Anda di halaman 1dari 24

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

------------------------------------------

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 018/PUU-II/2022

PERIHAL

PERMOHONAN UJI MATERIL PASAL 5 AYAT (4) UNDANG-


UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2022

TENTANG IBU KOTA NEGARA (IKN) TERHADAP PASAL 18


AYAT (1), PASAL 18 AYAT (3), PASAL 18 AYAT (4) DAN
PASAL 28D AYAT (1)

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA


REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DALAM PERKARA NOMOR: 018/PUU-II/2022


ACARA PEMERIKSAAN PERSIDANGAN

SIDANG PANEL
JAKARTA, FEBRUARI 2022

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA


JL. Medan Merdeka Barat No. 6, Kecamatan Gambir,
Jakarta Pusat, Telp. 0821135
Email: mahkamah konstitusi_jakarta@yahoo.com

SURAT LAPORAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

Nomor:115/PN/MK/11/2019

"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Hakim Panel Pengadilan Mahkamah Konstitusi Semu Jakarta Pusat, telah


memeriksa kelengkapan dan kejelasan muatan materi isi permohonan yang
diajukan pada pemeriksaan pendahuluan surat Permohonan Nomor : 018/PUU-
X1/2022 dan Permohonan yang diajukan telah memenuhi syarat-syarat untuk
diajukan pada tahap selanjutnya.

Menimbang bahwa telah terpenuhinya syarat-syarat kelengkapan dan


kejelasan muatan isi permohonan maka kami akan melimpahkan perkara ini
kepersidangan selanjutnya yang akan diperiksa, diadili serta diputuskan sangketa
oleh Majlis Hakim Pleno

Jakarta Pusat, Februari 2022

Mengetahui:
Panitera Ketua Majelis Hakim

Sariaman S.H Prof. Dr. Wahyu Jati S.H., M.H

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA


JL. Medan Merdeka Barat No. 6, Kecamatan Gambir,
Jakarta Pusat, Telp. 0821135
Email: mahkamah konstitusi_jakarta@yahoo.com

BERITA ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

Sidang Panel pemeriksaan pendahuluan Mahkamah Konstitusi yang


memeriksa kelengkapan muatan isi surat permohonan yang bersidang di Gedung
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Medan Merdeka Barat No.6 Jakarta,
yang jatuh pada hari Jum'at, tanggal Februari 2022 pukul 10.00-12.00 WIB

Dalam perkara Permohonan Pengujian pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang


Nomor 03 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara terhadap Pasal 18 Ayat (1),
Pasal 18 Ayat (3), Pasal 18 Ayat (4), dan Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Selanjutnya disebut UUD NRI
1945) yang diajukan oleh :
1. Nama : Sariaman Marbun, S.H

Tempat/tanggal lahir : Medan, 01 Januari 1987

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan : Dosen

Alamat : JL. Meranti No.4 Sleman,Yogyakarta.

Selanjutnya disebut ………………………………….……………..Pemohon I

2. Nama : Fahrizal
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 31 Januari 2000
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : JL. Teluk Mandar No.70 Jakarta

Selanjutnya disebutkan……………………………………………….Pemohon II

Susunan Majelis Hakim Pemeriksaan Persiapan :

1. Prof. Dr . Wahyu Jati Sentosa, S.H.,M.H. Hakim Ketua


2. Dr. Anisa Fitriani, S.H.,M.H. Hakim Anggota I
3. Dr. Inesti Suci Lestari, S.H.,M.H. Hakim Anggota II
4. Dr. Muhammad Raven, S.H.,M.H. Hakim Anggota III
5. Dr. Desita Anindita, S.H.,M.H. Hakim Anggota IV
6. Dr. Nadila Putri Ayu Minara, S.H.,M.H. Hakim Anggota V
7. Dr. Cherly Fira A, S.H.,M.H. Hakim Anggota VI
8. Sariaman, S.H Panitera pengganti

Setelah pihak-pihak dipanggil untuk memasuki rang sidang pukul 10.00-12.00


WIB, sidang dibuka oleh Ketua Majelis Hakim. Ketua Majelis Hakim
menerangkan bahwa sidang hari ini adalah sidang pemeriksaan pendahuluan
permohonan, dan pemohon dipersilahkan untuk membacakan isi permohonan.

I. POKOK-POKOK PERMOHONAN

Berikut isi pokok-pokok permohonan pemohon sebagaimana disampaikan :

1. Bahwa Pemohon adalah Fahrizal, S.H, Sariaman Marbun, S.H adalah dua
(Pemohon I-II) melakukan Uji Materi Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang No.3
Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara (UU IKN).
2. Bahwa menurut Dr. H. Imam Soebechi, S.H., M.H. dalam buku Hak Uji
Materil, secara harfiah legal standing dapat diartikan sebagai kedudukan
hukum. Legal standing, standing tu sue, ius standi, locus standi juga dapat
diartikan sebagai hak seseorang, sekelompok orang atau organisasi untuk
tampil di pengadilan sebagai penggugat dalam proses gugatan perdata (civil
proceding). Lebih sederhana lagi, legal standing dapat diartikan sebagai “hak
gugat”.
3. Bahwa menurut Harjono dalam bukunya yang berjudul Konstitusi sebagai
Rumah Bangsa, legal standing diartikan sebagai keadaan di mana seseorang
atau suatu pihak ditentukan memenuhi syarat dan oleh karena itu mempunyai
hak untuk mengajukan permohonan penyelesaian perselisihan atau sengketa
atau perkara di depan Mahkamah Konstitusi.
4. Bahwa berdasarkan pendapat dua ahli di atas dapat disimpulkan definisi dari
legal standing adalah hak seseorang untuk mengajukan permohonan atau
gugatan dalam penyelesaian perselisihan atau sengketa di depan lembaga
peradilan dalam hal ini Mahkamah Konstitusi.
5. Bahwa jaminan seseorang untuk dapat mengajukan permohonan telah dijamin
oleh konstitusi tertulis dalam UUD NRI Tahun 1945 dalam Pasal 28D ayat (1)
yang mengatur bahwa: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan  hukum.”
6. Bahwa salah satu indikator kemajuan berbangsa dan bernegara adalah
penjaminan hak setiap warga negara untuk mengajukan permohonan
pengujian peraturan perundang-undangan. Judicial Review merupakan bentuk
perwujudan dari penjaminan hak-hak dasar warga negara sebagaimana diatur
dalam Pasal 24C UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 jo Undang -
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Maka secara
tidak langsung MK tidak hanya berperan sebagai penjaga konstitusi (The
guardian Of Constitution) melainkan juga suatu badan yang menjaga hak
asasi manusia.

7. Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia, yang bersama-sama dengan


rekan-rekan Pemohon lainnya dengan mengacu kepada ketentuan norma yang
diuji konstitusionalitasnya oleh Pemohon adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang meliputi pasal-
pasal sebagai berikut:
a. Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan:
“Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara adalah
pemerintahan daerah yang bersifat khusus yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di Ibu Kota Nusantara.”
b. Pasal 4 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan: “b. Otorita
Ibu Kota Nusantara sebagai lembaga setingkat kementerian yang
menyelenggarakan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota
Nusantara.”
c. Pasal 5 ayat ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan: “Sebagai
satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus, Pemerintahan
Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan sebagaimana ditetapkan dan diatur dengan
Undang-Undang ini.”
d. Pasal 5 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan: “Kepala
Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri,
ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah
berkonsultasi dengan DPR.”
e. Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara Indonesia yang
menyatakan:
(1) Otorita Ibu Kota Nusantara dipimpin oleh Kepala Otorita
Ibu Kota Nusantara dan dibantu oleh seorang Wakil Kepala
Otorita Ibu Kota Nusantara yang ditunjuk, diangkat, dan
diberhentikan langsung oleh Presiden setelah berkonsultasi
dengan DPR.
(2) Pelantikan Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara dan Wakil
Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Presiden.
f. Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2022
tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan: Lama jabatan kepala
otorita Ibu Kota Nusantara adalah:
1. Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara dan Wakil Kepala Otorita
Ibu Kota Nusantara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikan dan sesudahnya dapat ditunjuk dan
diangkat kembali dalam masa jabatan yang sama;
2. Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara dan/atau Wakil Kepala
Otorita Ibu Kota Nusantara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 dapat diberhentikan sewaktu-waktu oleh Presiden
sebelum masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berakhir.
g. Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2022
tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan:
(1) Otorita Ibu Kota Nusantara sebagai penyelenggara
Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara diberi
kewenangan khusus berdasarkan Undang-Undang ini.
(2) Kekhususan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk
antara lain kewenangan pemberian perizinan investasi,
kemudahan berusaha, serta pemberian fasilitas khusus kepada
pihak yang mendukung pembiayaan dalam rangka kegiatan
persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara,
serta pengembangan Ibu Kota Nusantara dan daerah mitra.
8. Bahwa MK memiliki kewajiban untuk menjaga supremasi konstitusi,
termasuk dari aturan hukum yang melanggar konstitusi. Oleh karena itu,
sesuai dengan prinsip supremasi konstitusi, hukum yang bertentangan dengan
konstitusi adalah batal. Hal itu secara tegas dinyatakan oleh John Marshall
bahwa untuk menjamin keadilan diperlukan lembaga yang dapat menguji
pemberlakuan undang-undang di tengah masyarakat, dalam hal ini Mahkamah
Konstitusi.
9. Bahwa A. Mukthie Fadjar, dalam bukunya Hukum Konstitusi dan Mahkamah
Konstitusi, (Bukti P-9) menjelaskan sebagai pelaku kekuasaan kehakiman,
fungsi konstitusional yang dimiliki oleh MK adalah fungsi peradilan untuk
menegakkan hukum dan keadilan. Fungsi MK dapat ditelusuri dari latar
belakang pembentukannya, yaitu untuk menegakkan supremasi konstitusi.
Oleh karena itu ukuran keadilan dan hukum yang ditegakkan dalam peradilan
MK adalah konstitusi itu sendiri yang dimaknai tidak hanya sekadar sebagai
sekumpulan norma dasar, melainkan juga dari sisi prinsip dan moral
konstitusi, antara lain prinsip negara hukum dan demokrasi, perlindungan hak
asasi manusia, serta perlindungan hak konstitusional warga negara. Di dalam
Penjelasan Umum UU MK disebutkan bahwa tugas dan fungsi MK adalah
menangani perkara ketatanegaraan atau perkara konstitusional tertentu dalam
rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai
dengan kehendak rakyat dan cita-cita demokrasi.
10. Bahwa Pasal 51 ayat (1) UU MK (Bukti P-2) menyatakan, “Pemohon adalah
pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya
dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:
a. Perorangan warga negara Indonesia;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
c. Badan hukum publik atau privat; atau
d. Lembaga negara;

11. Bahwa pemohon 1 Sariaman Marbun adalah warga negara Indonesia sejak
kelahiranya yang dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan kartu
tanda Anggota Ibu Kota Negara, sehingga berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan pemohon adalah
warga negara Indonesia.
12. Bahwa pemohon 2 Fahrizal adalah warga negara Indonesia sejak kelahiranya
yang dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan kartu tanda
Anggota Ibu Kota Negara, sehingga berdasarkan ketentuan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan pemohon adalah warga
negara Indonesia.
13. Bahwa para pemohon merupakan para Akademisi Muda (Pemohon I-II)
melakukan Uji Materi Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang No.3 Tahun 2022
Tentang Ibu Kota Negara.
14. Bahwa menurut Jimly Asshiddiqie dalam bukunya Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya kedudukan
hukum (legal standing) pemohon dalam perkara pengujian Undang - Undang
terhadap UUD di Mahkamah Konstitusi, yaitu:
a. Pihak yang bersangkutan haruslah terlebih dahulu membuktikan identitas
dirinya telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud oleh Pasal 51
Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi;
b. Pihak yang bersangkutan haruslah membuktikan bahwa dirinya memang
mempunyai hak - hak tertentu yang dijamin atau kewenangan -
kewenangan tertentu yang ditentukan dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
c. Hak - hak atau kewenangan konstitusional dimaksud memang terbukti
telah dirugikan oleh berlakunya Undang - Undang yang bersangkutan.
15. Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia, yang bersama-sama dengan
rekan-rekan Pemohon lainnya dengan mengacu kepada:
1. Bahwa ketentuan norma yang diuji konstitusionalitasnya oleh Pemohon
adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Ibu Kota Negara yang meliputi pasal-pasal sebagai berikut:
b. Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan:
“Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara adalah
pemerintahan daerah yang bersifat khusus yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di Ibu Kota Nusantara.”
c. Pasal 4 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan:
“b. Otorita Ibu Kota Nusantara sebagai lembaga setingkat
kementerian yang menyelenggarakan Pemerintahan Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara.”
d. Pasal 5 ayat ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan: “Sebagai
satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus, Pemerintahan
Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan sebagaimana ditetapkan dan diatur
dengan Undang-Undang ini.”
e. Pasal 5 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan: “Kepala
Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri,
ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah
berkonsultasi dengan DPR.”
f. Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara Indonesia yang
menyatakan:
(3) Otorita Ibu Kota Nusantara dipimpin oleh Kepala Otorita
Ibu Kota Nusantara dan dibantu oleh seorang Wakil Kepala
Otorita Ibu Kota Nusantara yang ditunjuk, diangkat, dan
diberhentikan langsung oleh Presiden setelah berkonsultasi
dengan DPR.
(4) Pelantikan Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara dan Wakil
Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Presiden.
g. Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan: Lama jabatan
kepala otorita Ibu Kota Nusantara adalah:
3. Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara dan Wakil Kepala Otorita
Ibu Kota Nusantara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikan dan sesudahnya dapat ditunjuk dan
diangkat kembali dalam masa jabatan yang sama;
4. Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara dan/atau Wakil Kepala
Otorita Ibu Kota Nusantara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 dapat diberhentikan sewaktu-waktu oleh Presiden
sebelum masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berakhir.
a. Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2022
tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan:
(1) Otorita Ibu Kota Nusantara sebagai penyelenggara
Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara diberi
kewenangan khusus berdasarkan Undang-Undang ini.
(2) Kekhususan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk
antara lain kewenangan pemberian perizinan investasi,
kemudahan berusaha, serta pemberian fasilitas khusus kepada
pihak yang mendukung pembiayaan dalam rangka kegiatan
persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara,
serta pengembangan Ibu Kota Nusantara dan daerah mitra.
16. Bahwa pemohon 1 Sariaman Marbun adalah warga negara Indonesia sejak
kelahiranya yang dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan kartu
tanda Anggota Ibu Kota Negara ,sehingga berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan pemohon adalah
warga negara Indonesia.
17. Bahwa pemohon 2 Fahrizal adalah warga negara Indonesia sejak kelahiranya
yang dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan kartu tanda
Anggota Ibu Kota Negara sehingga berdasarkan ketentuan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan pemohon adalah warga
negara Indonesia.
18. Bahwa para pemohon merupakan para Akademisi Muda (Pemohon I-II)
melakukan Uji Materi Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang No.3 Tahun 2022
Tentang Ibu Kota Negara.
19. Bahwa dengan adanya Frasa kata dapat dalam Pasal 5 Ayat (4) UU IKN yang
berbunyi: “Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat
menteri, ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah
berkonsultasi dengan DPR”. Pasal ini memberikan ketidakpastian hukum
kepada Pemohon mengenai kedudukan Kepala Otorita IKN nyatanya berbeda
dengan konsep pemerintahan daerah yang mana Kepala Otorita IKN
berkedudukan setingkat menteri yang dipilih oleh Presiden. Adapun yang
Pemohon minta agar kata “setingkat menteri” dalam Pasal 5 Ayat (4) dihapus
yang nantinya mewajibkan Presiden untuk menjadikan Jabatan Panglima TNI
menjadi hak semua warga negara Indonesia dan bergiliran jadi keadilan antar
warga negara Indonesia menjadi terwujud.
20. Pemohon juga mengkhawatirkan Frasa kata dapat dalam Pasal 5 Ayat (4) UU
IKN yang berbunyi: “Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat
menteri, ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah
berkonsultasi dengan DPR”. Pasal ini memberikan ketidakpastian hukum
kepada Pemohon mengenai kedudukan Kepala Otorita IKN nyatanya berbeda
dengan konsep pemerintahan daerah yang mana Kepala Otorita IKN
berkedudukan setingkat menteri yang dipilih oleh Presiden. Adapun yang
Pemohon minta agar kata “ditunjuk, diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden” dalam Pasal 5 Ayat (4) dihapus yang nantinya diganti menjadi
“dipilih melalui pemilihan demokratis” sehingga menjadi hak semua warga
negara Indonesia memiliki kesempatan sebagai Kepala Pemerintahan Otoritas
Ibu Kota Nusantara.
21. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut diatas para pemohon benar-benar telah
dirugakan hak konstitusionalnya baik yang terjadi saat ini maupun
dikemudian hari sebagaimana terdapat dalam ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU
MK dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005 serta
Putusan Nomor 11/PUU-V/2007 yang menentukan 5 (lima) syarat kerugian
hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 ayat (1) UU MK, yaitu telah adanya hak dan/atau kewenangan
konstitusional pemohon yang diberikan oleh UUD 1945 yakni Pasal 4 Ayat
(1) “Presiden Republik Indonesia Memegang Kekuasaan Pemerintahan
Menurut Undang-Undang Dasar”. Pasal 28D Ayat (1): “Setiap Orang Berhak
Atas Pengakuan, Jaminan, Perlindungan, Dan Kepastian Hukum Yang Adil
Serta Perlakuan Yang Sama Di Hadapan Hukum”.
22. Bahwa Apabila prinsip checks and balances tidak dijalankan dengan baik.
maka ada kemungkinan akan terjadi tindakan kesewenang-wenangan yang
dilakukan salah satu pemegang kekuasaan negara karena tidak ada batas
kekuasaan dan tidak ada pengontrolnya. Kemungkinan lain yang timbul
adalah adanya intervensi atau bahkan saling melemahkan antar cabang
kekuasaan negara. Bila hal itu terjadi, akan dapat menimbulkan suasana
chaos, terjadi pelanggaran hak-hak rakyat dan pemerintahan yang tidak stabil
yang justru merugikan negara. Oleh karena itu, dengan penerapan prinsip
checks and balances maka kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi bahkan
dikontrol dengan sebaik-baiknya sehingga tidak akan terjadi penyalahgunaan
kekuasaan.
23. Bahwa berdasarkan penjelasan hak dan/atau kewenangan konstitusional
tersebut, dianggap telah dirugikan oleh berlakunya undang-undang yang
dimohonkan pengujian. Adanya hak dan/atau kewenangan tersebut harus
bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya potensial yang
menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi. Adanya
hubungan sebab-akibat (causal-verband) antara kerugian dimaksud dengan
berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian; dan adanya
kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian
konstitusional tersebut tidak akan atau tidak lagi terjadi Sehingga para
pemohon memiliki legal standing atau kedudukan hukum dalam perkara ini.

II. ALASAN-ALASAN PERMOHONAN PENGUJIAN


1. Bahwa 2 orang warga negara Indonesia melakukan uji materil terhadap
Pasal 5 Ayat (4) UU No 3/2022 tentang UU IKN. Bahwa pemohon adalah
para Akademisi Muda.
2. Bahwa Isu hukum yg diuji, PERTAMA : frasa “setingkat menteri” dalam
Pasal 5 ayat (4) UU IKN yang berbunyi “Kepala Otorita Ibu Kota
Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota
Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan
diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR”. Pasal ini
memberikan ketidakpastian hukum kepada Pemohon mengenai ketentuan
bentuk pemerintahan seperti apa yang akan dibangun di Otorita Ibu Kota
Nusantara.
3. Frasa kata “ditunjuk, diangkat dan diberhentian oleh Presiden” dalam
Pasal 5 Ayat (4) UU IKN yang berbunyi: “Kepala Otorita Ibu Kota
Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota
Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan
diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR”. Bahwa
Pasal tersebut diatas memberikan ketidakpastian hukum kepada pemohon
mengenai ketentuan jabatan Kepala pemerintahan yang wajib untuk
dipergilirkan oleh semua warga negara Indonesia berhak menjabat sebagai
kepala pemerintah.
4. Bahwa Penerapan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 Tentang
IKN, menimbulkan dampak negatif terhadap kerangka sistem demokrasi
yang hendak dibangun pada umumnya dan menimbulkan berbagai
implikasi serius terhadap pelembagaan Kepala Pemerintahan Otorita Ibu
Kota Nusantara pada khususnya. Penerpanan Pasal 5, dan khususnya
mekanisme fit af proper test, ditenggarai telah mengacaukan sistem
perundang-undangan, menciderai sistem presidensial yang dianut Negara
Indonesia, dan merusak kesantutan komunikasi politik antar negara.
Pertama terjadi politisasi terselubung terhadap Kepala Pemerintahan
Otoritas Ibu Kota Nusantara dengan adanya Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Nusantara.
5. Bahwa Pasal 28G UUD 1945, menyatakan: Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa yang aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. Pasal 28H ayat (1) UUD 1945,
menyatakan: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 28I ayat (4) UUD
1945, menyatakan: Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan
hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.
6. Bahwa Pemohon meminta agar kata “setingkat menteri” di dalam Pasal 5
ayat (4) tersebut diganti menjadi SETINGKAT DAERAH PROVINSI, yg
nantinya mewajibkan Presiden untuk menjadikan jabatan kepala
pemerintahan menjadi hak semua warga negara Indonesia dan bergilir jadi
keadilan antar warga negara Indonesia menjadi terwujud.
7. Bahwa para pemohon menganggap Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang No.
3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara, disebutkan bahwa pada Frasa
kata dapat dalam Pasal 5 Ayat (4) UU IKN yang berbunyi: “Kepala
Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus
Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk,
diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan
DPR”. Pasal ini memberikan ketidakpastian hukum kepada Pemohon
mengenai ketentuan kepala pemerintahan daerah khusus ibu kota
nusantara seperti yang tercantum dalam UUD 1945 tugas Menteri adalah
membantu presiden untuk membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan dan bukan sebagai Kepala Pemerintahan. Adapun yang
Pemohon minta agar kata “setingkat menteri” dalam Pasal 5 Ayat (4)
diganti menjadi “setingkat daerah provinsi” yang nantinya mewajibkan
Presiden untuk menjadikan tata cara pengelolaan Pemerintahan Otoritas
Ibu Kota Nusantara setara dengan daerah Provinsi di Indonesia.
8. Bahwa pada Pasal 5 ayat (4) UU IKN yang berbunyi “Kepala Otorita Ibu
Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota
Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan
diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR”. Dari
ayat tersebut dapat dilihat jika kata setingkat menteri menjadi setingkat
daerah provinsi maka akan mendapat kepastian dari negara sehingga
kepala Pemerintahan Otoritas Ibu Kota Nusantara bisa mendapat suatu
keadilan yang pasti.
9. Bahwa Pasal 28D Ayat (1) “Setiap Orang Berhak Atas Pengakuan,
Jaminan, Perlindungan, Dan Kepastian Hukum Yang Adil Serta Perlakuan
Yang Sama Di Hadapan Hukum” bahwa dalam pasal terdapat setiap orang
berhak mendapat pengakuan sehingga dalam kata dapat bisa menjadi kata
wajib, dimana hal ini kata “dapat” dalam Pasal 5 Ayat (4) diganti menjadi
wajib yang nantinya mewajibkan Presiden untuk menjadikan Kepala
Otorita Ibukota Nusantara menjadi hak semua warga negara Indonesia dan
bergiliran jadi keadilan antar warga negara Indonesia menjadi terwujud.
10. KEDUA, pemohon mengkhawatirkan keterlibatan DPR untuk ikut serta
memberikan persetujuan/melakukan uji kelayakan & kepatutan (fit &
proper test) kepada calon Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara yang
diusulkan oleh presiden.
11. Bahwa bunyi Pasal 5 ayat (4) :
12. Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri,
ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi
dengan DPR.
13. Bahwa Pasal yang dijadikan Batu uji adalah :
1. Pasal 18 ayat (1) UUD NRI 1945
b. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang—undang.
1. Pasal 18 ayat (3) UUD NRI 1945
c. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
1. Pasal 18 ayat (4) UUD NRI 1945
d. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis.
1. Pasal 28D ayat (1)
e. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum
14. Bahwa berdasarkan uraian-uraian dan alasan-alasan hukum tersebut diatas.
Pemohon meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk melakukan
pengujian terhadap ketentuan pasal Menyatakan Pasal 5 Ayat (4)
Undang-Undang No.3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6766) bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PETITUM
Berdasarkan seluruh uraian sebagaimana tersebut di atas, para
pemohon memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan
putusan sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2022 Tentang Ibu Kota Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6766) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
1945 Sepanjang dimaknai “Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara
merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang
berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan
diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan
DPR”. Diubah dengan pemaknaan “Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara
merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang
berkedudukan setingkat pemerintahan provinsiyaitu
Gubernur, dan dipilih secara demokratis.”.
3. Menyatakan Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang No. 3 Tahun
2022 Tentang Ibu Kota Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 41, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia
Nomor 6766) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik
Indonesia sebagaimana mestinya.
5. Atau apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Setelah para pemohon selesai membacakan dan menyampaika


isi pokok-pokok permohonan, Hakim Ketua memeriksa surat
permohonan dan mengatakan bahwa surat permohonan yang diajukan
oleh pemohon telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana telah diatur di
dalam undang-undang dan majlis hakim mengatakan bahwa surat
permohonan tersebut akan diperiksa pada persidangan selanjutnya.
Setelah tidak ad lagi hal-hal yang disampaikan oleh para pemohon
maupun oleh masing-masing hakim anggota, pada pukul 12.00 WIB
Ketua Majelis Hakim menyatakan sidang pemeriksaan pendahuluan
ditutup.
Demikian erita Acara Pemeriksaan Pendahuluan in dibuat danuntuk
ditandatangani oleh Ketua Majlis Hakim dan Panitera Pengganti.
 
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
JL. Medan Merdeka Barat No. 6, Kecamatan Gambir,
Jakarta Pusat, Telp. 0821135
Email: mahkamah konstitusi_jakarta@yahoo.com

SURAT PENETAPAN MAJLIS HAKIM PLENO

Nomor:18/PN/MK/XI/2022

"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Hakim Panel Pengadilan Mahkamah Konstitusi semu Jakarta, telah memeriksa


kelengkapan dan kejelasan muatan materi isi permchonan yang diajukan pada
sidang pemeriksaan pendahuluan surat permohonan Nomor : 001/PUU-XI/2019,
dalam perkara Permohonan Pengujian pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang Nomor
03 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara terhadap Pasal 18 Ayat (1), Pasal 18
Ayat (3), Pasal 18 Ayat (4), dan Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Selanjutnya disebut UUD NRI 1945)

Oleh karena itu kami selaku panitera menetapkan 7 (tujuh) Hakim Pleno dan 1
(satu) panitera pengganti yang mana telampir sebagai berikut:

1. Prof. Dr . Wahyu Jati Sentosa, S.H.,M.H. Hakim Ketua


2. Dr. Anisa Fitriani, S.H.,M.H. Hakim Anggota I
3. Dr. Inesti Suci Lestari, S.H.,M.H. Hakim Anggota II
4. Dr. Muhammad Raven, S.H.,M.H. Hakim Anggota III
5. Dr. Desita Anindita, S.H.,M.H. Hakim Anggota IV
6. Dr. Nadila Putri Ayu Minara, S.H.,M.H. Hakim Anggota V
7. Dr. Cherly Fira A, S.H.,M.H. Hakim Anggota VI
8. Sariaman, S.H Panitera pengganti
Untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan sangketa tersebut diatas, pada
sidang pemeriksaan selanjutnya yang jatuh pada Februari 2022.

Jakarta Pusat, Februari 2022

Mengetahui:

Panitera Ketua Majelis Hakim

Sariaman S.H Prof. Dr. Wahyu Jati S.H., M.H


MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
JL. Medan Merdeka Barat No. 6, Kecamatan Gambir,
Jakarta Pusat, Telp. 0821135
Email: mahkamah konstitusi_jakarta@yahoo.com

SURAT PENETAPAN HARI SIDANG

Nomor:20 /PN/MK/XI/2022

"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Majelis Hakim Pengadilan emu Mahkamah Konstitusi Jakarta, telah memeriksa


kelengkapan dan kejelasan muatan isi materi permohonan yang bertanggal
Februari 2022 Nomor : 18/PUU-X1/2022, yang diajukan pemohon dalam
permohonannya mengenai Pengujian pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 03
Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara terhadap Pasal 18 Ayat (1), Pasal 18 Ayat
(3), Pasal 18 Ayat (4), dan Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (Selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yang
diajukan oleh:

1. Nama : Sariaman Marbun, S.H

Tempat/tanggal lahir : Medan, 01 Januari 1987

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan : Dosen

Alamat : JL. Meranti No.4 Sleman,Yogyakarta.

Selanjutnya disebut ………………………………….……………..Pemohon I

2. Nama : Fahrizal
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 31 Januari 2000
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : JL. Teluk Mandar No.70 Jakarta

Selanjutnya disebutkan……………………………………………….Pemohon II

Menimbang, bahwa untuk memriksa, mengadili dan memutuskan sangeta tersebut


maka panitera Mahkamah Konstitusi menetapkan Persidangan, selanjutnya dalam
sangketa tersebut jatuh pada Hari Jum'at, Februari 2022 yang akan diadili oleh 7
Hakim Pleno dan 1 Panitera pengganti yang telah di tetapkan sebelumnya.

Jakarta Pusat, Februari 2022

Mengetahui:

Panitera Ketua Majelis Hakim

Sariaman S.H Prof. Dr. Wahyu Jati S.H., M.H


MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
JL. Medan Merdeka Barat No. 6, Kecamatan Gambir,
Jakarta Pusat, Telp. 0821135
Email: mahkamah konstitusi_jakarta@yahoo.com

SURAT PANGGILAN PARA PIHAK

Nomor:125/PN/MK/XI/2022

Majlis Hakim Persidangan Mahkamah Konstitusi telah memeriksa kelengkapan


dan kejelasan muatan isi materi permohonan dalam perkara Permohonan
Pengujian pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2022 Tentang Ibu
Kota Negara terhadap Pasal 18 Ayat (1), Pasal 18 Ayat (3), Pasal 18 Ayat (4), dan
Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (Selanjutnya disebut UUD NRI 1945) Nomor : 001/PUU-XI/2019. Kami,
Panitera Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia atas perintah Hakim, dengan
ini memanggil:

1. Nama : Sariaman Marbun, S.H

Tempat/tanggal lahir : Medan, 01 Januari 1987

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan : Dosen

Alamat : JL. Meranti No.4 Sleman,Yogyakarta.

2. Nama : Fahrizal
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 31 Januari 2000
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : JL. Teluk Mandar No.70 Jakarta


.............................................PEMOHON………………………..

BIODATA TERMOHON

Untuk dapat hadir dalam menjalankan sidang sangketa pemeriksaan selanjutnya,


yang dilakukan oleh Majelis Hakim Pleno, pada Hari Jum'at, Februari 2022, dan
menetapkan bahwa tenggang antara hari panggilan dan hari persidangan sekurang-
kurangnya tiga hari.

Jakarta, Februari 2022

Panitera

Sariaman S.H

Anda mungkin juga menyukai