Anda di halaman 1dari 5

13 Desember 2014

Pukul 03.00 WIB

Hujan deras tak berhenti sejak satu jam yang lalu. Menggantikan suasana malam yang semula sunyi,
menjadi dipenuhi suara terpaan hujan dengan permukaan bumi dan segenap bangunan di atas nya.
Terlebih di pelataran kantor polisi yang sudah lama tak direnovasi ini, deruan hujan yang menimpa
atap seng sungguh membatasi pendengaran, atau bahkan mengganggu bagi sebagian orang.

Namun itu terlihat tidak membuyarkan inspektur Jon dari lamunannya. Beliau dari tadi tampak
berpikir berat dalam diam. Bahkan sejak matahari terbenam, entah mengapa dia merasakan sesuatu
yang buruk akan terjadi. Entah karena malam ini memang lebih sunyi dari biasanya, atau mungkin
hanya efek stress seseorang yang terlalu sering begadang demi pekerjaan. Tak ada yang tahu alasan
pastinya.

Alasan yang pertama lebih masuk akal. Malam ini memang sedikit berbeda dari biasanya. Pak Jon
menyadari bahwa jalanan di depan kantor menjadi lebih sepi, nyaris tidak ada orang yang lewat.
Walaupun posisinya memang di pinggiran kota dan seberang jalan hanya ditumbuhi semak-semak,
tapi malam ini bahkan suara binatang tidak terdengar dari balik semak itu. Katak, jangkrik, dan
hewan kecil lainnya seakan menolak tuk menunjukkan kehadirannya. Membuat situasi yang sunyi ini
semakin larut kian mencekam.

Sekitar satu jam yang lalu, akhirnya hening itu segera berakhir. Bukan karena kedatangan
sekelompok orang atau kembalinya suara berbagai hewan, melainkan karena turunnya hujan yang
deras. Hal ini sedikit merubah suasana lingkungan sekitar kantor, tapi tidak dengan firasat Pak Jon.
Firasat buruknya itu terbukti dengan apa yang datang ke kantor polisi beberapa saat kemudian di
tengah guyuran hujan.

Sudah setengah jam sejak hal yang mengejutkan itu dilihat nya. Pak Jon masih diam sambil berpikir
keras mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

“Pak, anak itu sudah bangun” ternyata itu Nira, salah satu polwan anggota unit Pak Jon.

“Eh, kamu Nir, ngagetin aja”


“Habis bapak dipanggil-panggil dari tadi ga nyahut”

“Maklum, hujan deras jadi ga kedengaran, hehe. Kalau gitu ayo, saya mau lihat anaknya”

“Oke, sini pak”

Nira pun menuntun Pak Jon ke salah satu ruangan di dalam kantor, tempat anak itu tadinya
terbaring. Sekarang tampak dia selonjoran dengan punggung tegak di atas kasur. Beberapa orang
anggota unit Pak Jon yang lain menemaninya.

Saat masuk ruangan, Pak Jon menyadari noda bekas bercak darah yang tadi melumuri bocah itu
masih terlihat, walau para polisi yang menjaga bocah itu sudah membersihkannya. Yah, setidaknya
masih lebih baik dibandingkan saat sekelompok polisi patroli tadi mengeluarkan nya dari mobil saat
pertama datang.

Tapi yang cukup mengejutkan adalah tidak ada bekas luka di tubuh anak itu, kecuali sebuah balutan
perban di kaki nya.

Mereka segera memberi tempat saat Pak Jon mendekati anak itu.

“Itu kakinya tadi ada luka bekas sabetan benda tajam Pak” jelas nira pelan seakan berbisik, saat
Pandangan mata Pak Jon menelusuri bocah itu dari ujung rambut hingga kaki.

“Hmm. Selain ini ada bekas luka yang lain?”

“Tidak ada pak”

Setelah memerhatikannya sebentar, Pak Jon mencoba mengajak anak itu bicara.

“Ekhmm, halo nak...”

Namun tidak ada respon yang keluar dari mulut anak itu. Bahkan sekujur tubuhnya bergeming tak
menunjukkan gerak selain tarikan dan hembusan nafas pelan. Sorot matanya nanar memandang
kosong kedepan. Ini sudah terjadi sejak pertama dia bangun beberapa menit yang lalu. Namun tadi
dia sempat menyebutkan nama nya setelah beberapa kali di sapa nira dkk.

“Halo nak”, pak Jon mencoba menyapa lagi.

Namun situasinya tetap tidak berubah. Seakan saat ini jiwa anak itu ada di dunia yang sama sekali
berbeda.

“Nama nya Kido Pak” timpal nira

“Eh, kok kamu bisa tau namanya?” Balas Pak Jon kaget

“Tadi dia

“Oh, terus dia ngomong apa aja?”

“Cuman jawab nama aja Pak, setelah itu ya kayak sekarang”

Pak Jon penasaran dan semakin tertarik dengan situasi ini. Lalu dia memegang pundak anak itu dan
mencoba bertanya...

“Nak, kamu baik-baik saja?”

Seperti yang sudah diduganya, anak itu tetap diam. Sentuhan Pak Jon tak mengubah situasi.

Pak Jon semakin penasaran dengan anak ini. Tiba-tiba ide iseng nya datang, dia pun mendekatkan
kepala nya hingga wajahnya berhadapan dekat dengan wajah anak itu. Lalu dia tersenyum dan
mencoba bicara lagi.

“Nak, jangan takut, kami tidak menyakiti mu...”

Seketika pupil anak itu membesar. Lalu...

“Aaaaaaaaaaaaaahhhhhh......”

Tiba-tiba Kido berteriak sangat keras, memekakkan telinga siapa pun yang berada di ruangan itu. Pak
Jon yang kaget refleks mundur dan menutup telinga dengan kedua telapak tangan nya. Begitu juga
dengan anggota lainnya.
Setalah beberapa saat teriakan itu bergema, Kido pun berhenti seolah kehabisan tenaga.
Punggungnya terhempas ke belakang, menjadikan dia kembali berbaring. Matanya juga tertutup
seketika mengembalikannya ke kondisi tidak sadar seperti semula.

Semua yang berada di ruangan itu keheranan dengan apa yang baru saja terjadi. Suasana menjadi
hening beberapa saat. Sampai muncul suara berdering dari telepon Pak Jon.

Walau masih dalam keadaan dipenuhi tanda tanya, Pak Jon tetap berusaha mengangkat telepon nya.

“Halo...” Pak Jon hanya diam mendengarkan orang di telepon setelah sapaan itu.

Semua anggotanya yang ada di ruangan itu tak bicara, memerhatikan Pak Jon sambil memikirkan apa
yang baru saja terjadi. Ekspresi Pak Jon berubah seperti sedikit terkejut.

“Baik,... Bawa semua nya ke sini” setelah mengatakan itu, Pak Jon pun menutup telepon nya.

“Ada apa pak?” Tanya Rudy, salah satu anggota Pak Jon.

Pak Jon menghela napas, lalu berbicara dengan serius.

“Hahhh... Unit patroli tadi,...mereka menemukan beberapa mayat dalam rumah di dekat lokasi
penemuan anak ini”

Seketika suasana di ruangan itu makin mencekam. Semua orang di sana seakan tahu bahwa
pekerjaan besar akan segera mereka hadapi.

“Persiapkan diri kalian. Kemungkinan ini adalah kasus pembunuhan besar yang harus kita tangani”

Anda mungkin juga menyukai