Anda di halaman 1dari 9

Langkah yang harus segera dilakukan oleh BUP didalam menyiapkan rona lingkungan awal

sebelum Berita acara serah terima TPA

PENGAWASAN DAN PENGAMBILAN DATA SEBELUM PENGAMBILALIHAN TPA

1. Pengawasan Kegiatan Pembuangan

a. Tujuan Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dan pengendalian TPA dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa setiap


kegiatan yang ada di TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dite ntukan

dan untuk menjadi bagian dari rona lingkungan awal serta dapat menjawab pertanyaan
pertanyaan sebagai berikut :

- Apakah sampah yang dibuang merupakan sampah perkotaan, dan bukan jenis
sampah yang lain?

- Apakah volume dan berat sampah yang masuk TPA diukur dan dicatat
dengan baik?

- Apakah sel pembuangan dan titik bongkar sudah ditentukan?


- Apakah pengemudi sudah diarahkan ke lokasi yang benar?

- Apakah truk membongkar sampah pada titik yang benar?


- Apakah tanah penutup telah tersedia?

- Apakah perataan dan pemadatan dilakukan sesuai rencana?


- Apakah penutupan telah dilakukan dengan baik?

- Apakah prasarana dan sarana dioperasikan dan dipelihara dengan baik?

b. Tata Cara Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dilakukan dengan kegiatan pemeriksaan / pengecekan yang meliputi:

a. Pemeriksaan kedatangan sampah


b. Pengecekan rute pembuangan

c. Pengecekan operasi pembuangan


d. Pengecekan fasilitas sarana/prasarana
e. Pengendalian TPA meliputi aktivitas untuk mengarahkan operasional
pembuangan dan setiap fasilitas sesuai fungsinya seperti:

· Pemberian petunjuk operasi pembuangan bila petugas lapangan/operator


melaksanakan tidak sesuai dengan rencana

· Pemeriksaan kualitas pengolahan leachate dan pemberian petunjuk cara


pengoperasian yang baik

1.1. Pendataan dan Pelaporan

a. Pendataan TPA

Data-data TPA yang diperlukan akan mencakup:

a. Data kedatangan kendaraan pengangkut sampah dan volume sampah yang

diperlukan untuk mengetahui kapasitas pembuangan harian; yang akan


digunakan untuk mengevaluasi perencanaan TPA yang telah disusun berkaitan

dengan kapasitas tampung dan usia pakai TPA. Data ini dapat dikumpulkan di
Pos Pengendali TPA dimana terdapat petugas yang secara teliti memeriksa,

mengukur dan mencatat data tersebut dengan bantuan Form Kedatangan Truk.
b. Data kondisi instalasi pengolahan lindi khususnya kualitas parameter pencemar

untuk mengetahu efisiensi pengolahan lindi dan potensi pencemaran yang masih
ada. Data ini diperoleh melalui pemeriksaan kualitas air lindi di laboratorium.

c. Data operasi dan pemeliharaan alat berat yang merupakan data unjuk kerja alat
berat dan pemantauan pemeliharaannya.

b. Pelaporan

Data-data di atas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang dengan

mudah memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan pemeliharaan


TPA kepada para pengambil keputusan maupun perencana bagi pengembangan TPA

lebih lanjut.

2. PEMANTAUAN OPERASIONAL

Monitoring kualitas lingkungan pada saat TPA beroperasi diperlukan untuk


mengetahui ada tidaknya pencemaran baik karena kebocoran dasar TPA, jaringan

pengumpul lindi, proses pengolahan lindi yang tidak memadai maupun kebocoran
pipa ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring ini adalah sumur uji dan
pipa ventilasi gas yang terlindung. Sumur uji yang harus ada minimal 3 unit, yaitu

yang terletak sebelum area peninmbunan, dekat lokasi penimbunan dan sesudah
area penimbunan. Parameter kunci yang diperlukan antara lain meliputi :

· Kualitas air , meliputi antara lain BOD/COD, chlorida, sulfat

· Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, gas metan (CH4)

· Kepadatan lalat

Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama untuk parameter

kunci, sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan setahun 1-2
kali (musim kemarau dan hujan).

a). Pemantauan dan pencatatan rutin hendaknya dilakukan secara baik, untuk

mencatat :

a. Permasalahan operasional lapangan yang penting, pengaduan dari masyarakat atau

kesulitan yang dijumpai selama operasi harian


b. Sumber, jumlah, karakteristik dan komposisi sampah yang ditangani

c. Secara rutin dilakukan pengukuran topografi ulang di atas timbunan sampah untuk
mengevaluasi sisa kapasitas lahan yang tersediaa

d. Setelah area pengurugan ditutup karena penuh, suatu laporan rinci perlu dibuat,
yang berisi catatan dan data yang penting, yang terkait dengan monitoring jangka

panjang.

b). Setiap awal operasi di pagi hari, pengawas lapangan melakukan peninjauan pada
rencana

lokasi penuangan sampah hari itu untuk mengevaluasi : Kondisi sekitar lahan operasi,
khususnya erosi timbunan, settlement, fungsi instalasi pengolah lindi dan pengendali biogas

a. Kondisi drainase permukaan


b. Kondisi jalan operasi
c. Stok tanah penutup.

c). Pada musim hujan, lakukan pengamatan rutin terhadap kemiringan tanah penutup
harian,

untuk menjamin pengaliran run-off dari atas lapisan penutup mengalir secara lancar menuju

ke saluran drainase.

d). Bila terdapat aktivitas recovery sampah dalam bentuk pemulungan sebelum

pengurugan

sampah, maka aktivitas ini hendaknya dimasukkan ke dalam tata-cara operasional rutin

sehingga kegiatan-kegiatan tersebut berjalan secara sinergis dan saling menguntungkan.

f). Selama pengoperasian, permasalahan lingkungan yang biasanya muncul,


hendaknya

dipantau dan dikelola secara baik dan profesional. Persoalan utama yang perlu mendapat
perhatian adalah :

a. Upaya penanganan eksisting dampak lingkungan, khususnya yang terkait dengan


pengendalian lindi, gas, dan bau

b. Upaya pengendalian bau dan kebakaran


c. Upaya-upaya pengendalian binatang pengerat (vektor)

d. Upaya-upaya pengendalian debu dan sampah ringan.

2.1. Kontrol Pencemaran Air

a. Setiap TPA harus menyiapkan rencana pemantauan dan pengontrolan kualitas air.

Rencana kontrol kualitas air harus memuat :


- Kondisi badan air dan prediksi daerah yang berpotensi tercemar lindi

- Elevasi dan arah aliran air tanah


- Lokasi dan tinggi muka air permukaan yang berdekatan
- Potensi hubungan antara lokasi pengurugan, akuifer setempat, dan air

permukaan yang didasarkan atas catatan historis serta informasi lain


- Kualitas air dari zone yang berpotensi terkena dampak sebelum pengurugan

dilakukan
- Rencana penempatan sumur pemantau, stasiun sampling, serta program

sampling
- Informasi tentang karakteristik tanah dan hidrogeologi di bawah lokasi lahan-

urug (landfill) pada kedalaman yang cukup untuk memungkinkan


dilakukannya evaluasi peran tanah tersebut dalam melindungi air tanah

Rencana kontrol run-off untuk mengurangi infiltrasi ai r ke dalam urugan,


serta kontrol erosi urugan dan persediaan bahan penutup

- Potensi timbulan lindi dan dan rencana sistem penanggulangannya untuk


melindungi air tanah dan air permukaan.

b. Lakukan pengecekan dan pemeriksaan secara rutin dan berkala terhadap kualitas
air tanah di sumur-sumur monitoring, sumur penduduk di sekitar TPA dengan

parameter utama pH, daya hantar listrik, khlorida, BOD, COD.


c. Sampah dan lindi tidak boleh berkontak langsung dengan air tanah atau badan air

yang digunakan sebagai sumber air minum. Sampling dan analisa air tanah yang
digunakan sebagai sumber air minum dilakukan secara berkala, mengikuti standar
kualitas air minum yang berlaku.

2.2. Monitoring Dan Pencegahan Kebakaran

1. Kontrol Suhu

Pemantauan suhu dalampencegahan kebakaran di TPA dan sebagai cara pemantauan untuk

memastikan Suhu Kondisi TPA dalam kondisi aman sebagai berikut :

- < 55°C Suhu normal TPA

- 55-60°C Terjadi peningkatan aktivitas biologi


- 60 - 70 °C Peningkatan aktivitas biologi yang

- 70 °C Telah terjadi kebakaran TPA


2. Pemantauan Komposisi Gas

Pemantauan komposisi gas sangat berguna saat terjadi kebakaran dan dapat menjadi acuan

bagi keberhasilan. Parameter yang diukur adalah konsentrasi oksigen, karbon monoksida,
hidrogen sulfida dan metana. Dari keempat gas yang diukur, karbon monoksida adalah

indikator yang paling berguna bahwa telah terjadi kebakaran ditunpukan sampah Kehadiran
oksigen pada konsentrasi di atas 1% memberikan indikasi bahwa ada

hambatan intrusi oksigen (pada tanah atau tanah penutup) dan diperlukan tanah penutup
tambahan. Di sisi lain menjadi indikator bahwa telah dihasilkan metana lebih dari 40% dan

merupakan indikator positif bahwa terjadi kondisi anaerobik. Selama terjadi kebakaran di
TPA, tingkat oksigen pada sub-permukaan biasanya 15 sampai 21%. Pada pemadaman

kebakaran dan penutupan sampah kadar oksigen turun secara konsisten, dan ketika api
padam kadar oksigen turun di bawah 1%. Gas monitoring probe biasa diletakkan di

beberapa titik di TPA agar dapat dilakukan kontrol terhadap gas yang dihasilkan.

4. KONTROL STABILITAS LERENG

a). Lahan TPA, khususnya area pengurugan, hendaknya selalu dikontrol terhadap
kemungkinan

terjadinya kelongsoran akibat terjadinya ketidakstabilan terhadap keruntuhan geser, atau


terganggunya kestabilan lereng

b). Batasan nilai yang biasa digunakan agar material dalam timbunan tidak runtuh dikenal
dengan sebagai faktor keamanan (safety factor atau SF). Syarat kriteria nilai SF minimum 1,3

untuk kemiringan timbunan sementara dan 1,5 untuk kemiringan yang permanen.

c). Pada timbunan di landfill, kestabilan akan ditentukan antara lain oleh :

- Karakteristik dan kestabilan tanah dasar


- Karakteristik dan berat sampah : tambah banyak plastik cenderung tambah tidak

stabil, tambah tinggi timbunan cenderung akan tambah berat, dan akan tambah
tidak stabil. Sifat ini terkait erat dengan kuat geser sampah dalam timbunan, yang
akan tergantung pada sudut geser (Φ) dan daya lekat antar partikel (nilai kohesi
c)

- Kandungan air dalam sampah dan dalam timbunan : tambah lembab sampah
akan tambah tidak stabil, tambah banyak air di dasar timbunan, akan tambah

tidak stabil timbunan tersebut


- Kemiringan lereng : tambah kecil sudut kemiringan akan tambah stabil.

Kemiringan yang baik bagi timbunan sampah adalah antara 20 – 30o


- Penggunaan terassering pada ketinggian tertentu. Sebaiknya digunakan

terasering selebar minimum 5 m untuk setiap ketinggian 5 m


- Kepadatan sampah : tambah padat sampah, maka akan tambah mampu

mendukung timbunan sampah di atasnya. Kepadatan yang baik dengan


penggunaan alat berat dozer akan dicapai bila dilakukan secara lapis-per-lapis

- Jenis dan integrasi tanah penutup harian dan penutup antara : setiap jenis tanah
akan mempunyai sifat kestabilan tertentu, yang membutuhkan informasi yang

akurat sebelum digunakan,

5. KONTROL KUALITAS LINGKUNGAN LAIN

A. Penggunaan upaya rekayasa, seperti penahan aliran untuk memperlama run-off


digunakan bilamana perlu untuk mencegah adanya erosi akibat kecepatan run-off yang

berlebihan.
B. Kondisi pengurugan sampah harus dipertahankan agar tidak menarik minat binatang,

khususnya binatang pengerat yang tergolong penyebar penyakit, seperti tikus, untuk
mencari makan dan berkembang biak.

C. Kontrol terhadap stabilitas lereng dan reruntuhan sampah ke saluran drainase perlu
dilakukan secara rutin dengan menatur dan membenahi kembali kemiringan talud

timbunan,dan memperbaiki tanah penutup reguler yang telah mengalami erosi dan telah
mengalami penurunan.

D. Operasi pemulungan bila tidak dapat dihindari hendaknya memperhatikan masalah


estetika.

E. Manual tentang tata-cara dan prosedur terhadap penyelamatan kecelakaan harus


tersedia dilapangan untuk digunakan oleh pekerja.
F. Setiap pekerja harus diinformasikan tentang cara-cara penyelenggaraan keselamatan
kerja.

G. Peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan, topi lapangan, kacamata


pelindung,sepatu kerja harus disiapkan di lapangan.

H. Tanda-tanda peringatan yang terkait dengan pencegahan kecelakaan, seperti pemadam


kebakaran, dilarang merokok, dsb harus jelas terlihat dari kejauhan.

I. Perkembangan lalat dapat terjadi dengan cepat yang umumnya disebabkan oleh
terlambatnya penutupan dampah dengan tanah sehingga tersedia cukup waktu bagi

telur lalat untuk berkembang menjadi larva dan lalat dewasa. Karenanya perlu
diperhatikan dengan seksama batasan waktu paling lama untuk penutupan tanah.

Semakin pendek periode penutupan tanah akan semakin kecil pula kemungkinan
perkembangan lalat.

J. Pemantauan sanitasi lingkungan dengan indikator jumlah lalat. Apabila nilai pengamatan
terakhir lebih besar dari sebelumnya, terdapat indikasi penurunan kualitas lingkungan.

Apabila di TPA terdapat tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per grill, maka perlu
dilakukan pengendalian.

K. Dalam hal lalat telah berkembang banyak, dapat dilakukan penyemprotan insektisida
dengan menggunakan mistblower. Tersedianya pepohonan dalam hai ini sangat

membantu pencegahan penyebaran lalat ke lingkungan luar TPA.


L. Kebakaran/asap terjadi karena gas metan terlepas tanpa kendali dan bertemu dengan
sumber api. Terlepasnya gas metan seperti telah dibahas sebelumnya sangat ditentukan
oleh kondisi dan kualitas tanah penutup. Sampah yang tidak tertutup tanah sangat rawan

terhadap bahaya kebakaran karena gas tersebar di seluruh permukaan TPA. Untuk
mencegah kasus ini perlu diperhatikan pemeliharaan lapisan tanah penutup TPA.

M. Pencegahan pencemaran air di sekitar TPA perlu dilakukan dengan menjaga agar
leachate yang dihasilkan dari TPA dapat :

- Terbentuk sesedikit mungkin, dengan mencegah rembesan air hujan melalui


konstruksi drainase dan tanah penutup yang baik

- Terkumpul pada kolam pengumpul dengan lancar


- Diolah dengan baik pada kolam pengolahan yang kualitasnya secara periodik

diperiksa.

Anda mungkin juga menyukai