Anda di halaman 1dari 29

BUPATI RAJA AMPAT

PERATURAN BUPATI
NOMOR .. TAHUN 2023

TENTANG
TATA KELOLA / PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAW)
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI RAJA AMPAT

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf r Und


ang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, S
etiap Rumah Sakit Mempunyai Kewajiban menyusun dan m
elaksanakan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Byla
ws);
b. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 6 dan pasal 8
Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 6 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Raja Ampat, perlu menetapkan Peraturan Bupati
Tentang Tata Kelola / Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital Bylaws) UPT Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat.
c. bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat memiliki
peran strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan
masyarakat dan oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan bermutu sesuai dengan yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, dan b maka perlu menetapkan Peraturan
Bupati
Raja Ampat Tentang Tata Kelola/Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital Bylaws) UPT Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat;
Mengingat : 1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 6; Pemerintahan
daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan Peraturan
- peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan
2. Undang - undang Nomor 12 Tahun1969 tentang
Pembentukan Propinsi Otonomi Iran Barat dan Kabupaten-
kabupaten Otonomi di Propinsi Iran Barat (Lembaran
Negara Rebuplik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47
Tambahan Lembaran Negara 2907);
3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 nomor 135, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang- undang Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Undang- undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4842)
4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom,
Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo,
Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten
Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi,
Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten
Teluk Wondama di Provinsi Papa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4245)
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia;
10. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 307);
11. Undang-undang 36 Tahun 2016 Tentang Tenaga Kesehatan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887);
16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
28 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
tentang Petuniuk Teknis Penyusunan dan Penetapan
Standar Pelayanan Minimal;
18. Peraturan Menteri Dalam Neger Nomor 79 Tahun 2007
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian
Standar Pelayanan Minimal;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Beria Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2017


tentang Perangkat Daerah Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 349);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang
Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional.
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / MENKES / PER /
III / 2008 tentang Kesehatan Rekam Medis;
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755 / MENKES / PER /
IV / 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah
Sakit
25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit;
26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/Menkes/SKI
/Ill/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan daerah;
27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 772 / Menkes / SK /
VI / 2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital ByLaws)
28. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/ Menkes
/SK/I/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
29. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1128 Tahun 2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit
30. Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 1 Tahun
2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Menjadi
Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat
(Lembaran Daerah Nomor 02 Tahun 2008);
31. Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 6 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Raja Ampat (Lembaran Daerah Kabupaten Raja
Ampat Tahun 2016 Nomor 1270;
32. Peraturan Bupati Kabupaten Raja Ampat Nomor 19 Tahun
2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
Pokok dan Fungsi Serta Tata Kerja Perangkat Daerah Dinas
Kesehatan Kabupaten Raja Ampat.
33. Peraturan Bupati Kabupaten Raja Ampat Nomor 22 Tahun
2021 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat.
MEMUTUSKAN
Menetapakan : PERATURAN BUPATI RAJA AMPAT TENTANG TATA
KELOLA / PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT
(HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN RAJA AMPAT.
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Tata Kelola ini yang dimaksud adalah :
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Raja Ampat;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Raja Ampat;
4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Raja Ampat;
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten
Raja Ampat;
6. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat
OPD adalah unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah yang
terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
Inspektorat, Dinas, Badan dan Distrik;
7. Dinas Kesehatan selanjutnya disingkat DINKES adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat;
8. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Raja Ampat;
9. Rumah sakit adalah UPT Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat;
10. Direktur adalah Direktur UPT Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat;
11. Jabatan Struktural adalah jabatan yang secara nyata dan te
gas diatur dalam lini organisasi, yang terdiri atas Direktur, K
epala Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan Dan Pen
unjang, Kepala Seksi Pengembangan
12. Peraturan Internal (Hospital Bylaws) adalah aturan dasar ya
ng mengatur tata cara penyelenggaraan rumah sakit meliput
i peraturan internal korporasi dan peraturan internal staf me
dis.

13. Peraturan Internal Korporasi (Corporate Bylaws) adalah Per


aturan yang mengatur tentang hubungan antara Pemerintah
sebagai pemilik dengan Direktur dan Staf Medis UPT RSUD
Kabupaten Raja Ampat.
14. Dewan Pengawas adalah orang atau sekelompok orang yan
g dibentuk untuk membina dan mengawasi UPT RSUD Kab
upaten Raja Ampat.
15. Susunan Organisasi adalah Direktur, Kepala Sub Bagian
Tata Usaha, Kepala Seksi dan Kelompok Jabatan
Fungsional pada UPT Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat.;
16. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, kewajiban, kewenangan dan hak
seseorang pegawai dalam satuan organisasi yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau
keterampilan tertentu serta bersifat mandiri;
17. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative;
18. Staf Medis adalah Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan
yang bekerja purna waktu maupun paruh waktu di unit
pelayanan rumah sakit;
19. Unit pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya
kesehatan, yaitu rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
rawat intensif, kamar operasi, kamar bersalin, radiologi,
laboratorium dan lain-lain;
20. Unit kerja adalah tempat staf medis dan profesi kesehatan
lain yang menjalankan profesinya, dapat berbentuk instalasi,
unit dan lain-lain;
21. Komite Medis adalah adalah perangkat rumah sakit untuk
menerapkan tatakelola klinis (clininal governance) agar staf
medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis;
Sub Komite adalah Kelompok kerja di bawah Komite Medik
yang dibentuk untuk mengatasi masalah khusus, yang angg
otanya terdiri dari staf medis dan tenaga profesi lainnya sec
ara ex officio.
22. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus
seorang staf medis yang diberikan oleh Direktur untuk
melakukan sederetan pelayanan medis tertentu dalam
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan
berdasarkan penugasan klinis (clinical appointment);
23. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penetapan
Direktur kepada seorang staf medis untuk melakukan
sekelompok pelayanan medis di rumah sakit berdasarkan
daftar kewenangan klinis (white paper) yang telah disetujui
baginya;
24. Kredensialing adalah proses evaluasi terhadap staf medis
untuk menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis
(clinical privilege);
25. Rekredensialing adalah proses reevaluasi terhadap staf
medis yang telah memiliki kewenangan klinis (clinical
privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut
26. Priviliging adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh
kewenangan klinik (clinical privilege) dari Direktur setelah
dilakukan kredensialing atau rekredensialing;
27. Audit medis adalah upaya evaluasi secara professional
terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada
pasien dengan menggunakan rekam meds yang
dilaksanakan oleh profesi medis;
28. Paramedis adalah Profesi perawat dan bidan yang bekerja
di Unit Pelayanan Rumah Sakit;
29. Tenaga Kesehatan Lainnya adalah Tenaga Kesehatan
selain medis dan paramedis yang komposisinya diatur ole
undang-undang yang berlaku;
30. Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok orang
yang bertugas melaksanakan administrasi perkantoran guna
menunjang pelaksanaan tugas- tugas pelayanan;
31. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan t
ugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Aparatu
r Sipil Negara dalam suatu organisasi yang dalam pelaksan
aan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/ atau ketrampil
an tertentu serta bersifat mandiri;
32. Kelompok Jabatan Fungsional adalah kumpulan jabatan fun
gsional yang terdiri dari sejumlah tenaga ahli dalam jenjang j
abatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok se
suai keahliannya;
33. Unit Pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya
kesehatan, yaitu rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, raw
at intensif, kamar operasi, kamar bersalin, radiologi, laborato
rium, dan lain-lain;

34. Pelayanan Medis adalah segala kegiatan pelayanan keseha


tan oleh tenaga medis yang diberikan kepada seseorang dal
am rangka observasi, diagnosis, pengobatan atau pelayana
n kesehatan lainnya;
35. Pelayanan Keperawatan adalah pelayanan terhadap pas1en
yang dilakukan oleh tenaga perawat dan/atau bidan dengan
menggunakan proses keperawatan.
36. Pelayanan Penunjang Medis adalah pelayanan yang diberik
an dalam rangka penegakan diagnosa penyakit dan pengob
atan penderita;
37. Pelayanan Penunjang Non Medis adalah pelayanan yang di
berikan rumah sakit yang secara tidak langsung berkaitan d
engan pelayanan medis;
38. Central Sterile Supply Departement (CSSD) adalah instalasi
yang melayanni pelayanan sterilisasi dengan fasilitas untuk
menerima, mendesinfeksi, membersihkan, mengemas, men
steril, menyimpan dan mendistribusikan alat- alat (baik yang
dapat dipakai berulang kali dan alat yang sekali pakai), sesu
ai dengan standar prosedur;
39. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
(IPSRS) adalah suatu unit fungsional untuk melaksanakan k
egiatan teknis instalasi, pemeliharaan dan perbaikan, agar f
asilitas yang menunjang pelayanan kesehatan di rumah saki
t yaitu sarana, prasarana dan peralatan alat kesehatan RS s
elalu berada dalam keadaan layak pakai guna menunJang p
elayanan kesehatan yang paripurna dan prima kepada pela
nggan;
40. Satuan Pemeriksa Internal adalah perangkat yang bertugas
melakukan pengawasan dan pengendalian internal dalam ra
ngka membantu Direktur untuk meningkatkan kinerja pelaya
nan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial sekitarnya d
alam menyelenggarakan praktek bisnis sehat;
41. Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok orang y
ang bertugas melaksanakan adrninistrasi perkantoran guna
menunjang pelaksanaan tugas- tugas staf medis, Komite Me
dik, dan sub komite khususnya yang terkait gengan etik dan
mutu medis;
42. Regulator adalah adalah rangkaian regulasi pihak yang men
gatur, mengawasi atau menegakkan peraturan di dalam sua
tu kegiatan bertugas mengatur ketertiban dan terlaksananya
suatu kegiatan, mengawasi bila ada pihak yang melanggar p
eraturan;

Pasal 2
Nama, Falsafah, Visi, Misi, Tujuan, Moto dan Nilai Dasar, Tugas
Pokok dan Fungsi UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat :
1. Nama rumah sakit adalah UPT Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat
2. Falsafah rumah sakit adalah:
a. Kami meyakini bahwa mutu adalah unsur utama dalam
melayani pasien;
b. Kami meyakini bahwa prosedur pelayanan yang mudah
serta tidak berbelit- belit akan menyenangkan pasien;
c. Kami meyakini bahwa sikap ramah dan baik serta
professional akan membantu pasien untuk mecapai
kesembuhan dan kepuasan;
d. Kami meyakini bahwa sika, pengetahuan, dan ketrampilan
kami sangat mempengaruhi mutu pelayanan;
e. Kami meyakini bahwa bekerja adalah ibadah
f. Kami meyakini bahwa bekerja adalah ibadah.
Kami meyakini bahwa salah satu tolak ukur keberhasilan
UPT RSUD Raja Ampat adalah pemanfaatan rumah sakit
oleh Masyarakat; dan
g. Kami meyakini bahwa saran dan kritik dari masyarakat akan
membuat RS menjadi lebih baik
3. Visi Rumah Sakit adalah Menjadi Penyedia Pelayanan kesehatan
Rujukan Bagi Masyarakat Raja ampat;
4. Misi Rumah Sakit adalah:
a. Menata manajemen pelayanan rumah sakit sesuai tipe RS
dan kondisi daerah;
b. Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia RS
yang profesional
c. Meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana
penunjang pelayanan RS
d. Memberikan pengobatan gratis bagi penyakit tertentu
e. Mengupayakan pemenuhan kesejahteraan yang layak bagi
seluruh petugas RS
f. Mewujudkan Raja Ampat sebagai tujuan utama wisata
bahari di Indonesia
5. Tujuan Strategis Rumah Sakit :
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dan
terpadu kepada seluruh lapisan masyarakat;
b. Meningkatkan citra pelayanan pemerintah di bidang
pelayanan kesehatan;

6. Motto Rumah Sakit :


“Hati yang gembira adalah Obat”.
7. Nilai – Nilai Dasar Rumah Sakit adalah :
a. Kejujuran
 Senantiasa mengutamakan kejujuran dalam segala
sikap dan perbuatan
 Menyadari bahwa semua perbuatan akan
dipertanggungjawabkan di akhirat nanti
 Senantiasa menyatakan kebenaran dan kesalahan
secara bertanggung jawab serta berdasarkan data
dan fakta
b. Kebersamaan
 Menyadari bahwa semua pekerjaan tidak dapat
diselesaikan sendiri namun perlu kerjasama tim
 Kebersamaan dalam suka dan duka
 Kesuksesan rumah sakit berkat kerja bersama
seluruh karyawan
c. Kerendahan Hati
 Senantiasa menghargai dan menghormati pendapat
orang lain
 Menghormati orang lain sama dengan menghormati
diri sendiri
 Menyadari kelemahan diri
d. Kesediaan Melayani
 Melayani Pasien dengan ikhlas
 Mengutamakan kepentingan Pasien dan Rumah
Sakitt
e. Kerja Keras
 Melaksanakan tugas dengan bersungguh-sungguh
 Memiliki keyakinan atas kemampuan diri
f. Kasih Sayang
 Saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan
 Saling menasehati dalam kebenaran
 Senantiasa menutup aib / kesalahan orang lain
g. Loyalitas
 Senantiasa loyal / setia kepada atasan, sejawat dan
bawahan
 Memegang teguh rahasia jabatan
 Senantiasa menjaga sarana dan prasarana rumah
sakit dengan baik.

8. Rumah sakit mempunyai tugas pokok membantu Bupati


menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan upaya
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan
rujukan, dan menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat
9. Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (8), rumah sakit mempunyai fungsi:
 Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan
kesehatan;
 Menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat (Rawat
jalan, Rawat Inap,Gawat darurat, Layanan Umum dan
Peninjang Medis) sesuai aturan yang berlaku;
BAB II
KEDUDUKAN
Pasal 3
1. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat sebagai
rumah sakit milik Pemerintah Daerah yang merupakan
unsur pendukung tugas Bupati di bidang kesehatan, yang
berkedudukan di bawah Dinas Kesehatan
2. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh
Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kedudukan Pemerintah Daerah
Pasal 4
1. Pemerintah daerah bertanggungjawab terhadap kelangsungan
hidup, perkembangan dan kemajuan rumah sakit sesuai dengan
yang diharapkan oleh masyarakat.
2. Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tanggungjawabnya
mempunyai kewenangan:
a. Menentukan kebijakan secara umum UPT Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat;
b. Mengangkat dan memberhentikan Direktur, Kepala Sub
Bagian dan Kepala Seksi;
c. Menyetujui dan mensahkan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA); dan
d. Mengawasi dan mengevaluasi kineria UPT Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat
e. Memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar
ketentuan dan memberikan penghargaan kepada pegawai
yang berprestasi.

3. Pemerintah daerah bertanggunggugat atas terjadinya kerugian


pihak lain, termasuk pasien, akibat kelalaian dan/atau kesalahan
dalam pengelolaan rumah sakit.
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 5
1. Susunan organisasi UPT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Raja Ampat terdiri dari:
a. Direktur
b. Sub Bagian Tata Usaha membawahi urusan :
1). Pelaksana Urusan Ketatausahaan
2). Pelaksana Urusan kerumahtanggaan
3). Pelaksana Urusan Kepegawaian
4). Pelaksana Urusan Keuangan dan Aset
5). Pelaksana Urusan Hukum
6). Peaksana Urusan Hubungan Masyarakat
7). Pelaksana Urusan Program dan Informasi
c. Seksi Pelayanan Dan Penunjang membawahi urusan :
1). Pelaksana Urusan IGD (Instalasi Gawat Darurat) :
 IGD
 IGD PONEK
2). Pelaksana Urusan Poli Rawat Jalan :
 Pelaksana Urusan Poli Umum
 Pelaksana Urusan Poli Gigi
 Pelaksana Urusan Poli Anak
 Pelaksana Urusan Poli Penyakit Dalam
 Pelaksanan Urusan Poli Bedah
 Pelaksanan Urusan Poli Kebidanan
 Pelaksana Urusan Poli TB Paru
 Pelaksana Urusan Poli Gizi
3). Pelaksana Urusan Rawat Inap
 Pelaksana Urusan Rawat Inap Penyakit Dalam
 Pelaksana Urusan Rawat Inap Bedah
 Pelaksana Urusan Rawat Inap Anak
 Pelaksana Urusan Rawat Inap Kebidanan
4). Pelaksana Urusan Ruang Kamar Operasi
5). Pelaksana Urusan Ruang Intensive Care Unit (ICU)
6). Pelaksana Urusan Rawat Inap Perinatologi
7). Pelaksana Urusan Ruang Rawat Inap VIP
8). Pelaksana Urusan Penunjang :
 Pelaksana Urusan Laboratorium
 Pelaksana Urusan Farmasi
 Pelaksana Urusan Radiologi
 Pelaksana Urusan Kesehatan Lingkungan
 Pelaksana Urusan Laundry
 Pelaksana Urusan Kamar Jenazah
 Pelaksana Urusan Hiperbarik
 Pelaksana Urusan Gas Medik
 Pelaksana Urusan UTD (Unit Transfusi Darah)
 Pelaksana Urusan Teknisi Medis
 Pelaksana Urusan Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit
 Pelaksana Urusan Casemix BPJS
d. Seksi Pengembangan membawahi urusan :
1). Pelaksana Urusan Penelitian
2). Pelaksana Urusan Pengembangan dan Peningkatan
Sumber Daya Manusia (SDM)
3). Pelaksana Urusan Rekam Medik
e. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari
1). Komite Medik
2). Komite Keperawatan
3). Komite Nakes Lainnya
4). Komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
5). Komite PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien)
6). Komite K3RS (Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah
Sakit)
7). Tim Casemix
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi dan Kelompok
Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
3. Struktur Organisasi UPT Rumah Sakit Umum Daerah (UPT
RSUD) sebagaimana tercantum pada lampiran merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini
BAB IV
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
Paragraf 1
Dewan Pengawas
Pasal 6
1 Dewan Pengawas merupakan unit nonstruktural yang bersifat ind
ependen, dibentuk dan bertanggung jawab kepada pemilik Ruma
h Sakit.
2 Dewan Pengawas berfungsi sebagai governing body Rumah Saki
t dalam melakukan pembinaan dan pengawasan non teknis peru
mahsakitan secara internal di Rumah Sakit.
3 Keputusan Dewan Pengawas bersifat kolektif kolegia.

Pasal 7
1 Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6, Dewan Pengawas bertugas:
a. menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;
b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategi
s;
c. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;
d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya;
e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;
f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit;
g. mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sakit, etika
profesi, dan peraturan perundang-undangan;
2 Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada pemilik Rumah Sakit paling sedik
it 1 (satu) kali dalam satu semester dan sewaktu-sewaktu atas pe
rmintaan pemilik Rumah Sakit.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengawas mempunyai w
ewenang:
a. menerima dan memberikan penilaian terhadap laporan kinerja
dan keuangan Rumah Sakit dari Kepala/Direktur Rumah Sakit;
b. menerima laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Satu
an Pemeriksa Internal Rumah Sakit dengan sepengetahuan Ke
pala/Direktur Rumah Sakit dan memantau pelaksanaan rekom
endasi tindak lanjut;
c. meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat manajemen l
ainnya mengenai penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sak
it dengan sepengetahuan Kepala/Direktur Rumah Sakit sesu
ai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) a
tau Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governance);
d. meminta penjelasan dari komite atau unit nonstruktural di Ru
mah Sakit terkait pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Peng
awas sesuai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospita
l bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governa
nce);
e. berkoordinasi dengan Kepala/Direktur Rumah Sakit dalam me
nyusun Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) ata
u Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governance), untuk d
itetapkan oleh pemilik;
f. memberikan rekomendasi perbaikan terhadap
pengelolaan Rumah Sakit.

BAB IV
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
Paragraf 2
Direktur
Pasal 7
1. Direktur mempunyai tugas membantu kepala dinas
melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna dan profesional yang menjadi kewenangan Daerah.
2. Direktur dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a. Mematuhi perundang-undangan yang berlaku.
b. Menjalankan visi dan misi rumah sakit yang telah ditetapka
n.
c. Menetapkan kebijakan rumah sakit.
d. Memberikan tanggapan terhadap setiap laporan pemeriksaa
n yang dilakukan oleh regulator.
e. Mengelola dan mengendalikan sumber daya manusia, keua
ngan dan sumber daya lainnya.
f. Merekomendasikan sejumlah kebijakan, rencana strategis, d
an anggaran kepada Representatif pemilik/Dewan Pengawa
s untuk mendapatkan persetujuan.
g. Menetapkan prioritas perbaikan tingkat rumah sakit yaitu per
baikan yang akan berdampak luas/menyeluruh di rumah sak
it yang akan dilakukan pengukuran sebagai indikator mutu p
rioritas rumah sakit.
h. Melaporkan hasil pelaksanaan program mutu dan keselama
tan pasien meliputi pengukuran data dan laporan semua insi
den keselamatan pasien secara berkala setiap 3 (tiga) bulan
kepada Representasi pemilik/Dewan Pengawas.
i. Melaporkan hasil pelaksanaan program manajemen risiko k
epada Representasi pemilik/Dewan Pengawas setiap 6 (ena
m) bulan.
j. Perumusan kebijakan teknis RSUD;
k. Pelaksanaan kebijakan teknis RSUD;
l. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan teknis RSUD;
m. Pelaksanaan administrasi RSUD sesuai dengan lingkup
tugasnya;
n. Penyampaian laporan pelaksanaan pengelolaan keuangan
dan barang milik Daerah RSUD;
o. Penyampaian laporan bidang kepegawaian RSUD; dan
p. Pelaksanaan fungi kedinasan lain yang diberikan oleh
kepala dinas terkait dengan tugas dan fungsinya;

Paragraf 3
Kepala Subbagian Tata Usaha
Pasal 8
1. Kepala Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan, mengoordinasikan dan mengendalikan kegiatan
ketatausahaan,kerumahtanggaan,kepegawaian,keuangan,pengel
olaan aset,hukum,hubungan masyarakat serta pengembangan
program dan informasi RSUD.
2. Kepala Subbagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana keria bagian;
b. Pengelolaan pelayanan administrasi umum RSUD;
c. Pengelolaan pelayanan administrasi kepegawaian RSUD;
d. Pengelolaan pelayanan administrasi keuangan dan
pengelolaan aset RSUD;
e. Pengelolaan pengembangan program dan informasi RSUD;
f. Pengelolaan kerumahtanggaan, ketatalaksanaan,
kerjasama, perundang- undangan, kearsipan, perpustakaan,
hubungan masyarakat dan protokol RSUD;
g. Pelaksanaan koordinasi di bidang umum dan kepegawaian;
h. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
umum dan kepegawaian;
I. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas dan
fungi bagian; dan
j. Pelaksanaan funsgi kedinasan lain yang diberikan oleh
Direktur terkait dengan tugas dan fungsinya.

Paragraf 3
Seksi Pelayanan dan Penunjang
Pasal 8
1. Seksi Pelayanan dan Penunjang mempunyai tugas menyiapkan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis,
pengoordinasian, monitoring, evaluasi dan pelaporan yang
berkaitan dengan pelayanan medis dan penunjang medik,
pelayanan keperawatan RSUD dan penunjang non medik RSUD.
2. Seksi Pelayanan dan Penunjang dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana kerja bidang;
b. Penyiapan bahan dan perumusan konsep kebijakan teknis
yang berkenaan dengan pelayanan medis dan penunjang
medik, pelayanan keperawatan RSUD dan penunjang non
medik RSUD;

c. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan teknis yang


berkenaan dengan pelayanan medis dan penunjang medik,
pelayanan keperawatan RSUD dan penunjang non medik
RSUD;
d. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang
pelayanan medis dan penunjang medik, pelayanan
keperawatan RSUD dan penunjang non medik RSUD;
e. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
pelayanan medis dan penunjang medik, pelayanan
keperawatan RSUD dan penunjang non medik RSUD;
f. Pelaksanaan koordinasi di bidang pelayanan meds dan
penunjang medik, pelayanan keperawatan RSUD dan
penunjang non medik RSUD;
g. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pelayanan medis dan penunjang medik, pelayanan
keperawatan RSUD dan penunjang non medik RSUD;
h. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas dan
fungsi bidang; dan
i. Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh
direktur terkait dengan tugas dan fungsinya;
Paragraf 4
Seksi Pengembangan
Pasal 9
1. Seksi Pengembangan mempunyai tugas menyiapkan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis, pengoordinasian,
monitoring, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan
penelitian, pengembangan dan peningkatan sumber daya
manusia (SDM) serta rekam medis RSUD;
2. Bidang Pengembangan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana keria bidang;
b. Penyiapan bahan dan perumusan konsep kebijakan teknis
yang berkenaan dengan penelitian, pengembangan dan
peningkatan sumber daya manusia (SDM) serta rekam
medis;
c. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan teknis yang
berkenaan dengan penelitian, pengembangan dan
peningkatan sumberdava manusia (SDMI serta rekam
medis;
d. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang
penelitian, pengembangan dan peningkatan sumber daya
manusia (SDM) serta rekam medis;

e. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang


penelitian, pengembangan dan peningkatan sumber daya
manusia (SDM) serta rekam medis;
f. Pelaksanaan koordinasidi bidang penelitian, pengembangan
dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) serta rekam
medis;
g. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penelitian, pengembangan dan peningkatan sumber daya
manusia (SDM) serta rekam medis;
h. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas dan
fungi bidang; dan
i. Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh
direktur terkait dengan tugas dan fungsinya.
Bagian Kedua
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 10
1. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga
fungsional yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan
fungsional sesuai bidang keahliannya.
2. Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada.
3. Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai peraturan
perundang- undangan.
Komite Medik
Pasal 11
1. Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan
tatakelola klinis (clininal governance) agar staf medis di rumah
sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan
disiplin profesi medis.
2. Susunan, fungsi, tugas dan kewajiban, serta tanggungjawab dan
kewenangan Komite Medik diuraikan lebih lanjut dalam Bab Tata
Kelola Staf Medis.

Komite Keperawatan
Pasal 12
Guna membantu direktur dalam menyusun standar pelayanan
keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur kewenangan
(previlege) perawat dan bidan, mengembangkan pelayanan
keperawatan, program pendidikan, pelatihan dan penelitian serta
mengambangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dibentuk
Komite Keperawatan
Pasal 13
1. Komite Keperawatan sebagaimana diatur dala pasal 13
merupakan badan non struktural yang berada di bawah seta
bertanggung jawab kepada Direktur
2. Ketua Komite Keperawatan diangkat dan ditetapkan dengan
Keputusan Direktur
3. Susunan organisasi Komite Keperawatan diusulkan oleh ketua
Komite Keperawatan dan ditetapkan oleh Direktur dengan
memperhatikan saran dari seksi Pelayanan dan Penunjang
4. Dalam menjalankan tugasnya Komite Keperawatan wajib
menjalin kerjasama dengan komite, seksi dan unit lain yang ada
di UPT Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat.
Komite Nakes Lainnya
Pasal 14
1. Komite Nakes Lainnya beranggotakan seluruh petugas
kesehatan yang ada di RS selain dokter, perawat dan bidan
2. Ketua Komite Nakes Lainnya diangkat dan ditetapkan dengan
Keputusan Direktur
3. Susunan organisasi Komite Nakes Lainnya diusulkan oleh Ketua
Komite Keperawatan dan ditetapkan oleh Direktur dengan
memperhatikan saran dari seksi Pelayanan dan Penunjang
4. Dalam menjalankan tugasnya Komite Nakes Lainnya wajib
menjalin kerjasama dengan komite, seksi dan unit lain yang ada
di UPT Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat
Komite Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI)
Pasal 15
1. Komite PPI di pimpin oleh seorang dokter yang diangkat dan
ditetapkan dengan Keputusan Direktur
2. Susunan organisasi, tugas pokok dan fungsi Komite PPI
diuraikan lebih lanjut pada panduan Komite PPI
Komite Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Pasal 16
1. Komite PMKP di pimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan
ditetapkan dengan Keputusan Direktur.
2. Susunan organisasi, tugas pokok dan fungi Komite PMKP
diuraikan lebih lanjut pada panduan Komite PMKP
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pasal 17
1. Komite K3 di pimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan
ditetapkan dengan Keputusan Direktur
2. Susunan organisasi, tugas pokok dan fungi pada panduan Komite
K3
Bagian Ketiga
Organisasi Pelaksana
Instalasi
Pasal 18
1. Guna memungkinkan penelenggaraan kegiatan pelayanan,
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
kesehatan dibentuk instalasi yang merupakan unit pelayanan non
struktural.
2. Instalasi dapat berada langsung di bawah Direktur atau Seksi.
3. Pembentukan instalasi ditetapkan dengan keputusan Direktur.
4. Instalasi dipimpin oleh Kepala Instalasi yang diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur.

5. Dalam melaksanakan kegiatan operasional pelayanan wajib


berkoordinasi dengan seksi terkait.
6. Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
tenaga fungsional dan atau tenaga non fungsional.
Pasal 19
1. Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis
organisasi dan kebutuhan berdasar peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Pembentukan dan perubahan jumlah maupun jenis instalasi
dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan.
Pasal 20
Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan,
melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi, seta melaporkan
kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing kepada Direktur.
Pasal 21
Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan,
melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi, seta melaporkan
kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing kepada Direktur.

BAB V
KEPANGKATAN, PENGANGKATAN DAN
PEMBERHENTIAN DALAM JABATAN
Bagian Pertama
Kepangkatan
Pasal 22
1. Direktur adalah Jabatan Eselon Ill.a
2. Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi adalah Jabatan Eselon
IV.b.
Bagian Kedua
Persyaratan menjadi Direktur, Kepala Sub Bagian
dan Kepala Seksi
Pasal 23
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Direktur adalah:
a. Seorang tenaga medis berstatus Pegawai Negeri Sipil yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan
b. Berpangkat Minimal Penata (IV/a)
c. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
rumah sakit;
d. Bersedia membuat Surat Pernyataan Kesanggupan untuk
menjalankan tugas secara professional di rumah sakit;
Pasal 24
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Umum
adalah:
a. Seorang Pegawai Neger Sipil berpendidikan minimal Sarjana
atau Sederajat,
b. Berpangkat Minimal Penata Muda Tingkat 1 (IIl/b);
c. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
pelayanan umum, kepegawaian,keuangan dan perencanaan
rumah sakit;
d. Mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan mum dan
administrasi rumah sakit;
e. Bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk
meningkatkan dan mengembangkan pelayanan umum serta
mampu menjalankan prinsip pengelolaan keuangan yang sehat di
rumah sakit;
Pasal 25
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Pelayanan dan
Penunjang adalah:
a. Seorang Pegawai Negeri Sipil berpendidikan minimal DIll atau
Sederajat
b. Berpangkat minimal Penata Muda Tingkat I(Ill/b);
c. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
pelayanan yang profesional;
d. Mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan rumah
sakit
e. Bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk
meningkatkan dan mengembangkan pelayanan di rumah sakit;
Pasal 26
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Pengembangan adalah:
a. Seorang Pegawai Negeri Sipil berpendidikan minimal DIll atau
Sederajat
b. Berpangkat minimal Penata Muda Tingkat I(Ill/b);
c. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
pelayanan yang profesional;
d. Mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan rumah
sakit.

Bagian Ketiga
Pengangkatan dan Pemberhentian Dalam jabatan
Pasal 27
1. Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atas usulan
Kepala Dinas Kesehatan
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan dan
Penunjang, serta Kepala Seksi Keperawatan diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati atas usul Direktur, setelah mendapat
persetujuan Kepala Dinas Kesehatan;
3. Bupati dapat mendelegasikan kewenangan pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi kepada
Sekretaris Daerah atas usulan Direktur setelah mendapat
persetujuan Kepala Dinas Kesehatan;
4. Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Kepala Sub
Bagian dan Kepala Seksi ditetapkan berdasarkan kompetensi
dan kebutuhan serta sesuai dengan Undang-Undang yang
berlaku;
5. Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
keahlian berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku
yang diperlukan dalam tugas jabatan.
6. Kelompok Jabatan Fungsional diangkat dan diberhentikan sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku.
Pasal 28
Direktur, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi dapat
diberhentikan karena:
a. meninggal dunia;
b. berhalangan secara tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut;
c. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik;
d. melanggar misi, kebijakan atau ketentuan-ketentuan lain yang
telah digariskan;
e. mengundurkan diri karena alasan yang patut;
f. terlibat dalam suatu perbuatan melanggar hukum yang ancaman
pidananya 5 (lima) tahun atau lebih.
BAB VI
TATA KELOLA
Pasal 29
Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi di
lingkungan rumah sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi, sinkronisasi dan pendekatan lintas fungsi (cross functional
approach) secara vertikal dan horizontal baik di lingkungannya serta
dengan unit lain sesuai tugas masing-masing.

Pasal 30
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya
masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan, wajib mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pasal 31
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggungjawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan dan memberikan bimbingan serta
petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
Pasal 32
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk dan bertanggungjawab kepada atasan serta menyampaikan
laporan berkala
Pasal 33
Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan satuan organisasi
dari bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan
perubahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk
memberikan petunjuk kepada bawahannya.
Pasal 34
Kepala Sub bagian dan Kepala Seksi wajib menyampaikan laporan
berkala kepada Direktur Rumah Sakit sebagai atasannya lansung.
Pasal 35
Kepala Instalasi dan Unit lain wajib menyampaikan laporan berkala
kepada atasannya masing-masing
Pasal 36
Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan
lengkap dengan semua lampirannya disampaikan pula kepada satuan
organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja
Pasal 37
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organsasi
dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka
pemberian bimbingan dan pembinaan kepada bawahan masing-
masing wajib mengadakan rapat berkala.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pasal 38
Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan pengaturan dan
kebijakan yang jelas mengenai Sumber Daya Manusia yang
berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan kualitatif untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien.

Pengangkatan Pegawai
Pasal 39
1. Pegawai rumah sakit dapat berasal dari Pegawai Negeri Sipil
atau Non Pegawai Negeri Sipil profesional sesuai dengan
kebutuhan yang dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan
kontrak;
2. Pengangkatan pegawai rumah sakit yang berasal dari Pegawai
Negeri Sipil disesuaikan dengan peraturan perundangan-
undangan;
3. Pengangkatan pegawai rumah sakit yang berasal dari Non
Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan pada prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktif dalam rangka peningkatan
pelayanan;
4. Mekanisme pengangkatan pegawai rumah sakit yang berasal dari
Non Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati
Rotasi Pegawai
Pasal 40
1. Rotasi Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil
dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan kinerja dan
pengembangan karir;
2. Rotasi dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a.Penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesai dengan
pendidikan dan ketrampilannya;
b. Masa kerja di unit tertentu;
c. Pengalaman pada bidang tugas tertentu;
d. Kegunaannya dalam menunjang karir
e. Kondisi fisik dan psikis pegawai
Disiplin Pegawai
Pasal 41
1. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban yang
dituangkan dalam :
a. Daftar Hadir;
b. Laporan Kegiatan; dan
c. Penilaian Kinerja
2. Tingkatan dan jenis hukuman disiplin pegawai, meliputi:
a. Hukuman disiplin ringan, yang terdiri dari teguran lisan,
teguran tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis;

b. Hukuman disiplin sedang, yang terdiri dari penundaan


kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun,
penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk
paling lama 1 (satu) tahun, dan penundaan kenaikan
pangkat untuk paling lama 1(satu) tahun;
c. Hukuman disiplin berat, yang terdiri dari penurunan pangkat
setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun,
pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, dan
pemberhentian tidak hormat sebagai PNS
Pemberhentian Pegawai
Pasal 42
1. Pemberhentian pegawai berstatus PNS dilakukan dengan
peraturan tentang pemberhentian PNS;
2. Pemberhentian pegawai berstatus Non PNS dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberhentian atas permintaan sendiri dilaksanakan
apabila pegawai rumah sakit Non PNS mengajukan
permohonan pemberhentian sebagai pegawai pada masa
kontrak dan atau tidak memperpanjang masa kontrak
b. Pemberhentian karena mencapai batas usia pension
dilaksanakan apabila pegawai rumah sakin Non PNS telah
memasuki batas usia pension sebagai berikut ;
1) Batas usia pension tenaga medis 60 tahun
2) Batas usia pension tenaga paramedis dan nakes
lainnya 56 tahun
3) Batas usia pension tenaga umum 56 tahun
3. Pemberhentian tidak atas permintaan sendiri dilaksanakan
apabila pegawai rumah sakit Non PNS melakukan tindakan
Tindakan pelanggaran sesuai yang diatur dalam ketentuan
disiplin pegawai
Standar Pelayanan Minimal
Pasal 43
1. Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas
pelayanan umum yang diberikan oleh rumah sakit, Bupati
menetapkan Standar Pelayanan Minimal rumah sakit dengan
Peraturan Bupati;
2. Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat diusulkan oleh Direktur;
3. Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan
kesetaraan layanan serta kemudahan untuk mendapatkan
layanan.
Pasal 44
Standar Pelayanan Minimal harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Fokus pada jenis pelayanan;
b. Terukur;
c. Dapat dicapai;
d. Relevan dan dapat diandalkan; dan
e. Tepat waktu
Pasal 45
1. Fokus pada pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
huruf a, mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang
terwujudnya tugas daungsi rumah sakit
2. Terukur sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b,
merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan
3. Dapat dicapai sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 huruf c,
merupakan kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya,
rasional, sesuai kemampuan, dan tingkat pemanfaatannya.
4. Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 d, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat
dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi rumah sakit
5. Tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 huruf e,
merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang
telah ditetapkan.
Pengelolaan Keuangan
Pasal 46
Pengelolaan kuangan rumah sakit berdasarkan prinsip efektifitas,
efisiensi dan produktifitas dengan berasaskan akuntabilitas dan
transparansi.
Pasal 47
Dalam rangka penerapan prinsip sebagaimana dimaksud dalam pasal
46, maka dalam penatausah aan keuangan diterapkan Sistem
Akuntansi berbasis Akrual (SAK) dan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
Tarif Pelayanan
Pasal 48
1. Rumah salit dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai
imbalan atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan;
2. Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam bentuk tarif yang
disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan
atau hasil per investasi dana;

3. Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa


besaran tarif dan/atau pola tarif sesuai jenis layanan rumah sakit
Pasal 49
1. Tarif layanan rumah sakit diusulkan oleh Direktur kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah setelah mendapat persetujuan Kepala
Dinas
2. Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan Peraturan Bupati
3. Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan,
daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat
4. Bupati dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dapat membentuk Tim
5. Pembentukan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
ditetapkan oleh Bupati yang keanggotaannya dapat berasal dari :
a. Pembina teknis;
b. Pembina keuangan;
c. Unsur perguruan tinggi; dan
d. Organisasi profesi
Pasal 50
1. Peraturan Bupati mengenai tarif layanan rumah sakit dapat
dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan
keadaan
2. Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilakukan secara keseluruhan maupun per unit layanan
3. Proses prubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2), berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 49.
Jasa Pelayanan
Pasal 51
Jasa pelayanan kesehatan yang diperoleh di UPT Rumah Sakit yang
dibagikan besarannya dalam kisaran 30 – 50% (tiga puluh sampai
dengan lima puluh persen) dari total pendapatan Kesehatan tersebut
berdasarkan peraturan menteri kesehatan dan peraturan daerah yang
berlaku.
Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Rumah Sakit
Pasal 52
1. Rumah Sakit wajib menjaga lingkungan, baik internal maupun
eksternal
2. Pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan yang berorientasi
kepada keamanan, kenyamanan, kebersihan, kesehatan,
kerapihan, keindahan dan keselamatan.
3. Pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
meliputi pengelolaan Limbah Rumah Sakit
4. Pengelolaan Limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
meliputi limbah medis dan non medis
5. Tata laksana pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), mengacu pada ketentuan perundang-undangan
BAB VII
KETENTUAN PERUBAHAN
Pasal 53
1. Tata Kelola rumah sakit dapat dilakukan perubahan Review
dalam waktu 3 tahun sekali.
2. Perubahan Tata Kelola rumah sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
3. Mekanisme perubahan Tata Kelola rumah sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
BAB VIII
PENUTUP
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan kepada Sekretaris
Daerah untuk menempatkannya dalam Berita Daerah.

Ditetapkan di : Waisai
Pada tanggal : …, November 2023

BUPATI RAJA AMPAT

ABDUL FARIS UMLATI, SE


Diundangkan di Waisai
Pada tanggal …, November 2023
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

DR. YUSUF SALIM. M.Si


NIP. 19670117 199201 1 002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT TAHUN … NOMOR …

Anda mungkin juga menyukai