KARBOHIDRAT
Kelompok 9
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
I. PENDAHULUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk menunjukkan sifat dan struktur karbohidrat
melalui uji kualitatif. Selain itu bertujuan untuk mengamati struktur berapa
karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji serta mengidentifikasi
karbohidrat dengan berbagai uji.
II. METODE PRAKTIKUM
II.1 Waktu dan tempat
Paraktikum Biofisik ini dilakukan pada hari Kamis, 25 September 2014
bertempat di laboraturium departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
II.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, rak tabung reaksi, tabung
reaksi, label, pipet volumetrik, bulp, batang penjepit, mikroskop, lemari asam, pipet
tetes, dan mortar. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pereaksi Molisch,
pereaksi Benedict, pereaksi Barfoed, pereaksi Selliwanoff, larutan glukosa 1 %,
larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan maltose 1%, larutan pati 1%, NaOH,
tepung pati, tepung glikogen, tepung gum arab, fosfomolibdat
II.3 Prosedur Percobaan
Ada 8 uji karbohidrat yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut :
II.3.1 Uji Molisch
Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu, larutan glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, maltose, dan pati dimasukkan kedalam tabung reaksi masing masing
5 ml, setelah itu tambahkan 2 tetes pereaksi Molish, campur hingga rata. Lalu,
dimasukkan perlahan lahan kedinding tabung asam sulfat pekat (perhatian. Lakukan
di lemari asam). Warna yang terlihat diperhatikan.
II.3.2 Uji Benedict
Pereaksi benedict dimasukkan ke masing masing tabung reaksi yang berisi
larutan yang akan di coba sebanyak 5ml, lalu campur hingga homogeny, setelah itu
dididihkan selama 5 menit, setelah itu angkat dan dinginkan. Endapan dan warna
yang terjadi diperhatikan.
II.3.3 Uji Barfoed
Larutan yang akan di uji dan larutan pereaksi barfoed dimasukkan masing masing 1
ml kedalam tabung reaksi. Lalu larutan tersebut di didihkan selama 3 menit. Angkat
dan dinginkan, setelah itu tambahkan larutan fosfomolibdat sebanyak 1 ml. dikocok
dan diamati perubahan dan warna yang terjadi.
II.3.4 Uji Fermentasi
20 ml larutan dan 2 gram ragi roti di gerus dalam mortar hingga terbentuk
suspensi yang homogen. Kemudian isi suspensi tersebut kedalam tabung fermentasi,
lalu diperam pada suhu 360C dan diperiksa selang 1 jam sebanyak 3 kali pengamatan.
Panjang atau isi gas diukur jika terdapat ruangan gas pada kaki tabung. NaOH 10 %
ditambah kedalam tabung melalui kaki yang terbuka kemudian mulut tabung ditutup
dengan ibu jari sambil tabung dibolak-balik, isapan pada ibu jari membuktikan bahwa
yang terbentuk CO2.
II.3.5 Uji Selliwanoff
Lima (5 ml) pereaksi Selliwanoff dan bahan percobaan di campur dalam
tabung reaksi, kemudian campuran tersebut didihkan selama 30 detik.
II.3.6 Uji Iod
Tepung bahan percobaan dimasukkan dan dicampur kedalam papan uji
kemudian ditambah iod encer. Hal di lakukan juga untuk tepung glikogen, tepung
pati, tepung gum arab, tepung agar-agar dan tepung insulin.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1 adalah uji Molisch
Larutan Uji Hasil Warna Gambar
Glukosa + Hijau
Fruktosa + Merah
Sukrosa - Ungu
Laktosa + Ungu
Maltose + Ungu
Pati + Ungu bening
-
Laktosa Bening
Maltose - Bening
Bening
Pati
Pati -
Maltose (-)
Sukrosa(+)
Laktosa(+)
Glukosa(+)
3.2 Pembahasan
Kandungan, struktur dan sifat karbohidrat yang diindentifikasi bisa melalui
berbagai macam uji. Yaitu uhi benedict, molisch, barfoed, selliwanoff, iod,
fermentasi, tauber, dan uji osazon.
Percobaan Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel.
Percobaan Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat (gula)
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas), seperti yang terdapat pada
glukosa dan maltosa. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata,
kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange.
Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat
oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu 2O (kupro
oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mndasari uji Barfoed.
Dehidrasi fruktosa oleh HCL pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural
dengan penambahan resorsinol akan megalami kondensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna merah jingga menjadi dasar dari uji Seliwanoff.
Percobaan uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat
yang memiliki gugus aldehida atao keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan
membentuk hidrazon atao osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal
dan titik lebur yang spesifik.
Percobaan uji iod , kondensasi iodine dengan karbohidrat, selain
monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas. Amilum dengan iodine dapat
membentuk kompleks biru, sedangkan dengan glikogen akan membentuk warna
merah. Oleh karena itu uji iod ini juga dapat membedakan amilum dan glikogen.
Prinsip uji Molisch, karbohidrat akan mengalami hidrolisis menjadi
monosakarida oleh asam sulfat pekat dan selanjutnya mengalami dehidrasi oleh asam
sulfat menjadi furtural atau hidroksi metal furtural yang kemudian dengan alfa naftol
akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu berupa
cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat, berfungsi untuk
memeriksa kandungan karbohidrat pada suatu larutan (Bercker 1972).
Reaksi yang terjadi dalam uji molisch adalah sebagai berikut:
+ H2SO4 🡪
Pentosa Furfural α-naftol
Gambar 2 Reaksi pada uji Molisch (pentosa)
Hasil yang diperoleh dalam percobaan ini adalah hanya fruktosa yang
membentuk endapan merah dan memekatkan warna larutannya menjadi biru tua.
Sukrosa dan maltosa juga memekatkan warna menjadi biru tua namun tidak
membentuk endapan. Pati dan laktosa tidak memekatkan warna larutan. Ini berarti
monosakarida lebih reaktif dalam mereduksi ion daripada sukrosa dan maltosa.
Secara umum, fermentasi adalah respirasi dalam lingkungan anaerobic dengan
tanpa akseptor electron eksternal. Produk fermentasi mengandung energy kimia yang
tidak teroksidasi penuh, tetapi tidak dapat mengalami metabolisme lebih jauh tanpa
oksigen atau akseptor electron lainnya (highly oxidized). Sehingga cenderung
dianggap produk buangan (samping) konsekuensinya adalah bahwa produksi ATP
dari fermentasi menjadi kurang efisisen dibandingkan oksidatif phosphorilation,
dimana piruvat teroksidasi penuh menjadi karbon dioksida (Baum J Stuart 1975).
Persamaan reaksi kimia:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan: 118 kJ per
mol)
Fermentasi menghasilkan gas karbon dioksida yang terakumulasi, gas tersebut
dibuktikan dengan adanya isapan pada jari oleh natrium karbonat sebagai hasil reaksi
setelah ditambahkan sejumlah NaOH. Natrium karbonat yang terbentuk akan
mengurangi volume gas pada kaki tabung, sehimgga sejumlah gas terdorong keluar.
Untuk menyeimbangkan keadaan seperti semula, udara dari luar tabung akan masuk
mengisi tabung fermentasi tersebut. Oleh karena mulut tabung yang terbuka telah
disumbat dengan jari, udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam tabung dan akan
menarik jari seperti adanya isapan yang lemah.
Prinsip uji Selliwanoff, peristiwa dehidrasi monosakarida ketosa menjadi
furtural lebih cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida aldosa, hal ini dikarenakan
aldosa sebelum mengalami dehidrasi lebih dahulu mengalami transformasi menjadi
ketosa, dengan demikian aldosa akan bereaksi negatif. Reaksi ini berdasarkan
pembentukan 4-hidroksi metil furfural yang membentuk senyawa berwarna dengan
adanya resorsinol atau 1,3 dihidroksi benzena. Reaksi ini spesifik untuk ketosa. Hasil
yang diperoleh menunjukkan fruktosa menghasilkan perubahan warna, sedangkan
yang lain tidak menghasilkan perubahan warna. Perubahan warna yang dihasilkan
fruktosa lebih pekat daripada yang lain. Ini berarti fruktosa memiliki gugus keton
sehingga dapat membntuk 4-hidroksi metil furfural (Slamet S, dkk 2007).
Berikut reaksinya:
Fermentasi adalah produksi energi di dalam sel berupa respirasi yang terjadi
dalam kondisi anaerob (tanpa melibatkan oksigen). Jika respirasi aerob terjadi pada
sistem metabolisme energi manusia, pada kebanyakan tumbuhan dan hewan, respirasi
yang berlangsung adalah respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi
aerob terhambat karena sesuatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut
melangsungkan proses fermentasi yaitu proses pembebasan energi tanpa adanya
oksigen, yang disebut respirasi anaerob.
Respirasi anaerob merupakan reaksi pemecahan karbohidrat untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Perlu Anda ketahui sel jamur dan
bakteri dapat melakukan respirasi anorganik. Demikian juga apabila kita melakukan
konstraksi otot terlalu kuat misalnya berlari-lari, maka sel-sel jaringan otot kita juga
melakukan respirasi anaerob. Pada keadaan oksigen yang tidak mencukupi untuk
respirasi maka terjadi penimbunan asam laktat di dalam sel dan akan menimbulkan
kelelahan. Proses penguraian pada respirasi anaerob disebut fermentasi
IV. SIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa uji berbagai macam
percobaan uji yang dicoba bertujuan untuk mengetahui struktur karbohidrat. Pada uji
Molisch, dapat terlihat larutan uji yang monosakarida adalah yang paling reaktif. Warna
ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi yang positif. Hasil percobaan uji molish pada
larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1%
menghasilkan cincin berwarna ungu. Oleh karena itu, semua larutan yang dicobakan
mengandung karbohidrat. Uji benedict merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya gula pereduksi di dalam suatu larutan. Hasil yang diperoleh menunjukkan
glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa dapat berekasi dengan perekasi Benedict karena
memiliki gugus aldehida dan keton bebas sedangkan sukrosa dan pati tidak termasuk gula
pereduksi. Uji Bardfoed digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan
disakarida. Hasil uji menunjukkan bahwa fruktosa lebih reaktif dalam mereduksi ion
daripada bahan yang lain. Ketosa dan aldosa dibedakan melalui uji selliwanorf. Hasil yang
diperoleh menunjukkan fruktosa menghasilkan perubahan warna, sedangkan yang lain tidak
menghasilkan perubahan warna. Semua karbohidrat yang memiliki gugus aldehid dan keton
yang bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan dengan fenil hidrazin berlebih.
Percobaan iodium didasari oleh penambahan iodium pada suatu polisakarida yang akan
menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks abssorpsi berwarna spesifik. Pati dengan
iodium menghasilkan warna biru pekat yang menandakan terdapatnya amilosa di dalam
pati.
IV.2 Saran
Asprak lebih bisa interaktif dengan para praktikannya agar semua paham
materi yang disampaikan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Baum J Stuart, Scaife Charles.W.J.1975. Chemistry a Life Science Approach.
New York (US) : Macmillan Publishing Co.,Inc.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat Ed 11. Jakarta(ID) :
Erlangga.
Slamet, S dkk. 2007. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta (ID) :
LIBERTY Yogyakarta