya.
Perekonomian
dan SDA (6) Tata cara pengangkatan Ketua Kelompok
Kabag Hukum Keperawatan ditetapkan oleh Direktur.

Bagian Keempat
Tugas dan wewenang Ketua Kelompok Keperawatan
Pasal 27

(1) Ketua Kelompok Keperawatan mempunyai tugas


pokok mengawasi dan mengendalikan kegiatan
pelayanan keperawatan di ruang rawat yang berada
diwilayah tanggung jawabnya.
(2) Rincian tugas Ketua Kelompok Keperawatan adalah
sebagai berikut:
a. melaksanakan fungsi perencanaan;
b. melaksanakan fungsi penggerakan dan
c. pelaksanaan;
d. melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian
dan penilaian.

(3) Ketua Kelompok Keperawatan berwenang:


-27-

a. memberikan masukan kepada kabid Keperawatan


dan Kebidanan melalui kepala bidang keperawatan
serta Ketua Komite Keperawatan dalam hal yang
terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi
dalam pelayanan keperawatan serta temuan terapi
baru yang berhubungan dengan praktik
keperawatan;
PARAF KOORDINASI b. mengkoordiasikan anggota kelompok keperawatan
agar pelayanan keperawatan berjalan secara
Plt. Direktur
optimal dan sesuai ketentuan yang berlaku;

Kepala BPKAD (4) Untuk mendukung kelancaran tugas Ketua Kelompok


Keperawatan, dapat ditunjuk Kabid Keperawatan dan
Kabag
Perekonomian Kebidanan sebagai sekretaris dengan keputusan
dan SDA
Direktur.
Kabag Hukum

Pasal 28

(1) Dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan


kegiatan pelayanan keperawatan diseluruh unit
keperawatan pada sore, malam dan hari libur
ditetapkan seorang pengawas perawatan (supervisor)
oleh Direktur dengan mempertimbangkan sikap
professional, reputasi dan perilaku.
(2) Persyaratan sebagai pengawas perawatan
(supervisor) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagai berikut:
a. berpendidikan minimal DIII keperawatan/
kebidanan.
b. pengalaman sebagai pelaksana keperawatan 8-10
tahun.
c. memiliki kemampuan kepemimpinan, berwibawa
dan sehat
(3) Dalam menentukan pengawas perawatan, Direktur
dapat meminta pendapat dari Bidang Keperawatan
dan Komite Keperawatan.
(4) Penetapan sebagai pengawas perawatan dengan surat
keputusan Direktur untuk masa bakti selama 3 (tiga)
tahun dapat diangkat kembali untuk periode
berikutnya berdasarkan pertimbangan kinerja.
(5) Apabila pengawas perawatan diangkat menjadi Ketua
Komite Keperawatan maka Direktur menetapkan
-28-

pengawas perawatan yang baru sebagai


penggantinya.
(6) Tata cara pengangkatan pengawas perawatan
ditetapkan oleh Direktur.

Bagian Kelima
Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Kelompok Keperawatan
Pasal 29
-29-

(1) Pengangkatan kembali staf keperawatan sebagai


Anggota Kelompok Keperawatan diberlakukan bagi
staf keperawatan yang selesai menjalani
pemberhentian sementara.
(2) Staf keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus menyampaikan:
(a) surat permohonan dari yang bersangkutan atau
rekomendasi tertulis dariKetua Kelompok

PARAF KOORDINASI Keperawatan terkait;


(b) foto copi Surat Tanda Registrasi dari Majelis
Plt. Direktur Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI);
(c) foto copi Surat Ijin Praktek;
Kepala BPKAD
(d) surat keterangan sehat;
Kabag
Perekonomian
(e) surat pernyataan sanggup mematuhi dan
dan SDA melaksanakan etika profesi;
Kabag Hukum (f) surat pernyataan sanggup mematuhi segala
peraturan yang berlaku di lingkungan Rumah
Sakit.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Kelompok
Keperawatan ditetapkan dengan Keputusan Direktur
dengan mempertimbangkan rekomendasi bidang
keperawatan dan Komite Keperawatan.
(4) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Anggota
Kelompok Keperawatan ditetapkan oleh Direktur.
(5) Apabila diperlukan dapat meminta kajian dan
rekomendasi dari Komite Keperawatan untuk
pengangkatan kembali anggota Kelompok
Keperawatan.

(6) Direktur dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja harus


mengeluarkan keputusan persetujuan atau
penolakan.

Bagian Keenam
Staf Keperawatan
Paragraf 1
Hak dan Kewajiban
Pasal 30
-30-

(1) Staf keperawatan dalam menjalankan tugas


profesi/praktik keperawatan di Rumah Sakit
bertanggungjawab profesi dan hukum secara mandiri.
(2) Staf keperawatan secara administratif manajerial
bertanggung jawab kepada direkturpelayanan melalui
bidang keperawatan dan secara teknis profesi
bertanggung jawab kepada Komite Keperawatan.
(3) Hak dan kewajiban staf keperawatan sebagai pegawai
dan sebagai tenaga profesi di Rumah Sakit sesuai
PARAF KOORDINASI ketentuan yang berlaku.

Plt. Direktur
Paragraf 2
Kepala BPKAD Tugas Staf Keperawatan

Kabag
Pasal 31
Perekonomian
dan SDA (1) Tugas staf keperawatan :

Kabag Hukum a. melaksanakan kegiatan profesi yang terkait dengan


asuhan keperawatan dan/atau asuhan kebidanan;
b. meningkatkan kemampuan profesinya, melalui
program pendidikan/pelatihan berkelanjutan;
c. menjaga agar kualitas pelayanan sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan serta standar
etika dan disiplin yang sudah ditetapkan
d. menyusun, mengumpulkan, menganalisis dan
membuat laporan pemantauan indikator kinerja.
(2) Fungsi staf keperawatan secara perorangan adalah
sebagai pelaksana pelayanan asuhan keperawatan
dan/atau asuhan kebidanan, pendidikan dan
pelatihan serta penelitian dan pengembangan di
bidang keperawatan.

Paragraf 3
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 32
-31-

(1) Pembinaan dan pengawasan merupakan tindakan


korektif terhadap staf keperawatan yang dilakukan
oleh Direktur berdasarkan rekomendasi Kabid
Keperawatan dan Kebidanan melalui bidang
Keperawatan dan Komite Keperawatan.
(2) Pembinaan dan pengawasan terhadap staf
keperawatan meliputi pembinaan dan pengawasan

PARAF KOORDINASI
kewenangan klinis, kendali mutu, disiplin profesi,
etika profesi, disiplin pegawai dan motivasi kerja.
Plt. Direktur (3) Pembinaan dan pengawasan kewenangan klinis,
mutu profesi, disiplin profesi, etika profesi dilakukan
Kepala BPKAD
oleh Komite Keperawatan.
Kabag
(4) Pembinaan dan pengawasan mutu pelayanan, disiplin
Perekonomian
dan SDA pegawai dan motivasi kerja dilakukan oleh Direktur
Kabag Hukum melalui bidang Keperawatan.

Pasal 33

(1) Pembinaan dan pengawasan terkait kewenangan


klinis dilakukan dengan investigasi.
(2) Rekomendasi hasil investigasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), berupa:
a. pemberian teguran tertulis atau/dan pembatasan
kewenangan klinis, paling lama 3 (tiga) bulan
untuk pelanggaran ringan;
b. pembatasan kewenangan klinis, paling lama 6
(enam) bulan untuk pelanggaran sedang;
c. pembatasan kewenangan klinis, paling lama 1
(satu) tahun untuk pelanggaran berat.
(3) Pembinaan dan pengawasan terkait mutu profesi,
disiplin profesi, etika profesi dilakukan dengan audit
keperawatan, yang diarahkan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh staf keperawatan;
b. meningkatkan etika dan disiplin pelayanan oleh
staf keperawatan;

c. melindungi masyarakat atau pasien atas tindakan


yang dilakukan oleh staf keperawatan.
(4) Tata cara pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan
penjatuhan sanksi terhadap staf keperawatan
-32-

ditetapkan oleh direktur.

Paragraf 4
Mitra Bestari
Pasal

(1) Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok


keperawatan dengan reputasi dan kompetensi profesi
yang baik untuk menelaah segala yang terkait dengan
profesi keperawatan termasuk evaluasi kewenangan
klinis.
(2) Mitra Bestari berasal dari staf keperawatan yang ada
PARAF KOORDINASI di Rumah Sakit.
(3) Selain berasal dari staf keperawatan yang ada di
Plt. Direktur
Rumah Sakit Mitra Bestari dapat berasal dari:

Kepala BPKAD a. Rumah Sakit lain;


b. perhimpunan perawat spesialis;
Kabag
Perekonomian c. kolegium perawat spesialis; dan/atau
dan SDA
d. institusi pendidikan keperawatan.
Kabag Hukum
(4) Mitra Bestari dapat ditunjuk sebagai Panitia Adhoc
untuk membantu Komite Keperawatan melakukan
kredensial, penjagaan mutu profesi, maupun
penegakkan disiplin dan etika profesi di rumah sakit.
(5) Penetapan Mitra Bestari sebagai Panitia Adhoc
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Direktur atas usulan Ketua
Komite Keperawatan.

Bagian Ketujuh
Kewenangan Klinis
Pasal 35

(1) Kewenangan Klinis seorang staf keperawatan


ditetapkan dengan Keputusan Direktur setelah
memperhatikan rekomendasi dari Komite
Keperawatan.
(2) Kewenangan klinis setiap staf keperawatan diajukan
oleh perawat yang bersangkutan sesuai dengan
jenjang pendidikan dan masa kerja.
(3) Kewenangan klinis setiap staf keperawatan dapat
saling berbeda walaupun memiliki spesialisasi yang
-33-

sama.
(4) Tanpa kewenangan klinis (clinical privilege) seorang
staf keperawatan tidak dapat menjadi anggota
Kelompok Keperawatan.
(5) Kewenangan klinis diberikan kepada staf keperawatan
berdasarkan pertimbangan:
PARAF KOORDINASI
a. clinical appraisal (tinjauan atau telaah hasil proses
Plt. Direktur kredensial) berupa surat rekomendasi;
b. standar profesi dari organisasi profesi;
Kepala BPKAD
c. standar pendidikan;
Kabag d. standar kompetensi dari kolegium.
Perekonomian
dan SDA (6) Penetapan jenjang klinis keperawatan diatur didalam

Kabag Hukum kewenangan klinis perawat dan ditetapkan oleh


Keputusan Direktur.

Pasal 36

(1) Rincian kewenangan klinis dan syarat-syarat


kompetensi setiap jenis pelayanan keperawatan yang
disebut buku putih (white paper) ditetapkan oleh
Komite Keperawatan dengan berpedoman pada norma
keprofesian yang ditetapkan oleh kolegium setiap
spesialisasi.
(2) Dalam hal dijumpai kesulitan menentukan
kewenangan klinis dan atau apabila suatu pelayanan
keperawatan dapat dilakukan oleh staf keperawatan
dari jenis spesialisasi yang berbeda maka untuk
pelayanan keperawatan tertentu Komite Keperawatan
dapat meminta informasi atau pendapat dari Mitra
Bestari.
Pasal 37

(1) Kewenangan klinis staf keperawatan terdiri atas:

PARAF KOORDINASI
a. kewenangan klinis umum;
b. kewenangan klinis khusus; dan
Plt. Direktur c. kewenangan klinis istimewa.
(2) Kewenangan klinis umum sebagaimana dimaksud
Kepala BPKAD
pada ayat (1) huruf a, diberikan kepada setiap tenaga
Kabag
keperawatan berdasarkan kompetensi yang dimiliki
Perekonomian
dan SDA dan sesuai jenjang keperawatan klinis yang dimiliki.
Kabag Hukum (3) Kewenangan klinis khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, diberikan kepada setiap tenaga
-34-

keperawatan/ berdasarkan area kerja/penugasan yang


ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
(4) Kewenangan klinis istimewa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, diberikan kepada tenaga.
(5) keperawatan berdasarkan kompetensi tertentu yang
dimiliki oleh tenaga keperawatan dengan
mempertimbangkan resiko pelayanan dan teknologi
yang digunakan.
(6) Setiap tenaga keperawatan dapat memiliki lebih dari 1
(satu) jenis kewenangan klinis sesuai kompetensi dan
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
(7) Kewenangan klinis seorang staf keperawatan dapat
dievaluasi secara berkala untuk ditentukan apakah
kewenangan tersebut dapat dipertahankan, diperluas,
dipersempit atau dicabut oleh Direktur.

Bagian Kedelapan
Penugasan Klinis
Pasal 38

(1) Penugasan klinis diberikan kepada seorang staf


keperawatan setelah melalui proses kredensial dan
rekomendasi Komite Keperawatan.
(2) Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat kewenangan klinis yang diberikan kepada
seorang staf keperawatan dan tempat yang
bersangkutan untuk dapat melaksanakan tugas.
(3) Penugasan klinis ditetapkan dengan Keputusan
Direktur.

Pasal 39
-35-

(1) Penugasan klinis seorang staf keperawatan hanya


dapat ditetapkan apabila:
a. mempunyai Surat Ijin Praktik dan Surat Tanda
Registrasi (STR) sesuai ketentuan perundang-
undangan;
b. memenuhi syarat sebagai staf keperawatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Internal

PARAF KOORDINASI Rumah Sakit ini;


c. bersedia memenuhi segala permintaan rumah sakit
Plt. Direktur yang dianggap wajar sehubungan dengan
pelayanan dan tindakan keperawatan dengan
Kepala BPKAD
mengacu pada standar prosedur operasional (SPO),
Kabag
dan standar administrasi yang berlaku di rumah
Perekonomian
dan SDA sakit; dan
Kabag Hukum d. bersedia mematuhi etika keperawatan yang berlaku
di Indonesia, baik yang berkaitan dengan
kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban
terhadap pasien, teman sejawat dan diri sendiri.
(2) Penugasan klinis berlaku selama 2 (dua) tahun.
(3) Penugasan klinis dapat berakhir sebelum waktunya
dalam hal:
a. ijin praktik yang bersangkutan sudah tidak
berlaku;
b. kondisi fisik atau mental staf keperawatan yang
bersangkutan tidak mampu lagi melakukan
pelayanan keperawatan;
c. staf keperawatan tidak memenuhi kriteria dan
syarat-syarat yang ditetapkan dalam kewenangan
klinis yang dicantumkan dalam penugasan klinis;
d. staf keperawatan telah melakukan tindakan yang
tidak profesional atau perilaku menyimpang
lainnya;
e. staf keperawatan diberhentikan oleh Direktur
karena melakukan pelanggaran disiplin
kepegawaian sesuai peraturan yang berlaku; atau

f. staf keperawatan diberhentikan oleh Direktur


-36-

Bagian Kesembilan
Delegasi Tindakan Medik
Pasal 40

(1) Kewenangan tenaga keperawatan untuk melakukan


tindakan medik yang merupakan delegasi dari tenaga
medis hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki kewenangan klinis tertentu berdasarkan
hasil kredensial SubKomite Kredensial.
(2) Tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat
PARAF KOORDINASI
(1), tetap menjadi tanggung jawab tenaga medis yang
Plt. Direktur memberikan delegasi.
(3) Secara teknis pendelegasian berdasarkan ketentuan
Kepala BPKAD peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kabag
Perekonomian
dan SDA BAB VII
Kabag Hukum SUMBER DAYA MANUSIA BLUD RSUD
Bagian Kesatu
Sumber Daya Manusia
Pasal 41

(1) Sumber Daya Manusia BLUD RSUD terdiri atas :


a. pejabat pengelola; dan
b. pegawai.
(2) Pejabat pengelola dan pegawai yang berasal dari
tenaga profesional lainnya diangkat untuk masa
jabatan paling lama 5 tahun, dan dapat diangkat
kembali untuk 1 kali periode masa jabatan
berikutnya.

Paragraf 1
Pejabat Pengelola
Pasal 42

(1) Pejabat Pengelola BLUD sebagaimana dimaksud


dalam pasal 41 huruf a terdiri atas:
a. Pemimpin BLUD RSUD, dalam hal ini Direktur;

b. Pejabat keuangan;dan
c. Pejabat Teknis.
(2) Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud dalam pasal
41 ayat a bertanggung jawab terhadap kinerja umum
-37-

operasional, pelaksanaan kebijakan,fleksibilitas dan


keuangan BLUD dalam mwmberikan layanan.
(3) Pejabat pengelola dan pegawai BLUD berasal dari:
a. Pegawai negeri sipil;
b. Pegawai pemerintah dengan perjanjian kinerja,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) BLUD dapat mengangkat pejabat pengelola dan
PARAF KOORDINASI pegawai selain sebagaimana di maksud pada ayat (3)
dari propesional lainnya.
Plt. Direktur
(5) Pengangkatan kembali untuk periode masa jabatan
berikutnya paling tinggi berusia 60 tahun.
Kepala BPKAD
(6) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Kabag
Perekonomian sesuai dengan kebutuhan, profesionalitas,
dan SDA
kemampuan keuangan dan berdasarkan prinsif
Kabag Hukum efisiensi, ekonomis dan produkti, ekonomi dan
produkif dalam meningkatkan pelayanan.
(7) Pejabat keuangan dan pejabat teknis
bertanggungjawab kepada pemimpin BLUD RSUD.
(8) Pemimpin BLUD RSUD bertanggungjawab kepada
Bupati. Pejabat pengelola diangkat dan diberhenti
oleh Bupati

Pasal 43

(1) Pemimpin BLUD RSUD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 42 ayat (1) huruf a mempunyai tugas :
a. memimpin, mengarahkan membina, mengawasi,
mengendalikan, mengevaluasi penyelenggaraan
kegiatan BLUD agar lebih efisien dan
produktivitas;
b. merumuskan penetapan kebijakan teknis BLUD
serta kewajiban lainnya sesuai dengan kebijakan
yang telah ditetapkan Bupati;
c. menyusun renstra;
d. menyiapkan RBA; dan

e. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat


teknis kepada Bupati sesuai dengan ketentuan :
1. menetapkan pejabat lainnya sesuai dengan
kebutuhan BLUD selain pejabat yang telah
-38-

ditetapkan dengan peraturan perundang-


undangan; dan
2. mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan
BLUD yang dilakukan pejabat keuangan dan
pejabat teknis, mengendalikan tugas
pengawasan internal, serta menyampaikan
dan mempertanggungjawabkan kinerja
operasional serta keuangan BLUD kepada
Bupati.

Pasal 44

(1) Pemimpin BLUD RSUD bertindak selaku kuasa


pengguna anggaran /kuasa pengguna barang.
(2) Dalam hal pemimpin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berasal dari pegawai negeri sipil, pejabat
PARAF KOORDINASI keuangan yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna
anggaran /kuasa pengguna barang.
Plt. Direktur

Kepala BPKAD Pasal 45

Kabag (1) Pejabat keuangan sebagaimana dimaksud dalam


Perekonomian
dan SDA Pasal 42 ayat (1) huruf b mempunyai tugas :
Kabag Hukum a. merumuskan kebijakan terkait pengelolaan
keuangan;
b. mengkoordinasikan penyusunan RBA;
c. menyiapkan DPA;
d. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
e. menyelenggarakan pengelolaan kas;
f. melakukan pengelolaan utang, piutang;
g. investasi;
h. menyelenggarakan sistem informasi manajemen
keuangan;
i.menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan; dan
j.menyelenggarakan sistem informasi manajemen
keuangan.
(2) Pejabat keuangan dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai
fungsi sebagai penanggungjawab keuangan.
(3) Pejabat keuangan dalam melaksanakan tugas
-39-

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh


bendahara penerima dan bendahara pengeluaran.
(4) Pejabat keuangan, bendahara penerima dan
bendahara pengeluaran harus dijabat oleh Pegawai
Negeri Sipil.

Pasal 46

(1) Pejabat teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42


ayat (1) huruf c mempunyai tugas :
a. menyusun perencanaan kegiatan teknis
operasional dan pelayanan dibidangnnya;
b. melaksanakan kegiatan teknis operasional dan
pelayanan sesuai dengan RBA;
c. memimpin dan mengendalikan kegiatan teknis
PARAF KOORDINASI operasional dan pelayanan dibidangnya;
(2) Pejabat teknis dalam melaksanakan tugas
Plt. Direktur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai
tugas sebagai penanggungjawab kegiatan teknis
Kepala BPKAD
operasional dan pelayanan dibidangnya.
Kabag
Perekonomian (3) Pelaksanaan tugas pejabat teknis sebagaimana
dan SDA
dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan mutu
Kabag Hukum standarisasi administrasi, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan peningkatan sumber daya
lainnya.

Paragraf 2
Pegawai
Pasal 47

(1) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat


(1) huruf b terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;dan
e. tenaga nonkesehatan.

(2) Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


menyelenggarakan kegiatan untuk mendukung
-40-

kinerja BLUD RSUD Sekadau.


(3) Tenaga medis sebagaimana di maksud pada ayat (1)
huruf a Paling sedikit terdiri atas:
a. 9 (Sembilan ) dokter umum untuk pelayanan
medik dasar;

PARAF KOORDINASI b. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medic gigi
mulut;
Plt. Direktur
c. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medic spesialis dasar;
Kepala BPKAD
d. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis
Kabag
Perekonomian pelayanan medic spesialis penunjang; dan
dan SDA e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
Kabag Hukum pelayanan medick spesialis gigi mulut.
(4) Tenaga Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi Rumah Sakit;
b. 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 4 (empat) orang tenaga
teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang
tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik
di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit.
(5) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
dihitung dengan perbandingan 2(dua) perawat untuk
3 (tiga) tempat tidur.
(6) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
(7) Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan
tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf d dan huruf e disesuaikan dengan
-41-

kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

Bagian Kedua
Pengangkatan Pegawai, Disiplin Pegawai, Penghargaan dan Sanksi
Pasal 48

(1) Pegawai BLUD RSUD dapat berasal dari Pegawai


Negeri Sipil atau Non Pegawai Negeri Sipil profesional
sesuai dengan kebutuhan yang dipekerjakan secara
tetap atau berdasarkan kontrak.
PARAF KOORDINASI (2) Pengangkatan pegawai BLUD RSUD yang berasal dari
Pegawai Negeri Sipil disesuaikan dengan peraturan
Plt. Direktur
perundang-undangan.
(3) Pengangkatan pegawai BLUD RSUD yang berasal dari
Kepala BPKAD
Non Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan pada
Kabag
Perekonomian prinsip efisiensi, ekonomis, dan produktif dalam
dan SDA
rangka peningkatan pelayanan.
Kabag Hukum

Pasal 49

(1) Disiplin Pegawai Negeri Sipil selain berdasarkan


peraturan dan perundang-undangan, juga tetap
mengacu pada disiplin pegawai BLUD.
(2) Ketentuan mengenai disiplin bagi pegawai non
pegawai Negeri Sipil diatur Oleh Pemimpin BLUD
RSUD.

Pasal 50

Untuk mendorong motivasi kerja dan produktivitas


BLUD RSUD dapat menerapkan kebijakan tentang
penghargaan bagi pegawai yang mempunyai kinerja baik
dan sanksi bagi pegawai yang tidak memenuhi
ketentuan atau melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB VIII
-42-

ORAGANISASI PENDUKUNG
Pasal 51

Organisasi pendukung pada RSUD Kabupaten Sekadau


terdiri dari :
a. dewan pengawas;
b. satuan pegawas internal;
c. komite medik;
d. komite keperawatan;
e. komite kesehatan lain;
f. komite farmasi dan terapi; dan
PARAF KOORDINASI
g. komite kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Plt. Direktur

Bagian Kesatu
Kepala BPKAD
Dewan Pengawas
Kabag
Perekonomian Pasal 52
dan SDA
(1) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada Pasal
Kabag Hukum
51 huruf a, dapat dibentuk oleh Bupati.
(2) Pembentukan dewan pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh
BLUD yang memiliki realisasi pendapatan menurut
laporan realisasi anggaran 2 (dua) tahun terakhir
atau nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun
terakhir.
(3) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibentuk untuk pengawasan dan pengendalian
internal yang dilakukan oleh pejabat pengelola.
(4) Dewan pengawas untuk BLUD RSUD berjumlah 3
(tiga) orang.
(5) Anggota Dewan Pengawas berjumlah 3 (tiga ) orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk BLUD
yang memiliki :
a. realisasi pendapatan menurut laporan realisasi
anggaran 2 (dua) tahun terakhir sebesar
Rp.30.000.000.000,00 (Tiga Puluh Miliar Rupiah)
sampai dengan Rp 100.000.000.000,00 (seratus
miliar Rupiah); dan /atau

b. nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir


-43-

sebesar Rp. 150.000.000.000,00 (seratus lima


puluh miliar) sampai dengan
Rp.500.000.000.000,00 (Lima ratus miliar
rupiah).

Pasal 53
-44-

(1) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud


dalam pasal 51 ayat (5) terdiri dari unsur:

PARAF KOORDINASI
a. 1 (Satu ) orang pejabat SKPD yang membidangi
Kegiatan BLUD;
Plt. Direktur b. 1 (satu) orang Pejabat SKPD yang membidangi
pengelolaan keuangan daerah;dan
Kepala BPKAD
c. 1 (satu) orang tenanga ahli yang sesuai dengan
Kabag
kegiatan BLUD.
Perekonomian
dan SDA (2) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
Kabag Hukum dapat berasal dari tenaga professional atau
perguruan tinggi yang memahami tugas fungsi,
kegiatan dan layanan BLUD.
(3) Pengangkatan anggota dewan pengawas dilakukan
setelah pejabat pengelola BLUD RSUD kabupaten
Sekadau di angkat.
(4) Untuk dapat diangkat sebagai dewan pengawas yang
bersangkutan harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, jujur, perilaku yang baik , dan
dedikasi;
c. memahami penyelenggaraan pemerintahan
daerah;
d. memiliki pengetahuan yang memadai tugas dan
fungsi BLUD;
e. menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya;
f. berijazah paling rendah S-1 ( strata satu);
g. berusia tidak lebih tinggi dari 60 (enam puluh)
tahun.

h. Tidak pernah menjadi anggota direksi ,dewan


pengawas, atau komisais yang dinyatakan
bersalah menyebabkan badan usaha yang di
pimpin dinyatakan pailit;
i. Tidak sedang menjalankan sanksi pidanan;
j. Tidak sedang menjadi pengurus partai politik,
calon kepala daerah atau calon wakil kepala
daerah , dan/ atau calon Legislatif.
-45-

Pasal 54

(1) Dewan Pengawas memiliki tugas :


a. memantau perkembangan kegiatan BLUD RSUD;
b. menilai kinerja keuangan maupun kinerja non
keuangan BLUD dan memberikan rekomendasi
PARAF KOORDINASI atas hasil penilaian untuk ditindaklanjuti oleh
pejabat pengelola BLUD RSUD;
Plt. Direktur
c. memonitor tindaklanjut hasil evaluasi dan

Kepala BPKAD penilaian kinerja dari hasil laporan audit


pemeriksa eksternal pemerintah;
Kabag
Perekonomian d. memberikan nasehat kepada Pejabat Pengelola
dan SDA
dalam melaksanakan tugas dan
Kabag Hukum
kewajibannya ;dan
e. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati
mengenai RBA yang diusulkan oleh pejabat
pengelola dan permasalahan yang menjadi
kendala dalam pengelolaan BLUD RSUD
kabupaten Sekadau.
(2) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bupati
secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

Pasal 55

(1) Masa Jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan 5


(lima) tahun, dapat diangkat kembali untuk 1 (satu)
kali masa jabatan berikutnya apabila belum berusia
paling tinggi 60 (enam puluh) tahun.

(2) Dalam hal batas usia anggota Dewan Pengawas


PARAF KOORDINASI
sudah berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun,

Plt. Direktur Dewan Pengawas dari unsur tenaga ahli dapat


diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan
Kepala BPKAD berikutnya.
Kabag (3) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan oleh Bupati
Perekonomian
dan SDA karena :
a. meninggal dunia;
Kabag Hukum
b. masa jabatan berakhir; atau
-46-

c. diberhentikan sewaktu-waktu
(4) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c, karena :
a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
b. tidak melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD
RSUD Kabupaten Sekadau.
d. dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
e. mengundurkan diri;dan
f. terlibat dalam tindakan kecurangan yang
mengakibatkan kerugian pada BLUD RSUD,
negara dan/atau daerah.
g. Bupati dapat mengangkat sekretaris dewan
pengawas guna mendukung kelancaran tugas
Dewan Pengawas;
h. sekretaris dewan pengawas bukan merupakan
anggota Dewan Pengawas;
i. segala biaya yang ditimbulkan dalam
pelaksanaan tugas Dewan Pengawas dan
Sekretaris Dewan Pengawas dibebankan pada
BLUD RSUD dan dimuat dalam RBA.

Bagian Kedua
Satuan Pengawas Internal
Pasal 56

(1) Satuan Pengawas Internal sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 51 huruf b adalah kelompok Jabatan
Fungsional yang bertugas melaksanakan

pengawasan dan monitoring terhadap pengelolaan


sumber daya RSUD.
(2) Satuan Pengawas Internal bertanggung jawab
kepada Direktur.
(3) Satuan Pengawas Internal dibentuk dan ditetapkan
dengan keputusan Direktur.

Pasal 57
PARAF KOORDINASI
(1) Satuan Pengawas internal (SPI) sebagaimana
Plt. Direktur

Kepala BPKAD

Kabag
-47-

dimaksud dalam Pasal 56 ayat 1 dapat di bentuk


oleh pimpinan untuk pengawasan dan pengendalian
internal terhadap kinerja pelayanan,keuangan,dan
pengaruh lingkungan sosial dalam
menyelenggarakan praktek bisnis yang sehat.
(2) Satuan pengawas internal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yaitu pengawas internal yang
berkedudukan langsung di bawah pimpinan BLUD
RSUD Kabupaten Sekadau.
(3) Pembentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dengan mempertimbangkan :
a. Keseimbangan antara manfaat dan beban;
b. Kompleksitas manajemen;dan
c. Volume dan/atau jangkauan pelayanan.

Pasal 58

Tugas Satuan Pengawas internal, membantu


manajemen untuk:
a. mengamankan harta kekayaan;
b. menciptakan akurasi sistem informasi keuangan;
c. menciptakan efisiensi dan prokduktivitas; dan
d. mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
dalam penerapan praktek bisnis yang sehat.

Pasal 59

Untuk dapat diangkat sebagai satuan pengawas


internal yang bersangkutan harus memenuhi syarat :
a. sehat jasmani dan rohani;

PARAF KOORDINASI
b. memiliki keahlian, integritas, pengalaman, jujur,

Plt. Direktur perilaku yang baik, dan dedikasi yang tinggi untuk
memajukan dan mengembangkan BLUD;
Kepala BPKAD c. memahami penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
Kabag d. memahami tugas dan fungsi BLUD;
Perekonomian
dan SDA e. memiliki pengalaman teknis pada BLUD;
f. berijazah paling rendah D-3 (Diploma 3);
Kabag Hukum
g. pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun;
-48-

h. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun;


i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan keuangan negara atau
keuangan daerah;
j. tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan
k. mempunyai sifat independen dan objektif.

Bagian Ketiga
Komite Medik
Pasal 60

Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk


menerapkan tata kelola klinis (clinical governance)
agar staf medis (dokter-dokter) di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi medis.

Pasal 61

(1) Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal


51 huruf c dibentuk untuk membantu Direktur
dalam mengawal dan menjamin mutu pelayanan
medis agar sesuai dengan standar.
(2) Komite Medik mempunyai otoritas tertinggi dalam
organisasi staf medis.
(3) Komite Medik berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur.
(4) Komite Medik di pimpin oleh seorang ketua yang
diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.

Paragraf 1
Pengorganisasian
Pasal 62

Susunan Komite Medik terdiri diri dari :


a. ketua;
b. wakil ketua;
c. sekretaris; dan
-49-

d. anggota.

Paragraf 2
Pemilihan Komite Medik
Pasal 63
-50-

(1) Ketua Komite Medis sebagaimana dimaksud pada


Pasal 62 Huruf a dapat dijabat oleh dokter purna
waktu atau dokter paruh waktu yang dipilih secara
PARAF KOORDINASI demokratis oleh Ketua-ketua kelompok staf medis.
(2) Surat Keputusan Pengangkatan Ketua Komite Medis
Plt. Direktur
tergantung posisi Komite Medis didalam struktur

Kepala BPKAD organisasi rumah sakit.


(3) Apabila Komite Medis berada dibawah Direktur
Kabag
Perekonomian Rumah Sakit maka Surat Keputusan
dan SDA
pengangkatan Ketua Komite Medis oleh Direktur
Kabag Hukum
Rumah Sakit.
(4) Apabila Komite Medis sejajar dengan Direktur
rumah sakit, maka surat keputusan
pengangkatan Ketua Komite Medis dilakukan oleh
Pemilik Rumah Sakit .
(5) Wakil Ketua Komite Medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 62 huruf b dapat dijabat oleh dokter
purna waktu atau dokter paruh waktu yang dipilih
secara demokratis oleh Ketua-ketua kelompok staf
medis.
(6) Surat Keputusan Pengangkatan Wakil Ketua
Komite Medis tergantung posisi Komite Medis di
dalam struktur organisasi rumah sakit,
sebagaimana dimaksud dalam Ayat 3 dan Ayat 4.

(7) Wakil Ketua Komite Medis dapat menjadi Ketua Sub


Komite.
(8) Sekretaris Komite medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 62 huruf c dipilih oleh Ketua Komite
Medis.
(9) Sekretaris Komite Medis dijabat oleh seorang dokter
purna waktu.
(10) Rumah sakit dengan jumlah dokter terbatas maka
sekretaris komite medis dapat dipilih dari salah satu
anggota Komite Medis.
PARAF KOORDINASI
(11) Sekretaris Komite Medis dapat menjadi Ketua dari

Plt. Direktur salah satu Sub Komite.


(12) Dalam menjalankan tugasnya, sekretaris Komite
Kepala BPKAD Medis dibantu oleh tenaga administrasi (staf
Kabag sekretariat) purna waktu.
Perekonomian
dan SDA

Kabag Hukum
-51-

Paragraf 3
Tugas dan Fungsi Komite Medik
Pasal 64
(1) Tugas Komite Medik adalah :
a. membantu Direktur rumah sakit menyusun
standar pelayanan medis dan memantau
pelaksanaannya;
b. melaksanakan pembinaan etika profesi, disiplin
profesi dan mutu profesi;
c. mengatur kewenangan profesi antar kelompok
staf medis;
d. membantu Direktur rumah sakit menyusun
medical staff bylaws dan memantau
pelaksanaannya;
e. membantu Direktur rumah sakit menyusun
kebijakan dan prosedur yang terkait dengan
mediko-legal;
f. membantu Direktur rumah sakit menyusun
kebijakan dan prosedur yang terkait dengan
etiko-legal;
g. melakukan koordinasi dengan Direktur Medis
dalam melaksanakan pemantauan dan
pembinaan pelaksanaan tugas kelompok staf
medis;
h. meningkatkan program pelayanan, pendidikan
dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
dalam bidang medis;dan
i. melakukan monitoring dan evaluasi mutu
pelayanan medis antara lain melalui monitoring
dan evaluasi kasus bedah, penggunaan obat (drug
usage), farmasi dan terapi, ketepatan,

PARAF KOORDINASI
kelengkapan dan keakuratan.
(2) Fungsi Komite Medik secara rinci sebagai berikut:
Plt. Direktur a. Memberikan Rekomendasi kewenangan klinis
kepada Direktur Rumah Sakit;
Kepala BPKAD
b. mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan
Kabag
pelayanan medis;
Perekonomian
dan SDA c. menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik
Kabag Hukum kedokteran, karena itu dibawah Komite Medik perlu
dibentuk Sub Komite Etik (untuk menangani masalah
-52-

etik dalam bidang lain dengan membentuk Komite


Etik tersendiri di luar Komite Medik);
d. menyusun kebijakan pelayanan medis
sebagai standar yang harus dilaksanakan oleh
semua kelompok staf medis di rumah sakit.

Paragraf 4
Wewenang Komite Medik
Pasal 65

Wewenang Komite Medik adalah :


a. memberikan usul rencana kebutuhan dan
peningkatan kualitas tenaga medis;
b. memberikan pertimbangan tentang rencana
pengadaan, penggunaan dan pemeliharan peralatan
medis dan penunjang medis serta pengembangan
pelayanan medis;
c. monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu
pelayanan medis sesuai yang tercantum di dalam
tugas Komite Medik;

d. monitoring dan evaluasi efesiensi dan efektifitas


penggunaan alat kedokteran di rumah sakit;
e. melaksanakan pembinaan etika profesi serta
mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf
medis;
PARAF KOORDINASI
f. membentuk Tim Klinis yang mempunyai tugas

Plt. Direktur menangani kasus-kasus pelayanan medik yang


memerlukan koordinasi lintas profesi, misalnya
Kepala BPKAD penanggulangan kanker terpadu, pelayanan jantung
Kabag terpadu dan lain sebagainya; dan
Perekonomian
dan SDA g. memberikan rekomendasi tentang kerjasama antara
rumah sakit dan fakultas kedokteran/ kedokteran
Kabag Hukum
gigi/institusi pendidikan lain.

Bagian Keempat
Komite Keperawatan
Pasal 66

(1) Komite keperawatan sebagaimana dimaksud dalam


-53-

Pasal 51 huruf d dibentuk untuk membantu Direktur


dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan
meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
melalui mekanisme Kredensial, penjagaan mutu
profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
(2) Komite Keperawatan dibentuk dan ditetapkan dengan
keputusan Direktur dengan memperhatikan masukan
dari tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit.
(3) Dalam menjalankan tugas komite keperawatan
berkerjasama dan berkoordinasi dengan bidang
pelayanan serta saling memberi masukan tentang
perkembangan profesi keperawatan dan kebidanan di
Rumah Sakit.

Paragraf 1
Kedudukan Komite Keperawatan
Pasal 67

(1) Komite Keperawatan merupakan organisasi non


struktural yang dibentuk oleh Direktur.
(2) Komite Keperawatan berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur melalui Bidang
Keperawatan dan kebidanan.
(3) Kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan
untuk menjalankan tugas, fungsi dan wewenang
Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur.

PARAF KOORDINASI
Paragraf 2
Plt. Direktur Susunan Organisasi dan
Keanggotaan komite Keperawatan
Kepala BPKAD
Pasal 68
Kabag
Perekonomian (1) Susunan organisasi Komite Keperawatan sebagai
dan SDA
berikut:
Kabag Hukum
-54-

a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Anggota yang terdiri dari:
1)Sub Komite Kredensial;
2)Sub Komite mutu profesi keperawatan; dan
3)Sub Komite Etika dan disiplin profesi.
(2) Seseorang yang dapat diangkat menjadi
anggota/personalia Komite Keperawatan adalah staf
keperawatan purna waktu dan sudah bekerja di
Rumah Sakit minimal 5 (lima) tahun.
(3) Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh
Direktur dengan mempertimbangkan :
a. sikap profesional;
b. reputasi;
c. perilaku; dan
d.memperhatikan usulan dari Kelompok
Keperawatan.
(4) Ketua Komite Keperawatan di tetapkan oleh
Direktur.

(5) Sekretaris Komite Keperawatan, Anggota Komite


Keperawatan, Ketua Sub Komite, Anggota Sub
Komite, dan Sekretaris Sub Komite ditetapkan oleh
Direktur berdasarkan usulan Ketua komite
keperawatan.
(6) Pengangkatan dan pemberhentian anggota /
personalia Komite Keperawatan ditetapkan dengan
Keputusan Direktur.

Pasal 69
PARAF KOORDINASI
(1) Ketua Komite Keperawatan harus memenuhi
Plt. Direktur
persyaratan:
a. mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam
Kepala BPKAD
profesinya;
Kabag
Perekonomian b. menguasai segi ilmu pofesinya dalam jangkauan,
dan SDA ruang lingkup, sasaran dan dampak yang luas;
Kabag Hukum c. tanggap terhadap perkembangan rumah sakit;
d. bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;
e. mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan
-55-

disegani di lingkungan profesinya; dan


f. mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi
yang tinggi.
(2) Dalam menentukan Ketua Komite Keperawatan,
Direktur dapat meminta pendapat dari Dewan
Pengawas.
(3) Dalam hal Ketua Kelompok Keperawatan yang
diangkat menjadi Ketua Komite Keperawatan wajib
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua
Kelompok Keperawatan.

Paragraf 3
Tugas, Fungsi Dan Wewenang
Komite Keperawatan
Pasal 70
(1) Komite Keperawatan mempunyai tugas meningkatkan
profesionalisme staf keperawatan yang bekerja di
Rumah Sakit dengan cara:

a. melakukan kredensial bagi seluruh staf


keperawatan yang akan melakukan pelayanan
keperawatan dan kebidanan di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi tenaga keperawatan;
dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi
perawat dan bidan.
(2) Pedoman pelaksanaan tugas Komite Keperawatan
ditetapkan oleh Direktur.

Pasal 71
-56-

(1) Dalam melaksanakan tugas kredensial, Komite


Keperawatan memiliki fungsi sebagai berikut:
PARAF KOORDINASI
a. penyusunan daftar kewenangan klinis dan

Plt. Direktur persyaratan setiap jenis pelayanan keperawatan;


b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian
Kepala BPKAD kompetensi, kesehatan fisik dan mental, perilaku,
Kabag dan etika profesi;
Perekonomian
dan SDA c. pengevaluasian data pendidikan profesional
keperawatan berkelanjutan;
Kabag Hukum
d. penilaian dan pemberian rekomendasi
kewenangan klinis yang memadai.
(2) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu
profesi staf keperawatan, Komite Keperawatan
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. berperan menjaga mutu profesi keperawatan
dengan memastikan kualitas asuhan keperawatan
yang diberikan oleh staf keperawatan melalui
upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi
yang berkesinambungan (on-going professional
practice evaluation), maupun evaluasi kinerja
profesi yang terfokus (focused professional
practice evaluation);
b. pendidikan dan pengembangan profesi
berkelanjutan dengan memberikan rekomendasi
pendidikan, pertemuan ilmiah internal dan
kegiatan eksternal; dan
c. pendampingan (proctoring) terhadap staf
keperawatan.

(3) Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika


dan perilaku profesi staf keperawatan, Komite
Keperawatan memiliki fungsi sebagai berikut:
a. pembinaan etika dan disiplin profesi keperawatan;
b. pemeriksaan staf keperawatan yang diduga
melakukan pelanggaran disiplin;
c. rekomendasi pendisiplinan perilaku staf
keperawatan; dan
d. pemberian pertimbangan dalam pengambilan
keputusan etis.
-57-

Pasal 72
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite
Keperawatan memiliki wewenang:
a. memberikan rekomendasi rincian kewenangan
klinis (delineation of clinical privilege);
b. memberikan rekomendasi surat penugasan klinis
(clinical appointment);
c. memberikan rekomendasi penolakan kewenangan
klinis (clinical privilege) tertentu;
PARAF KOORDINASI
d. memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi
Plt. Direktur rincian kewenangan klinis (delineation of clinical
privilege);
Kepala BPKAD e. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit
Kabag keperawatan;
Perekonomian
dan SDA f. memberikan rekomendasi pendidikan
keperawatan berkelanjutan;
Kabag Hukum
g. memberikan rekomendasi pendampingan
(proctoring); dan
h. memberikan rekomendasi pemberian tindakan
disiplin.

Bagian Kelima
Komite Kesehatan lainnya
Pasal 73

(1) Komite Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud


dalam pasal 51 huruf e adalah tenaga Analis,
Radiologi, Fisioterapi, Nutrisionis, Kesehatan
Lingkungan, Apoteker, Rekam Medis dan
Elektromedik.
(2) Fungsi dan Tugas Komite Tenaga Kesehatan Lain :
a. meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga
kesehatan lain yang berkerja di Rumah Sakit
Umum Daerah Sekadau;
-58-

b. menjaga disiplin, etika dan prilaku tenaga


kesehatan lain yang berkerja di Rumah Sakit.

Bagian Keenam
Komite Farmasi dan Terapi
Pasal 74

(1) Komite Farmasi dan Terapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf f
adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staff
medis dengan farmasi sehingga anggotanya terdiri dari para dokter yang
mewakili spesialisasi – spesiliasi yang ada di rumah sakit dan apoteker
PARAF KOORDINASI
wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
(2) Tujuan dibentuknya Komite Farmasi dan Terapi adalah :
Plt. Direktur
a. menerbitkan kebijakan mengenai pemilihan obat,
Kepala BPKAD penggunaan obat serta evaluasinya;
b. melengkapi staf fungsional di bidang kesehatan
Kabag
Perekonomian dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan
dan SDA
dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
Kabag Hukum
kebutuhan;
c. memberikan rekomendasi pada pimpinan Rumah
Sakit untuk mencapai budaya pengelolaan dan
penggunaan obat secara rasional;

d. mengkoordinir pembuatan pedomam diagnosis


dan terapi, formularium Rumah sakit, pengunaan
obat antibiotik dan lain-lain.

Bagian Ketujuh
Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pasal 75
-59-

(1) Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf g
dibentuk dengan tujuan menciptkan kondisi sehat,
aman dari kecelakaan kerja dan lingkungan yang
PARAF KOORDINASI nyaman bagi pegawai sehingga produktivitas kerja
meningkat dan rasa aman dari bahaya kebakaran
Plt. Direktur
dan bencana lainnya.

Kepala BPKAD (2) Pembentukan Komite Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) bermaksud untuk menentukan dan
Kabag
Perekonomian membagi tugas, wewenang, dan tanggung jawab
dan SDA
dalam melakukan pengawasan, pengkoordinasian
Kabag Hukum
dan pengendalian kegiatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit terhadap
seluruh pegawai, dokter, pasien dan pengunjung
lainnya

Bagian Kedelapan
Sub Komite 
Pasal 76
(1) Setiap Komite dapat membentuk sub komite
berdasarkan kebutuhan.
(2) Sub Komite Terdiri dari :
a. Sub Komite Kredensial;
b. Sub Komite Mutu dan Profesi; dan
c. Sub Komite Etik dan Displin Profesi
(3) Tugas Sub komite Medik terdiri dari :
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang
akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis.

Paragraf 1
Sub Komite kredensial
Pasal 77
(1) Subkomite kredensial berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Ketua Komite
Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite kredensial terdiri atas
-60-

paling sedikit 3 (tiga) orang staf keperawatan yang


memiliki penugasan klinis.
(3) Pengorganisasian Subkomite kredensial terdiri dari
ketua, sekretaris, dan anggota.

Tugas Dan Wewenang Subkomite Kredensial


Pasal 78

Tugas Subkomite kredensial:


a. menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis;
b. menyusun buku putih (white paper) yang merupakan
PARAF KOORDINASI dokumen persyaratan terkait kompetensi yang
dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan
Plt. Direktur
keperawatan dan kebidanan sesuai dengan standar

Kepala BPKAD
kompetensinya.
c. Buku putih disusun oleh Komite Keperawatan dengan
Kabag
Perekonomian melibatkan Mitra Bestari (peer group) dari berbagai
dan SDA
unsur organisasi profesi keperawatan dan kebidanan,
Kabag Hukum
kolegium keperawatan, unsur pendidikan tinggi
keperawatan dan kebidanan;
d. menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari
bagian SDM .
e. merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi
setiap tenaga keperawatan;
f. melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai
waktu yang ditetapkan; dan
g. membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada
Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan ke
bidang keperawatan dan disahkan oleh direktur
Rumah Sakit.

Pasal 79
Kredensial dan Rekredensial
-61-

(1) Instrumen kredensial dan rekredensial antara lain


adalah:
a. daftar rincian kewenangan klinis setiap
spesialisasi;
b. buku putih (white paper) untuk setiap pelayanan
keperawatan; dan
c. daftar mitra bestari.
(2) Proses kredensial dan rekredensial meliputi
PARAF KOORDINASI
pemeriksaan dan pengkajian elemen:
a. Kompetensi:
Plt. Direktur
1) berbagai area kompetensi sesuai standar
Kepala BPKAD kompetensi yang berlaku;

Kabag
2) kognitif;
Perekonomian 3) afektif;
dan SDA
4) psikomotor.
Kabag Hukum
b. Kompetensi fisik;
c. Kompetensi mental/perilaku;
d. Perilaku etis (ethical standing).
(3) Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat
keterbukaan, adil, obyektif, sesuai dengan prosedur
dan terdokumentasi.
(4) Dalam melakukan pengkajian dapat membentuk
panel atau panitia adhoc atau melibatkan Mitra
Bestari.
(5) Hasil kredensial berupa rekomendasi Komite
Keperawatan kepada Direktur tentang lingkup
kewenangan klinis seorang staf keperawatan.

Pasal 80
(1) Rekredensial terhadap staf keperawatan dilakukan
dalam hal:
a. penugasan klinis (clinical appointment) yang dimiliki
oleh staf keperawatan telah habis masa
berlakunya;
b. staf keperawatan yang bersangkutan diduga
melakukan kelalaian terkait tugas dan
kewenangannya; dan/atau
c. staf keperawatan yang bersangkutan diduga
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun
mental.
-62-

(2) Rekomendasi hasil rekredensial berupa:


a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan
untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan
diubah/dimodifikasi; dan/atau
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.

Paragraf 2
Sub Komite Mutu Profesi
Pasal 81
(1) Subkomite mutu profesi berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Ketua Komite Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite mutu profesi terdiri
atas paling sedikit 3 (tiga) orang staf keperawatan yang
PARAF KOORDINASI
memiliki penugasan klinis.
Plt. Direktur (3) Pengorganisasian Subkomite mutu profesi terdiri dari
ketua, sekretaris, dan anggota.
Kepala BPKAD

Kabag
Perekonomian Tugas Subkomite Mutu Profesi
dan SDA
Pasal 82
Kabag Hukum Subkomite mutu profesi mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai
area praktik;
b. merekomendasikan perencanaan pengembangan
profesional berkelanjutan tenaga keperawatan;
c. melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan; dan
d. memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.

Audit Keperawatan
Pasal 83
(1) Audit keperawatan dilakukan secara sistemik yang
melibatkan mitra bestari (peer group) yang terdiri dari
kegiatan peer-review, surveillance dan assessment
-63-

terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.


(2) Pelaksanaan audit keperawatan menggunakan catatan
asuhan keperawatan dan/atau kebidanan yang dibuat
oleh staf keperawatan.
(3) Hasil dari Audit keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berfungsi sebagai:
a. sarana untuk melakukan penilaian terhadap
kompetensi masing-masing staf keperawatan;
PARAF KOORDINASI b. dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical
privilege) sesuai kompetensi yang dimiliki;
Plt. Direktur
c. dasar bagi Komite Keperawatan dalam

Kepala BPKAD
merekomendasikan pencabutan atau penangguhan
kewenangan klinis (clinical privilege);
Kabag
Perekonomian d.dasar bagi Komite Keperawatan dalam
dan SDA
merekomendasikan perubahan/modifikasi rincian
Kabag Hukum
kewenangan klinis seorang staf keperawatan.

Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 84
(1) Dalam rangka meningkatkan Mutu Profesi setiap
kelompok keperawatan dapat menyelenggarakan
pendidikan berkelanjutan baik yang merupakan
program Rumah Sakit maupun atas permintaan staf
keperawatan sebagai usulan kepada Direktur.
(2) Pendidikan berkelanjutan dilakukan dengan:
a. menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing Kelompok
Keperawatan;
b. mengadakan pertemuan berupa pembahasan kasus
antara lain, kasus keselamatan pasien, kasus sulit,
maupun kasus langka;
c. menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat
diikuti oleh masing-masing staf keperawatan setiap
tahun dan tidak mengurangi hari cuti tahunannya;
d. bersama-sama dengan Kelompok Keperawatan
menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang
melibatkan staf keperawatan sebagai narasumber
dan peserta aktif;

e. bersama dengan Bagian Pendidikan dan Penelitian


-64-

memfasilitasi kegiatan ilmiah dan mengusahakan


satuan angka kredit dari ikatan profesi.
(3) Setiap pertemuan ilmiah yang dilakukan harus
disertai notulensi, kesimpulan dan daftar hadir
peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam
penilaian disiplin profesi.

PARAF KOORDINASI
Pendampingan (proctoring)
Plt. Direktur Pasal 85

Kepala BPKAD (1) Setiap Staf keperawatan yang dijatuhi sanksi disiplin

Kabag
atau pengurangan kewenangan klinis berhak
Perekonomian mendapatkan pendampingan.
dan SDA
(2) Pelaksanaan pendampingan (proctoring) dilakukan
Kabag Hukum
dalam upaya pembinaan profesi bagi staf
keperawatan yang dijatuhi sanksi disiplin atau
pengurangan kewenangan klinis.
(3) Staf keperawatan yang akan memberikan
pendampingan (proctoring) ditetapkan dengan
Keputusan Direktur.
(4) Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses
pendampingan (proctoring) difasilitasi dan
dikoordinasikan bersama bidang keperawatan.
(5) Hasil pendampingan (proctoring) berupa rekomendasi
Komite Keperawatan kepada Direktur tentang lingkup
kewenangan klinis dan penugasan klinis seorang staf
keperawatan.

Paragraf 3
Sub Komite Etik dan Displin Propesi
Pasal 86
(1) Subkomite etik dan disiplin profesi berada dibawah
dan bertanggungjawab kepada Ketua Komite
Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite etik dan disiplin profesi
terdiri atas paling sedikit 3 (tiga) orang staf
keperawatan yang memiliki penugasan klinis.
(3) Pengorganisasian Subkomite etik dan disiplin profesi
terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota
-65-

Tugas dan Wewenang


Subkomite Etik dan Disiplin Profesi
Pasal 87
Tugas Subkomite etik dan disiplin profesi adalah:
a. melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga
keperawatan;
b. melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga
keperawatan;
c. merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah

PARAF KOORDINASI pelanggaran disiplin dan masalah-masalah etik dalam


kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan
Plt. Direktur
asuhan kebidanan;
d. merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis
Kepala BPKAD
dan/atau surat Penugasan Klinis (clinical
Kabag
Perekonomian appointment);
dan SDA e. memberikan pertimbangan dalam mengambil
Kabag Hukum keputusan etis dalam asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan.

Pasal 88
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Subkomite
etik dan disiplin profesi berwenang :
a. memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis;
b. memberikan rekomendasi perubahan rincian
kewenangan klinis;
c. memberikan rekomendasi surat penugasan klinis;
d. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit
keperawatan dan kebidanan;
e. memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan
dan pendidikan kebidanan berkelanjutan; dan
f. memberikan rekomendasi pendampingan dan
memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

Pendisplinan Profesi
Pasal 89
(1) Tolak ukur yang menjadi dasar dalam upaya
pendisiplinan perilaku profesional staf keperawatan,
antara lain:
-66-

a. pedoman pelayanan keperawatan di rumah sakit;


b. prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
c. daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
d. pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk
melakukan pelayanan keperawatan (white paper) di
rumah sakit;
e. kode etik keperawatan Indonesia;
f. pedoman perilaku profesional;
PARAF KOORDINASI g. pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang
berlaku di Indonesia;
Plt. Direktur
h. pedoman pelayanan medik/klinik; dan
i. standar prosedur operasional asuhan keperawatan.
Kepala BPKAD
(2) Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan
Kabag
Perekonomian profesi pada staf keperawatan berupa:
dan SDA
a. peringatan tertulis;
Kabag Hukum b. limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical
privilege);
c. bekerja di bawah supervisi dalam waktu tertentu
oleh orang yang mempunyai kewenangan untuk
pelayanan keperawatan tersebut; dan
d. pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege)
sementara atau selamanya.
(3) Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan
perilaku profesional ditetapkan oleh Komite
Keperawatan.

Pasal 90
(1) Penegakkan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah
panel yang dibentuk oleh ketua Subkomite etik dan
disiplin profesi.
(2) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas 3 (tiga) orang staf keperawatan atau lebih dengan
jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut:

a. 1 (satu) orang dari Subkomite etik dan disiplin


profesi;
b. 2 (dua) orang atau lebih staf keperawatan dengan
kompetensi yang sama dengan yang diperiksa
dapat berasal dari dalam rumah sakit atau dari
luar
-67-

rumah sakit, baik atas permintaan Komite


Keperawatan dengan persetujuan Direktur atau
atas permintaan Direktur Utama rumah sakit
terlapor.Panel dapat juga melibatkan mitra bestari
yang berasal dari luar Rumah Sakit.
(3) Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar
Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Rumah
Sakit berdasarkan rekomendasi Komite Keperawatan.

Pembinaan Profesi
Pasal 91
(1) Pembinaan profesionalisme staf keperawatan dapat
diselenggarakan dalam bentuk ceramah, diskusi,
simposium atau lokakarya.
(2) Staf keperawatan dapat meminta pertimbangan
pengambilan keputusan etis pada suatu kasus
pengobatan di Rumah Sakit kepada Komite
Keperawatan melalui Ketua Kelompok Keperawatan.
(3) Subkomite etik dan disiplin profesi mengadakan
PARAF KOORDINASI
pertemuan pembahasan kasus dengan
Plt. Direktur mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten
untuk memberikan pertimbangan pengambilan
Kepala BPKAD
keputusan etis
Kabag
Perekonomian
dan SDA BAB IX

Kabag Hukum REMUNERASI


Pasal 92
(1) Pejabat pengelola dan pegawai BLUD RSUD diberikan
remunerasi sesuai dengan tanggungjawab dan
profesionalisme.
(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan imbalan kerja yang diberikan dalam
komponen yang meliputi :
a. gaji yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat
tetap setiap bulan;
b. tunjang tetap yaitu imbalan kerja berupa uang yang
bersifat tambahan pendapat diluar gaji setiap bulan;

c. insentif yaitu imbalan kerja berupa uang yang


-68-

bersifat tambahan pendapatan di luar gaji;


d.bonus atas prestasi yaitu imbalan kerja berupa uang
yang bersifat tambahan pendapatan di luar
gaji,tunjangan tetap dan insentif, atas prestasi kerja
yang dapat diberikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun anggaran setelah BLUD dengan memenuhi
syarat tertentu;
e. pesangon yaitu imbalan kerja berupa uang santunan
purna jabatan sesuai dengan kemampuan
keuangan; dan/atau;
f. pensiun yaitu imbalan kerja berupa uang.
(3) Pejabat Pengelola dan Pegawai menerima remunerasi
PARAF KOORDINASI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
Plt. Direktur a. bersifat tetap berupa gaji;
b. bersifat tambahan berupa tunjangan tetap, insentif,
Kepala BPKAD
dan bonus atas prestasi; dan
Kabag c. pesangon bagi Pegawai Pemerintah dengan
Perekonomian
dan SDA perjanjian kerja dan profesional lainnya atau
Kabag Hukum pensiun bagi pegawai negeri sipil.
(4) Pegawai menerima remunerasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
a. bersifat tetap berupa gaji;
b. bersifat tambahan tanpa insentif dan bonus atas
prestasi; dan
c. pesangon bagi Pegawai Pemerintah dengan
perjanjian kerja dan profesional lainnya atau
pensiun bagi pegawai negeri sipil.
(5) Pemberian gaji, tunjangan dan pensiun sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) bagi pegawai
negeri sipil sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

Pasal 93
(1) Remunerasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92
ayat (1), diatur dengan peraturan kepala daerah
berdasarkan usulan pemimpin BLUD.
(2) Pengaturan remunerasi dalam peraturan kepala
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

mempertimbangkan prinsip proporsionalitas,


-69-

kesetaraan, kepatutan, kewajaran dan kinerja.


(3) Selain mempertimbangkan prinsip sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), pengaturan remunerasi dapat
memperhatikan indeks harga daerah/wilayah.
(4) Untuk mengatur remunerasi BLUD, kepala daerah
PARAF KOORDINASI
dapat membentuk tim yang keanggotaannya berasal

Plt. Direktur dari unsur :


a. SKPD yang membidangi kegiatan BLUD;
Kepala BPKAD b. SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
Kabag c. perguruan tinggi; dan
Perekonomian
dan SDA d. Lembaga profesi.
(5) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
Kabag Hukum
dengan keputusan Bupati.

Pasal 94
Pengaturan remunerasi dalam peraturan kepala daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) dihitung
berdasarkan indikator penilaian, meliputi :
a. pengalaman dan masa kerja;
b. keterampilan, ilmu pengetahuan,dan prilaku;
c. resiko kerja;
d. tingkat kegawatdaruratan;
e. jabatan yang disandang; dan
f. hasil dan capaian kinerja.

Pasal 95
Selain indikator penilaian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 94, penetapan remunerasi bagi pemimpin,
mempertimbangkan faktor :
a. ukuran dan jumlah aset yang dikelola, tingkat
pelayanan serta produktivitas;
b. pelayanan sejenis;
c. kemampuan pendapatan;dan
d. kinerja operasional berdasarkan indikator
keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat bagi
masyarakat.

BAB X
KEGIATAN RAPAT
Pasal 96
-70-

(1) Rapat yang diselenggarakan oleh RSUD Kabupaten


Sekadau untuk membahas hal-hal yang berhubungan
dengan keprofesian tenaga keperawatan sesuai tugas
dan kewajibannya.
(2) Rapat RSUD Kabupaten Sekadau, meliputi :
a. rapat rutin setiap bulan;
b. rapat koordinasi setiap bidang;
c. rapat khusus.
(3) Peserta rapat terdiri dari para kabid dan kasi setiap
bidang dan apabila diperlukan dapat juga dihadiri oleh
pihak lain yang terkait dengan agenda rapat, baik
PARAF KOORDINASI
internal maupul eksternal Rumah Sakit yang sudah

Plt. Direktur
ditentukan oleh Direktur.
(4) Setiap rapat dibuat absen serta notulen.
Kepala BPKAD (5) Mekanisme pelaksanaan rapat komite keperawatan

Kabag diatur dalam pedoman rapat RSUD Kabupaten


Perekonomian
Sekadau yang ditetapkan pleh Direktur
dan SDA

Kabag Hukum
Pasal 97
(1) Rapat rutin dilaksanakan dengan ketentuan:
a. rapat rutin diselenggarakan terjadwal paling sedikit
2 (dua) kali dalam 1 (satu) bulan dengan interval
yang tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan
oleh Direktur;
b. rapat rutin merupakan rapat koordinasi untuk
mendiskusikan, melakukan klarifikasi, mencari
alternatif solusi berbagai masalah pelayanan dan
membuat usulan tentang kebijakan pelayanan
RSUD; dan.
c. notulen rapat rutin sebelumnya disampaikan pada
setiap penyelenggaraan rapat rutin berikutnya.
(2) Rapat koordinasi dengan Direktur dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. rapat dengan direktur diselenggarakan terjadwal
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan

dengan interval yang tetap pada waktu dan tempat


yang ditetapkan direktur;dan
b. rapat bertujuan untuk menginternalisasikan
kebijakan dan peraturan-peraturan yang
-71-

berhubungan dengan profesi dan pelayanan


keperawatan, mendiskusikan berbagai masalah
pelayanan keperawatan, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, keuangan serta menampung
usulan tentang kebijakan pelayanan;dan
c. Dokumentasi dan catat rapat dengan direktur
disampaikan pada setiap penyelenggaraan rapat

PARAF KOORDINASI dengan direktur berikutnya.


(3) Rapat khusus dilaksanakan dengan ketentuan:
Plt. Direktur
a. rapat khusus diselenggarakan atas permintaan yang
ditandatangani oleh paling sedikit 3 (tiga) orang
Kepala BPKAD
anggota rapat;
Kabag
Perekonomian b. rapat khusus bertujuan untuk membahas masalah
dan SDA mendesak/penting yang segera memerlukan
Kabag Hukum penetapan/ Keputusan Direktur;
c. undangan rapat khusus disampaikan oleh setiap
Bidang yang terkait dalam agenda rapat kepada
peserta rapat melalui surat maupun telepon
sebelum rapat diselenggarakan, dengan
memberitahukan agenda pembahasan rapat.
(4) Rapat khusus dilaksanakan dengan ketentuan:
a. rapat khusus diselenggarakan atas permintaan yang
ditandatangani oleh paling sedikit 3 (tiga) orang;
b. rapat khusus bertujuan untuk membahas masalah
mendesak/penting yang segera memerlukan
penetapan/ Keputusan Direktur;
c. undangan rapat khusus disampaikan kepada
peserta rapat melalui telepon sebelum rapat
diselenggarakan, dengan memberitahukan agenda
rapat.
(5) Pimpinan rapat setiap bidang dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. setiap rapat yang di laksanakan perbidang di pimpin
oleh kepala bidang, apabila kepala bidang
berhalangan hadir dalam suatu rapat, bila agenda

rapat sudah terlaksana, maka peserta yang hadir


dapat memilih pimpinan rapat;
b. Pimpinan rapat sebagaimana dimaksud pada huruf
a, berkewajiban melaporkan hasil keputusan rapat
-72-

dengan direktur.
(6) Kuorum dalam hal:
a. dalam hal untuk pengambilan keputusan ,rapat
hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
b. kuorum dianggap tercapai bila ½ (setengah) ditambah 1
(satu) orang dari jumlah seluruh anggota rapat.
PARAF KOORDINASI
c. dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu satu jam

Plt. Direktur
dari waktu yang telah ditentukan,maka rapat
ditangguhkan untuk dilaksanakan pada tempat ,hari
Kepala BPKAD dan jam yang disepakati paling lambat dalam waktu

Kabag 2x24 jam;dan


Perekonomian
d. dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu 1
dan SDA
(satu) jam dari rapat yang telah ditentukan
Kabag Hukum
sebagaimana di maksud pada huruf c, maka rapat
dapat di laksanakan dan segala keputusan yang
terdapat dalam notulen rapat di sahkan dalam rapat
tersebut.
(7) Pengambilan putusan rapat dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. pengambilan putusan rapat berdasarkan
pendekatan berbasis bukti (evidence-based);
b. dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak;
c. apabila belum mendapat kesepakatan maka
pimpinan rapat menyampaikan hasil rapat kepada
Direktur untuk diputuskan;
d. keputusan rapat setiap bidang merupakan sebuah
rekomendasi yang diberikan kepada Direktur.

BAB XI
STRUKTUR ANGGARAN
Pasal 98
Struktur anggaran BLUD RSUD , terdiri dari :
-73-

a.pendapatan BLUD RSUD;


b.belanja BLUD RSUD; dan
c.pembiayaan BLUD RSUD.

Pasal 99
Pendapatan BLUD RSUD
-74-

(1) Pendapatan BLUD RSUD bersumber dari :


a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerjasama dengan pihak lain;
d. APBD; dan
e. lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
(2)Lain-lain pendapatan BLUD yang sah sebagaimana
PARAF KOORDINASI
dimaksud dalam ayat (1) huruf e meliputi :
a. jasa giro;
Plt. Direktur
b. pendapatan bunga;
Kepala BPKAD c. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap

Kabag mata uang gaji;


Perekonomian d. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai
dan SDA
akibat dari penjualan/pengadaan barang/jasa oleh
Kabag Hukum
BLUD;
e. investasi; dan
f. pengembangan Usaha.
(3)Pendapat BLUD RSUD yang bersumber dari jasa
layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan
yang diberikan kepada masyarakat.
(4) Pendapatan BLUD RSUD yang bersumber dari Hibah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dapat
berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat yang
diperoleh oleh masyarakat atau badan lain.
(5) Pendapatan BLUD RSUD yang bersumber dari hibah
terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
digunakan sesuai dengan tujuan pemberian hibah,
sesuai dengan

peruntukannya yang selaras dengan tujuan BLUD


sebagaimana tercantum dalam naskah perjanjian
hibah.
(6) Hasil kerjasama dengan pihak lain sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat berupa hasil
yang diperoleh dari kerjasama BLUD RSUD.
(7) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d berupa
pendapatan yang berasal dari DPA APBD.

Pasal 100
PARAF KOORDINASI

Plt. Direktur
-75-

(1) Pengembangan Usaha sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 99 ayat (2) huruf f dilakukan melalui
pembentukan unit usaha untuk meningkatkan
layanan kepada masyarakat.
(2) Unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian dari BLUD RSUD yang bertugas
melakukan pengembangan layanan dan
mengoptimalkan pendanaan untuk mendukung
kegiatan BLUD RSUD.

Pasal 101
(1) Pendapatan BLUD RSUD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 99 ayat (1) huruf a sampai huruf e,
dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran BLUD
RSUD sesuai RBA kecuali yang berasal dari hibah
terikat.
(2) Pendapatan BLUD RSUD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan melalui rekening kas BLUD
RSUD.

Pasal 102
-76-

(1) Belanja BLUD RSUD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 98 huruf b terdiri atas :
a. belanja Operasional;dan
b. belanja Modal.
(2) Belanja Operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a mencakup seluruh belanja BLUD RSUD untuk
menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Belanja Operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
belanja bunga dan belanja lain-lain.
(4) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
PARAF KOORDINASI huruf b mencakup seluruh belanja BLUD RSUD untuk
memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi
Plt. Direktur
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk

Kepala BPKAD
digunakan dalam kegiatan BLUD RSUD.
(5) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Kabag
Perekonomian meliputi belanja tanah, belanja peralatan dan mesin,
dan SDA
belanja gedung dan bangunan belanja jalan, irigasi
Kabag Hukum dan jaringan dan belanja aset tetap lainnya.

Pembiayaan BLUD RSUD


Pasa 103

(1) Pembiayaan BLUD RSUD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 98 huruf c terdiri atas :
a. penerimaan pembiayaan; dan
b. pengeluaran pembiayaan.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan,
maupun pada tahun anggaran berikutnya.

Pasal 104
(1) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103 ayat (1) huruf a meliputi :
a. sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA) tahun
anggaran sebelumnya;
b. divestasi;dan
c. penerimaan utang/pinjaman.
(2) pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud
-77-

dalam pasal 103 ayat (1) huruf b meliputi :


a. investasi; dan
b. pembayaran pokok utang/pinjaman.

BAB XII
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Pasal 105

(1) Rumah Sakit yang menerapkan BLUD menyusun


Rencana Bisnis Anggaran mengacu pada Renstra.
(2) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud pada
PARAF KOORDINASI
ayat (1) disusun berdasarkan :

Plt. Direktur a. anggaran berbasis kinerja;


b. standar satuan harga;dan
Kepala BPKAD c. kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan
Kabag yang diperkirakan akan diperoleh dari layanan yang
Perekonomian
dan SDA diberikan kepada masyarakat, hibah, hasil
kerjasama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha
Kabag Hukum
lainnya, APBD dan sumber pendapatan BLUD RSUD
lainnya.
(3) Anggaran berbasis kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, merupakan analisis kegiatan
yang berorientasi pada pencapaian output dengan
penggunaan sumber daya secara efisien.
(4) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, merupakan harga satuan setiap unit
barang/jasa yang berlaku disuatu daerah.
(5) Dalam hal BLUD RSUD belum menyusun standar
satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
BLUD RSUD menggunakan standar satuan harga yang
ditetapkan oleh Keputusan Bupati.
(6) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
merupakan pagu belanja yang dirinci menurut belanja
operasional dan belanja modal.

Pasal 106
(1) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud
-78-

dalam Pasal 105 ayat (1) meliputi :


a. ringkasan pendapat, belanja dan pembiayaan;
b. rincian anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan;
c. perkiraan harga;

d. besaran persentase ambang batas;dan


e. perkiraan maju atau forward estimate.
(2) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menganut pola anggaran fleksibel dengan
suatu presentase ambang batas tertentu.
(3) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disertai dengan standar pelayanan
minimal.

PARAF KOORDINASI Pasal 107


(1) Ringkasan Pendapatan, belanja dan pembiayaan
Plt. Direktur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
huruf a, merupakan ringkasan pendapat, belanja dan
Kepala BPKAD
pembiayaan.
Kabag
Perekonomian (2) Rincian anggaran pendapatan, belanja dan
dan SDA
pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
Kabag Hukum ayat (1) huruf b, merupakan rencana anggaran untuk
seluruh kegiatan tahunan yang dinyatakan dalam
satuan uang yang tercermin dari rencana pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.
(3) Perkiraan harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 ayat (1) huruf c, merupakan estimasi harga jual
produk barang dan/atau jasa setelah
memperhitungkan biaya persatuaan dan tingkat
margin yang ditentukan setelah tercermin dari tarif
layanan.
(4) Besaran persentasi ambang batas sebagaimana
dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) huruf d,
merupakan besaran persentasi perubahan anggaran
bersumber dari pendapatan operasional yang
diperkenankan dan ditentukan dengan
mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional
BLUD RSUD.
-79-

(5) Perkiraan maju sebagaimana dimaksud dalam Pasal


106 ayat (1) huruf e, merupakan perhitungan
kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya
dari tahun yang direncanakan guna memastikan
kesinambungan program dan kegiatan yang telah
disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran
tahun berikutnya.

Pasal 108

(1) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 105 ayat (1)
diintegrasikan/dikonsolidasikan dan merupakan
kesatuan dari Rencana Kerja Anggaran.
(2) Rencana Kerja Anggaran (RKA) berserta RBA
PARAF KOORDINASI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

Plt. Direktur kepada PPKD sebagai bahan penyusunan rancangan


peraturan daerah tentang APBD.
Kepala BPKAD (3) PPKD menyampaikan Rencana Kerja Anggaran (RKA)
Kabag berserta RBA kepada Tim anggaran pemerintah daerah
Perekonomian
dan SDA untuk dilakukan penelaahan.
(4) Hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Kabag Hukum
antara lain digunakan sebagai dasar pertimbangan
alokasi dana APBD untuk BLUD RSUD.

Pasal 109
(1) Tim anggaran pemerintah daerah menyampaikan
kembali Rencana Kerja Anggaran (RKA) beserta
Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang telah dilakukan
penelaahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
ayat (3) kepada PPKD untuk dicantumkan dalam
rancangan peraturan daerah tentang APBD yang
selanjutnya ditetapkan menjadi peraturan daerah
tentang APBD.
(2) Tahapan dan jadwal proses penyusunan dan
penetapan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) mengikuti
tahapan dan jadwal proses penyusunan dan
penetapan APBD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan,
-80-

pengajuan, penetapan, perubahan Rencana Bisnis


Anggaran (RBA) BLUD RSUD diatur dengan Peraturan
Bupati.

BAB XIII
PELAKSANAAN ANGGARAN
DAN PENGELOLAAN BELANJA
Pasal 110
Pelaksanaan Anggaran
(1) BLUD RSUD menyusun DPA berdasarkan Peraturan
Daerah tentang APBD untuk diajukan kepada PPKD.
(2) DPA memuat pendapatan,belanja dan pembiayaan
Rumah Sakit.
(3) PPKD mengesahkan DPA sebagai dasar pelaksanaan
anggaran BLUD RSUD.

Pasal 111
(1) DPA yang telah disahkan oleh PPKD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 110 ayat (3) menjadi dasar
pelaksanaan anggaran yang bersumber dari APBD.
(2) Pelaksanaan anggaran yang bersumber dari APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk belanja pegawai, belanja modal belanja barang
dan/atau jasa yang mekanismenya dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PARAF KOORDINASI
(3) Pelaksanaaan anggaran sebagaimana dimaksud
Plt. Direktur pada ayat (2) dilakukan secara berkala sesuai
dengan kebutuhan yang telah ditetapkan, dengan
Kepala BPKAD
memperhatikan anggaran kas dalam DPA, dan
Kabag memperhitungkan :
Perekonomian
dan SDA a. jumlah kas yang tersedia;

Kabag Hukum b. proyeksi pendapatan;


c. proyeksi pengeluaran.
(4) Pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dengan melampirkan RBA.

Pasal 112
-81-

(1) DPA yang telah disahkan dan RBA menjadi lampiran


perjanjian kinerja yang di tandatangani oleh kepala
daerah dan pimpinan BLUD RSUD.

(2) Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud ayat (1)


antara lain memuat kesanggupan untuk
meningkatkan:
a. kinerja Pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja Keuangan;dan
c. manfaat bagi masyarakat.

Pasal 113
(1) Dalam pelaksanaan anggaran, pemimpin BLUD RSUD
menyusun laporan pendapatan BLUD RSUD, laporan
belanja BLUD RSUD dan laporan pembiayaan BLUD
RSUD secara berkala kepada PPKD dengan
melampirkan surat pernyataan tanggungjawab yang
ditandatangani oleh pemimpin BLUD RSUD.
PARAF KOORDINASI
(2) Berdasarkan laporan yang melampirkan surat

Plt. Direktur pernyataan tanggungjawab sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), kepala SKPD menerbitkan surat
Kepala BPKAD permintaan pengesahan pendapatan, belanja dan
Kabag pembiayaan untuk disampaikan kepada PPKD
Perekonomian
dan SDA selanjutnya PPKD melakukan pengesahan dengan
menerbitkan surat pengesahan pendapatan, belanja
Kabag Hukum
dan pembiayaan.

Pasal 114

(1) Untuk mengelola kas BLUD RSUD pemimpim BLUD


RSUD membuka rekening kas BLUD RSUD sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan, yang
digunakan untuk menampung penerimaan dan
pengeluaran kas yang dananya bersumber dari
pendapatan BLUD RSUD.
(2) Dalam pengelolaan kas, BLUD RSUD
menyelenggarakan:
-82-

a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;


b. pemungutan pendapatan atau tagihan;
c. penyimpanan kas dan pengelolaan Rekening BLUD
RSUD;
d.pembayaran;
e. perolehan sumber dana untuk untuk menutup
defisit jangka pendek;dan
f. pemanfaatan surplus kas untuk memperoleh
pendapatan tambahan.
(3) Penerimaan BLUD RSUD dilaporkan setiap hari
kepada pemimpin BLUD RSUD melalui pejabat
keuangan.

Pasal 115

Dalam pelaksanaan anggaran BLUD RSUD melakukan


penatausahaan keuangan paling sedikit memuat :
a. pendapatan dan Belanja;
b. penerimaan dan Pengeluaran;
c. utang dan Piutang;
d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan
e. ekuitas.

Pasal 116
Pengelolaan Belanja
-83-

(1) Pengelolaan belanja BLUD RSUD diberikan


fleksibilitas dengan mempertimbangkan volume
kegiatan pelayanan.
(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan belanja yang disesuaikan dengan
PARAF KOORDINASI perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA dan
DPA yang telah ditetapkan secara definitif.
Plt. Direktur
(3) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Kepala BPKAD dapat dilaksanakan terhadap belanja BLUD RSUD
yang bersumber dari pendapatan BLUD RSUD.
Kabag
Perekonomian (4) Ambang batas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan SDA
merupakan besaran persentase realisasi belanja yang
Kabag Hukum
diperkenankan melampaui anggaran dalam RBA dan
DPA.
(5) Dalam hal belanja BLUD RSUD melampau ambang
batas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), terlebih
dahulu mendapat persetujuan Bupati.
(6) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD RSUD
mengajukan usulan tambahan dari anggaran APBD
kepada PPKD.

Pasal 117
(1) Besaran presentase ambang batas dihitung tanpa
memperhitungkan saldo awal kas.

(2) Besaran presentase ambang batas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) memperhitungkan fluktuasi
kegiatan operasional, meliputi:
a. kecenderungan/trend selisih anggaran pendapatan
BLUD RSUD selain APBD tahun berjalan dengan
realisasi 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya;

PARAF KOORDINASI
b. kecenderuangan/ trend selisih pendapatan BLUD
RSUD selain APBD dengan prognosis tahun
Plt. Direktur anggaran berjalan.
(3) Besaran presentase ambang batas dicantumkan
Kepala BPKAD
dalam RBA dan DPA, berupa catatan yang
Kabag memberikan informasi besaran presentase ambang
Perekonomian
dan SDA batas.
Kabag Hukum (4) Presentase ambang batas merupakan kebutuhan yang
dapat diprediksi, dicapai, terukur, rasional, dan
-84-

dipertanggungjawabkan dapat digunakan apabila


pendapatan BLUD RSUD melebihi target pendapatan
yang telah ditetapkan dalam RBA dan DPA tahun
yang dianggarkan.

BAB XIV
TARIF PELAYANAN
Pasal 118

(1) BLUD RSUD mengenakan tarif layanan sebagai


imbalan atas penyediaan layanan barang/jasa kepada
masyarakat.
(2) Tarif Layanan BLUD RSUD berupa besaran tarif
dan /atau pola tarif, disusun berdasarkan perhitungan
biaya per unit layanan.
(3) Tarif Layanan yang disusun atas dasar perhitungan
biaya per unit layanan bertujuan untuk menutup
seluruh atau sebagian dari biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan barang/jasa atas layanan yang
disediakan oleh BLUD RSUD dihitung dengan
akuntansi biaya.
(4) Dalam penyusunan tarif tidak dapat disusun dan
ditetapkan atas perhitungan biaya per unit layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tarif dapat

ditetapkan dengan perhitungan atau penetapan lain


yang berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 119
-85-

(1) Besaran Tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118


ayat (2) merupakan penyusunan Tarif dalam bentuk:
a. nilai nominal uang; dan /atau
b. presentase atas harga patokan indek harga, kurs,
pendapatan kotor/bersih, dan/penjulan kotor/
bersih.
(2) Pola tarif merupakan penyusunan tarif layanan dalam
PARAF KOORDINASI
bentuk formula.

Plt. Direktur
(3) Pemimpin menyusun Tarif Layanan BLUD RSUD
dengan mempertimbangkan aspek kontinuitas,
Kepala BPKAD pengembangan layanan, kebutuhan, daya beli

Kabag masyarakat, asas keadilan dan kepatutan, dan


Perekonomian
kompetisi yang sehat dalam penetapan besaran tarif
dan SDA
layanan yang dikenakan kepada masyarakat serta
Kabag Hukum
batas waktu penetapan tarif.
(4) Pemimpin mengusulkan tarif layanan BLUD RSUD
kepada kepala daerah.
(5) Usulan Tarif layanan berupa usulan Tarif Layanan
baru dan/atau usulan perubahan tarif layanan,
dilakukan secara keseluruhan atau per unit layanan
(6) Untuk penyusunan tarif layanan BLUD RSUD,
pemimpin dapat membentuk tim yang keanggotaannya
berasal dari:
a. SKPD yang membidangi kegiatan BLUD;
b. SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan
daerah;
c. unsur perguruan tinggi;dan
d. lembaga profesi.
(7) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
atur dengan peraturan Kepala Daerah dan
disampaikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.

BAB XV
PENGELOLAAN BARANG DAN JASA
Pasal 120
Sumber Barang/Jasa
-86-

PARAF KOORDINASI (1) Pengadaan barang dan / atau jasa pada BLUD RSUD
yang bersumber dari :
Plt. Direktur
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat;
Kepala BPKAD
c. hasil kerjasama dengan pihak lain;dan
Kabag
Perekonomian d. lain-lain pendapatan BLUD RSUD yang sah.
dan SDA
(2) Pengadaan barang dan /jasa yang dananya berasal
Kabag Hukum dari hibah terikat dilakukan sesuai dengan kebijakan
pengadaan dari pemberi hibah.
(3) Pengadaan barang dan /jasa BLUD RSUD dilakukan
oleh pejabat pengadaan.
(4) Pelaksanaan pengadaan dilaksanakan oleh panitia
atau unit yang dibentuk oleh pemimpin untuk
melaksanakan pengadaan barang dan/jasa BLUD
RSUD, yang terdiri atas personil yang memahami tata
cara pengadaan memiliki kompetensi sebagai
pelaksana pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan
yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan
(5) BLUD RSUD dalam melaksanakan pengelolaan
barang mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai barang milik daerah.

Pasal 121
Pelaku Pengadaan Barang /Jasa

(1) Pelaku pengadaan barang/jasa terdiri atas :


a. Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran perangkat
daerah, bertugas untuk pengelolaan APBN /APBD
dapat melimpahkan kewenangan kepada KPA
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat


yang memperoleh kuasa dari PA dalam pelaksanaan
APBN/APBD untuk melaksanakan sebagaian
kewenangan dan tanggungjawab penggunaan
anggaran pada lembaga yang bersangkutan;
-87-

c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah Pejabat


yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja nengara/anggaran belanja
daerah;
d. Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi
/fungsional /personil yang bertugas melaksanakan
pengadaan langsung penunjukan langsung,
dan/atau E-purchasing;
e. Pokja Pemilihan disebut juga kelompok kerja
pemilihan adalah sumber daya manusia yang
ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola
pemilihan penyedia;
f. Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau pelaku usaha
yang melaksanakan sebagaian atau seluruh
pekerjaan pengadaan barang/jasa yang diberikan
kepercayaan oleh perangkat daerah sebagai pihak
PARAF KOORDINASI
pemberi pekerjaan;

Plt. Direktur g. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaaan (PPHP) adalah


Tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil
Kepala BPKAD pekerjaan pengadaan barang/jasa;
Kabag h. Penyelenggaraan swakelola adalah Tim pengadaan
Perekonomian
dan SDA barang/jasa yang pekerjaannya direncanakan,
dikerjakan, diawasi sendiri oleh lembaga daerah,
Kabag Hukum
instutisi sebagai penanggungjawab anggaran;
i. Penyedia Barang/Jasa pemerintah adalah pelaku
usaha yang menyediakan barang dan jasa
berdasarkan kontrak.
(2) Pelaku pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memenuhi syarat kualifikasi sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan tetap
pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 122
Perencanaan Pengadaan
(1) Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi
kebutuhan, penetapan barang dan jasa/cara jadwal
dan anggaran pengadaan barang dan jasa.
(2) Perencanaan pengadaan yang dananya bersumber dari
-88-

APBN dilakukan bersamaan dengan proses


penyusunan rencana kerja kementerian/lembaga
(Renja K/L) setelah penentap pagu indikatif, dan untuk
dana yang bersumber dari APBD dilakukan bersamaan
dengan proses penyusun Rencana Kerja dan Anggaran
perangkat daerah (RKA Perangkat Daerah) setelah nota
kesepakatan kebijakan umum APBD serta prioritas
dan plapon anggaran sementara (KUA-PPAS).
(3) Perencanaan pengadaan terdiri atas perencanaan
melalui swakelola dan dan penyedia.

Pasal 123

(1) Penyelanggaraan swakelola terdiri atas tim persiapan,


tim pelaksanaan, tim pengawas yang memiliki tugas
menyusun sasaran, rencana kegiatan, jadwal
pelaksanaan dan rencana biaya.
(2) Tim pelaksana memiliki tugas melaksanakan
PARAF KOORDINASI mencatat, mengevaluasi, melaporkan secara berkala
kemajuan pelaksaan kegiatan dan penyerapan
Plt. Direktur
anggaran, serta tim pengawas memiliki tugas
Kepala BPKAD mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik maupun

Kabag
adminstrasi swakelola.
Perekonomian
dan SDA
Pasal 124
Kabag Hukum
(1) Penyedia wajib memenuhi kualifikasi sesuai dengan
barang/jasa yag diadakan dan sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan.
(2) Penyedia bertanggungjawab atas pelaksanaan kontrak,
kualitas barang/jasa, pertepatan perhitungan jumlah
atau volume, ketepatan waktu penyerahan, ketepatan
tampat penyerahan

Pasal 125
Pengumuman Rencana Umum Pengadaan

(1) Pengumuman RUP perangkat daerah dilakukuan


setelah rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan
-89-

Perwakilan Rakyat Daerah.


(2) Pengumuman RUP dilakukan melalui aplikasi Sistem
Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP), dapat
ditambahkan dalam situs web Pemerintah Daerah,
papan pengumuman resmi untuk masyaraka, surat
kabar atau media lainnya.
(3) Pengumuman RUP dilakukan kembali dalam hal
terdapat perubahan atau revisi paket pengadaan atau
daftar isian pelaksana anggaran (DIPA) /Dokumen
Pelaksana Anggaran (DPA).
PARAF KOORDINASI
Pasal 126
Plt. Direktur Persiapan Pengadaan Barang /Jasa

Kepala BPKAD (1) Persiapan pengadaan barang /jasa melalui swakelola


Kabag meliputi penetapan sasaran, penyelenggaraan
Perekonomian
dan SDA swakelola, rencana kegiatan jadwal pelaksaan dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Kabag Hukum
(2) Penetapan sasaran pekerjaan swakelola ditetapkan
oleh PA/KPA.
(3) Rencana kegiatan yang ditetapkan oleh PPK dengan
memperhitungkan tenaga ahli/peralatan/ bahan
tertentu yang dilaksanakan dengan kontrak
tersendiri.
(4) Hasil persiapan pengadaan barang/jasa melalui
swakelola dituangkan dalam KAK kegiatan/sub
kegiatan/output, dan rencana kegiatan yang
diusulkan oleh kelompok masyarakat dievaluasi dan
ditetapkan oleh PPK

Pasal 127
-90-

(1) Jenis kontrak pengadaan barang/pekerjaan


kontruksi /jasa lainnya terdiri atas :
a.lumpsum;
b.harga satuan;
c.gabungan lumpsum dan harga satuan;
d.terima jadi (Turnkey);dan
e.kontrak payung.
(2) Jenis kontrak pengadaan jasa konsultasi terdiri atas :
a. lumpsum;
b. waktu penugasan;dan
c. kontrak payung.
(3) Kontrak lumpsum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan ayat (2) huruf a merupakan kontrak
dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah harga
yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu
Kontrak.
PARAF KOORDINASI
(4) Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan kontrak pengadaan
Plt. Direktur
barang/pekerjaan/jasa lainnya dengan harga satuan
Kepala BPKAD yang tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan

Kabag
dengan spesifikasi teknis tertentu atas penyelesaian
Perekonomian dalam batas waktu yang telah ditetapkan.
dan SDA
(5) Kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan
Kabag Hukum
merupakan kontrak pengadaan barang/ pekerjaan
kontruksi/jasa lainnya gabungan lumpsum dan harga
satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.
(6) Kontrak terima Jadi (turnkey) merupakan kontrak
pengadaan pekerjaan kontruksi atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu.
(7) Kontrak Payung berupa kontrak harga satuan dalam
periode waktu tertentu untuk barang/jasa yang belum
ditentukan volume dan/atau waktu pengirimannya
pada saat kontrak ditandatangani.

Pasal 128
-91-

(1) PJPHP memiliki tugas memeriksa adminstrasi hasil


pekerjaan pengadaan barang/jasa pekerjaan kontruksi
/jasa lainnya yang bernilai paling banyak Rp
PARAF KOORDINASI 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan jasa
konsultasi yang bernilai paling banyak
Plt. Direktur
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) PPHP memiliki tugas memeriksa adminstrasi hasil
Kepala BPKAD
pekerjaan pangadaan barang /pekerjaan kontruksi
Kabag
Perekonomian /jasa lainnya yang bernilai paling sedikit di atas
dan SDA
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan jasa
Kabag Hukum konsultasi yang bernilai paling sedikit diatas
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah.
(3) Tender/penunjukan langsung untuk paket pengadaan
barang/pekerjaan kontruksi /jasa lainnya dengan nilai
pagu anggran paling banyak Rp.100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah);
(4) Seleksi/penunjukan langsung untuk paket pengadaan
jasa konsultasi dengan nilai pagu anggaran paling
banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

BAB XVI
PIUTANG/UTANG (PINJAMAN)
Pasal 129
(1) BLUD RSUD mengelola piutang sehubungan dengan
penyerahan barang, jasa, dan /atau transaksi yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan
kegiatan BLUD RSUD.
(2) BLUD RSUD melaksanakan penagihan piutang pada
saat piutang jatuh tempo, dilengkapi adminstrasi
penagihan.
(3) Dalam hal piutang sulit tertagih, penagihan piutang
diserahkan kepada kepala daerah dengan
melampirkan bukti yang sah.
(4) Piutang dapat dihapus secara mutlak atau
bersyarat.
(5) Tata cara penghapusan piutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah.

Pasal 130
-92-

(1) BLUD RSUD dapat melakukan utang/pinjaman


sehubungan dengan kegiatan operasional.
(2) Utang/pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa utang/pinjaman jangka pendek atau
pinjaman jangka panjang.
(3) Utang /pinjaman jangka pendek sebagimana
dimaksud dalam ayat (2) merupakan utang/pinjaman
yang memberikan manfaat kurang dari 1 (satu) tahun
yang timbul karena kegiatan operasional dan /atau
yang diperoleh dengan tujuan untuk menutup selisih
antara jumlah kas yang tersedia ditambah diproyeksi
jumlah penerimaan kas dengan proyeksi jumlah
pengeluaran kas dalam 1 (satu) tahun anggaran.
PARAF KOORDINASI
(4) Utang /pinjaman jangka pendek dibuat dalam bentuk
Plt. Direktur perjanjian utang/pinjaman yang ditandatangani oleh
pemimpin dan pemberi utang/pinjaman.
Kepala BPKAD (5) Pembayaran utang/pinjaman jangka pendek
Kabag merupakan kewajiban pembayaran kembali utang
Perekonomian
dan SDA /pinjaman yang harus diluanasi dalam tahun

Kabag Hukum
anggaran berkenan; Pemimpin dapat melakukan
pelampauan pembayaran bunga dan pokok sepanjang
tidak melebihi nilai ambang batas yang telah
ditetapkan dalam RBA.
(6) Utang/pinjaman jangka panjang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) merupakan utang yang
memberikan manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dengan
masa pembayaran kembali atas utang /pinjaman
tersebut lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.
(7) Utang/pinjaman jangka panjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya untuk pengeluaran
belanja modal.
(8) Pembayaran utang/pinjaman jangka panjang
merupakan kewajiban pembayaran kembali
utang/pinjaman yang meliputi pokok

utang/pinjaman, bunga dan biaya lain yang harus


dilunasi pada tahun anggaran berikutnya sesuai
dengan persyaratan perjanjian utang /pinjaman yang
bersangkutan.
-93-

BAB XVII
PELAPORAN DAN
PARAF KOORDINASI
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
Plt. Direktur Pasal 131
(1) BLUD RSUD Sekadau menyusun pelaporan keuangan
Kepala BPKAD
dan pertanggungjawaban keuangan yang terdiri atas :
Kabag a. laporan realisasi anggaran;
Perekonomian
dan SDA b. laporan perubahan saldo anggaran lebih;
Kabag Hukum c. laporan operasional;
d. neraca;
e. laporan arus kas;
f. laporan perubahan ekuitas;dan
g. catatan atas laporan keuangan.
(2) Laporan keuangan disertai dengan laporan kinerja
yang berisikan informasi pencapaian hasil atau
keluaran BLUD RSUD Sekadau.
(3) Laporan keuangan diaudit oleh pemeriksa eksternal
pemerintah sesuai dengan kententuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 132
(1) Pemimpin BLUD RSUD Sekadau menyusun laporan
keuangan semesteran dan tahunan disertai dengan
laporan kinerja paling lama 2 (dua) bulan setelah
periode pelaporan berakhir, dan setelah diriview oleh
SKPD yang membidangi pengawasan di pemerintah
daerah.

(2) Laporan Keuangan di integrasikan/dikonsolidasikan


kedalam laporan keuangan SKPD, untuk selanjutnya
diintergasikan/dikonsolidasikan kedalam laporan
keuangan pemerintah daerah, dan hasil riview
merupakan kesatuan dari laporan keuangan BLUD
RSUD tahunan.

Pasal 133
-94-

(1) Direktur selaku pemimpin BLUD RSUD Sekadau


PARAF KOORDINASI dalam hal pertanggungjawaban keuangan, selain
bertanggungjawab atas pengelolaan BLUD RSUD juga
Plt. Direktur
bertanggungjawab atas pengelolaan Anggaran

Kepala BPKAD Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Rumah Sakit


Umum Daerah Sekadau.
Kabag
Perekonomian (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dan SDA
pada ayat (1), Direktur dibantu oleh Kepala Bagian,
Kabag Hukum
Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi,
Komite-komite yang ada di Rumah Sakit, Satuan
pengawas Internal (SPI) dan Instalasi/Unit.
(3) Direktur dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai
fungsi sebagai penanggungjawab umum operasional
dan keuangan BLUD.

BAB XVIII
EVALUASI DAN PENILAIAN KERJA
Pasal 134
(1) Penilaian kinerja keuangan diukur paling sedikit
meliputi:
a. memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari
layanan yang diberikan (rentabilitas);
b.memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas);
c. memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas); dan
d.kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk
membiayai pengeluaran.

(2) Penilaian kinerja non keuangan diukur paling sedikit


berdasarkan prespektif, pelanggan, proses internal
pelayanan, pembelajaran dan pertumbuhan.

Pasal 135
Dalam rangka pembinaan untuk menjaga
kesinambungan implementasi kebijakan BLUD RSUD di
daerah, pemerintah daerah wajib melaporkan Unit
Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang menerapkan
BLUD RSUD disertai kinerja keuangan dan nonkeuangan
-95-

kepada menteri melalui Direktur Jendral Bina Keuangan


Daerah.
PARAF KOORDINASI
BAB XIX
Plt. Direktur PENCABUTAN PENERAPAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
Kepala BPKAD
Pasal 136
Kabag
Perekonomian
(1) Rumah Sakit dapat mengusulkan pencabutan
dan SDA penerapan BLUD RSUD kepada kepala daerah
Kabag Hukum melalui Sekretaris Daerah.
(2) Pencabutan penerapan BLUD RSUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan akibat:
a. peralihan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. kebijakan kepala daerah sesuai dengan
kewenangannya dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pencabutan penerapan BLUD RSUD dilakukan
melalui penilaian.
(4) Dalam rangka melakukan penilaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) kepala daerah membentuk
tim penilai yang ditetapkan dengan Keptusan Kepala
Daerah.
(5) Implikasi dari pencabutan penerapan BLUD,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Implikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
mencakup pendanaan, personil, prasarana dan data.

Pasal 137
(1) Tim penilai bertugas untuk menilai usulan
pencabutan penerapan BLUD RSUD paling lama 3
(tiga) bulan.
(2) Hasil penilaian oleh tim sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada kepala daerah sebagai
bahan pertimbangan pencabutan BLUD RSUD.
(3) Pencabutan penerapan BLUD RSUD ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Daerah.
(4) Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud
-96-

pada ayat (1) disampaikan kepada pimpinan Dewan


Perwakilan Rakyat daerah paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal ditetapkan.
(5) Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaporkan kepada Menteri Dalam
Negeri melalui Direktur Jenderal Bina Keuangan
Daerah paling lama 1 (satu) bulan sejak ditetapkan.

BAB XX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 138
Pembinaan dan pengawasan terhadap BLUD RSUD

PARAF KOORDINASI
dilakukan oleh Dewan Pengawas Dan SPI

Plt. Direktur

BAB XXI
Kepala BPKAD KETENTUAN PERALIHAN
Kabag Pasal139
Perekonomian
dan SDA Pada saat peraturan Bupati ini berlaku:

Kabag Hukum
a. Peraturan Bupati Sekadau Nomor 32 Tahun 2012
tentang Pedoman Tata Kelola Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sekadau (Berita Daerah Kabupaten
Sekadau Tahun 2012 Nomor 162);
b. Peraturan Bupati Nomor 44 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau
(Berita Daerah Kabupaten Sekadau Tahun 2014 Nomor
39); dan

BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 140
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Sekadau

Ditetapkan di Sekadau
-97-

pada tanggal 2020

BUPATI SEKADAU
PARAF HIERARKI
Sekretaris
daerah RUPINUS
Asisten II

Plt. Direktur

Anda mungkin juga menyukai