Anda di halaman 1dari 536

Standar Substandar

1.1.PERENCANAAN
PUSKESMAS SECARA
TERPADU

1.1.1
1.1.1
1.1.2
1.2 TATA KELOLA ORGANISAS 1.2.1

1.2.2
1.2.3
1.2.4

1.3 MANAJEMEN 1.3.1


PUSKESMAS
1.3.2
1.3.3

1.3.4
1.3.5
1.4 MANAJEMEN
FASILITAS DN
KESELAMATAN (MFK)
1.4.1.
1.4.2.
1.4.3
1.4.4
1.4.5
1.4.6

1.4.7
1.4.8

1.5 PENGAWASAN,
PENGENDALIAN DAN
PENILAIAN KINERJA
1.5

1.5.1
1.5.2
1.5.3

1.6.PERAN DINAS
KESEHATAN KAB/KOTA
1.6

1.6.1

1.4.4
1.5

1.5.1
1.5.2
1.5.3
1.5.5
1.5.6
1.6

1.6.1
1.6.2

1.6.3
6. Rekomendasi hasil
pertemuan tinjauan
manajemen ditindaklanjuti
dan dievaluasi. (D)

1.7
1.7.1
1.6.3

1.6.4
1.6.5

1.6.6
1.6.7
1.6.8

1.6.9
1.6.10

1.6.11
1.7

1.7.1

1.8

1.8.1
1.8.2

1.8.3
1.8.4
Kriteria
Perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
dilakukan secara terpadu yang berbasis wilayah kerja
Puskesmas bersama dengan lintas program dan lintas sektor
serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta dalam pelaksanaan kegiatan harus memperhatikan
kemudahan akses pengguna layanan

PENETAPAN JENIS-JENIS PELAYANAN

Puskesmas wajib
menyediakan Jenis-jenis pelayanan yang ditetapkan
berdasarkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai, analisis
kebutuhan masyarakat, analisis peluang pengembangan
pelayanan, analisis risiko pelayanan, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dituangkan dalam perencanaan. .
(lihat juga PMP 5.1; dan PMP 5.2 )
AKSES PENGGUNA LAYANAN
Masyarakat sebagai penerima manfaat layanan, lintas program dan
lintas sektor mendapatkan kemudahan akses informasi tentang
hak dan kewajiban pasien, jenis jenis pelayanan, dfan kegiatan
kegiatan Puskesmas serta akses terhadap pelayanan dan
penyampaian umpan balik (lihat juga UKM : 2.2.1, 2.2.2)
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas, wewenang,
tanggung jawab, dan Tata Hubungan kerja serta persyaratan
Jabatan

DOKUMEN REGULASI
Kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kerangka acuan
terkait pelaksanaan kegiatan disusun, di dokumentasikan dan
dikendalikan, termasuk pengendalian dokumen bukti pelaksanaan
kegiatan

PENGELOLAAN JARINGAN DAN JEJARING

Jaringan Pelayanan Puskesmas dan jejaring Puskesmas di wilayah


kerja Puskesmas di kelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kepada masyarakat
SISTIM INFORMASI PUSKESMAS
Puskesmas menjamin ketersediaan data dan informasi melalui
penyelenggaraan Sistim Informasi Puskesmas

KETERSEDIAAN SDM
Ketersediaan SDM sesuai jumlah jenis dan kompetensi sesuai
kebutuhan dan peraturan

URAIAN TUGAS
DOKUMEN (FILE) KEPEGAWAIAN
Setiap Pegawai mempunyai dokumen (file) kepegawaian yang
lengkap dan mutakhir

ORIENTASI PEGAWAI
Pegawai baru dan alih tugas wajib mengikuti orientasi agar
memahami dan mampu melaksanakan tugas pokok dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya

PENYELENGGARAAN K3
PROGRAM MFK
Disusun dan diterapkan rencana Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) yang meliputi keselamatan dan keamanan
fasilitas, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, menajemen
bencana, pengamanan kebakaran, alat kesehatan dan system
uitilisasi

PUSKESMAS MELAKSANAKAN PROGRAM KESELAMATAN DAN


KEAMANAN
PENGELOLAAN B3
Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya beracun serta pengendalian dan pembuanagan limbah
bahan berbahaya beracun dilakukan berdasarkan perencanaan
yang memadai dan ketentuan perundangan
PROGRAM TANGGAP BENCANA
Puskesmas menyusun, memelihara,melaksanakan dan mengevaluasi p
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan
melakukan evaluasi program pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran termasuk sarana evakuasi
PROGRAM JAMINAN KETERSEDIAAN ALAT KESEHATAN

Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan alat


kesehatan yang dapat digunakan setiap saat

PROGRAM KETERSEDIAAN UTILITAS


Puskesmas menyusun dan melaksanakan program untuk
memastikan semu sistem utilitas berfungsi dan mencegah
terjadinya ketidaktersediaan, kegagalan atau kontaminasi
DIKLAT MFK
Puskesmas menyusun dan melaksanakan pendidikan Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) bagi petugas

Untuk menilai efektifitas dan efisiensi penylenggaraan tata


kelola, kesesuaian dengan rencana dan pemenuhan terhadap
kebutuhan dan harapan masyarakat, maka dilakukan
pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja puskesmas
dapat berupa pemantauan, supervisi, lokakarya mini, audit
internal dan rapat tinjauan manajemen
PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN KINERJA
DILAKUKAN SECARA PERIODIK

PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PENILAIAN DILAKUKAN


MENGGUNAKAN INDIKATOR KINERJA
Dilakukan pengawasan,pengendalian, dan penilaian kinerja
dengan menggunakan indikator kinerja yang ditetapkan sesuai
dengan jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan pemerintah
LOKAKARYA MINI LINTAS PROGRAM DAN LOKAKARYA MINI
LINTAS SEKTOR DILAKUKAN SESUAI KEBIJAKAN DAN
PROSEDUR
AUDIT INTERNAL DAN RAPAT TINJAUAN MANAJEMEN

Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan


pengawasan, pengendalian kinerja dan kegiatan perbaikan kinerja
melalui Audit internal dan Rapat Tinjauan Manajemen yang
terencana sesuai dengan masalah kesehatan prioritas, masalah
kinerja, risiko maupun rencana pem=ngembangan pelayanan.
PERAN DINAS KESEHATAN KAB/KOTA . Peran Dinas Kesehatan
Kab Kota dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Puskesmas malalui akreditasi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan pembunaan dan


pengawasan terhadap Puskesmas sebagai UPTD Dinkes kab/Kota
dalam rangka perbaikan kinerja Puskesmas
Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan
secara periodik.
Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
pelayanan, kesesuaian dengan rencana, dan pemenuhan
terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat, maka dilakukan
pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dapat berupa
pemantauan, supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat
tinjauan manajemen.

Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja


dengan menggunakan indikator kinerja yang ditetapkan sesuai
dengan jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan
pemerintah.
Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas
sektor dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur.

Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan


pengawasan, pengendalian kinerja, dan kegiatan perbaikan
kinerja melalui audit internal yang terencana sesuai dengan
masalah kesehatan prioritas, masalah kinerja, risiko, maupun
rencana pengembangan pelayanan
Peran Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas melalui
Akreditasi
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas sebagai Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota dalam rangka perbaikan kinerja Puskesmas
Adanya peraturan internal yang mengatur tata tertib dan perilaku
dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas sesuai dengan visi, misi,
tujuan dan tata nilai Puskesmas (lihat juga KMP : 1.1.1)

Kepala Puskesmas melaksanakan komunikasi internal,


pengarahan, koordinasi, perbaikan dan umpan balik dalam
pelaksanaan kegiatan dan upaya pencapaian indikator kinerja
sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan,
kualitas kinerja, dan penggunaan sumber daya
Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab upaya mendelegasikan
wewenang manajerial apabila meninggalkan tugas.

Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab upaya membina tata


hubungan kerja dengan pihak terkait lintas sektoral.
Kebijakan, pedoman/panduan, kerangka acuan dan prosedur
terkait pelaksanaan kegiatan disusun, didokumentasikan, dan
dikendalikan, serta dokumen bukti pelaksanaan kegiatan
dikendalikan.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan di puskesmas dipandu oleh
dengan kebijakan, pedoman/ panduan/ kerangka acuan, dan
prosedur.

Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan di


wilayah kerja dikelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Kepala Puskesmas melaksanakan manajemen keuangan

Adanya jaminan ketersediaan data dan informasi melalui


terselenggaranya sistem manajemen data dan informasi di
Puskesmas .
Kerjasama/Kontrak Pihak Ketiga Dilaksanakan Sesuai Dengan
Ketentuan Peraturan Perundangan-undangan.
Jika sebagian kegiatan dikerjasamakan/dikontrakkan kepada
pihak ketiga, Kepala Puskesmas memastikan bahwa pihak ketiga
memenuhi standar yang ditetapkan

Adanya dokumen kerjasama/kontrak yang jelas dengan pihak


ketiga yang ditandatangani oleh para pihak dengan spesifikasi
pekerjaan yang jelas dan memenuhi standar yang berlaku

Pengawasan, pengendalian, dan penilaian kerja secara periodik

Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan,


kesesuaian dengan rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan
dan harapan masyarakat, maka dilakukan pengawasan,
pengendalian dan penilaian kinerja dapat berupa pemantauan,
supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.

Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja


dengan menggunakan indikator kinerja yang ditetapkan sesuai
dengan jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan
pemerintah. ( Lihat juga KMP : 1.1.1 ; dan 1.1.5 ; UKM : 2.7.1 dan
2.7.2)
Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor
dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur (lihat juga KMP :
1.8.1)

Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan


pengawasan, pengendalian kinerja, dan kegiatan perbaikan kinerja
melalui audit internal yang terencana sesuai dengan masalah
kesehatan prioritas, masalah kinerja, risiko, maupun rencana
pengembangan pelayanan (lihat juga KMP : 1.8.1)
Dilakukan tinjauan manajemen secara periodik yang bertujuan
untuk meninjau dan menilai efektivitas sistem manajemen untuk
ditindaklanjuti dengan perbaikan (lihat juga 1.8.1)
Pokok Pikiran

• Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)


bidang kesehatan yang bersifat fungsional dan unit layanan
yang bekerja profesional harus memiliki Visi, Misi, Tujuan
dan Tata Nilai yang mencerminkan Tugas Pokok dan
Fungsinya sebagai penyedia layanan UKM dan UKPPP (Lihat
PP 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah)

•Puskesmas wajib melaksanakan pelayanan sesuai dengan


Visi,Misi Tujuan dan Tata Nilai, hasil analisis kebutuhan dan
harapan masyarakat,hasil analisis peluang pengembangan
pelayanan, hasil analisis risiko pelayanan dan peraturan
perundang undangan
Agar Puskesmas dapat mengelola upaya kesehatan dengan
baik dan berkesinambungan dalam amencapai tujuannya ,
maka Puskesmas harus menyusun rencana kegiatan untuk
periode 5 (lima) tahunan yang selanjutnya akan dirinci lagi
ke dalam rencana tahunan Puskesmas berupa Rencana
Ususlan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK) sesuai siklus perencanaan anggaran Daerah.

Perencanaan Puskesmas dilakukan secara terpadu baik


KMP, Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP), Kefarmasian, dan Laboratorium dan
disusun bersama sektor terkait dan masyarakat

Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun secara terintegrasi


melalui penetapan Tim Manajemen Puskesmas yang akan
dibahas dalam Musrenbang Desa dan Kecamatan untuk
kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Penyususnan Rencana PelaksanaanKegiatan (RPK) dilakukan
berdasarkan : 1.
Alokasi anggaran sesuai Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) yang disetujui oleh Dinkes Kabupaten/Kota
2. Membandingkan
alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang diusulkan
dan situasi pada saat penyusunan RPK tahunan

RPK dirinci menjadi RPK Bulanan bersama target


pencapaiannya dan direncanakan kegiatan pengawasan dan
pengendaliannya

Perencanaan Baik Rencana Lima Tahun an dan RPK


dimungkinkan untuk dirubah/disesuaikam dengan
kebutuhan saat itu apabila dalam hasil analisis pengawasan
dan pengendaliam kegiatan dijumpai kondisi tertentu
termasuk perubahan kebijakan sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan

Akses :

a. Informasi :

Hak dan
Kewajiban Pasien.

Jenis Pelayanan.
Diinformasikan melalui media komunikasi yang telah
ditetapkan
Mekanisme untuk menerima umpan balik terkait
kemudahan akses, keluhan dan ususlan perbaikan

a.Agar dapat menjalankann tugas Pokok dan Fungsi


organisasi perlu disusun struktur organisasi Puskesmas
yang ditetapkan oleh Oleh Ka Dinkes Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku
b. Untuk tiap jabatan yang ada dalam struktur
organisasi yang telah ditetapkan oelh Ka Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota perlu ada kejelasan tugas, wewenang,
tanggung jawab dan persyaratan jabatan.
c. Pengisian
jabatan dalam struktur organisasi berdasarkan persyaratan
jabatan
d. Efektifitas struktur dan pengisian jabatan perlu
dikaji ulang secara periodik
1.Pedoman tata naskah sebagai acuan dalam penyusunan
dokumen regulasi yang meliputi kebijakan, pedoman,
panduan, kerangka acuan dan prosedur, maupun dalam
pengendalian dokumen eksternal dan dokumen bukti
rekaman pelaksanaan kegiatan

2. Pedoman
Tata naskah mengatur al :

Penyusunan tinjauan dan pengesahan.

Pengendalian dokumen termasuk perubahannya.


Pemeliharaan dokumen.
Pengelolaan dokumen eksternal.

Masa Retensi.

Alur penyusunan dan distribusi

3.Penyusunan Pedoman tata naskah


Puskesmas dapat merujuk pada kebijakan masing masing
daerah dan atau sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan terkait tata naskah dinas
1. Puskesmas perlu mengidentifikasi jaringan dan jejaring
yang ada diwilayah kerja Puskesmas untuk optimalisasi
koordinasi dan atau rujukan di bidang kesehatan.

2. jaringan
pelayanan Puskesmas meliputi : Puskesmas pembantu,
Puskesmas keliling, dan praktik bidan desa atau sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jejaring Puskesmas
meliputi UKBM< UKS, Klinik, Rumah Sakit, Apotek,
Laboratorium, praktik mandiri, tenaga kesehatan, dan
fasilitas kesehatan lainnya.

4 Puskesmas selain melakukan


pembinaan terhadap jaringan Puskesmas dan UKBM, juga
melakukan pembinaan terhadap jejaring fasilitas kesehatan
tingkat pertama.
5
Program Pembinaan meliputi aspek KMP, UKM, UKP,
Kefarmasian, dan Laboratorium, termasuk pembinaan
ketenagaan , sarana prasarana dan pembiayaan dalam
upaya pemberian pelayanan yang bermutu
1. Puskesmas menyediakan data dan informasi yang di
manfaatkan sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun
pengambilan keputusan pada tingkat kebijakan di Dinas
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota termasuk penyampaian
informasi kepada masyarakat dan pihak terkait
2. Ketersediaan
data dan informasi akan memudahkan Tim PEningkatan
Mutu, para penanggung jawab upaya pelayanan dan masing
masing pelaksana pelayanan baik UKM maupun UKP,
Kefarmasian dan Laboratorium dalam merencanakan ,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi keberhasilann
upaya kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pengguna kesehatan.

3. Pengumpulan,
penyimpanan, analisis data, dan pelaporan data yang masuk
ke dalam sistem informasi dilakukan sesuai dengan
periodesasi yang telah ditentukan.

4. Distribusi informasi baik secara internal


maupun eksternal dilakukan sesuai dengan ketentuan
a. pemenuhan kebutuhan SDM di Puskesmas berdasarkan
jumlah, jenis dan kompetensi maka perlu dilakukan analisis
jabatan dan analisis beban kerja

b. penyusunan analisis
jabatan dan analisis beban kerja mengikuti peraturan
perundang undangan c.
Analisis Jabatan yang dimaksud di Puskesmas merujuk
pada jabatan sesuai dengan struktur organisasi Puskesmas,
Jabatan fungsional tenaga Puskesmas , dan jabatan
pelaksana di Puskesmas.
d. Pemenuhan SDM
tersebut dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
nsesuai kebutuhan dan harapan pengguna layanan dan
masyarakat.

1. Ka Puskesmas menetapkan uraian tugas setiap pegawai


sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan.
2. Uraian
tugas pegawai berisi tugas poko dan tugas tambahan serta
kewenangan dan tanggung jawab yang ditetapkan oleh Ka
Puskesmas. 3. Kepala
Puskesmas dalam menetapkan tugas pokok
memperhatikan : jenis pelayanan, kegiatan,dan SK jabatan
Fungsional 4. Bagi
pegawai non ASN , tugas pokok adalah tugas yang sesuai
dengan surat Keputusan pengangkatan sebagai tenaga
kesehatan di Puskesmas berdasarakann standar kompetensi
kelulusan. 5. Tugas
Tambahan adalah tugas yang diberikan kepada pegawai
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program dan
kegiatan . 6. Penilaian
kinerja pegawai dilakukan untuk melihat capaian sasaran
kerjabaik ASN maupun non ASN mengurangi variasi
pelayanan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan
pengguna layanan. 7. indikator
penilaian kinerja setiap pegawai Puskesmas disusun dan
ditetapkan berdasarkan uraian tugas dan tata nilai yang
disepakati.
1. Puskesmas wajib menyediakan file kepegawaian untuk
tiap pegawai yang bekerja di Puskesmas sebagai bukti bahwa
pegawai yang bekerja memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan dilakukan upaya [penegembangan untuk
memenuhi persyaratan tersebut.

2. Tenaga
kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus mempunyai
surat tanda Registrasi (STR) , dan atau Surat Ijin Praktek
(SIP) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan. 3 File
kepegawaian , tiap pegawai berisi antara lain : a.bukti
pendidikan ijasah dan verifikasinya b.
bukti surat tanda Registrasi (STR) dan verifikasinya secara
periodik.

c. bukti SIP dan verifikasinya secara periodik.

d. uraian tugas pegawai dan /rincian


kewenangan klinis Tenaga Kesehatan.
e. bukti sertifikat pelatihan f. bukti
pengalaman kerja jika di persyaratkan.g. hasil penilaian
kinerja pegawai.h. bukti pengembangan dan pelatihan.i.
bukti evaluasi penerapan hasil pelatihan .j. bukti
pelaksanaan orientasi
1. Setiap pegawai baru dan alih tugas baik yang di posisikan
sebagai kepala puskesmas, PJ Upaya Puskesmas,
Koordinator pelayanan maupun pelaksana kegiatan harus
mengikuti orientasi, agar pegawai baru dan alih tugas
memehami tugas , peran dan tanggung jawab yang di
emban.

2. Khusus Puskemas yang menerima mahasisiwa dengan


tujuan magang, maka pelaksanaan orientasi dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan Puskesmas dan kurikulum dari
institusi pendidikan. 3 Kegiatan
orientasi umum dilaksanakan untuk mengenel secara garis
besar, viusi, Misi, tata nilai, tugas pokok dan fungsi serta
struktur organisasi puskemnas, program mutu Puskesmas
dan keselamatan pengguna pelayanan serta program
pengendalian infeksi. 4. Kegiatan
orientasi khusus di fokuskan pada ore=ientasi di tempat
tugas yang menjadi tanggung jawab pegawai yang
bersangkutann dan tanggung jawab spesifik sesuai dengan
penugasan pegawai tersebut. 5 Pada
kegiatan orientasi khusus ini pegawai baru di beri/dijelaskan
terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana
melakukan dengan aman sesuai dengan panduan praktek
klinis, panduan asuhan lainnya dan pedoman program
lainnya.
1. Pegawai yang bekerja di Puskesmas mempunyai risiko
terpapar infeksi yang dapat menimbulkan penyakit akibat
kerja, terjadinya kecelakaan kerja terkait dengan pekerjaan
dalam pelayanan baik langsung maupun tidak langsung.
2. Program
pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh kepala puskesmas,
demikian juga pemberian imunisasi bagi pegawai sesuai
dengan hasil identifikasi risiko epidemiologi penyakit
infeksi ,serta program perlindungan pegawai terhadap
penularan penyakit infeksi, proses pelaporan jika terjadi
paparan, tindak lanjut pelayanan kesehatan, dan konseling
perlu disusun dan diterapkan.
3.
pegawai juga berhak untuk mendapat perlindungan dari
kekerasan yang dilakukan oleh pengguna layanan, keluarga
pengguna layanan, maupun oleh sesama pegawai.

4. dalam program kesehatan


dan keselamatan kerja pegawai, semua staff harus
memahami bagaiman cara melaporkan, cara mereka di
rawat, dan cara mereka menerima konseling dan tindak
lanjut akibat vedera seperti tertusuk jarum (suntik), paparan
terhadap penyakit menular, memahami identifikasi risisko
dan kondisi yang berbahaya dalam fasilitas serta masalah
masalah kesehatan dan keselamatan lainnya.
A. Puskesmas perlu menyusun program MFK :

1. Manajemen Keselamatan dan


Keamanan.
2.
Manajemen bahan dan limbah berbahaya dan beracun.

3. Manajemen Bencana/disaster.

4. Manajemen
Penanganan Kebakaran.

5. Manajemen Alat Kesehatan.

6. Manajemen sistem utilisasi.

7.
Pendididkan (edukasi) petugas.

B. Dilakukan identifikasi dan


pembuatan peta risiko (1 s/d 7).
1. Program untuk keselamatan dirancang untuk mencegah
terjadinya cedera bagi pasien, petugas, pengunjung dan
masyarakat akibat keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan, kebakaran,
gedung roboh dan tersengat listrik.

2. Program
keselamatan bagi petugas terintegrasi dengan program
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Program untuk keamanan perlu direncanakan untuk
mencegah terjadinya kekerasan fisik maupun cedera akibat
lingkungan fisik yang tidak aman seperti penculikan bayi,
pencurian, dan kekerasan pada petugas. 4. Apabila
Puskesmas mengalami renovasi dan atau konstruksi
bangunan maka perlu disusun Infection Control Risk
Assesment (ICRA) renovasi untuk memastikan proses
renovasi dan atau konstruksi bangunan dilakukan secara
aman dan mengontrol terjadinya penyebaran infeksi (lihat
juga PPI5.5.2)

1. Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan limbah B3 perlu


diidentifikasi dan dikendalikan secara aman.
2. Puskesmas perlu
menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, dan jumlah B3
serta limbahnya yang disimpan, Daftar inventaris ini selalu
dimutakhirkan sesuai dengan perubahan yang terjadi di
tempat penyimpanan.
3. Pengolahan limbah B3 sesuai standar
(Penggunaan dan pemilahan , pewadahan, dan
penyimpanan/TPS B3 serta pengolahan akhir.

4. Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang undangan
1. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP) ikut bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam
upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana
baik internal dan eksternal.
2. Strategi untuk menghadapi
bencana perlu disusun sesuai dengan potensi bencana yang
mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan
bahaya (Hazard Vulnerability Assesment). 3. Program
kesiapan menghadapi bencana disusun dan disimulasikan
secara internal dan eksternal atau melibatkan komunitas
secara luas, terutama ditujukan untuk menilai kesiapan
sistem(2) sampai dengan 6 yang telah diuraikandi bagian c
kriteria 1.5.1.4. Setiap pegawai wajib mengikuti
pelatihan/lokakarya dan simulasi pelaksanaan program
tanggap darurat yang diselenggarakan minimal setahun
sekali agar siap jika sewaktu waktu terjadi bencana. 5.
Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah
simulasi bersama peserta simulasi dan observer yang
bertujuan untuk menindak lanjuti hasil dari simulasi.

6. Hasil dari kegiatan debriefing di dokumentasikan.

7. Puskesmas ikut bertanggung jawab


dalam berperan aktif dalam upaya mitigasi dan
penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun
eksternal. 8.
Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu
disusun sesuai dengan potensi bencana yang mungkin
terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya
(Hazard fullnerability Assesment) meliputi :
a. Identifikasi jenis, kemungkinan ,
dan akibat dari bencana yang mungkin terjadi,
b. menentukan peran Puskesmas jika
terjadi bencana dengan tetap memperhatikan
keberlangsungan layanan dan tindak lanjut terhadap
bencana, c. Stategi
komunikasi jika terjadi bencana.

d Manajemen Sumber daya

e. Penyediaan pelayanan
dan alternatifnya.
f.
identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan dan
g.
Manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana.

9. Program persiapan
1. Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas
mempunyai risiko terhadap terjadinya kebakaran
2. program pencegahan dan
penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud
kesiagaan Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran.

3. yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah


penyediaan proteksi kebakaran baik aktif maupun pasif. 4.
Proteksi kebakaran aktif contohnya APAR, Sprinkler,
Detektor panas, dan detektor asap.
5. Proteksi
kebakaran secara pasif cotohnya jalur evakuasi, pintu
darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman
1. Penggunaan Aplikasi Sarana, Prasaran dan Alat
kesehatam (ASPAK) oleh Puskesmas dilakukan untuk
memastikan pemenuhan terhadapa sarana, prasarana, dan
Alat Kesehatan
2. Data sarana ,
Prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus di input
dalam ASPAK dan di Validasi untuk menjamin kebenarannya

3. Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan


dalam pelayanan, alata kesehatan harus tersedia, berfungsi
dengan baik, dan siap di gunakan saat diperlukan. Program
yang dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi
secara berkala, sesuai dengan panduan produk tiap alat
kesehatan.
4.
Pemeriksaan yang dilakukan petugas meliputi : kondisi alat,
ada tidaknya kerudsakan, kebersihan, status kalibrasi, dan

1. Sistim Utilitas melipuiti air ,listrik, gas medik dan sistem


penunjang lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air
dan lainnya.

2. Program pengelolaan
sistem utilitas perlu disusun untuk menjamin ketersediaan
dan keamanan dalam menunjang kegiatan pelayanan
puskesmas.

3. Sumber air adalah sumber air bersi dan air


minum.
4 Sumber air dan listrik
cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika terjadi
kegagalan air / atau listrik. 5
Puskesmas harus menyediakan cadangan sumber air, listrik
dan gas medis selama 7 hari 24 jam sesuai kebutuhan.
6. Prasarana
Air, listrik dan prasarana penting lainnya seperti genset,
perpipaan air, panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara
untuk menjaga ketersediaannya dalam mendukung kegiatan
pelayanan
7, prasarana air bersih perlu dilakukan
pemeriksaan seperti uji kualitas air secara periodik sesuai
1. Dalam rangka meningkatkan pemahaman , kemampuan,
dan keterampilan dalam pelaksanaan Manajemen Fasilitas
dan keselamatan (MFK) perlu dilakukan pendidikan petugas
agar dapat menjalankan peran mereka dalam menyediakan
lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan masyarakat

2. Pendidikan petugas dapt


berupa edukasi , pelatihan, dan inhouse training/
workshop/lokakarya a

3. Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang


dalam rencana program pendidikan MFK
1. Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja
dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja yang jelas
untuk memudahkan melakukan perbaikan penyelenggaraan
pelayanan dan perencanaan pada periode berikutnya.
2. Bentuknya dapat berupa
pemantauan dan evaluasi, supervisi, lokakarya mini audit
internal, dan rapat Tinjauan Manajemen.
3. Indikator kinerja adalah indikator
untuk menilai cakupan kegiatan dan manajemen
puskesmas. 4. Indikator
kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan kegiatan perlu
disussun, dipantau dan di analisis secara periodik sebagai
bahan untuk perbaikan kinerja dan perencanaan periode
berikutnya.
5. Indikator indikator kinerja tersebut
meliputi :
a. Indikator
kinerja Manajemen Puskesmas

b. Indikator cakupan Pelayanan UKM yang mengacu


pada indikator nasional seperti Program prioritas
Nasional,indikator yang ditetapkan oleh Dinkes Prop dan
indikator yang ditentukan oleh Dinkes Kab/Kota.
c.
Indikator kinerja cakupan UKP, Kefarmasian ,
Laboratorium .
6. Dalam menyusun indikator
indikator tersebut harus mengacu pada SPM Kab/Kota,
Kebijakan / Pedoman dari Kemkes, Kebijakan /Pedoman dari
1. Proses maupun hasil pelaksanaan Puskesmas perlu di
komunikasikan oleh Ka PKM, PJ Upaya baik KMP.UKM.dan
UKPP kepada Lintas Program dan LS terkait agara ada
kesamaam persepsi untuk efektifitas pelaksaan upaya
Puskesmas. 2. Komunikasi dan koordinasi Puskesmas
melalui lokmn bulanan LP, Loknin tribulelanan LS
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 3.
Lokmin bulenana digunakan untuk : menyusun secara lebih
terinci kegaiatan kegaiatn yang akan dilaksanakan selama 1
bulan mendatang , khususnya dalam waktu, tempat,
sasaran, pelaksana kegiatan, dukungan,(LP,LS) yang
diperlukan, serta metode dan teknologi yang di gunakan,
menggalang kerja sama dan keterpaduan serta
meningkatkan motivasi petugas. 4. Lokmin tri bulenan di
gunakan untuk : menetapkan secara konkrit dukungan LS
yang akan dilakukan selama 3 bulan mendatang, melalui
sinkronisas/harmonisasi RPK antar sektor (antar instansi
dan kesatu paduan tujuan : menggalang kerja sama,
komitmen dan koordinasi Linsek dalam pelaksanaan
kegiatan kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan,
meningkatkan motivasi dan rasa kebersamaam dalam
melaksanakan pembangunan masyarakat kecamatan
1. Kinerja Puskesmas yang dilakukan , perlu dipantau,
apakah mencapai target yang ditetapkan, yang dapat
dilakukan melalui audit internal dan tinjauan manajemen.
2. Audit
internal merupakan salah satu mekanisme pengawasan dan
pengendalian yang dilakukan secara sistematis oelh tim
audit internal yang dibentuk oleh Ka PKM.
3.Jika ada
permasalahan yang ditemukan dalam audit internal tetapi
tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pimpinan dan pegawai
puskesmas, maka permasalajhan tersebut dapat dirujuk ke
Dinkes Kab/Kota untuk ditindak lanjuti.
4.Pelaksanaan kinerja direncanakan
dan dipantau serta ditindak lanjuti.
5 Ka PKM dan PJ Mutu secara periodik
melakukan pertemuan tinjauan Manajemen untuk
membahas umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil
audit internal, hasil penilaian kinerja , perubahan proses
penyelenggaraan upaya Puskesmas dan kegiatan Puskesmas,
maupun perunahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta
membahas hasil pertemuan tinjauan manajemen
sebelumnya dan rekomendasi untuk perbaiakan. 6.
Pertemuan Tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung
jawab mutu
1. Dalam Rangka menjalankan tugas fungsi dan tanggung
jawab, Dinkes Kab Kota melakukan bimbingan teknis dan
supervisi, pemantauan evaluasi, dan pelaporan serta
peningkatan mutu kesehatan .
2. Pembinaan yang
dilakukan oleh Dinkea Kab/Kota dalam hal penyelenggaraan
Piuskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan
hinggan evaluasi kierja PKM.
3,
Pembinaan tersebut dilaksanakan secara periodik termasuk
pembinaan dalam rangka pencapaian target PISPK, target
SPM, dan PPN serta pemenuhan standar akreditasi.

4 Tugas Pembinaan meliputi :


Pendampingan, Persiapan, Penilaian untuk Survei akireditasi
termasuk Pra Survei, Pendampingan Pasca Survei dalam
ranbgka tindak lanjut rekomendasi surveior (Pnyususnan
PPS, Pembinaan mutu paska survei dan monev mutu).
• Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya,
seperti genset, perpipaan air, panel listrik, perlu
diperiksa dan dipelihara untuk menjaga ketersediaannya
untuk mendukung kegiatan pelayanan pengguna layanan.

• Untuk prasarana air perlu dilakukan pemeriksaan air


bersih, termasuk pemeriksaan uji kualitas air secara
periodik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap
kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja
yang jelas untuk memudahkan melakukan perbaikan
penyelenggaraan pelayanan dan perencanaan pada periode
berikutnya

• Indikator kinerja adalah indikator untuk menilai


cakupan kegiatan dan manajemen Puskesmas

• Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan


kegiatan perlu disusun, dipantau dan dianalisis secara
periodik sebagai bahan untuk perbaikan kinerja dan
perencanaan periode berikutnya

• Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi:


a) Indikator kinerja Manajemen Puskesmas
b) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKM
c) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKPP

• Dalam menyusun indikator-indikator tersebut harus


mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Kabupaten,
Kebijakan/Pedoman dari Kementerian Kesehatan,
Kebijakan/Pedoman dari Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kebijakan/Pedoman dari dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota

• Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja


digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja
pelaksanaan kegiatan Puskesmas serta perencanaan
tahunan dan perencanaan lima tahunan.
• Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap
kinerja KMP, UKM, dan UKPP diumpan balikkan pada lintas
program dan lintas sektor untuk mendapatkan
masukan/asupan dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan
pelayanan dan perencanaan pada periode berikutnya.

• Proses maupun hasil pelaksanaan upaya Puskesmas perlu


dikomunikasikan oleh Kepala Puskesmas, Penanggung jawab
Upaya baik KMP, UKM, dan UKPP kepada serta lintas
program dan lintas sektor terkait agar ada kesamaan
persepsi untuk efektivitas pelaksanaan upaya Puskesmas.

• Komunikasi dan koordinasi Puskesmas melalui


Lokakarya mini bulanan lintas program dan Lokakarya
mini triwulan lintas sektor dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.

• Lokakarya mini bulanan digunakan untuk : menyusun


secara lebih terinci kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mendatang,
khususnya dalam waktu, tempat, sasaran, pelaksana
kegiatan, dukungan (lintas program dan sektor) yang
diperlukan, serta metode dan teknologi yang digunakan;
menggalang kerjasama dan keterpaduan serta
meningkatkan motivasi petugas.

• Lokakarya mini triwulan digunakan untuk : menetapkan


secara konkrit dukungan lintas sektor yang akan dilakukan
selama 3 (tiga) bulan mendatang, melalui
sinkronisasi/harmonisasi RPK antar-sektor (antar-
instansi) dan kesatupaduan tujuan; menggalang
kerjasama, komitmen, dan koordinasi lintas sektor dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di tingkat
kecamatan; meningkatkan motivasi dan rasa
kebersamaan dalam melaksanakan pembangunan
masyarakat kecamatan

• Kinerja Puskesmas dan upaya perbaikan mutu yang


dilakukan perlu dipantau apakah mencapai target yang
ditetapkan.
• Audit internal merupakan salah satu mekanisme
pengawasan dan pengendalian yang dilakukan secara
sistematis oleh tim audit internal yang dibentuk oleh
Kepala Puskesmas

• Hasil temuan audit internal disampaikan kepada Kepala


Puskesmas, Penanggung jawab atau Tim Mutu,
Penanggung jawab atau Tim Keselamatan Pengguna
layanan, dan Penanggung jawab atau Tim PPI,
Penanggung jawab Upaya Puskesmas, dan pelaksana
kegiatan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan.

• Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit


internal tetapi tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pimpinan
dan karyawan Puskesmas, maka permasalahan tersebut
dapat dirujuk ke Dinas Kesehatan daerah
Kabupaten/Kota untuk ditindak lanjuti.

• Pelaksanaan perbaikan mutu dan kinerja direncanakan


dan dipantau serta ditindaklanjuti.

• Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Mutu secara


periodik melakukan pertemuan tinjauan manajemen
untuk membahas umpan balik pelanggan, keluhan
pelanggan, hasil audit internal, hasil penilaian kinerja,
perubahan proses penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan
kegiatan pelayanan Puskesmas, maupun perubahan
kebijakan mutu jika diperlukan, serta membahas hasil
pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya, dan
rekomendasi untuk perbaikan.

• Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung


jawab Mutu.
• Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan
pembinaan kepada Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis
yang memiliki otonomi dalam rangka sinkronisasi dan
harmonisasi pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
daerah.

• Pencapaian tujuan pembangunan kesehatan daerah


merupakan bagian dari tugas, fungsi dan tanggung jawab
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.

• Dalam rangka menjalankan tugas, fungsi dan tanggung


jawab, Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melakukan
bimbingan teknis dan supervisi, pemantauan evaluasi,
dan pelaporan serta peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.

• Pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Daerah


Kabupaten/ Kota dalam hal penyelenggaraan Puskesmas
mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan hingga
evaluasi kinerja Puskesmas. Pembinaan tersebut
dilaksanakan secara periodik termasuk pembinaan dalam
rangka pencapaian target PISPK, target Standar
Pelayanan Minimal (SPM), dan Program Prioritas
Nasional.
·             Perlu disusun peraturan internal yang mengatur
tata tertib dan perilaku Pimpinan Puskesmas,
penanggungjawab upaya Puskesmas, koordinator pelayanan
dan pelaksana kegiatan Puskesmas yang sesuai dengan visi,
misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas termasuk budaya
mutu dan keselamatan pasien.

·             Ada indikator yang digunakan untuk mengukur


perilaku pemberi pelayanan.

·             Untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan


pelaksanaan kegiatan pelayanan dan kegiatan manajerial
perlu dilakukan komunikasi internal. Komunikasi internal
dilakukan dalam rangka melakukan pengarahan, koordinasi
internal, perbaikan dan penyampaian umpan balik.

·             Kepala Puskesmas, Penanggung jawab upaya, dan


koordinator pelayanan mempunyai kewajiban untuk
memberikan arahan dan dukungan bagi karyawan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Arahan dan
dukungan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan lokal,
Lokmin, pertemuan-pertemuan, maupun konsultasi dan
pembimbingan oleh pimpinan (lihat juga UKM : 2.4.1)
·             Kepala Puskesmas, Penanggung jawab upaya, dan
koordinator pelayanan mempunyai kewajiban memantau
pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan rencana yang
disusun dan capaian kinerja yang didukung oleh sistem
pencatatan dan pelaporan yang baku, baik melalui perbaikan
terhadap capaian kinerja dari laporan yang disusun,
pembahasan dalam pertemuan, lokakarya mini, maupun
perbaikan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan.

·             Koordinator pelayanan mempunyai kewajiban


untuk menyampaikan laporan dan/atau umpan balik terkait
dengan capaian kinerja dan pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan laporan dan umpan balik tersebut dilakukan
upaya perbaikan (lihat juga KMP : 1.8.1 dan 1.6.11)

·             Sebagai wujud akuntabilitas, pimpinan dan/atau


penanggung jawab upaya Puskesmas wajib melakukan
pendelegasian wewenang kepada pelaksana kegiatan apabila
meninggalkan tugas.

·             Perlu diatur bagaimana kriteria dan prosedur


pendelegasian wewenang terkait dengan besarnya beban
dalam pelaksanaan kegiatan baik Kepala Puskesmas
maupun penanggung jawab upaya, agar proses
pendelegasian dilakukan dengan tepat kepada orang yang
tepat (pendelegasian kewenangan yang dimaksud adalah
pendelegasian manajerial)

·             Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat


tidak dapat dilakukan oleh sektor kesehatan sendiri,
program kesehatan perlu didukung oleh sektor di luar
kesehatan, demikian juga pembangunan berwawasan
kesehatan harus dipahami oleh sektor terkait.
·             Mekanisme pembinaan, komunikasi, dan
koordinasi perlu ditetapkan dengan prosedur yang jelas,
misalnya melalui pertemuan/lokakarya lintas sektoral (lihat
juga UKM : 2.4.1)

·             Untuk menyusun, mendokumentasikan, dan


mengendalikan seluruh dokumen perlu disusun Pedoman
tata naskah.

·             Pedoman tata naskah sebagai acuan dalam


penyusunan dokumen regulasi yang meliputi kebijakan,
pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur, maupun
dalam pengendalian dokumen dan dokumen bukti rekaman
pelaksanaan kegiatan.
·             Pedoman tata naskah mengatur antara lain:
a.                                   penyusunan, kajian dan
persetujuan dokumen (kebijakan, pedoman, panduan,
kerangka acuan, dan prosedur) oleh orang yang ditunjuk

b.                                   proses dan frekuensi kajian dan


keberlanjutan persetujuan
c.                                     pengendalikan dokumen
d.                                   perubahan dokumen dan
identifikasi histori perubahan
e.                                    pemeliharaan identitas dan
keterbacaan dokumen
f.                                         pengeloaan dokumen yang
diperoleh dari luar Puskesmas
g.                                    retensi dokumen yang
kadaluwarsa sesuai dengan perundangan yang berlaku,
dengan tetap menjamin agar dokumen tersebut tidak
digunakan secara salah.
·             Untuk memastikan bahwa pelayanan dan kegiatan
terlaksana secara konsisten dan reliabel maka perlu disusun
pedoman kerja dan prosedur kerja.
·             Prosedur kerja perlu didokumentasikan dengan
baik dan dikendalikan, demikian juga dokumen bukti
rekaman sebagai bentuk pelaksanaan prosedur juga harus
dikendalikan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan.

·             Masalah dalam pelaksanaan kegiatan, ataupun


masalah kinerja harus ditindak lanjuti dengan upaya
perbaikan.

·           Agar pelaksanaan kegiatan pelayanan Puskesmas


baik Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang maupun
Upaya Kesehatan Masyarakat dapat terlaksana secara efektif
dalam mencapai tujuan yang diharapkan harus dipandu
dengan kebijakan, pedoman/ panduan/ kerangka acuan dan
prosedur yang jelas untuk pelaksanaan kegiatan tiap upaya
kesehatan masyarakat.
·           Masing-masing pelayanan kesehatan perseorangan
harus menyusun pedoman pelayanan kesehatan
perseorangan sebagai acuan dalam proses pemberian
pelayanan kesehatan perseorangan. Dalam memberikan
pelayanan kepada pasien, tenaga kesehatan wajib bekerja
sesuai dengan rincian kewenangan klinis dan berdasarkan
pada panduan praktik klinis dan/ atau prosedur yang jelas
dalam pelaksanaan pelayanan klinis.

·             Puskesmas perlu mengidentifikasi jaringan dan


jejaring yang ada di wilayah kerja Puskesmas untuk
optimalisasi koordinasi dan atau rujukan di bidang upaya
kesehatan
·             Kepala Puskesmas dan Penanggungjawab Upaya
Puskesmas mempunyai kewajiban untuk melakukan
pembinaan terhadap jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring fasilitas kesehatan kesehatan tingkat pertama yang
ada di wilayah kerja Puskesmas. Agar jaringan dan jejaring
tersebut dapat memberikan kontribusi implementasi PIS PK
baik dalam bentuk pelayanan UKM dan UKPP yang mudah
diakses oleh masyarakat.

·             Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi :


Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan praktik
bidan desa, atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku

·             Jejaring fasilitas kesehatan yang ada di wilayah


kerjanya seperti klinik, Puskesmas, apotek, laboratorium,
praktik mandiri tenaga kesehatan, dan Fasilitas kesehatan
lainnya.
·             Program pembinaan meliputi aspek KMP, UKM,
UKPP, termasuk pembinaan ketenagaan, sarana prasarana,
dan pembiayaan dalam upaya pemberian pelayanan yang
bermutu

·             Anggaran yang tersedia di Puskesmas harus


dikelola secara transparan akuntabel, efektif dan efisien
sesuai dengan prinsip- prinsip manajemen keuangan.

·             Agar pengelolaan anggaran dapat dilakukan secara


transparan, akuntabel, efektif dan efisien, maka perlu
ditetapkan kebijakan dan prosedur manajemen keuangan
yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
·             Untuk Puskesmas yang menerapkan PPK BLUD
harus mengikuti peraturan perundangan dalam manajemen
keuangan BLUD dan menerapkan Standar Akuntansi Profesi
(SAP).

·                   Pengambilan keputusan dalam upaya


meningkatkan status kesehatan masyarakat perlu didukung
oleh ketersediaan data dan informasi.

·                   Sistem manajemen data dan informasi tersebut


harus dapat menjamin ketersediaan data dan informasi hasil
kinerja Puskesmas .

·                   Data dan informasi tersebut meliputi minimal:


data wilayah kerja, demografi, budaya dan kebiasaan
masyarakat, pola penyakit terbanyak, surveilans
epidemiologi, evaluasi dan pencapaian kinerja pelayanan,
evaluasi dan pencapaian kinerja, PIS-PK, data dan informasi
lain yang ditetapkan oleh dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kementerian
Kesehatan . (lihat juga KMP : 1.1.1. dan UKM : 2.1.1 dan
2.6.)
·                   Data dan informasi tersebut digunakan baik
untuk pengambilan keputusan di Puskesmas dalam
peningkatan pelayanan maupun pengembangan program-
program kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
maupun pengambilan keputusan pada tingkat kebijakan di
Dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota termasuk
penyampaian informasi kepada masyarakat dan pihak
terkait.

·                 Selain itu, ketersediaan data dan informasi juga


sangat penting untuk kebutuhan kegiatan penilaian kinerja
Puskesmas, Peningkatan Mutu Puskesmas, Keselamatan
Pasien, dan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

·                 Data Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien,


dan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, sekurang-
kurangnya meliputi:
a)                 Hasil pengukuran indikator mutu dan kinerja
KMP, UKM, UKPP (layanan klinis). (lihat juga KMP :1.8.1;
dan PMP : 5.1.2)
b)                 Hasil pengukuran indikator Keselamatan
Pasien (lihat juga PMP : 5.1.2; 5.3 dan 5.4)
c)                  Hasil pengukuran indikator Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) . (Lihat juga PMP : 5.1.2; dan 5.5)

d)                 Hasil perbaikan dan evaluasi pengukuran


indikator mutu dan kinerja KMP, UKM dan UKPP. (Lihat juga
KMP :1.1.3 dan 1.8.1; PMP 5.1.2; dan kriteria 5.1.5)

·                 Sistem manajemen data dan informasi juga


diperlukan untuk dapat menyediakan data untuk
mendukung penilaian kinerja karyawan, baik tenaga
kesehatan maupun tenaga non kesehatan.
·                 Dengan adanya sistem manajemen data dan
informasi tersebut maka pada gilirannya akan memudahkan
Tim Peningkatan Mutu, para penanggung jawab upaya
pelayanan, dan masing-masing pelaksana pelayanan baik
UKM maupun UKPP di masing-masing unit kerja dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi keberhasilan upaya kegiatan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien.

·                 Sistem Manajemen Data dan Informasi di


Puskesmas mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Sistem Informasi
Puskesmas
·             Jika ada kewenangan pada pengelola Puskesmas
untuk mengontrakkan sebagian kegiatan kepada pihak
ketiga, maka proses kontrak harus mengikuti peraturan
perundangan yang berlaku, dan menjamin bahwa kegiatan
yang dikontrakkan pada pihak ketiga tersebut dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan menaati peraturan perundangan
yang berlaku.

·             Isi dokumen kontrak/perjanjian kerja sama


meliputi kejelasan ruang lingkup kontrak kegiatan yang
harus dilakukan, misal Manajemen, Klinis, Obat dan BMHP,
Alat Kesehatan, SDM, Gizi, Kebersihan, pengolahan limbah
termasuk B3, dan IT, peran dan tanggung jawab masing-
masing pihak, personil yang melaksanakan kegiatan,
kualifikasi, indikator dan standar kinerja, masa berlakunya
Kontrak/Perjanjian Kerja Sama, proses kalau terjadi
perbedaan pendapat, termasuk bila terjadi pemutusan
hubungan kerja.

·             Pengelolaan kontrak mengacu pada Perpres Nomor


16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang dan jasa

·             Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap


kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja
yang jelas untuk memudahkan melakukan perbaikan
penyelenggaraan pelayanan dan perencanaan pada periode
berikutnya
·             Indikator kinerja adalah indikator untuk menilai
cakupan kegiatan dan manajemen Puskesmas

·             Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan


kegiatan perlu disusun, dipantau dan dianalisis secara
periodik sebagai bahan untuk perbaikan kinerja dan
perencanaan periode berikutnya
·             Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi:

a)        Indikator kinerja Manajemen Puskesmas

b)        Indikator kinerja cakupan pelayanan UKM

c)        Indikator kinerja cakupan pelayanan UKPP

·             Dalam menyusun indikator-indikator tersebut


harus mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
Kabupaten, Kebijakan/Pedoman dari Kementerian
Kesehatan, Kebijakan/Pedoman dari Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kebijakan/Pedoman dari dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota
·             Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian
kinerja digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja
pelaksanaan kegiatan Puskesmas serta perencanaan
tahunan dan perencanaan lima tahunan.

·             Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian


terhadap kinerja KMP, UKM, dan UKPP diumpan balikkan
pada lintas program dan lintas sektor untuk mendapatkan
masukan/asupan dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan
pelayanan dan perencanaan pada periode berikutnya.
·             Proses maupun hasil pelaksanaan upaya
Puskesmas perlu dikomunikasikan oleh Kepala Puskesmas,
Penanggung jawab Upaya baik KMP, UKM, dan UKPP kepada
serta lintas program dan lintas sektor terkait agar ada
kesamaan persepsi untuk efektivitas pelaksanaan upaya
Puskesmas.
· Komunikasi dan koordinasi Puskesmas melalui Lokakarya
mini bulanan lintas program dan Lokakarya mini triwulan
lintas sektor dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
·                 Lokakarya mini bulanan digunakan untuk :
menyusun secara lebih terinci kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mendatang, khususnya
dalam waktu, tempat, sasaran, pelaksana kegiatan,
dukungan (lintas program dan sektor) yang diperlukan, serta
metode dan teknologi yang digunakan; menggalang
kerjasama dan keterpaduan serta meningkatkan motivasi
petugas.

·                 Lokakarya mini triwulan digunakan untuk :


menetapkan secara konkrit dukungan lintas sektor yang
akan dilakukan selama 3 (tiga) bulan mendatang, melalui
sinkronisasi/harmonisasi RPK antar- sektor (antar-instansi)
dan kesatupaduan tujuan; menggalang kerjasama,
komitmen, dan koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan;
meningkatkan motivasi dan rasa kebersamaan dalam
melaksanakan pembangunan masyarakat kecamatan

·             Kinerja Puskesmas dan upaya perbaikan mutu


yang dilakukan perlu dipantau apakah mencapai target yang
ditetapkan.

·             Audit internal merupakan salah satu mekanisme


pengawasan dan pengendalian yang dilakukan secara
sistematis oleh tim audit internal yang dibentuk oleh Kepala
Puskesmas
·             Hasil temuan audit internal disampaikan kepada
Kepala Puskesmas, Penanggung jawab atau Tim Mutu,
Penanggung jawab atau Tim Keselamatan Pasien, dan
Penanggung jawab atau Tim PPI, Penanggung jawab Upaya
Puskesmas, dan pelaksana kegiatan sebagai dasar untuk
melakukan perbaikan.
·             Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam
audit internal tetapi tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
pimpinan dan karyawan Puskesmas, maka permasalahan
tersebut dapat dirujuk ke Dinas Kesehatan daerah
Kabupaten/Kota untuk ditindak lanjuti.

·             Pelaksanaan perbaikan mutu dan kinerja


direncanakan dan dipantau serta ditindaklanjuti. (lihat juga
PMP : 5.1.5)

·             Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Mutu


secara periodik melakukan pertemuan tinjauan manajemen
untuk membahas umpan balik pelanggan, keluhan
pelanggan, hasil audit internal, hasil penilaian kinerja,
perubahan proses penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan
kegiatan pelayanan Puskesmas, maupun perubahan
kebijakan mutu jika diperlukan, serta membahas hasil
pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya, dan
rekomendasi untuk perbaikan.

·             Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh


Penanggung jawab Mutu.
Elemen Penilaian

1. Ditetapkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai Puskesmas yang


menjadi acuan dalam penyelenggaraan Puskesmas mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi kinerja
Puskesmas. (R)

2. Ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan berdasarkan


hasil identifikasi dan analisis sesuai dengan yang diminta pada
pokok pikiran pada paragraf terakhir (R,D,W)
3. Rencana Lima Tahunan disusun dengan melibatkan lintas
program dan lintas sektor serta berdasarkan rencana strategis
Dinas kesehatan Daerah Kabupaten/Kota (R,DW)

4 Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dengan melibatkan


Lintas Program dan Lintas Sektor, berdasarkan rencana strategis
Dinas Keseharan Daerah Kabupaten /Kota, Rencana Lima
Tahunan Puskesmas dan hasil penilaian kinerja (R,D,W)
5.Rencana Pelaksana Kegiatan (RPK) Puskesmas disusun bersama
Lintas Program sesuai dengan alokasi anggaran yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten /Kota (R,D,W)

6.Rencana Pelaksaan Kegiatan Bulanan disusun sesuai dengan


Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahunan serta hasil pemantauan
dan capaian kinerja bulanan (R,D,W)

7. Apabila ada perubahan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah


Daerah dilakukan revisi perencanaan sesuai sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan (D,W)

1.Ditetapkan kebijakan tentang hak dan kewajiban pasien dan


jenis jenis pelayanan serta kegiatan yang disediakan Puskemas ®

2. Dilakukan sosialisasi tentang hak dan kewajiban pasien, jenis


jenis pelayanan serta kegiatan yang disediakan oleh Puskesmas
(D,W)
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap penyampaian
informasi terkait hak dan kewajiban pasien, jenis jenis pelayanan
dan kegiatan kegiatan puskesmas terhadap pengguna layanan,
lintas program dn lintas sektor serta pemanfaatan pelayanan dan
kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan jadwal yang disusun
(D<W)

4. dilakukan upaya untuk memperoleh umpan balik dari


masyarakat serta dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap
umpan balik (D,O,W)

1. Ada struktur organisasi Puskesmas yang ditetapkan oleh Dinke


Kesehatan Kabupaten/Kota dengan kejelasan uraian jabatan yang
ada dalam struktur organisasi yang memuat uraian tugas,
tanggung jawab , wewenang dan persyaratan jabatan ®

2. Kepala Puskesmas menetapkan Penanggung Jawab dan


Koordinator Pelayanan Puskesmas ®

3. Terdapat kebijakan dan prosedur yang jelas dalam


pendelegasian wewenamh dari Kepala Puskesmas kepada
Penanggung jawab upaya ,dari Penanggung jawab upaya kepada
koordinator apelayanan dan dari koordinator pelayanan kepada
pelaksana palayanan kegiatan apabila meninggalkan tugas atau
terdapat kekosongan pengisian jabatan (R)
1. Ditetapkan pedoman tata naskah Puskesmas sebagaimana
diminta dalam pokok pikiran (R)

2.Ditetapkan kebijakan pedoman /panduan , prosedur dan


kerangka acuan untuk KMP.penyelenggaraan UKM serta
Penyelenggaraan UKP, Kefarmasian dan Laboratorium (R)

1. Dilakukan identifikasi jaringan pelayanan Puskesmas dan


jejaring Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas untuk
optimalisasi koordinasi dan atau rujukan di bidang upaya
kesehatan (D)

2. Disusun dan dilaksanakan program pembinaan terhadap


jaringan pelayanann dan jejaring Puskesmas dengan jadwal dan
penanggung jawab yang jelas serta terdapat bukti
dilakukanpembinaan sebagaimana diminta dalam pokok pikiran
(R,D W),
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap rencana dan
jadwal pelaksanaan program (D)

1. Dilaksanakan pengumpulan, penyimpanan, analisis data dan


pelporan serta distribusi informasi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan terkait sistem informasi Puskesmas (R,D W)

2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


penyelenggaraan Sistim Informasi Puskesmas secara periodik
(D,W)
1. Dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai
kebutuhan pelayanan dan ketentuan peraturan perundang
undangan (R)

2. Disusun peta jabatan, uraian jabatan, dan kebutuhan tenaga


berdasar analisis jabatan dan analisis beban kerja (R,D,W)

3. Dilakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga baik


dari jenis, jumlah dan kompetensi sesuai dengan peta jabatan
dann hasil analisis beban kerja (D,W)

1.Ada penetapan uraian tugas yang berisi tugas pokok dan tugas
tambahan untuk setiap pegawai (R)

2.Ditetapkan indikator kinerja pegawai sebagaimana diminta


dalam pokok pikiran ®
3.Dilakukan penilaian kinerja pegawai minimal setahun sekali
dan tindak lanjut terhadap hasil penilaian kinerja pegawai untuk
perbaikan (D,W)

1. Ditetapkan dan tersedia kelengkapan File kepegawaian untuk


pegawai yang bekerja di Puskesmas yang terpelihara sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan (R,D,O,W)

2.Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara periodik terhadap


kelengkapan pemutahiran data kepegaeaian (D,W)
1.Kegiatan Orientasi dilaksanakan sesuai dengan kerangka
asuhan yang di susun (R,D,W)

2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksaan


orientasi (D,W)
1.Program K3 Bagi pegawai disusun, ditetapkan, dilaksanakan,
dan di evaluasi (R,D,W) (Referensi PMK 52/2018 K3 FASYANKES

2. dilakukan pemeriksaan berkala terhadap pegawai untuk


menjaga kesehatan pegawai sesuai dengan program yang
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas (D,W)
3. Ada program dan pelaksanaan imunisasi bagi pegawai sesuai
dengan tingkat risiko dalam pelayanan (D,W)
4. Dilakukan konseling dan tindak lanjut terhadap pegawai yang
terpapar penyakit infeksi , kekerasan, atau cedera akibat kerja
(D,W)
1. Terdapat petugas yang bertanggung jawab dalam MFK serta
tersedia program MFK yang ditetapkan setiap tahun berdasarkan
identifikasi risiko ®

2.Dilakukan identifikasi terhadap area area berisiko yang meliputi


no 1 s/d 7 pada pokok pikiran (D.W)

3.Dilakukan Evaluasi dan tindak lanjut per tri wulan terhadap


pelaksanaan program MFK meliputi no 1 s/d 7 pada pokok
pikiran (D)
1. Dilakukan identifikasi terhadap pengunjung, petugas, dan
petugas alih daya (OUTsourching)(D,O,W)

2.Dilakukan inspeksi fasilitas secara berkala meliputi bangunan,


prasarana dan peralatan (D,O,W)
3. Dilakukan Simulasi terhadap kode darurat secara berkala
(D,O,W)

4. Dilakukan pemantauan terhadap pekerjaan konstruksi terkait


keamanan dan pencegahan penyebaran infeksi (D,O,W)

1.Dilaksanakannya program pengelolaan B3 dan limbahnya


sesuai angka satu sampai 7 hruf b ®

2. Pengolahan Limbah B3 sesuai standar (Penggunaan dan


pemilahan, pewadahan dan penyimpanan /TPS B3 serta
pengolahan akhir (D,O,W)
3. Tersedia IPAl sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan (D,O)
4. Ada laporan , analisis dan tindak lanjut penanganan
tumpahan, paparan/pajanan B3 dan atau limbah B3 (D,W)

1. dilakukan identifikasi resiko terjadinya bencana internal dan


eksternal sesuai dengan letak geografis Puskesmas dan akibatnya
terhadap pelayanan (D)

2. Dilaksanakannya program manajemen bencana meliputi angka


a-g huruf c kriteria 1.4.1 (D,W)

3. Dilakukan Simulasi dan evaluasi tahunan meliputi angka b-g


huruf C pada krieria 1.4.1 terhadap program kesiapan
menghadapi bencana yang telah disusun, dan dilanjutkan dengan
debriefing setiap selesai simulasi (D,W)
4. Dilakukan perbaikan terhadap program kesiapan menghadapi
bencana sesuai hasil simulasi dan evaluasi tahunan

1. Dilakukan program pencegahan dan penanggulangan


kebakaran 1-4 huruf d pada krteria 1.4.1 (D,O,W)

2. Dilakukan inspeksi , pengujian, dan pemeliharaan terhadap


alat deteksi dini, alarm,jalur evakuasi, serta keberfungsian alat
pemadam api (D,O,W)

3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap program


pengamanan kebakaran (D,W)

4. Ditetapkan kebijakan larangan merokok bagi petugas,


pengguna layanan, dan pengunjung di area puskesmas ®
1.Dilakukan inventarisasi alat kesehatan sesuai dengan ASPAK
(R)

2. Dilakukan inspeksi dan pengujian terhadap alat kesehatan


secara periodik (D,O,W)
3. Dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi terhadap alat kesehatan
secara periodik (D,O,W)

1. Dilaksanakan program pengelolaan sistem utilitas dan sistem


penunjang lainnya sesuai huruf f pada kriteria 1.4.1 (R)
2. Sumber Air , listrik dan gas medik tersedia selama 7 hari 24
jam untuk pelayanan Puskesmas (D,O)

1. Ada rencana Program pendidikan MFK bagi petugas (R)

2 dilaksanakan program pendidikan MFK bagi petugas sesuai


rencana (D,W)
3, Dilakukan evaluasi dan TL perbaiakan dalam pelaksanaan
program MFK bagi petugas (D,W)
1. Ditetapkan indikator kinerja Puskesmas sesuai dengan jenis
jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan pemerintah pusat
dan daerah (R)

2. Dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja


secara periodik sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang di
tetapkan dan hasilnya diumpan balikkan pada LS dan LS (R,D,W)

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil


pengawasan , pengendalian dan penilaian kinerja terhadap target
yang ditetapkan dan hasil kaji banding dengan Puskesmas lain (D)
4. Dilakukan analisis terhadap hasil pengawasan , pengendalian
dan penilaian kinerja untuk digunakan dalam perencanaan
kegiatan masing masing upaya Puskesmas dan untuk
perencanaan Puskesmas. (D)
5. Hasil pengawasan, pengendalian dalam bentuk perbaikan
kinerja disediakan dan di gunakan sebagai dasar untuk
memperbaiki kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas dan revisi
perencanaan kegiatan bulanan (D,W)

6. Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dalam


bentuk laporan penilaian Puskesmas (PKP) serta upaya perbaikan
kinerja dilaporak ke Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota (D)

1. Dilakukan Lokmin bulanan dan tribulanan secara konsisten


dan periodik untuk mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan upaya upaya puskesmas (D,W)

2. Dilakukan pembahasan permasalahan hambatan dalam


pelaksanaan kegiatan dan rekomendasi tindak lanjut dalam
lokmin (D,W)

3. Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi lokmin bulanan


dan tri bulan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan (D,W)
1. Kepala Puskesma membentuk tim Audit internal dengan uraian
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas (R)

2. Disusun rencana program audit internal tahunan dan


dilengkapi dengan KAK Audit dan dilakukan kegiatan audit sesuai
dengan rencana yang telah disusun ( R )
3. Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada ka
PKM , Tim Mutu, pihak yang di audit dan Unit terkait (D)

4. Tindak lanjut terhadap temuan dan rekomendasi dari audit


internala baik oleh Ka PKM , Penanggung jawab maupun
pelaksana (D)

5. Ka PKM bersama dengan Tim Mutu merencanakan pertemuan


tinjauan manajemen dengan agenda sebagaiman pokok pikiran
(D,W)

6. Rekomendasi hasil pertemuan tinjauan manajemen ditindak


lanjuti dan evaluasi (D)
1. Dinas Kabupaten Kota menetapkan Struktur Organisasi
Puskesmas sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang
undangan (R )

2. Dinkes Kab/Kota menetapkan kebijakan pembinaan


Puskesmas secara periodik yang dituangkan dalam progran yang
jelas dan terukur ( R,D)

3. Ada Bukti Dinkes Kab/Kota melaksanakan pembinaan secara


terpadu termasuk pembinaan oleh Tim TPMDK sesuai ketentuan
kepada Puskesmas secara periodik dengan menggunakan
indikator pembinaan program dan menyampaikan hasil
pembinaan kepada Puskesmas (D,W)

4. Ada bukti Dunkes Kab/Kota melakukan pendampingan


penyususnan RUK dan RPK (D,W)

5. Ada bukti Dinkes kab/Koata menindak lanjuti pelaksanaan


lokakarya mini Puskesmas yang menjadi wewenang dalam rangka
membantu masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan di
tingkat Puskesmas (D,W)
6. Ada bukti Dinkes Kab /Kota melakukan verifikasi dan
memberikan umpan balik evaluasi kinerja Puskesmas (D,W)

7. Puskesmas melakukan tindak lanjut terhadap hasil pembinaan


Dinas Kesehatan Kab/Kota (D,W)
1. Ditetapkan indikator kinerja Puskesmas sesuai dengan jenis-
jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan pemerintah (R)

2. Dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja


secara periodik sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan, dan hasilnya diumpanbalikkan pada lintas program
dan lintas sektor (D)

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil


pemantauan dan penilaian kinerja terhadap target yang
ditetapkan dan hasil kaji banding dengan Puskesmas lain (D)

4. Dilakukan analisis terhadap hasil pengawasan, pengendalian


dan penilaian kinerja untuk digunakan dalam perencanaan
kegiatan masing-masing upaya Puskesmas, dan untuk
perencanaan Puskesmas (D)

5. Hasil pengawasan, pengendalian dalam bentuk perbaikan


kinerja disediakan dan digunakan sebagai dasar untuk
memperbaiki kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas dan revisi
perencanaan kegiatan bulanan (D, W)

6. Hasil pemantauan, pengendalian dan penilaian kinerja dalam


bentuk Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP), serta upaya
perbaikan kinerja dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota (D)
1. Dilakukan lokakarya mini bulanan dan triwulanan secara
konsisten dan periodik untuk mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan upaya – upaya
Puskesmas (D,W)

2. Dilakukan pembahasan permasalahan, hambatan dalam


pelaksanaan kegiatan dan rekomendasi tindak lanjut dalam
lokakarya mini (D,W)

3. Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi lokakarya mini


bulanan dan triwulan dalam bentuk perbaikan pelaksanaan
kegiatan. (D,W)

1. Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal dengan


uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas. (R)
2. Disusun rencana program audit internal tahunan yang
dilengkapi kerangka acuan audit dan dilakukan kegiatan audit
sesuai dengan rencana yang telah disusun. (R)

3. Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada


Kepala Puskesmas, Tim Mutu, pihak yang diaudit dan unit
terkait. (D)

4. Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi


dari hasil audit internal baik oleh kepala Puskesmas, penanggung
jawab maupun pelaksana. (D)

5. Kepala Puskesmas bersama dengan Tim Mutu merencanakan


pertemuan tinjauan manajemen dan pelaksanaan pertemuan
tinjauan manajemen dilakukan dengan agenda sebagaimana
pokok pikiran. (D, W)
1. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota menetapkan
struktur organisasi Puskesmas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (R)

2. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan


kebijakan pembinaan Puskesmas secara periodik yang dituangkan
dalam program kerja yang jelas dan terukur (R, D)

3. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota


melaksanakan pembinaan secara terpadu kepada Puskesmas
yang berkesinambungan dengan menggunakan indikator
pembinaan program dan menyampaikan hasil pembinaan kepada
Puskesmas. (D,W)

4. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota


melakukan pendampingan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Puskesmas dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. (D, W)

5. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota


menindaklanjuti pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas yang
menjadi wewenang dalam rangka membantu menyelesaikan
masalah kesehatan yang tidak bisa diselesaikan di tingkat
Puskesmas. (D, W)

6. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota


melakukan verifikasi dan memberikan umpan balik evaluasi
kinerja Puskesmas. (D, W)

7. Puskesmas melakukan tindak lanjut terhadap hasil pembinaan


Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota. (D, W)
1.                 Ditetapkan peraturan internal yang disepakati
bersama oleh Pimpinan Puskesmas, penanggungjawab upaya
Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana dalam
melaksanakan upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan
Puskesmas. (R)

2.                 Peraturan internal tersebut disusun sesuai dengan


visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas termasuk budaya
mutu dan keselamatan. (D)

1.                 Ada kebijakan tentang komunikasi internal dengan


lintas program dalam pelaksanaan kegiatan Pukesmas. (R)

2.                 Ada prosedur yang jelas tentang pengarahan dan


koordinasi oleh Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab upaya,
koordinator pelayanan kepada pelaksana kegiatan dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. (R)
3.                 Ada prosedur perbaikan pelaksanaan kegiatan dan
capaian kinerja pelayanan baik oleh Kepala Puskesmas maupun
Penanggung jawab upaya dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan. (R)

4.                 Ada prosedur penyampaian laporan dan umpan


balik dari pelaksana kepada koordinator pelayanan, dari
koordinator ke penanggung jawab upaya, dan dari penanggung
jawab upaya kepada Kepala Pukesmas. (R)

5.                 Dilaksanakan pengarahan dan koordinasi oleh


Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab upaya, koordinator
pelayanan dalam pelaksanaan kegiatan. (D.W)
6.                 Dilaksanakan perbaikan terhadap pelaksanaan
kegiatan dan capaian kinerja sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan. (D, W)
7.                 Dilakukan pelaporan dan umpan balik pelaksanaan
kegiatan dan capaian kinerja sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan. (D, W)

1.                 Ada kriteria yang jelas dalam pendelegasian


wewenang dari Kepala Puskesmas kepada Penanggung jawab
upaya, dan dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator
pelayanan, dan dari koordinator pelayanan kepada pelaksana
kegiatan apabila meninggalkan tugas. (R)
2.                 Ada prosedur yang jelas dalam pendelegasian
wewenang dari Kepala Puskesmas kepada Penanggung jawab
upaya, dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator
pelayanan, dan dari koordinator pelayanan kepada pelaksana
kegiatan apabila meninggalkan tugas. (R)

3.                 Terdapat bukti pelaksanaan pendelegasian


wewenang sesuai dengan kriteria dan prosedur yang ditetapkan.
(D)

1.                 Dietatapkan kebijakan dan prosedur komunikasi


dan koordinasi eksternal dengan lintas sektor dalam pelaksanaan
kegiatan Pukesmas. (R)
2.                 Dilakukan identifikasi dan penetapan peran lintas
sektor dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan
Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang. (D, W)

3.                 Dilakukan komunikasi dan koordinasi lintas sektor


sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun. (D, W)

4.                 Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil


evaluasi peran lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan
Puskesmas minimal setahun sekali. (D, W)

1.                 Ditetapkan pedoman tata naskah Puskesmas


sebagaimana diminta dalam pokok pikiran mulai dari huruf a
sampai huruf g. (R)

2.                 Ditetapkan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur


dan kerangka acuan KMP, penyelenggaraan UKM dan UKPP. (R)
1.                 Kegiatan KMP, UKM, dan UKPP dilaksanakan
mengacu pada kebijakan, pedoman/ panduan/ kerangka acuan,
dan prosedur yang ditetapkan. (R, D)

2.                 Pimpinan Puskesmas memastikan pelaksanaan


kegiatan KMP , UKM, dan UKPP dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan, kebijakan,
pedoman/ panduan/ kerangka acuan, dan prosedur yang
disusun. (D, O, W)

1.                 Dilakukan identifikasi jaringan dan jejaring faslitas


pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas. (D)

2.                 Disusun rencana program pembinaan terhadap


jaringan dan jejaring fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan
jadwal dan penanggung jawab yang jelas. (D)

3.                 Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


rencana dan jadwal pelaksanaan program pembinaan jaringan
dan jejaring. (D)
1.                 Ditetapkan pengelola keuangan puskesmas dengan
kejelasan tugas, tanggung jawab dan wewenang. (R)

2.                 Ditetapkan kebijakan dan prosedur manajemen


keuangan dalam pelaksanaan pelayanan Puskesmas. (R)

1.                 Ditetapkan kebijakan tentang sistem manajemen


data dan informasi di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada
pokok pikiran. (R)

2.                 Tersedia prosedur pelaporan data dan distribusi


informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan berhak
memperoleh data dan informasi (R)

3.                 Dilakukan identifikasi data dan informasi yang


harus tersedia di sistem manajemen data dan informasi di
Puskesmas (D)
4.                 Dilaksanakan pengumpulan, penyimpanan, analisis
data dan pelaporan serta distribusi informasi sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan (D

5.                 Tersedia data dan informasi hasil kinerja dalam


sistem manajemen data dan informasi Puskesmas yang dapat
diakses oleh para penanggung jawab upaya, koordinator
pelayanan dan pelaksana kegiatan untuk dimanfaatkan
peningkatan mutu dan Keselamatan Pasien, PPI, serta penilaian
kinerja karyawan (D)
6.                 Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap
sistem manajemen data dan informasi Puskesmas secara periodik
(D, W)
1.                                    Ada dokumen Kontrak/Perjanjian Kerja
Sama yang memuat sebagaimana diminta dalam pokok pikiran,
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(D)

2.                                    Ada kejelasan indikator dan standar


kinerja pada pihak ketiga dalam melaksanakan kegiatan. (D)

3.                                    Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut


perbaikan oleh pengelola pelayanan terhadap pihak ketiga
berdasarkan indikator dan standar kinerja (D)

1.                                    Ditetapkan kebijakan dan prosedur


untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian
kinerja yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan
Penanggungjawab jenis layanan (R)
2.                                    Ditetapkan indikator kinerja
Puskesmas sesuai dengan jenis-jenis pelayanan yang disediakan
dan kebijakan pemerintah (R)
3.                                    Kepala Puskesmas bersama dengan
penanggung jawab, koordinator dan pelaksana menetapkan
tahapan pencapaian kinerja untuk tiap indikator yang ditetapkan
(D, W)
4.                                    Dilakukan pengawasan, pengendalian
dan penilaian kinerja secara periodik sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan, dan hasilnya diumpan-balikkan
pada lintas program dan lintas sektor (D)

5.                                    Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut


terhadap hasil pemantauan dan penilaian kinerja terhadap target
yang ditetapkan dan hasil kaji banding dengan Puskesmas lain (D)

6.                                    Dilakukan analisis terhadap hasil


pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja untuk
digunakan dalam perencanaan kegiatan masing-masing upaya
Puskesmas, dan untuk perencanaan Puskesmas (D)
7.                                    Hasil pengawasan, pengendalian dalam
bentuk perbaikan kinerja disediakan dan digunakan sebagai
dasar untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan kegiatan
Puskesmas dan revisi perencanaan kegiatan bulanan (D, W)

8.                                    Hasil pemantauan, pengendalian dan


penilaian kinerja dalam bentuk Laporan Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP), serta upaya perbaikan kinerja dilaporkan
kepada Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota (D)
1.           Ditetapkan kebijakan dan prosedur pelaksanaan Lokmin
Bulanan dan Lokmin triwulanan (R)

2.           Dilakukan lokakarya mini bulanan dan triwulanan


secara konsisten dan periodik untuk mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan upaya – upaya
Puskesmas (D,W)
3.           Dilakukan pembahasan permasalahan, hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan dan rekomendasi tindak lanjut dalam
lokakarya mini (D,W)

4.               Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi


lokakarya mini bulanan dan triwulan dalam bentuk perbaikan
pelaksanaan kegiatan. (D,W)

1.        Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal dengan


uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas. (R)

2.        Disusun rencana program audit internal tahunan dan


kerangka acuan audit sebagai acuan untuk melakukan audit
dengan penjadwalan yang jelas. (R)

3.        Kegiatan audit internal dilaksanakan sesuai dengan


rencana dan kerangka acuan yang disusun. (D, W)
4.        Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada
Kepala Puskesmas, Tim Mutu, pihak yang diaudit dan unit
terkait. (D)

5.        Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan


rekomendasi dari hasil audit internal baik oleh kepala Puskesmas,
penanggung jawab maupun pelaksana. (D)

1.                                    Kepala Puskesmas menetapkan


kebijakan dan prosedur pertemuan tinjauan manajemen. (R)

2.                                    Kepala Puskesmas bersama dengan


Tim Mutu merencanakan pertemuan tinjauan manajemen. (D, W)

3.                                    Dilaksanakan Pertemuan tinjauan


manajemen untuk membahas umpan balik pelanggan, keluhan
pelanggan, hasil audit internal, hasil penilaian kinerja, perubahan
proses atau sistem penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan
kegiatan pelayanan Puskesmas, perubahan sistem manajemen,
maupun perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta
membahas hasil pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya,
dan rekomendasi untuk perbaikan (D)

4.                                    Rekomendasi hasil pertemuan tinjauan


manajemen ditindaklanjuti dan dievaluasi. (D)
REGULASI
PMK 43/2019 ttg Puskesmas, PMK 75/2014 ttg PKM, PMK4/2019 ttg standar teknis
pemenuhan Mutu pelayanan dasar pada SPM bid kesehatan, PMK 36/2016 ttg
pedoman PISPK, PMK 43/2016 ttg SPM Bid Kesehatan . PMK 44/2016 ttg
Pedoman Manajemen PKM, Pedoman penilaian
PKM, Pedoman Manajemen Risiko di FKTP

SK Ka PKM tentang Visi,Misi Tujuan, Tata nilai PKM :


a. Visi Puskesmas :

Kondisi/kinerja Puskesmas yang akan diwujudkan


dalam 5 tahun yang akan datang.
b. Misi Puskesmas
:
Menunjukkan alasan keberadaan Puskesmas -> menunjuk
pada Tupoksi Puskesmas.

Terdiri dari beberapa komponen


(program dan kegiatan) yang akan dilakukan untuk mewujudkan Visi.
Komprehensif mencakup Admen, UKM
dan UKP.
c. Tujuan Puskemsams (Lihat PMK 43 tahun 2019).
d.Tata nilai
Puskesmas :
Kristalisasi peraturan internal Puskesmas
untuk menjaga semangat dan komitmen seluruh karyawan secara konsisten
melaksanakan misi untuk mewujudkan visi.
Sebaiknya disepakati bersama,
sederhana, implementatif dan bisa di ukur.
SK Kap Puskesmas tentang jenis jenis Pelayanan Puskesmas
Ditetapkan berdasarkan :
Peraturan perundangan yang berlaku.

Hasil
identifikasi dan analisis : kebutuhan dan harapan masyarakat.
Hasil identifikasi dan analisis
pengembangan pelayanan pada area prioritas.
Hasil identifikasi dan analisis ridiko penyelenggaraan pada unit unit
pelayanan baik dari KMP, UKM maupun UKP , Kefarmasian dan Laboratorium,
termasuk risiko terkait bangunan , prasarana, peralatan Puskesmas
Ada RENCANA LIMA TAHUNAN. Dinkes kab/Kota dan Puskesmas

Referensi :
Lampiran PMK
44/2016 hal 15 sd 34.
Contoh formet Renlita: Formulir3 di hal 60-70,
Lampiran PMK 44/2016.
Bagian Integrasi dari Renstra Dinkes Kab/Kota untuk mewujudkan Visi dan Misi
Bupati/Walikota di bidang Kesehatan.
Periode Renlita menyesuaikan dengan masa Bakti Bupati/Walikota, kecuali untuk
Puskesmas BLUD,RBS pertama kali tergantung kapan dilaksanakannya ketentuan
BLUD.

A.Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun secara terintegrasi melalui penetapan Tim
Manajemen Puskesmas yang akan dibahas dalam Musrenbang Desa dan Kecamatan
untuk kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Refernsi :
Lampiran PMK 44/2016 hal 34 sd
36.
Contoh format RUK Formulir 4 di hal 71-72 lampiran PMK 44/2016.
RUK mencakup
perencanaan UKM,UKP, Perbaikan Mutu, Upaya Mitigasi Risikodsb.
Lihat contoh siklus
anggaran termasuk mana mana penyusunan RUK di Lampiran Pink 44/2016.

gambar -1, Siklus Manajemen Puskesmas hal 11,


gambar 2 Siklus Perencanaan dan
Anggaran Daerah hal 18. Sesuai dengan RENSTRA Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
B.BUKTI PROSES PENYUSUNAN melibatkan Lintas Program dan Lintas
Sektoral
A. Penyusunan rencana Pelaksanaan kegiatan (RPK) dilakukan berdasarkan : Alokasi
anggaran sesuai Dokumen Pelaksanaan Anggran (DPA) yang disetujui oleh Dinkes
Kabupaten/Kota.
Membandingkan alokasi kegiatan disetujui dengan RUK yang diusulkan dan situasi
pada saat penyusunan RPK tahunan.
Referensi :
Lampiran PMK 44/2016 hal
37-38,
contoh: Format RPK tahunan formulir 73-74 lampiran PMK
44/2016/ Format
RPK Bulanan Formulir 6 hal 75-76, Lampiran PMK 44/206.
Lihat Contoh siklus anggaran termasuk
masa masa penyusunan RPK di Lampiran Pink 44/2016:
Gambar -1 , Siklus manajemen
Puskesmas hal 11,
Gambar-2: Siklus Perencanaan dan Anggaran Daerah hal 15.
B. Bukti
a. RPK dirinci menjadi RPK Bulanan bersama target pencapaiannya dan direncanakan
kegiatan pengawasan dan pengendaliannya.
b.
Penyusunan RPK bulanan dilakukan berdasarkan hasil perbaikan , proses pelaksanaan
kegiatan dan hasil hasil pencapaian terhadap indikator kinerja yang ditetapkan.
c. RPK Bulanan
sebagai alat manajemen Puskesmas (alat monitoring pencapaian Kinerja sekaligus
penyerapan anggaran) d. Bisa berisi
rencana rencana perbaikan kinerja dan mutu pelayanan.
e, Referensi

Lampiran RPK Tahunan Formulir 5 di hal 73-74 lampiran PMK 44/208.


Formet RPK Bulanan Formulir 75-76
a. Perencanaan baik Rencana Lima Tahunan dan RPK dimungkinkan untuk dirubah
/disesuaikan dengan kebutuhan saat itu apabila dalam hasil analisis pengawasan dan
pengendalian kegiatan dijumpai kondisi tertentu termasuk perubahan kebijakan sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan.
b. Revisi terhadap rencana hasus
dilakukan dengan alasan yang tepat sebagai upaya pencapaian yang optimal dari
kinerja Puskesms.
c. Forum untuk
perubahan adalah melalui lokakarya mini, pastikan dokumenasi notulensi dan
dokumen perubahannya
1. Ada SK Ka PKM tentang Hak dan Kewajiban Pasien.
2. Ada SK Ka Puskesmas
tentang Jenis jenis Pelayanan Puskesmas
Ada SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang struktur Organisasi
Puskesmas (Fungsional) :
Stuktur Fungsional mengacu pada PMK 43/2019.
Dilengkapi dengan uraian
jabatan, uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang serta persyaratan jabatan

Ada SK Kepala Puskesmas tentang struktur Organisasi Puskesmas (Fungsional) :


Stuktur Fungsional
mengacu pada PMK 43/201 dan SK Ka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Penetapan dengan mengisi kotak
kotak struktur dalam SK Kadinkes Kab/Kota. Karena keterbatasan jumlah tenaga ,
dimungkinkan terjadi perangkapan Jabatan
Ada SK Kepala Puskesmas tentang pendelegasian wewenang
Ada Pedoman Tata Naskah Puskesmas :
Sesuai yang diminta dalam Pokok Pikiran Kriteria 1.2.2.

Komponen Tata Naskah Puskesmas sebaiknya mengacu pada Pedoman


Tata Naskah yang ditetapkan oleh Dinkes Kab/Kota

Ada DOKUMEN REGULASI (SK,Pedoman/Panduan, SOP,KAK, untuk KMP,


Penyelenggaraan UKM, Penyelenggaraan UKPP, Kefarmasian dan Laboratorium.
Format Dokumen Regulasi harus mengacu pada Pedoman Tata Naskah Puskesmas

Ada Dokumen Program Pembinaan Jaringan dan Jejaring Puskesmas


a. Ada SK Ka Puskesmas tentang Sisteim Informasi Puskesmas mengacu pada PMK
31/2000. b.SK tsb
mencakup Tim Pengelola SIP (sejak pencatatan,Pengumpulan, analisis data,
Pelaporan dan Distribusi Informasi) c.Ada
SOP Pengelolaan SIP ( sejak Pencatatan, Pengumpulan, Analisis data, Pelaporan dan
Distribusi Informasi)
Ada SK Ka Puskesmas tentang

1. SK Ka Puskesmas tentang uraian tugas.

Ada SK Ka Puskesmas tentang Indikator Kinerja Pegawai


Ada SKKa Puskesmas tentang File kepegawain
Ada SK Kepala Puskesmas tentang penetapan pelaksanaan Orientasi.
Ada SK Ka Puskesmas tentang Pelayanan Keselamatan Kesehatan Kerja
1. Tersedia SK Ka PKM tentang PJ MFK,
Kerangka isi Program MFK:

1. Pendahuluan.

2. Latar Belakang.
3. Tujuan Umum dan
Khusus.
4.Kegiatan Pokok dan Rician Kegaiatan : .

Kegiatan pokok :
a. Keselamatan dan
Keamanan.
b.Bahan Beracun dan Berbahaya.

c. Disaster Plan
d.Kebakaran.

e. Sistim Utilisasi, Listrik,air dan sistim pendukung penting


lainnya. f,
Peralatan medis.
5. Cara melaksanakan
PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN:
1. Pendahuluan.
2. Latar Belakang.
3
Tujuan Umum dan Khusus.
4 Kegiatan pokok dan
Rincian kegiatan : a. Masukan
assesmen risiko secara komprehensif dan proaktif untuk mengidentifikasi bangunan,
ruangan/ area, pealatan, perabotan, dan fasilitas lainnya yang berpotensi menimbulkan
cedera. b. Melakukan pemeriksaan
fasilitas secara berkala dan terdokumentasi.
c.
Menyediakan anggaran untuk melakukan perbaikan.
d. Melakukan assesmen risiko pra
konstruksi ( Pra Construction risk assessmen/PCRA, setiap ada konstruksi renovasi
atau penghancuran bangunan /demolisasi

e. Merencanakan dan menyediakan fasilitas pendukung yang aman, untuk


mencegah terjadi kecelakaan dan cedera , mengurangi bahaya dan risiko serta
mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga staf dan pengunjung.
f. Penggunaan kartu Identitas seluruh staf RS dan semua
individu yang bekerja di RS , rawat jalan, penunggu pasien, pengunjung (termasuk
tamu) yang memasuki area terbatas, sehingga menciptakan lingkungan yang aman,
g. melindungi dari kejahatan perorangan ,
kehilangan , kerusakan atau pengrusakanbarang milik pribadi. h. Menyediakan
fasilitas yang aman sesuai dengan per UU mis. setiap tangga ada pegangannya, lantai
tidak licin, Ruang pasien jiwa pintu kamar menghadap keluar, shower di kamar mandi
tidak menggunakan selang, i. Melakukan monitoring pada daerah yang berisiko
keselamatan dan keamanan seperti ruang bayi, ,OK Ruang anak, Lanjut usia, pasien
rentan yang tidak dapat melindungi diri sendiri atau memberi tanda minta bantuan bila
terjadi bahaya. 5 Cara melaksanakan kegiatan. 6. Sasaran. 7. Skedul pelaksanaan
kegiatan 8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporannya 9. Pencatatan, Pelaporan
SK
dan Ka PKM kegiatan
evaluasi tentang penetapan Program Pengelolaan B3 serta SK ka PKM tentang
Penanggung jawab Program B3.
PROGRAM PENGELOLAAN B3 meliputi :
1. Penetapan Jenis dan
area/lokasi penyimpanan B3 sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
2. Pengelolaan ,
Penyimpanan dan Penggunaan B3 sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
3. Sisten Pelabelan
B3 sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
4. Sistem Pendokumentasian dan perijinan B3 sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan
5. Penanganan tumpahan dan paparan B3 seuai pertautran
perundang undangan 6.
Sistem Pelaporan dan investigasi jika terjadi tumpahan dan atau paparan sesuai
peraturan perundang undangan
7. Pembuangan limbah B3 yang memadai sesuai peraturan perundang undangan.
8 Penggunaan APD sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan
Menyusun Rencana dan penjadwalan kegiatan :
1. Identifikasi risiko terhadap terjadinya kebakaran : menentukan lokasi hazar
kebakaran, menganalisa kemungkinan yang meningkatkan vulnarebility, menentuka
tingkat risk kebakaran gunakan HVA Tool
2. Inspeksi terhadap sistem kebakaran , ketersediaan sarana.
3. Menguji dan memelihara sistim proteksi secara periodik.
4 Meningkatkan sumber daya manusia melalui edukasi dan
simulasi. 5.
Menerbitkan kebijakan larangan merokok.
6 Memantau kepatuhan kebijakan larangan merokok

ada SK Ka PKM tentang larangan merokok di area Puskesmas bagi petugas,


pengguna layanan dan pengunjung
Ada SK Ka PKM tentang inventarisasi alat kesehatan yang sesuai dengan ASPAK

SK Ka PKM tentang program pengelolaan sistim utilitas dengan lampiran :


1. Ketersediaan listrik air, listrik
dan gas medik.
2. identifikasi dan ketersediaan sistem utilitas kunci yang lain.
3.
identifikasi are berisiko kegagalan listrik, air,
4. pemeriksaan kualitas air .
5 pemeliharaan sistim
utilitas
KAK Program pendidikan bagi petugas
1. SK Kepala Puskesmas tentang Jenis jenis pelayanan di Puskesmas
2. SK Ka PKM tentang Penetapan indikator Mutu Kinerja (Indikator Kinerja
Manajemen, UKMdan UKP

1. SK Ka PKM tentang Monitoring dan Evaluasi Kegiatan. 2. SK Ka PKM Penilaian


Kinerja . 3. SOP Monitoring dan evaluasi kinerja 4. SOP penilaian Kienerja 5.SK Ka
PKM tentang Umpan Balik 6. SOP Umpan balik, SOP Umpan balik, TL umpan Balik
Ada Dokumen Undangan Lokmin bulanan, lokmin tri bulanan, dan Notulen Lokmin
bulanan dan tribulanan/
Ada Dokumen Bukti Agenda Lokmin bulanan dan tri hulanan,

Ada dokumen dalam Notulen bulanan dan tri bulanan teragendakan pembahasan
hambatan dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan kesepakatan dan pemecahan
sebagai rekomendasi tindak lanjut

Ada bukti dilakukan tindak lanjut dari rekomendasi Lokmin bulanan dan tri
bulanan )dapat berbentuk format)
SK Ka PKM tentang Pembentukan Tim Audit yang dilengkapi dengan Uraian Tugas,
Wewenang dan Tanggung Jawab

SK Ka PKM tentang Panduan Audit internal dengan mangacu pada Pedoman Audit
Internal dan PTM FKTP, Ada KAK audit internal
Ada SK Ka Dinkes Kab/Kota tentang Penetapan Struktur Organisasi Puskesmas yang
sesuai dengan Peraturan dan Perundang undangan

Ada SK Ka Dinkes Kab/Kota tentang Tim Pembian cluster binaan (TPCB) tahun
2021. Ada program kerja Dinkes kab/Kota dalam pembinaan Puskesmas

Ada dokumen PPS

Ada bukti format pendampingan , penyusuanan RUK dan RPK

Ada bukti menindak lanjuti lanjuti masalah kesehatan yang tidak bisa diselesaikan
oleh Puskemas
Ada bukti Dinkes melakukan verifikasi dan memberikan umpan balik maslah
puskesmas

Ada bukti PKM melakukan TL hasil pembinaan PKM.

SK Kapus tentang Penanggung Jawab MFK, SK KA PKM Pedoman Manajemen


Faslitas dan Keselamatan/ Manajemen Risiko, yang memuat keselamatan dan
keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, manajemen bencana,
pengamanan kebakaran, alat kesehatan, dan sistem utilisasi
Permenkes no 52 Tahun 2018 ttg K3
Permenkes 11 tahun 2018 tentang keselamatan pasien
Permenkes 27 thn 2017 ttg PPI (infeksi)
Permenkes 7 thn 2019 ttg Lingkungan RS (B3)
SK Ka PKM ttg pengelola sistim utilitas dan uraian tugasnya
SK KA PKM ttg Tim Audit internal dengan uraian tugas, wewenang dan tanggung
jawab
SOP audit Internal
SK Ka Dinkes kab.kota ttg struktur Organisasi Puskesmas

SK Ka Dinkes kab/.kota ttg kewajiban melaksanakan pembinaan ke Puskesmas secara


periodik dengan lampiran penunjukkan penanggung jawab beserta uraian tugasnya
dan program kerja pembinaan dg menggunakan indikator pencapaian target PIPK,
Target SPM, Program prioritas Nasional
DOKUMEN

Bukti pertemuan penyusunan dan mementukan jenis jenis pelayanan dengan di


dalamnya terdapat analisa sesuai dengan keterangan yg terdapat dalam profil
GAUN) dg pembahasan Hasil analisis kebutuhan masyarakat sebagai dasar
penetapan jenis-jenis pelayana, Hasil identifikasi dan analisis pengembangan
pelayanan pada area prioritas.
Hasil identifikasi dan analisis ridiko penyelenggaraan pada unit unit pelayanan
baik dari KMP, UKM maupun UKP , Kefarmasian dan Laboratorium, termasuk
risiko terkait bangunan , prasarana, peralatan Puskesmas
ada dolumen bukti penyususnan RUK dg melibatkan LP dan LS sesuai dengan
RENSTRA DINKES KAB/Kota (GAUN).
Ada dokumen RUK sesuai dengan Formulir 3 hal 60-70
lampiran PMK 44/2016
1. Ada bukti kegiatan sosialisas tentang Hak dan Kewajiban Pasien dan Jenis jenis
Pelayananan dan Kegiatan kegiatan Puskesmas melalui berbagai macam media .
2. Ada
Media sosialisasi dalam bentuk Brosur, leaflet, baliho dsb
1. Ada bukti kegiatan evaluasi tentang hak dan kewajiban Pasien dan Jenis jenis
pelayanan dan Kgiatan Puskesmas yang menghasilkan RTL perbaikan kegiatan
sosialisasi
2. Ada bukti dilakukan jajag pendapat kepada pengguna layanan
ttg hak dan Keawjiban Pasien dan Jenis jenis Pelayanan dan Kegiatan Puskesmas

1. Ada Tim Pemgelola umpan balik dan Keluhan dari masyarakat dan pengguna
layanan.
2.Ada register untuk mencatat pengelolaan umpan balik dan keluhan dari
masyarakat dan pengguna layanan
Ada Dokumen bukti identifikasi jaringan dan jejaring di wilayah kerja Puskesmas.
Ada register data data jaringan dan jejaring

Ada bukti Pelaksanaan (GAUN) pembinaan


Ada dokumen evaluasi Pembinaan Jaringan dan jejaring di wilayah kerja
Puskesmas. Ada dokumen RTL Pembinaan Jaringan dan Jejaring Puskesmas.

Ada dokumen bukti pelaksanaan tindak lanjut


Pembinaan Jaringan dan Jejaring

Ada Dokumen bukti pelaksanaan Sistim Informasi Puskesmas, mulai dari


pengumpulan data, bukti analisis data, bulti pelaporan, bukti distribusi informasi

a. Ada dolumen evaluasi Pelaksanaan Ssitem Informasi Puskesmas.


B. Ada doku,men RTL
berdasar hasil evaluasi pelaksanaan Sistem Informasi Puskesmas.
c. Ada dolumen bukti
pelaksanaan tindak lanjut Pelaksanaan Sistem Informasi Puskesmas
a. Ada Dokumen analisa kebutuhan tenaga
b.Ada Dokumen peta Jabatan
dan uraian tugas c. Upaya pemenuhan
kebutuhan tenaga berdasarkan peta jabatan
a. Ada Dokumen analisa kebutuhan tenaga
b.Ada Dokumen peta Jabatan
dan uraian tugas c. Upaya pemenuhan
kebutuhan tenaga berdasarkan peta jabatan
Ada Dokumen Hasil penilaian kinerja pegawai dan RTLnya

Ada dokumen File Kepegawaian yang termutakhir untuk setiap tenaga kesehatan

Ada Dokumen Evaluasi dan tindak lanjut secara periodik terhadap kelengkapan dan
pemutakhiran data kepegawaian Puskesmas
1. Ada KAK Orientasi
2.Ada dokumen Bukti
Pelaksanaan Orientasi sesuai dengan KAK.

Ada Dokumen bukti evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan orientasi
Ada dokumen pemeriksaan kesehatan petugas secara berkala .
Ada bukti dilakukan imunisasi
kepada petugas

Ada dokumen pemeriksaan kesehatan petugas secara berkala .

Ada bukti dilakukan imunisasi ke[ada petugas

Ada bukti identifikasi area berisiko kekerasan,


Ada bukti konseling dan tindak lanjut bila terpapar penyakit infeksi, jika terjadi
kekerasan di tempat kerja , jika terjadi cedera akibat kerja
Ada Dokumen Program dan Identifikasi (AREA) BERISIKO 1 s/d 7 :
1.
Keselamatan dan Keamanan.
2. Pengelolaan B3 (Limbah
B3).
3. Manajemen Kedaruratan.

4. Pengamanan Kebakaran.
5. Peralatan
Kesehatan.
6. Ssitim Utilisasi.

7. Diklat MFK

Ada Dokumen Program dan Identifikasi (AREA) BERISIKO 1 s/d 7 :


1.
Keselamatan dan Keamanan.
2. Pengelolaan B3 (Limbah
B3).
3. Manajemen Kedaruratan.

4. Pengamanan Kebakaran.
5. Peralatan
Kesehatan.
6. Ssitim Utilisasi.
Ada Dokumen Monev dan Tindak lanjut setiap 5 bulan dan bukti perbaikan dan
minimalisir risiko 7. Diklat MFK
Ada Dokumen berupa :
a. Penetapan jenis area/lokasi penyimpanan B3 sesuai ketentuan perundangan.

b. Pengeolaan dan penyimpanan dan penggunaan B3 sesuai


dengan ketentuan perundang undangan termasuk MSDS
c.Penggunaan APD yang sesuai untuk penggunaan dan penanganan
tumpahan dan paparan yang sesuai dengan ketentuan perundangan

d. Sistem Pelabelan yang sesuai dengan ketentuan


perundangan.
e. Sistem pendokumentasian dan perijinan.
f. Sistim pelaporan dan
investigasi jika terjadi tumpahan atau paparan

Dokumen pelaksanaan Program Pengendalain B3 dan limbah B3 : berupa


inventarsisai pengelolaan, penyimpanan, penggunaan dan pengendalian
Dokumen pelaksanaan IPAL berupa inventarsisai pengelolaan, penyimpanan,
penggunaan dan pengendalian
Ada Laporan , analisis evaluasi, monitoring dan evaluasi dserta tindak lanjut

Ada Dokumen berupa : Tahapan Siklus bencana :a.Situasi normal tidak bencana,
Pencegahan dg membuat perencanaan mitigasi b. situasi terdapat potensi Bencana
membuat perencanaan kontijensi untuk siap siaga c. situasi terjadi bencana,
melakukan evakuasi tanggap bencana, d. situasi pasca bencana Rehabilitasi dan
pemulihan . Ada identifikasi Risiko --> HVA , grading , matrik tingkat risiko
bencana

Ada Dokumen Distarter Plan berisi Kebijakan, latar belakang, analisa resikio,peta
rawan bencana, profil puskesmas, Perorganisasian, tupoksi, SOP dan form, Glosery
fasilitasi. Ada Dokumen komponen program manajemen bencana antara lain,1.
identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang mungkin terjadi HVA
2. menentukan peran Puskesmas dalam kejadian bencana .3.Strategi komunikasi
jika terjadi bencana. 4.Manajemen sumber daya. 5. Penyediaan pelayanan dan
alternatifnya. 6 dentifikasi peran dan tanggung jawab tiap pegawai serta manajemen
konflik yang meungkin terjadi pada saat bencana 7. Peran Puskesmas dalam tim
terorganisasi dengan sumber daya masyarakat yang tersedia.

Ada dokumen kegiatan simulasi Emergency Drill, workshop, Seminar, table top,
fullscale .
Ada dokumen evaluasi tahunan yang meliputi :
1. mengukur kinerja seluruh komponen.
2. identifikasi area yang perlu perbaikan
3. meningkatkan
kemampuan staf dan karyawan menghadapi bencana.
4. pemanfaatan sumber daya.

5 implementasi : program ,prosedur, kebijakan terkait


Ada dokumen yang melakukan tindak lanjut sesuai dengan hasil simulasi dan
evaluasi tahunan berupa :
1. Diprogramkan dan dilaksanakan minimal setahun sekali.
2. diikuti seluruh staf dan
karyawan serta komunitas secara luas.
3. Melakukan debriefing sesuai simulasi

4. menindak lanjuti debriefing hasil simulasi


5. hasil debriefing di

Ada Dokumen Pengujian dan pemeliharaan sistim proteksi yang berisi :


1.Memeriksa kelengkapan, kondisi kelayakan sistim proteksi dan sarana
penenganan kebakaran .
2. memeriksa kelayakan sarana jalur dan tanda
petunjuk arah evakuasi.
3. uji coba terhadap sistem proteksi dan sarana penanggulangan kebakaran.
4. memasang label tanda
bahaya di lokasi resiko kebakaran 5. pemeriksaan,
pengujian, dan pemeliharaan dilakukan periodik minimal sekali dalam setahun.
6 .Evaluasi dan
Ada dokumen melakukan
dokumentasikan, simulasi
up date jika perlu meliputi :
1. Melatih staf dan
karyawan Puskesmas menghadapi situasi TANGGAP DARURAT KEBAKARAN.

2 Melatih staf dan karyawan Puskesmas menggunakan sarana


penenggulangan kebakaran
3. Melatih staf dan karyawan Puskesmas melakukan
EVAKUASI
4. Melatih staf dan karyawan Puskesmas menangani korban .
5. Melakukan
DEBRIEFING dan EVALUASI untuk tindak lanjut
6 Hasil simulasi, debriefing dan
evaluasi didomentasikan
Ada dokumen sosialisasi7dan edukasi
Simulasi kepada
dan masyarakat
pelatihan tentang
merupakan bahaya
kegiatan merokok
tahunan
bagi kesehatan dan bahaya kebakaran .
Ada Dokumen mematau kepatuhan larangan merokok secara berkesinambungan .
Ada dokumen Evaluasi pelaksanaan kepatuhan larangan merokok dan
didokumentasikan
Ada dokumen bukti inspeksi dan pengujian alat kesehatan .

Ada dokumen bukti pemeliharaan dan kalibrasi

Ada Dokumen bukti pelaksanaan program pengelolaan sistim utilitas


ada dokumen monev dan tindak lanjut

ada bukti dilakukan sosialisasi program MFK

Ada dokumen pelaksanaan Diklat terkait MFK (6 program)

Ada dokumen bukti evaluasi dan tindak lanjut dalam program MFK bagi petugas
1. Ada Dokumen bukti pengawasan dan evaluasi yang dilakukan secara berjenjang
baik internal maupun eksternal
2. Ada dokumen Internal : pelaksana --> PJ Upaya--> Tim Mutu -->Tim Audit -->
Ka PKM
3. Eksternal : Dinkes kab/Kota -->Dinke Prop --> Kementrian, Masyarakat dan
LS
Tersedia : Tabel monitoring Kinerja, Grafik target dan capaian kegiatan, Umpan
balik dari LP,LS, Masyarakat, Dinkes

1. Ada Dokumen Evaluasi dan Tindak lanjut dari hasil monitorig (format atau
laporan)
2. ada dokumen dilakukan Kaji Banding "Kinerja Puskesmas : dengan bukti
melaksukan tahapan pelksanaan kaji banding :
1. Membuat Kak.
2 Membuat instrumen.
3 Membuat surat permohonan
4. Membuat
laporann hasil kaji banding.
5 Membuat RTL perbaikan.

6. Melaksanakan TL Hasil Kaji Banding


Ada dokumen bukti dilakukan analisis secara periodik dapat per bulanan,
tribulenan, tahunan dengan bukti 1. jaring laba laba. Garafik sebagai dasar untuk
perbaikan dan perencanaan kegiatan bulanan, tri bulanan dan yahunan (PDCA)

Ada Dokumen rencana perbaikan kinerja dan revisi rencana dapat terjadi pada : 1.
Perubahan kegiatan. 2. Perubahan target. 3 Perubahan waktu 4. Prubahan Lokus. 5.
Prubahan Metode. 6 Perubahan anggaran 7. Perubahan pelaksana dan pihak terkait

Ada dokumen PKP, Penilaian cakupan kegiatan, Penilaian Manaajemen Puskesmas.


Ada bukti PKPK dilaporkan ke Dinkes Kab/Koata untuk mendapatkan Verifikasi
dan umpan balik
Ada Dokumen Rencana program Audit internal Puskesmas ( secara keseluruhan
ADMEN UKM dan UKP Ada Dokumen Pelaksanaan Audit internal yang sesuai
dengan jadwal termasuk penyiapan instrumen audit
Ada dokumen bukti laporan Audit Internal dan umpan balik hasil audit internal (Ka
PKM, Ketua Tim Mutu, Pj Program ) Ada
dokumen umpan balik Auditor berupa temuan , rekomendasi dan RTL.
Ada dokumen bukti Temuan Audit internal yang harus di tindak lanjuti berdasarka
rekomendasi dan RTL yang telah di buat oleh unit terkait secara berjenjang
(Pelaksana -->PJ -->Ka PKM -->Dinkes kab/kota) .
Ada dokumen bukti Auditor melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan TL

Ada Dokumen Bukti SOP Pertemuan Tinjauan Manajemen yang dilakukan secara
periodik dan terencana dengan baik.
Ada bukti dokumen Agendan PTM. (Pembukaan oleh Ketua Tim Mutu, Pengarahan
oleh Ka PKM, Pembahasan hasil PTM sebelumnya, Pembahasan hasil audit
internal,pembahasan umpan balik pelanggan, pembahasan hasil survei kepuasan
pelanggan, Pembahasan hasil penilaian kinerja , Pembahasan masalah operaional
yang terkait dengan sistem manajemen mutu, pelayanan UKM dan UKP,
Rekomendasi, Rencana Perbaikan/ Perubahan yang diperlukan, Penutup)
Ada Undangan PTM, dan Laporan PTM

Ada dokumen bukti tindak lanjut dan rekomendasi PTM serta evaluasinya
Dokumen Pedoman MFK dan Dokumen Rencana Program MFK (masing masing a-
f)

Dokumen identifikasi area-area berisiko berdasrkan a sd f

Dokumen evaluasi dan tindak lanjut pertriwulan terhadap pelaksanaan program


MFK
Bukti dilakukan Tindak lanjut dari penilaian kinerja dan evaluasinya dan bukti
melakukan kaji banding ke PKM lain

Bukti pembahasan analisis dalam pertemuan LP dan LS (UANG), bukti pertemuan


tim manajemen dalam menyusun RUK

Bukti revisi perencanaan bulanan

Bukti laporan PKP dan upaya perbaikan kinerjanya ke Dinkes Kab/Kota


Tersedia Jadwal Lokmin bulanan, tribulanan , bukti pertemuan Lokmin dan loktri (UANG)

Bukti dalam notulen lokbul dan loktri berisi Dilakukan pembahasan permasalahan,
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan dan rekomendasi tindak lanjut dalam
lokakarya mini

Bukti tindak lanjut dengan tergambarkan dg melakukan proses PDCA dan PDSA
tersedia program Kreja, KAK dan bukti kegiatan Audit sesuai dengan rencana yang
telah di susun

Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada Kepala Puskesmas, Tim
Mutu, pihak yang diaudit dan unit terkait. (D) (pertemuan UANG)

Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi dari hasil audit internal
baik oleh kepala Puskesmas, penanggung jawab maupun pelaksana. (D) (Petemuan
UANG)

Bukti pertemuan RTM (UANG) dg membahas umpan balik pelanggan, keluhan


pelanggan, hasil audit internal, hasil penilaian kinerja, perubahan proses
penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas, maupun
perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta membahas hasil pertemuan
tinjauan manajemen sebelumnya, dan rekomendasi untuk perbaikan.

Bukti rekomendasi untuk perbaikan dan bukti pelaksanaan perbaikan


Bukti pembinaan ke Puskesmas sesuai dg indikator tsb dan bukti pertemuan
(UANG)

Bukti pendampingan penyususnan Ruk dan RPK Puskesmas (UANG)

Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota menindaklanjuti pelaksanaan


lokakarya mini Puskesmas yang menjadi wewenang dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah kesehatan yang tidak bisa diselesaikan di tingkat
Puskesmas.

Dokumen bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan verifikasi


dan memberikan umpan balik evaluasi kinerja Puskesmas.

Dokumen Puskesmas melakukan tindak lanjut terhadap hasil pembinaan Dinas


Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.
OBSERVASI
Ada sarana, media untuk menampung umpan balik dan keluhan dari masyarakat dan
pengguna layanan. Al Kotak saran, media sosial, pertemuan pertemuan dengan masyarakat
Telusur file kepegawaian
an loktri (UANG)
WAWANCARA
1. Wawancara kepada petugas tentang kegiatan sosialisasi dan pengetahuan tentang
Hak dan Kewajiban pasien dan jenis jenis pelayanan dan kegiatan Puskesmas.

2. Wawancara jkepada pasien dan keluarganya, tentang kegiatan sosialisasi dan


pengetahuan tentang hak dan kewajiban pasien dan jenis jenis pelayanan
1. Wawancara kepada petugas tentang kegiatan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan
sosialisasi ttg Hak dan Kewajiban pasien dan jenis jenis pelayanan kegiatan Puskesmas.
2. Wawancara kepada pengguna layanan LP dan LS tentang kegiatan sosialisasi dan
Pengetahuan ttg hak dan kewajiban pasien dan jenis jenis pelayanan dan kegiatan
Puskesmas.
3. wawancara kepada pengguna layanan LP dan LS tentang kesesuaian
pelaksnaan kegiatan dengan jadwal yang disusun.

Wawancara kepada pengguna layanan LP dan LS tentang Pengelolaan umpan balik dan
keluhan dari masyarakat dan pengguna layanan
Wawancara kepada petugas tentang bagaimana melakukan pembinaan
Jaringan dan Jejaring Puskesmas (harus cocok dg bukti dokumen)
Wawancara kepada petugas tentang Pelaksanaan ssitem Informasi
Puskesmas, dan pemanfaatan data/informasi untuk pelayanan
maupun untuk manajemen

wawancara kepada petugas tentang evaluasi dan tindak lanjut


terhadap hasil evaluasi pelaksanaan Sistem Informasi Puskesmas
apakah ada E dan TL terhadap penyampaian informasi kpd
masyarakat , pengguna , Linsek ? Bentuk E spt apa
Wawancara kepada Ka Subbag Tata Usaha
Wawancara dengan Ka Subag TU.

Wawancara dengan petugas baru dan alih tugas

Wawancara dengan Ka Subag TU.


wawancara kepada petugas PJ K3
Observasi 2. Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan
pemilahan, pewadahan dan penyimpanan/TPS B3 serta pengolahan
akhir)

observasi IPAL
Standar Substandar

2.1

2.1.1
2.1.2
2.1.3

2.2.

2.2.1
2.1.           

2.2.2.

2.3

2.3.1
2.4        

2.4.1
2.5

2.5.1

2.5.2
2.5.3

    

2.6
2.6.1

2.6.2
2.63

2.6.4
2.6.5
2.6.5

2.7

2.7.1
2.8

2.8.1

2.8.2
2.8.4
2.6.5   
2.7.    

2.7.1         

2.8.   

2.8.1

2.8.2. 
2.8.3.  

2.8.4.   
Kriteria

Perencanaan pelayanan UKM PKM disusun secara terpadu


berbasis wilayah kerja PKM dengan melibatkan lintas program
dan lintas sektor sesuai dengan analisis kebutuhan dan harapan
masyarakat ,data hasil penilaian kinerja PKM termasuk
memperhatikan hasil pelaksanaan Program Indonsia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga ( PIS PK ) dan capaian target SPM
daerah Kab Kota

Perencanaan pelayanan UKM PKM disusun secara terpadu


berbasis wilayah kerja PKM dengan melibatkan lintas program
dan lintas sektor sesuai dengan analisis kebutuhan dan harapan
masyarakat ,data hasil penilaian kinerja PKM termasuk
memperhatikan hasil pelaksanaan Program Indonsia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga ( PIS PK ) dan capaian target SPM daerah Kab
Kota
Perencanaan pelayanan UKM PKM memuat kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi permasalahan
kesehatan dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat ,dimana proses kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan di fasilitasi oleh PKM
Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK ) pelayanan UKM
terintegrasi lintas program dan mengacu pada RUK PKM

Penanggung jawab UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana


kegiatan UKM memastikan kemudahan akses sasaran dan
masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan UKM

Penjadwalan pelaksanaan pelayanan UKM PKM disepakati


bersama dengan memperhatikan masukan
sasaran ,masyarakat,kelompok masyarakat ,lintas program dan
lintas sektor yang dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan
rencana
Penanggung jawab UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana
kegiatan UKM memastikan akses sasaran dan masyarakat
terhadap informasi ,kegiatan UKM ,dan akses untuk
menyampaikan umpan balik dan keluhan

KOORDINASI ; Penggerakan dan Pelaksanaan Pelayanan UKM


dilakukan dan dikoordinasikan dengan melibatkan lintas program
dan lintas sektor terkait

Dilakukan komunikasi dan koordinasi dalam penyelenggaraan


pelayanan UK PKM
Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metoda pembinaan secara
berjenjang agar efisien dan efektif dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan

Penaggung jawab UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana


kegiatan UKM PKM bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan
,pencapaian kinerja ,pelaksanaan kegiatan UKM dan sumber daya
Pelaksanaan pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK

PJ UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


bersama Tim Pembina Keluarga melaksanakan pemetaan dan
intervensi kesehatan berdasarkan permasalahan keluarga sesuai
dengan jadwal yang sudah disepakati

Intervensi lanjut ditujukan ditujukan pada wilayah kerja PKM


berdasarkan permasalahan yang sudah dipetakan dan dilaksanakan
terintegrasi dengan pelayanan UKM
Pelaksanaan GERMAS sebagai bagian dari intervensi lanjut dalam bentuk
peran serta masyarakat terhadap masalah 2 kesehatan

Penyelenggaraan UKM Esensial


Cakupan dan pelaksanaan UKM Essensial Promosi Kesehatan

Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Lingkungan


Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Keluarga

Cakupan dan Pelaksanaan UKM Esensial Gizi


Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit

Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM ) Pengembangan

Cakupan dan pelaksanaan UKM pengembangan


Pengawasan ,Pengendalian dan Penilaian kinerja pelayanan UKM PKM
dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan UKM

Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab UKM PKM melakukan


supervisi untuk pengendalian pelaksanaan pelayanan UKM PKM secara
periodik

PJ UKM wajib melakukan pemantauan dalam upaya pelaksanaan


kegiatan UKMsesuai dengan jadwal yang sudah disusun agar dapat
mengambil langkah TL untuk perbaikan
Penilaian kinerja terhadap penyelenggaraan pelayanan UKM
dilaksanakan secara periodik untuk menunjukan akuntabilitas dalam
pengelolaan pelayanan UKM
.7.1         
Pokok Pikiran

1.Identifikasi Harbut masyarakat teehadap kegiatan UKM dilakukan denga


maupun melalui pertemuan kosultatif lainnya dengan masyarakat seperti jajak
muka ,SMD ,survei kepuasan masyarakat dan media lainnya

2.Pelaksanaan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat mengacu pa


prosedur yang berlaku

3.Hasil identifikasi Harbut masyarakat yang telah dianalisis dan dibaha


program dan lintas sektor dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan RUK UK

4.Data capaian kinerja pelayanan UKM di analisis dengan memperhatikan


PIS PK dan SPM dan dibahas dengan LP dan LS sebagai dasar dalam penyu
PKM

5.Kegiatan 2 dalam setiap pelayanan UKM di PKM disusun oleh pelaksana


pelayanan UKM mengacu pada hasil analisis data kinerja dengan mempe
PK ,analisis capaian SPM daerah Kab/Kota ,pedoman atau acuan yang suda
Kemnetrian Kesehatan ,Dinkes Prop,maupun Dinkes Kab kota dengan menguta
6.Dalam standar ini ,kata " Pelayanan " digunakan untuk menggantikan kata
: Program Promkes menjadi pelayanan Promkes

1.Pelaksana kegiatan ,koordinator pelayanan ,dan penanggung jawab U


memfasilitasi kegiatan yang berwawasan kesehatan melalui pemberdayaan m

2.Pemberdayaan masyarakat adalah proses untuk meningkatkan pengetahua


kemampuan individu ,keluarga serta masyarakat untuk berperan aktif dalam
yang dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan masalah me
edukatif dan partispatif serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial bu

3.Perencanaan pemberdayaan masyarakat terintegrasi dengan Profil Ke


( Prokesga ) mellalui pelaksanaan PIS- PK

4.Bentuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakuka


Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat ( UKBM ) seperti Posyandu
Posyandu Lansia , Komunitas Peduli Kesehatan Remaja ,Ko
HIV/AIDS ,Peduli TB ,Komuitas peduli kesehatan ibu dan anak dan sete
melalui kegiatan di tatanan tatanan seperti sekolah ,pesantren ,pasar, tempat i
1.Perencanaan pelayanan UKM PKM disusun secara terintegrasi litas pro
dan efisien serta melalui tahapan perencanaan PKM

2.Penyusunan RPK harus mengacu pada RUK .Jika sebagian kegiatan


dalam RUK tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan sumberdaya ,ma
sebagian kegiatan yang tercantum dalam RUK tidak dituangkan dalam RPK

3.RPK pelayanan UKM menggambarkan kegiatan yang akan dilaksanakan ole


kurun waktui satu tahun dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan kegiatan

4.RPK pelayanan UKM dimungkinkan untuk diubah /disesuaikan de


berdasarkan hasil pemantauan ,kebijakan dan kondisi 2 sesuai peraturan dan

5.RPK pelayanan UKM dirinci dalam RPK untuk masing 2 pelayanan UKM
untuk kegiatan dari masing 2 pelayanan UKM

1.Jadwal pelaksanaan kegiatan disusun berdasarkan m


sasaran ,masyarakat,kelompok masyarakat ,lintas program dan lintas se
disepakati bersama ,Jadwal tersebut memuat waktu ,tempat dan sasaran keg

2.Agar sasaran,masyarakat ,lintas program dan lintas sektor berper


kegiatan ,maka jadwal pelaksanaan kegiatan UKM harus disam
sasaran ,masyarakat ,kelompok masyarakat ,lintas progran dan Lintas sek
memanfaatkan media komunikasi yang sudah ditetapkan

3.Bilamana dilakukan perubahan jadwal ,informasi ttg waktu dan tem


kegiatan UKM harus disepakati dan di informasikan dengan jelas dan
mudah di akses oelh sasaran kegiatan UKM .masyarakat dan kelompok masyar
1.Informasi tentang kegiatan UKM PKM ,tujuan ,pentahapan ,dan jadwa
disampaikan pada lintas program dan lintas sektor terkait agar merek
berkontribusi dalam pencapaian tujuan kegiatan UKM

2.Kejelasan informasi yamg disampaikan perlu di evaluasi yaitu evaluasi terh


informasi oleh sasaran dan pemberian informasi yang dilaksanakan PKM

3.Akses sasaran terhadap kegiatan perlu di evalusi dan di TL untuk


mempermudah akses dan penyediaan kegiatan UKM

4.Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan sasaran kegiatan d


balik dan keluhan dari masyarakat dan sasaran kegiatan untuk melakukan
perbaikan 2 dalam pelaksanaan kegiatan UKM PKM

5.Umpan Balik dan keluhan ditindak lanjuti dengan pembahasan


konsultatif dengan tokoh masyarakat ,kelompok masyarakat ,masyarakat a
merupakan sasaran melalui forum 2 yang ada di masyarakat

1.Keberhasilan pelaksanaan pelayanan UKM hanya dapat dicapai jika dilak


dan koordinasi baik lintas program maupum lintas sektor terkait m
perencanaan .pelaksanaan ,perbaikan .dan evaluasi pelaksanaan kegiatan U

2.Berbagai mekanisme komunikasi dan koordinasi da[at dilkaukan an


pertemuan 2 ,lokmin .penggunaan media /teknologi informasi
3.Kebiajakan ,dan prosedur komunikasi dan koordinasi dalam penyelenggaraa
perlu ditetapkan dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan UKM

4.Evaluasi dan TL terhadap pelaksanaan komunikasi dan koordinasi dilaksana


dengan ketentuan yang ditetapkan

1.Penanggung jawab UKM ,koordinator pelayanan kegiatan UKM PKM mem


untuk memberi arahan dan dukungan bagi pelaksana kegiatan dalam melaks
tanggung jawab >Arahan dapat dilakukan da
pembinaan ,pendampingan ,pertemuan 2 maupun konsultasi dalam pela
UKM

2.Pembinaan penanggung jawab UKM kepada koordinator pelayanan dan p


UKM meliputi pemahaman pelaksanaan kegiatan ,termasuk pembinaan t
dan hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan U
identifikasi ,analisis ,sampai dengan upaya penyelesaian masalah dalam pela
UKM

3.Penanggung jawab UKM ,koordinator dan pelaksana pelayanan UKM me


Evaluasi terhadap analisis masalah dan hambatan dalam pelaksanaan pelay
1.Kegiatan Kunjungan Keluarga yang dilaksanakan oleh Tim Pembina Keluarga
menyampaikan Komunikasi Informasi dan Edukasi kepada keluarga seba
dan didokumentasikan

2.Dokumentasi hasil kunjungan keluarga dilakukan dengan dientry pada


sehat dan atau pada profil keluarga sehat ( Prokesga )

3.Dokumentasi hasil kunjungan dapat berupa hasil intervensi awal dan hasil in

4.Dokumentasi hasil kunjungan awal dan hasil intervensi ( Pemitakhiran /upd


dilakukan oleh tim data PKM ( admin dan surveior )

5.Tim Pembina Keluarga menyampaikan informasi dan laporan hasil kunjung


berkoordinasi dengan penanggung jawab UKM dan koordinator pelayana
kegaitan UKM agar dapat dilakuka n analisa dan intervensi lanjut

6.Kegiatan UKM melalui PIS PK sebagai bentuk intervensi dilaksanakan sesuai


yang disepakati engan masyarakat yang menjadi sasaran

1.Penyusunan rencana intervensi lanjut terintegasi dengan lintas program dan dapat me
terkait ,didasarkan pada analisis IKS awal

2.Intervensi sesuai dengan hasil analisis dan pemetaan antara lain dilakukan melal
( termasuk yang bersifat inovatif ) ,pengorganisasian masyarakat dalam bentuk UK
( sekolah ,pesantren ,pasar tempat ibadah dll )
3,Perbaikan dan evaluasi PIS PK di tingkat PKM dilaksanakan mulai dari
pelaksanaan,pelaksanaan kunjungan keluarga dan intervensi awal,pelaksan
awal ,pelaksanaan intervensi lanjut dan analisis perubahan IKS

4.Rencana intervensi lanjut terintegrasi dengan rencana pelaksanaan kegiatan masing 2

5.Dalam perbaikan dan evaluasi dilaksanakan proses verifikasi yang bertujuan untuk
serta keakuratan pelaksanaan PIS PK sesusai dengan hasil pelatihan serta informasi kon
keluarga yang ada pada prokesga atau aplikasi dapat di pertanggung jawabkan

1.GERMAS adalah suatu tindakan sistimatis dan terencana yang dilakukan secara bersam
komponen bangsa dengan kesadaran ,kemauan ,dan kemampuan berperilaku sehat u
kualitas hiduo

2.Kegiatan GERMAS merupakan bagian terintegrasi dari intervensi lanjut terhadap


yang di identifikasi dalam mewujudkan PHBS yang dapat dilihat dari perubahan IKS t
wilayah yang semakin membaik

3.GERMAS bertujuan agar masyarakat terjaga kesehatan ,tetap produktif ,hidup da


bersih,ditandai dengan kegiatan 2 sbb : peningkatan edukasi hidup sehat ,p
lingkungan ,peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit ,penyediaan pangan se
perbaikan gizi,peningkatan perilaku hidup sehat dan peningkatan aktivitas fisik

4.Sasaran GERMAS adalah sasaran untuk masing 2 kegiatan Germas yaitu : seluruh
termasuk individu ,keluarga dan masyarakat untuk mempraktikan pola hidup sehat sehari h

5.PKM berperan dalam mensukseskan Germas antara lain melalui kegiatan pember
keluarga yang diukur melalui Indeks individu Dan keluarga sehat , pemberdayaan mas
dengan terbentuknya UKBM dan pembangunan wilayah berwawasan kesehatan yang di
Masyarakat Sehat dan Indeks Tatanan Sehat
1.Cakupan UKM Essensial Promosi Kesehatan di ukur dengan 3 ( tiga indikator utama
posyandu aktif .b.terbentuknya tahanan sehat sesuai dengan pedoman .c. melakukan p
masyarakat

2.Presentase Posyandu aktif adalah posyandu yang mampu melaksanakan kegiatan utaman
bulan ( KIA : Ibu hamil ,ibu nifas ,bayi, balita ,KB ,imunisasi ,gizi,pencegahan dan penanggul
cakupan masing 2 mininmal 50 % dan melakukan kegiatan tambahan

3.Terbentuk Tatanan Sehat dengan pedoman adalah upaya yang dilakukan petugas PKM
tatanan/tempat yang mengupayakan kesehatan dengan melakukan proses untuk member
melalui kegiatan menginformasikan ,mempengaruhi dan membantu masyarakat agar b
mendukung perubahan perilaku dan lingkungan sehat serta menjaga dan meni
masyarakat .Contoh : Rumah tangga sehat ,sekolah sehat ,dll

4.Melakukan Proses Pemberdayaan Masyarakat adalah proses pemberdayaan masyarak


a.Pengenalan kondisi desa /kelurahan .b.Survei mawas diri .c.musyawarah di desa /kelur
partisipatif .d.Pelaksanaan kegiatan .e. Pembinaan kelestarian

1.Cakupan UKM Essensial Kesehatan Lingkungan diukur dengan 3 indikator utama yaitu : a.
Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) .b.Presentasi Fasilitas Umum ( FTU ) yang
kesehatan .c.Presentase Tempat Pengolahan Pangan ( TPP ) yang memenuhi syarat kesehata

2.Untuk mencapai kinerja UKM Esential Kesehatan Lingkungan dilakukan upaya 2 promoti
a. Pemicuan ,pendampingan verifikasi desa STBM serta update data dll .b. melakukan
lingkungan TFU dan TPP ,pembinaan ,update data dll .c. Upaya 2 promotive dan preventi
tambahan yang ditetapkan oleh PKM yang mengacu pada pedoman /panduan dan atau kete

3.Dilakukan pemantauan dan analisis serta TL terhadap capaian indikator kinerja pelayan
upaya kinerja pelayanan UKM esensial Kesehatan Lingkungan yang telah dilakukan
1.Cakupan UKM Esensial Kesehatan Keluarga diukur dengan 5 ( lima ) indikator utama yai
hamil mendapatkan pelayanan antenatal terpadu .b. presentase balita yang mendapatkan
sesuai standard pelayanan minimal .c.presentase remaja yang mendapatkan pelayana
remaja .d.presentase calon pengantin yang mendapatkan pelayanan kesehatan .e.pre
mendapatkan pelayanan

2.Pelayanan Kesehatan Balita sebagaimana dalam SPM : a.Penimbangan Berat badan .b.
badan/tinggi badan .c.Pemantauan perkembangan .d.Imunisasi .e.Pemberian Vit A.f.Pelayan

3.Kriteria PKM mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ) jika meme
tenaga medis terlatih /teroreintasi PKPR .b.ada pedoman PKPR .c. menyediakan layanan kon

4.Pelayanan kesehatan Reproduksi Catin meliputi : a.Anamnesa .b.Pemeriksaan Fisik ,c


gizi.d.Pemeriksaan darah (Hb,Gol darah ) .e.skrinining imunisasi TT .f.KIE Kesprocatin

1.Ibu Hamil KEK apabila tidak ditangani akan beresiko melahirkan bayi BBLR yang
penyumbang masalah stunting

2.ASI Ekslusif merupakan salah satu standar emas Pemberiaan Makan Bayi dan Anak yan
berkurangnya kejadian Gizi kurang dan Stunting

3.Surveilance gizi berupaya memantau secara terus menerus masalah 2 yang terjadi agar b
tertangani dan menjadi dasar untuk perencanaan yang baik

4.Cakupan UKM Esensial Gizi diukur dengan 3 ( tiga ) indikator utama : a.PKM mela
Gizi .b.Presentasi bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif .c,Pelaksa
Buruk pada Balita

5.Untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Esensial Gizi dilakukan upaya 2 promotif dan pre

6.Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak lanjut terhadap capaian kinerja pelayanan
upaya pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial Gizi
1.Cakupan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit diukur dengan 3 (
berdasarkan prioritas masalah di PKM yang ditetapkan oleh Ka PKM

2.Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dilakukan u
preventife sesuai dengan kebijakan ,pedoman dan panduan yang berlaku

3.Dilakukan pemantauan dan analisis serta TL terhadap capaian indikator kinerja pelayan
upaya pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit y

1.Puskesmas melaksanakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan berdasarkan per


di wilayah kerja

2.Cakupan UKM Pengembangan diukur dengan 3 indikator utama Pengembangan yang ditet

3.Untuk mencapai kinerja UKM Pengembangan dilakukan upaya 2 promotif dan prev
pedomam yang berlaku

3.Dilakukan pemantauan dan analisis serta TL terhadap capaian indikator kiner


Pengembangan dan upaya pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial Pencegahan dan Pe
yang telah dilakukan
1.Perbaikan terhadap pelaksanaan pelayanan UKM PKM perlu dilakukan melalui pelaksa
disusun secara periodik dengan jadwal yang jelas

2.rencana dan jadwal kegaiatan supervisi perlu di informasikan kepada koordinatir pelay
kegiatan UKM PKM ,sehingga pelaksana dapat mempersiapkan diri

3.Ka PKM dan PJ UKM PKM melaksanakan kegiatan supervisi dan bersama koordinator pela
kegiatan UKM PKM merencanakan TL perbaikan dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiat

4.Ka PKM dan PJ UKM memberitahukan kepada Koord Pelayanan terhadap rencana p
5.Supervisi
pengawasanadalah pengawasan terhadap proses ,kegiatan dan pelaksana kegiatan yang s
dan pengendalian
kegiatan : a.Tahapan pelaksanaan supervisi sbb : b.Penyusunan jadwal kegiatan super
kepada koordinator dan pelaksana kegiatan UKM agar dapat menyiapkan bahan yang
persiapan adalah analisis secara mandiri terhadap tugas yang akan disupervsi meliputi j
kegiatan .d.Supervisi dilakukan oleh Ka PKM bersama PJ UKM yang dilaksanakan secar
kegiatan .e.Jika ditemukan ketidaksesuaian atau hambatan dalam pelaksanaan kegiatan p
dilakukan pembahasan dan TL perbaikan

1.Pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan UKM sesuai jadwal yang disusun pada
digunakan untuk menuntaskan penyelenggaraan pelayanan UKM PKM sesuai dengan r
kegiatan yang disusun
2.Pelaksanaan pembahasan kesusaian dilaksanakan dalam Lokakarya Mini Bulanan untuk
pelaksanaan kegiatan pada bulan berikutnya ,dan dalam Lok Min Triwulan untuk memanta
terkait da;am pelaksanaan pelayanan UKM

3.Rencana pelaksanaan kegiatan yang sedang dilaksanakan dapat direvisi bila perlu ,ssua
kebijakan pemerintah dan /atau kebutuhan masyarakat atau sasaran ,serta usulan 2 perbaik

4.Perbaikan terhadap jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan dan menjadi bag
dalam LokMin Bulanan PKM

5.Pergeseran terhadap jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan dan m


pembahasan dalam Lok Min bulanan PKM

6.Perubahan rencana pelaksanaan kegiatan dimungkinkan apabila terjadi perubahan k


dan /atau petubahan kebutuhan masyarakat dan sasaran ,maupun hasil perbaik
kinerja .Perubahan rencana kegiatan memperhatikan usulan 2 dari pelaksana ,lintas progr
terkait

1,Ka PKM .PJ UKM ,Koordinator pelayanan dan pelaksana pelayanan UKM bertan
membudayakan perbaikan kinerja secara berkesinambungan ,konsisten dengan visi ,misi,da

2.Ka PKM ,PJ UKM ,Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM menetapkan keb
penilaian kinerja pelayanan UKM

3.Ka PKM bersama PJ UKM perlu melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan UKM sec

4.Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menunjukan akuntanbilitas dalam pengelolaan da


PKM dan melakukan perbaikan jika hasil penilaian kinerja tdiak mencapai target yang dihar
5.Penilaian tersebut dilakukan dalam rapat Ka PKM bersama dengan PJ UKM PKM ,koordi
pelaksana kegiatan
Elemen Penilaian

1. Dilakukan identifkasi kebutuhan dan harapan masyarakat ,ke


masyarakat ,kelurga dan individu yang merupakan sasaran pelayanan UKM
dengan kebijakan dan prosedur yang telah di tetapkan ( R.D.W

2.Hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat dianalisis bersama


program dan lintas sektor sebagai bahan untuk pembahasan dalam me
rencana kegiatan UKM ( D.W )

3.Data capaian kinerja pelayanan UKM Puskesmas dianalisis bersama lintas p


dan lintas sektor dengan memperhatikan hasil pelaksanaan PIS PK sebagai
untuk pembahasan dalam menyusun rencana kegiatan yang berbasis wilaya
( D.W )

4.Tersedia RUK UKM yang disusun secara terpadu berbasis wilayah ker
berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan harapan masyarakat ,hasil pemb
analisa data capaian kinerja pelayanan UKM dengan memperhatikan
pelaksanaan PIS PK ( D.W )
1.Terdapat kegiatan fasilitasi pemberdayaan masyarakat yang dituangkan dalam
dan RPK PKM dan sudah disepakati bersama masyarakat sesuai dengan kebija
dan prosedur yang telah ditetapkan ( D.W )

2.Terdapat bukti keterlibatan masyarakat dalam kegaitan pemberdayaan masya


mulai dari perencanaan ,pelaksanaan ,perbaikan dan evaluasi untuk mengatas
masalah kesehatan di wilayahnya ( D.W )

3.Terdapat kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanan pelayanan U


PKM yang bersumber dari swadaya masyarakat dan atau kontribusi swasta ya
tertuang dalam rencana kegiatan pelayanan UKM 9 ( D.W )

4.Dilakukan evaluasi dan TL terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat


1.Tersedia RPK tahunan UKM yang terintegasi dalam RPK tahunan PKM
dengan ketentuan yang berlaku ( R )

2.Tersedia RPK bulanan untuk masing 2 pelayanan UKM yang disusun setia
dengan kejelasan pelaksana tiap kegiatan ( R )

3.Tersedia KAK untuk tiap kegiatan dari masing 2 pelayanan UKM sesuai deng
yang di susun ( R )

4.Dilakukan evaluasi terhadap rencana pelaksana pelayanan UKM berdasarka


pemantauan ( D,W )

5.Jika terjadi perubahan pelaksanaan pelayanan UKM berdasarkan hasil pema


,kebijakan atau kondisi tertentu maka dilakukan penyesuaian rencana pelak
kegiatan ( D )

1.Tersedia jadwal pelaksanaan kegiatan UKM yang disusun berdasarka


kesepakatan dengan sasaran ,masyarakat ,kelompok masyarakat ,lintas progr
lintas sektor terkait ( D.W )

2.Jadwal pelaksanaan kegiatan UKM di informasikan


sasaran ,masyarakat ,kelompok masyarakat ,lintas program dan lintas sektor
media komunikasi yang sudah ditetapkan ( D.W )

3.Tersedia bukti penyampaian informasi perubahan jadwal jika terjadi per


jadwal pelaksanaan kegiatan
4.Hasil penyampaian informasi jadwal pelaksanaan kegiatan UK di evaluasi
tindaklanjuti D

1Dilakukan penyampaian informasi tentang kegiatan UKM PKM ,mul


tujuan ,pentahapan dan jadwal kegiatan pada ke
masyarakat ,masyarakat ,sasaran ,lintas program dan lintas sektor terkait ( D.W

2.Pelaksaan kegiatan dilakukan dengan metode dan teknologi yang diken


masyarakat atau sasaran ( D.W )

3.Umpan Balik /keluhan masyarakat ,kelompok ,masyarakat ,dan sasa


identifikasi dan di tindaklanjuti ( D.W )

1.Penanggung jawab UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


melakukan komunikasi dan koordinasi kepada lintas program dan lintas sektor
sesuai kebijakan ,panduan dan prosedur yang ditetapkan ( D.W )

2.Dikaukan evaluasi dan TL terhadap pelaksanaan komunikasi dan koordinasi


sudah dilaksanakan ( D.W )
1Penanggung jawab UKM melakukan pembinaan kepada koordinator pelayan
pelaksana kegiatan UKM secara periodik sesuai dengan jadwal yang disepakati

2.PJ UKM ,koord pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM PKM mengidentifik
menganalisis permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan UKM (

3.PJ UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM melaksanakan


untuk mengatasi masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan UKM ( D

4.PJ UKM ,koord pelayanana dan pelaksana kegiatan UKM melakukan evaluasi
TL terhadap hasil pelaksanaan pada EP 3 ( tiga ) ( D.W )
1.Dibentuk Tim Pembina Keluarga ,tenaga administrasi dan surveior dengan
tugas yang jelas ( R )

2.Tim Pembina Keluarga melakukan kunjungan keluarga dan intervensi aal yan
dGAirencanakan melalui pross persiapan ,didokumentasikan ( D.W )

3.Tim Pembina Keluarga melakukam perhitugan Indeks Keluarga Sehat ( IKS


tingkat keluarga ,RT,RW. desa/kelurahan dan PKM secara manual atau
elektronik ( dengan Aplikasi Keluarga Sehat ) ( D.W ) Tersedia

4.Tim Pembina Keluarga menyampaikan informasi masalah kesehatan kepada


,PJ UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM untuk bersam
melakukan analisis hasil kunjungan klg ( D.W )

5.Tim Pembina Keluarga Bersama PJ UKM .koordinator pelayanan dan pelaksa


kegiatan UKM menyusun intervensi lanjut kepada keluarga sesuai permasalaha
kesehatan pada tingkat keluarga ( D.W )

6.PJ UKM mengkoordinir pelaksanaan intervensi lanjut ( D.W )

1.Tim pembina keluarga bersama dengan penanggung jawab UKM melakukan analisis IKS
pemetaan masalah di tiap tingkatan wilayah ,sebagai dasar dalam menyusun rencana in
lanjut secara terintegrsi lintas program dan dapat melibatkan lintas sektor terkait ( D.W )

2.Rencana intervensi lanjut dikomunikasikan dan dikoordinasikan dalam lokakarya mini d


PKM ( D.W )
3.Dilaksanakan intervensi lanjutan sesuai dengan rencana yang disusun ( D.W )

4.Penaggung jawab UKM PKM berkoordinasi dengan PJ UKPP ,PJ Jaringan dan Jejaring P
PKM melakuka perbaikan pelaksanaan intervensi lanjutan yang dilakukan ( D.W )

5.Dilakukan evaluasi dan TL perbaikan pada setiap tahapan PIS PK antara lain
supervisi ,laporan ,lokakarya mini dan pertemuan 2 penilaian kinerja ( D.W )

6.Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM melaksanakan intervensi lan


melaporkan hasil yang telah dilaksanakan kepada tim pembina keluarga dan selanjutnya d
pemutakhiran /update dokumentasi ( D.W )

1.Ditetapkan sasaran Germas dalam pelaksanaan kegiatan UK PKM oleh Ka PKM ( R )

2.Dilaksanakan perencanaan pembinaan Germas secara terintegrasi dalam kegiatan UK


( D.O.W )

3.Dilakukan upayan pelaksanaan pembinaan Germas yang melibatkan lintas program d


sektor terkait untuk mewujudkan perubahan perilaku sasaran Germas ( D.W )

4.Dilakukan pemberdayaan masyarakat ,keluarga dan individu dalam mewujudkan


masyarakat hidup sehat yang ditandai dengan semakin membaiknya IKS tingkat kelua
wilayah dan terbentuknya UKBM ( D>W)

5.Dilakukan evaluasi dan TL terhadap pelaksanaan pembinaan Germas ( D.W )


1.Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM essensial Promosi Kesehatan sesuai dengan
diminta dalam pokok pikiran ( R.D )

2.Dilaksanakan upaya 2 promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM ess
Promosi Kesehatan sebagaimana pokok pikiran ,yang sudah tercantum di dalam RPK sesuai
kebijakan ,prosedur dan KAK yang telah ditetapkan ( D.W.O )

3.Dilakukan pemantauan dan penilaian serta TL secara periodik dan berkesinambungan ter
capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan ( D.W.O )

4.Disusun RTL berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang terintegrasi kedalam RUK

5.Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuia dengan prosedur yang telah ditetapkan ( D

1.Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM essensial Kesehatan Lingkungan ( R.D )

2.Dilaksanakan upaya 2 promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM
Kesehatan Lingkungan sebagaimana pokok pikiran ,yang sudah tercantum di dalam RP
dengan kebijakan ,prosedur dan KAK yang telah ditetapkan ( D.W.O )

3.Dilakukan pemantauan dan penilaian serta TL secara periodik dan berkesinambungan


capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan ( D.W.O )

4.Disusun RTL berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang terintegrasi kedalam RUK

5.Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuia dengan prosedur yang telah ditetapkan ( D
1.Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM Esensial Kesehatan Keluarga ( R.D )

2.Dilaksanakan upaya2 promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM
Kesehatan Keluarga sebagaimana pokok pikiran ,yang sudah tercantum didalam RPK sesua
kebijakan ,prosedur dan KAK yang telah ditetapkan ( D.W.O )

3,Dilakukan pemantauan dan penilaian serta TL secara periodik dan berkesinambungan


capaian kinerja dan upaya yang telah dilakukan ( D.W.O )

4.Disusun RTL berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang terintegasi kedalam RUK

5.Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

1.Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial Gizi ( R.D )

2.Dilaksanakan upaya 2 promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM ese
sebagaimana pokok pikiran ,yang sudah tercantum didalam RPK sesuai dengan kebijakan ,p
dan KAK D.W.O )

3.Dilakukan pemantauan dan penilaian serta TL secara periodik dan berlesinambungan terh
capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan ( D.W.O )

4.Disusun RTL berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang terintegasi kedalam RUK

5.Dilaksanakan pencatatan dan pelaporam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan ( D
1.Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial Pencegahan dan Pengendalian P
( R.D )
2.Dilaksanakan upaya 2 promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagaimana pokok pikiran ,yang sudah tercantum
RPK sesuai dengan kebijakan ,prosedur dan KAK D.W.O )

3.Dilakukan pemantauan dan penilaian serta TL secara periodik dan berlesinambungan


capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan ( D.W.O )

4.Disusun RTL berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang terintegasi k


RUK D.W.O )

5.Dilaksanakan pencatatan dan pelaporam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan ( D

1.Ditetapkn jenis 2 pelayanan UKM Pengembangan sesuai dengan analisa ( R )

2.Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM Pengembangan ( R.D ) ( Lihat juga KPM 1.
2.9.5 )

3.Dilaksanakan upaya 2 promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelaksana


Pengembangan sebagaimana pokok pikiran ( D.W. O )

4.Dilakukan pemantauan dan penilaian serta TL secara periodik dan berlesinambungan


capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan ( D.W.O )

5.Dilaksanakan pencatatan dan pelaporam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan ( D
1.PJ UKM menyusun kerangka acuan dan jadwal supervisi pelaksanaan pelayanan UKM PKM

2.Kerangka Acuan dan jadwal supervisi pelaksanaan pelayanan UKM PKM di informasikan
koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM ( D.W )

3.Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM PKM melaksanakan analisis


terhadap proses pelaksanaan kegiatan UKM PKM sebelum supervisi dilakukan ( D.W )

4.Ka PKM dan PJ UKM PKM melakukan supervisi sesuai dengan KAK supervisi dan jadw
disusun ( D.W )

5.Ka PKM dan PJ UKM PKM menyampaikan hasil supervisi kepada Koord Pelayanan dan P
Kegiatan( D.W )
6.Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM menindaklanjuti hasil supervis
tindakan perbaikan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan ( D.W )

1.Dilakukan pematauan kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap kernagka acuan da


kegiatan pelayanan UKM ( D.W )
2.Dilakukan pembahasan terhadap hasil pemantauan dan hasil capaian kegiatan pelayan
oleh Ka PKM ,PJ UKM PKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM dalam
Bulanan dan Lok Min Triwulan ( D. W )

3.PJ UKM PKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana melakukan TL perbaikan berdasar
pemantauan ( D.W )

4.Ka PKM dan PJ UKM bersama Lintas program dan Lintas Sektor terkait melakukan pen
rencana kegiatan berdasarkan hasil perbaikan dan dengan tetap mempertimbangkan ke
dan harapan masyarakat atau sasaran ( D.W )

5.PJ UKM PKM menginformasikan penyesuaian rencana kegiatan kepada koo


pelayanan ,pelaksana kegiatan ,sasaran kegiatan ,Lintas Program dan Lintas sektor terkait

6.Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM menindak lanjuti hasil superf
tindakan perbaikan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan ( D.W )

1.Ka PKM ,PJ UKM ,Koordinator pelayanan dan Pelaksana kegiatan UKM melakukan pembah
penilaian kinerja paling sedikit dua kali setahun ( D.W )

2.Disusun RTL terhadap hasil pembahasan penilaian kinerja pelayanan UKM ( D.W )

3.Hasil penilaian kinerja dilaporkan kepada Dinas Kesehatan dae kab kota ( D )

4.Ada bukti umpan balik ( Feed Back ) dari Dinas Kesehatan Kab Kota terhadap laporan hasi
penilaian kinerja pelayanan UKM ( D )
5.Hasil Umpan balik ( Feed Back ) dari Dinas Kesehatan Kab Kota di TL ( D )
R

1.SK Ka PKM ttg identifikasi kebutuhan dan harapan masyara


masyarakat ,keluarga dan individu sasaran pelayanan UKM 2.SOP ttg identifi
masyarakat
1.Tersedia SK Ka PKM ttg RPK tahunan UKM yang terintegrasi dengan RPK tah

2.Tersedia SK Ka PKM ttg RPK bulanan untuk masing 2 pelayanan UKM yang d
setiap bulan oleh pelaksan tiap kegiatan

3.Tersedia SK Ka PKM ttg KAK untuk tiap kegiatan dari masing 2 pelayanan UK
dengan RPK yang di susun KAK untuk tiap kegiatan dari masing 2 pelayanan U
dengan RPK yang di susun
1.Tersedia SOP Komunikasi dan koordinasi
1.Tersedia SK Ka PKM ttg Pembina keluarga ,admin dan surveior dengan lampi
tugas yang jelas
1.SK Ka PKM ttg Penetapan sasaran Germas
1,Tersedia Ka PKM ttg Indikator kinerja Prom kes : a.ada target /indikator capaian .b.Ada da
program

5,SOP ttg pencatatan dan pelaporan

1,Tersedia Ka PKM ttg Indikator kinerja Kesling : a.ada target /indikator capaian .b.Ada dat
program

( D.W ) 4.Disusun RTL berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang terintegrasi kedalam RUK (
1.Tersedia SK Ka PKM ttg indikator kinerja pelayanan UKM Esensial Kesehatan Keluarga ( L
dan Indikator )

1.Tersedia SK Ka PKM ttg indikator kinerja pelayanan UKM Esensial GIZI ( Lampiran Target
1.Tersedia SK Ka PKM ttg indikator kinerja pelayanan UKM Esensial Pencegahan dan Pengen
Penyakit ( Lampiran Target dan Indikator )

1.Tersedia SK Ka PKM ttg jenis 2 pelayanan UKM Pengembangan sesuai dengan analisa situa

2.Tersedia SK Ka PKM ttg indikator kinerja pelayanan UKM Pengembangan


1.Tersedia KAK ttg supervisi pelaksanaan pelayanan UKM PKM
D

1. Dokunen : hasil SMD - MMD - Kotak saran

2.Tersedia Hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat dianalisis


bersama lintas program dan lintas sektor sebagai bahan untuk pembahasan
dalam menyusun rencana kegiatan UKM ( GAUN )

3.tersedia bukti analisis data capaian kinerja pelayanan UKM yang


dilaksankan bersama LP dan LS ( Dok : Jaring laba 2 untuk capaian kinerja
pelayanan UKM - hasil analisis PIS PK

4.tersedia RUK PKM yang disusun secara terpadu berbasis wilayah kerja PKM
berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan harapan masyarakat ,hasil
pembahasan analisa data capaian kinerja pelayanan UKM dengan
memperhatikan hasil pelaksanaan PIS PK
1.Tersedia : bukti kegiatan fasiltasi pemberdayan masyarakat dan sudah
disepakati bersama masyarakat dan tersedia dokumen RUK dan RPK ( GAUN )

2.Tersedia : bukti keterlibatan masyarakat dalam kegaitan pemberdayaan


masyarakat mulai dari perencanaan ,pelaksanaan ,perbaikan dan evaluasi
untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya ( GAUN )

3.Tersedia : bukti kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanan


pelayanan UKM PKM yang bersumber dari swadaya masyarakat dan atau
kontribusi swasta yang tertuang dalam rencana kegiatan pelayanan UKM
(RPK )

4.Tersedia : bukti evaluasi dan TL terhadap kegiatan pemberdayaan


masyarakat ( Form evalusi dan TL )
4.Tersedia bukti evaluasi terhadap rencana pelaksana pelayanan UKM
berdasarkan hasil pemantauan ( Tersedia Form Evaluasi )

5.Tersedia Bukti Penyesuaian Rencana Kerja .Jika terjadi perubahan


pelaksanaan pelayanan UKM berdasarkan hasil pemantauan ,kebijakan atau
kondisi tertentu

1.Tersedia bukti a jadwal pelaksanaan kegiatan UKM yang disusun


berdasarkan hasil kesepakatan dengan sasaran ,masyarakat ,kelompok
masyarakat ,lintas program dan lintas sektor terkait - Tersedia Notulensi
pertemuaan kesepakatan jadwal pelaksanaan kegiatan UKM

2.Tersedia a. SOP ttg tata laksana informasi kepada


sasaran ,masyarakat ,kelompok masyarakat ,lintas program dan lintas sektor
melalui media komunikasi yang sudah ditetapkan. b,Jadwal pelaksanaan
kegiatan UKM serta jenis pelayanan .c. Jenis dan jadwal pelayanan.d. KAK
3.Tersedia bukti penyampaian informasi perubahan jadwal jika terjadi
perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan( SMS - WA group - pemberitahuan
melalui surat ,Papan informasi
4.tersedia bukti evaluasi dan TL dari .Hasil penyampaian informasi jadwal
pelaksanaan kegiatan UKM ( Gunakan Form utk evaluasi dan TL )

1.tersedia dokumen penyampaian informasi tentang kegiatan UKM PKM ,mulai


dari tujuan ,pentahapan dan jadwal kegiatan pada kelompok
masyarakat ,masyarakat ,sasaran ,lintas program dan lintas sektor terkait
( GAUN pertemuan penyampaian informasi - jadwal Pusling )

2.Tersedia bukti .Pelaksaan kegiatan dilakukan dengan metode dan teknologi


yang dikenal oleh masyarakat atau sasaran

3. Tersedia identifikasi dan TL dari .Umpan Balik /keluhan


masyarakat ,kelompok ,masyarakat ,dan sasaran ( Form rekapitulasi Hasil
Umpan Balik ,Form Tanggapan Umpan Balik - Survei kepuasan pelanggan

1. Tersedia bukti dilakukan komunikasi dan koordinasi antara .Penanggung


jawab UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM PKM kepada
lintas program dan lintas sektor terkait sesuai kebijakan ,panduan dan
prosedur yang ditetapkan ( GAUN )

2.Tersdia bukti evaluasi dan TL terhadap pelaksanaan komunikasi yang sudah


dilaksanakan ( Form Evaluasi dan TL )
1.Tersedia bukti : jadwal dan bukti pembinaan kepada koordinator pelayanan
dan pelaksana kegiatan UKM secara periodik sesuai dengan jadwal yang
disepakati ( GAUN )

2. Tersedia bukti PJ UKM ,koord pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM PKM
mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan dan hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan UKM berupa : 1.Data capaian pelayanan UKM .2.Bukti
pertemuan evalusi ( GAUN ).3.Hasil analisis masalah

3.Tersedia bukti : .PJ UKM ,koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan


UKM melaksanakan TL untuk mengatasi masalah dan hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan UKM : RTL dan Bukti RTL

4.Tersedia bukti EVALUASI & TL yang dilaksanakan oleh .PJ UKM ,koord
pelayanana dan pelaksana kegiatan UKM melakukan evaluasi dan TL terhadap
hasil pelaksanaan pada EP 3 ( a.Bukti pertemuan evaluasi ( GAUN ) .b. Bukti
TL )
2.Tersedia Bukti pertemuan persiapan ( GAUN ) - Ada Bukti kunjungan dan
intervensi awal ( Buku Notulensin- gambar )

3.Tersedia data IKS ( RT.RW.Kelurahan dan PKM ) - ( manual dan elektronik )

4.Ada bukti sosialisasi masalah kesehatan ( Keluarga sesuai hasil pendataan ) (


GAUN )

5.Tersedia rencana intervensi lanjut sesuai permasalahan keluarga - Tersedia


bukti pertemuan ( GAUN )

6.Tersedia PJ UKM mengkoordinir kegiatan intervensi lanjut ( Pertemuan -


kunjungan lapangan - GAUN )

1.Ada Data IKS awal dan rencana intervensi lanjut

2.Ada bukti komunikasi dan koordinasi rencana intervensi lanjut ( GAUN )


3.Bukti pelaksanaan RTL ( GAUN - )

4.Bukti koordinasi dengan UKPP dan jaringan PKM terkait pelaksanaan perbaikan
intervensi lanjut ( GAUN dan Kegiatan )

5.Ada bukti E dan TL perbaikan ( Supervisi ,laporam atau pertemuan : GAUN & kegiatan )

6.Ada Laporan,ada pemutakhiran data

2.Ada rencana kegiatan Germas terintegrasi dengan perencanaan UKM

3.Ada bukti pembinaan Germas bersama LP & LS ( GAUN )

4.Ada bukti pemberdayaan masyarakat ,individu dan keluarga mewujudkan Germas


ditandai dengan peningkatan IKS dan terbentuknya UKBM

5,Ada bukti dilaksanakannya pertemuan Evaluasi dan TL Pembinaan Germas ( GAUN )


1.Ada dokumen capaian program Promkes perbulan - per tahun

2.Ada Bukti pelaksanaan Upaya Promkes sesuai dengan RPK ( Pertemuan ( GAUN ) -

3.Ada bukti Pemantauan ,Penilaian serta TL secara periodik untuk perbaikan upaya
Promkes berkesinambungan

4,Ada RTL dan TL sesuai pemantauan

5.Ada bukti pencatatan dan pelaporan sesuai SOP

1.Ada dokumen capaian program Promkes perbulan - per tahun

2.Ada Bukti pelaksanaan Upaya Kesling sesuai dengan RPK ( Pertemuan ( GAUN ) -

3.Ada bukti Pemantauan ,Penilaian serta TL secara periodik untuk perbaikan upaya Kesling
berkesinambungan

4,Ada RTL dan TL sesuai pemantauan

5.Ada bukti pencatatan dan pelaporan sesuai SOP


1.Ada dokumen capaian program Kesehatan Keluarga perbulan - per tahun

2.Tersedia bukti pelaksanaan upaya2 promotif dan preventif untuk mencapai kinerja
pelayanan UKM esensial Kesehatan Keluarga sebagaimana pokok pikiran ,yang sudah
tercantum didalam RPK sesuai dengan kebijakan ,prosedur dan KAK yang telah ditetapkan

3.Ada bukti Pemantauan ,Penilaian serta TL secara periodik untuk perbaikan upaya
Kesehatan Keluarga berkesinambungan

4,Ada RTL dan TL sesuai hasil pemantauan

5.Ada bukti pencatatan dan pelaporan sesuai SOP

1.Ada dokumen capaian program Gizi perbulan - per tahun

2.Tersedia bukti pelaksanaan Program Gizi sesuai dengan RPK

3.Ada bukti Pemantauan ,Penilaian serta TL secara periodik untuk perbaikan upaya Gizi
berkesinambungan

4,Ada RTL dan TL sesua hasil i pemantauan

5.Ada bukti pencatatan dan pelaporan sesuai SOP


1.Ada dokumen capaian program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit perbulan - per
tahun

2.Tersedia bukti pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai


dengan RPK

3.Ada bukti Pemantauan ,Penilaian serta TL secara periodik untuk perbaikan upaya
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit berkesinambungan

4,Ada RTL dan TL sesua hasil i pemantauan

5.Ada bukti pencatatan dan pelaporan sesuai SOP

2.Tersedia bukti cakupan pelayanan UKM Pengembangan

3. Tersedia bukti pelaksanaan Pelaksanaan Kegiatan UKM Pengembangan .a. Bila


berbentuk pertemuan >GAUN /UMPAN .b.Bila berbentuk kunjungan atau kegiatan lapangan
> Foto 2 kegaitan ,Video .

4,Tersedia a.Dokumen berupa rekam kegiatan .b Bukti 2 yang sesuai dengan pemantauan
thd pelaksanaan kegiatan .Bukti Evaluasi kegiatan UKM Pengembangan : 1.Dokumen
Indikator Penilaian UKMPengembangan masuk dalam PKP .2Bukti 2 yang seuai dengan
pertemuan PKP melibatkan Pelaksana UKM Pengembangan

5.Ada bukti tentang bagaiaman petugas mengarsipkan kegiatan .Map Pelaksana UKM
Pengembangan tersedia meliputi : regulasi,dokumen rekam pelaksanaan kegiatan ,hasil
2 ,arsip laporan
1.tersedia jadwal pelaksanaan kegiatan supervisi : a.Setiap pelaksanaan kegiatan supervisi
minimal 1 X dalam pelaksanaan kegiatannya .b.KAK mencantumkan Ka PKM ikut
melaksanakan supervisi .c. Jadwal selain berada dalam KAK juga didapatkan tersendiri,bisa
berada dalam map Ka PKM maupun pada map PJ UKM

2.Bukti Pertemuan Rapat Informasi penyampaian informasi Jadwal Supervisi .a.


Pelaksanaan kegiatan supervisi diawali dengan penjelasan format supervisi yang akan
dilakukan pada tiap pelaksana ( D) 1.Bentuk bisa berupa rekam kegiatan Pertemuan
Sosialisasi baik Jadwal maupun bagaimana cara melakukan pemantauan mandiri.2.Bentuk
format supervisi disampaikan kepada Pelaksana ,3,PJ UKM memastikan Pelaksana
memahami format supervisi .4. PJ UKM memastikan jadwal pelaksanaan kegiatan .Tersedia
jenis 2 format supervisi yang digunakan untuk tiap pelaksana UKM

3.Bukti Pelaksanaan Penilaian Mandiri oleh Tenaga Kesehatan yang akan di supervisi .a
Format survei sudah dilakukan pengisian

4.Tersedia bukti Pelaksanaan Supervisi Ka PKM dan Pj UKM & Bukti Hasil Penilaian dari
supervisi ( Rekam kegiatan survei

5.Tersedia Bukti rapat penyampaian hasil supervisi ( Ka PKM dan PJ UKM secara periodik
menyampaikan hasil supervisi sebagai umpan balik kepada Pelaksana
6.Tersedia Bukti Pelaksanaan TL - Bila berupa kegiatan maka berupa rekam kegiatan - Bila
berupa pengadaan atau surat /usulan pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan yg di
maksud ( Misal : kebutuhan leaflet promosi - usulan kepada PKM - Bed ginekologi > usulan
kepada Dinkes

1.Tersedia bukti pemantauan pelaksanaan kegiatan oleh PJ UKM ( Pemantauan didasarkan


pada kesesuaian dengan JADWAL kegiatan : Jadwal tersedia - PJ UKM dan Pelaksan
memperhatikan jadwal pada saat menyusun kegiatan - 5 W H1 )
2. Bukti pertemuan hasil pemantauan pelaksanaan kegiatan - Bukti pembahasan hasil
Pemantauan Pelaksanaan kegiatan berupa rekam kegiatan -Kegiatan pembahasan tidak
harus dilakukan pada Lokmin dan Pralokmin ( Pelaksana UKM yang baru datang dari
melaksnakan tugas lapangan bila berhadapan dengan permasalahan akan lebih baik
melaporkan segera permasalahan pada PJ UKM daripada menunggu Minilokakarya

3.Bukti TL perbaikan -Bila berupa kegiatan maka berupa rekam kegiatan : 1.TL disini
adalah hal 2 yang bisa dilakukan oleh PJ UKM dan pelaksana UKM segera untuk mengatasi
masalah dalam pelaksanaan kegiatan

4.Perubahan Rencana ( DPPA ,RPK ) - Bila diperlukan perubahan rencana ,baik bulanan
maupun perubahan terhadap RPK - misalnya PAK.Maka perlihatkan bukti rencana /Jadwal
yang berubah

5.Bukti pelaksanaan pemberian informasi penyesuaian rencana - Bukti berupa rekam


kegitan : bisa kepada LP pada LokMin Bulanan - Bisa kepada LS pada LokMin Tribulanan
atau bentuk pertemuan lainnya

1.Bukti pertemuan pembahasan penilaian kinerja ( Rekam Kegiatan - GAUN )

2.Dokume RTL dari Hasil Pelaksanaan Kegiatan Rapat Pembahasan Capaian Kegiatan /PTM
- Jadwal pelaksanaan kegiatan di periode berikutnya
3.Dilakukan Pelaporan ke Dinas Kesehatan : Laporan Kinerja periode tertentu ,misalnya
Kinerja Semester 1 tahun X > 1.Laporan capaian kinerja beserta dengan pembahasan
( analisis ) dan RTL disampaikan ke Dinkes .2.Bukti ekspedisi laporan dibuat untuk
pembuktian sudah diterimanya laporan di dinkesn.3.Umpan Balik Dinkes biasanya
dilaksanakan
4.Feedback dari
pada
Dinas
awalKesehatan
periode berikutnya
: 1.Bukti kegiatan bisa berupa kunjungan ke PKM ( Bukti
pembahasan bersama dengan pelaksana dan PJ UKM yang capaian kinerjanya
diperhatikan .Misalnya : Karena Tidak tercapai .2.Bisa juga dibuktikan dengan fasilitasi
yang diberikan untuk rencana perbaikan
5.eedback di TL ( TL hasil Feed back dari Dinkes ,dibuktikan dengan rekam
Kegiatan ,laporan .dan bentuk kegiatan lainnya yang dilaksanakan sebagai perbaikan dari
permasalahan kinerja
O
Kegiatan 2 yang dilaksanakan untuk dilihat bisa disampaikan dari rekam
kegiatan atau bila melihat langsung dapat mengundang sasaran /kader atau LS
yang ter;ibat

Bukti ekspedisi laporan kegiatannya yang di tandatangai oleh Wasor atau penerim
Pada format survei tersedia bagian yang diisi sendiri oleh pelaksana ,dan bagian
yang akan dikonfirmasi oleh Ka PKM dan PJ UKM

apakah kegiatan umpan balik dilakukan secara periodik


W
Pemahaman ttg kegiatan UKM Pengembangan bisa
disampaikan oleh pelaksana UKM Pengembangan yang
ditetapkan oleh pelaksana UKM Pengembangan yang
ditetapkan saat survei ( Pelaksana UKM Pengembangan
memahami kegiatan 2 nya

Pemahaman pelaskasana ttg proses pemantauan jadwal


yang dilakukan UKM - Pemahaman pelaksana tentang apa
saja yang dinilai

Pemahaman petugas kepada siapa dilaporkannya


kegiatan UKM Pemahaman
apakah setiap petugas /pelaksana UKM sudah disupervisi

Bukti hasil TL : berupa rekam kegiatan - pemahaman PJ


UKM dan pelaksana ttg bagaiman dan kapan
dilakukannya Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pembahasan tidak harus dilakukan pada Lokmin
dan Pralokmin ( Pelaksana UKM yang baru datang dari
melaksnakan tugas lapangan bila berhadapan dengan
permasalahan akan lebih baik melaporkan segera
permasalahan pada PJ UKM daripada menunggu
Minilokakarya - Permasalahan yang ditemui bisa diambil
dari apakah 5 WH1sudah terjawab ( tempat dan waktu
tidak berubah ? Sasaran hadir ? Petugas hadir semua
( bila Tim ) Metode pelaksanaan dapat masukan )

3.Bila membutuhkan sumber daya yang besar dan harus


dibahas dengan pimpinan atau memerlukan minlok untuk
dibahas bersama dengan upaya lain dilakukan di ep 4 dan
5

4.Pelaksana /PJ UKM memahamai kenapa terjadi


perubahan kegiatan ,penyebab dan bentuk perubahan
S
Standar Substandar

3.1.             

3.1.1
3.2.        
3.2.1.   
3.3.    

3.1.1.  
3.3.2.   

3.4.  

3.4.1.   
3.4.2.      
3.5.     

3.5.1.
3.6.   

3.6.1      
3.7     

3.7.1      
3.7.2. 
3.8     

3.8.1     
3.9     

3.9.1      
3.9.2   
Kriteria

BAB 3. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang


(UKPP)

Standar

  Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses Pendaftaran


Pengguna layanan sampai dengan pemulangan dilaksanakan dengan
memperhatikan kebutuhan dan keselamatan.

Proses pendaftaran pengguna layanan memenuhi kebutuhan dan


keselamatan yang didukung oleh sarana, prasarana dan lingkungan.

Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari pendaftaran


dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan pengguna layanan, serta mempertimbangkan hak dan
kewajiban pengguna layanan, keluarga dan petugas. informasi tentang
pendaftaran dan fasilitas rujukan tersedia pada waktu pendaftaran.
Pengkajian, Rencana Asuhan, dan Pemberian Asuhan dilaksanakan
      

secara paripurna.

Kajian pengguna layanan dilakukan secara paripurna untuk


mendukung rencana dan pelaksanaan pelayanan oleh petugas
kesehatan profesional dan/atau tim kesehatan antar profesi yang
digunakan untuk menyusun keputusan layanan klinis. Pelaksanaan
asuhan dan pendidikan pengguna layanan/keluarga dilaksanakan
sesuai rencana yang disusun, dipandu oleh kebijakan dan prosedur, dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku
Proses kajian awal dilakukan secara paripurna, mencakup berbagai
       

kebutuhan dan harapan pengguna layanan/keluarga.


Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan segera sebagai prioritas
          

pelayanan.

Pengguna layanan gawat darurat diberikan prioritas untuk asesmen


        

sebagai bentuk pelaksanaan triase.


Pelaksanaan layanan bagi pengguna layanan gawat darurat dan/ atau
       

berisiko tinggi lainnya dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Pelayanan anastesi lokal dan tindakan di Puskesmas dilaksanakan


            

sesuai standar.
Tersedia pelayanan anestesi lokal dan tindakan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna layanan

Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan sesuai standar dan


          

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Pelayanan tindakan medis di Puskesmas direncanakan dan dilaksanakan
       

memenuhi standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan


Terapi gizi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pengguna layanan dan
         

ketentuan peraturan perundang-undangan


Terapi gizi diberikan sesuai dengan status gizi pengguna layanan secara regular,
sesuai dengan rencana asuhan, umur, budaya dan bila dimungkinkan pilihan
menu makanan. Pengguna layanan berperan serta dalam perencanaan dan
seleksi makanan

Pemberian terapi gizi sesuai dengan status gizi pengguna layanan dan
          

konsisten dengan asuhan klinis tersedia secara reguler.


Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan dilakukan sesuai
           

dengan prosedur yang ditetapkan

Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan dilakukan dengan prosedur


yang tepat. Jika pengguna layanan memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan
yang lain, rujukan dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi pengguna layanan
ke sarana pelayanan lain diatur dengan kebijakan dan prosedur yang jelas.

Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan yang bertujuan untuk


     

kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur yang baku


            Rujukan

Rujukan dilaksanakan apabila pengguna layanan memerlukan penanganan


yang bukan merupakan kompetensi dari fasilitas kesehatan tingkat pertama

      Terdapat kebijakan dan prosedur rujukan yang jelas


          Dilakukan tindak lanjut terhadap rujukan balik dari FKRTL
            Penyelenggaraan Rekam Medis
Puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis yang berisi data dan
informasi asuhan pengguna layanan yang dibutuhkan untuk pelayanan
pengguna layanan, dan dapat diakses oleh petugas kesehatan pemberian
asuhan, manajemen dan pihak di luar organisasi yang diberi hak akses
terhadap rekam medis untuk kepentingan pengguna layanan, asuransi, sesuai
peraturan perundang-undangan.

Tata kelola penyelenggaraan rekam medis dilakukan sesuai dengan


      

ketentuan peraturan perundang-undangan.


Penyelenggaraan
           Pelayanan laboratorium dan kefarmasian
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan Laboratorium dan kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan


kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

Pelayanan laboratorium dikelola sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang


     

ditetapkan.
Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
       

ditetapkan.
Pokok Pikiran

·                Kepala Puskesmas bertanggung jawab dalam penetapan dan


pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan klinis kepada
pengguna layanan yang melindungi hak pengguna layanan dan
keluarga. Seluruh karyawan harus mengetahui dan mengerti hak
dan kewajiban pengguna layanan dan keluarga, serta hak dan
kewajiban sebagai karyawan Puskesmas dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan yang
berlaku. Kepala Puskesmas dan penanggung jawab pelayanan
klinis wajib mengarahkan dan memastikan bahwa seluruh petugas
bertanggung jawab dalam pelaksanaan perlindungan hak dan
pemenuhan kewajiban dalam pelayanan pengguna layanan. Untuk
melindungi secara efektif dan mengedepankan hak pengguna
layanan, Kepala Puskesmas dan penanggung jawab pelayanan
klinis bekerja sama dan berusaha memahami tanggung jawab
mereka dalam hubungannya dengan komunitas yang dilayani,
sedangkan petugas yang melayani dijamin akan memperoleh hak
dan melaksanakan kewajibannya sebagaimana ditetapkan.
·                Hak pengguna layanan dan keluarga merupakan salah satu
elemen dasar dari proses pelayanan di Puskesmas, yang
melibatkan petugas pengguna layanan dan keluarga. Kebijakan
dan prosedur harus ditetapkan dan dilaksanakan untuk menjamin
bahwa petugas Puskesmas yang terkait dalam pelayanan pengguna
layanan memberi respons terhadap hak pengguna layanan dan
keluarga, ketika mereka melayani pengguna layanan. Hak
pengguna layanan tersebut perlu dipahami baik oleh pengguna
layanan maupun oleh petugas yang memberikan pelayanan, oleh
karena itu pengguna layanan perlu mendapatkan informasi tentang
hak dan kewajiban pengguna layanan sejak proses pendaftaran.

·                Hak dan kewajiban meliputi :

Hak-hak pengguna layanan meliputi:

(1)           memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan


tanpa diskriminasi;

(2)           memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai


dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

(3)           memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien


sehingga pengguna layanan terhindar dari kerugian fisik dan
materi;

(4)           memilih dokter dan dokter gigi serta kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Puskesmas;

(5)           meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya


kepada dokter dan dokter gigi lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas;

(6)           mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang


diderita termasuk data-data medisnya;

(7)           mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan


tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan sertya perkiraan
biaya pengobatan;
(8)           memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya;

(9)           didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

(10)       menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang


dianutnya selama hal tersebut tidak mengganggu pengguna
layanan lainnya;

(11)       memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya


selama dalam perawatan di Puskesmas;

(12)       mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan


Puskesmas terhadap dirinya;

(13)       menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai


dengan agama dan kepercayaan yang dianut;

(14)       mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran


termasuk kerahasiaan rekam medik;

(15)       mendapatkan akses terhadap isi rekam medis;

(16)       memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi


bagian dalam suatu penelitian kesehatan;

(17)       menyampaikan keluhan atau pengaduan atas


pelayanan yang diterima;

(18)       mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai


standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(19)       menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila


Puskesmas diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.

Kewajiban Pengguna layanan:

(1)         mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;


(2)         memberikan ijin kepada fasilitas pelayanan kesehatan
terhadap akses rekam medis, baik rekam medis non elektronik
maupun rekam medis elektronik

(3)         menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;

(4)         menghormati hak-hak pengguna layanan lain,


pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya
yang bekerja di Puskesmas ;

(5)         memberikan informasi yang jujur, lengkap dan


akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya;

(6)         memberikan informasi mengenai kemampuan finansial


dan jaminan kesehatan yang dimilikinya;

(7)         mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh


Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan disetujui oleh Pengguna
layanan yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

(8)         menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya


untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang
diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya; dan

(9)         memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

·                Selama proses pelaksanaan layanan pengguna layanan,


petugas kesehatan harus memperhatikan dan menghargai
kebutuhan dan hak pengguna layanan. Kebutuhan dan keluhan
pengguna layanan diidentifikasi selama proses pelaksanaan
layanan. Perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan keluhan pengguna
layanan/keluarga pengguna layanan, menindaklanjuti, dan
menggunakan informasi tersebut untuk perbaikan
·                Pengguna layanan harus diberi kemudahan akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Pendaftaran pengguna layanan meliputi: pendaftaran pengguna
layanan rawat jalan, pendaftaran pengguna layanan rawat inap,
dan menahan pengguna layanan untuk observasi atau stabilitasi.

·                Kebutuhan pengguna layanan perlu diperhatikan, diupayakan


dan dipenuhi sesuai dengan misi dan sumber daya yang tersedia di
Puskesmas. Jika kebutuhan pengguna layanan tidak dapat dipenuhi,
maka dapat dilakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL)

·                Kebijakan dan prosedur pendaftaran perlu disusun yang


memuat:

a)        proses pendaftaran


b)        identifikasi kebutuhan dan kepuasan pelanggan

c)        keselamatan pengguna layanan

d)        koordinasi pendaftaran dengan unit kerja yang lain

·                Keselamatan pengguna layanan dan petugas sudah harus


diperhatikan sejak pertama pengguna layanan kontak dengan
Puskesmas, dengan demikian prosedur pendaftaran sudah
mencerminkan penerapan upaya keselamatan pengguna layanan,
terutama dalam hal identifikasi pengguna layanan minimal dengan
2 identitas yang relatif tidak berubah: nama lengkap pengguna
layanan, tanggal lahir, nomor identitas kependudukan dan nomor
rekam media.

·                Pedoman pendaftaran perlu disusun sebagai acuan bagi


petugas dalam melaksanakan pelayanan pendaftaran di Puskesmas.
Dalam melaksanakan pelayanan pendaftaran perlu dibuat acuan
tentang alur pendaftaran, kriteria petugas pendaftaran, dan
dokumen yang diperlukan pada saat pendaftaran serta tetap
memperhatikan sasaran keselamatan pengguna layanan.

·                Di tempat pendaftaran, pengguna layanan dan masyarakat


dapat memperoleh informasi tentang sarana pelayanan, antara
lain: tarif, jenis pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan
proses pelayanan, rujukan, dan ketersediaan tempat tidur untuk
Puskesmas perawatan/rawat inap.
·                Informasi di tempat pendaftaran harus tersedia dengan jelas,
mudah diakses, dan dipahami oleh pengguna layanan dan
masyarakat, dengan memperhatikan latar belakang tata nilai, budaya
dan bahasa.

·                Pengguna layanan mempunyai hak untuk memperoleh


informasi tentang tahapan pelayanan klinis yang akan dilalui
mulai dari proses kajian sampai pemulangan. Tahapan pelayanan
klinis adalah tahapan pelayanan sejak mendaftar, diperiksa sampai
dengan meninggalkan tempat pelayanan dan tindak lanjut di
rumah jika diperlukan. Informasi tersebut termasuk apabila
pengguna layanan perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih tinggi.

·                Informasi tentang rujukan harus tersedia di pendaftaran


termasuk ketersediaan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan FKRTL
yang memuat jenis pelayanan yang disediakan.

Persetujuan umum diminta pada waktu mendaftar rawat jalan dan


setiap rawat inap, dan persetujuan tindakan medik yang berisiko
tinggi diminta sebelum pelaksanaan tindakan berisiko tinggi.

·                Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent)


kepada pengguna layanan atau keluarganya yang berisi persetujuan
terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnostik,
pengobatan medis lainnya, batas-batas yang telah ditetapkan, dan
persetujuan lainnya, termasuk peraturan tata tertib dan penjelasan
tentang hak dan kewajiban pengguna layanan

·                Persetujuan umum tersebut diminta pada saat pengguna


layanan datang pertama kali untuk rawat jalan dan setiap rawat inap.

·                Salah satu cara melibatkan pengguna layanan dalam


pengambilan keputusan tentang pelayanan yang diterimanya adalah
dengan cara memberikan informed consent/informed choice. Setiap
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pengguna
layanan, harus mendapatkan persetujuan. Untuk menyetujui/memilih
tindakan, pengguna layanan harus diberi penjelasan/konseling
tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang direncanakan,
karena diperlukan untuk suatu keputusan persetujuan.
·                Penjelasan tentang tindakan kedokteran MINIMAL
mencakup :
a)        diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran

b)        tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan


c)        alternatif tindakan lainnya dan risikonya
d)        risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

e)        prognosis terhadap tindakan yang dilakukan


perkiraan pembiayaan

·                Informed Consent atau Persetujuan tindakan adalah


persetujuan yang diberikan oleh pengguna layanan atau keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan yang akan dilakukan terhadap pengguna layanan

·                lnformed consent dapat diperoleh pada berbagai titik waktu


dalam proses pelayanan. Misalnya, informed consent diperoleh ketika
pengguna layanan masuk rawat inap dan sebelum suatu tindakan
atau pengobatan tertentu yang berisiko. Proses persetujuan
ditetapkan dengan jelas oleh Puskesmas dalam kebijakan dan
prosedur, yang mengacu kepada undang-undang dan peraturan yang
berlaku.

·                Pengguna layanan dan keluarga dijelaskan tentang


tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan mana yang memerlukan
persetujuan dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan
(misalnya, diberikan secara lisan, dengan menandatangani formulir
persetujuan, atau dengan cara lain). Pengguna layanan dan keluarga
memahami siapa yang dapat memberikan persetujuan selain
pengguna layanan. Petugas pelaksana tindakan yang diberi wewenang
telah terlatih untuk memberikan penjelasan kepada pengguna layanan
dan mendokumentasikan persetujuan tersebut.

·                Pengguna layanan atau mereka yang membuat keputusan atas


nama pengguna layanan, dapat memutuskan untuk tidak
melanjutkan pelayanan atau pengobatan yang direncanakan atau
meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah kegiatan dimulai,
termasuk menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai.
·                Pemberi pelayanan wajib memberitahukan pengguna layanan
dan keluarganya tentang hak mereka untuk membuat keputusan,
potensi hasil dari keputusan tersebut dan tanggung jawab mereka
berkenaan dengan keputusan tersebut. Pengguna layanan dan
keluarganya diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan.

·                Yang dimaksud dengan ALTERNATIF PELAYANAN dan


pengobatan adalah alternatif lain dalam tindakan pelayanan maupun
pengobatan misalnya pengguna layanan diare menolak diinfus maka
pengguna layanan diedukasi agar minum air dan oralit sesuai kondisi
tubuh pengguna layanan

·                Pengguna layanan dengan kendala dan/ atau berkebutuhan


khusus diidentifikasi dan difasilitasi agar dapat memperoleh pelayanan
klinis yang optimal.

·                Puskesmas melayani berbagai populasi masyarakat, termasuk


diantaranya pengguna layanan dengan kendala dan/ atau
berkebutuhan khusus, antara lain: balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut
usia, kendala bahasa, budaya, atau kendala lain yang dapat berakibat
terjadinya hambatan atau tidak optimalnya proses asesmen maupun
pemberian asuhan klinis.

·                Kesulitan atau hambatan tersebut perlu diantisipasi agar dapat


dilakukan upaya untuk mengurangi dan menghilangkan kesulitan
atau hambatan tersebut mulai saat pendaftaran, pemberian asuhan,
sampai dengan pemulangan
·                Proses kajian pengguna layanan merupakan proses yang
berkesinambungan dan dinamis, baik untuk pengguna layanan rawat
jalan maupun pengguna layanan rawat inap. Proses kajian pengguna
layanan menentukan efektivitas asuhan yang akan dilakukan.

·                Kajian pengguna layanan meliputi tugas proses utama,


yaitu:
a.        Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisis,
psikologis, status sosial, dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan
data dan informasi tersebut dilakukan anamnesis (data Subjektif =
S), pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang (data Objektif =
O).

b.        Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan


masalah, kondisi, dan diagnosis untuk mengidentifikasi kebutuhan
pengguna layanan (asesmen atau analisis = A)

c.        Membuat rencana asuhan (Perencanaan asuhan = P), yaitu


menyusun solusi untuk mengatasi masalah atau memenuhi
kebutuhan pengguna layanan.

·                Pada saat pengguna layanan pertama kali diterima dilakukan


kajian awal, untuk selanjutnya dilakukan kajian ulang secara
berkesinambungan baik pada pengguna layanan rawat jalan maupun
pengguna layanan rawat inap sesuai dengan perkembangan kondisi
kesehatannya.

Ketika pengguna layanan diterima di Puskesmas untuk memperoleh


pelayanan klinis perlu dilakukan kajian awal yang paripurna oleh
tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan disiplin yang lain meliputi:
status fisis/neurologis/mental, psikososiospiritual, ekonomi, riwayat
kesehatan, riwayat alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh,
asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko gizi, ,
kebutuhan edukasi, dan rencana pemulangan

·                Kajian awal hanya dapat dilakukan oleh dokter, dokter gigi,
perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain
sesuai dengan rincian wewenang klinis.
·                Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka hasil kajian
harus dicatat dalam rekam medis. Informasi yang ada dalam rekam
medis harus mudah diakses oleh petugas yang bertanggung jawab
dalam memberikan asuhan, agar informasi tersebut dapat digunakan
pada saat dibutuhkan demi menjamin kesinambungan dan
keselamatan pengguna layanan. Rekam medis pengguna layanan
adalah catatan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelayanan medis, penunjang medis, dan keperawatan/kebidanan.

·                Kajian awal sampai pada penegakan diagnosis dan penetapan


pelayanan/tindakan sesuai kebutuhan serta rencana tindak lanjut
dan evaluasinya.

·                Kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat keputusan


perlu atau tidaknya dilaksanakan review/kajian ulang pada situasi
yang meragukan, dengan kajian medis, kajian penunjang medis, kajian
keperawatan/kebidanan, dan kajian lain wajib didokumentasikan
dengan baik. Hasil kajian tersebut harus dapat dengan cepat dan
mudah ditemukan kembali dalam rekam medis atau dari lokasi lain
yang ditentukan untuk dapat digunakan oleh petugas yang melayani
pengguna layanan.

·                Dalam kajian awal, dilakukan kajian apakah pengguna layanan


memerlukan rencana pemulangan (discharge planning) berdasar
kriteria yang ditetapkan sesuai dengan keragaman kebutuhan
pengguna layanan.
·                Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah
pengguna layanan mengalami kesakitan atau nyeri. Nyeri adalah
bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung
akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang
menunjukkan kerusakan jaringan
·                Ada beberapa cara untuk membantu menilai nyeri dengan
menggunakan skala assessment nyeri, misalnya :
§  Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan
untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual
gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pengguna
layanan. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan
atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis
ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu
mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa
nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau
horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda
rasa nyeri. Digunakan pada pengguna layanan anak >8 tahun dan
dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah
dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak
bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik
serta kemampuan konsentrasi

No Pain Worst
Possible
Pain

§  Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan
pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala
numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pasca bedah, karena
secara alami verbal / kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi
visual dan motorik. Skala verbal menggunakan kata - kata dan bukan
garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang
digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah.
Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak
hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama
sekali. Karena skala ini membatasi pilihan kata pengguna layanan,
skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

No Mild
Pain Pain Moderat Severe Very Worst
e Pain Pain Severe Possible
Pain Pain

§  Numeric Rating Scale (NRS)


Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis,
jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama
untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah
keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak
memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti
dan dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang
menggambarkan efek analgesik.

§  Wong Baker Pain Rating Scale


Digunakan pada pengguna layanan dewasa dan anak >3 tahun yang
tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka

·                Tenaga kesehatan dan/ atau tim kesehatan antar profesi yang
profesional melakukan kajian pengguna layanan untuk menetapkan
diagnosis dan rencana asuhan.

·                Kajian pengguna layanan dan penetapan diagnosis hanya boleh


dilakukan oleh tenaga professional yang kompeten. Proses kajian
tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh
tim kesehatan antar profesi yang terdiri dari dokter, dokter gigi,
perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain
sesuai dengan kebutuhan pengguna layanan.

·                Kajian pengguna layanan baik kajian awal maupun kajian


ulang harus dicatat dalam rekam medis untuk mengetahui histori dan
perkembangan kondisi pengguna layanan sebagai dasar untuk
menyusun rencana asuhan.
·                Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang
dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan asuhan klinis yang akan
diberikan.

·                Luaran klinis tergantung dari ketepatan dalam penyusunan


rencana asuhan yang sesuai dengan kondisi pengguna layanan dan
standar pelayanan klinis, oleh karena itu dalam menyusun rencana
asuhan perlu dipandu oleh panduan praktik klinis dan/atau standar
pelayanan yang ditetapkan.

·                Jika dalam pemberian asuhan diperlukan tim kesehatan, maka


harus dilakukan koordinasi dalam penyusunan rencana asuhan
terpadu.

·                Yang dimaksud dengan tenaga profesional yang kompeten


adalah tenaga yang dalam melaksanakan tugas profesinya dipandu
oleh standar dan kode etik profesi, dan mempunyai kompetensi sesuai
dengan pendidikan dan pelatihan yang dimiliki, dan dapat dibuktikan
dengan adanya sertifikat kompetensi.

·                Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang untuk


melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tertentu kepada
perawat, bidan atau tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain
secara tertulis. Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat dilakukan
dalam keadaan tenaga medis tidak berada ditempat, dan/atau karena
keterbasatan ketersediaan tenaga medis.

·                Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis


tersebut dilakukan dengan ketentuan:

1)   Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan


keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan

2)   Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah


pengawasan pemberi pelimpahan
3)   Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan
pelimpahan yang diberikan
4)   Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan
klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan
5)   Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.

·                Rencana asuhan klinis disusun bersama pengguna layanan


dengan memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual
dan tata nilai budaya pengguna layanan.
·                Pengguna layanan mempunyai hak untuk mengambil
keputusan terhadap asuhan yang akan diperoleh. Pengguna
layanan/keluarga diberi peluang untuk bekerjasama dalam menyusun
rencana asuhan klinis yang akan dilakukan. Dalam menyusun
rencana asuhan tersebut harus memperhatikan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan nilai-nilai budaya yang
dimiliki oleh pengguna layanan.

·                Resiko yang mungkin terjadi pada pengguna layanan antara


lain resiko alergi, infeksi, jatuh dan efek samping asuhan serta obat

·                Rencana asuhan mempertimbangkan komunikasi, informasi


dan edukasi pada pengguna layanan dan keluarga
·                Asuhan Pengguna layanan diberikan oleh tenaga sesuai
kompetensi lulusan dengan kejelasan rincian wewenang yang sesuai
dengan wewenang yang dimiliki
·                Kompetensi Lulusan Medis

a)    Setiap pengguna layanan dilayani oleh dokter atau dokter gigi
penanggung jawab pelayanan yang mempunyai rincian wewenang
klinis sesuai kompetensi yang dimiliki. Asuhan medis dilaksanakan
berdasarkan panduan pelayanan medis dan/atau prosedur pelayanan
medis sesuai dengan rencana asuhan yang disusun. Dalam keadaan
dokter atau dokter gigi tidak tersedia atau tidak berada di tempat,
dapat dilakukan pemberian wewenang delegatif kepada perawat atau
bidan atau dengan pemberian wewenang khusus sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b)   Pelayanan klinis harus diberikan dengan efektif dan efisien. Dalam
perencanaan maupun pelaksanaannya harus menghindari
pengulangan yang tidak perlu. Untuk itu diperlukan upaya pendukung
yang sesuai dengan kemampuan Puskesmas, dan dipadukan sebagai
hasil kajian dalam merencanakan dan melaksanakan layananklinis
bagi pengguna layanan.

c)    Pengulangan yang tidak perlu dapat berupa pemeriksaan fisis dan
neuorologi, permintaan pemeriksaan penunjang yang sebelumnya
sudah dilakukan, pemberian obat sejenis atau dengan tujuan yang
sama, maupun pemberian asuhan yang lain.
d)   Untuk mencegah pengulangan yang tidak perlu, dilakukan
prosedur terintegrasi, semua pemeriksaan penunjang, pemberian obat,
tindakan, dan asuhan klinis dicatat dalam rekam medis sehingga
petugas pemberi asuhan dapat menggunakannya sebagai
pertimbangan sebelum membuat keputusan asuhan ataupun
permintaan pemeriksaan penunjang.

·                Kompetensi Lulusan Keperawatan/Kebidanan :

·                Setiap pengguna layanan dilayani oleh perawat/bidan dan


praktisi klinis lain yang mempunyai rincian wewenang klinis sesuai
kompetensi yang dimiliki. Asuhan dilaksanakan berdasarkan panduan
pelayanan keperawatan/kebidanan dan/atau prosedur pelayanan
klinis lain sesuai dengan rencana asuhan yang disusun

·                Pelaksanaan asuhan terpadu dikoordinir oleh dokter dan


dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan terpadu, yang disusun
untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan dan dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan

·                Pada kondisi tertentu misalnya kasus penyakit tuberculosis


dengan malnutrisi maka perlu penanganan secara terpadu dari dokter,
nutrisionis dan penanggung jawab program TB, pengguna layanan
memerlukan asuhan terpadu yang meliputi asuhan medis, asuhan
keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan kesehatan yang lain, sesuai
dengan kebutuhan pengguna layanan.

·                Dokter sebagai penanggung jawab pelayanan berkewajiban


mengkoordinasikan pelaksanaan asuhan terpadu untuk mencapai
luaran klinis yang diharapkan, dan upaya promotif maupun preventif
bagi keluarga dan masyarakat.
·                Pengguna layanan/keluarga memperoleh edukasi kesehatan
dengan pendekatan yang komunikatif dan bahasa yang mudah
dipahami

·                Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada


kerjasama antara petugas kesehatan dan pengguna layanan/keluarga.
Pengguna layanan/keluarga perlu mendapatkan penyuluhan
kesehatan dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan
klinis pengguna layanan, oleh karena itu penyuluhan dan pendidikan
pengguna layanan/keluarga perlu dipadukan dalam pelayanan klinis.
Pendidikan dan penyuluhan kepada pengguna layanan termasuk
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
·                Agar penyuluhan dan pendidikan pengguna layanan/keluarga
dilaksanakan dengan efektif maka dilakukan dengan pendekatan
komunikasi interpersonal antara pengguna layanan dan petugas
kesehatan, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
pengguna layanan/keluarga.
·                Dalam proses memberikan penyuluhan/ pendidikan pada
pengguna layanan, didorong agar pengguna layanan/keluarga
pengguna layanan untuk berbicara/ bertanya terkait dengan masalah
kesehatan, pengobatan, dan pemenuhan kebutuhan pengguna
layanan.

·                Pengguna layanan gawat darurat diidentifikasi dengan proses


triase mengacu pada pedoman tata laksana triase sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

·                Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan


penentuan atau penyeleksian pengguna layanan yang harus
didahulukan untuk mendapatkan penanganan, yang mengacu pada
tingkat ancaman jiwa yang timbul berdasarkan:

a)        Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit


b)        Dapat meninggal dalam hitungan jam
c)        Trauma ringan
d)        Sudah meninggal
Pengguna layanan-pengguna layanan tersebut didahulukan diperiksa
dokter sebelum pengguna layanan yang lain, mendapat pelayanan
diagnostik sesegera mungkin dan diberikan pengobatan sesuai dengan
kebutuhan.

·                Pengguna layanan harus distabilkan terlebih dahulu sebelum


dirujuk yaitu bila tidak tersedia pelayanan di Puskesmas untuk
memenuhi kebutuhan pengguna layanan dengan kondisi emergensi
dan pengguna layanan memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan
yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.

Dalam penanganan pengguna layanan dengan kebutuhan darurat,


mendesak, atau segera, prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi
diterapkan untuk pengguna layanan dengan risiko penularan infeksi,
misalnya infeksi melalui udara/airborne.
·                Pengguna layanan berisiko tinggi adalah pengguna layanan
yang dikategorikan berisiko tinggi karena usia, kondisi kesehatan,
atau mempunyai kebutuhan kritis untuk segera mendapat
pertolongan, termasuk pengguna layanan rentan yang karena
kondisinya tidak mampu menjaga diri sendiri terhadap adanya bahaya
atau kekerasan.

·                Kasus-kasus yang termasuk gawat darurat dan/ atau berisiko


tinggi perlu diidentifikasi, dan ada kejelasan kebijakan dan prosedur
dalam pelayanan pengguna layanan gawat darurat 24 jam

·                Kasus-kasus berisiko tinggi dapat berupa kasus berisiko tinggi


terjadinya kematian atau cedera termasuk kasus gawat darurat pada
ibu hamil/ melahirkan, risiko bagi masyarakat atau lingkungan, dan
kasus yang memungkinkan terjadinya penularan infeksi bagi petugas,
pengguna layanan dan masyarakat.

·                Prosedur penanganan pengguna layanan gawat darurat disusun


berdasar panduan praktik klinis untuk penanganan pengguna layanan
gawat darurat dengan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

·                Penanganan pengguna layanan gawat darurat di Puskesmas


Non Rawat Inap dilakukan di ruang tindakan untuk pelayanan
pengguna layanan gawat darurat.
·                Penanganan kasus-kasus berisiko tinggi yang memungkinkan
terjadinya penularan baik bagi petugas maupun pengguna layanan
yang lain perlu diperhatikan sesuai dengan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi.

·                Dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di Puskesmas


terutama pelayanan gawat darurat, pelayanan gigi, dan keluarga
berencana kadang-kadang memerlukan tindakan tindakan yang
membutuhkan lokal anestesi. Pelaksanaan lokal anestesi tersebut
harus memenuhi standar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta kebijakan dan prosedur yang berlaku di Puskesmas.

·                Kebijakan dan prosedur memuat:


a)        penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara
dewasa, geriatri dan anak atau pertimbangan khusus
b)        dokumentasi yang diperlukan untuk dapat bekerja dan
berkomunikasi efektif
c)        persyaratan persetujuan khusus
d)        kualifikasi, kompetensi, dan keterampilan petugas pelaksana
e)        ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi
f)         teknik melakukan anestesi lokal
g)        frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan
h)       tata laksana pemberian bantuan resusitasi yang tepat
i)         tata laksana terhadap komplikasi
j)         bantuan hidup dasar

·                Dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di Puskesmas


terutama pelayanan gawat darurat, pelayanan gigi, dan keluarga
berencana kadang-kadang memerlukan tindakan tindakan yang
membutuhkan anestesi. Pelaksanaan tindakan tersebut harus
memenuhi standar dan peraturan yang berlaku, serta kebijakan dan
prosedur yang berlaku di Puskesmas.

·                Dokter dan/ atau dokter gigi yang melakukan tindakan medis
wajib :

a.        menyampaikan informasi dan hasil kajian pengguna layanan

b.        menyusun rencana tindakan medis berdasar kajian pengguna


layanan
c.        edukasi pada pengguna layanan/keluarga terkait tindakan medis
yang akan dilakukan, termasuk komplikasi yang mungkin terjadi dan
hasil yang tidak diharapkan
d.        melaksanakan prosedur tindakan medis yang aman

e.        menyusun laporan tindakan medis yang meliputi: diagnosis


sesudah pembedahan, nama dokter yang melakukan pembedahan,
prosedur pembedahan yang dilakukan dan rincian temuan, ada
tidaknya komplikasi, spesimen yang dikirim untuk diperiksa (jika ada),
tanggal, waktu, tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
f.         melakukan perbaikan pengguna layanan pada saat pemulihan

g.        melakukan perbaikan pasca tindakan termasuk memberikan


instruksi pemulangan.

·                Kondisi kesehatan dan proses pemulihan pengguna layanan


membutuhkan asupan makanan dan gizi yang memadai, oleh karena
itu makanan perlu disediakan secara regular, sesuai dengan rencana
asuhan, umur, budaya, dan bila dimungkinkan pilihan menu
makanan. Pengguna layanan berperan serta dalam perencanaan dan
seleksi makanan.

·                Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan


terapi gizi yang telah ditetapkan.

·                Setiap orang harus mengonsumsi makanan sesuai dengan


standar angka kecukupan gizi

·                Angka Kecukupan Gizi adalah suatu nilai acuan kecukupan


rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas fisik untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal

·                Terapi Gizi kepada pengguna layanan di Puskesmas diberikan


secara reguler sesuai dengan rencana asuhan berdasarkan hasil
penilaian status gizi dan kebutuhan pengguna layanan sesuai Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) yang tercantum di dalam Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas.

·                Terapi Gizi kepada pengguna layanan rawat inap harus dicatat
dan didokumentasikan dengan baik.

·                Keluarga pengguna layanan dapat berpartisipasi dalam


menyediakan makanan bila sesuai dan konsisten dengan kajian
kebutuhan pengguna layanan dan rencana asuhan dengan
sepengetahuan dari petugas kesehatan yang berkompeten.
·                Bila keluarga pengguna layanan atau pihak lain menyediakan
makanan pengguna layanan, mereka diberikan edukasi tentang
makanan yang dilarang/ kontra indikasi dengan kebutuhan dan
rencana pelayanan, termasuk informasi tentang interaksi obat dengan
makanan.
·                Terapi gizi adalah adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada
pengguna layanan (klien) berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi
terapi diit, konseling gizi dan pemberian makanan khusus dalam
rangka penyembuhan pasien.

·                Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka perlu


ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pengguna layanan
dan tindak lanjut.

·                Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain


menyusun rencana pemulangan yang berisi instruksi dan/ atau
dukungan yang perlu diberikan baik oleh Puskesmas maupun
keluarga pengguna layanan pada saat pemulangan maupun tindak
lanjut di rumah, sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan.

·                Pemulangan dilakukan oleh dokter/ dokter gigi yang


bertanggung jawab terhadap pengguna layanan.

·                Pemulangan pengguna layanan dilakukan berdasar kriteria


yang ditetapkan oleh dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab
terhadap pengguna layanan untuk memastikan bahwa kondisi
pengguna layanan layak untuk dipulangkan dan akan memperoleh
tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya pengguna
layanan rawat jalan yang tidak memerlukan perawatan rawat inap,
pengguna layanan rawat inap tidak lagi memerlukan perawatan rawat
inap di Puskesmas, pengguna layanan yang karena kondisinya
memerlukan rujukan ke FKRTL, pengguna layanan yang karena
kondisinya dapat dirawat di rumah atau rumah perawatan, pengguna
layanan yang menolak untuk perawatan rawat inap, pengguna
layanan/ keluarga yang meminta pulang atas permintaan sendiri.
·                Resume medis berisikan :
a)      Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic

b)      Indikasi pengguna layanan rawat inap, diagnosis dan


kormobiditas lain
c)       Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan
d)      Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang
e)       Kondisi kesehatan pengguna layanan

f)      Instruksi tindak lanjut dan dijelaskan kepada pengguna layanan,


termasuk nomor kontak yang dapat dihubungi dalam situasi darurat

·                Informasi yang diberikan kepada pengguna layanan/ keluarga


pada saat pemulangan atau rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain
diperlukan agar pengguna layanan/keluarga memahami tindak lanjut
yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil pelayanan yang optimal.

·                Resume Medis pengguna layanan paling sedikit terdiri dari :


a)    Identitas Pengguna layanan
b)   Diagnosis Masuk dan indikasi pengguna layanan dirawat

c)    Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,


pengobatan dan rencana tindaklanjut pelayanan kesehatan

d)   Nama dan tanda tangan Dokter atau Dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan
·         Resume Medis yang diberikan kepada pengguna layanan saat
pulang dari rawat inap terdiri dari :
e)    Data umum pengguna layanan
f)     Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan)
g)    Pemeriksaan
h)   Terapi, tindakan dan atau anjuran

·                Jika kebutuhan pengguna layanan akan pelayanan tidak dapat


dipenuhi oleh Puskesmas, maka pengguna layanan harus dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan berdasarkan
kebutuhan pengguna layanan.
·                Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan prosedur
termasuk alternatif rujukan sehingga pengguna layanan dijamin
memperoleh pelayanan yang dibutuhkan di tempat rujukan pada saat
yang tepat.

·                Komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu


dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan
pelayanan di FKRTL.

·                Pengguna layanan yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi


sesuai dengan standar rujukan

·                Pengguna layanan/keluarga pengguna layanan mempunyai hak


untuk memperoleh informasi tentang rencana rujukan. Informasi yang
perlu disampaikan kepada pengguna layanan meliputi: alasan
rujukan, fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas
kesehatan lainnya, jika ada, sehingga pengguna layanan/keluarga
dapat memutuskan fasilitas yang mana yang dipilih, serta kapan
rujukan harus dilakukan.

·                Jika pengguna layanan perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan


yang lain, wajib diupayakan proses rujukan berjalan sesuai dengan
kebutuhan dan pilihan pengguna layanan agar pengguna layanan
memperoleh kepastian mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan
dan pilihan tersebut dengan konsekuensinya.

·                Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pengguna


layanan (misalnya kebutuhan transportasi, petugas kompeten yang
mendampingi, sarana medis dan keluarga yang menemani termasuk
pilihan fasilitas kesehatan rujukan) selama proses rujukan.
·                Selama proses rujukan pengguna layanan secara langsung,
pemberi asuhan yang kompeten terus memantau kondisi pengguna
layanan, dan fasilitas kesehatan penerima rujukan diberi resume
tertulis mengenai kondisi klinis pengguna layanan dan tindakan yang
telah dilakukan.

·                Merujuk pengguna layanan secara langsung ke fasilitas


kesehatan lain dapat merupakan proses yang singkat dengan
pengguna layanan yang sadar dan dapat berbicara, atau merujuk
pengguna layanan koma yang membutuhkan pengawasan
keperawatan atau medis yang terus menerus. Pada kedua kasus
tersebut pengguna layanan perlu dipantau oleh petugas yang
kompeten. Kompetensi pemberi asuhan yang mendampingi selama
transfer ditentukan oleh kondisi pengguna layanan. Petugas yang
mendampingi pengguna layanan memberikan informasi secara lengkap
(SBAR) tentang kondisi pengguna layanan kepada petugas penerima
transfer pengguna layanan.

·                Yang dimaksud dengan rujukan langsung adalah proses


rujukan yang dilakukan pihak Puskesmas dengan menggunakan
fasilitas transportasi yang disediakan oleh pihak Puskesmas,
dilakukan perbaikan oleh pemberi asuhan yang kompeten, dan
diserahkan kepada petugas di fasilitas kesehatan rujukan tujuan yang
telah dihubungi sebelumnya.
·                Yang dimaksud rujukan tidak langsung adalah proses rujukan
yang dilakukan dengan proses pelaksanaannya diserahkan kepada
pengguna layanan.

·                Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi mengenai


kondisi pengguna layanan dikirim bersama pengguna layanan. Salinan
resume pengguna layanan tersebut diberikan kepada fasilitas
kesehatan penerima rujukan bersama dengan pengguna layanan.

·                Resume tersebut memuat kondisi klinis pengguna layanan,


prosedur, dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan
pengguna layanan lebih lanjut.

·                Pengguna layanan yang dirujuk balik dari FKRTL sesuai


dengan umpan balik rujukan dan dicatat dalam rekam medis.
·                Jika Puskesmas menerima umpan balik rujukan pengguna
layanan dari fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut atau fasilitas
kesehatan lain, maka perlu dilakukan tindak lanjut terhadap
pengguna layanan sesuai prosedur yang berlaku melalui proses kajian
dengan memperhatikan rekomendasi umpan balik rujukan.

·                Standarisasi terminologi, definisi, kosa kata dan penamaan,


memfasilitasi pembandingan data dan informasi di dalam maupun di
luar Puskesmas termasuk FKRTL. Keseragaman penggunaan kode
diagnosa dan kode prosedur/tindakan mendukung pengumpulan dan
analisis data.

·                Singkatan dan simbol juga distandarisasi dan termasuk daftar


“yang tidak boleh digunakan”. Standarisasi tersebut konsisten dengan
standar lokal, nasional, dan internasional.

·                Kelengkapan isi rekam medis diperlukan untuk menjamin


kesinambungan pelayanan, memantau kemajuan respon pengguna
layanan terhadap asuhan yang diberikan. Puskesmas menetapkan
kebijakan dan prosedur kelengkapan rekam medis.

·                Dokter, perawat, bidan, dan petugas pemberi asuhan yang lain
bersama-sama menyepakati isi rekam medis sesuai dengan kebutuhan
informasi yang perlu ada dalam pelaksanaan asuhan pengguna
layanan.

·                Penyelenggaraan Rekam Medis dilakukan secara berurutan dari


sejak pengguna layanan masuk sampai pengguna layanan pulang,
dirujuk atau meninggal, meliputi kegiatan :

a.    Registrasi pengguna layanan


b.   Pendistribusian rekam medis
c.    Isi rekam medis dan pengisian informasi klinis
d.   Pengolahan data dan pengkodean
e.    Klaim pembiayaan
f.     Penyimpanan rekam medis
g.    Penjaminan mutu
h.   Pelepasan informasi kesehatan
i.     Pemusnahan rekam medis
·                Rekam medis diisi oleh setiap Dokter, Dokter gigi, dan/atau
Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan
perseorangan
·                Apabila terdapat lebih dari satu tenaga Dokter, Dokter gigi
dan/atau Tenaga Kesehatan dalam satu fasilitas kesehatan, maka
rekam medis dibuat secara terintegrasi

·                Rekam Medis harus segera dicatat secara lengkap dan jelas
setelah pengguna layanan menerima pelayanan serta mencantumkan
nama, waktu dan tanda tangan Dokter, Dokter gigi dan/atau Tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan secara berurutan sesuai
waktu pelayanan dan sesuai dengan kompetensi lulusannya

·                Dalam hal terjadi kesalahan dalam pencatatan Rekam Medis,


Dokter, Dokter gigi, dan/atau Tenaga Kesehatan lain dapat dilakukan
pembetulan. Apabila pencatatan rekam medis dilakukan secara
konvensional maka pembetulan dilakukan dengan cara mencoret 1
(satu) garis, diparaf dan diberi tanggal, dalam hal diperlukan
penambahan kata atau kalimat diperlukan paraf dan tanggal

·                Isi rekam medis yang merupakan dokumentasi informasi klinis


pada rawat jalan di FKTP, paling sedikit meliputi :
§  Identitas pengguna layanan
§  Tanggal dan waktu
§  Hasil anamnesis
§  Hasil pemeriksaan
§  Diagnosis
§  Rencana penatalaksanaan
§  Pengobatan dan atau tindakan
§  Persetujuan dan penolakan tindakan jika diperlukan
§  Nama dan tanda tangan Dokter, Dokter gigi dan atau Tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
·                Dalam hal pengguna layanan rawat inap atau perawatan 1
(satu) hari isi rekam medis sebagaimana pada rawat jalan
ditambahkan dengan :
§  Lembaran monitoring untuk pengguna layanan rujukan sebelum
masuk ruang rawat inap
§  surat rujukan untuk pengguna layanan rujukan;
§  catatan perjalanan perawatan pengguna layanan mulai dari dirawat
inap sampai pengguna layanan pulang
§  salinan resume medis
·                Rekam Medis untuk pengguna layanan gawat darurat,
ditambahkan :
§  Hasil pemeriksaan triase
§  Identitas dan nomor kontak pengantar pengguna layanan
§  Sarana transportasi yang digunakan untuk mengantar pengguna
layanan

·                Resume Medis pengguna layanan paling sedikit terdiri dari :


§  Identitas Pengguna layanan
§  Diagnosis Masuk dan indikasi pengguna layanan dirawat

§  Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,


pengobatan dan rencana tindaklanjut pelayanan kesehatan

§  Nama dan tanda tangan Dokter atau Dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan
·                Resume Medis yang diberikan kepada pengguna layanan saat
pulang dari rawat inap terdiri dari :
§  Data umum pengguna layanan
§  Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan)
§  Pemeriksaan
§  Terapi, tindakan dan atau anjuran

·                Koreksi dan penambahan data pada rekam medis dilakukan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

·                Puskesmas menetapkan dan melaksanakan suatu kebijakan


yang menjadi pedoman retensi berkas rekam medis pengguna layanan
dan data serta informasi lainnya. Berkas rekam medis klinis pengguna
layanan, serta data dan informasi lainnya disimpan (retensi) untuk
suatu jangka waktu yang cukup dan mematuhi peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku guna mendukung asuhan
pengguna layanan, manajemen, dokumentasi yang sah secara hukum,
riset dan pendidikan. Kebijakan tentang penyimpanan (retensi)
konsisten dengan kerahasiaan dan keamanan informasi tersebut.
Ketika periode retensi yang ditetapkan terpenuhi, maka berkas rekam
medis klinis pengguna layanan dan catatan lain pengguna layanan,
data serta informasi dapat dimusnahkan dengan semestinya kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik dalam jangka
waktu tertentu sesuai peraturan yang berlaku.

·                Efek obat, efek samping obat, dan kejadian alergi ditindak
lanjuti serta didokumentasikan dalam rekam medis.
·                Perlu ditetapkan jenis-jenis pelayanan laboratorium yang
tersedia di Puskesmas

·                Agar pelaksanaan pelayanan laboratorium dapat menghasilkan


hasil pemeriksaan yang tepat, maka perlu ditetapkan kebijakan dan
prosedur pelayanan laboratorium mulai dari permintaan,
penerimaaan, pengambilan dan penyimpanan spesimen, pengelolaan
reagen pelaksanaan pemeriksaan, dan penyampaian hasil
pemeriksaan kepada pihak yang membutuhkan, serta pengelolaan
limbah medis dan bahan berbahaya dan beracun (B3).

·                Pemeriksaan berisiko tinggi adalah pemeriksaan terhadap


spesimen yang berisiko infeksi pada petugas, misalnya spesimen
sputum dengan kecurigaan tuberculosis, darah dari pengguna layanan
dengan kecurigaan hepatitis B, HIV/AIDS.

·                Regulasi pelayanan laboratorium perlu disusun sebagai acuan,


yang meliputi kebijakan dan pedoman, serta prosedur-prosedur
pelayanan laboratorium yang mengatur tentang:

a)        jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan sesuai


dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan Puskesmas
b)        waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
c)        pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi
d)        proses permintaan pemeriksaan, penerimaan specimen,
pengambilan, dan penyimpanan specimen

e)        pelayanan pemeriksaan di luar jam kerja pada Puskesmas rawat


inap atau puskesmas yang menyediakan pelayanan di luar jam kerja

f)         proses pemeriksaan laboratorium


g)        kesehatan dan keselamatan kerja dalam pelayanan laboratorium
h)       penggunaan alat pelindung diri
i)         pengelolaan reagen
·      Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium maka perlu
dilakukan upaya pemantapan mutu internal maupun eksternal di
Puskesmas. Pemantapan mutu dilakukan sesuai dengan jenis dan
ketersediaan peralatan laboratorium yang digunakan dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

·      Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eskternal (PME)


secara periodik yang diselenggarakan oleh institusi yang ditetapkan
oleh pemerintah

·      Uji silang adalah kegiatan untuk menilai mutu dan kesesuaian
hasil pemeriksaan secara periodik dan berkesinambungan dengan
mengirimkan sampel yang sama ke laboratorium lain/ rujukan.

·         Jika pemeriksaan laboratorium tidak bisa dilakukan oleh


Puskesmas karena keterbatasan kemampuan, maka dapat dilakukan
rujukan pemeriksaan laboratorium yang dipandu dengan prosedur
yang jelas

·         Pimpinan Puskesmas perlu menetapkan jangka waktu yang


dibutuhkan untuk melaporkan hasil tes laboratorium. Hasil
dilaporkan dalam kerangka waktu berdasarkan kebutuhan pengguna
layanan, pelayanan yang ditawarkan, dan kebutuhan petugas pemberi
pelayanan klinis. Pemeriksaan pada gawat darurat dan di luar jam
kerja serta pada akhir minggu termasuk dalam ketentuan ini.

·         Hasil pemeriksaan yang segera (urgent), seperti dari unit gawat
darurat diberikan perhatian khusus. Sebagai tambahan, bila
pelayanan laboratorium dilakukan bekerja sama dengan pihak luar,
laporan hasil pemeriksaan juga harus tepat waktu sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan atau yang tercantum dalam kontrak.

·         Reagensia dan bahan-bahan lain yang selalu harus ada untuk
pelayanan laboratorium bagi pengguna layanan harus diidentifikasi
dan ditetapkan. Suatu proses yang efektif untuk pemesanan atau
menjamin ketersediaan reagensia esensial dan bahan lain yang
diperlukan.

·         Semua reagensia disimpan sesuai pedoman dari produsen atau


instruksi penyimpanan yang ada pada kemasan. Evaluasi periodik
dilakukan terhadap ketersediaan dan penyimpanan semua reagensia
untuk memastikan akurasi dan presisi hasil pemeriksaan.
·         Ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk memastikan pemberian
label yang lengkap dan akurat untuk reagensia dan larutan yang
digunakan merujuk pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

·         Sesuai dengan peralatan dan prosedur yang dilaksanakan di


laboratorium, perlu ditetapkan rentang nilai normal dan rentang nilai
rujukan untuk setiap pemeriksaan yang dilaksanakan.

·         Nilai normal dan rentang nilai rujukan harus tercantum dalam
catatan klinis, sebagai bagian dari laporan atau dalam dokumen
terpisah

·         Jika pemeriksaan dilaksanakan oleh laboratorium luar, laporan


hasil pemeriksaan harus dilengkapi dengan rentang nilai. Jika terjadi
perubahan metoda atau peralatan yang digunakan untuk melakukan
pemeriksaan, atau perubahan terkait perkembangan ilmu dan
tehnologi, harus dilakukan evaluasi dan revisi bila perlu terhadap
ketentuan tentang rentang nilai pemeriksaan laboratorium.

·         Ada prosedur rujukan spesimen dan pengguna layanan, jika


pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan di Puskesmas

·                Pelayanan kefarmasian harus tersedia di Puskesmas, oleh


karena itu jenis dan jumlah obat, serta bahan medis habis pakai
harus tersedia sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

·                Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


(BMHP) terdiri dari:

o   Perencanaan kebutuhan obat dan BMHP


o   Permintaan obat dan BMHP
o   Penerimaan obat dan BMHP
o   Penyimpanan obat dan BMHP
o   Pendistribusian obat dan BMHP
o   Pengendalian obat dan BMHP
o   Pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan obat dan BMHP
o   Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan BMHP
·                Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas terdiri dari:
o   Pengkajian resep dan penyerahan obat
o   Pemberian informasi obat (PIO)
o   Konseling
o   Visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
o   Pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO)
o   Pemantauan terapi obat (PTO)
o   Evaluasi penggunaan obat

·                Obat kadaluarsa/rusak/out of date /substitusi, ditarik dari


peredaran dikelola sesuai kebijakan dan prosedur

·                Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih yang


dibutuhkan dan harus tersedia di Puskesmas perlu disusun sebagai
acuan dalam pemberian pelayanan pada pengguna layanan, mengacu
pada formularium nasional dan pemilihan jenis obat melalui proses
kolaboratif antar pemberi asuhan, dengan mempertimbangkan
kebutuhan pengguna layanan, keamanan, dan efisiensi.

·                Dalam hal Puskesmas belum dapat melakukan pelayanan


farmasi untuk Program Rujuk Balik (PRB), maka obat dapat dilakukan
kerjasama dengan apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

·                Jika terjadi kehabisan obat karena terlambatnya pengiriman,


kurangnya stok nasional atau sebab lain yang tidak dapat diantisipasi
dalam pengendalian inventaris yang normal, perlu diatur suatu proses
untuk mengingatkan para dokter/dokter gigi tentang kekurangan obat
tersebut dan saran untuk penggantinya.

·                Obat yang disediakan harus dapat dijamin keaslian dan


keamanan, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan rantai
pengadaan obat. Pengelolaan rantai pengadaan obat adalah suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi proses perencanaan dan pemilihan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
penggunaan obat.
·                Kebijakan, pedoman dan prosedur pelayanan farmasi harus
disusun sebagai acuan dalam pelayanan, meliputi:

a.        perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai

b.        pengadaan, penyediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan


dan bahan medis habis pakai
c.        proses peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat

d.        penggunaan obat-obatan pengguna layanan rawat inap, yang


dibawa sendiri oleh pengguna layanan/ keluarga pengguna layanan

e.        menjaga tidak terjadinya pemberian obat yang kedaluwarsa


kepada pengguna layanan
f.         jika terjadi kekosongan obat
g.        pengendalian pengadaan, penyediaan dan penggunaan obat
h.       pengelolaan rantai distribusi dan pengadaan obat
i.         ketersediaan formularium obat

·                Pemberian obat untuk mengobati seorang pengguna layanan


membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang spesifik.
Puskesmas bertanggung jawab untuk mengidentifikasi petugas dengan
pengetahuan dan pengalaman sesuai persyaratan dan yang juga
diizinkan berdasarkan lisensi, sertifikasi, Undang-Undang atau
peraturan untuk pemberian obat. Dalam situasi emergensi, perlu
diidentifikasi petugas tambahan yang diizinkan untuk memberikan
obat. Untuk menjamin agar obat tersedia dengan cukup dan dalam
kondisi baik, tidak rusak, dan tidak kedaluwarsa, maka perlu
ditetapkan dan diterapkan kebijakan pengelolaan obat mulai dari
proses analisis kebutuhan, pemesanan, pengadaan, pendistribusian,
pelayanan peresepan, pencatatan dan pelaporan.

·                Peresepan dilakukan oleh tenaga medis. Dalam pelayanan


resep petugas farmasi wajib melakukan pengkajian/telaah resep yang
meliputi pemenuhan persyaratan administratif, persyaratan
farmasetik, dan persyaratan klinis sesuai peraturan perundang-
undangan, antara lain: a)  ketepatan identitas pengguna layanan, obat,
dosis, frekuensi, aturan minum/makan obat, dan waktu pemberian; b)
 duplikasi pengobatan; c)  potensi alergi atau sensitivitas; d)  interaksi
antara obat dan obat lain atau dengan makanan; e)  variasi kriteria
penggunaan; f)  berat badan pengguna layanan dan atau informasi
fisiologik lainnya; dan g) kontra indikasi.

·                Dalam pemberian obat harus juga dilakukan kajian benar,


meliputi: ketepatan identitas pengguna layanan, ketepatan obat,
ketepatan dosis, keterpatan rute pemberian, dan ketepatan waktu
pemberian.
·                Apabila persyaratan petugas yang diberi wewenang dalam
penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, petugas tersebut mendapat
pelatihan khusus tentang penyediaan obat.
·                Untuk Puskesmas rawat inap penggunaan obat oleh pengguna
layanan/pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke Puskesmas atau
yang diresepkan atau dipesan di Puskesmas, diketahui dan dicatat
dalam rekam medis. Harus dilaksanakan pengawasan penggunaan
obat, terutama obat-obat psikotropika sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
·                Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung
risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat
menimbulkan kerugian besar pada pengguna layanan.

·                Obat yang perlu diwaspadai (high alert) terdiri atas :


-      obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error)
dapat menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin,
atau kemoterapeutik;

-      obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik


tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike),
seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine atau
disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);

·                Agar obat layak dikonsumsi oleh pengguna layanan, maka


kebersihan dan keamanan terhadap obat yang tersedia harus
dilakukan mulai dari proses pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, dan penyampaian obat kepada pengguna layanan
serta penatalaksanaan obat kedaluwarsa dan/atau rusak/out of
date/substitusi.
·                Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur dalam
penyampaian obat kepada pengguna layanan agar pengguna layanan
memahami indikasi, dosis, cara penggunaan obat, dan efek samping
yang mungkin terjadi.
·                Pengguna layanan, dokternya, perawat dan petugas kesehatan
yang lain bekerja bersama untuk memantau pengguna layanan yang
mendapat obat. Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi efek
pengobatan terhadap gejala pengguna layanan atau penyakitnya dan
untuk mengevaluasi pengguna layanan terhadap kejadian efek
samping obat.

·                Berdasarkan pemantauan, dosis atau jenis obat bila perlu


dapat disesuaikan dengan memperhatikan pemberian obat secara
rasional. Sudah seharusnya dilakukan pemantauan secara ketat
respons pengguna layanan terhadap dosis pertama obat yang baru
diberikan kepada pengguna layanan. Pemantauan dimaksudkan untuk
mengidentifikasi respons terapetik yang diantisipasi maupun reaksi
alergik, interaksi obat yang tidak diantisipasi, untuk mencegah risiko
bagi pengguna layanan. Memantau efek obat termasuk mengobservasi
dan mendokumentasikan setiap kejadian salah obat (medication error).
·                Perlu disusun kebijakan tentang identifikasi, pencatatan dan
pelaporan semua kejadian salah obat (medication error) yang terkait
dengan penggunaan obat, misalnya: salah peresepan obat, salah
penyerahan obat, salah pelabelan obat, salah dosis, salah rute
pemberian, salah frekuensi pemberian, memberikan obat salah orang.

·                Bila terjadi kegawatdaruratan pengguna layanan, akses cepat


terhadap obat emergensi yang tepat adalah sangat penting. Perlu
ditetapkan lokasi penyimpanan obat emergensi di tempat pelayanan
dan obat-obat emergensi yang harus disuplai ke lokasi tersebut.

·                Untuk memastikan akses ke obat emergensi bilamana


diperlukan, perlu tersedia prosedur untuk mencegah penyalahgunaan,
pencurian atau kehilangan terhadap obat dimaksud. Prosedur ini
memastikan bahwa obat diganti bilamana digunakan, rusak atau
kedaluarsa. Keseimbangan antara akses, kesiapan, dan keamanan dari
tempat penyimpanan obat emergensi perlu dipenuhi.

·                Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi


pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat
(medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan
dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan
terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah
Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari
Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.

·                Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:


a.     Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien.
b.     Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter.
c.     Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
·                Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
a.     Pengumpulan data Mencatat data dan memverifikasi Obat yang
sedang dan akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis,
frekuensi, rute, Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan
dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah
terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat
tanggal kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan
efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat
penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar
Obat pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication
chart. Data Obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan
sebelumnya. Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep
maupun Obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses
rekonsiliasi.

b.     Komparasi, Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang


pernah, sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan
adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan di antara
data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat
yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan
yang didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini
dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan
Resep maupun tidak disengaja (unintentional) di mana dokter tidak
tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.

c.     Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan


ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidak sesuaian , maka
dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus
dilakukan oleh Apoteker adalah:
1.     menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau
tidak disengaja.
2.     mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti.
3.     memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi Obat.

d.     Komunikasi, melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau


keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang diberikan.
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Elemen Penilaian

1. Pendaftaran dilakukan sesuai dengan kebijakan, pedoman


dan prosedur yang ditetapkan dengan menginformasikan
hak dan kewajiban serta memperhatikan keselamatan
pengguna layanan (O,W,S)
2. Pemenuhan hak dan kewajiban pengguna layanan
dilakukan pada saat anamnesis, pemeriksaan, pelaksanaan
asuhan, pemberian tindakan, dan pemindahan sesuai
dengan kebijakan, pedoman dan prosedur yang ditetapkan.
(D, O, W, S)

3. Persetujuan umum (general consent) diminta saat pertama kali


pengguna layanan masuk rawat jalan dan setiap kali masuk rawat
inap dan hasil pelaksanaannya didokumentasikan. (D, W)
4. Pengguna layanan/keluarga pengguna layanan
memperoleh informasi mengenai tindakan
medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan
dilakukan sebelum memberikan persetujuan atau penolakan
(informed consent) termasuk konsekuensi dari keputusan
penolakan tersebut. (D)
5. Dilakukan identifikasi, fasilitasi dan tindak lanjut
terhadap pengguna layanan dengan keterbatasan, kendala
dan/atau berkebutuhan khusus dalam proses pelayanan.
(D)
1.        Ditetapkan jenis dan isi kajian awal dalam rekam medis
secara kolaboratif antar praktisi klinis serta dilakukan kajian
awal oleh tenaga yang kompeten mengacu pada standar
profesi, dicatat dalam rekam medis, digunakan untuk
penyusunan rencana asuhan, koordinasi dalam pemberian
asuhan, dan rencana pemulangan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan. (R, D, W)

2.        Dilakukan kajian dan penanganan nyeri. (D,O,W)

3.        Disusun rencana pemulangan untuk pengguna layanan


yang memerlukan rencana pemulangan sesuai dengan hasil
kajian awal (D, W)

4.        Dilakukan kajian pengguna layanan dalam penetapkan


diagnosis dan rencana asuhan oleh tenaga yang profesioanl
dan kompeten sesuai dengan panduan praktik klinis yang
dituangkan ke dalam rekam medis. (R,D,O)
5.        Dalam keadaan tertentu jika tidak tersedia tenaga
medis, dapat dilakukan pelimpahan wewenang tertulis
kepada perawat dan/ atau bidan yang telah mengikuti
pelatihan, untuk melakukan kajian awal medis dan
pemberian asuhan medis sesuai kewenangan delegative yang
diberikan. (R,D)

6.        Asuhan Pengguna layanan diberikan oleh dokter, dokter


gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi asuhan
yang lain, sesuai rencana asuhan dan panduan praktik
klinis dan/atau prosedur-prosedur asuhan klinis, agar tidak
terjadi pengulangan yang tidak perlu (D, W)

7.        Dokter bertanggung jawab terhadap pelayanan


pengguna layanan melakukan koordinasi pelaksanaan
asuhan terpadu melaksanakan secara kolaboratif sesuai
dengan rencana asuhan terpadu, panduan praktik klinis,
dan prosedur asuhan klinis dan dicatat dalam rekam medis
secara terintegrasi . (D)

8.        Dilakukan penyuluhan/ pendidikan kesehatan bagi


pengguna layanan dan keluarga dengan metode yang dapat
dipahami oleh pengguna layanan dan keluarga. (D,O)

9.        Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


efektivitas penyampaian informasi kepada pengguna
layanan/ keluarga pengguna layanan agar mereka dapat
berperan aktif dalam proses layanan dan memahami
konsekuensi layanan yang diberikan.(D)
1.        Pengguna layanan diprioritaskan atas dasar
kegawatdaruratan seperti yang tercantum di pokok pikiran
sesuai dengan kebijakan, pedoman dan prosedur yang
ditetapkan. (W,O,S)
2.        Pengguna layanan gawat darurat yang perlu dirujuk ke
FKRTL, diperiksa dan dibuat stabil terlebih dahulu sesuai
kemampuan Puskesmas dan dipastikan dapat diterima di
FKRTL sesuai dengan kebijakan, pedoman dan prosedur
yang ditetapkan. (D,O)
1.        Dilakukan identifikasi kasus-kasus gawat darurat dan/
atau berisiko tinggi yang sering terjadi.(D)

2.        Pemberian asuhan pada pengguna layanan gawat


darurat dan/ atau berisiko tinggi dilaksanakan sesuai
dengan rencana asuhan, kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan (O, W)

1.        Pelayanan anestesi lokal dilakukan oleh tenaga


kesehatan yang kompeten sesuai dengan kebijakan dan
prosedur . (D, O, W)

2.        Jenis, dosis dan teknik anestesi lokal dan pemantauan


status fisiologi pengguna layanan selama pemberian anestesi
lokal oleh petugas dan dicatat dalam rekam medis pengguna
layanan (D)
1.        Dokter atau dokter gigi atau tenaga klinis yang akan
melakukan tindakan medis sesuai kewenangannya membuat
kajian sebagai dasar untuk menyusun rencana asuhan
tindakan. (D, W)

2.        Pengguna layanan/ keluarga pengguna layanan


mendapat penjelasan oleh okter atau dokter gigi yang akan
melakukan tindakan, tentang risiko, manfaat, komplikasi
potensial, dan alternatif pelayanan sebelum memberikan
persetujuan atau penolakan terhadap tindakan yang akan
dilakukan.(D, O, W)
3.        Dilakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur,
dan dilakukan pemantaun status fisiologi pengguna layanan
secara terus menerus selama dan segera setelah tindakan
dan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk laporan
tindakan medis.(D, W)
1.        Disusun rencana asuhan gizi berdasar kajian
kebutuhan gizi pada pengguna layanan sesuai dengan
kondisi kesehatan dan kebutuhan pengguna layanan. (D)

2.        Distribusi dan pemberian makanan dilakukan sesuai


jadwal dan pemesanan dan didokumentasikan. (D, W)

3.        Pengguna layanan dan/ atau keluarga diberi edukasi


tentang pembatasan diit pengguna layanan dan
keamanan/kebersihan makanan, bila keluarga ikut
menyediakan makanan bagi pengguna layanan. (D)
1.        Dokter/dokter gigi, perawat/bidan, dan pemberi
asuhan yang lain melaksanakan pemulangan dan asuhan
tindak lanjut sesuai dengan rencana yang disusun dan
kriteria pemulangan. (D)

2.        Resume medis diberikan kepada pengguna layanan dan


pihak yang bekepentingan saat pemulangan atau rujukan.
(D, O, W)
1.        Pengguna layanan/keluarga pengguna layanan
memperoleh informasi rujukan dan memberi persetujuan
untuk dilakukan rujukan berdasarkan kebutuhan pengguna
layanan dan kriteria rujukan untuk menjamin kelangsungan
layanan ke fasilitas kesehatan yang lain (D, W)
2.        Dilakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang
menjadi tujuan rujukan dan tindakan stabilisasi pengguna
layanan sebelum dirujuk sesuai kondisi pengguna layanan,
indikasi medis dan kemampuan dan wewenang yang dimiliki
agar keselamatan pengguna layanan selama pelaksanaan
rujukan dapat terjamin. (D,W)

3.        Jika pengguna layanan/keluarga pengguna layanan


menolak untuk dilakukan rujukan, pengguna
layanan/keluarga pengguna layanan harus menyatakan
secara tertulis penolakan rujukan setelah mendapat
informasi tentang konsekuensi jika menolak rujukan, dan
tanggung jawab mereka akibat menolak rujukan, dan
alternatif pelayanan yang mungkin dilakukan (D, W)

4.        Tersedia fasilitas transportasi sesuai standar untuk


merujuk dan Selama proses rujukan secara langsung semua
pengguna layanan selalu dipantau dan dicatat oleh pemberi
asuhan yang kompeten dengan memperhatikan kondisi
pengguna layanan. (D, W)

5.        Dilakukan serah terima pengguna layanan yang disertai


dengan informasi yang lengkap (SBAR) kepada petugas di
FKRTL dengan membawa resume klinis pengguna layanan
yang memuat kondisi pengguna layanan, prosedur dan
tindakan-tindakan lain yang telah dilakukan serta
kebutuhan pengguna layanan akan pelayanan lebih lanjut,
ketika melakukan rujukan secara langsung. (D, W)
1.        Dokter/dokter gigi penangggung jawab pelayanan
melakukan kajian ulang kondisi medis sebelum
menindaklanjuti umpan balik dari FKRTL sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (D,O)
2.        Dokter/dokter gigi penanggung jawab pelayanan
melakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi umpan balik
rujukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan. (D,O,W)

1.        Ditetapkan standarisasi/pembakuan kode klasifikasi


diagnosis, kode klasifikasi tindakan, terminologi lain,
singkatan-singkatan yang boleh dan tidak boleh digunakan
dalam pelayanan klinis. (R)

2.        Penyelenggaraan rekam medis yang meliputi a sampai


dengan i, dilakukan sesuai dengan kebijakan dan pedoman
yang disusun (D, O, W)

3.        Rekam Medis diisi secara lengkap oleh Dokter, Dokter


Gigi dan atau Tenaga Kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan perseorangan sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam pedoman pelayanan rekam medis (D, O, W)
1.        Kepala Puskesmas menetapkan nilai normal, rentang
nilai rujukan untuk setiap jenis pemeriksaan yang
disediakan, dan nilai kritis pemeriksaan laboratorium (R)

2.        Reagensia esensial dan bahan lain tersedia sesuai


dengan jenis pelayanan yang ditetapkan, pelabelan dan
penyimpanannya, termasuk proses untuk menyatakan jika
reagen tidak tersedia. (D, W)

3.        Penyelenggaraan pelayanan laboratorium yang meliputi


a sampai dengan i, dilaksanakan sesuai dengan kebijakan
dan pedoman yang ditetapkan. (D, O, W)

4.        Dilakukan pemantapan mutu internal dan pemantapan


mutu eksternal terhadap pelayanan laboratorium sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilakukan
perbaikan jika terjadi penyimpangan (D,O,W)
5.        Pimpinan Puskesmas menetapkan dan melakukan
evaluasi dan tindak lanjut waktu pelaporan hasil
pemeriksaan laboratorium. (R)
1.        Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan
pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)

2.        Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi


klinik oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan. (D,O,W)
3.        Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan
benar pada setiap pelayanan pemberian obat (D, O, W)

4.        Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi


dan cara penggunaan obat

5.        Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana


diperlukan, dan dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
R D
2. BUKTI ; Pemenuhan hak dan
kewajiban pengguna layanan
dilakukan pada saat anamnesis,
pemeriksaan, pelaksanaan asuhan,
pemberian tindakan, dan pemindahan
sesuai dengan kebijakan, pedoman
dan prosedur yang ditetapkan. ( ambil
dari pokok pikiran ttg hak dr 1 sd 19 -
Kewajiban dr 1 sd 9 )
O W

proses pendaftaran
dilakukan sesuai dengan
kebijakan, pedoman dan
prosedur yang ditetapkan lakukan wwcr dengan petugas
dengan menginformasikan pendaftaran ttg proses pendaftaran
hak dan kewajiban serta
memperhatikan keselamatan
pengguna layanan
bukti sosialisasi hak dan kewajiban du dalam pkm :
S

petugas pendaftaran di minta


untuk melakukan simulasi
Standar Substandar
4.1

4.1.  

4.1.1.    
4.2.    

4.2.1.       
4.3
4.3.1.       
4.4.        

4.4.1.      
4.5. 
4.5.1.    
Kriteria
BAB 4 Program Prioritas Nasional (PPN)

Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan menuju cakupan


kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan
dasar (Primary Health Care) dan peningkatan upaya promotif dan preventif di
dukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi

             Pencegahan dan Penurunan Stunting

Puskesmas melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting beserta


pemantauan dan evaluasinya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pencegahan dan penurunan stunting direncanakan, dilaksanakan, dipantau


      

dan dievaluasi dengan melibatkan lintas program, lintas sektor dan


pemberdayaan masyarakat.
           Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan


ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan, pelayanan
kesehatan bayi baru lahir beserta pemantauan dan evaluasinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

   Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan


kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan,
pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
PENINGKATAN CAKUPAN DAN MUTU IMUNISASI
Puskesmas melaksanakan program imunisasi sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan

Program imunisasi direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi


   

dalam upaya peningkatan capaian cakupan dan mutu imunisasi.


       Program Penanggulangan Tuberkulosis

Puskesmas memberikan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulai dari


penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus terdiri
dari pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya untuk
memutus mata rantai penularan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Puskesmas melaksanakan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulai


    

dari penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus terdiri
dari pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya.
              Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya
Puskesmas melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular utama yang
meliputi hipertensi, diabetes mellitus, kanker payudara dan leher rahim,
Pengguna layanan Rujuk Balik (PRB) Penyakit Tidak Menular (PTM) dan penyakit
katastropik lainnya sesuai kompetensi di tingkat primer, serta penanganan
faktor risiko PTM.

Program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan faktor


      

resikonya direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan ditindaklanjuti


·                Pencegahan dan penurunan stunting merupakan salah satu fokus Program
Pemerintah yang bertujuan agar anak-anak Indonesia tumbuh dan berkembang secara
optimal dan maksimal disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk
belajar serta berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

·                Upaya pencegahan dan penurunan stunting dilakukan terintegrasi baik lintas
program antara lain dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan, imunisasi, kegiatan promosi
dan konseling (menyusui dan gizi), pemberian suplemen dan kegiatan internvesi lainnya, .
Dalam Pencegahan dan penurunan stunting dilakukan upaya upaya promotif dan prevwntif
untuk meningkatkan layanan dan cakupan intervensi gizi sesnsitif (LS) dan intervensi gizi
spesifik (LP) sesuai dengan pedoman yang berlaku

Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator kinerja yang telah ditetapkan dan
disertai analisa capaian. Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai
dengan pedoman, Panduan yang berlaku, misal dengan merujuk pada metode analisa
situasi yang terdapat di dalam buku pedoman manajemen Puskesmas

Rencana program pencegahan dan penurunan stunting disusun dengan mengutamakan


upaya promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis masalah gizi di wilayah kerja
Puskesmas dengan melibatkan LP yang terintegrasi dengan RUK dan RPK pelayanan UKM
dan UKPP

·               Pelayanan kesehatan ibu hamil , persalinan, masa sesudah melahirkan dan bayi baru
lahir dilakukan dengan standar dan pedoman yang berlaku
Upaya Pelayanan kesehatan pada ibu hamil dilaksanakan terintegrasi dengan LP dalam
rangka penurunan stunting

·               Pelayanan kesehatan ibu bersalin yang selanjutnya di sebut persalinan adalah setiap
kegiatan dan /aatau serangkaian kegiatan yang ditujukam pada ibu sejak di mulai
persalinan hingga 6 jam setelah melahirkan

·               Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilakukan melalui pelayanan kesehatan neonatal
esensial sesuai standar. Pelayanan kesehatan neonatal esensial dilakukan pada umur 0-28
hari.

Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator kinerja yang telah ditetapkan dan
disertai analisa capaian. Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai
dengan pedoman, Panduan yang berlaku, misal dengan merujuk pada metode analisa
situasi yang terdapat di dalam buku pedoman Manajemen Puskesmas

Rencana Program penurunan AKI AKB dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif
berdasarkan hasil analisis masalah imunisasi di wilayah kerja Puskesmas dengan
melibatkan LP,yang terintegrasi dengan RUK dan RPK pelayanan UKM dan UKPP
·               
Pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas
perlu direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi agar dapat mencapai cakupan
imunisasi secara optimal.
Puskesmas melakukan pengelolaan rantai dingin vaksin (cpld Chain
vaccines) sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan.
Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator
kinerja yang telah ditetapkan dan disertai dengan analisa capaian. Analisa capaian
indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan pedoman/panduan yang berlaku,
misal dengan merujuk pada metode Analisis situasi yang terdapat di dalam buku
pedoman/panduan manajemen Puskesmas.

Pencatatan dan pelaporan


program imunisasi dilaksanakan secara akurat dan sesuai prosedur meliputi cakupan
imunisasi, stok dan pemakaian vaksin dan logistik lainnya, kondisi peralatan rantai vaksin
dan KIPI.    

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkala, berkesinambungan, berjenjang dan


dilakukan analisa serta rencana tindak lanjut perbaikan program imunisasi .

Rencana Program Peningkatan cakupan mutu imunisasi disusun dengan mengutamakan


upaya promotif dan pereventif berdasarkan hasil analisis masalah imunisasi di wilayah kerja
Puskesmas dengan melibatkan LP yang terintegrasi dengan RUK dan RPK pelayanan UKM
1, Tuberkulosa merupakan permasalahn penyakit menular baik global maupun nasional.
Upaya untuk penanggulangan penulatran tuberkulosa merupakan salah satu program
prioritas nasional bidang kesehatan

2.   Program penanggulangan tuberkulosis direncanakan,


dilaksanakan, dipantau dan ditindak lanjuti dalam upaya eliminasi tuberkulosis.
3.Untuk tercapainya target
program Penanggulangan TB Nasional, Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota harus menetapkan target indikator kinerja Penanggulangan TB tingkat
daerah berdasarkan target nasional dan memperhatikan strategi nasional yang selanjutnya
dijadikan dasar bagi Puskesmas dalam menetapkan sasaran serta indikator kinerja yang
dipantau setiap tahun 4. Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator kinerja
yang telah ditetapkan dan disertai dengan analisa capaian, Analisa capaian indikator
dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan pedoman/panduan yang berlaku, misal
dengan merujuk pada metode analisis situasi yang terdapat di dalam buku Pedoman
manajemen Puskesmas. 5. Rencana program penanggulanagn tuberkulosa disusun dengan
mengutamakan upaya promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis masalah
pengendalian tuberkulosa di wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan LP yang
terintegrasi dengan RUK dan RPK pelayanan UKM dan UKP.
·                Meningkatnya faktor risiko dan penyakit tidak menular berdampak pada terjadinya
peningkatan angka morbiditas, mortalitas dan disablilitas, namun juga berdampak
kehilangan produktivitas yang berdampak pada beban ekonomi baik tingkat individu,
keluarga, dan masyarakat

·                Upaya pengendalian penyakit tidak menular dilakukan melalui berbagai kegiatan
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan tindakan kuratif dan rehabilitatif.

·                Deteksi dini atau penapisan (screening) perlu dilakukan untuk mencegah terhadinya
peningkatan kasus PTM.

·                Dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, antara lain: pola
makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, merokok, dan faktor risiko yang lain, dilakukan
secara terintegrasi melalui pendekatan keluarga dengan PIS-PK.
Pelaksanaan Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara terintegrasi LP dan
LS

Rencana Program Penanggulanagan Penyakit tidak menular dan faktor risikonya disusun
dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis masalah
penyakit tidak menular di wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan LP yang terintegrasi
dengan RUK dan RPK pelayanan UKM dan UKP
·                Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan tindaklanjut dilakukan secara terintegrasi
lintas program dan lintas sektor.

·                Penyusunan program penanggulangan penyakit menular dan faktor risikonya


terintegrasi dengan penyusunan RUK dan RPK pelayanan UKM dan UKPP.
1.        Ditetapkannya indikator dan target kinerja stunting
disetai analisis capaianny (R,D W))

2, Ditetapkan program pencegahan dan penurunan stunting


(R )
3, Kegiatan Pencegahan dan penurunan stunting dalam
bentuk intervensi gizi spesifik dan sensitif di koordinasikan
dan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun LP
an LS sesuai dengan kebijakan . Pedoman/panduam
prosedur dan KAK yang telah ditetapkan (D,O,W)

4.   dilakukan pemantauan , Evaluasi dan Tindak lanjut


terhadap pelaksanaan program pencegahan dan penurunan
stunting (D,W)

5. Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur yang


telah ditetapkam (R,D)

1.        Ditetapkan indikator dan target kinerja pelayanan


kesehatan ibu balita dan bayi sasaran pelayanan ibu, bayi
dan balita yang disertai capaian, dan analisisny . (R,D)
2, Ditetapkan program penurunan AKI AKB (R,D,W)

3 Tersedia alat, obat, bahan habis pakai dan prasarana


pendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
termasuk standar alat kedaruratan maternal dan sesuai
dengan standar dan dikelola sesuai dengan prosedur (R,D O
W)
4, Dilakukan pelayanan kesehatan pada masa hamil, masa
persalinan, masa sudah melahirkan dan bayi baru lahir
sesuai dengan prosedur yang di tetapkan, kewajiban
penggunaan partograf pada saat pertolongan persalinan dan
upaya stabilisasi pra rujukan pada kasus komplikasi
termasuk pelayanan pada Puskesmas mampu PONED sesuai
dengan kebijakan , Pedoman/panduan ,prosedur dan KAK
yang telah ditetapkan (R,D W)

5.Dilakukan pelayanan persalinan sesuai dengan kebijakan ,


pedoman/panduan, prosedur, KAK yang telah ditetapkan
(R,D,O,W)

6. Kegiatan penurunan AKI dan AKB dikordinasikan,


dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun
bersama LP dan LS (D,W)

7 Dilakukan pemantauan , evaluasi dan Tindak Lanjut


terhadap program AKI dan AKN termasuk pelayanan
kesehatan di masa hamil, persalinan dan bayi baru lahir di
Puskesmas (D,W)

8. Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur yang


ditetapkan (R,D)
1.        Ditetapkannya indikator dan target kinerja imunisasi
yang disertai capaian dan analisisnya (R, D)

2.       Ditetapkannya program imunisasi . (R,D,W)


3. Tersedia Vaksin dan logistik sesuai dengan kebutuhan
imunisasai (D,.O.W)

4. Dilakukan pengelolaan Vaksin untuk memastikan rantai


vaksin dikelola sesuai dengan prosedur (R,D,O,W)

5.    Kegiatan Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi


dikoordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan rencana
dan prosedur yang telah ditetapkan bersama lintas program
dan lintas sektor sesuai dengan kebijakan,
pedoman/panduan dan kerangka acuan yang telah
ditetapkan. (R,D, W)
6      Dilakukan pemantauan, dan evaluasi serta tindaklanjut
program imunisasi sesuai hasil kegiatan pemantauan dan
evaluasi. (D, W)

7.        Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur


yang telah ditetapkan. (R,,D)

1, Ditetapkannya indikator dan target keinerja pengendalian


Tuberkulosa yang disertai capaian dan analisisnya (R,D)
2, Ditetapkannya rencana program penanggulangan
tuberkulosa 9R)

3.        Ditetapkan tim TB DOTS di Puskesmas yang terdiri dari


dokter, perawat, analis laboratorium dan petugas pencatatan
pelaporan terlatih (R)

4.        Logistik baik OAT maupun non OAT disediakan sesuai


dengan kebutuhan program serta dikelola sesuai dengan
prosedur (D, W)

5. Dilakukan tata laksana kasus tuberkulosis meulai dari


diagnosisi, pengobatan, pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut
sesuai dengan kebijakan, pedoman/panduan dan prosedur yang
telah ditetapkan (R,D,O,W)

6. Program penanggulangan tuberkulosisi dikoprdinasikan dan


dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun bersama LP
dan LS (D,W)
7. Dilakukan Pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur yang
telah ditetapkan (R,D)
1, Ditetapkan indikator kinerja Pengendalian Penyakit Tidak
Menular yang disertai capaian dan analisisnya (R,D,W)

2. Ditetapkan program Pengendalian Penyakit Tidak Menular


termasuk rencana peningkatan kapasitas tenaga terkait
P2PTM (R,D,W)

3. Kagiatan pengendalian penyakit tidak menular di


koordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah disusun bersama LP dan LS sesuai dengan
kebijakan, pedoman/panduan dan kerangka acuan yang
telah di tetapkan (D,O,W)

4. Diselenggarakan tahapan kegiatan dan pemeriksaan PTM di


Posbindu sesuai dengan ketentuan yang berlaku (R,D,O,W)
5. Dilakukan tata laksana Penyakit Tidak Menular secara terpadu
mulai dari diagnosis, pengobatan, pemantauan, evaluasi dan
tindak lanjut sesuai dengan penduan praktik klinis dan algoritma
pelayanan PTM oleh tenaga kesehatan yang kompeten (R,D,O,W)

6, Dilakukan pemantauan , evaluasi dan tindak lanjut terhadap


pelaksanaan program pengendalian penyakit tidak menular (D,W)

7. Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur


yang telah ditetapkan (D)
4.        Pelayanan dilakukan secara terpadu dengan diagnosis,
pengobatan dan tindaklanjut pada pengguna layanan
dengan penyakit tidak menular sesuai dengan panduan
praktik klinis oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. (D,
O, W)
5.        Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut
terhadap pelaksanaan program pengendalian penyakit tidak
menular. (D, W)
6.        Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan. (D)
R

Ada SK Ka PKM ttg indikator dan target program gizi


dengan lampiran indikator program gizi serta target,
dilakukan secara periodik sesuai ketentuan :

Ada SK KA PKM ttg Program pencegahan dan penurunan


stunting. Ada SK Ka PKM ttg Indikator pencegahan dan
penurunan stunting

Ada KAK ttg


program Pencegahan dan Penurunan Stunting tercantum
Pencegahan dan penurunan stunting dilakukan bersama
LP dan LS yang terintegrasi yang tercntum dalam RUK
dan RPK
Ada SK Ka PKM ttg Tim Penurunan stunting Puskesmas,

Ada SK Camat
ttg Tim Penurunan Stunting Kecamatan.

Ada Pedoman / Panduan


intervensi Penurunan stunting, terintegrasi di Kab/Kota

Ada SOP ttg pencatatan dan pelaporan Penurunan


Program stunting

Ada SK Ka PKM tentang indikor dan Target pencapaian


kinerja Kinerja PKM
Ada SK Ka PKM ttg Program AKI dan AKB

Ada SK Ka PKM ttg Alat, obat , bahan habis pakai dan


prasarana pendukung pelayanan Kesehatan Ibu dan bayi
termasuk standar alat kegawat darurat maternal dan
neonatal sesuai dengan PMK mo 43/2019 ttg Puskesmas

ADA SK Ka PKM ttg Tim Pelayanan ANC terpadu. Ada


SOP pelayanan ANC di Puskesmas yang mengacu paa
PMK 497/2014.

Ada SK Ka PKM ttg Jenis Pelayanan mengenai pelayanan


persalinan, Ada SK Ka PKM ttg Tim Ruang bersalin di
Puskesmas, Ada SK Ka PKM ttf Pelayanan Persalinan dan
SOP pelayanan Persalinan mengacu PMK 97/2014

Ada SK ka PKM ttg Media Komunikasi di Puskesmas


untuk menangkap keluhan masyarakat atau sasaran
kegiatan UKM

Ada SK Ka PKM tentang Pencatatan dan Pelaporan KIA.

Ada SOP Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan ANC


1. Ada SK Ka PKM tentang indikator dan target
pencapaian kinerja Pelayanan UKM

1. ada SK ka PKM tentang penyelenggaraan program


Imunisasi

2,Ada
Pedoman Penyelenggaran program imunisasi

3. SOP
penyimpanan Vaksin

4, KAK
Pelaksanaan BIAS

Catatan : SK dan
SOP( dapat digabung dalam SK dan SOP prgram lain):
Perencanaan Program, SDM Pelaksana program termasuk
peningkatan kompetensi program imunisasi, Komunikasi,
koordinasi dan penyampaian informasi internal dan
eksternal kegiatan imunisasi. Penanganan limbah
kegiatan imunisasi. Monitoring dan evaluasi program
imunisasi, pencatatan dan pelaporan program imunisasi
Ada Petunjuk teknis Pelayanan I,munisasi Pada Mas
Pandemi covid 19

Ada SK Ka PKM tentang Pengelolaan Vaksin.

Ada SOP
Distribusi Vaksin.

Ada SOP
Penyimpanan Vaksin.

Ada SOP Pemakaian


Vaksin.

Ada SOP Pelaksanaan


Imunisasi.

Ada SOP Pemantauan KIPI

Ada SK Ka PKM ttg Media Komunikasi yang digunakan di


Puskesmas Ada SOP media
Komunikasi di Puskesmas
1.Ada SK KA PKM tentang Pencatatan dan Pelaporan.

2. Ada SOP
Pencatatan dan Pelaporan Imunisasai.

1, Ada SK Ka PKM ttg Penetapan Indikator dan Target


Kinerja Pengendalian Tuberkulosisi (dapat dijadikan satu
SK dengan indikator perogram lainnya ( Sesuai dengan
Strategi Nasional Penanggulanagan Tuberkulosis 2020-
2024)
1. Tersedia KAK tentang Program Penanggulangan
Tuberkulosa di Puskesmas meliputi :

1, Promosi
Kesehatan.

2. Surveilan TB.

Ada SK KA PKM ttg SK tentang Tim3TB Pengendalian


DOTS di faktor
Puskemas meliputi Dokter, Perawat. Analisis
Laboratorium, Petugas Pencatatan dan Pelaporan
(Referensi : PMK no 67 tahun 2016 ttg Penangulangan
Tuberkulosisi pasal 17)
Ada SOP Permintaan OAT.

Ada
SOP Penerimaan OAT.

Ada SOP
Pengelolaan Obat.
Ada SOP Tatalaksana kasus , Diagnosis ,Pengobatan,
Pemantauan Evaluasi tindak lanjut sesuai dengan
JUKNIS Penatalaksanaan tuberkulosisi resistan obat di
Indonesia

Ada SOP tentang Pencatatan dan Pelaporan Progranm


Penanggulangan Tuberkulosisi
Ada SK Ka PKM ttg Penetapan Indikator dan target
Kinerja Pengendalian Penyakit Tidak menular (dapat
dijadikan satu SK dengan indikator Program lainnya))
catatan : Target Nasuional dan daerah
yg harus di capai, capaian target sebelumnya, analisis
situasi wilayah kerja, kebutuhan dan harapan
masyarakat )

Ada SK Ka PKM ttgProgram Pengendalian Penyakit Tidak


menular (dapat dijadikan satu SK dengan indikator
Program lainnya)) catatan :
Target Nasuional dan daerah yg harus di capai, capaian
target sebelumnya, analisis situasi wilayah kerja,
kebutuhan dan harapan masyarakat ) Ada KAK tentang
program Pengendalian Penyakit tidak menular di
Puskesmas

Ada Pdoman / Panduan , SOP dan KAK Kegiatan Program


PTM
Ada Panduan ADAPTASI KEBIASAAN BARU (KEMKES)

Ada SOP tentang pencatatan dan pelaporan Program PTM


D O

Ada Dokumen indikator dan target program gizi.


( Bayi usia kurang 6 bulan memperoleh ASI
eksklusif 100%, Ibu hamil memperoleh tablet Fe
(TTD) selama kehamilan 100%, Presentasi ibu
hamil anemia 100%, Remaja putri memperoleh
tablet tambah darah 100%, Persentasi bayi baru
lahir memperoleh IMD 100%, Persentasi
keluarga sadar gizi 100%)

Ada
dokumen melihat cakupan menetapkan
masalah, analisis dan RTL yang akan dilakukan
dan bukti tindak lanjut yang dilakukan secara
periodik
Ada dokumen indikator pencegahan dan
penurunan Stunting : 1. Persentasi bayi usia
kurang dari 6 bulen memperoleh ASI eksklusif
45%, Persentasi balita dipantau pertumbuhan
dan perkembangannya 70%, Prevalesni wasting
anak balita 7,8% dll)

Ada dokumen bukti dilakukan identifikasi


penyebab masalah stunting di wilyah kerja PKM,
Dilakukan analisis perumusan masalah terdiri
dari identifikasi masalah,prioritas
masalah,penetuan akar masalah, alternatif
pencegahan masalah, RUK,RPK)sehingga di
dapatkan pemetan ttg masalah stunting di
wilayah kerja PKM, tersedia grafik capaian dan
tersedia bukti mencari masalah dengan diagram
tulang ikan
Ada dokumen bukti pelaksanaan kegiatan
berupa : Notulen Lokmin LP dan LS (GAUN)

Laporan MMD,

1. Ada Bukti pemantauan dan evaluasi dengan


mengacu kepada RPK yang dilakukan pada
Lokmin bulanan tri bulanan atau pertemuan
tinjauan manajemen (GAUN).
2.
Tersedia grafik PWS KIA,

3. Ada bukti Monev


dibahas secara terintegrasi baik UKM dan UKP
untuk ditindak lanjuti (GAUN)
4. Ada bukti TL dari
hasil monitoring evaluasi dan pemantauan
secara terintegrasi baik UKM maupun UKP di
Ada dokumen Bukti pencatatan dan pelporan
program stunting memuat EPPGM (e
AplikasiPencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
Masyarakat), Kohort Ibu, PWS

Ada Form indikator kinerja UKM, Ada form Hasil


capaian dan analisisnya yang dilakukan secara
periodik sesuai ketentuan untuk melihat hasil
capaian jika belum sesuai tetapkan masalah
analisis dann RTL yang akan dilakukan
kemudian lakukan TL
Ada dokumen Hasil data kinerja, Hasil IKH ,
Data PISPK dianalsis ( perumusan masalah tdd
identifikasi,prioritas masalah, penentuan akar
masalah, alternatif pemecahan
masalah,,RUK,RPK)
Ada dokumen bukti inventasis barang sesuai
PMK 43/2019.

Ada bukti Hasil pelayanan yang diberikan :


Kartu ibu, buku regsiter dll, siapkan partograf

Ada dokumen bukti palayanan persalinan ysng


sesuai dengan kebijakan, pedoman/pamduan,
prosedur dan Kak yang telah ditetapkan

Ada dokumen bukti pertemuan penyusunan


rencana kegiatan KIA (GAUN),

telusur RPK pelayanan UKM KIA,

Ada bukti
UKM : Ada RPK pelayanan UKM KIA, Ada bukti
Monitoring pelaksanaan UKM KIA , UKP Ada
bukti Monitoring pelaksanan kegiatan pelayanan
KIA terdiri :Pelayanan ANC secara kuantitas,
dan Pelayanan ANC secara Kualitas

Ada dokumen bukti Pencatatan dan pelapuran,


Kohort, laporan PWS
Ada Dokumen hasil indikator dan tagget
pencapaian kinerja UKM

1, Ada Dokumen hasil kinerja Program Imunisai


berupa Sarang laba laba .

2. Ada hasil IKH.

3. Ada
hasil PISPK,

4 Ada dokumen
dilakukan Analisi yang mencakup Identitifiksai
masalah, Prioritas masalah, Penentuan akar
masalah, alternatif pemecahan masalah dan
RUK)
Ada Dokumen inventarisasi Logistik program
imunisasi :

Vaksin,

ADS,

Safety Box.

Peralatan Anafilaktis,
Ada Dokumen Pencatatan stok Vaksin dan
Logistik.

Pelalatan cold
Chain. Ada dokumen form
pencatatan suhu yang telah diisi

Peralatan Pendukung cold chain,

Ada Dokumen Pelaksanaan Pertemuan


penyususnan Rencana kegiatan imunisasi
Dokumen
(dapat dilakukan bersama program
Pencatatan Pelayanan Imunisasi lain dalam
satu pertemuan ) -->GAUN.

Tersedia RPK pelayanan UKM


Imunisasi (Tahunan dan Bulanan).

Ada
Dokumen Pelaksanaan komunikasi dan
koordinasi kegiatan imunisasi (untuk
pencapaian cakupan imunisasai ) .(GAUN)
Ada RPK program Imunisasai. Ada dokumen
hasil Monitoring pelaksanaan kegiatan
pelayanan UKM Imunisasai.

Hasil Monitoring Pelaksanaan


kegiatan Pelayanan UKP Imunisasi Ada
Dokumen Monev UKM-UKP agar selalu dibahas
bersama untuk dijadikan bahan peerbaikan
mutu program Imunisasi secara terintegrasi
(GAUN)
Ada dokumen Bukti Pencatatan dan Pelaporan
meliputi :

1, Cakupan
Imunisasi.

1. Ada Bukti buku Strategi Nasional


Penanggulangan Tuberkulosisi 2020-2024.

2. Ada Dokumen
Capaian dan analisa kesenjangan terhadap
target kinerja beserta tersedia tabel capaian dan
analisis Indikator Program penanggulangan
Tuberkulosisi
1. ada dokumen bukti inventasisasi logistik OAT.

2. Ada dokumen Logistik


non OAT,

Ada Bukti Rekam medis. Regsiter Laboratorium

Ada bukti dilakukan koordinasi


penanggulanagan TB dengan LP dan LS (GAUN).

Ada bukti
pelaksanaan Program penanggulanagan TB
(GAUN).

Ada Bukti Pencatatan dan Pelaporan


Penanggulangan TB berupa : utk Sistem
informasi TB (Form TB 07,08.11,14).

Register pasien TB form


(01.02,03,04,05,06,09,10,15,16)
Ada dokumen tabel pencapaian Target
Nasuional dan daerah , capaian target
sebelumnya, analisis situasi wilayah kerja,
kebutuhan dan harapan masyarakat )bukti
capaian dan Analisis Indikator Program
Pengendalian Penyakit Tidak menular

Ada dokumen bukti Pengendalian PTM


diselenggakan melalui :

1. Penyelenggaraan UKBM melalui


Posbindu PTM.

2.Deteksi Dini
kanker payudara melalui SADANIS.

3.Deteksi kanker leher rahim melalui


pemeriksaan IVA.

Ada dokumen Rencana program pengendalian


Penyakit tidak menular

Ada bukti ,melakukan


koordinasi dg LP dan LS (GAUN),

Ada dokumen Pedoman Manajemen Penyakit


Menular (Kemkes)

Ada bukti tahapan kegiatan


dan pemeriksaan PTN : 1. Pendaftaran peserta,

2.Wawancara Faktor
risiko PTM.
Ada bukti rekam medis mencakup diagnosa,
pengobatan,Pemantauan, evaluasi dan tindak
lanjut )

Ada Bukti Register Laboratorium


Ada dokumen bukti Pengendalian PTM
diselenggakan melalui :

1. Penyelenggaraan UKBM melalui


Posbindu PTM.

2.Deteksi Dini
kanker payudara melalui SADANIS.

3.Deteksi kanker leher rahim melalui


pemeriksaan IVA.

4.
Menindaklanjuti Program Rujuk Balik (PRB)
Ada dokumen bukti Pencatatan dan Pelaporan .

Ada bukti dokumen


W S
Standar Substandar

5.1.

5.1.1.

5.1.2.

5.1.2
5.1.3.

5.2. 5.2
5.2.1.

5.2.2.
5.3

5.3 5.3.1

5.3.1.

5.3.2

5.3.2
5.3.3

5.3.3
5.3.4

5,3,5

5.3.5
5.4

5,4,1

5.4.1     

5.4.2

5.4.2.
5.5

5.5

5.5.1
5.5.2

5.5.3
5.5.4

5.5.5
5.5.6
Kriteria
BAB 5. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
5.1                 Peningkatan Mutu dilaksanakan secara
berkesinambungan

  Kepala Puskesmas menetapkan Tim dan Program


Peningkatan Mutu Puskesmas

Indikator Mutu

       Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi


tanggung jawab mutu dan keselamatan pengguna layanan
berkomitmen untuk membudayakan peningkatan mutu
secara berkesinambungan melalui pengelolaan indikator
mutu.
Analisis dan Validasi

Dilakukan analisis dan validasi hasil pengumpulan data


indikator mutu sebagai informasi yang menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk
meningkatkan mutu Puskesmas

Program manajemen risiko digunakan untuk


melakukan identifikasi, analisa dan penatalaksanaan
risiko untuk mengurangi cedera, dan mengurangi risiko
lain terhadap keselamatan pengguna layanan, staf dan
sasaran pelayanan UKM serta masyarakat.
   Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya
Puskesmas terhadap pengguna layanan, keluarga,
masyarakat, petugas, dan lingkungan diidentifikasi,
dianalisis dan dilakukan penatalaksanaannya

  Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya


Puskesmas terhadap pengguna layanan, keluarga,
masyarakat, petugas, dan lingkungan yang telah
diidentifikasi dianalisis dan ditindak lanjuti.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

IDENTIFIKASI PASIEN

  Proses Identifikasi pasien.

KOMUNIKASI EFEKTIF

    Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi


dalam pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan
KEAMANAN OBAT
      Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap
obat-obat yang perlu diwaspadai ditetapkan dan
dilaksanakan
TEPAT PASIEN<TEPAT PROSEDUR<TEPAT POSISI

      Proses untuk memastikan tepat pengguna layanan,


tepat prosedur, tepat sisi pada pasien yang menjalani
operasi/tindakan medis ditetapkan dan dilaksanakan.

PASIEN JATUH

Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh di susun dan


dilaksanakan
       Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden
keselamatan pengguna layanan dan pengembangan
budaya keselamatan

PELAPORAN IKP

    Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis, dan


penyusunan rencana penyelesaian masalah, upaya
perbaikan, dan pencegahan insiden keselamatan
pengguna layanan.

Budaya Mutu dan Budaya Keselamatan


      Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting
dalam memperbaiki perilaku dalam pemberian
pelayanan yang mencerminkan budaya mutu dan
budaya keselamatan.
PENCEGAHAB DAB PENGENDALIAN (PPI)

 Program pencegahan dan pengendalian infeksi


dilaksanakan untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan

Regulasi dan program pencegahan dan pengendalian


infeksi dilaksanakan oleh seluruh karyawan puskesmas
secara komprehaensif untuk mencegah dan
meminimalkan risiko terjadinya infeksi yang terkait
dengan pelayanan kesehatan.
        Dilakukan identifikasi risiko risiko infeksi dalam
penyelenggaraan pelayanan sebagai dasar untuk
menyususn dan menerapkan strategi untuk mengurangi
risiko risiko tersebut.

Puskesmas mengurangi risiko infeksi yang terkait


dengan pelayanan kesehatan perlu melaksanakan dan
mengimplementasikan program PPI, untuk mengurangi
risiko infeksi baik bagi pasien, petugas, keluarga
pasien, masyarakat dan lingkungan
Kebersihan Tangan diterapkan untuk menurunkan
risiko infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan

         Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi


dengan penerapan kewaspadaan berdasar transmisi
dalam proses penyelenggaraan pelayanan pasien yang
dapat ditularkan melalui transmis air borne
         Ditetapkan dan dilakukan proses untuk
menangani outbreak infeksi baik di Puskesmas atau di
wilayah kerja Puskesmas
Pokok Pikiran

1. Penetapan Tim dan petugas yang beri tanggung jawab terhadap Peningkatan Mutu,
Keselamatan Pasien, PPI dan Manajemen Risiko.
2. Persyaratan Kompetensi sarjana kesehatan, mempunyai kapasitas
terkait pengelolaan mutu, Keselamatan Pasien, manajemen Risiko dan PPI serta
mempunyai PEngalaman kerja di Puskesmas

3. Uraian
Tugas, melakukan fasilitasi koordinasi, pemantauan, dan membudayakan kegiatan
peningkatan mutu, keselamatan pasien, manajemen risiko dan pencegahan,
pengendalian infeksi, Para Tim tersebut harus menjamin pelaksanaan kegiatan
dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan
. 4. Kebijakan dan prosedur serta pedoman sebagai acuan Kepala
Puskesmas, penanggung jawab upaya pelayanan Puskesmas dan koordinator dan
pelaksana kegaiatn Puskesmas dalam Hal 10Peningkatan Mutu, 2)Keselamatan Pasien.
3) Manajemen Risiko.4)Pencegahan dan Penegndalian infeksi

5, Kepala
Puskesmas memfasilitasi , mengalokasikan dan menyediakan Sumber Daya.

6, Program Mutu dan Keselamatan, Program Manajemen Risiko,


Program PPI.
7. Pengawasan,
Penegendalian, Penialian , tindak lanjut dan upaya perbaikan berkesinambungan

1. Penetapan area prioritas Puskesmas untu perbaikan mutu sesuai prioritas masalah di
wilayah kerja Puskesmas.
2. Indikator Mutu :

a, Indikator Mutu
Prioritas Tingkat Puskesmas,

b, Indikator Mutu prioritas Program : indikator Mutu Nasional.


Indikator Sasaran Keselamatan Pasien (SKP).
3. Indikator mutu yang sudah tercapai
dan dapat di pertahankan selama tahun berjalan dapat diganti dengan indikator mutu
yang baru. Indikator mutu yang belum mencapai target dapat tetap menjadi prioritas
untuk tahun berikutnya
1. Tujuan Validasi untuk menjamin data indikator akurat/sahih, agar dapat digunakan
untuk dasar pengambilan keputusan, perubahan kebijakan, perbaikan dan memberikan
informasi pada masyarakat.

2. Kapan Validasi dilakukan : jika

a.
Terdapat indikator baru yang ditetapkan untuk menilai mutu pelayanan.

b. terdapat indikator mutu yang akan ditampilkan kepada


masyarakat melalui media informasi yang di tetapkan.
c. Terdapat perubahan pada metode
pengukura yang ada, antara lain perubahan numerator dan denominator, perubahan
metode pengumpulan perubahan sumber data, perubahan subyek pengumpulan data,
perubahan definisi operasional dari indikator
3. Dalam
rangka mencapai suatu kesim[ilan dan membuat keputusan, maka data harus
digabungkan , dianalisis dan diubah menjadi informasi yang berguna.
4, Dalam menetapkan frekuensi pengumpulan data dan analisisnya harus
mempertimbangkan kebutuhan untuk perbaikan mutu kegiatan pelayanan,
5, Analisis data dapat dilakukan membendingkan dayta data
Puskesmas melalui kaji banding dalam empat hal : melihat kecenderungan (TREND),
membandingkan dengan stabdar, jika memungkinkan , membandingkan dengan praktik
yang diinginkan yg dalam literatut (best practise)
1.Manajemen risiko merupakan pendekatan proaktif yang komponen-komponen
pentingnya meliputi:
a, Identifikasi risiko.

b. Prioritas
Risiko.

c. Pelaporan Risiko.

d.
Manajemen Risiko

e, investigasi terhadap insiden yang terjadi


baik pada pengguna layanan, petugas, keluarga dan pengunjung.
f. Manajemen terkait
tuntutan (klaim)).

2, Identifikasi risiko terhadap kejadian/insiden yang sudah terjadi di


dokumentasikan dalam Regsiter Risikosedangkan risiko yang belum terjadi dan
berpotensi menimbulkan kejadian/insiden didokumentasikan pada identifikasi Daftar
Potensi Risiko.
3, Katagori Risiko di Puskesmas
adalah Risiko yang meungkin ataupun telah terjadi terkait dengan KMP,UKPP dan UKM.
4, Register
Risiko dan identifikasi Daftar Potensi Risiko harus dibuat sebagai dasar penyususnan
Program Manajemen Risiko dan untuk membantu petugas Puskesmas mengenal dan
mewaspadai kemungkinan risiko dan akibat nya

1. Program Manajemen Risiko (MR) yang berisi strategi dan kegiatan untuk mereduksi
atau memitigasi risiko, disusun setiap tahun, terintegrasi dalam perencanaan
Puskesmas.

2.  Pelaksanaan program manajemen


risiko yang terdiri dari proses manajemen risiko berupa identifikasi, analisis,
penatalaksanaaan risiko dan monitor perbaikannya untuk menentukan Strategi reduksi
dan mitigasi risiko.

3.Satu alat/metode analisis proaktif terhadap proses kritis dan berisiko tinggi
adalah failure mode effect analysis (analisis efek modus kegagalan).untuk menganalisis
minimal satu oroses kritis atau berisiko tinggi yang dipilih setiap tahun
·1. Salah identifikasi pasien dapat terjadi di Puskesmas baik pada proses pelayanan
sebagai akibat dari kelalaian petugas, kondisi kesadaran pasien , perpindahan tempat
tidur dan kondisi lain yang menyebabkan terjadinya salah identitas.

2,Kebijakan dan prosedur identifikasipasien perlu


disusun termasuk identifikasi pasien kondisi tertentu. Misal pasien tidak dapat
menyebutkan identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguan jiwa, datang tanpa
identitas yang jels dua atau lebih pasien mempunyai nama yang sama atau mirip.
3.IDENTIFIKASI harus dilakukan
minimal dengan dua cara yang relatif tidak berubah, antara lain: nama lengkap tanggal
lahir, atau nomor rekam medis, dan nomor induk kependududkan dan tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien di rawat
.4,Prose
s identifikasi dengan benar hasrus dilakukan mulai skrining, pada saat pendaftaran,
setiap akan melakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan, pemberian obat, dan
pemberian diitIdentifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik,
tindakan, pemberian obat, dan pemberian diit.

1.  Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan pengobatan dapat terjadi
akibat komunikasi yang tidak efektif dalam proses asuhan pasien
·                KOMUNIKASI Tyang rentan terjadi kesalahan ntara lain : 1) terjadi pada
saat pemberian perintah secara verbal, 2) pemberian perintah verbal melalui telpon,
3) penyampaian hasil kritis pemeriksaan penunjang diagnosis, 4) serah terima antar
shift, dan 5) pemindahan pengguna layanan dari unit yang satu ke unit yang lain.

·                Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan diterapkan
dalam penyampaian pesan verbal, pesan verbal lewat telpon, penyampaian nilai
kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima pengguna layanan pada
serah terima jaga maupun serah terima dari unit yang satu ke unit yang lain,
misalnya untuk pemeriksaan penunjang, dan pemindahan pengguna layanan ke
unit lain.

·                Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telpon
antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik SBAR (Situation,
Background, Asessment, Recommendation)

·                Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telpon ditulis


lengkap(T), dibaca ulang oleh penerima perintah (B), dan dikonfirmasi kepada
pemberi perintah (K).

·                Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang
angka normal secara mencolok harus ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelayanan penunjang kepada dokter
penanggung jawab pasien sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh
Puskesmas,

1, Pemberian obat pada pasien perlu dikelolandengan baik dalam upaya keselamatan
pasien, kesalahan pengguna obat-obatan yang perlu di waspadai dapat menimbulkan
cedera pada pasien

·2,              Obat yang perlu diwaspadai (HIGH ALLERT ) adalah obat-obat yang dalam
penggunaannya sering menyebabkan kesalahan dan/ atau kejadian sentinel, berisiko
tinggi untuk penyalahgunaan, antara lain: obat-obatan dengan rentang terapi yang
sempit, insulin, anti koagulan, kemoterapi, obat-obatan psikoterapi, narkotika, dan obat-
obatan dengan nama dan rupa mirip

·                Kesalahan pemberian obat dapat juga terjadi akibat adanya obat dengan
nama dan rupa obat mirip (LOOK ALIKE AND SOUND ALIKE )
1.              Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh
salah orang, salah prosedur, salah sisi pada pemberian tindakan invasif atau
tindakan pada pasien

·                Puskesmas harus menetapkan tindakan invasif dan prosedurnya, yang


meliputi semua tindakan yang meliputi sayatan/ insisi atau tusukan, pengambilan
jaringan, pencabutan gigi, pemasangan implan dan tindakan atau prosedur invasif
yang lain yang menjadi kewenangan puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat dasar..

·  Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan benar


pasien, benar prosedur , benar sisi jika melakukan tindakan dengan menerapkan
Protokol Umum (Universal Protocol), yang meliputi:

a)        Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;

b)        Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan

c)        Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.

1, Dilakukan penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh pemberi
pelayanan yang akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang di
tetapkan (O,W)

2. Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan


mempertimbangkan :

1)        kondisi pasien , contoh : pengguna layanan geriatri, dizziness, vertigo,


gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status
kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol

2)        diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson

3)        situasi : Pengguna layanan yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan
riwayat tirah baring lama yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang
dari ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh
4)        lokasi : hasil identifikasi area-area di Puskesmas yang berisiko terjadi pasien
jatuh, antara lain lokasi yang dengan kendala penerangan atau mempunyai
barrier/penghalang yang lain, misalnya tempat pelayanan fisioterapi, tangga.

·1.  Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien.

2, Insiden keselamatan pasien terdiri


atas :

1) Kejadian tidak diharapkan (KTD),


3.  Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden
adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
2) Kejadian keselamatan
nyaris cedera
pengguna
(KNC), layanan. Pelaporan insiden terdiri dari Laporan Insiden Internal dan
Laporan Insiden Eksternal.
3) Kejadian tidak cedera,
·4. Puskesmas perlu melakukan analisis dengan menggunakan Matriks grading risiko
yang akan menentukan jenis investigasi insiden yang dilakukan setelah 4) Laporan
kondisi potensial
insiden internal. cedera (KPC),
Investigasi dan dari Investigasi sederhana (Simple RCA) /Root
terdiri
Cause Analysis)
5) Kejadian sentinel (KS)

·5.  Pelaporan insiden keselamatan pengguna layanan dilaporkan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Upaya peningkatan mutu layanan klinis, dan keselamatan pasien menjadi tanggung
jawab seluruh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan pasien.

2, Perilaku terkait budaya keselamatan berupa :

a)     penyediaan layanan yang baik, termasuk pengambilan keputusan bersama;

b)     bekerja dengan pengguna layanan atau klien


c)     bekerja dengan tenaga kesehatan lain
d)     bekerja di dalam sistem layanan kesehatan
e)     meminimalisir risiko

f)      mempertahankan kinerja profesional

g)     perilaku profesional dan beretika

h)    memastikan pelaksanaan proses pelayanan yang terstandar

i)      upaya peningkatan mutu dan keselamatan termasuk keterlibatan dalam pelaporan
dan tindak lanjut insiden

3.  Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang ada, tetapi
juga perilaku dalam pemberian pelayanan. Tenaga kesehatan perlu melakukan
evaluasi terhadap perilaku dalam pemberian pelayanan dan melakukan upaya
perbaikan baik pada sistem pelayanan maupun perilaku pelayanan yang
mencerminkan budaya keselamatan, dan budaya perbaikan pelayanan klinis yang
berkelanjutan.

1, Puskesmas perlu menyusun program PPI yang meliputi implementasi kewaspadaan


isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi,
pendidikan dan pelatihan PPI (dapat berupa pelatihan atau workshop) baik petugas
maupun pasien dan keluarga serta masyarakat. penyusunan dan penerapan bundles
infeksi terkait pelayanan kesehatan, monitoring pelaksanaan kewaspadaan isolasi,
surveilans penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan,serta penggunaan anti mikroba
secara bijak

2. Kegiatan yang tercantum dalam program PPI tergantung pada kompleksitas kegiatan
klinis dan pelayanan Puskesmas, besar kecilnya area Puskesmas, tingkat risiko dan
cakupan populasi yang dilayani, geografis, jumlah pengguna layanan, dan jumlah
pegawai dan merupakan bagian terintegrasi dengan Program Peningkatan Mutu.

3. Untuk memantau dan menilai pelaksanaan program PPI disusun indikator-indikator


sebagai bukti dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang direncanakan.
1.Puskesmas melakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi baik dalam
penyelenggaraan pelayanan upaya kesehatan perseorangan maupun upaya
kesehatan masyarakat yang mungkin atau pernah terjadi pada pasien, pengunjung,
petugas, keluarga dan masyarakat.

2, Berdasarkan hasul kajian tersebut disusun strategi dalam pencegahan dan


pengendalian infeksi melalui dengan menerapkan program PPI yang terdiri dari
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan transmisi, penggunaan antimikroba secara bijak, dan pelaksanaan
bundles infeksi terkait pelayanan kesehatan, antara lain infeksi aliran darah
primer, infeksi daerah operasi, infeksi saluran kemih akibat penggunaan kateter
dan infeksi infeksi lain yang mungkin terjadi akibat pelayanan kesehatan

1.program pencegahan dan pengendalian infeksi Puskesmas adalah untuk


mengidentifikasikan dan mengurangi risiko tertlar dan menularkan infeksi di antara
pasien, petugas , keluarga dan masyarakat dan lingkungan melalui penerapan
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar
transmisi, penggunaan anti mikroba secara bijak dan bundles untuk infeksi terkait
pelayanan kesehatan , pendidikan dan pelatihan dan surveilan Hais

2. Pelaksanaan program tersebut perlu dipantau secara terus menerus untuk menjamin
penerapan yang konsisten melalui kepatuhan pelaksanaan program PPI misalnya Audit
kepatuhan Kebersihan tangan , Audit bundles Hais

3. Pemantauan pelaksanaan program dilakukan oleh Tim PPI atau petugas yang
diberitanggung jawab agar dilaksanakan secara periodik dalam penyelenggaraan
kegiatan pelayanan Puskesmas
1. Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan , serta media edukasi
ditempel pada tempat yang mudah dibaca. Tenaga Medis, tenaga kesehatan dan
karyawan Puskesmas harus dilatih penerapan tentang kebersihan tangan. Sosialisasi
kebersihan tangan perlu juga dilakukan untuk pesien dan keluarga pasien.
2, Setiap
karyawan Puskesmas harus memahami mampu menerapkan 6 (enam) langkah dan 5
(lima) kesemapatn melakukan kebersihan tangan yang benar.
3. Puskesmas wajib menyediakan perlengkapan dan peralatan untuk melakukan
kebersihan tangan antara lain :
a. fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun, tisu
pengering tangan/handuk sekali pakai dan /atau.
b, Hand Rubs berbasis alkohol
yang ketersediaannya harus terjamin di Puskesmas

1. Program PPI dalam KEWASPADAAN ISOLASI terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi. KEWASPADAAN berdasar TRANSMISI meliputi
kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak, droplet dan air borne.

2. Penularan penyakit airborne disease termasuk penularan yang diakibatkan oleh


prosedur atau tindakan yang menimbulkan aerosolisasi merupakan salah satu
faktor yang perlu diwaspadai dan mendapat perhatian khusus di Puskesmas

3.Untuk Mengurangi risiko penularan air borne disease diantaranya dengan


menggunaka APD, Penataan ruang periksa, penempatan pasien, maupun transfer pasien
dilakukan sesuai dengan prinsip PPI

4. Untuk mencegah penularan airborne disease perlu melakukan identifikasi pasien


yang risiko dengan memberikan masker, menempatkan pasien di tempat tersendiri atau
kohorting dan mengajarkan etika batuk
5. Untuk pencegahan penularan transmisi airborne ditetapkan alur dan SOP pengelolaan
pasien sesuai ketentuan
1.  Puskesmas menetapkan kebijakan tentang outbreak bagaimana penanggulangan
sesuai dengan wewenangnya, untuk menjamin perlindungan kepada petugas,
pengunjung dan lingkungan pasien .

2.   Kriteria OUT BREAK INFEKSI terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah:

(a)      terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada atau sejak lama tidak
pernah muncul yang diakibatkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan yang
berdampak risiko infeksi baik di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas.

(b)      peningkatan kejadian 2 kali lipat atau lebih dibanding periode sebelumnya.

(c)      kejadian dapat meningkat secara luas dalam kurun waktu yang sama
d) Kejadian Infeksi yang di tetapkan sebagai outbreak oleh pemerintah
3. Dalam keadaan outbreak disusun dan diterapkan panduan, protokol protokol
kesehatan dan prosedur yang sesuia untuk mencegah penularan penyakit infeksi.
Elemen Penilaian

1.        Kepala Puskesmas menetapkan Program peningkatan mutu dan tim atau petugas
diberi tanggung jawab untuk peningkatan mutu, keselamatan pasien, manajemen risiko
dan PPI yang memenuhin persyaratan kompetensi yang dilengkapi dengan uraian tugas
masing masing (R,D,W)

2.        Dilakukan pengawasan, pengendalian, penilaian, tindak lanjut, dan upaya


perbaikan berkesinambungan terhadap pelaksanaan program peningkatan mutu,
keselamatanpasien, program manajemen risiko, dan program PPI. (D,O,W)

1. Terdapat Kebijakan tentang prioritas peningkatan mutu pelayanan dan pencapaian


sasaran keselamatan Pasien dan PPI (R )

2, Dilakukan pengumpulan dan analisis capaian Indikator Mutu dan Sasaran


Keselamatan Pasien (D,W)
3. Dilakukan evaluasi efektivitas upaya peningkatan mutu Puskesmas berdasarkan hasil
analisis capaian Indikator Mutu Puskesmas (D,W)
4. Terdapat rencana peningkatan pengetahuan dan keterampilan staf yang terlibat dalam
perencanaan dan perbaikan mutu sesuai dengan peran masing masing (D,W0

1. Dilakukan pengumpulan data hasil pengukuran indikator mutu, menggunakan


metode dan teknik statistik sesuai kebutuhan (D,W)

2, Dilakukan Validasi data hasil pengumpulan, pengukuran indikator sebagaimana


diminta pokok pikiran (D,O,W)

3. Terdapat analisis data yang dilakukan melalui kaji banding seperti yang disebutkan
dalam pokok pikiran dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Puskesmas untuk tindak
lanjut perbaikan (D,W)
1.        Dilakukan identifikasi dan analisis risiko yang sudah terjadi dalam area KMP,
UKM, dan UKPP yang dituangkan dalam register risiko. (D,W)

2.        Dilakukan identifikasi dan analisis potensi risiko yang belum terjadi dalam area
KMP, UKM, dan UKPP yang dituangkan dalam Identifikasi Proses Berisiko Tinggi (D,W)

1.     Program manajemen risiko disusun berdasar analisis kejadian yang sudah terjadi
dan hasil identifikasi proses berisiko tinggi dan menjadi bagian terintegrasi dalam
perencanaan Puskesmas (D, W)

2.     Dilakukan penatalaksanaan risiko berupa strategi reduksi dan mitigasi risiko dan
pemantauan pelaksanaan tata laksana terkait keasehatan dan kesehatan kerja sarana
prasarana dan infeksi (D,W)
3.     Dilakukan pelaporan hasil program manajemen risiko, dan rencana tindak lanjut
risiko yang telah diidentifikasi. (D, W)

4. Ada bukti Puskesmas telah melakukan dan menindak lanjuti failure mode effect
analysis (analisis efek modus kegagalan) setahun sekali pada proses berisiko tinggi yang
diprioritaskan (D,W

1.        Dilakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan prosedur diagnostik, tindakan


pemberian obat, dan pemberian imunisasi dan pemberian diit, sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan. (D,O,W)

2.        Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi khusus seperti disebutkan
pada pokok pikiran (D,O,W)

1, Pemberian perintah secara verbal ditulis lengkap dan dibaca ulang oleh penerima
perintah serta di konfirmasikan oleh pemebrian perintan (D,W)
2.        Pelaporan kondisi pasien, dan pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan
laboratorium di tulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan di konfirmasi oleh
pemberi pesan dilakukan sesuai prosedur, dan dicatat dalam rekam medis termasuk
identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium di laporkan
D,O,W,S)

3.        Proses komunikasi serah terima pasien yang memuat hal-hal kritial dilakukan
secara konsisten sesuai dengan prosedur, metoda, dan menggunakan form yang
dibakukan (D,O,W,S)

1.        Disusun daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau rupa
mirip serta dilakukan pelabelan obat dan penataan obat yang perlu diwaspadai dan obat
dengan atau rupa yang mirip sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang di susun
(D,O,W)

2.        Dilakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan


psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high alert). (D, W)
1.        Dilakukan penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh
pemberi pelayanan yang akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan. (O,W)

2.      Dilakuakn verifikasi sebelum operasi/ tindakan medis untuk memastikan


prosedur telah dilakukan dengan benar (D,O,W)

3.        Dilakukan time-out sebelum operasi/ tindakan medis, untuk memastikan benar
identifikasi pengguna layanan, benar prosedur, benar sisi, persetujuan tindakan medis,
dan konfirmasi bahwa proses verifikasi sudah lengkap dilakukan dengan mencatat
waktunya. (D,O,W)

1.        Dilakukan penapisan pasien dengan risiko jatuh sesuai dengan kebijakan dan
prosedur serta dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada pengguna layanan (O,W,S)

2.        Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk mengurangi risiko terhadap situasi
dan lokasi yang diidentifikasi berisiko terjadi pengguna layanan jatuh (D, O, W).
1.        Dilakukan pelaporan jika terjadi insiden sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan ke Tim keselamatan pasien yang disertai dengan analisis dan investigasi
insiden, serta tindak lanjut terhadap insiden (D,W)

2.        Dilakukan pelaporan ke Komite Nasional Keselamatan Pengguna layanan (KNKP)


terhadap insiden, analisis, dan tindak lanjut sesuai kerangka waktu yang ditetapkan (D)

1.        Dilakukan identifikasi dan pelaporan perilaku yang tidak mendukung budaya
keselamatan / "tidak dapat diterima" dan upaya perbaikannya (R,D,O,W)

2.        Dilakukan edukasi tentang mutu klinis dan keselamatan pasien pada semua
tenaga kesehatan pemberi asuhan. R,(D,W)
1.        Puskesmas menyusun rencana dan melaksanakan program PPI secara
komprehensif dalam penyelenggaraan pelayanan di puskesmas. (R, D, O)
Rujukan PMK 27/2017 ttg Pedoman PPI di fasilitas Kesehatan .

2.        Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan


program PPI dengan menggunakan indikator yang ditetapkan. (D, W)
1.        Dilakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan di Puskesmas. (O,W)

2.        Disusun dan dilaksanakan strategi untuk meminimalkan risiko infeksi terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas dan dipastikan ketersediaan a sp g di
dalam pokok pikiran . (D,W)

1, Terdapat bukti penerapan dan pemantauan prinsip prinsip kewaspadaan standar


sesuai pokok pikiran huruf a sp i sesuai prosedur yang ditetapkan (D,O,W)

2, Bila ada pengelolaan pada pokok pikiran huruf f sampai dengan h yang dilaksanakan
oelh pihak ketiga, Puskesmas harus memastikan standar mutu diterapkan oleh pihak
ketiga sesuai ketentuan peraturan perundang undangan (D,W)
1. Dilakukan edukasi kebersihan Tangan pada tenaga medis, tenaga kesehatan, seluruh
karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga pasien (D,W)

2. Perlengkapan dan peralatan untuk kebersihan tangan tersedia di tempat pelayanan


(D,O)

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan kebersihan tangan (D,W)

1.        Dilakukan identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan melalui transmisi airborne
dan prosur atau tindakan yang menimbulakan aerosolisasi yang dilayani di Puskesmas
serta upaya pencegahan penularan infaeksi melalui transmisi airborne dengan
pemakaian APD, penataan ruang periksa, penempatan pasien, maupun transfer pasien
sesuai dengan regulasi yang disusun . (D,O,W)

2.        Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan terhadap
pelaksanaan penataaan ruang periksa, penggunaan APD, penempatan pasien, transfer
pasienuntuk mencegah transmisi infeksi (D.O.W)
1.        Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya outbreak infeksi baik yang terjadi
di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas. (D,W)

2.        Jika terjadi outbreak infeksi, dilakukan penanggulangan sesuai dengan kebijakan
, panduan,protokol kesehatan dan prosedur yang disusun serta dilakukan evaluasi dan
tindak lanjut tentang pelaksanaan penanggulangan sesuai dengan regulasi yang disusun
(D.W)
R

1. SK Ka PKM ttg Penetapan tim Mutu beserta uraian tugasn Tim Mutu termasuk
Program Mutu , Keselamatan Pasien , Manajemen Risiko

Ada SK Ka PKM tentang Indikator Mutu Prioritas (IMPP). Ada SK Ka PKM ttg indikator
Nasional Mutu (INM). Ada
SK ka PKM ttg Indikator Mutu sasaran Keselamatan Pasien (SKP) .

Ada SK Ka PKM ttg Indikator PPI ,

Ada indikaotor Mutu pelayanan Kesehatan di Puskesmas berdasarkan Regulasi


dan berdasarkan tujuan .
Ada SOP Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan obat Psikotropika dan Narkotika
Ada SOP Pengkajian Risiko Jatuh
Ada SK Ka PKM ttg dan SOP ttg keselamatan Pasien

Ada SK Ka PKM ttg Standar Perilaku yang mendukung Budaya Keselamatan, Perilaku
yang tidak boleh
Ada SOP tentang Pelaporan jika Mengalami Perlakuan Yang tidak
sesuai.
Catatan :Perilaku yang semestinya
dilakukan :

1, Sikap, Perilaku, ucpan yang menghargai pasien dan rekan kerja.

2. Kerjasama dengan rekan kerja

3.
Menghargai dan menghormati hak hak pasien.

4. bekerjasama untuk menyelaesaikan konflik dan


musyawarah
5. Melayani
pasien tanpa membedakan suku, ras ,agama dan keyakinan
Ada KAK Kegiatan Pendidikan
6, bekerja danprofesional
secara Pelatihan atau Workshop
sesuai Mutu dan
dengan standar danKeselamatan
kode etik
Pasien
7, Menjaga kerahasiaan pasien

8, Sikap dan perilaku yang mematuhi peraturan perundangundangan dan tata


tertib,
9 Melaporkan jika melakukan tindakan yang
berakibat terjadinya insiden keselamatan,
10, melaporkan
jika menjumpai kejadian atau kondisi yang berisiko terjadi insiden keselamatan
1. SK Ka PKM ttg penetapan struktur organisasi PPI, dan tupoksinya,

2 SK Ka PKM ttg Program PPI dan indikator dengan


tolok ukur yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan program PPI FKTP :
ISK,Plebitis,IDO,KIPI,Abses Gigi-
Regulasi di PKM :

a. SK tentang penerapan kewaspadaan


standar.

b. KAK Program PPI.

c. SOP Kebersihan Tangan,

d. SOP penggunaan APD,

e. SOP penyuntikan yang aman,

f. SOP penggunaan peralatan perawatan pasien,

g. SOP Pengendalian kesehatan


lingkungan,

h. SOP Penanganan Limbah infeksius dan non infeksius : benda tajam, dan
jarum, darah dan komponen darah
i. SOP pemrosesan peralatan pasien dan
penatalaksanaan linen dan laundry.
j.SOP
kesehatan karyawan,

k, SOP penempatan Pasien.

l.
SOP Hygiene respirasi/etika batuk,

m, SOP tertususk jarum .

n.SOP single use reuse


Ada dokumen SOP Kebersihan tangan
D

1.Tersedia kebijakan dan prosedur serta pedoman Program kegiatan Puskesmas dalam
hal 1) peningkatan mutu, 2) keselamatan pengguna layanan, 3) manajemen risiko, 4)
dan pencegahan dan pengendalian

2. Bukti : Hasil pemantauan dilakukan penilaian keseuaian dengan target untuk


disusun RTL perbaikan mutu,
Ada bukti Pertemuan evaluasi yang dapat dilakukan pada
pertemuan RTM maupun Lokmin LP

2.Bukti dokumen Pengumpulan dan analisis capaian Indikator mutu dan sasaran
keselamatan pasien
Ada bukti dilakukan evaluasi terhadap upaya peningkatan mutu berdasarkan hasil
analisis capaian Indikator mutu
Ada dokumen rencana peningkatan pengetahuan dan keterampilan Tim Mutu untuk
pelatihan dsb

Ada Bukti Pengumpulan data indikator mutu baik melalui aplikasi maupun manual

Ada bukti
dilakukan analisis validasi data (melihat trend dari waktu ke waktu)

2. Bukti : Validasi Data hasil pengukuran indikator

ada bukti dilakukan analisis data dan melihat trens dari waktu ke waktu
Ada Dokumenregister risiko pelaksanaan UKM dan UKP

ada Dokumen bukti dilakuka identifikasi dan analisis risiko dan potensi risiko

1.Tersedia   Program manajemen risiko disusun berdasar analisis kejadian yang sudah
terjadi dan hasil identifikasi ekjadian --> RUK

Ada dokumen dilakukan mitigasi, reduksi dan pemantauan


ada dokumen dilakukan FMEA

Ada bukti dokumen hasil program MR dan Tindak lanjut

Ada dokumen BUKTI : Dilakukan identifikasi termasuk pengukuran INM kepatuhan


identifikasi pasien sesuai prosedur.

2.Bukti :   Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi khusus ( pengguna


layanan tidak mempunyai identitas, atau mempunyai nama sama, pengguna layanan
dengan penurunan kesadaran, tidak dapat menyebutkan nama, dan tidak memiliki
kartu identitas, dilakukan cara identifikasi yang tepat supaya tidak terjadi salah
pengguna layanan

1.BUKTI : Dilakukan edukasi komunikasi efektif kepada tenaga kesehatan pemberi


asuhan (pelatihan, lokakrya, on the job training atau bentuk lain yang dianggap efektif
transfer skill dan pengetahuan terhadap peningkatan kompetensi karyawan dalam
melakukan komunikasi efektif
2. BUKTI : dokumentasikan dalam rekam medis Penyampaian nilai kritis hasil
pemeriksaan laboratorium ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan
dikonfirmasi oleh pemberi pesan dilakukan sesuai prosedur, dan dicatat dalam rekam
medis termasuk identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium
dilaporkan serta informasi

3.TERSEDIA : FORM BAKU serah terima pengguna layanan yang memuat hal-hal kritial
dilakukan secara konsisten sesuai dengan prosedur, metoda, dan menggunakan ( berisi
informasi kritikal yang harus disampaikan antara lain: tentang status/kondisi pengguna
layanan, pengobatan, rencana asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan, adanya
perubahan status/kondisi pengguna layanan yang signifikan, dan keterbatasan maupun
risiko yang mungkin dialami oleh pengguna layanan.)

1.TERSEDIA : Daftar daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau
rupa mirip serta dilakukan pelabelan obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama
atau rupa mirip sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun

2.BUKTI : pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan


psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high alert
Ada bukti proses verifikasi sebelum tindakan dilakukan sesuai dengan kebijakan

BUKTI : DILAKUKAN time-out sebelum operasi/ tindakan medis, untuk memastikan


benar identifikasi pengguna layanan, benar prosedur, benar sisi, persetujuan tindakan
medis, dan konfirmasi bahwa proses verifikasi sudah lengkap dilakukan dengan
mencatat waktunya

2.BUKTI : evaluasi dan tindak lanjut untuk mengurangi risiko terhadap situasi dan
lokasi yang diidentifikasi berisiko terjadi pengguna layanan jatuh (
1Ada bukti laporan jika terjadi insiden sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
ke Tim keselamatan pengguna layanan yang disertai dengan analisis dan investigasi
insiden, serta tindak lanjut terhadap insiden (Form) dan aplikasi Laporan IKP Puskesmas

2,BUKTI : pelaporan ke Komite Nasional Keselamatan Pengguna layanan (KNKP)


terhadap insiden, analisis, dan tindak lanjut sesuai kerangka waktu yang ditetapkan
Bukti RCA

Ada bukti penyusunan Standar Perilaku (GAUN).

Ada Form pelaporan Perilaku yang tidak sesuai

Ada Tindak
Lanjut Laporan Perilaku Yang tidak Sesuai
Ada bukti Pelaksanaan Diklat atau Workshop Mutu dan Keselamatan Pasien.

Ada bukti Cara Pelaporan insiden

Ada
Dokeumen Budaya Perilaku Keselamatan Pasien
Ada dokumen bukti proses penyusunan sampai dengan penyusunan RUK,RPK PPI
menjadi bagian yang terintegrasi dengan rencana puskesmas (analisa situasi,
Rensra,RUK,RPK, pelaksanaan program dengan memperhatikan
SDM,SARPRAS,Peralatan, Kefarmasian, Lab )
Ada bukti Pelaksanaan Program PPI di PKM
Ada bukti melakukan komunikasi dan koordinasi dalam pelaksanaan dengan LP,LS,
masyarakat , sasaran pelayanan (GAUN),

2. Bukti :  monitoring kegiatan PPI (Audit, ICRA) analisis terhadap capaian indikator PPI
dan evaluasi , RTL dan TL serta bukti pelaporan
Ada Dokumen ICRA Program (Infection control Risk Assesment : Kajian Risisko infeksi
mencakup : Risiko terkait prosedur peklayanan, Risiko terkait data hasil surveilans Hais,
Risisko terkait hasil Audit Kepatuhan, Risisko terkait pelayanan penunjang dll

2. Bukti ; Pembuatan strategi untuk meminimalkan risiko infeksi terkait dengan


penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas dengan memastikan setidaknya a) sampai g)
di dalam pokok pikiran. ( identifikasi dan kajian pemberian asuhan yang memiliki risiko
infeksi terhadap pengguna layanan, pengunjung, dan petugas termasuk penunjang
layanan )

Ada bukti dokumen dilakukan kewaspadaan standar (Kebersihan tangan, APD,


Penyuntikan yang aman, Kebersihan pernafasan/etika batuk, kesehatan petugas,
pengendalian lingkungan, Pengendalian Limbah, manajemen Linen, Penempatan Pasien,
Pengelolaan alkes ) dan kewaspadaan transmisi oleh petugas , pasien dan pengunjung .
Ada bukti dilakukan pemantauan pelaksanaan kewaspadaan standar dan kewaspadaan
transmisi

Ada bukti dokumen kerja sama dengan pihak ketiga yg mempunyai standar mutu yang
diterapkan sesuia peraturan perundang undangan
1, Ada Tersedia Banner/Poster/leaflet tentang edukasi kebersihan tangan

2. Tersedia Instrumen Audit kepatuhan Kebersihan


tangan .
3. Instrumen
Monitoring Keengkapan fasilitas kebersihan Cuci tangan.

4. Bukti pelaksanaan edukasi kebersihan tangan yang dilakukan di


Puskesmas dan wilayah kerja Puskesmas.
5 Ada bukti hasil audit
kepatuhan kebersihan tangan

Tersedai Saran dan Prasarana mencui tangan

Ada dokumen inventaris penyedian sarana dan prasarana Cuci tangan

Ada dokumen /instrumen penilaian kebersihan tangan lima momen.

Ada dokuman dilakukan monitoring kelengkapan


fasilitas kebersihan tangan (instrumen )

Ada bukti dokumen identifikasi penyakit infeksi terutama saat penerimaan pasien di
Puskesmas , Ada dokumen Alur Penatalaksanaan Pasien Infeksius

Ada BUKTI Monitoring dan tindak lanjut dari pemantauan pencegahan transmisi infeksi
1.Ada dokumen bukti identifikasi kemungkinan terjadinya outbreak infeksi baik yang
terjadi di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas dengan membuat Skema
penetapan diagnosis KLB . Ada bukti penatalaksanaan kejadian outbreak infeksi

Ada bukti Monitoring dan tindak lanjut dari penanggulangan kejadain outbreak infeksi
O
0
nama lengkap tanggal lahir, atau nomor rekam medis,)

cara mengindetifikasi pada kondisi khusus


OBSERVASI : REKAM MEDIS

OBSERVASI : CARA SERAH TERIMA

high alert - look alike and sound alike di farmasi


1.penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh pemberi pelayanan yang
akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

TATA CARA penapisan pengguna layanan dengan risiko jatuh sesuai dengan kebijakan
dan prosedur serta dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada pengguna layanan

LAKUKAN OBSERVASI
identifikasi dan pelaporan perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan / "tidak
dapat diterima" dan upaya perbaikannya
pelaksanaan PPI di tiap 2 unit ;pelayanan
observasi di lapangan
observasi dari a1 sp 5 dan tersedia sarana dan prasarana mencuci tangan , air mengalir,
sabun

tersedia sarana dan prasarana cuci tangan baik wastafel dan hand Rub beserta poster
tatalaksana cuci tangan 6 langkah

Ada Alur Penatalaksanaan Pasien infeksius berdasarkan transmisi:

Transmis Kontak :
Kamar tersendiri,alur pasien tidak perlu khusus,Penanganan Udara khusus tidak
ada,APD sarung tangan dan gaun
Transmisi Droplet : kamar tersendiri atau kohorting, Jarak pasien > 1m, Pintu kamar
boleh terbuka, Alur pasien tidak perlu khusus, Penanganan Udara tidak ada, APD
masker bedah.

Transmisi udara/airborne :
kamar tersendiri tidak memungkinkan kohorting, Tekanan negatif atau ventilasi
alamiah, Pintu kamar selalu tertutup, Alur pasien tersendiri, APD, Pasien pakai masker
bedah, petugas memakai N95 jika melakukan tindakan menghasilkan aerosol
1. outbreak karena hubungan antara masalah ?
Peningkatan Kasus ?
2. Diagnosis
berdasarkan manifestasi Klinis , hasil laboratorium.

Penanganan :

1. Tindakan
Pencegahan langsung : Profilaksisi,Iso;asi, Peringatan publik, Tindakan Higiene.

2 Investigasi : Etiologi agent, Modus penularan,Cara Penularan, Sumber


kontaminasi, Populasi berisiko, Sumber paparan
W
WWCR CARA MENGIDENTIFIKASI PENGGUNA

cara mengindetifikasi pada kondisi khusus

WWCR : PROSES EDUKASI


WWCR

WWCR

wwcr dengan petugas farmasi ttg high alert - look alike and sound alike di farmasi

wwcr dengan petugas farmasi ttg pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-
obatan psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high alert
WWCR : PROSEDUR penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh
pemberi pelayanan yang akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan.

WWCR : PROSEDUR TIME OUT

TATA CARA penapisan pengguna layanan dengan risiko jatuh sesuai dengan kebijakan
dan prosedur serta dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada pengguna layanan
1.identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait dengan penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmas. (O,W)
wawancara dr a sd e

WWCR ;prinsip 2 PPI


S
SIMULASI

SIMULASI
TATA CARA penapisan pengguna layanan dengan risiko jatuh sesuai dengan kebijakan
dan prosedur serta dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada pengguna layanan
Standar Substandar

1.1

1.1.1

1.1.2

1.1.3

1.2.1

1.2.2
1.3

1.3.1

1.3.2

1.3.3.

1.3.4.

1.3.5

1.4

1.4.1

1.42

1.4.3

1.4.4

1.5

1.5.1
1.5.2

1.5.3

1.5.4

1.5.5

1.5.6

1.6

1.6.1

1.6.2

1.6.3

1.7

1.7.1

1.6.3
1.6.4

1.6.5

1.6.6

1.6.7

1.6.8

1.6.9

1.6.10
1.6.11

1.7.1

1.8

1.8.1

1.8.2

1.8.3
1.8.4
Kriteria
Bab 1.
Perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dilakukan secara
terpadu yang berbasis wilayah kerja Puskesmas bersama dengan lintas program
dan lintas sektor serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Perencanaan Puskesmas mempertimbangkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai,
analisis kebutuhan masyarakat, analisis peluang pengembangan pelayanan, serta
analisis risiko pelayanan termasuk umpan balik dari Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota.

Jenis-jenis pelayanan yang disediakan ditetapkan berdasarkan visi, misi, tujuan,


dan tata nilai, analisis kebutuhan masyarakat, analisis peluang pengembangan
pelayanan, analisis risiko pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dituangkan dalam perencanaan. . (lihat juga PMP 5.1; dan PMP 5.2 )

Perencanaan Puskesmas disusun berdasarkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai
Puskesmas, analisis peluang pengembangan pelayanan, analisis risiko pelayanan,
capaian kinerja dan analisis kebutuhan masyarakat termasuk umpan balik dari
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota yang diselaraskan dengan rencana
strategis Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota yang disusun secara terpadu
yang berbasis wilayah kerja Puskesmas serta dapat direvisi sesuai dengan capaian
kinerja dan apabila ada perubahan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Peluang perbaikan dan pengembangan dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas


diidentifikasi dan dianalisis sebagai dasar dalam perencanaan.
Pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus memperhatikan kemudahan akses
pengguna layanan
Puskesmas mudah diakses oleh pengguna layanan untuk mendapat pelayanan
sesuai kebutuhan, mendapat informasi tentang pelayanan, dan untuk
menyampaikan umpan balik

Masyarakat sebagai pengguna layanan, seluruh tenaga Puskesmas dan lintas sektor
mendapat informasi yang memadai tentang jenis-jenis pelayanan dan kegiatan-
kegiatan Puskesmas serta masyarakat memanfaatkan pelayanan sesuai kebutuhan.

Masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan, dan


untuk menyampaikan umpan balik terhadap pelayanan. (Lihat juga KMP : 1.8.3 dan
UKM : 2.2.1; 2.2.2; 2.9.5; 2.9.6)
1.3 Tata kelola organisasi Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
Tata kelola organisasi Puskesmas meliputi struktur organisasi, pengendalian
dokumen, pengelolaan jaringan dan jejaring, manajemen data dan informasi
serta penyelenggaran pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Struktur organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas, wewenang, tanggung jawab,


dan tata hubungan kerja.
Kebijakan, pedoman/panduan, kerangka acuan dan prosedur terkait pelaksanaan
kegiatan disusun, didokumentasikan, dan dikendalikan, serta dokumen bukti
pelaksanaan kegiatan dikendalikan.
Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan di wilayah kerja
dikelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kepada
masyarakat.
Adanya jaminan ketersediaan data dan informasi melalui terselenggaranya sistem
manajemen data dan informasi di Puskesmas .
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Ketenagaan Puskesmas harus dikelola sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan perlu memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

Tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) dengan jumlah, jenis, dan kompetensi sesuai
kebutuhan dan jenis pelayanan yang disediakan.
Setiap karyawan mempunyai uraian tugas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
tugas maupun penilaian kinerja.
Setiap karyawan mempunyai dokumen (file) kepegawaian yang lengkap dan
mutakhir.
1.4.4 Karyawan baru dan alih tugas wajib mengikuti orientasi agar memahami dan
mampu melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Manajemen sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas, dan


keselamatan dan keamanan lingkungan Puskesmas dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas, dan keselamatan lingkungan
dikelola dalam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan dikaji dengan memperhatikan
manajemen risiko.

Disusun dan diterapkan rencana program Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan


(MFK) yang meliputi keselamatan dan keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan
limbah berbahaya, manajemen bencana, pengamanan kebakaran, alat kesehatan,
dan sistem utilisasi
Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya
beracun serta pengendalian dan pembuangan limbah bahan berbahaya beracun
dilakukan berdasarkan perencanaan yang memadai dan ketentuan perundang-
undangan.
Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan mengevaluasi program
tanggap darurat bencana internal dan eksternal
Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan melakukan evaluasi
program pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran termasuk sarana
evakuasi.
Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan alat kesehatan yang
dapat digunakan setiap saat.
Puskesmas menyusun dan melaksanakan program untuk memastikan semua
prasarana atau sistem utilisasi berfungsi dan mencegah terjadinya
ketidaktersediaan, kegagalan, atau kontaminasi.
Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan secara periodik.
Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian
dengan rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat,
maka dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dapat berupa
pemantauan, supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.

Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja dengan menggunakan


indikator kinerja yang ditetapkan sesuai dengan jenis pelayanan yang disediakan
dan kebijakan pemerintah.
Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor dilakukan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur.
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan pengawasan, pengendalian
kinerja, dan kegiatan perbaikan kinerja melalui audit internal yang terencana sesuai
dengan masalah kesehatan prioritas, masalah kinerja, risiko, maupun rencana
pengembangan pelayanan
Peran Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan Puskesmas melalui Akreditasi
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap Puskesmas mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan pembinaan dan


pengawasan terhadap Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dalam rangka perbaikan kinerja
Puskesmas
Adanya peraturan internal yang mengatur tata tertib dan perilaku dalam
pelaksanaan kegiatan Puskesmas sesuai dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai
Puskesmas (lihat juga KMP : 1.1.1)
Kepala Puskesmas melaksanakan komunikasi internal, pengarahan, koordinasi,
perbaikan dan umpan balik dalam pelaksanaan kegiatan dan upaya pencapaian
indikator kinerja sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan,
kualitas kinerja, dan penggunaan sumber daya

Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab upaya mendelegasikan wewenang


manajerial apabila meninggalkan tugas.
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab upaya membina tata hubungan kerja
dengan pihak terkait lintas sektoral.
Kebijakan, pedoman/panduan, kerangka acuan dan prosedur terkait pelaksanaan
kegiatan disusun, didokumentasikan, dan dikendalikan, serta dokumen bukti
pelaksanaan kegiatan dikendalikan.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan di puskesmas dipandu oleh dengan kebijakan,
pedoman/ panduan/ kerangka acuan, dan prosedur.
Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan di wilayah kerja
dikelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kepada
masyarakat.
Kepala Puskesmas melaksanakan manajemen keuangan
Adanya jaminan ketersediaan data dan informasi melalui terselenggaranya sistem
manajemen data dan informasi di Puskesmas .
Kerjasama/Kontrak Pihak Ketiga Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan
Peraturan Perundangan-undangan.
Jika sebagian kegiatan dikerjasamakan/dikontrakkan kepada pihak ketiga, Kepala
Puskesmas memastikan bahwa pihak ketiga memenuhi standar yang ditetapkan

Adanya dokumen kerjasama/kontrak yang jelas dengan pihak ketiga yang


ditandatangani oleh para pihak dengan spesifikasi pekerjaan yang jelas dan
memenuhi standar yang berlaku
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian kerja secara periodik
Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian
dengan rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat,
maka dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dapat berupa
pemantauan, supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.

Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja dengan menggunakan


indikator kinerja yang ditetapkan sesuai dengan jenis pelayanan yang disediakan
dan kebijakan pemerintah. ( Lihat juga KMP : 1.1.1 ; dan 1.1.5 ; UKM : 2.7.1 dan
2.7.2)
Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor dilakukan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur (lihat juga KMP : 1.8.1)
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan pengawasan, pengendalian
kinerja, dan kegiatan perbaikan kinerja melalui audit internal yang terencana sesuai
dengan masalah kesehatan prioritas, masalah kinerja, risiko, maupun rencana
pengembangan pelayanan (lihat juga KMP : 1.8.1)
Dilakukan tinjauan manajemen secara periodik yang bertujuan untuk meninjau dan
menilai efektivitas sistem manajemen untuk ditindaklanjuti dengan perbaikan (lihat
juga 1.8.1)
Standar Standar Substandar

2.1 2.1

2.1.1

2.1.2

2.1.1.       

2.1

2.2.1

2.2
2.2.2.

2.3

2.3.1.      

2.4.   

2.4.1.       

2.5.  

2.5.1.   

2.5.2.     

2.5.3.   

2.6.   
2.6.1.    
2.6.2.      
2.6.3. 
2.6.4.  
2.6.5   
2.7

2.7.1         

2.8.   

2.8.1

2.8.2. 

2.8.3.  

2.8.4.   
Kriteria

BAB 2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang berorientasi


pada upaya promotif dan preventif sesuai prinsip five level prevention
Perencanaan pelayanan UKM dilaksanakan secara terpadu.

Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara terpadu berbasis


wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan analisis kebutuhan masyarakat, data hasil penilaian kinerja
Puskesmas termasuk memperhatikan hasil pelaksanaan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) dan capaian target Standar
Pelayanan Minimal (SPM) daerah Kabupaten/Kota.

Perencanaan pelayanan UKM di Puskesmas disusun secara terpadu berbasis


wilayah kerja Puskesmas berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan harapan
masyarakat, analisis data pencapaian kinerja pelayanan UKM dengan
memperhatikan data PIS PK dan SPM.
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas memuat kegiatan pemberdayaan
masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat, dimana proses kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan difasilitasi oleh
Puskesmas.

  Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Pelayanan UKM terintegrasi lintas


program dan mengacu pada Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas.

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan


UKM memastikan kemudahan akses sasaran dan masyarakat terhadap
pelaksanaan pelayanan UKM Pelayanan UKM Puskesmas mudah diakses
oleh sasaran dan masyarakat, untuk mendapatkan informasi kegiatan serta
penyampaian umpan balik dan keluhan.

Penjadwalan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas disepakati bersama


dengan memperhatikan masukan sasaran, masyarakat, kelompok masyarakat,
lintas program dan lintas sektor yang dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan
rencana.

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan


   

UKM memastikan kemudahan akses sasaran dan masyarakat terhadap


pelaksanaan pelayanan UKM Pelayanan UKM Puskesmas mudah diakses
oleh sasaran dan masyarakat, untuk mendapatkan informasi kegiatan serta
penyampaian umpan balik dan keluhan.
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
memastikan akses sasaran dan masyarakat terhadap informasi, kegiatan
UKM, dan akses untuk menyampaikan umpan balik dan keluhan.

Penggerakan dan Pelaksanaan Pelayanan UKM dilakukan dan


      

dikoordinasikan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor


terkait. Penggerakan dan Pelaksanaan Pelayanan UKM dilakukan sesuai
dengan kebijakan, pedoman/ panduan, prosedur, dan kerangka acuan yang
disusun dan dikoordinasikan melalui forum lokakarya mini bulanan dan
triwulan.
Dilakukan komunikasi dan koordinasi dalam pengelolaan pelayanan UKM
   

Puskesmas.

Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan secara


           

berjenjang agar efisien dan efektif dalam mencapai tujuan yang


ditetapkan. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan secara
berjenjang untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan, menganalisis
penyebab masalah dan merencanakan tindak lanjut.

kegiatan UKM Puskesmas bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan,


  

pencapaian kinerja, pelaksanaan kegiatan UKM, dan penggunaan sumber daya,

Pelaksanaan pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK Pelaksanaan


            

pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK dalam upaya mewujudkan keluarga


sehat dan masyarakat sehat melalui pengorganisasian masyarakat dengan
terbentuknya upaya-upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dan
tatanan-tatanan sehat yang merupakan bentuk implementasi Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan


      

UKM bersama dengan Tim Pembina Keluarga melaksanakan pemetaan dan


intervensi kesehatan berdasarkan permasalahan keluarga sesuai dengan
jadwal yang sudah disepakati.
Intervensi lanjut ditujukan pada wilayah kerja Puskesmas berdasarkan
    

permasalahan yang sudah dipetakan dan dilaksanakan terintegrasi dengan


pelayanan UKM Puskesmas.
Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai bagian
      

dari intervensi lanjut dalam bentuk peran serta masyarakat terhadap


masalah-masalah kesehatan
Penyelenggaraan UKM Esensial Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
           

direncanakan, dilaksanakan dipantau dan dievaluasi


      Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Promosi Kesehatan

    Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Lingkungan

        Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Keluarga.


        Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Gizi.
       Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit
           UKM Pengembangan

Puskesmas melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan sesuai


dengan ketentuan yang berlaku
   Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan direncanakan, dilaksanakan,

dipantau dan dievaluasi.

Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja pelayanan UKM


           

Puskesmas dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan


UKM Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan untuk menilai
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian dengan
rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat.
Pengawasan, pengendalian, penilaian kinerja pelayanan UKM dilaksanakan
dalam bentuk pemantauan dan supervisi pelaksanaan kegiatan pelayanan UKM
dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan UKM.

Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM Puskesmas melakukan


supervisi untuk mengendalikan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas
secara periodik

Penanggung jawab UKM wajib melakukan pemantauan dalam upaya


        

pelaksanaan kegiatan UKM sesuai dengan jadwal yang sudah disusun agar
dapat mengambil langkah tindak lanjut untuk perbaikan.

Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM melakukan upaya perbaikan


       

terhadap hasil penilaian capaian kinerja pelayanan UKM

ilaian kinerja terhadap penyelenggaraan pelayanan UKM dilaksanakan secara


      

periodik untuk menunjukan akuntabilitas dalam pengelolaan pelayanan UKM.


S
Standar Substandar

3.1.             

3.1.1

3.2.        

3.2.1.   

3.3.    

3.1.1.  

3.3.2.   

3.4.  
3.4.1.   

3.4.2.      

3.5.     

3.5.1.

3.6.   

3.6.1      

3.7     

3.7.1      
3.7.2. 
3.8     
3.8.1     

3.9     

3.9.1      

3.9.2   
Kriteria
BAB 3. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan
dan Penunjang (UKPP)
Standar
  Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses
Pendaftaran Pengguna layanan sampai dengan pemulangan
dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan dan
keselamatan.
Proses pendaftaran pengguna layanan memenuhi kebutuhan
dan keselamatan yang didukung oleh sarana, prasarana dan
lingkungan.

Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari pendaftaran


dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan pengguna layanan, serta mempertimbangkan hak
dan kewajiban pengguna layanan, keluarga dan petugas.
informasi tentang pendaftaran dan fasilitas rujukan tersedia
pada waktu pendaftaran.

       Pengkajian, Rencana Asuhan, dan Pemberian Asuhan


dilaksanakan secara paripurna.

Kajian pengguna layanan dilakukan secara paripurna untuk


mendukung rencana dan pelaksanaan pelayanan oleh petugas
kesehatan profesional dan/atau tim kesehatan antar profesi
yang digunakan untuk menyusun keputusan layanan klinis.
Pelaksanaan asuhan dan pendidikan pengguna
layanan/keluarga dilaksanakan sesuai rencana yang disusun,
dipandu oleh kebijakan dan prosedur, dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku

        Proses kajian awal dilakukan secara paripurna,


mencakup berbagai kebutuhan dan harapan pengguna
layanan/keluarga.
           Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan
segera sebagai prioritas pelayanan.

         Pengguna layanan gawat darurat diberikan prioritas


untuk asesmen sebagai bentuk pelaksanaan triase.

        Pelaksanaan layanan bagi pengguna layanan gawat


darurat dan/ atau berisiko tinggi lainnya dipandu oleh
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
             Pelayanan anastesi lokal dan tindakan di
Puskesmas dilaksanakan sesuai standar.
Tersedia pelayanan anestesi lokal dan tindakan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna layanan
           Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan
sesuai standar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
        Pelayanan tindakan medis di Puskesmas direncanakan
dan dilaksanakan memenuhi standar dan ketentuan
peraturan perundang-undangan
          Terapi gizi dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pengguna layanan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Terapi gizi diberikan sesuai dengan status gizi pengguna
layanan secara regular, sesuai dengan rencana asuhan, umur,
budaya dan bila dimungkinkan pilihan menu makanan.
Pengguna layanan berperan serta dalam perencanaan dan
seleksi makanan
           Pemberian terapi gizi sesuai dengan status gizi
pengguna layanan dan konsisten dengan asuhan klinis
tersedia secara reguler.

            Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan


dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan

Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan dilakukan


dengan prosedur yang tepat. Jika pengguna layanan
memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain, rujukan
dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi pengguna layanan ke
sarana pelayanan lain diatur dengan kebijakan dan prosedur
yang jelas.
      Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan yang
bertujuan untuk kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur
yang baku
            Rujukan
Rujukan dilaksanakan apabila pengguna layanan memerlukan
penanganan yang bukan merupakan kompetensi dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama
      Terdapat kebijakan dan prosedur rujukan yang jelas
          Dilakukan tindak lanjut terhadap rujukan balik dari
FKRTL
            Penyelenggaraan Rekam Medis
Puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis yang berisi
data dan informasi asuhan pengguna layanan yang dibutuhkan
untuk pelayanan pengguna layanan, dan dapat diakses oleh
petugas kesehatan pemberian asuhan, manajemen dan pihak di
luar organisasi yang diberi hak akses terhadap rekam medis
untuk kepentingan pengguna layanan, asuransi, sesuai
peraturan perundang-undangan.

       Tata kelola penyelenggaraan rekam medis dilakukan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

           Penyelenggaraan Pelayanan laboratorium dan


kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pelayanan Laboratorium dan kefarmasian dilaksanakan sesuai


dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

      Pelayanan laboratorium dikelola sesuai dengan kebijakan


dan prosedur yang ditetapkan.
        Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan.
W
S
Standar Substandar
4.1

4.1.  

4.1.1.    

4.2.    

4.2.1.       

4.3

4.3.1.       

4.4

4.4.1.      

4.5. 
4.5.1.    
Kriteria
BAB 4 Program Prioritas Nasional (PPN)
Program Prioritas Nasional dilaksanakan melalui integrasi pelayanan UKM dan
UKP sesuai dengan prinsip five level prevention
             Pencegahan dan Penurunan Stunting

Puskesmas melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting beserta


pemantauan dan evaluasinya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pencegahan dan penurunan stunting direncanakan, dilaksanakan, dipantau


      

dan dievaluasi dengan melibatkan lintas program, lintas sektor dan


pemberdayaan masyarakat.
Penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian neonatus
          

(AKN).

Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan


ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan, pelayanan
kesehatan bayi baru lahir beserta pemantauan dan evaluasinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

   Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan


kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan,
pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi

Program imunisasi direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi


   

dalam upaya peningkatan capaian cakupan dan mutu imunisasi.

       Program Penanggulangan Tuberkulosis

Puskesmas memberikan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulai dari


penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus terdiri
dari pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya untuk
memutus mata rantai penularan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Puskesmas melaksanakan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulai


    

dari penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus terdiri
dari pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya.

              Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya


Puskesmas melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular utama yang
meliputi hipertensi, diabetes mellitus, kanker payudara dan leher rahim,
Pengguna layanan Rujuk Balik (PRB) Penyakit Tidak Menular (PTM) dan penyakit
katastropik lainnya sesuai kompetensi di tingkat primer, serta penanganan
faktor risiko PTM.
Program pengendalian penyakit tidak menular dan faktor resikonya
      

direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan ditindaklanjuti dalam upaya


pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.
R D
O W
S
Standar Substandar Kriteria
BAB 5. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
5.1                 Peningkatan Mutu dilaksanakan secara
5.1.
berkesinambungan
Peningkatan mutu dilakukan melalui upaya perbaikan
berkesinambungan, upaya keselamatan pengguna layanan,
upaya Manajemen risiko dan upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi untuk meminimalkan risiko bagi
pengguna layanan, sasaran UKM, masyarakat, dan
lingkungan.
  Kepala Puskesmas menetapkan Tim dan Program
5.1.1.
Peningkatan Mutu Puskesmas

       Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi


tanggung jawab mutu dan keselamatan pengguna layanan
5.1.2 berkomitmen untuk membudayakan peningkatan mutu
secara berkesinambungan melalui pengelolaan indikator
mutu.

Dilakukan analisis data dalam upaya perbaikan dan


5.1.4
peningkatan mutu pelayanan
5.1.5. Peningkatan Mutu dicapai dan dipertahankan.
5.2                 Program manajemen risiko berkelanjutan
digunakan untuk melakukan identifikasi, analisa dan
penatalaksanaan risiko untuk mengurangi cedera, dan
5.2.
mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pengguna
layanan, staf dan sasaran pelayanan UKM serta
masyarakat.

Upaya manajemen risiko dilaksanakan melalui sebuah


kerangka kerja manajemen risiko yang dilaksanakan dalam
Proses manajemen risiko yang mencakup : identifikasi,
analisis, penatalaksanaan risiko dan monitor perbaikannya.

   Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya


Puskesmas terhadap pengguna layanan, keluarga,
5.2.1.
masyarakat, petugas, dan lingkungan diidentifikasi,
dianalisis dan dilakukan penatalaksanaannya
  Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya Puskesmas
terhadap pengguna layanan, keluarga, masyarakat,
5.2.2.
petugas, dan lingkungan yang telah diidentifikasi dianalisis
dan ditindak lanjuti.

Sasaran Keselamatan Pengguna layanan diterapkan


5.3
dalam Upaya Keselamatan Pengguna layanan
Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran
keselamatan pengguna layanan sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan
  Proses Identifikasi pengguna layanan dilakukan dengan
5.3.1.
benar.

    Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi


5.3.2
dalam pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan

      Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-


5.3.3
obat yang perlu diwaspadai ditetapkan dan dilaksanakan

      Proses untuk memastikan tepat pengguna layanan,


tepat prosedur, tepat sisi pada pengguna layanan yang
5.3.4
menjalani operasi/tindakan medis ditetapkan dan
dilaksanakan.
        Proses untuk mengurangi risiko pengguna layanan
5.3.5
jatuh disusun dan dilaksanakan
       Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden
5.4 keselamatan pengguna layanan dan pengembangan
budaya keselamatan

Pelaporan insiden keselamatan pengguna layanan


berhubungan dengan budaya keselamatan di Puskesmas
dan diperlukan untuk mencegah insiden lebih lanjut atau
berulang di masa mendatang yang akan membawa dampak
merugikan yang lebih besar bagi Puskesmas

    Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis, dan


penyusunan rencana penyelesaian masalah, upaya
5.4.1     
perbaikan, dan pencegahan insiden keselamatan pengguna
layanan.
      Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting
dalam memperbaiki perilaku dalam pemberian pelayanan
5.4.2.
yang mencerminkan budaya mutu dan budaya
keselamatan.

              Program pencegahan dan pengendalian infeksi


5.5 dilaksanakan untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya


disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada pengguna layanan,
petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas
kesehatan.
5.5.1            Regulasi dan program pencegahan dan
pengendalian infeksi dilaksanakan oleh seluruh karyawan
5.5.1 Puskesmas secara komprehensif untuk mencegah dan
meminimalkan risiko terjadinya infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan.

        Dilakukan identifikasi prosedur dan pelaksanaan


5.5.2 yang terkait dengan risiko infeksi dengan menerapkan
strategi untuk mengurangi risiko infeksi.

           Kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan


5.5.3
risiko infeksi yang didapat di fasilitas kesehatan.

           Puskesmas mengurangi risiko infeksi yang terkait


dengan pelayanan kesehatan perlu melaksanakan dan
5.5.4 mengimplementasikan program PPI, untuk mengurangi
risiko infeksi baik bagi pengguna layanan, petugas,
keluarga pengguna layanan, masyarakat, dan lingkungan.

         Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi pada


5.5.5 proses pelayanan dan transfer pengguna layanan dengan
penyakit yang dapat ditularkan melalui transmisi air borne

         Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani


5.5.6 outbreak infeksi baik di Puskesmas atau di wilayah kerja
Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai