Anda di halaman 1dari 9

EPS 20 MUHAMMADIYAH DAN PEMBERDAYAAN DAERAH 3T komunitas-komunitas Marjinal kelompok-kelompok masyarakat

yang miskin dan fullnerable people itu dalam artian mengalami Apa
(segmen 1) itu keuntungan atau kerentanan itu Muhammadiyah banyak
membuat program-program percontohan.
Sejauh mana sebenarnya kemudian Muhammadiyah itu hadir di
daerah-daerah yang di kategorikan 3T itu sejauh ini? Sebenarnya apa sih yang salah di dalam tata klola pembangunan
sehingga kemudian muncul ada daerah 3T dan ada daerah yang
Kalau kehadiran atau peran Muhammadiyah di kawasan 3T itu memang memiliki kemampuan lebih di daerah yang maju
sebenarnya secara eksis sudah ada sejak lama bahkan setelah sementara di daerah lain mengalami ketertingganan?
Muhammadiyah berdiri sebelum kemerdekaan itu Muhammadiyah
sudah ada. Contohnya misalkan kehadiran Muhammadiyah atau ketimpangan tatakola pembangun yang tidak merata fokusnya
berdiri nya Muhammadiyah di kepulauan Talaud di Sangihe itu pada misalkan daerah-daerah perkotaan hanya urban bahkan
jauh sebelum kemerdekaan sudah hadir di sana, bayangkan di tersentral di Jawa dan sebagian Sumatera sehingga daerah-daerah
pulau Utara Sulawesi Utara dekat dengan Filipina, Muhammadiyah lain tidak atau kurang diperhatikan mungkin porsinya kurang
sudah sampai ke sana itu memang betul-betul terluar dan terdepan walaupun sumber daya mereka besar jadi tata Kelola atau
itu termasuk juga di Bagaimana di NTT, di Maluku, di Kepulauan ketimpangan proses pembangunan itu yang terjadi.
yang ada start Buton bahkan di Papua Muhammadiyah juga sudah
lama berkiprah dan kontribusi memberikan pelayanan untuk apakah ini kemudian menjadi salah satu referensi
kemajuan masyarakat secara luas itu sudah lama. Tetapi kenapa Muhammadiyah sehingga kemudian Muhammadiyah di
tema 3T itu muncul di deskripsi ya karena ada kesepahaman dalam Muktamar ke-47 kemudian mengambil gagasan untuk
hal ini mungkin juga keprihatinan Muhammadiyah tentang memberikan perhatian secara serius kepada daerah-daerah yang
ketimpangan pembangunan kawasan di Indonesia melalui mengalami?
Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makasar
Muhammadiyah memberikan perhatian khusus kepada kawasan melalui otonomi daerah sebenarnya daerah diberikan kewenangan
3T untuk akselerasi dalam hal ini Muhammadiyah harus melakukan bahkan diberikan kekuasaan Ya mulai pengelolaan daerah termasuk
akselerasi penguatan terhadap peran dan kontribusinya kepada anggarannya itu selama hampir 15 tahun, dari tahun 2000 sampai
kawasan-kawasan Timur Indonesia yang mungkin disebut 3T itu, 2015 itu dirasa ini perlu Sinergi kolaborasi dari segenap elemen
bagian dari tingkat untuk semakin mempertajam ya memperkuat bangsa yang tidak hanya tanggung jawab pemerintah dari
peran Muhammadiyah Oleh karena itu sejak tahun 2015 melalui Muhammadiyah juga terpanggil Ada keprihatinan ada dorongan
majelis yang diamani oleh Muhammadiyah untuk memperhatikan untuk melakukan percepatan dalam hal Bagaimana kondisi
masyarakat yang ada di kota, di Jawa dan di luar Jawa itu tidak program yang membuat kami suku Kokoda akan kedepannya lebih
begitu jumlah lagi oleh karena itu Muhammadiyah perhatian yang baik kedepan ternyata membetul sesudah Muktamar itulah
lebih kepada kawasan Timur Indonesia kita sinergiskan supaya program mulai digenjot lagi mulai diperkencangi lagi mulai program
proses-proses pembangunan, proses-proses pelayanan masyarakat dari pusat dari MPM mulai ada kegiatan-kegiatan pertanian Bahkan
yang dilakukan oleh Muhammadiyah khususnya di bidang bukan hanya pertanian saja kelayakan hidup yang baik diberikan
pendidikan, kesehatan, ekonomi bahkan dalam hal ini adalah oleh Muhammadiyah
kecakapan hidup itu diperkuat lagi oleh Muhammadiyah di basis-
basis komunitas masyarakat yang rentan. Oleh karena itu (segmen 2)
Muhammadiyah melalui majelis pemberdaya masyarakat membuat
percontohan Bagaimana pemberdayaan di komunitas suku Sebelum bertemu dengan MPM dan teman-teman saat itu kita
misalkan di Kalimantan kita punya percontohan yang kita datang sering mendengar bahwa teman-teman Kokoda ini pindah-
intensif selama beberapa tahun itu di Kabupaten Berau pedalaman pindah, seperti apa?
hutan di komunitas Dayak yang kita hadir di sana selama beberapa
tahun untuk meningkatkan taraf itu masyarakat di sana, kita juga ketika kami Sebelum berjumpa dengan rekan-rekan MPM tentunya
punya pendampingan di suku Kaili di Sulawesi Tengah kita punya kami berkolaborasi terlebih dahulu dengan Uni muda dulu masih
juga di NTT di Soe dan yang bersama kami yang sekarang ada di STKIP dengan uni muda dalam hal ini dibawa komando Bapak ketua
depan Bapak Ibu semuanya adalah Bapak Samsudin yang berasal STKIP dulu sekarang sudah uni muda pak rektor salah satunya
dari suku kokonda ya suku asli Papua dari dari penampakannya beliuau lah yang membuat trobosan-trobosan untuk orang Kokoda
saya kira sudah mencerminkan Papua jadi kita supaya aja gimana khususnya di warmon Kokoda dalam hal ini untuk Bagaimana
sih peran Muhammadiyah kepada suku kokoda di Papua. membuat perubahan-perubahan dalam hidup agar orang Kokoda
bisa mendapatkan kelayakan pendidikan yang baik kemudian
seperti apa sih sebenarnya kehidupannya teman-teman kelayakan hidup yang baik jangan sampai kita kemarin sudah
sebelumnya ? pindah-pindah dari kota pindah ke Kabupaten Anggaplah kita ini
orang Papua loh Kita orang Papua Tapi kok kita ini kayak numpang
dulu pemerintah tidak begitu perhatikan bahkan sampai sekarang begitu ya begitu orang Papua yang hidup di tanah Papua tapi
pun bisa dibilang saat ini pemerintah tidak pernah melihat hal itu seperti numpang gitu ya betul sekali mas Tapi ya begitulah
Muhammadiyah sebelum Muktamar itu Muhammadiyah sudah namanya kita juga ya Anggaplah pendatang dari kampung terpencil
ada bahkan MPM 2013 sudah memperkenalkan diri dengan kita keluar untuk demi meraih cita-cita masa depan yaitu
sebelum Muktamar Muhammadiyah Ketika rakornas MPM di UMY pendidikan kita datang ke kota sampai di kota ya kita numpang
kemudian disitulah MPM punya hak apa punya kegiatan punya Anggaplah kaya Mas Gus mengikatkan beliau orang Seragen datang
ke Jogja yang artinya di sini mungkin ngekos dulu sementara habis tempat kita sudah mulai tinggal di situ numpang sudah kita
itu Nanti pindah ya begitu pula sama dengan kami jadi walaupun numpang kalau kita mulai pindah-pindah itu dari tahun 2000 Oke
bukan orang Papua artinya Kami punya tangan enggak kita tahun 2000-an kita sudah mulai pindah-pindah dari kota Kabupaten
numpang juga akhirnya kan namanya perkembangan kota ya kita untuk mencari sekedar nafkah untuk bisa cari makan berkelompok
dipindah-pindah kan akhirnya ya kita cari tempat kecocokan untuk termasuk membawa anak-anak keluarga ya sementara itu kalau
kita bisa hidup berdampingan dengan siapa saja di mana saja kita pindah ke sana juga ya memang pendidikannya juga enggak
ternyata kami dapatlah di SP3 di warmon Kokoda saat ini. ada akhirnya ketemu langsung ada orang yang menyampaikan
harus kamu datang ke orang ini Rustamaji orang Muhammadiyah
Sebelum tinggal di SP3 jadi saat itu berapa warga yang kemudian orangnya bisa hmm akhirnya ayah saya berjumpa Dengan Pak
dikategorikan dalam satu suku yang harus berpindah-pindah? Rustamaji Pak rektor di situlah mulai Kerjasama beliau ketemu
dengan Pak rektor mulai cerita-cerita ingin mau membangun
Dahulunya 15 kartu keluarga dalam 1 kartu keluarga bisa lebih dari pendidikan ingin membangun masjid akhirnya terbentuklah
3 atau 4 orang itu berkelompok kemudian pindah ke satu terpanggil lah pak rektor ini Muhammadiyah mulai tergerakkan
daerah ke daerah yang lain begitu ya kalau untuk dari satu hatinya untuk bisa membantu sesama muslim apalagi ini Kokoda
Kompleks itu kita bukan hanya 15 KK itu lebih dari 100 Kk hanya Kokoda yang kategorinya Katakanlah mereka ini juga ada sebagian
yang yang datang untuk mencari sekedar mencari makan dan lain separuh ada yang Nasrani ada yang muslim tapi ya tentunya kami
sebagainya ambil Sagu dan lain sebagainya itu memang kita 15 KK Kalau dibilang ya mohon maaf memang pemerintah jarang melihat
lebihnya itu masih di kota tapi masih numpang masih numpang hal ini tapi kontribusi orang kokora kepada pemerintah daerah dan
juga masih numpang nah tentunya perkembangan pasar lain sebagainya itu ada tapi pemerintah tidak pernah mengadakan
internasional mulai dibangun otomatis warga di sekitar situ digusur tempat memfasilitasi tempat dan tempat tinggal yang layak dan
dipindah Namun kita disuruh pindah Kita pindah kita ndak punya perumahan yang layak belum ada tapi Muhammadiyah telah
tempat kita harus pindah ke tempat yang numpang di orang itu membuktikan hal ini kepada siapa saja nah Muhammadiyah bekerja
pertanyaan-pertanya saya kamu ngapain di situ ya Otomatis kan untuk siapa saja terutama pendidikan kemudian kelayakan hidup
kita pindah-pindah. yang baik Muhammadiyah kasih kita tempat habis itu datanglah
Sampai tahun berapa akhirnya kemudian perpindahan itu Muhammadiyah pimpinan pusat datang almarhum paksa itu lele
mendapat jawaban pertemuan dengan Muhammadiyah itu tahun beserta Gus Bah datang ke warmong Kokoda 2013 berjumpa
berapa? dengan saya disitulah saya mulai dekat dengan mereka itu dan
disitulah mulai kita mulai ingin apa membuat satu program yang
Kalau kita hanya untuk sekedar mencari makan dari tahun 96 tapi harus merubah kehidupan orang kokodaa.
sampai mulai kita menetap itu 2003 2004 2005 sudah kita mulai
Tentu tidak kemudian tiba-tiba langsung membuat program saya tanya siapa namanya siapa ya Ini bukan Tanah kami Padahal
pasti ada assessment ada kajian-kajian sehingga kemudian apa mereka sosial bisa menimbulkan hal yang nggak bagus seperti itu
yang akan dilakukan itu nanti akan dengan apa yang masa orang Papua asli hitam kulit keriting rambut tinggal di lahan
menjadi budayanya teman-teman kokoda, seperti apa yang milik pendatang dalam sebatas kami Wah ini ironis sekali ini ada
dilakukan oleh teman-teman saat itu? yang enggak Bener ini orang asing Papua kok tinggal di Papua kok
menetap di lahannya orang lain dan pendatang lagi ya seperti itu
Ya awalnya waktu bertemu tahun 2012 Saya berkunjung ke itu agak sensitif bagi saya terus di samping itu mereka nggak punya
komunitas tempat tinggalnya suku kokoda Mas Syamsudin dan hak-hak secara kepadatan itu loh tidak punya KK tidak punya KTP
teman-temannya ini kami di Sorong itu diberitahu ada komunitas Otomatis kalau nggak punya administrasi kependudukan nggak
Rintisan binaan dari kampus dimana itu Sekolah Tinggi Ilmu dapat bantuan pemerintah Bansos, program, MPM dulu nyaris
pendidikan ke sana ternyata itu di kampung masih masuk dan tidak terdapat seperti daerah-daerah yang lain seperti itu wah ini
masuknya mobil enggak bisa masuk motor juga enggak bisa masuk orang Indonesia kok enggak mendapatkan hak-hak seperti warga
terus kami di drop di Kampung Sebelah kami jalan ke pematang negara jadi udah nggak punya lahan enggak punya hak-hak
sawah itu mungkin sejauh mata memandang ternyata keramigrasi Kesehatan enggak ada sama sekali sehingga jadi itu mungkin yang
itu kampungnya udah baik tertata maksudnya itu ada jalan ada kemudian tadi Kalau teman-teman dari Kokoda mengatakan bahwa
listrik di kampung itu di kampung transmigran di kampung Kokoda mereka enggak mendapat bantuan dari pemerintah karena
nya di seberang kampung itu masih terpisah oleh lahan terisolasi memang secara administratif mereka memang belum terlegitimasi,
oleh lahan kosong dan penduduknya ini memutas itu tinggal di tidak ada KTP gimana bantu-bantuan kan berbasis kependudukan
seberang lahan yang kosong itu di seberang sungai lagi sebelahan teman-teman saya ini enggak dapat-dapat sekali ya dapatnya dari
terus ada sungai terus seberangnya lagi kami jalan ke sana kalau Muhammadiyah itu akhirnya, Awalnya kami sempat disangsikan
sana pasti cincin celana karena apa belum ada jalan, jalan sama Bapaknya Mas Syamsuddin itu kami kan biasa ketemu
kampungnya itu bagus Ya lebar ada listrik ada air gitu ya masuk ke pertama atau foto-foto kami foto-foto macam-macam itu Bapaknya
kampung Apa itu komunitas Mas itu teriak itu “foto kami
Polda itu nggak ada jalan nggak ada listrik enggak ada air di situ ada itu sudah sampai bantuannya tidak tahu Entah di mana” gitu saya
manusia tinggal di rumah rumbai-rumbai rumah yang tidak kaget itu wah saya dikirimin jiwa kemiskinan Saya bilang sama
sewajarnya rumah seperti itu yang bikin itu lagi adalah salah satu bapak nya saya akan datang ke Koda tidak hanya sekali ini saja jadi
rumah itu ada beberapa KK tidak hanya 1 KK di situ ada satu rumah- saya bilang saya akan datang tidak hanya Hari ini besok-besok saya
rumahnya los-losan gitu aja Wah ini bagaimana kami ke sana akan datang pastikan saya akan damping suku Kokoda oleh itulah
disambut oleh orang tuanya mas syamsuyddin, saya dapat kami
informasi ini orang suku Papua yang hitam kulit keriting rambut ya
berpikir berupaya gimana tetap bersama suku kokoda supaya bisa juga budaya itu masih ada jadi budaya cocok tanam itu tidak
lebih baik lagi, lebih Mandiri, lebih maju semuanya banyak menjadi hal yang mainstream, kalau mereka butuh ikan ya cari ke
program-program yang kami siapkan. sungai cari ke laut tidak harus buat kolam ikan di situ kalau pengen
daging ya pergi ke hutan di 2013 pola pikirnya masih seperti itu
Model partisipatifnya seperti apa apakah dalam bentuk diskusi? kami ingin teman-teman kokoda itu juga bisa ya mengolah lahan
yang subur, Papua itu lahan nya subur subur sekali jadi diolah dan
bagus belum semua warga sekolah udah bisa diajak bicara diskusi ditanamin pasti tumbuh seperti itu maka kami ingin warga juga
kami memang punya person kayak Pak Syamsuddin Bapaknya Pak mayoritas bisa bercocok tanam di lahan yang luas dan ibaratnya
Jalil adiknya dan keluarganya yang memang secara usia lebih muda bisa dimanfaatkan, ketika kami ada lahan yang punya orang tapi
ya Secara pengaruh ketokoan yang memang diikuti di situ sehingga masih nganggur kami ajari petanian, kami ajari mencangkul, kami
Kami berbicara pada teman-teman yang bisa diajak berkomunikasi ajari buat pupuk kompor buat Bedeng. Ternyata teman-teman
dengan baik oleh karena itu karena problema itu komplek mereka belum bisa mencangkul jadi tahun 2014 itu saya ajak tim kami di
mengalami eksklusi serta sosial eksklusif secara politik kebijakan majelis masyarakat itu untuk ngajari warga Kokoda. Kami beli
seperti eksklusif secara demografi terpisah seperti itu maka cangkul beli sapi beli apa-apa ternyata warga itu belum ada yang
bayangan kami itu kami akan selesaikan dulu masalah eksklusif pernah memegang megang cangkul jadi kami ajari mencangkul,
sosial karna suku Kokoda oleh orang-orang Papua sendiri ya yang saya heran setelah bisa mencangkul ada salah satu warga
dianggap sebagai suku yang keras, susah di atur, tingkat setelah dia bisa mencangkul setelah bisa mencangkul kami latih dan
diskriminasi nya tinggi dia senang megang itu mencangkul terus sampai hujan terus masih
sehingga suku Kokoda sudah sangat beken terkenal sekali. Jadi kita mencangkul karena saking semangat kami sudah berteduh kami
harus merubah stigma daripada suku Kokoda baru program- teriakin enggak mau berhenti mencangkul. Jadi pertama kali adalah
program bercocok tanam dan kami juga enggak menduga kami kan
yang lain. membuat pupuk kompos kan otomatis harus ada bahan bakunya,
bahan bakunya kan kotoran ternak supaya itu Kami beri ternak sapi
(segmen 3) ini Dibantu oleh lazismu kami kirim belikan di Papua kami berikan
ke Kokoda. kami beri sapi ini tempat tapinya beberapa waktu
Program seperti apa yang sesuai dengan apa setelah kami berdiri kami tidur kabari sapinya mati karena tidak
yang suku kokoda butuhkan? diberi minum, jadi warga Kokoda tidak tahu bahwa sapi butuh
miunum, taunya bisa cari sendiri.
saya itu mengenal anda budaya tradisi berburu dan meramu itu di
buku ketika kami ke Papua ya ketemu lihat langsung ya ternyata
Apakah pada ada saat itu suku Kokoda tidak tahu bagaimana tahunya sapi datang kayak rusa pemikirannya jadi dia bisa cari
harus bercocok tanam? minum sendiri ternyata sapi itu kita pelihara kasih makan kayak
kalau di sana kan kita mungkin punya ternak kambing itu tidak
Kalau untuk kebun kasar begitu memang ada kita bisa bikin kebun pernah kita kasih minum ya anggap lah biasa seperti itu Jadi kita
pisang kalau yang untuk kayak yang menanam palawija terus pakai angkatnya begitu padahal saat ini sapi ini tidak seperti itu, kita
nyangkul-nyangkul bikin bedengan Pematang memang belum tahu harus banyak belajar sama orang Jawa artinya harus kalau kita ikat
sama sekali karna belum pernah melihat tv karna belum ada juga Ya kita harus kasih dia minum Jangan dekat tapi harus minum, udah
dari dinas-dinas terkait yang juga memberikan pelatihan tidak ada diikat tidak dikasih minum akhirnya sapinya mati karna tidak tahu
pelatihan dan pelajaran bahkan tidak ada contoh untuk kita bisa caranya.
bertanam, bertani yang baik paling kita lihat ini cangkul untuk pergi
ke kebun pisang cangkulannya untuk tanam pisang padahal untuk Apa program selanjut nya setelah ternak ndan bercocok tanam?
manfaatnya cangkul itu kan kita bisa bikin permata yang panjang ya ketika kami bolak-balik ke Papua memberikan perhatian tidak
kita kan enggak tahu bikin kebun pisang ya bikin cangkul apa saya hanya pertanian tapi juga usaha membuat sofenir-sofenir dari
kolam gitu untuk menanam pisang gitu terus apa ubi dan ubi ubi Papua baju rumbai-rumbai itu etnik itu bagus dijadikan di luar-luar
jalar kangkungnya bisa dijual ada toko di depan seperti itu, ada juga
ubi yang lain-lainnya pokoknya bisa ditanam seperti itu ya Kita yang nelayan, ada yang menyampaikan Pak kami juga pengen bisa
cuman bikin aja gitu tapi kalau untuk bikin Pematang dan cara ke laut Kokoda itu sebenarnya daerah air akhirnya Gimana caranya
untuk merawat bedeng gitu biar bedeng itu aman dari apa pengen punya kapal nah terus akhirnya mereka ke hutan Cari Kayu
tanaman itu bisa aman dari apa tergenangnya air biar tidak Besar untuk di buat perahu mereka partisipasi Saya senang sekali
tenggelamnya kita kan tidak paham, karena kita mulai semangatnya mereka tidak hanya minta ini mereka mau berbuat nyari ke hutan
itu teman-teman MP mulai mengadakan kegiatan untuk pertanian banyak sekali itu ternyata di buat jadi perahu saya ke sana lagi
pemberdayaan di dalam hal ini pertanian bercocok ta itu mulailah Belum jadi saya ke sana lagi Jadi perahunya minta perahu tempel
masyarakat di ajarin terus cara membuat pupuk organik yang baik untuk ke laut akhirnya kami berikan mesin akhirnya mereka bisa
itu seperti apa kemudian menanam bapak beni-benih itu dengan mencari ikan. pada dasarnya Kokoda itu di pesisir pantai biasanya
cara tanamannya dengan baik seperti apa Lombok bahkan Kita kalau cari ikan itu paling pakai apa terus pakai perahu biasa pakai
pernah bikin kebun Muhammadiyah dengan hasil seperti itu kita penggayung enggak pakai mesin sekarang dunia modern Jadi
ada dapat ilmu isi kebun Muhammadiyah itu tanaman tomat, maunya pakai mesin kalau dulu terus dari leluhur dan sampai
Lombok, terong, ketimun, kangkong cabut dan jagung jagung yang sekarang juga masih separuh sebagian orang kami yang pesisir
paling banyak. Kalau orang Papua tidak belajar sama orang Jawa pantai kebanyakan pakai perahu layer.
otomatis tidak tahu cara menghidupkan sapi ini hanya cuma
Perbedaan apa ketika teman-teman dari MPM memberikan sudah ditempati itu akhirnya kami pulang ke Jogja Terus mikir-mikir
fasilitas perahu dengan mesin dengan yang manual apa yang minta ke siapa untuk beli tanah 2 hektar itu biar ditempati warga
dirasakan? Kokoda akhirnya kami minta ke kampus alhamdulillah dibantu oleh
Universitas Muhammadiyah Malang ya perlu kami sampaikan
Perbedaannya sangat jauh yang jelas keuntungannya besar terus Universitas Muhammadiyah Malang membantu untuk beli lahan
memudahkan kita tidak capek-capek lagi pergi penggayung anaknya satu hektar untuk warga kokoda mudah-mudahan amal jariyah
satu yang sudah jadi motornya sudah yang lainnya kita duduk Universitas Akademika yang ada di Malang berbuah pahala, yang
nyantai cepat kita sampai di tempat tujuan cepat kita datang ke kedua adalah Universitas Muhammadiyah Surakarta jadi uang itu
tempat untuk pencarian ikan dapat banyak semakin jauh kita pergi terkumpul akhirnya kami beli ke sana setelah kami beli berarti
semakin dapat banyak dan semakin menguntungkan dan otomatis sah menjadi milik Muhammadiyah akhirnya sertifikatnya
perjalanan menempuh yang tadinya itu berjam-jam bisa kami serahkan kepada warga Kokoda sebagai hak milik, akhirnya di
menempuh dalam satu jam atau dua jam. tempati untuk tempat tinggal, jadi Muhammadiyah tidak hanya
bagi-bagi sertifikat tapi bagi-bagi tanah nya sekalian Kalau yang di
sebelah kan mungkin memberikan serttifikat nya tapi tanah nya
(segmen 4) milik dia tapi Muhammadiyah memberikan tanah dan sertifikatnya
untuk dipakai warga. Setelah itu kami masih punya masalah Kenapa
Apalagi yang ada dilakukan selanjutnya? karena kami bolak-balik ke sana kalau Muhammadiyah
memberdayakan komunitas suku seperti ini ternyata high cost
Problem selanjutnya adalah pemberdayaan itu mereka nggak perjalanan kami dari jogja ke Papua itu juga itu tidk murah biayanya
punya kami merasa berat kalau seperti ini kalau seandainya suku pemuda
tanah untuk tempat tinggal bukan untuk bercocok tanam ya tapi itu didukung oleh pemerintah entah kepada daerah atau
untuk tempat tinggal. Oleh karena itu Muhammadiyah pemerintah pusat untuk mereka itu mempercepat kemajuannya
mengupayakan supaya wrga kokonda ini punya tempat tinggal akan lebih bagus lagi saya akhirnya saya terpikir untuk Kokoda itu
Punya tanah seperti itu minta ke pemerintah enggak mungkin dijadikan Desa karena sudah
karena mereka belum punya administrasinya tidak ada akhir nya ada undang-undang Desa, kalau ada undang-undang Desa mereka
lahan ultramikro boleh di jual beli, harga satu hektar itu sekitar 90 akan mendapatkan dana desa otomatis warga akan terpacity
juta atau 80 juta saya agak lupa, saya senang sekali ada kabar bisa pembangunannya, infrastrukturnya, Jalan, Listrik, air mereka nggak
dibeli oleh karena itu kan yang sebelumnya dipakai oleh mereka itu ada sanitasi mereka mandinya di sungai depan yang keruh itu,
yang kalau ada dana desa bisa untuk membangun jalan, bisa instalasi
listrik, air bersih ya sanitasi yang akhirnya begitu kami akhirnya
dengar termasuk adalah mendorong warga untuk memiliki Kartu yang dindingnya dari gaba-gaba sagu atapnya dari daun sagu tapi
Tanda Penduduk Otomatis kalau udah punya desa akan itu kami akhirnya dirubah menjadi rumah permanen rumah batu lebih
berupaya sampai sama Pak Abdul bolak-balik ke pemerintah daerah nyaman sekarang 55 unit jadi, saya dilantik bulan Desember
Sorong itu melebihi supaya komunitas ini jadi Desa gimana cara tanggal 12,2015 akhir 2016 bulan Februari Perumahan masuk 55
pokoknya di akhir cerita jadilah siapa Kepala desanya ya Pak unit tipe 36 Jadi kalau orang datang ke sana kirain itu rumah KPR itu
syamsuddin ini yang sekarang sudah dua prode menjadi kepala masyarakat jadi Alhamdulillah itu perjuangan dari teman-teman
desa. MPM akhirnya kemarin 2019 pak ketua umum dengan ibu ketua
umum turun ke sana merekalah yang meresmikan Perumahan itu
karena memang
Apa yang dirasakan oleh teman-teman warga Kokoda di dibantu oleh pemerintah pusat, Bupati ikut hadir diwakili oleh
warmon Kokoda jadi saat ini? wakil
bupati untuk menyaksikan peresmian Perumahan itu jadi sekarang
Sampai dengan saat ini masyarakat Kampung warmon Kokoda telah yang sudah memiliki Perumahan layak huni tadi itu atau katanya
mendapatkan kelayakan hidup kita Alhamdulillah dan semua warga perumahan yang baru gitu itu sudah 50 KK bahkan ini bukan 50 KK
sudah punya KTP, KK bahkan akta kelahiran terus BPJS bukan 55 kk lagi kemarin dari Dana Desa saya tambah dua unit
Alhamdulillah rumah kemudian warga saya sekarang sampai dengan 300 lebih KK
kelayakan hidup sudah didapat semenjak kampung itu jadi namun rumah masih dempet-dempet nggak papa numpang lebih
kampung sendiri badan hukum kepemilikan sendiri dan bisa dari satu ke KK yang penting ada kelayakan hidup yang baik
memutuskan dan diputuskan oleh pemerintah daerah, teman- alhamdulillah jadi dari usaha Muhammadiyah dari teman-teman
teman MPM telah berjuang seperti apa yang tadi disampaikan oleh MPM membuat kami untuk kelayakan yang hidup dan sekarang
Mas Bachtiar bahwa telah berjuang dan alhamdulillah hasilnya kami masyarakat merasakan nyaman hidup dan menikmati bahkan dan
sudah merasakan menjadi sebuah desa yang mandiri dan saat ini adik saya masyarakat juga menikmati dari hasil usaha-usaha dari
memang dengan pengukurannya dana desa itu kampung saya MPM dan Muhammadiyah dan teman-teman MPM telah berusaha
sebagai Kepala Desa saat ini dengan dana desa saya manfaatkan dengan apa mengusung datang kepada pemerintah Bagaimana
pembangunan dan pembangunan bahkan teman-teman sebelum Kampung ini harus segera jadi biar menentukan nasibnya sendiri
kampung itu definitif betul Alhamdulillah dengan adanya teman-teman inilah Kampung
dari Uni muda dan MPM Muhammadiyah telah mendorong kami terbentuk dan pembangunan Perumahan jadi bakal sekarang
sebelum ini beberapa Kampung jadi Perumahan dulu rumah kita sudah ganti listriknya kita bikin jalannya pakai Dana Desa
akhirnya 55 unit turun dari Kementerian Perumahan Rakyat dan walaupun saat ini Pemerintah Daerah tidak pernah tidak masalah
Perumahan itu datang dahulunya rumah-rumah rumbai-rumbai bagi kami yang penting kami bisa hidup dengan dana desa.
kerjasama kita komunikasikan dan kelanjutan kita akan jalan terus
karena rakyat dan masyarakat kita masih menunggu, menanti dan
Seperti apa sehingga ini menjadi perhatian terus ya dan tentu merindukan kedatangan bapak-bapak semua.
menjadi rumusan dalam program-program utama dan juga
program-program berikutnya di Muhammadiyah karena tentu
masih banyak juga teman-teman di daerah 3t yang masih butuh
kehadiran Muhammadiyah?

Jadi komitmen Muhammadiyah terhadap ke indonesiaan tidak bisa


dirgukan lagi dari aksi dan tindakan yang dilakukan oleh
Muhammadiyah Jadi kalau orang melakukan komitmen kebangsaan
dan nasionalisme Muhammadiyah itu memang perlu baca dan
belajar banyak lagi ya karena Muhammadiyah memang melakukan
aksi pelayanan komitmen kebangsaannya itu hadir di daerah-
daerah terluar, terdepan, terpencil, hadir di Papua itu tidak hanya
lewat kata-kata tetapi melalui aksi dan perbuatan nyata Oleh
karena itu apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah itu akan selalu
dan perkuat lagi untuk membawa masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang berkemajuan.
Pesan untuk teman-teman yang lain yang mungkin belum bisa
merasakan seperti apa yang di rasaan suku Kokoda

Pesan saya adalah bagaimana kita punya tiket bulat niat yang baik
untuk kita bekerja kepada masyarakat rakyat dalam hal ini kita
membangun kita punya negeri untuk demi masa depan anak-anak
kita kedepan dengan pendidikan pemberdayaan masyarakat maka
kita akan maju bersama bersaing dan harapan yang kami harapkan
adalah tidak putus sampai di sini MPM dan pemberdayaan 3t selalu

Anda mungkin juga menyukai