Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shifa Izzatina

Winastu

Nim : 041256808

Prodi : S1/Ilmu Administrasi Bisnis

TUGAS I TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. a. Kriteria maximin
Kriteria Maximin merupakan kreteria pesimis atau konservatif tentang masa depan bagi para
pengambil keputusan. Kreteria ini berusaha memaksimalkan kemungkinan keuntungan yang
minimum. Kreteria ini juga disebut kreteria Wald. Kemungkinan keuntungan yang lebih besar
diabaikan dalam kriteria ini dan hanya melihat pada kemungkinan yang paling kecil.
Hasil keputusan dari keriteria Maxsimin untuk produk batu bara menunjukkan produk yang
sebaiknya dijual adalah tipe BA-48, hal ini karena tipe BA-48 akan menghasilkan pay off yang
paling maksimum dari pay- off yang minimum dari semua alternatif. Hasil pay-off sebesar 9 juta
menunjukkan pay off dengan kerugian paling minimum tetapi mengabaikan kemungkinan pay off
yang lebih besar.

b. Kriteria Maximax

Kriteria Maximax menganggap pengambil keputusan pada keadaan optimis. Pengambil keptusan
akan memilih hasil- hasil yang terbesar dari alternatif- alternatif yang memberikan hasil maksimal
dalam berbagai keadaan.

Dari hasil analisis kriteria maximax, terlihat pengambilan keputusan ada pada keadaan sangat
optimis. Situasi masa depan dilihat yang paling menguntungkan atau pada tingkat permintaan
pasar yang tinggi sehingga alternatif keputusan yang diambil adalah produk batu bara yang dijual
tipe GAR-6100 dan memberikan pay-off terbesar yaitu 27 juta rupiah.
c. Kriteria Minimax

Krteria Minimax merupakan kriteria sebaliknya dari Maxsimin. jika maximin pesimis
mendapatkan keuntungan tinggi maka minimax pesimis mendapatkn kerugian yang kecil.
Keriteria ini digunakan untuk meminimasi biaya.

Berdasarkan kriteria minimax, dipilih alternatif keputusan pada produk batu bara yang dijual tipe
BA-48 dengan situasi masa depan pada “biaya tinggi” sebesar 23 juta rupiah. Pilihan kriteria
Minimax terarahkan pada kemungkinan biaya yang paling tinggi dan mengabaikan kemungkinan
biaya yang lebih kecil.

D.Kriteria minimin

Kriteria minimin merupakan kebalikan dari keriteria maximax. Kriteria ini dipakai untuk menilai
biaya yang diperlukan pada suatu alternatif pilihan kemudian mencari nilai terendahnya, sehingga
kriteria minimin digunakan untuk mencari minimasi biaya.

Dari data yang terdapat pada tabel produk batu bara yang dijual yakni biaya terendah dari tiap
alternatif, lalu tentukan biaya terendahnya. Biaya terendah dari tiap alternatif ada pada kolom biaya
rendah, sehingga biaya terendah adalah pada tipe BA-64.

2. a. Kriteria Hurwicz,
Metode ini menggunakan angka indeks sebagai kriteria optimisme pengambilan keputusan.
Angka indeks ini sering disebut dengan koefisien Hurwicz. Angka indeks ini mencerminkan dua
sisi ekstrim dari keyakinan pengambil keputusan, yakni pada saat optimis diberi angka 1 dan
psimis diberi angka 0.

dirumuskan NE = α (MaxPij) + (1 – α) (MinPij)

Dari tabel no. 2 probabilitis optimis = 0,6 dan pesimis 0,4

NE = α x Max Pij + (1-α) x Min Pij

NE1 = 0,6 x 1100 + 0,4 x 100 = 700


NE2 = 0,6 x 900 + 0,4 x 50 = 560

NE3 = 0,6 x 800 + 0,4 x 200 = 560

NE4 = 0,6 x 500 + 0,4 x 300 =420

Berdasarkan perhitungan diatas , nilai ekspektasi untuk alternatif keputusan ketiga atau produk
yang dijual (coklat) mempunyai nilai terbesar maka sebaiknya keputusan ini yang diambil
berdasarkan kriteria Hurwicz.

b. Minimax regret

Minimal Regret dilakukan apabila terjadi situasi pemilihan alternatif yang dijadikan situasi masa
depannya tidak sejalan dengan yang diharapkan dan menyebabkan hilangnya kesempatan
mendapatkan pay off yang tinggi.

Nilai Regret tiap alternative

Kondisi Pertumbuhan ekonomi (KPE)


Produk Yang dijual
Rendah Sedang Tinggi
Cokelat 200 = 300-100 100 =700-600 0 =1100-1100
Permen 250 = 300-50 300 =700-400 200 =1100-900
Kue 100 = 300-200 0 =700-700 300 =1100-800
Puding 0 = 300-300 500 =700-200 600 = 1100-500

Regret Maksimal

Alternatif keputusan Regret Maksimal


Coklat 200
Permen 300
Kue 300
puding 600
Penentuan Minimax regret adalah menentukan nilai regret terkecil dari regret maksimal tiap
alternative. Dari tabel diatas maka regret terkecil sebesar 200 dari total regret maksimal tiap
alternative. Artinya, berdasarkan keputusan Minimax regret akan memilih Coklat, dasar keputusan
ini adalah mencari nilai maksimum opportunity loss atau regret terkecil, yaitu sebesar 200
c. Kriteria Laplace

Kriteria laplace Menganggap peluang atau probabilita semua situasi masa depan yang akan terjadi
adalah sama, sehingga sering disebut dengankriteria aqual likelihood. Kriteria ini akan
menentukan suatu timbangan yang akan membobot tiap alternatif keputusan dari masing- masing
situasi masa depannya. pemilihan alternatif akan didasarkan pada nilai timbangan berdasarkan
jumlah situasi masa depan.

Nilai timbangan untuk tiap alternatif dapat dihitung:

NT (Coklat ) = 1/3 (100+600+1100 ) = 600

NT (Permen) =1/3 (50+ 400 +900) = 450

NT (Kue ) = 1/3 (200+ 700 + 800) =566,6

NT ( Puding ) = 1/3 (300+ 200 + 500 ) = 333,3

Nilai tertimbang untuk alternative produk coklat menunjukkan yang terbesar, sehingga pengambil
keputusan akan memilih coklat sebagai produk yang dijual.

3. a. Saluran distribusi yang paling memaksimumkan keuntungan perusahaan yakni


maximum expected pay-off. Prinsip yang digunakan adalah mencari nilai harapan dari
berbagai alternatif keputusan yang paling besar.

EP1 = 600 (0,2)+350(0,3)+600(0,5) = 465

EP2= 400(0,2) + 450(0,3)+ 500(0,5) = 465

EP3 = 250 (0,2)+ 500 (0,3) + 550(0,5) = 475

Berdasarkan hasil harapan terbesar alternatif retailer akan memberikan tingkat penjualan rerata
dalam jangka panjang.
b. pemilihan keputusan pada dasarnya mencapai pilihan keputusan yang akan
meminimumkan kerugian apabila memiliki alternatif keputusan yang lain Berdasarkan
pendekatan opportunity cost, keperluan akan diambil pada alternatif yang memberikan opportunity
cost terendah, dibandingkan alternatif lain. pilihan terendah ini akan sejalan dengan pilihan pada
hasil harapan berdasarkan probabilitas situasi masa depan untuk tiap alternatif tindakan.

kondisi permintaan
saluran distribusi
Rendah (0,2) sedang (0,3) tinggi (0,5)
langsung (300-300) = 0 (500-350) = 150 (500-600) = -100
Agent (00-40) = -100 (500-450) = 50 (500-500) =0
Retail (300-250) = 50 (500-500) = 0 (500-550) = -50

Setiap tindakan bisa dihitung nilai harapan kesempatan yang hilang (expected opportunity loss)
kemudian kita pilih alternatif dengan nilai harapan kesempatan yang hilang, yang terkecil (
minimum expected loss)

Langsung = 0( 0,2) + 150 (0,3) +-100(0,5) = -5

Agent = -100 ( 0,2) + 50 (0,3) + 0 (0,5) = -5

Retailer = 50 (0,2) + 0 (0,3) + -50 (0,5) = -15

Seperti dijelaskan diatas kriteria dengan opportunity cost akan mendasarkan pada nilai yang
terendah. Hasil perhitungan expected opportunity loss memperlihatkan Retailer mempunyai angka
minimum maka diputuskan untuk memilih alternatif ketiga . Berarti produsen harus memilih
retailer untuk saluran distribusi. Dengan keputusan ini akan dicapai nilai harapan kesempatan yang
hilang sebesar -15 juta rupiah.

Sumber referensi : BMP//ADB14531.Teori Pengambilan Keputusan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai