0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan4 halaman
This document summarizes a study that examined the relationship between noise, age, and work duration on fatigue in production workers at PT. Beton Elemen Persada in 2018. The study used a cross-sectional design and collected data from 51 workers through questionnaires, sound level meters, and reaction timers. The results showed there were significant relationships between age (p=0.000), work duration (p=0.002), and noise (p=0.000) on fatigue. The employer is advised to implement work placement policies based on age and maximize the use of personal protective equipment like earplugs to reduce worker fatigue.
This document summarizes a study that examined the relationship between noise, age, and work duration on fatigue in production workers at PT. Beton Elemen Persada in 2018. The study used a cross-sectional design and collected data from 51 workers through questionnaires, sound level meters, and reaction timers. The results showed there were significant relationships between age (p=0.000), work duration (p=0.002), and noise (p=0.000) on fatigue. The employer is advised to implement work placement policies based on age and maximize the use of personal protective equipment like earplugs to reduce worker fatigue.
This document summarizes a study that examined the relationship between noise, age, and work duration on fatigue in production workers at PT. Beton Elemen Persada in 2018. The study used a cross-sectional design and collected data from 51 workers through questionnaires, sound level meters, and reaction timers. The results showed there were significant relationships between age (p=0.000), work duration (p=0.002), and noise (p=0.000) on fatigue. The employer is advised to implement work placement policies based on age and maximize the use of personal protective equipment like earplugs to reduce worker fatigue.
1,2,3 Public Health Study Program STIKES A. Yani Cimahi ___________________________________________________________________________________________ Abstract Fatigue is a state of the physical and mental body that results in decreased alertness. Factors that affect work fatigue are individual factors (sex, age, length of service, duration of work, and health condition) and environmental factors (lighting, noise and temperature). Work fatigue can lead to several situations of declining work performance, decreased motor and physiological function of the body, the body feels uncomfortable in addition to declining morale. This study aims to determine the relationship between age, duration of work and noise on fatigue in production workers in PT. Concrete Element Persada in 2018. The research design used was Cross Sectional. The number of samples is 51 workers. Analysis of data through two stages, namely univariate to see the frequency distribution and bivariate to see the relationship (chi square) and the magnitude of the relationship (PR). The result showed that there was a relationship between age (p value = 0,000), length of work (p value = 0,002) and noise (p value = 0,000). It is advisable for the employer to make a work placement policy based on age, it is recommended that workers with a risky age group be placed in a less demanding unit of work, set up scheduled work hours and maximize the use of personal protective equipment ie ear mup or ear plug applied to workers
Keywords: Fatigue, age, duration of work, noise
PENDAHULUAN Kelelahan kerja menurut Suma’mur (1996) dalam
Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi yang buku Ramdan 2013, merupakan proses menurunnya telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Istilah efisiensi, perfomans kerja dan berkurangnya kekuatan kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan untuk melakukan suatu kegiatan (Ramandhani dalam kegiatan yang harus dilakukan. Menurut Tarwaka Budiono dkk, 2003). Kata lelah (fatigue) (2004) dalam Ramadan 2013 kelelahan kerja menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat. bekerja (Suma’mur, 2014).Secara umum gejala Sedangkan menurut Budiono (2003) dalam Ramdan kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan (2013) kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang sampai perasaan yang sangat melelahkan (Astrand & disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam Rodahl, 1977 dan Pulat, 1992 dalam Tarwaka, 2015). kerja. Kelelahan kerja ditandai dengan perasaan lesu, mudah Menurut Ramdan (2013) dan Setyawati (2012) mengantuk, pusing, kurang mampu berkontribusi, kelelahan mempunyai faktor individu (jenis kelamin, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang umur, masa kerja,lama kerja, dan kondisi kesehatan) buruk dan lambat, berkurangnya gairah untuk bekerja sedangkan faktor lingkungan (penerangan, kebisingan serta menurunnya kinerja jasmani dan rohani sehingga dan suhu). Umur dapat mempengaruhi kelelahan dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin besar efektivitas kerja fisik dan mental (Ramandhani dalam tingkat kelelahan (Suma’mur, 1999 dalam Ramdan, Budiono dkk, 2003). 2013). Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat Contact Author: name, position, affiliation, address pendengaran. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Budiman Transmigrasi Per.13/MEN/X/2011 menyebutkan Nilai Prodi Kesmas STIKES A. Yani Cimahi Jl. Ters. Jenderal Sudirman-Cimahi 40533 ambang batas kebisingan dalam waktu kerja 8 jam/ Tel: 0226631623 Fax: 0226631624 hari yaitu 85 dB. Kebisingan akan memepengaruhi e-mail: budiman_1974@yahoo.com faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, Beton Elemen Persada bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan. (Ramdhan, 2013). Kelelahan Kerja PR (95% P Lama Kelelaha Tidak Total CI) Value Kerja n Lelah METODE N % N % N % Rancangan penelitian dalam penelitian ini 77, 22, Berisiko 24 7 31 100 menggunakan rancangan penelitian cross sectional. 4 6 2,581 Tehnik pengambilan sampel dengan cara purvosive Tidak 6 30, 14 70, 20 100 (1,287- 0,002 Random Sampling dan didapat 51 sampel. Instrumen Berisiko 0 0 5,176) Total 30 58, 21 41, 51 100,0 yang digunakan kuesioner, Sound Level Meter, 8 2 Reaction timer. Pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS 13 sedangkan analisis disajikan PEMBAHASAN dalam bentuk tabel distribusi dan narasi. 1. Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Kerja Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang HASIL tidak dikehendaki yang dapat menganggu Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja, kesehatan dan keselamatan (Anizar, 2012). Kebisingan, Umur, dan Lama Kerja di PT. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti Beton Elemen Persada di Bagian Produksi gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan Variabel Kategori Jumlah Presentase bertambahnya metabolisme, bertambahnya Kelelahan 30 58,8 tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan Kelelahan Tidak (Ramdan, 2013). Pengaruh kebisingan dapat Kerja 21 41,2 Kelelahan menganggu perhatian yang perlu terus-menerus Melebihi NAB 27 52,9 dicurahkan, maka dari itu tenaga kerja yang Kebisingan Tidak Melebihi melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap 24 47,1 satu proses produksi atau hasil dapat membuat NAB Berisiko 29 56,9 kesalahan-kesalahan akibat dari terganggunya Umur konsentrasi. Tenaga kerja yang sangat peka Tidak Berisiko 22 43,1 terhadap kebisingan terutama pada nada tinggi, Beresiko 31 60,8 Lama Kerja salah satu sebabnya reaksi psikologis juga Tidak Berisiko 20 39,2 kebisingan yang berakibat meningkatnya kelelahan Total 51 100 (Suma’mur, 2014). Kebisingan yang terus-menerus terpapar kepada para pekerja dapat menganggu proses produksi atau hasil produksi yang seharusnya sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kebisingan jika tidak dikendalikan akan merusak pendengaran para pekerja sehingga para pekerja akan terhambat dalam berkomunikasi dengan sesama pekerja Tabel 2. Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan ataupun dengan atasan dan dapat menimbulkan Kerja pada Pekerja bagian Produksi di PT. kesalahan-kesalahan yang fatal bagi tenaga kerja Beton Elemen Persada dikarenakan tidak fokus dalam melakukan
Tabel 3. Hubungan umur dengan kelelahan Kerja pada Kelelahan Kerja
PR (95% P Pekerja bagian Produksi di PT. Beton Kebisin Tidak Total Kelelahan CI) Value gan Lelah Elemen Persada N % N % N % Kelelahan Kerja Melebihi Kelelaha Tidak Total 23 85,2 4 14,8 27 100 Umur PR (95% CI) Valu NAB n Lelah N % N % N % 2,921 Tidak Berisik 28 96,6 1 3,4 2 100, 7 29,2 17 70,8 24 100 (1,535- 0.000 Melebihi o 9 0 5,556) NAB Tidak 2 9,1 2 90, 2 100, Total 30 58,8 21 41,2 51 100 10,621 (2,828- Berisik 0 9 2 0 0.000 .0 39,885) o 2 41, 5 100, pekerjaan yang dilakukannya. Total 30 58,8 1 2 1 0 2. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Tabel 4. Hubungan Lama Kerja dengan kelelahan Faktor umur merupakan hal yang tidak dapat kerja pada pekerja bagian produksi di PT. diabaikan mengingat umur berpengaruh terhadap kekuatan fisik dan mental seseorang serta pada 31 orang (60,8%), dan responden yang memiliki umur tertentu seorang pekerja akan mengalami kebisingan Melebihi NAB sebanyak 27 (52,9%). perubahan prestasi kerja. Semakin tua umur 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerja maka tingkat kelelahan yang dimiliki oleh kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja masing-masing pekerja pun akan semakin bagian Produksi di PT. Beton Elemen Persada meningkat. Karena di PT. Beton Elemen Persada dengan p value = 0.000, dimana pekerja yang rata-rata memiliki umur diatas 35 tahun sehingga bekerja di lingkungan dengan kebisingan melebihi para pekerja dalam melakukan pekerjaannya NAB berisiko 2,9 kali mengalami kelelahan mudah sekali lelah pada saat bekerja dalam waktu dibandingkan pekerja yang bekerja di lingkungan sebentar. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan kebisingan tidak melebihi NAB. oleh peneliti menunjukkan adanya hubungan yang 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur signifikan antara umur dengan kelelahan kerja dengan kelelahan pada pekerja bagian Produksi di pada pekerja di PT. Beton Elemen Persada di PT. Beton Elemen Persada dengan p value = bagian produksi, artinya umur merupakan faktor 0.000, dimana pekerja yang memiliki umur dengan beresiko terjadinya kelelahan pada pekerja. Hal ini kategori berisiko mempunyai risiko 10,6 kali disebabkan karena pekerja dalam melakukan mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja pekerjaannya sering mengangkat bata atau beton dengan umur kategori tidak beresiko. yang sehari nya mencapai 1500 bata atau bisa lebih 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara Lama yang berat sehingga dapat mempercepat kelelahan Kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian pada pekerja yang berumur ≥35 tahun. Hal ini Produksi di PT. Beton Elemen Persada dengan p sesuai dengan yang dijelaskan oleh Setyawati value = 0.002, dimana pekerja dengan Lama Kerja (2012), bahwa faktor umur tetap tidak dapat kategori beresiko mempunyai risiko 2,5 kali diabaikan terutama bila pekerja yang bersangkutan mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja sebagian besar membutuhkan kekuatan otot.. yang kategori tidak beresiko. 3. Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja Lama kerja biasanya berhubungan dengan References pekerjaan yang sifatnya monoton, ditambah 1. Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan dengan adanya permintaan barang dari konsumen Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. yang mengharuskan tenaga kerja bekerja melebihi 2. Asriyani, dkk. 2017. Faktor yang Berhubungan jam kerja yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dengan Terjadinya Kelelahan Kerja pada Pekerja pekerja di PT. Beton Elemen Persada bekerja lebih PT.Kalla Kakao Industri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa dari 8 jam karena untuk mencapai target yang di Kesehatan Masyarakat, Vol.2 No. 6 tentukan oleh perusahan tersebut. Kelelahan dapat 3. Ator,dkk. 2017. Hubungan Antara Umur Masa disebabkan karena lama kerja yang dilakukan Kerja dan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja dalam sehari, hal ini terjadi karena Circardium Pada Pengemudi Truk Tangki di Terminal Bahan ryhthm (Keadaan alamiah tubuh) yang terganggu Bakar Minyak (BBM) PT Pertamina Bitung. Jurnal seperti waktu tidur yang tidak teratur, waktu Fakultas Kesehatan Masyarakat Sam Ratulangi istirahat yang kurang, dan banyak proses otonom Manado. lainnya yang seharusnya beristirahat pada malam 4. Atiqoh, dkk. 2014. Faktor-faktor yang hari karena pekerjaan yang menuntut kerja lembur Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada maka proses dalam tubuh dipaksa untuk siaga Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka Garmen Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan dalam bekerja, hal ini akan meningkatkan asam Masyarakat, Vol.2 No.2 laktat dalam tubuh dan menimbulkan kelelahan 5. Budhiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: kerja (Tarwaka, 2004). Revika Aditam 6. Budiman, dkk. 2016. Hubungan Umur,Kebisingan SIMPULAN dan Temperatur Udara dengan Kelelahan Subjektif Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Individu di PT.Karias Tebing Kencana. Jurnal Hubungan Kebisingan, Umur, dan Lama Kerja Berkala Kesehatan, Vol. 2 No.1 Terhadap Kelelahan pada pekerja bagian Produksi di 7. Budiono, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes & PT Beton Elemen Persada Tahun 2018 dapat KK. Semarang: Badan Penerbit Dipinegoro. disimpulkan: 8. Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan dan 1. Pekerja yang mengalami kelelahan terdapat 30 Kesehatan Kerja Untuk Industri. Yogyakarta: orang (58,8%), sebagian besar responden Pustaka Baru Press. sebaganyak 29 orang (56,9%) memiliki kategori 9. Himpunan peraturan perundang-undangan usia beresiko (≥35 tahun), responden yang keselamatan dan kesehatan kerja: Undang-undang memiliki Lama Kerja kategori Bersiko sebanyak No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagkakerjaan pasal 77 10.Irma, dkk. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pad Unit Produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. 11. Mukhlasin. 2017. Faktor Risiko Kelelahan Kerja pada Operator SPBU di Kecamatan Grogol Kota Cilegon. Jurnal kesehatan, Vol.4 No. 2 12.Nugrahaeni D.K dan Mauliku N.E. 2011. Metodologi Penelitian. Cimahi: Stikes Ayani Press. 13.Ramdan. 2013. Higiene Industri. Yogyakarta: Bimotry. 14.Romdhoni dan Brahmadhi. 2015. Hubungan Anatara Status Gizi dan Kebisingan Terhadap Kelelahan Pada Karyawan di PT.Coronet Crown Purwokerto Banyumas, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, Vol.13 No.3 15.Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika. 16. . 2013. Statistik Inferensial untuk Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.
17.Setyawati. 2012. Selintas tentang Kelelahan Kerja.
Amara Books: Yogyakarta. 18.Soeripto. 2008. Higene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 19.Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke empat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 20.Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto. 21.Tamuntuan, M, dkk. 2013. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja di Bagian Pengecatan Mobil di CV.Kombos Manado 22.Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press : Surakarta. 23. . 2015. Ergonomi industri. Surakarta: Harapan press. 24. . 2012. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan di tempat Kerja. Surakarta: Harapan press 25.Triyunita, dkk. 2013. Hubungan Beban Kerja Fisik Kebisingan dan Faktor Individu dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving PT.X Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2 No.2