penegasan pada bakteri sampel dan bakteri uji kemudian dilakukan uji penelitian
dilakukan uji penegasan pada bakteri sampel dan bakteri uji yaitu dengan
penelitian ini menggunakan tiga jenis BAL sebagai bakteri sampel yaitu
30
31
Hari pertama :
bentuk : batang
susunan : menyebar
2. Isolasi
Hari kedua :
elevasi : cembung
Hari ketiga :
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Morfologi dan Uji Biokimia Bakteri Sampel
Lactobacillus casei.
sampel dibuat suspensi dengan kekeruhan setara 0,5 Mc Farland (1,5 x 108
MRS Broth diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35 oC. Hasil biakan bakteri
rpm selama 30 menit pada suhu 4oC. Supernatan tersebut lalu disaring
mengetahui sifat metabolit yang terkandung dalam sampel uji. Parameter yang
basa pada supernatan bakteriosin lalu diukur sampai didapatkan pH yang sesuai
terhadap metabolit yaitu Enterococcus faecalis. Hasil penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut.
pH
Sampel Uji
K 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
L.acidophilus (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (-) (-)
L.bulgaricus (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (-)
L.casei (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (-) (-) (-) (-)
Keterangan : (+) = hasil positif, menunjukkan penghambatan terhadap bakteri
kontrol
K = kontrol, supernatan bakteriosin tanpa perlakuan
35
hambatnya terhadap P.aeruginosa dengan dua metode yaitu metode difusi agar
menggunakan media Mueller Hinton Agar (MHA) dengan tiga kali pengulangan.
sekitar sumur yang telah diisi dengan bakteriosin. Hasil penelitian dapat dilihat
menggunakan media Mueller Hinton Broth (MHB) dengan tiga kali pengulangan.
Daya hambat ditandai dengan tidak terjadi pertumbuhan bakteri (jernih) pada
konsentrasi terkecil yang merupakan nilai KHM kemudian 1 ose setiap bagian
jernih ditanam pada MHA konsentrasi terkecil yang tidak terjadi pertumbuhan
koloni bakteri adalah nilai KBM. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
36
Tabel 4.5 Nilai KHM dan KBM Aktivitas Bakteriosin Lactobacillus sp terhadap
P.aeruginosa
Sampel Uji KHM (%) KBM (%)
4.2 Pembahasan
Hinton Broth jenis media ini biasanya digunakan untuk uji sensitivitas antibiotik.
Sampel uji yang digunakan merupakan tiga jenis bakteri asam laktat yaitu
dahulu dilakukan uji penegasan terhadap strain bakteri sampel maupun bakteri uji.
terhadap P.aeruginosa menggunakan dua metode yaitu metode difusi agar untuk
melihat luas zona hambat yang dihasilkan oleh supernatan bakteriosin dan metode
L.bulgaricus mampu bertahan sampai pH basa tetapi tidak aktif pada paparan basa
kuat (pH >9). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dhewa (2012)
antibakteri pada kisaran pH 4-7 tetapi aktivitasnya menurun atau tidak aktif
dengan metode difusi menunjukkan aktivitas antibakteri yang relatif sama ditandai
diameter berturut-turut sebesar 11,4 ± 0,64 mm dan 11,4 ± 0,62, sedangkan untuk
bakteriosin yang berasal dari L.casei memiliki diameter zona hambat yang lebih
bening yang terbentuk yaitu sebesar 21,05 ± 0,21. Kontrol negatif menggunakan
NaCl fisiologis steril, aquadest steril, dan MRS broth menunjukkan hasil negatif
yaitu tidak ada zona hambat hal ini menunjukkan bahwa kontrol negatif tidak
metode mikrodilusi terhadap P.aeruginosa diketahui nilai KHM dan KBM dari
bakteriosin L.casei.
dengan penelitian yang dilakukan Citra (2013) bahwa antibakteri dalam yoghurt
P.aeruginosa.(29, 30)
memberikan hambatan pada kisaran pH 3-9 (pH asam sampai basa) dan pada
bulgaricus hambatan terhadap bakteri uji terjadi pada kisaran pH 3-10 dan pada
kisaran pH > 10 tidak terjadi penghambatan terhadap bakteri uji. Berbeda dengan
hambatan terhadap bakteri uji dalam rentang pH yang lebih sempit yaitu pH 3-7
(pH asam sampai netral) dan pada pH > 7 sudah tidak ada penghambatan terhadap
bakteri uji. Hal ini sesuai dengan hasil uji ketahanan sifat metabolit bakteriosin
dihasilkan oleh kedua sampel uji memiliki ketahanan metabolit tidak hanya pada
40
uji.
lapisan lipopolisakarida yang terletak pada permukaan sel yang kemudian dirusak
oleh asam laktat sehingga substrat bakteriosin dapat masuk ke dalam membran