Anda di halaman 1dari 131

MODUL 1

ANALISIS PASAR

I. Tujuan Praktikum
Praktikum modul analisis pasar bertujuan agar:
1. Mahasiswa mampu melakukan survei dan analisis pasar.
2. Mahasiswa mampu melakukan estimasi dan peramalan permintaan.
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan penjualan berdasarkan hasil
analisis pasar dan peramalan permintaan.

II. Teori Dasar


Dalam bagian ini akan diuraikan teori dasar mengenai kebutuhan,
keinginan, dan permintaan, pengukuran dan peramalan permintaan, skala, dan
sampling.

II.1 Sampling
Dalam suatu survei, rencana sampling meliputi penentuan metode
sampling dan banyaknya sampel yang akan diambil.

II.1.1 Metode Sampling


Sampling merupakan proses pemilihan anggota-anggota populasi. Ada
dua tipe sampling utama (Sekaran, 2003), yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling. Dalam probability sampling, anggota populasi
mempunyai peluang tertentu yang diketahui untuk terpilih menjadi sampel. Dalam
nonprobability sampling, peluang anggota populasi terpilih menjadi sampel tidak
diketahui. Probability sampling digunakan pada penelitian yang hasilnya akan
digeneralisasi.
1. Probability Sampling
Probability sampling dapat dibagi ke dalam simple random sampling
(unrestricted) atau complex probability sampling (restricted). Simple random
sampling merupakan sampling di mana anggota populasi mempunyai peluang

1-1
MODUL 1 ANALISIS PASAR

yang diketahui dan sama untuk terpilih menjadi sampel. Simple random sampling
mempunyai bias yang paling kecil dan tingkat generalisasi yang paling besar.
Complex probability sampling merupakan alternatif sampling yang lebih
efisien dibandingkan dengan simple random sampling. Sampling ini terdiri dari
beberapa macam, yaitu: systematic sampling, stratified random sampling, cluster
sampling, area sampling, dan double sampling. Systematic sampling merupakan
sampling yang mengambil setiap anggota ke-n dari populasi, dimulai dengan
memilih anggota secara random antara 1 dan n. Stratified random sampling
melibatkan proses stratifikasi yang kemudian diikuti dengan pemilihan subjek dari
tiap stratum.
Cluster sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana
pemilihannya mengacu pada kelompok (bukan pada individu). Teknik sampling
cluster digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang diteliti atau sumber
data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi, atau kabupaten.
Area sampling merupakan bentuk dari cluster sampling dalam suatu area. Double
sampling digunakan jika informasi lebih lanjut dibutuhkan dari subset kelompok
dimana informasi awal sudah dikumpulkan.
2. Nonprobability Sampling
Dalam nonprobability sampling, peluang anggota populasi terpilih menjadi
sampel tidak diketahui. Temuan dari studi yang menggunakan nonprobability
sampling tidak dapat digeneralisasi. Ada beberapa kategori nonprobability
sampling, yaitu convenience sampling dan purposive sampling. Convenience
sampling berkaitan dengan pengumpulan informasi dari anggota populasi yang
bersedia memberikan responnya. Purposive sampling digunakan untuk
mendapatkan informasi dari target kelompok tertentu. Ada dua tipe purposive
sampling yaitu judgment sampling dan quota sampling.

II.1.2 Ukuran Sampel


Isu penting dalam sampling adalah precision dan confidence (Sekaran,
2003) karena pada saat data sampel digunakan untuk menarik kesimpulan
mengenai populasi, kesimpulan tersebut diharapkan mencapai pada target dan
pada tingkat kesalahan yang dapat diterima. Precision dan confidence level yang
diinginkan sangat menentukan ukuran sampel disamping variabilitas populasi dan

1-2
MODUL 1 ANALISIS PASAR

tipe sampling yang digunakan. Berikut formula penentuan ukuran sampel untuk
populasi yang tidak diketahui.

Z / 2 2  p  (1 − p)
n=
c2 (Pers. II-1)

Keterangan:
n : ukuran sampel
Z : nilai Z (misal 1,96 untuk 95% dengan tingkat kesalahan α = 5%)
P : persentase terpilihnya pilihan, diekspresikan dengan desimal (0,5
digunakan untuk ukuran sampel yang dibutuhkan)
c : error atau kepresisian, diekspresikan dengan desimal
Sementara untuk penentuan ukuran sampel dengan populasi terbatas, formulanya
sebagai berikut :

n
n' =
n −1
1+
N (Pers. II.2)

Keterangan:
n’ : ukuran sampel dengan populasi terbatas
n : ukuran sampel untuk populasi tidak diketahui dan tidak terbatas
N : ukuran populasi

II.2 Skala Pengukuran


Skala merupakan suatu mekanisme untuk membedakan satu individu
dengan individu yang lain berdasarkan suatu variabel yang menjadi fokus
perhatian. Skala dapat mengkategorikan individu secara umum atau dapat juga
membedakan individu dengan tingkat kedetailan yang bervariasi. Ada empat tipe
skala, yaitu: nominal, ordinal, interval, dan ratio. Tingkat kedetailan semakin tinggi
mulai dari skala nominal sampai ratio. Informasi suatu variabel akan lebih detail
jika menggunakan skala interval dan ratio dibandingkan dengan skala nominal dan
ordinal.

1-3
MODUL 1 ANALISIS PASAR

1. Skala Nominal
Skala nominal dapat mengkategorikan subjek ke dalam kategori atau
kelompok tertentu. Contoh variabel ini adalah jenis kelamin, subjek dapat
dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu laki-laki atau perempuan. Kategori yang
ada harus mutually exclusive (tidak overlapping) dan collectively exhaustive
(semua kategori tersedia). Informasi yang dapat diperoleh dari skala nominal
adalah persentase atau frekuensi dari tiap nilai kategori dalam sampel yang
diambil.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal tidak hanya mengkategorikan variabel, tetapi juga
merangking kategori. Contoh, responden dapat diminta untuk mengindikasikan
preferensinya dengan merangking tingkat kepentingan karakteristik suatu produk.
Skala ordinal menyediakan informasi yang lebih banyak daripada skala nominal.
Walaupun skala ini dapat merangking kategori, tetapi skala ini tidak memberikan
indikasi besarnya perbedaan diantara rangking tersebut.
3. Skala Interval
Skala interval memungkinkan peneliti melakukan operasi aritmetik
tertentu terhadap data yang dikumpulkan dari responden. Sementara skala
nominal hanya memungkinkan peneliti membedakan kelompok secara kualitatif
dengan mengkategorikannya kedalam kumpulan kategori yang mutually exclusive
dan collectively exhaustive, dan skala ordinal merangking preferensi, skala interval
memungkinkan peneliti mengukur jarak antara dua titik pada skala. Data yang
diperoleh dari skala interval dapat dihitung rata-rata dan standar deviasinya. Skala
interval tidak hanya mengelompokan individu berdasarkan kategori tertentu dan
mengurutkan kelompok tersebut, tetapi juga mengukur besarnya perbedaan
preferensi diantara individu.
4. Skala Ratio
Skala ratio menutupi kelemahan skala interval berupa titik acuan yang
bebas (arbitrary origin point) dengan menyediakan titik nol yang mutlak. Dengan
demikian skala ratio tidak hanya mengukur besarnya perbedaan antar poin, tetapi
juga dapat mengukur proporsi perbedaan. Rangkuman karakteristik dari skala-
skala tersebut dapat dilihat pada Tabel II.1.

1-4
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Tabel II.1 Karakteristik Skala Pengukuran


Fitur
Ukuran Uji
Ukuran
Skala Titik Central Signifi-
Perbe- Dispersion
Urutan Jarak Asal Tendency kansi
daan
Unik
Nominal Ya Tidak Tidak Tidak Modus - x2
Rentang Korelasi
Ordinal Ya Ya Tidak Tidak Median semi- rank-
interkuartil order
Standar
deviasi,
Rata-rata
Interval Ya Ya Ya Tidak variansi, t, F
Aritmetik
koefisien
variansi
Standar
Rata-rata
deviasi,
Aritmetik
Ratio Ya Ya Ya Ya variansi, t, F
atau
koefisien
Geometrik
variansi
Sumber : Sekaran, 2003.

Ada dua metode scaling (penempatan angka atau simbol) untuk


mendapatkan respon sikap dari responden terkait suatu objek yaitu skala rating
dan skala ranking. Skala rating mempunyai beberapa kategori respon dan
digunakan untuk mendapatkan respon berkenaan dengan objek yang diteliti. Skala
rangking membandingkan antara satu objek dengan objek yang lain dan
mendapatkan preferensi.

II.3 Peramalan
Peramalan (forecasting) adalah estimasi untuk suatu nilai atau
karakteristik di saat mendatang berdasarkan nilai masa lalu. Selain pesanan yang
telah diterima (actual order) peramalan permintaan diperlukan oleh suatu
perusahaan sebagai dasar perencanaan produksi. Asumsi dasar yang digunakan
dalam peramalan adalah pola kecenderungan yang terjadi saat ini akan terjadi
juga di periode yang akan datang. Jika asumsi ini tidak sesuai dengan kondisi yang
ada maka sebaiknya peramalan secara kuantitatif tidak dilakukan karena hasil
keakuratannya akan sangat rendah.

1-5
MODUL 1 ANALISIS PASAR

II.3.1 Klasifikasi Metode Peramalan


Metode peramalan dapat diklasifikasi ke dalam beberapa kategori salah
satunya adalah klasifikasi berdasarkan horizon waktunya. Menurut horizon
waktunya, peramalan dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Peramalan jangka pendek; yang memberikan hasil peramalan satu tahun
atau kurang. Peramalan jangka pendek sangat diperlukan untuk
membuat keputusan seperti penjadwalan persediaan, rencana produksi
jangka pendek, analisis tenaga kerja, proyeksi cash flow, dan anggaran
jangka pendek.
2. Peramalan jangka menengah; untuk meramalkan keadaan satu hingga
lima tahun mendatang.
3. Peramalan jangka panjang; digunakan untuk pengambilan keputusan
mengenai perencanaan produk dan perencanaan pasar, pengeluaran
biaya perusahaan, studi kelayakan pabrik, anggaran, purchase order,
perencanaan tenaga kerja dan perencanaan kapasitas kerja serta segala
kegiatan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kejadian
lebih dari lima tahun mendatang.
Secara garis besar, peramalan dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan pada penilaian,
evaluasi subyektif, intuisi, dan pendapat pakar/ahli. Contoh: riset pasar,
teknik Delphi, management estimation (guess). APICS menamakan
teknik peramalan ini sebagai prediksi.
4. Peramalan kuantitatif, terbagi dalam 2 kategori: intrinsik dan ekstrinsik.
Teknik peramalan intrinsik sering disebut time series analysis techniques.
Teknik ini menggunakan manipulasi matematis terhadap permintaan
masa lalu dari suatu item. Sedangkan teknik ekstrinsik menghasilkan
peramalan dengan mencoba mencari kaitan antara permintaan dari suatu
item dengan data item lain atau dengan faktor-faktor luar lainnya, seperti
kondisi ekonomi, demand item lain, dsb.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk memilih metode peramalan yang
tepat (Wheelwright dan Makridakis, 1980) antara lain:
1. Lead time / horizon waktu peramalan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peramalan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 berdasarkan horizon waktunya yaitu jangka pendek, jangka menengah,

1-6
MODUL 1 ANALISIS PASAR

dan jangka panjang. Namun, Wheelwright dan Makridakis (1980) menambahkan


satu kategori horizon waktu lainnya dalam mengklasifikasikan metode peramalan,
yaitu kategori immediate yang mempunyai horizon waktu lebih pendek dari
peramalan kategori jangka pendek. Pendefinisian setiap kategori horizon waktu
tidaklah kaku namun dapat disesuaikan dengan kondisi setiap pengguna.
Peramalan bagi seorang supervisor di bagian produksi suatu perusahaan bisa saja
didefinisikan sebagai peramalan untuk satu hingga dua jam kedepan dan
peramalan jangka panjang sebagai peramalan untuk satu atau dua bulan
berikutnya. Hal ini akan berbeda dengan pihak manajemen puncak yang akan
mendefinisikan horizon waktu immediate antara satu hingga dua bulan dan
peramalan jangka panjang antara 20 hingga 30 tahun kedepan.
2. Pola data
Terdapat beberapa pola yang dapat diidentifikasi dari data yang akan
digunakan dalam peramalan yaitu (Wheelwright dan Makridakis, 1980):
a. Trend
Trend adalah suatu pola yang terdapat pada data ketika teridentifikasi
kecenderungan nilai data naik atau turun dalam suatu kurun waktu tertentu.
b. Horizontal
Pola horizontal adalah ketika tidak ada kecenderungan arah pergerakan
nilai data dalam kurun waktu tertentu.
c. Seasonal
Pola seasonal terdapat pada data ketika nilai data dipengaruhi oleh titik-
titik waktu tertentu dalam suatu rentang waktu seperti hari-hari dalam satu minggu
atau bulan-bulan tertentu dalam satu tahun.
d. Cyclical
Pola cyclical adalah suatu pola data yang terjadi dalam rentang waktu
yang lebih panjang dibandingkan dengan seasonal. Hal yang dapat
mempengaruhi pola cyclical adalah kondisi perekonomian/kondisi dunia usaha
secara umum. Pola cyclical ini terjadi dalam rentang waktu yang tidak dapat
ditentukan sehingga akan lebih sulit diprediksi dibandingkan pola seasonal.
5. Jenis model peramalan yang akan digunakan
Model-model peramalan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Model Time Series

1-7
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Model time series hanya menggunakan faktor waktu sebagai variabel


bebas atau sebagai variabel yang mempengaruhi hasil peramalan. Beberapa
metode peramalan yang termasuk dalam kategori ini antara lain metode moving
average, exponential smoothing, metode decomposition, dan lain-lain.
b. Model Kausal
Model Kausal memungkinkan melibatkan lebih dari 1 variabel bebas
dalam metode peramalan. Kesulitan penggunaan model kausal adalah setiap
variabel bebas harus mampu diterjemahkan ke besaran tertentu terlebih dahulu
untuk digunakan dalam peramalan. Metode peramalan yang dapat digunakan
sebagai model kausal adalah metode regresi dan pendekatan Box-Jenkins
(ARMA).
4. Biaya penggunaan metode peramalan
Tiga jenis biaya yang diperhitungkan dalam suatu peramalan adalah
biaya pengembangan, biaya penyimpanan data, dan biaya eksekusi peramalan.
Biaya pengembangan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
model peramalan tertentu baik model konseptual maupun penerjemahan model
konseptual tersebut ke dalam program komputer. Data-data yang akan digunakan
dalam peramalan seringkali harus disimpan dalam memori komputer. Biaya
penggunaan memori ini menjadi biaya yang perlu diperhitungkan. Biaya eksekusi
peramalan merupakan biaya yang keluar ketika mengaplikasikan program yang
telah dibangun. Proses iterasi peramalan memerlukan waktu dan sumber daya
manusia yang diperhitungkan sebagai biaya.
5. Akurasi metode peramalan
Baik tidaknya suatu metode peramalan sering dinilai dari ketepatan hasil
peramalan dengan kondisi aktual. Terdapat 2 cara yang dapat dilakukan untuk
menilai ketepatan metode peramalan, yaitu menggunakan seluruh data historis
untuk membuat peramalan lalu membandingkan hasil peramalan tersebut dengan
data aktual, sedangkan yang kedua adalah menggunakan sebagian data historis
untuk membuat peramalan lalu membandingkan hasil peramalan yang didapatkan
dengan data historis lainnya yang tidak kita gunakan.

1-8
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Tabel II.2. Klasifikasi Metode Peramalan


Type of Time Horizon
Methods Description
Model A B C D
Variations in dependent
Single and
variables are explained by
multiple
variations in the independent
Causal or regression
one(s)
Explanatory
Econometric Simultaneous systems of
Quantitative Methods

models multiple regression equations

Simple rules such as :


forecast equals most recent
Naive
actual value or equals last
year's same month+5%

Time series Trend Linear, exponential, S-curve,


extrapolation or other types of projections

Forecasts are obtained by


smoothing, averaging, past
Smoothing
actual values in a linear or
exponential manner
A time series is "broken"
Decompositi down into trend,
on seasonability, cyclicality, and
randomness
Quantitative Methods

Foreast are expressed as a


linear combination of past
Time series Filters actual values. Parameters or
model can "adapt" to changes
in data
Autoregressi Forecasts are expressed as a
ve/Moving linear combination of past
averages actual values and/or past
(ARMA) errors
Subjective probabilities are
Decision assigned to each event and
Qualitative
Methods

trees the approach of Bayesian


Subjective Statistics is used
Assessment
A bottom-up approach
Salesforce
aggregating salesman's
estimates
forecasts
Juries of Marketing, production and
executive finance executives jointly
Qualitative
Methods

opinion prepare forecasts


Subjective
Assessment Anticipatory
Learning about intentions of
surveis
potential customers or planes
market
of business
research

1-9
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Sumber : Wheelwright dan Makridakis 1980, p34-35.


Keterangan:
1. Time horizon: A. Immediate, B. Short, C. Medium, D. Long
2. Extensive use, Medium use, Limited use

6. Kemudahan penerapan metode peramalan


Kemudahan penerapan berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan nilai peramalan dan intuitive appeal dari metode peramalan
tersebut. Intuitive appeal berkaitan dengan kemudahan pengguna hasil peramalan
mengerti akan metode peramalan yang digunakan dan seberapa baik nilai
peramalan yang dihasilkan berdasarkan sudut pandang pengguna.
Pada Tabel II.2 terdapat metode-metode peramalan yang dikelompokkan
berdasarkan beberapa kriteria yang telah dibahas sebelumnya. Informasi-
informasi yang terdapat dalam Tabel II.2 dapat digunakan untuk memilih metode
peramalan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

II.3.2 Teknik-Teknik Peramalan Kuantitatif


Terdapat beberapa teknik peramalan kuantitatif yang dapat digunakan
untuk menghitung hasil sebuah peramalan, berikut adalah beberapa metode
peramalan kuantitatif:
1. Moving Average
Moving average merupakan metode peramalan kuantitatif yang paling
mudah dilakukan. Perhitungan peramalan dengan metode moving average ini
dapat menggunakan Pers. II-3.

(Pers.II-3)
Keterangan:
i : period number
t : current period (the period for which the most recent actual demand is
known
n : number of periods in the moving average
Hasil peramalan merupakan rata-rata dari permintaan beberapa periode
sebelumnya. Kelemahan utama dari metode ini adalah lag effect.
2. Exponential Smoothing Forecasting

1-10
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Rumus metode peramalan first order exponential smoothing dapat menggunakan


Pers. II-4.

(Pers. II-4)

Keterangan:
𝛼 : the smoothing constant
t : current period (the period for which the most recent actual demand is
known
ESFt-1 : exponential smoothing forecast made one period previously (at the end
of period t-1)
Berdasarkan Pers. II-4, peramalan single exponential smoothing dihitung
berdasarkan hasil peramalan ditambah dengan kesalahan peramalan periode
sebelumnya.
3. Regression Analysis
Terdapat beberapa jenis regresi yang dapat digunakan untuk menghitung
hasil peramalan. Rumus-rumus setiap jenis regresi dapat dilihat mulai dari Pers.
II-5 sampai dengan Pers. II-6.
Linier : Y = a + bx (Pers. II-5)
Khusus untuk metode regresi linier, rumus yang umumnya digunakan yaitu:

(Pers. II-6)

Keterangan:
a = Y intercept
b = slope of the line
𝑦 = average of all y’s

𝑥= average of all x’s


x = x value at each data point
y = y value at each data point
n = number of data points
Y = value of the dependent variable computed with the regression equation

1-11
MODUL 1 ANALISIS PASAR

4. Decomposition of Time Series


Untuk melakukan peramalan dengan metode decomposition of time
series terdapat 5 langkah utama yang perlu diikuti, yaitu:
1. Hitung seasonal factor (atau index).
Pertama, hitung terlebih dahulu general average for all 12 quarters.
Kemudian hitung rata-rata permintaan pada kuarter yang sama setiap
tahunnya (average of the same quarter of each year).
Seasonal Factor = average of the same 4 quarter of each
year/general average for all 12 quarters (Pers. II-7)

Catatan:
Satu tahun terdiri dari 4 kuarter.
2. Tentukan nilai deseasonalized demand
Deseasonalized Demand = actual sales/seasonal factor (Pers. II-8)

3. Tentukan persamaan garis dari deseasonalized demand menggunakan


persamaan regresi.
4. Ekstrapolasi garis yang diperoleh dari langkah 4 ke data di masa yang
akan datang (Menggunakan Analisis Regresi).
5. Hitung hasil peramalan akhir dengan mengalikan data yang diperoleh dari
langkah 5 dengan seasonal factor yang sesuai.

II.3.3 Ukuran-Ukuran Kesalahan Peramalan


Tujuan dari teknik peramalan adalah agar dapat diperoleh hasil taksiran
nilai-nilai di masa yang akan datang. Hasil peramalan tersebut memiliki
kecenderungan untuk mempunyai kesalahan-kesalahan. Besarnya kesalahan
pada periode ke-i (ei) dinyatakan sebagai:
ei = Actual Demandi - Forecast Demandi (Pers. II-9)

Keterangan:
i : periode ke-i
Xi : Actual demand i
Fi : Forecast demand i
Tabel II.3 menunjukkan beberapa ukuran statistik untuk menghitung kesalahan
yang sering digunakan.

1-12
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Tabel II.3. Ukuran-Ukuran Kesalahan


Mean Error (Bias) : Mean Absolute Deviation:

ME =
e i

n
Sum of Squared Error : Mean Squared Error :

SSE =  ei e
2 2

MSE =
i

n
Standard Deviation Of Forecast Error : Percentage Error :
e 
Pe i =  i  x100%
 xi 
Standard Error Of Estimate : Mean Percentage Error :

  ( ei ) 2   PE
1/ 2

SDE =  MPE =
i

 n − f  n
Mean Absolute Percentage Error : Tracking Signal :

MAPE =
 PE i
TS i =
E ( ei )
n MAD
II.4 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan
Kebutuhan adalah apa yang diperlukan manusia untuk hidupnya. Orang
membutuhkan udara, makanan, air, pakaian, dan tempat tinggal sebagai
kebutuhan yang paling dasar. Orang juga membutuhkan rekreasi, pendidikan, dan
hiburan pada tingkat berikutnya. Kebutuhan ini menjadi keinginan ketika diarahkan
ke objek tertentu yang mungkin bisa memenuhinya.
Permintaan adalah keinginan terhadap produk tertentu yang diikuti
dengan daya beli (ability to pay). Perusahaan perlu mengukur tidak hanya berapa
banyak orang yang ingin membeli, tapi juga berapa banyak yang mau dan mampu
membeli produknya (Kotler, 2009).

II.5 Pengukuran Permintaan


Setiap perusahaan perlu membuat ramalan penjualan sebagai bagian
dari rencana dan target operasinya. Ramalan penjualan didasarkan pada estimasi
permintaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk bisa melakukan

1-13
MODUL 1 ANALISIS PASAR

pengukuran dan peramalan permintaan dengan tepat. Pengukuran permintaan


biasanya dilakukan mulai dari level pasar dan kemudian diturunkan ke level
perusahaan.
Permintaan pasar (market demand) bukanlah besaran yang konstan, tapi
merupakan fungsi dari berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, perkembangan
teknologi, preferensi konsumen, dan program pemasaran perusahaan. Potensi
pasar adalah batas atas dari permintaan pasar.
Permintaan perusahaan (company demand) adalah perkiraan pangsa
(share) dari permintaan pasar yang bisa diperlukan perusahaan dengan upaya
pemasaran tertentu dalam periode waktu tertentu. Ini akan tergantung pada
persepsi relatif konsumen terhadap produk dan layanan yang ditawarkan
perusahaan dibandingkan dengan apa yang ditawarkan pesaing. Berdasarkan
company demand inilah kemudian perusahaan memperkirakan penjualan
perusahaan yang merupakan tingkat penjualan yang diperkirakan terjadi
berdasarkan rencana program pemasaran dan kondisi pasar yang diasumsikan.
Terdapat beberapa istilah dalam pengukuran permintaan perusahaan, yaitu
(Kotler, 2009):
a. Pasar potensial (potential market), yaitu sekelompok konsumen yang
memiliki ketertarikan terhadap produk atau layanan pemasar.
b. Pasar tersedia (available market), yaitu sekelompok konsumen yang
memiliki ketertarikan, daya beli, dan akses terhadap produk atau layanan
pemasar.
c. Pasar target (target market), yaitu bagian dari pasar tersedia yang
menjadi sasaran produk atau layanan pemasar.
d. Pasar terpenetrasi (penetrated market), yaitu sekelompok konsumen
yang saat ini sudah membeli produk atau layanan pemasar.
Berikut adalah diagram yang menggambarkan keempat ukuran permintaan
tersebut.

1-14
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Pasar potensial

Pasar tersedia
Volume pasar

Pasar target

Pasar terpenetrasi

Upaya pemasaran
Gambar II.1 Berbagai Ukuran Permintaan Sebagai Fungsi Dari Upaya Pemasaran

II.6 Metode untuk Memperkirakan Permintaan Pasar Total


Banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk memperkirakan
permintaan pasar, mulai dari metode kuantitatif, baik yang bersifat agregat
maupun disagregat dengan menggunakan model estimasi matematis sederhana
maupun kompleks, sampai dengan metode kualitatif yang berdasarkan konsensus
penilaian pakar. Salah satu metode agregat kuantitatif yang banyak digunakan
adalah chain ratio method, dimana estimasi permintaan dilakukan dengan
mengalikan suatu besaran dasar dengan beberapa faktor penyesuaian yang
relevan (Kotler, 2009). Besaran dasar yang digunakan tergantung pada
karakteristik produknya, bisa individu, keluarga, dyad (misalnya pasangan suami-
istri, atasan-bawahan, orangtua-anak), atau perusahaan/organisasi. Misalnya
sebuah perusahaan produsen minuman ringan bersoda memperkirakan
permintaan pasar total dengan menggunakan formula berikut:
(Pers. II-10)

Keterangan :
DJPPL = data jumlah penduduk usia produktif di pulau Jawa (orang)
SPS = persentase usia produktif yang menggunakan meja lipat (%)
(menggunakan data persentase responden yang tertarik dengan meja lipat)
RJS = rata-rata jumlah meja lipat setiap orang (1 unit/orang)
RUPS = rata-rata umur pakai meja lipat (5 tahun = 60 bulan)
KMB = persentase kenaikan minat beli

1-15
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Dalam contoh diatas besaran dasar yang digunakan adalah populasi


orang karena proses pembelian dan konsumsi produk minuman ringan dilakukan
pada level individu.

II.7 Metode untuk Memperkirakan Pasar Potensial Perusahaan


Sesuai dengan uraian di bagian sebelumnya, permintaan perusahaan
(company demand) merupakan bagian dari permintaan pasar yang memiliki
kecenderungan atau preferensi untuk memilih produk atau layanan perusahaan.
Model yang banyak digunakan dalam menggambarkan preferensi konsumen
adalah choice model. Choice model merepresentasikan bagaimana orang memilih
di antara pilihan-pilihan yang ada. Dalam konteks pemasaran, konsumen akan
memilih di antara pilihan-pilihan produk atau layanan yang ada. Pilihan konsumen
didasarkan pada penilaian relatif konsumen terhadap atribut-atribut produk atau
layanan tersebut. Konsumen tentunya akan memilih produk atau layanan yang
memiliki kinerja atribut yang lebih baik. Choice bisa dimodelkan dengan unit
analisis agregat (pasar) atau disagregat (individu), dan secara matematis dapat
dibuat dalam 2 jenis model (Kanafani, 1983):
1. Deterministic choice
Dalam model deterministik, choice dinyatakan dalam proporsi dari
populasi yang akan memilih suatu produk atau layanan. Proporsi merupakan
fungsi dari utilitas setiap pilihan produk atau layanan. Utilitas dari setiap produk
atau layanan merupakan fungsi dari kinerja setiap atributnya. Produk atau layanan
yang memiliki utilitas yang lebih tinggi akan lebih banyak dipilih, dan sebaliknya.
2. Stochastic choice
Dalam model stokastik, choice dinyatakan sebagai probabilitas terpilihnya
suatu produk atau layanan berdasarkan penilaian orang terhadap atribut-atribut
produk/layanan tersebut. Salah satu dari dua model yang paling banyak digunakan
dalam model stokastik adalah Multinomial Logit (MNL). Model MNL didefinisikan
oleh fungsi probabilitas sebagai berikut.

e wi ( x )
pi =
n=1 e
j wj ( x)
(Pers. II-11)

Keterangan:

1-16
MODUL 1 ANALISIS PASAR

pi : probabilitas terpilihnya produk atau layanan i.


wi(x) : persamaan regresi untuk bobot atribut produk atau layanan i.
j : banyaknya produk atau layanan yang tersedia di pasar.
Untuk menyederhanakan perhitungan, pengujian dapat dilakukan
terhadap atribut atau layanan yang berbeda secara signifikan antara alternatif
produk atau layanan yang ada. Atribut yang nilainya tidak berbeda secara
signifikan dapat dikeluarkan dari perhitungan. Untuk melakukan uji beda dapat
menggunakan Uji ANOVA yang termasuk dalam pengujian statistik parametrik.
Setelah melakukan uji beda untuk setiap atribut atau layanan yang ada,
selanjutnya dilakukan regresi terhadap atribut produk atau layanan yang berbeda
secara signifikan. Regresi ini dilakukan untuk mendapatkan bobot setiap atribut
dari sebuah produk atau layanan.

III. Alat, Bahan dan Data Praktikum


Peralatan, bahan, dan data yang digunakan dalam praktikum adalah:
a. Produk meja lipat PST dan 3 pesaingnya
b. Laptop (1 per kelompok)
c. Aplikasi Microsoft Excel
d. Aplikasi MINITAB
e. Data pertumbuhan penduduk di Pulau Jawa selama 7 tahun dan 6 bulan
terakhir
f. Data hasil kuesioner survei pasar.

IV. Prosedur Pelaksanaan


Prosedur pelaksanaan Modul 1 ini terdiri dari dua kelompok aktivitas, yaitu
survei pasar dan peramalan permintaan. Kegiatan yang dilakukan pada survei
pasar terdiri dari:
1. Perhitungan jumlah sampel
2. Random data hasil kuesioner meja lipat
3. Pengolahan data hasil kuesioner meja lipat
4. Tabulasi silang, uji keterkaitan, dan uji beda
5. Perhitungan proporsi pasar dengan menggunakan Regresi Multilinear
Kegiatan yang dilakukan pada peramalan permintaan terdiri dari:
1. Perhitungan estimasi permintaan total pasar

1-17
MODUL 1 ANALISIS PASAR

2. Pemilihan metode peramalan (2 buah metode)


3. Perhitungan ukuran-ukuran peramalan
4. Pemilihan metode terbaik
5. Perhitungan permintaan potensial perusahaan
6. Penentuan target penjualan

IV.1 Survei Pasar


Survei pasar dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
tentang produk perusahaan jika dibandingkan dengan kompetitor. Berikut langkah-
langkah dalam melakukan survei pasar:
1. Setiap kelompok praktikan mendapatkan 4 jenis meja lipat yang akan
terdapat pada formulir Google. Setiap praktikan mengisi kuesioner
tersebut berdasarkan pengamatan terhadap 4 jenis meja lipat yang
diberikan (meja lipat PST, meja lipat Black&White, meja lipat Wooden Box
Blue, dan meja lipat Mozaik.
2. Setiap kelompok menetapkan ukuran sampel survei. Praktikan diwajibkan
untuk menentukan tingkat keyakinan dan tingkat error (berikan
penjelasan mengenai persentase tingkat keyakinan dan tingkat error yang
dipilih). Perusahaan PST memberikan uang anggaran maksimal sejumlah
Rp. 1.750.000,- untuk melakukan pembelian hasil survei dengan harga
Rp. 10.000,- untuk satu sampelnya. Praktikan diharapkan dapat mengatur
nilai error dan confidence level yang sesuai dengan modal yang dimiliki.
Perhatikan pula jumlah uang yang digunakan untuk pembelian data
survei.
3. Setiap kelompok memilih responden yang menjadi sampel secara acak.
4. Setiap kelompok mengolah data sampel dengan cara sebagai berikut:
a. Buatlah tabel atau grafik yang diperlukan untuk mendeskripsikan hasil
survei setiap pertanyaan yang ada di bagian I dan III kuesioner.
b. Buatlah tabulasi silang antara variabel pada bagian I nomor 1 dengan
bagian III kuesioner (total terdapat 16 buah hasil tabulasi silang) dan
analisis hasil tersebut.
c. Buatlah peta profil menggunakan nilai rata - rata dari seluruh atribut
produk dengan tujuan memberi gambaran perbandingan kekuatan atribut
pada 4 jenis meja lipat.

1-18
MODUL 1 ANALISIS PASAR

d. Lakukan uji beda untuk setiap atribut produk (Uji ANOVA)

IV.2 Estimasi dan Peramalan Permintaan


Estimasi dan peramalan permintaan bertujuan untuk mendapatkan hasil
peramalan terhadap permintaan meja lipat PST untuk 7 tahun ke depan. Berikut
langkah-langkah dalam melakukan estimasi dan peramalan permintaan:
1. Berdasarkan data jumlah pelajar tahun 2013-2021, setiap kelompok
menghitung Estimasi Permintaan Total Pasar (EPTP).
2. Selanjutnya setiap kelompok praktikan melakukan peramalan terhadap
EPTP untuk tahun 2021 dan 2022 (per bulan) menggunakan beberapa
metode peramalan kualitatif. Pilihlah 2 metode yang Anda anggap sesuai
dengan kondisi yang dihadapi. Pertimbangkan untuk menggunakan
metode-metode peramalan yang akurat dan praktis. Lakukan juga
peramalan EPTP setiap tahun dalam 4 tahun ke depan (2023-2026).
3. Berdasarkan hasil EPTP yang sudah dihitung pada langkah 2,
selanjutnya hitunglah jumlah permintaan potensial meja lipat merk PST
(EPPP) menggunakan proporsi permintaan meja lipat PST yang
didapatkan dari fungsi multinomial logit. Sebelum melakukan perhitungan
dengan fungsi multinomial logit, Anda terlebih dahulu menguji atribut-
atribut produk yang signifikan untuk dipertimbangkan ke dalam fungsi.
Gunakan One Way ANOVA test untuk mendapatkan informasi ini.
4. Dalam perhitungan dengan fungsi multinomial logit, bobot relatif atribut
diperoleh dari persamaan regresi dimana penilaian meja lipat secara
keseluruhan menjadi respon dan atribut setiap meja lipat yang sudah diuji
beda menjadi prediktor. Hasil perhitungan dalam langkah ini merupakan
permintaan potensial untuk perusahaan PST.
5. Selanjutnya dari jumlah permintaan potensial tentukanlah target
penjualan perusahaan selama 5 tahun ke depan. Praktikan dapat
menentukan persentase target penjualan secara mandiri pada
rentang 1 - 4% secara kualitatif dan rasional. Persentase target
penjualan dapat berubah-ubah untuk setiap periodenya dan tidak dibatasi
oleh modal. Besarnya target tersebut ditentukan dengan
mempertimbangkan:
A. PT PST merupakan perusahaan yang baru memasuki pasar

1-19
MODUL 1 ANALISIS PASAR

B. Hasil uji keterkaitan (tabulasi silang) yang dilakukan pada Modul 1A


C. Banyaknya kompetitor yang akan masuk
D. Adanya kemungkinan perubahan kebutuhan dan perilaku konsumen
E. Perubahan peraturan atau regulasi pemerintah
F. Perubahan teknologi dan inovasi
G. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas ekonomi
H. Pandemi COVID 19
J. Dan faktor-faktor lainnya yang sudah mempetimbangkan SMART
(Specific, Measurable, Achievable, Realistic dan Time-based)

Selanjutnya, anda diminta untuk menganalisis dasar pemilihan nilai persentase


yang telah anda tentukan tersebut.

1-20
MODUL 1 ANALISIS PASAR

V. Format Laporan
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Penelitian
I.2 Latar Belakang Masalah
BAB II DATA DAN PENGOLAHAN DATA
II.1 Pengumpulan Data
II.1.1 Proses Pengumpulan Data
II.1.2 Penentuan Ukuran Sampel
II.2 Pengolahan Data Kuesioner
II.2.1 Deskripsi Data Hasil Survei
II.2.2 Tabulasi Silang dan Uji Keterkaitan
II.2.3 Peta Profil
II.2.4 Uji Perbedaan
II.2.5 Pembuatan Model Stokastik
II.3 Estimasi Permintaan Total Pasar
II.4 Peramalan Permintaan
II.4.1 Perhitungan Peramalan
II.4.2 Pemilihan Metode Peramalan
II.5 Estimasi Permintaan Potensial Perusahaan
II.6 Penentuan Target Penjualan
BAB III ANALISIS
III.1 Analisis Proses Pengumpulan Data
III.2 Analisis Statistik Hasil Survei
III.3 Analisis Hasil Peramalan
III.4 Analisis Perencanaan Penjualan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran

1-21
MODUL 1 ANALISIS PASAR

VI. Daftar Pustaka


Cameron. T. A.. Quiggin. J. (1994). Estimation Using Contingent Valuation Data
from A “Dichotomous Choice with Follow-Up” Questionnaire. Journal of
Environmental Economics and Management 27 (3). 218 – 34.
Vollmann, T. E. (2011). Manufacturing Planning and Control Systems for Supply
Chain Management.
Kanafani. A. (1983). Transportation Demand Analysis. McGraw-Hill. Inc.. United
States of America.
Kotler. P.. Keller. K. L. (2009). Marketing Management. 13th Edition. Pearson
Education International. New Jersey.
Makridakis. S. G.. Wheelwright. S. C. (1980). Forecasting Methods for
Management. John Wiley & Sons. New York.
Sekaran. Uma (2003). Research Methods for Business: A Skill Building Approach.
4th Edition. John Wiley & Sons. New York.
Dahlan. Ahmad.Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling.
Dilihat dari http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-
dan-teknik-sampling.html pada tanggal 7 Agustus 2017.

1-22
MODUL 1 ANALISIS PASAR

VII. Flowchart

Mulai

Penentuan
Ukuran Sampel

Deskripsi Data
Hasil Survei

Tabulasi Silang dan Uji


Keterkaitan

Uji beda

Perhitungan Proporsi
Masing-Masing Meja
Lipat

Perhitungan EPTP

Peramalan EPTP

Perhitungan EPPP Meja


Lipat PST

Perhitungan target
penjualan Meja Lipat
PST

Analisis

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Gambar VII.1 Flowchart Pengerjaan Modul 1

1-23
MODUL 1 ANALISIS PASAR

VIII. Lampiran

Gambar VIII.1 Meja Lipat PST

Gambar VIII.2 Meja Lipat Black&White

1-24
MODUL 1 ANALISIS PASAR

Gambar VIII.3 Meja Lipat Mozaik

Gambar VIII.4 Meja Lipat Wooden Box

1-25
01 ANALISIS PASAR
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI I
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2021
DAFTAR ISI
1 TUJUAN MODUL 1

2 MODUL 1A - ANALISIS PASAR

3 MODUL 1B - PENENTUAN TARGET PASAR

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


TUJUAN MODUL 1

Membuat perencanaan
Melakukan survei dan Melakukan estimasi dan penjualan berdasarkan hasil
analisis pasar. peramalan permintaan. analisis pasar dan peramalan
permintaan.

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


MODUL 1A
ANALISIS PASAR

MODUL 1| ANALISIS PASAR


SYARAT
1 Laptop atau Komputer

2 Aplikasi Microsoft Excel

MASUK 3 MINITAB

MODUL 4 Data Penduduk Usia Produktif di Pulau Jawa Tahun 2013-2021

1A 5 Data Hasil Kuesioner Survei Pasar Modul 0

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


TUJUAN ANALISIS PASAR

Mendapatkan gambaran pasar produk meja


lipat PST jika dibandingkan dengan
kompetitor.

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


LANGKAH PENGERJAAN MODUL 1A

1 Penentuan ukuran sampel

Pengolahan data hasil kuesioner meja lipat 2


A. Deskripsi data hasil survei
B. Tabulasi silang dan uji keterkaitan
C. Peta profil
D. Uji beda
E. Perhitungan proporsi pasar meja lipat

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


1. PENENTUAN UKURAN SAMPEL

Menentukan tingkat keyakinan dan tingkat


error.

Diberikan uang sejumlah Rp1.750.000,-


untuk melakukan pembelian hasil survei
sebesar Rp10.000,- untuk satu sampelnya.

Sesuaikan tingkat keyakinan dan tingkat flaticon.com

error sesuai dengan modal yang dimiliki.

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


1. PENENTUAN UKURAN SAMPEL
Perhitungan jumlah sampel dilakukan menggunakan persamaan:

Keterangan:
n : ukuran sampel
Z : nilai Z (misal 1,96 untuk 95% dengan tingkat kesalahan α = 5%)
p : persentase terpilihnya pilihan, diekspresikan dengan desimal
(0,5 digunakan untuk ukuran sampel yang dibutuhkan)
c : error atau kepresisian, diekspresikan dengan desimal

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


2. PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
A. DESKRIPSI DATA HASIL SURVEI

Pie Chart Bar Chart

Kategori usia, jenis kelamin, daerah Rata-rata pengeluaran per bulan, nilai
asal, ketertarikan terhadap meja lipat kualitas keseluruhan setiap meja lipat

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


2. PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
B. TABULASI SILANG DAN UJI KETERKAITAN

Buat tabulasi silang dan uji keterkaitan (chi-square) antara:

USIA

JENIS KELAMIN

Kualitas keseluruhan
DAERAH ASAL dengan meja lipat (PST,
Woodyminium,
RATA-RATA PENGELUARAN Wooden Box, Mozaik)

KETERTARIKAN

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


2. PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
C. PETA PROFIL

Peta profil dibuat menggunakan


nilai rata - rata masing-masing
atribut untuk setiap meja lipat.
MODUL 1 | ANALISIS PASAR
2. PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
D. UJI BEDA

1. Lakukan uji normalitas untuk setiap atribut meja lipat.

2. Lakukan uji beda untuk setiap atribut meja lipat dengan menggunakan:

● ANOVA untuk pengujian statistik parametrik

● Kruskal-Wallis Test untuk pengujian statistik non-parametrik


flaticon.com

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


2. PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
E. PERHITUNGAN PROPORSI MEJA LIPAT PST

● Tentukan proporsi permintaan dari setiap jenis meja lipat


menggunakan Multinomial Logit (MNL).

● Bobot relatif atribut diperoleh dari persamaan regresi dimana


penilaian meja lipat secara keseluruhan menjadi respon dan
flaticon.com

atribut setiap meja lipat yang sudah diuji beda menjadi


prediktor.

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


2. PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
E. PERHITUNGAN PROPORSI MEJA LIPAT PST

Jika tidak terdapat atribut yang memiliki perbedaan nilai untuk


setiap meja lipat dari uji beda yang dilakukan, maka nilai
proporsi untuk meja lipat PST bernilai ¼ .

Jika terdapat minimal satu atribut yang berbeda dari uji beda
flaticon.com

yang dilakukan, maka masukkan atribut tersebut dalam


perhitungan MNL.

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


2. PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
E. PERHITUNGAN PROPORSI MEJA LIPAT PST

flaticon.com

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


TARGET ASISTENSI

Asistensi Laboratorium Modul 1A: Asistensi Dosen Modul 1 A:

• Penentuan ukuran sampel


• Penentuan ukuran sampel
• Deskripsi data hasil survei
• Deskripsi data hasil survei
• Tabulasi silang dan uji keterkaitan
• Tabulasi silang dan uji keterkaitan
• Uji beda
• Perhitungan proporsi pasar meja lipat
(MNL)

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


MODUL 1B
PENENTUAN TARGET PASAR

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


SYARAT
1 Laptop atau Komputer

2 Aplikasi Microsoft Excel dan MINITAB

MASUK 3 Hasil Uji Beda dan Proporsi Pasar Meja Lipat atau MNL (Output Modul 1A)

MODUL 4 Data Penduduk Usia Produktif di Pulau Jawa Tahun 2013-2021

1B 5 Data Hasil Kuesioner Survei Pasar Modul 0

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


TUJUAN PENENTUAN TARGET PASAR

Menentukan cakupan target penjualan


meja lipat PST yang berguna untuk
menentukan jumlah produk yang akan
diproduksi serta dipasarkan

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


LANGKAH PENGERJAAN MODUL 1B

1 Pengolahan data hasil kuesioner meja lipat

A. Perhitungan Estimasi Permintaan Total Pasar (EPTP) 2013-2021

B. Peramalan EPTP 2021-2026

C. Perhitungan Estimasi Permintaan Potensial Perusahaan (EPPP) 2021-2026

D. Perhitungan Target Penjualan

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
A. Perhitungan Estimasi Permintaan Total Pasar (EPTP) 2013-2021
Hitung EPTP per bulan untuk Januari 2013 hingga Agustus 2021 dengan persamaan:
Diketahui:
● DJPPL : data jumlah penduduk usia produktif di pulau Jawa (orang)
● SPS : persentase usia produktif yang menggunakan meja lipat (%) (menggunakan data persentase
responden yang tertarik dengan meja lipat) flaticon.com

● RJS : rata-rata jumlah meja lipat setiap orang (1 unit/orang)


● RUPS : rata-rata umur pakai meja lipat (5 tahun = 60 bulan)
● KMB : persentase kenaikan minat beli
Persentase kenaikan minat beli bulan Juni dan Juli = 80-90%
Persentase kenaikan minat beli selain bulan Juni dan Juli = 50-60%

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
B. Peramalan EPTP 2021-2026

Membuat grafik EPTP per bulan setiap


1. tahun dan per tahun setiap bulan.
Pilih satu metode peramalan terbaik
4. berdasarkan ukuran kesalahan.
flaticon.com

Lakukan peramalan menggunakan minimal


2.
dua metode untuk EPTP tahun 2013-2021.
Peramalan dilakukan per bulan mulai dari

5. September 2021 - Desember 2022 dan per


Lakukan perhitungan ukuran kesalahan tahun mulai dari tahun 2023 - 2026.
3. peramalan menggunakan 2 metode (Sum
of Square Error dan Mean Absolute
Percentage Error).
MODUL 1 | ANALISIS PASAR
PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
C. Perhitungan Estimasi Permintaan Potensial Perusahaan (EPPP) 2021-2026

Perhitungan Estimasi Permintaan Potensial Perusahaan (EPPP) per bulan mulai dari September
2021 - Desember 2022 dan per tahun mulai dari tahun 2023 - 2026 dilakukan menggunakan
persamaan:

EPPP periode ke-n = proporsi meja lipat PST x EPTP periode ke-n

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
D. Perhitungan Target Penjualan

Tentukan persentase target penjualan perusahaan meja lipat PT PST per bulan mulai dari September
2021 - Desember 2022 dan per tahun mulai dari tahun 2023 - 2026 serta target penjualan (unit).

Target Penjualan (unit) = EPPP x Persentase Target Penjualan

Praktikan dapat menentukan persentase target penjualan secara mandiri pada rentang 1 - 4% secara
kualitatif dan rasional. Persentase target penjualan dapat berbeda untuk setiap periodenya.

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


PENGOLAHAN DATA HASIL KUESIONER
D. Perhitungan Target Penjualan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan persentase target penjualan :
● PT PST merupakan perusahaan yang baru memasuki pasar
● Hasil uji keterkaitan (tabulasi silang) yang dilakukan pada Modul 1A
● Banyaknya kompetitor yang akan masuk
● Adanya kemungkinan perubahan kebutuhan dan perilaku konsumen
● Perubahan peraturan atau regulasi pemerintah
● Perubahan teknologi dan inovasi
● Fluktuasi pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas ekonomi
● Pandemi Covid 19
● Dan faktor-faktor lainnya yang sudah mempertimbangkan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic
dan Time-based)

Catatan : Harap memberikan alasan yang jelas


MODUL 1 | ANALISIS PASAR
TARGET ASISTENSI

Asistensi Laboratorium Modul 1B: Asistensi Dosen Modul 1 B:

• Perhitungan EPTP 2013-2021 • Perhitungan EPTP 2013-2021


• Peramalan EPTP 2021-2026 (2 Metode) • Peramalan EPTP 2021-2026 (2 Metode)
• Perhitungan Ukuran Kesalahan Peramalan • Perhitungan Ukuran Kesalahan Peramalan
(2 metode) untuk masing-masing metode (2 metode) untuk masing-masing metode
peramalan peramalan
• Perhitungan EPPP 2021-2026 • Perhitungan EPPP 2021-2026
• Penentuan Target Penjualan

MODUL 1 | ANALISIS PASAR


TERIMA KASIH
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI I
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2021
MODUL 2
PERENCANAAN PROSES

I. TUJUAN MODUL
Modul 2 mengenai perancangan proses bertujuan agar mahasiswa
mampu:
1. Memahami dan menyusun Lembar Rencana Proses (Routing Sheet).
2. Memahami dan menyusun Assembly Chart dari perakitan suatu produk.
3. Memahami dan menyusun Operation Process Chart (Peta Proses
Operasi) dari suatu produk.
4. Memahami dan menyusun Bill of Material dari suatu produk.

II. INPUT DAN OUTPUT


Berikut merupakan input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan dari
Modul 2 mengenai perancangan proses.

II.1 Input
a. File Computer Aided Design (CAD) komponen meja lipat PST
II.2 Output
b. Solidworks hasil perakitan meja lipat PST
c. Bill of Material (BoM) meja lipat PST
d. Lembar Rencana Proses (LRP) meja lipat PST
e. Assembly Chart (AC) meja lipat PST
f. Operation Process Chart (OPC) meja lipat PST

III. LANDASAN TEORI


Dalam bagian ini akan diuraikan teori dasar mengenai perancangan
proses, bill of material, lembar rencana proses, assembly chart, dan operation
process chart. Teori singkat yang mendukung pelaksanaan Modul 2 mengenai
perancangan proses yaitu sebagai berikut.

2-1
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

III.1 Perencanaan Proses (Process Planning)


Menurut ANSI Standar Z94.10 (1972), process planning adalah “a
procedure for determining the operation or actions necessary to transform material
from one state to another.” Menurut Bedworth (1991), process planning adalah “the
preparation of a set of instructions that describe how to fabricate a part or build an
assembly which will satisfy engineering design specification”, dimana “a set of
instruction” pada definisi Bedworth merupakan pembahasan mengenai urutan
pengerjaan, mesin dan tools yang digunakan, material yang diperlukan, toleransi,
parameter pemesinan, dan lain-lain.
Prosedur perencanaan proses meliputi beberapa tugas, yaitu pemilihan
proses, pemilihan alat potong, pemilihan parameter pemesinan, pemilihan mesin,
pemilihan metode pencekaman, pengurutan operasi, serta penentuan gerak
pahat. Pemilihan operasi bergantung pada bentuk yang akan dihasilkan serta
kemampuan mesin yang digunakan. Pada umumnya, pemilihan mesin ditentukan
oleh operasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk akhir.
Langkah-langkah process planning adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi keseluruhan bentuk part.
2. Identifikasi fitur dan catatan yang berkaitan dengan proses manufaktur
part, melalui gambar teknik.
3. Tentukan jenis material penyusun part.
4. Identifikasi datum surface.
5. Tentukan mesin untuk setiap proses.
6. Tentukan seluruh operasi yang diperlukan dalam pembuatan fitur part.
7. Urutkan operasi-operasi tersebut berdasarkan ketergantungan antar
operasi.
8. Pilih tools yang digunakan pada setiap operasi.
9. Pilih atau rancang fixture yang diperlukan.
10. Evaluasi hasil perencanaan, lakukan modifikasi bila perlu.
11. Tentukan parameter pemesinan untuk setiap operasi.
12. Susun lembar rencana proses akhir.

III.2 Bill of Material (BoM)


Bill of material (BoM) menurut Cambridge Business English Dictionary
(2019) adalah definisi produk akhir yang terdiri dari daftar item, bahan, atau

2-2
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

material yang dibutuhkan untuk merakit, mencampur atau memproduksi produk


akhir. BoM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. BoM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh
manufacturing engineer untuk menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi.
Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BoM yang
dihubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan release item
yang dibeli atau diproduksi. Pada Modul 2 digunakan format BoM dengan tabel
yang kolom-kolomnya memuat informasi mengenai:
1. Part number (nomor part)
2. Description (nama part dan keterangan lain yang perlu dicantumkan)
3. Quantity for Each Assembly (kuantitas part untuk setiap satu produk jadi)
4. Unit of Measure (unit ukuran part)
5. Decision (keputusan untuk membeli atau memproduksi part tersebut.
Bila ditinjau dari komponen-komponen penyusun produknya, BoM
dibedakan menjadi dua macam (Erens et al, 1993), yaitu:
1. Single Level Bill of Material
Format sederhana dari BoM disebut sebagai single level bill of material.
Contoh single level BoM dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel III.1 Contoh Single Level BoM
ABC Lamp Company
Bill of Material, Part LA01

Quantity for
Part Number Description Unit of Measure Decision
Each Assembly

B100 Base assembly 1 Each Make

14” Black
S100 1 Each Make
shade

Socket
A100 1 Each Buy
assembly
(Sumber: Fogarty, 1991)

2. Multilevel Bill of Material


BoM yang memiliki lebih dari 1 level disebut sebagai Multilevel bill of
material. Contoh multilevel tree dapat dilihat pada Gambar III.1, sedangkan contoh
multilevel BoM dapat dilihat pada Tabel III.2.

2-3
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

Gambar III.1 Contoh Struktur Multilevel Tree


(Sumber: Fogarty, 1991)

Tabel III.2 Contoh Multilevel Bill of Material


ABC Lamp Company
Bill of Material, Part LA01

Part Quantity for Unit of


Description Decision
Number Each Assembly Measure

B100 Base assembly 1 Each Make

1100 Finished Shaft 1 Each Make

2100 3/8” Steel Tubing 26 Inches Buy

1200 7”-Diameter Steel Plate 1 Each Make

1300 Hub 1 Each Make

1400 ¼ - 20 Screws 4 Each Buy

S100 14” Black shade 1 Each Make

A100 Socket assembly 1 Each Make

1500 Steel holder 1 Each Make

1600 One-way socket 1 Each Buy

1700 Wiring assembly 1 Each Make

2200 16-Gauge lamp cord 12 Feet Make

2-4
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

2300 Standard plug terminal 1 Each Buy


(Sumber: Fogarty, 1991)

III.3 Lembar Rencana Proses (LRP)


Lembar rencana proses (LRP) menurut Ganjar (2012) adalah
representasi dalam bentuk tabular yang menyatakan urutan-urutan operasi
beserta parameternya dalam pembuatan suatu komponen. Contoh LRP dapat
dilihat pada Tabel III.3.
Tabel III.3 Contoh Lembar Rencana Proses
LEMBAR RENCANA PROSES

Nomor : Halaman ke- :

No. Part : File Gambar :

Nama Part : Material :

Panjang :

Dibuat oleh : Ukuran Lebar/Diameter :

Tanggal : Tinggi :

No. Nama Uraian Stasiun Bahan Setup Run


Tools
Proses Operasi Proses Kerja Pembantu Time Time

III.4 Assembly Chart (AC)


Assembly chart (AC) menurut Sutalaksana (1979) merupakan diagram
yang menggambarkan hubungan antara komponen-komponen yang akan dirakit
menjadi sebuah produk. AC bermanfaat untuk menunjukkan komponen penyusun
suatu produk dan menjelaskan urutan perakitan komponen-komponen tersebut.
Format AC dicantumkan pada Gambar III.2.

2-5
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

Gambar III.2 Format Assembly Chart

III.5 Operation Process Chart (OPC)


Menurut Sutalaksana (1979), operation process chart (OPC) adalah
diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses pengerjaan material,
mulai dari bahan baku (material) hingga menjadi komponen atau produk jadi. OPC
memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut yaitu waktu
yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau mesin yang dipakai
untuk memproses material. Jadi, dalam suatu OPC yang dicatat hanyalah
kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan, kadang- kadang pada akhir operasi
dicantumkan kegiatan penyimpanan.
Beberapa manfaat dari OPC yaitu:
1. Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya,
2. Untuk memperkirakan kebutuhan akan bahan baku,
3. Salah satu alat untuk menentukan tata letak pabrik,
4. Salah satu alat untuk melakukan perbaikan kerja yang sedang berlaku,
5. Sebagai alat untuk latihan kerja.
Dalam menyusun OPC, terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi.
Beberapa prinsip tersebut yaitu :
1. Pada baris paling atas terdapat nama peta “Operation Process Chart”,
dan identifikasi lain, yaitu nama objek, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan, cara lama atau cara sekarang, nomor peta, dan nomor
gambar.
2. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, untuk
menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan

2-6
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

terjadinya perubahan proses.


4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan,
sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk
tersebut, atau sesuai dengan proses yang terjadi.
5. Penomoran terhadap suatu kegiatan inspeksi diberikan secara tersendiri
dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
6. Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi jumlah
operasi, jumlah inspeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan.

Pada Gambar III.3 dapat dilihat format penulisan lambang pada operasi.

Gambar III.3 Format Penulisan Operasi

Jika terjadi pengulangan operasi baik pada bahan yang sama maupun
pada bahan yang berbeda, maka digunakan simbol seperti pada Gambar III.4 dan
Gambar III.5.

O - XX 2X

Gambar III.4 Pengulangan Operasi pada Bahan yang Sama

2-7
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

O - XX

2X

Gambar III.5 Pengulangan Operasi pada Bahan yang Berbeda

Contoh penyusunan OPC dapat dilihat pada Lampiran.

IV. ALAT DAN BAHAN


Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam Modul 2 mengenai
perancangan proses.

IV.1 Alat
a. Laptop
b. Aplikasi Solidworks
c. Aplikasi Microsoft Excel
d. Aplikasi Microsoft Visio / Draw.io

IV.2 Bahan/Benda Kerja


a. File Solidworks komponen meja lipat PST

V. PROSEDUR PELAKSANAAN
Setiap kelompok diberikan file Solidworks untuk setiap komponen meja
lipat PST. Diagram alir pelaksanaan Modul 2 dapat dilihat pada Gambar V.1
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat Bill of Material untuk meja lipat PST.
2. Lakukan simulasi perakitan meja lipat PST menggunakan software
Solidworks.
3. Susunlah Lembar Rencana Proses usulan untuk masing-masing part.
4. Susun Draft Assembly Chart perakitan meja lipat PST.
5. Susunlah Operation Process Chart usulan untuk meja lipat PST.

2-8
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

Gambar V.1 Flow Chart Pelaksanaan Modul 2

2-9
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

VI. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN


BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Penelitian
BAB II PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
II.1 Daftar dan Ukuran Komponen Meja Lipat PST
II.2 Bill of Material Meja Lipat PST
II.3 Lembar Rencana Proses Meja Lipat PST
II.4 Assembly Chart Meja Lipat PST
II.5 Operation Process Chart Meja Lipat PST
BAB III ANALISIS
III.1 Analisis Proses Produksi Meja Lipat PST
III.2 Analisis Rencana Proses Produksi Meja Lipat PST Usulan
III.3 Analisis Bill of Material Meja Lipat PST
III.4 Analisis Proses Assembly Meja Lipat PST
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

VII. DAFTAR PUSTAKA


Black, J. T., Kosher, R. A. (2008) DeGarmo’s Materials and Process in
th
Manufacturing, 10 ed., John Wiley & Sons, USA.
Bill of Material (noun) in Cambridge Business English Dictionary, retrieved from
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/bill-of-materials
Erens, F. J., Heege, H. M. H., Veen, van, E. A., & Wortmann, J. C. (1993).
Generative Bills-of-Material: An Overview. Eindhoven University of
Technology, Netherlands.
Fogarty, D. W., Blackstone J. H., Hoffman T. R. (1991). Production and Inventory
nd
Management, 2 Edition, South Western Publishing, Cincinnati.
Ganjar, Dalmasius. (2012). Pemrograman CNC & Aplikasi di Dunia Industri.
Bandung: Informatika

2-10
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

Groover, M. P. (1996). Fundamentals of Modern Manufacturing: Materials,


Processes, and Systems, 5th Edition, John Wiley & Sons, New York.
Sutalaksana, I. Z. Tjakraatmadja, J. H. & Anggawisastra, R. (1979). Teknik Tata
Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB),
Bandung.

VIII. LAMPIRAN

2-11
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

Contoh OPC

2-12
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

Komponen Meja Lipat

c a

Gambar VIII.1 (a) Daun Meja Utama (b) Penahan (c) Daun Meja Sekunder

Gambar VIII.2 Siku Daun Meja

Gambar VIII.3 Kaki Meja

2-13
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

Gambar VIII.4 (a) Frame Daun Meja (b) Frame Siku Meja

Gambar VIII.5 Clamp

Gambar VIII.6 Komponen Pendukung

2-14
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

Keputusan Pembelian Komponen


No. Nama Komponen Decision Buy/Make

1 Frame daun meja Make

2 Frame siku meja Make

3 Kaki meja Make

4 Siku daun meja Make

5 Daun meja utama Make

6 Daun meja sekunder Make

7 Penahan Make

8 Clamp Make

9 Engsel Buy

10 Baut M4 X 8 Buy

11 Baut M4 X 20 Buy

12 Baut M4 X 25 Buy

13 Baut M5 X 40 Buy

14 Mur M4 Buy

15 Mur M5 Buy

Data Komponen
No. Komponen (Make) Jenis Ukuran

1 Frame daun meja Pipa persegi (15 × 15 ) mm

2 Frame siku meja Pipa persegi (15 × 15 ) mm

3 Kaki meja Pipa stall ∅luar 16 mm , tebal 1 mm

4 Siku daun meja As stall ∅ 8 mm dan ∅ 10 mm

5 Penahan Kayu MDF ( 350 × 20 × 12 ) mm

6 Daun meja utama Kayu MDF ( 400 × 340 × 15 ) mm

7 Daun meja sekunder Kayu MDF ( 200 × 340 × 15 ) mm

2-15
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

8 Clamp Plat alumunium (45 × 10 × 1 ) mm

Data Bahan Mentah


No. Nama Komponen Jenis Material Ukuran

1 Frame daun meja Pipa persegi (tebal 1 mm) (15 × 15 × 2000) mm

Pipa persegi (tebal 1,4


2 Frame siku meja (15 × 15 × 2000) mm
mm)

3 Kaki meja Pipa stall (tebal 1 mm) ∅luar 16 mm, p = 2000 mm

∅ (8 dan 10) mm, p = 2000


4 Siku daun meja As stall
mm

5 Penahan Kayu MDF ( 400 × 340 × 12 ) mm

6 Daun meja utama Kayu MDF ( 400 × 340 × 15 ) mm

7 Daun meja sekunder Kayu MDF ( 200 × 340 × 15 ) mm

8 Clamp Plat aluminium (500 × 400 × 1 ) mm

Data Mesin dan Peralatan


No. Mesin / Peralatan

1 Drilling Machine

2 Milling Machine

3 Band Saw

4 Manual Hand Shear

5 Trimmer

6 Router

7 Welding Machine

8 Grinding Machine

9 Workbench

10 Spray booth kayu

11 Spray booth logam

Data Bahan Pembantu


No. Bahan Pembantu

1 Cat dasar logam

2-16
MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

2 Thinner untuk cat logam

3 Cat pelapis untuk logam

4 Cat dasar kayu

5 Thinner untuk cat kayu

6 Cat pelapis untuk kayu

2-17
-02 PERENCANAAN
PROSES
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI I
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2021
DAFTAR ISI
1 TUJUAN MODUL 2

2 SYARAT MASUK

3 PENGENALAN PRODUK

4 LANGKAH PENGERJAAN

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


TUJUAN MODUL 2

01 02 03 04

Memahami dan Memahami dan Memahami dan


Memahami dan menyusun Operation
menyusun Bill of menyusun
menyusun Lembar Process Chart (Peta
Material dari Assembly Chart
Rencana Proses Proses Operasi) dari
suatu produk. dari perakitan
(Routing Sheet). suatu produk.
suatu produk.

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


1 Aplikasi SolidWorks 2021

SYARAT
2 Aplikasi Visio / Draw.io / sejenisnya

3 Fungsi Mesin dan peralatan yang digunakan

MASUK 4 File SolidWorks Komponen Meja Lipat PST

5 Aplikasi Microsoft

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


PENGENALAN PRODUK
Meja Lipat PST

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


KOMPONEN PENYUSUN (1)

(a) Daun Meja Utama


(b) Penahan
(c) Daun Meja Sekunder MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES
KOMPONEN PENYUSUN (2)

Siku Daun Meja Kaki Meja

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


KOMPONEN PENYUSUN (2)

(a) Frame Daun Meja


(b) Frame Siku Meja
MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES
KOMPONEN PENYUSUN (2)

Clamp

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


KOMPONEN PENYUSUN (2)

Komponen Pendukung
MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES
LANGKAH PENGERJAAN MODUL 2

1 Susun Bill of Material untuk meja lipat PST

Lakukan simulasi perakitan meja lipat PST dengan software Solidworks 2


.
3 Susun Lembar Rencana Proses untuk masing-masing part

Susun Draft Assembly Chart perakitan meja lipat PST 4


.
5 Susun Operation Process Chart untuk meja lipat PST

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


CONTOH PENGERJAAN MULTILEVEL BOM
ABC Lamp Company
Bill of Material, Part LA01
Quantity for Each Unit of
Part Number Description Decision
Assembly Measure
B100 Base assembly 1 Each Make
1100 Finished Shaft 1 Each Make
2100 3/8” Steel Tubing 26 Inches Buy
1200 7”-Diameter Steel Plate 1 Each Make

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


CONTOH PENGERJAAN STRUKTUR MULTILEVEL BOM

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


KODEFIKASI BOM

Pembuatan kodefikasi part number pada


BOM harus memperhitungkan kemudahan
untuk mengidentifikasi part atau Part
Description
komponen yang dimaksud Number

TB100 Tutup Bolpoin

DB100 Dasar Bolpoin

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


CONTOH PENGERJAAN AC

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


CONTOH PENGERJAAN LRP
LEMBAR RENCANA PROSES
Nomor : Halaman ke- : Diisi dengan
Ukuran
No. Part : File Gambar : Komponen
Nama Part : Material : (satuan mm)
  Panjang :
Dibuat oleh : Ukuran Lebar/Diameter :
Tanggal : Tinggi :
No. Nama Bahan Waktu
Uraian Proses Stasiun Kerja Tools
Proses Operasi Pembantu Setup Time Run Time
         
         

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


CONTOH PENGERJAAN OPC

Ringkasan
Kegiatan Jumlah

Operasi 91

Inspeksi 2

Total 93
MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES
DATA MESIN & PERALATAN

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


DATA BAHAN MENTAH
No Nama Komponen Jenis Material Ukuran Material

1 Frame daun meja Pipa persegi (tebal 1 mm) (15 × 15 × 2000) mm


2 Frame siku meja Pipa persegi (tebal 1,4 mm) (15 × 15 × 2000) mm

3 Kaki meja Pipa stall (tebal 1 mm) ∅luar 16 mm, p = 2000 mm


4 Siku daun meja As stall ∅ (8 dan 10) mm, p = 2000 mm
5 Penahan Kayu MDF ( 400 × 340 × 12 ) mm
6 Daun meja utama Kayu MDF ( 400 × 340 × 15 ) mm
7 Daun meja sekunder Kayu MDF ( 200 × 340 × 15 ) mm
8 Clamp Plat aluminium (500 × 400 × 1 ) mm

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


TARGET ASISTENSI

Asistensi Laboratorium: Asistensi Dosen:

● Solidworks hasil perakitan


● Solidworks hasil perakitan
● Bill of Material
● Bill of Material
● Lembar Rencana Proses
● Progress Lembar Rencana Proses
● Assembly Chart
● Assembly Chart
● Operation Process Chart
● Progress Operation Process Chart

MODUL 2 | PERANCANGAN PROSES


TERIMA KASIH
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI I
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2021
MODUL MATA KULIAH

MODUL 3
PERANCANGAN STASIUN
KERJA

Laboratorium Perancangan Sistem Teknik Industri


Program Studi Sarjana Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Katolik Parahyangan
2021
MODUL 3
PERANCANGAN STASIUN KERJA

I. TUJUAN MODUL
Modul 3 mengenai perancangan stasiun kerja bertujuan agar mahasiswa
mampu:
1. Membuat metode kerja perakitan produk berdasarkan prinsip ergonomi,
studi gerakan, dan ekonomi gerakan.

2. Membuat metode kerja perakitan produk dengan menggunakan peta


kerja setempat khususnya dalam penggunaan instrumen SIMO Chart.

3. Menggunakan data antropometri yang tepat dalam merancang sistem


kerja yang ergonomis berdasarkan prinsip ergonomi, studi gerakan, dan
ekonomi gerakan.

4. Mengetahui batasan-batasan yang dimiliki manusia dari segi


antropometri.

II. 1NPUT DAN OUTPUT


Berikut merupakan input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan dari
Modul 3 mengenai perancangan stasiun kerja.

11.1 Input
a. Assembly Chart (AC) meja lipat PST
b. Hasi l perhi tungan persenti l data antropom etri
c. Operation Process Chart (OPC) meja lipat PST
d. Lem bar Rencana Produksi (LRP) mej a li pat PST
e. L a y o u t a w al p e r a ki t a n m ej a l i p a t P S T

11.2 Output
a. S I M O C h ar t k e gi a t a n p e r a ki t a n a w al
b. Rancangan alat bantu yang digunakan dalam kegiatan perakitan
c. Rancangan layout stasi un kerja perakitan usul an
MODUL 3 PERANCANGAN STASIUN KERJA

d. SIMO Chart kegiatan perakitan usulan

III. LANDASAN TEORI


Seorang industrial engineer yang baik diharapkan mampu mengatur
faktor-faktor yang membentuk suatu sistem kerja yang terdiri dari man, machine,
method, material, dan environment sehingga sistem kerja yang dihasilkan lebih
efektif dan efisien. Salah satu faktor dari sistem kerja yang harus diperhatikan
adalah metode kerja. Metode kerja terbaik didapatkan dari pilihan beberapa
alternatif metode kerja hasil eksperimen yang dilakukan dengan cara
membandingkan peta-peta kerja dan metode-metode kerja tersebut.

Perancangan metode kerja terbaik tidak hanya sekedar memilih metode


dan mencari waktu kerja tersingkat, akan tetapi paling tidak mengikutsertakan
adanya pengurangan terhadap kelelahan kerja, penghilangan masalah yang
timbul, dan rasa tanggung jawab untuk menjadikan suatu pekerjaan menjadi lebih
menarik (tidak membosankan). Pengembangan metode kerja pada umumnya
merupakan penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan dalam pekerjaan sehingga
sebelumnya perlu dilakukan studi terhadap gerakan kerja.

Untuk mengembangkan metode kerja yang baik, terdapat beberapa


pendekatan yang perlu dipertimbangkan diantaranya (Barnes, 1980):

1. Me n g h i la n g k a n s em ua a k ti v i ta s y a n g ti d a k p e rl u .
2. Mengkombinasikan operasi -operasi atau elemen -elemen kerja.
3. Mengubah urutan operasi.
4. Menyederhanakan operasi yang perlu.

111.1 Studi Gerakan dan Prinsip Ekonomi Gerakan


Dalam mengembangkan metode kerja yang baik, seorang industrial
engineer harus mengetahui terlebih dahulu teori dasar yang menjadi hal
fundamental dalam pengembangan metode kerja. Teori dasar tersebut yaitu studi
gerakan dan prinsip ekonomi gerakan.

1. Studi Gerakan
Studi gerakan merupakan salah satu metode perancangan sistem kerja
dengan menganalisis gerakan badan saat pekerja melakukan kerja manual yang
diuraikan dalam elemen-elemen gerakan (Barnes, 1980). Studi gerakan dibagi
menjadi studi gerakan mikro dan studi gerakan. Studi gerakan mikro merupakan

3-2
MODUL 3 PERANCANGAN STASIUN KERJA

teknik untuk merekam dan mencatat waktu dari sebuah aktivitas yang direkam
dalam film (Barnes, 1980). Barnes menegaskan bahwa studi gerakan mikro
merupakan metode yang dapat digunakan untuk mempelajari aktivitas dari dua
atau lebih orang dalam kelompok kerja, mempelajari hubungan dari aktivitas
operator dan mesin, menentukan waktu operasi selain dengan metode studi waktu
(time study), serta memperoleh waktu dan metode gerakan standar untuk aktivitas
operator dan mesin.

Salah satu penguraian elemen gerakan yang sering digunakan adalah


Therblig, yang terdiri dari 17 elemen gerakan yang dapat dikelompokkan menjadi
(Sutalaksana et al, 1979; Barnes, 1980):

a. Kelompok gerakan utama, yaitu elemen gerakan yang bersifat memberi


nilai tambah (assemble, disassemble, dan use)

b. Kelompok gerakan penunjang, yaitu elemen gerakan yang kurang


memberikan nilai tambah namun cukup sulit untuk dihilangkan (reach,
grasp, move, dan released load)

c. Kelompok elemen gerakan yang tidak memberikan nilai tambah dan


memungkinkan untuk dihilangkan (search, select, position, hold,
inspection, dan pre-position)

d. Kelompok gerakan luar, yaitu elemen gerakan yang sama sekali tidak
memberikan nilai tambah sehingga sedapat mungkin dihilangkan (rest to
overcome fatigue, plan, unavoidable delay, dan avoidable delay)

2. Prinsip Ekonomi Gerakan

Digunakan untuk merancang sistem kerja dengan gerakan-gerakan kerja


yang benar dan ekonomis. Terdiri dari 3 aspek yang berkaitan dengan studi
ekonomi gerakan (Sutalaksana et al, 1979):
a. Tubuh manusia dan gerakannya
• Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat
yang sama

• Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali
pada waktu istirahat
• Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya
simetris dan berlawanan arah
MODUL 3 PERANCANGAN STASIUN KERJA

• Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya


menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk
melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya

• Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk


membantu pekerjaannya

• Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat


gerakan tersebut

• Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan, dan lebih teliti


daripada gerakan yang dikendalikan

• Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika


memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah pekerja
• Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata

b. Pengaturan tata letak tempat kerja

• Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat


yang tetap

• Tempatkan bahan-bahan dan peralatan di tempat yang mudah, cepat,


dan enak untuk dicapai

• Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya


memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga badan yang akan dipakai
selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil

• Sebaiknya gunakan mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang


sudah selesai dirancang

• Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa


sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik

• Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga


alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan hal
yang menyenangkan

• Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya


mempunyai postur yang baik

• Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa


sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan
MODUL 3 PERANCANGAN STASIUN KERJA

c. Perancangan peralatan.

• Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila


penggunaan alat dengan kaki dapat dilakukan

• Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian agar mempunyai lebih dari


satu kegunaan

• Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian sehingga memudahkan


pemegangan dan penyimpanan

• Bila setiap jari melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti


mengetik, beban yang didistribusi pada jari harus sesuai dengan
kekuatan masing-masing jari

• Roda tangan, palang, dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya
diatur sedemikian sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi
yang baik, dan tenaga yang minimum

Dalam ekonomi gerakan, terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi,


yaitu (Barnes 1980):
a. Adanya tempat yang pasti dan tetap untuk semua material dan alat.

b. Alat, material, dan alat kendali sebaiknya diletakkan di tempat yang dekat
dengan penggunaannya.

c. Penggunaan gravitasi (benda tertarik ke arah pusat bumi) pada saat


memungkinkan.

d. Material dan alat sebaiknya diletakkan dengan posisi yang sesuai dengan
urutan kerja terbaik.

e. Pengaturan kondisi kerja yang memudahkan operator untuk melihat


lingkungan kerjanya, tidak terbatas hanya pada penerangan yang baik.

111.2 Peta-Peta Kerja Setempat

Setelah mengetahui dan memahami studi gerakan dan prinsip ekonomi


gerakan, pada umumnya seorang industrial engineer menggunakan beberapa
jenis peta kerja, tetapi pada modul ini pengembangan metode kerja dilakukan
dengan menggunakan peta kerja setempat.

Peta-peta kerja yang termasuk peta kerja setempat digunakan untuk


menganalisis kegiatan kerja pada satu stasiun kerja tertentu, karena peta kerja ini
MODUL 3 PERANCANGAN STASIUN KERJA

menggambarkan proses produksi yang terjadi pada stasiun kerja itu saja
(Sutalaksana et al, 1979).

Proses produksi ini dijabarkan dengan elemen-elemen gerakan operator


yang lebih rinci daripada peta-peta kerja keseluruhan. Dengan demikian, untuk
memprediksi waktu standar pelaksanaan tiap-tiap elemen gerakan tersebut
digunakan data waktu gerakan dengan tingkat ketelitian yang sesuai.

1. Peta Pekerja dan Mesin


Peta kerja ini menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dengan
waktu menganggur pekerja dan mesin. Informasi terpenting dari peta kerja ini
adalah hubungan antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang
ditanganinya, sehingga dapat dirancang suatu keseimbangan kerja antara pekerja
dan mesin.

2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan


Pada peta kerja ini digambarkan gerakan-gerakan tangan kiri dan tangan
kanan pekerja secara rinci saat melakukan pengerjaan suatu produk. Peta ini
dapat membandingkan besarnya tugas yang dibebankan dan waktu pengerjaan
masing-masing gerakan pada kedua tangan.

3. Simultaneous Motion Cycle Chart (SIMO Chart)


Diagram SIMO merupakan teknik perekaman yang digunakan dalam
studi micromotion. Diagram S1MO adalah diagram yang dibuat berdasarkan
analisis film yang digunakan untuk merekam dan mencatat elemen gerakan
(therblig) yang dilakukan oleh operator pada waktu bersamaan. Diagram SIMO
membantu seseorang dalam memperoleh gambaran mengenai siklus kerja secara
lengkap dan detail serta membantu merancang kombinasi gerakan yang lebih
baik.

111.3 Antropometri
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran dimensi
tubuh manusia dan karakteristik khusus lainnya dari tubuh manusia yang relevan
dengan perancangan alat -alatJbenda-benda yang digunakan manusia.
Antropometri dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:

1. Antropometri statis: pengukuran manusia dalam posisi baku dan linier


dengan tubuh.
MODUL 3 PERANCANGAN STAS1UN KERJA

2. Antropometri dinamis: pengukuran dan ciri fisik manusia dalam posisi


yang tidak baku atau memerhatikan gerakan-gerakan yang mungkin
terjadi saat pekerja tersebut melakukan kegiatannya.

Untuk mendapatkan suatu rancangan yang optimum pada suatu tempat


kerja dan fasilitasnya, variasi dari dimensi antropometri perlu diperhatikan, karena
variasi tersebut bisa muncul diakibatkan dari perbedaan antara satu populasi
dengan populasi lain yang disebabkan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Jenis kelamin: pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya


daripada wanita, oleh karena itu data antropometri untuk kedua jenis
kelamin tersebut selalu disajikan terpisah.
2. Suku bangsa.

3. Usia: dimensi tubuh manusia akan cenderung meningkat sampai batas


usia dewasa dan kemudian akan mempunyai kecenderungan menurun,
antara lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang.
Penurunan juga terjadi pada dinamika gerakan tangan dan kaki.

4. Jenis pekerjaan dan aktivitas sehari-hari: beberapa jenis pekerjaan


menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya.

5. Pakaian: biasanya variabilitas yang dipengaruhi faktor ini juga erat


kaitannya dengan faktor musim/suhu yang dialami komunitas tertentu.
6. Faktor kehamilan pada wanita.
7. Cacat tubuh secara fisik.
8. Kondisi lain pada saat pengukuran antropometri dilakukan.

Terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan data


antropometri, yaitu:

1. Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan


individual), yang terbaik secara ergonomi. Pada rancangan ini penentuan
nilai persentil berperan besar terhadap kesesuaian rancangan dengan
pengguna.

2. Sesuai dengan populasi pemakai/pekerja, yang perancangan dapat


didasarkan pada:
a. Individu ekstrim
MODUL 3 PERANCANGAN STAS1UN KERJA

Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang


dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian orang
yang akan memakainya (biasanya minimal oleh 95% pemakai). Pada umumnya
persentil yang digunakan adalah persentil 5 dan persentil 95.

b. Fasilitas yang dapat disesuaikan


Prinsip ini digunakan untuk merancang objek agar objek dapat
menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua pengguna
potensial. Misalnya, kursi pengemudi mobil bisa diatur maju mundur dan
kemiringan sandarannya, tinggi kursi sekretaris dan tinggi permukaan mejanya
yang bisa dinaik turunkan. Kelemahannya adalah kesulitan dalam hal teknis dan
biaya.

c. Ukuran rata-rata
Secara umum tahapan perancangan sistem kerja dengan memperhatikan
faktor antropometri adalah sebagai berikut :

1. Menentukan kebutuhan perancangan.


2. Mendefinisikan populasi pemakai.
3. Penentuan dimensi tubuh yang akan diambil.
4. Pemilihan persentil.
5. Penyiapan alat ukur.
6. Pengambilan data.
7. Pengolahan data.
8. Visualisasi rancangan dengan memperhatikan kelonggaran.
9. Analisis hasil rancangan.

IV. ALAT DAN BAHAN


Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam Modul 3 mengenai
perancangan stasiun kerja.

a . L a p t o p
b . Aplikasi Visio / Solidworks / Draw.io
c . Aplikasi Microsoft Excel
d . Video Perakitan
e . Ukuran Meja Perakitan
f . Ukuran Komponen Perakitan (Modul 2)
g . Layout Awal Perakitan

3-8
MODUL 3 PERANCANGAN STASIUN KERJA

V. PROSEDUR PELAKSANAAN
Pada Modul 3 ini akan dibuat perancangan metode dan stasiun kerja
untuk perakitan produk meja lipat PST berdasarkan assembly chart produk meja
lipat PST yang telah dibuat pada modul sebelumnya. Modul 3 ini mempunyai garis
besar pelaksanaan sebagai berikut:

1. P em b e l aj a ra n K e gi a ta n P e ra k i ta n Me j a L ip a t P S T
Setiap kelompok akan diberikan video beberapa proses perakitan dari
meja lipat PST dan layout stasiun kerja perakitan awal. Kelompok
mempelajari video perakitan untuk sebagai acuan dalam penentuan
elemen gerakan, elemen kerja kegiatan perakitan, serta proses perakitan.
Tahapan proses perakitan harus sesuai dengan assembly chart yang
telah dibuat pada modul sebelumnya.

2. Menentukan Elemen Kerja dan Elemen Gerakan Kegiatan Perakitan Awal


Kelompok mengidentifikasi elemen-elemen kerja dalam kegiatan
perakitan meja lipat PST. Penamaan elemen kerja harus bersifat detail.
Elemen-elemen kerja lalu dipecah menjadi elemen gerakan sesuai
dengan Therbligs.

3. Membuat SIMO Chart Kegiatan Perakitan


Kelompok membuat SIMO Chart sesuai dengan elemen kerja dan elemen
gerakan yang telah ditentukan dalam kegiatan perakitan menggunakan
layout awal yang telah diberikan.

4. Menentukan dan Merancang Alat Bantu yang Digunakan dalam Kegiatan


Perakitan

Kelompok merancang alat bantu yang akan digunakan dalam proses


perakitan sesuai dengan prinsip studi gerakan dan ekonomi gerakan.
Rancangan alat bantu juga dibuat dengan menggunakan software CAD
(3D) beserta proyeksinya dan ukuran-ukuran yang jelas.

5. Me ra n c a n g L a y o u t S t a s i u n K e rj a Pe ra k i tan U s u l a n
Kelompok merancang layout stasiun kerja perakitan yang paling efisien
u n tu k o p e ra to r d a l am m e la k u k a n k eg i a ta n p e ra k i ta n . P ro s es
perancangan layout stasiun kerja perakitan usulan juga dilakukan dengan
mempertimbangkan prinsip ergonomi, studi gerakan, dan ekonomi
gerakan. Rancangan layout stasiun kerja perakitan usulan dibuat dengan

3-9
MODUL 3 PERANCANGAN STAS1UN KERJA

software apapun (2D) berupa tampak atas dari stasiun tersebut sesuai
dengan ukuran aslinya.

6. Membuat SIMO Chart Kegiatan Perakitan Usulan


Kelompok membuat SIMO Chart sesuai dengan elemen kerja dan elemen
gerakan yang telah ditentukan dalam kegiatan perakitan menggunakan
layout usulan yang telah dibuat.

VI. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian
BAB II PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
11.1 Deskripsi Layout Stasiun Kerja Perakitan Awal
11.2 SIMO Chart Kegiatan Perakitan Awal
11.3 Perancangan Stasiun Kerja Meja Lipat PST
11.3.1 Perancangan Alat Bantu Perakitan
11.3.2 Layout Stasiun Kerja Perakitan Usulan
11.3.3 S1MO Chart Kegiatan Perakitan Usulan
BAB III ANALISIS
111.1 Analisis SIMO Chart Awal dan Usulan
111.2 Analisis Usulan Alat Bantu Perakitan
111.3 Analisis Perancangan Layout Stasiun Kerja Perakitan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

VII. DAFTAR PUSTAKA


Barnes, R. M. (1980). Motion and Time Study: Design and Measurement of Work.
New York: John Wiley & Sons.

Sutalaksana, I. Z., Anggarawisastra, R., & Tjakraatmadja, J.H. (1979). Teknik Tata
Cara Kerja. Dept. Teknik Industri — ITB: Laboratorium Tata Cara Kerja &
Ergonomi.

3-10
MODUL 3 PERANCANGAN STASIUN KERJA

VIII. LAMPIRAN

FLOWCHART PROSEDUR PELAKSANAAN

Pembelajaran Kegiatan Parakitan Meja Upat PST

Menentukan Elemen Kerja Kegiatan Perakitan

M•mbuat SIMO Chad Keg 3:3 n Parakitan Awal

Menentukan dan Merancang Alat Santu yang

Digunakan dalam Kegiatan Perakitan

' Layout Stasiun Kerja Perakkan Usulan

' • Kegiatan Perakitan Usulan

Asiste-si

SIMO Chart Layout Perakitan Usulan, dan

Rancaingan Alat Barrtu bila clperlukan

iyusunan dan Pengumpulan Laporan

E Selesai

3-11
-03 PERANCANGAN STASIUN
KERJA
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI I
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2021
Assembly Chart, Operation Process Chart (OPC), dan Lembar
1
Rencana Proses (LRP) Meja Lipat PST

SYARAT 2 Data Persentil Antropometri

MASUK
3 SIMO Chart Engsel

4 SolidWorks, Visio/Draw.io dan Microsoft Excel

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


DAFTAR ISI
1 TUJUAN MODUL 3

2 ALAT BAHAN

3 PROSEDUR PELAKSANAAN

4 TARGET ASISTENSI

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


TUJUAN MODUL 3
1. Membuat metode kerja perakitan produk berdasarkan prinsip ergonomi, studi gerakan, dan ekonomi gerakan.
2. Membuat metode kerja perakitan produk dengan menggunakan peta kerja setempat khususnya dalam
penggunaan instrumen SIMO Chart.
3. Menggunakan data antropometri yang tepat dalam merancang sistem kerja yang ergonomis berdasarkan prinsip
ergonomi, studi gerakan, dan ekonomi gerakan.
4. Mengetahui batasan-batasan yang dimiliki manusia dari segi antropometri.

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Input dan Output
Input Output
● Assembly chart meja lipat PST ● SIMO Chart kegiatan perakitan
● Hasil perhitungan persentil data awal sesuai dengan layout awal.
antropometri
● Layout stasiun kerja perakitan
● Operation process chart (OPC)
yang terbaik
● Lembar rencana produksi (LRP)
Modul ● SIMO Chart kegiatan perakitan
● Layout Awal
yang terbaik
3
● Rancangan alat bantu perakitan

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Alat dan Bahan

Laptop/ Komputer Aplikasi Solidworks/Visio/draw.io Microsoft Excel

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Prosedur Pelaksanaan

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


1. Pembelajaran Kegiatan Perakitan

1. Mahasiswa/i mempelajari gambaran perakitan meja lipat PST


secara keseluruhan dari sebuah cuplikan video perakitan.

2. Mahasiswa/i mempelajari layout dari layout awal yang diberikan.

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


2. Penentuan Elemen Kerja

● Jumlah minimum elemen kerja kegiatan perakitan adalah sebanyak 8


buah.
● Elemen kerja harus berupa pekerjaan (jangan hanya mengambil atau
memposisikan komponen).
● Penamaan elemen kerja harus bersifat detail.

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Contoh Assembly Chart Bolpoin

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Contoh Penentuan Elemen Kerja & Elemen Gerakan

Contoh penentuan dan penamaan


elemen kerja:
1. Menggabungkan plug (1) dan body
(2) menjadi dasar bolpoin
2. Menggabungkan cap (3) dan refill
Cap

tinta (4) menjadi isi bolpoin siap Refill Tinta

pasang Body
Plug

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Contoh Penentuan Elemen Kerja & Elemen Gerakan

Contoh penentuan elemen gerakan:


• Elemen kerja : Menggabungkan cap
dan refill tinta menjadi isi bolpoin siap
pasang
• Elemen Gerakan : Mengambil cap (RE, Cap

G, M), mengambil refill tinta (RE, G, M),


memposisikan refill tinta (P), merakit Refill Tinta

Plug
refill tinta dan cap (A). Body

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


3. Pembuatan SIMO Chart Perakitan Awal
● Pembuatan SIMO Chart Awal dilakukan merujuk pada layout awal perakitan serta 5 buah video perakitan yang
diberikan.
● SIMO Chart didasarkan pada elemen kerja yang telah ditentukan sebelumnya (berdasarkan Assembly Chart).

● Dilengkapi dengan waktu, jarak (apabila terdapat elemen gerakan yang melibatkan perpindahan, jarak yang

dimaksud adalah perpindahan objek), serta elemen gerakan.


● Jarak diperoleh dari layout awal yang diberikan, sedangkan waktu diperoleh berdasarkan referensi dari 5 buah
video perakitan.

Note: Video panjang hanya untuk menunjukkan gambaran perakitan secara keseluruhan. Jarak dan waktu dilihat dari
5 buah video perakitan kecil dan layout perakitan awal.

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


4. Penentuan & Pembuatan Alat Bantu

● Pembuatan seluruh alat


bantu menggunakan
Solidworks
● Alat bantu harus detail
disertai dengan ukuran,
proyeksi serta bentuk secara
3D
MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA
4. Penentuan & Pembuatan Alat Bantu

● Syarat pembuatan alat bantu:


○ Sesuai kebutuhan kegiatan perakitan
○ Modular (terpisah-pisah)
○ Mudah diduplikasi baik dari bahan dan desain (harap pertimbangkan bahan dari
alat bantu yang dirancang)
○ Mampu memenuhi kebutuhan perakitan 5 buah meja lipat PST
○ Mempertimbangkan prinsip ekonomi gerakan dan persentil data antropometri

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


5. Merancang Layout Stasiun Kerja Perakitan
● Layout yang dirancang mampu memenuhi kebutuhan perakitan untuk 5 buah
meja lipat PST.
● Layout dibuat dalam bentuk dua dimensi (2D) dari tampak atas.
● Layout harus dilengkapi dengan ukuran yang lengkap dan jelas (sertakan
satuan ukur yang digunakan).
● Mempertimbangkan tata letak alat bantu yang dibuat pada stasiun kerja
perakitan.
● Dirancang sesuai prinsip ekonomi gerakan dan persentil data antropometri.
MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA
Tabel Antropometri Statis

Data Antropometri
Nama Dimensi Persentil yang Digunakan Alasan
yang Digunakan

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


6. Pembuatan SIMO Chart Perakitan Usulan

● Mahasiswa membuat SIMO Chart perakitan usulan meja lipat PST berdasarkan layout
perakitan usulan yang telah dirancang dan mempertimbangkan alat bantu yang ada.
● SIMO Chart dibuat sesuai dengan elemen kerja berdasarkan assembly chart dan elemen
gerakan yang telah ditentukan
● Dilengkapi dengan waktu dan jarak (apabila terdapat elemen gerakan yang melibatkan
perpindahan, jarak yang dimaksud adalah perpindahan objek), dan lambang elemen gerakan

Note: Waktu pada SIMO Chart usulan diambil dari 5 video perakitan kecil, sedangkan jarak
diperoleh dari layout perbaikan masing-masing kelompok.
MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA
Contoh Kop SIMO Chart

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Pengumuman Mengenai Waktu Pada SIMO Chart

● Mahasiswa dapat menggunakan waktu pada cuplikan perakitan yang diberikan sebagai referensi.

● Selanjutnya, akibat adanya beberapa gerakan yang tidak terlihat di video, yaitu seperti
mengambil komponen/obeng/dll, maka asisten akan mematok waktu untuk mengambil barang
dalam rentang 0,8-2 detik dengan mempertimbangkan jarak pada layout dan ukuran
komponen/obeng/dll yang diambil, elemen gerakan apa saja yang ada pada gerakan mengambil,
dan faktor lainnya. Misalnya: terdapat search atau posisi komponen jauh sehingga move butuh
waktu yang lebih lama akan mempengaruhi waktu dari gerakan mengambil komponen.

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Pengumuman Mengenai Waktu Pada SIMO Chart

● Apabila elemen gerakan tidak diberi patokan waktu, maka waktu dari elemen
gerakan tersebut ditentukan oleh mahasiswa dengan pertimbangan kelompok
masing-masing (melalui simulasi langsung maupun referensi lain) selama total
waktu perakitan meja lipat masih berada dalam rentang 6-7 menit.

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Contoh SIMO
Chart

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


TARGET ASISTENSI

Asistensi Laboratorium Minggu 1:

a. Penentuan elemen kerja berdasarkan assembly


chart
b. Pembuatan SIMO Chart Perakitan Awal untuk 4
elemen kerja awal.

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


TARGET ASISTENSI

Asistensi Laboratorium Minggu 2: Asistensi Dosen:

a. Penentuan elemen kerja a. SIMO Chart perakitan awal


b. Pembuatan SIMO Chart Perakitan Awal b. CAD perbaikan alat bantu
c. Rancangan alat bantu perakitan dan pemilihan c. Layout stasiun kerja perakitan usulan
persentil data antropometri d. SIMO Chart perakitan usulan
d. CAD alat bantu
e. Layout stasiun kerja perakitan usulan
f. Progress SIMO chart perakitan usulan

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


Proses pengerjaan Modul 3 - Perancangan Stasiun Kerja ini
berlangsung selama 2 minggu.
18 Oktober 2021 - 19 Oktober 2021 TIDAK ADA ASISTENSI,
namun tetap ada proses pendampingan dengan asisten.
25 Oktober 2021 - 26 Oktober 2021 Asistensi dengan Asisten
28 Oktober 2021 - 29 Oktober 2021 Asistensi dengan Dosen

MODUL 3 | PERANCANGAN STASIUN KERJA


TERIMA KASIH
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI I
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2021

Anda mungkin juga menyukai