Anda di halaman 1dari 32

WALI KOTA DEPOK

PROVINSI JAWA BARAT


PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK
NOMOR 10 TAHUN 2018

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA


UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH
PADA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


WALI KOTA DEPOK,
Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak warga negara Republik
Indonesia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa laboratorium kesehatan daerah merupakan salah
satu tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis
yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah,
untuk itu dalam rangka meningkatkan kelancaran
pelaksanaan tugas operasional di bidang pelayanan
kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok agar lebih
berhasil guna dan berdaya guna terhadap pelayanan
masyarakat di bidang laboratorium, perlu ditetapkan
retribusi pelayanan kesehatan;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 111 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah
pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling,
puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit
umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya
yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Laboratorium
Kesehatan Daerah pada Dinas Kesehatan Kota Depok;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan
Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5049);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

2
7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang
tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5161);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah Pusat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
12. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 10 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kota Depok (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2016
Nomor 10);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DEPOK
Dan
WALI KOTA DEPOK
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN
KESEHATAN PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PADA DINAS
KESEHATAN KOTA DEPOK.

3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah Kota adalah Daerah Kota Depok.
2. Wali Kota adalah Wali Kota Depok.
3. Pemerintah Daerah Kota adalah Wali Kota sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
4. Dinas Kesehatan yang selanjutnya disebut Dinas adalah
Perangkat Daerah yang bertanggung jawab
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang
kesehatan di daerah.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota
Depok.
6. Laboratorium Kesehatan Daerah yang selanjutnya disebut
Labkesda adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia dan/atau
bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau
faktor risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perseorangan dan/atau masyarakat.
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas Labkesda yang selanjutnya
disingkat UPTD Labkesda adalah unit kerja dibawah Dinas
yang menyelenggarakan pelayanan Laboratorium Klinik
dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat.
8. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
9. Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang
hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi
klinik, patologi anatomi dan bidang lain yang berkaitan
dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama
untuk menunjang upaya diagnosa penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.

4
10. Laboratorium kesehatan masyarakat adalah laboratorium
kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di
bidang mikrobiologi, fisika, kimia atau bidang lain yang
berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
masyarakat.
11. Rujukan Bahan (Specimen) adalah rujukan yang
menyangkut masalah pelayanan medik perorangan untuk
pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.
12. Kas Daerah adalah Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah
Kota untuk memegang Kas Daerah.
13. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi
adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
14. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha
dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau
kemanfaatan lainnya dapat dinikmati orang pribadi atau
Badan.
15. Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan
dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan.
16. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
menurut peraturan perundang-undangan Retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu.
17. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nama
dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

5
18. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu bagi Wajib retribusi untuk
memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah
Daerah yang bersangkutan.
19. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau
penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara
lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah.
20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok Retribusi yang
terutang.
21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang
selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan
Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar
daripada Retribusi yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
22. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan
Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda.
23. Penyidik Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PPNS
adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Kota Depok yang diberi wewenang khusus oleh
Undang-undang untuk melakukan penyidikan terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah Kota Depok yang memuat
ketentuan pidana.
24. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik,
untuk mencari dan mengumpulkan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang Retribusi yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.

6
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Pengaturan pelayanan laboratorium kesehatan dan penetapan
Retribusi dilaksanakan berdasarkan asas keadilan (non
diskriminatif) dan kepatutan, kompetisi yang sehat, gotong
royong, serta asas keamanan dan keselamatan pasien dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat dan tidak mencari
keuntungan, melainkan sebagai perwujudan dalam
pembiayaan penyelenggaraan Labkesda secara transparan,
efektif dan efisien serta akuntabel.

Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Tujuan pengaturan dan penetapan Retribusi Pelayanan
Kesehatan dalam Peraturan Daerah ini meliputi :
1. memberikan landasan hukum dan transparansi atas
penggunaan Retribusi pelayanan kesehatan;
2. meningkatkan pengembangan dan mutu layanan serta
kelangsungan pelayanan laboratorium kesehatan sesuai
standar yang ditetapkan;
3. memperluas akses/keterjangkauan pelayanan publik bagi
masyarakat.
BAB III
PEDOMAN PENETAPAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 4
(1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan pada UPTD
Laboratorium Kesehatan Daerah pada Dinas Kesehatan
dipungut Retribusi atas pelayanan kesehatan yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

7
(2) Retribusi pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan Pendapatan Asli Daerah.
Pasal 5
(1) Obyek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 adalah semua jenis pelayanan
laboratorium klinik dan pelayanan laboratorium kesehatan
masyarakat yang ada di UPTD Labkesda.
(2) Tidak termasuk obyek Retribusi sebagaimana dimaksud
ayat (1), adalah :

a. pelayanan yang dilakukan untuk kegiatan pembinaan


dan pengawasan program upaya kesehatan
masyarakat oleh Pemerintah Daerah;
b. penderita keracunan pada saat Kejadian Luar Biasa.
Pasal 6
(1) Subyek Retribusi Pelayanan Kesehatan pada UPTD
Labkesda adalah orang pribadi atau Badan yang
mendapatkan pelayanan UPTD Laboratorium Kesehatan
Daerah.
(2) Dikecualikan dari ketentuan yang dimaksud pada ayat (1)
adalah pelayanan laboratorium kesehatan bagi peserta
asuransi kesehatan yang mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau kesepakatan
dalam perjanjian kerjasama.

BAB IV
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 7
Retribusi Pelayanan Kesehatan termasuk golongan Retribusi
Jasa Umum.
BAB V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 8
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis
pelayanan, bahan atau peralatan yang digunakan dan
frekuensi pelayanan kesehatan.

8
BAB VI
JENIS LAYANAN
Pasal 9
(1) Jenis Pelayanan Laboratorium di Labkesda yang dikenakan
Retribusi meliputi Pelayanan Laboratorium Klinik dan
Pelayanan Laboratorium Kesehatan Masyarakat
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah
ini.
(2) Komponen biaya dari setiap pungutan Retribusi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas jasa
sarana, jasa pelayanan, bahan dan alat kesehatan habis
pakai.

BAB VII
PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN
BESARNYA RETRIBUSI
Pasal 10
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa
yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek
keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan
tersebut.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi biaya
operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan Retribusi sepenuhnya
memperhatikan biaya penyediaan jasa.
(4) Pembayaran Retribusi oleh peserta jaminan kesehatan
antara lain Pegawai Negeri Sipil, penerima pensiun,
veteran dan perintis kemerdekaan, dan Jaminan
Kesehatan Masyarakat diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 11
Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan
di Labkesda sebagaimana tercantum dalam lampiran
Peraturan Daerah ini.
9
BAB IX
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Wilayah Pemungutan
Pasal 12
Retribusi Pelayanan Laboratorium Kesehatan pada UPTD
Labkesda yang terutang dipungut di wilayah Kota Depok.

Bagian Kedua
Cara Pemungutan
Pasal 13
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat berupa karcis.
(3) Hasil Retribusi disetorkan ke Kas Daerah dalam jangka
waktu 1x24 jam.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan
Wali Kota.

BAB X
PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN,
ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pasal 14
(1) Pembayaran Retribusi dilakukan secara tunai/lunas pada
saat diterbitkan SKRD atau dokuman lain yang
dipersamakan.
(2) Tempat pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan tempat
pembayaran diatur dengan Peraturan Wali Kota.
Pasal 15
(1) Wali Kota atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
izin kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur Retribusi
terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.

10
(2) Wali Kota atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
izin kepada Wajib Retribusi untuk menunda pembayaran
Retribusi sampai batas waktu yang ditentukan dengan
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Wali Kota.
Pasal 16
(1) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada
Pasal 15 ayat (1), diberikan tanda bukti pembayaran.
(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan

BAB XI
PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 17
(1) Penagihan Retribusi terutang ditagih dengan
menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), didahului dengan Surat Teguran.
(3) Pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang
sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan
Retribusi dikeluarkan 3 (tiga) hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain sejenis
disampaikan, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi
terutang.
(5) Surat Teguran/Surat Peringatan/Surat lainnya yang
sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dikeluarkan
oleh Wali Kota atau Pejabat yang ditunjuk.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan dan
penerbitan surat teguran/peringatan/surat lain yang
sejenis diatur dengan Peraturan Wali Kota.

11
BAB XII
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA
Pasal 18
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena
hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa
dapat dihapuskan.
(2) Wali Kota menetapkan keputusan penghapusan piutang
Retribusi daerah yang sudah kedaluwarsa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Peraturan Wali Kota.
Pasal 19
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi
kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun
terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika
Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang
Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi tertangguh jika :
a. diterbitkan surat teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi,
baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan
dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan Utang Retribusi secara langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, adalah Wajib Retribusi
dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai
utang Retribusi dan belum melunasinya kepada
Pemerintah Kota.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dapat
diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh
Wajib Retribusi.

12
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 20
(1) Wali Kota dapat memberikan pengurangan, keringanan,
dan pembebasan Retribusi.
(2) Pengurangan dan keringanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan dengan melihat kemampuan Wajib
Retribusi.
(3) Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan dengan melihat fungsi objek Retribusi.
(4) Tata Cara pemberian pengurangan, keringanan dan
pembebasan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Wali
Kota.
BAB XIV
KEBERATAN
Pasal 21
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya
kepada Wali Kota atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika
wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar
kekuasaannya.
(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar
Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
(5) Tatacara pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Wali Kota.
Pasal 22
(1) Wali Kota atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan.

13
(2) Keputusan Wali Kota atas keberatan dapat berupa
menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau
menambah besarnya Retribusi terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), telah lewat dan tidak ada suatu keputusan,
keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 23
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau
seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan
diterbitkannya SKRDLB.
BAB XV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 24
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi Wajib Retribusi
dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Wali
Kota atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Wali Kota atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), telah dilampaui dan tidak ada suatu keputusan,
permohonan pengembalian pembayaran Retribusi
dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib retribusi mempunyai utang Retribusi
lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang
Retribusi tersebut.

14
(5) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Wali Kota atau
Pejabat yang ditunjuk memberikan imbalan bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran
kelebihan pembayaran Retribusi.
(6) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Peraturan Wali Kota.
BAB XVI
PEMERIKSAAN RETRIBUSI
Pasal 25
(1) Wali Kota berwenang melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam
rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan
retribusi.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan
dokumen lain yang berhubungan dengan objek
Retribusi yang terutang;
b. memberikan kesepakatan untuk memasuki tempat
atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan
bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Tatacara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Wali Kota.
BAB XVII
PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 26
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun
sekali.
(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan dengan memperhatikan indeks harga
dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ditetapkan dengan Peraturan Wali Kota.

15
BAB XVIII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 27
(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan pemungutan
Retribusi Pelayanan Laboratorium Kesehatan pada UPTD
Laboratorium Kesehatan Daerah dapat diberi insentif atas
dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
(3) Tatacara pemberian dan pemanfaatan Insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 28
(1) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), didahului dengan Surat Teguran.
(3) Hasil pengenaan sanksi administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan penerimaan daerah
dan disetor ke Kas Daerah.
(4) Tatacara pengenaan sanksi administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan penagihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Peraturan Wali
Kota.
BAB XX
SANKSI PIDANA
Pasal 29
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya
sehingga merugikan keuangan daerah, diancam pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda
paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang
tidak atau kurang dibayar.

16
(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
penerimaan Negara.
(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
adalah pelanggaran.

BAB XXI
PENYIDIKAN
Pasal 30
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Kota diberi wewenang khusus sebagai penyidik
untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang
Retribusi.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah
Pejabat Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Kota yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau
laporan tersebut lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Retribusi;
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang
pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana
di bidang Retribusi;
d. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain,
serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti
tersebut;

17
e. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
Retribusi;
f. menyuruh berhenti dan/atau melarang seorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada
huruf e;
g. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana Retribusi;
h. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
i. menghentikan penyidikan; dan/atau
j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
BAB XXII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 31
Wali Kota dapat mendelegasikan sebagian atau seluruh
kewenangannya dibidang Retribusi Daerah kepada pejabat
yang ditunjuk melalui Peraturan Wali Kota dengan
berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

18
BAB XXIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kota Depok.

Ditetapkan di Depok
pada tanggal 21 Desember 2018
WALI KOTA DEPOK,
TTD

K.H. MOHAMMAD IDRIS

Diundangkan di Depok
pada tanggal 21 Desember 2018
SEKRETARIS DAERAH KOTA DEPOK,
TTD
HARDIONO
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2018 NOMOR 10
NOREG PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT
(6/255/2018)

19
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN PADA UPTD
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH KOTA DEPOK

I. UMUM
Otonomi daerah telah membawa perubahan besar terhadap Indonesia.
Pembagian beberapa kewenangan pusat kepada daerah tidak hanya
mempengaruhi sistem atau tata pemerintahan saja, namun salah satu
konsekuensi yang harus ditanggung daerah adalah beban anggaran yang tidak
sedikit. Oleh karenanya, hal terpenting dalam otonomi daerah tidak hanya
desentralisasi pemerintahan, tapi juga desentralisasi fiskal sehingga pemerintah
daerah dapat mengelola beberapa potensi pajak dan retribusi yang ada di daerah.
Pajak dan retribusi daerah oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dikelompokkan dalam Pendapatan Asli
Daerah (PAD), yangmana 100 persen dari pendapatan tersebut dikelola oleh
daerah.
Retribusi Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu jenis retribusi daerah
yang termasuk Retribusi Jasa Umum dimana obyeknya adalah pelayanan yang
disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Pelayanan laboratorium kesehatan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan
upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis,
pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta pengambilan
keputusan lainnya. Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) akan berfungsi
sebagai laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat.
Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, Labkesda termasuk obyek
retribusi jasa umum yang akan menjadi PAD yangmana 100 persen dikelola
daerah. Oleh karena itu, diperlukan Peraturan Daerah tentang Retribusi
Laboratorium Kesehatan Daerah.

20
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2

Yang dimaksud dengan asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan


Labkesda harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata
kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang
terjangkau tanpa membedakan suku, ras, agama, jenis kelamin,
bahasa, paham politik, asal kebangsaan, status ekonomi, kondisi fisik,
mental maupun psikis masyarakat baik secara individu maupun
kelompok dari semua lapisan;

Yang dimaksud dengan asas kepatutan adalah penyelenggaraan


Labkesda hendaknya sesuai dengan batas-batas yang berlaku dalam
masyarakat;

Yang dimaksud dengan asas kompetisi sehat bahwa dalam


penyelenggaraan Labkesda harus berada dalam situasi yang sehat dan
wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan
ekonomi pada penyelenggara tertentu, dan senantiasa dilandasi oleh
semangat kompetisi untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat;

Yang dimaksud dengan asas gotong royong adalah kegiatan kerjasama


masyarakat dalam penyelenggaraan Labkesda yang diarahkan pada
penguatan persatuan dan kesatuan masyarakat serta peningkatan
peran aktif masyarakat;

Yang dimaksud dengan asas keamanan adalah memberikan jaminan


atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau digunakan;

Yang dimaksud dengan asas keselamatan pasien adalah bahwa


penyelenggaraan Labkesda tidak hanya memberikan pelayanan
laboratorium semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan
derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan
keselamatan pasien;

Yang dimaksud dengan asas kepentingan masyarakat adalah yang


mendahulukan kesejahteraan masyarakat dengan cara yang aspiratif;

21
Yang dimaksud dengan asas tidak mencari keuntungan adalah bahwa
Retribusi Labkesda itu diusahakan untuk melayani kepentingan
umum, nyata dan tidak ditujukan untuk mencari keuntungan;

Yang dimaksud dengan asas transparan adalah proses-proses,


lembaga-lembaga, dan informasi secara langsung dapat diterima oleh
mereka yang membutuhan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor;

Yang dimaksud dengan asas efektif dan efisien adalah menjamin


terselenggaranya pelayanan Labkesda kepada masyarakat dengan
menggunakan sumber daya tersedia secara optimal, tepat,
berdayaguna dan bertanggung jawab;

Yang dimaksud dengan asas akuntabel bahwa setiap kegiatan dan


hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
huruf a
Yang dimaksud dengan kegiatan pembinaan dan pengawasan
program upaya kesehatan masyarakat adalah :
a. pengawasan pangan, sarana produksi dan distribusi
pangan;
b. pengawasan kualitas air bersih dan air minum; dan

22
c. pengawasan hygiene dan sanitasi lingkungan tempat-tempat
umum.
Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pembinaan dan
pengawasan tersebut adalah pengujian terhadap sampel air
bersih, air minum dan makanan/pangan olahan termasuk
pangan olahan kemasan.
Sasaran kegiatan pembinaan dan pengawasan adalah :
a. Sarana produksi dan distribusi pangan seperti pedagang
jajanan anak sekolah, industri rumah tangga pangan, pasar
tradisional dan pasar modern;
b. Air bersih masyarakat, depot air minum, sekolah, pasar,
industri, mall dan rumah sakit; dan
c. Restoran, catering/jasa boga, hotel, SPA dan kolam renang.
huruf b
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas

23
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

24
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

25
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

26
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup Jelas

27
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10

28
LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH
PADA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

PELAYANAN LABORATORIUM KLINIK

NO JENIS PEMERIKSAAN TARIF


JASA
1 Konsul Dokter Rp 20,000

HEMATOLOGI
2 Hematologi Rutin Rp 25,000
3 Hematologi Lengkap Rp 40,000
4 LED Rp 15,000
5 Masa Perdarahan Rp 15,000
6 Masa Pembekuan Rp 15,000
7 Golongan Darah + Rhesus Rp 20,000
8 Retikulosit Rp 22,500
9 Waktu Protrombin Rp 100,000
10 APTT Rp 100,000
11 Waktu Trombin Rp 95,000
12 CD4 Rp 240,000
13 HbA1c Rp 125,000

KIMIA DARAH
14 Glukosa stik (sewaktu)
15 Glukosa (sewaktu) Rp 18,500
16 Glukosa (2 jam PP) Rp 18,500
17 Glukosa (puasa) Rp 18,500
18 Protein Total Rp 27,500
19 Albumin Rp 25,500
20 Bilirubin Total Rp 27,500
21 SGOT Rp 23,000
22 SGPT Rp 23,000
23 Alkali Fosfatase Rp 25,000
24 Asam Urat Rp 23,000
25 Ureum Rp 25,500
26 Kreatinin Rp 26,000
27 Trigliserida Rp 31,500
28 Kolesterol Total Rp 31,500
29 HDL Rp 33,500
30 LDL Rp 31,000
31 Bilirubin Direct Rp 27,000
32 Globulin Rp 20,000

IMUNOSEROLOGI
33 Widal Rp 44,000
34 VDRL Rp 32,000
35 HBsAg (rapid) Rp 42,000
36 HBsAg (kualitatif) Rp 75,000
37 Anti HIV (rapid test) Rp 140,000
38 IgM & IgG Dengue Rapid Rp 120,000
39 Rheumatoid Factor Rp 56,000
40 ASTO Rp 65,000
41 Anti HBs (rapid) Rp 45,000
NO JENIS PEMERIKSAAN TARIF
42 TPHA Rp 55,000
43 Anti HbC rapid Rp 120,000
44 Malaria Rp 82,000
45 Filaria Rp 82,000
46 Anti CMV IgG Rp 75,000
47 Anti CMV IgM Rp 75,000
48 IgM Salmonella Typhi (Tubex) Rp 102,000
HORMON
49 TSHs Rp 115,000
50 FT3 Rp 155,000
51 FT4 Rp 175,000

URINALISA
52 Urine Rutin Rp 10,000
53 Urine Lengkap Rp 3,000
54 Tes Kehamilan Rp 10,000
55 Glukosa/Reduksi Rp 3,000
56 Protein Rp 4,500
57 Sedimen Rp 5,000
58 Narkoba (1 Parameter) Rp -
59 paket 1 (4 jns) Rp 131,500
60 paket 2 (5 jns) Rp 150,000
61 paket 3 (6 jns) Rp 180,000
62 paket 4 (7 jns) Rp 210,000

FAECES
63 Faeces Rutin Rp 31,500
64 Faeces Lengkap Rp 49,500
65 Darah Samar Rp 38,500

MIKROBIOLOGI
A PEWARNAAN
66 BTA (M. Tuberculose/M. Leprae) Rp 50,000
67 Gram (Neisseria) Rp 31,500
68 Chross Check BTA Rp -
69 Malaria Rp 31,500
70 Filaria Rp 31,500

B MIKROSKOPIS
71 Trichomonas Vaginalis Rp 31,500
72 Candida Albicans/Jamur Rp 31,500

WALI KOTA DEPOK,

TTD

K.H. MOHAMMAD IDRIS


LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH
PADA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT

NO JENIS PEMERIKSAAN TARIF


KUALITAS AIR
A. FISIKA
1 Kekeruhan Rp 11,000
2 Warna Rp 9,000
3 Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) Rp 13,000
4 Suhu Rp 2,000
5 Bau Rp 2,000
6 Rasa Rp 3,000

B. BIOLOGI
1 Total coliform Rp 57,000
2 E. Coli Rp 81,000
3 Pseudomonas sp Rp 100,000
4 Staphylococcus sp Rp 120,000
5 Legionella sp Rp 750,000

C. KIMIA
1 pH Rp 13,000
2 Besi Rp 36,000
3 Fluorida Rp 16,000
4 Kesadahan Rp 16,000
5 Mangan Rp 22,000
6 Nitrat Rp 24,000
7 Nitrit Rp 15,000
8 Sianida Rp 45,000
9 Deterjen Rp 42,000
10 Air Raksa Rp 107,000
11 Arsen Rp 87,000
12 Cadmium Rp 112,000
13 Cromium Rp 50,000
14 Selenium Rp 87,000
15 Seng Rp 58,000
16 Sulfat Rp 19,000
17 Timbal Rp 59,000
18 Zat Organik Rp 14,000
19 Alumunium Rp 13,000
20 Klorida Rp 12,000
21 Tembaga Rp 13,000
22 Amonium Rp 17,000
23 Alkalinitas Rp 31,000
24 Sisa Khlor Bebas dan Terikat Rp 18,000
25 Oksigen Terlarut (DO) Rp 28,000
NO JENIS PEMERIKSAAN TARIF

D. LAIN-LAIN
1 Air Bersih Rp 407,000
2 Air Minum
- Untuk umum (26 parameter) Rp 833,000
- Untuk usaha (30 parameter) Rp 1,055,000
3 Air Kolam Renang
- Untuk umum (9 parameter) Rp 378,000
- Untukusaha (9 parameter) dengan Rp 1,128,000
pemeriksaan Legionella spp
4 Air untuk SPA Rp 1,008,000

KUALITAS MAKANAN
Bahan Berbahaya
1 Boraks kualitatif Rp 25,000
2 Boraks kuantitatif Rp 150,000
3 Formalin kualitatif Rp 15,000
4 Formalin kuantitatif Rp 100,000
5 Rhodamin Rp 61,000
6 Methanil Yellow Rp 61,000
7 Pewarna textile Rp 100,000
Pemanis
1 Siklamat Rp 150,000
2 Sakarin Rp 200,000
Pengawet
1 Benzoat Rp 200,000
Mikrobiologi
1 Salmonella Sp Rp 45,000
2 Shigella Sp Rp 45,000

WALI KOTA DEPOK,

TTD

K.H. MOHAMMAD IDRIS

Anda mungkin juga menyukai