Anda di halaman 1dari 5

LAMUN

Yuna Suma Prawira (B1A019014), Adhytia Marcel Junior (B1A019038),Muhammad Zikri


Hazmi (B1A019043), Panji Muhammad Dermawan (B1A019068), Dimas Bahasar
(B1B019002), Eriska Fathur Rohmah (B1B019012)
Biologi Laut, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
Email: sririani92@gmail.com

Pendahuluan perikanan laut lepas, dan untuk


Lamun (Seagrass) atau sering juga habitat lainnya, seperti rawa payau,
disebut ilalang laut adalah tumbuhan terumbu karang, dan hutan
berbunga (Angiospermae) yang hidup mangrove (Maabuat, 2012) Praktikum
menyesuaikan diri sepenuhnya di dalam air bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
laut Semua tumbuhan lamun adalah dan kerapatan lamun yang ada di Karimun
tumbuhan berbiji tunggal (Monokotil) yang Jawa
memiliki akar, rimpang (Rhizoma),daun, Metode
bunga dan buah seperti halnya tumbuhan Alat yang digunakanpadapraktikum
darat.Padadaerahtropis, ekosistem lamun kali ini meliput transek, Kamera,alat
menempatibeberapa habitat pantai tetapi tulis,plastik, beserta bahan yang digunaka
secara khas menempati tempat terdangkal meliputi lamun
berpasir dan berlumpur serta dekat Cara kerja yang dilakukan dilapangan
dengan wilayah pantai. Selain itu, adalah 1. Buat line transec sepanjang 10
lamun sering dijumpai berasosiasi meter 2. Letakkan transec plot sepanjang
dengan mangrove dan terumbu karang line transec pada 0 meter, 5 meter,dan 10
(Bengkal et al,2019) meter 3. Pada setiap plot diamati total
Habitat lamun atau padang lamun individu setiap spesies dan kondisi lamun
sering merujuk lingkungan dengan tutupan dalam persentase 4. Data dicatat dan lakukan
vegetasi yang didominasi oleh tumbuhan dokumentasi 5. Analisis data dilakukan di
angiosperma laut, meskipun ditemukan pada lab, praktikum tersebut dilaksanakan di
lingkungan masih ditemukan karang. Kepulauan Karimunjawa. Pengamatan
Berkaitan dengan areal padang lamun adalah laboratorium dilakukan di Laboratorium
habitat dari jumlah echinodermata remaja, Fakultas Biologi Unsoed.
juga diamati di Eosen Florida, yang dapat Analisis yang digunakan meliputi
menunjukkan fungsi padang lamun sebagai analisis. Analisis data yaitu
habitat pembibitan dimasa lalu geologis. identifikasi jenis lamun dilakukan
(Patech & Santoso, 2020) secara insitu. Untuk mengetahui
Ekosistem lamun merupakan keanekaragaman digunakan
salah satu ekosistem bahari yang perhitungan nilai kerapatan jenis dan
produktif, selain sebagai sumber kerapatan relatif, frekuensi dan
produktifitas primer di perairan juga frekuensi relatif, penutupan jenis dan
memiliki arti penting bagi hewan penutupan relatif lamun, serta untuk
yang hidup di area padang lamun, menduga keseluruhan dari peranan
diantaranya menyediakan daerah suatu jenis lamun dilakukan dengan
perawatan (nursery area) bagi perhitungan Indeks Nilai Penting
banyak spesies yang menyokong
(INP). Nilai keanekaragaman diperoleh
dengan menggunakan
indeks keanekaragaman Shannon-
Wienner . Menurut Hamzati,&Aunurohim, KR FR
(2013) untuk melihat keanekaragaman jenis K (Ker F (Fre
Nama Ju I
dapat dilakukan dengan (Ker apat (Fre kue
Spesi ml N
menggunakan rumus : apata an kuen nsi
es ah P
n) Rela si) Rela
H’ = - Σ ( ) ln( ) tif) tif)
Dengan : T.He 50 66,7 63,3 1 50% 11
H’= nilai indeks keanekaragaman jenis mpric % 3,
ni = jumlah individu jenis i hii 3
N = jumlah total individu C.Rot 29 38,7 36,7 1 50% 86
undat % ,7
Untuk mengetahui nilai Kekayaan
a
Jenis antar jenis Lamun dapat diketahui Tabel2. Kerapatan, Frekuensi, dan INP Lamun di
dengan menggunakan Indeks Kekayaan Karimun Jawa
Margalef sebagai berikut:
Hasil Perhitungan berdasarkan data tabel
R= diatas sebagai berikut:

T.Hemprichii:
R= indeks kekayaan jenis
S= jumlah total jenis dalam suatu plot Nilai Keanekaragaman=
Ln= logaritma natural
N= jumlah total individu dalam suatu
H’ = - Σ ( ) ln( )
habitat
Untuk mengetahui nilai kemerataan H’ =- Σ ( ) ln( )
antar jenis Lamun adalah dengan rumus :
H’ = - Σ 0,63 x ln 0,63
E=
H’ =- 0,63 X -0,42
Dengan : H’ = Indeks keanekaragaman H’ = 0,291
Shannon
E = nilai kemerataan antara jenis Nilai Kekayaan Jenis:
Hasil
Hasil yang didapat direpresentasikan
R=
sebagai berikut.

Transek T.Hemprichii C.Rotundata R=


Transek 20 2
1
Transek 15 5 R= = 0,23
2
Transek 15 22
3 Nilai Kemerataan :
Tabel1. Data Keanekaragaman Lamun

E=
E= = 1,26
C.Rotundata
Nilai Keanekaragaman= dipengaruhi oleh jenis dan kandungan bahan
organic dalam substrat dasar. Pada penelitian
H’ = - Σ ( ) ln( ) Riniatsih (2016) ditemukan ekosistem
H’ =- Σ ( ) ln( ) mangrove didekatnya, dengan adanya
ekosistem mangrove di lokasi terebut banyak
H’ = - Σ 0,37 x ln 0,37
memberikan sumbangan nutrient yang
H’ =- 0,37 X -0,99 masuk dari areal mangrove sebagai hasil
dekomposisi dari serasah mangrove.
H’ = 0,36 Penelitian yang dilakukan di Karimun Jawa
Nilai Kekayaan Jenis: terletak di gundukan pantai kecil ditengah
laut yang tidak ditemukan ekosistem
R= mangrove didekatnya sehingga
mempengaruhi sedikitnya keanekaragaman
lamun.
R= Ekosistem padang lamun
merupakan suatu ekosistem yang
R= = 0,23 kompleks dan mempunyai fungsi dan
manfaat yang sangat panting bagi
Nilai Kemerataan : perairan wilayah pesisir. Secara
taksonomi lamun (seagrass) termasuk
E= dalam kelompok Angiospermae yang
hidupnya terbatas di lingkungan laut
E= = 1,56 yang umumnya hidup di perairan
dangkal wilayah pesisir.
Hasil analisis keanekaragaman lamun Komunitas Lamun sangat berperan
dengan menggunakan indeks penting pada fungsi-fungsi biologis dan
keanekaragaman Shannon-Wienner seperti fisik dari lingkungan pesisir. McRoy &
yang ditunjukkan pada perhitungan Hefferich(1977)menyatakan bahwa, padang
diatas,mendapatkan nilai < 1 menurut lamun di daerah tropis merupakan ekosistem
Magurran (1988) H’<1 menandakan bahwa alam yang paling produktif. Data yang
keragaman lamun di daerah penelitian masuk pernah diperoleh, produktifitasnya bisa
ke kategori rendah hal ini juga dibuktikan sampai 1.300 sampai dengan 3000 gr berat
dengan bukti bahwa hanya ditemukan nya 2 kering /m2/ tahun. Selain
spesies lamun di area penelitian. Selain itu produktifitasnya yang tinggi, lamun juga
nilai kekayaan jenis dan kemerataan nya juga mempunyai kecepatan pertumbuhan yang
tergolong rendah yaitu hanya 0,23 dan1,56 tinggi.
Berdasarkan Penelitian Riniatsih, (2016) Ekosistem pantai sperti mangrove dan
Nutrien yang ada pada ekosistem lamun padang lamun memberikan banyak servis
memiliki pengaruh yang penting terhadap yang penting untuk penyesuaian perubahan
keanekaragaman jenis lamun. Hal ini sesuai iklim. Sebagai contoh perlindungan dari
penelitian Riniatsih et al (2007) yang badai dan kenaikan permukaan air laut,
memperlihatkan hasil bahwa sebaran jenis pencegahan erosi garis pantai, penyesuaian
lamun selain dipengaruhi oleh sebaran kualitas air pantai, penyediaan habitat bagi
nutrien perairan dan sedimen juga perikanan yang penting secara komersil dan
spesies laut yang terancam punah, serta
ketahanan pangan bagi banyak masyarakat Daftar Referensi
pesisir. Salah satu servis ekosistem yang Bengkal, K., Manembu, I., Sondak, C.,
Wagey, B., Schaduw, J. and
disediakan oleh mangrove dan padang lamun
Lumingas, L., 2019. Identifikasi
dalam hubungan memerangi perubahan iklim keanekaragaman lamun dan
global adalah menyerap dan menyimpan ekhinodermata dalam upaya
sejumlah besar karbon biru (blue carbon) konservasi. Jurnal Pesisir dan Laut
yang berasal dari atmosfer dan samudra Tropis, 7(1), pp.29-39.
sehingga kini diakui perannya dalam Hamzati, N. S., & Aunurohim, A. (2013).
menanggulangi perubahan iklim (Sondak, Keanekaragaman burung di
beberapa tipe habitat di bentang
2015) Walaupun memberikan banyak
alam Mbeliling bagian barat, Flores.
keuntungan dan layanan, ekosistem karbon Jurnal Sains dan Seni ITS, 2(2),
biru pesisir merupakan salah satu ekosistem E121-E126.
yang paling terancam di Bumi, dengan Maabuat, P.V., 2012. Keanekaragaman
sekitar 340.000 hingga 980.000 hektar Lamun di Pesisir Pantai Molas,
ekosistem ini dihancurkan setiap tahunnya Kecamatan Bunaken Kota Manado
(Murray et al., 2011). Diperkirakan sampai (Biodiversity of Seagrass on Molas
Seashore in Bunaken Subdistrict,
dengan 67% dan sedikitnya 35% dan 29%
Manado). Jurnal Bios Logos, 2(1)
dari seluruh cakupan global hutan bakau, McRoy, C.P. & C. Helferich. (1977). "Sea
rawa pasang surut, dan padang lamun, secara Grass Ecosystem" Marcel Dekker
berurutan, telah hilang. Jika hal ini berlanjut Inc. New York & Basel pp. 314.
terus dengan laju yang tetap, maka 30-40% Murray, B.C., Pendleton, L., and Sifleet, S.
rawa pasang surut dan padang lamun dan 2011. State of the Science on
Coastal Blue Carbon: A Summary
hampir semua bakau yang tidak dilindungi
for Policy Makers. In: Nicholas
akan hilang dalam 100 tahun ke depan Institute for Environmental Policy
(Pendleton et al., 2012). Saat terdegradasi Solutions Report NIR 11-06, P. 1-
atau hilang, ekosistem ini akan menjadi 43.
sumber gas karbon dioksida rumah kaca Patech, L.R., Syukur, A. and Santoso, D.,
yang besar 2020. Kelimpahan dan
Kesimpulan Keanekragaman Spesies
Dari pembahasan tersebut, maka dapat Echinodermata sebagai Indikator
Fungsi Ekologi Lamun di Perairan
disimpulkan, Ada 2 jenis lamun yang telah
Pesisir Lombok Timur. Jurnal
ditemukan di Karimun Jawa. Yaitu Thalassia Sains Teknologi dan Lingkungan,
hemprichii dan Cymodocea rotundata. Nilai 6(1), pp.40-49.
kerapatan relatif dan INP tertinggi ada pada Pendleton, L., Donato, D.C. Murray, B.C.,
Thalassia hemprichii dengan nilai 63,3% dan Crooks, S. W.A., Sifleet, C. Craft,
113,3%. Nilai keanekaragaman lamun J.. Fourqueran, W.A., Kauffman,
daerah Karimun Jawa hanya 0,36 dan 0,291 J.B., Marbà, N., Megonigal, P.,
Pidgeon, E., Herr, D., Gordon, D.,
menurut analisis Shannon wiener nilai
and Balder, A. (2012): Estimating
keragaman < 1 termasuk kategori sedikit. Global “Blue Carbon” Emissions
Sedikitnya keragaman lamun daerah from Conversion and Degradation
Karimun Jawa disebabkan tidak adanya of Vegetated Coastal Ecosystems.
penyuplai nutrient tambahan seperti PLoS ONE 7(9): e43542
ekosistem mangrove.
Riniatsih, I., & Widianingsih. 2007.
Kelimpahan dan Pola sebaran
Jurnal Kelautan Tropis November
2016 Vol. 19(2):101–107
Distribusi Jenis Lamun
Dihubungkan dengan Sebaran
Nutrien Perairan (Ita Riniatsih) 107
Kerang-kerangan (Bivalvia) di
Ekosistem Padang Lamun Perairan
Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol
12 (1) Maret 2007.
Riniatsih, I. (2016). Distribusi Jenis Lamun
Dihubungkan dengan Sebaran
Nutrien Perairan di Padang Lamun
Teluk Awur Jepara. Jurnal
Kelautan Tropis, 19(2), 101-107.
Sondak, C. F. (2015). Estimasi potensi
penyerapan karbon biru (blue
carbon) oleh hutan mangrove
Sulawesi Utara. Journal Of Asean
Studies On Maritime Issues, 1(1),
24-29.

Anda mungkin juga menyukai