Anda di halaman 1dari 3

Tangani Limbah Medis dengan Incenerator Mandiri

Surabaya, memorandum - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo


Surabaya melakukan penanganan mandiri terhadap sampah medis dan limbah
bahan berbahaya dan beracun (LB3) di Instalasi Sanitasi Lingkungan.
Kepala Instalasi Sanitasi Lingkungan RSUD Dr Soetomo Rini Ekowati menjelaskan,
RSUD Dr Soetomo sudah memiliki alat incenerator mandiri untuk menghancurkan
limbah Bahan  Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut.
“Seperti sampah bekas pemakaian masker, botol obat, tisu, alat pelindung diri (APD)
dan masih banyak lagi, semua LB3 itu dikemas sendiri menggunakan wadah tertutup
yang bertuliskan Limbah Infeksius,” jelasnya saat dikonfirmasi, Kamis (22/10).
Rini mengatakan bahwa kebutuhan APD di Jatim cukup tinggi, Namun untuk
pengolahan limbahnya sudah dipersiapkan. Menurutnya RSUD dr Soetomo memiliki
incenerator berkapasitas besar yang sudah baik.

“Bahkan disini sering menerima titipan dari RS lain. Limbah medis dihancurkan
dalam suhu 800 derajat celcius,” ucapnya.

Pemilahan limbah B3 di RSUD Dr. Soetomo dilakukan dengan memisahkan tempat


penampungan / wadah dari sampah medis di ruangan menjadi tiga macam yaitu
wadah sampah medis tajam, wadah sampah medis lunak dan wadah LB3.
“Hal ini dilakukan agar LB3 sudah terpilah mulai dari sumbernya di ruangan
berdasarkan jenis, kelompok, dan karakteristik limbah B3,” ungkap Rini.
Limbah medis yang tidak dikelola dengan baik dapat memperbesar kemungkinan
potensi limbah rumah sakit dalam mencemari lingkungan serta menularkan penyakit
dan juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. “terutama dalam upaya mencegah
dan memutus penularan Covid-19,” imbuh Rini. (mg1)
Foto: Machfud Arifin Silaturahmi dengan Forkas Jatim

MA-Ju Sosok Pemimpin Idaman Para Pengusaha

Surabaya, memorandum - Para pengusaha yang tergabung dalam Forum Komunikasi


Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jawa Timur menyatakan dukungan kepada Pasangan
Calon Walikohta dan Wakil Walikota Surabaya Machfud Arifin dan Mujiaman
Sukirno.

Wakil Ketua Forkas Jawa Timur Peter Tjiue mengaku, Forkas memandang Machfud-
Mujiaman (MA-Ju) memiliki kinerja yang telah terbukti keberhasilannya. “Dengan
pengalaman beliau, kami percaya MA-Ju bisa merealisasikan semuanya, bukan
hanya janji karena beliau sangat tahu Surabaya," ujarnya saat bertemu dengan
Machfud Arifin di Hotel Bumi Surabaya, Kamis (22/10).

Sebagai pengusaha, Forkas mendambakan pemimpin Surabaya yang bisa menjaga


kondusifitas dan menaikkan suasana berbisnis di Surabaya, terlebih dengan
pengalaman Mach Arifin menjadi Kapolda Jawa Timur.

“Visi-misi Machfud-Mujiaman sangat cocok dengan pengembangan ekonomi yang


butuh pekerja baru dan sangat bermanfaat untuk membina Surabaya menjadi lebih
baik,” papar Peter.

Peter mengungkapkan, Forkas menginginkan peningkatan iklim investasi di Surabaya


dan mencover Surabaya dari bawah sampai atas. Salah satunya menghidupkan
kembali Jalan Tunjungan yang sangat legendaris, baginya Tunjungan saat ini mati
suri tidak seperti yang ada dalam lagu mlaku-mlaku nang Tunjungan.

“Peningkatan itu bisa dicapai jika Surabaya bisa tentram dan aman, nah ini juga sisi
positifnya pak Machfud yang pengalaman mengamankan Jawa Timur apalagi
Surabaya. Kami tidak ingin jam 9 ( pukul 21.00 WIB) sudah mati, kami butuh
pengembangan ekonomi," terangnya. (mg1)
Foto: Sidi Ahmad Nasih, Warga warga Kebonsari Jambangan Surabaya

Santri Bukan Anak Tiri

Surabaya, memorandum – Sidi Ahmad Nasih, warga Kebonsari Jambangan Surabaya


mengatakan, Walikota Surabaya kedepannya mau memberikan perhatian terhadap
keberlangsungan Pendidikan di Pesantren.

Bertepatan dengan hari Santri Nasional, Kamis (22/10/2020) ini, Sidi menyampaikan
bahwa mimpi seluruh santri di Indonesia adalah untuk bisa terus melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, baik perguruan tinggi, kedokteran, dan
kepolisian,

“Kami juga punya mimpi yang sama dengan mereka yang mengenyam Pendidikan
diluar pesantren, Kami di pesantren menyeimbangkan keilmuan dan keagamaan
agar tak dibutakan oleh dunia,” ujarnya.

Pria lulusan pesantren tahun 2011 itu juga mengatakan bahwa memang benar
pondok pesantren tidak berpolitik. “Namun pemimpin harusnya adalah orang yang
tidak membedakan rakyatnya, saya mendambakan pemimpin yang mau merangkul
para pejuang fisabilillah (di jalan Allah, red) ini,” ungkapnya. (mg1)

Anda mungkin juga menyukai