UMUM Beberapa informasi perencanaan teknis yang perlu selalu dievaluasi adalah: • Rencana Tata Ruang Wilayah/Kota (RTRW/K) terkait dengan luas daerah pelayanan, manajemen persampahan, tata guna lahan, dan pertumbuhan jumlah penduduk • Estimasi jumlah dan fraksi sampah yang akan dilayani • Kondisi fisik dan lingkungan, khususnya: struktur geologi tanah, hidrogeologi tanah, kestabilan geoteknik, iklim dan curah hujan, ketersediaan tanah penutup, kondisi zone penyangga sekeliling landfill BATASAN PENTING (1) • Sampah yang boleh masuk ke landfill sampah kota adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, dan kegiatan lainnya yang menghasilkan sampah sejenis rumah tangga. • Limbah yang berkategori B3 dilarang masuk ke TPA. Limbah B3 rumah tangga dikelola dengan mengaktifkan fungsi pewadahan di TPS. Limbah tersebut kemudian diangkut ke sarana limbah B3 • Sampah yang masuk ke lokasi tidak seluruhnya diurug ke dalam area pengurugan. Proses lainnya sangat dianjurkan seperti daur-ulang dan pengomposan. • Selalu memperhatikan kecocokan metode operasi, apakah sanitary landfill atau controlled landfill, sesuai dengan kelayakan teknis dan pertimbangan sosial-ekonomis yang dikaitkan dengan besaran kota dan timbulan sampah kota. BATASAN PENTING (2) • Indonesia memperkenalkan konsep Controlled landfill sejak 1990-an, yaitu landfill yang lebih sederhana dibandingkan sanitary landfill. Controlled landfill dimaksudkan sebagai alternatif pengganti open dumping, yang diharapkan secara bertahap digantikan oleh sanitary landfill. • Pengoperasian dan pemeliharaan controlled landfill maupun sanitary landfill, harus dapat menjamin fungsi: - Sistem pengumpulan dan pengolahan leachate - Penanganan gas metan - Pemeliharaan estetika sekitar lingkungan - Pengendalian vektor penyakit - Pelaksanaan keselamatan pekerja - Penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran. • Data pemantauan perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang dengan mudah akan memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan pemeliharaan site KAPASITAS LANDFILL Langkah awal dalam aplikasi landfilling adalah menentukan kapasitas fasilitas ini. Terdapat 2 langkah penentuan kapasitas: 1) Dalam proses pemilihan site, biasanya data yang diperoleh adalah luas calon lokasi. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan perkiraan masa layan calon tersebut. 2) Setelah sebuah site terpilih, maka dilakukan pengukuran fisik lahan tersebut, termasuk pengukuran topografi yang akurat. Data topografi beserta rencana pemanfaatan site akan menentukan secara lebih detail kapasitas site tersebut. Kapasitas dalam proses pemilihan site Besaran kapasitas dalam fase ini dibutuhkan untuk membandingkan secara cepat sebuah site dengan site yang lain. Jumlah sampah yang akan dilayani dan akan masuk ke dalam fasilitas ini sebelumnya perlu dihitung dengan cepat, tanpa membutuhkan data yang akurat. Contoh pendekatannya: • Pelayanan sistem adalah untuk menangani sampah domestik, baik yang berasal dari rumah tangga, maupun dari non-rumah tangga, sehingga jumlah sampah dari daerah yang ditinjau = jumlah sampah rumah tangga + jumlah sampah non-rumah tangga • Jumlah sampah rumah tangga per-hari = jumlah populasi x satuan timbulan sampah per-hari • Jumlah sampah total = faktor sumber sampah x jumlah sampah rumah tangga Kapasitas dalam proses pemilihan site Contoh pendekatannya (lanjutan): • Jumlah sampah yang akan diangkut ke sarana landfilling = faktor pelayanan x total jumlah sampah • Faktor sumber sampah adalah proporsi sampah sampah rumah tangga terhadap sampah total. Proporsi ini biasanya tergantung pada besaran kota. • Faktor pelayanan adalah kemampuan pengelola sampah mengangkut sampah yang dihasilkan menuju sarana landfilling. Besaran pelayanan ini biasanya diasumsi meningkat secara bertahap sampai mendekati pelayanan 100% dalam jangka waktu 10-20 tahun. Namun dalam perhitungan cepat ini diasumsi pelayanan konstan sebesar 60% Kapasitas dalam proses pemilihan site Contoh pendekatannya (lanjutan): • Jumlah populasi adalah berdasarkan data demografi setempat dengan batas daerah administrasi pelayanan yang telah ditentukan, misalnya sebuah kota, atau kecamatankecamatan yang dianggap membentuk sebuah kota • Satuan timbulan sampah adalah perkiraan jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap orang per-hari. Angka yang biasa digunakan adalah 3 L/orang/hari. • Andaikata faktor sumber sampah = 60%, maka jumlah sampah di daerah tersebut = jumlah sampah rumah tangga / 0.6 • Sampah yang dihasilkan tentunya akan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan fasilitas lain yang menghasilkan sampah. Namun dalam perhitungan cepat ini dianggap tidak ada pertambahan jumlah sampah. Dari perhitungan ini misal diperoleh estimasi kasar sampah masuk = A m3/tahun ESTIMASI DAYA TAMPUNG LAHAN Kapasitas calon lokasi dihitung sederhana, dengan mengasumsi misalnya bila datar: • Bentuk area adalah segi-empat • Pengupasan maksimum ke bawah = 5 m • Bentuk kupasan ke bawah adalah piramida terpancung, dengan kemiringan 1:1 • Penimbunan sampah ke atas maksimum = 20 m • Bentuk timbunan ke atas adalah piramida terpancung dengan kemiringan 1:3
Dari perhitungan di atas misal diperoleh total
kapasitas area pengurugan tersedia = B m3 ESTIMASI BERIKUTNYA: • Densitas sampah di timbunan = 2 - 5 kali densitas sampah di sumber • Kebutuhan tanah penutup: ➢ bila metode pengurugan adalah controlled landfill, maka kebutuhan tanah penutup = 3 % dari material yang akan ditimbun ➢ bila metode pengurugan adalah dengan sanitary landfill, maka kebutuhan tanah penutup = 20% dari material yang akan ditimbun • Area pengurugan = 70% dari total area yang dibutuhkan KAPASITAS DALAM PROSES DISAIN: • Dalam tahapan desain, data yang dibutuhkan hendaknya didasarkan atas data survey dan pengukuran langsung. • Perhitungan sampah yang akan masuk ke area landfilling adalah sesuai rencana periode desain, yaitu: ➢ Proyeksi penduduk di masa datang ➢ Proyeksi fasilitas umum yang akan menghasilkan sampah di masa datang ➢ Proyeksi satuan timbulan sampah yang dihitung berdasarkan atas data survey ➢ Proyeksi % luas area yang akan terjangkau pelayanan, yang mencakup % proyeksi penduduk dan % fasilitas umum yang akan dilayani KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA SARANA PENDUKUNG • papan nama • pagar dan pintu gerbang • rumah jaga, • kantor operasi, • garasi alat berat dan bengkel • Sarana pemadam kebakaran, • pelataran cuci truk sampah, • penyediaan air bersih, listrik, alat komunikasi, Sistem Pelapis Dasar (Liner) …..(1) • Perlu meneliti kembali kedalaman muka air tanah pada musim hujan terhadap lapisan dasar landfill, yaitu minimum 3 meter sebelum tanah dasar dikupas dan dipadatkan. • Tanah dasar dipadatkan dengan alat berat, dan menarahkan kemiringan dasar menuju sistem pengumpul leachate. • Prinsip pelapis dasar adalah: ➢ Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti terpapar hujan dan panas ➢ Tidak tergerus akibat operasi rutin, khususnya akibat truk pengangkut sampah dan operasi alat berat yang lalu di atasnya ➢ Sampah halus tidak ikut terbawa ke dalam sistem pengumpul lindi, dan tetap memungkinkan lindi mengalir dan terarah ke bawahnya. Sistem Pelapis Dasar (Liner) …..(2) • Bila menggunakan tanah liat, perlu melakukan pemadatan lapis- perlapis sampai mencapai kepadatan proctor 95%. • Kelulusan minimal dari campuran tanah tersebut diharapkan mempunyai nilai maksimum 1 x 10-7 cm/det.
Lapisan sampah
Lapisan Geotekstil (tidak mutlak ada)
Lapisan gravel (30 cm) dan pipa lindi
Lapisan Geomembran Lapisan tanah clay (25 cm)
Lapisan tanah dasar dipadatkan.
Under-Drain Pengumpul Lindi (Leachate): • Sistem drainase lindi memegang peranan penting agar tidak terjadi kumulasi air sampah di dasar landfill, yang menambah potensi perkolasi lindi ke dalam air tanah. • Pada pengembangan landfill yang baik, sistem drainase ini merupakan satu kesatuan dengan sistem gas. • Pada sistem landfill semi-aerobik, sistem drainase ini akan berfungsi ganda, yaitu mengalirkan lindi secara cepat ke penampung, dan bila saat kosong akan berfungsi sebagai saluran udara menuju vetilasi gas vertikal. • Beberapa petunjuk yang sifatnya praktis adalah: • Teliti kembali pola pemasangan sistem under-drain tersebut sesuai dengan dengan perencanaan, yaitu dapat berupa pola tulang ikan atau pola lurus • Kemiringan saluran pengumpul lindi antara 2 % dengan pengaliran secara gravitasi menuju instalasi pengolah lindi (IPL) • Sistem penangkap lindi diarahkan menuju pipa berdiamter minimum 300 mm, atau saluran pengumpul lindi. • Pertemuan antar pipa penangkap dengan pipa pengumpul dibuat bak kontrol (juction-box), yang dihubungkan dengan sistem ventilisasi vertical penangkap atau pengumpul gas Pemasangan Sistem Penanganan Gas • Sistem penangkap dan pengumpul gas merupakan kelengkapan dari sebuah landfill. • Kehadiran gasbio pada landfill sampah kota sulit dihindari, sekalipun dioperasikan mendekati sistem aerobik. • Kehadiran gas metan menjadi perhatian, khususnya terkait dengan gas rumah kaca dan pemanasan global. • Gas bio yang dihasilkan harus dievakuasi agar tidak terakumulasi dalam sistem landfill, yang dapat mendatangkan persoalan, seperti terjadinya ledakan akibat campuran gas metan dengan udara pada proporsi tertentu, • Pembakaran gasbio melalui gas flare merupakan pilihan yang paling sederhana, sedangkan recovery dan pemurnian gas metan untuk dimanfaatkan merupakan pilihan yang menguntungkan sebagai sumber enersi alternatif. Beberapa hal yang terkait dengan pemasangan sistem penanganan gas adalah: …..(1) • Gas yang ditimbulkan dari proses degradasi tersebut harus dikontrol di tempat agar tidak mengganggu kesehatan pegawai, orang yang menggunakan fasilitas landfill serta penduduk sekitarnya. • Gas hasil biodegradasi tersebut dicegah mengalir secara literal dari lokasi pengurugan menuju daerah sekitarnya. • Setiap 1 tahun sekali dilakukan pengambilan sampel gas-bio pada 2 titik yang berbeda, dan dianalisa terhadap kandungan CO2 dabn CH4. • Pada sistem sanitary landfill, gasbio harus dialirkan ke udara terbuka melalui ventilasi sistem penangkap gas, lalu dibakar pada gas-flare. Sangat dianjurkan menangkap gasbio tersebut untuk dimanfaatkan. Beberapa hal yang terkait dengan pemasangan sistem penanganan gas adalah: …..(2) • Pada sistem controlled landfill, gasbio dapat dialirkan ke udara terbuka melalui ventilasi sistem penangkap gas, sedemikian sehingga tidak berakumulasi yang dapat menimbulkan ledakan atau bahaya toksik lainnya. Pembakaran atau pemanfaatan gasbio tersebut sangat dianjurkan. • Pemasangan penangkap gas sangat dianjurkan dimulai dari saat lahan-urug tersebut dioperasikan, dengan demikian metode penangkapannya dapat disesuaikan • Metode untuk membatasi dan menangkap pergerakan gas, khususnya pada landfill yang sudah tidak difungsikan, adalah: ➢ Menempatkan materi impermeabel pada atau di luar perbatasan landfill untuk menghalangi aliran gas ➢ Menempatkan materi granular pada atau di luar perbatasan landfill (perimeter) untuk penyaluran dan atau pengumpulan gas ➢ Pembuatan sistem ventilasi penagkap gas di dalam lokasi urugan sampah di landfill tersebut Beberapa hal yang terkait dengan pemasangan sistem penanganan gas adalah: …..(3) • Sistem penangkap gas dapat berupa : ➢ Ventilasi horizontal: yang bertujuan untuk menangkap aliran gas dalam dari satu sel atau lapisan sampah ➢ Vantilasi vertikal: merupakan ventilasi yang mengarahkan dan mengalirkan gas yang terbentuk ke atas ➢ Ventilasi akhir: merupakan ventilasi yang dibangun pada saat timbunan akhir sudah terbentuk, yang dapat dihubungkan pada pembakar gas (gas-flare) atau dihubungkandengan sarana pengumpul gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut. • Perlu difahami bahwa potensi gas pada timbunan ini mungkin sudah mengecil sehingga mungkin tidak mampu untuk digunakan dalam operasi rutin. • Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai dengan perkiraan umurnya. Beberapa kriteria desain perpipaan vertikal pipa biogas : ➢ Pipa gas dengan casing PVC atau PE: 100 - 150 mm ➢ Lubang bor berisi kerikil: 40 - 100 cm ➢ Perforasi: 8 - 12 mm ➢ Kedalaman: mencapai 80% dari kedalaman timbunan TUGAS • Resume Peraturan Menteri PUPR No. 3 Tahun 2013 • Dikerjakan pada folio (tulis tangan)