Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

KLASIFIKASI KARBOHIDRAT

Oleh :
Kelompok 3/Kelas B

1. Indra Cipta Maulana Ishaq (201510501063)


2. Nabila Chika Emalia (201510501062)
3. Ken Ilmaya Chairani (201510501065)
4. Abdul Malik Suyuti Luthfi (201510501067)
5. Akmalus Salam Al Musa (201510501068)
6. Muhammad Zulfa Khairuttamam (201510501070)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang kompleks dan juga menjadi
sumber energi paling penting bagi makhluk hidup (Bonnardel et al, 2020), bisa
kita lihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengatakan bahwa belum
makan kalau belum makan nasi dan nasi termasuk ke dalam karbohidrat (Assayuti
et al, 2020). Hal tersebut dikarenakan molekul dari karbohidrat berfungsi sebagai
penyedia unsur karbon yang siap digunakan oleh sel (Fitri dan Fitriana, 2020).
Akan tetapi, asupan karbohidrat yang masuk ke tubuh kita itu harus seimbang,
dalam artian tidak boleh kekurangan dan juga kelebihan, agar karbohidrat tersebut
tidak menjadi sumber penyakit (Hartana et al, 2021). Definisi karbohidrat secara
kimia yaitu sebagai turunan aldehid atau keton dari alcohol polihidrik (karena
mengandung gugus hidroksi lebih dari satu), atau sebagai senyawa yang
menghasilkan turunan tersebut apabila dihidrolisis (Yunianto et al, 2021).
Sedangkan kandungan dari karbohidrat total bukan hanya glukosa, tetapi juga
mengandung sukrosa, maltose, fruktosa, dan senyawa lainnya (Nurfadilah et al,
2019).
Menurut Bahri dan Yani (2018), karbohidrat diklasifikasikan menjadi 4
kelompok, yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. (1)
Monosakarida adalah senyawa yang tidak dapat dihidrolisis dan juga
disederhanakan lagi dan umumnya terdiri atas 3-6 atom C, (2) Disakarida adalah
senyawa yang terbentuk dari 2 molekul monosakarida, (3) Oligosakarida adalah
senyawa gabungan dari 3-10 monosakarida (Lamothe et al, 2019), (4)
Polisakarida adalah senyawa yang terbentuk dari 10 atau lebih monosakarida
(Drula et al, 2022). Menurut Luiz dan Martens (2018), klasifikasi enzim aktif
karbohidrat itu terbagi menjadi 2 kelompok utama yaitu glikosida hidrolase (GHs)
dan polisakarida Liase (PLs) (Cazypedia, 2018).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui klasifikasi karbohidrat beserta pengujiannya dengan
menggunakan uji kualitatif.
BAHAN DAN METODE

2.1 Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Kaki tiga
- Pipet tetes
- Gelas beker
2.2 Bahan
- Glukosa
- Laktosa
- Sukrosa
- Pati
- Aquades
- Reagen molisch
- Konsentrat H2SO4
- Fehling A
- Fehling B
- Reagen benedict
- Reagen tollent
- Larutan iodin
2.3 Metode
Berdasarkan praktikum metode yang digunakan adalah eksperimen
laboratorium. Pengujian dilakukan dengan meletakkan glukosa, laktosa, sukrosa,
dan pati kedalam 4 tabung reaksi yang berbeda. Masing-masing tabung tersebut
dicampur dengan beberapa larutan berbeda sesuai jenis pengujian yang dilakukan.
Pada uji kelarutan glukosa, laktosa, sukrosa, dan pati dicampur dengan aquades.
Pada uji molisch glukosa, laktosa, sukrosa, dan pati dicampur dengan reagen
molisch dan H2SO4. Pada uji fehling dicampur dengan fehling A dan Fehling B.
Pada uji benedict dicampur dengan reagen benedict. Pada uji tollent dicampur
dengan reagen tollent. Dan pada uji iodin dicampur dengan larutan iodin.
Selanjutnya, dilakukan pengamatan dan analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Table 1. Hasil Uji Beberapa Larutan pada Glukosa, Laktosa, Sukrosa, dan Pati

Pengujian Glukosa Laktosa Sukrosa Pati


Uji
Larut Larut Larut Tidak larut
Kelarutan
Ungu Ungu Ungu
Uji Molisch Ungu pekat
kemerahan kemerahan kebiruan
Uji Fehling Merah tua Merah tua Biru Biru
Biru
Uji Benedict Merah bata Merah bata Biru kehijauan
kehijauan
Silver Silver
Uji Tollent metal/abu- metal/abu- Hitam Hitam
abu abu
Uji Iodin Orange Orange Orange Biru kehitaman

Link: https://www.youtube.com/watch?v=ojhdTFmkY1c&t=2s
3.2 Pembahasan
Fehling test merupakan pengujian yang digunakan pada karbohidrat
pereduksi untuk menunjukkan sifat khususnya. Fehling test dapat mengetahui
bagaimana cara kerja hidrolisis yang sedang berlangsung dengan baik itu jika
reaksi akhir menunjukkan positif maka akan terbentuk endapan merah bata. Pada
prinsip fehling test sampel fehling A dan B akan terjadi perbedaan yang akan
terbentuk saat reaksi redoks pada aldehid. Percobaan fehling test yang dilakukan
mendapatkan hasil berupa sukrosa dan amilum menunjukkan hasil yang positif.
Hasil tersebut dapat ditinjau dari reaksi redoks pada aldehid tadi akan dioksidasi
menjadi karboksilat.
Solubility test merupakan tes yang dilakukan pada tempat senyawa yaitu
glukosa, laktosa, sukrosa, dan strach. Pengujian dilakukan pada tabung reaksi
dengan label (A), (B), (C), dan (D) pada setiap senyawa sebelumnya. Pada tahap
selanjutnya masing-masing tabung reaksi yang yang sudah terisi akan dicampur
dengan distilled water. Dari reaksi tersebut akan diperoleh perbedaan di antara
senyawa karbohidrat yang sudah dilarutkan dengan strach. Hasil tersebut dapat
terjadi karena zat strach memiliki molekul yang berantai lurus atau bercabang
tidak berpasangan sehingga tidak larut dalam distilled water. Dari pengujian
tersebut pada tabung reaksi berisi zat strach akan membentuk jaringan granula
Pati yang menyatu.
Molisch test merupakan salah satu uji karbohidrat dengan mencampurkan
bahan yang diuji, seperti larutan glukosa, lakstosa, sukrosa, serta pati dengan
reagen molisch atau -naphthol dan asam sulfat pekat (Suardana dkk., 2017).
Tahap pertama yang dilakukan dalam melakukan molisch test, yaitu meletakkan
larutan glukosa, laktosa, sukrosa, dan pati pada empat tabung reaksi yang berbeda.
Setelah itu, reagen molisch ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi,
kemudian asam sulfat pekat dituangkan secara perlahan di sepanjang sisi tabung
reaksi. Asam sulfat pekat akan mendehidrasi karbohidrat untuk membentuk
furfuraldehida atau turunannya, kemudian berakasi dengan -naphthol yang
terdapat pada reagen molisch untuk membentuk produk pewarna yang muncul
sebagai cincin ungu di antara lapisan asam dan lapisan uji. Cincin berwarna ungu
tersebut menandakan bahwa terdapat kandungan karbohidrat pada bahan yang
diuji. Berdasarkan uji karbohidrat menggunakan molisch test yang dilakukan pada
video, terbentuk cincin berwarna ungu pada larutan glukosa, laktosa, sukrosa, dan
pati, sehingga dapat dikatakan bahwa semua larutan yang digunakan untuk bahan
uji tersebut memiliki kandungan karbohidrat.
Benedict test merupakan salah satu uji karbohidrat dengan mencampurkan
bahan yang diuji diuji, seperti larutan glukosa, lakstosa, sukrosa, serta pati dengan
reagen benedict. Benedict test dilakukan untuk mengetahui kandungan gula atau
karbohidrat pereduksi. Bahan uji yang mengandung gula pereduksi ditandai
dengan perubahan warna atau terbentuknya endapan merah bata ketika diuji
menggunakan benedict test (Sufia dkk., 2018). Tahap pertama yang dilakukan
dalam melakukan benedict test, yaitu meletakkan larutan glukosa, laktosa,
sukrosa, dan pati pada empat tabung reaksi yang berbeda. Setelah itu, reagen
benedict ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi, kemudian dipanaskan.
Berdasakan uji karbohidrat menggunakan benedict test yang dilakukan pada
video, terjadi perubahan warna menjadi merah bata pada larutan glukosa dan
laktosa, sedangkan pada larutan sukrosa dan pati tidak terjadi perubahan warna
menjadi merah bata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa glukosa dan
laktosa termasuk dalam gula pereduksi, sedangkan sukrosa dan pati termasuk
dalam gula non-pereduksi.
Uji tollens merupakan kegiatan mereaksikan karbohidrat pereduksi dengan
perekasi tollens, dengan cara dipanaskan dalam tabung reaksi, sehingga terbentuk
lapisan tipis menyerupai cermin pada bagian bawah tabung percobaan (Galuh
R.H., 2017). Berdasarkan video tersebut, prosedur pengujian karbohidrat dengan
reagen tollens diawali dengan memasukkan sejumlah kecil larutan glukosa,
laktosa, sukrosa, dan suspensi pati dalam air masing – masing dalam empat
tabung reaksi A, B, C, dan D. Menambahkan sedikit reagen tollen ke dalam
tabung reaksi A, B, C, dan D dengan menggunakan pipet. Seteah memasukkan
reagen tollens, tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam penangsa air mendidih.
Setelah beberapa saat, tabung reaksi A (glukosa) dan tabung reaksi B (laktosa)
akan mereduksi ion perak dalam reagen tollens uji menjadi unsur perak dan
muncul sebagai cermin perak pada permukaan bagian dalam bejana. Sedangkan
reagen tollens uji tidak bereaksi dengan tabung reaksi C (sukrosa) dan tabung
reaksi D (pati). Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan glukosa dan laktosa
merupakan gula pereduksi dan larutan sukrosa dan pati merupakan gula non-
pereduksi.
Uji iodin merupakan reaksi kimia karbohidrat dengan larutan iodin dengan
tujuan melihat adanya kandungan pati dalam suatu bahan, hal ini ditandai dengan
adanya perubahan warna larutan karbohidrat menjadi biru (Rindengan et. al.,
2018). Berdasarkan video tersebut, prosedur pengujian karbohidrat dengan larutan
iodin diawali dengan memasukkan sejumlah keci larutan glukosa, laktosa,
sukrosa, dan suspensi pati dalam air masing – masing dalam empat tabung reaksi
A, B, C, dan D. Kemudian menambahkan beberapa tetes larutan iodin ke dalam
tabung reaksi A, B, C, dan D menggunakan pipet. Setelah beberapa saat, iodium
bereaksi dengan tabung reaksi D (pati) membentuk kompleks pati/yodium
berwarna biru. Sedangkan pada sampel lain, iodium tidak bereaksi membentuk
kompleks seperti itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan uji iodin hanya
akan bereaksi dengan pati.
KESIMPULAN

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang kompleks dan juga menjadi
sumber energi paling penting bagi makhluk hidup. Molekul dari karbohidrat
berfungsi sebagai penyedia unsur karbon yang siap digunakan oleh sel. Asupan
karbohidrat yang masuk ke tubuh kita itu harus seimbang, dalam artian tidak
boleh kekurangan dan juga kelebihan, agar karbohidrat tersebut tidak menjadi
sumber penyakit. Karbohidrat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu
monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Pengujian karbohidrat
dilakukan dengan uji kualitatif menggunakan fehling test, solubility test, molisch
test, benedict test, uji tollens, dan uji iodin. Pengujian yang dilakukan apat
diketahui kandungan glukosa, laktosa, sukrosa, dan pati pada karbohidrat. Pada
setiap uji yang dilakukan, reaksiyang terjadi berupa perubahan warna pada larutan
menunjukkan kandungan dari karbohidrat.
DAFTAR PUSTAKA

Assayuti, M., Fachruddin, Zulfahrizal. 2020. Pengembangan Klasifikasi Berbagai


Jenis Beras Dengan Menggunakan Nirs Metode PCA (Principal Component
Analysis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 5(1): 391-400.
Bahri, S., Amri Aji, Fadlina Yani. 2018. Pembuatan Bioethanol Dari Kulit Pisang
Kapok Dengan Cara Fermentasi Menggunakan Ragi Roti. Jurnal Teknologi
Kimia Unima, 7(2): 85-100.
Bonnardel, F., Julien Mariethoz, Serge Perez, Anne Imberty, Frederique Lisacek.
2021. Lectomexplore, An Update Of Unilectin For The Discovery Of
Carbohydrate-Binding Proteins Based On A New Lectin Classification.
Nucleic Acids Research, 49(8): 1548-1554.
Drula, E., Marie-Line Garron, Suzan Dogan, Vincent Lombard, Bernard
Henrissat, Nicolas Terrapin. 2022. The Carbohydrate Active Enzyme
Database: Functions And Literature. Nucleic Acids Research, 50(7): 571-
577.
Galuh, R. H. 2017. Buku Ajar Biokimia Dasar. UMSIDA Press: Sidoarjo.
Hartana, T. A., Siti Suryaningsih, Buchori Muslim. 2021. Hasil Validasi Dan Uji
Keterpahamanbuku Pengayaan Biokimia Materi Karbohidrat Terintegrasi
Keislaman. Lantanida Journal, 9(1): 1-92.
Lamothe, Lisa M. 2019. The Scientific Basis For Healthful Carbohydrate Profile.
Critical Reviews In Food Science And Nutrition, 59(7): 1058-1070.
Luis, A. S., Eric C Martens. 2018. Interrogating Gut Bacterial Genomes For
Discovery Of Novel Carbohydrate Degrading Enzymes. Current Opinion In
Chemical Biology, 47: 126-133.
Nurfadilah, Anton Yustarso, Dheasy Herawati. 2019. Perbandingan Metode
Standar Nasional Indonesia Dan Non Standar Nasional Indonesia Dalam
Penentuan Kadar Karbohidrat Total. Jurnal Sainhealth, 3(2): 37-41.
Rindengan, E. R., Abdassah, M., & Chaerunisaa, A. Y. 2018. Isolation And
Characterization of Physicochemical Properties of Mucilago Gedi Leaf
(Abelmoschus manihot L. Medik). Indonesian Journal of Pharmaceutical
Science and Technology, 5(3), 100.
Fitri, A. S., Yolla Arianda Fitriana. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada
Karbohidrat. Sainteks,17(1): 45-52.
Suardana, I. W., Septiara, H. K., & Suarsana, I. N. 2017. Karakteristik
Fisikokimia Bakteriosin Asal Bakteri Asam Laktat Enterococcus durans
Hasil Isolasi Kolon Sapi Bali. Buletin Veteriner Udayana. 9 (2): 209-215.
Sufia, F., Fikri, Z., & Iswari. 2018. Pengaruh Kadar Glukosa Urine Metode
Benedict, Fehling dan Stick Setelah Ditambahkan Vitamin C Dosis TinggI/
1000 mg. Jurnal Analis Medika Bio Sains. 5 (2): 1-5.
The CAZupedia Consortium. 2018. Ten Years Of CAZypedia: A Living
Encyclopedia Of Carbohydrate Active Enzumes. Glycobiology, 28(1): 3-8.
Yunianto, A. E., dkk. 2021. Ilmu gizi dasar. Yayasan kita menulis
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai