Anda di halaman 1dari 107

PELAKSANAAN PEMBERIAN ASIMILASI DI DALAM

LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KLAS I


TANGERANG MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum


Di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang

OLEH :
OKY ALFIAN
1674201004

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2020
PELAKSANAAN PEMBERIAN ASIMILASI DI DALAM
LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KLAS I
TANGERANG MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum


Di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang

OLEH :
OKY ALFIAN
1674201004

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2020

i
ii
i
iv
KERANGKA DALIL

‫اوِن ۢۡف طآِ نهفا ٮت ننف نمنا ف ِل مَؤ نمننينا ف ِقتاتاَموِف َاِاصَنحموِف اَيناُم اَِف َاِن ۢۡف َا اَۡف ِنۡ ٮٰهُم اَِف اََا ف ِۡمۡ ٮٰ ف‬
‫ٮ‬ ٓ
‫َاقاِتنَموِف ِلَّتن ف تاب نَ ف اۡ ٮتٰ ف تافن ٓ اَف ِن ٮل ف ِام نٰ ٰ ن‬
‫ف ّللاف ف َاِن ۢۡف َآِ اَۡف َاِاصَنحموِف َايناُم اَِف َنِل اَٰ ن ِف‬

ٰ ‫اف وِاق نسطموِف ؕف ِن َّ ۢۡ ٮ‬


‫ف ّللااف يم نحبُّ ف ِل مَق نس نطي انف‬

“Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah

antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zhalim terhadap (golongan)

yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zhalim itu, sehingga golongan

itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah

Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil.

Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (Q.S Al Hujarat : 9)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat iman serta
nikmat sehat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam penulis ucapkan juga kepada
Nabi besar umat Islam Muhammad SAW, karena berkat beliau lah kita semua dapat
menikmati masa-masa yang cerah saat ini.
Dalam penulisan ini, penulis mendapat arahan, petunjuk, dan bimbingan dari
berbagai dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Ahmad Amarullah, S.Pd, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Tangerang.
2. Dr. H. Desri Arwen M.Pd, selaku Wakil Rektor I Universitas
Muhammadiyah Tangerang.
3. Dr. H. M. Bay Mashuri, MM, selaku Wakil Rektor II Universitas
Muhammadiyah Tangerang.
4. Dwi Nur Fauziah Ahmad, S.H, M.H selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Tangerang dan juga sebagai dosen
pembimbing penulis
5. Auliya Khasanofa, S.H, M.H selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Tangerang
6. Abdul Kadir, SH., MH Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
7. Ahmad, SH., MH Selaku Ketua Program Studi Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
8. Ulil Albab, S.HI., MH Selaku Sekretaris Program Studi Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang
9. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang
telah banyak membantu segala kegiatan perkuliahan yang telah
mendidik dengan berbagai disiplin ilmu, serta staff administrasi yang
selalu memberikan pelayanan yang terbaik.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..........................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................iv

KERANGKA DALIL .................................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................viii

ABSTRAK ......................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5

C. Rumusan Masalah ................................................................................. 5

D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

1. Manfaat Akademis ....................................................................... 6

2. Manfaat Praktis ............................................................................ 6

F. Kerangka Konseptual ............................................................................ 7

G. Kerangka Teori ...................................................................................... 8

H. Metode Penelitian ................................................................................ 11

1. Jenis Penelitian ........................................................................... 11

2. Sumber Data ............................................................................... 11

3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 14

viii
4. Teknik Pengolahan Data ............................................................ 15

5. Teknik Analisis Data ................................................................... 16

I. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17

BAB II PELAKSANAAN PEMBERIAN ASIMILASI DI DALAM

LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KLAS 1 TANGERANG

DALAM PANDEMI COVID-19 ................................................................. 19

A. Pengertian Anak Menurut Hukum Pidana ............................................ 19

B. Pengertian Tujuan Hukum dan Pemidanaan......................................... 21

C. Lembaga Pembinaan Khusus Anak ...................................................... 26

D. Asimilasi ............................................................................................... 30

BAB III HASIL PENELITIAN PROSEDUR DAN MEKANISME

PELAKSANAAN ASIMILASI BERDASARKAN PERMENKUM HAM

NO. 10 TAHUN 2020 ................................................................................... 38

A. Gambaran Umum Mengenai Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I

Tangerang, ........................................................................................... 38

B. Tugas dan Wewenang Lembaga Pembinaan Khusus Klas I Tangerag

di Masa Pandemi Covid-19 .................................................................. 43

C. Pelaksanaan Asimilasi di Lembaga Pembinaan Klas I Tangerang ...... 44

BAB IV ANALISA EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBERIAN

ASIMILASI DI DALAM LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK

KLAS 1 TANGERANG DALAM PANDEMI COVID-19 ....................... 54

A. Pelaksanaan Pemberian Asimilasi Terhadap Anak Pidana, Syarat-Syarat

Pemberian Asimilasi Di Masa Pandemi Covid – 19 ............................ 54

ix
B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemberian Asimilasi Bagi Anak Pidana

Dimasa Pandemi Covid – 19 ................................................................ 62

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 65

A. Kesimpulan .......................................................................................... 65

B. Saran .................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

x
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pemberian Asimilasi Di Dalam Lembaga


Pembinaan Khusus Anak Klas 1 Tangerang Dalam Pandemi Covid-19 dengan
rumusan masalah 1. Bagaimana pelaksanaan Pemberian Asimilasi di dalam
Lembaga Pembinaan Khusus Klas I Tangerang masa Pandemi Covid- 19. 2.
Bagaimana efektivitas Asimilasi di Lembaga Pembinaan Khusus Klas I Tangerang
dapat berjalan semestinya di masa pandemi Covid -19. Metode penelitian yang
digunakan metode kualitatif, dengan mengolah dan menganalisa data primer , data
skunder dan data empiris tentang pelaksanaan pemberian Asimilasi terhadap anak
binaan di Lembaga Pembinaan Klas I Tangerang. Asimilasi adalah proses
pembinaan narapidana dan anak yang dilaksanakan dengan membaurkan
narapidana dan anak dalam kehidupan masyarakat. Prosedur dan mekanisme
Asimilasi diatur dalam Permenkumham No. 10 Tahun 2020 tentang syarat
pemberian asimilasi bagi narapidana dan anak dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan penyebaran Covid-19. Berdasarkan data pelaksanaan pemberian
Asimilasi di dalam lembaga pembinaan Khusus Klas I Tangerang masih kurang
optimal dikarenakan faktor penghambat internal dan eksternal, sedangkan
Efektivitas Asimilasi yang dilakukan di Lembaga Klas I Tangerang dimasa
Pandemi Covid- 19 terhitung pada september terdapat 9 orang anak yang telah
diasimilasi karena telah melengkapi berkas dan sesuai Permenkumham Nomor 10
tahun 2020 yang dilakukakan dirumah.

Kata Kunci: Asimilasi, Anak Binaan, Covid - 19

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia sedang dihebohkan dengan munculnya Pandemi Corona Virus

Disease (Covid-19), yang membawa dampak signifikan ke perubahan dunia. Mulai

dari aspek ekonomi, sosial, hingga kehidupan sehari-hari, hampir tak ada yang bisa

berkelit dari kemunculan virus Covid-19 ini, tidak terkecuali terhadap pelayanan

publik sejak virus corona pertama kali muncul akhir Desember 2019 lalu.

Berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah

yang membatasi hubungan sosial (social distancing), menghimbau untuk bekerja di

rumah (work from home) bagi sebagian besar Aparatur Sipil Negara (ASN),

meniadakan kegiatan ibadah, dan meminta masyarakat untuk tetap di rumah serta

mengurangi aktivitas ekonomi di luar rumah. Dampak dari kebijakan tersebut

memiliki resiko tinggi, hingga akhir Maret 2020 kebijakan pemerintah bukan

hanya social distancing tapi dilanjutkan dengan Physical Distancing, dan juga

pemerintah telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Serta

banyaknya instansi penyelenggara layanan publik yang membatasi layanan,

menginisiasi layanan online bahkan sampai meniadakan pelayanan sementara,

menjadi satu fenomena yang harus dilakukan.1

Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

hukum. Hal ini tercermin di dalam Pasal 1 ayat (3) dalam Undang-Undang Dasar

1
Jaka Andhika, “Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Penyelenggaraan Pelayanan Publik”,
Berita - Ombudsman RI, 7 April 2020, hlm. I

1
2

1945 yang merupakan konstitusi. Pada dasarnya, Undang-Undang Dasar hanya

memuat aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok saja, akan

tetapi akan dikembangkan lebih luas lagi dengan aturan-aturan dan ketentuan-

ketentuan yang termuat dalam bentuk peraturan dan ketetapan lainnya baik yang

tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai Hukum Pidana, baik yang

hukum pidana umum maupun hukum pidana khusus. 2

Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam

Undang-Undang Negara Republik Indonesia dan Konvensi Perserikatan Bangsa-

Bangsa tentang Hak Anak. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,

dan berkembang berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindakan

kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

Pentingnya peran serta masyarakat dalam proses pembinaan narapidana.

Pembinaan narapidana merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses

penegakan hukum. Sejatinya kehadiran hukum untuk berusaha mendamaikan

kepentingan- kepentingan manusia yang terkadang bertentangan antara satu dengan

yang lainnya, baik pertentangan yang terjadi karena unsur kesengajaan atau

kelalaian, jika hukum tidak mampu mendamaikan antara mereka, maka

pertentangan kepentingan akan meningkat menjadi pertikaian, bahkan dapat

menimbulkan peperangan antara kelompok dengan kelompok lainnya.3

2
Sitti Nur Aulia Insani, Pelaksanaan Pemberian Hak Asimilasi Bagi Warga Binaan Di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar, Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin
Makassar, Makassar. 2019, hlm. 1
3
Ahkam Jayadi, Memahami Tujuan Penegakan Hukum, (Yogyakarta: Genta Press, 2015),
hlm.21.
3

Dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana diperlukan program

pembinaan yang menunjang ke arah integrasi dengan masyarakat. Seluruh proses

pembinaan narapidana selama proses pemasyarakatan merupakan satu kesatuan

yang integral guna menuju kepada tujuan mengembalikan narapidana ke

masyarakat bebas dengan bekal kemampuan (mental, fisik, keahlian, keterampilan,

sedapat mungkin finansial dan materi) yang dibutuhkan untuk menjadi warga

negara yang baik dan berguna.4

Salah satu tahapan dalam proses pembinaan narapidana yang pelaksanaannya

dapat dinilai tidak sempurna adalah Asimilasi. Asimilasi ini dapat dipahami sebagai

usaha membaurkan narapidana ke dalam masyarakat guna mengembalikan

keberfungsian sosial narapidana menjadi bagian dari masyarakat seutuhnya.

Asimilasi diberikan sebagai hak narapidana, baik untuk pelaku tindak pidana

umum maupun pelaku tindak pidana khusus setelah memenuhi syarat-syarat di

dalam peraturan perundang-undangan.5

Dalam Pasal 104 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak menyebutkan bahwa setiap lembaga pemasyarakatan anak

harus melakukan perubahan system menjadi LPKA sesuai dengan Undang-Undang

ini paling lama 3 (tiga) tahun .6

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 tentang syarat pemberian asimilasi bagi

4
Ely Alawiyah Jufri, Pelaksanaan Asimilasi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Terbuka Jakarta, Jurnal Hukum, Vol. 8 No. 1, 2017, hlm. 3
5
Siti Nur Aulia Insani, Op.Cit., hlm.8
6
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
4

narapidana dan anak dalam rangka pencegahan dan penanggulangan penyebaran

Covid-19. Program asimilasi merupakan salah satu upaya penyelamatan terhadap

narapidana dan anak dalam penyebaran Covid-19. Mereka melaksanakan asimilasi

dirumah sesuai aturan dan tujuan pemerintah dalam memberikan program asimilasi

Selain itu, warga binaan dikenakan wajib lapor. “Warga binaan yang asimilasi tetap

wajib lapor dan bisa dilakukan secara online dengan pengawasan dan

pembimbingan dari bapas.7

Menurut Penelitian Slamet ( 2016) Pelaksanaan asimilasi bagi Anak di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kutoarjo tidak hanya memberikan pembalasan

atas kejahatan atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh anak, namun juga

memberikan pembinaan yang bertujuan untuk memperbaiki perilaku Anak dan

memberikan bekal pengetahuan dan pendidikan agar mereka siap kembali ke

masyarakat.

Banyaknya anak di kota tangerang yang melakukan tindakan atau perilaku

buruk sehingga membuat mereka harus menjalani hukuman. Maka dengan ini perlu

dilakukan asimilasi agar anak mampu berbaur kembali dengan masyarakat.

Lembaga pembinaan khusus anak klas I Tangerang memiliki lokasi yang

cukup strategis dan juga memiliki beberapa fasilitas yang cukup lengkap. Sehingga

pembinaan yang akan di lakukan kepada anak sudah sesuai dengan peraturan

Hukum.

7
Humas Kanwil, ‘Dampak COVID-19, 44 Warga Binaan Rutan Buntok Jalani Asimilasi di
Rumah’, Kalteng. Kemenkumham, 7 April 2020, hlm. I
5

Berdasarkan permasalahan tersbut penulis melakukan penelitian yang

berjudul “ Pelaksanaan Pemberian Asimilasi Di Dalam Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas I Tangerang Masa Pandemi Covid – 19 (Studi Kasus Di Dinas

Kota Tangerang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dengan melakukan penelitian pada

objek di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Tangerang, maka penulis mencoba

mengindentifikasikan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Banyaknya anak yang melakukan tindak kejahatan dan memiliki

perilaku yang buruk

2. Minimnya informasi mengenai pemberian asimilasi di dalam lembaga

pembinaan khusus anak.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan pemberian Asimilasi di dalam Lembaga

Pembinaan Khusus Klas I Tangerang masa Pandemi Covid- 19?

2. Bagaimana efektivitas Asimilasi di Lembaga Pembinaan Khusus Klas

I Tangerang dapat berjalan semestinya di masa pandemi Covid -19?


6

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan Pemberian Asimilasi di dalam lembaga

pembinaan khusus anak klas I tangerang masa Pandemi Covid- 19

2. Mengetahui dan menganalisis efektivitas Asimilasi di lembaga

pembinaan khusus anak klas I tangerang dapat berjalan semestinya di

masa pandemi Covid -19

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam

melakukan pemberian asimilasi melalui pembinaan khusus anak

klas I tangerang pada masa pandemi covid -19

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan masukan bagi perkembangan ilmu hukum di

Indonesia.

c. Hasil penelitian ini semoga dapat memberikan referensi dalam

melakukan penelitian yang dapat dikembangkan dan untuk

memperkaya teori-teori ilmu hukum pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dari penelitian ini diharapkan adanya pemahaman mengenai

pelaksanaan pemberian asimilasi didalam Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas I Tangerang pada masa pandemi covid – 19.


7

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang baik

kepada peneliti maupun pembaca serta aparat penengak hukum.

F. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menghubungkan atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang

berkaitan dengan istilah itu.8

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).

Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian

itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian

yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.9

2. Asimilasi adalah proses pembinaan narapidana dan anak didik

pemasyarakatan yang dilaksanakan dengan membaurkan narapidana

dan anak didik pemasyarakatan dalam kehidupan masyarakat.10

3. Lembaga pembinaan khusus anak adalah tempat untuk membina dan

mendidik anak didik pemasyarakatan11

8
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI-Pres, 2008), hlm. 32
9
Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1999), hlm. 75
10
Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan. Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999.
11
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak
8

4. Anak adalah sangat penting karena anak merupakan potensi nasib

manusia hari mendatang, dialah yang ikut berperan menentukan sejarah

bangsa sekaligus cermin sikap hidup bangsa pada masa mendatang.12

G. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi-dimensi social yang dianggap relevan oleh peneliti.13

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Soerjono Soekanto. Teori

efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto14 adalah bahwa efektif atau tidaknya

suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu :

1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

12
Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 5.
13
AbdulKadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Jakarta: PT Citra Aditya Bakti,
2004), hlm 73
14
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 8.
9

Berdasarkan hal tersebut maka kerangka teoritis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 yang dimaksud

asimilasi adalah proses pembinaan Narapidana dan Anak yang

dilaksanakan dengan membaurkan Narpidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan dalam kehidupan masyarakat. 15 dapun syarat subtantif

adalah sebagai berikut:

a. Asimilasi dapat diberikan kepada Narapidana dan Anak yang

telah memenuhi syarat:

1) Berkelakuan baik;

2) Aktif mengikuti program pembinaan dengan baik; dan

3) Telah menjalani ½ (satu per dua) masa pidana.

b. Asimilasi dapat diberikan kepada anak Negara dan Anak Sipil

setelah menjalani masa pendidikan di LPKA paling singkat (6)

bulan pertama.

c. Berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dibuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin

dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir, terhitung sebelum

tanggal pemberian Asimilasi

15
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 21 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan menteri Hukum dan HAM Nomor 21 Tahun 2013 Syarat dan Tata
Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Berssyarat, Cuti
Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.
10

2. Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang

yang belum mencapai umur 21(dua puluh satu) tahun dan belum pernah

kawin, dalam penjelasan pasal dijelaskan bahwa, “Batas umur 21 (dua

puluh satu) tahun ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan

kepentingan usaha kesejahteraan sosial, tahap kematangan sosial,

kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada

umur tersebut. Batas umur 21 (dua puluh satu) tahun tidak mengurangi

ketentuan batas umur dalam peraturan perundang-undangan lainnya,

dan tidak pula mengurangi kemungkinan anak melakukan perbuatan

sejauh ia mempunyai kemampuan untuk itu berdasarkan hukum yang

berlaku.”

3. Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia menyebutkan anak adalah setiap manusia yang berusia

dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah termasuk anak

yang masih dalam kandungan.

4. Pasal 1 angka 1 Undang- Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak menjelaskan bahwa anak adalah seseorang yang

belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan.

5. Pasal 1 Konvensi Hak-Hak Anak atau Convention On The Rights of

The Child (KHA) sebagaimana yang telah diratifikasi oleh Pemerintah


11

Indonesia dengan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990, yang

disebut dengan anak adalah setiap orang dibawah usia 18 tahun, kecuali

berdasarkan hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah

diperoleh sebelumnya.16

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat normatif empiris yaitu penelitian yang pada

awalnya menggunakan data dari buku/ dokumen serta penelitian terdahulu,

yang kemudian disempurnakan dengan data yang didapatkan dari lapangan

berupa observasi dan wawancara yaitu pelaksanaan pemberian asimilasi

terhadap Anak Pidana di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Tangerang.

2. Sumber Data

Sumber data yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini

menggunakan sumber data primer dan data sekunder.

a. Data primer akan diperoleh melalui pihak penegak hukum yang

terkait (referensi) dan para pihak terkait dengan kasus yang

dijadikan objek dalam penelitian. Beberapa responden yang

ditetapkan dalam penelitian ini adalah petugas/Pembina Lembaga

Pembinaan dan Anak Pidana di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Pria Tangerang.

16
Soerjono Soekanto, Lembaga Pembinaan Khusus Anak Dalam Perspektif Sistem
Peradilan. (Jakarta: Pohon Cahaya, 2016), hlm. 31-32
12

b. Sumber data sekunder berasal dari beberapa bahan hukum yang

relevan yang meliputi:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum primer

yang mengikat. Seperti misalnya ketentuan Perundang-

undangan. Adapun bahan hukum primer yang digunakan,

yaitu :

a) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan sebagaimana yang telah diubah

pertama kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan sebagaimana yang telah diubah

kedua kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99

Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan;

b) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nomor 03 Tahun 2018 tentang Syarat dan Tata Cara

Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi

Keluarga, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat


13

c) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah RI

Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

d) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak

e) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nomor 10 Tahun 2020 tentang Syarat Pemberian

Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan

Anak Dalam Rangka Pencegahan dan

Penanggulangan Penyebaran COVID-19

f) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nomor M.HH-19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang

Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak

Melalui Asimilasi dan Integrasi Dalam Rangka

Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran

COVID-19

2) Bahan hukum sekunder, yaitu data yang menjelaskan data-

data primer. Seperti misalnya pendapat, teori dan hasil-hasil

penelitian. Adapun keuntungan menggunakan data

sekunder adalah :

a) Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap

terbuat dan dapat digunakan dengan segera.


14

b) Baik bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk

dan diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu, sehingga

peneliti kemudian tidak mempunyai pengawasan

terhadap pengumpulan, pengelolaan, analisis maupun

kontruksi data.

c) Tidak terbatas oleh waktu dan tempat.17

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hokum tersier yaitu bahan hokum yang merupakan

bahan pelengkap dari bahan hokum primer dan sekunder seperti

kamus hukum dan bulletin yang di keluarkan instansi terkait.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen

terhadap data primer dan data sekunder yang terkait langsung

dengan masalah yang diskripsikan.

b. Studi Lapangan

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan

wawancara dengan narasumber yang berasal dari Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Pria Tangerang, yaitu para Pembina

Anak Pidana dan Anak Pidana.

17
Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI-Pres, 1994) hlm 12.
15

c. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer. Fungsi

dari wawancara adalah untuk membuat deskripsi dan atau

eksplorasi. Sedangkan wawancara digunakan dengan tujuan

sebagai berikut :

1) Memperoleh data mengenai presepsi manusia

2) Mendapatkan data mengenai kepercayaan manusia

3) Mengumpulkan data mengenai perasaan dan motivasi

seseorang ( atau mungkin sekelompok manusia )

4) Memperoleh data mengenai antisipasi ataupun orientasi

depan dari manusia

5) Memperoleh informasi mengenai perilaku pada masa

lampau

6) Memperoleh informasi mengenai perilaku yang sifatnya

sangat pribadi atau sensitive. 18

4. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data harus diuraikan proses pelacakan dan pengaturan

secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain

agar peneliti dapat menyajikan temuannya dan pengolahan data memerlukan

langkah-langkah sebagai berikut 19:

18
Ibid, hlm 67
19
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang, Buku Pedoman Penulisan
Skripsi, Tangerang (UMT), 2016 Hlm 16
16

a. Reduksi Data

Merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan.

Hal ini berfungsi untuk menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan

mengorganisasi sehingga interpretasi dapat ditarik.

b. Editing Data

Editing data adalah meneliti data-data yang telah diproleh,

terutama kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan

makna, kesesuaian dan relevansinya dengan data yang lain

terhadap hasil wawancara dari para informan yang dijadikan

sebagai rujukan dalam mencari data.

c. Display Data

Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

untuk menarik suatu kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik

kesimpulan.

5. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisa dengan

metode kualitatif, yaitu dengan mengolah dan menganalisa data primer

(Perundang-undangan), data sekunder (pendapat atau teori) dan data empiris

(narasumber utama, petugas Pembinaan dan Anak Pidana) sehingga dapat


17

memberikan gambaran tentang proses pelaksanaan pemberian Asimilasi

terhadap anak pidana klas I di Lembaga Pembinaan Khusus Tangerang.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi ini tertuang dalam empat (4) bagian yang

tersusun dalam bab-bab, yang mana satu sama lain saling berkaitan, dan di setiap

bab terdiri sub-sub bab. Agar dapat memberikan gambaran mengenai skripsi ini

nantinya, maka penulis akan memberikan gambaran secara garis besarnya sebagai

berikut :

BAB I :PENDAHULUAN mengemukakan tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode

penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang kajian yang berhubungan

dengan judul penelitian yaitu : pengertian Anak Menurut Hukum

Pidana, Pengertian Tujuan Hukum dan Pemidanaan, Lembaga

Pembinaan Khusus Anak dan Asimilasi

BAB III :HASIL PENELITIAN, berisi tentang hasil penelitian yang akan

diuraikan secara terperinci meliputi : gambaran umum mengenai

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Tangerang, pelaksanaan

pemberian asimilasi terhadap anak pidana, syarat-syarat

pemberian asimilasi, dan hambatan dalam pelaksanaan

pemberian asimilasi bagi Anak Pidana.


18

BAB IV :ANALISA mengenai pemberian asimilasi terhadap anak Klas I

Tangerang dan tentang efektivitas pelaksanaan asimilasi dalam

masa Pandemi Covid – 19

BAB V :PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran


BAB II

PELAKSANAAN PEMBERIAN ASIMILASI DI DALAM

LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KLAS 1

TANGERANG DALAM PANDEMI COVID-19

A. Pengertian Anak Menurut Hukum Pidana

Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Pasal I angka 8(a) tentang Pemasya-

rakatan mengatakan bahwa “Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan

pengadilan menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak paling lama

sampai berumur 18 (delapan belas) tahun”.

Anak yang dijatuhi hukuman oleh pengadilan, menjalani hukumannya di

Lembaga Pemasyarakatan Anak, akan tetapi apabila belum ada Lembaga

Pemasyarakatan Anak, mereka di tempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Dewasa

akan ditempatkan terpisah oleh orang Dewasa.

Semua anak pidana yang sedang menjalani hukuman di Lembaga

Pemasyarakatan Anak wajib mematuhi semua peraturan keamanan dan ketertiban

dilingkungan Lembaga Pemasyarakatan, dan mempunyai hak dan kewajiban.

Adapun hak-hak yang diperoleh oleh seorang anak pidana selama berada di

Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan Pasal 11 Undang-undang No.12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan yaitu kecuali huruf g :

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan;

2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;

3. Mendapatkan Pendidikan dan pengajaran

19
20

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang

layak;Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media lainnya

yang tidak dilarang;

5. Menyampaikan keluhan;

6. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

7. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu

lainnya;

8. Mendapat pengurangan masa pidana (remisi);

9. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga;

10. Mendapat pembebasan bersyarat;

11. Mendapat cuti menjelang bebas dan

12. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Anak dengan segala pengertian dan difinisinya memiliki perbedaan

karakteristik dengan orang dewasa. Hal ini merupakan titik tolak dalam

memandang hak dan kewajiban bagi seorang yang akan mempengaruhi pula

kedudukannya dihadapan hukum. Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan

sebagai orang yang belum dewasa (Minderjarig/Person Under Age), orang yang

dibawah umur atau keadaan dibawah umur (Minderjarigheid/ Infernority) atau


21

kerap juga disebut sebagai anak yang dibawah pengawasan wali (Minderjarige

Ondervoordiij).20

Dalam pasal 1 butir ke 8 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 dijelaskan

bahwa yang dimaksud dengan Andik Pas adalah:

1. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18

(delapan belas) tahun;

2. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS Anak

paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;

3. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya

memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS Anak

paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

Hal ini menunjukan hukum positif (Ius Constitutum/ Ius Operatum) tidak

mengatur ada unifikasi hukum yang berlaku universal untuk menentukan kriteria

batasan usia bagi seorang anak.21

B. Pengertian Tujuan Hukum Pidana dan Pemidanaan

Dewasa ini kita ketahui bahwa tujuan hukum pidana pada umumnya adalah

untuk melindungi kepentingan orang perseorangan (individu) atau hak – hak asasi

manusia dan melindungi kepentingan – kepentingan masyarakat dan negara dengan

20
Lilik Mulyadi, “Pengadilan Anak di Indonesia Teori Pratek dan Permasalahannya”,
(Bandung: CV. Mandar Maju, 2005), hlm.3-4
21
Ibid, hlm. 1
22

pertimbangan yang serasi dari kejahatan/tindakan tercela disatu pihak dari tindakan

penguasa yang sewenang – wenang dilain pihak. Akan tetapi mengenai persoalan

dan perwujudan tujuan hukum pidana tersebut dalam sejarahnya telah mengalam

proses yang lama dan lamban.22

Pidana yang dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti melakukan

tindak pidana, baik mengenai jenis pidana maupun bentuk pidana yang dijatuhkan

dapat dipastikan mempunyai maksud dan tjuan tertentu, betapapun sederhananya

perbuatan tersebut.

Apabila diteliti kembali sejarah pertumbuhan pengertian tujuan pidana maka

akan selalu berkaitan dengan sistem – sistem perlakuan terhadap narapidana/anak

didik permasyarakatan. Dari hasil penelitian tersebut kadang kala menunjukan

kemajuan terhadap hak asasi manusia, karena tujuan pidana dan perlakuan terhadap

narapidana/anak didik pemasyarakatan itu ada yang mengarah kepada peri

kemanusiaan,tetapi ada juga yang sebaliknya justru bertentangan dengan rasa

perikemanusiaan.

Apabila kita mau menelaah literatur yang ada sebenarnya orang telah lama

memperbincangkan dan mempertanyakan apa sebenarnya yang menjadi tujuan

menjatuhkan pidan. Terhadap masalah ini Plato dan Protagoras mengatakan bahwa

: “tujuan pidana adalah demi terwujudnya ketertiban dalam masyarakat dan bukan

sebagai pembalasan atas suatu perbuatan.”

22
E.Y. Karter dan S.R. Sianturi, asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya,
(Jakarta : Storia Grafika, 2002), hlm 55.
23

Sedangkan Aristoteles mengatakan bahwa tujuan pidana adalah disamping

sebagai alat untuk menakut – nakuti juga unuk memperbaiki si pelaku kejahatan.

Menyusul kemudian dari Thomas Aquino Spinoza,Jj.Rosseau. Aquino

mengatakan bahwa tujuan pidana bukan sbagai pembalsan semata mata melainkan

harus ditakut – takuti disamping harus diusahakan perbaikannya. Tetapi apabila

ditelusuri sejarah dari pertumuhan pengertian tujuan pidana, secara singkat dapat

digambarkan sebagai berikut :23

1. Pembalasan

Tujuan pidana sebagai pembalasan dendam adalah orang yang telah

berbuat kejahtan dinyatakan sebagi musuh masyarakat, oleh karenanya

pidana yang paling efektif adalah dengan menyiksa fisiknya supaya

menderita selama – lamanya, dengan demikian tidak dapat berbuat kejahatan

lagi.

Pelaksanaan pidananya adalah sangat kejam, bahkan pihak yang

dirugikan atau pihak korban bleh membalsanya jika mampu melakukannya.

Akan tetapi kemudian hak untuk membalas ini diambil alih oleh raja

sebagaimana telah disebut walaupun pada prakteknya tidak mengurangi

kadar kekejamannya.

2. Penjeraan

Teori penjeraan adalah merupakan hasil pemikiran dari mazhab klasik.

Pada masa ini masyarakat telah tumbuh menadi lebih besar dan memiliki

23
A. Widiada Gunakaya, Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan, (Bandung : Armico, 1988),
hlm 27
24

persoalan yang lebih kompleks sehingga timbul berbagai macam

penyimpangan, pelanggaran dan kejahatan.

Meurut para ahli pada jaman itu seperti J. Bentham Beccaria dan yang

lainnya, mengataan bahwa tujua pidana itu memang penjeraan akan tetapi

sifat kekerasannya dalam menjatuhkan pidana harus dibatasi sesuai dengan

kebutuhan dalam usaha mencegah terhadap terjadinya atau terulang kembali

kejahatan.

Doktrin penjeraan yang didasari oleh falsafah yang diindividualisir

secaa sedemikian rupa, sehingga doktrin tersebut berpandangan bahwa

pidana dalam bentuk yang bagaimanapun adalah suatu yang cela bagi yang

dijatuhi pidana dan seua pidana adlah suatu pembalasan, demikian pula

hukum pidana dengan jenis – jenis pidananya itu tidak mepu mencegah

kejahatan, tidak mampu memperbaiki narapidana. Bila demikian apa manfaat

penjeraan tersebut.

3. Pengasingan

Adalah mazhab yang doktrinnya mengatakan bahwa tindakan –

tindakan berupa karantina sangat diperlukan dalam pelaksanaan pidana guna

mencegah pengulangan kejahatan, khususnya narapidana yang dianggap

berbahaya.

Oleh banyak para ahli kepenjaraan modern, sistem perlakuan

mengkarantina narapidana ini dilaksanakan gua mendulung tujuan pdana

pengasingan, akan tetapi ditentang dengan keras karena perhatiannya semata-

mata masih tertuju kepada pidananya dan lama pidananya.


25

Memang harus diakui bahwa dalam pencegahan individual ini

diusahakan dengan paksa agar narapidana tidak melakukan pelanggaran tata

tertib selama menjlani masa pidananya, juga agar narapidana sadar sehingga

kelak tidak lagi mengulangi perbuatan tercelanya kembali.

4. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan hasil pemikiran dari mazhab modern, desakan

untuk dilancarkannya usaha rehabilitasi terhadap narapidana memberi

pengaruh yang sangat esar terhadap Undang-undang Hukum Pidana dan

pelaksanaan pidana penjara. Pada zaman ini lahir eori “Neo Lombroso” ini

berpendapat akan pentingnya penyelidikan atas diri tiap individu dan latar

belakang social ekonomi untuk dipergunakan sebagai dasar perlakuan atau

sebagai dasar pembinaannya.

Pendapat bahwa tiap individu narapidana harus dilakukan penyelidikan,

maka tidak mengherankan apabila dalam mekanisme sistemnya

menempatkan atau menjadikan narapidana sebagai focus atau objek

penyelidikan biologis dan psikis. Penyelidikan demikian secara apriori

menempatkan narapidana pada posisi telah dianggap mempunyai kelainan

fisik dan mental.

Meskipun masih terdapat kekurangan – kekurangan dalam sistem

pembinaan yang menopang tujuan pidana penjara yang rehabilitative, yaitu

masih bersifat berorientasi individu, dengan kata lain focus pembinaan

hamper secara esklusif tertuju kepada individu narapidana yang bersangkutan

untuk diperbaiki atau dibina, tidak lagi semata-mata untuk dilakukan suatu
26

pembalasan, dibuat menjadi jera dan diasingkan narapidana dari lingkungan

masyarakat.

C. Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Penjara tidak lagi menakutkan dan membosankan bagi anak-anak.

Pemerintah telah merubah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak menjadi

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Perubahan ini dilakukan seiring

dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak pada 31 Juli 2014.

Menurut Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2012 merupakan tonggak awal dimulainya sistem perlakuan

terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Sebagai bentuk kelanjutan

pelaksanaan dari Undang- Undang tersebut adalah dengan membuat sistem baru

yang lebih baik terhadap anak yang berkonflik dengan hukum.

Beralihnya sistem perlakuan anak dari Lapas Anak menjadi LPKA

merupakan perwujudan kepedulian nyata negara untuk melindungi dan menghargai

hak-hak anak. Harapannya, mereka menjadi generasi yang selalu optimis,

menggapai asa dan menapaki masa depan. Pemerintah pun menempatkan anak

dalam prioritas pembangunan, sehingga perlindungan anak menjadi salah satu tugas

wajib pemerintah sebagai penyelenggara negara. Kementerian Hukum dan HAM

memiliki tugas dan kewenangan di dalam penanganan anak yang berhadapan

dengan hukum. Tugas dan kewenangan

Kementerian Hukum dan HAM antara lain dengan menyiapkan fasilitas dan

prasarana bagi pembinaan, pembimbingan, perawatan bagi anak yang terdapat di


27

Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Pembinaan adalah kegiatan untuk

meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,

sikap, dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani

dan rohani anak baik di dalam maupun di luar proses peradilan pidana. Tujuan

pembinaan bagi Narapidana dan Anak yang berkonflik dengan hukum, berkaitan

erat dengan tujuan pemidanaan. Dalam Rancangan KUHP Nasional telah diatur

penjatuhan pidana yaitu:

1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma

hukum demi pengayoman masyarakat.

2. Mengadakan koreksi terhadap terpidana, dengan demikian

menjadikannya orang baik dan berguna, serta mampu untuk hidup

bermasyarakat.

3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,

memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam

masyarakat.

4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.24

Pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lembaga Pemasyarakatan

Anak dilaksanakan berdasarkan asas-asas pembinaan sebagaimana disebutkan

dalam Pasal 5 Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

yaitu:

1. Asas Pengayoman, bahwa perlakuan terhadap warga binaan

pemasyarakatan adalah dalam rangka melindungi masyarakat dari

24
Yulianto dan Yul Ernis, Op.Cit., hlm 23-24
28

kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan

pemasyarakatan. Dan juga memberikan bekal kehidupan kepada warga

binaan pemasyarakatan, agar menjadi warga yang berguna dalam

masyarakat.

2. Asas Persamaan Perlakuan dan Pelayanan, bahwa warga binaan

pemasyarakatan mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama di

dalam Lembaga Pemasyarakatan, tanpa membedakan orangnya.

3. Asas Pendidikan, bahwa di dalam Lembaga Pemasyarakatan warga

binaan pemasyarakatan mendapat pendidikanyang dilaksanakan

berdasarkan Pancasila, antara lain dengan menanamkan jiwa

kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian dan kesempatan

menunaikan ibadah sesuai agamanya masing-masing.

4. Asas Pembinaan, bahwa warga binaan pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan juga mendapat pembinaan yang diselenggarakan

berdasarkan Pancasila dengan menanamkan jiwa, kekeluargaan,

keterampilan, pendidikan kerohanian.

5. Asas Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia, bahwa warga

binaan pemasyarakatan tetap diperlakukan sebagai manusia dengan

menghormati harkat dan martabatnya.

6. Asas Kehilangan Kemerdekaan Satu-satunya Penderitaan, bahwa

warga binaan permasyarakatan harus berada di dalam Lembaga

Pemasyarakatan untuk jangka waktu tertentu sesuai

keputusan/penetapan hakim.
29

7. Asas Berhubungan dengan Keluarga atau Orang-orang Tertentu, bahwa

warga binaan pemasyarakatan harus tetap didekatkan dan dikenalkan

dengan masyarakat serta tidak boleh diasingkan dari masyarakat.25

Khusus mengenai pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan yang tergolong

Anak Pidana telah diatur didalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

Tentang Pemasyarakatan, bahwa dalam rangka pembinaan anak pelaku tindak

pidana dilakukan atas dasar penggolongan usia, jenis kelamin, lama pidana yang

dijatuhkan, jenis kejahatan dan kriteria lainnya.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak menyebutkan bahwa, setiap Anak dalam proses peradilan pidana

berhak:

1. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan

2. Kebutuhan sesuai dengan umurnya;

3. Dipisahkan dari orang dewasa;

4. Memperoleh bantuan _ocia dan bantuan lain secara efektif;

5. Melakukan kegiatan rekreasional;

6. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam,

tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya;

7. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;

8. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya

terakhir dan dalam waktu yang paling singkat;

25
Ibid. hlm. 26-27
30

9. Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak

memihak, dan dalam _ocial yang tertutup untuk umum;

10. Tidak dipublikasikan identitasnya;

11. Memperoleh pendampingan orang tua/Wali dan orang yang dipercaya

oleh Anak;

12. Memperoleh advokasi Social;

13. Memperoleh kehidupan pribadi;

14. Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat;

15. Memperoleh pendidikan;

16. Memperoleh pelayananan kesehatan; dan

17. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

D. Asimilasi

1. Pengertian Asimilasi

Asimilasi berasal dari bahas latin yaitu assimilare yang berarti “menjadi

sama”.26 Yang dimaksud dengan asimilasi adalah proses pembinaan

Narapidana dan Anak yang dilaksanakan dengan membaurkan Narapidana

dan Anak dalam kehidupan masyarakat. 27 Berdasarkan pengertian Asimilasi

terkhusus di Lembaga Pemasyarakatan yang dimana setiap narapidana dapat

bekerja dan berbaur ke masyarakat di luar Lembaga Pemasyarakatan tetapi

26
D. Hendrapuspito, Sosiologi Semantik.(Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm. 233
27
Pasal 1 Angka 4 Permenkumham 3/2018
31

dalam pengawasan pegawai. Undang-undang No 12 Tahun 1999 tentang

Pemasyarakatan memberikan penjelasan Asimilasi yang merupakan proses

pembinaan yang dilakukan dengan cara membaur dalam masyarakat yang

dalam pasal 14 huruf (j) berbunyi mendapatkan kesempatan berasimilasi

termasuk cuti mengunjungi keluarga.28 Merupakan hak dari narapidana akan

tetapi untuk memperoleh hak berupa Asimilasi narapidana harus memenuhi

syarat tertentu terlebih dahulu yang tidak di atur dalam Undang-undang

Pemasyarakatan berdasarkan pasal 14 ayat (2) yang berbunyi ketentuan

mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaskanaan hak-hak narapidana

sebagaimana dimaksud ayat(1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

Berdasarkan implementasi dari Permenkumham No. 10 Tahun 2020

tentang Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak

Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19, serta

Surat Edaran Dirjenpas Nomor : PAS-497.PK.01.04.04 TAHUN 2020

tentang Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui

Asimilasi dan Integrasi Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan dan

Penyebaran Covid-19. Hal yang sama kembali disampaikan oleh kepala

LPKA I Tangerang dalam arahannya kepada Anak Binaan dan keluarga yang

menjemput agar mengikuti arahan yang disampaikannya mengenai himbauan

tetap di rumah supaya tidak terkena virus covid 19 dan tetap melakukan

28
Pasal 14 ayat 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999
32

komunikasi dengan pihak Bapas dlm rangka pembimbingan dan

pengawasannya hingga nanti menjelang bebas murni.

Maka untuk mengetahui syarat dan tata cara Asimilasi berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Pasa 36 ayat (1)

Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan mendapatkan Asimilasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dengan ketentuan:29

a. Untuk Narapidana dan Anak Pidana setelah menjalani pembinaan

1/2 (satu per dua) masa pidana;

b. Untuk Anak Negara dan Anak Sipil setelah menjalani masa

pendidikan di LAPAS Anak 6 (enam) bulan pertama;

c. Dapat mengikuti program pembinaan dengan baik; dan

d.berkelakuan baik. Pemberian Asimilasi kepada narapidana

tidak langsung berikan begitu saja ada beberapa syarat yang harus

di penuhi untuk mendapatkan program pembinaan Asimilasi.

2. Syarat Pemberian Asimilasi bagi Warga binaan

a. Syarat Umum Pemberian Asimilasi Bagi Narapidana

Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) Permenkumham 3/2018,

Narapidana yang dapat diberikan Asimilasi harus memenuhi syarat:

29
Pasal 36 ayat 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999
33

1) berkelakuan baik dibuktikan dengan tidak sedang menjalani

hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan

terakhir;

2) aktif mengikuti program pembinaan dengan baik; dan

3) telah menjalani 1/2 (satu per dua) masa pidana.

Keputusan pemberian asimilasi ini ditetapkan oleh Direktur

Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia.

3. Syarat Pemberian Asimilasi Bagi Narapidana yang Melakukan Tindak

Pidana Tertentu

Sebagai informasi, bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan

tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika,

korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi

manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya,

persyaratan pemberian asimilasi berbeda dibandingkan dengan persyaratan

pemberian asimilasi pada umumnya. Persyaratannya adalah sebagai berikut:

1) berkelakuan baik dibuktikan dengan tidak sedang menjalani

hukuman disiplin dalam kurun waktu 9 (sembilan) bulan terakhir;

2) aktif mengikuti program pembinaan dengan baik; dan

3) telah menjalani 2/3 (dua per tiga) masa pidana dengan paling

singkat 9 (sembilan) bulan.


34

Bagi Narapidana yang melakukan tindak pidana terorisme juga harus

memenuhi persyaratan tambahan berikut:

1) Telah mengikuti Program Deradikalisasi yang diselenggarakan

oleh Lembaga Pemasyarakatan (“Lapas”) dan/atau Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme; dan

2) Menyatakan ikrar:

(1) kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia

secara tertulis bagi Narapidana warga negara Indonesia;

(2) tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme

secara tertulis bagi Narapidana warga negara asing.

Sementara itu, syarat tambahan yang harus dipenuhi oleh Narapidana

yang dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi adalah telah

membayar lunas denda dan/atau uang pengganti sesuai dengan putusan

pengadilan.

4. Dokumen-Dokumen Persyaratan Permberian Asimilasi

Syarat pemberian Asimilasi dibuktikan dengan melampirkan dokumen:

a. Fotokopi kutipan putusan hakim dan berita acara pelaksanaan

putusan pengadilan;

b. Bukti telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai

dengan putusan pengadilan; Dalam hal Narapidana tidak dapat

membayar lunas denda sesuai dengan putusan pengadilan,

Asimilasi hanya dapat dilaksanakan di dalam Lapas.


35

c. Laporan perkembangan pembinaan yang ditandatangani oleh

Kepala Lapas;

d. Laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh

Pembimbing Kemasyarakatan yang diketahui oleh Kepala Bapas;

e. Salinan register F dari Kepala Lapas;

f. Salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas;

g. Surat pernyataan dari Narapidana tidak akan melarikan diri dan

tidak melakukan perbuatan melanggar hukum;

h. Surat jaminan kesanggupan dari pihak Keluarga, atau wali, atau

lembaga sosial, atau instansi pemerintah, atau instansi swasta,

atau yayasan yang diketahui oleh lurah atau kepala desa atau

nama lain yang menyatakan:

1) Narapidana tidak akan melarikan diri dan tidak melakukan

perbuatan melanggar hukum; dan

2) membantu dalam membimbing dan mengawasi Narapidana

selama mengikuti program Asimilasi.

5. Dokumen-Dokumen Tambahan sebagai Persyaratan Pemberian

Asimilasi Bagi Narapidana Tindak Pidana Tertentu

Bagi Narapidana yang melakukan tindak pidana terorisme selain harus

melengkapi dokumen sebagaimana dijelaskan di atas, juga harus melengkapi

surat keterangan telah mengikuti Program Deradikalisasi dari Kepala Lapas

dan/atau Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.


36

Bagi Narapidana yang melakukan tindak pidana korupsi selain harus

melengkapi dokumen persyaratan asimilasi, juga harus melengkapi surat

keterangan telah membayar lunas denda dan/atau uang pengganti sesuai

dengan putusan pengadilan.

Bagi Narapidana warga negara asing selain memenuhi kelengkapan

dokumen persyaratan asimilasi, juga harus melengkapi dokumen:

a. Surat jaminan tidak melarikan diri dan akan menaati persyaratan

yang telah ditentukan dari:

1) Kedutaan besar/konsulat negara; dan

2) Keluarga, orang, atau korporasi yang bertanggung jawab

atas keberadaan dan kegiatan narapidana selama berada di

wilayah indonesia.

b. Surat keterangan dari Direktur Jenderal Imigrasi atau Pejabat

Imigrasi yang ditunjuk yang menyatakan bahwa yang

bersangkutan dibebaskan dari kewajiban memiliki izin tinggal.

Surat ini dapat dimohonkan ke Direktorat Jenderal Imigrasi atau

Pejabat Imigrasi. Direktur Jenderal Imigrasi menyampaikan surat

keterangan paling lama 12 (dua belas) Hari terhitung sejak

tanggal permohonan diterima.

6. Pelaksanaan Asimilasi Bagi Narapidana

Asimilasi bagi Narapidana dan Anak dapat dilaksanakan dalam bentuk:

a. kegiatan pendidikan;

b. latihan keterampilan;
37

c. kegiatan kerja sosial; dan

d. pembinaan lainnya di lingkungan masyarakat.

Selain dilaksanakan dalam bentuk-bentuk tersebut, asimilasi dapat juga

dilaksanakan secara mandiri dan/atau bekerjasama dengan pihak ketiga.

Asimilasi dapat dilaksanakan pada Lapas terbuka.

7. Pelaksanaan Asimilasi Bagi Narapidana Tindak Pidana Tertentu

Bagi Narapidana tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor

narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan

kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional

terorganisasi lainnya, Asimilasi dilaksanakan dalam bentuk kerja sosial pada

lembaga sosial.30 Lembaga sosial merupakan lembaga pemerintah atau

lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang bergerak di bidang:

a. Agama;

b. Pertanian;

c. Pendidikan dan kebudayaan;

d. Kesehatan;

e. Kemanusiaan;

f. Kebersihan; dan

g. Yang berorientasi untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat/kemanusiaan

30
Made Wahyu Arthaluhur, “Syarat Pemberian Asimilasi Bagi Narapidana”, Hukum Online
, 5 Juni 2018, hlm. 1
BAB III

PROSEDUR DAN MEKANISME TENTANG PELAKSANAAN

ASIMILASI BERDASARKAN PERMENKUM HAM NO. 10

TAHUN 2020

A. Gambaran Umum Mengenai Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I

Tangerang

Lembaga Pembinaan Khusus Anak atau yang disingkat dengan LPKA,

merupakan implementasi dari UU Sistem Peradilan Pidana Anak Nomor 11 Tahun

2012 yang menghasilkan paradigma baru tentang penanganan anak yang berhadap

dengan hukum. Lembaga Pembinaan Khusus Anak beralamat di Jl. Raya Daan

Mogot, No.29 C Tangerang, Banten. Bangunan tersebut berbatasan dengan Masjid

Al Azhom di sebelah selatan, Taman Makam Pahlawan Taruna di sebelah barat,

jalan Daan Mogot di sebelah utara, dan jalan Satria Sudirman di sebelah timur.

Pada Tanggal 5 Agustus 2015 LP Anak Pria Tangerang berevolsi menjadi

LPKA Klas I Tangerang, peresmian LPKA serentak seluruh indonesia dalam

rangka hari anak nasonal LPKA Tangerang mengutamakan pendidikan sebagai

bentuk pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan anak.. Berbeda dengan

lembaga pemasyarakatan pada umumnya, LPKA Kota Tangerang ini memiliki

model bangunan jaman dulu dengan halaman yang cukup luas, dan suasana yang

sama, seperti saat berada di lingkungan sekolah. Walaupun menjalani masa pidana,

WBP anak tetap bisa melanjutkan sekolah dan mengukir prestasi.

38
39

Selain memiliki tempat yang nyaman, LPKA Tangerang juga memiliki

fasilitas pendidikan seperti sekolah pada umunya. Ada SD, SMP, SMK (Jurusan

teknik mesin sepeda motor) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang

semuanya berstatus Istimewa. Berbagai bentuk fasilitas penunjang juga disediakan,

seperti ruang kelas, ruang TU, laboratorium komputer, perpustakaan, juga tempat

untuk beribadah.

Proses belajar mengajar di sekolah Istimewa LPKA Tangerang dimulai pukul

08.00 WIB hingga 11.00 WIB. Setelah proses belajar mengajar selesai, peserta

didik juga bisa melakukan kegiatan lain, seperti praktik teknik mesin sepeda motor,

belajar mencukur rambut, membuat kerajinan tangan hingga belajar teknik

mengelas yang berlangsung dari hari senin hingga kamis. Pada hari jumat, kegiatan

di sekolah Istimewa LPKA Tangerang diisi dengan olahraga, sabtu diisi dengan

kegiatan pramuka dan minggu digunakan untuk istirahat.

LPKA juga sudah seharusnya bisa menjadi lingkungan yang baik untuk

membina warga binaan pemasyarakatan anak. Sebab, Negara berkewajiban

memenuhi hak anak, termasuk WBP anak. Bagi penghuni LPKA yang belum

ataupun putus sekolah dan yang sudah sekolah, mereka juga bisa melanjutkan

pendidikan dan mendapatkan ijazah yang setara dengan sekolah formal, karena

ijazah tersebut diterbitkan langsung dari dinas pendidikan.

LPKA juga mempunyai tujuan utama yaitu membentuk WBP anak memiliki

kompetensi akademik, kepribadian dan keterampilan yang cukup. Sebab, setelah


40

keluar dari LPKA, mereka diharapkan berhasil dan sukses serta kembali memiliki

jatidiri yang kuat.31

LPKA Klas I Tangerang memiliki Visi “ Menjadi Institusi Terpercaya Dalam

Memberikan Pelayanan, Perlindungan, Pembimbingan, Pembinaan, Dan

Pendidikan Anak Didik Pemasyarakatan”

Sedangkan Misi LPKA Klas I Tangerang sesuai dengan Kemenkumham

yaitu sebagai berikut :

1. Mewujudkan sistem perlakuan kreatif yang menumbuhkan rasa aman,

nyaman, ramah, dan layak anak

2. Melaksanakan perawatan, pelayanan pendidikan, pembinaan, dan

pembimbingan untuk kepentingan terbaik bagi anak

3. Membentuk jiwa sportivitas dan cinta ilmu pengetahuan bagi anak

4. Menumbuh kembangkan ketaqwaan, kesatuan, kecerdasan, rasa

percaya diri dan keceriaan anak

5. Memberikan perlindungan, pelayanan dan pemenuhan hak anak.

Kementerian Hukum dan HAM menjunjung tinggi tata nilai kami P-A-S-T-I

yaitu :

1. Profesional : Aparatur Kementerian Hukum dan HAM adalah aparat

yang bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi melalui

31
Abdafa, “Mengintip Ke Dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang”,
https://ugcrenews.wordpress.com/2016/08/18/mengintip-ke-dalam-lembaga-pembinaan-khusus-
anak-kelas-i-tangerang/, 18 Agustus 2016, hlm. 2, dikunjungi pada tanggal 10 Septrember 2020
41

penguasaan bidang tugasnya, menjunjung tinggi etika dan integirtas

profesi;

2. Akuntabel : Setiap kegiatan dalam rangka penyelenggaraan

pemerintah dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai

dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku;

3. Sinergi : Komitmen untuk membangun dan memastikan hubungan

kerjasama yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para

pemangku kepentingan untuk menemukan dan melaksanakan solusi

terbaik, bermanfaat, dan berkualitas;

4. Transparan : Kementerian Hukum dan HAM menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,

proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai;

5. Inovatif : Kementerian Hukum dan HAM mendukung kreatifitas dan

mengembangkan inisiatif untuk selalu melakukan pembaharuan dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsinya.32

Berdasarkan peresmian LPKA Tangerang pada tanggal 5 Agustus 2015

terdapat 10 Prinsip Pembinaan Bagi Anak Yaitu :

1. Anak adalah amanah Tuhan Yang Maha Esa, generasi penerus bangsa

wajib mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal.

32
Super User, “Visi, Misi dan Tata Nilai”, https://banten.kemenkumham.go.id/profil/visi-
misi-dan-tata-nilai, 07 Agustus 2015, hlm 1 , dikunjungi pada tanggal 5 September 2020
42

2. Penahanan dan penjatuhan pidana penjara bagi anak merupakan upaya

terakhir dan dilakukan paling singkat dengan memperhatikan

kepentingan terbaik bagi anak.

3. Tujuan sistem pembinaan dan pembimbingan anak adalah keadilan

restorative berbasis budi pekerti.

4. Pemberian pidana penjara bukan merupakan bentuk balas dendam dari

Negara.

5. Selama menjalankan pembinaan dan pembimbingan tidak boleh

diasingkan dari keluarga dan masyarakat

6. Dalam proses pembinaan dan pembimbingan anak berhak mendapatkan

perlindungan dari kekerasan dan segala bentuk diskriminasi lainnya

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

7. Pendidikan merupakan intisari pembinaan dan pembimbingan bagi

anak dalam rangka meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional,

dan spiritual, pengembangan potensi diri serta pelatihan keterampilan

dalam upaya pengembangan minat dan bakat.

8. Pembinaan dan pembimbingan anak wajib diarahkan untuk sesegera

mungkin dikembalikan kepada keluarga dan masyarakat dalam bentuk

program Asimilasi dan Reintegrasi.

9. Negara menjamin perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak melalui

penyediaan sumberdaya dan sarana prasarana yang ramah anak.


43

10. Pembinaan dan pembimbingan terhadap anak dilaksanakan secara

sinergi antara pengasuh, pembimbing kemasyarakatan, keluarga, dan

masyarakat. 33

B. Tugas dan Wewenang Lembaga Pembinaan Khusus Klas I Tangerag di

Masa Pandemi Covid-19

Khusus soal anak dalam LPKA (anak yang di jatuhkan pidana penjara),

mereka berhak memperoleh pembinaan, pembimbingan, pengawasan,

pendampingan, pendidikan dan pelatihan, serta hak lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang – undangan. LPKA wajib menyelenggarakan pendidikan,

pelatihan keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan hak lain sesuai ketentuan

peraturan perundang – undangan. Program pendidikan dan pembinaan ini diawasi

oleh balai pemasyarakatan. 34 . Di lansir dari Laman Resmi Kantor Wilayah Banten

bahwa lembaga pembinaan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut yaitu:

1. Tugas

Kantor wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalah wilayah provinsi

berdasarkan kebijakan Menteri dan ketentuan peraturan perundang –

undangan.

33
Admin Web, “Peresmian Lembaga Pembinaan Khusus Anak LPKA”,
https://banten.kemenkumham.go.id, 07 Agustus 2015, hlm 1 , dikunjungi pada tanggal 5 September
2020
34
Pasal 85 UU SPPA
44

2. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kantor

Wilayah menyelenggarakan fungsi:

a. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian program, dan

pelaporan;

b. Pelaksanaan pelayanan di bidang administrasi hukum umum, hak

kekayaan intelektual, dan pemberian informasi hukum;

c. Pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah,

pengembangan budaya hukum dan penyuluhan hukum, serta

konsultasi dan bantuan hukum;

d. Pengoordinasian pelaksanaan operasional unit pelaksana teknis di

lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di

bidang keimigrasian dan bidang pemasyarakatan;

e. Penguatan dan pelayanan hak asasi manusia dalam rangka

mewujudkan penghormatan, pemenuhan, pemajuan,

pelindungan, dan penegakan hak asasi manusia; dan

f. Pelaksanaan urusan administrasi di lingkungan Kantor Wilayah35

C. Pelaksanaan Asimilasi di Lembaga Pembinaan Klas I Tangerang

Lembaga Pembinaan Anak Klas I Tangerang dalam pelaksanaan asimilasi

ada beberapa hal yang harus dilakukan dan disiapkan yaitu:

35
Super User, ‘Tupoksi Kantor Wilayah’, Banten Kemenkumham (Online)
https://banten.kemenkumham.go.id/profil/tugas-pokok-dan fungsi,
45

1. Persyaratan

a. Berkelakuan baik

b. Aktif mengikuti program pembinaan dengan baik

c. Telah menjalani 1/2 (satu per dua) masa pidana;

d. Asimilasi dapat diberikan kepada Anak Negara dan Anak Sipil

setelah menjalani masa pendidikan di Lapas Anak paling singkat

6 (enam) bulan

e. Dibuktikan dengan melengkapi dokumen :

1) Salinan putusan pengadilan (ekstrak vonis) dan berita acara

pelaksaan putusan pengadilan (B.A.8);

2) Telah membayar lunas denda;

3) laporan perkembangan pembinaan Narapidana dan Anak

Didik Pemasyarakatan yang dibuat oleh Wali

Pemasyarakatan atau hasil assessment resiko dan assesment

kebutuhan yang dilakukan oleh asesor;

4) laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh

Pembimbing Kemasyarakatan yang diketahui oleh Kepala

Bapas;

5) salinan register F dari Kepala Lapas;

6) salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas;

7) Surat pernyataan dari Narapidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan tidak akan melarikan diri dan tidak

melakukan perbuatan melanggar hukum


46

8) Surat jaminan kesanggupan dari pihak Keluarga yang

diketahui oleh lurah atau kepala desa atau nama lain yang

menyatakan bahwa :

a) Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan tidak

akan melarikan diri dan/atau tidak melakukan

perbuatan melanggar hukum; dan

b) Membantu dalam membimbing dan mengawasi

Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan selama

mengikuti program Asimilasi

9) Surat jaminan dari sekolah, instansi pemerintah, atau

swasta dan badan/lembaga sosial atau keagamaan, yang

menjamin untuk membantu dalam membimbing dan

mengawasi Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan

selama mengikuti program Asimilasi;

10) Bagi narapidana terorisme harus melampirkan surat

keterangan telah mengikuti program deradikalisasi dari

kepala Lapas dan/atau kepala BNPT;

11) Bagi narapidana warga negara asing (WNA) harus

melengkapi surat jaminan tidak melarikan diri dan akan

menaati persyaratan yang telah ditentukan dari :

a) Kedutaan besar/konsulat negara; dan


47

b) Keluarga, orang, korporasi yang bertanggung jawab

atas keberadaan dan kegiatan narapidana selama

berada di wilayah Indonesia.

c) Surat keterangan dari Direktur Jenderal Imigrasi atau

pejabat imigrasi yang ditunjuk yang menyatakan

bahwa yang bersangkutan dibebaskan dari kewajiban

memiliki izin tinggal

2. Prosedur

a. Wali Pemasyarakatan mengajukan nama-nama Narapidana yang

telah memenuhi persyaratan kepada TPP;

b. Petugas mendata narapidana yang telah memenuhi syarat

berdasarkan laporan Wali/Asesor Narapidana;

c. TPP Lapas/Rutan merekomendasikan usulan pemberian asimilasi

kerja sosial kepada kepala Lapas/Rutan;

d. Kepala Lapas mengusulkan Asimilasi kerja sosial kepada Kanwil

berdasarkan TPP Lapas/Rutan;

e. Kanwil melaksanakan sidang TPP;

f. Kanwil mengusulkan pemberian Asimilasi kepada Menteri

melalui Dirjen Pas berdasarkan rekomendasi TPP Kanwil;

g. Direktur Jenderal menyampaikan pertimbangan pemberian

asimilasi kerja sosial kepada Menteri berdasarkan rekomendasi


48

TPP Direktorat Jenderal dan rekomendasi dari instansi terkait

untuk mendapat persetujuan;

h. Rekomendasi dari instansi terkait yang dimaksud adalah:

1) Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme, dan atau Kejaksaan Agung

dalam hal narapidana dipidana karena melakukan tindak

pidana terorisme, kejahatan terhadap keamanan negara,

kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan/atau kejahatan

transnasional terorganisasi lainnya;

2) Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Narkotika

Nasional, dan/atau Kejaksaan Agung dalam hal narapidana

dipidana karena melakukan tindak pidana narkotika dan

prekursor narkotika, psikotropika;

3) Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung

dan/atau Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal

narapidana dipidana karena melakukan tindak pidana

korupsi.

i. Asimilasi dilaksanakan dalam bentuk kerja sosial pada lembaga

sosial;

j. Lembaga sosial yang dimaksud adalah merupakan lembaga

pemerintah atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang

bergerak dibidang :

1) Agama;
49

2) Pertanian;

3) Pendidikan dan Kebudayaan;

4) Kesehatan;

5) Kemanusiaan;

6) Kebersihan, dan;

7) Yang berorientasi untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat.

k. Demi kepentingan keamanan, asimilasi dapat tidak dilaksanakan.

3. Jangka waktu Penyelesaian

a. Untuk di Lapas, kurang lebih 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan lengkap dan sudah disidang TPP. pengusulan

diteruskan ke Kanwil atau ditolak;

b. Untuk di Kanwil, kurang lebih 14 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan lengkap dan sudah disidang TPP, pengusulan

Asimilasi secara mandiri dan/atau dengan pihak ketiga, dan

penempatan di Lapas Terbuka disetujui atau ditolak. atau

diteruskan ke Ditjen Pas;

c. Untuk di Ditjen Pas, paling lama 30 hari kerja sejak persyaratan

dinyatakan lengkap dan sudah disidang TPP, pengusulan sudah

diputuskan untuk disetujui atau ditolak.

4. Jaminan Pelayanan

b. Pelayanan pemberian Asimilasi kerja soaial tanpa dipungut biaya;

c. Pelayanan diberikan secara responsif.


50

5. Jaminan Keamanan

a. Surat Keputusan Asimilasi kerja sosial memberikan legalitas bagi

Narapidana untuk mendapatkan hak asimilasi kerja sosial;

b. Penerbitan Surat Keputusan Asimilasi kerja sosial dijamin

kerahasiaannya sampai dengan diterima langsung oleh

Narapidana yang bersangkutan;

c. Surat Keputusan Asimilasi kerja soaial dapat dicabut apabila

Narapidana memenuhi ketentuan pencabutan hak asimilasi kerja

sosial.36

Berdasarkan data yang diperoleh penulis didapatkan data warga binaan yang

memenuhi syarat pada program pembinaan Lembaga Pemasyarakatn Klas I

Tangerang selama 5 tahun terakhir yaitu sebagai berikut:

Sumber : Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tangerang

Cuti Bersyarat Cuti Menjelang Pembebasan


Tahun
(CB) Bebas (CMB) Bersyarat (PB)

2015 - 7 Orang 104 Orang

2016 - 2 Orang 52 Orang

2017 - - 34 Orang

2018 26 Orang 2 Orang 50 Orang

2019 34 Orang 1 Orang 74 Orang

Jumlah 60 Orang 12 Orang 314 Orang

36
Admin Web, “Layanan Asimilasi Tindak Pidana Khusus”,
https://banten.kemenkumham.go.id, 16 Oktober 2016, hlm 1 , dikunjungi pada tanggal 9 September
2020
51

Selanjutnya penulis memperoleh data tentang Pengeluaran dan pembebasan

anak binaan dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyebaran Covid-19 di

masa pandemi Covid -19 pada tabel di bawah ini.

Sumber : Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tangerang

No Tgl Asimilasi Jumlah

1 14 Agustus 2020 2 Orang

2 22 Agustus 2020 5 Orang

Berdasarkan tabel di atas Pengeluaran dan Pembebasarn anak pidana dalam

rangka pencegahan dan pengendalian Covid – 19 pada tanggal 14 Agustus 2020

terdapat 2 orang yang mendapatkan pembebasan. Pada tanggal 22 Agustus 2020

terdapat 5 orang yang mendapatkan pengeluarana atau pembebasan pada masa

Pandemi Covid -19.

Berdasarkan informasi yang didapat oleh penulis dari kepala LPKA Klas I

Tangerang pada sidang TPP yang dilakukan pada 14 September 2020 didapatkan

bahwa ada 8 orang yang memiliki kelengkapan berkas dan mendapatkan asimilasi

pada tabel di bawah ini.

Sumber : Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tangerang

N No. ½ Masa Tgl Tempat


Nama/Umur Pengasuh
o Registrasi Pidana Asimilasi Asimilasi
Ahmad Solihin BIIa.27/20 Kerja
1 17/12/20 14/09/20 Rehulina
/ 14 th 20 Dapur
Fadhillah T/ 18 BI.D.04/2 Kerja
2 19/10/20 14/09/20 Faisal
th 020 Dapur
52

Anggara bin Pertanian


3 BI. 21/ 06-03- 14/09/20
Sarga, 17 th, Luar Rehulina
2020 2021
Adi Tarmidi, Pertanian
4 BI. 27-03- 14/09/20
17 th Luar Sutari
20/2020 2022

Rasid Risyaldi, BI. Pertanian Drg.


5 18-03- 14/09/20
16 th, Luar Aryati
16/2020 2021
Dewi
Drg.
Erip Ripai, 20 BI.55/201 Kebersiha
6 29/01/20 14/09/20 Aryati
th 8 n Luar
22 Dewi

Berdasarkan Tabel di atas didapatkan bahwa terdapat 6 orang yang mendapat

kegiatan asimiladi di LKPA Klas I Tangerang, dengan berbagai macam kegiatan

yang dapat dilakukan oleh anak binaan. Dengan ini anak binaan dapat menambah

keterampilan nya selama di LPKA Klas Tangerang.

Sedangkan berdasarkan Permenkumham Nomor 10 Tahun 2020 untuk

menanggulangi penyebaran Covid -19, anak binaan di asimilasi di dalam rumah,

berikut tabel data:

Sumber : Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tangerang

Lama Tgl
No. Nama/ Umur Tgl Expirasi
Pidana Asimilasi

1 Ardiansyah Als Ahong /17 Tahun 6 Bulan 05-11-2020 14-08-2020

2 Rio Irawan / 18 Tahun 2 Tahun 20-08-2021 14-08-2020

3 Farhandhito Fauzrial D. / 19 Tahun 2 Tahun 13-07-2021 22-08-2020

4 Dendi Ardiansyah / 18 Tahun 2 Tahun 27-07-2021 22-08-2020


53

5 M. Bintang Maulana/ 19 Tahun 6 Tahun 14-09-2022 22-08-2020

6 Bagus Nara Anggara / 16 Tahun 3 Tahun 20-06-2022 22-08-2020

7 Sunan Bai Rahman / 18 Tahun 4 Tahun 21-03-2022 22-08-2020

8 Perdi Heriansyah,/17 Tahun 1 Tahun 30-03-2021 14-09-2020

9 Ahmad Fani Rudiansyah/ 17 Tahun 1 Tahun 06-11-2020 14-09-2020

Berdasarkan data tabel diatas terdapat 9 anak binaan yang mendapat

asimilasi di rumah sesuai dengan peraturan kementerian hukum dan hak asasi

manusia nomor 10 tahun 2020.

Tim TPP bertugas memberi saran dan pertimbangan pengamatan kepada

Kepala UPT Pemasyarakatan mengenai :

1. Bentuk dan program pembinaan, pengamanan dan pembimbingan Anak

Binaan atau perawatan tahanan dalam melaksanakan sistem

pemasyarakatan;

2. Penilaian terhadap pelaksanaan program pembinaan, pengamanan dan

pembimbingan Anak Binaan atau perawatan tahanan;

3. Penerimaan keluhan dan pengaduan dari Anak Binaan untuk diteruskan

kepada Kepala UPT;

Pelanggaran disiplin dan pelanggaran hukum oleh Anak Binaan untuk

diambil tindakan cepat dan tepat. 37

37
Berdasarkan data dan wawancara dengan kepala LPKA Klas I Tangerang
BAB IV

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBERIAN

ASIMILASI DI DALAM LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS

ANAK KLAS 1 TANGERANG DALAM PANDEMI COVID-19

A. Pelaksanaan Pemberian Asimilasi Terhadap Anak Pidana, Syarat-

Syarat Pemberian Asimilasi Di Masa Pandemi Covid – 19

Dengan dikeluarkannya Permenkumham No. 10 Tahun 2020 tentang Syarat

Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi bagi Narapidana dan Anak dalam Rangka

Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19, Kepmenkumham No.

M.HH-19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang Pengeluaran dan Pembebasan

Narapidana dan Anak melalui Asimilasi dan Integrasi dalam Rangka Pencegahan

dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19, dan Surat Edaran Ditjenpas No. PAS-

497.PK.01.04.04 tentang hal yang sama, maka per-1 Mei 2020 ini, sudah hampir

40.000 orang narapidana dikembalikan kepada keluarga dan masyarakat melalui

kebijakan tersebut.

Berdasarkan teori Soerjono Soekanto Salah satu fungsi hukum, baik sebagai

kaidah maupun sebagai sikap atau perilaku adalah membimbing perilaku manusia.

Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau

kepatuhan pada hukum, tapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak

atau perilaku baik yang bersifat positif maupun negatif.

54
55

Efektivitas penegakan hukum sangat berkaitan erat dengan efektivitas

hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat penegak hukum untuk

menegakkan sanksi tersebut. Suatu sanksi dapat diaktualisasikan kepada

masyarakat dalam bentuk ketaatan (compliance), dengan kondisi tersebut

menunjukkan adanya indikator bahwa hukum tersebut adalah efektif.38 Adanya

alat-alat komunikasi tertentu merupakan salah satu syarat bagi penyebaran serta

pelembagaan hukum.

Dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, bahwa suatu sikap tindak perilaku

hukum dianggap efektif, apabila sikap, tindakan atau perilaku lain menuju pada

tujuan yang dikehendaki, artinya apabila pihak lain tersebut mematuhi hukum.39

Undang-undang dapat menjadi efektif jika peranan yang dilakukan pejabat penegak

hukum semakin mendekati apa yang diharapkan oleh undang-undang dan

sebaliknya menjadi tidak efektif jika peranan yang dilakukan oleh penegak hukum

jauh dari apa yang diharapkan undang-undang.

Berdasarkan surat yang beredar didapatkan bahwa dalam pasal Peraturan

Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2020 Tentang Syarat Pemberian Asimilasi Dan Hak Integrasi Bagi Narapidana Dan

Anak Dalam Rangka Pencegahan Dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19

Menimbang : Bahwa Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus

anakdan Rumah Tahanan Negara merupakan sebuah institusi tertutup yang

38
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 110
39
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta: Rajawali Pers,
1982), hlm. 115
56

memiliki tingkat hunian tinggi, sangat rentan terhadap penyebaran dan penularan

Covid-19; Bahwa Covid-19 telah ditetapkan sebagai bencana nasional non-alam,

perlu dilakukan langkah cepat sebagai upaya penyelamatan terhadap tahanan dan

warga binaan pemasyarakatan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga

Pembinaan Khusus Anak, dan Rumah Tahanan Negara;

1. Bahwa untuk melakukan upaya penyelamatan terhadap narapidana dan

anak yang berada di Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan

Khusus Anak, dan Rumah Tahanan Negara, perlu dilakukan

pengeluaran dan pembebasan melalui asimilasi dan integrasi untuk

pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19

2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak

Integrasi bagi Narapidana dan Anak dalam rangka Pencegahan dan

Penanggulangan Penyebaran Covid-19.

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2020 Pemberian asimilasi bagi narapidana yang melakukan tindak

pidana selain tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika,

psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi

manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi, warga negara asing

berisi :
57

1. Asimilasi Narapidana dilaksanakan di rumah dengan pembimbingan

dan pengawasan Bapas.

2. Narapidana yang dapat diberikan Asimilasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memenuhi syarat:

a. Berkelakuan baik dibuktikan dengan tidak sedang menjalani

hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir;

b. Aktif mengikuti program pembinaan dengan baik; dan

c. Telah menjalani ½ (satu per dua) masa pidana.40

Ditambah ketentuan umum yaitu:

1. Asimilasi Anak dilaksanakan di rumah dengan pembimbingan dan

pengawasan Bapas.

2. Anak yang dapat diberikan Asimilasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus memenuhi syarat:

a. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan tidak sedang menjalani

hukuman disiplin dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir;

b. Aktif mengikuti program pembinaan dengan baik; dan

c. Telah menjalani masa pidana paling singkat 3 (tiga) bulan.41

40
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesial Nomor 10 Tahun
2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid – 19 (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 298,) Ps,2
41
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesial Nomor 10 Tahun
2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid – 19 (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 298,) Ps,3
58

Syarat Pemberian Asimilasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan 3

dibuktikan dengan melampirkan dokumen:

1. Fotokopi kutipan putusan hakim dan berita acara pelaksanaan putusan

pengadilan;

2. Bukti telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan

putusan pengadilan atau melaksanakan subsidaer pengganti denda

dijalankan di rumah dalam pengawasan oleh Kejaksaan dan Balai

Pemasyarakatan;

3. Laporan perkembangan pembinaan yang ditandatangani oleh Kepala

Lapas;

4. Salinan register F dari Kepala Lapas;

5. Salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas; dan

6. Surat pernyataan dari Narapidana tidak akan melarikan diri dan tidak

melakukan perbuatan melanggar hukum.42

Tata Cara Pemberian Asimilasi sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum Dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 pasal 5 dan pasal 6

yaitu:

1. Pemberian Asimilasi dilaksanakan melalui sisteminformasi

pemasyarakatan

42
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesial Nomor 10 Tahun
2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid – 19 (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 298,) Ps,4
59

2. Sistem informasi pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan system informasi pemasyarakatan yang terintegrasi antara

unit pelaksana teknis pemasyarakatan, Kantor Wilayah, dengan

Direktorat Jenderal.

3. Dalam hal pemberian Asimilasi melalui Sistem Informasi

Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat

dilakukan, Kepala lapas/LPKA dapat memberikan Asimilasi secara

manual43

4. Petugas pemasyarakatan mendata Narapidana dan Anak yang akan

diusulkan mendapatkan Asimilasi.

5. Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap

syarat pemberian Asimilasi dan kelengkapan dokumen.

6. Kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

dimintakan setelah 7 (tujuh) hari Narapidana dan Anak berada di

Lapas/LPKA.

7. Kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

dipenuhi paling lama:

a. 1/3 (satu per tiga) masa pidana sejak Narapidana berada di Lapas;

b. 3 (tiga) bulan sejak Anak berada di LPKA.44

43
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesial Nomor 10 Tahun
2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid – 19 (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 298,) Ps,5
44
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesial Nomor 10 Tahun
2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak dalam
60

Tim pengamat pemasyarakatan Lapas/LPKA merekomendasikan usulan

pemberian Asimilasi bagi Narapidana dan Anak kepada Kepala Lapas/LPKA

berdasarkan data Narapidana dan Anak yang telah memenuhi syarat. Dalam hal

Kepala Lapas/LPKA menyetujui usulan pemberian Asimilasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Kepala Lapas/LPKA menetapkanpemberian Asimilasi.

Dalam hal Kepala Lapas/LPKA menerbitkan surat keputusan secara

manual, maka Kepala Lapas/LPKA mengirimkan salinan keputuasan dan

rekapitulasi kepada kantor wilayah.45

Selama Pandemi Covid-19, limapuluh persen lebih anak binaan DI

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas I Tangerang-Banten dilakukan

asimilasi untuk pencegahan penyebaran wabah Covid-19. Kepala LPKA Klas I

Tangerang Esti Wahyuningsih mengatakan, selain dalam rangka untuk memutus

mata rantai penyebaran Covid-19, asimilasi itu juga didasari oleh kondisi Lapas

yang sudah melebihi kapasitas. Karena sekarang dalam kondisi pandemi harus

melakukan fisical distancing (Jaga Jarak) sementara di dalam Lapas ruang geraknya

sempit.

Kepala LPKA Klas I Tangerang Esti Wahyuningsih, menyampaikan, saat

ini di LPKA Klas I Tangerang terdapat sebanyak 58 anak binaan dari jumlah

sebelumnya sebanyak 120 anak binaan. Jumlah itu berkurang, lantaran 50 persen

Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid – 19 (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 298,) Ps,6
45
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesial Nomor 10 Tahun
2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid – 19 (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 298,) Ps,7
61

lebih anak binaan telah mendapatkan asimilasi selama pandemi Covid-19. Namun

sekarang ada sekitar 58 anak yang masih ada di LPKA Tangerang, dari total

sebelumnya ada sekitar 120 anak. Kalau di LPKA itu jumlahnya tidak pasti, karena

hampir setiap Minggu ada yang keluar dan ada yang masuk,"

Rata-rata anak binaan yang ada di LPKA Klas I Tangerang adalah anak

yang terkena kasus undang - undang perlindungan anak dan narkoba dengan masa

hukuman maksimal selama 10 tahun. Paling banyak di tempat kami (LPKA) kasus

pelecehan seksual, disusul oleh kasus narkoba dan kasus yang lainya. Seperti kasus

curanmor dan pembunuhan.

Maksimal anak binaan yang ada disini (LPKA) berusia sekitar 17 atau 18

tahun. Dengan masa hukuman paling lama 10 tahun. Sementara, Kabid Pelayanan

Tahan, Kesehatan, Perawatan, Barang Rampasan dan Keamanan. Anak binaan yang

ada di LPKA Klas I Tangerang paling banyak berasal dari Jakarta, disusul dari

kasus anak yang ada di Banten. Paling banyak dari Jakarta (Pindahan) disusul anak-

anak dari wilayah Banten dan sekitarnya. Meski begitu semua anak tetap

mendapatkan pelayanan pendidikan dan ekstrakurikuler dan sarana olahraga agar

kesehatan anak binaan tetap terjaga dengan baik. Walaupun di tahan di LPKA Klas

I Tangerang, hak anak-anak tetap diberikan, seperti sekolah, olahraga, kegiatan

ekstrakurikuler dan lain-lain yang bersifat untuk mendukung tumbuh kembah anak

tersebut .46

46
Rohmanudin, ‘Selama Pandemi Covid-19 : 50 Persen lebih anak di LPKA Tangerang
Menerima Asimilasi’, rri.co.id (Online), 03 September 2020 h.1 < https://rri.co.id/banten/483-
hukrim/892381/selama-pandemi-covid-19-50-persen-lebih-anak-di-lpka-tangerang-menerima-
asimilasi?
62

B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemberian Asimilasi Bagi Anak Pidana

Dimasa Pandemi Covid – 19

1. Faktor Internal

Permasalahan yang sering terjadi seseorang tidak mendapat asimilasi

adalah ketika para anak binaan yang menjalankan pidana kurungan denda,

karena berkelakuan tidak baik atau buruk, belum menjalani hukuman pidana

selama 3 bulan serta tidak terdaftar dibuku Register F yaitu, pelanggaran yang

dilakukan oleh narapidana sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Syarat

Pemberian Asimilasi Dan Hak Integrasi Bagi Narapidana Dan Anak Dalam

Rangka Pencegahan Dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19.

Kemudian yang menjadi hambatan dimasa Pandemi Covid -19 yaitu

pengawasan yang kurang maksimal terhadap anak binaan yang melaksanakan

asimilasi dikarenakan asimilasi berada dirumah, sehingga pengawasan tidak

dapat dilakukan secara langsung melainkan seminggu sekali melalui Video

Call WhatsApp. Dengan demikian Balai Pemasyarakatan (Bapas) akan

mengalami kesulitan untuk melihat dan menilai perkembangan anak binaan

tersebut.

Dari banyaknya jumlah anak binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas

I Tangerang, penulis melakukan wawancara dengan salah satu anak binaan

yang mengatakan bahwa, faktor penghambat anak binaan yang tidak

mendapatkan Asimilasi dikarenakan tidak melengkapi berkas sesuai dengan

Permenkumham nomor 10 tahun 2020. Dimasa pandemi ini pihak lembaga


63

juga tidak dapat bergerak dengan leluasa dalam memberikan Asimilasi.

Namun pihak lembaga akan mencabut izin asimilasi dan integrasi bagi

mereka yang melanggar, kemudian menempatkannya di kamar isolasi serta

menjalani sisa pidananya. Jangka waktu selama di luar lapas/rutan tidak

diperhitungkan. Jika ada perkara yang baru, lamanya pidana akan

ditambahkan.

2. Faktor Eksternal

Pentingnya peran masyarakat ketika proses pemberian izin Asimilasi

berkaitan erat dengan adanya peran keluarga yang bersedia memberikan surat

jaminan untuk anak binaan sebagai bagian dari syarat administratif.

Kemudian keluarga yang memberikan surat jaminan kepada anak binaan agar

bisa bersosialisasi dengan masyarakat.

Dimasa pandemi Covid – 19 banyak orang tua yang tidak mengawasi

kegiatan anak binaan selama dirumah, dan orang tua tidak melapor kepada

LPKA Klas I Tangerang , apa yang dilakukannya anak binaan selama berada

diluar rumah, sehingga anak binaan dapat mengulang kejahatan yang sama,

yang meresahkan warga masyarakat akan kepulangan anak binaan tersebut.

Seharusnya sebagai orang tua mereka harus melakukan pengawasan

ketat terhadap anak binaan, dan mengajak anak binaan tersebut melakukan

hal positif yang membuat anak binaan tersebut dapat diterima kembali

dimasyarakat.
64

Menurut keterangan dari salah satu anak binaan yang diwawancarai

kendala ketika berada dimasyarakat yaitu, keluarga dan masyarakat yang

enggan mendukung niat baik napi, dan tidak percaya dengan setiap perbuatan

baik narapidana, dan sebaliknya masyarakat malah mencap dan mencela

bahwa apa yang dilakukan sekarang ini hanya kedok semata.

Hal tersebut dapat memberikan efek buruk terhadap anak binaan

tersebut, yang seharusnya diayomi agar anak binaan tersebut berubah menjadi

insan yang lebih baik dan berguna untuk hidup bermasyarakat.

Dan penyebab yang kedua yaitu kenapa anak binaan tidak mendapatkan

Asimilasi, karena dari pihak keluarga yang sulit untuk dihubungi oleh

lembaga, sehingga dalam proses Asimilasi membutuhkan waktu yang cukup

lama, karna proses terhambat karena kurang komunikasi antara anak binaan

dengan keluarga.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pembahasan yang di lakukan penulis maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pelaksanaan pemberian Asimilasi di dalam lembaga pemasyarakatan

Klas I Tangerng belum berjalan optimal diakibatkan karena masih

banyak anak binaan yang menjalankan pidana kurungan denda, karena

berkelakuan tidak baik atau buruk, belum menjalani hukuman pidana

selama 3 bulan serta tidak terdaftar dibuku Register F, pengawasan

yang kurang maksimal dikarenakan asimilasi berada dirumah, sehingga

pengawasan tidak dapat dilakukan secara langsung melainkan

seminggu sekali melalui Video Call WhatsApp serta masih banyak

pihak keluarga yang sulit untuk dihubungi oleh lembaga, sehingga

dalam proses Asimilasi membutuhkan waktu yang cukup lama.

2. Efektivitas Asimilasi yang dilakukan di LPKA Klas I Tangerang

dimasa Pandemi Covid- 19 terhitung pada september terdapat 9 orang

anak yang telah diasimilasi karena telah melengkapi berkas dan sesuai

Permenkumham Nomor 10 tahun 2020, kegiatan yang dilakukan oleh

anak yang mendapat asimilasi berupa kerja luar, pertanian luar,

kebersihan luar , dan Asimilasi di rumah. Namun sebelum mengikuti

kegiatan tersebut anak tersbut harus mengikuti disidang TPP, setelah

lulus maka akan keluar SK (Surat Keterangan) bahwa anak telah

65
66

mendapatkan Asimilasi yang telah ditetapkan oleh Tim Pengamatan

Pemasyarakatan.

B. Saran

Terkait dengan hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang harus di

perhatikan agar pelaksaan Asimilasi dapat berjalan dengan optimal, diantaranya

yaitu:

1. Agar menyediakan sumber daya manusia (tenaga ahli) yang

berkompeten dalam bidang pelatihan – pelatihan kerja untuk anak

pidana yang berasimilasi

2. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga lain yang berkaitan dalam

pengelolaan membinaa anak pada tahap asimilasi dan mencarikan

alternatif untuk menampung anak pidana yang diasimilasi.

3. Menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat agar masyarakat mau

menerima anak yang diasimilasi dengan turut gabung dalam setiap

kegiatan dan sudah menjadi insan yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

A. Widiada Gunakaya, Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan, (Bandung :


Armico, 1988), hlm 27

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Jakarta: PT Citra


Aditya Bakti, 2004), hlm 73

Ahkam Jayadi, Memahami Tujuan Penegakan Hukum, (Yogyakarta: Genta


Press, 2015), hlm.21.

E.Y. Karter dan S.R. Sianturi, asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan
Penerapannya, (Jakarta : Storia Grafika, 2002), hlm 55

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang, Buku Pedoman


Penulisan Skripsi, Tangerang (UMT), 2016 hlm 16

Hendrapuspito, Sosiologi Semantik.(Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm. 233

Lilik Mulyadi, “Pengadilan Anak di Indonesia Teori Pratek dan


Permasalahannya”, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2005), hlm.3-4

Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta,


1999), hlm. 75

Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI-Pres, 1994)


hlm 12.

Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI-Pres, 2008),


hlm. 32

Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta:


Rajawali Pers, 1982), hlm. 115

Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2007), hlm. 110

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 8

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung: Refika Aditama, 2010),


hlm. 5.
Yulianto dan Yul Ernis, Lembaga Pembinaan Khusus Anak Dalam Perspektif
Sistem Peradilan. (Jakarta: Pohon Cahaya, 2016), hlm. 31-32

B. PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan dan Pembimbingan


Warga Binaan Pemasyarakatan. Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun
1999.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 3 Tahun 2018
tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti
Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang
Bebas, dan Cuti Bersyarat.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang


Perubahan Atas Peraturan menteri Hukum dan HAM Nomor 21
Tahun 2013 Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti
Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Berssyarat, Cuti Menjelang
Bebas, dan Cuti Bersyarat.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan


Pidana Anak

Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak

C. SUMBER LAINYA

Ely Alawiyah Jufri, Pelaksanaan Asimilasi Narapidana di Lembaga


Pemasyarakatan Terbuka Jakarta, Jurnal Hukum, Vol. 8 No. 1, 2017,
hlm. 3

Humas Kanwil, ‘Dampak COVID-19, 44 Warga Binaan Rutan Buntok Jalani


Asimilasi di Rumah’, Kalteng. Kemenkumham, 7 April 2020, hlm. I

Jaka Andhika, “Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Penyelenggaraan


Pelayanan Publik”, Berita - Ombudsman RI, 7 April 2020, hlm. I

Made Wahyu Arthaluhur, ‘Syarat Pemberian Asimilasi Bagi Narapidana’,


Hukumonline (Online), 5 Juni 2018, hlm. 1.

Sitti Nur Aulia Insani, Pelaksanaan Pemberian Hak Asimilasi Bagi Warga
Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar, Skripsi,
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Makassar.
2019, hlm. 1
LAMPIRAN
Pendataan Pengeluaran Dan Pembebasan Anak Binaan Dalam Rangka Pencegahan Dan
Pengendalian Penyebaran Covid-19
DAFTAR NAMA ANAK BINAAN SIDANG TPP
Senin, 14 September 2020

NO NAMA/ PASAL/ TANGGAL TANGGAL TANGGAL TANGGAL TANGGAL KEG


PENGASUH REGISTER
UMUR PENDIDIKAN HUKUMAN DITAHAN 1/3 1/2 2/3 BEBAS LJT

SIDANG KEGIATAN AWAL

Alif Reinan, 16 tahun Pasal 82 Ayat 1 KUHP


1 Lasmaria BIIb. 03/2020 12/07/2020 06/08/2020 18/08/2020 31/08/2020 25/09/2020
SMK (Kelas III) 2 bulan
Perdi Heriansyah, 17 tahun Psl. 112 Ayat 1 UU RI No. 35 Tahun 2009
2 Sino BIIa. 24/2020 03/06/2020 11/09/2020 31/10/2020 20/12/2020 30/03/2021
SMP (kelas II) 10 bulan
M. Ikbal Sopian, 16 tahun Pasal. 363 Ayat 1 KUHP
3 Sutari BIIa. 26/2020 29/06/2020 07/10/2020 26/11/2020 15/1/2021 25/04/2021
SMK (Kels II) 10 bulan
Ahmad Solihin, 14 tahun Pasal 365 Ayat 2 KUHP
4 Rehulina BIIa.27/2020 20/07/2020 28/10/2020 17/12/2020 05/02/2021 16/05/2021
SMP (Kelas II) 10 bulan
Safrizal, 15 tahun Pasal 170 Ayat 2 KUHP
5 Sairin BI. 24/2020 06/05/2020 02/12/2020 01/04/2021 04/08/2021 06/04/2022
SMP (Kelas II) 2 Tahun
Valentino Andre Desfiro, 15 th Psl. 80 Ayat 3 UU RI No. 35 Tahun 2014
6 Hanida BI. 25/ 2020 19/04/2020 18/07/2021 15/03/2022 15/11/2022 20/03/2024
SMP (Kelas II) 4 Tahun
Muhammad Ramdani, 16 th Pasal 170 Ayat 2 KUHP
7 Rita BI. 26/2020 28/04/2020 24/11/2020 24/03/2021 27/07/2021 29/03/2022
SMP (Kelas II) 2 Tahun
Nur Rizky Saputra, 16 tahun Pasal 170 Ayat 2 KUHP
8 Tri Murtini BI. 27/2020 28/04/2020 29/09/2022 24/03/2021 27/07/2021 29/03/2022
Lulus SMP 2 Tahun
Rico Yudianto, 15 tahun Pasal 363 KUHP
9 Sairin BI. 28/2020 23/05/2020 30/10/2020 18/01/2021 08/04/2021 20/09/2021
SD (Kelas III) 1 tahun 4 bulan
Syahrul Sofyan, Psl. 112 UU RI No. 35 Tahun 2009
10 Jarkasihyanta BI. 29/2020 10/06/2020 05/02/2021 10/06/2021 08/10/2021 10/06/2022
Lulus SD 2 Tahun

USULAN KEGIATAN KERJA DAPUR


NAMA/ PASAL/ TANGGAL TANGGAL TANGGAL TANGGAL TANGGAL
NO PENGASUH REGISTER KET
UMUR PENDIDIKAN HUKUMAN DITAHAN 1/3 1/2 2/3 BEBAS
Ahmad Solihin, 14 tahun Rehulina Pasal 365 Ayat 2 KUHP
1 BIIa.27/2020 20/07/2020 28/10/2020 17/12/2020 05/02/2021 16/05/2021
SMP (Kelas II) 10 bulan
2 Fadhillah T, 18 th, Faisal BI. D. 04/2020 Pasal 112 UU RI No. 35 Tahun 2009 14-03-2020 05-08-2020 19-10-2020 02-01-2021 06-07-2021
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Oky Alfian


NPM : 1674201004
Tempat/ Tanggal Lahir : Banyuwangi, 13 Desember 1994
Alamat : Jl. TMP Taruna No. 20 Rt 002/001 Kelurahan
Sukaasih Tangerang
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
E-mail : okyalfian1312@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
SD Muhammadiyah I Banyuwangi : 2001 - 2007
MPN 16 Tangerang : 2007 – 2010
SMAN 4 Tangerang : 2010 - 2013

Anda mungkin juga menyukai