Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN KEBISINGAN, UMUR DAN LAMA KERJA TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA

BAGIAN PRODUKSI DI PT. BETON ELEMEN PERSADA TAHUN 2018

Budiman1, Asep Dian Abdillah2, Hentiany Aulia Putri3


1,2,3
Public Health Study Program STIKES A. Yani Cimahi
___________________________________________________________________________________________
Abstract
Fatigue is a state of the physical and mental body that results in decreased alertness. Factors that affect
work fatigue are individual factors (sex, age, length of service, duration of work, and health condition) and
environmental factors (lighting, noise and temperature). Work fatigue can lead to several situations of declining
work performance, decreased motor and physiological function of the body, the body feels uncomfortable in
addition to declining morale. This study aims to determine the relationship between age, duration of work and
noise on fatigue in production workers in PT. Concrete Element Persada in 2018.
The research design used was Cross Sectional. The number of samples is 51 workers. Analysis of data
through two stages, namely univariate to see the frequency distribution and bivariate to see the relationship (chi
square) and the magnitude of the relationship (PR). The result showed that there was a relationship between age (p
value = 0,000), length of work (p value = 0,002) and noise (p value = 0,000). It is advisable for the employer to
make a work placement policy based on age, it is recommended that workers with a risky age group be placed in a
less demanding unit of work, set up scheduled work hours and maximize the use of personal protective equipment
ie ear mup or ear plug applied to workers

Keywords: Fatigue, age, duration of work, noise

PENDAHULUAN Kelelahan kerja menurut Suma’mur (1996) dalam


Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi yang buku Ramdan 2013, merupakan proses menurunnya
telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Istilah efisiensi, perfomans kerja dan berkurangnya kekuatan
kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
untuk melakukan suatu kegiatan (Ramandhani dalam kegiatan yang harus dilakukan. Menurut Tarwaka
Budiono dkk, 2003). Kata lelah (fatigue) (2004) dalam Ramadan 2013 kelelahan kerja
menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan
daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat.
bekerja (Suma’mur, 2014).Secara umum gejala Sedangkan menurut Budiono (2003) dalam Ramdan
kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan (2013) kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang
sampai perasaan yang sangat melelahkan (Astrand & disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam
Rodahl, 1977 dan Pulat, 1992 dalam Tarwaka, 2015). kerja.
Kelelahan kerja ditandai dengan perasaan lesu, mudah Menurut Ramdan (2013) dan Setyawati (2012)
mengantuk, pusing, kurang mampu berkontribusi, kelelahan mempunyai faktor individu (jenis kelamin,
berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang umur, masa kerja,lama kerja, dan kondisi kesehatan)
buruk dan lambat, berkurangnya gairah untuk bekerja sedangkan faktor lingkungan (penerangan, kebisingan
serta menurunnya kinerja jasmani dan rohani sehingga dan suhu). Umur dapat mempengaruhi kelelahan
dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin besar
efektivitas kerja fisik dan mental (Ramandhani dalam tingkat kelelahan (Suma’mur, 1999 dalam Ramdan,
Budiono dkk, 2003). 2013). Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang
tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas
tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama
merusak alat
Contact Author: name, position, affiliation, address pendengaran. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Budiman
Transmigrasi Per.13/MEN/X/2011 menyebutkan Nilai
Prodi Kesmas STIKES A. Yani Cimahi
Jl. Ters. Jenderal Sudirman-Cimahi 40533
ambang batas kebisingan dalam waktu kerja 8 jam/
Tel: 0226631623 Fax: 0226631624 hari yaitu 85 dB. Kebisingan akan memepengaruhi
e-mail: budiman_1974@yahoo.com faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang
ditandai dengan bertambahnya metabolisme, Beton Elemen Persada
bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat
kelelahan. (Ramdhan, 2013). Kelelahan Kerja
PR (95% P
Lama Kelelaha Tidak Total
CI) Value
Kerja n Lelah
METODE N % N % N %
Rancangan penelitian dalam penelitian ini 77, 22,
Berisiko 24 7 31 100
menggunakan rancangan penelitian cross sectional. 4 6
2,581
Tehnik pengambilan sampel dengan cara purvosive Tidak 6 30, 14 70, 20 100 (1,287- 0,002
Random Sampling dan didapat 51 sampel. Instrumen Berisiko 0 0 5,176)
Total 30 58, 21 41, 51 100,0
yang digunakan kuesioner, Sound Level Meter, 8 2
Reaction timer. Pengolahan data dilakukan
menggunakan SPSS 13 sedangkan analisis disajikan PEMBAHASAN
dalam bentuk tabel distribusi dan narasi. 1. Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Kerja
Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang
HASIL tidak dikehendaki yang dapat menganggu
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja, kesehatan dan keselamatan (Anizar, 2012).
Kebisingan, Umur, dan Lama Kerja di PT. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti
Beton Elemen Persada di Bagian Produksi gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan
Variabel Kategori Jumlah Presentase bertambahnya metabolisme, bertambahnya
Kelelahan 30 58,8 tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan
Kelelahan
Tidak (Ramdan, 2013). Pengaruh kebisingan dapat
Kerja 21 41,2
Kelelahan menganggu perhatian yang perlu terus-menerus
Melebihi NAB 27 52,9 dicurahkan, maka dari itu tenaga kerja yang
Kebisingan Tidak Melebihi melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap
24 47,1 satu proses produksi atau hasil dapat membuat
NAB
Berisiko 29 56,9 kesalahan-kesalahan akibat dari terganggunya
Umur konsentrasi. Tenaga kerja yang sangat peka
Tidak Berisiko 22 43,1
terhadap kebisingan terutama pada nada tinggi,
Beresiko 31 60,8
Lama Kerja salah satu sebabnya reaksi psikologis juga
Tidak Berisiko 20 39,2 kebisingan yang berakibat meningkatnya kelelahan
Total 51 100 (Suma’mur, 2014). Kebisingan yang terus-menerus
terpapar kepada para pekerja dapat menganggu
proses produksi atau hasil produksi yang
seharusnya sesuai dengan target yang telah
ditentukan oleh perusahaan. Kebisingan jika tidak
dikendalikan akan merusak pendengaran para
pekerja sehingga para pekerja akan terhambat
dalam berkomunikasi dengan sesama pekerja
Tabel 2. Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan ataupun dengan atasan dan dapat menimbulkan
Kerja pada Pekerja bagian Produksi di PT. kesalahan-kesalahan yang fatal bagi tenaga kerja
Beton Elemen Persada dikarenakan tidak fokus dalam melakukan

Tabel 3. Hubungan umur dengan kelelahan Kerja pada Kelelahan Kerja


PR (95% P
Pekerja bagian Produksi di PT. Beton Kebisin Tidak Total
Kelelahan CI) Value
gan Lelah
Elemen Persada
N % N % N %
Kelelahan Kerja
Melebihi
Kelelaha Tidak Total 23 85,2 4 14,8 27 100
Umur PR (95% CI) Valu NAB
n Lelah
N % N % N % 2,921
Tidak
Berisik 28 96,6 1 3,4 2 100, 7 29,2 17 70,8 24 100 (1,535- 0.000
Melebihi
o 9 0 5,556)
NAB
Tidak 2 9,1 2 90, 2 100, Total 30 58,8 21 41,2 51 100
10,621 (2,828-
Berisik 0 9 2 0 0.000 .0
39,885)
o
2 41, 5 100, pekerjaan yang dilakukannya.
Total 30 58,8
1 2 1 0 2. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja
Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja.
Tabel 4. Hubungan Lama Kerja dengan kelelahan Faktor umur merupakan hal yang tidak dapat
kerja pada pekerja bagian produksi di PT. diabaikan mengingat umur berpengaruh terhadap
kekuatan fisik dan mental seseorang serta pada 31 orang (60,8%), dan responden yang memiliki
umur tertentu seorang pekerja akan mengalami kebisingan Melebihi NAB sebanyak 27 (52,9%).
perubahan prestasi kerja. Semakin tua umur 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerja maka tingkat kelelahan yang dimiliki oleh kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja
masing-masing pekerja pun akan semakin bagian Produksi di PT. Beton Elemen Persada
meningkat. Karena di PT. Beton Elemen Persada dengan p value = 0.000, dimana pekerja yang
rata-rata memiliki umur diatas 35 tahun sehingga bekerja di lingkungan dengan kebisingan melebihi
para pekerja dalam melakukan pekerjaannya NAB berisiko 2,9 kali mengalami kelelahan
mudah sekali lelah pada saat bekerja dalam waktu dibandingkan pekerja yang bekerja di lingkungan
sebentar. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan kebisingan tidak melebihi NAB.
oleh peneliti menunjukkan adanya hubungan yang 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur
signifikan antara umur dengan kelelahan kerja dengan kelelahan pada pekerja bagian Produksi di
pada pekerja di PT. Beton Elemen Persada di PT. Beton Elemen Persada dengan p value =
bagian produksi, artinya umur merupakan faktor 0.000, dimana pekerja yang memiliki umur dengan
beresiko terjadinya kelelahan pada pekerja. Hal ini kategori berisiko mempunyai risiko 10,6 kali
disebabkan karena pekerja dalam melakukan mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja
pekerjaannya sering mengangkat bata atau beton dengan umur kategori tidak beresiko.
yang sehari nya mencapai 1500 bata atau bisa lebih 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara Lama
yang berat sehingga dapat mempercepat kelelahan Kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian
pada pekerja yang berumur ≥35 tahun. Hal ini Produksi di PT. Beton Elemen Persada dengan p
sesuai dengan yang dijelaskan oleh Setyawati value = 0.002, dimana pekerja dengan Lama Kerja
(2012), bahwa faktor umur tetap tidak dapat kategori beresiko mempunyai risiko 2,5 kali
diabaikan terutama bila pekerja yang bersangkutan mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja
sebagian besar membutuhkan kekuatan otot.. yang kategori tidak beresiko.
3. Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja
Lama kerja biasanya berhubungan dengan References
pekerjaan yang sifatnya monoton, ditambah 1. Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan
dengan adanya permintaan barang dari konsumen Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
yang mengharuskan tenaga kerja bekerja melebihi 2. Asriyani, dkk. 2017. Faktor yang Berhubungan
jam kerja yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dengan Terjadinya Kelelahan Kerja pada Pekerja
pekerja di PT. Beton Elemen Persada bekerja lebih PT.Kalla Kakao Industri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
dari 8 jam karena untuk mencapai target yang di Kesehatan Masyarakat, Vol.2 No. 6
tentukan oleh perusahan tersebut. Kelelahan dapat 3. Ator,dkk. 2017. Hubungan Antara Umur Masa
disebabkan karena lama kerja yang dilakukan Kerja dan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja
dalam sehari, hal ini terjadi karena Circardium Pada Pengemudi Truk Tangki di Terminal Bahan
ryhthm (Keadaan alamiah tubuh) yang terganggu Bakar Minyak (BBM) PT Pertamina Bitung. Jurnal
seperti waktu tidur yang tidak teratur, waktu Fakultas Kesehatan Masyarakat Sam Ratulangi
istirahat yang kurang, dan banyak proses otonom Manado.
lainnya yang seharusnya beristirahat pada malam 4. Atiqoh, dkk. 2014. Faktor-faktor yang
hari karena pekerjaan yang menuntut kerja lembur Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
maka proses dalam tubuh dipaksa untuk siaga Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka
Garmen Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan
dalam bekerja, hal ini akan meningkatkan asam
Masyarakat, Vol.2 No.2
laktat dalam tubuh dan menimbulkan kelelahan
5. Budhiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung:
kerja (Tarwaka, 2004).
Revika Aditam
6. Budiman, dkk. 2016. Hubungan Umur,Kebisingan
SIMPULAN dan Temperatur Udara dengan Kelelahan Subjektif
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Individu di PT.Karias Tebing Kencana. Jurnal
Hubungan Kebisingan, Umur, dan Lama Kerja Berkala Kesehatan, Vol. 2 No.1
Terhadap Kelelahan pada pekerja bagian Produksi di 7. Budiono, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes &
PT Beton Elemen Persada Tahun 2018 dapat KK. Semarang: Badan Penerbit Dipinegoro.
disimpulkan: 8. Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan dan
1. Pekerja yang mengalami kelelahan terdapat 30 Kesehatan Kerja Untuk Industri. Yogyakarta:
orang (58,8%), sebagian besar responden Pustaka Baru Press.
sebaganyak 29 orang (56,9%) memiliki kategori 9. Himpunan peraturan perundang-undangan
usia beresiko (≥35 tahun), responden yang keselamatan dan kesehatan kerja: Undang-undang
memiliki Lama Kerja kategori Bersiko sebanyak No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagkakerjaan pasal
77
10.Irma, dkk. 2014. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kelelahan Kerja Pad Unit Produksi
Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar.
11. Mukhlasin. 2017. Faktor Risiko Kelelahan Kerja
pada Operator SPBU di Kecamatan Grogol Kota
Cilegon. Jurnal kesehatan, Vol.4 No. 2
12.Nugrahaeni D.K dan Mauliku N.E. 2011.
Metodologi Penelitian. Cimahi: Stikes Ayani Press.
13.Ramdan. 2013. Higiene Industri. Yogyakarta:
Bimotry.
14.Romdhoni dan Brahmadhi. 2015. Hubungan
Anatara Status Gizi dan Kebisingan Terhadap
Kelelahan Pada Karyawan di PT.Coronet Crown
Purwokerto Banyumas, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Kesehatan, Vol.13 No.3
15.Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.
16. . 2013. Statistik Inferensial untuk Analisa
Data Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.

17.Setyawati. 2012. Selintas tentang Kelelahan Kerja.


Amara Books: Yogyakarta.
18.Soeripto. 2008. Higene Industri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
19.Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi ke empat. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
20.Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto.
21.Tamuntuan, M, dkk. 2013. Hubungan Antara
Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru Pada
Pekerja di Bagian Pengecatan Mobil di
CV.Kombos Manado
22.Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press :
Surakarta.
23. . 2015. Ergonomi industri. Surakarta:
Harapan press.
24. . 2012. Dasar-dasar Keselamatan Kerja
Serta Pencegahan Kecelakaan di tempat Kerja.
Surakarta: Harapan press
25.Triyunita, dkk. 2013. Hubungan Beban Kerja Fisik
Kebisingan dan Faktor Individu dengan Kelelahan
Pekerja Bagian Weaving PT.X Batang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol.2 No.2

Anda mungkin juga menyukai