Anda di halaman 1dari 6

Keputusan dalam Ketidakpastian

Keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan tidak adanya informasi yang sempurna,


juga tidak adanya probabilitas atau informasi tentang probabilitas suatu kejadian. Untuk
mengembangkan teori keputusan dalam kondisi ketidakpastian, ada beberapa kriteria yang
telah dikembangkan yaitu:
1. Kriteria Laplace
Kriteria Laplace menyarankan bahwa karena probabilitas setiap peristiwa tidak
diketahui, maka seharusnya diasumsikan bahwa setiap peristiwa mempunyai
probabilitas yang sama. Suatu keputusan akan diambil apabila hasil perkalian antara
hasil dengan probabilitas adalah yang tertinggi.
2. Kriteria Maximin
Dalam kondisi penuh ketidakpastian maka sebaiknya pengambil keputusan bersifat
pesimis terhadap masa depan, dan memilih hasil yang bernilai maksimum dari kondisi
pesimis (lakukan yang terbaik dalam situasi buruk).
3. Kriteria Maximax
Pengambil keputusan bersifat optimis dan memilih hasil maksimum dari alternatif
terbaik.
4. Kriteria Hurwicz
Kriteria ini mengembangkan sebuah koefisien yang dinamakan koefisien optimisme
(coefficient optimism). Koefisien ini nilainya antara 0 sampai 1. Nilai 0 untuk kondisi
yang sangat pesimis dan 1 untuk kondisi yang sangat optimis. Apabila koefisien
optimis adalah a, koefisien pesimis adalah b, dimana b = 1-a. Hurwicz menyarankan
bahwa alternatif yang terbaik adalah nilai yang tertinggi dari hasil perkalian antara hasil
atau payoff dengan koefisien optimisme.
5. Kriteria Minimax Regret
Prinsip pendekatan ini adalah menghitung regret (penyesalan) yang terjadi akibat tidak
memilih alternatif maksimum pada setiap kondisi (OL). Intinya memilih alternatif
dengan regret minimum. Pendekatan minimax regret dilakukan dengan mengurangkan
hasil alternatif dengan alternatif maksimumnya. Kemudian nilai OL pada setiap kondisi
dipilih yang maksimum. Alternatif keputusan yang diambil adalah nilai regret yang
minimum.
Contoh:
Kondisi perekonomian diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni boom, normal,
dan krisis. Berikut dividen per lembar saham yang dibagikan oleh tiga perusahaan yang ada
di BEI, yaitu AALI, ACES, dan BMRI. Pada periode 2008-2013 dividen yang dibagikan
bervariasi bergantung pada keuntungan perusahaan. Dividen dibedakan berdasarkan kondisi
ekonomi, yaitu perekonomian dalam krisis, normal, dan boom. Tabel selengkapnya adalah
sebagai berikut:
Saham Jumlah Kondisi Boom Kondisi Normal Kondisi Krisis
saham
(lembar) Dividen/ Total Dividen/ Total Dividen/ Total
lbr dividen lbr dividen lbr dividen
AALI 487 695 338.200 155 265.815 155 75.426
ACES 16.129 52 836.290 3 208.871 3 56.290
BMRI 1.250 199 249.172 89 135.697 89 111.120
Hitunglah kriteria keputusan dalam kondisi ketidakpastian untuk (a) kriteria Laplace,
(b) kriteria maximin, (c) kriteria maximax, (d) kriteria Hurwicz, dan (e) kriteria minimax
regret.
a. Kriteria Laplace
Kriteria ini menekankan bahwa setiap peristiwa memiliki probabilitas yang sama. Pada
kondisi ini ada 3 peristiwa, maka probabilitasnya 1⁄ . Nilai yang diharapkan (EV) dari
3

setiap alternatif adalah sebagai berikut:

EV (AALI) = 1⁄3 338.200 + 265.815 + 75.426 = 226,480

EV (ACES) = 836.290 + 208.871 + 56.290 = 367,151


EV (BMRI) = 249.172 + 135.697 + 111.120 = 165,330
Dengan memberikan probabilitas yang sama untuk masing-masing kondisi, terlihat
bahwa EV (ACES) adalah yang tertinggi, sehingga merupakan keputusan yang terbaik
menurut kriteria Laplace.
b. Kriteria Maximin
Kriteria maximin menyarankan yang pesimis yaitu krisis.
Saham Kondisi Krisis
AALI 75,426
ACES 56,290
BMRI 111,120
Dari tabel pada kondisi krisis, alternatif yang menghasilkan nilai maksimum adalah
BMRI dengan nilai 111,120. Maka keputusan yang terbaik menurut kriteria maximum
adalah BMRI.
c. Kriteria Maximax
Kondisi perekonomian boom adalah alternatif paling tinggi.
Saham Kondisi Boom
AALI 338.200
ACES 836.290
BMRI 249.172
Kriteria maximax memilih kondisi maksimal yaitu kondisi boom, dan nilai yang
tertinggi adalah ACES Rp836.290.
d. Kriteria Hurwicz
Berdasarkan hasil kajian terhadap dividen yang dibagikan emiten terdapat koefisien
optimisme 0,63. Ini berarti koefisien pesimisme adalah 1-0,63= 0,37. Untuk latihan bisa
digunakan perumpamaan dan untuk penelitian bisa menggunakan pendekatan relatif
dengan data yang tersedia.
Saham Boom Krisis Normal EV
11 338.200 75.426 (338.200 × 0,63) + (75.426 × 0,37) 240.973
ACES 836.290 56.290 (836.290 × 0,63) + (56.290 × 0,37) 547.690
BMRI 249.172 111.120 (249.172 × 0,63) + (111.120 × 0,37) 198.093
Berdasarkan pada kriteria Hurwicz, maka nilai EV yang tertinggi adalah ACES dengan
nilai EV Rp547.690, sehingga alternatif ACES adalah keputusan yang terbaik.
e. Kriteria Minimax Regret
Kriteria minimax regret menekankan pada OL, nilai hasil atau payoff yang tertinggi
diberikan nilai 0 dan nilai lainnya merupakan selisih antara nilai alternatif tertinggi
dengan nilai pada alternatif tersebut.
Saham Kondisi Perekonomian
Boom Normal Krisis
AALI 836.290 – 338.200 = 265.815 – 265.815 = 0 111.120 – 75.426 =
498.091 35.694
ACES 836.290 – 836.290 = 0 265.815 – 208.871 = 111.120 – 56.290 =
56.944 54.829
BMRI 836.290 – 249.172 = 265.815 – 135.697 = 111.120 – 111.120 = 0
587.118 130.118
Pada kondisi boom, OL untuk AALI adalah 498.091, sedangkan OL untuk ACES = 0,
yang diperoleh dari BMRI 587.118 begitu pun juga untuk OL pada kondisi normal dan
krisis.
Untuk memilih keputusan yang terbaik adalah memilih nilai minimun dari regret
maksimum untuk setiap alternatif.
Saham Nilai minimum regret maksimum untuk semua kondisi
AALI 498.092
ACES 56.944
BMRI 587.118
Berdasarkan nilai regret maksimum, nilai minimum adalah Rp56.944 pada alternatif
ACES. Oleh sebab itu, pembelian saham ACES adalah keputusan yang terbaik menurut
kriteria minimax regret.

Analisis Pohon Keputusan


Pada dasarnya diagram pohon dapat digunakan dalam analisis keputusan dengan
menggunakan tindakan dan hasil yang mungkin. Dapat digunakan contoh pada kriteria
Hurwicz, menggunakan probabilitas relatif 0,63 untuk kenaikan dividen dan 0,37 untuk
penurunan dividen.
Ada tiga kemungkinan pembelian saham, yaitu AALI, ACES, dan BMRI. Berdasarkan
nilai rata-rata kondisi boom, yaitu perusahaan membagi saham di atas rata-rata mencapai 0,63
sedangkan kondisi krisis sebesar 0,37 yaitu kondisi perusahaan memberikan dividen lebih
kecil dari rata-rata yang biasa dibagikan. Pada gambar node pertama adalah nilai harapan
(EV), sedang tiga node kemudian yaitu bertanda (1), (2), dan (3) menunjukkan hasil atau
payoff yang diharapkan dari masing-masing saham. Ranting dari ketiga node adalah peristiwa
yang mungkin terjadi, yaitu kondisi boom atau krisis. Sedangkan angka sesudah ranting yang
menunjukkan node proses adalah nilai dividen yang diharapkan. Proses yang demikian biasa
disebut hasil atau payoff bersyarat (conditional payoff).
Untuk membuat sebuah keputusan, maka dilakukan secara induksi mundur. Contoh
untuk AALI, hasil pada kondisi boom adalah 498.091 dengan probabilitas 0,63 sedang pada
kondisi krisis 498.091 dengan probabilitas 0,37. Sehingga hasilnya adalah = (498.091 × 0,63)
+ (75.426 × 0,37) = 240.973. Dengan cara yang sama diperoleh hasil untuk ACES dan BMRI.
Hasil akhir menunjukkan bahwa EV untuk AALI 240.973, ACES 547.690, dan
BMRI
198.093. Dengan demikian, maka keputusan terbaik dengan menggunakan diagram
pohon adalah membeli saham ACES.2

Anda mungkin juga menyukai