Anda di halaman 1dari 10

STRUKTUR KOMUNITAS EKOSISTEM MANGROVE DI PERAIRAN

PANTAI UJUNG GENTENG, SUKABUMI


COMMUNITY STRUCTURE OF SEAGRASS ECOSYSTEM IN UJUNG
GENTENG BEACH, SUKABUMI

*Sonia Alexandra H., Tirza Hidayati, Aldo Darmawan, Syzida Halla, Lutfia
Nurul I., Yan Tera Dhiyana P., Raihan Hadi S., Zaid Irvanul K., Euro Sunggono
Asisten : **Fauzan

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Mangrove merupakan jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang


tumbuh di daerah pasang surut. Hutan mangrove disebut hutan bakau atau hutan
payau. Pantai Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat adalah salah satu pantai dengan
ombak yang tergolong kuat sebab berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Mangrove di Ujung Genteng berada di Bagian Timur Pantai Ujung Genteng.
Praktikum lapang Ekologi Laut Tropis ini mengungkap struktur ekosistem mangrove
di Pantai Ujung Genteng. Analisis data vegetasi mangrove meliputi, Kerapatan Jenis
(K), Kerapatan Relatif (Kr), Frekuensi Jenis (F), Frekuensi Relatif (Fr), Penutupan
Jenis Atau Dominansi (Di), Dominansi Relatif (DR), dan Nilai Penting (NP). Jenis
Mangrove yang ditemukan di Pantai Ujung Genteng yakni, Sonneratia alba dengan
hanya ditemukan pohon tanpa anakan dan semai. Selain itu, terdapat biota asosiasi
yang ditemukan di sekitar ekosistem mangrove tersebut seperti krustacea.

Kata Kunci : Crustacea, Mangrove, Ujung Genteng, Sonneratia alba

ABSTRACT

Mangroves are plant species and plant communities that grow in tidal areas.
Mangrove forests are often called mangrove forests or brackish forests. Ujung
Genteng Beach, Sukabumi, West Java is one of the beaches with relatively strong
waves because it is directly facing the Indian Ocean. Mangrove at Ujung Genteng is
in the East of Ujung Genteng Beach. The practicum of the Tropical Sea Ecology field
reveals the structure of the mangrove ecosystem at Ujung Genteng Beach. Analysis of
mangrove vegetation data included, density (K), relative density (Kr), frequency type
(F), relative frequency (fr), type closure or dominance (di), relative dominance (DR),
and important value (NP) . Mangrove species found at Ujung Genteng Beach,
Sonneratia alba, only found trees without tillers and seedlings. In addition, there are
biota found around the mangrove ecosystem such as crustaceans.

Keywords: Crustacea, Mangrove, Ujung Genteng, Sonneratia alba

I. PENDAHULUAN.
Indonesia merupakan negara mempengaruhi penyebaran tumbuhan
tropis yang terdiri lebih dari 17.000 mangrove yaitu. 1) frekuensi arus
pulau, terletak digaris katulistiwa antara pasang; 2) salinitas tanah; 3)air tanah;
6 ⁰LU-11 ⁰LS, dan 95-110 ⁰BT. Pantai dan 4) suhu air. Keempat faktor tersebut
yang panjang dengan kondisi akan menentukan dominansi jenis
geomorfologi dan hidrologi yang mangrove yang ada di suatu tempat
beragam. Memiliki keanekaragaman (Bidayani 2014).
mangrove tinggi, merupakan tipe hutan Ekosistem mangrove di Jawa
khas yang terdapat disepanjang pantai mengalami penurunan sangat drastis,
atau muara sungai yang memenuhi akibat tingginya tekanan populasi
beberapa kriteria. Dari 15,9 juta ha luas penduduk yang berimpilikasi pada
mangrove di dunia, sekitar 3,7 juta ha besarnya kegiatan pertambakan,
atau 24%-nya berada di Indonesia. penebangan hutan mangrove, reklamasi
Sehingga indonesia merupakan tempat dan sedimentasi, serta pencemaran
komunitas mangrove terluas di dunia lingkungan. Hal ini menimbulkan
(Suwoyo 2011) kesadaran akan pentingnya upaya
Mangrove adalah jenis tumbuhan konservasi, manajemen, dan restorasi
maupun komunitas tumbuhan yang hutan mangrove, untuk menjaga
tumbuh di daerah pasang surut. Hutan kelestarian fungsi sosial ekonomi, sosial-
mangrove sering disebut hutan bakau budaya, dan peran ekologinya.
atau hutan payau. Dinamakan hutan Pengamatan ekosistem mangrove ini
bakau karena sebagian besar vegetasinya penting dilakukan untuk mengetahui
didominasi oleh jenis bakau, dan disebut keadaan terbaru hutan mangrove untuk
hutan payau karena hutannya tumbuh di mempermudah perencanaan yang akan
atas tanah yang tergenang oleh air payau. dilakukan dan juga bisa dijadikan
Mangrove dalam ekologi tumbuhan sebagai sarana penelitian
digunakan untuk semak dan pohon yang
tumbuh di daerah intertidal dan subtidal II. METODOLOGI
dangkal di rawa pasang tropika dan 2.1. Waktu dan Tempat
subtropika. (Mulyadi et al 2009). Fieldtrip dilakukan pada hari
Terdapat empat faktor utama yang Sabtu tanggal 24 November 2018
bertempat di pesisir pantai Ujung
Genteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat.

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan


data

2.2. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan
saat pengambilan data berupa meteran
jahit, transek garis berukuran 10x10
m, 5x5 m dan 1x1 m, alat tulis,
kamera, sabak, datasheet dan kunci
identifikasi.

2.3. Metode Pengambilan Data

Gambar 2. Diagram Alir Metode


Pengambilan Data

Pengambilan data dimulai dengan


mempersiapkan alat dan bahan yang
sudah ditentukan. Pada stasiun yang
sudah direncanakan bentangkan transek
berukuran 10x10 m bila yang ditemukan
berupa pohon, 5x5 bila yang ditemukan
berupa anakan, dan 1x1 m bila yang
ditemukan berupa semai. Setelah
membentangkan transek dilakukan
pegambilan data dengan data yang
diambil berupa data daerah pengambilan
data, tanggal, stasiun, geografis, nomor
transek, nomor plot, spesies yang Frekuensi Jenis (F) adalah peluang
ditemukan dengan mengacu pada kunci ditemukannya jenis I dalam petak
identifikasi, diameter lingkar batang, contoh/plot yang diamati:
jumlah tegakkan tubuh mangrove, pi
F=
parameter lingkungan, tipe substrat, Σp
biota asosiasi, dicatat pada sheet
pengamatan mangrove yang sudah Frekuensi Relatif (FR) adalah
dipersiapkan perbandingan antara frekuensi jenis i
(F) dan jumlah frekuensi untuk seluruh
2.4 Analisis data jenis (ΣF):
Analisis data vegetasi mangrove
menurut Bengen (2004) meliputi :
Kerapatan Jenis (K), Kerapatan Relatif
FR= ( ΣFF ) x 100
(Kr), Frekuensi Jenis (F), Frekuensi
Relatif (Fr), Penutupan Jenis Atau Basal Area (BA)
Dominansi (Di), Dominansi Relatif
2
(DR), dan Nilai Penting (NP): ( π DB H )
BA=
Kerapatan Jenis (K) adalah jumlah 4
individu jenis I dalam suatu unit area
BA adalah basal area π (3,1461)
K= ¿ adalah suatu konstanta dan DBH adalah
A
diameter batang pohon dari jenis i.

K adalah kerapatan jenis ke I, n


Penutupan jenis atau dominasi jenis
adalah jumlah total individu dari jenis ke
(D) adalah luas penutupan jenis I dalam
I dan A adalah luas total area
suatu unit area:
pengambilan contoh (luas total petak ΣBA
contoh/plot) Di=
A
BA adalah Basal area dan A adalah
Kerapatan relatif (KR) adalah luas total area pengambilan contoh (luas
perbandingan antara jumlah individu total petak contoh/plot)
jenis i (ni) dan jumlah total tegakkan
seluruh jenis (Σn): Penutupan relatif jenis atau
dominasi relatif (DR) adalah
KR= ¿ x 100
Σn( ) perbandingan antara luas area penutupan
jenis I dan luas total area penutupan
untuk seluruh jenis, atau perbandingan
antara dominansi individu jenis i (Di)
dan jumlah total dominasi seluruh Mangrove memiliki peran sebagai
individu (ΣD). dalam daerah asuhan nursery dan
feeding ground. Banyaknya nekton yang
Di tertangkap sebagian besar berada pada
DR= ( ΣDi ) x 100 tingkatan juvenile dan remaja. Hal ini
menunjukan bahwa fungsi biologi
Nilai Penting (NP) adalah jumlah kawasan mangrove sebagai kawasan
nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi pemijah (spawning ground) atau asuhan
Relatif (FR) dan Dominasi Relatif (DR): (nursery ground) bagi udang, ikan,
kepiting, kerang dan sebagainya yang
NP=KR + FR+ DR setelah dewasa akan kembali ke lepas
pantai (Latupapua 2011)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut FAO (1982) faktor-faktor
3.1 Kondisi Stasiun Pengamatan lingkungan yang mempengaruhi
Perairan pantai Ujung Genteng, pertumbuhan hutan mangrove di suatu
Kabupaten Sukabumi memiliki lokasi yaitu: suhu, salinitas dan substrat.
karakteristik yang relatif landai dan Berdasarkan hasil pengukuran salinitas
terlindung dari pecahan ombak. Perairan pada stasiun 8 diperoleh hasil 28.
ini memiliki daerah intertidal yang luas Budiman dan Suhardjono (1992)
dengan jarak sekitar 150 m ke arah mengatakan bahwa salinitas yang baik
tengah, dan kedalaman maksimum untuk pertumbuhan mangrove yaitu
sekitar 85 cm (Sukiman 2011). sekitar 20-40, dan berpengaruh besar
Penggunaan lahan di wilayah pesisir terhadap distribusi mangrove serta
Kabupaten Sukabumi, termasuk Desa kehidupan fauna akuatik yang hidup
Ujung Genteng cukup bervariasi, mulai disekitarnya. Hasil pengukuran suhu
dari daerah pertanian dan perkebunan, pada stasiun 8 diperoleh sebesar 31.4
pelabuhan perikanan, kawasan wisata ⁰C, dimana suhu berperan penting dalam
pantai, pemukiman, dan daerah proses fisiologis (fotosintesis dan
konservasi, khususnya tempat bertelur respirasi) produksi daun baru (Bengen,
penyu hijau, Chelonia mydas (Wahyudin 2000). Pengamatan substrat dilakukan
2011). Ekosistem perairan pantai Ujung secara visual dengan cara meraba dan
Genteng merupakan ekosistem yang melakukan pengamatan tekstur substrat
relatif masih alami. Kawasan ini terdiri pada setiap stasiun ternyata jenis substrat
atas ekosistem yang bervariasi, antara yang terdapat di lokasi penelitian yaitu
lain hamparan padang lamun, terumbu substrat berpasir. Substrat berperan
karang, rumput laut, dan hutan sebagai endapan yang merupakan salah
mangrove; dengan substrat dasar pasir, satu penyebab terbentuknya zonasi dan
lumpur, pecahan karang, dan batu penyebaran mangrove.
karang.
Berdasarkan hasil pengukuran dari spesies yang terdistribusi merata
variabel lingkungan di lokasi penelitian pada stasiun. Mangrove jenis ini
menunjukkan kondisi lingkungan mendominasi lokasi perairan penelitian
perairan pantai Ujung Genteng, karena sesuai dengan substrat yang
Kabupaten Sukabumi memiliki kondisi disukai yaitu berpasir dan pengaruh
lingkungan yang baik dan mendukung lingkungan yang mendukung
kelangsungan hidup dari hutan pertumbuhannya. Menurut Martiningsih
mangrove dan biota yang ada di et al (2015) Sonneratia alba merupakan
sekitarnya. jenis mangrove yang mampu bertahan di
Mangrove yang ditemukan pada daerah yang dekat dengan laut. Hal ini
stasiun 8 seluruhnya adalah mangrove dikarenakan mekanisme adaptasi yang
dari spesies Sonnerateria alba. cukup tinggi dari jenis tersebut terhadap
Sonnerateria alba merupakan mangrove perubahan salinitas. Faktor utama yang
berbatang besar yang menyukai substrat menyebabkan adanya adanya zonasi
campuran air dan pasir, kadang-kadang pada hutan mangrove adalah sifat-sifat
juga di pantai berbatu, berkarang atau substrat seperti jenis substrat maupun
diatas tanah liat (Nybakken,1998). kandungan bahan organiknya, disamping
Sonnerateria alba smith (Pedada) faktor sainitas frekuensi serta tingkat
tumbuh pada substrat berlumpur. Kulit penggenangan dan ketahanan suatu jenis
batang berwarna krem hingga coklat terhadap ombak dan arus, sehingga
dengan retak-retak halus variasi zonasi memanjang dari darat
dipermukaannya. Akar berupa akar nafas sampai ke pantai (Kelana et al 2015).
yang terlihat pada saat air laut sedang Sonneratia alba adalah jenis tumbuhan
surut. Daunnya tebal berbentuk bulat pionir yang tidak toleran terhadap air
telur yang berwarna hijau cerah dan tawar dalam periode lama (Faiqoh et al
letakknya saling berhadapan. Buah 2016). Kondisi perairan pada stasiun 8
berbentuk bola gepeng yang berwarna cenderung baik dan jernih. Biota asosiasi
hijau keabu-abuan dengan diameter 5- yang dapat ditemukan pada perairan ini
7,5 cm. bunganya berbenang sari cukup adalah crustacea.
banyak, terdapat diujung-ujung ranting
dan berwarna putih (Puspayanti et al 3.2 Kerapatan jenis mangrove
2013). Berdasarkan analisis yang
Pada lokasi penelitian, Sonneratia dilakukan didapati kerapatan jenis
alba yang ditemukan memiliki jenis mangrove pada stasiun 8 perairan pantai
pohon dengan diameter lingkar pohon Ujung Genteng, Sukabumi dengan nilai
diatas 12,5 m dan tinggi diatas 1,3 m. 0.14 per m2 pada plot 1, 0.11 pada plot 2
Sonneratia alba merupakan spesies yang dan 0.05 pada plot 3 . pengambilan data
tumbuh subur pada stasiun penelitian. ini menggunakan plot seluas 100 m2
Hal itu dilihat dari frekuensi kehadiran untuk setiap plotnya. Nilai ini
didapatkan berdasarkan perhitungan mangrove yang memiliki peranan
menggunakan persamaan dominan dalam ekosistem hutan
KR= ¿ x 100 mangrove di lokasi penelitian.
( )
Σn
Mangrove yang ditemukan pada
perairan hanya terdiri dari satu spesies
yaitu Sonnerateria alba dan hanya terdiri
dari satu jenis yaitu pohon.

Gambar 4 Indeks Nilai Penting


Mangrove Pada Ekosistem Mangrove
di Perairan Pantai Ujung Genteng,
Sukabumi
Gambar 3 Kerapatan Jenis Mangrove
Pada Ekosistem Mangrove di Perairan 3.5 Biota Asosiasi
Pantai Ujung Genteng, Sukabumi Biota asosiasi yang ditemukan
pada daerah pengambilan data mangrove
3.5 Struktur Vegetasi Mangrove di Perairan Pantai Ujung Genteng,
Berdasarkan analisis yang Sukabumi hanya ditemukan crustacea.
dilakukan didapati indeks nilai penting Krustasea merupakan salah satu hewan
pada stasiun 8 didominasi seluruhnya Benthos disamping moluska yang
oleh spesies Sonneratia alba dengan memakan bahan tersuspensi (filter
nilai indeks penting 300% pada plot 1 , 2 feeder) dan umumnya sangat dominan
dan 3. Nilai ini didapatkan pada substrat berpasir serta berlumpur.
menggunakan persamaan : Jenis yang ditemukan merupakan jenis
yang biasa hidup di daerah pasang surut
INP=KR+ FR+ DR dan termasuk ke dalam kategori
pemakan serasah mangrove dan daun
Bengen (2000) mengemukakan mangrove segar.
bahwa besarnya indeks nilai penting Suhu di lokasi pengamatan
berkisar 0–300%, semakin besar nilai mencapai 30 °C. hal ini dikarenakan
indeks penting berarti spesies yang pengamatan dilakukan pada siang hari
bersangkutan berperan semakin besar hingga sore hari dan secara normal suhu
dalam komunitas tersebut. Berdasarkan di kawasan mangrove kabupaten
indeks nilai penting yang diperoleh, Sukabumi tergolong normal untuk
Sonneratia alba merupakan jenis
kehidupan krustasea. Suhu yang baik Saran
untuk mangrove tidak kurang dari 20 °C. Perhatikan keadaan lingkungan
Berbagai jenis fauna yang relatif sekitar pengambilan data mangrove.
kecil dan tergolong dalam invertebrata, Keadaan lingkungan sekitar daerah
seperti udang dan kepiting (Krustasea), pengambilan data dicemari dengan
gastropoda dan bivalva (Moluska), sampah, hingga banyak sampah yang
Cacing (Polikaeta) hidup di hutan menyangkut pada perakaran mangrove.
mangrove. Kebanyakan invertebrata ini Sebaiknya mulai memperhatikan
hidup menempel pada akar-akar keadaan lingkungan agar tidak
mangrove, atau di lantai hutan merusak ekosistem daerah pesisir.
mangrove. Sejumlah invertebrata tinggal
di dalam lubang-lubang di lantai hutan DAFTAR PUSTAKA
mangrove yang berlumpur. Melalui cara Bengen D. 2000. Ekosistem dan
ini mereka terlindung dari perubahan Sumberdaya
temperatur dan faktor lingkungan lain Alam Pesisir dan Laut (Sinopsis).
akibat adanya pasang surut di daerah Pusat Kajian SumberdayaPesisir
hutan mangrove dan hasil metabolisme dan Lautan. Institut Pertanian
dari krustacea digunakan sebagai pupuk Bogor.
untuk mangrove (Rahayu et al. 2017) Bengen DG. 2004. Pedoman Teknis
Pengenalan dan Pengelolaan :
Ekosistem Mangrove. Bogor
(ID): Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir & Laut IPB
Bidayani E. 2014. Ekonomi
Sumberdaya Pesisir yang
Tercemar. Malang (ID):
Universitas Brawijaya Press
Budiman dan Soehardjono. 1992.
Gambar 5 Biota Asosiasi Penelitianhutan mangrove di
Indonesia.Pendayagunaan dan
SIMPULAN DAN SARAN konservasi.Lokakarya nasional.
Simpulan Penyusunan Program penelitian
Pengamatan mangrove yang berada biologi kelautan dan proses
pada stasiun 8 di Ujung genteng, dinamika pesisir.Puslitbang
Sukabumi didominasi oleh Biologi. LIPI.
Sonnerateria alba dengan kerapatan Faiqoh E, Hayati H, Yudiastuti K. 2016.
0.14 per m2 pada plot 1, 0.11 m2 pada Studi komunitas makrozoobenthos
plot 2 dan 0.05 m2 pada plot 3 dan nilai di kawasan hutan mangrove pulau
INP sebesar 300% penyu tanjung benoa bali. Jurnal
of Marine and Aquatic Sciences. Sekolah Pascasarjana, Institut
2(1): 23-28. Pertanian Bogor. Bogor, 122 hlm.
FAO. 1982. Management and Wahyudi, Y. (2011). Karakteristik
Untilization of Mangrove in Asia sumberdaya pesisir dan laut
and The Pasific. F.A.O Enviroment kawasan Teluk Pelabuhan Ratu,
Pape Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kelana PP, Setyobudi I, Krisanti M. Bonorowo Wetlands, 1(1), 19-32.
2015. Kondisi habitat Polymesoda Suwoyo HS. 2011. Kajian kualitas air
erosa pada kawasan ekosistem pada budidaya kerapu macan
mangrove cagar alam leuweung (epinephelus fuscoguttatus) sistem
sancang. Jurnal Akuatika. 6 (2): tumpang sari di areal mangrove.
107-117 Jurnal Berkala Perikanan
Latupapua MMJ. 2011. Terubuk. 39(2):25-40
Keanekaragaman jenis nekton di
mangrove kawasan segoro anak
tanam nasional alas purwo. Jurnal
Agroforestri. 6(2): 81-91
Mulyadi E, Hendriyanto O, Fitriani N.
2009. Konservasi hutan mangrove
sebagai ekowisata. Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan 1(1):51-57
Nybakken J. 1998. Biologi Laut; suatu
pendekatan ekologis. Penerbit
Gramedia-Jakarta. 459 hal.
Puspayanti NM, Tellu HAT, Suleman
SM. 2013. Jenis-jenis tumbuhan
mangrove di desa lebo kecamatan
parigi kabupaten parigi moutong
dan pengembangannya sebagai
media pembelajaran. Jurnal
Jilbiol. 1(1): 1-9
Sukiman. (2011). Biodiversitas dan
potensi ganggang merah
(Rhodophyta) di perairan Pantai
Jawa Barat. Kondisi rumput laut
alam di perairan pantai Ujung
Genteng, Sukabumi dan
Labuhanbua, Sumbawa (Erlania)
LAMPIRAN

Gambar 6. Zonasi pohon mangrove Gambar 7. Perakaran mangrove

Gambar 8. Tipe substrat mangrove Gambar 9. Bentuk buah dan daun


mangrove

Gambar 9. Pohon mangrove

Anda mungkin juga menyukai