Anda di halaman 1dari 531

Standar Substandar PENANGGUNG JAWAB

1.1 PJ.KMP

1.1.1
1.1.2
1.1.3

1.2 Feni

1.2.1
1.2.2

1.3 IRA

1.3.1
1.3.2
1.3.3.
1.3.4.
1.3.5
1.4 SUMI

1.4.1

1.42
1.4.3

1.4.4
1.5 OKI & SARAH

1.5.1
1.5.2

1.5.3
1.5.4
1.5.5

1.5.6
1.6 FAJAR

1.6.1
1.6.2
1.6.3
6. Rekomendasi
hasil
pertemuan
tinjauan
manajemen
ditindaklanjuti
dan dievaluasi.
(D)

1.7 FAJAR

1.7.1
1.6.3

1.6.4
1.6.5

1.6.6

1.6.7
1.6.8

1.6.9
1.6.10

1.6.11
1.7

1.7.1

1.8

1.8.1
1.8.2

1.8.3
1.8.4
Kriteria
Perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dilakukan secara terpadu yang
bersama dengan lintas program dan lintas sektor serta sesuai dengan ketentuan peratu
Perencanaan Puskesmas mempertimbangkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai, analis
peluang pengembangan pelayanan, serta analisis risiko pelayanan termasuk umpan b
Kabupaten/ Kota.

Jenis-jenis pelayanan yang disediakan ditetapkan berdasarkan visi, misi, tujuan, d


masyarakat, analisis peluang pengembangan pelayanan, analisis risiko pelayanan, da
undangan yang dituangkan dalam perencanaan. . (lihat juga PMP 5.1; dan PMP 5.2 )
Perencanaan Puskesmas disusun berdasarkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai Puskesm
pengembangan pelayanan, analisis risiko pelayanan, capaian kinerja dan analisis kebut
balik dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota yang diselaraskan dengan rencana s
Kabupaten/ Kota yang disusun secara terpadu yang berbasis wilayah kerja Puskesmas s
capaian kinerja dan apabila ada perubahan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daer
Peluang perbaikan dan pengembangan dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas di
dasar dalam perencanaan.

Pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus memperhatikan kemudahan akses pengguna lay


Puskesmas mudah diakses oleh pengguna layanan untuk mendapat pelayanan sesuai ke
tentang pelayanan, dan untuk menyampaikan umpan balik

Masyarakat sebagai pengguna layanan, seluruh tenaga Puskesmas dan lintas sektor m
tentang jenis-jenis pelayanan dan kegiatan-kegiatan Puskesmas serta masyarakat
kebutuhan.
Masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan, dan untu
terhadap pelayanan. (Lihat juga KMP : 1.8.3 dan UKM : 2.2.1; 2.2.2; 2.9.5; 2.9.6)

1.3 Tata kelola organisasi Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Tata kelola organisasi Puskesmas meliputi struktur organisasi, pengendalian dokumen,
manajemen data dan informasi serta penyelenggaran pelayanan Keselamatan dan Kese

kriteria dan prosedur pendelegasian wewenang terkait dengan besarnya beban dalam
Puskesmas maupun penanggung jawab upaya, agar proses pendelegasian dilakukan den
(pendelegasian wewenang yang dimaksud adalah pendelegasian manajerial)
Kebijakan, pedoman/panduan, kerangka acuan dan prosedur terkait pelaksanaan ke
dan dikendalikan, serta dokumen bukti pelaksanaan kegiatan dikendalikan.
Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan di wilayah kerja
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Adanya jaminan ketersediaan data dan informasi melalui terselenggaranya sistem
Puskesmas .
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas dilakukan sesuai dengan ketentuan pera
Ketenagaan Puskesmas harus dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan
keselamatan dan kesehatan kerja.

Tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) dengan jumlah, jenis, dan kompetensi sesuai ke
disediakan.

Setiap karyawan mempunyai uraian tugas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan tugas
Setiap karyawan mempunyai dokumen (file) kepegawaian yang lengkap dan mutakhir.

1.4.4 Karyawan baru dan alih tugas wajib mengikuti orientasi agar memahami dan mam
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Manajemen sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas, dan keselamatan dan k
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas, dan keselamatan lingkungan dike
dan Keselamatan (MFK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dika
manajemen risiko.

Disusun dan diterapkan rencana program Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK)
keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, manajemen bencana, pen
kesehatan, dan sistem utilisasi
Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya beracun se
limbah bahan berbahaya beracun dilakukan berdasarkan perencanaan yang memadai da

Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan mengevaluasi program tanggap


eksternal
Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan melakukan evaluasi program p
bahaya kebakaran termasuk sarana evakuasi.
Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan alat kesehatan yang dapa

Puskesmas menyusun dan melaksanakan program untuk memastikan semua prasarana


dan mencegah terjadinya ketidaktersediaan, kegagalan, atau kontaminasi.
Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan secara periodik.
Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian dengan
kebutuhan dan harapan masyarakat, maka dilakukan pengawasan, pengendalian dan pe
pemantauan, supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.

Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja dengan menggunakan indik


sesuai dengan jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan pemerintah.
Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor dilakukan sesuai denga
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan pengawasan, pengendalian kinerja
melalui audit internal yang terencana sesuai dengan masalah kesehatan prioritas, masa
rencana pengembangan pelayanan
Peran Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya peningkatan mutu pelaya
Akreditasi
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melaksanakan pembinaan dan pengawasan te
tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi sesuai dengan ketentuan Pera

Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan pembinaan dan pengawasan


Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dalam rang
Adanya peraturan internal yang mengatur tata tertib dan perilaku dalam pelaksanaan keg
misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas (lihat juga KMP : 1.1.1)

Kepala Puskesmas melaksanakan komunikasi internal, pengarahan, koordinasi, perbaikan d


kegiatan dan upaya pencapaian indikator kinerja sebagai bentuk tanggung jawab terhadap
dan penggunaan sumber daya
Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab upaya mendelegasikan wewenang manajerial apa

Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab upaya membina tata hubungan kerja dengan piha

Kebijakan, pedoman/panduan, kerangka acuan dan prosedur terkait pelaksanaan kegiat


dikendalikan, serta dokumen bukti pelaksanaan kegiatan dikendalikan.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan di puskesmas dipandu oleh dengan kebijakan, pedoman/ p
prosedur.

Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan di wilayah kerja dikelola da
akses dan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Kepala Puskesmas melaksanakan manajemen keuangan

Adanya jaminan ketersediaan data dan informasi melalui terselenggaranya sistem manajeme
Kerjasama/Kontrak Pihak Ketiga Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Pe
Jika sebagian kegiatan dikerjasamakan/dikontrakkan kepada pihak ketiga, Kepala Puskes
memenuhi standar yang ditetapkan

Adanya dokumen kerjasama/kontrak yang jelas dengan pihak ketiga yang ditandatangan
pekerjaan yang jelas dan memenuhi standar yang berlaku

Pengawasan, pengendalian, dan penilaian kerja secara periodik

Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian dengan


kebutuhan dan harapan masyarakat, maka dilakukan pengawasan, pengendalian dan penila
supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.

Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja dengan menggunakan indik


dengan jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan pemerintah. ( Lihat juga KMP : 1.1.1
Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor dilakukan sesuai dengan ke
: 1.8.1)

Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan pengawasan, pengendalian kinerja, da


audit internal yang terencana sesuai dengan masalah kesehatan prioritas, masalah
pengembangan pelayanan (lihat juga KMP : 1.8.1)
Dilakukan tinjauan manajemen secara periodik yang bertujuan untuk meninjau dan menila
ditindaklanjuti dengan perbaikan (lihat juga 1.8.1)
Pokok Pikiran

• Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masya


dan Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang (UKPP) tingkat pertama, de
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.

• Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) bidang kesehatan yang bersifa
dan unit layanan yang bekerja profesional harus memiliki Visi, Misi, Tujuan dan Tata
mencerminkan Tugas Pokok dan Fungsinya sebagai penyedia layanan UKM maupun UK

• Visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas ditetapkan oleh Kepala Puskesmas menga
dan tujuan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan. Sebagai ac
penyelenggaraan Puskesmas.

• Puskesmas wajib menyediakan pelayanan sesuai dengan visi, misi, tujuan dan
kebutuhan masyarakat, hasil analisis peluang pengembangan pelayanan, hasil ana
pelayanan dan peraturan perundang-undangan.
• Untuk mendapatkan hasil analisis kebutuhan masyarakat perlu dilakukan analisis
kinerja Puskesmas, analisis situasi dan perumusan masalah yang dirasakan masyaraka
hasil pelaksanaan PIS-PK yang disusun secara terpadu yang berbasis wilayah kerja
( Lihat juga KMP : 1.6.11, UKM : 2.1.1 dan 2.6.)

· Data yang dimaksud meliputi:


a) Data dasar
b) Data UKM esensial
c) Data UKM Pengembangan
d) Data UKPP
e) Data Keperawatan Kesehatan Masyarakat, laboratorium dan data kefarmasian
f) Kondisi keluarga di wilayah kerja Puskesmas yang diperoleh dari Profil Kesehat
(Prokesga) melalui pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PI
juga KMP : 1.6.11 dan UKM: 2.1.1, 2.6.1, 2.6.2)
g) Data capaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota,
h) Kebijakan/ Pedoman dari Kementerian Kesehatan, Kebijakan/ Pedoman dari dina
provinsi dan Kebijakan/Pedoman dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan atau r
yang dapat dipertanggungjawabkan.
i) Hasil-hasil survei kepuasan, Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), dan kegiatan sur

• Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan tidak sama antara daerah yang satu de
yang lain, prioritas masalah kesehatan dapat berbeda antar daerah, oleh karena itu perl
analisis peluang pengembangan upaya dan kegiatan Puskesmas, serta perbaikan mutu dan k

• Risiko yang pernah terjadi maupun berpotensi terjadi dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat maupun Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang perlu d
dianalisis dan dikelola agar pelayanan yang disediakan aman bagi masyarakat, petugas, dan

• Hasil analisis risiko harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan, sehingga upaya pe
dan mitigasi risiko sudah direncanakan sejak awal serta disediakan sumber daya yang mema
pencegahan dan mitigasi risiko. (lihat juga KMP: 1.1.3; 1.6.11; 1.8.1; PMP: 5.1.2 )
• Hasil identifikasi dan analisis untuk menetapkan jenis pelayanan dan penyusunan p
Puskesmas terdiri dari : a) kebutuhan dan harapan masyarakat, b) hasil identifikasi
peluang pengembangan pelayanan pada area prioritas, dan c) hasil identifikasi dan an
penyelenggaraan pada unit-unit pelayanan baik dari sisi KMP, UKM, maupun UKPP term
terkait bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas.
• Berdasarkan hasil analisis kebutuhan masyarakat dan analisis kesehatan masyarak
peluang pengembangan pelayanan, dan analisis risiko pelayanan, Puskesmas bersa
sektor terkait dan masyarakat menyusun rencana lima tahunan yang diselaraskan deng
strategis dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, serta sesuai dengan visi, misi, tujua
nilai Puskesmas.

• Perencanaan Puskesmas dilakukan secara terpadu baik KMP, upaya kesehatan masyar
dan Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang (UKPP).

• Berdasarkan rencana lima tahunan, Puskesmas menyusun Rencana Operasional Pusk


dituangkan dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk periode tahun yang akan d
merupakan usulan ke Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota, dan menyusu
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) untuk tahun berjalan berdasarkan anggaran yang ters
tahun tersebut.

• Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun secara terintegrasi melalui penetapan Tim
Puskesmas, yang akan dibahas dalam musrenbang desa dan musrenbang kecam
kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.

• Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan bulanan dilakukan berdasar hasil perbai


pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil pencapaian terhadap indikator kinerja yang diteta

• Perubahan rencana dimungkinkan apabila terjadi perubahan kebijakan pemerint


upaya/kegiatan Puskesmas maupun dari hasil perbaikan dan pencapaian kinerja upa
Puskesmas.

• Revisi terhadap rencana harus dilakukan dengan alasan yang tepat sebagai upaya
yang optimal dari kinerja Puskesmas.
• Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan tidak sama antara daerah yang satu de
daerah yang lain, prioritas masalah kesehatan dapat berbeda antar daerah, oleh karena itu
diidentifikasi peluang pengembangan upaya dan kegiatan Puskesmas, serta perbaikan m
kinerja.

• Keterbatasan sumber daya mengakibatkan tidak semua proses yang terjadi di Puske
diukur dan diperbaiki di waktu yang sama.

· Berdasarkan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja sebagai hasil analisis
masyarakat tiap-tiap tahun ditetapkan area prioritas perbaikan untuk tingkat Pusk
menjadi fokus untuk melakukan inovasi perbaikan, dan didukung baik oleh Keppemi
Manajemen Puskesmas (KMP), Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Perseorangan dan Penunjang (UKPP)

• Area prioritas menjadi dasar penetapan indikator mutu prioritas Puskesmas. (Lihat 5.

• Contoh masalah prioritas tingkat Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan pe


kesehatan di wilayah kerja adalah tingginya prevalensi tuberkulosis, maka dilaku
perbaikan pada kegiatan UKPP yang terkait dengan penyediaan pelayanan klinis untuk
masalah tuberkulosis, dilakukan upaya perbaikan kinerja pelayanan UKM untuk m
prevalensi tuberkulosis, dan dukungan manajemen untuk mengatasi masalah tuberkulo

• Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) wajib menyediakan


kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan mem
kebutuhan dan harapan masyarakat.

• Puskesmas harus menyampaikan informasi tentang jenis-jenis pelayanan dan keg


dilengkapi dengan jadwal pelaksanaannya.
• Pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas termasuk jaringannya perlu dike
masyarakat sebagai pengguna layanan oleh lintas program, dan sektor ter
meningkatkan kerjasama, saling memberi dukungan dalam penyelenggaraan upaya kes
upaya lain yang terkait dengan kesehatan untuk mengupayakan pembangunan
kesehatan.

• Jenis-jenis pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas dimanfaatkan secara optimal oleh m
sebagai wujud pemenuhan akses masyarakat terhadap pelayanan yang dibutuhkan.

• Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik pengelola maupu
pelayanan harus mudah diakses oleh masyarakat ketika masyarakat membutuhkan
pelayanan preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif sesuai dengan kemampuan P

• Berbagai strategi komunikasi untuk memudahkan akses masyarakat terhadap pelayanan


dapat dikembangkan, antara lain melalui papan pengumuman, pemberian arah tanda
media cetak, telepon, short message service (sms), media elektronik, ataupun internet

• Umpan balik yang dimaksud berupa pengelolaan keluhan, masukan terhadap pelayana
penyampaian umpan balik.

• Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi, perlu disusun struktu
Puskesmas yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan daerah Kabupaten/Kota.

• Untuk tiap jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan oleh K
Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, perlu ada kejelasan tugas, wewenang, tanggun
persyaratan jabatan.
• Perlu dilakukan pengaturan terhadap tata hubungan kerja di dalam struktur orga
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.

• Pengisian jabatan dalam struktur organisasi tersebut dilaksanakan berdasarkan persyara


oleh Kepala Puskesmas dengan menetapkan penanggungjawab masing-masing upaya.

• Kepala Puskesmas menetapkan Penanggung Jawab Upaya Puskesmas

• Efektivitas struktur dan pengisian jabatan perlu dikaji ulang secara periodik oleh Puske
menyempurnakan struktur yang ada dan efektivitas organisasi agar sesuai dengan perkem
kebutuhan.

• Sebagai wujud akuntabilitas, pimpinan dan/atau penanggung jawab upaya Puske


melakukan pendelegasian wewenang kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas

• Perlu diatur bagaimana kriteria dan prosedur pendelegasian wewenang terkait dengan bes
dalam pelaksanaan kegiatan baik Kepala Puskesmas maupun penanggung jawab upaya,
pendelegasian dilakukan dengan tepat kepada orang yang tepat (pendelegasian wew
dimaksud adalah pendelegasian manajerial)

• Untuk menyusun, mendokumentasikan, dan mengendalikan seluruh dokumen perlu disus


tata naskah.

• Pedoman tata naskah sebagai acuan dalam penyusunan dokumen regulasi yang meliput
pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur, maupun dalam pengendalian do
dokumen bukti rekaman pelaksanaan kegiatan.
• Pedoman tata naskah mengatur antara lain:
a. penyusunan, kajian dan persetujuan dokumen (kebijakan, pedoman, panduan, keran
dan prosedur) oleh orang yang ditunjuk
b. proses dan frekuensi kajian dan keberlanjutan persetujuan
c. pengendalikan dokumen
d. perubahan dokumen dan identifikasi histori perubahan
e. pemeliharaan identitas dan keterbacaan dokumen
f. pengeloaan dokumen yang diperoleh dari luar Puskesmas
g. retensi dokumen yang kadaluwarsa sesuai dengan perundang-undangan yang berla
tetap menjamin agar dokumen tersebut tidak digunakan secara salah.

• Untuk memastikan bahwa pelayanan dan kegiatan terlaksana secara konsisten dan re
perlu disusun pedoman kerja dan prosedur kerja.

• Prosedur kerja perlu didokumentasikan dengan baik dan dikendalikan, demikian juga dok
rekaman sebagai bentuk pelaksanaan prosedur juga harus dikendalikan sebagai bukti p
kegiatan.
• Masalah dalam pelaksanaan kegiatan, ataupun masalah kinerja harus ditindak lan
upaya perbaikan
• Agar pelaksanaan kegiatan pelayanan Puskesmas baik Upaya Kesehatan Perseorangan da
maupun Upaya Kesehatan Masyarakat dapat terlaksana secara efektif dalam mencapai
diharapkan harus dipandu dengan kebijakan, pedoman/ panduan/ kerangka acuan d
yang jelas untuk pelaksanaan kegiatan tiap upaya kesehatan masyarakat.

• Masing-masing pelayanan kesehatan perseorangan harus menyusun pedoman pelayana


perseorangan sebagai acuan dalam proses pemberian pelayanan kesehatan perseorang
memberikan pelayanan kepada pengguna layanan, tenaga kesehatan wajib bekerja ses
rincian wewenang klinis dan berdasarkan pada panduan praktik klinis dan/ atau prosedu
dalam pelaksanaan pelayanan klinis.

• Puskesmas perlu mengidentifikasi jaringan dan jejaring yang ada di wilayah kerja Puske
optimalisasi koordinasi dan atau rujukan di bidang upaya kesehatan
• Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Upaya Puskesmas mempunyai kewajiban untuk
pembinaan terhadap jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan keseh
pertama yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Agar jaringan dan jejaring tersebut dapat
kontribusi implementasi PIS PK baik dalam bentuk pelayanan UKM dan UKPP yang mu
oleh masyarakat.

• Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi: Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan


bidan desa, atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku
• Jejaring fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya seperti klinik, Puskesm
laboratorium, praktik mandiri tenaga kesehatan, dan Fasilitas kesehatan lainnya.
• Program pembinaan meliputi aspek KMP, UKM, UKPP, termasuk pembinaan ketenag
prasarana, dan pembiayaan dalam upaya pemberian pelayanan yang bermutu
• Pengambilan keputusan dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat per
oleh ketersediaan data dan informasi.

• Sistem manajemen data dan informasi tersebut harus dapat menjamin ketersediaa
informasi hasil kinerja Puskesmas .

• Data dan informasi tersebut meliputi minimal: data wilayah kerja, demografi, budaya da
masyarakat, pola penyakit terbanyak, surveilans epidemiologi, evaluasi dan pencapa
PIS-PK, data dan informasi lain yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan daerah kabupaten/
Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan .
• Data dan informasi tersebut digunakan baik untuk pengambilan keputusan di Puskesma
peningkatan pelayanan maupun pengembangan program-program kesehatan sesuai dengan
masyarakat, maupun pengambilan keputusan pada tingkat kebijakan di Dinas Kesehatan
kabupaten/kota termasuk penyampaian informasi kepada masyarakat dan pihak terkait

• Selain itu, ketersediaan data dan informasi juga sangat penting untuk kebutuhan kegiatan
kinerja Puskesmas, Peningkatan Mutu Puskesmas, Keselamatan Pengguna layanan, dan Pen
dan Pengendalian Infeksi.
• Data Peningkatan Mutu, Keselamatan Pengguna layanan, dan Pencegahan dan Pengen
Infeksi, sekurang-kurangnya meliputi:
a) Hasil pengukuran indikator mutu dan kinerja KMP, UKM, UKPP (layanan klinis).
b) Hasil pengukuran indikator Keselamatan Pengguna layanan
c) Hasil pengukuran indikator Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) .

• Hasil perbaikan dan evaluasi pengukuran indikator mutu dan kinerja KMP, UKM dan UKP
manajemen data dan informasi juga diperlukan untuk dapat menyediakan data untuk mend
penilaian kinerja karyawan, baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan.
• Dengan adanya sistem manajemen data dan informasi tersebut maka pada gilirannya akan
memudahkan Tim Peningkatan Mutu, para penanggung jawab upaya pelayanan, dan masing
pelaksana pelayanan baik UKM maupun UKPP di masing-masing unit kerja dalam merenc
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi keberhasilan upaya kegiatan peningkatan
keselamatan pengguna layanan.

• Sistem Manajemen Data dan Informasi di Puskesmas mengikuti ketentuan peraturan perun
undangan yang mengatur tentang Sistem Informasi Puskesmas

• Sistem Informasi Puskesmas dapat diselenggarakan secara elektronik dan/atau secara non

• Karyawan yang bekerja di Puskesmas mempunyai risiko terpapar infeksi terkait dengan pek
dilakukan dalam pelayanan pengguna layanan baik langsung maupun tidak langsung, oleh k
karyawan mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan perlindungan
kesehatannya.

• Program pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan sesuai ketentuan yang
oleh Kepala Puskesmas, demikian juga pemberian imunisasi bagi karyawan sesuai denga
identifikasi risiko epidemiologi penyakit infeksi, serta program perlindungan karyawan
penularan penyakit infeksi proses pelaporan jika terjadi paparan, tindak lanjut pelayan
kesehatan, dan konseling perlu disusun dan diterapkan.
• Karyawan juga berhak untuk mendapat perlindungan dari kekerasan yang dilakukan o
pengguna layanan, keluarga pengguna layanan, maupun oleh sesama karyawan. Progra
perlindungan karyawan terhadap kekerasan fisik termasuk proses pelaporan, tindak lan
pelayanan kesehatan, dan konseling, perlu disusun dan diterapkan.

• Dalam pengelolaan limbah jarum suntik dan benda tajam yang lain harus memperhatikan
suntik dan limbah benda tajam yang lain dikumpulkan dalam wadah khusus untuk mem
jarum suntik dan limbah benda tajam yang bersifat tertutup, tidak tembus benda tajam
bocor.

• Jika limbah-limbah jarum suntik dan benda tajam yang lain diserahkan kepada pihak keti
dipastikan bahwa limbah tersebut dikelola oleh pihak ketiga sesuai dengan prinsip pence
pengendalian infeksi.

• Agar Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal dan aman bagi pengguna
masyarakat yang dilayani perlu dilakukan analisis kebutuhan tenaga baik dokter, dokter
kesehatan lainnya, dan tenaga non kesehatan sebagai dasar penyusunan pola kete
rencana pengembangan tenaga,

• Untuk memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhan pengguna l


masyarakat, dilakukan upaya untuk pemenuhan ketersedian tenaga baik jenis, j
persyaratan kompetensi.

• Jabatan yang dimaksud di Puskesmas merujuk pada jabatan sesuai dengan struktu
Puskesmas dan jabatan fungsional tenaga Puskesmas

• Uraian tugas diperlukan oleh tiap karyawan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan
Setiap karyawan wajib memahami uraian tugas masing-masing agar dapat menjalanka
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban.
• Uraian tugas karyawan berisi tugas pokok dan tugas tambahan.

• Tugas pokok adalah tugas yang sesuai dengan Surat Keputusan pengangkatan seba
fungsional yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

• Bagi tenaga non ASN, tugas pokok adalah tugas yang sesuai dengan surat
pengangkatan sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas berdasarkan standar kompetensi

• Tugas tambahan adalah tugas yang diberikan kepada karyawan untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan.

• Contoh tugas pokok dan tugas tambahan : seorang tenaga bidan yang diangkat keda
fungsional Bidan dan juga diberikan tugas sebagai bendahara. Jadi tugas pokok karyaw
adalah Bidan, dan tugas tambahannya adalah sebagai bendahara.

• Jenis tugas pokok dan tugas tambahan ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

• Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai sejauh mana kepatuhan terhadap sistem,
variasi layanan, dan meningkatkan kepuasan pengguna jasa.

• Indikator penilaian kinerja setiap karyawan Puskesmas disusun dan ditetapkan berda
a. uraian tugas yang menjadi tanggung jawabnya baik uraian tugas pokok dan tugas tambah
b. tata nilai yang disepakati termasuk di dalamnya profesionalisme

• Perlu ditetapkan kebijakan, prosedur dan indikator penilaian kinerja yang berdasarkan u
dan tata nilai yang disepakati.

• Indikator penilaian kinerja untuk uraian tugas pokok bagi karyawan ASN dapat m
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).

• Perlu ditetapkan kebijakan, prosedur dan indikator penilaian kinerja yang berdasarkan u
dan tata nilai yang disepakati
• Hasil penilaian kinerja ditindaklanjuti untuk perbaikan kinerja masing-masing karyawan

• Penilaian kinerja karyawan mengacu pada ketentuan penilaian kinerja karyawan ses
ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Puskesmas wajib menyediakan file kepegawaian untuk tiap karyawan yang bekerja di
sebagai bukti bahwa karyawan yang bekerja memenuhi persyaratan yang ditetapkan da
upaya pengembangan untuk memenuhi persyaratan tersebut.

• Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus mempunyai Surat Tanda Registras
atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

• File kepegawaian tiap karyawan berisi antara lain: bukti pendidikan, bukti dilakuka
terhadap Pendidikan (ijazah), registrasi (STR) dan perizinan (SIP) serta bukti kred
tenaga kesehatan, bukti pendidikan dan pelatihan, keterampilan, dan pengala
dipersyaratkan, uraian tugas karyawan dan/atau rincian wewenang klinis tenaga kese
penilaian kinerja karyawan, dan bukti evaluasi penerapan hasil pelatihan term
orientasi.

• Agar memahami tugas, peran, dan tanggung jawab, karyawan baru dan alih tugas
diposisikan sebagai Pimpinan Puskesmas, Penanggung jawab Upaya Puskesmas, koordinato
maupun pelaksana kegiatan harus mengikuti orientasi.

• Kegiatan orientasi meliputi orientasi umum dan orientasi khusus.


• Kegiatan orientasi umum dilaksanakan untuk mengenal secara garis besar visi, misi, tata
pokok dan fungsi serta struktur organisasi Puskesmas, program mutu Puskesmas dan
pengguna layanan, serta program pengendalian infeksi.

• Kegiatan orientasi khusus difokuskan pada orientasi di tempat tugas yang menjadi tan
dari karyawan yang bersangkutan. Pada kegiatan orientasi ini karyawan baru diberi/dijela
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana melakukan dengan aman sesuai deng
Praktik Klinis, panduan asuhan lainnya dan pedoman program lainnya.

• Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang memberikan pelaya


masyarakat mempunyai kewajiban untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-und
terkait dengan bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas dan menyediakan lingkungan
bagi pengguna layanan, pengunjung, petugas, dan masyarakat.

• Puskesmas perlu menyusun program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (M


menyediakan lingkungan yang aman bagi pengguna layanan, petugas, dan masyarakat.

• Program MFK perlu disusun setiap tahun dan diterapkan, yang meliputi:
a) Manajemen Keselamatan dan keamanan.
Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana bangunan, halam
prasarana, peralatan Puskesmas, tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi penggu
petugas dan pengunjung, dan masyarakat
Keamanan adalah proteksi/ perlindungan dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan
fisik, penerapan kode-kode darurat atau akses serta penggunaan oleh mereka
berwenang.

b) Manajemen Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3), yang meliputi: p
penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan, dan lim
berbahaya dibuang secara aman.
Program B3 meliputi:
1) penetapan jenis dan area/lokasi penyimpanan B3 sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
2) pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3 sesuai ketentuan peraturan
undangan
3) sistem pelabelan B3 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
4) sistem pendokumentasian dan perizinan B3 sesuai ketentuan peraturan
undangan
5) penanganan tumpahan dan paparan B3 sesuai ketentuan peraturan perundang-un
6) sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi tumpahan dan atau paparan sesua
peraturan perundang-undangan
7) penggunaan APD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

c) Manajemen Bencana/disaster, yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana d


kegawatdaruratan akibat bencana direncanakan dan efektif.
Program manajemen bencana perlu disusun dalam upaya menanggapi bila terjadi benca
dan/ atau eksternal yang meliputi:
1) identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang mungkin terjadi (HVA
2) menentukan peran Puskesmas dalam kejadian tersebut
3) strategi komunikasi jika terjadi bencana,
4) manajemen sumber daya,
5) penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
6) identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan
manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana,
7) peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi dengan sumber daya masyarakat yang ters
Puskesmas juga perlu merencanakan dan menerapkan suatu program kesiapan menghad
yang disimulasikan setiap tahun yang meliputi 2) sampai dengan 6) dari program
bencana.
d) Manajemen Pengamanan Kebakaran: Puskesmas wajib melindungi properti dan pe
kebakaran dan asap.
Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran secara umum meliputi pencegaha
kebakaran dengan melakukan identifikasi area berisiko bahaya kebakaran da
penyimpanan dan pengelolaan bahan-bahan yang mudah terbakar, penyediaan proteks
aktif dan pasif. Secara khusus, program penanggulangan akan berisi:
1) frekuensi inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sistem proteksi dan pena
kebakaran secara periodik (minimal satu kali dalam satu tahun)
2) jalur evakuasi yang aman dari api, asap dan bebas hambatan.
3) proses pengujian sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran dilakukan sel
waktu 12 bulan
4) edukasi pada staf terkait sistem proteksi dan evakuasi pengguna layanan yang e
situasi bencana

e) Manajemen Alat kesehatan


Untuk mengurangi risiko, alat kesehatan dipilih, dipelihara dan digunakan sesuai dengan
Kegiatan tersebut ditujukan untuk:
1) memastikan bahwa semua alat kesehatan tersedia dan berfungsi dengan baik
2) memastikan bahwa individu yang melakukan pengelolaan memiliki kualifikasi yang
kompeten

f) Manajemen Sistem utilitas meliputi sistem listrik bersumber PLN, sistem air, sistem
dan sistem pendukung lainnya seperti generator (Genset), perpipaan air dipeli
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian, dan harus dipastikan tersedia 7 (tuj
( dua puluh empat ) jam

g) Pendidikan (edukasi) petugas tentang Manajemen MFK.

• Untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi pengguna layanan, petugas, peng
masyarakat dilakukan identifikasi dan pembuatan peta terhadap area berisiko yang mel
sampai dengan f.

• Rencana tersebut dikaji, diperbaharui dan didokumentasikan yang merefleksikan keada


terkini dalam lingkungan Puskesmas.

• Untuk menjalankan program MFK maka diperlukan tim dan atau penanggung jawab ya
oleh Kepala Puskesmas.
• Program MFK perlu dievaluasi minimal per tri wulan untuk memastikan bahwa Pusk
melakukan upaya penyediaan lingkungan yang aman bagi pengguna layanan, petugas, dan
sesuai dengan rencana.

• Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi dan dikendalikan se

• WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya deng
sebagai berikut: infeksius; patologis dan anatomi; farmasi; bahan kimia; logam berat
bertekanan; benda tajam; genotoksik/sitotoksik; radioaktif.

• Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, dan jumlah serta limbahny
Daftar inventarisasi ini selalu mutahir (di-update) sesuai dengan perubahan yang terjad
penyimpanan.

• Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan pemilahan, pewa


penyimpanan/TPS B3 serta pengolahan akhir)

• Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

• Potensi terjadinya bencana di daerah berbeda antara daerah yang satu dan yang lain.
• Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ikut bertanggung jawab unt
aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik intern
eksternal.

• Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan pote
yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard V
Assesment).

• Program kesiapan menghadapi bencana disusun dan disimulasikan (disaster drill) setiap t
internal atau melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan untuk menilai kesiapa
sampai dengan 6) yang telah diuraikan di kriteria 1.5.1.

• Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi dalam pelaksana
tanggap darurat agar siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana yang diselenggarakan mini
sekali.

• Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah simulasi bersama peserta s
observer yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi.
• Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan.

• Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai risiko terhadap terjadinya


Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud
Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran. Jika terjadi kebakaran, pengguna layanan, p
pengunjung harus dievakuasi dan dijaga keselamatannya.

• Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah penyediaan proteksi kebakaran baik akt
Proteksi kebakaran aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor panas, dan detektor asap
proteksi kebakaran secara pasif, contohnya: jalur evakuasi, pintu darurat, tangga daru
titik kumpul aman.
• Merokok berdampak negatif terhadap kesehatan, dan dapat menjadi sumber terjadinya
Puskesmas harus menetapkan larangan merokok di lingkungan Puskesmas baik ba
pengguna layanan, dan pengunjung. Larangan merokok wajib dipatuhi oleh petuga
layanan dan pengunjung, dan dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaannya.

• Penyelenggaraan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan (ASPAK) oleh Puskesma
untuk memastikan pemenuhan terhadap standar sarana, prasarana, dan alat kesehatan

• Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus diinput dalam ASPAK d
untuk menjamin kebenarannya

• Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan pengguna layanan, ala
harus tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan setiap saat diperlukan. Pr
dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala, sesuai denga
produk tiap alat kesehatan.

• Dalam melakukan pemeriksaan alat kesehatan, petugas memeriksa antara lain: k


tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi alat.

• Prasarana atau sistem utilisasi meliputi air, listrik, gas medis dan sistem penunj
seperti genset, panel listrik, perpipaan air dan lainnya.
• Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pengguna layanan, dibutuhkan ketersediaa
dan gas medis, serta prasarana lain, seperti Genset, panel listrik, perpipaan air, vent
jaringan dan teknologi informasi, sistem deteksi dini kebakaran yang sesuai dengan kebutu
masing Puskesmas. Program pengelolaan sistem utilitas perlu disusun untuk
ketersediaan dan keamanan dalam menunjang kegiatan pelayanan Puskesmas.

• Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.


• Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika terjadi kegaga
atau listrik.

• Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti genset, perpipaan air, p
perlu diperiksa dan dipelihara untuk menjaga ketersediaannya untuk mendukun
pelayanan pengguna layanan.
• Untuk prasarana air perlu dilakukan pemeriksaan air bersih, termasuk pemeriksaan uji
secara periodik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja dilakukan dengan m


indikator kinerja yang jelas untuk memudahkan melakukan perbaikan penyelenggaraan pe
perencanaan pada periode berikutnya

• Indikator kinerja adalah indikator untuk menilai cakupan kegiatan dan manajemen P

• Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan kegiatan perlu disusun, dipantau da
secara periodik sebagai bahan untuk perbaikan kinerja dan perencanaan periode berikutny
• Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi:
a) Indikator kinerja Manajemen Puskesmas
b) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKM
c) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKPP

• Dalam menyusun indikator-indikator tersebut harus mengacu pada Standar Pelayan


Kabupaten, Kebijakan/Pedoman dari Kementerian Kesehatan, Kebijakan/Pedoman
Kesehatan Provinsi dan Kebijakan/Pedoman dari dinas kesehatan daerah kabupaten/ko

• Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja digunakan sebagai dasar untuk m
kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas serta perencanaan tahunan dan perencanaan lima

• Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja KMP, UKM, dan UK
balikkan pada lintas program dan lintas sektor untuk mendapatkan masukan/asupan dala
kinerja penyelenggaraan pelayanan dan perencanaan pada periode berikutnya.

• Proses maupun hasil pelaksanaan upaya Puskesmas perlu dikomunikasikan oleh Kepala
Penanggung jawab Upaya baik KMP, UKM, dan UKPP kepada serta lintas program dan
terkait agar ada kesamaan persepsi untuk efektivitas pelaksanaan upaya Puskesmas.

• Komunikasi dan koordinasi Puskesmas melalui Lokakarya mini bulanan lintas program
Lokakarya mini triwulan lintas sektor dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah dit

• Lokakarya mini bulanan digunakan untuk : menyusun secara lebih terinci kegiat
yang akan dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mendatang, khususnya dalam wak
sasaran, pelaksana kegiatan, dukungan (lintas program dan sektor) yang diperlukan, se
dan teknologi yang digunakan; menggalang kerjasama dan keterpaduan serta me
motivasi petugas.
• Lokakarya mini triwulan digunakan untuk : menetapkan secara konkrit dukungan lintas
akan dilakukan selama 3 (tiga) bulan mendatang, melalui sinkronisasi/harmonisasi RPK a
(antar-instansi) dan kesatupaduan tujuan; menggalang kerjasama, komitmen, dan
lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di tingkat
meningkatkan motivasi dan rasa kebersamaan dalam melaksanakan pembangunan
kecamatan

• Kinerja Puskesmas dan upaya perbaikan mutu yang dilakukan perlu dipantau apaka
target yang ditetapkan.

• Audit internal merupakan salah satu mekanisme pengawasan dan pengendalian yan
secara sistematis oleh tim audit internal yang dibentuk oleh Kepala Puskesmas

• Hasil temuan audit internal disampaikan kepada Kepala Puskesmas, Penanggung jaw
Mutu, Penanggung jawab atau Tim Keselamatan Pengguna layanan, dan Penanggung
Tim PPI, Penanggung jawab Upaya Puskesmas, dan pelaksana kegiatan sebagai d
melakukan perbaikan.

• Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit internal tetapi tidak dapat diselesa
oleh pimpinan dan karyawan Puskesmas, maka permasalahan tersebut dapat diruju
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota untuk ditindak lanjuti.

• Pelaksanaan perbaikan mutu dan kinerja direncanakan dan dipantau serta ditindaklanjut
• Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Mutu secara periodik melakukan pertemuan
manajemen untuk membahas umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil audit in
hasil penilaian kinerja, perubahan proses penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan kegia
pelayanan Puskesmas, maupun perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta memb
pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya, dan rekomendasi untuk perbaikan.

• Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung jawab Mutu.

• Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan pembinaan kepada Puskesmas


pelaksana teknis yang memiliki otonomi dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi pencap
pembangunan kesehatan daerah.

• Pencapaian tujuan pembangunan kesehatan daerah merupakan bagian dari tugas,


tanggung jawab Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.

• Dalam rangka menjalankan tugas, fungsi dan tanggung jawab, Dinas Keseha
Kabupaten/Kota melakukan bimbingan teknis dan supervisi, pemantauan evaluasi, da
serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

• Pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dalam hal peny
Puskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi kinerja
Pembinaan tersebut dilaksanakan secara periodik termasuk pembinaan dalam rangka
target PISPK, target Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Program Prioritas Nasional.
· Perlu disusun peraturan internal yang mengatur tata tertib dan perilaku Pimpinan
penanggungjawab upaya Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan Pusk
sesuai dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas termasuk budaya mutu dan
pasien.
· Ada indikator yang digunakan untuk mengukur perilaku pemberi pelayanan.

· Untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pelayanan d


manajerial perlu dilakukan komunikasi internal. Komunikasi internal dilakukan da
melakukan pengarahan, koordinasi internal, perbaikan dan penyampaian umpan balik.
· Kepala Puskesmas, Penanggung jawab upaya, dan koordinator pelayanan
kewajiban untuk memberikan arahan dan dukungan bagi karyawan dalam melaksanaka
tanggung jawab. Arahan dan dukungan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan lok
pertemuan-pertemuan, maupun konsultasi dan pembimbingan oleh pimpinan (lihat juga UK

· Kepala Puskesmas, Penanggung jawab upaya, dan koordinator pelayanan


kewajiban memantau pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan rencana yang disusun
kinerja yang didukung oleh sistem pencatatan dan pelaporan yang baku, baik melalu
terhadap capaian kinerja dari laporan yang disusun, pembahasan dalam pertemuan, loka
maupun perbaikan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan.
· Koordinator pelayanan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan dan/
balik terkait dengan capaian kinerja dan pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan laporan dan u
tersebut dilakukan upaya perbaikan (lihat juga KMP : 1.8.1 dan 1.6.11)

· Sebagai wujud akuntabilitas, pimpinan dan/atau penanggung jawab upaya Pusk


melakukan pendelegasian wewenang kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas

· Perlu diatur bagaimana kriteria dan prosedur pendelegasian wewenang ter


besarnya beban dalam pelaksanaan kegiatan baik Kepala Puskesmas maupun penanggung j
agar proses pendelegasian dilakukan dengan tepat kepada orang yang tepat (pendelegasian
yang dimaksud adalah pendelegasian manajerial)

· Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat tidak dapat dilakukan oleh sekto
sendiri, program kesehatan perlu didukung oleh sektor di luar kesehatan, demikian juga pe
berwawasan kesehatan harus dipahami oleh sektor terkait.
· Mekanisme pembinaan, komunikasi, dan koordinasi perlu ditetapkan dengan pr
jelas, misalnya melalui pertemuan/lokakarya lintas sektoral (lihat juga UKM : 2.4.1)

· Untuk menyusun, mendokumentasikan, dan mengendalikan seluruh dokumen pe


Pedoman tata naskah.
· Pedoman tata naskah sebagai acuan dalam penyusunan dokumen regulasi ya
kebijakan, pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur, maupun dalam pengendali
dan dokumen bukti rekaman pelaksanaan kegiatan.
· Pedoman tata naskah mengatur antara lain:
a. penyusunan, kajian dan persetujuan dokumen (kebijakan
panduan, kerangka acuan, dan prosedur) oleh orang yang ditunjuk
b. proses dan frekuensi kajian dan keberlanjutan persetujuan
c. pengendalikan dokumen
d. perubahan dokumen dan identifikasi histori perubahan
e. pemeliharaan identitas dan keterbacaan dokumen
f. pengeloaan dokumen yang diperoleh dari luar Puskesmas
g. retensi dokumen yang kadaluwarsa sesuai dengan perund
berlaku, dengan tetap menjamin agar dokumen tersebut tidak digunakan secara salah.
· Untuk memastikan bahwa pelayanan dan kegiatan terlaksana secara konsisten
maka perlu disusun pedoman kerja dan prosedur kerja.
· Prosedur kerja perlu didokumentasikan dengan baik dan dikendalikan, de
dokumen bukti rekaman sebagai bentuk pelaksanaan prosedur juga harus dikendalikan s
pelaksanaan kegiatan.
· Masalah dalam pelaksanaan kegiatan, ataupun masalah kinerja harus ditindak la
upaya perbaikan.

· Agar pelaksanaan kegiatan pelayanan Puskesmas baik Upaya Kesehatan Perseo


Penunjang maupun Upaya Kesehatan Masyarakat dapat terlaksana secara efektif dalam
tujuan yang diharapkan harus dipandu dengan kebijakan, pedoman/ panduan/ kerangka
prosedur yang jelas untuk pelaksanaan kegiatan tiap upaya kesehatan masyarakat.

· Masing-masing pelayanan kesehatan perseorangan harus menyusun pedoman


kesehatan perseorangan sebagai acuan dalam proses pemberian pelayanan kesehatan pe
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, tenaga kesehatan wajib bekerja sesuai den
kewenangan klinis dan berdasarkan pada panduan praktik klinis dan/ atau prosedur yang
pelaksanaan pelayanan klinis.

· Puskesmas perlu mengidentifikasi jaringan dan jejaring yang ada di wilayah kerja
untuk optimalisasi koordinasi dan atau rujukan di bidang upaya kesehatan
· Kepala Puskesmas dan Penanggungjawab Upaya Puskesmas mempunyai kewa
melakukan pembinaan terhadap jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Agar jaringan dan jejar
dapat memberikan kontribusi implementasi PIS PK baik dalam bentuk pelayanan UKM dan
mudah diakses oleh masyarakat.
· Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi : Puskesmas pembantu, Puskesmas k
praktik bidan desa, atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku
· Jejaring fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya seperti klinik, Puskesm
laboratorium, praktik mandiri tenaga kesehatan, dan Fasilitas kesehatan lainnya.
· Program pembinaan meliputi aspek KMP, UKM, UKPP, termasuk pembinaan
sarana prasarana, dan pembiayaan dalam upaya pemberian pelayanan yang bermutu
· Anggaran yang tersedia di Puskesmas harus dikelola secara transparan akuntabe
efisien sesuai dengan prinsip- prinsip manajemen keuangan.
· Agar pengelolaan anggaran dapat dilakukan secara transparan, akuntabel, efektif
maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur manajemen keuangan yang mengacu pad
peraturan perundang-undangan.
· Untuk Puskesmas yang menerapkan PPK BLUD harus mengikuti peraturan p
dalam manajemen keuangan BLUD dan menerapkan Standar Akuntansi Profesi (SAP).

· Pengambilan keputusan dalam upaya meningkatkan status kesehatan masy


didukung oleh ketersediaan data dan informasi.

· Sistem manajemen data dan informasi tersebut harus dapat menjamin keters
dan informasi hasil kinerja Puskesmas .
· Data dan informasi tersebut meliputi minimal: data wilayah kerja, demografi,
kebiasaan masyarakat, pola penyakit terbanyak, surveilans epidemiologi, evaluasi dan
kinerja pelayanan, evaluasi dan pencapaian kinerja, PIS-PK, data dan informasi lain yan
oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kementerian
(lihat juga KMP : 1.1.1. dan UKM : 2.1.1 dan 2.6.)

· Data dan informasi tersebut digunakan baik untuk pengambilan keputusan d


dalam peningkatan pelayanan maupun pengembangan program-program kesehatan ses
kebutuhan masyarakat, maupun pengambilan keputusan pada tingkat kebijakan di Dina
daerah kabupaten/kota termasuk penyampaian informasi kepada masyarakat dan pihak ter

· Selain itu, ketersediaan data dan informasi juga sangat penting untuk kebutuh
penilaian kinerja Puskesmas, Peningkatan Mutu Puskesmas, Keselamatan Pasien, dan Pen
Pengendalian Infeksi.

· Data Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien, dan Pencegahan dan Pengenda


sekurang-kurangnya meliputi:
a) Hasil pengukuran indikator mutu dan kinerja KMP, UKM, UKPP (layanan klinis
KMP :1.8.1; dan PMP : 5.1.2)
b) Hasil pengukuran indikator Keselamatan Pasien (lihat juga PMP : 5.1.2; 5.3 dan
c) Hasil pengukuran indikator Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) . (Liha
5.1.2; dan 5.5)
d) Hasil perbaikan dan evaluasi pengukuran indikator mutu dan kinerja KMP
UKPP. (Lihat juga KMP :1.1.3 dan 1.8.1; PMP 5.1.2; dan kriteria 5.1.5)
· Sistem manajemen data dan informasi juga diperlukan untuk dapat menye
untuk mendukung penilaian kinerja karyawan, baik tenaga kesehatan maupun tenaga non k

· Dengan adanya sistem manajemen data dan informasi tersebut maka pada gilir
memudahkan Tim Peningkatan Mutu, para penanggung jawab upaya pelayanan, dan ma
pelaksana pelayanan baik UKM maupun UKPP di masing-masing unit kerja dalam me
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi keberhasilan upaya kegiatan peningkatan
keselamatan pasien.
· Sistem Manajemen Data dan Informasi di Puskesmas mengikuti ketentua
perundang-undangan yang mengatur tentang Sistem Informasi Puskesmas

· Jika ada kewenangan pada pengelola Puskesmas untuk mengontrakkan sebag


kepada pihak ketiga, maka proses kontrak harus mengikuti peraturan perundangan yang b
menjamin bahwa kegiatan yang dikontrakkan pada pihak ketiga tersebut dilaksanakan se
rencana dan menaati peraturan perundangan yang berlaku.
· Isi dokumen kontrak/perjanjian kerja sama meliputi kejelasan ruang lingkup kont
yang harus dilakukan, misal Manajemen, Klinis, Obat dan BMHP, Alat Kesehatan,
Kebersihan, pengolahan limbah termasuk B3, dan IT, peran dan tanggung jawab masing-m
personil yang melaksanakan kegiatan, kualifikasi, indikator dan standar kinerja, masa
Kontrak/Perjanjian Kerja Sama, proses kalau terjadi perbedaan pendapat, termasuk
pemutusan hubungan kerja.
· Pengelolaan kontrak mengacu pada Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang penga
dan jasa

· Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja dilakukan dengan m


indikator kinerja yang jelas untuk memudahkan melakukan perbaikan penyelenggaraan pe
perencanaan pada periode berikutnya
· Indikator kinerja adalah indikator untuk menilai cakupan kegiatan dan manajemen

· Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan kegiatan perlu disusun, di
dianalisis secara periodik sebagai bahan untuk perbaikan kinerja dan perencanaan periode b

· Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi:

a) Indikator kinerja Manajemen Puskesmas


b) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKM

c) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKPP

· Dalam menyusun indikator-indikator tersebut harus mengacu pada Standa


Minimal Kabupaten, Kebijakan/Pedoman dari Kementerian Kesehatan, Kebijakan/Pedoman
Kesehatan Provinsi dan Kebijakan/Pedoman dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
· Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja digunakan sebagai d
memperbaiki kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas serta perencanaan tahunan dan p
lima tahunan.
· Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja KMP, UKM,
diumpan balikkan pada lintas program dan lintas sektor untuk mendapatkan masukan/as
perbaikan kinerja penyelenggaraan pelayanan dan perencanaan pada periode berikutnya.

· Proses maupun hasil pelaksanaan upaya Puskesmas perlu dikomunikasikan


Puskesmas, Penanggung jawab Upaya baik KMP, UKM, dan UKPP kepada serta lintas progra
sektor terkait agar ada kesamaan persepsi untuk efektivitas pelaksanaan upaya Puskesmas.

· Komunikasi dan koordinasi Puskesmas melalui Lokakarya mini bulanan lintas p


Lokakarya mini triwulan lintas sektor dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapk
· Lokakarya mini bulanan digunakan untuk : menyusun secara lebih terin
kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mendatang, khususnya dalam wa
sasaran, pelaksana kegiatan, dukungan (lintas program dan sektor) yang diperlukan, serta
teknologi yang digunakan; menggalang kerjasama dan keterpaduan serta meningkatk
petugas.
· Lokakarya mini triwulan digunakan untuk : menetapkan secara konkrit duku
sektor yang akan dilakukan selama 3 (tiga) bulan mendatang, melalui sinkronisasi/harm
antar- sektor (antar-instansi) dan kesatupaduan tujuan; menggalang kerjasama, kom
koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di tingkat
meningkatkan motivasi dan rasa kebersamaan dalam melaksanakan pembangunan
kecamatan

· Kinerja Puskesmas dan upaya perbaikan mutu yang dilakukan perlu dipan
mencapai target yang ditetapkan.

· Audit internal merupakan salah satu mekanisme pengawasan dan pengen


dilakukan secara sistematis oleh tim audit internal yang dibentuk oleh Kepala Puskesmas
· Hasil temuan audit internal disampaikan kepada Kepala Puskesmas, Penanggung
Tim Mutu, Penanggung jawab atau Tim Keselamatan Pasien, dan Penanggung jawab a
Penanggung jawab Upaya Puskesmas, dan pelaksana kegiatan sebagai dasar untuk
perbaikan.
· Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit internal tetapi tidak dapat
sendiri oleh pimpinan dan karyawan Puskesmas, maka permasalahan tersebut dapat diruj
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota untuk ditindak lanjuti.
· Pelaksanaan perbaikan mutu dan kinerja direncanakan dan dipantau serta diti
(lihat juga PMP : 5.1.5)
· Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Mutu secara periodik melakukan
tinjauan manajemen untuk membahas umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil au
hasil penilaian kinerja, perubahan proses penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan kegiata
Puskesmas, maupun perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta membahas hasi
tinjauan manajemen sebelumnya, dan rekomendasi untuk perbaikan.

· Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung jawab Mutu.


Elemen Penilaian

1. Ditetapkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai Puskesmas yang menjadi acuan dalam
Puskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi kinerja Puskesma

2. Ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan berdasarkan hasil identifikasi dan


dengan yang diminta pada pokok pikiran pada paragraf terakhir (R,D,W)
1. Rencana Lima Tahunan disusun dengan dengan melibatkan lintas program dan lin
berdasarkan rencana strategis Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota. (D)

2. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dengan melibatkan lintas program da


berdasarkan rencana strategis Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota, Rencana
Puskesmas dan hasil penilaian kinerja. (D)

3. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas disusun secara lintas program sesuai d
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota. (D)

4. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Bulanan disusun sesuai dengan Rencana Pelaksanaan K


serta hasil pemantauan dan capaian kinerja bulanan. (D)

5. Apabila ada perubahan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dilakukan rev
sesuai kebijakan yang ditetapkan. (D, W)
1. Kepala Puskesmas menetapkan area prioritas tingkat Puskesmas untuk perbaikan dan
tingkat Puskesmas sesuai dengan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja yang terdir
UKM dan UKPP. (R)

2. Dilakukan identifikasi dan analisis peluang perbaikan dan pengembangan penyele


Puskesmas untuk indikator mutu prioritas tingkat Puskesmas yang sudah ditetapkan dan
dituangkan dalam dalam perencanaan Puskesmas. (D, W)

1. Masyarakat, Lintas Program dan Lintas Sektor mengetahui jenis-jenis pelayanan yang
Puskesmas. (W)

2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap penyampaian informasi kepada masyaraka
maupun lintas sektor serta pemanfaatan pelayanan dan kesesuaian pelaksanaan kegiata
yang disusun. (D, W)
1. Dilakukan upaya untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat. (D, O, W

2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap keluhan dan umpan balik dari masyarakat

Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dengan kejelasan alur komunikasi dan koordinasi an
struktur (R)

2. Ada uraian jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang memuat uraian tugas,
wewenang, dan persyaratan jabatan. (R)
3. Kepala Puskesmas menetapkan Penanggung jawab Upaya Puskesmas. (R)

4. Terdapat kriteria dan prosedur yang jelas dalam pendelegasian wewenang dari Kepala Pu
Penanggung jawab upaya, dan dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator pelayan
koordinator pelayanan kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas

1. Ditetapkan pedoman tata naskah Puskesmas sebagaimana diminta dalam pokok pikiran
a sampai huruf g. (R)

2. Ditetapkan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kerangka acuan KMP, penye


dan penyelenggaraan UKP. (R)
3. Kegiatan KMP, UKM dan UKP dilaksanakan mengacu pada kebijakan, pedoman/ pan
acuan, dan prosedur yang ditetapkan. (R, D)

1. Dilakukan identifikasi jaringan dan jejaring faslitas pelayanan kesehatan yang ada
Puskesmas. (D)
2. Disusun rencana program pembinaan terhadap jaringan dan jejaring fasilitas kesehatan
dengan jadwal dan penanggung jawab yang jelas. (D

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap rencana dan jadwal pelaksanaan program
jaringan dan jejaring. (D)

1. Dilakukan identifikasi data dan informasi yang harus tersedia di sistem manajemen data d
Puskesmas (D)

2. Dilaksanakan pengumpulan, penyimpanan, analisis data dan pelaporan serta distribusi in


dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan (D

3. Tersedia data dan informasi hasil kinerja dalam sistem manajemen data dan informasi Pu
dapat diakses oleh para penanggung jawab upaya, koordinator pelayanan dan pelaksana keg
dimanfaatkan peningkatan mutu dan Keselamatan Pengguna layanan, PPI, dan Manajemen
penilaian kinerja karyawan (D)
4. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap sistem manajemen data dan informasi Pus
periodik (D, W)

1. Disusun dan ditetapkan program K3 bagi karyawan (R, D, W)

2. Dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap karyawan untuk menjaga kesehatan


dengan program yang telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. (D, W)
3. Ada program dan pelaksanaan imunisasi bagi karyawan sesuai dengan tingkat risiko dala
W)

4. Dilakukan konseling dan tindak lanjut terhadap karyawan yang terpapar penyakit infeksi
akibat kerja. (D, W)

1. Ditetapkan persyaratan kompetensi untuk tiap jabatan dan tiap jenis tenaga yang dibutuh

2. Disusun pola ketenagaan berdasar analisis kebutuhan tenaga sesuai dengan pelayanan ya
serta rencana pengembangan tenaga sesuai dengan hasil analisis kebutuhan tenaga.(D, W)

3. Dilakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga sesuai dengan rencana penge
yang disusun. (D)

1. Ada penetapan uraian tugas yang berisi tugas pokok dan tugas tambahan untuk setiap ka
2. Ditetapkan indikator penilaian kinerja karyawan sebagaimana diminta dalam pokok pikira

3. Dilakukan penilaian kinerja karyawan minimal setahun sekali dan tindak lanjut terhada
kinerja karyawan untuk perbaikan. (D, W)
1. Ditetapkan kelengkapan isi file kepegawaian untuk tiap karyawan yang bekerja di
terpelihara sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (R)

2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara periodik terhadap kelengkapan dan pem
kepegawaian. (D)

1. Kegiatan orientasi dilaksanakan sesuai kerangka acuan yang disusun. (D, W)

2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan orientasi (D.W)


1. Terdapat petugas yang bertanggung jawab dalam MFK serta tersedia rencana program MF
ditetapkan setiap tahun berdasarkan identifikasi risiko. (R)

2. Dilakukan identifikasi terhadap area-area berisiko yang meliputi huruf a sampai huruf f p
pikiran. (D,W)

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut per tri wulan terhadap pelaksanaan program MFK m
sampai huruf f pada pokok pikiran. (D)
1. Dilaksanakan program limbah B3 sesuai angka satu sampai enam pada huruf b pada krit

2. Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan pemilahan, pewadahan dan penyi
serta pengolahan akhir)

3. Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (D, O)

4. Ada laporan, analisis, dan tindak lanjut tumpahan, paparan/pajanan terhadap B3 dan ata
(D,W)

1. Dilakukan identifikasi risiko terjadinya bencana internal dan eksternal sesuai dengan leta
Puskesmas dan akibatnya terhadap pelayanan. (D)
2. Dilaksanakannya program manajemen bencana/disaster meliputi angka satu sampai deng
huruf c pada kriteria 1.4.1 (D, W).

3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan meliputi angka dua sampai dengan angka enam
kriteria 1.4.1 terhadap program kesiapan menghadapi bencana yang disusun, yang dilanjutk
debriefing setiap dilakukan simulasi. (D, W)

4. Dilakukan perbaikan terhadap program kesiapan menghadapi bencana sesuai hasil simul
tahunan. (D)

1. Dilakukan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran angka satu sampai angk
pada kriteria 1.5.1 (D, O, W)

2. Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan terhadap alat deteksi dini asap dan keba
evakuasi, serta keberfungsian alat pemadam api. (D, O, W)
3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap program pengamanan kebakaran. (D,

4. Ditetapkan kebijakan larangan merokok bagi petugas, pengguna layanan, dan pengunjung
Puskesmas. (R)

1. Dilakukan inventarisasi alat kesehatan sesuai dengan ASPAK. (R)

2. Dilakukan inspeksi dan testing terhadap alat kesehatan secara periodik (D, 0, W)

3. Dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi terhadap alat kesehatan secara periodik (D,O,W)

1. Dilaksanakan program pengelolaan sistem utilitas dan sistem penunjang lainnya sesuai
kriteria 1.4.1. (R)
2. Sumber air, listrik dan gas medis tersedia selama 7 hari 24 jam untuk pelayanan di Puske

1. Ditetapkan indikator kinerja Puskesmas sesuai dengan jenis-jenis pelayanan yang disedia
kebijakan pemerintah (R)

2. Dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja secara periodik sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan, dan hasilnya diumpanbalikkan pada lintas program dan lintas sek

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan dan penilaian kinerja te
yang ditetapkan dan hasil kaji banding dengan Puskesmas lain (D)
4. Dilakukan analisis terhadap hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja untuk
dalam perencanaan kegiatan masing-masing upaya Puskesmas, dan untuk perencanaan Pus

5. Hasil pengawasan, pengendalian dalam bentuk perbaikan kinerja disediakan dan digunak
dasar untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas dan revisi perencanaan
bulanan (D, W)

6. Hasil pemantauan, pengendalian dan penilaian kinerja dalam bentuk Laporan Penilaian K
Puskesmas (PKP), serta upaya perbaikan kinerja dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Daerah
Kota (D)

1. Dilakukan lokakarya mini bulanan dan triwulanan secara konsisten dan periodik untuk
mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan mengintegrasikan upaya – upaya Puskesmas

2. Dilakukan pembahasan permasalahan, hambatan dalam pelaksanaan kegiatan dan rekom


lanjut dalam lokakarya mini (D,W)

3. Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi lokakarya mini bulanan dan triwulan dala
perbaikan pelaksanaan kegiatan. (D,W)
1. Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal dengan uraian tugas, wewenang, dan
yang jelas. (R)

2. Disusun rencana program audit internal tahunan yang dilengkapi kerangka acuan aud
kegiatan audit sesuai dengan rencana yang telah disusun. (R)

3. Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada Kepala Puskesmas, Tim M
diaudit dan unit terkait. (D)

4. Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi dari hasil audit internal
Puskesmas, penanggung jawab maupun pelaksana. (D)

5. Kepala Puskesmas bersama dengan Tim Mutu merencanakan pertemuan tinjauan manaje
pelaksanaan pertemuan tinjauan manajemen dilakukan dengan agenda sebagaimana pokok
1. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota menetapkan struktur organisasi Puskesmas se
ketentuan peraturan perundang-undangan. (R)

2. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pembinaan Puskesmas


yang dituangkan dalam program kerja yang jelas dan terukur (R, D)

3. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan pembinaan secara ter
Puskesmas yang berkesinambungan dengan menggunakan indikator pembinaan program da
menyampaikan hasil pembinaan kepada Puskesmas. (D,W)

4. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan pendampingan penyusun
Usulan Kegiatan Puskesmas dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. (D, W)
5. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota menindaklanjuti pelaksanaan lokaka
Puskesmas yang menjadi wewenang dalam rangka membantu menyelesaikan masalah keseh
bisa diselesaikan di tingkat Puskesmas. (D, W)

6. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan verifikasi dan memberika
evaluasi kinerja Puskesmas. (D, W)

7. Puskesmas melakukan tindak lanjut terhadap hasil pembinaan Dinas Kesehatan Daerah K
Kota. (D, W)
1. Ditetapkan peraturan internal yang disepakati bersama oleh Pimpin
penanggungjawab upaya Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana dalam mela
Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas. (R)

2. Peraturan internal tersebut disusun sesuai dengan visi, misi, tujuan dan tata
termasuk budaya mutu dan keselamatan. (D)

1. Ada kebijakan tentang komunikasi internal dengan lintas program dalam pelak
Pukesmas. (R)
2. Ada prosedur yang jelas tentang pengarahan dan koordinasi oleh Kepala
Penanggung jawab upaya, koordinator pelayanan kepada pelaksana kegiatan dalam menjal
tanggung jawab mereka. (R)

3. Ada prosedur perbaikan pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerja pelayanan


Puskesmas maupun Penanggung jawab upaya dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapka

4. Ada prosedur penyampaian laporan dan umpan balik dari pelaksana kep
pelayanan, dari koordinator ke penanggung jawab upaya, dan dari penanggung jawab upay
Pukesmas. (R)

5. Dilaksanakan pengarahan dan koordinasi oleh Kepala Puskesmas dan Pe


upaya, koordinator pelayanan dalam pelaksanaan kegiatan. (D.W)
6. Dilaksanakan perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan dan capaian kiner
prosedur yang ditetapkan. (D, W)
7. Dilakukan pelaporan dan umpan balik pelaksanaan kegiatan dan capaia
dengan prosedur yang ditetapkan. (D, W)

1. Ada kriteria yang jelas dalam pendelegasian wewenang dari Kepala Pu


Penanggung jawab upaya, dan dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator pela
koordinator pelayanan kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas. (R)
2. Ada prosedur yang jelas dalam pendelegasian wewenang dari Kepala Pu
Penanggung jawab upaya, dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator pelayanan, dan
pelayanan kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas. (R)

3. Terdapat bukti pelaksanaan pendelegasian wewenang sesuai dengan kriteria da


ditetapkan. (D)

1. Dietatapkan kebijakan dan prosedur komunikasi dan koordinasi eksternal den


dalam pelaksanaan kegiatan Pukesmas. (R)

2. Dilakukan identifikasi dan penetapan peran lintas sektor dalam penyele


kesehatan masyarakat dan Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang. (D, W)
3. Dilakukan komunikasi dan koordinasi lintas sektor sesuai dengan kebijaka
yang disusun. (D, W)
4. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi peran lint
pelaksanaan kegiatan Puskesmas minimal setahun sekali. (D, W)

1. Ditetapkan pedoman tata naskah Puskesmas sebagaimana diminta dalam poko


dari huruf a sampai huruf g. (R)
2. Ditetapkan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kerangka acuan KMP,
penyelenggaraan UKM dan UKPP. (R)

1. Kegiatan KMP, UKM, dan UKPP dilaksanakan mengacu pada kebijakan, pedo
kerangka acuan, dan prosedur yang ditetapkan. (R, D)

2. Pimpinan Puskesmas memastikan pelaksanaan kegiatan KMP , UKM, dan UK


sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan, kebijakan, pedoman/ pan
acuan, dan prosedur yang disusun. (D, O, W)

1. Dilakukan identifikasi jaringan dan jejaring faslitas pelayanan kesehatan yan


kerja Puskesmas. (D)

2. Disusun rencana program pembinaan terhadap jaringan dan jejaring fasilitas k


pertama dengan jadwal dan penanggung jawab yang jelas. (D)

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap rencana dan jadwal pelak
pembinaan jaringan dan jejaring. (D)
1. Ditetapkan pengelola keuangan puskesmas dengan kejelasan tugas, tanggung
wewenang. (R)
2. Ditetapkan kebijakan dan prosedur manajemen keuangan dalam pelaksanaan
Puskesmas. (R)

1. Ditetapkan kebijakan tentang sistem manajemen data dan informasi


sebagaimana dimaksud pada pokok pikiran. (R)

2. Tersedia prosedur pelaporan data dan distribusi informasi kepada pi


membutuhkan dan berhak memperoleh data dan informasi (R)
3. Dilakukan identifikasi data dan informasi yang harus tersedia di sistem man
informasi di Puskesmas (D)

4. Dilaksanakan pengumpulan, penyimpanan, analisis data dan pelaporan


informasi sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan (D

5. Tersedia data dan informasi hasil kinerja dalam sistem manajemen dat
Puskesmas yang dapat diakses oleh para penanggung jawab upaya, koordinator pelayana
kegiatan untuk dimanfaatkan peningkatan mutu dan Keselamatan Pasien, PPI, serta p
karyawan (D)
6. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap sistem manajemen data
Puskesmas secara periodik (D, W)
1. Ada dokumen Kontrak/Perjanjian Kerja Sama yang memuat seba
dalam pokok pikiran, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (D)

2. Ada kejelasan indikator dan standar kinerja pada pihak


melaksanakan kegiatan. (D)

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan oleh peng


terhadap pihak ketiga berdasarkan indikator dan standar kinerja (D)

1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk melakukan pengawas


dan penilaian kinerja yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan Penanggungjawab jenis lay

2. Ditetapkan indikator kinerja Puskesmas sesuai dengan jenis-jenis


disediakan dan kebijakan pemerintah (R)
3. Kepala Puskesmas bersama dengan penanggung jawab, k
pelaksana menetapkan tahapan pencapaian kinerja untuk tiap indikator yang ditetapkan (D,

4. Dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja secar


dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan, dan hasilnya diumpan-balikkan pada lin
lintas sektor (D)
5. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantaua
kinerja terhadap target yang ditetapkan dan hasil kaji banding dengan Puskesmas lain (D)
6. Dilakukan analisis terhadap hasil pengawasan, pengendalian
kinerja untuk digunakan dalam perencanaan kegiatan masing-masing upaya Puskesm
perencanaan Puskesmas (D)
7. Hasil pengawasan, pengendalian dalam bentuk perbaikan kinerja
digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan kegiatan Puskes
perencanaan kegiatan bulanan (D, W)
8. Hasil pemantauan, pengendalian dan penilaian kinerja dalam
Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP), serta upaya perbaikan kinerja dilaporkan kepada D
Daerah Kabupaten/ Kota (D)

1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur pelaksanaan Lokmin Bulanan dan Lokmin triw

2. Dilakukan lokakarya mini bulanan dan triwulanan secara konsisten dan


mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan mengintegrasikan upaya – upaya Puskesmas
3. Dilakukan pembahasan permasalahan, hambatan dalam pelaksanaan kegiatan d
tindak lanjut dalam lokakarya mini (D,W)

4. Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi lokakarya mini bulanan dan triw
bentuk perbaikan pelaksanaan kegiatan. (D,W)

1. Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal dengan uraian tugas, wewenan
jawab yang jelas. (R)

2. Disusun rencana program audit internal tahunan dan kerangka acuan audit seba
melakukan audit dengan penjadwalan yang jelas. (R)
3. Kegiatan audit internal dilaksanakan sesuai dengan rencana dan kerangka acuan y
W)

4. Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada Kepala Puskesmas, Tim M
diaudit dan unit terkait. (D)
5. Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi dari hasil audit internal
Puskesmas, penanggung jawab maupun pelaksana. (D)

1. Kepala Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur pert


manajemen. (R)
2. Kepala Puskesmas bersama dengan Tim Mutu merencanakan per
manajemen. (D, W)

3. Dilaksanakan Pertemuan tinjauan manajemen untuk membah


pelanggan, keluhan pelanggan, hasil audit internal, hasil penilaian kinerja, perubahan pr
penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas, perubahan sis
maupun perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta membahas hasil pertemuan tinja
sebelumnya, dan rekomendasi untuk perbaikan (D)
4. Rekomendasi hasil pertemuan tinjauan manajemen ditindaklanju
(D)
REGULASI
PMK 43/2019 ttg Puskesmas, PMK 75/2014 ttg PKM, PMK4/2019 ttg standar teknis pemenuhan Mutu pelay
36/2016 ttg pedoman PISPK, PMK 43/2016 ttg SPM Bid Kesehatan . PMK 44/2016 ttg Pedoman Manajemen P
Pedoman penilaian PKM, Pedoman Manajemen Risiko di FKTP

SK Ka PKM tentang Visi,Misi Tujuan, Tata nilai PKM

SK Kapus tentang jenis-jenis pelayanan baik UKM maupun UKPP ( harus tercantum ttg memberikan informasi ke
pemberian informasinya
SK Ka PKM tentang Pembentukan Tim Manajemen Puskesmas, SOP penyusunan perencanaPerencanaan

SK Ka PKM tentang Revisi Perencanaan dari PMK 75/2014 ke PMK 43/2019 dan Perubahan Juknis covid yang
SK kapus tentang penetapan area prioritas perbaikan upaya kesehatan KMP (Spatu), UKM ( capaian kinerja prog
perbaikan dan pengembangan dalam setahun , SOP masing masing kegiatan
SK Ka Dinkes untuk struktur organisasi PKM, SK Ka PKM ttg penetapan penanggung jawab unit dan pelaksana s
ditentukan oleh Ka Dinkes Kab/Kota sertakejelasan alur komunikasi dan koordinasi antar posisi dalam struktur

SK Ka PKM ttg penetapan penanggung jawab unit dan pelaksana sesuai dengan struktur organisasi yang telah dit
Ada uraian jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang memuat uraian tugas, tanggung jawab, wewenang, da
SK Ka PKM penetapan penanggung jawab Upaya Puskesmas

SK KA PKM tentang pendelegasian wewenang dari Ka PKM kepada penanggung jawab upaya dan dari pena
pelayanan, dari koordinator pelayanan ke pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas dengan Lampiran
kegiatan baik Kepala Puskesmas maupun penanggung jawab upaya, agar proses pendelegasian dilakukan
(pendelegasian wewenang yang dimaksud adalah pendelegasian manajerial), SOP Pendelegasian wewenang sesua

SK KaDinkes tentang tata naskah , SK Ka PKM tentang Tata naskah Puskesmas dengan lampiran Pedoman Tata

SK KA PKM ttg Penetapan Pedoman/panduan, prosedur dan kerangka acuan KMP, penyelenggaraan UKM dan p
KMP,UKM dan UKP
Prosedur kerja perlu didokumentasikan dengan baik dan dikendalikan, demikian juga dokumen bukti rekaman seb
harus dikendalikan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan

SK Ka PKM tentang penanggung jawab Pembinaan pada jaringan dan jejaring


SK Ka tentang Ketersediaan data dan Informasi, SK Ka PKM tentang Penanggung jawab Data dan Informasi deng
meliputi minimal: data wilayah kerja, demografi, budaya dan kebiasaan masyarakat, pola penyakit terbanyak, surv
pencapaian kinerja, PIS-PK, data dan informasi lain yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota
Kementerian Kesehatan sesuai dengan . peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Sistem Informasi P
elektronik dan /atau non elektronik

SOPpengumpulan, penyimpanan, analisis data dan pelaporan serta distribusi informasi sesuai dengan kebijakan da
SK Ka PKM Tentang Program K3 Bagi Karyawan, SK Ka PKM ttg penanggung jawab K3 , SOP pemeriksaan ke
Imunisasi bagi Karyawan sesuai dengan hasil identifikasi resiko epidemiologi penyakit infeksi, SOP Program perl
penyakit infeksi, SOP proses pelaporan jika terjadi paparan , SOP Konseling
SK Ka PKM tentang Pesyaratan kompetensi tiap jenis tenaga

SK Ka PKM tentang Uraian tugas yang berisi tugas pokok dan tugas tambahan yg diperlukan oleh tiap karyawan
kegiatan pelayanan.
SK Ka PKM ttg indikator penilaian kinerja yg berisikan Indikator penilaian kinerja setiap karyawan Puskesmas d
a. uraian tugas yang menjadi tanggung jawabnya baik uraian tugas pokok dan tugas tambahan
b. tata nilai yang disepakati termasuk di dalamnya profesionalisme, Bagi tenaga non ASN, tugas pokok ad
keputusan pengangkatan sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas berdasarkan standar kompetensi lulusan ,ASN da
(SKP). SOP Penilaian Kinerja baik ASN maupun Non ASN
SK KA PKM ttg Kelengkapan File Kepegawaian untuk tiap karyawan dengan lampiran : File kepegawaian tiap k
pendidikan, bukti dilakukan verifikasi terhadap Pendidikan (ijazah), registrasi (STR) dan perizinan (SIP) serta buk
pendidikan dan pelatihan, keterampilan, dan pengalaman yang dipersyaratkan, uraian tugas karyawan dan/atau rin
hasil penilaian kinerja karyawan, dan bukti evaluasi penerapan hasil pelatihan termasuk bukti orientasi.

SK Ka PKM ttg orentasi bagi karyawan dengan lampiran utk karyawan baru, dan alih tugas , SOP Orientasi bagi k
SK Kapus tentang Penanggung Jawab MFK, SK KA PKM Pedoman Manajemen Faslitas dan Keselamatan/ Man
dan keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, manajemen bencana, pengamanan kebakaran, a
Permenkes no 52 Tahun 2018 ttg K3
keselamatan pasien Permenkes 27 thn 2017 ttg PPI (infeksi)
Lingkungan RS (B3)
SK KA PKM tentang Pedoman MFK (1.5.1), SOP limbah B3 (1-6)
SK Ka PKM ttg pelarangan merokok bagi petugas , penggina layanan, dan pengunjung , SOP

SK Ka PKM ttg pengelola inventaris Alkes dengan lampiran uraian tugas, SOP pengelolaan inventaris alkes

SK Ka PKM ttg pengelola sistim utilitas dan uraian tugasnya


SK Ka PKM ttg Indikator Kinerja Puskesmas (manajemen PK<, UKM dan UKPP) lengkapi dengan lampiran
SK KA PKM ttg Tim Audit internal dengan uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab

SOP audit Internal


SK Ka Dinkes kab.kota ttg struktur Organisasi Puskesmas

SK Ka Dinkes kab/.kota ttg kewajiban melaksanakan pembinaan ke Puskesmas secara periodik dengan lampiran p
uraian tugasnya dan program kerja pembinaan dg menggunakan indikator pencapaian target PIPK, Target SPM, P
DOKUMEN

Bukti SK dan lampirannya, Bukti pertemuan penyusunan visi, misi,tujuan dan tata nilai (UANG)

Bukti pertemuan penyusunan dan mementukan jenis jenis pelayanan dengan di dalamnya terdapat analisa sesua
masyarakat sebagai dasar penetapan jenis-jenis pelayana

Hasil identifikasi dan analisis kebutuhan jenis-jenis pelayanan berdasarkan:


b) Data UKM esensial
c) Data UKM Pengembangan
d) Data UKPP
e) Data Keperawatan Kesehatan Masyarakat, laboratorium dan data kefarmasian
f) Kondisi keluarga: Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga) melalui pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
g) Data capaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota,
h) Kebijakan/ Pedoman dari Kementerian Kesehatan, Kebijakan/ Pedoman dari dinas kesehatan provinsi dan Kebi
dipertanggungjawabkan.
i) Hasil-hasil survei kepuasan, Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), dan kegiatan survei yang lain
identifikasi dan analisis peluang pengembangan pelayanan pada area prioritas, dan c) hasil identifikasi dan analisi
termasuk risiko terkait bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas
bukti Rencana Lima Tahunan Puskesmas , Renstra Dinkes Kab/Kota
penyusunan Rencana Lima Tahunan dan ditemukan keterlibatan lintas program dan sektor (UANG)

bukti adanya RUK berdasarkan Renstra Dinkes Kab/Kota dan Rencana Lima Tahunan Puskesmas
bukti pertemuan penyusunan RUK dan ditemukan keterlibatan lintas program dan sektor dalam bentuk UANG
Bukti Pertemuan Musrembang Desa dan Musrembang Kecamatan
bukti adanya RPK dan bukti pertemuan penyusunan RPK dg LP sesuai dengan anggaran dari Dinkes kab/kota ( U

RPK bulanan disusun sesuai dengang RPK kegiatan tahunan serta hasil pemantauan dan capaian kinerja bulanan U

Pertemuan pembahasan ttg revisi oleh tim Manajemen Puskesmas (UANG)


UANG untuk mengidentifikasi dan analisis peluang perbaikan dan pengembangan sesuai dengan SK Kapus ttg pe
(standar pelayanan) . KMP : sarana, prasarana, tenaga, SK SOP tersedia di admen,Indikator mutu. UKM capaian

Bukti sosialisai /penyuluhan kepada masyarakat, poster,brosur, leaflet, sosmed, Lokmin LS,Lokbul UANG

Bukti evaluasi dan tindak lanjut terhadap penyampaian informasi (bukti Survei dan analisis , identifikasi dan eval
dokumen penerimaan keluhan dan umpan balik dari masyarakat :papan pengumuman,( pemberian arah tanda yang
yaitu melalui Kotak saran, kepuasan pelanggan, SMD yang sudah diidentifikasi, dianalisis, di evaluasi dan di tind

dokumen penerimaan keluhan dan umpan balik dari masyarakat :papan pengumuman,( pemberian arah tanda yang
yaitu melalui Kotak saran, kepuasan pelanggan, SMD yang sudah diidentifikasi, dianalisis, di evaluasi dan di tind
Bukti /form pendelegasian wewenang manajerial

Tersedia Pedoman Tata naskah Pedoman tata naskah mengatur antara lain:
a. penyusunan, kajian dan persetujuan dokumen (kebijakan, pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur) ol
b. proses dan frekuensi kajian dan keberlanjutan persetujuan
c. pengendalikan dokumen
d. perubahan dokumen dan identifikasi histori perubahan
e. pemeliharaan identitas dan keterbacaan dokumen
f. pengeloaan dokumen yang diperoleh dari luar Puskesmas
g. retensi dokumen yang kadaluwarsa sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap menjamin a

Pedoman/Panduan, KAK KMP, Penyelenggaraan UKM dan Penyelenggaraan UKP,


Bukti dokumentasi pelaksanaan dan pengendalian kegiatan , masalah kegiatan dan tindak lanjutnya dalam upaya

Identifikasi jaringan dan jejaring di wilayah Puskesmas (, Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi: Puskesmas pem
(Jejaring fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya seperti klinik, Puskesmas, apotek, laboratorium, praktik
Bukti Rencana Program pembinaan meliputi aspek KMP, UKM, UKPP, termasuk pembinaan ketenagaan, sarana
Pembinaan

Bukti Monitoring, evaluasi dan tindak lanjut

Tersedia Data dan informasi tersebut meliputi minimal: data wilayah kerja, demografi, budaya dan kebiasaan mas
PK, data dan informasi lain yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota, Dinas Kesehatan Provi
tentang Sistem Informasi Puskesmas

Tersedia bukti pengumpulan, penyimpanan, analisis data dan pelaporan serta distribusi informasi sesuai dengan ke

• Tersedia Bukti Data Peningkatan Mutu, Keselamatan Pengguna layanan, dan Pencegahan dan Pengendalian Infe
a) Hasil pengukuran indikator mutu dan kinerja KMP, UKM, UKPP (layanan klinis).
b) Hasil pengukuran indikator Keselamatan Pengguna layanan
c) Hasil pengukuran indikator Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) .
Bukti evaluasi Peningkatan mutu, Keseleamtan pengguna pelayanan, PPI ( A sampai C sbg Indikator)

Bukti pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan secar berkala, pemberian Imunisasi bagi Karyawan sesuai den
terhadap penularan penyakit infeksi, proses pelaporan jika terjadi paparan , Konseling

Bukti jadwal pemeriksaan kesehatan secara berkala, Bukti pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan secara be
Bukti jadwal Imunisasi, Bukti pelaksanaan kegiatan Imunisasi. Bukti Dalam pengelolaan limbah jarum suntik da
dikumpulkan dalam wadah khusus untuk membuang jarum suntik dan limbah benda tajam yang bersifat tertutup,
yang lain diserahkan kepada pihak ketiga, harus dipastikan bahwa limbah tersebut dikelola oleh pihak ketiga sesua

Bukti Dilakukan konseling dan tindak lanjut terhadap karyawan yang terpapar penyakit infeksi atau cedera akibat

Bukti Disusunnya pola ketenagaan berdasar analisis kebutuhan tenaga sesuai dengan pelayanan yang disediakan s

Bukti upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga sesuai dengan rencana pengembangan tenaga yang disusun. (sur

Bukti dilakukan memberikan pemahami uraian tugas masing-masing agar dapat menjalankan pekerjaan sesuai den
Bukti /SKP tiap tiap pegawai dan bukti tindak lanjut dari penilaian pegawai (ASN), sesuai dengan a,b di pokok pi
Bukti Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara periodik terhadap kelengkapan dan pemutakhiran data kepegaw

KAK Orientasi bagi karyawan baru dan alih tugas


Dokumen Pedoman MFK dan Dokumen Rencana Program MFK (masing masing a-f)

Dokumen identifikasi area-area berisiko berdasrkan a sd f

Dokumen evaluasi dan tindak lanjut pertriwulan terhadap pelaksanaan program MFK
Dokumen pengelolaan Limbah B3 sesuai dengan standar (penggunaan dan pemilahan, pewadahan dan penyimpan

Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bukti laporan, analisis, dan tindak lanjut tumpahan, paparan/pajanan terhadap B3 dan atau limbah B3.

Dokumen identifikasi risiko terjadinya bencana internal dan eksternal sesuai dengan letak geografis Puskesmas da
Dokumen program manajemen bencana /Disaster: 1 sampai7

KAK simulasi dan evaluasi menghadapai bencana, Bukti Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan meliputi angka
menghadapi bencana yang disusun, yang dilanjutkan dengan debriefing setiap dilakukan simulasi. UANG,

Bukti Dilakukan perbaikan terhadap program kesiapan menghadapi bencana sesuai hasil simulai dan evaluasi tah

Bukti Dilakukan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran angka satu sampai angka empat huruf d pa

Bukti Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan terhadap alat deteksi dini asap dan kebakaran, jalur evaku
Bukti Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap program pengamanan kebakaran.(Foto/Video)

tersedia poster ttg bahaya merokok, tanda dilarang merokok,

Bukti inventaris alkes

Program kerja dan bukti dilakukan inspeksi dan testing terhadap alat kesehatan secara periodik (D, 0, W)

Bukti Dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi terhadap alat kesehatan secara periodik (D,O,W)
Bukti program kerja, bukti pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dan RTL jika ada masalah

Bukti pertemuan LP dan LS (UANG),

Bukti dilakukan Tindak lanjut dari penilaian kinerja dan evaluasinya dan bukti melakukan kaji banding ke PKM la
Bukti pembahasan analisis dalam pertemuan LP dan LS (UANG), bukti pertemuan tim manajemen dalam menyus

Bukti revisi perencanaan bulanan

Bukti laporan PKP dan upaya perbaikan kinerjanya ke Dinkes Kab/Kota

Tersedia Jadwal Lokmin bulanan, tribulanan , bukti pertemuan Lokmin dan loktri (UANG)

Bukti dalam notulen lokbul dan loktri berisi Dilakukan pembahasan permasalahan, hambatan dalam pelaksanaan k

Bukti tindak lanjut dengan tergambarkan dg melakukan proses PDCA dan PDSA
tersedia program Kreja, KAK dan bukti kegiatan Audit sesuai dengan rencana yang telah di susun

Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada Kepala Puskesmas, Tim Mutu, pihak yang diaudit dan u

Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi dari hasil audit internal baik oleh kepala Puskesmas, pe

Bukti pertemuan RTM (UANG) dg membahas umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil audit internal, ha
pelayanan Puskesmas, maupun perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta membahas hasil pertemuan tinjau
Bukti rekomendasi untuk perbaikan dan bukti pelaksanaan perbaikan

Bukti pembinaan ke Puskesmas sesuai dg indikator tsb dan bukti pertemuan (UANG)

Bukti pendampingan penyususnan Ruk dan RPK Puskesmas (UANG)


Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota menindaklanjuti pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas yan
bisa diselesaikan di tingkat Puskesmas.

Dokumen bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan verifikasi dan memberikan umpan balik ev

Dokumen Puskesmas melakukan tindak lanjut terhadap hasil pembinaan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kot
OBSERVASI

terpampang poster/banner , brosur , leaflet , media elektronik dll ttg visi, misi, tujuan,
tata nilai dan jenis jenis pelayanan

terpampang poster/banner , brosur , leaflet , media elektronik dll ttg visi, misi, tujuan,
tata nilai dan jenis jenis pelayanan
pasien LP dan LS
APAR : Jumlah, letak dan posisi terlindungi, bukti kontrol terhadap isi dan fungsi

tersedia alat deteksi dini asap dam kebakaran, jalur evakuasi sp ke titik kumpul dan
adanya bukti dilakukan safety breafing
praktek Jika terjadi kebakaran dan penggunaan APAR

keberadaan alat, cek fungsi alat, Oksigen,


Bagaimanakah caranya untuk melakukan identifikasi dan analisis
kebutuhan jenis-jenis pelayanan? Setelah ada jawaban misalnya
dilakukan pertemuan-pertemuan maka diminta UANGnya
apakah ada E dan TL terhadap penyampaian informasi kpd
masyarakat , pengguna , Linsek ? Bentuk E spt apa
WWCR kepada pelanggan ttg keluhan dan umpan balik tu bgmn
caranya bila mereka ada keluhan . WWCR thd pengelola keluhan ttg
prosedur pengelolaan keluhan dan umpan balik ,bgmn
mengumpulkannya ,analisa ,TL

WWCR terhadap pengelolaan keluhan dan umpan balik - evaluasi dan


TL
Observasi 2. Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan
pemilahan, pewadahan dan penyimpanan/TPS B3 serta pengolahan
akhir)

observasi IPAL
Standar Substandar

2.1
DELLA

2.1.1
2.1.2
2.1.1.
2.2. FAU

2.2.1

2.2.2.
2.3. SEPTY
2.3.1.

2.4. EENG

2.4.1.
2.5. KUSMIYATI

2.5.1.

2.5.2.
2.5.3.
2.6.

DELLA 2.6.1.
SEPTY 2.6.2.
DANI 2.6.3.
FAU 2.6.4.
INTAN 2.6.5
2.7.
DELLA

2.7.1
2.8. FAU

2.8.1
2.8.2.
FAU 2.8.3.

PJ UKM 2.8.4.
Kriteria

BAB 2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang berorientasi


pada upaya promotif dan preventif sesuai prinsip five level prevention
Perencanaan pelayanan UKM dilaksanakan secara terpadu.
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara terpadu
berbasis wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan lintas program
dan lintas sektor sesuai dengan analisis kebutuhan masyarakat, data
hasil penilaian kinerja Puskesmas termasuk memperhatikan hasil
pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS
PK) dan capaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) daerah
Kabupaten/Kota.

Perencanaan pelayanan UKM di Puskesmas disusun secara terpadu


berbasis wilayah kerja Puskesmas berdasarkan hasil analisis kebutuhan
dan harapan masyarakat, analisis data pencapaian kinerja pelayanan UKM
dengan memperhatikan data PIS PK dan SPM.
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas memuat kegiatan pemberdayaan
masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat, dimana proses kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan difasilitasi oleh
Puskesmas.
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Pelayanan UKM terintegrasi lintas
program dan mengacu pada Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas.
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM memastikan kemudahan akses sasaran dan masyarakat terhadap
pelaksanaan pelayanan UKM Pelayanan UKM Puskesmas mudah diakses
oleh sasaran dan masyarakat, untuk mendapatkan informasi kegiatan serta
penyampaian umpan balik dan keluhan.

Penjadwalan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas disepakati bersama


dengan memperhatikan masukan sasaran, masyarakat, kelompok
masyarakat, lintas program dan lintas sektor yang dilaksanakan tepat
waktu sesuai dengan rencana.

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan


UKM memastikan kemudahan akses sasaran dan masyarakat terhadap
pelaksanaan pelayanan UKM Pelayanan UKM Puskesmas mudah diakses
oleh sasaran dan masyarakat, untuk mendapatkan informasi kegiatan serta
penyampaian umpan balik dan keluhan.

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan


UKM memastikan akses sasaran dan masyarakat terhadap informasi,
kegiatan UKM, dan akses untuk menyampaikan umpan balik dan keluhan.
Penggerakan dan Pelaksanaan Pelayanan UKM dilakukan dan
dikoordinasikan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor
terkait. Penggerakan dan Pelaksanaan Pelayanan UKM dilakukan sesuai
dengan kebijakan, pedoman/ panduan, prosedur, dan kerangka acuan yang
disusun dan dikoordinasikan melalui forum lokakarya mini bulanan dan
triwulan.
Dilakukan komunikasi dan koordinasi dalam pengelolaan pelayanan UKM
Puskesmas.

Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan secara


berjenjang agar efisien dan efektif dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan secara
berjenjang untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan, menganalisis
penyebab masalah dan merencanakan tindak lanjut.

kegiatan UKM Puskesmas bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan,


pencapaian kinerja, pelaksanaan kegiatan UKM, dan penggunaan sumber
daya,
Pelaksanaan pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK Pelaksanaan
pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK dalam upaya mewujudkan
keluarga sehat dan masyarakat sehat melalui pengorganisasian
masyarakat dengan terbentuknya upaya-upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dan tatanan-tatanan sehat yang merupakan bentuk
implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan


UKM bersama dengan Tim Pembina Keluarga melaksanakan pemetaan dan
intervensi kesehatan berdasarkan permasalahan keluarga sesuai dengan
jadwal yang sudah disepakati.

Intervensi lanjut ditujukan pada wilayah kerja Puskesmas


berdasarkan permasalahan yang sudah dipetakan dan
dilaksanakan terintegrasi dengan pelayanan UKM Puskesmas.
Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai bagian
dari intervensi lanjut dalam bentuk peran serta masyarakat terhadap
masalah-masalah kesehatan
Penyelenggaraan UKM Esensial Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
direncanakan, dilaksanakan dipantau dan dievaluasi

Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Promosi Kesehatan


Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Lingkungan
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Keluarga.
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Gizi.
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
UKM Pengembangan

Puskesmas melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan direncanakan,


dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi.
Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja pelayanan UKM
Puskesmas dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan
UKM Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan untuk menilai
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian dengan
rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat.
Pengawasan, pengendalian, penilaian kinerja pelayanan UKM
dilaksanakan dalam bentuk pemantauan dan supervisi pelaksanaan
kegiatan pelayanan UKM dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan
UKM.

Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM Puskesmas melakukan


supervisi untuk mengendalikan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas
secara periodik
Penanggung jawab UKM wajib melakukan pemantauan dalam upaya
pelaksanaan kegiatan UKM sesuai dengan jadwal yang sudah disusun agar
dapat mengambil langkah tindak lanjut untuk perbaikan.
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM melakukan upaya
perbaikan terhadap hasil penilaian capaian kinerja pelayanan UKM

kinerja terhadap penyelenggaraan pelayanan UKM dilaksanakan secara


periodik untuk menunjukan akuntabilitas dalam pengelolaan pelayanan
UKM.
Pokok Pikiran

· Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap kegiatan UKM dilak


Mawas Diri dan Musyawarah Masyarakat Desa maupun melalui pertemuan pertemuan
dengan masyarakat seperti jajak pendapat, temu muka, survei mawas diri, survei ke
dan media lainnya.

· Pelaksanaan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat mengacu pada kebijaka


berlaku.

· Hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat yang telah dianalisis d


lintas program dan lintas sektor, selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusu
kegiatan UKM.

· Data capaian kinerja pelayanan UKM dianalisis dengan memperhatikan hasil


dan capaian target SPM yang berbasis wilayah kerja Puskesmas. Hasil analisis terse
terpadu bersama lintas program dan lintas sektor sebagai dasar dalam penyusun
kegiatan UKM.

· Kegiatan-kegiatan dalam setiap pelayanan UKM di Puskesmas disusun oleh Kep


Penanggung jawab UKM Puskesmas mengacu pada analisis data kinerja dengan mem
PK, analisis capaian SPM daerah Kabupaten/Kota, pedoman atau acuan yang sud
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun Dinas Kesehatan Daerah
dengan mengutamakan program prioritas nasional (antara lain penurunan Stunting, pe
Imunisasi, Penanggulangan TB, pengendalian Penyakit Tidak Menular, penurunan An
AKI dan Angka Kematian Neonatus/ AKN), serta memperhatikan kebutuhan dan harap
· Dalam standar ini, kata “pelayanan” digunakan untuk menggantikan kata “progra
Promkes menjadi Pelayanan Promkes.

· Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerja, setiap pelaksana k


pelayanan, dan penanggung jawab UKM Puskesmas wajib melakukan fasilitasi pembangun
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

· Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut Pember


adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan indiv
masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya kesehatan yang dilaksanakan dengan c
pemecahan masalah melalui pendekatan edukatif dan partisipatif serta memperhatikan
dan sosial budaya setempat

· Strategi Pemberdayaan Masyarakat meliputi :

a. peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan meng


kesehatan yang dihadapi;
b. peningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat;
c. pengembangan dan pengorganisasian masyarakat;
d. penguatan dan peningkatan advokasi kepada pemangku kepentingan;
e. peningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sektor, lembaga kemasyar
kemasyarakatan,dan swasta;
f. peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal; dan

· Penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat dilakukan dengan tahap :

a. pengenalan kondisi desa/kelurahan;


b. survei mawas diri;
c. musyawarah di desa/kelurahan;
d. perencanaan partisipatif;
e. pelaksanaan kegiatan; dan
f. pembinaan kelestarian.
g. pengintegrasian program, kegiatan, dan/atau kelembagaan Pemberdayaan Masyara
sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan masyarakat

· Perencanaan pemberdayaan masyarakat terintegrasi dengan Profil Kesehatan


melalui pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK).
· Pengembangan/pengorganisasian masyarakat (community organization) da
dilakukan dengan mengupayakan peran dan fungsi organisasi masyarakat dalam pemb
Membangun kesadaran masyarakat merupakan awal dari kegiatan pengorganisasia
dilakukan dengan membahas bersama tentang kebutuhan dan harapan mereka, be
masalah kesehatan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.

· Bentuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan mela


seperti Komunitas Peduli Kesehatan Remaja, Komunitas Peduli HIV/AIDS, Peduli TB
kesehatan ibu dan anak, dan seterusnya dan/atau melalui kegiatan di tatanan-tatan
pesantren, pasar, tempat ibadah dan lain-lain.

• Kegiatan fasilitasi berupa:


a. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat, pemangku kepentingan
untuk mendukung pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
b. melakukan pendampingan dan pembinaan teknis dalam tahapan penyelenggaraan pe
masyarakat
c. melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan pemangku kepentingan di wilayah ke
dalam pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat;
d. membangun kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan dan swasta di wilayah ker
dalam pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
e. mengembangkan media komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan terkait Pembe
Masyarakat dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal;
f. melakukan peningkatan kapasitas Tenaga Pendamping Pemberdayaan Masyarakat da
g. melakukan dan memfasilitasi edukasi kesehatan kepada masyarakat;
h. menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Pemberdayaan Masy
i. melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat di ting
kabupaten/kota secara berkala; dan
j. melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat di wilay
Puskesmas secara berkala

· Kegiatan fasilitasi yang dimaksud dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, perb


terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut.

· Pemberdayaan Masyarakat dalam bidang kesehatan tergambar dalam Rencana U


Rencana Kerja setiap Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM puskesmas.

· Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara terintegrasi lintas progr


efisien serta melalui tahapan perencanaan Puskesmas.

· Penyusunan RPK harus mengacu pada RUK. Jika sebagian kegiatan yang direncanak
dapat dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya, maka dimungkinkan sebagian kegi
dalam RUK tidak dituangkan dalam RPK
RPK pelayanan UKM menggambarkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesma
waktu satu tahun dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan kegiatan setiap bulan

· RPK pelayanan UKM dimungkinkan untuk diubah/ disesuaikan dengan kebutuha


pemantauan, kebijakan dan kondisi – kondisi tertentu.

· RPK pelayanan UKM dirinci dalam RPK untuk masing-masing pelayanan UKM da
Acuan Kegiatan (KAK) untuk tiap kegiatan dari masing-masing pelayanan UKM.

· Jadwal pelaksanaan kegiatan disusun berdasarkan masukan dari sasaran, mas


masyarakat, lintas program dan lintas sektor terkait dan disepakati bersama. Jadw
waktu, tempat dan sasaran kegiatan.

· Agar sasaran, masyarakat, lintas program dan lintas sektor berperan aktif dalam ke
pelaksanaan kegiatan UKM harus disampaikan kepada sasaran, masyarakat, kelompok
program dan lintas sektor terkait dengan memanfaatkan media komunikasi yang sudah dit

• Bilamana dilakukan perubahan jadwal, informasi tentang waktu dan tempat pelaksa
harus disepakati dan diinformasikan dengan jelas dan tempat kegiatan mudah di
kegiatan UKM, masyarakat dan kelompok masyarakat.

· Informasi tentang kegiatan UKM Puskesmas, tujuan, pentahapan, dan jadw


disampaikan pada lintas program dan lintas sektor terkait agar mereka dapat optimal
pencapaian tujuan kegiatan UKM.

· Masyarakat, kelompok masyarakat, dan individu yang menjadi sasaran


informasi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, tujuan, tahapan dan j
sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan harapan mereka, dan menjamin p
tepat sasaran dan tepat waktu.
· Kejelasan informasi yang disampaikan perlu dievaluasi, yaitu evaluasi terhadap pe
oleh sasaran dan pemberian informasi yang dilaksanakan Puskesmas.

· Keberhasilan pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas tergantung pada peran


kelompok masyarakat, keluarga, dan individu yang menjadi sasaran.

· Agar sasaran berperan aktif dalam kegiatan UKM, maka pelaksanaan k


mempertimbangkan kondisi sosial, tata nilai budaya masyarakat sebagai dasar untuk men
teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan UKM.

· Akses sasaran terhadap kegiatan perlu dievaluasi dan ditindaklanjuti untu


mempermudah akses dan penyediaan kegiatan UKM.

· Kemudahan akses bagi sasaran adalah kejelasan prosedur/tahapan dan tidak


pelaksanaan kegiatan UKM.

· Metode adalah cara yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Contoh:


pembinaan, kunjungan rumah dan lain sebagainya. Teknologi adalah media/aud
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Contoh: Lembar balik, model, LCD, film dan la

· Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan sasaran kegiatan diperluk


masyarakat dan sasaran kegiatan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan-perbaikan
kegiatan UKM Puskesmas.

· Umpan balik dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari ma
masyarakat, dan sasaran kegiatan UKM.

Masyarakat, kelompok masyarakat, dan sasaran program dapat menyampaikan keluhan sec
maupun tidak langsung kepada Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksa

· Keluhan dan umpan balik ditindak lanjuti dengan pembahasan atau pertemuan
tokoh masyarakat, kelompok masyarakat, masyarakat atau individu yang merupak
forum-forum yang ada, misalnya badan penyantun Puskesmas, konsil kesehatan mas
forum komunikasi yang lain.

· Kepala Puskesmas, penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelak


membahas umpan balik dan keluhan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan dala
pelaksanaan kegiatan UKM.
· Keberhasilan pelaksanaan pelayanan UKM hanya dapat dicapai jika dilakuk
koordinasi baik lintas program maupun lintas sektor terkait mulai dari proses perenca
perbaikan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan UKM.

· Berbagai mekanisme komunikasi dan koordinasi dapat dilakukan antara lain


pertemuan, lokakarya mini, dan penggunaan media/tekhnologi informasi.

· Kebijakan, dan prosedur komunikasi dan koordinasi dalam penyelenggaraan pe


ditetapkan dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan UKM.

· Evaluasi komunikasi dan koordinasi dilaksanakan sesuai dengan mekanism


koordinasi yang ditetapkan

· Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan kegiatan UKM Puskesmas me


untuk memberikan arahan dan dukungan bagi pelaksana kegiatan dalam melak
tanggung jawab. Arahan dapat dilakukan dalam bentuk pembinaan, pendampingan, per
maupun konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan UKM.

· Pembinaan penanggung jawab UKM Puskesmas kepada koordinator pelayanan dan


UKM meliputi pemahaman pelaksanaan kegiatan dan penyelesaian masalah dalam pe
UKM.

· Pembinaan juga dilakukan untuk menganalisis permasalahan dan hambatan


kegiatan UKM.

· Dalam melaksanakan analisis terhadap masalah dan hambatan pelaksanaan kegiata


jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM Puskesmas mengident
hambatan, menganalisis penyebab masalah dan merencanakan tindak lanjut untuk
UKM. Dilakukan evaluasi terhadap hasil implementasi tindak lanjut tersebut den
menilai sejauhmana tindak lanjut tersebut menyelesaikan masalah.
· Kegiatan Kunjungan Keluarga yang dilaksanakan oleh Tim Pembina Keluarg
menyampaikan Komunikasi Informasi dan Edukasi kepada keluarga sebagai in
didokumentasikan.

· Dokumentasi hasil kunjungan keluarga dilakukan dengan dientry pada aplikasi


atau pada profil keluarga sehat (Prokesga).

· Dokumentasi hasil kunjungan dapat berupa hasil intervensi awal dan hasil interve

· Dokumentasi hasil kunjungan awal dan hasil intervensi (pemutakhiran/update) do


oleh tim data Puskesmas (admin dan surveior).

· Tim pembina keluarga menyampaikan informasi dan laporan hasil kunjun


berkoordinasi dengan penanggung jawab UKM dan koordinator pelayanan dan pelak
agar dapat dilakukan analisis dan intervensi lanjut

· Tim Pembina keluarga adalah tenaga kesehatan Puskesmas yang dibentuk oleh
melalui Surat Keputusan Kepala Puskesmas.

· Kegiatan UKM melalui PIS PK sebagai bentuk intervensi dilaksanakan sesuai


disepakati dengan masyarakat yang menjadi sasaran.

· Untuk melaksanakan intervensi lanjut tingkat wilayah diperlukan penyusunan r


pemetaan wilayah kerja Puskesmas, baik yang spesifik terhadap RT, RW, desa/kelur
secara wilayah kerja Puskesmas.
· Penyusunan rencana intervensi lanjut terintegrasi dengan lintas program da
lintas sektor terkait, didasarkan pada analisis IKS awal.

· Intervensi sesuai dengan hasil analisis dan pemetaan antara lain dilakukan me
(termasuk yang bersifat inovatif), pengorganisasian masyarakat dalam bentuk UKBM d
(sekolah, pesantren, pasar tempat ibadah dan lain-lain).

· Perlu dilakukan perbaikan dan evaluasi pelaksanaan intervensi lanjutan oleh


UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM agar permasalahan y
pelaksanaan PIS PK dapat segera ditindaklanjuti.

· Tindak lanjut dilaksanakan sebagai bagian terintegrasi dalam kegiatan pelayanan

· Perbaikan dan evaluasi PIS PK di tingkat Puskesmas dilaksanakan mulai d


pelaksanaan, pelaksanaan kunjungan keluarga dan intervensi awal, pelaksanaan anali
Sehat (IKS) awal, pelaksanaan intervensi lanjut dan analisis perubahan IKS.
· Rencana intervensi lanjut terintegrasi dengan rencana pelaksanaan kegia
pelayanan UKM Puskesmas.

· Dalam perbaikan dan evaluasi dilaksanakan proses verifikasi yang bertujua


kebenaran serta keakuratan pelaksanaan PIS PK sesuai dengan hasil pelatihan sert
kesehatan setiap keluarga yang ada pada prokesga atau aplikasi dapat dipertanggungja

· Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) adalah suatu tindakan sistematis


dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadar
kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

· Kegiatan Germas merupakan bagian terintegrasi dari intervensi lanjut terhada


kesehatan yang diidentifikasi dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat yan
perubahan IKS tingkat keluarga dan wilayah yang semakin membaik.

· Germas bertujuan agar masyarakat terjaga kesehatan, tetap produktif, hidup dal
bersih, ditandai dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : peningkatan edukasi hidup
kualitas lingkungan, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, penyediaan
percepatan perbaikan gizi, peningkatan perilaku hidup sehat dan peningkatan aktivitas

· Sasaran Germas adalah sasaran untuk masing-masing kegiatan Germas, ya


masyarakat, termasuk individu, keluarga dan masyarakat untuk mempraktikkan pola
hari.
· Puskesmas berperan dalam mensukseskan Germas antara lain melalui kegiatan pe
dan keluarga yang diukur melalui Indeks individu dan keluarga sehat, pemberdayaan mas
dengan terbentuknya UKBM dan pembangunan wilayah berwawasan kesehatan yang di
Masyarakat Sehat dan Indeks Tatanan Sehat.

· Kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan dengan kejelasan jenis kegiatan, indikator


dan terintegrasi dalam kegiatan UKM Puskesmas.

· Cakupan UKM Esensial Promosi Kesehatan diukur dengan:

1. 3 (tiga) indikator utama yaitu:


a. presentasi posyandu aktif,
b. terbentuknya tatanan sehat sesuai dengan pedoman

c. melakukan proses pemberdayaan masyarakat.

· Persentase Posyandu Aktif adalah posyandu yang mampu melaksanakan kegiat


rutin setiap bulan (KIA: ibu hamil, ibu nifas, bayi, balita, KB, imunisasi, giz
penanggulangan diare) dengan cakupan masing-masing minimal 50% dan melakukan ke

· Terbentuknya Tatanan Sehat sesuai dengan pedoman adalah upaya yang


Puskesmas dalam membentuk tatanan/tempat yang mengupayakan kesehatan dengan
untuk memberdayakan masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, mempengar
masyarakat agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan
dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Contoh : rumah tangga sehat, sekolah sehat,

· Melakukan Proses Pemberdayaan Masyarakat adalah memfasilitasi proses pembe


dengan tahapan :
a. pengenalan kondisi desa/kelurahan;
b. survei mawas diri;
c. musyawarah di desa/kelurahan;
d. perencanaan partisipatif;
e. pelaksanaan kegiatan; dan
f. pembinaan kelestarian
· Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Promosi Kesehatan dilakukan upaya-
preventif sebagai berikut:

a. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan dan masya


b. pendampingan dan pembinaan teknis dalam tahapan pemberdayaan masyarakat;
c. melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan pemangku kepentingan di wilayah
d. membangun kemitraan dengan ormas dan swasta di wilayah kerja puskesmas, men
KIE,
e. melakukan peningkatan kapasitas; memfasilitasi edukasi kesehatan kepada masya
f. penggerakan masyarakat.
g. upaya-upaya promotif dan preventif sesuai dengan indikator tambahan yan
Puskesmas yang mengacu pada pedoman/panduan dan atau ketentuan yang berlaku.

· Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindaklanjut terhadap capaian indikato


UKM esensial dan upaya pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial Promosi Ke
dilakukan .

· Cakupan UKM Esensial Kesehatan Lingkungan diukur dengan:


1. Ada 3 (tiga) indikator utama, yaitu:
a. jumlah desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

b. Persentasi Fasilitas Umum (TFU) yang memenuhi syarat kesehatan dan;

c. Persentasi Tempat Pengolahan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat kesehatan.

Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Kesehatan Lingkungan dilakukan upaya-


preventif sebagai berikut:

pemicuan, pendampingan verifikasi desa STBM serta update data, dan lain-lain
melakukan inspeksi kesehatan lingkungan TFU dan TPP, pembinaan, update data dan

upaya-upaya promotive dan preventif sesuai dengan indikator tambahan yang ditetapk
yang mengacu pada pedoman/panduan dan atau ketentuan yang berlaku.

· Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak lanjut terhadap capaian


pelayanan UKM esensial dan upaya pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial Kes
yang telah dilakukan .
· Cakupan UKM Esensial Kesehatan Keluarga diukur dengan:

1. Ada 3 (tiga) indikator utama, yaitu:


a. presentasi ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal terpadu
b. presentasi balita yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayana
c. presentasi remaja yang mendapatkan pelayanan kesehatan peduli remaja
d. presentasi calon pengantin yang mendapatkan pelayanan kesehatan
e. presentasi lanjut usia yang mendapatkan pelayana.
2. Indikator UKM Esensial Kesehatan Keluarga tambahan yang ditetapkan oleh Kepa

· Pelayanan Antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif da


diberikan kepada semua ibu hamil serta terpadu dengan program lain yang memerluka
kehamilannya.

· Sasaran pelayanan antenatal adalah seluruh ibu hamil yang ada di wilayah kerja

· Pelayanan Kesehatan Balita sebagaimana dalam standar pelayanan minimal:

a. penimbangan berat badan


b. pengukuran panjang badan/tinggi badan
c. pemantauan perkembangan
d. imunisasi
e. pemberian vitamin A
f. pelayanan balita sakit
· Sasaran pelayanan balita sehat adalah seluruh balita yang ada di wilayah kerja P

· Kriteria Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PK


kriteria:
a. ada tenaga terlatih/terorientasi PKPR
b. ada pedoman PKPR
c. menyediakan layanan konseling bagi remaja
· Layanan untuk remaja di Puskesmas PKPR melalui pelayanan dalam dan lu
layanan medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya, konseling, p
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), Pemberdayaan kader remaja baik di
masyarakat melalui posyandu remaja.
· Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Puskesmas PKPR mengikuti prinsi
privasi dan kerahasiaan, mempromosikan kemandirian remaja tanpa mensyaratk
kebebasan berkunjung, biaya terjangkau/gratis, memperhatikan keadilan dan kesetaraa

· Pelayanan kesehatan reproduksi Calon Pengantin (Catin) minimal meliputi:


a. anamnesa
b. pemeriksaan fisik
c. pemeriksaan status gizi
d. pemeriksaan darah (hb, golongan darah)
e. skrining imunisasi TT
f. KIE Kesprocatin

· Pelayanan kesehatan lanjut usia meliputi: skrining kesehatan (pemeriksaan tekana


paripurna pengguna layanan Geriatri, pemeriksaan lab sederhana: gula darah, kolesterol, as
perilaku berisiko, pemeriksaan fisik, IMT, pengobatan, rujukan dan pemberian Buku Keseha

· Untuk mencapai kinerja UKM Esensial KIA dilakukan upaya-upaya promotif dan
a. Pelaksanaan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita, minimal 50% desa sudah m
hamil dan kelas ibu balita
b. Puskesmas sudah melakukan orientasi P4K
c. Puskesmas melaksanakan penyeliaan fasilitatif minimal 2 kali dalam setahun
d. Peningkatan peran masyarakat dalam pemanfaatan buku KIA melalui pelaksana
sosialisasi/orientasi kader kesehatan, guru PAUD/KB/TK/RA dan kelompok BKB
e. Puskesmas PKPR menjangkau sasaran remaja di luar Gedung melalui UKS baik
maupun SLB, pesantren, posyandu remaja, pramuka, pelayanan ke panti/LKSA dan rut
f. Puskesmas melakukan kerja sama dengan KUA, Lembaga agama lin dan LS, te
mendorong catin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi.
g. Puskesmas melakukan pelayanan kesehatan reproduksi bagi catin yang
penyediaan SDM dan sarana prasarana untuk melakukan KIE dan skrining kesehatan
h. Pemanfaatan kohort usia reproduksi dalam memantau pelayanan bagi catin dan pe

Pelayanan Lansia di Puskesmas yang santun lansia mengkuti prinsip-prinsip:

memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas


memberikan prioritas pelayanan kepada lansia dan penyediaan sarana yang aman d

memberikan dukungan/bimbingan pada lansia dan keluarga secara berkes


memelihara dan meningkatkan kesehatannya

melakukan pelayanan secara proaktif melalui kegiatan pelayanan di luar gedung


melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup

dan melakukan kerjasama dengan lintas sektor, organisasi kemasyarakatan m


dalam rangka meningkatkan kualitas hidup lansia.

· Adanya dokumentasi hasil upaya-upaya pelaksanaan 5 indikator utama (pelayanan


pelayanan kesehatan balita pelayanan kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehata
kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin yang pe
lanjut usia) beserta laporan kegiatan.

Adanya hasil evaluasi dari permasalahan kesehatan pelaksanaan UKM Esensial Kesehat
dituangkan atau ditindaklanjuti melalui RUK Puskesmas

· Adanya sumber pembiayaan dalam mengatasi permasalahan pelaksanaan UKM


Keluarga yang dituangkan dalam RKA Puskesmas.

· Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindaklanjut terhadap capaian indikato


UKM esensial dan upaya pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial KIA yang telah dil

· Ibu hamil KEK apabila tidak ditangani akan berisiko melahirkan bayi Berat
(BBLR) yang menjadi salah satu penyumbang masalah stunting.

· ASI Eksklusif merupakan salah satu standar emas Pemberian Makan Bayi da
berkontribusi berkurangnya kejadian Gizi Kurang dan stunting.

· Surveilan gizi berupaya memantau secara terus menerus masalah-masalah yang


masalah cepat tertangani dan menjadi dasar untuk perencanaan yang baik

· Cakupan UKM Esensial Gizi diukur dengan:

1. 3 (tiga) indikator utama :

a. Puskesmas melaksanakan Surveilans Gizi


b. presentasi bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif.
c. pelaksanaan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita.

2. Indikator UKM Esensial Kesehatan Gizi tambahan yang ditetapkan oleh Kepala Pus

· Untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Esensial Gizi dilakukan upaya-upaya prom
sebagai berikut:

a. Melaksanakan Surveilans Gizi, melalui:

· pengumpulan data dalam EPPGBM (elektronik pencatatan dan pelaporan gizi ber
· pengolahan dan analisis data EPPGBM

· diseminasi pemanfaatan data EPPGBM


· pemberian PMT kepada ibu hamil KEK
· pemberian TTD kepada ibu hamil

· pemberian TTD pada remaja putri

b. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia kurang dari 6 bulan melalui:

· Pelaksanaan KIE ASI Eksklusif kepada ibu hamil dan ibu balita
· Pelaksanaan 10 Langkah Keberhasilan Menyusui
· Pelaksanaan kegiatan Kelompok pendukung Ibu Menyusui dan ibu balita

c. Pelaksanaan Tata Laksana Gizi Buruk pada balita, melalui:

· Tersedianya Tim Asuhan Gizi yang kompeten dalam pencegahan dan Tata Laksa
balita

· Puskesmas mempunyai Pedoman/NSPK/SOP dalam Tata Laksana Gizi Buruk pad

· Tersedianya pelayanan Tata Laksana Gizi Buruk (rawat jalan/rawat inap)


· Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak lanjut terhadap capaian
pelayanan UKM esensial dan upaya pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial Gizi y
meliputi:
a. Pelaksanaan EPPGBM yang memuat:

1) data sasaran serta pemberian pmt bumil kek


2) pemberian TTD pada ibu hamil
3) pemberian TTD pada remaja putri

b. Analisa dan diseminasi hasil EPPGBM

c. Adanya Tim Asuhan Gizi dalam penanganan dan Tata Laksana Gizi Buruk, ada
buruk yang telah ditindak lanjuti

d. Pelaksanaan KIE ASI Eksklusif pada ibu hamil dan ibu balita
e. Pelaksanaan konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak

· Cakupan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit diukur dengan:

1. 5 (lima) indikator utama berdasarkan prioritas masalah di Puskesmas yang dite


Puskesmas.
2. Indikator UKM Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tambahan lainnya yang dite
Puskesmas.

· Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dil
promotif dan preventif sesuai dengan kebijakan, pedoman dan panduan yang berlaku.

· Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindaklanjut terhadap capaian indikato


UKM esensial dan upaya pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial Pencegahan
Penyakit yang telah dilakukan .

· Puskesmas melaksanakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan berdasa


yang ada di wilayah kerja.

· Cakupan UKM Pengembangan diukur dengan 3 indikator utama Pengembang


oleh Puskesmas.

Untuk mencapai kinerja UKM Pengembangan dilakukan upaya-upaya promotif dan preven
pedoman yang berlaku

· Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak lanjut terhadap capaian


pelayanan UKM Pengembangan dan upaya pencapaian kinerja yang telah dilakukan .
· Perbaikan terhadap pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas perlu dilakukan m
supervisi yang disusun secara periodik dengan jadwal yang jelas.

· Rencana dan jadwal kegiatan supervisi perlu diinformasikan kepada koordin


pelaksana kegiatan UKM Puskesmas, sehingga pelaksana dapat mempersiapkan diri.

Kepala Puskesmas dan Penanggungjawab UKM Puskesmas melaksanakan kegiatan supervis


Koordinator Pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM Puskesmas merencanakan tindak lan
pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas

· Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab (PJ) UKM memberitahukan kepada Ko


terhadap rencana pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian

· Supervisi adalah pengawasan terhadap proses, kegiatan dan pelaksana keg


melaksanakan kegiatan.
• Tahapan pelaksanaan supervisi sebagai berikut:
a) Penyusunan jadwal kegiatan supervisi diinformasikan kepada koordinator dan pelaks
Puskesmas agar dapat menyiapkan bahan yang diperlukan.
b) Bahan persiapan adalah analisis secara mandiri terhadap tugas yang akan disupervis
KAK, dan SOP kegiatan.
c) Supervisi dilakukan oleh Kepala Puskesmas bersama Penanggung Jawab UKM yang d
langsung di tempat kegiatan.
d) Jika ditemukan ketidaksesuaian atau hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pelayan
dilakukan pembahasan dan tindak lanjut perbaikan

· Permasalahan atau ketidaksesuaian yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan


waktu, tempat, akses sasaran, pelaksana dan metode serta teknologi yang digunakan
kegiatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan UKM.

· Pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan UKM sesuai jadwal yang disusun pad
digunakan untuk menuntaskan penyelenggaraan pelayanan UKM Puskesmas sesu
pelaksanaan kegiatan yang disusun.

· Pelaksanaan pembahasan kesesuaian dilaksanakan dalam Lokakarya Mi


menghasilkan jadwal pelaksanaan kegiatan pada bulan berikutnya, dan dalam lokak
untuk memantau peran lintas sektor terkait dalam pelaksanaan pelayanan UKM.

· Rencana pelaksanaan kegiatan yang sedang dilaksanakan dapat direvisi bila p


perubahan kebijakan pemerintah dan/atau perubahan kebutuhan masyarakat atau sa
usulan perbaikan yang rasional.

· Perbaikan terhadap jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan dan


pembahasan dalam lokakarya mini bulanan Puskesmas.

· Pergeseran jadwal bisa terjadi antar bulan atau dengan melaksanakan perbaikan
jadwal seperti tempat, waktu, sasaran kegiatan, pelaksana, serta metode dan teknologi

· Perubahan rencana pelaksanaan kegiatan dimungkinkan apabila terjadi pe


pemerintah dan/atau perubahan kebutuhan masyarakat dan sasaran, maupun ha
pencapaian kinerja. Perubahan rencana kegiatan memperhatikan usulan-usulan da
program, dan lintas sektor terkait.

· Perubahan terhadap rencana tahunan harus dilakukan dengan alasan yang t


pencapaian yang optimal dari kinerja.
· Adanya ketetapan tentang indikator capaian kinerja pelayanan UKM yang disusu
Pelayanan Minimal, Kebijakan/Pedoman dari Kementerian Kesehatan, Kebijakan/ P
Kesehatan Provinsi, dan Kebijakan/Pedoman dari Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/
Puskesmas untuk masing- masing kegiatan UKM.

· Kegiatan pengumpulan hasil data capaian kinerja pelayanan UKM yang tercan
pelaksanaan pelayanan UKM disampaikan kepada penanggungjawab UKM setiap
memperhatikan periodisasi pembuatan dan pengumpulan laporan.

· Penanggung jawab UKM dan koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
terhadap capaian kinerja berdasarkan indikator kinerja pelayanan UKM dan indikat
UKM yang telah dikumpulkan untuk melihat pencapaian kinerja sesuai dengan
ditetapkan.

· Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelak


bertanggung jawab dalam membudayakan perbaikan kinerja secara berkesinambungan
visi, misi dan tujuan Puskesmas.

· Kepala Puskesmas bersama Penanggung Jawab UKM, koordinator pelayanan dan


UKM menetapkan kebijakan dan prosedur penilaian kinerja pelayanan UKM

· Kepala Puskesmas bersama Penanggung jawab UKM perlu melakukan penilaia


pelayanan UKM secara periodik.

· Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menunjukkan akuntabilitas dalam pengelola


UKM Puskesmas dan melakukan perbaikan jika hasil penilaian kinerja tidak me
diharapkan.
· Penilaian tersebut dilakukan dalam rapat Kepala Puskesmas bersama dengan Pen
Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM.
Elemen Penilaian

1. Dilakukan identifikasi kebutuhan dan harapan


masyarakat, kelompok masyarakat, keluarga dan individu
yang merupakan sasaran pelayanan UKM sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. (D, W)

1. Hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat


dianalisis bersama dengan lintas program dan lintas sektor
sebagai bahan untuk pembahasan dalam menyusun rencana
kegiatan. (D,W)

1. Data capaian kinerja pelayanan UKM Puskesmas


dianalisis bersama lintas program dan lintas sektor dengan
memperhatikan hasil pelaksanaan PIS PK sebagai bahan
untuk pembahasan dalam menyusun rencana kegiatan yang
berbasis wilayah kerja. (D,W)

1. Tersedia rencana usulan kegiatan UKM yang disusun


secara terpadu berbasis wilayah kerja Puskesmas
berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan harapan
masyarakat, hasil pembahasan analisis data capaian kinerja
pelayanan UKM dengan memperhatikan hasil pelaksanaan
kegiatan PIS PK (D,W)
1. Terdapat kegiatan fasilitasi pemberdayaan masyarakat
yang dituangkan dalam RUK dan RPK Puskesmas dan sudah
disepakati bersama masyarakat sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang telah ditetapkan. (D, W)

1. Terdapat bukti keterlibatan masyarakat dalam kegiatan


pemberdayaan masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, perbaikan dan evaluasi untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayahnya. (D.W)

1. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap kegiatan


pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
berwawasan kesehatan. (D)
1. Tersedia Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) tahunan
UKM yang terintegrasi dalam Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK) tahunan Puskesmas dengan kejelasan siapa yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya untuk setiap
kegiatan. (R)

2. Tersedia RPK bulanan untuk masing-masing pelayanan


UKM yang disusun setiap bulan dengan kejelasan pelaksana
tiap kegiatan. (R)
3. Tersedia Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) untuk tiap
kegiatan dari masing-masing Pelayanan UKM sesuai dengan
RPK yang disusun (R)

4. Dilakukan evaluasi terhadap rencana pelaksanaan


pelayanan UKM berdasarkan hasil pemantauan (D.W)

5. Jika terjadi perubahan rencana pelaksanaan pelayanan


UKM berdasarkan hasil pemantauan, kebijakan atau kondisi
tertentu maka dilakukan penyesuaian rencana pelaksanaan
kegiatan (D

1. Tersedia jadwal pelaksanaan kegiatan UKM yang disusun


berdasarkan hasil kesepakatan dengan sasaran,
masyarakat, kelompok masyarakat, lintas program dan
lintas sektor terkait. (D,W)

2. Jadwal pelaksanaan kegiatan UKM diinformasikan kepada


sasaran, masyarakat, kelompok masyarakat, lintas program,
dan lintas sektor melalui media komunikasi yang sudah
ditetapkan (D, W).

3. Tersedia bukti penyampaian informasi perubahan jadwal


jika terjadi perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan (D,W)

4. Hasil penyampaian informasi jadwal pelaksanaan kegiatan


UKM dievaluasi dan ditindaklanjuti (D.W)

1. Informasi tentang kegiatan UKM Puskesmas, tujuan,


pentahapan, dan jadwal kegiatan disampaikan kepada
kelompok masyarakat, masyarakat, sasaran, lintas program
dan lintas sektor terkait. (D,W)

2. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode dan


teknologi yang dikenal oleh masyarakat atau sasaran. (D,W)
3. Umpan balik/keluhan dari masyarakat, kelompok
masyarakat, dan sasaran diidentifikasi dan ditindaklanjuti.
(D,W)

4. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap akses


informasi, akses kegiatan UKM, dan akses untuk
menyampaikan umpan balik dan keluhan terhadap kegiatan
UKM.(D,W)
1. Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan
pelaksana kegiatan UKM Puskesmas melakukan komunikasi
dan koordinasi kepada lintas program dan lintas sektor
terkait sesuai kebijakan, panduan dan prosedur yang
ditetapkan. (D,W)

2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


pelaksanaan komunikasi dan koordinasi yang sudah
dilaksanakan (D.W).

1. Penanggung jawab UKM melakukan pembinaan


kepada koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM secara periodik sesuai dengan jadwal yang
disepakati.(D,W)

2. Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan


pelaksana kegiatan UKM Puskesmas mengidentifikasi
dan menganalisis permasalahan dan hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan UKM, (D,W)

3. Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan


pelaksana kegiatan UKM melaksanakan tindak lanjut
untuk mengatasi masalah dan hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan UKM.(D,W)

4. Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan


pelaksana kegiatan UKM melakukan evaluasi dan
tindaklanjut terhadap hasil pelaksanaan pada elemen
penilaian 3 (tiga). (D,W)
1. Dibentuk Tim Pembina Keluarga, tenaga administrasi
dan surveior dengan uraian tugas yang jelas. (R)

2. Tim Pembina Keluarga melakukan kunjungan keluarga


dan intervensi awal yang telah direncanakan melalui proses
persiapan, dan didokumentasikan. (D,W)

3. Tim Pembina Keluarga melakukan penghitungan Indeks


Keluarga Sehat (IKS) pada tingkat keluarga, RT, RW,
desa/kelurahan, dan Puskesmas secara manual atau secara
elektronik (dengan Aplikasi Keluarga Sehat). (D)

4. Tim Pembina Keluarga menyampaikan informasi


masalah kesehatan kepada Kepala Puskesmas, Penanggung
jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM untuk bersama-sama melakukan analisis hasil
kunjungan keluarga. (D,W)

5. Tim Pembina Keluarga bersama Penanggung jawab


UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
menyusun intervensi lanjut kepada keluarga sesuai
permasalahan kesehatan pada tingkat keluarga.(D,W)

6. Penanggung jawab UKM mengkoordinir pelaksanaan


intervensi lanjut. (D,W)

7. Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


melaksanakan intervensi lanjut dan melaporkan hasil yang
telah dilaksanakan kepada tim pembina keluarga dan
selanjutnya dilakukan pemuktahiran/update dokumentasi.
(D, W)

1. Tim pembina keluarga bersama dengan penanggung


jawab UKM melakukan analisis IKS awal dan pemetaan
masalah di tiap tingkatan wilayah, sebagai dasar dalam
menyusun rencana intervensi lanjut secara terintegrasi
lintas program dan dapat melibatkan lintas sektor terkait (D,
W)
2. Rencana intervensi lanjut dikomunikasikan dan
dikoordinasikan dalam lokakarya mini bulanan dan
lokakarya triwulan Puskesmas.(D,W)

3. Dilaksanakan intervensi lanjutan sesuai dengan


rencana yang disusun (D,W)

4. Penanggung jawab UKM Puskesmas berkoordinasi


dengan Penanggung jawab UKPP, Penanggung jawab
Jaringan dan Jejaring Pelayanan Puskesmas melakukan
perbaikan pelaksanaan intervensi lanjutan yang dilakukan
(D,W)

5. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan pada


setiap tahapan PIS PK antara lain melalui supervisi, laporan,
lokakarya mini dan pertemuan-pertemuan penilaian kinerja.
(D,W)

1. Ditetapkannya sasaran Germas dalam pelaksanaan


kegiatan UKM Puskesmas oleh Kepala Puskesmas. (R)

2. Dilaksanakan perencanaan pembinaan Germas secara


terintegrasi dalam kegiatan UKM Puskesmas. (D,O,W)

3. Dilakukan upaya pelaksanaan pembinaan Germas yang


melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait untuk
mewujudkan perubahan perilaku sasaran Germas. (D,W)

4. Dilakukan pemberdayaan masyarakat, keluarga dan


individu dalam mewujudkan gerakan masyarakat hidup
sehat yang ditandai dengan semakin membaiknya IKS
tingkat keluarga dan wilayah dan terbentuknya UKBM.
(D,W)
5. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap
pelaksanaan pembinaan gerakan masyarakat hidup sehat.
(D,W)

1. Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial


Promosi Kesehatan sesuai dengan yang diminta dalam pokok
pikiran. (R,D).

2. Dilakukan analisa terhadap capaian indikator kinerja


pelayanan UKM esensial promosi kesehatan. (D.W.O)

3. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


untuk mencapai kinerja pelayanan UKM esensial Promosi
Kesehatan sebagaimana pokok pikiran, yang sudah
tercantum di dalam RPK sesuai dengan kebijakan, prosedur
dan kerangka acuan kegiatan yang telah ditetapkan (D.W.O)

4. Dilakukan pemantauan dan penilaian serta tindak


lanjut secara periodik dan berkesinambungan terhadap
capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan (D.W.O)

5. Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil


pemantauan dan penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK.
(D,W)
6. Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. (D.W.O)

1. Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial


Kesehatan Lingkungan (R.D)

2. Dilakukan analisa terhadap capaian indikator kinerja


pelayanan UKM esensial Kesehatan Lingkungan. (D.W.O)

3. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


untuk mencapai kinerja pelayanan UKM esensial Kesehatan
Lingkungan sebagaimana pokok pikiran, yang sudah
tercantum di dalam RPK sesuai dengan kebijakan, prosedur
dan kerangka acuan kegiatan yang telah ditetapkan (D.W.O)

4. Dilakukan pemantauan dan penilaian serta tindak


lanjut secara periodik dan berkesinambungan terhadap
capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan (D.W.O)
5. Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil
pemantauan dan penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK
(D.W.O)
6. Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan (D.W.O)
1. Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM Esensial
Kesehatan Keluarga (R.D)

2. Dilakukan analisa terhadap capaian indikator kinerja


pelayanan UKM esensial Kesehatan Keluarga. (D.W.O)

3. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


untuk mencapai kinerja pelayanan UKM esensial Kesehatan
Keluarga sebagaimana pokok pikiran, yang sudah tercantum
di dalam RPK sesuai dengan kebijakan, prosedur dan
kerangka acuan kegiatan yang telah ditetapkan (D.W.O)

4. Dilakukan pemantauan dan penilaian serta tindak


lanjut secara periodik dan berkesinambungan terhadap
capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan. (D.W.O)

5. Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil


pemantauan dan penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK

6. Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan


prosedur yang telah ditetapkan. (D.W.O)
1. Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial
Gizi (R.D)

2. Dilakukan analisa terhadap capaian indikator kinerja


pelayanan UKM esensial Kesehatan Keluarga. (D.W.O)

3. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


untuk mencapai kinerja pelayanan UKM esensial Gizi
sebagaimana pokok pikiran, yang sudah tercantum di dalam
RPK sesuai dengan kebijakan, prosedur dan kerangka acuan
kegiatan yang telah ditetapkan (D.W.O)
4. Dilakukan pemantauan dan penilaian serta tindak
lanjut secara periodik dan berkesinambungan terhadap
capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan (D.W.O)

5 Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil


pemantauan dan penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK
(D.W.O)
6. Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. (D.W.O)

1. Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (R.D)
2. Dilakukan analisa terhadap capaian indikator kinerja
pelayanan UKM esensial Kesehatan Keluarga. (D.W.O)

3. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


untuk mencapai kinerja pelayanan UKM esensial
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagaimana pokok
pikiran, yang sudah tercantum di dalam RPK sesuai dengan
kebijakan, prosedur dan kerangka acuan kegiatan yang telah
ditetapkan (D.W.O)

4. Dilakukan pemantauan dan penilaian serta tindak


lanjut secara periodik dan berkesinambungan terhadap
capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan. (D.W.O)

5. Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil


pemantauan dan penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK
(D.W.O)

6. Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan


prosedur yang telah ditetapkan. (D.W.O)

1. Ditetapkan sasaran program UKM Pengembangan


sesuai dengan ketentuan. (R)

2. Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM


Pengembangan. (R,D)

3. Dilakukan analisa terhadap capaian indikator kinerja


UKM Pengembangan yang telah ditetapkan. (D.W.O)

4. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Pengembangan
sebagaimana pokok pikiran sesuai dengan kebijakan,
pedoman/panduan dan kerangka acuan yang telah
ditetapkan. (D.W.O)
5. Dilakukan pemantauan dan penilaian serta tindak
lanjut secara periodik dan berkesinambungan terhadap
capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan. (D.W.O)

6. Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil


pemantauan dan penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK.
(D.W.O)
7. Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. (D.W.O)

1. Penanggung Jawab UKM menyusun kerangka acuan


dan jadwal supervisi pelaksanaan pelayanan UKM
Puskesmas

2. Kerangka acuan dan jadwal supervisi pelaksanaan


pelayanan UKM Puskesmas diinformasikan kepada
koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM . (D.W)

3. Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


Puskesmas melaksanakan analisis mandiri terhadap proses
pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas sebelum supervisi
dilakukan. (D,W)

4. Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM


Puskesmas melakukan supervisi sesuai dengan kerangka
acuan kegiatan supervisi dan jadwal yang disusun. (D,W)

5. Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM


Puskesmas menyampaikan hasil supervisi kepada
Koordinator pelayanan dan pelaksanan kegiatan (D,W)
6. Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
menindaklanjuti hasil supervisi dengan tindakan perbaikan
sesuai dengan permasalahan yang ditemukan. (D,W)

1. Dilakukan pemantauan kesesuaian pelaksanaan kegiatan


terhadap kerangka acuan dan jadwal kegiatan pelayanan
UKM. (D, W)

2. Dilakukan pembahasan terhadap hasil pemantauan dan


hasil capaian kegiatan pelayanan UKM oleh Kepala
Puskesmas, Penanggung jawab UKM Puskesmas,
koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM

3. Penanggung jawab UKM Puskesmas, koordinator


pelayanan dan pelaksana melakukan tindak lanjut
perbaikan berdasarkan hasil pemantauan. (D,W)

4. Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM bersama


Lintas Program dan Lintas Sektor terkait melakukan
penyesuaian rencana kegiatan berdasarkan hasil perbaikan
dan dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dan
harapan masyarakat atau sasaran.(D,W)

5. Penanggung jawab UKM Puskesmas menginformasikan


penyesuaian rencana kegiatan kepada koordinator
pelayanan, pelaksanan kegiatan, sasaran kegiatan, lintas
program dan lintas sektor terkait. (D,W)
1. Ditetapkan indikator kinerja pelayanan UKM dan
indikator mutu pelayanan UKM. (R

2. Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


melakukan pengumpulan data capaian indikator kinerja
pelayanan UKM dan indikator mutu pelayanan UKM sesuai
dengan periodisasi pengumpulan yang telah ditetapkan.
(D,W)

3. Penanggung Jawab UKM dan Koordinator pelayanan serta


pelaksana kegiatan melakukan pembahasan terhadap
capaian kinerja bersama dengan lintas program. (D,W)

4. Disusun rencana tindaklanjut berdasarkan hasil


pembahasan capaian kinerja pelayanan UKM. (D,W)

5. Dilakukan pelaporan data capaian kinerja beserta


kegiatan UKM kepada Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota. (D)

6. Ada bukti umpan balik (feedback) dari Dinas Kesehatan


Daerah Kabupaten/kota terhadap laporan upaya perbaikan
capaian kinerja pelayanan UKM Puskesmas secara periodik.
(D)

7. Dilakukan tindak lanjut terhadap umpan balik dari Dinas


Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota. (D)

1. Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab UKM , Koordinator


pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM melakukan
pembahasan penilaian kinerja paling sedikit dua kali
setahun (D,W)

2. Disusun rencana tindak lanjut terhadap hasil


pembahasan penilaian kinerja pelayanan UKM (D,W).

3. Hasil penilaian kinerja dilaporkan kepada dinas kesehatan


daerah kabupaten/kota (D)

4. Ada bukti umpan balik (feedback) dari Dinas Kesehatan


Daerah Kabupaten/kota terhadap laporan hasil penilaian
kinerja pelayanan UKM (D
5. Hasil umpan balik (feedback) dari dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota ditindaklanjuti. (D)
SK Ka PKM ttg penanggung jawab pelaksana
kegaitan

SK Ka PKM ttg penanggung jawab pelaksana


kegaitan
KAK utk tiap kegiatan dr masing 2 pelayanan UKM
sesuai dengan RPK yg disusun
SK Ka PKM ttg Tim Pembina Keluarga, tenaga
administrasi dan surveior ( Lampiran : Uraian
tugas yang jelas )
SK Ka PKM ttg indikator kinerja pelayanan UKM
esensial Promosi Kesehatan s
SK Ka PKM ttg indikator kineja pelayanan UKM
esensial Kesehatan Lingkungan
1. SK Ka PKM ttg indikator kinerja pelayanan UKN
Essensial Kesehatan keluarga dengan lampiran
indikator kinerja Utama dan Indikator UKM
Esensial Kesehatan Keluarga tambahan
SK ttg indikator kinerja pelayanan UKM esensial
Gizi
1. SK Ka Pkm ttg indikator kinerja pelayanan UKM
esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
( Indikator utama dan indikator tambahan
SK KA PKM ttg sasaran program UKM
Pengembangan

2. SK KA PKM ttg indikator kinerja pelayanan


UKM Pengembangan.
SK Ka PKM ttg indikator kinerja pelayanan UKM
dan indikator mutu pelayanan UKM ( dasar :
SPM )
Bukti identifikasi Harbut masyarakat : Survei Mawas Diri dan Musyawarah Masyarakat
Desa maupun melalui pertemuan pertemuan konsultatif lainnya dengan masyarakat seperti
jajak pendapat, temu muka, survei mawas diri, survei kepuasan masyarakat dan media
lainnya.

Bukti analisis harbut masyarakat bersama dengan lintas program dan lintas sektor sebagai
bahan untuk pembahasan dalam menyusun rencana kegiatan

Bukti analisis capaian kinerja pelayanan UKM bersama dengan lintas program dan lintas
sektor dengan memperhatikan hasil pelaksanaan PIS PK sebagai bahan untuk
pembahasan dalam menyusun rencana kegiatan yang berbasis wilayah kerja

Tersedia RUK UKM yang disusun secara terpadu berbasis wilayah kerja Puskesmas
berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan harapan masyarakat, hasil pembahasan analisis
data capaian kinerja pelayanan UKM dengan memperhatikan hasil pelaksanaan kegiatan
PIS PK
Kegiatan fasilitasi pemberdayaan masyarakat yang dituangkan dalam RUK dan RPK
Puskesmas dan sudah disepakati bersama masyarakat sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang telah ditetapkan - Bukti dr a sd j dan Kegiatan fasilitasi yang dimaksud
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, perbaikan dan evaluasi terhadap kegiatan
pemberdayaan masyarakat

Pertemuan Loktri ( UANG )

Bukti : Evaluasi dan TL terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan


berwawasan kesehatan.
Tersedia RPK dan SK Ka PKM ttg penanggung jawab pelaksana kegaitan

Bukti RPK bulanan yang disusun setiap bulan ( UANG ) - SK Ka PKM ttg Pelaksana tiap
kegiatan
Bukti Evaluasi thd rencana pelayanan UKM dan Buki Pemantauan

Bukti perubahan rencana pelaksanaan pelayanan UKM berdasarkan hasil


pemantauan ,kebijakan atau kondisi ttt

Tersedia jadwal pelaksanaan kegiatan UKM

Bukti informasi jadwal pelaksanaan kegiatan UKM

Bukti informasi perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan

bukti evaluasi dan TL hasil penyampaian informasi jadwal pelaksanaan kegiatan UKM

Bukti penyampaian pada pertemuan Linprog dan Linsek ttg Informasi tentang kegiatan
UKM Puskesmas, tujuan, pentahapan, dan jadwal kegiatan yang disampaikan kepada
kelompok masyarakat, masyarakat, sasaran, lintas program dan lintas sektor terkait
( UANG )

2.metode : Ceramah, diskusi, pembinaan, kunjungan rumah - Teknolgi : media/audio


visual aid yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Contoh: Lembar balik, model, LCD,
film
3.Bukti : identifikasi dan TL Umpan balik /keluhan masyarakat ,kelompok masyarakat

4.Bukti evaluasi dan TL terhadap akses informasi, akses kegiatan UKM, dan akses untuk
menyampaikan umpan balik dan keluhan terhadap kegiatan UKM ( · Kemudahan
akses bagi sasaran adalah kejelasan prosedur/tahapan dan tidak berbelit-belit dalam
pelaksanaan kegiatan UKM.
1.Bukti : komunikasi dan koordinasi Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan
pelaksana kegiatan UKM Puskesmas kepada lintas program dan lintas sektor terkait
sesuai kebijakan, panduan dan prosedur yang ditetapkan UANG Linprog dan Linsek )

2. Bukti : evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan komunikasi dan koordinasi
yang sudah dilaksanakan

1. BUKTI : Penanggung jawab UKM melakukan pembinaan kepada koordinator


pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM secara periodik sesuai dengan jadwal yang
disepakati ( UANG PRALOKBUL POJKA UKM MEMBAHAS ; Capaian program pelaksana
- Evaluasi dan Monitoring pelaksanaan TL bl yl ,dibuat RTL dr target program yang
tercapai )

2. BUKTI : Identifikasi - analisis masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegaitan UKM
oleg PJ UKM .Koord pelay dan pelaksana ( UANG Pralokbul )

3.BUKTI : TL utk mengatasi masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan Ukm oleh
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana ( UANG Pralokbul )

4,BUKTI : EVALUASI dan tindaklanjut terhadap hasil pelaksanaan pada elemen penilaian 3
(tiga) oleh Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana ( UANG
Pralokbul )
2. BUKTI ; Tim Pembina Keluarga melakukan kunjungan keluarga dan intervensi awal yang
telah direncanakan melalui proses persiapan, dan didokumentasikan.

3. BUKTI ; penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada tingkat keluarga, RT, RW,
desa/kelurahan, dan Puskesmas secara manual atau secara elektronik (dengan Aplikasi
Keluarga Sehat) oleh Tim Pembina Keluarga

4. BUKTI : a. Tim Pembina Keluarga menyampaikan informasi masalah kesehatan kepada


Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM . b . Bukti : Analisis yang dilakukan bersama sama Tim Pembina Keluarga dengan
Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM ( UANG )

5. BUKTI : menyusun intervensi lanjut kepada keluarga sesuai permasalahan kesehatan


pada tingkat keluarga yang dilaksanakan oleh Tim Pembina Keluarga bersama
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM ( UANG )

6 . BUKTI : Penanggung jawab UKM mengkoordinir pelaksanaan intervensi lanjut

7. BUKTI : Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM melaksanakan intervensi


lanjut dan melaporkan hasil yang telah dilaksanakan kepada tim pembina keluarga dan
selanjutnya dilakukan pemuktahiran/update dokumentasi.

1.BUKTI : analisis IKS awal dan pemetaan masalah di tiap tingkatan wilayah o;eh Tim
pembina keluarga bersama dengan penanggung jawab UKM sebagai dasar dalam
menyusun rencana intervensi lanjut secara terintegrasi lintas program dan dapat
melibatkan lintas sektor terkai
2.BUKTI : Rencana intervensi lanjut dikomunikasikan dan dikoordinasikan dalam lokakarya
mini bulanan dan lokakarya triwulan Puskesmas.( UANG LOKBUL dan LOKTRI )

3. BUKTI : intervensi lanjutan sesuai dengan rencana yang disusun

4.BUKTI : perbaikan pelaksanaan intervensi lanjutan yang dilakukan oleh PJ UKM


berkoordinasi dengan Penanggung jawab UKPP, Penanggung jawab Jaringan dan Jejaring
Pelayanan Puskesmas

5. BUKTI : evaluasi dan tindak lanjut perbaikan pada setiap tahapan PIS PK antara lain
melalui supervisi, laporan, lokakarya mini dan pertemuan-pertemuan penilaian kinerja.
( UANG )
1. Bukti : hasil capaian pelayanan UKM esensial Promosi Kesehatan

2. Bukti : Analisa terhadap capaian indikator kinerja pelayanan UKM esensial promosi
kesehatan.

3.KAK : upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM
esensial Promosi Kesehatan

4,Bukti : pemantauan dan penilaian serta tindak lanjut secara periodik dan
berkesinambungan terhadap capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan
tersedia Indikator kinerja dan hasil capaian kinerja pelayanan UKM essensial Kesling

Tersedia ANALISA ( terhadap capaian indikator kinerja pelayanan UKM esensial Kesehatan
Lingkungan )

3, Bukti : Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai kinerja


pelayanan UKM esensial Kesehatan Lingkungan ( a sd g ) - tercantum di dalam RPK -
tersedia KAK kegiatan yg sdh ditetapkan

4. Bukti : Pemantuan , penilaian , TL secara periodik dan berkesinambungan terhadap


capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan ( Notulen pralokbul )

5.Bukti : RTL berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK
(D.W.O)

6. Bukti : pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
hasil capaian dr pelayanan sesuai dengan indikator kinerja Utama dan Indikator UKM
Esensial Kesehatan Keluarga tambahan

2. Bukti : analisa terhadap capaian indikator kinerja pelaynan UKM esensial Kesehatan
keluarga ( Log book - dibahas setiap bulan saat pralokbul - PDCA )

3. KAK pelaksanaan upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan
UKM esensial Kesehatan Keluarga . A. KIA dr a sd j . B . Lansia 6 kegiatan

4, BUKTI : upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM
esensial Kesehatan Keluarga ( Notulen pralokbul pokja UKM - PDCA )

5. BUKTI : Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian
yang terintegrasi ke dalam RUK ( Notulen pralokbul pokja UKM - PDCA )
Bukti capaian kinerja pelayanan Gizi

2. Bukti : analisa terhadap capaian indikator kinerja pelayanan UKM esensial Kesehatan
Keluargaanalisa ( a sd e )

3, Bukti : KAK upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM
esensial Gizi a. Melaksanakan Surveilans Gizi, melalui ( 6 kegiatan ) . B.Pemberian ASI
Eksklusif pada bayi usia kurang dari 6 bulan melalui ( 3 kegiatan ) . C.Pelaksanaan Tata
Laksana Gizi Buruk pada balita, melalui 3 kegiatan

4.Bukti : pemantauan dan penilaian serta tindak lanjut secara periodik dan
berkesinambungan terhadap capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan ( a sd e

5. Bukti : rencana tindak lanjut berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang
terintegrasi ke dalam RUK ( a sd e )
6. Bukti : pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

1. Hasil capaian kinerja pelayanan UKM esensial dan pengembangan


2.Bukti : analisa terhadap capaian indikator kinerja pelayanan UKM esensial Kesehatan
Keluarga

3. KAK : promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM esensial
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

4. Bukti : pemantauan dan penilaian serta tindak lanjut secara periodik dan
berkesinambungan terhadap capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan. (

5. Bukti : rencana tindak lanjut berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang
terintegrasi ke dalam RUK

6.Bukti : pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

2. Bukti : Capaian pelayanan UKM pengembangan

3. Bukti : analisa terhadap capaian indikator kinerja UKM Pengembangan yang telah
ditetapkan ( PDCA )

4.KAK : upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM
Pengembangan
5. Bukti : pemantauan dan penilaian serta tindak lanjut secara periodik dan
berkesinambungan terhadap capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan

6.Bukti : RTL berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK.

7. Bukti : pencatatan dan pelaporan pencatatan dan pelaporan

1. KAK dan Jadwal supervisi pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas

2. Pertemuan : informasi KAK dan Jadwal supervisi pelaksanaan pelayanan UKM


Puskesmas dr PJ UKM kepada Koord pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM ( UANG )

3.Bukti : Analisa madiri terhadap proses pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas sebelum
supervisi dilakukan oleh Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM Puskesmas

4.Bukti : Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM Puskesmas melakukan supervisi
sesuai dengan kerangka acuan kegiatan supervisi dan jadwal yang disusun. ( UANG )

5. Bukti : penyampaian hasil supervisi kepada Koordinator pelayanan dan pelaksanan


kegiatan oleh Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM ( UANG )
6.Bukti : TL hasil superfisi dengan tindakan perbaikan sesuai dengan permasalahan yang
ditemukan yang dilaksanakan oleh Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM

1.Bukti : pemantauan kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap kerangka acuan dan


jadwal kegiatan pelayanan UKM.

2 Bukti : pembahasan terhadap hasil pemantauan dan hasil capaian kegiatan pelayanan
UKM oleh Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM Puskesmas, koordinator pelayanan
dan pelaksana kegiatan UKM ( UANG LOKBUL )

3. Bukti : TL perbaikan berdasarkan hasil pemantauan oleh Penanggung jawab UKM


Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana

4. Bukti : Pertemuan Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM bersama Lintas
Program dan Lintas Sektor terkait menbahas penyesuaian rencana kegiatan berdasarkan
hasil perbaikan dan dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dan harapan masyarakat
atau sasaran.( UANG )

5. Bukti : informasi penyesuaian rencana kegiatan kepada koordinator pelayanan,


pelaksanan kegiatan, sasaran kegiatan, lintas program dan lintas sektor terkait.oleh PJ
UKM ( UANG )
2.Bukti : pengumpulan data capaian indikator kinerja pelayanan UKM dan indikator mutu
pelayanan UKM sesuai dengan periodisasi pengumpulan yang telah ditetapkan yang
dilaksanakan oleh Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM

3. Buki ; Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM oleh Penanggung Jawab UKM
dan Koordinator pelayanan serta pelaksana ( UANG Pralokbul pokja UKM )

4. Bukti : RTL berdasarkan hasil pembahasan capaian kinerja pelayanan UKM ( PDCA )

5. Bukti : Dilakukan pelaporan data capaian kinerja beserta kegiatan UKM kepada Dinas
Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota.

6, Bukti : umpan balik (feedback) dari Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/kota terhadap
laporan upaya perbaikan capaian kinerja pelayanan UKM Puskesmas secara periodik

7. Bukti : tindak lanjut terhadap umpan balik dari Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota

1. Bukti :Pembahasan penilaian kinerja 2 X / tahun oleh Kepala Puskesmas, Penanggung


Jawab UKM , Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM ( UANG - Bukti capaian
kinerja dr pelaksana dan koord pelayanan

2. Bukti : RTL terhadap hasil pembahasan penilaian kinerja pelayanan UKM

3. Bukti : pelaporan Hasil penilaian kinerja kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota

4. Bukti : umpan balik (feedback) dari Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/kota terhadap
laporan hasil penilaian kinerja pelayanan UKM
5.Bukti : TL dr . Hasil umpan balik (feedback) dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
O W

wawancara dengan lintas sektor


Bukti capaian kinerja
promosi kesehatan

Banner - penyuluhan di
pelayanan UKM
observasi RPK dan KAK serta
lakukan Wawancara pelaksanaan
bukti pelaksanaan promotif
dan preventife
promotife dan preventife
bagaiman proses analisa dg PDCA

( Notulen pralokbul pokja


UKM - PDCA )

( Notulen pralokbul pokja


UKM - PDCA )
PDCA capaian kinerja

notulen pralokbul - PDCA

notulen pralokbul - PDCA


capaian kinerja - PDCA

pelaksanaan promotife dan


[preventife saat pelayanan
UKM

notulen pralokbul - PDCA

notulen pralokbul - PDCA

analisa dan PDCA capaian


indikator kinerja
Notulen pralokbul - PDCA

Notulen pralokbul - PDCA

analisa - PDCA
Notulen pralokbul - PDCA

Notulen pralokbul - PDCA


S
Standar Substandar

3.1. PJ UKPP

3.1.1
3.2. DR IWAN

3.2.1.
3.3. ERYN

3.1.1.

3.3.2.
3.4. DRG. FIESCA

3.4.1.
3.4.2.

3.5. FAU
3.5.1.

3.6.
3.6.1
3.7

RIFKY

3.7.1
3.7.2.

3.8

FRIDHA

3.8.1
3.9 BU YUNI

3.9.1
FAISAL 3.9.2
Kriteria

BAB 3. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang


(UKPP)

Standar

Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses Pendaftaran Pengguna


layanan sampai dengan pemulangan dilaksanakan dengan memperhatikan
kebutuhan dan keselamatan.

Proses pendaftaran pengguna layanan memenuhi kebutuhan dan


keselamatan yang didukung oleh sarana, prasarana dan lingkungan.

Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari pendaftaran


dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan pengguna layanan, serta mempertimbangkan hak dan
kewajiban pengguna layanan, keluarga dan petugas. informasi tentang
pendaftaran dan fasilitas rujukan tersedia pada waktu pendaftaran.
Pengkajian, Rencana Asuhan, dan Pemberian Asuhan dilaksanakan
secara paripurna.

Kajian pengguna layanan dilakukan secara paripurna untuk mendukung


rencana dan pelaksanaan pelayanan oleh petugas kesehatan profesional
dan/atau tim kesehatan antar profesi yang digunakan untuk menyusun
keputusan layanan klinis. Pelaksanaan asuhan dan pendidikan
pengguna layanan/keluarga dilaksanakan sesuai rencana yang disusun,
dipandu oleh kebijakan dan prosedur, dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku

Proses kajian awal dilakukan secara paripurna, mencakup berbagai


kebutuhan dan harapan pengguna layanan/keluarga.
Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan segera sebagai prioritas
pelayanan.

Pengguna layanan gawat darurat diberikan prioritas untuk asesmen sebagai


bentuk pelaksanaan triase.

Pelaksanaan layanan bagi pengguna layanan gawat darurat dan/ atau


berisiko tinggi lainnya dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang berlaku.
Pelayanan anastesi lokal dan tindakan di Puskesmas dilaksanakan
sesuai standar.
Tersedia pelayanan anestesi lokal dan tindakan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna layanan

Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan sesuai standar dan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelayanan tindakan medis di Puskesmas direncanakan dan dilaksanakan
memenuhi standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan

Terapi gizi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pengguna layanan dan


ketentuan peraturan perundang-undangan
Terapi gizi diberikan sesuai dengan status gizi pengguna layanan secara regular,
sesuai dengan rencana asuhan, umur, budaya dan bila dimungkinkan pilihan
menu makanan. Pengguna layanan berperan serta dalam perencanaan dan
seleksi makanan
Pemberian terapi gizi sesuai dengan status gizi pengguna layanan dan
konsisten dengan asuhan klinis tersedia secara reguler.

Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan dilakukan sesuai


dengan prosedur yang ditetapkan
Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan dilakukan dengan
prosedur yang tepat. Jika pengguna layanan memerlukan rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lain, rujukan dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi pengguna layanan ke sarana pelayanan lain diatur dengan
kebijakan dan prosedur yang jelas.
Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan yang bertujuan
untuk kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur yang baku
Rujukan
Rujukan dilaksanakan apabila pengguna layanan memerlukan penanganan yang
bukan merupakan kompetensi dari fasilitas kesehatan tingkat pertama

Terdapat kebijakan dan prosedur rujukan yang jelas


Dilakukan tindak lanjut terhadap rujukan balik dari FKRTL

Penyelenggaraan Rekam Medis


Puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis yang berisi data dan informasi
asuhan pengguna layanan yang dibutuhkan untuk pelayanan pengguna layanan,
dan dapat diakses oleh petugas kesehatan pemberian asuhan, manajemen dan
pihak di luar organisasi yang diberi hak akses terhadap rekam medis untuk
kepentingan pengguna layanan, asuransi, sesuai peraturan perundang-
undangan.

Tata kelola penyelenggaraan rekam medis dilakukan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan Pelayanan laboratorium dan kefarmasian
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan Laboratorium dan kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

Pelayanan laboratorium dikelola sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang


ditetapkan.
Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan.
Pokok Pikiran

· Kepala Puskesmas bertanggung jawab dalam penetapan dan


pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan klinis kepada
pengguna layanan yang melindungi hak pengguna layanan dan
keluarga. Seluruh karyawan harus mengetahui dan mengerti hak
dan kewajiban pengguna layanan dan keluarga, serta hak dan
kewajiban sebagai karyawan Puskesmas dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan yang
berlaku. Kepala Puskesmas dan penanggung jawab pelayanan klinis
wajib mengarahkan dan memastikan bahwa seluruh petugas
bertanggung jawab dalam pelaksanaan perlindungan hak dan
pemenuhan kewajiban dalam pelayanan pengguna layanan. Untuk
melindungi secara efektif dan mengedepankan hak pengguna
layanan, Kepala Puskesmas dan penanggung jawab pelayanan klinis
bekerja sama dan berusaha memahami tanggung jawab mereka
dalam hubungannya dengan komunitas yang dilayani, sedangkan
petugas yang melayani dijamin akan memperoleh hak dan
melaksanakan kewajibannya sebagaimana ditetapkan.
· Hak pengguna layanan dan keluarga merupakan salah satu
elemen dasar dari proses pelayanan di Puskesmas, yang melibatkan
petugas pengguna layanan dan keluarga. Kebijakan dan prosedur
harus ditetapkan dan dilaksanakan untuk menjamin bahwa petugas
Puskesmas yang terkait dalam pelayanan pengguna layanan
memberi respons terhadap hak pengguna layanan dan keluarga,
ketika mereka melayani pengguna layanan. Hak pengguna layanan
tersebut perlu dipahami baik oleh pengguna layanan maupun oleh
petugas yang memberikan pelayanan, oleh karena itu pengguna
layanan perlu mendapatkan informasi tentang hak dan kewajiban
pengguna layanan sejak proses pendaftaran.

· Hak dan kewajiban meliputi :

Hak-hak pengguna layanan meliputi:

(1) memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan


tanpa diskriminasi;

(2) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan


standar profesi dan standar prosedur operasional;

(3) memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga


pengguna layanan terhindar dari kerugian fisik dan materi;

(4) memilih dokter dan dokter gigi serta kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Puskesmas;

(5) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya


kepada dokter dan dokter gigi lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas;

(6) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang


diderita termasuk data-data medisnya;

(7) mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan


tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan sertya perkiraan biaya
pengobatan;
(8) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya;

(9) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

(10) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang


dianutnya selama hal tersebut tidak mengganggu pengguna layanan
lainnya;

(11) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya


selama dalam perawatan di Puskesmas;

(12) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan


Puskesmas terhadap dirinya;

(13) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai


dengan agama dan kepercayaan yang dianut;

(14) mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran


termasuk kerahasiaan rekam medik;

(15) mendapatkan akses terhadap isi rekam medis;

(16) memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi bagian


dalam suatu penelitian kesehatan;

(17) menyampaikan keluhan atau pengaduan atas


pelayanan yang diterima;

(18) mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai


standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(19) menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila


Puskesmas diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.

Kewajiban Pengguna layanan:

(1) mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;


(2) memberikan ijin kepada fasilitas pelayanan kesehatan
terhadap akses rekam medis, baik rekam medis non elektronik
maupun rekam medis elektronik

(3) menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;

(4) menghormati hak-hak pengguna layanan lain,


pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya
yang bekerja di Puskesmas ;

(5) memberikan informasi yang jujur, lengkap dan


akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya;

(6) memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan


jaminan kesehatan yang dimilikinya;

(7) mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga


Kesehatan di Puskesmas dan disetujui oleh Pengguna layanan
yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;

(8) menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya


untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan
oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatannya; dan

(9) memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

· Selama proses pelaksanaan layanan pengguna layanan,


petugas kesehatan harus memperhatikan dan menghargai
kebutuhan dan hak pengguna layanan. Kebutuhan dan keluhan
pengguna layanan diidentifikasi selama proses pelaksanaan layanan.
Perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan keluhan pengguna layanan/keluarga pengguna
layanan, menindaklanjuti, dan menggunakan informasi tersebut
untuk perbaikan

· Pengguna layanan harus diberi kemudahan akses untuk


mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Pendaftaran pengguna layanan meliputi: pendaftaran pengguna
layanan rawat jalan, pendaftaran pengguna layanan rawat inap, dan
menahan pengguna layanan untuk observasi atau stabilitasi.
· Kebutuhan pengguna layanan perlu diperhatikan, diupayakan
dan dipenuhi sesuai dengan misi dan sumber daya yang tersedia di
Puskesmas. Jika kebutuhan pengguna layanan tidak dapat dipenuhi,
maka dapat dilakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL)

· Kebijakan dan prosedur pendaftaran perlu disusun yang


memuat:

a) proses pendaftaran
b) identifikasi kebutuhan dan kepuasan pelanggan

c) keselamatan pengguna layanan

d) koordinasi pendaftaran dengan unit kerja yang lain

· Keselamatan pengguna layanan dan petugas sudah harus


diperhatikan sejak pertama pengguna layanan kontak dengan
Puskesmas, dengan demikian prosedur pendaftaran sudah
mencerminkan penerapan upaya keselamatan pengguna layanan,
terutama dalam hal identifikasi pengguna layanan minimal dengan 2
identitas yang relatif tidak berubah: nama lengkap pengguna
layanan, tanggal lahir, nomor identitas kependudukan dan nomor
rekam media.

· Pedoman pendaftaran perlu disusun sebagai acuan bagi petugas


dalam melaksanakan pelayanan pendaftaran di Puskesmas. Dalam
melaksanakan pelayanan pendaftaran perlu dibuat acuan tentang
alur pendaftaran, kriteria petugas pendaftaran, dan dokumen yang
diperlukan pada saat pendaftaran serta tetap memperhatikan
sasaran keselamatan pengguna layanan.

· Di tempat pendaftaran, pengguna layanan dan masyarakat


dapat memperoleh informasi tentang sarana pelayanan, antara lain:
tarif, jenis pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan proses
pelayanan, rujukan, dan ketersediaan tempat tidur untuk
Puskesmas perawatan/rawat inap.

· Informasi di tempat pendaftaran harus tersedia dengan jelas,


mudah diakses, dan dipahami oleh pengguna layanan dan masyarakat,
dengan memperhatikan latar belakang tata nilai, budaya dan bahasa.
· Pengguna layanan mempunyai hak untuk memperoleh
informasi tentang tahapan pelayanan klinis yang akan dilalui mulai
dari proses kajian sampai pemulangan. Tahapan pelayanan klinis
adalah tahapan pelayanan sejak mendaftar, diperiksa sampai dengan
meninggalkan tempat pelayanan dan tindak lanjut di rumah jika
diperlukan. Informasi tersebut termasuk apabila pengguna layanan
perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih tinggi.

· Informasi tentang rujukan harus tersedia di pendaftaran


termasuk ketersediaan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan FKRTL
yang memuat jenis pelayanan yang disediakan.

Persetujuan umum diminta pada waktu mendaftar rawat jalan dan


setiap rawat inap, dan persetujuan tindakan medik yang berisiko
tinggi diminta sebelum pelaksanaan tindakan berisiko tinggi.

· Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent)


kepada pengguna layanan atau keluarganya yang berisi persetujuan
terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnostik,
pengobatan medis lainnya, batas-batas yang telah ditetapkan, dan
persetujuan lainnya, termasuk peraturan tata tertib dan penjelasan
tentang hak dan kewajiban pengguna layanan

· Persetujuan umum tersebut diminta pada saat pengguna layanan


datang pertama kali untuk rawat jalan dan setiap rawat inap.

· Salah satu cara melibatkan pengguna layanan dalam


pengambilan keputusan tentang pelayanan yang diterimanya adalah
dengan cara memberikan informed consent/informed choice. Setiap
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pengguna layanan,
harus mendapatkan persetujuan. Untuk menyetujui/memilih tindakan,
pengguna layanan harus diberi penjelasan/konseling tentang hal yang
berhubungan dengan pelayanan yang direncanakan, karena diperlukan
untuk suatu keputusan persetujuan.

· Penjelasan tentang tindakan kedokteran MINIMAL


mencakup :
a) diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran

b) tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan


c) alternatif tindakan lainnya dan risikonya
d) risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

e) prognosis terhadap tindakan yang dilakukan


perkiraan pembiayaan

· Informed Consent atau Persetujuan tindakan adalah


persetujuan yang diberikan oleh pengguna layanan atau keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan yang akan dilakukan terhadap pengguna layanan

· lnformed consent dapat diperoleh pada berbagai titik waktu


dalam proses pelayanan. Misalnya, informed consent diperoleh ketika
pengguna layanan masuk rawat inap dan sebelum suatu tindakan
atau pengobatan tertentu yang berisiko. Proses persetujuan
ditetapkan dengan jelas oleh Puskesmas dalam kebijakan dan
prosedur, yang mengacu kepada undang-undang dan peraturan yang
berlaku.

· Pengguna layanan dan keluarga dijelaskan tentang tes/tindakan,


prosedur, dan pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan
bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan (misalnya, diberikan
secara lisan, dengan menandatangani formulir persetujuan, atau dengan
cara lain). Pengguna layanan dan keluarga memahami siapa yang dapat
memberikan persetujuan selain pengguna layanan. Petugas pelaksana
tindakan yang diberi wewenang telah terlatih untuk memberikan
penjelasan kepada pengguna layanan dan mendokumentasikan
persetujuan tersebut.

· Pengguna layanan atau mereka yang membuat keputusan atas


nama pengguna layanan, dapat memutuskan untuk tidak
melanjutkan pelayanan atau pengobatan yang direncanakan atau
meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah kegiatan dimulai,
termasuk menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai.

· Pemberi pelayanan wajib memberitahukan pengguna layanan dan


keluarganya tentang hak mereka untuk membuat keputusan, potensi
hasil dari keputusan tersebut dan tanggung jawab mereka berkenaan
dengan keputusan tersebut. Pengguna layanan dan keluarganya
diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan.
· Yang dimaksud dengan ALTERNATIF PELAYANAN dan
pengobatan adalah alternatif lain dalam tindakan pelayanan maupun
pengobatan misalnya pengguna layanan diare menolak diinfus maka
pengguna layanan diedukasi agar minum air dan oralit sesuai kondisi
tubuh pengguna layanan

· Pengguna layanan dengan kendala dan/ atau berkebutuhan


khusus diidentifikasi dan difasilitasi agar dapat memperoleh pelayanan
klinis yang optimal.

· Puskesmas melayani berbagai populasi masyarakat, termasuk


diantaranya pengguna layanan dengan kendala dan/ atau
berkebutuhan khusus, antara lain: balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut
usia, kendala bahasa, budaya, atau kendala lain yang dapat berakibat
terjadinya hambatan atau tidak optimalnya proses asesmen maupun
pemberian asuhan klinis.

· Kesulitan atau hambatan tersebut perlu diantisipasi agar dapat


dilakukan upaya untuk mengurangi dan menghilangkan kesulitan atau
hambatan tersebut mulai saat pendaftaran, pemberian asuhan, sampai
dengan pemulangan

· Proses kajian pengguna layanan merupakan proses yang


berkesinambungan dan dinamis, baik untuk pengguna layanan rawat
jalan maupun pengguna layanan rawat inap. Proses kajian pengguna
layanan menentukan efektivitas asuhan yang akan dilakukan.

· Kajian pengguna layanan meliputi tugas proses utama, yaitu:


a. Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisis,
psikologis, status sosial, dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan
data dan informasi tersebut dilakukan anamnesis (data Subjektif = S),
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang (data Objektif = O).

b. Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan


masalah, kondisi, dan diagnosis untuk mengidentifikasi kebutuhan
pengguna layanan (asesmen atau analisis = A)

c. Membuat rencana asuhan (Perencanaan asuhan = P), yaitu


menyusun solusi untuk mengatasi masalah atau memenuhi
kebutuhan pengguna layanan.

· Pada saat pengguna layanan pertama kali diterima dilakukan


kajian awal, untuk selanjutnya dilakukan kajian ulang secara
berkesinambungan baik pada pengguna layanan rawat jalan maupun
pengguna layanan rawat inap sesuai dengan perkembangan kondisi
kesehatannya.

Ketika pengguna layanan diterima di Puskesmas untuk memperoleh


pelayanan klinis perlu dilakukan kajian awal yang paripurna oleh
tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan disiplin yang lain
meliputi: status fisis/neurologis/mental, psikososiospiritual,
ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, asesmen nyeri, asesmen
risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen
risiko gizi, , kebutuhan edukasi, dan rencana pemulangan

· Kajian awal hanya dapat dilakukan oleh dokter, dokter gigi,


perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain
sesuai dengan rincian wewenang klinis.
· Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka hasil kajian
harus dicatat dalam rekam medis. Informasi yang ada dalam rekam
medis harus mudah diakses oleh petugas yang bertanggung jawab
dalam memberikan asuhan, agar informasi tersebut dapat digunakan
pada saat dibutuhkan demi menjamin kesinambungan dan keselamatan
pengguna layanan. Rekam medis pengguna layanan adalah catatan
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan medis,
penunjang medis, dan keperawatan/kebidanan.

· Kajian awal sampai pada penegakan diagnosis dan penetapan


pelayanan/tindakan sesuai kebutuhan serta rencana tindak lanjut dan
evaluasinya.

· Kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat keputusan


perlu atau tidaknya dilaksanakan review/kajian ulang pada situasi
yang meragukan, dengan kajian medis, kajian penunjang medis,
kajian keperawatan/kebidanan, dan kajian lain wajib
didokumentasikan dengan baik. Hasil kajian tersebut harus dapat
dengan cepat dan mudah ditemukan kembali dalam rekam medis
atau dari lokasi lain yang ditentukan untuk dapat digunakan oleh
petugas yang melayani pengguna layanan.

· Dalam kajian awal, dilakukan kajian apakah pengguna layanan


memerlukan rencana pemulangan (discharge planning) berdasar
kriteria yang ditetapkan sesuai dengan keragaman kebutuhan pengguna
layanan.

· Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pengguna


layanan mengalami kesakitan atau nyeri. Nyeri adalah bentuk
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan
terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan
kerusakan jaringan

· Ada beberapa cara untuk membantu menilai nyeri dengan


menggunakan skala assessment nyeri, misalnya :

§ Visual Analog Scale (VAS)


Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan
untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual
gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pengguna layanan.
Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau
tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini
dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu
mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri
terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau
horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda
rasa nyeri. Digunakan pada pengguna layanan anak >8 tahun dan
dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan
sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak
bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta
kemampuan konsentrasi

No Pain Worst
Possible
Pain

§ Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada
skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala numerik
verbal ini lebih bermanfaat pada periode pasca bedah, karena secara
alami verbal / kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual
dan motorik. Skala verbal menggunakan kata - kata dan bukan garis
atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan
dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri
dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang,
cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini
membatasi pilihan kata pengguna layanan, skala ini tidak dapat
membedakan berbagai tipe nyeri.

No Mild
Pain Pain Moderat Severe Very Worst
e Pain Pain Severe Possible
Pain Pain
Severe
Pain

§ Numeric Rating Scale (NRS)

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis,


jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama
untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah
keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak
memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan
dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan
efek analgesik.

§ Wong Baker Pain Rating Scale


Digunakan pada pengguna layanan dewasa dan anak >3 tahun yang
tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka

· Tenaga kesehatan dan/ atau tim kesehatan antar profesi yang


profesional melakukan kajian pengguna layanan untuk menetapkan
diagnosis dan rencana asuhan.

· Kajian pengguna layanan dan penetapan diagnosis hanya


boleh dilakukan oleh tenaga professional yang kompeten. Proses
kajian tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan
oleh tim kesehatan antar profesi yang terdiri dari dokter, dokter
gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain
sesuai dengan kebutuhan pengguna layanan.
· Kajian pengguna layanan baik kajian awal maupun kajian
ulang harus dicatat dalam rekam medis untuk mengetahui histori dan
perkembangan kondisi pengguna layanan sebagai dasar untuk
menyusun rencana asuhan.

· Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang


dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan asuhan klinis yang akan
diberikan.

· Luaran klinis tergantung dari ketepatan dalam penyusunan


rencana asuhan yang sesuai dengan kondisi pengguna layanan dan
standar pelayanan klinis, oleh karena itu dalam menyusun rencana
asuhan perlu dipandu oleh panduan praktik klinis dan/atau standar
pelayanan yang ditetapkan.

· Jika dalam pemberian asuhan diperlukan tim kesehatan, maka


harus dilakukan koordinasi dalam penyusunan rencana asuhan
terpadu.

· Yang dimaksud dengan tenaga profesional yang kompeten


adalah tenaga yang dalam melaksanakan tugas profesinya dipandu
oleh standar dan kode etik profesi, dan mempunyai kompetensi
sesuai dengan pendidikan dan pelatihan yang dimiliki, dan dapat
dibuktikan dengan adanya sertifikat kompetensi.

· Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang


untuk melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tertentu
kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan pemberi asuhan yang
lain secara tertulis. Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat
dilakukan dalam keadaan tenaga medis tidak berada ditempat,
dan/atau karena keterbasatan ketersediaan tenaga medis.

· Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis


tersebut dilakukan dengan ketentuan:

1) Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan


keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan

2) Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan


pemberi pelimpahan
3) Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan
pelimpahan yang diberikan
4) Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan
klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan
5) Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
· Rencana asuhan klinis disusun bersama pengguna layanan
dengan memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual
dan tata nilai budaya pengguna layanan.
· Pengguna layanan mempunyai hak untuk mengambil keputusan
terhadap asuhan yang akan diperoleh. Pengguna layanan/keluarga
diberi peluang untuk bekerjasama dalam menyusun rencana asuhan
klinis yang akan dilakukan. Dalam menyusun rencana asuhan tersebut
harus memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual
dan memperhatikan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh pengguna
layanan.
· Resiko yang mungkin terjadi pada pengguna layanan antara lain
resiko alergi, infeksi, jatuh dan efek samping asuhan serta obat
· Rencana asuhan mempertimbangkan komunikasi, informasi dan
edukasi pada pengguna layanan dan keluarga
· Asuhan Pengguna layanan diberikan oleh tenaga sesuai
kompetensi lulusan dengan kejelasan rincian wewenang yang sesuai
dengan wewenang yang dimiliki
· Kompetensi Lulusan Medis
a) Setiap pengguna layanan dilayani oleh dokter atau dokter gigi
penanggung jawab pelayanan yang mempunyai rincian wewenang klinis
sesuai kompetensi yang dimiliki. Asuhan medis dilaksanakan
berdasarkan panduan pelayanan medis dan/atau prosedur pelayanan
medis sesuai dengan rencana asuhan yang disusun. Dalam keadaan
dokter atau dokter gigi tidak tersedia atau tidak berada di tempat, dapat
dilakukan pemberian wewenang delegatif kepada perawat atau bidan
atau dengan pemberian wewenang khusus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

b) Pelayanan klinis harus diberikan dengan efektif dan efisien. Dalam


perencanaan maupun pelaksanaannya harus menghindari pengulangan
yang tidak perlu. Untuk itu diperlukan upaya pendukung yang sesuai
dengan kemampuan Puskesmas, dan dipadukan sebagai hasil kajian
dalam merencanakan dan melaksanakan layananklinis bagi pengguna
layanan.
c) Pengulangan yang tidak perlu dapat berupa pemeriksaan fisis dan
neuorologi, permintaan pemeriksaan penunjang yang sebelumnya sudah
dilakukan, pemberian obat sejenis atau dengan tujuan yang sama,
maupun pemberian asuhan yang lain.
d) Untuk mencegah pengulangan yang tidak perlu, dilakukan prosedur
terintegrasi, semua pemeriksaan penunjang, pemberian obat, tindakan,
dan asuhan klinis dicatat dalam rekam medis sehingga petugas pemberi
asuhan dapat menggunakannya sebagai pertimbangan sebelum
membuat keputusan asuhan ataupun permintaan pemeriksaan
penunjang.
· Kompetensi Lulusan Keperawatan/Kebidanan :
· Setiap pengguna layanan dilayani oleh perawat/bidan dan
praktisi klinis lain yang mempunyai rincian wewenang klinis sesuai
kompetensi yang dimiliki. Asuhan dilaksanakan berdasarkan panduan
pelayanan keperawatan/kebidanan dan/atau prosedur pelayanan klinis
lain sesuai dengan rencana asuhan yang disusun
· Pelaksanaan asuhan terpadu dikoordinir oleh dokter dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan terpadu, yang disusun
untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan dan dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan
· Pada kondisi tertentu misalnya kasus penyakit tuberculosis
dengan malnutrisi maka perlu penanganan secara terpadu dari dokter,
nutrisionis dan penanggung jawab program TB, pengguna layanan
memerlukan asuhan terpadu yang meliputi asuhan medis, asuhan
keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan kesehatan yang lain, sesuai
dengan kebutuhan pengguna layanan.
· Dokter sebagai penanggung jawab pelayanan berkewajiban
mengkoordinasikan pelaksanaan asuhan terpadu untuk mencapai
luaran klinis yang diharapkan, dan upaya promotif maupun preventif
bagi keluarga dan masyarakat.

· Pengguna layanan/keluarga memperoleh edukasi kesehatan


dengan pendekatan yang komunikatif dan bahasa yang mudah dipahami

· Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada


kerjasama antara petugas kesehatan dan pengguna layanan/keluarga.
Pengguna layanan/keluarga perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan
dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis
pengguna layanan, oleh karena itu penyuluhan dan pendidikan
pengguna layanan/keluarga perlu dipadukan dalam pelayanan klinis.
Pendidikan dan penyuluhan kepada pengguna layanan termasuk
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
· Agar penyuluhan dan pendidikan pengguna layanan/keluarga
dilaksanakan dengan efektif maka dilakukan dengan pendekatan
komunikasi interpersonal antara pengguna layanan dan petugas
kesehatan, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
pengguna layanan/keluarga.
· Dalam proses memberikan penyuluhan/ pendidikan pada
pengguna layanan, didorong agar pengguna layanan/keluarga pengguna
layanan untuk berbicara/ bertanya terkait dengan masalah kesehatan,
pengobatan, dan pemenuhan kebutuhan pengguna layanan.

· Pengguna layanan gawat darurat diidentifikasi dengan proses


triase mengacu pada pedoman tata laksana triase sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

· Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan


penentuan atau penyeleksian pengguna layanan yang harus
didahulukan untuk mendapatkan penanganan, yang mengacu pada
tingkat ancaman jiwa yang timbul berdasarkan:

a) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit


b) Dapat meninggal dalam hitungan jam
c) Trauma ringan
d) Sudah meninggal
Pengguna layanan-pengguna layanan tersebut didahulukan diperiksa
dokter sebelum pengguna layanan yang lain, mendapat pelayanan
diagnostik sesegera mungkin dan diberikan pengobatan sesuai dengan
kebutuhan.
· Pengguna layanan harus distabilkan terlebih dahulu sebelum
dirujuk yaitu bila tidak tersedia pelayanan di Puskesmas untuk
memenuhi kebutuhan pengguna layanan dengan kondisi emergensi dan
pengguna layanan memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang
mempunyai kemampuan lebih tinggi.
Dalam penanganan pengguna layanan dengan kebutuhan darurat,
mendesak, atau segera, prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi
diterapkan untuk pengguna layanan dengan risiko penularan infeksi,
misalnya infeksi melalui udara/airborne.

· Pengguna layanan berisiko tinggi adalah pengguna layanan yang


dikategorikan berisiko tinggi karena usia, kondisi kesehatan, atau
mempunyai kebutuhan kritis untuk segera mendapat pertolongan,
termasuk pengguna layanan rentan yang karena kondisinya tidak
mampu menjaga diri sendiri terhadap adanya bahaya atau kekerasan.
· Kasus-kasus yang termasuk gawat darurat dan/ atau berisiko
tinggi perlu diidentifikasi, dan ada kejelasan kebijakan dan prosedur
dalam pelayanan pengguna layanan gawat darurat 24 jam

· Kasus-kasus berisiko tinggi dapat berupa kasus berisiko tinggi


terjadinya kematian atau cedera termasuk kasus gawat darurat pada
ibu hamil/ melahirkan, risiko bagi masyarakat atau lingkungan, dan
kasus yang memungkinkan terjadinya penularan infeksi bagi petugas,
pengguna layanan dan masyarakat.

· Prosedur penanganan pengguna layanan gawat darurat disusun


berdasar panduan praktik klinis untuk penanganan pengguna layanan
gawat darurat dengan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

· Penanganan pengguna layanan gawat darurat di Puskesmas Non


Rawat Inap dilakukan di ruang tindakan untuk pelayanan pengguna
layanan gawat darurat.
· Penanganan kasus-kasus berisiko tinggi yang memungkinkan
terjadinya penularan baik bagi petugas maupun pengguna layanan yang
lain perlu diperhatikan sesuai dengan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi.

· Dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di Puskesmas


terutama pelayanan gawat darurat, pelayanan gigi, dan keluarga
berencana kadang-kadang memerlukan tindakan tindakan yang
membutuhkan lokal anestesi. Pelaksanaan lokal anestesi tersebut harus
memenuhi standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta kebijakan dan prosedur yang berlaku di Puskesmas.

· Kebijakan dan prosedur memuat:

a) penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara


dewasa, geriatri dan anak atau pertimbangan khusus
b) dokumentasi yang diperlukan untuk dapat bekerja dan
berkomunikasi efektif
c) persyaratan persetujuan khusus
d) kualifikasi, kompetensi, dan keterampilan petugas pelaksana
e) ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi
f) teknik melakukan anestesi lokal
g) frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan
h) tata laksana pemberian bantuan resusitasi yang tepat
i) tata laksana terhadap komplikasi
j) bantuan hidup dasar

· Dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di Puskesmas


terutama pelayanan gawat darurat, pelayanan gigi, dan keluarga
berencana kadang-kadang memerlukan tindakan tindakan yang
membutuhkan anestesi. Pelaksanaan tindakan tersebut harus
memenuhi standar dan peraturan yang berlaku, serta kebijakan dan
prosedur yang berlaku di Puskesmas.

· Dokter dan/ atau dokter gigi yang melakukan tindakan medis


wajib :

a. menyampaikan informasi dan hasil kajian pengguna layanan

b. menyusun rencana tindakan medis berdasar kajian pengguna


layanan
c. edukasi pada pengguna layanan/keluarga terkait tindakan medis
yang akan dilakukan, termasuk komplikasi yang mungkin terjadi dan
hasil yang tidak diharapkan
d. melaksanakan prosedur tindakan medis yang aman
e. menyusun laporan tindakan medis yang meliputi: diagnosis
sesudah pembedahan, nama dokter yang melakukan pembedahan,
prosedur pembedahan yang dilakukan dan rincian temuan, ada tidaknya
komplikasi, spesimen yang dikirim untuk diperiksa (jika ada), tanggal,
waktu, tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
f. melakukan perbaikan pengguna layanan pada saat pemulihan
g. melakukan perbaikan pasca tindakan termasuk memberikan
instruksi pemulangan.
· Kondisi kesehatan dan proses pemulihan pengguna layanan
membutuhkan asupan makanan dan gizi yang memadai, oleh karena itu
makanan perlu disediakan secara regular, sesuai dengan rencana
asuhan, umur, budaya, dan bila dimungkinkan pilihan menu makanan.
Pengguna layanan berperan serta dalam perencanaan dan seleksi
makanan.
· Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan
terapi gizi yang telah ditetapkan.

· Setiap orang harus mengonsumsi makanan sesuai dengan


standar angka kecukupan gizi

· Angka Kecukupan Gizi adalah suatu nilai acuan kecukupan rata-


rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh, aktivitas fisik untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal
· Terapi Gizi kepada pengguna layanan di Puskesmas diberikan
secara reguler sesuai dengan rencana asuhan berdasarkan hasil
penilaian status gizi dan kebutuhan pengguna layanan sesuai Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) yang tercantum di dalam Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas.
· Terapi Gizi kepada pengguna layanan rawat inap harus dicatat
dan didokumentasikan dengan baik.
· Keluarga pengguna layanan dapat berpartisipasi dalam
menyediakan makanan bila sesuai dan konsisten dengan kajian
kebutuhan pengguna layanan dan rencana asuhan dengan
sepengetahuan dari petugas kesehatan yang berkompeten.
· Bila keluarga pengguna layanan atau pihak lain menyediakan
makanan pengguna layanan, mereka diberikan edukasi tentang
makanan yang dilarang/ kontra indikasi dengan kebutuhan dan
rencana pelayanan, termasuk informasi tentang interaksi obat dengan
makanan.
· Terapi gizi adalah adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada
pengguna layanan (klien) berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi
terapi diit, konseling gizi dan pemberian makanan khusus dalam rangka
penyembuhan pasien.
· Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka perlu
ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pengguna
layanan dan tindak lanjut.

· Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang


lain menyusun rencana pemulangan yang berisi instruksi dan/
atau dukungan yang perlu diberikan baik oleh Puskesmas
maupun keluarga pengguna layanan pada saat pemulangan
maupun tindak lanjut di rumah, sesuai dengan hasil kajian yang
dilakukan.
· Pemulangan dilakukan oleh dokter/ dokter gigi yang
bertanggung jawab terhadap pengguna layanan.

· Pemulangan pengguna layanan dilakukan berdasar kriteria


yang ditetapkan oleh dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab
terhadap pengguna layanan untuk memastikan bahwa kondisi
pengguna layanan layak untuk dipulangkan dan akan
memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan,
misalnya pengguna layanan rawat jalan yang tidak memerlukan
perawatan rawat inap, pengguna layanan rawat inap tidak lagi
memerlukan perawatan rawat inap di Puskesmas, pengguna
layanan yang karena kondisinya memerlukan rujukan ke FKRTL,
pengguna layanan yang karena kondisinya dapat dirawat di
rumah atau rumah perawatan, pengguna layanan yang menolak
untuk perawatan rawat inap, pengguna layanan/ keluarga yang
meminta pulang atas permintaan sendiri.

· Resume medis berisikan :


a) Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostic
b) Indikasi pengguna layanan rawat inap, diagnosis dan
kormobiditas lain
c) Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan
d) Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang
e) Kondisi kesehatan pengguna layanan
f) Instruksi tindak lanjut dan dijelaskan kepada pengguna
layanan, termasuk nomor kontak yang dapat dihubungi dalam
situasi darurat
· Informasi yang diberikan kepada pengguna layanan/
keluarga pada saat pemulangan atau rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lain diperlukan agar pengguna layanan/keluarga
memahami tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mencapai
hasil pelayanan yang optimal.
· Resume Medis pengguna layanan paling sedikit terdiri
dari :
a) Identitas Pengguna layanan
b) Diagnosis Masuk dan indikasi pengguna layanan dirawat

c) Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis


akhir, pengobatan dan rencana tindaklanjut pelayanan kesehatan

d) Nama dan tanda tangan Dokter atau Dokter gigi yang


memberikan pelayanan kesehatan
· Resume Medis yang diberikan kepada pengguna layanan saat
pulang dari rawat inap terdiri dari :
e) Data umum pengguna layanan
f) Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan)
g) Pemeriksaan
h) Terapi, tindakan dan atau anjuran

· Jika kebutuhan pengguna layanan akan pelayanan tidak dapat


dipenuhi oleh Puskesmas, maka pengguna layanan harus dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan berdasarkan
kebutuhan pengguna layanan.

· Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan prosedur


termasuk alternatif rujukan sehingga pengguna layanan dijamin
memperoleh pelayanan yang dibutuhkan di tempat rujukan pada saat
yang tepat.

· Komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu


dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan pelayanan
di FKRTL.
· Pengguna layanan yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi sesuai
dengan standar rujukan

· Pengguna layanan/keluarga pengguna layanan mempunyai hak


untuk memperoleh informasi tentang rencana rujukan. Informasi yang
perlu disampaikan kepada pengguna layanan meliputi: alasan rujukan,
fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan
lainnya, jika ada, sehingga pengguna layanan/keluarga dapat
memutuskan fasilitas yang mana yang dipilih, serta kapan rujukan
harus dilakukan.

· Jika pengguna layanan perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang


lain, wajib diupayakan proses rujukan berjalan sesuai dengan
kebutuhan dan pilihan pengguna layanan agar pengguna layanan
memperoleh kepastian mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan
dan pilihan tersebut dengan konsekuensinya.
· Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pengguna layanan
(misalnya kebutuhan transportasi, petugas kompeten yang
mendampingi, sarana medis dan keluarga yang menemani termasuk
pilihan fasilitas kesehatan rujukan) selama proses rujukan.
· Selama proses rujukan pengguna layanan secara langsung,
pemberi asuhan yang kompeten terus memantau kondisi pengguna
layanan, dan fasilitas kesehatan penerima rujukan diberi resume tertulis
mengenai kondisi klinis pengguna layanan dan tindakan yang telah
dilakukan.

· Merujuk pengguna layanan secara langsung ke fasilitas


kesehatan lain dapat merupakan proses yang singkat dengan pengguna
layanan yang sadar dan dapat berbicara, atau merujuk pengguna
layanan koma yang membutuhkan pengawasan keperawatan atau medis
yang terus menerus. Pada kedua kasus tersebut pengguna layanan perlu
dipantau oleh petugas yang kompeten. Kompetensi pemberi asuhan yang
mendampingi selama transfer ditentukan oleh kondisi pengguna
layanan. Petugas yang mendampingi pengguna layanan memberikan
informasi secara lengkap (SBAR) tentang kondisi pengguna layanan
kepada petugas penerima transfer pengguna layanan.

· Yang dimaksud dengan rujukan langsung adalah proses rujukan


yang dilakukan pihak Puskesmas dengan menggunakan fasilitas
transportasi yang disediakan oleh pihak Puskesmas, dilakukan
perbaikan oleh pemberi asuhan yang kompeten, dan diserahkan kepada
petugas di fasilitas kesehatan rujukan tujuan yang telah dihubungi
sebelumnya.
· Yang dimaksud rujukan tidak langsung adalah proses rujukan
yang dilakukan dengan proses pelaksanaannya diserahkan kepada
pengguna layanan.

· Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi mengenai


kondisi pengguna layanan dikirim bersama pengguna layanan. Salinan
resume pengguna layanan tersebut diberikan kepada fasilitas kesehatan
penerima rujukan bersama dengan pengguna layanan.

· Resume tersebut memuat kondisi klinis pengguna layanan,


prosedur, dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan
pengguna layanan lebih lanjut.

· Pengguna layanan yang dirujuk balik dari FKRTL sesuai dengan


umpan balik rujukan dan dicatat dalam rekam medis.

· Jika Puskesmas menerima umpan balik rujukan pengguna


layanan dari fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut atau fasilitas
kesehatan lain, maka perlu dilakukan tindak lanjut terhadap pengguna
layanan sesuai prosedur yang berlaku melalui proses kajian dengan
memperhatikan rekomendasi umpan balik rujukan.

· Standarisasi terminologi, definisi, kosa kata dan penamaan,


memfasilitasi pembandingan data dan informasi di dalam maupun di
luar Puskesmas termasuk FKRTL. Keseragaman penggunaan kode
diagnosa dan kode prosedur/tindakan mendukung pengumpulan dan
analisis data.
· Singkatan dan simbol juga distandarisasi dan termasuk daftar
“yang tidak boleh digunakan”. Standarisasi tersebut konsisten dengan
standar lokal, nasional, dan internasional.

· Kelengkapan isi rekam medis diperlukan untuk menjamin


kesinambungan pelayanan, memantau kemajuan respon pengguna
layanan terhadap asuhan yang diberikan. Puskesmas menetapkan
kebijakan dan prosedur kelengkapan rekam medis.
· Dokter, perawat, bidan, dan petugas pemberi asuhan yang lain
bersama-sama menyepakati isi rekam medis sesuai dengan kebutuhan
informasi yang perlu ada dalam pelaksanaan asuhan pengguna layanan.

· Penyelenggaraan Rekam Medis dilakukan secara berurutan dari


sejak pengguna layanan masuk sampai pengguna layanan pulang,
dirujuk atau meninggal, meliputi kegiatan :
a. Registrasi pengguna layanan
b. Pendistribusian rekam medis
c. Isi rekam medis dan pengisian informasi klinis
d. Pengolahan data dan pengkodean
e. Klaim pembiayaan
f. Penyimpanan rekam medis
g. Penjaminan mutu
h. Pelepasan informasi kesehatan
i. Pemusnahan rekam medis
· Rekam medis diisi oleh setiap Dokter, Dokter gigi, dan/atau
Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan
perseorangan
· Apabila terdapat lebih dari satu tenaga Dokter, Dokter gigi
dan/atau Tenaga Kesehatan dalam satu fasilitas kesehatan, maka
rekam medis dibuat secara terintegrasi
· Rekam Medis harus segera dicatat secara lengkap dan jelas
setelah pengguna layanan menerima pelayanan serta mencantumkan
nama, waktu dan tanda tangan Dokter, Dokter gigi dan/atau Tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan secara berurutan sesuai waktu
pelayanan dan sesuai dengan kompetensi lulusannya
· Dalam hal terjadi kesalahan dalam pencatatan Rekam Medis,
Dokter, Dokter gigi, dan/atau Tenaga Kesehatan lain dapat dilakukan
pembetulan. Apabila pencatatan rekam medis dilakukan secara
konvensional maka pembetulan dilakukan dengan cara mencoret 1
(satu) garis, diparaf dan diberi tanggal, dalam hal diperlukan
penambahan kata atau kalimat diperlukan paraf dan tanggal
· Isi rekam medis yang merupakan dokumentasi informasi klinis
pada rawat jalan di FKTP, paling sedikit meliputi :
§ Identitas pengguna layanan
§ Tanggal dan waktu
§ Hasil anamnesis
§ Hasil pemeriksaan
§ Diagnosis
§ Rencana penatalaksanaan
§ Pengobatan dan atau tindakan
§ Persetujuan dan penolakan tindakan jika diperlukan
§ Nama dan tanda tangan Dokter, Dokter gigi dan atau Tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
· Dalam hal pengguna layanan rawat inap atau perawatan 1 (satu)
hari isi rekam medis sebagaimana pada rawat jalan ditambahkan
dengan :
§ Lembaran monitoring untuk pengguna layanan rujukan sebelum
masuk ruang rawat inap
§ surat rujukan untuk pengguna layanan rujukan;
§ catatan perjalanan perawatan pengguna layanan mulai dari dirawat
inap sampai pengguna layanan pulang
§ salinan resume medis
· Rekam Medis untuk pengguna layanan gawat darurat,
ditambahkan :
§ Hasil pemeriksaan triase
§ Identitas dan nomor kontak pengantar pengguna layanan
§ Sarana transportasi yang digunakan untuk mengantar pengguna
layanan
· Resume Medis pengguna layanan paling sedikit terdiri dari :
§ Identitas Pengguna layanan
§ Diagnosis Masuk dan indikasi pengguna layanan dirawat
§ Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan dan rencana tindaklanjut pelayanan kesehatan
§ Nama dan tanda tangan Dokter atau Dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan
· Resume Medis yang diberikan kepada pengguna layanan saat
pulang dari rawat inap terdiri dari :
§ Data umum pengguna layanan
§ Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan)
§ Pemeriksaan
§ Terapi, tindakan dan atau anjuran
· Koreksi dan penambahan data pada rekam medis dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
· Puskesmas menetapkan dan melaksanakan suatu kebijakan yang
menjadi pedoman retensi berkas rekam medis pengguna layanan dan
data serta informasi lainnya. Berkas rekam medis klinis pengguna
layanan, serta data dan informasi lainnya disimpan (retensi) untuk
suatu jangka waktu yang cukup dan mematuhi peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku guna mendukung asuhan pengguna
layanan, manajemen, dokumentasi yang sah secara hukum, riset dan
pendidikan. Kebijakan tentang penyimpanan (retensi) konsisten dengan
kerahasiaan dan keamanan informasi tersebut. Ketika periode retensi
yang ditetapkan terpenuhi, maka berkas rekam medis klinis pengguna
layanan dan catatan lain pengguna layanan, data serta informasi dapat
dimusnahkan dengan semestinya kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medik dalam jangka waktu tertentu sesuai
peraturan yang berlaku.

· Efek obat, efek samping obat, dan kejadian alergi ditindak lanjuti
serta didokumentasikan dalam rekam medis.

· Perlu ditetapkan jenis-jenis pelayanan laboratorium yang tersedia


di Puskesmas

· Agar pelaksanaan pelayanan laboratorium dapat menghasilkan


hasil pemeriksaan yang tepat, maka perlu ditetapkan kebijakan dan
prosedur pelayanan laboratorium mulai dari permintaan, penerimaaan,
pengambilan dan penyimpanan spesimen, pengelolaan reagen
pelaksanaan pemeriksaan, dan penyampaian hasil pemeriksaan kepada
pihak yang membutuhkan, serta pengelolaan limbah medis dan bahan
berbahaya dan beracun (B3).
· Pemeriksaan berisiko tinggi adalah pemeriksaan terhadap
spesimen yang berisiko infeksi pada petugas, misalnya spesimen sputum
dengan kecurigaan tuberculosis, darah dari pengguna layanan dengan
kecurigaan hepatitis B, HIV/AIDS.

· Regulasi pelayanan laboratorium perlu disusun sebagai acuan,


yang meliputi kebijakan dan pedoman, serta prosedur-prosedur
pelayanan laboratorium yang mengatur tentang:

a) jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan sesuai dengan


kebutuhan masyarakat dan kemampuan Puskesmas
b) waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
c) pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi
d) proses permintaan pemeriksaan, penerimaan specimen,
pengambilan, dan penyimpanan specimen
e) pelayanan pemeriksaan di luar jam kerja pada Puskesmas rawat
inap atau puskesmas yang menyediakan pelayanan di luar jam kerja
f) proses pemeriksaan laboratorium
g) kesehatan dan keselamatan kerja dalam pelayanan laboratorium
h) penggunaan alat pelindung diri
i) pengelolaan reagen
· Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium maka perlu
dilakukan upaya pemantapan mutu internal maupun eksternal di
Puskesmas. Pemantapan mutu dilakukan sesuai dengan jenis dan
ketersediaan peralatan laboratorium yang digunakan dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
· Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eskternal (PME)
secara periodik yang diselenggarakan oleh institusi yang ditetapkan oleh
pemerintah
· Uji silang adalah kegiatan untuk menilai mutu dan kesesuaian hasil
pemeriksaan secara periodik dan berkesinambungan dengan
mengirimkan sampel yang sama ke laboratorium lain/ rujukan.
· Jika pemeriksaan laboratorium tidak bisa dilakukan oleh
Puskesmas karena keterbatasan kemampuan, maka dapat dilakukan
rujukan pemeriksaan laboratorium yang dipandu dengan prosedur yang
jelas

· Pimpinan Puskesmas perlu menetapkan jangka waktu yang


dibutuhkan untuk melaporkan hasil tes laboratorium. Hasil dilaporkan
dalam kerangka waktu berdasarkan kebutuhan pengguna layanan,
pelayanan yang ditawarkan, dan kebutuhan petugas pemberi pelayanan
klinis. Pemeriksaan pada gawat darurat dan di luar jam kerja serta pada
akhir minggu termasuk dalam ketentuan ini.

· Hasil pemeriksaan yang segera (urgent), seperti dari unit gawat


darurat diberikan perhatian khusus. Sebagai tambahan, bila pelayanan
laboratorium dilakukan bekerja sama dengan pihak luar, laporan hasil
pemeriksaan juga harus tepat waktu sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan atau yang tercantum dalam kontrak.

· Reagensia dan bahan-bahan lain yang selalu harus ada untuk


pelayanan laboratorium bagi pengguna layanan harus diidentifikasi dan
ditetapkan. Suatu proses yang efektif untuk pemesanan atau menjamin
ketersediaan reagensia esensial dan bahan lain yang diperlukan.

· Semua reagensia disimpan sesuai pedoman dari produsen atau


instruksi penyimpanan yang ada pada kemasan. Evaluasi periodik
dilakukan terhadap ketersediaan dan penyimpanan semua reagensia
untuk memastikan akurasi dan presisi hasil pemeriksaan.
· Ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk memastikan pemberian
label yang lengkap dan akurat untuk reagensia dan larutan yang
digunakan merujuk pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

· Sesuai dengan peralatan dan prosedur yang dilaksanakan di


laboratorium, perlu ditetapkan rentang nilai normal dan rentang nilai
rujukan untuk setiap pemeriksaan yang dilaksanakan.
· Nilai normal dan rentang nilai rujukan harus tercantum dalam
catatan klinis, sebagai bagian dari laporan atau dalam dokumen
terpisah
· Jika pemeriksaan dilaksanakan oleh laboratorium luar, laporan
hasil pemeriksaan harus dilengkapi dengan rentang nilai. Jika terjadi
perubahan metoda atau peralatan yang digunakan untuk melakukan
pemeriksaan, atau perubahan terkait perkembangan ilmu dan tehnologi,
harus dilakukan evaluasi dan revisi bila perlu terhadap ketentuan
tentang rentang nilai pemeriksaan laboratorium.
· Ada prosedur rujukan spesimen dan pengguna layanan, jika
pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan di Puskesmas

· Pelayanan kefarmasian harus tersedia di Puskesmas, oleh karena


itu jenis dan jumlah obat, serta bahan medis habis pakai harus tersedia
sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

· Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


(BMHP) terdiri dari:
o Perencanaan kebutuhan obat dan BMHP
o Permintaan obat dan BMHP
o Penerimaan obat dan BMHP
o Penyimpanan obat dan BMHP
o Pendistribusian obat dan BMHP
o Pengendalian obat dan BMHP
o Pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan obat dan BMHP
o Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan BMHP
· Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas terdiri dari:
o Pengkajian resep dan penyerahan obat
o Pemberian informasi obat (PIO)
o Konseling
o Visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
o Pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO)
o Pemantauan terapi obat (PTO)
o Evaluasi penggunaan obat
· Obat kadaluarsa/rusak/out of date /substitusi, ditarik dari
peredaran dikelola sesuai kebijakan dan prosedur
· Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih yang
dibutuhkan dan harus tersedia di Puskesmas perlu disusun sebagai
acuan dalam pemberian pelayanan pada pengguna layanan, mengacu
pada formularium nasional dan pemilihan jenis obat melalui proses
kolaboratif antar pemberi asuhan, dengan mempertimbangkan
kebutuhan pengguna layanan, keamanan, dan efisiensi.

· Dalam hal Puskesmas belum dapat melakukan pelayanan farmasi


untuk Program Rujuk Balik (PRB), maka obat dapat dilakukan
kerjasama dengan apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

· Jika terjadi kehabisan obat karena terlambatnya pengiriman,


kurangnya stok nasional atau sebab lain yang tidak dapat diantisipasi
dalam pengendalian inventaris yang normal, perlu diatur suatu proses
untuk mengingatkan para dokter/dokter gigi tentang kekurangan obat
tersebut dan saran untuk penggantinya.
· Obat yang disediakan harus dapat dijamin keaslian dan
keamanan, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan rantai
pengadaan obat. Pengelolaan rantai pengadaan obat adalah suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi proses perencanaan dan pemilihan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
penggunaan obat.
· Kebijakan, pedoman dan prosedur pelayanan farmasi harus
disusun sebagai acuan dalam pelayanan, meliputi:
a. perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai
b. pengadaan, penyediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai
c. proses peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat
d. penggunaan obat-obatan pengguna layanan rawat inap, yang
dibawa sendiri oleh pengguna layanan/ keluarga pengguna layanan
e. menjaga tidak terjadinya pemberian obat yang kedaluwarsa kepada
pengguna layanan
f. jika terjadi kekosongan obat
g. pengendalian pengadaan, penyediaan dan penggunaan obat
h. pengelolaan rantai distribusi dan pengadaan obat
i. ketersediaan formularium obat
· Pemberian obat untuk mengobati seorang pengguna layanan
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang spesifik. Puskesmas
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi petugas dengan pengetahuan
dan pengalaman sesuai persyaratan dan yang juga diizinkan
berdasarkan lisensi, sertifikasi, Undang-Undang atau peraturan untuk
pemberian obat. Dalam situasi emergensi, perlu diidentifikasi petugas
tambahan yang diizinkan untuk memberikan obat. Untuk menjamin
agar obat tersedia dengan cukup dan dalam kondisi baik, tidak rusak,
dan tidak kedaluwarsa, maka perlu ditetapkan dan diterapkan kebijakan
pengelolaan obat mulai dari proses analisis kebutuhan, pemesanan,
pengadaan, pendistribusian, pelayanan peresepan, pencatatan dan
pelaporan.

· Peresepan dilakukan oleh tenaga medis. Dalam pelayanan resep


petugas farmasi wajib melakukan pengkajian/telaah resep yang meliputi
pemenuhan persyaratan administratif, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis sesuai peraturan perundang-undangan, antara lain:
a) ketepatan identitas pengguna layanan, obat, dosis, frekuensi, aturan
minum/makan obat, dan waktu pemberian; b) duplikasi pengobatan; c)
potensi alergi atau sensitivitas; d) interaksi antara obat dan obat lain
atau dengan makanan; e) variasi kriteria penggunaan; f) berat badan
pengguna layanan dan atau informasi fisiologik lainnya; dan g) kontra
indikasi.
· Dalam pemberian obat harus juga dilakukan kajian benar,
meliputi: ketepatan identitas pengguna layanan, ketepatan obat,
ketepatan dosis, keterpatan rute pemberian, dan ketepatan waktu
pemberian.
· Apabila persyaratan petugas yang diberi wewenang dalam
penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, petugas tersebut mendapat
pelatihan khusus tentang penyediaan obat.
· Untuk Puskesmas rawat inap penggunaan obat oleh pengguna
layanan/pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke Puskesmas atau yang
diresepkan atau dipesan di Puskesmas, diketahui dan dicatat dalam
rekam medis. Harus dilaksanakan pengawasan penggunaan obat,
terutama obat-obat psikotropika sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
· Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko
yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan
kerugian besar pada pengguna layanan.
· Obat yang perlu diwaspadai (high alert) terdiri atas :
- obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau
kemoterapeutik;
- obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike),
seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine atau disebut
juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);

· Agar obat layak dikonsumsi oleh pengguna layanan, maka


kebersihan dan keamanan terhadap obat yang tersedia harus dilakukan
mulai dari proses pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
penyampaian obat kepada pengguna layanan serta penatalaksanaan
obat kedaluwarsa dan/atau rusak/out of date/substitusi.

· Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur dalam


penyampaian obat kepada pengguna layanan agar pengguna layanan
memahami indikasi, dosis, cara penggunaan obat, dan efek samping
yang mungkin terjadi.
· Pengguna layanan, dokternya, perawat dan petugas kesehatan
yang lain bekerja bersama untuk memantau pengguna layanan yang
mendapat obat. Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi efek
pengobatan terhadap gejala pengguna layanan atau penyakitnya dan
untuk mengevaluasi pengguna layanan terhadap kejadian efek samping
obat.

· Berdasarkan pemantauan, dosis atau jenis obat bila perlu dapat


disesuaikan dengan memperhatikan pemberian obat secara rasional.
Sudah seharusnya dilakukan pemantauan secara ketat respons
pengguna layanan terhadap dosis pertama obat yang baru diberikan
kepada pengguna layanan. Pemantauan dimaksudkan untuk
mengidentifikasi respons terapetik yang diantisipasi maupun reaksi
alergik, interaksi obat yang tidak diantisipasi, untuk mencegah risiko
bagi pengguna layanan. Memantau efek obat termasuk mengobservasi
dan mendokumentasikan setiap kejadian salah obat (medication error).

· Perlu disusun kebijakan tentang identifikasi, pencatatan dan


pelaporan semua kejadian salah obat (medication error) yang terkait
dengan penggunaan obat, misalnya: salah peresepan obat, salah
penyerahan obat, salah pelabelan obat, salah dosis, salah rute
pemberian, salah frekuensi pemberian, memberikan obat salah orang.

· Bila terjadi kegawatdaruratan pengguna layanan, akses cepat


terhadap obat emergensi yang tepat adalah sangat penting. Perlu
ditetapkan lokasi penyimpanan obat emergensi di tempat pelayanan dan
obat-obat emergensi yang harus disuplai ke lokasi tersebut.
· Untuk memastikan akses ke obat emergensi bilamana
diperlukan, perlu tersedia prosedur untuk mencegah penyalahgunaan,
pencurian atau kehilangan terhadap obat dimaksud. Prosedur ini
memastikan bahwa obat diganti bilamana digunakan, rusak atau
kedaluarsa. Keseimbangan antara akses, kesiapan, dan keamanan dari
tempat penyimpanan obat emergensi perlu dipenuhi.

· Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi


pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication
error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke
layanan kesehatan primer dan sebaliknya.

· Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:


a. Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien.
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter.
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
· Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
a. Pengumpulan data Mencatat data dan memverifikasi Obat yang
sedang dan akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis,
frekuensi, rute, Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan
dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah
terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat
tanggal kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan
efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat
penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat
pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart.
Data Obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan
sebelumnya. Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep
maupun Obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses
rekonsiliasi.
b. Komparasi, Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang
pernah, sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan
adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan di antara data-
data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang
hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat
bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) di mana dokter tidak tahu
adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.

c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan


ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidak sesuaian , maka dokter
harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan
oleh Apoteker adalah:
1. menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja.
2. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti.
3. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi Obat.

d. Komunikasi, melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau


keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang diberikan.
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Elemen Penilaian
R

1. Pendaftaran dilakukan sesuai dengan kebijakan, pedoman


dan prosedur yang ditetapkan dengan menginformasikan
hak dan kewajiban serta memperhatikan keselamatan
pengguna layanan (O,W,S)
2. Pemenuhan hak dan kewajiban pengguna layanan
dilakukan pada saat anamnesis, pemeriksaan, pelaksanaan
asuhan, pemberian tindakan, dan pemindahan sesuai
dengan kebijakan, pedoman dan prosedur yang ditetapkan.
(D, O, W, S)

3. Persetujuan umum (general consent) diminta saat pertama kali


pengguna layanan masuk rawat jalan dan setiap kali masuk rawat
inap dan hasil pelaksanaannya didokumentasikan. (D, W)
4. Pengguna layanan/keluarga pengguna layanan
memperoleh informasi mengenai tindakan
medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan
dilakukan sebelum memberikan persetujuan atau penolakan
(informed consent) termasuk konsekuensi dari keputusan
penolakan tersebut. (D)

5. Dilakukan identifikasi, fasilitasi dan tindak lanjut


terhadap pengguna layanan dengan keterbatasan, kendala
dan/atau berkebutuhan khusus dalam proses pelayanan.
(D)
1. Ditetapkan jenis dan isi kajian awal dalam rekam medis
secara kolaboratif antar praktisi klinis serta dilakukan
kajian awal oleh tenaga yang kompeten mengacu pada
standar profesi, dicatat dalam rekam medis, digunakan
untuk penyusunan rencana asuhan, koordinasi dalam
pemberian asuhan, dan rencana pemulangan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. (R, D, W)

2. Dilakukan kajian dan penanganan nyeri. (D,O,W)


3. Disusun rencana pemulangan untuk pengguna layanan
yang memerlukan rencana pemulangan sesuai dengan hasil
kajian awal (D, W)

4. Dilakukan kajian pengguna layanan dalam penetapkan


diagnosis dan rencana asuhan oleh tenaga yang profesioanl
dan kompeten sesuai dengan panduan praktik klinis yang
dituangkan ke dalam rekam medis. (R,D,O)
5. Dalam keadaan tertentu jika tidak tersedia tenaga
medis, dapat dilakukan pelimpahan wewenang tertulis
kepada perawat dan/ atau bidan yang telah mengikuti
pelatihan, untuk melakukan kajian awal medis dan
pemberian asuhan medis sesuai kewenangan delegative yang
diberikan. (R,D)

6. Asuhan Pengguna layanan diberikan oleh dokter,


dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi
asuhan yang lain, sesuai rencana asuhan dan panduan
praktik klinis dan/atau prosedur-prosedur asuhan klinis,
agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu (D, W)

7. Dokter bertanggung jawab terhadap pelayanan


pengguna layanan melakukan koordinasi pelaksanaan
asuhan terpadu melaksanakan secara kolaboratif sesuai
dengan rencana asuhan terpadu, panduan praktik klinis,
dan prosedur asuhan klinis dan dicatat dalam rekam medis
secara terintegrasi . (D)

8. Dilakukan penyuluhan/ pendidikan kesehatan bagi


pengguna layanan dan keluarga dengan metode yang dapat
dipahami oleh pengguna layanan dan keluarga. (D,O)

9. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


efektivitas penyampaian informasi kepada pengguna
layanan/ keluarga pengguna layanan agar mereka dapat
berperan aktif dalam proses layanan dan memahami
konsekuensi layanan yang diberikan.(D)
1. Pengguna layanan diprioritaskan atas dasar
kegawatdaruratan seperti yang tercantum di pokok pikiran
sesuai dengan kebijakan, pedoman dan prosedur yang
ditetapkan. (W,O,S)
2. Pengguna layanan gawat darurat yang perlu dirujuk ke
FKRTL, diperiksa dan dibuat stabil terlebih dahulu sesuai
kemampuan Puskesmas dan dipastikan dapat diterima di
FKRTL sesuai dengan kebijakan, pedoman dan prosedur
yang ditetapkan. (D,O)

1. Dilakukan identifikasi kasus-kasus gawat darurat dan/


atau berisiko tinggi yang sering terjadi.(D)
2. Pemberian asuhan pada pengguna layanan gawat
darurat dan/ atau berisiko tinggi dilaksanakan sesuai
dengan rencana asuhan, kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan (O, W)

1. Pelayanan anestesi lokal dilakukan oleh tenaga


kesehatan yang kompeten sesuai dengan kebijakan dan
prosedur . (D, O, W)

2. Jenis, dosis dan teknik anestesi lokal dan pemantauan


status fisiologi pengguna layanan selama pemberian anestesi
lokal oleh petugas dan dicatat dalam rekam medis pengguna
layanan (D)
1. Dokter atau dokter gigi atau tenaga klinis yang akan
melakukan tindakan medis sesuai kewenangannya membuat
kajian sebagai dasar untuk menyusun rencana asuhan
tindakan. (D, W)

2. Pengguna layanan/ keluarga pengguna layanan


mendapat penjelasan oleh okter atau dokter gigi yang akan
melakukan tindakan, tentang risiko, manfaat, komplikasi
potensial, dan alternatif pelayanan sebelum memberikan
persetujuan atau penolakan terhadap tindakan yang akan
dilakukan.(D, O, W)
3. Dilakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur,
dan dilakukan pemantaun status fisiologi pengguna layanan
secara terus menerus selama dan segera setelah tindakan
dan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk laporan
tindakan medis.(D, W)
1. Disusun rencana asuhan gizi berdasar kajian
kebutuhan gizi pada pengguna layanan sesuai dengan
kondisi kesehatan dan kebutuhan pengguna layanan. (D)

2. Distribusi dan pemberian makanan dilakukan sesuai


jadwal dan pemesanan dan didokumentasikan. (D, W)
3. Pengguna layanan dan/ atau keluarga diberi edukasi
tentang pembatasan diit pengguna layanan dan
keamanan/kebersihan makanan, bila keluarga ikut
menyediakan makanan bagi pengguna layanan. (D)
1. Dokter/dokter gigi, perawat/bidan, dan pemberi
asuhan yang lain melaksanakan pemulangan dan
asuhan tindak lanjut sesuai dengan rencana yang
disusun dan kriteria pemulangan. (D)

2. Resume medis diberikan kepada pengguna


layanan dan pihak yang bekepentingan saat
pemulangan atau rujukan. (D, O, W)
1. Pengguna layanan/keluarga pengguna layanan
memperoleh informasi rujukan dan memberi persetujuan
untuk dilakukan rujukan berdasarkan kebutuhan pengguna
layanan dan kriteria rujukan untuk menjamin kelangsungan
layanan ke fasilitas kesehatan yang lain (D, W)

2. Dilakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang


menjadi tujuan rujukan dan tindakan stabilisasi pengguna
layanan sebelum dirujuk sesuai kondisi pengguna layanan,
indikasi medis dan kemampuan dan wewenang yang dimiliki
agar keselamatan pengguna layanan selama pelaksanaan
rujukan dapat terjamin. (D,W)

3. Jika pengguna layanan/keluarga pengguna layanan


menolak untuk dilakukan rujukan, pengguna
layanan/keluarga pengguna layanan harus menyatakan
secara tertulis penolakan rujukan setelah mendapat
informasi tentang konsekuensi jika menolak rujukan, dan
tanggung jawab mereka akibat menolak rujukan, dan
alternatif pelayanan yang mungkin dilakukan (D, W)
4. Tersedia fasilitas transportasi sesuai standar untuk
merujuk dan Selama proses rujukan secara langsung semua
pengguna layanan selalu dipantau dan dicatat oleh pemberi
asuhan yang kompeten dengan memperhatikan kondisi
pengguna layanan. (D, W)

5. Dilakukan serah terima pengguna layanan yang disertai


dengan informasi yang lengkap (SBAR) kepada petugas di
FKRTL dengan membawa resume klinis pengguna layanan
yang memuat kondisi pengguna layanan, prosedur dan
tindakan-tindakan lain yang telah dilakukan serta
kebutuhan pengguna layanan akan pelayanan lebih lanjut,
ketika melakukan rujukan secara langsung. (D, W)
1. Dokter/dokter gigi penangggung jawab pelayanan
melakukan kajian ulang kondisi medis sebelum
menindaklanjuti umpan balik dari FKRTL sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (D,O)

2. Dokter/dokter gigi penanggung jawab pelayanan


melakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi umpan balik
rujukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan. (D,O,W)

1. Ditetapkan standarisasi/pembakuan kode klasifikasi


diagnosis, kode klasifikasi tindakan, terminologi lain,
singkatan-singkatan yang boleh dan tidak boleh digunakan
dalam pelayanan klinis. (R)

2. Penyelenggaraan rekam medis yang meliputi a sampai


dengan i, dilakukan sesuai dengan kebijakan dan pedoman
yang disusun (D, O, W)

3. Rekam Medis diisi secara lengkap oleh Dokter, Dokter


Gigi dan atau Tenaga Kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan perseorangan sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam pedoman pelayanan rekam medis (D, O, W)
1. Kepala Puskesmas menetapkan nilai normal, rentang
nilai rujukan untuk setiap jenis pemeriksaan yang
disediakan, dan nilai kritis pemeriksaan laboratorium (R)

2. Reagensia esensial dan bahan lain tersedia sesuai


dengan jenis pelayanan yang ditetapkan, pelabelan dan
penyimpanannya, termasuk proses untuk menyatakan jika
reagen tidak tersedia. (D, W)

3. Penyelenggaraan pelayanan laboratorium yang meliputi


a sampai dengan i, dilaksanakan sesuai dengan kebijakan
dan pedoman yang ditetapkan. (D, O, W)

4. Dilakukan pemantapan mutu internal dan pemantapan


mutu eksternal terhadap pelayanan laboratorium sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilakukan
perbaikan jika terjadi penyimpangan (D,O,W)
5. Pimpinan Puskesmas menetapkan dan melakukan
evaluasi dan tindak lanjut waktu pelaporan hasil
pemeriksaan laboratorium. (R)
1. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan
pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
2. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi
klinik oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan. (D,O,W)

3. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan


benar pada setiap pelayanan pemberian obat (D, O, W)
4. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi
dan cara penggunaan obat

5. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana


diperlukan, dan dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
D O

proses pendaftaran dilakukan sesuai dengan


kebijakan, pedoman dan prosedur yang ditetapkan
dengan menginformasikan hak dan kewajiban serta
memperhatikan keselamatan pengguna layanan
2. BUKTI ; Pemenuhan hak dan
kewajiban pengguna layanan
dilakukan pada saat anamnesis,
pemeriksaan, pelaksanaan asuhan,
pemberian tindakan, dan
pemindahan sesuai dengan
kebijakan, pedoman dan prosedur
yang ditetapkan. ( ambil dari pokok
pikiran ttg hak dr 1 sd 19 -
Kewajiban dr 1 sd 9 )

bukti sosialisasi hak dan kewajiban du dalam pkm :


W S

petugas pendaftaran di
lakukan wwcr dengan petugas
minta untuk melakukan
pendaftaran ttg proses pendaftaran
simulasi
Standar Substandar
4.1

4.1.

FAU

4.1.1.
4.2.

PJ UKM PPN
5
PRIORITAS

4.2.1.
4.3 IDA

4.3.1.
4.4.

FITRI

4.4.1.
4.5.

DR IREN

4.5.1.
Kriteria
BAB 4 Program Prioritas Nasional (PPN)
Program Prioritas Nasional dilaksanakan melalui integrasi pelayanan UKM dan
UKP sesuai dengan prinsip five level prevention

Pencegahan dan Penurunan Stunting


Puskesmas melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting beserta
pemantauan dan evaluasinya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pencegahan dan penurunan stunting direncanakan, dilaksanakan, dipantau


dan dievaluasi dengan melibatkan lintas program, lintas sektor dan
pemberdayaan masyarakat.
Penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian neonatus
(AKN).
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan
ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan, pelayanan
kesehatan bayi baru lahir beserta pemantauan dan evaluasinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan,
pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
Program imunisasi direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi
dalam upaya peningkatan capaian cakupan dan mutu imunisasi.
Program Penanggulangan Tuberkulosis
Puskesmas memberikan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulai dari
penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus terdiri
dari pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya untuk
memutus mata rantai penularan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Puskesmas melaksanakan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulai


dari penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus terdiri
dari pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya.
Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya
Puskesmas melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular utama yang
meliputi hipertensi, diabetes mellitus, kanker payudara dan leher rahim,
Pengguna layanan Rujuk Balik (PRB) Penyakit Tidak Menular (PTM) dan penyakit
katastropik lainnya sesuai kompetensi di tingkat primer, serta penanganan
faktor risiko PTM.
Program pengendalian penyakit tidak menular dan faktor resikonya
direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan ditindaklanjuti dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.
· Pencegahan dan penurunan stunting merupakan salah satu fokus Pemerintah yang
Indonesia tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal disertai kemampuan emosi
siap untuk belajar serta berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
· Upaya pencegahan dan penurunan stunting tidak dapat dilakukan oleh sektor ke
dilakukan dengan pemberdayaan lintas sektor dan masyarakat melalui perbaikan pola maka
serta akses terhadap air bersih.

· Upaya pencegahan dan penurunan stunting dilakukan terintegrasi baik lintas pr


pelayanan pemeriksaan kehamilan, imunisasi, kegiatan promosi dan konseling (menyusui dan
dan kegiatan internvesi lainnya, maupun intervensi yang dilakukan bersama lintas sektor. Ke
pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan cakupan intervensi pada sasaran 1.000 HPK

· Dalam pencegahan dan penurunan stunting dilakukan upaya-upaya prmotif dan prev
layanan dan cakupan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif sesuai dengan pedoman

· Intervensi gizi sensitif antara lain meliputi:


a) perlindungan sosial
b) penguatan pertanian
c) perbaikan air dan sanitasi lingkungan
d) keluarga berencana
e) perkembangan anak usia dini
f) kesehatan mental ibu
g) perlindungan anak
h) pendidikan dalam kelas
· Intervensi gizi spesifik meliputi:
1) pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri
2) pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil
3) pemberian makanan tambahan pada ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)
4) promosi/konseling IMD, ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI yang tepat/PMBA
dan Anak)
5) pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
6) tata laksana balita gizi buruk
7) pemberian vitamin A bayi dan balita
8) pemberian makanan tambahan untuk balita kurus
9) penganekaragaman makanan
10) perilaku pemberian makanan dan situasi
11) suplementasi/fortifikasi gizi mikro
12) manajemen dan pencegahan penyakit
13) intervensi gizi dalam kedaruratan

· Dalam pencegahan dan penurunan stunting harus dapat menjamin terlaksananya penc
akurat dan sesuai prosedur terutama pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U) dan perk

· Pencatatan dan pelaporan program stunting dilaksanakan secara akurat dan sesuai pros

· Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan pedoman, pa
dengan merujuk pada metode analisa masalah yang terdapat di dalam buku pedoman manajem

· Penyusunan program pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi dengan pe


pelayanan UKM dan UKPP.

· Pelayanan kesehatan ibu hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiat
terjadinya masa konsepsi hingga melahirkan.

· Pelayanan Kesehatan ibu bersalin, yang selanjutnya disebut persalinan adalah s


serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak dimulainya persalinan hingga 6 (enam) ja

· Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan adalah setiap kegiatan dan/atau se


ditujukan pada ibu selama nifas (6 jam – 42 hari sesudah melahirkan).

· Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilakukan melalui pelayanan kesehatan neonat
Pelayanan kesehatan neonatal esensial dilakukan pada umur 0-28 hari.
· Pelayanan kesehatan pada ibu hamil, persalinan, masa sesudah melahirkan, dan bayi b
dengan standar dalam pedoman yang berlaku.

· Upaya pelayanan kesehatan pada ibu hamil dilaksanakan terintegrasi dengan lint
penurunan stunting.

· Pelayanan pada masa kehamilan meliputi pelayanan sesuai standar kuantitas dan stand

1) Standar kuantitas adalah Kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentua
a) Satu kali pada trimester pertama.
b) Satu kali pada trimester kedua.
c) Dua kali pada trimester ketiga
2) Standar Kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi:
a) Pengukuran berat badan dan tinggi badan.
b) Pengukuran tekanan darah.
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
f) Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
g) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
h) Tes Laboratorium.
i) Tatalaksana/penanganan kasus.
j) Temu wicara (konseling)
· Pelayanan pada masa persalinan sesuai standar meliputi:
1) Persalinan normal.
2) Persalinan dengan komplikasi
· Standar persalinan normal adalah Acuan Persalinan Normal (APN) sesuai standar.
1) Dilakukan di fasilitas kesehatan.
2) Tenaga penolong minimal 2 orang, terdiri dari:
a) Dokter dan bidan, atau
b) 2 (dua) orang bidan, atau
c) Bidan dan perawat.

· Standar persalinan dengan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan Kesehatan I

· Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan dilakukan minimal 4 kali:


a) Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6-48 jam setelah persalinan
b) Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah persalinan
c) Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah persalinan
d) Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah persalinan.
Dengan ruang lingkup meliputi:
a) pemeriksaan status mental ibu
b) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
c) pemeriksaan tinggi fundus uteri
d) pemeriksanaan lochia dan perdarahan
e) pemeriksanaan jalan lahir
f) pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif
g) pemberian kapsul vitamin A
h) pelayanan kontrasepsi pasca persalinan
i) konseling
j) identifikasi risiko dan komplikasi
k) penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas
· Pelayanan bayi baru lahir meliputi pelayanan sesuai standar kuantitas dan standar kual
1) Pelayanan standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal, d
a) Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam
b) Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
c) Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari
2) Standar kualitas:
a) Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam).
Perawatan neonatal esensial saat lahir meliputi:
(1) perawatan neontarus pada 30 detik pertama
(2) menjaga bayi tetap hangat
(3) pemotongan dan perawatan tali pusat.
(4) inisiasi Menyusu Dini (IMD).
(5) Pemberian identitas
(6) injeksi vitamin K1.
(7) pemberian salep/tetes mata antibiotik.
(8) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
(9) Penentuan usia gestasi
(10) pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).
(11) Pemantauan tanda bahaya
(12) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas ke
b) Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari).
Perawatan neonatal esensial setelah lahir meliputi
(1) menjaga bayi tetap hangat
(2) konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif.
(3) memeriksa kesehatan dengan menggunakan standar Manajemen Terpadu Balita Sakit (MT
(4) pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas kesehatan atau belum mendapatkan
(5) imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga kes
(6) Perawatan metode kanguru bagi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
(7) penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
· Bagi Puskesmas yang memberikan pelayanan persalinan harus melakukan pelayanan se
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
· Untuk menjamin kesuksesan penyusunan program penuruan angka kematian ibu dan
dilakukan upaya-upaya promotif dan preventif dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas S
masyarakat. Bentuk keterlibatan dalam kegiatan ini bisa berupa terbentuknya koordinasi
untuk menurukan AKI dan AKN di tingkat kecamatan, Desa Siaga dengan pendekatan P4K,
pemberdayaan lainnya.
· Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu ber
masa sesudah melahirkan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilaksanakan secara akurat da
cakupan program kesehatan keluarga, pencatatan kohor, pelaporan kematian ibu, bayi lahir m
serta pengisian dan pemanfaatan buku KIA.
· Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan pedoman, pa
dengan merujuk pada metode analisa masalah yang terdapat di dalam buku pedoman manajem
· Penyusunan program penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian n
dengan penyusunan RUK dan RPK pelayanan UKM dan UKPP.

· Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari penyakit menular yang dapat d
Puskesmas wajib melaksanakan kegiatan imunisasi sebagai bagian dari program prioritas nasio
· Pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas perlu direncanakan, dilaksanakan, dip
dapat mencapai cakupan imunisasi secara optimal.
· Perencanaan yang detail (micro planning) meliputi pemetaan wilayah, identifikasi dan p
kebutuhan SDM, penentuan kebutuhan, jadwal pelaksanaan imunisasi serta jadwal dan me
dan biaya operasional disusun untuk memastikan pelaksanaan program imunisasi berjalan d
disusun dengan melibatkan lintas program terkait.
· Pencatatan dan pelaporan program imunisasi dilaksanakan secara akurat dan sesuai
imunisasi, stok dan pemakaian vaksin dan logistik lainnya, kondisi peralatan rantai vaksin dan
· Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkala, berkesinambungan, berjenja
serta rencana tindak lanjut perbaikan program imunisasi berdasarkan hasil.

· Tindak lanjut perbaikan program imunisasi berdasarkan hasil pemantauan dan evalu
upaya-upaya promotif dan preventif dalam rangka penjangkauan sasaran dan meningkatkan ca

1) kegiatan sweeping, drop out follow up (DOFU), kegiatan SOS (Sustainable Outreach Servic
sulit, defaulter tracking, Backlog Fighting, Crash Program dan Catch Up Campaign;

2) upaya peningkatan kualitas imunisasi melalui pengelolaan vaksin yang sesuai prosedur,
aman dan sesuai prosedur, kegiatan validasi data sasaran, Data Quality Self­ assessment
Assessment (RCA) untuk melakukan validasi terhadap hasil cakupan imunisasi dan supervisi b

3) upaya penggerakkan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan sosialisasi melalui be


peningkatan keterlibatan lintas program dan lintas sektor terkait dan pembentukan forum kom
imunisasi.
· Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan pedoman, pa
dengan merujuk pada metode analisa masalah yang terdapat di dalam buku pedoman manajem
· Penyusunan program peningkatan dan cakupan mutu imunisasi terintegrasi dengan p
pelayanan UKM dan UKPP.

· Penanggulangan Tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan as


tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan
angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi oba
negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis.

· Program penanggulangan tuberkulosis direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan dit


eliminasi tuberkulosis.

· Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB Nasional, Pemerintah Daerah


Daerah kabupaten/kota harus menetapkan target Penanggulangan TB tingkat daerah berdas
memperhatikan strategi nasional.

· Tuberkulosis merupakan permasalahan penyakit menular baik global maupun


penanggulangan penularan tuberkulosis merupakan salah satu program prioritas nasional bida
· Pelayanan pengguna layanan TB dilaksanakan melalui:
a) pelayanan kasus TB Sensitif Obat (SO), terdiri dari:
1. penemuan kasus TB secara aktif dan pasif
2. diagnosis dilakukan sesuai standar dengan pemeriksaan tes cepat molekuler, mikroskopis
3. pengobatan TB sesuai standar
4. perbaikan pengguna layanan TB dilakukan melalui pemeriksaan mikroskopis di akhir b
(lima) dan akhir pengobatan.
b) pelayanan kasus TB Resisten Obat (RO) dilakukan dengan:
1. penemuan kasus TB secara aktif dan pasif
2. Puskesmas mampu melakukan penjaringan kasus TB RO dan merujuk terduga untuk
diperlukan
3. Puskesmas mampu melanjutkan pengobatan pengguna layanan TB RO
4. Puskesmas mampu melakukan rujukan pemeriksaan laboratorium, follow up bagi penggu
c) pemberian pengobatan pencegahan TB pada anak dan ODHA
d) pemberian edukasi tentang penularan, pencegahan penyakit TB dan etika batuk kepa
keluarga.
e) Puskesmas memberikan pelayanan pengawasan menelan obat (PMO) bagi pengguna layan
f) kewajiban melaporkan kasus TBC kepada Program Nasional Penanggulangan TBC.
g) mengikuti pemantapan mutu laboratorium mikroskopis TBC sesuai ketentuan Program TB
· Dilakukan upaya-upaya promotif dan preventif dalam rangka penanggulangan program
yang telah ditetapkan.

· Program pengendalian tuberkulosis perlu disusun dan dikoordinasikan baik dalam upa
kuratif di Puskesmas melalui strategi DOTS.

· Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan pedoman, pa
dengan merujuk pada metode analisa masalah yang terdapat di dalam buku pedoman manajem

· Penyusunan program penanggulangan tuberkulosis terintegrasi dengan penyusunan RU


dan UKPP.

· Meningkatnya faktor risiko dan penyakit tidak menular serta komplikasinya tidak
terjadinya peningkatan angka morbiditas, mortalitas dan disablilitas, namun juga berdampa
yang berdampak pada beban ekonomi baik tingkat individu, keluarga, dan masyarakat

· Upaya pengendalian penyakit tidak menular dilakukan melalui berbagai kegiatan pr


mengesampingkan tindakan kuratif dan rehabilitatif.

· Kegiatan promotif dan preventif dilakukan melalui upaya:

a) Promotif yaitu memberikan informasi dan edukasi seluas-luasnya kepada masyarakat aga
ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan diri dan lingkungannya.
b) Preventif
1) Pembinaan terhadap UKBM (POSBINDU), agar penyelenggaraannya tertib 1 kali/bulan de
juknis posbindu terbaru, terlampir) yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM:
1.1. ukur Tekanan Darah (TD)
1.2. Gula Darah Sewaktu (GDs)
1.3. Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP) dan
1.4. memberikan edukasi sesuai indikasi
1.5. menyelenggarakan konseling upaya berhenti merokok (UBM) dengan tenaga terlatih
1.6. menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan Puskesmas. bekerjasama denga
Kabupaten/Kota dan instansi terkait mendorong dan mengawasi penerapatan KTR di 7 ta
tempat kerja, tempat ibadah, angkutan umum, fasilitas umum, dan tempat bermain anak)
2) Preventif di FKTP dilakukan melalui deteksi dini kanker payudara dan kanker leher r
Payudara Klinis (SADANIS) dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada perempuan usia 30-50
· Kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan melalui upaya:
a) menguatkan akses Pelayanan terpadu PTM di Puskesmas dengan menguatkan ketera
dalam penanganan PTM dan faktor risiko PTM sesuai wewenang dan kompetensi di FKTP.
b) menguatkan sistem rujukan dari UKBM ke FKTP
c) menindaklanjuti Program Rujuk Balik (PRB) PTM
d) menindaklanjuti pelayanan paliatif berbasis komunitas sesuai standar
· Deteksi dini atau penapisan (screening) perlu dilakukan untuk mencegah terhadinya pen

· Penguatan keterampilan penanganan kasus PTM terutama pada dokter dan tenaga ke
mencegah terjadinya komplikasi.

· Dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, antara lain: diabetes
kurang aktivitas fisik, merokok, dan faktor risiko yang lain, dilakukan secara terintegrasi me
dengan PIS-PK.
· Dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular harus dapat menjamin terla
pelaporan yang akurat dan terpadu sesuai ketentuan.
· Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan pedoman, pa
dengan merujuk pada metode analisa masalah yang terdapat di dalam buku pedoman manajem
· Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan tindaklanjut dilakukan secara terintegrasi
sektor.
· Penyusunan program penanggulangan penyakit menular dan faktor risikonya terintegras
dan RPK pelayanan UKM dan UKPP.
1. Ditetapkan sasaran stunting dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. (R)

2. Tercapainya indikator kinerja stunting yang disertai


dengan analisa capaiannya. (R,D)

3. Ditetapkan program pencegahan dan penurunan


stunting melalui upaya-upaya promotif dan preventif
berdasarkan hasil analisis masalah gizi di wilayah kerja
Puskesmas sesuai upaya yang disebutkan dalam pokok
pikiran dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor
yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas). (R, D, W)

4. Dilakukan verifikasi data terkait pemantauan status


gizi balita yang berasal dari laporan posyandu dan sumber
data lainnya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. (D,W)
5. Pencegahan dan penurunan stunting dalam bentuk
intervensi gizi spesifik dan sensitif dikoordinasikan dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun bersama
lintas program dan lintas sektor sesuai dengan kebijakan,
pedoman/panduan dan kerangka acuan yang telah
ditetapkan. (D, O, W)
6. Dilakukan tata laksana kasus tuberculosis mulai dari
diagnosis, pengobatan (D, O, W)
7. Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut
terhadap pelaksanaan program pencegahan dan penurunan
stunting (D, W).
8. Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan. (D)

1. Ditetapkan sasaran pelayanan ibu, bayi dan balita


sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. (R)

2. Tercapainya indikator kinerja pelayanan ibu, bayi dan


balita yang diserta dengan analisa capaiannya. (R,D)

3. Ditetapkan program penurunan AKI dan AKN melalui


upaya-upaya preventif dan promotif yang disusun
berdasarkan analisis masalah Kesehatan Ibu dan Anak
dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor yang
dipimpin oleh Kepala Puskesmas. (R, D, W)
4. Tersedia alat, obat dan prasarana pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir termasuk standar alat
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sesuai dengan
standar dan dikelola sesuai dengan prosedur. (D, O, W)
5. Dilakukan pelayanan kesehatan pada masa hamil,
masa persalinan, masa sesudah melahirkan dan bayi baru
lahir sesuai dengan prosedur yang ditetapkan termasuk
kewajiban penggunaan partograph pada saat pertolongan
persalinan dan upaya stabilisasi pra rujukan pada kasus
komplikasi sesuai dengan kebijakan, pedoman/panduan dan
kerangka acuan yang telah ditetapkan. (D, O, W)

6. Dilakukan pelayanan persalinan sesuai dengan sesuai


dengan kebijakan, pedoman/panduan dan kerangka acuan
yang telah ditetapkan. (D, O, W)
7. Program penurunan AKI dan AKN dikoordinasikan dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun bersama
lintas program dan lintas sektor. (D, W)

8. Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut


terhadap pelaksanaan program penurunan AKI dan AKN
termasuk pelayanan kesehatan pada masa hamil, persalinan
dan bayi baru lahir di Puskesmas. (D, W)
9. Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan. (D)
1. Ditetapkan sasaran imunisasi dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. (R)
2. Tercapainya indikator kinerja imunisasi yang disertai
dengan analisa capaiannya. (R,D)
3. Ditetapkan program imunisasi melalui upaya-upaya
promotif dan preventif yang disusun secara rinci dan
melibatkan lintas program terkait yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas. (R, D, W)
4. Tersedia vaksin dan logistik sesuai dengan kebutuhan
program.
5. Dilakukan pengelolaan vaksin untuk memastikan
rantai vaksin dikelola sesuai dengan prosedur. (D, O, W)
6. Kegiatan Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
dikoordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan rencana
dan prosedur yang telah ditetapkan bersama lintas program
dan lintas sektor sesuai dengan kebijakan,
pedoman/panduan dan kerangka acuan yang telah
ditetapkan. (D, O, W)

7. Dilakukan pemantauan, dan evaluasi serta tindaklanjut


program imunisasi sesuai hasil kegiatan pemantauan dan
evaluasi. (D, W)
8. Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan. (D)

1. Tercapainya indikator kinerja program Tuberkulosis


yang disertai dengan analisa capaiannya. (R, D)

2. Ditetapkan program penanggulangan tuberkulosis


melalui upaya-upaya promotif dan preventif berdasarkan
analisis masalah TB dengan melibatkan lintas program dan
lintas sektor yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas. (R, D,
W)
3. Ditetapkan tim TB DOTS di Puskesmas yang terdiri dari
dokter, perawat, analis laboratorium dan petugas pencatatan
pelaporan terlatih (R)
4. Logistik baik OAT maupun non OAT disediakan sesuai
dengan kebutuhan program serta dikelola sesuai dengan
prosedur (D, W)
5. Dilakukan tata laksana kasus tuberkulosis mulai dari
diagnosis, pengobatan, pemantauan, evaluasi, dan tindak
lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undanganan
sesuai dengan kebijakan, pedoman/panduan dan kerangka
acuan yang telah ditetapkan ( D, O, W).

6. Program penanggulangan tuberkulosis dikoordinasikan


dan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun
bersama lintas program dan lintas sektor. (D, W)

7. Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur


yang telah ditetapkan. (D) (P3 belum ada)

1. Tercapainya indikator kinerja Pengendalian Penyakit


Tidak Menular yang disertai dengan analisis capaiannya.
(R,D)

2. Ditetapkan program pengendalian Penyakit Tidak


Menular dan program promosi kesehatan termasuk kegiatan
skrining PTM melalui Posbindu dan pendekatan keluarga,
untuk pencegahan penyakit tidak menular, termasuk
pengendalian faktor risiko PTM yang disusun berdasarkan
analisis masalah PTM dengan melibatkan lintas program dan
lintas sektor yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas.(R, D, W)

3. Program pengendalian penyakit tidak menular


dikoordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah disusun bersama Lintas Program dan Lintas
Sektor sesuai dengan kebijakan, pedoman/panduan dan
kerangka acuan yang telah ditetapkan. (D, O, W)
4. Pelayanan dilakukan secara terpadu dengan diagnosis,
pengobatan dan tindaklanjut pada pengguna layanan
dengan penyakit tidak menular sesuai dengan panduan
praktik klinis oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. (D,
O, W)
5. Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut
terhadap pelaksanaan program pengendalian penyakit tidak
menular. (D, W)
6. Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan. (D)
R D
O W
S
Standar Substandar

5.1. PJ KMP

5.1.1.
5.1.2
5.1.3.
5.1.4
5.1.5.

5.2. ERYN
5.2.1.

5.2.2.
5.3 RIFKY

5.3.1.
5.3.2
5.3.3
5.3.4
5.3.5
DRG.
5.4 FIESCA & Bu ZAMRA
5.4.1
5.4.2.
5.5 IDA & STERILISASI

5.5.1
5.5.2
5.5.3

5.5.4
5.5.5
5.5.6
Kriteria
BAB 5. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)

5.1 Peningkatan Mutu dilaksanakan secara


berkesinambungan

Peningkatan mutu dilakukan melalui upaya perbaikan


berkesinambungan, upaya keselamatan pengguna
layanan, upaya Manajemen risiko dan upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
meminimalkan risiko bagi pengguna layanan,
sasaran UKM, masyarakat, dan lingkungan.

Kepala Puskesmas menetapkan Tim dan Program


Peningkatan Mutu Puskesmas
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang
diberi tanggung jawab mutu dan keselamatan pengguna
layanan berkomitmen untuk membudayakan
peningkatan mutu secara berkesinambungan melalui
pengelolaan indikator mutu.
petugas yang diberi tanggung jawab untuk validasi
data, dan petugas penanggung jawab indikator
Dilakukan analisis data dalam upaya perbaikan dan
peningkatan mutu pelayanan
Peningkatan Mutu dicapai dan dipertahankan.

5.2 Program manajemen risiko berkelanjutan


digunakan untuk melakukan identifikasi, analisa dan
penatalaksanaan risiko untuk mengurangi cedera, dan
mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pengguna
layanan, staf dan sasaran pelayanan UKM serta
masyarakat.

Upaya manajemen risiko dilaksanakan melalui sebuah


kerangka kerja manajemen risiko yang dilaksanakan dalam
Proses manajemen risiko yang mencakup :
identifikasi, analisis, penatalaksanaan risiko dan
monitor perbaikannya.
Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya
Puskesmas terhadap pengguna layanan, keluarga,
masyarakat, petugas, dan lingkungan diidentifikasi,
dianalisis dan dilakukan penatalaksanaannya

Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya


Puskesmas terhadap pengguna layanan, keluarga,
masyarakat, petugas, dan lingkungan yang telah
diidentifikasi dianalisis dan ditindak lanjuti.
Sasaran Keselamatan Pengguna layanan diterapkan
dalam Upaya Keselamatan Pengguna layanan

Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran


keselamatan pengguna layanan sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan

Proses Identifikasi pengguna layanan dilakukan


dengan benar.
Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi
dalam pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan
Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap
obat-obat yang perlu diwaspadai ditetapkan dan
dilaksanakan
Proses untuk memastikan tepat pengguna layanan,
tepat prosedur, tepat sisi pada pengguna layanan yang
menjalani operasi/tindakan medis ditetapkan dan
dilaksanakan.
Proses untuk mengurangi risiko pengguna layanan
jatuh disusun dan dilaksanakan
Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden
keselamatan pengguna layanan dan pengembangan
budaya keselamatan

Pelaporan insiden keselamatan pengguna layanan


berhubungan dengan budaya keselamatan di
Puskesmas dan diperlukan untuk mencegah insiden
lebih lanjut atau berulang di masa mendatang yang
akan membawa dampak merugikan yang lebih besar
bagi Puskesmas
Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis, dan
penyusunan rencana penyelesaian masalah, upaya
perbaikan, dan pencegahan insiden keselamatan
pengguna layanan.
Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan
penting dalam memperbaiki perilaku dalam pemberian
pelayanan yang mencerminkan budaya mutu dan
budaya keselamatan.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi
dilaksanakan untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi yang


selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada
pengguna layanan, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

5.5.1 Regulasi dan program pencegahan dan


pengendalian infeksi dilaksanakan oleh seluruh
karyawan Puskesmas secara komprehensif untuk
mencegah dan meminimalkan risiko terjadinya infeksi
yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Dilakukan identifikasi prosedur dan pelaksanaan
yang terkait dengan risiko infeksi dengan menerapkan
strategi untuk mengurangi risiko infeksi.
Kebersihan tangan diterapkan untuk
menurunkan risiko infeksi yang didapat di fasilitas
kesehatan.

Puskesmas mengurangi risiko infeksi yang


terkait dengan pelayanan kesehatan perlu
melaksanakan dan mengimplementasikan program PPI,
untuk mengurangi risiko infeksi baik bagi pengguna
layanan, petugas, keluarga pengguna layanan,
masyarakat, dan lingkungan.
Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi
pada proses pelayanan dan transfer pengguna layanan
dengan penyakit yang dapat ditularkan melalui
transmisi air borne
Ditetapkan dan dilakukan proses untuk
menangani outbreak infeksi baik di Puskesmas atau di
wilayah kerja Puskesmas
Pokok Pikiran

· Agar upaya-upaya Peningkatan Mutu, Keselamatan Pengguna layanan,


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), dan Manajemen Risiko (MR) dapat dikelola
dengan baik dan konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai, maka perlu
ditetapkan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab terhadap Peningkatan
Mutu, Keselamatan Pengguna layanan, PPI, dan Manajemen Risiko.

· Jika sumber daya tersedia maka dapat dibentuk Tim Peningkatan Mutu,
Tim Manajemen Risiko, dan Tim Keselamatan Pengguna layanan, Tim PPI sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, namun jika tidak tersedia sumber daya
maka cukup dengan penunjukkan penanggung jawab Mutu, Keselamatan Pengguna
layanan, PPI, dan Manajemen Risiko

· Penunjukkan dan persyaratan kompetensi ketua tim atau petugas yang


diberi tanggung jawab ditentukan oleh Kepala Puskesmas. Persyaratan kompetensi
tersebut antara lain adalah: Minimal D3 Kesehatan, mempunyai kapasitas terkait
pengelolaan mutu, keselamatan pengguna layanan, manajemen risiko, dan PPI,
serta mempunyai pengalaman kerja di Puskesmas.

· Para tim atau petugas yang bertanggung jawab tersebut, mempunyai


tugas untuk melakukan fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan membudayakan
kegiatan peningkatan mutu, keselamatan pengguna layanan, manajemen risiko,
dan pencegahan dan pengendalian infeksi. Para tim tersebut juga harus menjamin
pelaksanaan kegiatan dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.

· Perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur serta pedoman sebagai acuan


Kepala Puskesmas, penanggung jawab upaya pelayanan Puskesmas dan koordinator
dan pelaksana kegiatan Puskesmas dalam hal 1) peningkatan mutu, 2) keselamatan
pengguna layanan, 3) manajemen risiko, 4) dan pencegahan dan pengendalian
infeksi.
· Kepala Puskesmas perlu memfasilitasi, mengalokasikan, dan
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk program peningkatan mutu,
keselamatan pengguna layanan, program manajemen risiko, dan program PPI
sesuai dengan ketersediaan anggaran dan sumber daya yang ada di Puskesmas

· Program peningkatan mutu, keselamatan pengguna layanan, program


manajemen risiko, dan program PPI disusun secara kolaboratif sejak perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan penilaian

· Program peningkatan mutu, keselamatan pengguna layanan, program


manajemen risiko, dan program PPI sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan
harapan masyarakat, perubahan regulasi, perkembangan teknologi dan perubahan
pedoman dalam rangka upaya-upaya perbaikan berkesinambungan untuk
memperbaiki perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan pelayanan

· Proses, hasil kegiatan, penilaian dan tindak lanjut program peningkatan


mutu, keselamatan pengguna layanan, program manajemen risiko, dan program PPI
didokumentasikan, disosialisasikan, dan dikomunikasikan kepada semua petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan.

· Penetapan prioritas perbaikan mutu dilakukan berdasarkan kebijakan


Indikator Mutu Nasional (IMN), prioritas permasalahan di wilayah kerja Puskesmas,
SKP, dan PPI.

· Untuk mengukur keberhasilan upaya prioritas perbaikan di Puskesmas


maka perlu ditetapkan indikator mutu.

· Pengelolaan indikator mutu dalam rangka upaya perbaikan mutu terdiri


dari :

a. Indikator mutu prioritas tingkat Puskesmas (IMPP)

Indikator ini dirumuskan berdasarkan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja

b. Indikator mutu prioritas Program :

1) Indikator mutu nasional

2) Indikator Sasaran Keselamatan Pengguna layanan (SKP)


· Indikator Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Pemilihan prioritas
didasarkan pada proses yang berimplikasi risiko tinggi (high risk), melibatkan
populasi dalam volume besar (high volume), melibatkan biaya besar bila tidak
dikelola dengan baik (high cost), capaian kinerja rendah (bad performance), atau
cenderung menimbulkan masalah (problem prone).

· Prioritas berdasarkan capaian kinerja, kendala, atau hambatan dalam


pelaksanaan kegiatan, adanya ketidakpuasan sasaran, dan ketidaksesuaian
terhadap kerangka acuan atau jadwal pelayanan yang disusun, dan perubahan
kebijakan pemerintah atau pemerintah daerah terkait dengan penyelenggaraan
KMP, pelayanan UKM, dan pelayanan UKPP Puskesmas

· Indikator mutu yang diprioritaskan berdasarkan permasalahan


kesehatan di wilayah kerja disebut dengan indikator mutu prioritas Puskesmas
(IMPP) yang upaya perbaikannya harus didukung KMP, UKM dan UKPP.

Contoh: masalah tingkat Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan permasalahan


kesehatan di wilayah kerja adalah tingginya prevalensi tuberkulosis, maka dilakukan
upaya perbaikan pada kegiatan UKP yang terkait dengan penyediaan pelayanan klinis
untuk mengatasi masalah tuberkulosis, dilakukan upaya perbaikan kinerja pelayanan
UKM untuk menurunkan prevalensi tuberkulosis, dan dukungan manajemen untuk
mengatasi masalah tuberkulosis.

· Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab
menyusun indikator mutu prioritas tingkat Puskesmas (IMPP) yang akan melibatkan
banyak jenis pelayanan, banyak tenaga, membawa dampak besar bagi Puskesmas.

· Indikator Sasaran Keselamatan Pengguna layanan (SKP) untuk masing-


masing sasaran yang terdiri atas identifikasi pengguna layanan, komunikasi efektif,
pengelolaan obat dengan kewaspadaan tinggi, upaya untuk memastikan benar
pengguna layanan, benar prosedur, dan benar sisi pada pengguna layanan yang
menjalani tindakan medis, kebersihan tangan, dan proses untuk mengurangi risiko
jatuh.

· Indikator mutu terkait dengan proses pencegahan dan pengendalian


infeksi dikaitkan dengan penerapan kewaspadaan isolasi meliputi: kajian risiko
pada pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan klinis, kebersihan tangan,
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Peralatan perawatan pengguna layanan,
pengelolaan linen, pengelolaan limbah infeksius dan benda tajam, asuhan klinis
yang berisiko infeksi, pengelolaan makanan secara higienis, penyuntikkan yang
aman, risiko infeksi pada saat pembongkaran, konstruksi dan renovasi bangunan,
penanganan outbreak infeksi, upaya pengendalian infeksi terkait dengan pelayanan
kesehatan, kegiatan edukasi PPI, serta perbaikan dan penggunaan anti mikroba
secara bijak.
· Setiap indikator agar dibuat profilnya atau gambaran singkat tentang
indikator tersebut yang antara lain meliputi:

a. judul indikator,
b. dasar pemikiran/alasan pemilihan indikator,
c. dimensi mutu,
d. tujuan,
e. definisi operasional,
f. tipe indikator,
g. satuan pengukuran,
h. numerator,
i. denominator,
j. target pencapaian,
k. kriteria inklusi dan eksklusi,
l. formula pengukuran,
m. desain pengumpulan data,

n. sumber data,
o. populasi atau sampel,
p. frekuensi pengumpulan data,
q. periode waktu pelaporan data,
r. periode analisis data,
s. penyajian data,
t. instrumen pengambilan data
u. penanggung jawab indikator

· Kepala Puskesmas, tim atau petugas yang diberi tanggung jawab mutu dan
keselamatan pengguna layanan,petugas yang diberi tanggung jawab indikator,
petugas yang diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan data, dan petugas yang
diberi tanggung jawab untuk validasi data, harus bertanggung jawab dan
memerlukan peran serta aktif dalam peningkatan mutu secara berkesinambungan.
Dalam hal keterbatasan tenaga, maka petugas yang diberi tanggung jawab untuk
validasi data dapat dirangkap oleh petugas penanggung jawab indikator.
· Jika prioritas indikator yang dipilih sama di beberapa unit pelayanan
(contoh: indikator kepatuhan cuci tangan) maka tim atau petugas yang diberi tanggung
jawab mutu, melakukan koordinasi dalam pengumpulan data. Jika prioritas
indikator yang dipilih terkait di beberapa unit pelayanan (contoh: pengukuran
waktu tunggu rawat jalan dan waktu tunggu rekam medis), maka tim atau petugas
yang diberi tanggung jawab mutu melakukan integrasi dalam pengumpulan data.
Koordinasi dan integrasi sistem pengukuran akan memberikan kesempatan adanya
penyelesaian dan perbaikan terintegrasi.

· Kepala Puskesmas, tim atau petugas yang diberi tanggung jawab mutu
dan keselamatan pengguna layanan,petugas penanggung jawab indikator, petugas yang
diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan data, petugas yang diberi tanggung jawab
untuk validasi data, mendapatkan peningkatan kapasitas pengelolaan data.

· Peningkatan kapasitas pengolahan data dapat dilakukan melalui


pelatihan, lokakarya, kaji banding, on the job training atau in house training

· Indikator mutu yang sudah tercapai dan dapat dipertahankan selama


tahun berjalan maka dapat diganti dengan indikator mutu baru. Indikator mutu yang
belum mencapai target dapat tetap diukur di tahun berikutnya.

· Untuk menjamin bahwa data dari masing-masing indikator mutu yang


dikumpulkan dapat dimanfaatkan untuk perbaikan mutu dan menyampaikan informasi
tentang mutu pelayanan Puskesmas perlu dilakukan proses validasi data. Validasi data
dilakukan jika:

a) terdapat indikator baru yang diterapkan untuk menilai mutu pelayanan

b) terdapat indikator mutu yang akan ditampilkan kepada masyarakat melalui


media informasi yang ditetapkan

c) terdapat perubahan pada metode pengukuran yang ada, antara lain:


perubahan numerator atau denominator, perubahan metode pengumpulan,
perubahan sumber data, perubahan subjek pengumpulan data, perubahan definisi
operasional dari indikator.

· Validasi penting untuk dilakukan agar data indikator mutu akurat untuk
mendukung keputusan yang diambil terkait dengan perubahan kebijakan maupun
upaya perbaikan mutu, dan untuk mendukung kesahihan data yang disampaikan pada
masyarakat.
· Validasi data dapat dilakukan terhadap sumber data, definisi operasional
numerator dan denominator, membandingkan hasil pengukuran ulang dengan
sumber data yang sama, atau membandingkan hasil pengukuran dengan
menggunakan sumber data yang lain untuk mencocokkan hasil pengukuran yang
telah dilakukan.

· Dalam rangka mencapai sebuah kesimpulan dan membuat keputusan maka


data harus digabungkan, dianalisis dan diubah menjadi informasi yang berguna.

· Analisis data melibatkan individu di dalam tim PMP yang memahami


manajemen informasi, mempunyai keterampilan dalam metode pengumpulan data,
dan mengetahui cara menggunakan berbagai alat statistik. Hasil analisis data harus
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas yang bertanggung jawab akan proses atau hasil
yang diukur dan yang mampu menindaklanjuti.

· Teknik statistik dapat berguna dalam proses analisis data, khususnya


dalam menafsirkan variasi dan memutuskan area yang paling membutuhkan perbaikan.
Run charts, diagram kontrol (control charts), histogram, dan diagram Pareto adalah
contoh metode statistik yang sangat berguna untuk memahami pola dan variasi dalam
pelayanan kesehatan

· Program mutu berpartisipasi dalam menetapkan seberapa sering data harus


dikumpulkan dan dianalisis. Frekuensi proses ini bergantung pada kegiatan program
tersebut dan area yang diukur serta frekuensi pengukuran. Sebagai contoh,
pemeriksaan data mutu dari laboratorium klinis mungkin dianalisis setiap minggu
untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan data tentang pengguna layanan
jatuh mungkin dianalisis setiap bulan apabila jatuhnya pengguna layanan jarang terjadi.
Maka, pengumpulan data pada titik-titik waktu tertentu akan memungkinkan
Puskesmas menilai stabilitas proses tertentu atau dapat menilai prediksi hasil tertentu
terkait dengan ekspektasi yang ada.

· Tujuan analisis data adalah dapat membandingkan data-data Puskesmas


melalui kaji banding dalam empat hal:

a) membandingkan data di Puskesmas dari waktu ke waktu data (analisis


trend), misalnya data PIS PK dari bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun;

b) membandingkan dengan Puskesmas lain bila mungkin yang sejenis seperti


melalui database eksternal nasional tentang data PIS PK;

c) membandingkan dengan standar seperti yang ditentukan oleh peraturan


perundang-undangan.
d) Jika memungkinkan, membandingkan dengan praktik yang diinginkan yang
dalam literatur digolongkan sebagai best practice (praktik terbaik) atau better
practice (praktik yang lebih baik) atau practice guidelines (panduan praktik klinik).

· Informasi dari analisis data digunakan untuk mengidentifikasi potensi


perbaikan dan mengurangi atau mencegah kejadian yang merugikan. Data
memberikan kontribusi untuk pemahaman potensi perbaikan terutama untuk
indikator-indikator mutu prioritas yang sudah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

· Metode untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu dan


keselamatan pengguna layanan/masyarakat antara lain dapat menggunakan siklus
Plan (merencanakan perbaikan), Do (uji coba perbaikan), Study
(mempelajari/menganalisis hasil uji coba perbaikan), Action (menindak lanjuti hasil
analisis uji coba perbaikan).

· Setelah perbaikan direncanakan, dilakukan uji perubahan dengan


mengumpulkan data lagi selama masa uji yang ditentukan dan dilakukan re-evaluasi
untuk membuktikan bahwa perubahan adalah benar menghasilkan perbaikan.Hal ini
untuk memastikan bahwa ada perbaikan berkelanjutan dan ada pengumpulan data
untuk analisis berkelanjutan

· Perubahan yang efektif dimasukkan antara lain dalam bentuk penetapan


kebijakan, perbaikan standar operasional prosedur, pendidikan staf yang perlu
dilakukan, dan replikasi di unit kerja yang lain. Perbaikan-perbaikan yang dicapai dan
dipertahankan oleh Puskesmas didokumentasikan sebagai bagian dari manajemen
peningkatan mutu dan keselamatan pengguna layanan dan program perbaikan.
· Pelaksanaan setiap kegiatan Puskesmas dapat menimbulkan risiko. Risiko
terhadap pengguna layanan, keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan perlu
dikelola oleh penanggung jawab dan pelaksana untuk mengupayakan langkah-langkah
pencegahan dan/ atau minimalisasi risiko dan tidak memberi akibat negatif atau
merugikan tersebut

· Manajemen risiko merupakan pendekatan proaktif yang komponen-


komponen pentingnya meliputi:

a. identifikasi risiko,
b. prioritas risiko,
c. pelaporan risiko,
d. manajemen risiko
e. investigasi terhadap insiden yang terjadi baik pada pengguna layanan, petugas
keluarga dan pengunjung
f. manajemen terkait tuntutan (klaim)

· Identifikasi Risiko terhadap kejadian /Insiden yang sudah terjadi


didokumentasikan dalam REGISTER RESIKO Sedangkan risiko yang belum terjadi
dan berpotensi menimbulkan kejadian/ insiden didokumentasikan pada Identifikasi
Proses Berisiko Tinggi

· Kategori risiko di Puskesmas adalah Risiko yang berhubungan dengan


KMP, UKPP, dan UKM.

· Register Risiko dan Identifikasi Proses Berisiko Tinggi harus dibuat


sebagai dasar penyusunan Program Manajemen risiko untuk membantu petugas
Puskesmas mengenal dan mewaspadai kemungkinan risiko dan akibatnya terhadap
sasaran program, pengguna layanan, keluarga, masyarakat, petugas, lingkungan,
dan fasilitas pelayanan kesehatan.

· Program Manajemen Risiko (MR) yang berisi strategi dan kegiatan untuk
mereduksi atau memitigasi risiko, disusun setiap tahun, terintegrasi dalam
perencanaan Puskesmas, berdasarkan identifikasi dan analisis risiko baik yang
sudah berakibat terjadinya kejadian/ insiden maupun yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kejadian/ insiden.

· Strategi reduksi dan mitigasi dapat berupa kontrol risiko (Risk control)
dan pembiayaan risiko (Risk Financing)
Kontrol risiko terdiri dari : Menghindari risiko (risk avoidance), Mencegah kerugian
(Loss Prevention - Frequency), Mereduksi kerugian / dampak (Loss Reduction –
Severity), Segregasi dan Transfer Kontraktual yang bukan Asuransi (Contractual
non Insurance) misalnya dengan konsinyasi. Pembiayaan risiko (Risk Financing)
adalah memindahkan risiko kepada pihak lain melalui pembiayaan, misalnya :
asuransi kebakaran.

· Pelaksanaan program manajemen risiko yang terdiri dari proses


manajemen risiko berupa identifikasi, analisis, penatalaksanaaan risiko dan
monitor perbaikannya untuk menentukan Strategi reduksi dan mitigasi risiko.

· Satu alat/metode analisis proaktif terhadap proses kritis dan berisiko


tinggi adalah failure mode effect analysis (analisis efek modus kegagalan). Dipilih
minimal satu proses prioritas yang berisiko untuk dilakukan analisis efek modus
kegagalan setiap tahun.

· Untuk menggunakan metode/ alat ini atau alat-alat lainnya yang serupa
secara efektif, Kepala Puskesmas harus mengetahui dan mempelajari pendekatan
tersebut, menyepakati daftar proses yang berisiko tinggi dari segi keselamatan
pengguna layanan dan staf, dan kemudian menerapkan alat tersebut pada proses
prioritas risiko. Setelah analisis hasil, pimpinan Puskesmas mengambil tindakan
untuk mendesain ulang proses-proses yang ada atau mengambil tindakan serupa
untuk mengurangi risiko dalam proses-proses yang ada.

· Proses pengurangan risiko ini dilaksanakan minimal sekali dalam setahun


dan didokumentasikan pelaksanaannya.

· Salah identifikasi pengguna layanan dapat terjadi di Puskesmas baik pada


proses pelayanan pengguna layanan sebagai akibat dari kondisi kesadaran
pengguna layanan, perpindahan ruang rawat, dan kondisi lain yang menyebabkan
terjadinya salah identitas.
· Kebijakan dan prosedur identifikasi pengguna layanan perlu disusun
termasuk identifikasi pengguna layanan pada kondisi tertentu.

· Pada kondisi tertentu, misalnya pengguna layanan tidak mempunyai


identitas, atau mempunyai nama sama, pengguna layanan dengan penurunan
kesadaran, tidak dapat menyebutkan nama, dan tidak memiliki kartu identitas,
dilakukan cara identifikasi yang tepat supaya tidak terjadi salah pengguna layanan.

· IDENTIFIKASI harus dilakukan minimal dengan dua cara yang relatif


tidak berubah, antara lain: nama lengkap tanggal lahir, atau nomor rekam medis,
dan tidak boleh menggunakan nomor kamar pengguna layanan atau lokasi
pengguna layanan dirawat.

· Identifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik,


tindakan, pemberian obat, dan pemberian diit.

· Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan pengobatan dapat


terjadi akibat komunikasi yang tidak efektif dalam proses asuhan pengguna layanan

· KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF antara lain : 1) terjadi pada saat


pemberian perintah secara verbal, 2) pemberian perintah verbal melalui telpon, 3)
penyampaian hasil kritis pemeriksaan penunjang diagnosis, 4) serah terima antar
shift, dan 5) pemindahan pengguna layanan dari unit yang satu ke unit yang lain.

· Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan diterapkan


dalam penyampaian pesan verbal, pesan verbal lewat telpon, penyampaian nilai
kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima pengguna layanan pada
serah terima jaga maupun serah terima dari unit yang satu ke unit yang lain,
misalnya untuk pemeriksaan penunjang, dan pemindahan pengguna layanan ke
unit lain.

· Pelaporan kondisi pengguna layanan dalam komunikasi verbal atau lewal


telpon antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik SBAR (Situation,
Background, Asessment, Recommendation)

· Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telpon ditulis lengkap,


dibaca ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi kepada pemberi pesan.
· Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang
angka normal secara mencolok yang menunjukkan keadaan berisiko tinggi atau
mengancam jiwa harus ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga kesehatan
yang bertanggung jawab dalam pelayanan penunjang kepada dokter penanggung
jawab pengguna layanan sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh
Puskesmas, termasuk pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat atau bidan
langsung di tempat perawatan pengguna layanan (point of care testing), misalnya
pemeriksaan gula darah sewaktu yang dilakukan oleh perawat di tempat perawatan
pengguna layanan.

· Pelaksanaan serah terima pengguna layanan dilakukan dengan teknik


SBAR, memperhatikan kesempatan untuk bertanya dan memberi penjelasan
(readback, repeat back), menggunakan formulir yang baku, dan berisi informasi
kritikal yang harus disampaikan antara lain: tentang status/kondisi pengguna
layanan, pengobatan, rencana asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan, adanya
perubahan status/kondisi pengguna layanan yang signifikan, dan keterbatasan
maupun risiko yang mungkin dialami oleh pengguna layanan.

· Untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan komunikasi efektif


maka perlu dilakukan edukasi kepada karyawan. Edukasi dapat dilakukan dalam
bentuk pelatihan, lokakrya, on the job training atau bentuk lain yang dianggap
efektif transfer skill dan pengetahuan terhadap peningkatan kompetensi karyawan
dalam melakukan komunikasi efektif

· dalam upaya keselamatan pengguna layanan. Kesalahan penggunaan obat-


obat yang perlu diwaspadai dapat menimbulkan cedera pada pengguna layanan.

· Obat yang perlu diwaspadai (HIGH ALLERT ) adalah obat-obat yang dalam
penggunaannya sering menyebabkan kesalahan dan/ atau kejadian sentinel,
berisiko tinggi untuk penyalahgunaan, antara lain: obat-obatan dengan rentang
terapi yang sempit, insulin, anti koagulan, kemoterapi, obat-obatan psikoterapi,
narkotika, dan obat-obatan dengan nama dan rupa mirip

· Kesalahan pemberian obat dapat juga terjadi akibat adanya obat dengan
nama dan rupa obat mirip (LOOK ALIKE AND SOUND ALIKE )

· Perlu ditetapkan dan dilaksanakan kebijakan dan prosedur pengelolaan obat


yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama dan rupa mirip, meliputi: penyimpanan,
penataan, peresepan, pelabelan, penyiapan, penggunaan, evaluasi penggunaan obat-
obat yang perlu diwaspadai termasuk obat psikotropika, narkotika, dan obat dengan
nama atau rupa mirip
· Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh
salah pengguna layanan, salah prosedur, salah sisi pada pemberian tindakan
invasif atau tindakan pada pengguna layanan.

· Puskesmas harus menetapkan tindakan invasif dan prosedurnya, yang


meliputi semua tindakan yang meliputi sayatan/ insisi atau tusukan, termasuk,
tetapi tidak terbatas pada, pencabutan gigi, biopsi, dan artrosentesis, dan
mengidentifikasi area di mana prosedur invasif dilakukan.

· Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan pengguna


layanan yang benar, prosedur yang benar, dan sisi yang benar yang dilakukan
tindakan dengan menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol), yang meliputi:

a) Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;

b) Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan

c) Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.

· Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan bertujuan untuk verifikasi


benar pengguna layanan, benar prosedur, benar sisi, memastikan semua dokumen,
persetujuan tindakan medis, rekam medis, hasil pemeriksaan penunjang tersedia
dan diberi label, memastikan obat-obatan, cairan intravena, jika ada ada produk
darah yang diperlukan, peralatan medis atau implant tersedia dan siap digunakan.

· Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan/ prosedur melibatkan


pengguna layanan jika memungkinkan dan dilakukan dengan tanda yang langsung
dapat dikenali dan tidak membingungkan. Tanda harus dilakukan secara seragam
dan konsisten. Penandaan dilakukan pada semua organ yang mempunyai lateralitas
(kanan lawan kiri, seperti salah satu dari dua anggota badan, satu dari sepasang
organ), beberapa struktur (seperti jari, jari kaki, lesi), atau beberapa tingkat (tulang
belakang). Untuk tindakan di poli gigi, seperti pencabutan gigi, penandaannya bila
perlu, menggunakan hasil rontgen gigi atau odontogram. Penandaaan harus
dilakukan oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan yang akan melakukan
seluruh prosedur dan tetap bersama pengguna layanan selama prosedur berlangsung

· Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja sebelum prosedur dimulai


selama pengguna layanan terlibat secara aktif dalam penandaan sisi dan tanda.
Adakalanya pengguna layanan tidak memungkinkan untuk berpartisipasi, misalnya:
pengguna layanan anak-anak, atau ketika pengguna layanan tidak kompeten membuat
keputusan tentang perawatan kesehatan.
· Cedera pada pengguna layanan dapat terjadi karena jatuh di fasilitas
kesehatan. Risiko jatuh pada pengguna layanan termasuk adanya riwayat jatuh,
penggunaan obat, minum minuman beralkohol, gangguan keseimbangan, gangguan
visus, gangguan mental, dan sebab yang lain.

· Kebijakan dan prosedur penapisan (screening) risiko jatuh harus


ditetapkan. Penapisan secara umum dapat dilakukan dengan Pertanyaan
sederhana dengan jawaban ya/tidak

· Penapisan dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun


untuk meminimalkan terjadinya risiko jatuh pengguna layanan rawat jalan di
Puskesmas.

· Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pengguna layanan di rawat jalan


dengan mempertimbangkan :

1) kondisi pengguna layanan, contoh : pengguna layanan geriatri, dizziness,


vertigo, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi,
status kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol

2) diagnosis, contoh pengguna layanan dengan diagnosis penyakit Parkinson

3) situasi : Pengguna layanan yang mendapatkan sedasi atau pengguna


layanan dengan riwayat tirah baring lama yang akan dipindahkan untuk
pemeriksaan penunjang dari ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko
jatuh

4) lokasi : hasil identifikasi area-area di Puskesmas yang berisiko terjadi


pengguna layanan jatuh, antara lain lokasi yang dengan kendala penerangan atau
mempunyai barrier/penghalang yang lain, misalnya tempat pelayanan fisioterapi,
tangga.

· Puskesmas harus melakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh


pada pengguna layanan. Kriteria untuk melakukan penapisan kemungkinan
terjadinya risiko jatuh harus ditetapkan baik untuk pengguna layanan rawat inap
maupun rawat jalan, dan dilakukan upaya untuk mencegah atau meminimalkan
kejadian jatuh di fasilitas kesehatan. Contoh alat untuk melakukan penapisan pada
pengguna layanan rawat inap adalah skala Morse untuk pengguna layanan dewasa,
dan skala Humpty Dumpty untuk pengguna layanan anak, sedangkan untuk
pengguna layanan rawat jalan dengan menggunakan get up and go test, atau
dengan menanyakan tiga pertanyaan:

a. apakah dalam enam bulan terakhir pernah jatuh


b. apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan

c. apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan orang lain.


Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya, maka pengguna layanan
tersebut dikategorikan berisiko jatuh
1) kondisi pasien, contoh : pasien geriatri, dizziness, vertigo,
gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status
kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol

2) diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit


Parkinson
3) situasi : Pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien
dengan riwayat tirah baring lama yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan
penunjang dari ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh

4) lokasi : hasil identifikasi area-area di Puskesmas yang


berisiko terjadi pasien jatuh, antara lain lokasi yang dengan kendala penerangan
atau mempunyai barrier/penghalang yang lain, misalnya tempat pelayanan
fisioterapi, tangga.

· Puskesmas harus melakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh


pada pasien. Kriteria untuk melakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh
harus ditetapkan baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan, dan dilakukan
upaya untuk mencegah atau meminimalkan kejadian jatuh di fasilitas kesehatan.
Contoh alat untuk melakukan penapisana pada pasien rawat inap adalah skala Morse
untuk pasien dewasa, dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, sedangkan
untuk pasien rawat jalan dengan menggunakan get up and go test , atau dengan
menanyakan tiga pertanyaan:

a. apakah dalam enam bulan terakhir pernah jatuh

b. apakah menggunakan obat yang mengganggu


keseimbangan
c. apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan
bantuan orang lain. Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya, maka
pasien tersebut dikategorikan berisiko jatuh
· Insiden keselamatan pengguna layanan adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pengguna layanan. Insiden keselamatan pengguna layanan terdiri
atas : 1) Kejadian tidak diharapkan (KTD), 2) Kejadian nyaris cedera (KNC), 3)
Kejadian tidak cedera, 4) kondisi potensial cedera (KPC), dan 5) Kejadian sentinel
(KS)

· Cedera adalah perubahan yang terjadi dapat bersifat fisik, motorik, sensorik,
psikologis dan intelektual.

· Contoh yang dapat menimbulkan insiden keselamatan pengguna


layanan seperti kesalahan obat (medication errors), kesalahan identifikasi pengguna
layanan, kesalahan asuhan klinis dan faktor lingkungan.

· Upaya keselamatan pengguna layanan dilakukan untuk mencegah terjadinya


insiden. Jenis Insiden terdiri dari :

1) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), yaitu insiden yang mengakibatkan cedera


pada pengguna layanan. Misalnya pengguna layanan jatuh dari tempat tidur dan
menimbulkan luka pada pergelangan kaki.

2) Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden yang sudah mengenai / terpapar
pada pengguna layanan tapi tidak terjadi cedera.

Misalnya Perawat salah memberikan obat pada pengguna layanan, obat telah
diminum tapi pengguna layanan tidak mengalami cedera.

3) Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah semua situasi atau kondisi terkait
perawatan pengguna layanan yang sangat berpotensi cedera pada pengguna layanan.
Misalnya : Alat Inkubator rusak yang diletakan di ruang bayi/neonatus .

4) Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah insiden yang terjadi tapi belum mengenai
/ terpapar pada pengguna layanan karena dapat dicegah. Misalnya: perawat mau
memberikan obat kepada pengguna layanan, ketika di cek ternyata obat yang
diberikan oleh farmasi milik pengguna layanan yang lain yang namanya mirip,
sehingga obat tersebut tidak jadi diberikan.

5) Sentinel suatu kejadian yang tidak diinginkan (unexpected occurrence) yang


mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Kejadian sentinel dapat berupa:

a) Kematian yang tidak diduga, termasuk dan tidak terbatas hanya pada:

kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pengguna


layanan atau kondisi pengguna layanan (contoh: kematian akibat proses transfer
yang terlambat)
kematian bayi aterm
bunuh diri

b) Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit pengguna layanan


atau kondisi pengguna layanan

c) Tindakan salah tempat, salah prosedur, salah pengguna layanan

d) Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke rumah
bukan rumah orang tuanya

e) Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat


kematian atau kehilangan fungsi secara permanen) atau pembunuhan (yang
disengaja) atas pengguna layanan, anggota staf, dokter, pengunjung atau
vendor/pihak ketiga ketika berada dalam lingkungan Puskesmas

· Pelaporan insiden keselamatan pengguna layanan yang selanjutnya disebut


pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pengguna layanan. Pelaporan insiden terdiri dari Laporan Insiden
Internal dan Laporan Insiden Eksternal.

· Sistem pelaporan diharapkan dapat mendorong individu di dalam Puskesmas


untuk peduli akan bahaya atau potensi bahaya yang dapat terjadi pada pengguna
layanan. Pelaporan juga penting digunakan untuk memantau upaya pencegahan
terjadinya kesalahan (error) sehingga dapat mendorong dilakukan investigasi. Di sisi lain
pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.

· Puskesmas perlu melakukan analisis Matriks grading risiko yang akan


menentukan jenis investigasi insiden yang dilakukan setelah Laporan insiden
internal. Investigasi terdiri dari Investigasi sederhana (Simple RCA) dan Investigasi
Komprehensif (Comprehensive RCA /Root Cause Analysis)

· Puskesmas perlu menetapkan sistem pelaporan insiden yang meliputi:


kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan, prosedur pelaporan, insiden yang harus
dilaporkan internal yaitu semua jenis insiden termasuk kejadian sentinel, kejadian tidak
diharapkan, kejadian nyaris cedera maupun kejadian sangat potensial cedera.
Sedangkan laporan eksternal yang dilaporkan adalah Sentinel, KTD. Ditentukan juga
siapa saja yang membuat laporan, batas waktu pelaporan, investigasi dan tindak
lanjutnya

· Pelaporan insiden keselamatan pengguna layanan dilaporkan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
· Upaya peningkatan mutu layanan klinis, dan keselamatan pengguna layanan
menjadi tanggung jawab seluruh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan pengguna
layanan.

· Tenaga kesehatan adalah tenaga medis, perawat, bidan, dan tenaga


kesehatan lain yang diberi wewenang dan bertanggung jawab melaksanakan asuhan
pengguna layanan.

· Perilaku terkait budaya keselamatan berupa:

a) penyediaan layanan yang baik, termasuk pengambilan keputusan bersama;


b) bekerja dengan pengguna layanan atau klien
c) bekerja dengan tenaga kesehatan lain
d) bekerja di dalam sistem layanan kesehatan
e) meminimalisir risiko
f) mempertahankan kinerja profesional

g) perilaku profesional dan beretika

h) memastikan pelaksanaan proses pelayanan yang terstandar

i) upaya peningkatan mutu dan keselamatan termasuk keterlibatan dalam


pelaporan dan tindak lanjut insiden

· Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan seperti:

a) Perilaku yang tidak layak (Inappropriate), seperti kata-kata atau bahasa tubuh
yang merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf, misalnya mengumpat,
memaki;

b) Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku tidak layak yang
dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau non verbal yang
membahayakan atau mengintimidasi staf lain, adalah komentar sembrono di depan
pengguna layanan yang berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis lain, contoh
mengomentari negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain di depan pengguna
layanan, misalnya “obatnya ini salah, tamatan mana dia...?”, melarang perawat untuk
membuat laporan insiden, memarahi staf klinis lainnya di depan pengguna layanan,
kemarahan yang ditunjukkan dengan melempar membuang rekam medis di ruang
rawat;

c) perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama, suku


termasuk gender;

d) pelecehan seksual.
· Puskesmas perlu melakukan pengukuran (survei) dan evaluasi budaya
keselamatan. Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap,
persepsi, kompetensi, dan pola perilaku dari individu maupun kelompok, yang
menentukan komitmen terhadap keselamatan, serta kemampuan manajemen
Puskesmas, dicirikan dengan komunikasi yang berdasarkan rasa saling percaya, dengan
persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan
manfaat langkah-langkah pencegahan.

· Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang ada,
tetapi juga perilaku dalam pemberian pelayanan. Tenaga kesehatan perlu melakukan
evaluasi terhadap perilaku dalam pemberian pelayanan dan melakukan upaya
perbaikan baik pada sistem pelayanan maupun perilaku pelayanan yang
mencerminkan budaya keselamatan, dan budaya perbaikan pelayanan klinis yang
berkelanjutan.

· Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah


upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pengguna
layanan, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

· Tujuan PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang


didapat dan ditularkan diantara pengguna layanan, staf, tenaga profesional
kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarelawan mahasiswa dan pengunjung.

· Agar pencegahan dan pengendalian infeksi dapat dilaksanakan dengan


optimal perlu diidentifikasi staf yang terlatih dan ditetapkan oleh pimpinan
Puskesmas berdasarkan kebijakan dan pedoman yang mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
· Puskesmas perlu menyusun program PPI yang meliputi implementasi
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasar transmisi, Pendidikan dan pelatihan (dapat berupa pelatihan atau
workshop) PPI baik bagi petugas maupun pengguna layanan dan keluarga, serta
masyarakat, penyusunan dan penerapan bundles Hais, surveilans serta penggunaan
anti mikroba secara bijak.

· Kegiatan yang tercantum dalam program PPI tergantung pada kompleksitas


kegiatan klinis dan pelayanan Puskesmas, besar kecilnya area Puskesmas, tingkat risiko
dan cakupan populasi yang dilayani, geografis, jumlah pengguna layanan, dan jumlah
pegawai dan merupakan bagian terintegrasi dengan Program Peningkatan Mutu.

· Untuk memantau dan menilai pelaksanaan program PPI disusun indikator-


indikator sebagai bukti dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang direncanakan.

· Puskesmas melakukan identifikasi dan kajian pemberian asuhan yang


memiliki risiko infeksi terhadap pengguna layanan, pengunjung, dan petugas
termasuk penunjang layanan. Pelaksanaan identifikasi dan kajian pemberian asuhan
harus sesuai prinsip-prinsip PPI dengan memastikan :

a. ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, kacamata pelindung,


masker, sepatu dan gaun pelindung;

b. ketersediaan linen yang benar;

c. ketersediaan alat medis sesuai ketentuan;


d. terlaksananya penyuntikan yang aman;

e. penyimpanan dan penanganan produk makanan dan nutrisi yang tepat, jika
tersedia dan digunakan di pusat;

f. pengelolaan limbah melalui penempatan yang aman dan pembuangan


limbah klinis dan limbah yang berpotensi menular yang memerlukan pembuangan
khusus seperti benda tajam / jarum dan peralatan sekali pakai lainnya yang
mungkin bersentuhan dengan tubuh cairan;
g. proses untuk mengelola penggunaan kembali perangkat sekali pakai.
· Renovasi bangunan di area Puskesmas dapat merupakan sumber infeksi.
Pemaparan debu dan kotoran konstruksi, kebisingan, getaran, kotoran dan bahaya lain
dapat merupakan bahaya potensial terhadap fungsi paru dan keamanan karyawan dan
pengunjung. Oleh karena itu Puskesmas harus menetapkan kriteria risiko untuk
menangani dampak tersebut yang dituangkan dalam bentuk regulasi tentang
penilaian risiko dan pengendalian infeksi (infection control risk assessment/ICRA).

· Puskesmas harus menerapkan kebersihan tangan yang terbukti


menurunkan risiko infeksi yang terjadi pada fasilitas kesehatan.

· Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan, serta


ditempel pada tempat yang mudah dibaca. Tenaga medis, tenaga kesehatan, dan
karyawan Puskesmas perlu diedukasi tentang kebersihan tangan. Sosialisasi
kebersihan tangan perlu juga dilakukan untuk pengguna layanan, dan keluarga
pengguna layanan.

· Kebersihan tangan merupakan kunci efektif pencegahan dan pengendalian


infeksi sehingga Puskesmas harus menetapkan kebijakan dan prosedur mengenai
kebersihan tangan.

· Setiap karyawan Puskesmas harus memahami 6 (enam) langkah dan 5


(lima) kesempatan melakukan kebersihan tangan dengan benar.

· Puskesmas wajib menyediakan perlengkapan dan peralatan untuk


melakukan kebersihan tangan antara lain:

(1) fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun, tisu pengering
tangan/handuk sekali pakai; dan/atau
(2) hand rubs berbasis alkohol yang ketersediaannya harus terjamin di
Puskesmas

· Program pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas adalah untuk


mengidentifikasi dan mengurangi risiko tertular dan menularkan infeksi di antara
pengguna layanan, petugas, keluarga dan masyarakat dan lingkungan melalui
kewaspadaan standar yang benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

a. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan benar untuk mencegah dan
mengendalikan infeksi Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan benar untuk
mencegah dan mengendalikan infeksi Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan
benar untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, APD yang dimaksud meliputi tutup
kepala (topi), masker, google (perisai wajah), sarung tangan, gaun pelindung, sepatu
pelindung digunakan secara tepat dan benar oleh petugas Puskesmas, dan
digunakan sesuai dengan indikasi dalam pemberian asuhan pengguna layanan

b. PENYUNTIKAN YANG AMAN

Tindakan penyuntikan yang aman perlu memperhatikan kesterilan alat yang


digunakan dan prosedur penyuntikannya. Pemakaian spuit dan jarum suntik steril
harus sekali pakai, dan berlaku juga pada penggunaan vial multi dosis untuk
mencegah timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pengguna
layanan. Penyuntikan yang aman berdasarkan prinsip PPI meliputi

(1) menerapkan teknik aseptik untuk mencegah kontaminasi alat injeksi.

(2) semua alat suntik yang dipergunakan harus sekali pakai untuk satu
pengguna layanan dan satu prosedur walaupun jarum suntiknya berbeda.

(3) gunakan single dose untuk obat injeksi dan cairan pelarut/ flushing.

(4) proses pencampuran obat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-


undangan yang berlaku.

(5) pengelolaan limbah tajam bekas pakai perlu dikelola dengan benar sesuai
perundang-undangan yang berlaku.

c. DEKONTAMINASI

Menurunkan risiko infeksi melalui kegiatan dekontaminasi melalui proses pembersihan


awal (pre cleanning), pembersihan, disinfeksi dan /atau sterilisasi dengan mengacu
pada kategori SPAULDING meliputi :

(1) KRITIKAL berkaitan dengan alat kesehatan yang digunakan pada jaringan steril
atau sistim pembuluh darah dengan menggunakan Tehnik Sterilisasi, seperti
instrumen bedah, partus set.

(2) SEMI KRITIKAL, peralatan yang digunakan pada selaput mukosa dan area
kecil dikulit yang lecet dengan menggunakan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), seperti
oropharyngeal airway (OPA)/Guedel, penekan lidah, kaca gigi.

(3) NON KRITIKAL peralatan yang digunakan pada permukaan tubuh yang
berhubungan dengan kulit yang utuh dilakukan Disinfeksi Tingkat Rendah, seperti
tensimeter atau termometer.
PROSES DEKONTAMINASI tersebut meliputi:

· PEMBERSIHAN AWAL dilakukan oleh petugas di tempat kerja dengan


menggunakan APD dengan cara membersihkan dari semua kotoran, darah dan
cairan tubuh dengan air mengalir, untuk kemudian dilakukan transportasi ke
tempat pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi.

· PEMBERSIHAN merupakan proses secara fisik membuang semua


kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari permukaan peralatan secara manual
atau mekanis dengan mencuci bersih dengan detergen (golongan disinfenktan dan
klorin dengan komposisi sesuai dengan standar yang berlaku) atau larutan
enzymatic, dan ditiriskan sebelum dilakukan disinfeksi atau sterilisasi.

· DISINFESKI TINGKAT TINGGI dilakukan untuk peralatan semi kritikal


untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospore bacterial
dengan cara merebus, menguapkan atau menggunakan disinfektan kimiawi.

· STERILISASI merupakan proses menghilangkan semua mikroorganisme


termasuk endospore menggunakan uap bertekanan tinggi (autoclave), panas kering
(oven), sterilisasi kimiawi, atau cara sterilisasi yang lain.

DEKONTAMINASI LINGKUNGAN yaitu pembersihan permukaan lingkungan yang


berada di sekitar pengguna layanan dari kemungkinan kontaminasi darah, produk
darah atau cairan tubuh. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan cairan
desinfektan seperti klorin 0,05% untuk permukaan lingkungan dan 0,5% pada
lingkungan yang terkontaminasi darah dan produk darah. Selain klorin dapat
digunakan desinfektan lain sesuai ketentuan.

d. LINEN

Pengelolan linen yang baik dan benar adalah salah satu upaya untuk menurunkan
resiko infeksi. Linen terbagi menjadi linen kotor non infeksius dan linen kotor
infeksius. Linen kotor infeksius adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh
lainnya. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-
hati. Kehati-hatian ini mencakup penggunaan APD petugas yang mengelola linen,
dan kebersihan tangan sesuai prinsip PPI terutama pada linen infeksius. Fasilitas
kesehatan harus membuat regulasi pengelolaan. Penatalaksanaan linen meliputi
1.penatalaksanaan linen di ruangan,2. transportasi linen ke ruang cuci/laundry,
dan3. penatalaksanaan linen di ruang cuci/laundry. PRINSIP yang harus
diperhatikan dalam penatalaksanaan linen adalah selalu memisahkan antara linen
bersih, linen kotor dan steril atau dengan kata lain setiap kelompok linen tersebut
harus ditempatkan pada tempat yang terpisah

e. LIMBAH
Puskesmas setiap harinya menghasilkan limbah, terutama limbah infeksius, benda
tajam dan jarum yang apabila pengelolaan pembuangan dilakukan dengan tidak benar
dapat menimbulkan risiko infeksi. Pengelolaan limbah infeksius meliputi pengelolaan
limbah cairan tubuh infeksius, darah, sampel laboratorium, benda tajam (seperti
jarum) dalam safety box (penyimpanan khusus), dan limbah B3. Proses edukasi
kepada karyawan mengenai pengelolaan yang aman, ketersediaan tempat
penyimpanan khusus dan pelaporan pajanan limbah infeksius atau tertusuk jarum
dan benda tajam.

PENGELOLAAM LIMBAH meliputi :

(1) LIMBAH INFEKSIUS adalah limbah yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh, sample laboratorium, produk darah dan lain-lain, yang dimasukan kedalam
kantong plastik berwarna KUNING dan dilakukan proses sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(2) LIMBAH BENDA TAJAM adalah semua limbah yang memiliki permukaan
tajam yang dimasukkan ke dalam SAFETY BOX (penyimpanan khusus tahan
tusukan dan tahan air). Penyimpanan tidak boleh melebihi ¾ isi safety box.

(3) LIMBAH CAIR INFEKSIUS segera dibuang ketempat pembuangan limbah cair
(spoel hoek)

(4) PENGELOLAAN LIMBAH dimaksud meliputi identifikasi, penampungan,


pengangkutan, tempat penampungan sementara, pengolahan akhir limbah

Pembuangan benda tajam (seperti jarum) yang tidak benar merupakan salah satu
penyebab bahaya luka tusuk jarum yang berisiko pada penularan penyakit infeksi
melalui darah sehingga diperlukan pengelolaan risiko pasca pajanan.

Penerapan kewaspadaan standar perlu dipantau oleh tim PPI atau petugas yang
diberi tanggung jawab agar dilaksanakan secara periodik dalam penyelenggaraan
kegiatan pelayanan Puskesmas.

· Program PPI dalam KEWASPADAAN ISOLASI terdiri dari kewaspadaan


standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi. KEWASPADAAN TRANSMISI terdiri
dari kontak, droplet dan air borne. Penularan penyakit air borne disease salah satunya
risiko yang paling banyak di Puskesmas
· Untuk mengurangi risiko penularan air borne disease diantaranya dengan
menggunakan APD, penataan ruang periksa, penempatan pengguna layanan,
maupun transfer pengguna layanan dilakukan sesuai dengan prinsip PPI. Upaya
pencegahan juga perlu ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada staf,
pengunjung serta lingkungan pengguna layanan. Pembersihan kamar dengan benar
setiap hari selama pengguna layanan tinggal di puskesmas dan pembersihan
kembali setelah pengguna layanan pulang harus dilakukan sesuai standar atau
pedoman pengendalian infeksi.

· Untuk mencegah penularan airborne disease perlu melakukan identifikasi


pengguna layanan yang berisiko dengan memberikan masker, menempatkan
pengguna layanan di tempat tersendiri atau kohorting dan mengajarkan etika
batuk.
· Untuk pencegahan penularan transmisi airborne ditetapkan alur dan SOP
pengelolaan pengguna layanan sesuai ketentuan.

· Puskesmas menetapkan kebijakan tentang outbreak bagaimana


penanggulangan sesuai dengan wewenangnya, untuk menjamin perlindungan
kepada petugas, pengunjung dan lingkungan pengguna layanan.

· Kriteria OUT BREAK INFEKSI terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas


adalah:

(1) terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada atau sejak lama tidak
pernah muncul yang diakibatkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan yang
berdampak risiko infeksi baik di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas.

(2) peningkatan kejadian 2 kali lipat atau lebih dibanding periode sebelumnya.

(3) kejadian dapat meningkat secara luas dalam kurun waktu yang sama
Elemen Penilaian

1. Kepala Puskesmas menetapkan tim atau petugas diberi tanggung jawab


peningkatan mutu, keselamatan pengguna layanan, manajemen risiko, dan PPI yang
memenuhi persyaratan kompetensi yang disertai dengan uraian tugasnya. (R, D, W)

2. Dilakukan pengawasan, pengendalian, penilaian, tindak lanjut, dan upaya


perbaikan berkesinambungan terhadap pelaksanaan program peningkatan mutu,
keselamatan pengguna layanan, program manajemen risiko, dan program PPI. (D,O,W)
1. Ditetapkan Indikator Mutu Prioritas Puskesmas (IMPP), indikator sasaran
keselamatan pengguna layanan (SKP), dan indikator upaya Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) yang dilengkapi dengan profil indikator yang meliputi huruf (a)
sampai huruf (u) seperti disebutkan di pokok pikiran.

2. Pengumpulan untuk indikator mutu yang sudah ditetapkan dan analisis data
dilakukan oleh petugas yang diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan data, petugas
yang diberi tanggung jawab untuk validasi data, dan petugas penanggung jawab
indikator (D, W)
1. Ditetapkan petugas atau tim yang bertanggung jawab untuk melakukan validasi
data indikator mutu. (R)

2. Dilakukan validasi data hasil pengukuran indikator sebagaimana diminta pada


pokok pikiran dan hasilnya digunakan untuk pengambilan keputusan, upaya perbaikan
mutu, dan untuk penyediaan informasi tentang capaian mutu kepada masyarakat
sesuai dengan prosedur dan metode yang telah ditetapkan. (D, O, W)
1. Dilakukan pengumpulan data, analisis dengan menggunakan metode dan teknik
statistik sesuai kebutuhan, dan hasilnya disajikan dalam bentuk informasi yang
berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan perbaikan yang harus dilakukan. (D,W)

2. Analisis data telah dilakukan melalui kaji banding seperti yang disebutkan dalam
pokok pikiran dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Puskesmas D,W)
1. Terdapat bukti Puskesmas telah membuat rencana perbaikan terhadap mutu dan
keselamatan pengguna layanan/ sasaran dan telah diuji cobakan berdasarkan hasil
capaian indikator mutu. (D,W)

2. Terdapat bukti Puskesmas telah melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap
hasil uji coba perbaikan (D.W)

3. Keberhasilan-keberhasilan telah didokumentasikan, dikomunikasikan serta


disosialisasikan dan dijadikan laporan PMP (D,W)
1. Dilakukan identifikasi dan analisis risiko yang sudah terjadi dalam area KMP,
UKM, dan UKPP yang dituangkan dalam register risiko.

2. Dilakukan identifikasi dan analisis potensi risiko yang belum terjadi dalam area
KMP, UKM, dan UKPP yang dituangkan dalam Identifikasi Proses Berisiko Tinggi (D,W)

1. Program manajemen risiko disusun berdasar analisis kejadian yang sudah terjadi
dan hasil identifikasi proses berisiko tinggi dan menjadi bagian terintegrasi dalam
perencanaan Puskesmas (D, W)

2. Dilakukan penatalaksanaan risiko berupa strategi reduksi dan mitigasi risiko dan
monitor perbaikannya terkait kesehatan dan keselamatan kerja, sarana prasarana, dan
infeksi (D,W)
3. Dilakukan pelaporan hasil program manajemen risiko, dan rencana tindak lanjut
risiko yang telah diidentifikasi. (D, W)

Ada bukti Puskesmas telah melakukan failure mode effect analysis (analisis efek modus
kegagalan) setahun sekali pada proses berisiko tinggi yang diprioritaskan (D,W

1. Dilakukan identifikasi pengguna layanan sebelum dilakukan prosedur


diagnostik, tindakan, pemberian obat, dan pemberian diit, sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan. (D,O,W)
2. Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi khusus seperti disebutkan
pada pokok pikiran (D,O,W)

1. Dilakukan edukasi komunikasi efektif kepada tenaga kesehatan pemberi asuhan


seperti disebutkan dalam pokok pikiran (D,W)

2. Penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium ditulis lengkap, dibaca


ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan dilakukan sesuai
prosedur, dan dicatat dalam rekam medis termasuk identifikasi kepada siapa nilai kritis
hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan serta informasi apa yang didokumentasikan
dalam rekam medis D,O,W,S)

3. Proses komunikasi serah terima pengguna layanan yang memuat hal-hal kritial
dilakukan secara konsisten sesuai dengan prosedur, metoda, dan menggunakan form
yang dibakukan (D,O,W,S)
1. Disusun daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau rupa
mirip serta dilakukan pelabelan obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau
rupa mirip sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun (D,O,W)

2. Dilakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan


psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high alert). (D, W)
1. Dilakukan penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh
pemberi pelayanan yang akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan. (O,W)

2. Dilakukan time-out sebelum operasi/ tindakan medis, untuk memastikan benar


identifikasi pengguna layanan, benar prosedur, benar sisi, persetujuan tindakan medis,
dan konfirmasi bahwa proses verifikasi sudah lengkap dilakukan dengan mencatat
waktunya. (D,O,W)
1. Dilakukan penapisan pengguna layanan dengan risiko jatuh sesuai dengan
kebijakan dan prosedur serta dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada pengguna
layanan (O,W,S)

2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk mengurangi risiko terhadap situasi
dan lokasi yang diidentifikasi berisiko terjadi pengguna layanan jatuh (D, O, W).
1. Dilakukan pelaporan jika terjadi insiden sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan ke Tim keselamatan pengguna layanan yang disertai dengan analisis dan
investigasi insiden, serta tindak lanjut terhadap insiden (D,W)

2. Dilakukan pelaporan ke Komite Nasional Keselamatan Pengguna layanan (KNKP)


terhadap insiden, analisis, dan tindak lanjut sesuai kerangka waktu yang ditetapkan (D)
1. Dilakukan identifikasi dan pelaporan perilaku yang tidak mendukung budaya
keselamatan / "tidak dapat diterima" dan upaya perbaikannya (D,O,W)

2. Dilakukan edukasi tentang mutu klinis dan keselamatan pengguna layanan pada
semua tenaga kesehatan pemberi asuhan. (D,W)
1. Puskesmas menyusun rencana dan mengimplementasikan program PPI secara
komprehensif pada penyelenggaraan pelayanan di puskesmas. (R, D, O)

2. Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan


program PPI dengan menggunakan indikator yang ditetapkan. (D, W)
1. Dilakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan di Puskesmas. (O,W)

2. Dilakukan upaya strategi untuk meminimalkan risiko infeksi terkait dengan


penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas dengan memastikan setidaknya a) sampai g)
di dalam pokok pikiran. (D,W)
1. Dilakukan edukasi kebersihan tangan pada tenaga medis, tenaga kesehatan,
seluruh karyawan Puskesmas, pengguna layanan dan keluarga pengguna layanan. (D,W)

2. Perlengkapan dan peralatan untuk kebersihan tangan tersedia di tempat


pelayanan. (D,O)

3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan kebersihan tangan.


(D, W)

1. Terdapat bukti penerapan dan pemantauan prinsip-prinsip pengelolaan sesuai


pokok pikiran huruf a sampai dengan huruf e sesuai prosedur yang ditetapkan . (D,O,W)
2. Bila ada pengelolaan pada pokok pikiran huruf a sampai dengan huruf e yang
dilaksanakan oleh pihak ketiga, Puskesmas harus memastikan standar mutu pada pihak
ketiga sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (D,W)
1. Dilakukan identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan melalui transmisi airborne
yang dilayani di Puskesmas serta upaya pencegahan penularan infeksi melalui transmisi
airborne dengan pemakaian APD, penataan ruang periksa, penempatan pengguna
layanan, maupun transfer pengguna layanan, sesuai dengan regulasi yang disusun.
(D,O,W)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan terhadap
pelaksanaan penataaan ruang periksa, penggunaan APD, penempatan pengguna
layanan, transfer pengguna layanan untuk mencegah transmisi infeksi (D.O.W)

1. Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya outbreak infeksi baik yang terjadi


di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas. (D,W)

2. Jika terjadi outbreak infeksi, dilakukan penanggulangan sesuai dengan kebijakan


dan prosedur yang disusun serta dilakukan evaluasi dan tindak lanjut tentang
penanggulangan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun (D.W)
R

1. SK Ka PKM ttg Penetapan tim atau petugas diberi tanggung jawab peningkatan mutu,
keselamatan pengguna layanan, manajemen risiko, dan PPI yang memenuhi persyaratan
kompetensi ( Lamp : uraian tugas fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan
membudayakan kegiatan peningkatan mutu, keselamatan pengguna layanan,
manajemen risiko, dan pencegahan dan pengendalian infeksfi
1. SK Ka PKM ttg Indikator Mutu Prioritas Puskesmas (IMPP), indikator sasaran
keselamatan pengguna layanan (SKP), dan indikator upaya Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) yang dilengkapi dengan profil indikator yang meliputi huruf (a)
sampai huruf (u)
1. SK Ka PKM ttg petugas atau tim yang bertanggung jawab untuk melakukan validasi
data indikator mutu
1. SK Ka PKM ttg penetapan staf terlatih ttg PPI -
D

1.Tersedia kebijakan dan prosedur serta pedoman sebagai acuan Kepala Puskesmas,
penanggung jawab upaya pelayanan Puskesmas dan koordinator dan pelaksana kegiatan
Puskesmas dalam hal 1) peningkatan mutu, 2) keselamatan pengguna layanan, 3)
manajemen risiko, 4) dan pencegahan dan pengendalian

2. Bukti : pengawasan, pengendalian, penilaian, tindak lanjut, dan upaya perbaikan


berkesinambungan terhadap pelaksanaan program peningkatan mutu, keselamatan
pengguna layanan, program manajemen risiko, dan program PPI.
2.Bukti : a. Pengumpulan untuk indikator mutu yang sudah ditetapkan dan analisis
data dilakukan oleh petugas yang diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan
data .b.petugas yang diberi tanggung jawab untuk validasi data, dan petugas
penanggung jawab indikator
2. Bukti : Validasi Data hasil pengukuran indikator ( Pokok pikiran a sd c
1.Bukti : pengumpulan data, analisis dengan menggunakan metode dan teknik statistik
sesuai kebutuhan, dan hasilnya disajikan dalam bentuk informasi yang berguna untuk
mengidentifikasi kebutuhan perbaikan yang harus dilakukan.

2. Bukti : Analisis data utk kegiatan kaji banding


1. Bukti : Puskesmas telah membuat rencana perbaikan terhadap mutu dan
keselamatan pengguna layanan/ sasaran dan telah diuji cobakan berdasarkan hasil
capaian indikator mutu.

2. Bukti : melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil uji coba perbaikan

3. Bukti : Keberhasilan-keberhasilan telah didokumentasikan, dikomunikasikan serta


disosialisasikan dan dijadikan laporan PMP
1.Tersedia Program manajemen risiko disusun berdasar analisis kejadian yang sudah
terjadi dan hasil identifikasi proses berisiko tinggi dan menjadi bagian terintegrasi dalam
perencanaan Puskesmas

2.Bukti : Dilakukan penatalaksanaan risiko berupa strategi reduksi dan mitigasi risiko
dan monitor perbaikannya terkait kesehatan dan keselamatan kerja, sarana prasarana,
dan infeksi
3.Bukti : pelaporan hasil program manajemen risiko, dan rencana tindak lanjut risiko
yang telah diidentifikasi.

4.Bukti : Puskesmas telah melakukan failure mode effect analysis (analisis efek modus
kegagalan) setahun sekali pada proses berisiko tinggi yang diprioritaskan

1.BUKTI : Dilakukan identifikasi pengguna layanan sebelum dilakukan prosedur


diagnostik, tindakan, pemberian obat, dan pemberian diit, sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan.( nama lengkap tanggal lahir, atau nomor rekam medis,)
2.Bukti : Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi khusus ( pengguna
layanan tidak mempunyai identitas, atau mempunyai nama sama, pengguna layanan
dengan penurunan kesadaran, tidak dapat menyebutkan nama, dan tidak memiliki
kartu identitas, dilakukan cara identifikasi yang tepat supaya tidak terjadi salah
pengguna layanan

1.BUKTI : Dilakukan edukasi komunikasi efektif kepada tenaga kesehatan pemberi


asuhan (pelatihan, lokakrya, on the job training atau bentuk lain yang dianggap efektif
transfer skill dan pengetahuan terhadap peningkatan kompetensi karyawan dalam
melakukan komunikasi efektif

2. BUKTI : dokumentasikan dalam rekam medis Penyampaian nilai kritis hasil


pemeriksaan laboratorium ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan
dikonfirmasi oleh pemberi pesan dilakukan sesuai prosedur, dan dicatat dalam rekam
medis termasuk identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium
dilaporkan serta informasi

3.TERSEDIA : FORM BAKU serah terima pengguna layanan yang memuat hal-hal kritial
dilakukan secara konsisten sesuai dengan prosedur, metoda, dan menggunakan ( berisi
informasi kritikal yang harus disampaikan antara lain: tentang status/kondisi pengguna
layanan, pengobatan, rencana asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan, adanya
perubahan status/kondisi pengguna layanan yang signifikan, dan keterbatasan maupun
risiko yang mungkin dialami oleh pengguna layanan.)
1.TERSEDIA : Daftar daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau
rupa mirip serta dilakukan pelabelan obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama
atau rupa mirip sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun

2.BUKTI : pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan


psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high alert
BUKTI : DILAKUKAN time-out sebelum operasi/ tindakan medis, untuk memastikan
benar identifikasi pengguna layanan, benar prosedur, benar sisi, persetujuan tindakan
medis, dan konfirmasi bahwa proses verifikasi sudah lengkap dilakukan dengan
mencatat waktunya
2.BUKTI : evaluasi dan tindak lanjut untuk mengurangi risiko terhadap situasi dan
lokasi yang diidentifikasi berisiko terjadi pengguna layanan jatuh (
1.BUKTI : pelaporan jika terjadi insiden sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
ke Tim keselamatan pengguna layanan yang disertai dengan analisis dan investigasi
insiden, serta tindak lanjut terhadap insiden

2,BUKTI : pelaporan ke Komite Nasional Keselamatan Pengguna layanan (KNKP)


terhadap insiden, analisis, dan tindak lanjut sesuai kerangka waktu yang ditetapkan
1.BUKTI ; identifikasi dan pelaporan perilaku yang tidak mendukung budaya
keselamatan / "tidak dapat diterima" dan upaya perbaikannya
1. Bukti : penyusunan rencana dan mengimplementasikan program PPI secara
komprehensif pada penyelenggaraan pelayanan di puskesmas.( 1. implementasi
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar
transmisi .2. Pendidikan dan pelatihan (dapat berupa pelatihan atau workshop) PPI baik
bagi petugas maupun pengguna layanan dan keluarga, serta masyarakat .3.
penyusunan dan penerapan bundles Hais, surveilans serta penggunaan anti mikroba
secara bijak.

2. Bukti : Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan


program PPI dengan menggunakan indikator yang ditetapkan
2. Bukti ; Pembuatan strategi untuk meminimalkan risiko infeksi terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas dengan memastikan setidaknya a) sampai g)
di dalam pokok pikiran. ( identifikasi dan kajian pemberian asuhan yang memiliki risiko
infeksi terhadap pengguna layanan, pengunjung, dan petugas termasuk penunjang
layanan )
1.Bukti : Dilakukan edukasi kebersihan tangan pada tenaga medis, tenaga kesehatan,
seluruh karyawan Puskesmas, pengguna layanan dan keluarga pengguna layanan

2. Bukti : 2. Perlengkapan dan peralatan untuk kebersihan tangan tersedia di


tempat pelayanan

3, Bukti : evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan kebersihan tangan.

bukti penerapan dan pemantauan prinsip-prinsip pengelolaan sesuai pokok pikiran


huruf a sampai dengan huruf e sesuai prosedur yang ditetapkan
2. Pihak letiga harus mempunyai ijin pengelolaan limbah B3 de Kemen ling hidup - bukti
MOU dengan pihak ke 3
1.BUKTI : 1. identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan melalui transmisi airborne yang
dilayani di Puskesmas . 2. upaya pencegahan penularan infeksi melalui transmisi
airborne dengan pemakaian APD, penataan ruang periksa, penempatan pengguna
layanan, maupun transfer pengguna layanan, sesuai dengan regulasi yang disusun
2.BUKTI : evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan terhadap pelaksanaan
penataaan ruang periksa, penggunaan APD, penempatan pengguna layanan, transfer
pengguna layanan untuk mencegah transmisi infeksi

1.BUKTI ; identifikasi kemungkinan terjadinya outbreak infeksi baik yang terjadi di


Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas

2.BUKTI ; evaluasi dan tindak lanjut tentang penanggulangan sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang disusun (D
O
baik

0
nama lengkap tanggal lahir, atau nomor rekam medis,)
cara mengindetifikasi pada kondisi khusus

OBSERVASI : REKAM MEDIS

OBSERVASI : CARA SERAH TERIMA


high alert - look alike and sound alike di farmasi
1.penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh pemberi pelayanan yang
akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
TATA CARA penapisan pengguna layanan dengan risiko jatuh sesuai dengan kebijakan
dan prosedur serta dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada pengguna layanan

LAKUKAN OBSERVASI

jatuh
identifikasi dan pelaporan perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan / "tidak
dapat diterima" dan upaya perbaikannya
pelaksanaan PPI di tiap 2 unit ;pelayanan
:
observasi di lapangan

observasi dari a sd e
pemakaian APD, penataan ruang periksa, penempatan pengguna layanan, maupun
transfer pengguna layanan, sesuai dengan regulasi yang disusun.
pelaksanaan penataaan ruang periksa, penggunaan APD, penempatan pengguna
layanan, transfer pengguna layanan untuk mencegah transmisi infeksi
W
pada
WWCR CARA MENGIDENTIFIKASI PENGGUNA
cara mengindetifikasi pada kondisi khusus

WWCR : PROSES EDUKASI

WWCR

WWCR
wwcr dengan petugas farmasi ttg high alert - look alike and sound alike di farmasi

wwcr dengan petugas farmasi ttg pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-
obatan psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high alert
WWCR : PROSEDUR penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh
pemberi pelayanan yang akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan.

WWCR : PROSEDUR TIME OUT


TATA CARA penapisan pengguna layanan dengan risiko jatuh sesuai dengan kebijakan
dan prosedur serta dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada pengguna layanan

disusun
1.identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait dengan penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmas. (O,W)
wawancara dr a sd e
lakukan telusur bagaimana tata cara pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke 3
WWCR ;prinsip 2 PPI
S
pasien, petugas keluarga dan pengunjung
SIMULASI

SIMULASI
TATA CARA penapisan pengguna layanan dengan risiko jatuh sesuai dengan kebijakan
dan prosedur serta dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada pengguna layanan

dan dilaksanakan
Standar Substandar

1.1

1.1.1

1.1.2

1.1.3

1.2.1

1.2.2

1.3
1.3.1

1.3.2

1.3.3.

1.3.4.

1.3.5

1.4

1.4.1

1.42

1.4.3

1.4.4

1.5

1.5.1

1.5.2

1.5.3

1.5.4
1.5.5

1.5.6

1.6

1.6.1

1.6.2

1.6.3

1.7

1.7.1

1.6.3

1.6.4

1.6.5

1.6.6

1.6.7
1.6.8

1.6.9

1.6.10
1.6.11

1.7.1

1.8

1.8.1

1.8.2

1.8.3

1.8.4
Kriteria
Bab 1.
Perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dilakukan secara
terpadu yang berbasis wilayah kerja Puskesmas bersama dengan lintas program
dan lintas sektor serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Perencanaan Puskesmas mempertimbangkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai,
analisis kebutuhan masyarakat, analisis peluang pengembangan pelayanan, serta
analisis risiko pelayanan termasuk umpan balik dari Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota.

Jenis-jenis pelayanan yang disediakan ditetapkan berdasarkan visi, misi, tujuan,


dan tata nilai, analisis kebutuhan masyarakat, analisis peluang pengembangan
pelayanan, analisis risiko pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dituangkan dalam perencanaan. . (lihat juga PMP 5.1; dan PMP 5.2 )

Perencanaan Puskesmas disusun berdasarkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai
Puskesmas, analisis peluang pengembangan pelayanan, analisis risiko pelayanan,
capaian kinerja dan analisis kebutuhan masyarakat termasuk umpan balik dari
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota yang diselaraskan dengan rencana
strategis Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota yang disusun secara terpadu
yang berbasis wilayah kerja Puskesmas serta dapat direvisi sesuai dengan capaian
kinerja dan apabila ada perubahan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Peluang perbaikan dan pengembangan dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas


diidentifikasi dan dianalisis sebagai dasar dalam perencanaan.
Pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus memperhatikan kemudahan akses
pengguna layanan
Puskesmas mudah diakses oleh pengguna layanan untuk mendapat pelayanan
sesuai kebutuhan, mendapat informasi tentang pelayanan, dan untuk
menyampaikan umpan balik

Masyarakat sebagai pengguna layanan, seluruh tenaga Puskesmas dan lintas sektor
mendapat informasi yang memadai tentang jenis-jenis pelayanan dan kegiatan-
kegiatan Puskesmas serta masyarakat memanfaatkan pelayanan sesuai kebutuhan.

Masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan, dan


untuk menyampaikan umpan balik terhadap pelayanan. (Lihat juga KMP : 1.8.3 dan
UKM : 2.2.1; 2.2.2; 2.9.5; 2.9.6)
1.3 Tata kelola organisasi Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
Tata kelola organisasi Puskesmas meliputi struktur organisasi, pengendalian
dokumen, pengelolaan jaringan dan jejaring, manajemen data dan informasi
serta penyelenggaran pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Struktur organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas, wewenang, tanggung jawab,
dan tata hubungan kerja.
Kebijakan, pedoman/panduan, kerangka acuan dan prosedur terkait pelaksanaan
kegiatan disusun, didokumentasikan, dan dikendalikan, serta dokumen bukti
pelaksanaan kegiatan dikendalikan.
Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan di wilayah kerja
dikelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kepada
masyarakat.
Adanya jaminan ketersediaan data dan informasi melalui terselenggaranya sistem
manajemen data dan informasi di Puskesmas .
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Ketenagaan Puskesmas harus dikelola sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan perlu memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

Tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) dengan jumlah, jenis, dan kompetensi sesuai
kebutuhan dan jenis pelayanan yang disediakan.
Setiap karyawan mempunyai uraian tugas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
tugas maupun penilaian kinerja.
Setiap karyawan mempunyai dokumen (file) kepegawaian yang lengkap dan
mutakhir.
1.4.4 Karyawan baru dan alih tugas wajib mengikuti orientasi agar memahami dan
mampu melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Manajemen sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas, dan


keselamatan dan keamanan lingkungan Puskesmas dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas, dan keselamatan lingkungan
dikelola dalam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan dikaji dengan memperhatikan
manajemen risiko.

Disusun dan diterapkan rencana program Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan


(MFK) yang meliputi keselamatan dan keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan
limbah berbahaya, manajemen bencana, pengamanan kebakaran, alat kesehatan,
dan sistem utilisasi
Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya
beracun serta pengendalian dan pembuangan limbah bahan berbahaya beracun
dilakukan berdasarkan perencanaan yang memadai dan ketentuan perundang-
undangan.
Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan mengevaluasi program
tanggap darurat bencana internal dan eksternal
Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan melakukan evaluasi
program pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran termasuk sarana
evakuasi.
Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan alat kesehatan yang
dapat digunakan setiap saat.
Puskesmas menyusun dan melaksanakan program untuk memastikan semua
prasarana atau sistem utilisasi berfungsi dan mencegah terjadinya
ketidaktersediaan, kegagalan, atau kontaminasi.
Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan secara periodik.
Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian
dengan rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat,
maka dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dapat berupa
pemantauan, supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.

Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja dengan menggunakan


indikator kinerja yang ditetapkan sesuai dengan jenis pelayanan yang disediakan
dan kebijakan pemerintah.
Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor dilakukan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur.
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan pengawasan, pengendalian
kinerja, dan kegiatan perbaikan kinerja melalui audit internal yang terencana sesuai
dengan masalah kesehatan prioritas, masalah kinerja, risiko, maupun rencana
pengembangan pelayanan
Peran Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan Puskesmas melalui Akreditasi
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap Puskesmas mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan pembinaan dan


pengawasan terhadap Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dalam rangka perbaikan kinerja
Puskesmas
Adanya peraturan internal yang mengatur tata tertib dan perilaku dalam
pelaksanaan kegiatan Puskesmas sesuai dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai
Puskesmas (lihat juga KMP : 1.1.1)
Kepala Puskesmas melaksanakan komunikasi internal, pengarahan, koordinasi,
perbaikan dan umpan balik dalam pelaksanaan kegiatan dan upaya pencapaian
indikator kinerja sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan,
kualitas kinerja, dan penggunaan sumber daya
Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab upaya mendelegasikan wewenang
manajerial apabila meninggalkan tugas.
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab upaya membina tata hubungan kerja
dengan pihak terkait lintas sektoral.
Kebijakan, pedoman/panduan, kerangka acuan dan prosedur terkait pelaksanaan
kegiatan disusun, didokumentasikan, dan dikendalikan, serta dokumen bukti
pelaksanaan kegiatan dikendalikan.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan di puskesmas dipandu oleh dengan kebijakan,
pedoman/ panduan/ kerangka acuan, dan prosedur.
Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan di wilayah kerja
dikelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kepada
masyarakat.
Kepala Puskesmas melaksanakan manajemen keuangan
Adanya jaminan ketersediaan data dan informasi melalui terselenggaranya sistem
manajemen data dan informasi di Puskesmas .
Kerjasama/Kontrak Pihak Ketiga Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan
Peraturan Perundangan-undangan.
Jika sebagian kegiatan dikerjasamakan/dikontrakkan kepada pihak ketiga, Kepala
Puskesmas memastikan bahwa pihak ketiga memenuhi standar yang ditetapkan

Adanya dokumen kerjasama/kontrak yang jelas dengan pihak ketiga yang


ditandatangani oleh para pihak dengan spesifikasi pekerjaan yang jelas dan
memenuhi standar yang berlaku
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian kerja secara periodik
Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian
dengan rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat,
maka dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dapat berupa
pemantauan, supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.
Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja dengan menggunakan
indikator kinerja yang ditetapkan sesuai dengan jenis pelayanan yang disediakan
dan kebijakan pemerintah. ( Lihat juga KMP : 1.1.1 ; dan 1.1.5 ; UKM : 2.7.1 dan
2.7.2)
Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor dilakukan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur (lihat juga KMP : 1.8.1)
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan pengawasan, pengendalian
kinerja, dan kegiatan perbaikan kinerja melalui audit internal yang terencana sesuai
dengan masalah kesehatan prioritas, masalah kinerja, risiko, maupun rencana
pengembangan pelayanan (lihat juga KMP : 1.8.1)
Dilakukan tinjauan manajemen secara periodik yang bertujuan untuk meninjau dan
menilai efektivitas sistem manajemen untuk ditindaklanjuti dengan perbaikan (lihat
juga 1.8.1)
Standar Standar Substandar

2.1 2.1

2.1.1

2.1.2

2.1.1.

2.1

2.2.1

2.2

2.2.2.
2.3

2.3.1.

2.4.

2.4.1.

2.5.

2.5.1.

2.5.2.

2.5.3.

2.6.
2.6.1.
2.6.2.
2.6.3.
2.6.4.
2.6.5
2.7
2.7.1

2.8.

2.8.1

2.8.2.

2.8.3.

2.8.4.
Kriteria

BAB 2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang berorientasi


pada upaya promotif dan preventif sesuai prinsip five level prevention
Perencanaan pelayanan UKM dilaksanakan secara terpadu.
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara terpadu berbasis
wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan analisis kebutuhan masyarakat, data hasil penilaian kinerja
Puskesmas termasuk memperhatikan hasil pelaksanaan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) dan capaian target Standar
Pelayanan Minimal (SPM) daerah Kabupaten/Kota.
Perencanaan pelayanan UKM di Puskesmas disusun secara terpadu berbasis
wilayah kerja Puskesmas berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan harapan
masyarakat, analisis data pencapaian kinerja pelayanan UKM dengan
memperhatikan data PIS PK dan SPM.
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas memuat kegiatan pemberdayaan
masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat, dimana proses kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan difasilitasi oleh
Puskesmas.
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Pelayanan UKM terintegrasi lintas
program dan mengacu pada Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas.
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM memastikan kemudahan akses sasaran dan masyarakat terhadap
pelaksanaan pelayanan UKM Pelayanan UKM Puskesmas mudah diakses
oleh sasaran dan masyarakat, untuk mendapatkan informasi kegiatan serta
penyampaian umpan balik dan keluhan.
Penjadwalan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas disepakati bersama
dengan memperhatikan masukan sasaran, masyarakat, kelompok masyarakat,
lintas program dan lintas sektor yang dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan
rencana.
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM memastikan kemudahan akses sasaran dan masyarakat terhadap
pelaksanaan pelayanan UKM Pelayanan UKM Puskesmas mudah diakses
oleh sasaran dan masyarakat, untuk mendapatkan informasi kegiatan serta
penyampaian umpan balik dan keluhan.
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
memastikan akses sasaran dan masyarakat terhadap informasi, kegiatan
UKM, dan akses untuk menyampaikan umpan balik dan keluhan.
Penggerakan dan Pelaksanaan Pelayanan UKM dilakukan dan
dikoordinasikan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor
terkait. Penggerakan dan Pelaksanaan Pelayanan UKM dilakukan sesuai
dengan kebijakan, pedoman/ panduan, prosedur, dan kerangka acuan yang
disusun dan dikoordinasikan melalui forum lokakarya mini bulanan dan
triwulan.
Dilakukan komunikasi dan koordinasi dalam pengelolaan pelayanan UKM
Puskesmas.
Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan secara
berjenjang agar efisien dan efektif dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan secara
berjenjang untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan, menganalisis
penyebab masalah dan merencanakan tindak lanjut.

kegiatan UKM Puskesmas bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan,


pencapaian kinerja, pelaksanaan kegiatan UKM, dan penggunaan sumber daya,

Pelaksanaan pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK Pelaksanaan


pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK dalam upaya mewujudkan keluarga
sehat dan masyarakat sehat melalui pengorganisasian masyarakat dengan
terbentuknya upaya-upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dan
tatanan-tatanan sehat yang merupakan bentuk implementasi Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM bersama dengan Tim Pembina Keluarga melaksanakan pemetaan dan
intervensi kesehatan berdasarkan permasalahan keluarga sesuai dengan
jadwal yang sudah disepakati.
Intervensi lanjut ditujukan pada wilayah kerja Puskesmas berdasarkan
permasalahan yang sudah dipetakan dan dilaksanakan terintegrasi dengan
pelayanan UKM Puskesmas.
Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai bagian
dari intervensi lanjut dalam bentuk peran serta masyarakat terhadap
masalah-masalah kesehatan
Penyelenggaraan UKM Esensial Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
direncanakan, dilaksanakan dipantau dan dievaluasi
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Promosi Kesehatan
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Lingkungan
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Keluarga.
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Gizi.
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
UKM Pengembangan
Puskesmas melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan direncanakan, dilaksanakan,
dipantau dan dievaluasi.
Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja pelayanan UKM
Puskesmas dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan
UKM Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan untuk menilai
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian dengan
rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat.
Pengawasan, pengendalian, penilaian kinerja pelayanan UKM dilaksanakan
dalam bentuk pemantauan dan supervisi pelaksanaan kegiatan pelayanan UKM
dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan UKM.
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM Puskesmas melakukan
supervisi untuk mengendalikan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas
secara periodik
Penanggung jawab UKM wajib melakukan pemantauan dalam upaya
pelaksanaan kegiatan UKM sesuai dengan jadwal yang sudah disusun agar
dapat mengambil langkah tindak lanjut untuk perbaikan.
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM melakukan upaya perbaikan
terhadap hasil penilaian capaian kinerja pelayanan UKM

ilaian kinerja terhadap penyelenggaraan pelayanan UKM dilaksanakan secara


periodik untuk menunjukan akuntabilitas dalam pengelolaan pelayanan UKM.
S
Standar Substandar

3.1.

3.1.1

3.2.

3.2.1.

3.3.

3.1.1.

3.3.2.

3.4.

3.4.1.
3.4.2.

3.5.

3.5.1.

3.6.

3.6.1

3.7

3.7.1
3.7.2.
3.8

3.8.1
3.9

3.9.1

3.9.2
Kriteria
BAB 3. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan
dan Penunjang (UKPP)
Standar
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses
Pendaftaran Pengguna layanan sampai dengan pemulangan
dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan dan
keselamatan.
Proses pendaftaran pengguna layanan memenuhi kebutuhan
dan keselamatan yang didukung oleh sarana, prasarana dan
lingkungan.
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari pendaftaran
dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan pengguna layanan, serta mempertimbangkan hak
dan kewajiban pengguna layanan, keluarga dan petugas.
informasi tentang pendaftaran dan fasilitas rujukan tersedia
pada waktu pendaftaran.
Pengkajian, Rencana Asuhan, dan Pemberian Asuhan
dilaksanakan secara paripurna.
Kajian pengguna layanan dilakukan secara paripurna untuk
mendukung rencana dan pelaksanaan pelayanan oleh petugas
kesehatan profesional dan/atau tim kesehatan antar profesi
yang digunakan untuk menyusun keputusan layanan klinis.
Pelaksanaan asuhan dan pendidikan pengguna
layanan/keluarga dilaksanakan sesuai rencana yang disusun,
dipandu oleh kebijakan dan prosedur, dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku
Proses kajian awal dilakukan secara paripurna,
mencakup berbagai kebutuhan dan harapan pengguna
layanan/keluarga.
Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan
segera sebagai prioritas pelayanan.
Pengguna layanan gawat darurat diberikan prioritas
untuk asesmen sebagai bentuk pelaksanaan triase.
Pelaksanaan layanan bagi pengguna layanan gawat
darurat dan/ atau berisiko tinggi lainnya dipandu oleh
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
Pelayanan anastesi lokal dan tindakan di
Puskesmas dilaksanakan sesuai standar.
Tersedia pelayanan anestesi lokal dan tindakan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna layanan
Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan
sesuai standar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pelayanan tindakan medis di Puskesmas direncanakan
dan dilaksanakan memenuhi standar dan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Terapi gizi dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pengguna layanan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Terapi gizi diberikan sesuai dengan status gizi pengguna
layanan secara regular, sesuai dengan rencana asuhan, umur,
budaya dan bila dimungkinkan pilihan menu makanan.
Pengguna layanan berperan serta dalam perencanaan dan
seleksi makanan
Pemberian terapi gizi sesuai dengan status gizi
pengguna layanan dan konsisten dengan asuhan klinis
tersedia secara reguler.
Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan dilakukan
dengan prosedur yang tepat. Jika pengguna layanan
memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain, rujukan
dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi pengguna layanan ke
sarana pelayanan lain diatur dengan kebijakan dan prosedur
yang jelas.
Pemulangan dan tindak lanjut pengguna layanan yang
bertujuan untuk kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur
yang baku
Rujukan
Rujukan dilaksanakan apabila pengguna layanan memerlukan
penanganan yang bukan merupakan kompetensi dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama
Terdapat kebijakan dan prosedur rujukan yang jelas
Dilakukan tindak lanjut terhadap rujukan balik dari
FKRTL
Penyelenggaraan Rekam Medis
Puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis yang berisi
data dan informasi asuhan pengguna layanan yang dibutuhkan
untuk pelayanan pengguna layanan, dan dapat diakses oleh
petugas kesehatan pemberian asuhan, manajemen dan pihak
di luar organisasi yang diberi hak akses terhadap rekam medis
untuk kepentingan pengguna layanan, asuransi, sesuai
peraturan perundang-undangan.
Tata kelola penyelenggaraan rekam medis dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan Pelayanan laboratorium dan
kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pelayanan Laboratorium dan kefarmasian dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
Pelayanan laboratorium dikelola sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan.
Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan.
W
S
Standar Substandar
4.1

4.1.

4.1.1.

4.2.

4.2.1.

4.3

4.3.1.

4.4

4.4.1.

4.5.
4.5.1.
Kriteria
BAB 4 Program Prioritas Nasional (PPN)
Program Prioritas Nasional dilaksanakan melalui integrasi pelayanan UKM dan
UKP sesuai dengan prinsip five level prevention
Pencegahan dan Penurunan Stunting
Puskesmas melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting beserta
pemantauan dan evaluasinya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pencegahan dan penurunan stunting direncanakan, dilaksanakan, dipantau


dan dievaluasi dengan melibatkan lintas program, lintas sektor dan
pemberdayaan masyarakat.
Penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian neonatus
(AKN).
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan
ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan, pelayanan
kesehatan bayi baru lahir beserta pemantauan dan evaluasinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan,
pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi

Program imunisasi direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi


dalam upaya peningkatan capaian cakupan dan mutu imunisasi.

Program Penanggulangan Tuberkulosis


Puskesmas memberikan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulai dari
penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus terdiri
dari pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya untuk
memutus mata rantai penularan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Puskesmas melaksanakan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulai


dari penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus terdiri
dari pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya.

Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya


Puskesmas melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular utama yang
meliputi hipertensi, diabetes mellitus, kanker payudara dan leher rahim,
Pengguna layanan Rujuk Balik (PRB) Penyakit Tidak Menular (PTM) dan penyakit
katastropik lainnya sesuai kompetensi di tingkat primer, serta penanganan
faktor risiko PTM.
Program pengendalian penyakit tidak menular dan faktor resikonya
direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan ditindaklanjuti dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.
R D
O W
S
Standar Substandar Kriteria
BAB 5. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
5.1 Peningkatan Mutu dilaksanakan secara
5.1.
berkesinambungan
Peningkatan mutu dilakukan melalui upaya perbaikan
berkesinambungan, upaya keselamatan pengguna layanan,
upaya Manajemen risiko dan upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi untuk meminimalkan risiko bagi
pengguna layanan, sasaran UKM, masyarakat, dan
lingkungan.
Kepala Puskesmas menetapkan Tim dan Program
5.1.1.
Peningkatan Mutu Puskesmas
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi
tanggung jawab mutu dan keselamatan pengguna layanan
5.1.2 berkomitmen untuk membudayakan peningkatan mutu
secara berkesinambungan melalui pengelolaan indikator
mutu.
Dilakukan analisis data dalam upaya perbaikan dan
5.1.4
peningkatan mutu pelayanan
5.1.5. Peningkatan Mutu dicapai dan dipertahankan.
5.2 Program manajemen risiko berkelanjutan
digunakan untuk melakukan identifikasi, analisa dan
penatalaksanaan risiko untuk mengurangi cedera, dan
5.2.
mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pengguna
layanan, staf dan sasaran pelayanan UKM serta
masyarakat.

Upaya manajemen risiko dilaksanakan melalui sebuah


kerangka kerja manajemen risiko yang dilaksanakan dalam
Proses manajemen risiko yang mencakup : identifikasi,
analisis, penatalaksanaan risiko dan monitor perbaikannya.

Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya


Puskesmas terhadap pengguna layanan, keluarga,
5.2.1.
masyarakat, petugas, dan lingkungan diidentifikasi,
dianalisis dan dilakukan penatalaksanaannya
Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya Puskesmas
terhadap pengguna layanan, keluarga, masyarakat,
5.2.2.
petugas, dan lingkungan yang telah diidentifikasi dianalisis
dan ditindak lanjuti.
Sasaran Keselamatan Pengguna layanan diterapkan
5.3
dalam Upaya Keselamatan Pengguna layanan
Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran
keselamatan pengguna layanan sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan
Proses Identifikasi pengguna layanan dilakukan dengan
5.3.1.
benar.
Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi
5.3.2
dalam pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan

Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-


5.3.3
obat yang perlu diwaspadai ditetapkan dan dilaksanakan

Proses untuk memastikan tepat pengguna layanan,


tepat prosedur, tepat sisi pada pengguna layanan yang
5.3.4
menjalani operasi/tindakan medis ditetapkan dan
dilaksanakan.
Proses untuk mengurangi risiko pengguna layanan
5.3.5
jatuh disusun dan dilaksanakan
Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden
5.4 keselamatan pengguna layanan dan pengembangan
budaya keselamatan

Pelaporan insiden keselamatan pengguna layanan


berhubungan dengan budaya keselamatan di Puskesmas
dan diperlukan untuk mencegah insiden lebih lanjut atau
berulang di masa mendatang yang akan membawa dampak
merugikan yang lebih besar bagi Puskesmas

Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis, dan


penyusunan rencana penyelesaian masalah, upaya
5.4.1
perbaikan, dan pencegahan insiden keselamatan pengguna
layanan.
Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting
dalam memperbaiki perilaku dalam pemberian pelayanan
5.4.2.
yang mencerminkan budaya mutu dan budaya
keselamatan.

Program pencegahan dan pengendalian infeksi


5.5 dilaksanakan untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya


disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada pengguna layanan,
petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas
kesehatan.
5.5.1 Regulasi dan program pencegahan dan
pengendalian infeksi dilaksanakan oleh seluruh karyawan
5.5.1 Puskesmas secara komprehensif untuk mencegah dan
meminimalkan risiko terjadinya infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan.
Dilakukan identifikasi prosedur dan pelaksanaan
5.5.2 yang terkait dengan risiko infeksi dengan menerapkan
strategi untuk mengurangi risiko infeksi.

Kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan


5.5.3
risiko infeksi yang didapat di fasilitas kesehatan.

Puskesmas mengurangi risiko infeksi yang terkait


dengan pelayanan kesehatan perlu melaksanakan dan
5.5.4 mengimplementasikan program PPI, untuk mengurangi
risiko infeksi baik bagi pengguna layanan, petugas,
keluarga pengguna layanan, masyarakat, dan lingkungan.

Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi


pada proses pelayanan dan transfer pengguna layanan
5.5.5
dengan penyakit yang dapat ditularkan melalui transmisi
air borne
Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani
5.5.6 outbreak infeksi baik di Puskesmas atau di wilayah kerja
Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai