Anda di halaman 1dari 20

Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS)

Asti audiah 113114038


Neng ayu ristiana 113114042 Dwi seriani manullang 113216027
Santi novidasari 113114045 Siti aznan nurmala 113216030
Wida aprilayanti 113114049 Meity chaerunnisa S 113216041
Visca amanda R.P 113114050 Agus mulyana 113216044
Gina Eka Ardiani 113216064 Anbarunik putri D 113216045

Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1)


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Cimahi
2017
SEJARAH
 Pertama kali muncul di Provinsi Guangdong, Cina Selatan
pada tanggal 16 November 2002.
 Menginfeksi 305 jiwa dengan kasus kematian mencapai 5
kasus dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan pada
daerah tersebut.
 Saat itu kasus tersebut hanya dianggap sebagai radang
paru-paru yang tidak khas (Pneumonia atipikal)
 Februari 2003 SARS berhasil diidentifikasi oleh dr. Carlo
Urbani.
Pada tahun 2003, terdapat 8.442 Kasus di 30 Negara dengan kematian
terbanyak 812 kasus. Negara-negara yang terjangkit SARS yaitu
Australia, Belgia, Brazil, Cina, Hong Kong, Taiwan, Perancis, Jerman,
Italia, Irlandia, Rumania, Spanyol, Switzerland, United Kingdom,
Amerika Serikat, Singapore, Malaysia, , Vietnam, dan Lainnya.

Kasus SARS di Indonesia sampai dengan tanggal 11 April 2003


ditemukan 1 kasus probable SARS dan 1 orang suspect dengan
pasien observasi SARS di berbagai daerah sejumlah 10 orang.
(KEMENKES, 2003)
DEFINISI

Severe acute respiratory syndrome (SARS) atau sindrom


pernafasan akut berat adalah sindrome akibat infeksi virus pada
paru yang bersifat mendadak dan menunjukkan gejala gangguan
pernafasan pada pasien yang mempunyai riwayat kontak
dengan pasien SARS.
CORONAVIRUS
 Coronavirus adalah virus yng berbentuk
bulat dan berdiameter sekitar 100-120 nm.
Virus ini memiliki RNA Positive sebagai
genomnya, dan biasanya sering disebut
virus RNA. Virus ini bermutasi sekitar 1 juta
kali leih cepat dari pada virus DNA. Karena
itu, virus penyebab SARS adalah
coronavirus yang sudah bermutasi.

 Coronavirus selain menginfeksi manusia


juga bisa menginfeksi binatang dan
menyebakan gejala gangguan pernapasan
seperti halnya pada manusia.
ETIOLOGI

Pada awalnya virus penyebab SARS diduga merupakan


Paramyxovirus. Dalam perkembangannya, WHO kemudian
menetapkan penyebab SARS adalah Coronavirus yang merupakan
penyebab influenza. Diperkirakan virus ini bermula dari
penyebaran melalui hewan mamalia ke manusia.
Penularan penyakit
Penularan terjadi melalui droplet (batuk, bersin atau bicara) dan
kontak erat dengan yang telah terinfeksi virus. Kontak erat menurut
WHO, adalah :

- Merawat pasien dengan SARS


- Hidup bersama dengan pasien
- Kontak lansung dengan sekret pernafasan dan cairan tubuh pasien
GEJALA & MASA INKUBASI
 Demam mendadak < 38°C
 Batuk
 Sesak nafas/sukar bernafas/nafas pendek
 Sakit kepala, kaku otot, anoreksia, lemah,
bercak merah pada diare, bingung, diare

Masa inkubasi (selang waktu masuk antara virus


masuk ke tubuh sampai menimbulkan gejala)
SARS berkisar anatara 2-10 hari dengan rata-rata
6 hari.
FASE PERKEMBANGAN GEJALA
Fase Pertama (minggu pertama setelah infeksi)
 Pasien akan merasakan gejala seperti influenza. Antara lain
demam, badan terasa lemah, nyeri otot, kaku pada seluruh
tubuh atau menggigil, dan sakit kepala.

Fase Kedua
 Batuk (umumnya kering tanpa dahak), sesak nafas, dan
diare (diare dengan jumlah yang banyak dan cair tanpa
lendir dan darah) dan pada fase kedua ini tingkat saturasi
oksigen (oksigen yang terlarut dalam dalah) mulai
menurun.
Lanjutan
Fase Ketiga
Adanya gangguan pernapasan yang berat sehingga
memerlukan bantuan pernafasan melalui alat ventilator.
Pada fase ini, umumnya terjadi komplikasi berupa
sepsis, kerusakan organ tubuh, dan kematian.
DIAGNOSIS
Suspect case

Demam > 38°C dengan : Kasus ‘mungkin’ (probable case)

Satu atau lebih gangguan pernafasan yaitu  Kasus suspek dengan gambaran
batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas foto toraks menunjukkan tanda-
dengan satu atau lebih keadaan sebagai tanda pneumonia atau respirator/
berikut. distress syndrome ;
 Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit  Seseorang meninggal dunia karena
mempunyai riwayat kontak erat dengan penyakit saluran pernafasan yang
seseorang yang telah didiagnosis sebagai tidak jelas penyebabnya, dan pada
pasien SARS. pemeriksaan autopis ditemukan
 Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit tanda patologis berupa
melakukan perjalanan ke tempat yang ‘respirator/distress syndrome’ yang
dilaporkan ada penderita SARS. tidak jelas penyebabnya.
DIAGNOSIS

Pada orang yang dicurigai terkena SARS, ditanyakan mengenai :


 Riwayat bepergian (khususnya ke tempat dengan kasus SARS)
 Riwayat kontak dengan pasien SARS
 Riwayat pekerjaan
 Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya.
DIAGNOSIS
Tes yang digunakan untuk mendiagnosis SARS menurut WHO
yaitu:

Tes PCR (Polymerase Chain Reaction)


 Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya Coronavirus
dalam berbagai spesimen.
 Jika hasil positif maka ada materi genetik (RNA) Coronavirus
dalam sampel.
 Jika hasil negatif tidak ada meteri genetik coronavirus dalam
sampel.
Lanjutan
Tes Antibodi
 Mendeteksi antibodi yang dihasilkan sebagai respon
terhadap infeksi Coronavirus.
 Hasil tes positif menunjukan adanya infeksi coronavirus.
 Hasil tes negatif menunjukan tidak adanya deteksi antibodi
(tidak ada infeksi coronavirus)

Kultur Sel
 Mendeteksi hidupnya sel dalam sampel yang diuji
 Jika positif maka menunjukan adanya sel coronavirus yang
hidup dalam sampel
 Jika negatif maka sebaliknya.
PREVALENSI
PENGOBATAN
Seseorang yang positif terkena SARS maka harus diisolasi di rumah sakit
untuk mencegah penularan ke orang lain.

Suportif : vitamin C dan B kompleks


Simtomatik : analgesik, antitusif, mukolitik
Profilaksi : antibiotik terapeutik dan profilaksi sesuai indikasi

Pemberian oksigenasi yang adekuat.


Penggunaan antivirus (ribavirin) sangat membantu, tetapi mengingat
persediaan dan harganya yang mahal, obat ini belum bisa
direkomendasikan secara luas.
MANAJEMEN KASUS SARS
1. Kasus Suspect SARS
 Mendapatkan keterangan rinci tanda klinis, riwayat
perjalanan, riwayat kontak termasuk riwayat munculnya
ganguan pernapasan pada sepuluh hari sebelumnya
 Pemriksaan fisik
 Foto thoraks dan darah tepi lengkap
 Foto thoraks normal (indikasi rawat atau tetap di rumah)
Pengobatan di rumah : Simtomatik, antibiotik bila da
indikasi, vitamin dan makanan bergizi
 Foto thoraks terdapat infiltrasi satu sisi atau dua sisi paru
dengan atau tanpa infiltrasi interstitial : Penatalaksanaan
kasus probable.
2. Kasus Probable
 Rawat di rumah sakit (ruang isolasi)
 Pengambila darah : drah tepi lengkap, fungsi hati, kreatin
fosfokinase, urea, elektrolit, c reaktif protein
 Pengambilan sampel : membedakan kasus pneumonia
tipkal/apatikal lainnya, pemeriksaan hidung dan
tenggorokan, serologi, urine.
 Foto thoraks sesuai indikasi klinis
 Pengobatan : penatalaksanaan terapi kasus SARS

3. Indikasi Rawat
 Suspect SARS dengan riwayat kontak erat
 Suspect SARS dengan gejala klinis berat
 Probable SARS
4. Penataklasanaan terapi kasus SARS

Suspect SARS yang dirawat


 Isolasi
 Perhatikan keadaan umum, kesadaran, tanda vital
 Terapi suportif
 Antibiotika

Probable SARS
 Ringan/sedang (Terap suportif dan antibiotika)
 Berat (terapi suportif dan antibiotika)
PENCEGAHAN

 Menjaga kesehatan diri dengan baik (cuci tangan secara teratur,


membawa sapu tangan/tisu jika hendak bersin atau batuk)
 Sebisa mungkin hindari berdekatan dengan penderita SARS
 Tidak mengunjungi wilayah yang sudah terjangkiti SARS.
 Pada keadaan tertentu disarankan untuk memakai masker (orang
yang mengalami gejala infeksi pernapasan atau demam)
 Menjalani pola hidup sehat dan olahraga secara teratur
 Menjaga kesehatan lingkungan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai