Anda di halaman 1dari 14

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROALGA DI PULAU TIDUNG KECIL,

KEPULAUAN SERIBU
1
Aurigha Haidar Brabo , Anisa Nurrismawati , Aisyah Watdatul .J. , Kholifah Nuraini,
Rinjani Ayu Rizkia, Emyra Deska R.U , Hasna Hanifa , Shania Putri
1
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Jl.Rawamangun Muka , Jakarta Timur , Indonesia.Tel : +62 214894909 * E-mail
Address:aurigahaidar@12@gmail.com

Abstract

Macroalgae is a group of plants that has a structure which cannot be defined between
root, stem , and leaves like the other higher (vascular) plants. The distribution of macroalgae
is generally found in Indonesian water such as Tidung Island in Kepulauan Seribu. This
research aims to know the community structures which include diversity, evenness , and
dominance of macroalgae found in Tidung Island. This research is conducted in February
2019 using descriptive methode and random sampling technic to determine the research
location. Based on the result, the diversity index of both locations is categorized as a low, the
dominance index of both locations is low, and the evenness index of south-side of sea
showing the result as low and for the north-sides of sea showing the result as medium.

Keywords: diversity, ecological, substrate

Abstrak

Makroalga adalah sekumpulan tumbuhan yang struktur tubuhnya tidak dapat


dibedakan antara akar,batang, dan daun seperti halnya pada tumbuhan tinggi sehingga tubuh
makroalga disebut sebagai talus. Persebaran makroalga umumnya banyak ditemukan di
perairan Indonesia misalnya di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas yang meliputi keragaman, keseragaman dan
dominansi dari makroalga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2019
menggunakan metode deskriptif dengan penentuan lokasi random sampling. Berdasarkan
hasil penelitian didapat hasil berupa indeks keanekaragaman rendah, indeks dominansi di
kedua lokasi penelitian menunjukkan kategori rendah, serta indeks keseragaman pada lokasi
penelitian pantai bagian selatan rendah dan pantai bagian utara sedang.
Kata Kunci : keanekaragaman, ekologi, substrat
PENDAHULUAN

Kepulauan Seribu adalah salah satu kabupaten administratif dari wilayah DKI Jakarta
yang tingkat keasrian dan keindahan alamnya masih cukup terjaga. Sebagai satu-satunya
pulau yang terletak di wilayah DKI Jakarta, maka pemerintah telah menetapkannya sebagai
salah satu wilayah konservasi yang dilindungi oleh Undang-Undang. Salah satu pulau yang
terletak di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah Pulau Tidung. Pulau Tidung
memiliki luas sekitar 106 hektar yang terbagi atas Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung
Kecil. Antara kedua pulau tersebut dihubungan oleh suatu jembatan panjang yang disebut
Jembatan Cinta oleh penduduk sekitar. Pulau yang terletak di Teluk Jakarta ini menyimpan
keindahan serta beragam spesies hewan dan tumbuhan yang masih hidup saat ini salah
satunya adalah keberadaan alga.
Alga merupakan salah satu tumbuhan yang merupakan organisme tingkat rendah dan
memiliki kelimpahan yang tinggi di perairan Indonesia sehingga menjadi habitat bagi 88 jenis
alga dari seluruh alga di dunia (Tomascik et al. 2013). Secara umum, alga dapat dibedakan
menjadi makroalga dan mikroalga. Makroalga merupakan kelompok alga yang mampu dilihat
oleh mata tanpa alat bantu apapun serta berukuran besar, sedangkan mikroalga adalah
kelompok alga yang membutuhkan alat bantu untuk melihatnya misalnya menggunakan
mikroskop. Makroalga diklasifikasikan kedalam 4 kelompok utama berdasarkan kandungan
pigmen fotosintesis, yaitu Chlorophyta (green algae) yang mengandung klorofil, Phaeophyta
(brown algae) yang mengandung karotenoid dan Rhodophyta (red algae) yang mengandung
Phycobilins (phycoerythrin) dan Cyanophyta yang mengandung fikobilin (John,D.M,Whitton
BA,Brook AJ,2011).
Dari struktur morfologi, makroalga merupakan tumbuhan yang tidak dapat dibedakan
strukturnya antara akar, batang, dan daun sehingga tubuh makroalga umumnya disebut
sebagai “tallus” (Sumich,1992). Talus merupakan tubuh vegetative makroalga yang belum
mengenal diferensiasi akar, batang, dan daun sebagaimana yang ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggi. Pada makroalga struktur yang menyerupai akar disebut sebagai “holdfast” yaitu
suatu bagian yang berfungsi untuk melekat pada substrat, bagian yang menyerupai batang
pada makroalga disebut sebagai “stipe” dan bagian yang menyerupai daun disebut sebagai
“blades”. Pada beberapa jenis makroalga terdapat suatu struktur yang disebut “air blader”
yang berfungsi sebagai tempat menyimpan oksigen (Tjitrosoepomo,2009).
Makroalga memiliki peranan ekologis yakni sebagai tempat perlindungan bagi biota
laut lain maupun sebagai penyedia karbonat di lautan karena mampu membentuk lingkungan
khas dengan cara berasosiasi bersama organisme laut lainnya untuk dapat bertahan hidup
(Steinmann,1996). Manfaat lainnya makroalga secara ekologis lainnya sebagai produsen
primer di perairan dan menjadi pakan alami bagi hewan laut. Selain itu, makroalga juga
menjadi habitat bagi mikroalga epifit (Riani, 2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strutur komunitas yang meliputi keragaman,
keseragaman dan dominansi serta karakteristik dari makroalga. Kehadiran komunitas
makroalga ini dapat dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat pencemaran dan kerusakan
lingkungan dengan cara membandingkan struktur komunitas makroalga dengan hasil
penelitian setelahnya (Kadi, 2006). Struktur komunitas merupakan suatu konsep yang
mempelajari susunan atau komposisi spesies dan kelimpahannya dalam suatu komunitas.
Secara umum ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan struktur
komunitas yaitu keanekaragaman spesies, interaksi spesies dan interaksi fungsional
(Schowalter, 1996).

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu dengan


mengambil 2 stasiun yaitu pantai bagian selatan ( 5˚48’18”S 106˚31’16”E) dan pantai
bagian utara (5˚48’04”S 106˚31’24”E). Penelitian dilakukan pada tanggal 8-10 Februari
2019.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah handphone, underwater
sheet, kuadran 1m x 1m, plot, termometer, field guide, serta data pendukung yang berupa
posisi lokasi sampling yang ditentukan dengan GPS(Global Positioning System).
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Parameter Satuan Alat/Bahan
1. Suhu ˚C Termometer
2. Salinitas ‰ Salinometer
3. Derajat keasaman (pH) - pH meter

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data
menggunakan random sampling. Pada pengambilan sampel secara random, proses
pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap
anggota populasi untuk menjadi anggota sampel (Nasution, 2003).
Pengambilan data dilakukan dengan penarikan transek sepanjang 10 m yang tegak
lurus dengan garis pantai dan melakukan dua kali pengulangan di setiap dermaga. Jarak
antara transek satu dengan transek berikutnya adalah 1 meter. Kami mengambil data
dengan menggunakan plot berukuran 1 x 1 m sebanyak 100 plot di pulau Tidung Kecil
bagian Utara dan bagian Selatan.

D. Cara Kerja

1. Penentuan tempat pengambilan data


2. Pengambilan data makroalga
a. Pengambilan data menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan
data random sampling
b. Melakukan analisis data struktur komunitas, keanekaragaman, kemerataan, dan
dominansi dengan menggunakan persamaan.
3. Pengukuran parameter fisik
Melakukan pengukuran parameter fisik yang meliputi suhu dan pH.
4. Pengukuran parameter kimia
Melakukan pengukuran parameter kimia yang meliputi salinitas
E. Teknik Analisis Data

a. Indeks Shannon Wienner / Keanekaragaman Jenis (Krebs,2009)


𝐻𝐻 𝐻𝐻
𝐻′ = − ∑ ( ) 𝐻𝐻𝐻
𝐻 𝐻
Keterangan:
H’ :Keanekaragaman jenis
ni :Nilai kepentingan untuk setiap spesies
N :Nilai kepentingan total

Tabel 2. Indeks keanekaragaman jenis


Nilai Indeks Kategori

>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran


jumlah individu tiap spesies tinggi
dan kestabilan komunitas tinggi.

1–3 Keanekaragaman sedang,


penyebaran jumlah individu tiap
spesies sedang dan kestabilan
komunitas sedang.
<1 Keanekaragaman rendah,
penyebaran jumlah individu tiap
spesies rendah dan kestabilan
komunitas rendah.

b. Indeks Eveness/Kemerataan (Krebs,2009)


𝐻′
𝐻=
ln 𝐻
Keterangan:
E : Indeks keseragaman jenis
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon
S : Jumlah jenis yang ditemukan

Kriteria Indeks Eveness:


0 < E ≤ 0,50 Rendah
0,50 < E ≤ 0,75 Sedang
0,75 < E ≤ 1,00 Tinggi

c. Indeks Simpson/ Dominansi (Brower et al. 1997)


∑ 𝐻(𝐻 − 1)
𝐻=
𝐻(𝐻 − 1)
Keterangan:
D : Dominansi
n : Jumlah jenis ke-i
N : Jumlah individu yang ditemukan

Kriteria Indeks Dominansi:


 Nilai 0 < D ≤ 0.5 merupakan dominansi rendah
 Nilai 0.5 < D ≤ 0.75 merupakan dominansi sedang
 Nilai 0,75 < D ≤ 1.00 merupakandominansitinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Spesies makroalga

Dari hasil penelitian strukutur komunitas makroalga yang dilakukan di Pulau Tidung
Kecil, Kepulauan Seribu yang meliputi dua stasiun yaitu stasiun 1(pantai bagian selatan) dan
stasiun 2 (pantai bagian utara) didapatkan dua divisi utama yaitu Chlorophyta (alga hijau) dan
Phaeophyta (alga coklat), yang terdiri dari 3 kelas , 5 famili, dan 19 spesies pada kedua
stasiun. Pada pantai bagian utara ditemukan makroalga yang paling banyak ditemukan berasal
dari divisi Chlorophyta (alga hijau) yang berasal dari genus Caulerpa dan Halimeda
kemudian diikuti dengan makroalga dari divisi Phaeophyta (alga coklat) dan Rhodophyta
(alga merah) yaitu dari spesies Padina, Dictyota, Turbinaria, dan Sargassum, sedangkan dari
divisi Rhodophyta didapat berupa Galaxaura, Laurencia sp, dan Achantophora. Sedangkan
pada pantai bagian selatan ditemukan makroalga dari divisi Chlorophyta (alga hijau) yang
berasal dari genus Caulerpa, Halimeda, Bourgesenia, dan Bodlea. Kemudian diikuti dengan
ditemukannya makroalga yang berasal dari divisi Phaeophyta (alga coklat) dan Rhodophyta
(alga merah). Untuk divisi Phaeophyta yang ditemukan antara lain Padina, Dictyota,
Sargassum, dan Turbinaria, diikuti dengan genus dari divisi Rhodophyta yaitu Euchema,
Galaxaura, Laurencia ,dan Achantopora serta satu spesies yang belum teridentifikasi.
Komposisi spesies makroalga di stasiun 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 3. Makroalga yang ditemukan di lokasi pengamatan yaitu pantai bagian selatan
(stasiun 1) dan pantai bagian utara (stasiun 2)

 Pantai bagian selatan


Divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies
Chlorophyta Ulvophyceae Brycopsidaeles Caulerpaceae Caulerpa Caulerpa sp.(1)

Chlorophyta Ulvophyceae Brycopsidaeles Caulerpaceae Caulerpa Caulerpa sp.(2)

Chlorophyta Ulvophyceae Brycopsidaeles Halimedaceae Halimeda Halimeda 1

Chlorophyta Ulvophyceae Cladophoraes Valoniaceae Valonia Valonia sp.


Phaeophyta Phaeophyceae Dictyotales Dictyotaceae Padina Padina sp.

Phaeophyta Phaeophyceae Dictyotales Dictyotaceae Dictiyota Dictyota sp.

Phaeophyta Phaeophyceae Fucales Sargassaceae Sargassum Sargassum sp.

Phaeophyta Phaeophyceae Fucales Fucaceae Turbinaria Turbinaria sp.

Rhodophyta Florideophyce Bonnemaisonale Galaxauraceae Galaxaura Galaxaura sp.


ae s

Rhodophyta Florideophyce Ceramiales Rhodomelacea Laurencia Laurencia sp.


ae e

Rhodophyta Florideophyce Ceramiales Rhodomelacea Acahantopor Achantopora sp.


ae e a

 Pantai bagian utara


Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Chlorophyta Ulvophyceae Brycopsidaeles Caulerpaceae Caulerpa Caulerpa
sampel 1
Chlorophyta Ulvophyceae Brycopsidaeles Caulerpaceae Caulerpa Caulerpa
sampel 2
Chlorophyta Ulvophyceae Brycopsidaeles Halimedaceae Halimeda Halimeda
sampel 1
Chlorophyta Ulvophyceae Brycopsidaeles Halimedaceae Halimeda Halimeda
sampel 2
Chlorophyta Ulvophyceae Siphonocladales Boodleaceae Bourgesenia Bourgesenia
sp.

Chlorophyta Ulvophyceae Siphonocladales Boodleaceae Boodlea Boodlea sp.

Chlorophyta Ulvophyceae Sampel 1 - - Sp. 1

Phaeophyta Phaeophyceae Dictyotales Dictyotaceae Padina Padina sp.

Phaeophyta Phaeophyceae Dictyotales Dictyotaceae Dictiyota Dictyota sp.


Phaeophyta Phaeophyceae Fucales Sargassaceae Sargassum Sargassum
sp.
Phaeophyta Phaeophyceae Fucales Fucacea Turbinaria Turbinaria
sp.
Rhodophyta Florideophyceae Gigartinales Solieriaceae Eucheuma Eucheuma
sampel 1

Rhodophyta Florideophyceae Bonnemaisonales Solieriaceae Eucheuma Eucheuma


sampel 2
Rhodophyta Florideophyceae Bonnemaisonales Galaxauraceae Galaxaura Galaxaura
sp.
Rhodophyta Florideophyceae Ceramiales Rhodomelaceae Laurencia Laurencia
sp.

Rhodophyta Florideophyceae Ceramiales Rhodomelaceae Acahantopora Achantopora


sp.

Rhodophyta Florideophyceae Gigartinales Solieriaceae Kappaphycus Kappaphycus


sp.

Rhodophyta Florideophyceae Sampel 2 - - Sp. 2

Secara keseluruhan komunitas makroalga yang ditemukan pada pantai bagian selatan
dan pantai bagian utara di Pulau Tidung Kecil didominasi oleh keberadaan makroalga hijau.
Penelitian yang dilakukan dengan menarik transek sejauh 10 meter dari bibir pantai bagian
selatan ditemukan bahwa komunitas makroalga yang jumlahnya sedikit, hanya beberapa
Caulerpa sampel 1 dan Padina sp. yang ditemukan. Hal ini dikarenakan pada jarak tersebut
kondisi ekologi pantai yang digunakan sebagai tempat penelitian memiliki kondisi yang
cukup buruk, karena banyak ditemukan sampah yang berserakan sehingga tidak
memungkinkan makroalga untuk melekat pada substrat di dalamnya. Selanjutnya ditarik
transek hingga sejauh 140 meter menuju kearah tubir pantai di pantai bagian selatan
ditemukan banyak komunitas makroalga yang berasal dari divisi Chlorophyta.
Pada pantai bagian utara ditarik transek hingga 140 meter menjauhi bibir pantai
ditemukan makroalga yang cukup banyak dibandingkan dengan pantai bagian selatan. Hal ini
dikarenakan kondisi ekologi pantai bagian utara lebih bersih dari sampah selain itu kondisi
airnya pun lebih tenang dibandingkan dengan pantai bagian selatan. Kebanyakan makroalga
yang ditemukan pada pantai bagian utara berasal dari makroalga hijau dan makroalga coklat
serta spesies dari makroalga merah. Pada pantai bagian utara ditemukan makroalga dari divisi
Phaeophyta lebih banyak ditemukan. Spesies seperti Padina sp, Turbinaria sp, dan
Sargassum sp., banyak ditemukan melekat pada substrat pasir. Kondisi pola sebaran
makroalga dengan tipe habitat berupa partikel-partikel pasir, lumpur halus, patahan frakmen
pecahan karang, pasir kasar, rataan karang dan batu karang atau struktur tipe substrat sangat
menentukkan variasi jenis makroalga yang tumbuh di lokasi penelitian (Kadi 2014).

Parameter Fisika dan Kimia Lokasi Penelitian


Pertumbuhan makroalga di pengaruh oleh faktor lingkungan baik fisik maupun kimia. Hasil
pengukuran parameter tersebut seperti di tunjukkan pada (Tabel 2).
Tabel 2. Karakteristik Fisika dan Kimia di Lokasi Penelitian

Parameter Pantai bagian selatan Pantai bagian utara


Suhu (°C) 30 31
Salinitas (‰) 24 30
pH 7 8

 Suhu
Hasil pengukuran pada kedua lokasi penelitian menunjukkan suhu berkisar antara 30°C
sampai 31°C. Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan bahwa suhu di lautan adalah salah satu
faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme, karena suhu sangat mempengaruhi baik
aktivitas metabolisme maupun perkembangan dari organisme-organisme tersebut. Luning
(1990) menyatakan bahwa temperatur optimal untuk pertumbuhan makroalga yang hidup di
daerah tropis berada pada kisaran 15-30 °C. Suhu perairan pada kedua stasiun dikatakan
cukup optimal bagi pertumbuhan makroalga di Pulau Tidung Kecil.

 Salinitas
Hasil pengukuran salinitas pada kedua penelitian menunjukkan kisaran 24-30‰. Makroalga
hidup pada kisaran salinitas 30-32 ‰, akan tetapi banyak makroalga yang hidup pada kisaran
salinitas yang lebih tinggi. Semakin besar toleransi makroalga terhadap salinitas (eurihalin)
maka penyebarannya akan lebih luas sebaliknya semakin kecil toleransi makroalga terhadap
salinitas (stenohalin) maka penyebarannya akan lebih sempit. Di pantai bagian selatan dengan
salinitas sebesar 24‰ didapat hasil paling banyak ditemukan adalah Halimeda sampel 1 dan
Caulerpa sampel 1.

 Derajat keasaman (pH)


Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) pada kedua lokasi penelitian menunjukkan kisaran
7-8. Nilai pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan yang menunjukkan
keseimbangan antara asam dan basa disebut derajat keasaman (pH). Menurut Barus (2004),
kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun basa dapat membahayakan kelangsungan
hidup organisme yang menyebabkan gangguan metabolisme dan respirasi pada organisme
tersebut. Kisaran pH yang layak untuk pertumbuhan makroalga adalah 6.8–10 (Biebl 1962).
Dari kedua stasiun dapat dikatakan bahwa pH dalam perairan tersebut optimal bagi
pertumbuhan makroalga.

Analisis Indeks Struktur Komunitas Makroalga

INDEKS KEANEKARAGAM AN LOKASI PENELITIAN


Lokasi Indeks Keanekaragaman (H’) Keterangan
Pantai bagian selatan 1.1866 Keanekaragaman sedang
(stasiun 1)
Pantai bagian utara 1.6739 Keanekaragaman sedang
(stasiun 2)

INDEKS KESERAGAMAN LOKASI PENELITIAN


Lokasi Indeks Keseragaman (E) Keterangan
Pantai bagian selatan 0.40299 Keseragaman kecil
(stasiun 1)
Pantai bagian utara 0.5684 Keseragaman sedang
(stasiun 2)

INDEKS DOMINANSI LOKASI PENELITIAN


Lokasi Indeks Dominansi (C) Keterangan
Pantai bagian selatan 0.49850 Dominansi rendah
(stasiun 1)
Pantai bagian utara 0.23297 Dominansi rendah
(stasiun 2)

1.8
1.6
1.4
nilai strukur komunitas makroalga

1.2
1
(lnd/m2)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
Pantai bagian selatan pantai bagian utara
Keanekaragaman 1.1866 1.6739
keseragaman 0.40299 0.5684
dominansi 0.4985 0.23297

Gambar 1. Histogram indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C) makroalga di 2 lokasi Penelitian

Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (D). Berdasarkan hasil analisis
struktur komunitas yaitu keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) pada 2
stasiun lokasi penelitian menunjukkan bahwa pada stasiun 1 memiliki indeks keanekaragaman
(H’) sebesar 1.1866, indeks keseragaman (E) pada stasiun 1 sebesar 0.40299, indeks
dominansi (D) pada stasiun 1 sebesar 0.4985 sedangkan pada stasiun 2 indeks
keanekaragaman (H') sebesar 1.6739, indeks keseragaman (E) sebesar 0.5684, indeks
dominansi (D) sebesar 0.23297.

Indeks keanekaragaman (H’) suatu komunitas dapat menggambarkan tingkat


kestabilannya. Nilai indeks ini dipengaruhi oleh jumlah individu setiap jenis makroalga dan
jumlah total individu seluruh jenis makroalga. Indeks keanekaragaman pada 2 lokasi
penelitian termasuk kategori sedang, yaitu kisaran indeks keanekaragaman 1-3. Pada lokasi
penelitian di pantai bagian selatan didapat indeks keanekaragaman sebesar 1.1866 sehingga
termasuk ke dalam kategori sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan
kestabilan komunitas sedang. Sedangkan pada pantai bagian utara didapat indeks
keanekaragaman sebesar 1.6739 sehingga dapat dikatakan bahwa kaenakeragaman pada
lokasi ini juga termasuk kategori sedang dengan ditemukannya jumlah 18 spesies. Penyebaran
jenis makroalga dan kestabilan komunitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pantai
bagian selatan disebabkan karena pada pantai bagian utara memiliki perairan jernih dan
bersih.Penyebaran jenis makroalga dan kestabilan yang tinggi disebabkan oleh tingkat
kecerahan yang tinggi dengan tekstur substrat karbonat pasir potongan patahan karang yang
dasar perairan sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan makroalga (Aslan 1998).

Indeks keseragaman (E) di lokasi penelitian pantai bagian selatan sebesar 0.40299
mendekati 0.5 dan dikategorikan bahwa keseragaman di pantai bagian selatan termasuk kecil.
Pada lokasi penelitian pantai bagian utara didapat hasil keseragaman sebesar 0.5684 sehingga
termasuk ke dalam kategori sedang.

Sedangkan untuk indeks dominansi (D) di lokasi penelitian pantai bagian selatan
sebanyak 0.4985 mendekati 0.5 dengan kategori dominansi rendah. Sedangkan pada lokasi
penelitian pantai bagian utara didapat hasil sebesar 0.23297. Penyebaran makroalga dibatasi
oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar matahari yang cukup untuk
dapat melakukan proses fotosintesis (Atmaja dan Sulistijo, 1988). Daerah litoral merupakan
tempat yang cocok bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan. Hal ini terbukti karena
pada pantai bagian selatan yang memiliki indeks dominansi lebih tinggi dibandingkan pantai
bagian utara terdapat banyak karang karang mati yang dapat dijadikan substrat oleh
makroalga.

KESIMPULAN

Komposisi spesies makroalga ditemukan pada lokasi penelitian didapat hasil 19


spesies yang diklasifikasikan ke dalam 3 divisi, 3 kelas dan 5 famili yang dikelompokkan
menjadi 3 divisi utama yaitu alga hijau (Chlorophyta), Alga Coklat (Phaeophyta), dan alga
merah (Rhodophyta). Indeks keanekaragaman pada kedua lokasi penelitian termasuk kategori
sedang, indeks keseragaman yang ditemukan di lokasi penelitian pantai bagian selatan
termasuk kategori kecil, sedangkan pada pantai bagian utara termasuk ke dalam kategori
sedang. Indeks dominansi pada kedua lokasi penelitian menunjukkan hasil yang termasuk ke
dalam kategori rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Ayhuan, V.H.,Zamani, P.N.,Soedharma ,D.(2017). Analisis struktur komunitas makroalga


ekonomis penting di perairan intertidal manokwari, papua barat. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan 1(8), 19-38
Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. Sumatera:Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Langoy MD, Saroyo, Dapas F, Katili DY, Hamsir SB. (2011). Deskripsi alga
makro di taman alam batuputih kota bitung.Jurnal Ilmiah Sains11(2),219-224.

Lewmanomont K, Ogawa H. 1995. Common Seaweeds and Seagrass of Thailand. Faculty of


Fisheris Kasetsart University. Printed Integrated Promotion Technology Co,.Ltd. ISBN
974-553-137-5.
Litaay C. (2014). Sebaran dan keragaman komunitas makro algae di perairan teluk ambon.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 6 (1) : 131- 142.

Pulido, D.G.,& McCook, L.(2008). Macroalgae (Seaweeds):Environmental Status.Australia:


Great Barrier Reef Marine Park Authority

Rahmani ,U.,Tellusa , F.R., &Amirullah.(2017). Analisis daya dukung minawisata di


kelurahan pulau tidung, kepulauan seribu. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi.
ISSN 2580-5495

Ruslian, N.R., (2017). Hubungan Echinodermata Dengan Ekosistem Terumbu Karang Dan
Makroalga Di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.Bogor: Institut Pertanian Bogor

Sanusi HS, Putranto S. (2009). Kimia laut dan pencemaran. proses fisik kimia
dan interaksinya dengan lingkungan. edisi pertama. penerbit departemen 38 Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan 1(8), 19-38 . Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK IPB.

Tjitrosoepomo, G.(2009). Taksonomi Tumbuhan.Alga.Yogyakarta:Gadjah Mada University


Press.
LAMPIRAN

Laurencia papilosa
Achantopora muscoides

Chaulerpa rasemosa Eucheuma sp

Valonia sp. Bodlea sp.


Halimeda sp Euchema cotonii

Dictyota sp.

Caulerpa taxifolia Kappaphycus sp.

Anda mungkin juga menyukai