HIP ADDUCTION
Oleh:
Fahra Rusyda Amalia F. 432221070
Nur Azizah Fitri 432221092
Muhamad Rizky 432221093
Nadia Icha Febrianti 432221094
Dimas Vicenza 432221095
1. DASAR TEORI
Penilaian kekuatan otot pada orang yang kooperatif dilakukan dengan menilai tenaga
pasien secara berbanding dengan tenaga si pemeriksa yang menahan suatu corak gerakan
yang dilakukan oleh pasien. Pada orang-orang dalam keadaan tidak sadar atau tidak
kooperatif penilaian tenaga dilandaskan atas inspeksi dan observasi terhadap gerakan-
gerakan yang diperlihatkan. Dalam hal ini pengetahuan miologi dan persarafan otot skeletal
masing-masing harus dimiliki, agar mengetahui otot atau saraf motorik mana yang sedang
dinilai fungsinya. Penilaian dan penderajatan kekuatan otot masing-masing dapat
diselenggarakan, di mana mahasiswa yang diperiksa kekuatan ototnya dapat menguatkan
atau mengurangi kekuatan ototnya secara volunter, dan kawan mahasiswa yang mendapat
giliran untuk melakukan tindakan pemeriksaan motorik dapat menilai dan menderajatkan
secara tepat. Dalam latihan ini si pemeriksa harus mampu mengenal perbedaan kekuatan
masing-masing otot. Baik dalam latihan maupun dalam melakukan profesi, pemeriksaan
motorik selalu berarti pemeriksaan terhadap bagian tubuh kedua sisi. Ini berarti bahwa
kekuatan otot pun dinilai secara banding antara kedua sisi.
a. Gerakkan salah satu bagian anggota gerak. Metoda ini mudah dimengerti oleh penderita
dan tidak sulit untuk dilaksanakan pasien yang mempunyai kekurangan tenaga yang
ringan.
b. Penderita diminta untuk menggerakan bagian anggota geraknya dan si pemeriksa
menahan gerakan yang akan dilaksanakan pasien itu. Metode ini lebih cocok untuk
memeriksa pasien dengan kekurangan tenaga yang ringan sampai sedang.
c. Penderita diminta untuk melakukan gerakan ke arah yang melawan gaya tarik bumi dan
mengarah ke jurusan gaya tarik bumi. Metode ini cocok untuk menilai tenaga otot yang
sangat kurang.
d. Penilaian dengan jalan inspeksi dan palpasi gerakan otot. Metode ini diterapkan jika
metoda a dan b kurang cocok untuk diselenggarakan, misalnya menilai kekuatan otot
maseter atau otot temporalis.
Kekuatan berderajat 0 atau dalam presentasi kekuatan ialah 0%, jika tidak timbul
kontraksi otot dalam usaha untuk mengadakan gerakan volunter. Jika terdapat sedikit
kontraksi, maka derajatnya ialah 1 (= 10%). Apabila terdapat hanya jika gaya tarik bumi
tereliminasi, maka derajat kekuatan otot adalah 2 (= 25%). Dalam hal ini dapat diberi contoh
otot-otot fleksor lengan bawah yang dapat menekukkan lengan di sendi siku hanya apabila
lengan bawah sudah bersudut 90 derajat terhadap lengan atas pada pasien yang diperiksa
dalam posisi telentang. Derajat tenaga otot adalah 3 (= 50%) apabila gerakan volunter
melawan gaya tarik bumi dapat dilakukan secara penuh namun tanpa penahan. Bila dengan
penahan sedang, gerakan volunter masih dapat dilakukan, maka derajat kekuatan otot adalah
4 (= 75%). Apabila gerakan volunter melawan gaya tarik bumi dan dengan penahanan penuh
masih dapat dilakukan, maka kekuatan otot itu berderajat 5 (= 100%)
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
4. PRASYARAT
a. Pengetahuan Dasar
● Anatomi dasar
● Fisiologi dasar
● Dasar musculoskeletal
b. Praktikum dan Skill yang Terkait Dengan Pemeriksaan MMT
● Komunikasi
● Informed consent
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2. DESKRIPSI KEGIATAN
3. PROSEDUR KEGIATAN
N LANGKAH / PROSEDUR
O PEMERIKSAAN
1. Adduksi Hip
Nilai 2 (Lemah)
11) Instruksi untuk pasien : “Bawa kaki anda mendekati kaki yang satunya”
12) Pasien meng-adduksikan ekstremitas yang dites dengan full ROM. Nilai
2 (Lemah)
Nilai 1 (Sangat lemah) dan Nilai 0 (Tidak ada kekuatan sama sekali)
14) Posisi terapis : berdiri pada sisi ekstremitas yang akan dites. Satu tangan
menyanggah ekstremitas pada bagian bawah ankle. Lengan yang lain
palpasi otot adductor pada bagian proksimal medial paha.
15) Tes : pasien berusaha meng-adduksikan hip
16) Instruksi untuk pasien : “Coba bawa kaki anda ke sisi dalam”
17) Dapat dirasakan adanya kontraksi pada otot tapi tidak ada gerakan yang
terlihat. Nilai 1 (sangat lemah)
18) Tidak dapat dirasakan adanya kontraksi pada otot. Nilai 2 (Tidak ada
1. Hasil
MMT digunakan dalam rehabilitasi dan pemulihan untuk mengevaluasi unit
kontraktil, termasuk otot dan tendon, serta kemampuan untuk menghasilkan kekuatan. Ketika
digunakan sebagai bagian dari rehabilitasi, MMT merupakan alat evaluatif yang penting
untuk menilai gangguan dan kekurangan dalam kinerja otot, termasuk kekuatan, tenaga, atau
daya tahan. Penurunan fungsi otot dapat terjadi akibat sejumlah masalah, termasuk:
a. Cedera muskuloskeletal
b. Mobilisasi sendi untuk waktu yang lama
c. Ketidakaktifan
d. Penyakit atau gangguan neuromuskular
Mengidentifikasi kerusakan pada otot atau kelompok otot tertentu merupakan bagian
penting dalam menentukan program rehabilitasi yang dapat mencakup latihan terapi. MMT
adalah metode evaluasi diagnostik yang digunakan oleh terapis. Tes otot dapat dilakukan
dengan menggunakan tes kekuatan manual (MMT), tes fungsional, dan dinamometer.
Pengujian kekuatan otot manual adalah salah satu bentuk pengujian otot yang paling umum
digunaka..Dengan MMT, bagian tubuh yang sesuai untuk diuji pada titik tertentu dalam
rentang gerak yang tersedia, bekerja melawan gravitasi atau saat terapis memberikan
perlawanan manual yang berlawanan untuk menentukan kelas otot. MMT adalah bagian
penting dari pemeriksaan fisioterapi dan penilaian kekuatan keterampilan. MMT
memberikan informasi yang diperlukan praktisi rehabilitasi yang dapat membantu dalam
merencanakan intervensi, modifikasi, atau perawatan yang tepat. MMT memiliki kelemahan,
misalnya hasil pengujian mungkin terhambat oleh kemampuan terapis untuk memberikan
perlawanan yang memadai.
MMT hip adduction melibatkan otot yakni:
a. Adduktor magnus
b. Adduktor brevis
c. Adduktor longus
d. Pectineus
e. Gracilis
Otot-otot di atas akan menghasilkan adduksi pada antara paha dan pinggul, di mana
paha ditarik ke arah atau melewati bidang median. Adduksi unilateral terkuat saat
sendi pinggul berada dalam posisi anatomis. Sementara itu, adduksi sinergi bilateral
paling kuat saat pinggul dan lutut ditekuk dan dipanjangkan, misalnya saat menahan
beban. Otot-otot ini membentuk stabilisasi dan keseimbangan panggul dan postur
tubuh saat berdiri, berjalan, atau berlari.
gambar 3. terapis memberi tekanan pada kaki di bawah dan menginstruksikan pasien untuk
menahannya
2. PEMBAHASAN
Pasien mampu untuk menahan gaya yang diberikan terapis dan mempertahankan
kedudukan kakinya. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien mendapat nilai 5
dalam tes ini. Grade ini berarti pasien mampu menyelesaikan seluruh rentang gerak
(pergerakan) melawan gravitasi sementara praktisi menerapkan ketahanan maksimum.
Namun, dalam pelaksanaan praktikum ini pasien menemukan kesulitan dalam
menjalankan perannya, yaitu ketidaknyamanan saat menjalani tes adduksi hip karena
keterbatasan dalam penunjang praktikum seperti meja tempat berbaring pasien. meja yang
kami gunakan memiliki panjang yang lebih pendek dari tinggi badan pasien. Dari hal
tersebut muncullah rasa tidak nyaman pasien yang bisa berpotensi encok namun
beruntungnya pasien tidak apa-apa. Pasien termasuk seorang remaja akhir yang mempunyai
tubuh sehat dan kuat sehingga walaupun terkendala dalam prakteknya masih tetap
menghasilkan output nilai yang bagus yaitu nilai 5.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Setiap orang memiliki postur tubuh yang berbeda-beda. Kemampuan untuk bergerak
dan beraktivitas secara efisien dan efektif merupakan salah satu hal yang tidak kalah penting
dari memiliki postur tubuh yang baik saat bergerak statis maupun dinamis yang merupakan
aspek dalam sisi estetika. Postur tubuh yang buruk dapat berdampak negatif pada seseorang
tersebut, bisa seperti mudah kelelahan, risiko terkena cedera lebih tinggi, dan kemampuan
otot tidak bekerja maksimal. Oleh karena itu, postur yang baik adalah postur yang seimbang
antara otot dan tulang agar ketika bergerak, tubuh dapat melakukan koordinasi dengan baik.
2. SARAN
Sebagai manusia kita harus menjaga postur tubuh dengan baik agar tetap proporsional
sehingga dapat melakukan kegiatan tanpa ada kendala. Postur tubuh yang baik dapat dijaga
dengan cara menegakkan badan dan tidak membungkuk, hindari tidur di meja, sering
meregangkan leher, olahraga, serta periksa ke dokter bila perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Manual Muscle Testing: Hip Adduction. Physiopedia. Published 2013. Accessed December 9, 2022.
https://www.physio-pedia.com/Manual_Muscle_Testing:_Hip_Adduction
Tim. 9 Cara Memperbaiki Postur Tubuh Agar Tegap dan Proporsional. gaya hidup. Published
October 7, 2020. Accessed December 9, 2022.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200930155911-260-552800/9-cara-
memperbaiki-postur-tubuh-agar-tegap-dan-proporsional