Anda di halaman 1dari 4

Ujian Praktik Bahasa Indonesia

Menulis Artikel
Minimnya Pendidikan Karakter Siswa di Masa Pandemi
Covid-19

Disusun oleh Kelompok 2 Kelas XII IPS – 3 :


1. Evelyn Kurniawan
2. Weti Sintia
3. Andi Loudwik Tarantein
4. Asep Puad Madani
5. Dessy Margaretha
6. Herlina Nurasiah

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat


SMAN 4 Bekasi
Tahun Pelajaran 2022 – 2023
Minimnya Pendidikan Karakter Siswa di Masa Pandemi Covid-19
Pendidikan karakter yang pertama kali perlu ditanamkan kepada siswa adalah karakter
yang melekat dalam diri siswa. Terdapat 18 nilai karakter yang telah dirumuskan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai sarana untuk membangun dan menguatkan
karakter bangsa melalui pendidikan. Diantaranya yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kedelapan belas nilai karakter tersebut
tentunya dapat diimplementasikan ke dalam muatan pembelajaran. Namun pada
kenyataannya, pada saat pandemi Covid-19 mengharuskan para siswa untuk melakukan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Karena tidak dapat bertemu secara langsung, sehingga
pendidikan karakter sulit untuk diterapkan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim


menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam
Masa Darurat Corona Virus Disease (COVID-19). Mendikbud menekankan bahwa
pembelajaran dalam jaringan (daring)/ jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, supaya setiap siswa mampu menuntaskan
seluruh capaian kurikulum dengan hasil yang maksimal. Pada masa pandemi Covid-19 peran
teknologi sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran jarak jauh. Hal ini disebabkan
oleh virus corona yang dapat menginfeksi dengan cepat jika kita berada di kerumunan.

Sampai saat ini masyarakat masih memandang bahwa ruang kelas adalah sekolah
yang sesungguhnya dan kelas online itu dianggap less effective. Hal tersebut disebabkan
karena siswa tidak siap dalam melaksanakan sekolah daring. Salah satunya yang paling
umum adalah kendala jaringan, sehingga materi yang disampaikan menjadi kurang maksimal
dan para siswa tidak menerima materi dengan baik. Tidak hanya itu saja, pendidikan karakter
yang merupakan hal utama dalam mendidik karakter, moral, dan akhlak siswa menjadi lebih
sulit untuk diterapkan. Karena fokus utama yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran
jarak jauh adalah memaksimalkan materi dengan waktu yang singkat. Maka dari itu
dperlukan teknologi yang memadai, supaya materi dapat tersampaikan dengan maksimal.

Teknologi yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran jarak jauh
justru membuat pendidikan karakter siswa mulai terasa hilang. Hal ini disebabkan dengan
kurangnya pengawasan dari guru dalam membina karakter siswanya dan minimnya
pengawasan dari orang tua terhadap anak dalam menggunakan teknologi. Selama kurang
lebih dua tahun para siswa dan guru harus menggunakan teknologi dalam proses
pembelajarannya, maka dari itu tidak heran tentunya jika siswa merasa bosan dan jenuh.
Kebosanan dan kejenuhan yang dihadapi para siswa ini menjadi faktor pendorong untuk
siswa melakukan aksi tawuran antarpelajar yang membuat kegaduhan di lingkungan
masyarakat.

Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota AKBP Hery Purnomo mengatakan, jumlah
kasus tawuran antarpelajar meningkat saat memasuki pandemi Covid-19. Hal ini sudah
menjadi bukti bahwa adanya penurunan pendidikan karakter terhadap siswa. Dalam hal ini
pengawasan orang tua terhadap anak untuk tidak boleh keluar rumah saat pandemi Covid-19
patut dipertanyakan. Karena hanya orang tualah yang mampu memberikan perhatian dan
perlindungan khusus terhadap anak untuk mendidik karakter anak di tengah pandemi Covid-
19, supaya anak tetap mempunyai pendidikan karakter yang baik walaupun dengan keadaan
yang lebih sulit.

Menurut Soeroso, di masa pandemi Covid-19 ini, tidak semua orang tua dapat
memberikan pola pengasuhan yang baik untuk mendidik anaknya. Seperti seorang siswa di
SMPN 3 Situbondo yang sering bermain game online sehingga berperilaku agresif selama
masa pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan para orang tua yang kurang mengawasi
anaknya dalam bermain handphone, sehingga berdampak buruk pada perilaku anak. Jika hal
ini terus terjadi maka anak akan mempunyai karakter yang buruk seperti menjadi malas,
melawan orang tua, dan perilaku buruk lainnya yang akan merugikan dirinya. Oleh karena
itu, orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam membangun karakter
anak selama pandemi Covid-19, karena hampir seluruh kegiatan anak dilakukan di rumah.

Dengan masalah yang terjadi dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa


selama pandemi Covid-19, maka Prof. Dr. Warul Walidin Ak MA menawarkan solusi untuk
mengatasi minimnya pendidikan karakter siswa pada saat pembelajaran jarak jauh.
Diantaranya adalah yang pertama dengan penguatan keteladanan secara masif. Selanjutnya
adalah dengan interaksi edukatif yang lebih intens melalui daring. Dan yang terakhir adalah
dengan melakukan koordinasi guru dengan orang tua siswa. Terlepas dari kegiatan belajar
mengajar yang terbatas di era pandemi Covid-19 ini, tidak hanya guru di sekolah namun
orang tua juga harus memberikan pendidikan karakter kepada anaknya. Untuk itu orang tua
dapat memberikan batasan dan bersikap konsisten dengan disiplin yang diarahkan kepada
anak.

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terdapat 18 nilai karakter yang


perlu ditanamkan untuk peserta didik. Pendidikan karakter yang biasanya ditanamkan di
sekolah dengan pembinaan dari guru, menjadi lebih sulit untuk diterapkan. Hal ini
dikarenakan adanya pembelajaran jarak jauh akibat dari pandemi Covid-19. Akibat dari
pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama kurang lebih dua tahun adalah meningkatnya
kasus tawuran antarpelajar dan banyaknya anak yang keseringan bermain game online.
Dalam hal ini sudah seharusnya orang tua mampu memberikan perhatian lebih kepada
anaknya, karena hanya merekalah yang mampu mendidik karakter anaknya di masa pandemi
Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai