Anda di halaman 1dari 9

Menstruasi

Definisi menstruasi

Wanita memiliki struktur anatomi genetalia yang kompleks. Strukturnya terbagi menjadi 2

bagian yaitu dalam dan luar. Anatomi dalam terdiri dari vagina, uterus, tuba falopi, ovarium,

dan ligamen-ligamen. Vagina berada antara bagian genetalia luar dan dalam yang berukuran

6,5 cm dan 9,5 cm bagian belakang. Uterus memiliki panjang 7-7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5

cm. Uterus terdiri dari bagian fundus, korpus, dan servik. Tuba falopi berfungsi sebagai

sabluran telur (ovum) dari ovarium menuju uteri. Sedangkan ovarium memiliki banyak

folikel yang dimana akan menghasilkan ovum. Dan ligamentum adalah sebagai pengikat atau

yang memfiksasi uterus supaya terfiksasi dengan baik. Pada anatomi dalam maka akan

mengalami perubahan ketika pertumbuhan dan penambahan umur yang ditandai dengan

pubertas (Syaifuddin, 2011).

Pada wanita normal pasti mengalami keadaan pubertas, salah satu tanda pubertas ialah

terjadinya menstruasi. Menstruasi yang terjadi pertama kali ketika rata-rata umur wanita

antara 10,5-15,5 tahun, menstruasi pertama kali disebut dengan nama menarche

(Soetjiningsih, 2013). Pada umumnya rata-rata durasi siklus menstruasi ialah 28 hari namun

pada sebagian perempuan bisa berlangsung masa menstruasi sesingkat 20 hari atau selama 45

hari, dan keabnormalan siklus ini sering menjadi faktor dengan penurunan kesuburan

(Guyton , 2014).

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik pada uterus, diikuti pelepasan

(deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2008). Pada wanita sehat dalam kondisi fisiologi
setiap bulan secara teratur akan mengeluarkan darah dari alat kandung atau genital kondisi ini

disebut dengan menstruasi. Adapun penamaan dari menstruasi seperti haid, mensis, datang

bula, atau period (Sofian, 2011).

Siklus menstruasi atau lebih tepatnya siklus seksual bulanan Wanita adalah sebuah siklus

yang dialami setiap wanita setelah pubertas. Siklus tersebut berjalan antara 25 hingga 30 hari

dengan rata-rata 28 hari. Beberapa Wanita mengalami siklus yang berbeda-beda, ada yang

berjalan sekitar 20 hari dan bahkan sampai 45 hari. Pada saat menstruasi, terjadi peluruhan

lapisan uterus yang teratur yang diakibatkan oleh interaksi hormon yang dihasilkan oleh

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Beberapa hormon yang memengaruhi siklus menstruasi

adalah gonadotropic-releasing hormone (GnRH), folliclestimulating hormone (FSH),

luteinizing hormone (LH), estrogen dan progesteron. Hormonhormon ini diregulasi oleh HPO

axis (Hypothalamicpituitary-ovarian axis) dengan mekanisme umpan balik (feedback

mechanism) (Sherwood, 2016)

Siklus menstruasi

Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 yaitu siklus ovarial dan siklus endometrial.

Siklus ovarial terbagi atas fase folikular, ovulasi dan fase luteal. Sedangkan siklus

endometrial terbagi atas fase menstruasi, fase proliferatif, dan fase sekresi (Sherwood, 2016).

Siklus Ovarial

A Fase Folikular
Pada fase ini, terjadi pematangan folikel ovarium yang dimulai selama beberapa hari terakhir

dari siklus menstruasi sebelumnya hingga pelepasan folikel dewasa saat ovulasi. Fase ini

diawali dengan penurunan produksi steroid oleh corpus luteum dan penurunan faktor inbitor

dari hipotalamus dan pituitari anterior yang menyebabkan FSH dan LH untuk meningkat.

FSH dan LH berperan dalam produksi estrogen, namun keduanya memiliki sel target dan

mekanisme yang berbeda. LH bekerja pada sel theca yang dapat menstimulasi produksi

androgen dengan konversi kolestrol, namun LH memiliki kemampuan yang terbatas dalam

konversi androgen menjadi estrogen. Sedangkan FSH bekerja pada sel granulosa yang

memiliki enzim aromatase sehingga memiliki kemampuan konversi androgen menjadi

estrogen, namun FSH tidak dapat memproduksi androgen. Sebagian dari estrogen yang

dihasilkan akan tetap berada di dalam folikel, berkontribusi dalam memproduksi cairan antral

dan menstimulasi proliferasi sel granulosa. Dengan berkembangnya folikel, maka produksi

estrogen akan meningkat. Sebagian lain dari estrogen yang dihasilkan akan disekresikan ke

darah dan bekerja di target organ spesifik-seks lain, seperti uterus, hal ini akan memberikan

umpan balik negatif kepada hipotalamus dan pituitari anterior yang menyebabkan produksi

FSH menurun. Dengan menurunnya FSH, folikel-folikel akan atresia, namun hanya yang

paling matang yang akan bertahan. Berlawanan dengan FSH, produksi LH tidak menurun

dikarenakan oleh 2 faktor. Faktor pertama adalah produksi inhibin oleh sel-sel folikular yang

hanya memberikan umpan balik negatif terhadap produksi FSH pada pituitari anterior. Faktor

kedua adalah peningkatan estrogen sendiri tidak mampu menghambat produksi LH yang

bersifat tonik (meningkat secara perlahan), untuk menghambat produksi LH yang tonik

dibutuhkan estrogen dan progesteron bersamaan (Sherwood, 2016).

B. Fase Ovulasi

Selama fase folikular, estrogen terus berangsur-angsur meningkathingga mencapai

puncaknya. Peningkatan estrogen memberikan umpan balik positif pada pusat siklis sehingga
terjadi lonjakan kadar LH (LH surge), yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Lonjakan LH

menimbulkan 4 perubahan penting pada folikel (Sherwood, 2016):

a. Menghentikan sintesis estrogen pada sel folikel

b. Memulai kembali meiosis folikel oosit matang dengan menghambat oocyte maturation

inhibitor yang dihasilkan oleh sel granulosa.

c. Memicu produksi prostaglandin secara lokal yang akan menginduksi ovulasi dengan

perubahan vaskular. Perubahan vaskular menyebabkan pembengkakkan folikel secara cepat

dan menginduksi pencernaan enzimatik pada dinding folikel. Hal ini berakibat melemahnya

dinding yang melindungi folikel dan diikuti dengan meluruhnya dinding folikel yang

melemah tersebut.

d. Menyebabkan diferensiasi sel folikuler menjadi sel luteal. LH surge menyebabkan

terhentinya fase folikuler dan menginisiasi fase luteal.

C. Fase Luteal

Pada fase luteal, setelah terjadinya ovulasi, sel-sel granulosa dan sel theca yang tersisa

berubah cepat menjadi sel lutein. Diameter sel-sel ini membesar dan memberi tampilan warna

kuning karena simpanan kolestrol yang tinggi di dalamnya. Proses ini disebut dengan

luteinisasi dan massa sel tersebut disebut korpus luteum. Karena pengaruh LH, corpus luteum

mensekresikan estrogen dan progesteron dengan jumlah progesteron yang jauh lebih banyak

dibandingkan estrogen. Selama fase luteal, corpus luteum juga menghasilkan inhibin.

Hormon hormon ini dihasilkan oleh corpus luteum dengan tujuan menginhibisi FSH dan LH

untuk mencegah maturasi folikel baru dan ovulasi selama fase luteal. Corpus luteum bekerja

kira-kira selama 2 minggu. Jika tidak terjadi fertilisasi, corpus luteum akan mengalami

degenerasi. Setelah ovulasi, korpus luteum mengalami regresi secara berangsur-angsur


disertai dengan berkurangnya kapilerkapiler yang diikuti dengan menurunnya sekresi

progesteron dan estrogen. Penurunan progesteron dan estrogen menghilangkan efek inhibisi

FSH dan LH, sehingga FSH dan LH kembali disekresikan. Dengan adanya FSH dan LH

maka fase folikular yang baru mulai dipersiapkan kembali (Sherwood, 2016).

Siklus Endometrial

A Fase Menstrual

Fase menstrual merupakan fase yang paling terlihat jelas karena ditandai dengan keluarnya

darah dan reruntuhan dari dinding endometrium vagina. Hari pertama menstruasi merupakan

awal dimulainya siklus menstruasi yang baru. Fase menstrual terjadi bersamaan dengan

berakhirnya fase luteal ovarian yang beralih ke fase folikuler ovarian baru. Tidak terjadinya

fertilisasi menyebabkan corpus luteum berdegenerasi, akibatnya estrogen dan progesteron

turun dengan tajam. Estrogen dan progesterone merupakan hormon yang mendukung

endometrium dalam mempersiapkan fertilisasi dan implantasi, dengan penurunan kedua

hormon tersebut endometrium yang kaya akan vaskularisasi dan nutrisi, kehilangan hormon

pendukungnya. Penurunan estrogen dan progesteron juga menstimulasi uterus menghasilkan

prostaglandin yang mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah endometrium. Hal ini

menyebabkan endometrium kekurangan oksigen sehingga terjadikematian sel diikuti dengan

vaskularisasi yang terdapat di dalamnya. Jaringan endometrium yang sudah mati beserta

perdarahan dari vaskularisasi yang terlibat meluruh menuju lumen uterus. Sebagian besar dari

dinding endometrium ikut meluruh, hanya dinding tipis bagian dalam epitel dan kelenjar,

yang tidak ikut meluruh. Prostaglandin juga merangsang kontraksi ringan pada dinding uterus

untuk mempermudah aliran darah dan luruhan endometrium bergerak keluar melalui vagina

menjadi cairan yang keluar saat menstruasi (Sherwood, 2016).


B. Fase Proliferasi

Setelah fase menstruasi yang berlangsung kira-kira 5-7 hari, fase proliferasi dari siklus

endometrial dimulai. Pada fase ini, jaringan dalam dan tipis dari endometrium yang tersisa

mengalami perbaikan diri dan berproliferasi. Hal ini dipengaruhi oleh estrogen yang

menstimulasi proliferasi dari sel epitel, kelenjar, dan pembuluh darah di endometrium

sehingga endometrium menebal menjadi kira-kira 3- 5mm. Fase proliferasi berlangsung

hingga terjadinya ovulasi (Sherwood, 2016).

C. Fase Sekretori

Fase ini dimulai setelah ovulasi, yaitu ketika corpus luteum yang baru kembali dibentuk. Fase

ini dimulai bersamaan dengan dimulainya fase luteal ovarial. Corpus luteum akan

menghasilkan progesteron dalam jumlah besar dan estrogen. Progesteron berfungsi

mengonversi endometrium yang tebal menjadi jaringan penuh glikogen dan kaya akan

vaskularisasi. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan implantasi dari ovum yang

terfertilisasi. Jika fertilisasi dan implantasi tidak terjadi, corpus luteum akan degenerasi

sehingga fase menstruasiakan dimulai kembali (Sherwood, 2016).

Gangguan menstruasi

Menurut consensus himpunan endrokrinologi reproduksi dan fertilitas Indonesia (HIFEERI),

mentruasi dikatakan norml jika frekuensinya mentruasi selama 21-35 hari, keteraturan siklus

mentruasi dengan variasi kurang lebih 2-20 hari dari siklus ke siklus 12 buln, durasi

mentruasi 4,5-8 hari, dan volume kehilangan darah perbulan 5-80 ml (POGI,2013).

Gangguan menstruasi atau penrdarahan uterus abnormal mendeskrispiskanadanya perubahan

dari menstruasi normal atau siklus mentruasi normal. Keluhan gangguan menstruasi sangat

bervariasi dari ringan hingga berat dan menyebabkan frusrtasi pada penderita.
Gangguan mentruasi dapat diklasifikasikan berdasarkan

a. berdasarkan siklus menstruasi)

A. Polimenorea Polimenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memendek dari panjang

siklus menstruasi normal (35 hari) (Sitoayu et al., 2017) sedangkan volume pendarahan lebih

sedikit dari volume normal. Pada oliomenorrhea terjadi pemanjangan fase proliferasi (Ulum,

2016).

B. Oligomenorea Oligomenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang (>35

hari) (Sitoayu et al., 2017) sedangkan volume pendarahan lebih sedikit dari volume normal.

Pada oliomenorrhea terjadi pemanjangan fase proliferasi (Ulum, 2016).

C. Amenorea Amenorea diartikan sebagai tidak mengalami menstruasi selama lebih dari 3

bulan berturut-turut. Amenorrhea dibagi menjadi Amenorrhea primer (tidak mengalami

menstruasi sekalipun) dan Amenorrhea sekunder ( tidak mengalami menstruasi yang diselingi

dengan periode menstruasi sebelumnya) (Ulum, 2016).

b. (berdasarkan lama dan jumlah darah mentruasi)

1. Hipermenorea atau menoragia Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak

dari normal (lebih dari 7 hari).

2. Hipomenorea Hipomenorea adalah pendarahan haid yan lebih pendek dari biasa dan/atau

lebih kurang dari biasa (kurang dari 3 hari) penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal,

kondisi wanita dengan penyakit tertentu.

c. (gangguan lain yang berhubungan dengan mentruasi)

Dysmenorrhea
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri.rasa nyeri yang terjadi merupakan

aktivitas prostaglandin sebagai precursor inflamasi. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi,

mulai dari yang ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut dinamakan dysmenorrhea, yaitu

keadaan nyeri yang hebat dan dapat menggangu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea

merupakan suatu fenomena simtomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung.

Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare dapat terjadi sebagai gejala dari menstruasi

Disminore terbagi atas dua macam.

1) Nyeri haid primer. Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya

waktu, tepatnya setelah stabilnya hormone tubuh atau perubahan posisi Rahim setelah

menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh

faktor psikis dan fisik, dan seperti stress, syok, penyemitan pembuluh darah , penyakit yag

menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak

membahayakan kesehatan.

2) Nyeri haid sekunder, biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau

kelainan yang menetap seperrti infeksi rahim,kista atau polip, tumor sekitar kandungannya,

serta kelainan kedudukan rahim yang menggangu organ dan jaringan sekitarnya (Aspiani,

2017).

Hubungan stress akademik dengan gangguan menstruasi

Secara teori ada hubungan antara tingkat stres dan menstruasi, stres berhubungan dengan

kadar kortisol, semakin tinggi tingkat stres seseorang maka semakin tinggi pula kadar kortisol

dalam tubuhnya, hal ini disebakan stres tersebut mempengaruhi kerja hormone kortisol yang

di atur olah hipotalamus otak dan kelenajar pituitary. Tingginya kadar kortisol akan
menurunkan produksi gonadotropinreleasing hormone (GnRH) di hipotalamus, sehingga

terjadi penurunan produksi follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteining hormone (LH)

pada hipofisis anterior yang menyebabkan tidak terbentuknya sel telur sehingga hormone

esterogen dan progesterone tidak akan terbentuk sebagaimana seharusnya, hal ini

berpengaruh terhadap siklus menstruasi mengingat bahwa pentingnya hormone estrogen yang

berpengaruh terhadap perkembangan payudara, munculnya menstruasi dan rangkaian siklus

menstruasi (Aspiani, 2017).

Anda mungkin juga menyukai